• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh teknik pematahan dormansi benih selama

Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Petak Terbagi (Split Plot Design) yang disusun berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor. Faktor pertama periode after-ripening (P) sebagai petak utama dan perlakuan pematahan dormansi (D) sebagai anak petak.

Faktor periode after ripening (P) terdiri dari 11 sebelas taraf, yaitu : periode 0 – 10 minggu dengan selang waktu satu minggu. Faktor perlakuan pematahan dormansi (D) terdiri dari 4 taraf, yaitu : tanpa perlakuan, digunakan sebagai kontrol, perendaman dalam larutan KNO3 3 % selama 48 jam, stratifikasi suhu tinggi 50 0C selama 48 jam dan perendaman dalam air selama 48 jam. Model rancangan percobaan adalah sebagai berikut :

Keterangan

Yijk = nilai pengamatan faktor periode after-ripening ke-i, faktor pematahan dormansi ke-j dan ulangan ke-k

µ

= rataan umum

Pi = pengaruh utama faktor periode after-ripening ke-i Dj = pengaruh faktor pematahan dormansi taraf ke-j

pik = pengaruh acak faktor periode after-ripening ke-i dan ulangan ke-k (PD)ij = interaksi faktor periode after-ripening ke-i dan faktor pematahan

dormansi ke-j

eijk = pengaruh acak faktor periode after-ripening ke-i, faktor pematahan dormansi ke-j dan ulangan ke-k.

Data yang diperoleh dianalisis ragam. Bila terdapat pengaruh maka dilanjutkan uji lanjut menggunakan Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf nyata 5% .

Pelaksanaan Penelitian

Percobaaan II dilakukan untuk enam kultivar padi gogo lokal Gorontalo secara secara terpisah. Setiap akhir periode after-ripening (0,1,2,3,…11 minggu) dilakukan pematahan dormansi. Tiap ulangan terdiri dari 50 (lima puluh) butir benih. Benih diberi perlakuan pematahan dormansi sebelum dikecambahkan pada pada kertas merang dengan metode uji kertas digulung didirikan dalam plastik (UKDdp). Kertas merang yang digunakan dalam setiap gulungan sebanyak 5 lembar

Pengamatan

Pengamatan untuk setiap variabel percobaan dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Daya berkecambah (DB) dan intensitas dormansi (ID) dihitung sebagaimana pada percobaan 1.

2. Potensi tumbuh Maksimum dihitung berdasarkan persentase jumlah benih yang tumbuh dengan kriteria minimal tumbuh radikula pada akhir pengamatan yaitu hari ke-7.

PTM (%)

=

/ 0$1! #!" 2#%3) ! 4 / 0$1! #!" 53) ! / 6$%&" *!%( ,&+!%!

3. Kecepatan tumbuh (KCT), pengamatan dilakukan setiap hari terhadap persentase kecambah normal dan periode waktu pengamatan (etmal). Nilai etmal kumulatif dimulai saat benih ditanam sampai dengan waktu pengamatan terakhir (Sadjad et al. 1999).. Penentuan kecepatan tumbuh berdasarkan rumus 78 9 : ; <= > Keterangan : 1 etmal = 24 jam

N = persentase kecambah normal pada akhir pengamatan t = periode waktu pengamatan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Percobaan 1 Persistensi dormansi pada enam kultivar padi gogo Persistensi dormansi merupakan tolok ukur yang digunakan benih untuk mengakhiri masa dormansinya. Benih disebut patah dormansinya ditentukan berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai daya berkecambah minimum 80%, menurut standar pengujian laboratorium benih padi (DEPTAN 2009). Hasil analisis ragam pengaruh kultivar terhadap daya berkecambah, persistensi dormansi dan intensitas dormansi dapat dilihat di Lampiran 2 dan rekapitulasi analisis ragam dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rekapitulasi analisis ragam pengaruh kultivar terhadap tolok ukur daya berkecambah, intensitas dormansi dan persistensi dormansi

Tolok Ukur Kultivar KK

Daya berkecambah (%) ** 2.51%

Intensitas dormansi (%) * 3.78%

Persistensi dormansi (minggu) ** 4.63%

Keterangan : ** berpengaruh sangat nyata pada taraf 1% * berpengaruh nyata pada taraf 5%

Benih padi gogo lokal Gorontalo yang baru dipanen memiliki intensitas dormansi yang tinggi, berkisar 89 hingga 98% (Tabel 2). Intensitas dormansi ditunjukkkan oleh persentase benih segar tidak tumbuh (BSTT) pada akhir periode pengujian (7 hari setelah tanam). Banyaknya BSTT menandakan benih tersebut mengalami dormansi. Nilai intensitas dormansi yang tinggi dan beragam juga terdapat pada penelitian Wahyuni et al. (2004) yang menyatakan bahwa intensitas dormansi 32 genotipe padi bervariasi dan semua galur harapan mempunyai intensitas dormansi diatas 80%.

Menurut Copeland dan McDonald (2001) dormansi pada benih padi merupakan dormansi after ripening yang akan patah pada periode waktu tertentu. Persentase benih nondorman meningkat dengan bertambahnya waktu penyimpanan, ditunjukkan dengan meningkatnya daya berkecambah benih (Gambar 1) seiring dengan periode simpan yang disebut dengan periode after-ripening.

Tabel 2. Nilai rata-rata pengaruh kultivar padi gogo terhadap tolok ukur intensitas dormansi (ID) dan persistensi dormansi (PD)

Ponelo Merah 92.0 bc 9.9 b Maraya 90.0 c 5.9 f Buruno 92.5 bc 7.1 d Jorone 89.0 c 7.7 c Pulo 98.0 a 10.6 a Ponelo Putih 96.0 ab 6.5 e

ID pada awal periode

after-ripening (%) PD (Minggu)

Angka yang diikut i oleh huruf yang sama pada masing-masing t olok ukur tidak berbeda nyat a pada uji DMRT 5%

Kultivar

Tolok ukur

Keterangan :

Pengujian daya berkecambah mempunyai tujuan untuk menentukan potensi perkecambahan maksimal dari suatu lot benih, yang dapat digunakan untuk membandingkan mutu benih dari lot yang berbeda dan untuk menduga daya berkecambah di lapangan. Daya berkecambah benih memberikan informasi kepada pemakai benih akan kemampuan benih tumbuh normal menjadi tanaman yang berproduksi tinggi dalam keadaan biofisik lapangan yang serba optimum. Parameter pengujian berupa persentase kecambah normal berdasarkan penilaian terhadap struktur tumbuh embrio yang diamati secara langsung. Menurut Soetopo (2002) persentase perkecambahan adalah persentase kecambah normal yang dapat dihasilkan oleh benih murni pada kondisi yang menguntungkan dalam jangka waktu yang sudah ditetapkan. Bewley dan Black (1985) mengatakan perkecambahan yang sempurna ditandai dengan penetrasi struktur embrio berupa radikula dari testa benih. Plumula dan radikula yang tumbuh diharapkan dapat menghasilkan kecambah yang normal, jika faktor lingkungan mendukung. Copeland dan McDonald (2001) menyatakan perkecambahan padi merupakan suatu rangkaian kompleks dari perubahan-perubahan morfologi, fisiologi dan biokimia.

Persentase daya berkecambah kultivar padi gogo lokal Gorontalo meningkat seiring dengan bertambahnya periode after-ripening (Gambar 1). Menurut Jann dan Amen (1977) secara morfologi perkecambahan benih adalah perubahan bentuk dari embrio menjadi kecambah, secara fisiologi perkecambahan benih adalah dimulainya kembali proses metabolisme dan struktur penting

embrio, secara biokimiawi merupakan rangkaian perubahan lintasan-lintasan oksidatif dan biosintesis. Mugnisjah (2007) menyatakan menurut disiplin teknologi benih, perkecambahan benih adalah muncul dan berkembangnya struktur penting embrio yang menunjukkan kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal dalam kondisi lingkungan yang menguntungkan.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Ponelo Merah

Maraya

Buruno

Jorone

Pulo

Ponelo Putih

D a y a b e r k e c a m b a h ( % )

Periode after-ripening(minggu)

Gambar 1. Peningkatan daya berkecambah enam kultivar padi gogo selama periode after ripening

Peningkatan daya berkecambah hingga akhir pengamatan merupakan indikasi bahwa benih kultivar padi gogo lokal Gorontalo belum mengalami kemunduran (deteriorasi) selama periode after-ripening pada kondisi penyimpanan dengan kadar air berkisar antara 11.58 hingga 16.27% (Lampiran 1) yang disimpan pada kemasan plastik polietilen pada ruang simpan dengan suhu 26-310C dan RH 64-80%. Benih-benih abnormal pada pengamatan minggu pertama menunjukkan bahwa benih tersebut merupakan benih dorman yang akan patah dormansinya setelah periode after-ripening. Mugnisjah (2007) menyatakan bahwa kebutuhan benih akan penyimpanan kering untuk pemecahan dormansi

berbeda-beda tergantung spesies atau varietasnya. Benih padi membutuhkan periode ini antara 4 – 8 minggu.

Keenam kultivar padi gogo yang digunakan memiliki persistensi dormansi yang berbeda-beda. Persistensi dormansi kultivar Maraya 5.9 minggu, Ponelo Putih 6.4 minggu, kultivar Buruno 7.1 minggu, kultivar Jorone 7.7 minggu, kultivar Ponelo Merah 9.9 minggu dan kultivar Pulo 10.5 minggu (Tabel 2). Penelitian Santika (2006) menunjukkan bahwa pada varietas dan galur kelompok padi gogo, rata-rata patah dormansinya pada minggu ke-4 hingga minggu ke-10. Hasil penelitian Ilyas dan Diarni (2007) juga menunjukkan adanya variasi perisistensi dormansi pada padi gogo, yaitu padi gogo varietas Kalimutu memiliki persistensi dormansi singkat yaitu hanya 3 minggu, diikuti Way Rarem 4 minggu, Gajah Mungkur 6 minggu sedangkan Jatiluhur memiliki persistensi paling lama yaitu 9 minggu. Pada penelitian ini perbedaan persistensi dormansi disebabkan oleh perbedaan genetik karena keenam kultivar ditanam di lingkungan relatif sama (di satu desa) pada musim yang sama yaitu Oktober 2010 hingga Februari 2011 dan dipanen pada tahap perkembangan benih yang sama yaitu umur panen 125 HST.

Perbedaanpersistensi dormansi antar kultivar juga berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi masa dormansi. Dilaporkan bahwa panjang pendeknya masa dormansi benih padi berhubungan dengan banyaknya asam lemak jenuh berantai pendek (IRRI 1987), tingkat impermeabilitas kulit benih terhadap air atau oksigen, dan banyak sedikitnya kandungan zat penghambat perkecambahan (Salisburry & Ross 1995).

Persistensi dormansi padi digolongkan menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu padi yang memiliki persistensi pendek (kurang dari 4 minggu), persistensi sedang (4-8 minggu) dan persistensi panjang (lebih dari 8 minggu) (Nugraha & Soejadi, 1991). Berdasarkan kriteria tersebut maka padi gogo kultivar Maraya, Jorone, Buruno dan Ponelo Putih digolongkan kedalam persistensi sedang, kultivar Ponelo Merah dan Pulo tergolong padi gogo dengan persistensi dormansi panjang

Padi gogo lokal Gorontalo memiliki umur panen 125 hari dan tergolong padi umur dalam. Beberapa penelitian menyatakan bahwa padi berumur pendek memiliki masa dormansi yang panjang dan varietas yang berumur panjang

mempunyai masa dormansi yang panjang (Santika 2006). Ada pula yang mengemukakan bahwa varietas padi yang berumur pendek tidak selalu memiliki periode dormansi yang pendek (IRRI 1987).

Intensitas dormansi (ID) pada awal periode after-ripening dan persistensi dormansi (PD) tidak menunjukkan korelasi yang nyata (r = 0.437) (Gambar 2). Pada grafik linier sederhana nilai koefisien determinasi (R2) sangat kecil yaitu 0.191. Benih dengan nilai intensitas dormansi (ID) yang tinggi diawal periode after-ripening tidak selalu memiliki persistensi dormansi (PD) yang panjang dan sebaliknya benih dengan ID yang rendah tidak selalu memiliki nilai PD yang pendek.

Gambar 2 Korelasi antara intensitas dormansi dan persistensi dormansi y = 0,802x + 86,54 R² = 0,191 r = 0.437 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 0 2 4 6 8 10 12

Persistensi dormansi (Minggu)

Pulo Maraya Jorone Ponelo Merah Ponelo Putih Buruno Int ens it as dor m ans i (% )

Percobaan 2 Pengaruh teknik pematahan dormansi benih selama periode after-ripening enam kultivar padi gogo

Hasil

Pengaruh teknik pematahan dormansi benih selama periode after-ripening kultivar Ponelo Merah

Hasil analisis ragam pengaruh periode after-ripening dan teknik pematahan dormansi dapat dilihat di Lampiran 3-6. Rekapitulasi analisis ragam pada Tabel 3 menunjukkan adanya pengaruh periode after-ripening dan teknik pematahan dormansi yang sangat nyata pada tolok ukur daya berkecambah, kecepatan tumbuh, potensi tumbuh maksimum. dan intensitas dormansi, baik faktor tunggal maupun interaksi antara keduanya.

Tabel 3 Rekapitulasi analisis ragam pengaruh periode after ripening (P) dan pematahan dormansi (D) dan interaksinya (PD) terhadap daya berkecambah, potensi tumbuh maksimum, kecepatan tumbuh dan intensitas dormansi kultivar Ponelo Merah

P D PD

Daya berkecambah ** ** ** 10.50%

Potensi tumbuh maksimum ** ** ** 10.71%

Kecepatan tumbuh ** ** ** 8.28%

Intensitas dormansi

** ** **

17.30%

Tolok ukur KK

Keterangan : ** = Berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%

Perlakuan

Persentase daya berkecambah 80% pada kontrol dicapai pada minggu ke-9 (Tabel 4). Perlakuan pematahan dormansi dengan KNO3 dan perendaman dalam air merupakan metode yang paling efektif mematahkan dormansi kultivar Ponelo Merah pada minggu ke 4. Pada kedua perlakuan tersebut, persentase daya berkecambah kultivar Ponelo Merah sebesar 84.50%. Metode pemanasan dengan suhu 500C selama 48 jam efektif mematahkan dormansi pada minggu ke-7 dengan persentase daya berkecambah sebesar 84%.

Benih kultivar Ponelo Merah yang sudah disimpan melewati periode after-ripening 9 minggu tidak lagi memerlukan perlakuan pematahan dormansi karena persentase daya berkecambahnya lebih dari 80% . Persentase daya berkecambah dapat ditingkatkan melalui perlakuan perendaman dalam KNO3 dan perendaman dalam air.

Tabel 4 Pengaruh interaksi antara periode after-ripening dan pematahan dormansi terhadap tolok ukur daya berkecambah (DB), potensi tumbuh maksimum (PTM) dan kecepatan tumbuh (KCT) dan intensitas dormansi (ID) benih kultivar Ponelo Merah

Periode After Ripening Minggu Ke… 0 8.00no 29.00jk 35.00ijk 13.50mno 1 5.00o 39.50hi 46.00gh 7.00no 2 11.00mno 43.00hi 52.50g 20.00lm 3 5.00o 64.50f 79.00e 15.00mno 4 13.50mno 84.50de 84.50de 37.00hij 5 27.00kl 84.50de 86.00b-e 67.50f 6 40.00hi 83.00de 96.50a 70.00f 7 63.00f 83.50de 92.50a-d 84.00de 8 61.50f 84.00de 95.50ab 87.50a-e

9 85.50cde 89.50a-d 94.50abc 90.50a-d

0 8.00o 39.00jkl 40.50jk 31.50lm

1 5.00o 48.50ij 52.50hi 28.50mn

2 22.50n 60.00gh 56.00hi 43.50jk

3 24.50mn 78.00def 82.50c-f 48.00ij

4 40.00jk 89.50abc 88.50abc 79.00def

5 56.50hi 88.50abc 90.00abc 86.50bcd 6 66.50g 84.50b-e 97.50a 90.50abc 7 76.00ef 89.00abc 96.50a 90.50abc 8 74.50f 91.00abc 96.50a 93.00ab 9 90.50abc 91.00abc 97.00a 93.50ab 0 1.31lm 5.16ij 6.91ghi 2.17lm 1 0.74m 6.54ghi 9.89f 1.07m 2 1.67lm 7.54ghi 15.72cd 2.95kl 3 0.80m 11.05f 14.61de 2.46lm 4 2.06lm 15.93cd 16.69c 5.63hij 5 4.12jk 15.94cd 19.01b 10.74f 6 6.21ghi 15.27cd 19.06b 10.69f 7 10.25f 15.48cd 20.31ab 13.51e 8 9.76f 15.59cd 21.35a 14.67de 9 13.28e 16.73c 18.64b 16.05cd 0 92.00a 61.00de 59.50def 67.50cd 1 95.00a 51.50fg 47.50gh 71.50bc 2 77.50b 40.00hi 44.00gh 56.50ef 3 75.50bc 22.00jk 17.50jkl 52.00fg 4 57.00ef 10.00l-o 11.50l-o 20.50jk 5 40.00hi 11.50l-o 10.00l-o 13.50k-n 6 33.50i 15.50j-m 2.50o 9.50l-o 7 18.00jkl 11.00l-o 3.50o 9.50l-o 8 23.50j 9.00l-0 3.50o 6.50mno 9 9.50l-o 9.00l-0 2.50o 5.00no Keterangan : Pematahan Dormansi

Kontrol KNO3 Perendaman Pemanasan

DB%

PTM (%)

KC T (% KN pe r e tmal)

ID (%)

Nilai PTM kontrol pada awal periode after-ripening berbeda nyata dengan ketiga perlakuan pematahan dormansi (Tabel 4). Teknik pematahan dormansi perendaman dalam KNO3 menunjukkan peningkatan nilai PTM pada minggu ke-2, perendaman dalam air pada minggu ke-3 dan pemanasan 500C pada minggu ke-2. Pada akhir periode after-ripening, nilai PTM antara kontrol dan ketiga teknik pematahan dormansi tidak berbeda nyata dengan kisaran 90.5 hingga 97%. Pada Tabel 4, nilai KCT menunjukkan peningkatan yang nyata sejak minggu ke-3 pada perlakuan perendaman dalam KNO3 dan sejak minggu ke 4 hingga akhir periode after-ripening tidak meningkatkan nilai KCT. Pada perlakuan perendaman dalam air, nilai KCT meningkat sejak minggu ke-5 sedangkan pada perlakuan pemanasan pada suhu 500C nilai KCT meningkat sejak minggu ke-4. Pada akhir periode after-ripening nilai KCT tertinggi pada teknik pematahan dormansi perendaman dalam air sebesar 18.64 % KN per etmal.

Benih kultivar Ponelo Merah pada awal periode after-ripening berbeda nyata dibandingkan ketiga teknik pematahan dormansi. Pada akhir periode after-ripening, nilai ID terendah sebesar 2.50% pada perlakuan pematahan dormansi perendaman dalam air.

Pengaruh teknik pematahan dormansi benih selama periode after-ripening kultivar Maraya

Hasil analisis ragam pengaruh periode after-ripening dan teknik pematahan dormansi dapat dilihat di Lampiran 7-10. Rekapitulasi analisi ragam pada Tabel 5 menunjukkan adanya pengaruh periode after-ripening dan teknik pematahan dormansi yang sangat nyata pada tolok ukur daya berkecambah, kecepatan tumbuh, potensi tumbuh maksimum dan intensitas dormansi, baik faktor tunggal maupun interaksi antara keduanya.

Persentase daya berkecambah pada kontrol pada awal periode after-ripening sebesar 9.50% dan patah secara alami pada minggu ke-7 dengan persentase daya berkecambah sebesar 93% (Tabel 6).

Tabel 5 Rekapitulasi analisis ragam pengaruh periode after ripening (P) dan pematahan dormansi (D) dan interaksinya (PD) terhadap daya berkecambah, potensi tumbuh maksimum, kecepatan tumbuh dan intensitas dormansi kultivar Maraya

P D PD

Daya Berkecambah ** ** ** 7.61%

Potensi Tumbuh Maksimum ** ** ** 7.23%

Kecepatan tumbuh ** ** ** 5.87%

Intensitas Dormansi

** ** **

16.59%

Tolok ukur Perlakuan KK

Keterangan : ** = Berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%

Pada kultivar Maraya, pematahan dormansi dengan perendaman dalam air selama 48 jam efektif mematahkan dormansi padi sejak minggu pertama dengan persentase daya berkecambah 82%, pematahan dormansi dengan menggunakan KNO3 3% efektif mematahkan dormansi pada pada minggu ke-3 dengan persentase daya berkecambah sebesar 95.50%, dan pematahan dormansi dengan pemanasan 500C selama 48 jam efektif mematahkan dormansi kultivar maraya pada minggu ke-6 dengan persentase daya berkecambah sebesar 81% (Tabel 6).

Perlakuan pematahan dormansi efektif meningkatkan nilai potensi tumbuh maksimum. Nilai PTM kontrol pada awal periode after-ripening sebesar 10%, pada perlakuan perendaman dalam KNO3 sebesar 61.50%, perlakuan perendaman dalam air sebesar 74% dan perlakuan pemanasan sebesar 23%. Nilai PTM pada kultivar Maraya dengan teknik pematahan dormansi perendaman KNO3 dan perendaman dalam air meningkat pada minggu pertama dan pemanasan 500C menunjukkan peningkatan pada minggu ke -2.

Perlakuan perendaman dalam KNO3, air serta pemanasan pada suhu 500C nilai KCT berbeda nyata sejak minggu ke-2. Nilai KCT pada akhir periode after-ripening pada kontrol sebesar 15.30%, pada perlakuan perendaman dalam KNO3

sebesar 18.43%. Perlakuan perendaman dalam air memberikan nilai KCT tertinggi sebesar 21.09% yang menandakan bahwa perlakuan pematahan dormansi dengan perendaman dalam air memberikan vigor yang lebih baik. Perlakuan pemanasan menghasilkan nilai KCT lebih kecil dibanding kontrol yaitu sebesar 12.54% KN per etmal, hal ini nyata menunjukkan bahwa perlakuan tersebut tidak efektif dalam mematahkan dormansi.

Tabel 6 Pengaruh interaksi antara periode after-ripening dan pematahan dormansi terhadap tolok ukur daya berkecambah (DB), potensi tumbuh maksimum (PTM) dan kecepatan tumbuh (KCT), dan intensitas dormansi (ID) benih kultivar Maraya Periode After Ripening Minggu Ke… 0 9.50l 58.50h 66.00gh 23.00k 1 16.00kl 66.00gh 82.00cd 20.00k 2 32.00j 77.50def 89.00bc 33.50j 3 37.00ij 95.50ab 98.00a 43.00i 4 72.00efg 96.00ab 97.00ab 66.00gh 5 77.50def 98.50a 98.50a 70.50fg 6 78.50de 99.50a 100.00a 81.00d 7 93.00ab 97.00ab 97.50a 80.00d 0 10.00l 61.50h 74.00g 32.50j 1 24.00k 76.50fg 88.00cde 47.00i 2 44.00i 82.50ef 92.00bcd 62.00h 3 71.00g 98.50ab 98.50ab 82.50ef 4 89.50cd 98.50ab 99.00ab 93.50a-d 5 87.00de 99.00ab 99.50a 97.00ab 6 82.00ef 99.50a 100.00a 94.50abc 7 97.00ab 98.50ab 98.00ab 98.00ab 0 1.59s 10.69o 13.60ijk 3.71r 1 2.54rs 11.06no 14.67hi 3.17r 2 5.27q 13.71ij 17.15fg 5.52q 3 6.02pq 16.98g 19.25cde 6.90p 4 11.52l-o 18.75de 20.07bcd 10.68o 5 12.91jkl 20.40bc 22.79a 11.46mno 6 12.29j-n 18.15efg 20.45bc 12.26k-n 7 15.30h 18.43ef 21.09b 12.54j-m 0 90.00 (9.51)a 38.50 (6.23)e 26.00 (5.13)fg 67.50 (8.24)bc 1 76.00 (8.75)ab 23.50 (4.85)fgh 12.00 (3.48)ij 53.00 (7.29)d 2 56.00 (7.52)cd 17.50 (4.22)ghi 8.00 (2.90)jkl 38.00 (6.18)e 3 29.00 (5.41)ef 1.50 (1.36)nop 1.50 (1.28)nop 17.50 (4.18)hi 4 10.00 (3.09)jk 1.50 (1.36)nop 1.00 (1.06)op 6.00 (2.48)klm 5 13.00 (3.67)ij 1.00 (1.15)op 0.50 (0.93)op 3.00 (1.74)mno 6 18.00 (4.29)ghi 0.50 (0.93)op 0.00 (0.71)p 5.00 (2.16)lmn

7 2.50 (1.63)m-p 1.50 (1.28)nop 2.00 (1.50)nop 2.00 (1.50)nop Keterangan :

Pematahan Dormansi

Kontrol KNO3 Perendaman Pemanasan DB (%)

PTM (%)

KCT (% KN per etmal)

ID (%)*

Angka y ang diikuti oleh huruf y ang sama p ada masing-masing tolok ukur tidak berbeda ny ata p ada uji DM RTά=5% *Data dalam kurung adalah data transformasi √x+0.5

Benih kultivar Maraya pada awal penyimpanan memiliki intensitas dormansi 90 %. Nilai intensitas dormansi (ID) menunjukkan penurunan seiring dengan pertambahan periode after-ripening. Pada perlakuan pematahan dormansi perendaman dalam KNO3 dan perendaman dalam air tidak berbeda nyata sejak minggu ke-3 hingga akhir periode after-ripening. Pada minggu ke-7, nilai ID tidak berbeda nyata antara kontrol dan ketiga teknik pematahan dormansi lainnya dengan kisaran antara 1.5 hingga 2.5%.

Pengaruh teknik pematahan dormansi benih selama periode after-ripening kultivar Buruno

Hasil analisis ragam pengaruh periode after-ripening dan teknik pematahan dormansi dapat dilihat di Lampiran 11-14. Rekapitulasi analisi ragam pada Tabel 7 menunjukkan adanya pengaruh periode after-ripening dan teknik pematahan dormansi yang sangat nyata pada tolok ukur daya berkecambah, kecepatan tumbuh, potensi tumbuh maksimum dan intensitas dormansi, baik faktor tunggal maupun interaksi antara keduanya.

Tabel 7 Rekapitulasi analisis ragam pengaruh periode after ripening (P) dan pematahan dormansi (D) dan interaksinya (PD) terhadap daya berkecambah, potensi tumbuh maksimum, kecepatan tumbuh dan intensitas dormansi kultivar Buruno

P D PD

Daya Berkecambah ** ** ** 9.28%

Potensi Tumbuh Maksimum ** ** ** 9.34%

Kecepatan Tumbuh ** ** ** 8.99%

Intensitas Dormansi ** ** ** 19.72%

Tolok ukur Perlakuan KK

Keterangan : ** = Berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%

Persentase daya berkecambah 81% kultivar Buruno secara alami dicapai pada minggu ke-7 (Tabel 8). Pematahan dormansi dengan metode perendaman dalam air selama 48 jam merupakan metode yang paling efektif mematahkan dormansi pada kultivar buruno karena pada perlakuan ini patah dormansinya sejak 0 minggu dengan persentase daya berkecambah 92.50%.

Tabel 8 Pengaruh interaksi antara periode after-ripening dan pematahan dormansi terhadap tolok ukur daya berkecambah (DB), potensi tumbuh maksimum (PTM) dan kecepatan tumbuh (KCT), dan intensitas dormansi (ID) benih kultivar Buruno Periode After Ripening Minggu Ke… 0 4.50o 71.50ghi 92.50a-d 35.00kl 1 10.00no 87.00a-e 95.00ab 51.50j 2 19.00mn 98.00a 94.00ab 69.50hi 3 42.00jk 90.50a-e 93.50abc 12.50no 4 48.50j 92.00a-d 94.00ab 87.50a-e 5 73.50fgh 90.00a-e 95.00ab 28.00lm 6 62.00i 88.00a-e 94.50ab 84.00b-f

7 81.00d-g 88.50a-e 91.00a-e 80.00e-h

8 82.00c-g 88.50a-e 92.00a-d 83.00b-f 0 7.50n 74.00fgh 93.50abc 41.50l 1 13.50mn 88.00a-e 95.00ab 68.50ghi 2 20.00m 98.00a 94.00abc 81.50def 3 47.00kl 94.00abc 94.50abc 53.00jk 4 53.00jk 94.50abc 95.50ab 92.00a-d 5 77.50efg 92.00a-d 96.00ab 64.50hi

6 63.00ij 89.50a-d 94.50abc 92.50a-d

7 84.00b-f 91.50a-d 91.00a-d 88.00a-e

8 82.50c-f 92.00a-d 92.00a-d 92.50a-d

0 0.78s 13.38jkl 20.05b 5.63op 1 1.58rs 14.84ij 17.12fgh 8.08n 2 3.19qr 17.48e-h 19.33b-e 11.96l 3 6.83no 15.78hi 18.84b-f 1.98rs 4 8.04n 17.73d-h 19.87bc 14.37ijk 5 11.89l 17.95c-g 21.85a 4.55pq 6 9.94m 16.37ghi 19.63bcd 12.57kl 7 12.84kl 16.05ghi 19.18b-e 12.33kl 8 13.56jkl 15.77hi 19.56bcd 12.80kl 0 92.50 (9.64) a 26.00 (4.92) efg 6.50 (2.55) jkl 56.00 (7.51) b 1 86.50 (9.33) a 12.00 (3.5) h-k 5.00 (2.34) kl 31.50 (5.61) def 2 80.00 (8.97) a 2.00 (1.42) l 6.00 (2.48) kl 17.00 (4.14) ghi 3 53.00 (7.30) bc 6.00 (2.51) kl 5.50 (2.44) kl 47.00 (6.86) bcd 4 45.50 (6.75) bcd 5.50 (2.40) kl 4.50 (2.08) kl 7.00 (2.69) jkl 5 22.50 (4.75) fgh 8.00 (2.86) ijk 4.00 (2.09) kl 35.50 (5.75) def 6 37.00 (6.12) cde 10.50 (3.23) ijk 5.50 (2.23) kl 7.50 (2.78) i-l 7 15.00 (3.91) g-j 8.00 (2.86) ijk 8.50 (2.94) ijk 10.50 (3.27) ijk 8 17.00 (4.14) fgh 8.00 (2.86) ijk 4.00 (2.09) kl 7.50 (2.78) def

Keterangan :

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada masing-masing tolok ukur tidak berbeda nyata pada uji DM RTά=5% *Data dalam kurung adalah data transformasi x+0.5

Pematahan Dormansi

Kontrol KNO3 Perendaman Pemanasan

DB (%)

PTM (%)

KCT (% KN per etmal)

Pematahan dormansi dengan menggunakan KNO3 3% efektif mematahkan dormansi pada minggu pertama dengan persentase daya berkecambah 87%. Metode pemanasan 500C selama 48 jam efektif mematahkan dormansi pada minggu ke-4 dengan persentase daya berkecambah sebesar 87.50%.

Pada perlakuan perendaman dalam air, nilai PTM sejak minggu ke 0 hingga tidak berbeda nyata sejak minggu pertama hingga akhir periode after-ripening. Perlakuan pemanasan suhu 500C nilai PTM meningkat pada minggu pertama. Pada akhir periode after-ripening nilai PTM kontrol dengan ketiga teknik pematahan dormansi lainnya berbeda nyata dengan kisaran 82.5% hingga 92.50%.

Nilai KCT beragam antar perlakuan. Pada awal periode after-ripening nilai KCT berbeda nyata antara kontrol dengan ketiga perlakuan pematahan dormansi, dimana nilai KCT pada kontrol paling rendah, sebesar 0.78% dan perlakuan perendaman dalam air memiliki nilai KCT tertinggi, sebesar 20.05%. Nilai KCT

tertinggi pada akhir pengamatan terdapat pada perlakuan perendaman dalam air dan terendah pada perlakuan pematahan dormansi dengan pemanasan pada suhu 500C. Nilai KCT yang tinggi menunjukkan vigor benih tinggi. Nilai KCT kontrol dan perlakuan perendaman dalam KNO3 sejak minggu ke-2, sedangkan pada perlakuan pemanasan suhu 500C meningkat pada minggu pertama.

Benih kultivar Buruno pada awal penyimpanan memiliki intensitas dormansi 92.5 %. Nilai intensitas dormansi (ID) menunjukkan penurunan seiring dengan pertambahan periode after-ripening. Berbagai perlakuan pematahan dormansi yang dilakukan pada penelitian ini mampu meningkatkan viabilitas benih baik pada tolok ukur daya berkecambah, kecepatan tumbuh maupun pada potensi tumbuh maksimum Nilai Intensitas dormansi menunjukkan persentase benih dorman pada saat panen. Nilai ID kontrol menunjukkan penurunan yang nyata pada minggu ke 3. Perlakuan perendaman dalam KNO3 sejak minggu pertama tidak berbeda nyata hingga akhir pengamatan, perlakuan perendaman air sejak awal hingga akhir periode after-ripening tidak memberikan nilai PTM yang berbeda Hal tersebut disebabkan benih sudah patah dormansinya sejak minggu ke-0. Pada perlakuan pemanasan berbeda nyata sejak minggu pertama

Pengaruh teknik pematahan dormansi benih selama periode after-ripening kultivar Jorone

Hasil analisis ragam pengaruh periode after-ripening dan teknik pematahan dormansi dapat dilihat di Lampiran 15-18. Rekapitulasi analisi ragam pada Tabel 9 menunjukkan adanya pengaruh periode after-ripening dan teknik pematahan dormansi yang sangat nyata pada tolok ukur daya berkecambah, kecepatan tumbuh, potensi tumbuh maksimum dan nyata pada faktor dormansi pada tolok ukur intensitas dormansi

Tabel 9 Rekapitulasi analisis ragam pengaruh periode after ripening (P) dan pematahan dormansi (D) dan interaksinya (PD) terhadap daya berkecambah, potensi tumbuh maksimum, kecepatan tumbuh dan intensitas dormansi kultivar Jorone

P D PD

Daya Berkecambah ** ** ** 6.60%

Potensi Tumbuh Maksimum ** ** ** 7.27%

Kecepatan Tumbuh ** ** ** 5.87%

Intensitas Dormansi

** * **

21.16%

* = Nyata pada taraf 5 %

Keterangan : ** = Berpengaruh nyata pada taraf 1%

Tolok ukur Perlakuan KK

Persentase daya berkecambah 80% pada kontrol dicapai pada minggu ke-8

Dokumen terkait