• Tidak ada hasil yang ditemukan

Study of breaking dormancy and after-ripening period of Gorontalo’s upland rice cultivars

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Study of breaking dormancy and after-ripening period of Gorontalo’s upland rice cultivars"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI PEMATAHAN DORMANSI DAN PERIODE

AFTER-RIPENING PADI GOGO LOKAL GORONTALO

AISYAH AHMAD

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir Studi Pematahan Dormansi dan Periode After-Ripening Padi Gogo Lokal Gorontalo adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tugas akhir ini.

Bogor, Agustus 2011

(3)

ABSTRACT

AISYAH AHMAD. Study of breaking dormancy and after-ripening period of Gorontalo’s upland rice cultivars. Under direction of ENY WIDAJATI and MARYATI SARI.

This research was designed to study persistence of seed dormancy from Gorontalo’s upland rice cultivars and to find the most effective method for breaking dormancy. Upland rice seed were harvested at 125 days after planting. The seeds were stored in a plastic seal for up to 11 weeks, observation conducted every week. Persistence of seed dormancy in each cultivars was determined based on the time needed to reach a minimum of 80% germination capacity. This research used 6 cultivars i.e Ponelo Merah, Maraya, Buruno, Jorone, Pulo and Ponelo Putih. The methods of breaking dormancy were applied : untreated, soaking in water for 48 h, soaking in 3% KNO3 and heating 500C for 48 h.

The result of this research were found that viability and vigor of upland rice seeds were increased after storage. Persistence of seed dormancy was different in each cultivars i.e. 5.9 weeks in Maraya, 6.5 weeks in Ponelo Putih, 7.1 weeks in Buruno, 7.7 weeks in Jorone, 9.9 weeks in Ponelo Merah and 10.6 weeks in Pulo. Soaking the seeds in water for 48 h and soaking the seeds in 3% KNO3 for 48 h

were effective method for breaking dormancy. The most responsive to breaking dormancy is Jorone at 0-week harvest time. Pulo and Ponelo Merah have long persistence of dormancy. Soaking the seeds in water for 48 h and soaking the seeds in 3% KNO3 for 48 h can’t break dormancy of Pulo before 3 weeks and

Ponelo Merah before 4 weeks. Soaking in KNO3 able to break dormancy

Ponelo Putih at 1 week, Maraya and Buruno at 3 weeks. Soaking in water able to break dormancy Buruno at 0-week harvest time, Maraya at 1 week, and Ponelo Putih at 3 weeks. Heating the seeds in 500C for 48 h less effective breaking dormancy for all of cultivars.

(4)

RINGKASAN

AISYAH AHMAD. Studi Pematahan Dormansi dan Periode After-Ripening Padi Gogo Lokal Gorontalo. di bawah bimbingan ENY WIDAJATI dan MARYATI SARI

Kendala yang menghambat kelancaran penyediaan benih padi diantaranya sifat benih itu sendiri. Benih padi memiliki sifat dormansi yang bervariasi dan menyebabkan beberapa varietas padi yang baru dipanen tidak dapat tumbuh jika ditanam meskipun pada kondisi yang optimum. Penelitian dormansi sangat penting untuk mengatasi kendala penyediaan benih padi agar tanaman tumbuh serempak. Tujuan penelitian ini adalah (1) mengetahui persistensi dormansi beberapa kultivar padi gogo lokal Gorontalo, (2) mendapatkan metode yang efektif dalam pematahan dormansi beberapa kultivar padi gogo lokal Gorontalo dan (3) mempelajari korelasi antara intensitas dormansi dan persistensi dormansi.

Bahan yang digunakan adalah enam Kultivar padi gogo lokal Gorontalo, yaitu Kultivar Ponelo Merah, Maraya, Buruno, Jorone, Pulo, dan Ponelo Putih. Pengambilan materi penelitian benih padi untuk pengujian dilakukan pada saat padi masak fisiologis (125 hari setelah panen), ditandai dengan bulir terisi penuh. Periode after-ripening dihitung sejak benih selesai dibersihkan dan dikeringkan (5 hari setelah panen).

Penelitian ini terdiri atas dua percobaan yaitu : (1)Persistensi dormansi pada enam kultivar padi gogo dan (2) pengaruh teknik pematahan dormansi benih selama periode after-ripening enam kultivar padi gogo. Rancangan yang digunakan pada percobaan pertama adalah Rancangan Acak Lengkap dengan faktor tunggal yaitu kultivar yang terdiri dari enam taraf, meliputi kultivar Ponelo Merah, Maraya, Buruno, Jorone, Pulo, dan Ponelo Putih. Rancangan yang digunakan pada percobaan kedua adalah Rancangan Petak Terbagi yang disusun berdasarkan Rancangan Acak Lengkap dengan dua faktor. Faktor pertama periode after-ripening sebagai petak utama. Perlakuan pematahan dormansi sebagai anak petak, terdiri atas empat taraf yaitu (1) kontrol, (2) perendaman dalam KNO3 3% selama 48 jam, (3) perendaman dalam air selama 48 jam dan (4)

pemanasan pada suhu 500C selama 48 jam.

Persistensi dormansi masing-masing enam kultivar padi gogo lokal Gorontalo adalah Pulo 10.6 minggu, Ponelo Merah 9.9 minggu, Jorone 7.7 minggu, Buruno 7.1 minggu, Ponelo Putih 6.5 minggu serta Maraya 5.9 minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa antara intensitas dormansi dan persistensi dormansi tidak menunjukkan korelasi yang nyata. Benih dengan intensitas dormansi yang tinggi tidak selalu memiliki persistensi dormansi yang panjang, demikian pula sebaliknya.

Perlakuan yang efektif untuk mematahkan dormansi padi gogo lokal Gorontalo adalah perendaman dalam air dan perendaman dalam KNO3.

(5)

perendaman dalam air maupun dalam KNO3, Kultivar tersebut patah dormansi

pada minggu ke-3 untuk Pulo dan minggu ke-4 untuk Ponelo Merah. Perlakuan perendaman dalam KNO3 dapat mematahkan dormansi kultivar Ponelo Putih

pada minggu pertama dan kultivar Maraya dan Buruno pada minggu ke-3. Perlakuan perendaman dalam air mampu mematahkan dormansi kultivar Buruno pada minggu 0, Maraya pada minggu pertama dan Ponelo Putih pada minggu ke-3. Perlakuan pemanasan suhu 500C selama 48 jam kurang efektif mematahkan dormansi padi gogo lokal Gorontalo.

(6)

© Hak cipta milik IPB, Tahun 2011

Hak cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruhnya karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar Institut Pertanian Bogor.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh hasil karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

(7)

STUDI PEMATAHAN DORMANSI DAN PERIODE

AFTER-RIPENING PADI GOGO LOKAL GORONTALO

AISYAH AHMAD

Tugas Akhir

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada

Program Studi Magister Profesional Perbenihan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

Judul Tugas Akhir : Studi Pematahan Dormansi dan Periode After-Ripening Padi Gogo Lokal Gorontalo

Nama : Aisyah Ahmad

NRP : A254090085

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Eny Widajati, MS Ketua

Maryati Sari, SP, MSi Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi

Magister Profesional Perbenihan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Satriyas Ilyas, MS Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr

(10)

PRAKATA

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan adalah studi pematahan dormansi dan periode after-ripening padi gogo lokal Gorontalo. Penulisan tugas akhir ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Magister Profesional Perbenihan, Sekolah Pascasarjana IPB.

Penulisan tugas akhir ini penulis mendapatkan bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Eny Widajati, MS sebagai ketua komisi pembimbing dan Maryati Sari, SP., MSi sebagai anggota komisi pembimbing, dan Dr. Endang Murniati,MS sebagai penguji luar komisi serta Badan Litbang Pertanian yang telah memberikan beasiswa pendidikan.

Terima kasih dan rasa hormat yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada orang tua tercinta H.Ahmad Husain dan Hj. Hasnah Munggu, atas doa, nasehat dan dorongan yang diberikan kepada penulis selama ini, dan kepada kedua adikku M. Hasbi Ahmad, SH dan Meuthia Hardiyanti atas doa dan dukungannya. Penghargaan dan terima kasih yang mendalam penulis sampaikan kepada suami tercinta Patta Sija atas segala pengertian, dukungan dan dorongan selama penulis menyelesaikan pendidikan, serta kepada teman-teman “Seed Family” Angkatan I Program Magister Perbenihan atas kebersamaan dan semangat yang telah diberikan, dan akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu namun tidak dapat disebutkan satu per satu dalam karya ilmiah ini, semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal.

Demi kesempurnaan tugas akhir ini, saran dan kritik dari semua pihak sangat penulis harapkan. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2011

(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di kota Watampone Kab. Bone, Sulawesi Selatan pada tanggal 13 Januari 1981 dari pasangan Bapak H. Ahmad Husain dan Hj. Hasnah Munggu. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.

Pendidikan SD, SMP dan SMU penulis tempuh di kota Makassar, Sulawesi Selatan. Pada tahun 1999 penulis lulus dari SMAN 3 Makassar dan pada tahun yang sama diterima di Universitas Hasanuddin Makassar Program Studi Teknik Pertanian.

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 3

Hipotesis ... 3

TINJAUAN PUSTAKA ... 4

Struktur dan Komposisi Kimia Benih Padi ... 4

Dormansi Benih ... 5

Teknik Pematahan Dormansi ... 6

Periode After-Ripening ... 8

METODOLOGI PENELITIAN ... 10

Tempat dan Waktu Penelitian ... 10

Bahan dan Alat Penelitian ... 10

Metode Penelitian ... 10

Percobaan 1. Persistensi dormansi pada enam kultivar padi gogo ... 10

Percobaan 2. Pengaruh teknik pematahan dormansi benih selama periode after-ripening enam kultivar padi gogo ... 12

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 15

Percobaan 1 Persistensi dormansi pada enam kultivar padi gogo ... 15

Percobaan 2 Pengaruh teknik pematahan dormansi benih selama periode after-ripening enam kultivar padi gogo ... 20

Pengaruh teknik pematahan dormansi benih selama periode after-ripening kultivar Ponelo Merah ... 20

Pengaruh teknik pematahan dormansi benih selama periode after-ripening kultivar Maraya ... 22

Pengaruh teknik pematahan dormansi benih selama periode after-ripening kultivar Buruno ... 25

Pengaruh teknik pematahan dormansi benih selama periode after-ripening kultivar Jorone ... 28

Pengaruh teknik pematahan dormansi benih selama periode after-ripening kultivar Pulo ... 31

Pengaruh teknik pematahan dormansi benih selama periode after-ripening kultivar Ponelo Putih ... 33

SIMPULAN DAN SARAN ... 40

DAFTAR PUSTAKA ... 41

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Rekapitulasi analisis ragam pengaruh kultivar terhadap tolok ukur daya berkecambah, intensitas dormansi dan persistensi dormansi ... 15 2 Nilai rata-rata pengaruh kultivar padi gogo terhadap tolok ukur

intensitas dormansi (ID) dan persistensi dormansi (PD)... 16 3 Rekapitulasi analisis ragam pengaruh periode after-ripening (P),

pematahan dormansi (D) dan interaksinya (PD) terhadap daya berkecambah,potensi tumbuh maksimum, kecepatan tumbuh,

dan intensitas dormansi kultivar Ponelo Merah ... 20 4 Pengaruh interaksi antara periode after-ripening dan pematahan dormansi

terhadap tolok ukur daya berkecambah (DB), potensi tumbuh maksimum (PTM), kecepatan tumbuh (KCT) dan intensitas dormansi (ID) benih

kultivar Ponelo Merah ... 21 5 Rekapitulasi analisis ragam pengaruh periode after-ripening (P)

pematahan dormansi (D) dan interaksinya (PD) terhadap daya berkecambah, potensi tumbuh maksimum, kecepatan tumbuh,

dan intensitas dormansi kultivar Maraya ... 23 6 Pengaruh interaksi antara periode after-ripening dan pematahan dormansi

terhadap tolok ukur daya berkecambah (DB), potensi tumbuh maksimum (PTM), kecepatan tumbuh (KCT) dan intensitas dormansi (ID) benih

kultivar Maraya ... 24 7 Rekapitulasi analisis ragam pengaruh periode after-ripening (P)

pematahan dormansi (D) dan interaksinya (PD) terhadap daya berkecambah, potensi tumbuh maksimum, kecepatan tumbuh

dan intensitas dormansi kultivar Buruno ... 25 8 Pengaruh interaksi antara periode after-ripening dan pematahan dormansi

terhadap tolok ukur daya berkecambah (DB), potensi tumbuh maksimum (PTM), kecepatan tumbuh (KCT) dan intensitas dormansi (ID) benih

kultivar Buruno ... 26 9 Rekapitulasi analisis ragam pengaruh periode after-ripening (P)

pematahan dormansi (D) dan interaksinya (PD) terhadap daya berkecambah, potensi tumbuh maksimum, kecepatan tumbuh,

dan intensitas dormansi kultivar Jorone ... 28 10 Pengaruh interaksi antara periode after-ripening dan pematahan dormansi

terhadap tolok ukur daya berkecambah /(DB), potensi tumbuh maksimum (PTM), kecepatan tumbuh (KCT) dan intensitas dormansi (ID) benih

kultivar Jorone ... 29 11 Rekapitulasi analisis ragam pengaruh periode after-ripening (P)

pematahan dormansi (D) dan interaksinya (PD) terhadap daya berkecambah, potensi tumbuh maksimum, kecepatan tumbuh,

(14)

12 Pengaruh interaksi antara periode after-ripening dan pematahan dormansi terhadap tolok ukur daya berkecambah /(DB), potensi tumbuh maksimum (PTM), kecepatan tumbuh (KCT) dan intensitas dormansi (ID) benih

kultivar Pulo ... 32 13 Rekapitulasi analisis ragam pengaruh periode after-ripening (P)

pematahan dormansi (D) dan interaksinya (PD) terhadap daya berkecambah, potensi tumbuh maksimum, kecepatan tumbuh,

dan intensitas dormansi kultivar Ponelo Putih ... 33 14 Pengaruh interaksi antara periode after-ripening dan pematahan dormansi

terhadap tolok ukur daya berkecambah (DB), potensi tumbuh maksimum (PTM), kecepatan tumbuh (KCT) dan intensitas dormansi (ID) benih

kultivar Ponelo Putih ... 34 15 Rekapitulasi pengaruh teknik pematahan dormansi terhadap periode

(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Peningkatan daya berkecambah enam kultivar padi gogo selama

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Kadar air enam kultivar padi gogo lokal Gorontalo pada berbagai

periode after-ripening ... 44 2 Analisis ragam pengaruh kultivar (K) terhadap tolok ukur daya

Berkecambah (DB), intensitas dormansi (ID) dan persistensi dormansi

(PD) ... 45 3 Analisis ragam pengaruh periode after-ripening (P),pematahan

dormansi (D) dan interaksinya (PD) terhadap daya

berkecambah kultivar Ponelo Merah ... 45 4 Analisis ragam pengaruh periode after-ripening (P),pematahan

dormansi (D) dan interaksinya (PD) terhadap potensi tumbuh

maksimum kultivar Ponelo Merah ... 45 5 Analisis ragam pengaruh periode after-ripening (P),pematahan

dormansi (D) dan interaksinya (PD) terhadap kecepatan

tumbuh kultivar Ponelo Merah ... 46 6 Analisis ragam pengaruh periode after-ripening (P),pematahan

dormansi (D) dan interaksinya (PD) terhadap intensitas

dormansi kultivar Ponelo Merah ... 46 7 Analisis ragam pengaruh periode after-ripening (P),pematahan

dormansi (D) dan interaksinya (PD) terhadap daya

berkecambah kultivar Maraya ... 46 8 Analisis ragam pengaruh periode after-ripening (P),pematahan

dormansi (D) dan interaksinya (PD) terhadap potensi tumbuh

maksimum kultivar Maraya ... 47 9 Analisis ragam pengaruh periode after-ripening (P),pematahan

dormansi (D) dan interaksinya (PD) terhadap kecepatan

tumbuh kultivar Maraya ... 47 10 Analisis ragam pengaruh periode after-ripening (P),pematahan

dormansi (D) dan interaksinya (PD) terhadap intensitas

dormansi kultivar Maraya ... 47 11 Analisis ragam pengaruh periode after-ripening (P),pematahan

dormansi (D) dan interaksinya (PD) terhadap daya

berkecambah kultivar Buruno ... 48 12 Analisis ragam pengaruh periode after-ripening (P),pematahan

dormansi (D) dan interaksinya (PD) terhadap potensi tumbuh

maksimum kultivar Buruno ... 48 13 Analisis ragam pengaruh periode after-ripening (P),pematahan

dormansi (D) dan interaksinya (PD) terhadap kecepatan

(17)

14 Analisis ragam pengaruh periode after-ripening (P),pematahan dormansi (D) dan interaksinya (PD) terhadap intensitas

dormansi kultivar Buruno ... 49 15 Analisis ragam pengaruh periode after-ripening (P),pematahan

dormansi (D) dan interaksinya (PD) terhadap daya

berkecambah kultivar Jorone ... 49 16 Analisis ragam pengaruh periode after-ripening (P),pematahan

dormansi (D) dan interaksinya (PD) terhadap potensi tumbuh

maksimum kultivar Jorone ... 49 17 Analisis ragam pengaruh periode after-ripening (P),pematahan

dormansi (D) dan interaksinya (PD) terhadap kecepatan

tumbuh kultivar Jorone ... 50 18 Analisis ragam pengaruh periode after-ripening (P),pematahan

dormansi (D) dan interaksinya (PD) terhadap intensitas

dormansi kultivar Jorone ... 50 19 Analisis ragam pengaruh periode after-ripening (P),pematahan

dormansi (D) dan interaksinya (PD) terhadap daya

berkecambah kultivar Pulo ... 50 20 Analisis ragam pengaruh periode after-ripening (P),pematahan

dormansi (D) dan interaksinya (PD) terhadap potensi tumbuh

maksimum kultivar Pulo ... 51 21 Analisis ragam pengaruh periode after-ripening (P),pematahan

dormansi (D) dan interaksinya (PD) terhadap kecepatan

tumbuh kultivar Pulo ... 51 22 Analisis ragam pengaruh periode after-ripening (P),pematahan

dormansi (D) dan interaksinya (PD) terhadap intensitas

dormansi kultivar Pulo ... 51 23 Analisis ragam pengaruh periode after-ripening (P),pematahan

dormansi (D) dan interaksinya (PD) terhadap daya

berkecambah kultivar Ponelo Putih ... 52 24 Analisis ragam pengaruh periode after-ripening (P),pematahan

dormansi (D) dan interaksinya (PD) terhadap potensi tumbuh

maksimum kultivar Ponelo Putih ... 52 25 Analisis ragam pengaruh periode after-ripening (P),pematahan

dormansi (D) dan interaksinya (PD) terhadap kecepatan

tumbuh kultivar Ponelo Putih ... 52 26 Analisis ragam pengaruh periode after-ripening (P),pematahan

dormansi (D) dan interaksinya (PD) terhadap intensitas

(18)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pemenuhan kebutuhan beras nasional akan semakin sulit karena lahan irigasi yang subur banyak beralih fungsi untuk kepentingan non pertanian. Pemenuhan kebutuhan beras selama ini mengandalkan produksi padi pada lahan sawah irigasi. Luas lahan produktif pertanian nasional pada tahun 2009 yang beralih fungsi sekitar 27 ribu hektar (BPS 2010). Usaha pencetakan sawah baru akan mengalami kendala dalam penyiapan sumber air dan berbagai sarana penunjang lainnya. Berkaitan dengan prakiraan terjadinya penurunan produksi tersebut perlu diupayakan penanggulangan melalui pengembangan lahan potensial termasuk di dalamnya lahan kering karena akan jauh lebih mudah karena tidak memerlukan kelengkapan sarana penunjang seperti pada lahan sawah irigasi.

Propinsi Gorontalo memiliki areal potensial pertanaman seluas 463 ribu hektar atau 37,95% dari luas areal keseluruhan. Areal tersebut baru dimanfaatkan seluas 148 ribu hektar (32%) dengan luas lahan kering adalah 215 ribu hektar dan luas areal produksi padi yaitu 45 ribu hektar serta luas areal pertanaman padi gogo sebesar 800 ha (BPS 2010). Wilayah Propinsi Gorontalo merupakan daerah agraris dengan keadaan topografi datar, berbukit-bukit sampai dengan bergunung sehingga berbagai jenis tanaman pangan dapat tumbuh dengan baik di daerah ini (DISTAN KP Prop.Gorontalo 2010).

(19)

diantaranya tidak ditopang oleh irigasi teknis sehingga sangat tergantung pada curah hujan. Dampak dari pemanasan global menyebabkan cuaca tidak terprediksi sehingga menyulitkan dalam pengaturan pola tanam padi gogo. Berkaitan dengan hal tersebut maka benih harus tersedia dan siap tanam pada saat diperlukan.

Ketersediaan benih mutlak diperlukan karena benih berperan sebagai paket unggulan teknologi bagi petani. Paket keunggulan teknologi tersebut harus terus berkembang dan dapat tersedia secara enam tepat (varietas, mutu, jumlah, waktu, lokasi dan harga) bagi petani (BALITBANG DEPTAN 2007).

Kendala yang menghambat kelancaran penyediaan benih padi diantaranya sifat benih itu sendiri. Benih padi memiliki sifat dormansi yang bervariasi dan menyebabkan beberapa varietas padi yang baru dipanen tidak dapat tumbuh jika ditanam meskipun pada kondisi yang optimum. Nugraha dan Soejadi (1989) menyatakan bahwa sifat dormansi pada benih padi sebenarnya menguntungkan karena dapat menekan laju deteriorasi atau kemunduran prapanen dan selama penyimpanan. Nugraha (1992) menyatakan benih dari varietas padi yang tidak memiliki masa dormansi dapat langsung ditanam setelah panen, namun dapat berdampak negatif karena benih dapat berkecambah di lapangan sebelum dipanen.

(20)

setelah panen. Wahyuni et al. (2004) menyatakan pematahan dormansi benih dengan metode pemanasan pada suhu 500C efektif mematahkan dormansi padi varietas Cimelati dan Sintanur pada 2 minggu setelah panen. Wahyuni dan Nugraha (2006) menyatakan bahwa perendaman dalam KNO3 3% efektif

mematahkan dormansi benih padi varietas Barito, Batanghari, Cikapundung, Kahayan, Lalan, Siak Raya, Silugonggo, dan Winongo sejak 0 minggu setelah panen.

Informasi dan pendataan karakteristik dormansi termasuk teknik pematahan dormansi yang tepat berguna untuk kepentingan pengembangan benih padi gogo lokal Gorontalo, oleh karena itu studi persistensi dormansi dan teknik pematahannya untuk beberapa kultivar padi gogo lokal Gorontalo perlu dilakukan.

Tujuan

1. Mempelajari persistensi dormansi beberapa kultivar padi gogo lokal Gorontalo 2. Mempelajari korelasi antara intensitas dormansi dan persistensi dormansi 3. Mendapatkan metode yang efektif dalam pematahan dormansi beberapa

kultivar padi gogo lokal Gorontalo

Hipotesis

1. Masing-masing kultivar memiliki persistensi dormansi yang berbeda.

2. Terdapat korelasi yang nyata antara intensitas dormansi dan persistensi dormansi.

(21)

TINJAUAN PUSTAKA

Struktur dan Komposisi Kimia Benih Padi

Benih padi dilindungi oleh sekam yang terbentuk dari lemma dan palea yang bersatu. Hoshikawa (1993) menyatakan bentuk dan ukuran lemma dan palea berbeda antar varietas. Lemma dan palea melekat pada rakhilla dan sepasang gluma yang berada disisi dorsal dan ventral dengan ukuran ± 2 mm. Gluma, lemma dan palea adalah modifikasi daun. Lemma selalu lebih besar dari palea dan menutupi hampir 2/3 permukaan beras sedangkan sisi palea tepat bertemu pada bagian sisi lemma. Lemma dan palea bertemu dan berhimpitan memanjang dengan kaitan yang tidak rapat sehingga keduanya dapat dipisahkan dengan mudah Saenong et al. (1989) menyatakan bahwa benih tersusun atas dua komponen utama yaitu beras pecah kulit dan sekam. Benih padi merupakan golongan benih dominan karbohidrat disamping senyawa-senyawa lain seperti lemak, protein, serat kasar dan abu. Benih padi lebih tahan disimpan dibanding kacang-kacangan karena bijinya dilindungi oleh kulit biji yang keras (lemma dan palea) selain perikarp dan testa.

Biji adalah karyopsis yang terdiri embrio dan endosperm yang diselimuti lapisan aleuron dan lapisan terluar disebut pericarp (Manurung & Ismunadji 1988). Hoshikawa (1993) menyatakan bahwa tebal pericarp sekitar 2 µ dan terdiri dari lapisan kutikula tipis. Ketebalan aleuron berbeda antar varietas. Dinding sel aleuron terdiri atas selulosa, hemiselulosa dan protein.

(22)

Dormansi Benih

Benih dorman adalah benih yang mengalami istirahat total, benih tidak menunjukkan gejala atau fenomena tumbuh walaupun dalam keadaan media tumbuh optimum (Sadjad 1994). Timbulnya dormansi pada benih padi disebabkan oleh adanya hambatan benih untuk berkecambah, baik hambatan mekanis maupun fisiologis (Saenong at al. 1989). Dormansi pada benih padi menguntungkan produsen benih karena dapat menekan laju deteriorasi pada masa prapanen maupun pascapanen (pengeringan, prosesing dan penyimpanan) (Nugraha & Soejadi 1991).

Benih dalam keadaan dorman bukan berarti mati, karena benih tersebut dapat dirangsang untuk berkecambah dengan berbagai perlakuan. Benih yang mati dan benih yang dorman dapat diketahui melalui uji perkecambahan. Bila volume benih pada akhir perkecambahan sama dengan sebelum dikecambahkan maka benih dalam keadaan dorman. Sebaliknya, bila volume benih menunjukkan perubahan misalnya mengecil, ditumbuhi cendawan atau bila dipijat ternyata lembek berarti benih tersebut mati (Saenong et al. 1989).

Dormansi pada benih padi terjadi sejak benih masih berada pada tanaman induk, setelah embrio berkembang penuh, yang disebut sebagai innate dormancy atau dormansi primer. Penyebab dormansi pada padi adalah impermeabilitas kulit benih terhadap oksigen serta adanya zat penghambat perkecambahan (Copeland & McDonald 2001)

Salisburry dan Ross 1995 menyatakan kandungan hormon asam absisat (ABA) dalam biji padi selama perkembangannya semakin meningkat seiring dengan meningkatnya kemasakan biji, sebaliknya kandungan hormon asam indolasetat (IAA) semakin menurun sejalan meningkatnya kemasakan biji. Hal ini menunjukkan bahwa ABA merupakan penyebab dormansi. Gardner et al. (1991) menyatakan bahwa bahan perangsang pertumbuhan semakin menurun selama pembentukan benih, sedangkan penghambat pertumbuhan seperti ABA meningkat. Hal tersebut menyebabkan terjadinya dormansi benih pada saat benih masak, karena ketidakseimbangan hormon dalam benih.

(23)

dormansi primer menjadi dua sifat yaitu (1) dormansi eksogenus yaitu tipe dormansi yang berhubungan dengan sifat fisik dari kulit; (2) dormansi endogenus yaitu dormansi yang disebabkan sifat-sifat tertentu yang melekat pada benih, embrio benih yang rudimenter dan kepekaan terhadap suhu dan cahaya. Mugnisjah (2007) menyatakan bahwa dormansi primer disebabkan oleh hal-hal yang terdapat pada benih itu sendiri baik faktor fisik maupun faktor fisiologis. Dormansi sekunder terjadi karena terdapat faktor lingkungan yang kurang mendukung perkecambahan.

Pada benih padi, dormansi terjadi sejak benih masih berada pada tanaman induk, setelah embrio berkembang penuh, yang disebut sebagai innate dormancy atau dormansi primer. Dilaporkan bahwa penyebab dormansi pada padi adalah impermeabilitas kulit benih terhadap air dan oksigen serta adanya zat penghambat perkecambahan (Salisburry & Ross 1995).

Penelitian terdahulu menjelaskan bahwa persistensi dormansi berkaitan erat dengan daya simpannya. Untuk meningkatkan daya simpan benih padi dapat dilakukan dengan merakit varietas unggul dari tetua yang memiliki persistensi panjang. Namun, perilaku dormansi (persistensi, intensitas, dan mekanisme) dari beberapa genotipe padi di Indonesia masih banyak yang belum diketahui. Informasi mengenai dormansi tersebut merupakan masukan yang berarti bagi pemulia tanaman padi. Perilaku dormansi benih mempengaruhi metode pematahan dormansinya. Kriteria persistensi dormansi benih dibedakan kedalam tiga kelompok yaitu persistensi pendek (kurang dari 4 minggu), sedang (4-8 minggu) dan panjang (lebih dari 4 minggu) ( Nugraha & Soejadi 1991).

Teknik Pematahan Dormansi

(24)

Bewley dan Black (1985) mengemukakan 2 proses mekanisme pematahan dormansi, yaitu :

1. Proses dormansi hormonal, konsep dari teori tersebut dihubungkan dengan hormon pengatur tumbuh, baik yang menghambat (inhibitor) maupun yang merangsang pertumbuhan (promotor). Dormansi dapat dipatahkan dengan menghilangkan inhibitor atau dengan penggunaan promotor yang mampu mempercepat terjadinya keseimbangan antara inhibitor dan promotor.

2. Proses pengaruh metabolik sebagai akibat perlakuan pematahan dormansi, konsepnya melibatkan lintasan pentose fosfat untuk sintesis RNA, DNA dan protein.

Perlakuan pematahan yang direkomendasikan oleh International Seed Testing Association (ISTA) untuk padi diantaranya dengan pemanasan pada suhu 500C dan perendaman KNO3 dan perendaman dalam air dan larutan 1N HNO3

selama 24 jam. Tetapi tidak semua metode ISTA cocok untuk varietas padi di Indonesia. Penelitian Nugraha dan Soejadi (1991) menunjukkan bahwa perendaman benih pada dalam 1N HNO3 mengakibatkan semua benih mati.

Metode pemanasan pada suhu 50 0C selama dua hari efektif mematahkan dormansi benih varietas Banyuasin, Maros, Muncul, Cipunegara, Towuti, dan Cilosari . Pemanasan benih pada suhu 500C salama lima hari efektif mematahkan dormansi benih hampir semua genotipe kecuali Way Arem, Digul, S3254-2g, Cimanuk dan S4325d-1-2-3-1 (Soejadi & Nugraha 2001). Hal ini diduga karena asam lemak jenuh berantai pendek yang menyebabkan dormansi pada benih larut selama pemanasan (IRRI 1987). Perlakuan dengan menggunakan suhu tinggi untuk pematahan dormansi cukup efektif, karena perlakuan suhu tinggi dapat mempercepat tejadinya keseimbangan antara inhibitor dan promotor (Muchtar 1987). Metode pematahan dormansi perendaman dalam air selama 48 jam efektif mematahkan dormansi padi varietas Kopo, Conde, Singkil dan Tukad Unda, perendaman dalam KNO3 3% selama 48 jam efektif mematahkan dormansi padi

(25)

Dormansi benih yang disebabkan oleh impermeabilitas kulit benih terhadap air dapat diatasi dengan perendaman dalam air (Hasanah 1989). Perendama benih dalam air pada suhu kamar (29,2 – 31,30C) selama dua hari efektif mematahkan dormansi benih varietas Maros, Digul, Ciherang, Towuti dan Cilosari, karena benih-benih ini dormansinya disebabkan oleh impermebilitas kulit benih terhadap air dan adanya senyawa inhibitor perkecambahan (Soejadi & Nugraha 2001).

Pematahan dormansi dengan KNO3 diduga berhubungan dengan aktivitas

lintasan pentose posfat, ketersediaan oksigen terbatas mengakibatkan lintasan pentose posfat menjadi inaktif karena oksigen digunakan untuk aktivitas respirasi melalui lintasan lain (Bewley & Black 1985). Meningkatnya daya berkecambah benih padi dengan dormansi yang disebabkan oleh impermeabilitas kulit benih terhadap air dan oksigen dapat diatasi dengan perendaman dalam larutan KNO3

(Hasanah 1989).

Larutan KNO3 juga merupakan senyawa yang umum digunakan untuk

mematahkan dormansi benih dan mampu menstimulir perkecambahan khususnya pada benih-benih yang peka cahaya (Copeland & McDonald 2001). Perlakuan perendaman dalam KNO3 selama 48 jam merupakan pematahan dormansi yang

paling efektif pada benih padi gogo varietas Kalimutu, Way rarem dan Gajah Mungkur pada 0 MSP (minggu sesudah panen) (Ilyas & Diarni 2007). Perendaman dalam larutan KNO3 selama dua hari efektif mematahkan dormansi

benih varietas Maros, Digul, Ciherang, Towuti dan Cilosari (Soejadi & Nugraha 2001). Pematahan dormansi dengan KNO3 2% selama 48 jam sebelum benih

disimpan (periode simpan 0 minggu) efektif untuk genotipe BP23F-PN-11, B10386E-KN-36-1 dan B9645E-MR-1 (Rosmawati 2003).

Periode After-Ripening

(26)

adalah sebagai setiap perubahan pada kondisi fisiologis benih selama penyimpanan yang mengubah benih menjadi mampu berkecambah. Jangka waktu penyimpanan ini berbeda-beda dari hanya beberapa hari sampai dengan beberapa tahun tergantung jenis benih (Sutopo 2002). Kebutuhan benih akan penyimpanan kering untuk pemecahan dormansinya disebut dengan after-ripening. Lama after-ripening berbeda-beda menurut spesies atau verietasnya. Benih padi memerlukan periode ini selama 1-2 bulan sementara benih teki memerlukan hingga 7 tahun. Selama after-ripening terjadi perubahan-perubahan di dalam benih dorman sehingga menyebabkan status nondorman dan proses itu terjadi pada periode pasca panen (Mugnisjah 2007).

Santika (2006) menyatakan varietas Sentani memerlukan periode after-ripening selama 2 minggu sebelum patah dormansinya sedangkan varietas Dodokan membutuhkan periode penyimpanan kering selama 8 minggu. Hasil penelitian Kharismayani (2010) menyatakan varietas Batutegi memerlukan periode after-ripening 5 minggu, varietas Cirata 6 minggu, varietas Jatiluhur dan Towuti 7 minggu, varietas Limboto 8 minggu dan varietas Situ Patenggang 9 minggu.

Perlakuan suhu tinggi dapat mempercepat terjadinya keseimbangan antara inhibitor dan promotor. Hal ini dijumpai pada kasus after-ripening padi varietas Sri Kuning dan Bahbutong pada penelitian Muchtar (1987). Interaksi perlakuan suhu tinggi (39-410C) RH sedang (65-80%) dan suhu tinggi RH rendah (52-60%) mematahkan after-ripening lebih cepat dibdaning kombinasi perlakuan lainnya.

(27)

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih Institut Pertanian Bogor, mulai bulan Februari hingga Mei 2011.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan adalah enam kultivar padi gogo lokal Gorontalo, yaitu Ponelo Merah, Maraya, Buruno, Jorone, Pulo, dan Ponelo Putih, larutan KN03 3%, air, kantong plastik polietilen dan label.

Benih padi kultivar Ponelo Merah, Maraya, Buruno dan Jorone dipanen pada tanggal 21 Februari 2011 dan kultivar Pulo dan Ponelo Putih dipanen pada tanggal 23 Februari 2011 di Desa Dambalo, Kecamatan Kwandang, Kabupaten Gorontalo Utara Propinsi Gorontalo pada umur panen 125 hari. Kadar air awal sebelum simpan berkisar 11-18% berdasarkan bobot basah benih. Informasi lengkap mengenai kondisi kadar air benih dapat dilihat pada Lampiran 1.

Peralatan yang digunakan antara lain neraca digital, alat pengecambah benih tipe IPB 72-1, alat pengepres kertas, pinset, handsprayer, dan beaker glass.

Metode Penelitian

Percabaan 1. Persistensi Dormansi pada enam kultivar padi gogo

Percobaan ini disusun dengan faktor tunggal yaitu kultivar yang terdiri dari enam taraf, meliputi Kultivar Ponelo Merah, Maraya, Buruno, Jorone, Pulo, dan Ponelo Putih. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan model rancangan percobaan sebagai berikut :

Yij = µ + Ki +

є

ij

Keterangan

Yij = nilai pengamatan pada kultivar ke-i dan ulangan ke-j

µ

= rataan umum

Ki = pengaruh kultivar ke-i

(28)

Jika hasil sidik ragam berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%. Uji korelasi dilakukan untuk melihat hubungan antara persistensi dormansi (PD) dan intensitas dormansi (ID).

Pelaksanaan Penelitian

Benih padi dimasukkan ke dalam plastik kedap udara dan disimpan pada kondisi kamar (suhu 26-310C dan RH 64-80%). Pengujian dilakukan terhadap daya berkecambah, persistensi dormansi dan intensitas dormansi. Pengujian persistensi dormansi benih dilakukan dengan menguji perkecambahan benih setiap minggu selama 0- 11 minggu. Persistensi dormansi ditentukan dengan kriteria yaitu pada saat daya berkecambah benih mencapai 80%. Persistensi dormansi dinyatakan dalam minggu.

Pengujian daya berkecambah dilakukan dengan metode uji kertas digulung didirikan dalam plastik (UKDdp) menggunakan substrat kertas merang, setiap gulung ditanami 50 butir benih untuk tiap ulangan dan dikecambahkan pada kertas merang panjang sehingga digunakan alat pengecambah benih tipe IPB 72-1. Percobaan dilakukan sebanyak 4 ulangan. Kertas merang yang digunakan dalam setiap gulungan sebanyak 5 (lima) lembar berukuran 21 x 27 cm.

Pengamatan

Pengamatan untuk setiap variabel percobaan dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Daya berkecambah (DB) mengambarkan viabiltas potensial benih, dihitung berdasarkan kecambah normal (KN) hitungan pertama dan kedua dari seluruh benih yang ditanam. Hitungan pertama untuk benih padi adalah 5 hari dan hitungan keduanya 7 hari. Uji viabilitas benih merupakan uji daya berkecambah pada kondisi optimum.

Rumus penghitungan daya berkecambah:

(29)

2. Persistensi Dormansi adalah tolok ukur yang digunakan benih untuk mengakhiri masa dormansinya, yaitu ketika nilai daya berkecambah mencapai 80% yang dinyatakan dalam minggu. Metode penentuan periode persistensi dormansi didasarkan pada grafik linier hubungan antara daya berkecambah dengan periode after-ripening setiap minggu.

3. Intensitas dormansi (ID) merupakan persentase benih segar yang tidak tumbuh diakhir pengamatan dan benih tersebut masih dalam keadaan hidup. Nilai ID yang tinggi menunjukan bahwa benih yang diuji dengan perlakuan tersebut memiliki tingkat perkecambahan yang rendah. Persentase intensitas dihitung dengan rumus:

Intensitas Dormansi (%) = !" #$%&" '$(!) *!%( +&,!- + # "

. !" #$%&" *!%( ,&+!%! x 100%

Percobaan 2. Pengaruh teknik pematahan dormansi benih selama periode after-ripening enam kultivar padi gogo

Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Petak Terbagi (Split Plot Design) yang disusun berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor. Faktor pertama periode after-ripening (P) sebagai petak utama dan perlakuan pematahan dormansi (D) sebagai anak petak.

Faktor periode after ripening (P) terdiri dari 11 sebelas taraf, yaitu : periode 0 – 10 minggu dengan selang waktu satu minggu. Faktor perlakuan pematahan dormansi (D) terdiri dari 4 taraf, yaitu : tanpa perlakuan, digunakan sebagai kontrol, perendaman dalam larutan KNO3 3 % selama 48 jam, stratifikasi

suhu tinggi 50 0C selama 48 jam dan perendaman dalam air selama 48 jam. Model rancangan percobaan adalah sebagai berikut :

(30)

Keterangan

Yijk = nilai pengamatan faktor periode after-ripening ke-i, faktor pematahan

dormansi ke-j dan ulangan ke-k

µ

= rataan umum

Pi = pengaruh utama faktor periode after-ripening ke-i

Dj = pengaruh faktor pematahan dormansi taraf ke-j

pik = pengaruh acak faktor periode after-ripening ke-i dan ulangan ke-k

(PD)ij = interaksi faktor periode after-ripening ke-i dan faktor pematahan

dormansi ke-j

eijk = pengaruh acak faktor periode after-ripening ke-i, faktor pematahan

dormansi ke-j dan ulangan ke-k.

Data yang diperoleh dianalisis ragam. Bila terdapat pengaruh maka dilanjutkan uji lanjut menggunakan Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf nyata 5% .

Pelaksanaan Penelitian

Percobaaan II dilakukan untuk enam kultivar padi gogo lokal Gorontalo secara secara terpisah. Setiap akhir periode after-ripening (0,1,2,3,…11 minggu) dilakukan pematahan dormansi. Tiap ulangan terdiri dari 50 (lima puluh) butir benih. Benih diberi perlakuan pematahan dormansi sebelum dikecambahkan pada pada kertas merang dengan metode uji kertas digulung didirikan dalam plastik (UKDdp). Kertas merang yang digunakan dalam setiap gulungan sebanyak 5 lembar

Pengamatan

Pengamatan untuk setiap variabel percobaan dilakukan dengan cara sebagai berikut:

(31)

2. Potensi tumbuh Maksimum dihitung berdasarkan persentase jumlah benih yang tumbuh dengan kriteria minimal tumbuh radikula pada akhir pengamatan yaitu hari ke-7.

PTM (%)

=

/ 0$1! #!" 2#%3) ! 4 / 0$1! #!" 53) ! / 6$%&" *!%( ,&+!%!

3. Kecepatan tumbuh (KCT), pengamatan dilakukan setiap hari terhadap

persentase kecambah normal dan periode waktu pengamatan (etmal). Nilai etmal kumulatif dimulai saat benih ditanam sampai dengan waktu pengamatan terakhir (Sadjad et al. 1999).. Penentuan kecepatan tumbuh berdasarkan rumus

78 9 : ; <=

>

Keterangan : 1 etmal = 24 jam

N = persentase kecambah normal pada akhir pengamatan t = periode waktu pengamatan

(32)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Percobaan 1 Persistensi dormansi pada enam kultivar padi gogo

[image:32.612.131.509.325.414.2]

Persistensi dormansi merupakan tolok ukur yang digunakan benih untuk mengakhiri masa dormansinya. Benih disebut patah dormansinya ditentukan berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai daya berkecambah minimum 80%, menurut standar pengujian laboratorium benih padi (DEPTAN 2009). Hasil analisis ragam pengaruh kultivar terhadap daya berkecambah, persistensi dormansi dan intensitas dormansi dapat dilihat di Lampiran 2 dan rekapitulasi analisis ragam dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rekapitulasi analisis ragam pengaruh kultivar terhadap tolok ukur daya berkecambah, intensitas dormansi dan persistensi dormansi

Tolok Ukur Kultivar KK

Daya berkecambah (%) ** 2.51%

Intensitas dormansi (%) * 3.78%

Persistensi dormansi (minggu) ** 4.63%

Keterangan : ** berpengaruh sangat nyata pada taraf 1% * berpengaruh nyata pada taraf 5%

Benih padi gogo lokal Gorontalo yang baru dipanen memiliki intensitas dormansi yang tinggi, berkisar 89 hingga 98% (Tabel 2). Intensitas dormansi ditunjukkkan oleh persentase benih segar tidak tumbuh (BSTT) pada akhir periode pengujian (7 hari setelah tanam). Banyaknya BSTT menandakan benih tersebut mengalami dormansi. Nilai intensitas dormansi yang tinggi dan beragam juga terdapat pada penelitian Wahyuni et al. (2004) yang menyatakan bahwa intensitas dormansi 32 genotipe padi bervariasi dan semua galur harapan mempunyai intensitas dormansi diatas 80%.

(33)

Tabel 2. Nilai rata-rata pengaruh kultivar padi gogo terhadap tolok ukur intensitas dormansi (ID) dan persistensi dormansi (PD)

Ponelo Merah 92.0 bc 9.9 b

Maraya 90.0 c 5.9 f

Buruno 92.5 bc 7.1 d

Jorone 89.0 c 7.7 c

Pulo 98.0 a 10.6 a

Ponelo Putih 96.0 ab 6.5 e

ID pada awal periode

after-ripening (%) PD (Minggu)

Angka yang diikut i oleh huruf yang sama pada masing-masing t olok ukur tidak berbeda nyat a pada uji DMRT 5%

Kultivar

Tolok ukur

Keterangan :

Pengujian daya berkecambah mempunyai tujuan untuk menentukan potensi perkecambahan maksimal dari suatu lot benih, yang dapat digunakan untuk membandingkan mutu benih dari lot yang berbeda dan untuk menduga daya berkecambah di lapangan. Daya berkecambah benih memberikan informasi kepada pemakai benih akan kemampuan benih tumbuh normal menjadi tanaman yang berproduksi tinggi dalam keadaan biofisik lapangan yang serba optimum. Parameter pengujian berupa persentase kecambah normal berdasarkan penilaian terhadap struktur tumbuh embrio yang diamati secara langsung. Menurut Soetopo (2002) persentase perkecambahan adalah persentase kecambah normal yang dapat dihasilkan oleh benih murni pada kondisi yang menguntungkan dalam jangka waktu yang sudah ditetapkan. Bewley dan Black (1985) mengatakan perkecambahan yang sempurna ditandai dengan penetrasi struktur embrio berupa radikula dari testa benih. Plumula dan radikula yang tumbuh diharapkan dapat menghasilkan kecambah yang normal, jika faktor lingkungan mendukung. Copeland dan McDonald (2001) menyatakan perkecambahan padi merupakan suatu rangkaian kompleks dari perubahan-perubahan morfologi, fisiologi dan biokimia.

[image:33.612.123.508.109.243.2]
(34)

embrio, secara biokimiawi merupakan rangkaian perubahan lintasan-lintasan oksidatif dan biosintesis. Mugnisjah (2007) menyatakan menurut disiplin teknologi benih, perkecambahan benih adalah muncul dan berkembangnya struktur penting embrio yang menunjukkan kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal dalam kondisi lingkungan yang menguntungkan.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Ponelo Merah

Maraya

Buruno

Jorone

Pulo

Ponelo Putih

D a y a b e r k e c a m b a h ( % )

Periode after-ripening

(minggu)

Gambar 1. Peningkatan daya berkecambah enam kultivar padi gogo selama periode after ripening

[image:34.612.121.497.189.467.2]
(35)

berbeda-beda tergantung spesies atau varietasnya. Benih padi membutuhkan periode ini antara 4 – 8 minggu.

Keenam kultivar padi gogo yang digunakan memiliki persistensi dormansi yang berbeda-beda. Persistensi dormansi kultivar Maraya 5.9 minggu, Ponelo Putih 6.4 minggu, kultivar Buruno 7.1 minggu, kultivar Jorone 7.7 minggu, kultivar Ponelo Merah 9.9 minggu dan kultivar Pulo 10.5 minggu (Tabel 2). Penelitian Santika (2006) menunjukkan bahwa pada varietas dan galur kelompok padi gogo, rata-rata patah dormansinya pada minggu ke-4 hingga minggu ke-10. Hasil penelitian Ilyas dan Diarni (2007) juga menunjukkan adanya variasi perisistensi dormansi pada padi gogo, yaitu padi gogo varietas Kalimutu memiliki persistensi dormansi singkat yaitu hanya 3 minggu, diikuti Way Rarem 4 minggu, Gajah Mungkur 6 minggu sedangkan Jatiluhur memiliki persistensi paling lama yaitu 9 minggu. Pada penelitian ini perbedaan persistensi dormansi disebabkan oleh perbedaan genetik karena keenam kultivar ditanam di lingkungan relatif sama (di satu desa) pada musim yang sama yaitu Oktober 2010 hingga Februari 2011 dan dipanen pada tahap perkembangan benih yang sama yaitu umur panen 125 HST.

Perbedaanpersistensi dormansi antar kultivar juga berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi masa dormansi. Dilaporkan bahwa panjang pendeknya masa dormansi benih padi berhubungan dengan banyaknya asam lemak jenuh berantai pendek (IRRI 1987), tingkat impermeabilitas kulit benih terhadap air atau oksigen, dan banyak sedikitnya kandungan zat penghambat perkecambahan (Salisburry & Ross 1995).

Persistensi dormansi padi digolongkan menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu padi yang memiliki persistensi pendek (kurang dari 4 minggu), persistensi sedang (4-8 minggu) dan persistensi panjang (lebih dari 8 minggu) (Nugraha & Soejadi, 1991). Berdasarkan kriteria tersebut maka padi gogo kultivar Maraya, Jorone, Buruno dan Ponelo Putih digolongkan kedalam persistensi sedang, kultivar Ponelo Merah dan Pulo tergolong padi gogo dengan persistensi dormansi panjang

(36)

mempunyai masa dormansi yang panjang (Santika 2006). Ada pula yang mengemukakan bahwa varietas padi yang berumur pendek tidak selalu memiliki periode dormansi yang pendek (IRRI 1987).

[image:36.612.133.490.285.566.2]

Intensitas dormansi (ID) pada awal periode after-ripening dan persistensi dormansi (PD) tidak menunjukkan korelasi yang nyata (r = 0.437) (Gambar 2). Pada grafik linier sederhana nilai koefisien determinasi (R2) sangat kecil yaitu 0.191. Benih dengan nilai intensitas dormansi (ID) yang tinggi diawal periode after-ripening tidak selalu memiliki persistensi dormansi (PD) yang panjang dan sebaliknya benih dengan ID yang rendah tidak selalu memiliki nilai PD yang pendek.

Gambar 2 Korelasi antara intensitas dormansi dan persistensi dormansi y = 0,802x + 86,54

R² = 0,191 r = 0.437

88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99

0 2 4 6 8 10 12

Persistensi dormansi (Minggu)

Pulo

Maraya

Jorone Ponelo Merah Ponelo

Putih

Buruno

Int

ens

it

as

dor

m

ans

i

(%

(37)

Percobaan 2 Pengaruh teknik pematahan dormansi benih selama periode after-ripening enam kultivar padi gogo

Hasil

Pengaruh teknik pematahan dormansi benih selama periode after-ripening kultivar Ponelo Merah

Hasil analisis ragam pengaruh periode after-ripening dan teknik pematahan dormansi dapat dilihat di Lampiran 3-6. Rekapitulasi analisis ragam pada Tabel 3 menunjukkan adanya pengaruh periode after-ripening dan teknik pematahan dormansi yang sangat nyata pada tolok ukur daya berkecambah, kecepatan tumbuh, potensi tumbuh maksimum. dan intensitas dormansi, baik faktor tunggal maupun interaksi antara keduanya.

Tabel 3 Rekapitulasi analisis ragam pengaruh periode after ripening (P) dan pematahan dormansi (D) dan interaksinya (PD) terhadap daya berkecambah, potensi tumbuh maksimum, kecepatan tumbuh dan intensitas dormansi kultivar Ponelo Merah

P

D

PD

Daya berkecambah

**

**

**

10.50%

Potensi tumbuh maksimum

**

**

**

10.71%

Kecepatan tumbuh

**

**

**

8.28%

Intensitas dormansi

** ** **

17.30%

Tolok ukur

KK

Keterangan : ** = Berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%

Perlakuan

Persentase daya berkecambah 80% pada kontrol dicapai pada minggu ke-9 (Tabel 4). Perlakuan pematahan dormansi dengan KNO3 dan perendaman dalam

air merupakan metode yang paling efektif mematahkan dormansi kultivar Ponelo Merah pada minggu ke 4. Pada kedua perlakuan tersebut, persentase daya berkecambah kultivar Ponelo Merah sebesar 84.50%. Metode pemanasan dengan suhu 500C selama 48 jam efektif mematahkan dormansi pada minggu ke-7 dengan persentase daya berkecambah sebesar 84%.

Benih kultivar Ponelo Merah yang sudah disimpan melewati periode after-ripening 9 minggu tidak lagi memerlukan perlakuan pematahan dormansi karena persentase daya berkecambahnya lebih dari 80% . Persentase daya berkecambah dapat ditingkatkan melalui perlakuan perendaman dalam KNO3 dan perendaman

(38)

Tabel 4 Pengaruh interaksi antara periode after-ripening dan pematahan dormansi terhadap tolok ukur daya berkecambah (DB), potensi tumbuh maksimum (PTM) dan kecepatan tumbuh (KCT) dan

intensitas dormansi (ID) benih kultivar Ponelo Merah

Periode

After Ripening

Minggu Ke…

0 8.00no 29.00jk 35.00ijk 13.50mno

1 5.00o 39.50hi 46.00gh 7.00no

2 11.00mno 43.00hi 52.50g 20.00lm

3 5.00o 64.50f 79.00e 15.00mno

4 13.50mno 84.50de 84.50de 37.00hij

5 27.00kl 84.50de 86.00b-e 67.50f

6 40.00hi 83.00de 96.50a 70.00f

7 63.00f 83.50de 92.50a-d 84.00de

8 61.50f 84.00de 95.50ab 87.50a-e

9 85.50cde 89.50a-d 94.50abc 90.50a-d

0 8.00o 39.00jkl 40.50jk 31.50lm

1 5.00o 48.50ij 52.50hi 28.50mn

2 22.50n 60.00gh 56.00hi 43.50jk

3 24.50mn 78.00def 82.50c-f 48.00ij

4 40.00jk 89.50abc 88.50abc 79.00def

5 56.50hi 88.50abc 90.00abc 86.50bcd

6 66.50g 84.50b-e 97.50a 90.50abc

7 76.00ef 89.00abc 96.50a 90.50abc

8 74.50f 91.00abc 96.50a 93.00ab

9 90.50abc 91.00abc 97.00a 93.50ab

0 1.31lm 5.16ij 6.91ghi 2.17lm

1 0.74m 6.54ghi 9.89f 1.07m

2 1.67lm 7.54ghi 15.72cd 2.95kl

3 0.80m 11.05f 14.61de 2.46lm

4 2.06lm 15.93cd 16.69c 5.63hij

5 4.12jk 15.94cd 19.01b 10.74f

6 6.21ghi 15.27cd 19.06b 10.69f

7 10.25f 15.48cd 20.31ab 13.51e

8 9.76f 15.59cd 21.35a 14.67de

9 13.28e 16.73c 18.64b 16.05cd

0 92.00a 61.00de 59.50def 67.50cd

1 95.00a 51.50fg 47.50gh 71.50bc

2 77.50b 40.00hi 44.00gh 56.50ef

3 75.50bc 22.00jk 17.50jkl 52.00fg

4 57.00ef 10.00l-o 11.50l-o 20.50jk

5 40.00hi 11.50l-o 10.00l-o 13.50k-n

6 33.50i 15.50j-m 2.50o 9.50l-o

7 18.00jkl 11.00l-o 3.50o 9.50l-o

8 23.50j 9.00l-0 3.50o 6.50mno

9 9.50l-o 9.00l-0 2.50o 5.00no

Keterangan :

Pematahan Dormansi

Kontrol KNO3 Perendaman Pemanasan

DB%

PTM (%)

KC T (% KN pe r e tmal)

ID (%)

[image:38.612.99.512.121.679.2]
(39)

Nilai PTM kontrol pada awal periode after-ripening berbeda nyata dengan ketiga perlakuan pematahan dormansi (Tabel 4). Teknik pematahan dormansi perendaman dalam KNO3 menunjukkan peningkatan nilai PTM pada minggu

ke-2, perendaman dalam air pada minggu ke-3 dan pemanasan 500C pada minggu ke-2. Pada akhir periode after-ripening, nilai PTM antara kontrol dan ketiga teknik pematahan dormansi tidak berbeda nyata dengan kisaran 90.5 hingga 97%. Pada Tabel 4, nilai KCT menunjukkan peningkatan yang nyata sejak minggu

ke-3 pada perlakuan perendaman dalam KNO3 dan sejak minggu ke 4 hingga

akhir periode after-ripening tidak meningkatkan nilai KCT. Pada perlakuan

perendaman dalam air, nilai KCT meningkat sejak minggu ke-5 sedangkan pada

perlakuan pemanasan pada suhu 500C nilai KCT meningkat sejak minggu ke-4.

Pada akhir periode after-ripening nilai KCT tertinggi pada teknik pematahan

dormansi perendaman dalam air sebesar 18.64 % KN per etmal.

Benih kultivar Ponelo Merah pada awal periode after-ripening berbeda nyata dibandingkan ketiga teknik pematahan dormansi. Pada akhir periode after-ripening, nilai ID terendah sebesar 2.50% pada perlakuan pematahan dormansi perendaman dalam air.

Pengaruh teknik pematahan dormansi benih selama periode after-ripening kultivar Maraya

Hasil analisis ragam pengaruh periode after-ripening dan teknik pematahan dormansi dapat dilihat di Lampiran 7-10. Rekapitulasi analisi ragam pada Tabel 5 menunjukkan adanya pengaruh periode after-ripening dan teknik pematahan dormansi yang sangat nyata pada tolok ukur daya berkecambah, kecepatan tumbuh, potensi tumbuh maksimum dan intensitas dormansi, baik faktor tunggal maupun interaksi antara keduanya.

(40)

Tabel 5 Rekapitulasi analisis ragam pengaruh periode after ripening (P) dan pematahan dormansi (D) dan interaksinya (PD) terhadap daya berkecambah, potensi tumbuh maksimum, kecepatan tumbuh dan intensitas dormansi kultivar Maraya

P

D

PD

Daya Berkecambah

**

**

**

7.61%

Potensi Tumbuh Maksimum

**

**

**

7.23%

Kecepatan tumbuh

**

**

**

5.87%

Intensitas Dormansi

** ** **

16.59%

Tolok ukur

Perlakuan

KK

Keterangan : ** = Berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%

Pada kultivar Maraya, pematahan dormansi dengan perendaman dalam air selama 48 jam efektif mematahkan dormansi padi sejak minggu pertama dengan persentase daya berkecambah 82%, pematahan dormansi dengan menggunakan KNO3 3% efektif mematahkan dormansi pada pada minggu ke-3 dengan

persentase daya berkecambah sebesar 95.50%, dan pematahan dormansi dengan pemanasan 500C selama 48 jam efektif mematahkan dormansi kultivar maraya pada minggu ke-6 dengan persentase daya berkecambah sebesar 81% (Tabel 6).

Perlakuan pematahan dormansi efektif meningkatkan nilai potensi tumbuh maksimum. Nilai PTM kontrol pada awal periode after-ripening sebesar 10%, pada perlakuan perendaman dalam KNO3 sebesar 61.50%, perlakuan perendaman

dalam air sebesar 74% dan perlakuan pemanasan sebesar 23%. Nilai PTM pada kultivar Maraya dengan teknik pematahan dormansi perendaman KNO3 dan

perendaman dalam air meningkat pada minggu pertama dan pemanasan 500C menunjukkan peningkatan pada minggu ke -2.

Perlakuan perendaman dalam KNO3, air serta pemanasan pada suhu 500C

nilai KCT berbeda nyata sejak minggu ke-2. Nilai KCT pada akhir periode

after-ripening pada kontrol sebesar 15.30%, pada perlakuan perendaman dalam KNO3

sebesar 18.43%. Perlakuan perendaman dalam air memberikan nilai KCT tertinggi

sebesar 21.09% yang menandakan bahwa perlakuan pematahan dormansi dengan perendaman dalam air memberikan vigor yang lebih baik. Perlakuan pemanasan menghasilkan nilai KCT lebih kecil dibanding kontrol yaitu sebesar 12.54% KN

(41)
[image:41.612.110.505.135.666.2]

Tabel 6 Pengaruh interaksi antara periode after-ripening dan pematahan dormansi terhadap tolok ukur daya berkecambah (DB), potensi tumbuh maksimum (PTM) dan kecepatan tumbuh (KCT), dan intensitas dormansi (ID) benih

kultivar Maraya

Periode

After Ripening

Minggu Ke…

0 9.50l 58.50h 66.00gh 23.00k

1 16.00kl 66.00gh 82.00cd 20.00k

2 32.00j 77.50def 89.00bc 33.50j

3 37.00ij 95.50ab 98.00a 43.00i

4 72.00efg 96.00ab 97.00ab 66.00gh

5 77.50def 98.50a 98.50a 70.50fg

6 78.50de 99.50a 100.00a 81.00d

7 93.00ab 97.00ab 97.50a 80.00d

0 10.00l 61.50h 74.00g 32.50j

1 24.00k 76.50fg 88.00cde 47.00i

2 44.00i 82.50ef 92.00bcd 62.00h

3 71.00g 98.50ab 98.50ab 82.50ef

4 89.50cd 98.50ab 99.00ab 93.50a-d

5 87.00de 99.00ab 99.50a 97.00ab 6 82.00ef 99.50a 100.00a 94.50abc

7 97.00ab 98.50ab 98.00ab 98.00ab

0 1.59s 10.69o 13.60ijk 3.71r

1 2.54rs 11.06no 14.67hi 3.17r

2 5.27q 13.71ij 17.15fg 5.52q

3 6.02pq 16.98g 19.25cde 6.90p

4 11.52l-o 18.75de 20.07bcd 10.68o

5 12.91jkl 20.40bc 22.79a 11.46mno

6 12.29j-n 18.15efg 20.45bc 12.26k-n

7 15.30h 18.43ef 21.09b 12.54j-m

0 90.00 (9.51)a 38.50 (6.23)e 26.00 (5.13)fg 67.50 (8.24)bc

1 76.00 (8.75)ab 23.50 (4.85)fgh 12.00 (3.48)ij 53.00 (7.29)d

2 56.00 (7.52)cd 17.50 (4.22)ghi 8.00 (2.90)jkl 38.00 (6.18)e

3 29.00 (5.41)ef 1.50 (1.36)nop 1.50 (1.28)nop 17.50 (4.18)hi

4 10.00 (3.09)jk 1.50 (1.36)nop 1.00 (1.06)op 6.00 (2.48)klm

5 13.00 (3.67)ij 1.00 (1.15)op 0.50 (0.93)op 3.00 (1.74)mno

6 18.00 (4.29)ghi 0.50 (0.93)op 0.00 (0.71)p 5.00 (2.16)lmn

7 2.50 (1.63)m-p 1.50 (1.28)nop 2.00 (1.50)nop 2.00 (1.50)nop Keterangan :

Pematahan Dormansi

Kontrol KNO3 Perendaman Pemanasan DB (%)

PTM (%)

KCT (% KN per etmal)

ID (%)*

(42)

Benih kultivar Maraya pada awal penyimpanan memiliki intensitas dormansi 90 %. Nilai intensitas dormansi (ID) menunjukkan penurunan seiring dengan pertambahan periode after-ripening. Pada perlakuan pematahan dormansi perendaman dalam KNO3 dan perendaman dalam air tidak berbeda nyata sejak minggu ke-3 hingga akhir periode after-ripening. Pada minggu ke-7, nilai ID tidak berbeda nyata antara kontrol dan ketiga teknik pematahan dormansi lainnya dengan kisaran antara 1.5 hingga 2.5%.

Pengaruh teknik pematahan dormansi benih selama periode after-ripening kultivar Buruno

Hasil analisis ragam pengaruh periode after-ripening dan teknik pematahan dormansi dapat dilihat di Lampiran 11-14. Rekapitulasi analisi ragam pada Tabel 7 menunjukkan adanya pengaruh periode after-ripening dan teknik pematahan dormansi yang sangat nyata pada tolok ukur daya berkecambah, kecepatan tumbuh, potensi tumbuh maksimum dan intensitas dormansi, baik faktor tunggal maupun interaksi antara keduanya.

Tabel 7 Rekapitulasi analisis ragam pengaruh periode after ripening (P) dan pematahan dormansi (D) dan interaksinya (PD) terhadap daya berkecambah, potensi tumbuh maksimum, kecepatan tumbuh dan intensitas dormansi kultivar Buruno

P D PD

Daya Berkecambah ** ** ** 9.28%

Potensi Tumbuh Maksimum ** ** ** 9.34%

Kecepatan Tumbuh ** ** ** 8.99%

Intensitas Dormansi ** ** ** 19.72%

Tolok ukur Perlakuan KK

Keterangan : ** = Berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%

(43)
[image:43.612.117.504.143.672.2]

Tabel 8 Pengaruh interaksi antara periode after-ripening dan pematahan dormansi terhadap tolok ukur daya berkecambah (DB), potensi tumbuh maksimum (PTM) dan kecepatan tumbuh (KCT), dan intensitas dormansi (ID) benih

kultivar Buruno Periode

After Ripening

Minggu Ke…

0 4.50o 71.50ghi 92.50a-d 35.00kl

1 10.00no 87.00a-e 95.00ab 51.50j

2 19.00mn 98.00a 94.00ab 69.50hi

3 42.00jk 90.50a-e 93.50abc 12.50no

4 48.50j 92.00a-d 94.00ab 87.50a-e

5 73.50fgh 90.00a-e 95.00ab 28.00lm

6 62.00i 88.00a-e 94.50ab 84.00b-f

7 81.00d-g 88.50a-e 91.00a-e 80.00e-h

8 82.00c-g 88.50a-e 92.00a-d 83.00b-f

0 7.50n 74.00fgh 93.50abc 41.50l

1 13.50mn 88.00a-e 95.00ab 68.50ghi

2 20.00m 98.00a 94.00abc 81.50def

3 47.00kl 94.00abc 94.50abc 53.00jk

4 53.00jk 94.50abc 95.50ab 92.00a-d

5 77.50efg 92.00a-d 96.00ab 64.50hi

6 63.00ij 89.50a-d 94.50abc 92.50a-d

7 84.00b-f 91.50a-d 91.00a-d 88.00a-e

8 82.50c-f 92.00a-d 92.00a-d 92.50a-d

0 0.78s 13.38jkl 20.05b 5.63op

1 1.58rs 14.84ij 17.12fgh 8.08n

2 3.19qr 17.48e-h 19.33b-e 11.96l

3 6.83no 15.78hi 18.84b-f 1.98rs

4 8.04n 17.73d-h 19.87bc 14.37ijk

5 11.89l 17.95c-g 21.85a 4.55pq

6 9.94m 16.37ghi 19.63bcd 12.57kl

7 12.84kl 16.05ghi 19.18b-e 12.33kl

8 13.56jkl 15.77hi 19.56bcd 12.80kl

0 92.50 (9.64) a 26.00 (4.92) efg 6.50 (2.55) jkl 56.00 (7.51) b 1 86.50 (9.33) a 12.00 (3.5) h-k 5.00 (2.34) kl 31.50 (5.61) def 2 80.00 (8.97) a 2.00 (1.42) l 6.00 (2.48) kl 17.00 (4.14) ghi 3 53.00 (7.30) bc 6.00 (2.51) kl 5.50 (2.44) kl 47.00 (6.86) bcd 4 45.50 (6.75) bcd 5.50 (2.40) kl 4.50 (2.08) kl 7.00 (2.69) jkl 5 22.50 (4.75) fgh 8.00 (2.86) ijk 4.00 (2.09) kl 35.50 (5.75) def 6 37.00 (6.12) cde 10.50 (3.23) ijk 5.50 (2.23) kl 7.50 (2.78) i-l 7 15.00 (3.91) g-j 8.00 (2.86) ijk 8.50 (2.94) ijk 10.50 (3.27) ijk 8 17.00 (4.14) fgh 8.00 (2.86) ijk 4.00 (2.09) kl 7.50 (2.78) def

Keterangan :

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada masing-masing tolok ukur tidak berbeda nyata pada uji DM RTά=5% *Data dalam kurung adalah data transformasi √x+0.5

Pematahan Dormansi

Kontrol KNO3 Perendaman Pemanasan

DB (%)

PTM (%)

KCT (% KN per etmal)

(44)

Pematahan dormansi dengan menggunakan KNO3 3% efektif mematahkan

dormansi pada minggu pertama dengan persentase daya berkecambah 87%. Metode pemanasan 500C selama 48 jam efektif mematahkan dormansi pada minggu ke-4 dengan persentase daya berkecambah sebesar 87.50%.

Pada perlakuan perendaman dalam air, nilai PTM sejak minggu ke 0 hingga tidak berbeda nyata sejak minggu pertama hingga akhir periode after-ripening. Perlakuan pemanasan suhu 500C nilai PTM meningkat pada minggu pertama. Pada akhir periode after-ripening nilai PTM kontrol dengan ketiga teknik pematahan dormansi lainnya berbeda nyata dengan kisaran 82.5% hingga 92.50%.

Nilai KCT beragam antar perlakuan. Pada awal periode after-ripening nilai

KCT berbeda nyata antara kontrol dengan ketiga perlakuan pematahan dormansi,

dimana nilai KCT pada kontrol paling rendah, sebesar 0.78% dan perlakuan

perendaman dalam air memiliki nilai KCT tertinggi, sebesar 20.05%. Nilai KCT

tertinggi pada akhir pengamatan terdapat pada perlakuan perendaman dalam air dan terendah pada perlakuan pematahan dormansi dengan pemanasan pada suhu 500C. Nilai KCT yang tinggi menunjukkan vigor benih tinggi. Nilai KCT kontrol

dan perlakuan perendaman dalam KNO3 sejak minggu ke-2, sedangkan pada

perlakuan pemanasan suhu 500C meningkat pada minggu pertama.

Benih kultivar Buruno pada awal penyimpanan memiliki intensitas dormansi 92.5 %. Nilai intensitas dormansi (ID) menunjukkan penurunan seiring dengan pertambahan periode after-ripening. Berbagai perlakuan pematahan dormansi yang dilakukan pada penelitian ini mampu meningkatkan viabilitas benih baik pada tolok ukur daya berkecambah, kecepatan tumbuh maupun pada potensi tumbuh maksimum Nilai Intensitas dormansi menunjukkan persentase benih dorman pada saat panen. Nilai ID kontrol menunjukkan penurunan yang nyata pada minggu ke 3. Perlakuan perendaman dalam KNO3

(45)

Pengaruh teknik pematahan dormansi benih selama periode after-ripening kultivar Jorone

Hasil analisis ragam pengaruh periode after-ripening dan teknik pematahan dormansi dapat dilihat di Lampiran 15-18. Rekapitulasi analisi ragam pada Tabel 9 menunjukkan adanya pengaruh periode after-ripening dan teknik pematahan dormansi yang sangat nyata pada tolok ukur daya berkecambah, kecepatan tumbuh, potensi tumbuh maksimum dan nyata pada faktor dormansi pada tolok ukur intensitas dormansi

Tabel 9 Rekapitulasi analisis ragam pengaruh periode after ripening (P) dan pematahan dormansi (D) dan interaksinya (PD) terhadap daya berkecambah, potensi tumbuh maksimum, kecepatan tumbuh dan intensitas dormansi kultivar Jorone

P

D

PD

Daya Berkecambah

**

**

**

6.60%

Potensi Tumbuh Maksimum

**

**

**

7.27%

Kecepatan Tumbuh

**

**

**

5.87%

Intensitas Dormansi

** * **

21.16%

* = Nyata pada taraf 5 %

Keterangan : ** = Berpengaruh nyata pada taraf 1%

Tolok ukur

Perlakuan

KK

Persentase daya berkecambah 80% pada kontrol dicapai pada minggu ke-8 (Tabel 10). Pematahan dormansi dengan menggunakan KNO3 3% efektif

mematahkan dormansi pada 0 minggu dengan persentase daya berkecambah 93%. Pematahan dormansi dengan metode perendaman dalam air selama 48 jam juga efektif mematahkan dormansi sejak 0 minggu dengan persentase daya berkecambah 94%. Metode pemanasan 500C selama 48 jam efektif mematahkan dormansi pada minggu ke-7 dengan persentase daya berkecambah 84%. Daya berkecambah kultivar Jorone pada perlakuan perendaman dalam KNO3 dan

[image:45.612.133.506.305.398.2]
(46)

Tabel 10 Pengaruh interaksi antara periode after-ripening dan pematahan dormansi terhadap tolok ukur daya berkecambah (DB), potensi tumbuh maksimum (PTM) dan

Gambar

Tabel 1.  Rekapitulasi analisis ragam pengaruh kultivar terhadap tolok ukur daya berkecambah, intensitas dormansi dan persistensi dormansi
Tabel 2.  Nilai rata-rata pengaruh kultivar padi gogo terhadap tolok ukur intensitas dormansi (ID) dan persistensi dormansi (PD)
Gambar 1. Peningkatan daya berkecambah enam kultivar padi gogo selama periode after ripening
Gambar 2  Korelasi antara intensitas dormansi dan persistensi dormansi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Rendahnya nilai indeks dominasi pada stasiun 1 bulan September yaitu dengan rata-rata 0,343 dan pada stasiun 2 bulan November yaitu dengan rata- rata 0,302

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XL-7, 2014 ISPRS Technical Commission VII Symposium, 29 September – 2

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan ampas kedelai dan onggok terfermentasi Rhizopus sp dalam konsentrat domba merino dapat meningkatkan

Status kepemilikan tanah warisan dapat beralih menjadi tanah pelaba pura dalam masyarakat hukum adat di Bali karena Beralih agama menghilangkan status seseorang

Among the speakers employing strategy EH type 3, speakers in both sub-periods preferred to simultaneously employ strategies EH type 1 and 2 (61 vs. 46 speakers in the

Seluruh Staf Pengajar pada Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan pengetahuan kepada penulis hingga akhir studi dan seluruh

Di dalam menentukan pilihan untuk menyekolahkan anaknya, setiap masyarakat menginginkan sekolah yang mempunyai asset (modal) pendidikan yang tetap seperti tanah,

Partai Golkar ). Kenapa ini penting digarisbawahi, sebab akan mengganggu performance bupati nantinya. Arti dalam bagi Ali Baal, bahwa sumbangsih terbesarnya kepada partai