• Tidak ada hasil yang ditemukan

Desain interior layanan anak di Perpustakaan Umum Kapd Kabupaten Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Desain interior layanan anak di Perpustakaan Umum Kapd Kabupaten Bogor"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

DESAIN INTERIOR LAYANAN ANAK DI PERPUSTAKAAN

UMUM KAPD KABUPATEN BOGOR

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Pesyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)

oleh :

Karina Putri Adita

NIM. 1111025100042

PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

(2)
(3)
(4)
(5)

i

ABSTRAK

Karina Putri Adita (NIM. 1111025100042). Desain Interior Layanan Anak di

Perpustakaan Umum KAPD Kabupaten Bogor. Di bawah bimbingan Alfida,

MLIS. Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2015.

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengembangan desain interior meliputi : tatanan desain interior, warna, akustik, elemen pembentuk ruang, perabot dan pencahayaan pada ruang layanan anak di Perpustakaan Umum KAPD Kabupaten Bogor dan membantu Perpustakaan Umum KAPD Kabupaten Bogor untuk meningkatkan layanan anak dengan menyediakan desain interior yang sesuai dengan harapan pemustaka dan pustakawan. Jenis pendekatan ini adalah deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data adalah observasi, wawancara dan kajian pustaka. Sedangkan teknis analisis data adalah reduksi data dan penyajian data. Hasil penelitian adalah pertama adalah tatanan desain interior yang ada pada ruang layanan anak, sudah membuat nyaman para pemustaka. Pemustaka merasa tatanan desain interior yang diberikan tidak menghambat aktivitas mereka di perpustakaan. Kedua, ada beberapa variasi warna namun masih terlihat monoton karena perpaduan warna yang digunakan kurang beragam. Pemustaka merssa senang dengan warna-warna yang ada namun mereka juga menginginkan lebih banyak warna lagi. Sesuai dengan teori Carol R. Brown bahwa penggunaan variasi warna dapat membentuk mood anak. Ketiga, kebisingan yang terjadi dikarenakan tidak adanya peredam suara pada ruang layanan anak. Pustakawan merasa ruangan anak perlu menggunakan peredam suara, karena gangguan yang terjadi adalah kebisingan yang dihasilkan oleh anak-anak menggangu pemustaka di ruangan lain. Sedangkan pemustaka anak-anak merasa tidak terganggu dengan lebisingan yang terjadi di luar ruang anak. Keempat, elemen pembentuk ruang yang ada seperti lantai dan dinding ada bagian yang mengalami kerusakan, hal tersebut dapat menggangu kemanan anak. Pustakawan juga berharap kerusakan tersebut segera diperbaiki. Selain itu pustakawan dan pemustaka menginginkan ditambahkannya aksesoris pada dinding yang berupa gambar pada dinding yang bertujuan untuk meningkatkan imajinasi anak. Kelima, Rak salah satu dari perabot yang seharusnya memiliki dua muka namun yang disediakan hanya rak satu muka, hal tersebut berpengaruh terhadap tatanan desain interior. Selain itu tidak adanya perbedaan perabot untuk anak prasekolah dan usia sekolah menjadi hal yang kurang nyaman, anak-anak yang berumur 10-12 tahun terlihat bahawa kursi dan meja yang disediakan tidak sesuai dengan tinggi mereka atau kurang tinggi dan anak berumur 3 tahun tidak dapat menjangku rak sampai di tingkat paling atas. Keenam, Pencahayaan pada ruang anak Perpustakaan Umum KAPD Kabupaten Bogor, pustakawan dan pemustaka sepakat jika tidak ada masalah dalam pencahayaan. Cahaya matahari yang masuk pada ruangan menyinari dengan baik tanpa adanya hambatan. Tidak ada cahaya yang menyilaukan yang dapat membuat tidak nyaman kepada anak.

(6)

ii

ABSTRACT

Karina Putri Adita (NIM. 1111025100042). Interior Design Services Children’s

Public Library KAPD Bogor Regency. Under the guidance of Alfida, MLIS.

Library Science Program Faculty of Moral and Humanities Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta. 2015.

The purpose of this research is to understand about the development of interior design including : interior design layout, colors, acoustic, space element maker, furniture and

children’s service room lighting in KAPD Kabupaten bogor public library and to help

KAPD Kabupaten bogor public library improving children’s service by providing

interior design that is suit to librarians expectation. This uses a descriptive and qualitative approach. Data collection technique that is used such as observation, interview and literature review, while data analysis technique used are data reduction and data presentation. Firstly, this research results is interior design layout in

children’s service room has made the librarians feel comfortable. Librarians feel that the interior design in the room is not obstructing their activities in the library. Secondly, there are various colors though it still feels monotonous because of the not good colors combination. They love the colors but few of them still want more various colors. Based on Carol R. Brown theory, colors variation can form and affect

children’s mood. Thirdly, there is still noise coming in the library because of the

unavailability of sound reducer in the children’s service room. The librarians feels

that children’s service room needs to have sound reducer , since the noise is caused

from children disturbing librarian in other room, while librarian feels no problem with the noise outside children’s service room. Fourthly, there is damage in space

element maker available such as floors and walls which can cause harm to children’s

safety. Librarians hope that the damage can be fixed at the soonest. Besides that, librarians wish that accessories can be added in the walls – pictures for children to

enhance children’s imagination. Fifthly, they supposed to use two faced rack, but in fact only one faced rack. This affects the interior design. Besides there is no preschool and school aged kit, that makes uncomfortable. 10 – 12 years old child use a not suitable desk and chairs that is look too short or small for them. Also for 3 years old child cannot reach highest rack to get the books. Sixthly, the lighting of children’s room in KAPD Kabupaten Bogor Public Library has been good enough for the librarian. The sun light shines good into the room, not too light that may makes the

children’s uncomfortable.

(7)

iii

KATA PENGANTAR

Assalamilaikum Wr. WB.

Alhamdulillahirabbil‘Alamin, puji syukur selalu penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena kasih dan sayang-NYA penulisan skripsi yang

berjudul “Desain Interior Layanan Anak di Perpustakaan Umum KAPD

Kabipaten Bogor” dapat diselesaikan. Shalawat serta salam tetap tercurahkan

kepada Nabi Muhammad SAW., beserta para sahabat dan keluarganya serta para

pengikutnya hingga hari kiamat. Penulisan skripsi ini merupakapan salah satu

syarat dalam menyelesaikan studi pada Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas

Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan juga tidak terlepas dari bantuan,

motivasi dan bimbingan dari berbagai pihak. Penulis menyampaikan terimakasih

kepada :

1. Bapak Prof. Sukron Kamil, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Adab dan

Humaniora.

2. Bapak Pungki Purnomo, MLIS, selaku Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan dan

Informasi.

3. Bapak Mukmin Suprayogi, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Ilmu

Perpustakaan dan Informasi.

4. Ibu Alfida, MLIS, selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu sabar

memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Amir Fadhilah, S.Sos. M.Si, selaku pembimbing akademik yang

senantiasa membantu dan mendengarkan keluh kesah para mahasiswa/i

bimbingannya.

6. Seluruh jajaran Wakil Dekan dan para Staf Fakultas Adab dan Humaniora

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Bapak Drs. Ferry Adnan, M.Si selaku Kepala Kantor Arsip dan Perpustakaan

Daerah Kabupaten Bogor yang telah mengizinkan penelitian dan memberikan

(8)

iv

8. Kepala, Ibu Nurmawati, S.Sos, Ibu Rini A.md dan seluruh Staf Perpustakaan

Umum KAPD Kabupaten Bogor yang sudah membantu dan meluangkan

waktunya dalam penulisan skripsi ini.

9. Seluruh Dosen Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi yang telah

memberikan ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat.

10.Papa Hendi Heryadi dan mama Setiawati, Rio, Sresi, Uwan, Aki, Om, Tante

dan Sepupu-sepupu yang selalu memberikan bantuan materi, tenaga dan

selalu memotivasi penulis agar skripsi ini dapat terselesaikan.

11.Para sahabat yang telah memberikan bantuan dan selalu memberi motivasi

kepada penulis, Uty, Adzani, Maeta, Ka Arta, Widya, Alfi, Yudha, Iman,

Fajar, Fadil, Syahrum, Indira. Muhammad Putra Halifah yang telah bersedia

meluangkan waktu dan tenaganya untuk menemani serta membantu saat

proses pengerjaan skripsi ini.

12.Ummi dan Pathur teman seperbimbingan yang selalu membantu, serta seluruh

teman-teman seperjuangan Ilmu Perpustakaan dan Informasi angkatan 2011,

khususnya IPI B 2011, Denisya, Ade, Afda, Aini, Arif, Asma, Destia, Eka,

Eko, Maliky, Maria, Mita, Nurul, Syarif, Uli, Wahyu, Wildan dan Yogi.

13.Terimakasih juga untuk pembimbing Bapak Wahabman dan Mas Agung atas

kesempatan dan ilmunya, serta teman-teman saat magang di JOB Pertamina

Talisman Jambi Merang atas doa serta dukungannya Yukha, Maeta, Meina,

Fani, Victor, Mba sade, Mas Yudha dan seluruh staf JOB PTJM.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini,

oleh karena itu penulis meminta maaf dan mengharapkan kritik serta saran yang

membangun agar penulisan skripsi dapat lebih baik lagi. Semoga skripsi yang

telah penulis susun berguna untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Bogor, September 2015

(9)

v

B.Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 5

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

D.Definisi Istilah... 7

E.Sistematika Penulisan ... 8

BAB II TINJAUAN LITERATUR A.Perpustakaan Umum ... 10

1. Pengertian Perpustakaan Umum ... 10

2. Tugas dan Fungsi Perpustakaan Umum... 11

3. Manajemen Perpustakaan ... 12

B.Desain Interior Layanan Anak ... 15

(10)

vi

7. Perabot untuk Anak ... 27

8. Pencahayaan ... 29

C.Pedoman Desain Interior Ruang Anak dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia ... 31

D.Penelitian Terdahulu ... 32

BAB III METODE PENELITIAN A.Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 34

B.Sumber Data ... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Profil Perpustakaan Umum KAPD Kabupaten Bogor ... 39

1. Sejarah ... 39

2. Visi dan Misi ... 40

3. Tugas Pokok dan Fungsi ... 40

4. Struktur Organisasi ... 42

5. Koleksi ... 43

6. Ruang dan Perlengkapan pada Ruang Anak ... 43

7. Lokasi... 44

8. Jam Layanan ... 44

(11)

vii

B.Hasil Penelitian ... 46

1. Pengembangan tatanan desain interior ruang layanan anak

di Perpustakaan Umum KAPD Kabupaten Bogor ... 46

2. Warna-warna yang dipilih untuk ruang layanan anak di

Perpustakaan Umum KAPD Kabupaten Bogor ... 47

3. Kebutuhan peredam suara (akustik) pada ruang layanan

anak di Perpustakaan Umum KAPD Kabupaten Bogor . 49

4. Kondisi elemen pembentuk ruangan yang ada di

Perpustakaan Umum KAPD Kabupaten Bogor ... 51

5. Perabot yang dibutuhkan untuk pemustaka pada ruang

layanan anak di Perpustakaan Umum KAPD Kabupaten

Bogor ... 56

6. Pencahayaan yang ada pada ruang layanan anak di

Perpustakaan Umum KAPD Kabupaten Bogor ... 57

C.Pembahasan ... 58

1. Pengembangan tatanan desain interior ruang layanan anak

di Perpustakaan Umum KAPD Kabupaten Bogor ... 58

2. Warna-warna yang dipilih untuk ruang layanan anak di

Perpustakaan Umum KAPD Kabupaten Bogor ... 60

3. Kebutuhan peredam suara (akustik) pada ruang layanan

anak di Perpustakaan Umum KAPD Kabupaten Bogor . 62

4. Kondisi elemen pembentuk ruangan yang ada di

Perpustakaan Umum KAPD Kabupaten Bogor ... 63

5. Perabot yang dibutuhkan untuk pemustaka pada ruang

layanan anak di Perpustakaan Umum KAPD Kabupaten

Bogor ... 68

6. Pencahayaan yang ada pada ruang layanan anak di

Perpustakaan Umum KAPD Kabupaten Bogor ... 71

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 73

(12)

viii

DAFTAR PUSTAKA ... 76

LAMPIRAN

(13)

ix

DAFTAR GAMBAR

(14)

x

DAFTAR TABEL

(15)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap manusia yang terlahir memiliki kebutuhan yang beragam,

tidak terkecuali kebutuhan akan informasi. Informasi menurut para ahli

yang disimpulkan adalah keterangan, pemberitahuan, atau berita. Engkos

Kosasih mengatakan informasi sifatnya menambah pengetahuan atau

wawasan seseorang1. Informasi akan selalu berkembang namun setiap

manusia memerlukan informasi yang dapat di percaya akan kebenarannya.

Anak-anak atau pun orang dewasa selalu berkeinginan mendapatkan

informasi yang mereka butuhkan dengan tepat dan cepat.

Salah satu jenis lembaga informasi yang tersedia adalah

perpustakaan. Perpustakaan menurut Undang-Undang Republik Indonesia

nomor 43 tahun 2007 pasal 1 ayat 1 tentang perpustakaan bahwa

“Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak

dan karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna

memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi dan

rekreasi para pemustaka”. Salah satu fungsi dari perpustakaan selain

fungsi informasi adalah fungsi rekreasi. Di mana fungsi rekreasi tersebut

dapat diartikan sebagai perpustakaan merupakan tempat belajar yang

menyenangkan. Gambaran dari perpustakaan seharusnya bukan sebuah

tempat yang membosankan.

1

(16)

2 Perpustakaan memiliki berbagai macam layanan yang disediakan,

layanan-layanan tersebut disediakan sesuai dengan jenis perpustakaan itu

sendiri. Perpustakaan umum adalah salah satu jenis dari beberapa macam

jenis perpustakaan. Perpustakaan umum menurut Undang Sudarsana

perpustakaan umum adalah lembaga layanan informasi dan bahan bacaan

kepada masyarakat umum yang tidak membedakan lapisan, golongan,

lapangan pekerjaan, dan lain-lain yang akan menggunakan dan menjadi

sasaran layanan perpustakaan2. Selain itu ditegaskan kembali pada

Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Umum pengertian dari

perpustakaan umum adalah perpustakaan yang diselenggarakan di

pemukiman penduduk (kota atau desa) diperuntukkan bagi semua lapisan

dan golongan masyarakat penduduk pemukiman tersebut untuk melayani

kebutuhannya akan informasi dan bahan bacaan3. Dapat disimpulakan

bahwa perpustakaan umum merupakan tempat dimana masyarakat

mendapatkan pengetahuan tanpa membedakan latar belakang, status

soalial, agama, suku, pendidikan dan lainnya.

Di dalam perpustakaan umum memiliki berbagai layanan, salah

satunya adalah layanan anak. Pada layanan anak disiapkan untuk melayani

kebutuhan informasi anak agar terpenuhi rasa ingin tahu anak-anak, maka

dari itu koleksi harus sesuai dengan kebutuhan anak. Layanan

perpustakaan menurut Darmono, layanan perpustakaan adalah

menawarkan semua bentuk koleksi yang dimiliki perpustakaan kepada

2

Undang Sudarsana, Materi Pokok Pembinaan Minat Baca (Jakarta : Universitas Terbuka, 2008), h. 1.20.

3

(17)

3 pemakai yang datang ke perpustakaan dan meminta informasi yang

dibutuhkannya4. Perpustakaan umum wajib memiliki layanan anak karena

sebagai usaha dari perpustakaan umum untuk meningkatkan minat baca

kepada anak-anak, serta mengenalkan sedini mungkin perpustakaan dan

perpustakaan umum memiliki sasaran pemustaka adalah terdiri dari semua

kalangan.

Layanan anak amat penting terdapat pada perpustakaan, terlebih

lagi perpustakaan umum yang wajib memiliki layanan anak, karena

kebutuhan akan informasi anak berbeda dengan kebutuhan informasi

orang dewasa. Murti Bunanta mengatakan “Dan koleksi haruslah berupa

penyediaan bacaan yang bermutu (atau baik), karena bacaan yang baik

dapat menggugah dan mengembangkan potensi anak5”. Selain koleksi

yang disediakan harus sesuai dengan kebutuhan anak-anak, layanan anak

pada perpustakaan harus memperhatiakan desain interior pada ruangan.

Carol R. Brown mengatakan perlu di ingat bahwa desain ruangan akan

mempengaruhi bagaimana anak-anak berperilaku di perpustakaan6.

Desain interior menurut Francis D.K Ching desain interior

merupakan merencanakan, menata dan merancang ruang-ruang interior

dalam bangunan7. Carol R. Brown juga berkata bahwa “daerah anak harus

dirancang sesuai dengan usia pengguna dan aman bagi anak, anak-anak

harus merasa nyaman dengan prabot, penataan ruangan dan koleksi yang

4

Darmono, Manajemen Dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah (Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia, 2001), h. 134.

5

Murti Bunanta, Buku, Mendongeng dan Minat Membaca (Jakarta : Kelompok Pencinta Bacaan Anak, 2008), h. 158.

6

Brown, Carol R. Planning Library Interiors : The Selection of Furnishing for the 21st Century (Canada : Oryx Press, 1995), h. 95.

7

(18)

4 dipilih”. Tatanan, warna, peredam suara, elemen pembentuk ruang,

perabot dan pencahayaan yang ada pada ruangan anak wajib di perhatikan.

Hal tersebut dapat mempengaruhi keamanan, kenyamanan serta

menciptakan mood terhadap anak. Anak akan tertarik untuk datang ke

perpustakaan jika perpustakaan tersebut memiliki desain interior yang

menarik, sehingga dapat membantu program lain dari perpustakaan

tersebut.

Perpustakaan Umum KAPD Kabupaten Bogor merupakan salah

satu jenis perpustakaan umum yang memiliki layanan anak. Dari hasil

observasi yang sudah penulis lakukan, layanan anak yang ada di

Perpustakaan Umum KAPD Kabupaten Bogor sering di kunjungi

anak-anak untuk belajar dan bermain. Letak yang strategis berdekatan dengan

beberapa sekolah menjadikan layanan anak di Perpustakaan Umum KAPD

Kabupaten Bogor sering di kunjungi. Terlebih lagi sering adanya

kunjungan dari sekolah TK dan PAUD yang terletak di Kabupaten Bogor,

menjadikan layanan anak sering dipergunakan. Desain interior yang

terdapat pada Perpustakaan Umum KAPD Kabupaten Bogor terlihat

berbeda dengan Pedoman Tata Ruang Perabot Perpustakaan yang

dikeluarkan oleh PNRI. Oleh karena itu penulis ingin mengetahui lebih

dalam bagaimana desain interior yang ada di Perpustakaan Umum KAPD

Kabupaten Bogor. Mengapa desain interior layanan anak Perpustakaan

Umum KAPD Kabupaten Bogor berbeda dengan standar yang dikeluarkan

(19)

5 Setelah penjabaran di atas, penulis memutuskan untuk meneliti dan

mendalami serta menuangkan dalam bentuk penulisan skripsi yang

berjudul “Desain Interior Layanan Anak di Perpustakaan Umum

KAPD Kabupaten Bogor”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Batasan masalah pada penelitian ini adalah kajian desain interior yang

dilihat dari aspek :

1. Tatanan desain interior ruang layanan anak seperti apa yang diberikan

Perpustakaan Umum KAPD Kabupaten Bogor.

2. Warna seperti apa yang dibutuhkan untuk ruang anak Perpustakaan

Umum KAPD Kabupaten Bogor .

3. Kebutuhan penggunaan sistem peredam suara (akustik) pada ruang

layanan anak Perpustakaan Umum KAPD Kabupaten Bogor.

4. Kondisi elemen pembentuk ruangan (material finishing) pada ruang

layanan anak di Perpustakaan Umum KAPD Kabupaten Bogor.

5. Perabot yang dibutuhkan oleh anak dengan landasan teori yang

digunakan paada ruang layanan anak di Perpustakaan Umum KAPD

Kabupaten Bogor.

6. Pencahayaan yang dibutuhkan pada ruang layanan anak Perpustakaan

(20)

6 Berdasarkan latar belakang yang telah penulis jabarkan, maka penelitian

ini dapat dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimana pengembangan tatanan desain interior ruang layanan anak

di Perpustakaan Umum KAPD Kabupaten Bogor?

2. Bagaimana warna-warna yang dipilih untuk ruang layanan anak

Perpustakaan Umum KAPD Kabupaten Bogor?

3. Bagaimana kebutuhan ruang layanan anak terhadap peredam suara

(akustik)?

4. Bagaimana kondisi elemen pembentuk ruangan yang ada di

Perpustakaan Umum KAPD Kabupaten Bogor?

5. Bagaimana perabot yang dibutukan untuk para pemustaka layanan

anak di Perpustakaan Umum KAPD Kabupaten Bogor?

6. Bagaimana pencahayaan yang ada di ruang layanan anak

Perpustakaan Umum KAPD Kabupaten Bogor?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berikut tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Mengetahui bagaimana pengembangan desain interior meliputi :

tatanan desain interior, warna, akustik, elemen pembentuk ruang,

perabot dan pencahayaan pada ruang layanan anak di Perpustakaan

Umum KAPD Kabupaten Bogor.

2. Membantu Perpustakaan Umum KAPD Kabupaten Bogor untuk

meningkatkan layanan anak dengan menyediakan desain interior yang

(21)

7 Manfaat Penelitian yang penulis harapkan dari penelitian ini adalah:

1. Memberikan sumbangan yang berupa saran untuk membantu

mengembangkan desain interior layanan anak di Perpustakaan Umum

KAPD Kabupaten bogor mengenai tatanan desain interior, warna,

peredam suara, elemen pembentuk ruang, perabot dan pencahayaan.

2. Menambah khazanah ilmu pengetahuan tentang desain interior

layanan anak, bagi Jurusan Ilmu Perpustakaan.

D. Definisi Istilah

1. Perpustakaan Umum

Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Umum menyatakan

pengertian dari perpustakaan umum adalah perpustakaan yang

diselenggarakan di pemukiman penduduk (kota atau desa)

diperuntukkan bagi semua lapisan dan golongan masyarakat penduduk

pemukiman tersebut untuk melayani kebutuhannya akan informasi

dan bahan bacaan8.

2. Layanan Anak

Menurut Dictionary for Library and Information Science, layanan

anak (childern’ services) adalah layanan perpustakaan untuk

anak-anak sampai dengan umur 12-13 tahun, yang meliputi pengembangan

koleksi untuk remaja, mendongeng, bimbingan mengerjakan tugas,

serta summer reading programs, yang biasa disediakan oleh

8

(22)

8 pustakawan anak pada ruangan khusus untuk anak di sebuah

perpustakaan umum.

3. Desain Interior

Menurut Francis D.K Ching desain interior merupakan merencanakan,

menata dan merancang ruang-ruang interior dalam bangunan9.

Keadaan fisiknya memenuhi kebutuhan dasar kita akan perlindungan,

mempengaruhi bentuk aktivitas dan memenuhi aspirasi kita dan

mengekspresikan gagasan yang menyertai tindakan kita, disamping itu

sebuah desain interior juga mempengaruhi pandangan suasana hati

dan kepribadian kita.

E. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memuat argumentasi seputar penelitian, meliputi

latar belakang, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan

dan manfaat penelitian, metode penelitian, definisi istilah,

penelitian relevan dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN LITERATUR

Bab ini menjelaskan tentang landasan teori mengenai

definisi perpustakaan umum, tugas dan fungsi perpustakaan

umum, perencanaan dan pembentukan gedung /ruangan

perpustakaan, desain interior, tatanan desain interior,

warna, peredam suara, dan lain-lain.

9

(23)

9

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisi tentang metode penelitian apa yang

digunakan seperti jenis dan pendekatan penelitian, sumber

data, pemilihan informan, teknik pengolahan data, teknik

analisis data, dan jadwal penelitian.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi mengenai sejarah berdirinya perpustakaan,

visi dan misi perpustakaan, personalia, struktur organisasi,

dan lainnya. Pembahasan yang lebih mendalam atau hasil

penelitian dijabarkan pada bab ini, jawaban-jawaban dari

segala hal yang diteliti.

BAB V PENUTUP

Bab ini merupakan bab penutup yang berisi penarikan

kesimpulan dan saran yang terkait dalam pelaksanaan

(24)

10 BAB II

TINJAUAN LITERATUR

A. Perpustaakaan Umum

1. Pengertian Perpustakaan Umum

Perpustakaan umum menurut Taslimah Yusuf adalah perpustakaan

yang seluruh atau sebagian dananya disediakan oleh masyarakat dan

penggunaannya tidak terbatas pada kelompok tertentu10. Perpustakaan

umum menurut Undang Sudarsana perpustakaan umum adalah

lembaga layanan informasi dan bahan bacaan kepada masyarakat

umum yang tidak membedakan lapisan, golongan, lapangan

pekerjaan, dan lain-lain yang akan menggunakan dan menjadi sasaran

layanan perpustakaan11.

Selain itu pedoman umum penyelenggaraan perpustakaan umum

dari PNRI juga menyatakan bahwa perpustakaan umum adalah

perpustakaan yang diselenggarakan di pemukiman penduduk (kota

atau desa) diperuntungkan bagi semua lapisan dan golongan

masyarakat penduduk pemukiman tersebut untuk melayani kebutuhan

akan informasi dan bahan bacaan12. Maka dapat disimpulkan bahwa

perpustakaan umum merupakan perpustakaan yang didirikan untuk

kepentingan kebutuhan informasi seluruh masyarakat tanpa

10

Taslimah Yusuf, Manajemen Perpustakaan Umum. (Jakarta: Universitas Terbuka, 2003), h. 17.

11

Undang Sudarsana, Materi Pokok Pembinaan Minat Baca (Jakarta : Universitas Terbuka, 2008), h. 1.20.

12

(25)

11 bedakan golongan. Perpustakaan Umum wajib diselenggarakan di

masing-masing daerah karena kebutuhan informasi untuk masyarakat

harus terpenuhi secara tepat. Perpustakaan juga dapat menghindari

masyarakat dari informasi yang tidak benar, karena perpustakaan

menyediakan informasi yang ilmiah atau dapat dipertanggung

jawabkan. Tidak membatasi golongan salah satu ciri layanan yang

diberikan oleh perpustakaan umum, anak-anak merupakan pemustaka

yang harus diperhatikan akan kebutuhan informasi.

Informasi-informasi yang disediakan juga harus ditempatkan pada ruangan

khusus anak yang menarik dan aman. Untuk itu desain interior yang

baik pada ruangan anak sangat dibutuhkan oleh perpustakaan umum.

2. Tugas dan Fungsi Perpustakaan Umum

Dalam Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Umum

juga tertulis bahwa tugas pokok perpustakaan umum adalah

menyediakan, mengolah, memelihara dan mendayagunakan koleksi

bahan pustaka, menyediakan sarana pemanfaatannya dan melayani

masyarakat pengguna yang membutuhkan informasi dan bahan

bacaan. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, perpustakaan

umum melaksanakan fungsi di antaranya13 :

a. Pengkaji kebutuhan pemakai dalam hal informasi dan bahan

bacaan.

b. Penyedia bahan pustaka yang diperkirakan diperlukan, melalui

pembelian, langganan, tukar-menukar, dan lain-lain.

13

(26)

12 c. Pengolahan dan penyiapan setiap bahan pustaka.

d. Penyimpanan dan pemeliharaan koleksi.

e. Pendayagunaan koleksi.

f. Pemberian layanan kepada warga masyarakat baik yang datang

langsung di perpustakaan maupun yang menggunakan telpon,

faximil dan lain-lain.

g. Pemasyarakatan perpustakaan.

h. Pengkajian dan pengembangan semua aspek kepustakawanan.

i. Pelaksanaan koordinasi dengan pihak Pemerintah Daerah,

tokoh-tokoh masyarakat dan mitra kerja lainnya.

j. menjalani kerjasama dengan perpustakaan lain dalam rangka

pemanfaatan bersama koleksi dan sarana/prasarana.

k. Pengolahan dan ketata-usahaan perpustakaan.

Keberadaan perpustakaan umum sebagai sumber informasi untuk

masyarakat sangat diperlukan. Tugas dan fungsi perpustakaan umum

melahirkan harapan memenuhi kebutuhan informasi tidak terkecuali

akan informasi untuk anak-anak. Memperhatikan kebutuhan sarana

dan prasarana untuk anak-anak agar sesuai dengan standar.

3. Manajemen Perpustakaan

Manajemen merupakan kepemimpinan yaitu memimpin seluruh

aktivitas perpustakaan untuk mencapai tujuan, yang merupakan

terselenggaranya seluruh kegiatan perpustakaan dengan baik.

Keberhasilan dalam menjalankan manajemen tergantung kepada

(27)

13 manajemen tersebut belum dapat dijalankan dengan baik maka bisa

terjadi kesalahan manajemen, sehingga menjadi salah satu kendala

atau titik kelemahan perpustakaan yang dapat menghambat proses

penyelenggaraan perpustakaan.

Permasalahan atau hambatan yang terjadi pada perpustakaan

umum lain yang di uraikan oleh Romi Febriyanto pada artikelnya

meliputi14 :

1. Aspek Kelembagaan

Salah satu bukti bahwa aspek kelembagaan sangat rapuh adalah

tidak adanya struktur perpustakaan. Perpustakaan nasional,

perpustakaan provinsi dan perpustakaan umum tidak memiliki

koordinasi struktural, melainkan hanya sebatas koordinasi

fungsional. Terlebih lagi dengan perpustakaan sekolah dan

perpustakaan perguruan tinggi yang berada dibawah wewenang

Departemen/ Dinas Pendidikan Nasional.

2. Pendanaan

Kelembagaan yang tidak baik akan mengakibatkan minimnya

anggaran yang diberikan pemerintah pada bidang perpustakaan.

Bahkan ada perpustakaan yang didukung dengan anggaran nol

rupiah.

3. Sumber Daya Manusia

Minat baca masyarakat yang baik tergantung dari bagaimana

pustakawan yang berada dibalik kesuksesan tersebut. Namun pada

14 Romi Febriyanto Saputro, “Menutuju Perpustakaan Ideal : Sebuah Perpustakaan yang

Memperdayakan”, artikel pada 25 Juni 2015 dari

(28)

14 kenyataannya profesi sebagai pustakawan belum menjadi perhatian

yang lebih dari pemerintah terutama pemerintah daerah.

4. Gedung/Ruang Perpustakaan

Masih banyaknya gedung atau ruang perpustakaan daerah yang

memiliki kondisi yang tidak layak, bahkan terletak di tempat yang

sangat tidak strategis.

5. Koleksi Bahan Pustaka yang Terbatas

Permasalahan tentang bahan pustaka yang terjadi pada

perpustakaan daerah secara umum adalah minimnya pengadaan

bahan pustaka. Pengadaan bahan pustaka merupakan cara untuk

selalu menyediakan informasi yang terbaru dan untuk

menggantikan bahan pustaka yang sudah tidak dapat digunakan

lagi. Selain permasalahan mengenai dana yang minim, masalah

lainnya adalah ada perpustakaan yang mengedepankan mentalitas

proyek dengan membeli buku pada satu penerbit yang

memeberikan komisi tinggi.

6. Minat Baca Masyarakat

Minat baca masyarakat seharusnya tidak dijadikan alasan untuk

tidak berkembanganya perpustakaan, namun sebaliknya kehadiran

perpustakaan diharapkan untuk meningkatkan minat baca

masyarakat. Jika minat baca masyarakat tidak juga meningkat

maka hal tersebut menjadi petunjuk bahwa adanya kebijakan yang

(29)

15 B. Desain Interior Layanan Anak

1. Perencanaan dan Pembentukan Gedung/Ruangan dalam

Perpustakaan

Gedung perpustakaan adalah tempat yang dirancang untuk

menampung kegiatan perpustakaan bersama petugas, peralatan, dan

perabot yang diperlukan untuk menunjang pelaksanaan

perpustakaan15. Ukuran untuk luas gedung yang diperuntukkan

Perpustakaan Umum Daerah Tingkat II adalah yang luas bangunannya

sekurang-kurangnya 200 m2 dengan luas tanah sekitar 2000 m216.

Dalam pedoman tersebut juga dituliskan Perpustakaan Umum Daerah

Tingkat II harus memiliki Ruang koleksi bahan pustaka berkapasitas

sekurang-kurangnya 10.000 eksemplar bahan pustaka biasa dengan

ruang baca untuk anak dengan kapasitas 20 orang anak17.

Ruang perpustakaan menyediakan salah satu lingkungan pertama

untuk memastikan bahwa anak-anak akan tumbuh menjadi pengguna

perpustakaan seumur hidup18. Karen Latimer dan Ingrid Bon juga

menekannkan bahwa perpustakaan untuk anak-anak adalah tempat

dimana anak-anak mengembangkan pengalaman pertama mereka

dengan sastra dan media lainnya19.

15

Taslimah Yusuf, Materi Pokok Manajemen Perpustakaan Umum (Jakarta : Universitas Terbuka, 1996), h.

16

Sukarman, Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustkaan (Jakarta : Perpustakaan Nasional RI, 2000), h. 50.

17

Sukarman, Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustkaan (Jakarta : Perpustakaan Nasional RI, 2000), h. 51.

18

Carol R. Brown, Interior Design For Libraries : Drawing on function and appeal

(Chicago and London : American Library Association, 2002), h. 109.

19

(30)

16 Terlihat dari penyataan diatas, ruangan untuk anak dalam

perpustakaan sangat penting untuk diperhatiakan karena kesan yang

akan tercipta pada anak haruslah sebaik mungkin agar anak-anak

menjadikan perpustakaan tempat yang akan terus dikunjunginya

sampai mereka dewasa serta bermanfaat dan menyenangkan, oleh

karena itu ruangan untuk anak harus dibuat khusus dan sesuai dengan

kebutuhan anak terutama pada desain interior ruangan.

2. Desain Interior

Desain interior menurut Francis D.K Ching desain interior

merupakan merencanakan, menata dan merancang ruang-ruang

interior dalam bangunan. Tatanan fisik di atas dapat memenuhi

kebutuhan dasar kita akan sarana untuk bernaung dan berlindung;

menentukan langkah sekaligus mengatur bentuk aktivitas kita;

memelihara aspirasi kita dan mengekspresikan ide-ide yang menyertai

segala tindakan kita; mempengaruhi penampilan, perasaan dan

kepribadian kita20.

Interior desain adalah karya seni yang mengungkapkan dengan

jelas dan tepat tata kehidupan manusia dari suatu masa melalui media

ruang21. Desain interior yang benar menghasilkan ruangan yang indah

juga sesuai dengan kebutuhan pengguna. Layanan anak membutuhkan

desain interior yang benar sesuai dengan perencanaan yang

memfokuskan dari kebutuhan dasar anak yang meliputi perasaan

20

Francis D.K Ching, Ilustrasi Desain Interior (Jakarta : Erlangga, 1996), h. 46.

21

(31)

17 senang, aman, dan membuat anak menjadi mudah dalam melakukan

kegiatan di perpustakaan.

3. Tatanan Desain Interior

Desain interior daerah anak-anak harus mempertimbangkan

faktor-faktor lain selain keinginan untuk membuat dampak estetika yang kuat

pada penggunaan perpustakaan remaja. Daerah anak harus dirancang

sesuai dengan usia pengguna dan aman untuk semua orang.

Anak-anak harus nyaman dengan perabot, pengaturan, dan bahan yang

ditawarkan22.

Tatanan merupakan bagian dari dekorasi ruang, setiap penataan

desain interior dan baik dapat membuat suatu bentuk ruang menjadi

selaras. Hal ini perlu diperhatikan dan apabila penataan tanpa variasi

dapat mengakibatkan adanya sifat monoton dan membosankan, variasi

tanpa adanya tatanan menimbulkan kekacauan pada semua ruang.

Kesan untuk menyatukan berbagai variasi merupakan suatu yang

ideal23. Anak-anak dari segala usia harus menemukan perpustakaan

tempat terbuka, mengundang, menarik, menantang dan tidak

mengancam untuk mengunjunginya24.

Maka dari itu Tatanan desain interior salah satu hal yang penting

yang perlu diperhatikan dalam sebuah ruangan layanan anak, salah

dalam penataan bisa menjadi masalah besar untuk anak-anak.

22

Carol R. Brown, Interior Design For Libraries : Drawing on Function & Appeal

(Chicago and London : American Library Association, 2002), h. 110.

23

Francis D.K Ching, Arsitektur : Bentuk, Ruang dan Tatanan ed.2 (Jakarta : Erlangga, 2000), h. 320.

(32)

18 4. Warna

Warna dapat didefinisikan secara obyektif/fisik sebagai sifat

cahaya yang dipancarkan, atau secara subyektif/psikologis merupakan

bagian dari pengalaman indera penglihatan25. Efek warna sangat

menentukan bagi suatu ruang dan prabot. Ia seolah-olah memberi

pakaian berwarna pada benda-benda dan menonjolkan bentuknya agar

lebih jelas. Bila kita pandai memilih warna, maka

kekurangan-kekurangan dalam bentuk dan kontruksi bangunanan dapat sedikit kita

tutupi26.

Warna memegang peranan penting dalam menciptakan kesan

umum pada sebuah ruangan perpustakaan. Pengguanaan warna pada

perpustakaan umum harus dapat memberikan perasaan menyenangkan

bagi pengguna27. Efek psikologis warna biasanya menjadi salah satu

faktor yang menentukan dalam memilih warna untuk perpustakaan.

Umumnya, biru, hijau, dan ungu dianggap keren, warna tenang

sementara merah, kuning, dan orange dianggap hangat, aktif,

merangsang warna. Warna-warna netral yang dianggap memiliki

dampak psikologis yang kurang dan konten kurang emosional28.

Sebagai warna api dan darah, merah memiliki implikasi psikologis

panas dan intensitas yang mengarah ke hubungan dengan bahaya.

Dalam desain perpustakaan, merah terang jarang digunakan sebagai

25 Satria Multimedia, “Teori Warna” , artikel diakses pada 29 April 2015 dari

http://www.satriamultimedia.com/artikel_teori_warna.html

26

Fritz Wilkening, Tata ruang (Yogyakarta : Kanisus, 1993), h. 59.

27

Paramita Atmodiwirjo dan Yandi Andri Yatmo, Pedoman Tata Ruang dan Perabot Perpustakaan Umum (Jakarta : Perpustakaan Nasional RI, 2009), h. 40.

28

Carol R. Brown, Interior Design For Libraries : Drawing on Function & Appeal

(33)

19 warna utama, namun, mereka kadang-kadang digunakan di

daerah-daerah anak-anak dalam kombinasi dengan warna-warna primer

lainnya (kuning dan biru), atau di daerah dewasa sebagai warna aksen.

Kuning yang lebih sering digunakan daripada merah, karena kuning

dianggap lebih sedikit memiliki implikasi agresif. Seperti merah

terang, kuning sering digunakan di daerah-daerah anak-anak29.

Warna memiliki efek psikologis pada manusia, ahli filosofi dan

psikologi menjelaskan terdapat empat warna utama yaitu merah, hijau

kuning dan biru. Berikut arrti warna dari sudut psikologis30 :

1) Merah : Warna merah melambangkan psikologis yang

mengurangkan tenaga, mendorong makin cepatnya denyut nadi,

menaikan tekanan darah dan mempercepat pernafasan. Warna

merah memiliki pengaruh produktiviti, perjuangan, persaingan

dan keberanian. Warna merah juga terbagi menjadi dua yaitu

merah terang dan merah jambu, arti dari warna tersebut adalah :

a. Merah terang melambangkan kekuatan kemauan dan

cita-cita. Pengaruh dari warna merah terang adalah berkemauan

keras, penuh gairah, semangat, dominasi, kelakian.

b. Merah jambu melambangkan romantisme, feminim. Warna

ini mempunyai sifat menurut dalam kepasrahan,

menggemaskan dan jenaka.

29

Carol R. Brown, Interior Design For Libraries : Drawing on Function & Appeal

(Chicago and London : American Library Association, 2002), h. 105.

30 Sinung Utami Hasri Habsari, “Aplikasi Semiotik & Efek Psikologis Tampilan Warna

(34)

20 2) Biru : Warna biru melambangkan ketenangan yang

sempurna. memiliki kesan menenangkan pada jtekanan darah,

denyut nadi, dan tarikan nafas. Sementara semua menurun,

mekanisme pertahanan tubuh membangun organisme. Warna biru

juga terbagi menjadi dua yaitu :

a. Biru melambangkan perasaan yang mendalam. Sifat biru

adalah konsentrasi, kooperatif, cerdas, perasa, integratif.

Pengaruh dari warna biru adalah tenang, bijaksana, tidak

mudah tersinggung, ramai kawan.

3) Kuning : Warna kuning melambangkan kegembiraan.

Warna kuning mempunyai sifat leluasa dan santai, senang

menunda-nunda masalah. Berubah-ubah tapi penuh harapan,

memiliki cita-cita setinggi langit dan semangatnya juga tinggi.

Kuning terang melambangkan sifat spontan yang eksentrik.

Memiliki sifat toleran, investigatif, menonjol. Pengaruh dari

warna kuning terang adalah sikap yang berubah-ubah,

berpengharapan, pemurah, tidak percaya. Warna kuning terang

melambangkan adanya suatu keinginan, ketabahan dan kekerasan

hati.

4) Kelabu dan Hitam

a. Kelabu : Menunjukkan arti yang jelas. Tidak terang dan

sama sekali bebas dari kecenderungan psikologi. Warna

(35)

21 b. Hitam : Warna hitam melambangkan kehidupan yang

terhenti dan karenanya memberikan kesan kehampaan,

kematian, kegelapan, kebinasaan, kerusakan dan kepunahan.

5) Coklat dan Ungu

a. Coklat : Warna coklat menunjukkan ciri-ciri suka merebut,

tidak suka memberi hati, kurang toleran, pesimis terhadap

kesejahteraan dan kebahagiaan masa depan.

b. Ungu : Ungu melambangkan sifat gempuran keras yang

dilambangkan oleh warna biru. Perpaduan antara keintiman

dan erotis atau menjurus pengertian yang mendalam dan

peka. Sifatnya sedikit kurang teliti tetapi selalu penuh

harapan.

Kebutuhan lingkungan anak berbeda dengan orang dewasa,

anak-anak memerlukan lingkungan yang kreatif. Lingkungan yang keratif

bisa dibuat misalnya dengan mengunakan warna-warna yang

menimbulkan rasa “nyaman” bagi anak, sehingga mereka merasa

betah berada dalam lingkungan tersebut. Karena suasana yang

menyenangkat dapat tercipta dari komposisi warna tertentu dan secara

psikologis dapat memberi motivasi belajar atau rangsangan kepada

anak sehingga menunjang perkembangan pendidikan anak dengan

optimal31. Perpustakaan menjadi salah satu pusat pendidikan anak

perlu membuat layanan anak yang nyaman dan menyenangkan, agar

anak betah dan meningkatkan kegiatan belajar menjadi lebih baik.

31 Sriti Mayang Sari, “Peran Warna Interior Terhadap Perkembangan dan Pendidikan

(36)

22 5. Peredam Suara / Akustik

Akustik atau sound system merupakan unsur penunjang terhadap

keberhasilan desain yang baik, pengaruh sound system menimbulkan

efek yang sangat luas dan dapat menimbulkan efek-efek psikis dan

emosional dalam ruangan32. Prinsip-prinsip dari desain untuk akustik

ruangan perpustakaan biasanyan berfokus pada lokasi dan luasnya

materi penyerap suara, untuk mengurangi gema dan gangguan

berbicara, serta bentuk ruang untuk tercapainya karakteristik akustik

diterima pada ruangan33. Ruangan anak juga memerlukan sistem

akustik yang baik, karena pada ruangan anak biasanya anak-anak

melakukan kegiatan yang mengeluarkan suara yang lebih tinggi di

bandingkan dengan ruang layanan yang lain. Anak-anak juga di

perbolehkan untuk bersuara dengan bebas saat di perpustakaan.

Sistem akustik yang di pakai pada ruangan anak bertujuan untuk

meredam suara yang akan menggangu kegiatan pada ruangan lain, dan

begitu pun sebaliknya. Kebisingan yang mengganggu merupakan

suara yang tidak diinginkan dalam ruang yang dihasilkan dari suara

yang datang dari pertemuan yang berdekatan dan / atau ruang belajar /

daerah dalam gedung, suara dari sistem pendingin udara / pemanas

(bangunan kebisingan mekanik), dan suara dari TOILET umum34.

32

J. Pamuji Suptandar, Disain Interior : Pengantar Merencana Interior Untuk Mahasiswa Disain dan Arsitektur (Jakarta : Djambatan, 1999), h. 247.

33

Charles M. Salter, Acoustics for Libraries (California : Libris Design, 2002), h. 7.

34 Celcus, “ A Library Architecture Resource” di akses pada 11 Mei 2015 pada

(37)

23 6. Elemen dan Bentuk Ruangan

Elemen pembentuk ruangan merupakan struktur wadah ruang

kegitan diidentifikasikan sebagai lantai, dinding dan

langit-langit/plafond yang merupakan suatu kesatuan struktur dalam

sehari-hari35. Elemen pembentuk ruang terdiri dari :

1) Lantai

Lantai adalah bidang ruang interior yang datar dan

mempunyai dasar yang rata. Sebagai bidang dasar yang

menyangga aktivitas interior dan prabot kita, lantai harus

terstruktur sehingga mampu memikul beban tersebut dengan

aman, dan permukaannya harus cukup kuat untuk menahan

penggunaan dan gesekan yang terus menerus36. Lantai harus

mudah dalam hal perawatannya, untuk kekuatan dan

pemeliharahaan, material lantai harus tahan terhadap kotoran,

kelembaban, minyak dan noda, khususnya pada area lalu-lalang37.

Lantai pada daerah anak harus kuat dan mudah dibersihkan,

35 Olih Solihat Karsono, “Darsar-dasar Desain Interior Pelayanan Umum I”. diakses pada

9 Mei 2015 pada

http://repo.isi-dps.ac.id/131/1/Dasar_Dasar_Desain_Interior_Pelayanan_Umum_I.pdf

36

Francis D.K Ching, Ilustrasi Desain Interior (Jakarta : Erlangga, 1996), h. 162.

37

(38)

24 Penutup lantai (karpet) juga menjadi salah satu hal yang

ada pada ruangan anak, karpet yang empuk menjadikan laintai

lembut, lentur dan hangat dari segi visual maupun teksturnya.

Kelebihan dari penggunaan karpet adalah karena sifatnya dapat

meredam suara, mengurangi suara benturan, dan menjadikan

permukaan laintai aman dan nyaman untuk di injak38. Berikut

adalah jenis bahan karpet39 :

a. Wol : Kelenturan dan kehangatannya sangat baik; namun

mudah kotor, mudah terbakar tetapi tahan terhadap larutan

kimia; dan karpet berbahan wol dapat dibersihkan.

b. Acrylic : Karpert berbahan acrylic mirip seperti karpet

berbahan wol; tidak mudah rusak karena benturan; serta

tahan terhadap kelapukan dan kelembaban.

c. Nylon : Permukaanya kuat dan sangat kuat menahan

gesekan ; tidak mudah kotor dan tidak mudah lapuk dan

karpet berbahan nylon bersifat antistatik.

d. Polyester: Mengkombinasikan bentuk wol dengan kekuatan

nylon; mudah kotor namun tahan abrasi dan harganya murah.

e. Olefin : Olefin atau polypropylene memiliki ketahanan

terhadap abrasi, kotoran dan kelapukan; biasanya digunakan

untuk pemasangan karpet di luar ruangan.

38

Francis D.K Ching, Ilustrasi Desain Interior (Jakarta : Erlangga, 1996), h. 172.

39

(39)

25

lembut dan gampang untuk dibersihkan. Karena anak-anak

memerlukan alas yang nyaman dan bersih.

2) Dinding

Dinding adalah elemen arsitektur yang penting untuk setiap

bangunan. Secara tradisional, dinding telah berfungsi sebagai

struktur pemikul lantai di atas permukaan tanah, langit-langit dan

atap. menjadi muka bangunan. Memberi proteksi dan privasi pada

ruangan interior yang dibentuknya. Selain itu fungsi dari dinding

adalah sebagai pembantas ruangan, pembatasan menyangkut

penglihatan, sehingga manusia terlindung dari pandangan

langsung yang biasanya berhubungan dengan kepentingan

pribadi40. Salah satu dari sifat-sifat untuk perpustakaan anak

adalah daerah anak harus menyediakan beberapa stimulasi visual

untuk membuat lingkungan yang menarik41. Oleh karena itu

40 Olih Solihat Karsono, “Darsar-dasar Desain Interior Pelayanan Umum I”. diakses pada

9 Mei 2015 pada

http://repo.isi-dps.ac.id/131/1/Dasar_Dasar_Desain_Interior_Pelayanan_Umum_I.pdf

41

(40)

26 pemberian wall art pada dinding ruang anak dirasa salah satu

contoh untuk menarik minat anak.

3) Plafond/ langit-langit

Langit-langit adalah elemen yang menjadi naungan dalam

desain interior, dan menyediakan perlindungan fisik maupun

psikologis untuk semua yang ada dibawahnya42. Plafond berasal

dari kata “celling”, yang memiliki arti melindungi dengan suatu

bidang (permukaan) yang letaknya di atas garis pandang normal

manusia yang berfungsi sebagai pelindung (penutup) lantai atau

atap dan sekaligus pembentuk ruang dengan bidang yang

dibawahnya. Celling memiliki keguanaan yang lebih besar

dibandingkan dengan unsur pembentuk ruang yang lain (lantai

dan dinding) yang di antaranya43:

1) Pelindung kegiatan manusia.

2) Sebagai pembentuk ruang.

3) Sebagai skylight , maksudnya celling berfungsi untuk

menerusakan cahaya alamiah kedalam bangunan.

4) Untuk menonjolkan konstruksi pada gedung-gedung untuk

dekorasi, celling mampu mencerminkan struktur yang

mendukung beban-beban.

42

Francis D.K Ching, Ilustrasi Desain Interior (Jakarta : Erlangga, 1996), h.

43 Olih Solihat Karsono, “Darsar-dasar Desain Interior Pelayanan Umum I”. diakses pada

9 Mei 2015 pada

(41)

27 5) Merupakan ruang atau rongga untuk pelindung berbagai

instalasi, docting AC, kabel listrik, gantungan armature,

loudspeaker dan lain-lain.

6) Sebagai bidang penempelan titik-titik lampu.

7) Menampilkan dengan jelas area ruangan.

8) Menghasilkan suatu dekorasi atau kesan dari ketinggian dan

motif yang ditampilkan.

7. Perabot untuk Anak

Perabot (furniture) di perpustakaan adalah barang-barang yang

berfungsi sebagai wadah atau wahana penunjang kegiatan

perpustakaan seperti meja, kursi, rak buku, papan peraga, dan

lain-benar sesuai dengan fungsinya, enak dan menyenangkan, mudah

diatur dan dipindah-pindahkan, serta dapat menjamin kesehatan

dan keamanan.

44

Taslimah Yusuf, Materi Pokok Manajemen Perpustakaan Umum (Jakarta : Universitas Terbuka, 1996), h.

45

(42)

28 Perabotan anak harus tepat untuk ukuran usia muda dan

menggunakan mereka. ruang terbuka di lantai harus direncanakan di

daerah prasekolah untuk balita dan anak-anak prasekolah yang sering

duduk di laintai untuk melihat buku dan bermain dengan manipulatif

(mainan)46. Untuk area koleksi dan area membaca untuk anak-anak

perlu dipertimbangkan penggunaan perabot yang sesuai dengan

ukuran tubuh anak, sehingga memberikan kenyamanan dalam duduk,

membaca dan mencari buku47. Pengguna perpustakaan anak

prasekolah harus memiliki tinggi meja sekitar 20-22 inci dan dengan

ketinggian kursi 12-14 inci sedangkan untuk anak yang lebih tua

membutuhkan meja dengan tinggi sekitar 24-26 inci dan ketinggian

kursi 15-16 inci48.

Rak untuk buku bergambar prasekolah dan pembaca pemula harus

memiliki tinggi 42 inci dan menjorok kedalam 12 inci. Di

Perpustakaan Umum, buku-buku dan bahan-bahan lain untuk anak

usia sekolah harus di simpan pada lemari yang berukuran maksimal

66 inci49. Perabot untuk anak-anak tidak memiliki sudut. Meja bulat

atau oval lebih aman dari pada meja persegi atau persegi panjang dan

meningkatkan kecenderungan anak-anak untuk berinteraksi satu sama

46

Carol R. Brown, Interior Design For Libraries : Drawing on Function & Appeal

(Chicago and London : American Library Association, 2002), h. 110.

47

Paramita Atmodiwirjo dan Yandi Andri Yatmo, Pedoman Tata Ruang dan Perabot Perpustakaan Umum (Jakarta : Perpustakaan Nasional RI, 2009), h. 58.

48

Carol R. Brown, Planning Library Interiors : The Selection of Furnishings for the 21st Century (Kanada : Oryx Press, 1995), h. 99.

49

Carol R. Brown, Interior Design For Libraries : Drawing on Function & Appeal

(43)

29 lain50. Pada Pedoman Perencanaan Perabot dan Perlengkapan

Perpustakaan sedikit digambarkan jika maksimal ukuran rak untuk

anak adalah 114 cm, sedangkan ukuran meja yaitu 51 cm dan kursi

28cm51.

8. Pencahayaan

Pengaturan cahaya yang baik harus mendapatkan perhatian yang

semestinya. Distribusi cahaya yang tidak teratur, adanya

penyinaran-penyinaran yang menyilaukan, ataupun pembagian cahaya yang

menimbulkan kontras-kontras yang tajam akan lebih tidak

menyenenangkan dari pada akibat yang ditimbulkan oleh kurangnya

cahaya itu sendiri52. Pencahayaan berasal dari dua sumber cahaya,

yaitu sumber cahaya alami (natural lighting) yang di peroleh dari sinar

matahari, sinar bulan, sinar api dan sumber dari alam sedangkan

sumber cahaya buatan (artifical lighting) terdapat dari cahaya

lampu.53. Penerangan atau cahaya untuk ruangan perpustakaan

sangatlah penting terlebih lagi untuk ruangan anak-anak. Pada

umumnya suasana yang gelap pada perpustakaan akan memberikan

50

Carol R. Brown, Planning Library Interiors : The Selection of Furnishings for the 21st Century (Kanada : Oryx Press, 1995), h. 99.

51

Djamhari Somintardja, Pedoman Perencanaan Perabot dan Perlengkapan Perpustkaan

(Jakarta : Proyek Pengembangan Perpustakaan Depdikbud, 1977), h. 31.

52

Undang Sudarsana, Materi Pokok Pembinaan Minat Baca (Jakarta : Universitas Terbuka, 2008), h. 2.33

53 Wanda Listiani dan Novalinda, “Desain Ruang Perpustakaan”, artikel diakses pada 1

Mei 2015 dari

(44)

30 ketidak nyamanan, dampak dari suasana gelap adalah sebagai

berikut54:

1) Rasa takut

2) Rasa tidak jelas

3) Rasa menyeramkan

Pada Pedoman Tata Ruang Perabot Perpustakaan Umum dijelaskan

beberapa prisip dasar pencahayaan untuk ruang perpustakaan umum,

diantaranya55 :

1) Ruang perpustakaan membutuhkan pencahayaan yang merata pada

seluruh area, baik pada area koleksi maupun pada area membaca.

2) Penggunaan sumber cahaya alami perlu dimaksimalkan untuk

memberikan penerangan pada siang hari.

3) Cahaya matahari yang masuk melalui bukaan jendela harus dapat

menyinari ruangan tanpa terhalang.

4) Pengguanaan sumber cahaya buatan dapat diterapkan pada saat

tertentu, misalnya saat hari mendung atau hujan.

5) Penempatan sumber cahaya harus mempertimbangkan penataan

koleksi di dalam ruang perpustakaan.

6) Pencahayaan pada ruang perpustakaan harus diatur sedemikian

rupa agar tidak terjadi ‘glare’ atau silau yang menggangu

kenyamanan pengguna.

54 Wanda Listiani dan Novalinda, “Desain Ruang Perpustakaan”, artikel diakses pada 1

Mei 2015 dari

http://www.pnri.go.id/iFileDownload.aspx?ID=Attachment%5CMajalahOnline%5cdesain+ruang+ perpustakaan.pdf.

55

(45)

31 Selain itu cayaha yang dipantulkan oleh lampu dari arah atas kepala

akan lebih baik untuk kegiatan membaca. Karena sinar dari lampu

menimbulkan bayangan manuasia yang jatuh kepermukaan meja

ketika pemustaka sedang membaca56. Sebaiknya pada ruangan anak

pun seperti yang dijelaskan pada sebelumnya, seperti pencahayaan

yang cukup dan tidak menyiulaukan, ratanya pencahayaan dan letak

cahaya lampu yang menerangi dari atas agar tidak terjadi gangguan

untuk anak-anak saat membaca.

C. Pedoman Desain Interior Ruang Anak dari Perpustakaan Nasional

Republik Indonesia

Ketidak samaan luas tanah dan bangun yang disediakan untuk

perpustakaan umum menjadi hal yang wajib dipikirkan untuk membuat

tata ruang perpustakaan agar efesien. Kebutuhan yang berbeda antara

pustakawan dengan pemustaka menjadi salah satu pertimbangan desain

interior. Pada lampiran penulisan skripsi ini akan ditampilkan beberapa

contoh tata ruang perpustakaan umum secara keseluruhan dan detail dari

ruang anak. Tampilan desain interior ruangan ini bertujuan untuk

memberikan gambaran untuk ruang layanan anak Perpustakaan Umum

KAPD Kabupaten Bogor, manakah dari salah satu contoh tersebut yang

56 Wanda Listiani dan Novalinda, “Desain Ruang Perpustakaan”, artikel diakses pada 1

Mei 2015 dari

(46)

32 dapat dijadikan referensi. Contoh tata ruang tersebut diambil dari Pedoman

Tata Ruang Perabot Perpustakaan Umum oleh PNRI57.

D. Penelitian Terdahulu

1. Skripsi pertama berjudul “Desain Interior Bagian Layanan Anak di

Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta” disusun oleh Tb.

Dinda Arifiansyah, program studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab

dan Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012. Tujuan

dari skripsi tersebut ialah untuk mengetahui tatanan, material

finishing, warna, dan furnitur pada ruang bagian layanan anak di

Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta, mengetahui

kendala yang terjadi di dalam desain interior ruangan bagian layanan

anak di Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta. Dalam

penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, dan informan

ditentukan dengan cara mencari pihak yang mengetahui objek

penelitian. Perbedaan penelitian ini terdapat pada tempat penelitian

dilakukan.

2. Skripsi kedua berjudul “Evaluasi Desain Interior Ruang Baca

Perpustakaan MAN Yogyakarta III” disusun oleh Yustina Eriani,

program studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab, UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta, 2010. Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui

seperti apakah desain interior perpustakaan MAN Yogyakarta III.

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode kualitatif.

57

(47)

33 Obyek penelitian ini adalah interior ruangan meliputi tata letak

perabotan, pencahayaan, pewarnaan, dan sirkulasi udara. Perbedaan

penelitian ini terdapat pada tempat penelitian dan bagian perpustakaan

(48)

34 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Pada penelitian ini, jenis penelitian yang dipakai adalah jenis

penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif . Metode penelitian

deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan mendeskripsikan atau

menjelaskan sesuatu hal seperti apa adanya58. Metode deskriptif dipilih

karena untuk mendeskripsikan atau menjelaskan secara jelas bagaimana

tatanan desain interior, warna, peredam suara (akustik), elemen pembentuk

ruang, perabot dan pencahayaan pada layanan anak Perpustakaan Umum

KAPD Kabupaten Bogor.

Pendekatan yang digunakan merupakan pendekatan kualitatif,

Bogdan & Biklen menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah salah

satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan

atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati.

B. Sumber Data

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diambil langsung, tanpa perantara,

dari sumbernya. Dalam penelitian ini data primer diperoleh dari

pustakawan pada bagian layanan anak Perpustakaan Umum KAPD

Kabupaten Bogor.

58

(49)

35 b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diambil secara tidak langsung dari

sumbernya. Data sekunder dalam penelitian ini diambil dari penelitian

terdahulu yang berhubungan dengan penelitian ini dan buku-buku

yang menjadi pedoman dalam penelitian ini.

C. Pemilihan Informan

Informan merupakan narasumber yang dipilih peneliti dalam

penelitiannya. Narasumber yang dipilih haruslah menguasai apa yang

ditanyakan oleh peneliti. Biasanya informan merupakan seseorang yang

ahli dalam bidang yang ditanyakan. Pada penelitian ini peneliti memilih

pustakawan layanan anak sebagai informan. Pustakawan bagian layanan

anak yang akan menjadi informan dalam penelitian ini adalah Ade M.

Sa’ban, beliau dijadikan sebagai informan penting karena selain beliau

memiliki latar belakang pendidikan ilmu perpustakaan, beliau memahami

bagaimana seharusnya memberikan layanan anak yang baik dan beliau

pula adalah orang yang mengelola layanan anak di Perpustakaan Umum

KAPD Kabupaten Bogor.

D. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini membutuhkan data-data yang akurat. Untuk itu teknik

(50)

36 a. Observasi

Observasi menurut Mukhtar adalah proses keterlibatan peneliti

dalam situasi sosial, kemudian dia mengungkapkan keseluruhan

apa yang dilihat, dialami, dan dirasakan langsung oleh peneliti59.

Observasi bertujuan untuk mengetahui keadaan desain interior

pada layanan anak. Setelah itu hasil observasi tersebut akan

dicatat menjadi suatu catatan observasi yang berisi deskripsi dari

keadaan tatanan ruang yang diamati secara lengkap.

b. Wawancara

Wawancara adalah proses tanya jawab antara peneliti dengan

subjek dalam situasi sosial untuk mendapatkan sejumlah

informasi atau data yang dibutuhkan. Peneliti akan mengajukan

beberapa pertanyaan kepada pustakawan layanan anak,

wawancara dilakukan untuk mengetahui kondisi pada layanan

anak.

c. Kajian Pustaka

Kajian pustaka menurut Prasetya Irawan adalah suatu penelitian

yang datanya diperoleh dari berbagai jenis bahan pustaka (buku,

dokumen, artikel, laporan, majalah, kliping dan sebagainya)60.

59

Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif (Jakarta: Referensi, 2013), h. 109.

60

(51)

37 E. Teknik Analisis Data

Menganalisis data merupakan langkah selanjutnya yang akan

dilakukan. Analisis data adalah proses mengolah, memisahkan,

mengelompokkan dan memadukan sejumlah data yang dikumpulkan di

lapangan secara empiris menjadi sebuah kumpulan informasi ilmiah yang

terstruktur dan sistematis yang selanjutnya siap dikemas menjadi laporan

hasil penelitian61. Peniliti akan melakukan kegiatan yang terdiri dari

rangkaian terhadap kondisi kelompok ruangan dalam (interior). Data akan

di analisa melaui tiga tahapan yaitu reduksi data, penyajian data, dan

penarikan kesimpulan :

a. Reduksi Data

Reduksi merupakan proses memilah dari seluruh data yang diperoleh,

data apa saja yang akan diperlukan dalam pembuatan penelitian dan

membuang data yang tidak diperlukan.

b. Penyajian Data

Data yang telah direduksi selanjutnya ditampilkan menggunakan teks

dalam bentuk narasi. Data yang ditampilkan merupakan penjelasan

dari perumusan masalah yang telah dibuat.

c. Penarikan Kesimpulan

Memutuskan makna dari penjabaran data dan penjelasannya, sesuai

dengan pertanyaan-pertanyaan yang dibuat pada perumusan masalah.

61

(52)

38 F. Jadwal Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Perpustakaan Umum KAPD

Kabupaten Bogor yang terletak di Jalan . Penelitian ini dilaksanakan dari

bulan April 2015 - Juni 2015 dengan perincian sebagai berikut :

Tabel 3.1

Jadwal Penelitian

No Kegiatan

2014 2015

Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep

1.

Penyusunan

Proposal

• •

2. Pengajuan Proposal •

3. Bimbingan Skripsi •

4. Penelitian • • •

5. Penyusunan Skripsi • • • • • • • •

6. Pengajuan Sidang •

(53)

39 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil Perpustakaan Umum KAPD Kabupaten Bogor

1. Sejarah

Perpustakaan Umum Kabupaten Bogor dalam keberadaannya

mengalami beberapa perubahan dari mulai UPT Perpustakaan Umum

Daerah Tingkat II Bogor dibawah Diknas sesuai SK Bupati Bogor

tanggal 20 Agustus 1992. Kemudian pada tahun 1996 berubah menjadi

Kantor Perpustakaan Umum Kabupaten Tingkat II Bogor berdasarkan

Peraturan Daerah No.6 Tahun 1996 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Peraturan Umum Kabupaten Bogor Tingkat II Bogor.

Pada tahun 2002 Perpustakaan Umum kembali berubah menjadi

UPTD (Unit Pelaksana Teknis Dinas) Perpustakaan pada Dinas

Penddikan dengan Surat Keputusan Bupati No.11 Tahun 2001 tentang

Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas

(UPTD) Dinas Pendidikan.

Pada tahun 2004 UPTD Perpustakaan Kabupaten Bogor kembali

mengalami perubahan dengan adanya Peraturan Daerah No.35 tahun

2004 tentang pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Kantor Arsip dan

Perpustakaan Daerah Kabupaten Bogor menjadi Seksi Pengelolaan

Perpustakaan. Pada tahun 2008 disesuaikan Peraturan Daerah No.12

Tahun 2008 tentang Pembentukan Lembaga Teknis Daerah.

Gedung Perpustakaan Umum di bangun tahun 2003 menggunakan

(54)

40 Kabupaten Bogor dengan luas tanah 1.303,4 meter persegi dan luas

bangunan 992 meter persegi.

2. Visi dan Misi

a. Visi

Memberdayakan Perpustakaan Guna Mencerdaskan Masyarakat

Kabupaten Bogor

b. Misi

1) Membina, mengembangankan dan mendayagunakan

perpustakaan.

2) Meningkatkan kecerdasan masyarakat dalam informasi ilmu

pengetahuan.

3) Menyelenggarakan layanan Perpustakaan Umum.

4) Mengembangkan minat baca masyarakat dan meningkatkan

kemampuan SDM pengelola Perpustakaan Umum.

3. Tugas Pokok dan Fungsi

Berdasarkan Peraturan Daerah yang berkaitan dengan Tugas Pokok

dan Fungsi (TUPOKSI) KAPD adalah Peraturan Daerah Kabupaten

Bogor Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pembentukan Lembaga Teknis

Daerah Kabupaten Bogor, maka tugas pokok dan fungsi Kantor Arsip

Gambar

Tabel 3.1
Gambar 4.1 Tatanan ruang layanan anak di Perpustakaan Umum KAPD Kabupaten Bogor

Referensi

Dokumen terkait

Therefore, a new simplified method (reflectance method) for emissivity correction was developed in this study while estimating emissivity values at a spatial

mengenali permasalahan yang ditemukan dalam tahap 1 maka langkah selanjutnya adalah merumuskan program perioritas yang perlu segera dilaksanakan, apakah merumuskan

Menetapkan Renstra BKIPM Tahun 2011 – 2014, yang merupakan pedoman bagi setiap unit kerja dilingkungan Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan kerja terhadap kinerja karyawan. Oleh karena itu, model analisis data dalam penelitian ini menggunakan

Agar lebih memahami tentang penjumlahan bilangan bulat dengan garis bilangan, kerjakanlah penjumlahan bilangan bulat berikut dengan menggunakan alat

Demikian pula ilmu linguistik lazimnya dibagi menj adi bidang bawahan yang bermacam- macam, misalnya saja, ada linguistik antropogis, yang cara penyelidikan linguistik yang

[r]

Kuadran kedua (B) adalah daerah faktor‐ faktor yang dianggap penting oleh penumpang dan faktor‐faktor yang dianggap oleh penumpang sudah sesuai sehingga kepuasannya