• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Pembinaan Kepribadian Muslim Menurut Muhammad Iqbal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Konsep Pembinaan Kepribadian Muslim Menurut Muhammad Iqbal"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Gelar Pendidikan Islam

Pada Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Oleh Ratika Elsa NIM: 107011001214

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

▸ Baca selengkapnya: karya muhammad iqbal yang terkenal

(2)
(3)

NIM : 1070110001214

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar strata satu (SI) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan

ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan

hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi berdasarkan

Undang-undang yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Jakarta, Mei 2012

Penulis

Ratika Elsa

(4)
(5)

i

orang mempergunakan segenap kemampuannya secara aktif untuk menyesuaikan diri, mengatasi, mengubah, dan menguasai lingkungan sekitar dan dirinya sendiri. Bagi Iqbal, kepribadian itu merupakan suatu perbuatan. Yang mana perbuatan tersebut diatur oleh tujuan yang terpimpin.

Sesuai dengan karakteristik masalah yang diangkat dalam skripsi ini maka dalam penulisannya, penulis menggunakan Metode Riset Kualitatif, yaitu menekankan analisanya pada data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang prilaku yang diamati. Pendekatan kualitatif penulis gunakan untuk menganalisis pemikiran Muhammad Iqbal tentang konsep pembinaan kepribadian muslim. Maka dengan sendirinya penganalisaan data ini lebih di

fokuskan pada Penelitian Kepustakaan (Library Research), yakni dengan

membaca, menelaah dan mengkaji buku-buku dan sumber tulisan yang erat kaitannya dengan masalah yang dibahas.

Adapun dalam pembahasannya penulis menggunakan metode deskriptif karena data yang dikumpulkan berupa kata-kata dan bukan angka-angka. Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu variable, gejala dan keadaan. Selain itu semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang diteliti. Dengan demikian laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut berasal dari naskan atau dokumen lainnya.

(6)

ii

tertandingi kepada hamba-hamba-Nya. Shalawat serta salam semoga selalu

tercurahkan kepada junjungan kita baginda Nabi besar Muhammad SAW yang

telah membimbing dan memberikan petunjuk kepada umatnya untuk mencapai

kebahagiaan dunia maupun akhirat.

Sebuah nikmat yang sangat besar yang dicurahkan Allah SWT kepada

penulis sehingga dapat menyelesaikan penggarapan penulisan skripsi ini dengan judul:”Konsep Pembinaan Kepribadian Muslim menurut Muhammad Iqbal”.

Secara khusus skripsi ini penulis persembahan kepada ayahanda dan

ibunda tercinta Bapak H. Jamhuri dan ibu Sukaesih, yang dengan penuh kasih

sayang, ketulusan dan kesabaran serta perhatiannya telah memberikan semangat

yang terbaik dan tiada terhingga bagi penulis.

Dan dalam penyusunan skripsi ini penulis telah banyak dibantu oleh

beberapa pihak, baik berupa sumbangan pikiran, tenaga, moril maupun materil.

Maka dengan penuh ketulusan dalam kesempatan ini penulis menyampaikan

banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Rifat Syauqi Nawawi MA , selaku Dekan Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Bapak Bahrissalim, MA, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam dan

Bapak Drs. Safiudin Shidiq, MA selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan

Agama Islam.

3. Bapak Dr. Anshori, MA, selaku dosen pembimbing akademik.

4. Bapak Dr. Abdul Fattah Wibisono, MA, selaku dosen pembimbing skripsi

(7)

iii banyak referensi.

6. Kepada kakak-kakakku (Marisa, Yuli, Muhidin, Maulana Yusuf)

adik-adikku (Lidia, Ardi dan Satibi) dan keponakanku yang selalu penulis

sayangi (Haifa, Jeisya dan Zaidan) serta seseorang yang selama ini telah

banyak memberikan supportnya (Yusuf Gunawan) dan telah banyak

memberikan kasih sayang serta perhatian dari segi moril maupun materil

dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Kepada sahabat-sahabatku (Eva, Zulfa, Mia, Mimi, Intan, Nurfitria

Salimusadri dan Uswatun Hasanah) yang selalu memberikan support, saran

dan kritik dalam menyelesaikan skripsi ini. Juga kepada teman-teman che

lascar serta kepada teman-teman jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan

2007 yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang membalas

segala budi baik mereka semua dengan ganjaran yang setimpal dan berlipat ganda.

Amin

Akhirnya penulis menyadari bahwa “Tak ada gading yang tak retak” penyusunan skripsi ini jauh dari sempurna, oleh karenanya kritik serta saran yang

konstruktif sangat penulis harapkan.

(8)

iv

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat penelitian ... 6

G. Metodologi Penelitian ... 6

H. Fokus Penelitian ... 7

I. Sumber Data ... 8

J. Prosedur Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN TEORITIK ... 10

A. Pembinaan Kepribadian Muslim ... 10

1. Pengertian Pembinaan ... 10

2. Upaya-upaya dalam Pembinaan Kepribadian Muslim ... 11

B. Kepribadian Muslim ... 13

1. Pengertian Kepribadian Muslim ... 13

2. Pola-pola Kepribadian Muslim ... 16

3. Unsur-unsur Pembentuk Kepribadian Muslim ... 17

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kepribadian Muslim ... 21

a. Heredity ... 22

b. Pengalaman ... 23

c. Kebudayaan ... 25

BAB III BIOGRAFI MUUHAMMAD IQBAL ... 28

A. Kehidupan Iqbal ... 29

B. Pendidikan dan Karir Iqbal ... 31

C. Karya-karya Iqbal ... 33

(9)

v

1. Hal-hal yang dapat memperkuat kepribadian ... 49

a. „Isysq Muhabbat ... 49

b. Faqr ... 51

c. Keberanian ... 51

d. Toleransi ... 52

e. Kasb I Halal ... 52

f. Kreatif ... 53

2. Hal-hal yang dapat melemahkan kepribadian ... 53

a. Takut ... 53

b. Meminta-minta (su‟aal) ... 54

c. Perbudakan ... 55

d. Sombong ... 55

BAB V KESIMPULAN ... 58

A. Kesimpulan ... 58

B. Saran ... 60 DAFTAR PUSTAKA

(10)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kepribadian bukanlah sesuatu yang dapat dikenakan ataupun ditanggalkan

sebagaimana orang mengenakan pakaian ataupun mengikuti gaya mode tertentu.

Kepribadian adalah tentang diri pribadi secara keseluruhan. Kepribadian juga

merupakan sesuatu yang unik pada setiap masing-masing individu.

Thomae seorang pelopor bigrafik psikologis berpendapat bahwa dalam teori

kepribadian ditekankan bahwa setiap pribadi mempunyai ciri-cirinya yang khas.

Tidak ada seorangpun yang mempunyai ciri seratus persen sama dengan orang

lain. Setiap orang memiliki pribadi yang khusus, selain itu juga ada suatu

stabilitas dalam kepribadian seseorang hingga dapat dikatakan ada suatu identitas

pribadi.1

Menurut Gordon Allport seorang psikolog pakar kepribadian asal Jerman

yang dikutip oleh Inge Hutagalung, memberikan definisi kepribadian dengan: “Organisasi dinamis dalam individu sebagai sistem psikofisik yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan.” Personality is

1Rafi Sapuri, Psikologi Islam:Tuntunan Jiwa Manusia Modern, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

(11)

the dynamic organization within the individual of those psychophysical systems

that determine his unique adjustment to his environment.2

Lebih lanjut, Muhammad Ismail memaparkan dalam bukunya yang berjudul

Bunga Rampai Pemikiran Islam, yaitu:

Kepribadian adalah diri setiap orang yang terdiri dari pola pikir (aqliyah) dan pola sikap (nafsiyah). Tidak ada hubungan dengan wajah, bentuk tubuh, kerapian berbusana atau hal-hal lainnya. Sebab semua itu hanyalah merupakan asesoris semata. Adalah suatu kedangkalan berfikir, bila seseorang menyangka bahwa asesoris semacam ini sebagai salah satu faktor kepribadian. Sebab manusia dapat dibedakan melalui akal dan tingkah lakunya dan inilah yang akan menunjukkan tinggi rendahnya derajat seseorang.3

Pernyataan organisasi dinamis menunjukkan adanya kenyataan bahwa

kepribadian itu selalu berkembang dan berubah. Walaupun pada saat yang sama

ada organisasi system yang mengikat dan menghubungkan berbagai

komponen/sifat dari kepribadian itu. Organisasi kepribadian meliputi kerja jiwa

dan juga fisik yang tidak terpisah dalam kesatuan yang utuh. Ia juga mengandung

kecenderungan-kecenderungan determinasi yang memainkan peranan aktif dalam

tingkah laku individu. Oleh karena itu, kepribadian adalah sesuatu yang

mendorong dan mendominasi dilakukannya sesuatu.4

Dari penjelasan di atas dapat diambil sebuah gambaran bahwa kepribadian

itu sesuatu yang mencirikan identitas seseorang yang khas dan unik yang

ditentukan oleh pola sikap dan pola fikir tertentu dari individu yang menentukan

caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Kepribadian

setiap masing-masing individu tentu berbeda dan hal itu menjadikan manusia

menjadi unik.

Kepribadian muslim dari kepribadian orang perorang (Individu) dan

kepribadian dalam kelompok masyarakat (Ummah). Kepribadian individu

2Inge Hutagalung, Pengembangan Kepribadian Tinjauan Praktis Menuju Pribadi Positif,

(Jakarta: PT. Indeks, 2007), h. 1

3Muhammad Ismail, Bunga Rampai Pemikiran Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 1999),

h.20.

(12)

meliputi ciri khas seseorang dalam sikap dan tingkah laku, serta kemampuan

intelektual yang dimilikinya. Karena adanya unsur kepribadian yang secara

individu, seorang muslim akan memiliki ciri khas masing-masing. Demikian akan

ada kepribadian antara seorang muslim dengan muslim lainnya walaupun sebagai

individu, masing-masing pribadi itu berbeda. Tapi dalam pembentukan

kepribadian muslim sebagai ummah perbedaan itu dipadukan.5

Kepribadian manusia merupakan suatu misteri yang penuh dengan

dinamika. Setiap manusia memiliki suatu keunikan tersendiri yang berbeda

dengan yang lain, hal tersebut tergantung pada diri masing-masing bagaimana

pengaruh-pengaruh yang muncul baik dari dalam diri maupun dari luar dirinya

diolah dan diproses.

Namun sering kali kepribadian dipersepsikan secara kurang tepat oleh

sebagian banyak orang. Seperti pendapat Muhammad Ismail di atas bahwa

kepribadian seseorang sering dinilai dari wajahnya, bentuk tubuh, kerapihan

berbusana dan hal-hal lainnya yang terlihat secara kasat mata. Anggapan seperti

ini tidak sepenuhnya salah, namun bila wajah, bentuk tubuh, kerapihan berbusana

dan hal-hal lain sebagainya dianggap sebagai salah satu faktor penentu

kepribadian atau berpengaruh terhadap kepribadian, maka akan didapatkan suatu

pengertian yang tidak mencakup dan menggambarkan hakikat kepribadian.

Berkaitan dengan masalah kepribadian muslim, penulis tertarik dengan salah

satu filsuf yang memiliki konsep khudi atau pribadi yaitu Muhammad Iqbal. Di

mana Iqbal menjelaskan tentang pribadi muslim dalam bukunya Asrar I Khudi,

yang membahas sejarah, tentang bagaimana memperkuat pribadi, menyusun

ummat dan juga pesan-pesan guru-guru purba untuk zaman sekarang, sifat-sifat

muslim, sifat-sifat buruk yang harus dihindari, peringatan supaya berhati-hati

terhadap mistik yang dapat melemahkan roh dan sebagainya yang semuanya itu

dituangkan oleh Iqbal dalam bentuk syair yang panjang.6

5Jalaludin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003) Cet ke-3,h. 197.

(13)

Dalam buku Asrar I Khudi sebenarnya melukiskan kehidupan individual

dari seorang Islam yang hendak dikesani Iqbal supaya sadar tentang tugasnya di

dunia, tapi lambat laun dalam seluruh untaian syair yang amat panjang ini,

digambarkannya segala segi wujud manusia sebagai makhluk yang termulia di

tengah-tengah alam semesta.7

Muhammad Iqbal sebagai seorang pemikir muslim modern dengan

disemangati sikap mengembangkan ide yang relevan, membangkitkan usaha

gerakan. Iqbal mencoba menterjemahkan pikirannya dalam bentuk kegiatan

(gerakan). Pemikiran Iqbal tumbuh dari pemikiran para pemikir yang

mendahuluinya. Ia mengumpulkan seluruh buah filsafat dan seni dari Timur dan

Barat. Tetapi hal ini tidak berarti bahwa ia meninggalkan pemikiran para

pendahulunya, tempat ia menemukan semuanya itu. Yang ia kumpulkan dari

sumber lain, dipakainya sebagai landasan tempat ia membangun bangunan besar

sistemnya sendiri. Seperti halnya pemikir-pemikir besar lainnya, dalam dirinya “semua pemikiran yang mendahuluinya dibentuk kembali dibawah cahaya kejeniusannya.”8

Iqbal amat dalam tinjaunnya tentang filsafat dan sejarah Islam serta

telaahnya tentang filsafat barat. Menurutnya bahwa Intelektualisme Hindi dan

Pantheisme Islam membinasakan kemauan dan kesanggupan orang Islam akan

mengadakan suatu aksi untuk menentukan kejayaannya kembali menjadi zaman

keemasan Islam. Maka dibinalah semacam filsafat yang berasal dari hadits Nabi Muhammad SAW: “Tumbuhkanlah dalam dirimu sifat-sifat Tuhan”, yang dipekatkannya dalam bahasa Farsi yakni “Khudi” yang berarti pribadi. Lafaz Khudi ini memang menurut tata bahasa Farsi dan Urdu ialah bentuk kecil dari kata

khuda yang berarti Tuhan.9

Dari pemaparan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengkaji lebih

dalam tentang konsep pembinaan kepribadian muslim yang dikemukakan oleh

7Muhammad Iqbal, Asrar I Khudi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), h.28.

8

M.M. Syarif, Iqbal tentang Tuhan dan Keindahan, Terj. Yusuf Jamil, (Bandung: Mizan,

1993), h.80.

(14)

salah satu ilmuwan muslim yang menggagas konsep tentang khudi atau

kepribadian yakni Muhammad Iqbal (1873-1938),sehingga skripsi ini penulis beri

judul: “KONSEP PEMBINAAN KEPRIBADIAN MUSLIM MENURUT MUHAMMAD IQBAL”. Skripsi ini diberi judul seperti itu karena pembinaan kepribadian muslim sangat penting bagi para generasi muslim agar tidak

terjerumus kepada hal-hal yang bersifat duniawi.

B. Identifikasi Masalah

1. Pandangan Muhammad Iqbal tentang Tuhan

2. Gagasan Muhammad Iqbal tentang Insan Kamil

3. Konsep Khudi menurut Muhammad Iqbal

C. Pembatasan Masalah

Untuk memfokuskan penulis mengenai konsep khudi atau kepribadian

yang digagas oleh Muhammad Iqbal, penulis membatasi permasalahannya

yaitu:

1. Pandangan Muhammad Iqbal tentang kepribadian muslim

2. Konsep pembinaan kepribadian muslim menurut Muhammad Iqbal

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka untuk mempermudah

penulis, masalah di atas dirumuskan sebagai berikut:

1. Apa pandangan Muhammad Iqbal mengenai Kepribadian Muslim?

2. Bagaimana konsep pembinaan kepribadian muslim menurut Muhammad

Iqbal?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian dan pengkajian serta penyusunan skripsi ini adalah

untuk mengetahui konsep pembinaan kepribadian muslim menurut Muhammad

(15)

F. Manfaat Penelitian

Kegunaan pengkajian dan penelitian yang dilakukan dalam penyusunan

skripsi ini:

a. Untuk memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam tentang

kepribadian muslim.

b. Untuk mengetahui konsep pemikiran pembinaan kepribadian muslim

menurut Muhammad Iqbal.

c. Untuk mengembangkan wawasan mengenai khazanah konsep

kepribadian Muslim dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

d. Untuk memberi gambaran bagi para pembaca, para orang tua, dan

masyarakat pada umumnya mengenai konsep kepribadian muslim.

G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

[image:15.595.117.513.197.634.2]

Penelitian ini bersifat Kualitatif. Riset kualitatis memproses pencarian

gambaran data dari konteks kejadian secara langsung sebagai upaya melukiskan

peristiwa sepersis kenyataannya, yang berarti membuat pelabgai kejadiannya

seperti merekat dan melibatkan perspektif yang partisipatif di dalam pelbagai

kejadian, serta menggunakan penginduksian dalam menjelaskan gambaran

fenomena yang diamatinya.10 Dengan demikian, pendekatan kualitatif

menekankan analisanya pada data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan

dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Pendekatan kualitatif penulis

gunakan untuk menganalisis pemikiran Muhammad Iqbal tentang konsep

pembinaan kepribadian muslim. Maka dengan sendirinya penganalisaan data ini

lebih difokuskan pada penelitian Kepustakaan (Library Research), yakni dengan

membaca, menelaah dan mengkaji sumber tulisan yang erat kaitannya dengan

masalah yang dibahas.

10Septiawan Sntana K, Menulis Ilmiah; Metode Penelitian Kualitatif, ( Jakarta: Yayasan

(16)

2. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif karena data yang dikumpulkan

berupa kata-kata dan bukan angka-angka. Penelitian deskriptif tidak

dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu tetapi hanya menggambarkan apa

adanya tentang suatu variabel, gejala atau keadaan.11

3. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a. Studi dokumentar, yaitu studi yang dilakukan dengan mempelajari

sumber-sumber informasi milik onjek yang ditulis secara langsung tanpa

perantara.

b. Studi kepustakaan, yaitu studi yang dilakukan dengan mempelajari

literature yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti dengan

mengumpulkan data-data melalui bahwna bacaan seperti teks book, Jurnal

ataupun artikel yang memiliki relevansi dengan penelitian ini guna

mendapatkan landasan teoritis.

4. Teknik analisis data

Teknik analisa data yang digunakan adalah analisis deskriptif yang berttujuan

untuk mendapatkan pemahaman yang tepat mengenai obyek penelitian dengan

tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis.12 Analisis data dilakukan dengan

cara mendeskripsikan data-data secara sistimatis dan diformulasikan sedemikian

rupa hingga diperoleh kesimpulan yang komprehensif.

H. Fokus Penelitian

Subjek penelitian ini adalah pandangan Muhammad Iqbal mengenai konsep

kepribadian muslim, sedangkan objek penelitiannya yaitu pembinaan kepribadian

muslim menurut pandangan Muhammad Iqbal.

Cara penyajiannya bersifat deskriptif analitik. Penyajian deskriptif adalah

menjelaskan tentang pengertian, maksud dan tujuan dari pembinaan kepribadian

11Suharsimi Arikunto, Manajemen Peneltian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h. 234.

(17)

muslim. Analisisnya adalah menganalisa pemikiran Muhammad Iqbal dengan

berbagai dalil-dalil yang memiliki keterkaitan, baik dalil Qurán maupun

al-Hadits dan beberapa disiplin ilmu pengetahuan.

I. Sumber Data

Dalam mengumpulkan data, penulis sepenuhnya menggunakan metode

penelitian kepustakaan. Untuk mendapatkan data-data penelitian, penulis

mengumpulkan bahan kepustakaan terutama yang berkaitan dengan kepribadian

remaja muslim. Sumber data dalam penelitian ini ada dua, yaitu sumber data

primer dan sumber data sekunder.

a. Sumber data Primer adalah sumber data utama yang akan menjadi

rujukan dalam kajian ini. Diantaranya adalah :

 Muhammad Iqbal, Asrar-I Khudi Rahasia-rahasia Pribadi, Jakarta:

Bulan Bintang, 1976.

b. Sumber data Sekunder adalah sumber data pendukung yang melengkapi

sumber data primer. Diantaranya adalah :

 Alisuf Sabri, Pengantar Umum dan Psikologi Perkembangan,

Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, cet ke-1, 1993

 Donny Ghahral Adian, M.Iqbal: Seri Tokoh filsafat, Jakarta: Teraju,

2003.

 Hasyimsyah Nasution, Filsafat Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama,

cet ke-3, 2002.

 Inge Hutagalung, Pengembangan Kepribadian tinjauan Praktis

Menuju Pribadi Positif, Jakarta: PT. Indeks, 2007.

 Jalaludin, Teologi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

Cet ke-3, 2003.

 M. M Syarif, Iqbal Tentang Tuhan dan Keindahan, Terj. Yusuf

Jamil, Bandung: mizan, 1993

 Rafi Sapuri, Psikologi Islam: tuntunan Jiwa Manusia Modern,

Jakarta: PT raja Grafindo Persada, 2009.

 Rifat Syauqi Nawawi, Kepribadian Qur’ani, Tangerang: WNI Press,

(18)

J. Prosedur Penelitian

a. Tahap Persiapan

Pada tahapan ini penulis mengadakan kunjungan kepustakaan dalam

rangka mengumpulkan data.

b. Tahap Pelaksanaan

Tahapan ini pelulis mengumpulkan data dari buku-buku sumber yang

diperoleh dari kepustakaan untuk penelitian.

c. Tahap Penyelesaian

Dalam tahap ini penulis menyimpulkan hasil observasi dan kemudian

menafsirkan serta menyusun data dalam bentuk hasil penelitian

(laporan).

Teknik penulisan ini berpedoman pada buku “Pedoman Penulisan Skrispsi yang diterbitkan oleh fakultas Ilmu tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam

(19)

10

BAB II

KAJIAN TEORITIK A. Pembinaan Kepribadian Muslim

1. Pengertian Pembinaan

Pembinaan diartikan sebagai proses, perbuatan, usaha, tindakan dan

kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna untuk memperoleh hasil yang

baik.1

Pengertian pembinaan menurut psikologi dapat diartikan sebagai upaya

memelihara dan membawa suatu keadaan yang seharusnya terjadi atau menjaga

keadaan sebagaimana seharusnya. Dalam manajemen pendidikan luar sekolah,

pembinaan dilakukan dengan maksud agar kegiatan atau program yang sedang

dilaksanakan selalu sesuai dengan rencana atau tidak menyimpang dari hal

yang telah direncanakan.2

Secara umum pembinaan disebut sebagai sebuah perbaikan terhadap pola

kehidupan yang direncanakan. Setiap manusia memiliki tujuan hidup tertentu

dan ia memiliki keinginan untuk mewujudkan tujuan tersebut. Apabila tujuan

1Tim Penyusun kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Kamus Bahasa, Kamus Besar

Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), Cet. ke-10, h. 134.

2Kang Abied (online ) Pembinaan:

(20)

hidup tersebut tidak tercapai maka manusia akan berusaha untuk menata ulang

pola kehidupannya.3

Berdasarkan pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa

pembinaan dapat ditinjau dari dua sudut pandang, yaitu berasal dari sudut

pembaharuan dan berasal dari sudut pengawasan. Pembinaan yang berasal dari

sudut pembaharuan yaitu mengubah sesuatu menjadi yang baru dan memiliki

nilai-nilai lebih baik bagi kehidupan masa yang akan datang. Sedangkan

pembinaan yang berasal dari sudut pengawasan yaitu usaha untuk membuat

sesuatu lebih sesuai dengan kebutuhan yang telah direncanakan.

2. Upaya-upaya dalam Pembinaan

Untuk mendekatkan remaja pada suatu pemecahan yang tepat, maka

hendaknya ditinjau terlebih dahulu dari subjeknya, yaitu dengan mengetahui

keadaan remaja dan sifat-sifatnya serta beberapa faktor dan penyebab timbulnya

problem remaja, maka seterusnya perlu diadakan pengulangan, pemecahan

masalah remaja/ jalan keluarnya.

Untuk menghindari membengkaknya problem yang dihadapi oleh remaja

maka perlu sekali diadakan pencegahan yang terarah diantaranya:

a. Tindakan Preventif

Yaitu segala tindakan yang bertujuan mencegah timbulnya

kenakalan-kenakalan, dapat dilakukan dengan pendekatan informal (keluarga), pendekatan

formal (sekolah) atau juga melalui pendekatan nonformal (masyarakat).4

1. Pembinaan pendidikan keluarga dilakukan dengan cara :

a. Menghindari keretakan rumah tangga

b. Menanamkan pendidikan agama yang sesuai dengan tingkat

perkembangannya misalnya keimnan, akhlak dan ibadah.

c. Pemeliharaan hubungan kasih sayang yang adil dan merata, atara

sesama anggota keluarga.

3kang Abied, www.masbied.com/pengertian-pembinaan-menurut-psikologi.

(21)

d. Pengawasan yang intensif terhadap gejala aktivitas yang dilakukan oleh

anak-anak dengan menekankan kemungkinan berprilaku negatif.

e. Pemberian kesibukan yang bermanfaat dan tanggung jawab.

f. Pembagian peranan dan tanggung jawab di antara para anggota

keluarga.5

2. Pembinaan Pendidikan formal dilakukan dengan cara :

a. Mengintensifkan pelajaran pendidikan agama.

b. Mengadakan pembenahan dan pemenuhan sarana dan prasarana

pendidikan.

c. Penerapan metodologi belajar mengajar yang efektif.

d. Dalam pelaksanaan kurikulum hendaknya memperhatikan

keseimbangan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang memadai.

e. Mengadakan identifikasi dan bimbingan mengenai bakat, minat,

kemampuan dan penyalurannya.

f. Melatih dan membiasakan anak untuk bekerja sama dan berorganisasi

seperti OSIS dan yang lainnya.6

3. Pembinaan Pendidikan non formal (Masyarakat)

Masyarakat adalah tempat pendidikan yang ketiga sesudah rumah

tangga dan sekolah. Pembinaan masyarakat dimaksudkan untuk mengisi

waktu senggang dengan kegiatan yang bermanfaat misalnya meningkatkan

pendidikan kepramukaan, penyuluhan mental agama, pendidikan

keterampilan, pembinaan olah raga, perluasan perpustakaan, Palang Merah

remaja, Karang Taruna, Remaja Mesjid dan usaha-usaha lainnya.

b. Tindakan Represif

Tindakan untuk menindas dan menahan kenakalan remaja sesering

mungkin atau menghalangi timbulnya peristiwa kenakalan yang lebih hebat,

ruang lingkup tindakan represif meliputi :

1. Razia terhadap tempat-tempat atau barang-barang yang dapat dijadikan

tempat atau alat berbuat nakal oleh remaja.

5Kang Abied, www.masbied.com/pengertian-pembinaan-menurut-psikologi.

(22)

2. Penyidikan atau pengusutan dan pemeriksaan terhadap remaja yang

berbuat nakal.

3. Penahanan sementara untuk kepentingan pemeriksaan dna perlindungan

bagi remaja.

4. Penuntutan dan peradilan terhadap perkara yang melanggar hukum.7

c. Tindakan Kuratif

Selanjutnya ialah usaha atau tindakan secara kuratif dan rehabilitasi,

yaitu setelah usaha dan tindakan yang lain dilaksanakan. Tindakan ini

merupakan pembinaan khusus untuk memecahkan dan menanggulangi

problem kenakalan remaja. Pembinaan khusus untuk memberikan kesan

yang baik, bahwa seorang remaja itu diperbaiki dan diberikan dorongan,

kesempatan dan fasilitas menjadi baik kembali sesudah melakukan sesuatu

yang dianggap tidak wajar atau tercela.

B. Kepribadian Muslim

1. Pengertian Kepribadian Muslim

Rifat Syauqi mengutip dari Sartain yang menyatakan bahwa kata “kepribadian” berbeda dengan kata “pribadi”. Pribadi artinya “person” (individu, diri). Sedangkan kepribadian yaitu terjemahan dari bahasa Inggris “personality” yang pada mulanya berasal dari bahasa Latin “per” dan “sonare”

yang kemudian berkembang menjadi kata “persona” yang berarti topeng. Pada zaman romawi kuno, seorang aktor menggunakan topeng itu untuk

menyembunyikan identitas dirinya agar memungkinkannya untuk bisa

memerankan karakter tertentu sesuai dengan tuntutan skenario permainan

dalam sebuah drama.8

Dalam pengertian yang lebih rinci, William Stern mengemukakan

kepribadian adalah suatu kesatuan banyak (unita multi complex) yang

diarahkan kepada tujuan-tujuan tertentu dan mengandung sifat-sifat khusus

seseorang yang bebas menentukan dirrinya sendiri. Menurutnya, ada tiga hal

yang menjadi ciri khas kepribadian, yaitu: pertama, kesatuan banyak terdiri dari

7Kang Abied, www.masbied.com/pengertian-pembinaan-menurut-psikologi.

(23)

unsur-unsur yang banyak dan tersusun secara berjenjang dari unsur yang

berfungsi tinggi ke unsur yang terendah. Kedua, bertujuan untuk

mempertahankan diri dan mengembangkan diri. Ketiga, individualitas yaitu

merdeka untuk menentukan diri sendiri secara luar sadar.9

Kepribadian muslim dapat dilihat secara perorangan (individu) dan juga

secara perkelompok (ummah). Kepribadian individu meliputi ciri khas

seseorang dalam sikap dan tingkah laku serta kemampuan intelektual yang

dimilikinya. Karena adanya unsur kepribadian yang dimiliki masing-masing,

maka sebagai individu seorang muslim akan menampilkan ciri khasnya

masing-masing. Dengan demikian akan ada perbedaan kepribadian antara

seorang muslim dengan muslim lainnya.10

Manusia tercipta dan terlahir sebagai pribadi yang khas, unik dan

sempurna. Inge Hutagalung memaparkan tentang hal ini dalam bukunya yang

berjudul Pengembangan Kepribadian dengan kata-kata :

Tidak ada dua orang yang benar-benar sama dalam menyesuaikan

dirinya terhadap lingkungan. Jadi, dengan demikian bahwa tidak ada dua orang

yang mempunyai kepribadian yang sama. Contoh : manusia adalah makhluk

yang unik dan ciptaan Tuhan yang paling sempurna di dunia. Keunikan pada

manusia meskipun dilahirkan sebagai dua anak kembar, tetapi tetap merupakan

dua pribadi yang berbeda. Secara fisik memang ada kemiripan, terutama yang

dilahirkan dengan jenis kelamin sama, namun secara kejiwaan mereka tidak

sama.11

Dari kutipan di atas menjelaskan bahwa tidak ada orang yang sama dalam

caranya menyesuaikan diri terhadap lingkungan, inilah salah satu penampakan

yang mencirikan suatu kepribadian.

Selanjutnya Jalaludin mengutip pendapat Whaterington yang

menyimpulkan bahwa kepribadian memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

9Jalaludin, Teologi pendidikan, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003), cet. 3, h. 192.

10Jalaludin, Teologi pendidikan,… h. 196.

11Inge Hutagalung, Pengembangan Kepribadian tinjauan Praktis Menuju Pribadi positif,

(24)

1. Manusia karena keturunannya mula-mula hanya merupakan individu dan

barulah menjadi suatu pribadi setelah mendapat (menerima) pengaruh

dari lingkungan sosialnya dengan cara belajar.

2. Kepribadian adalah istilah untuk menanamkan tingkah laku seseorang

yang secara terintegrasi merupakan kesatuan.

3. Kepribadian untuk menyatakan pengertian tertentu yang ada pada pikiran

orang lain, dan pikiran tersebut ditentukan oleh nilai dari perangsang

sosial seseorang.

4. Kepribadian tidak menyatakan sesuatu yang bersifat seperti bentuk badan,

ras, akan tetapi merupakan gabungan dari keseluruhan dan kesatuan

tingkah laku seseorang.

5. Kepribadian tidak berkembang secara pasif, tetapi setiap pribadi

menggunakan kapasitasnya secara aktif untuk menyesuaikan diri kepada

lingkungan sosialnya.12

Dari pernyataan di atas, dapat dipahami bahwa kepribadian dapat

didefinisikan sebagai individuality jika dikaitkan dengan ciri khas yang

ditampilkan seseorang, sehingga secara individu seseorang dapat dibedakan

dari orang lain. Sebaliknya disebut personality jika dikaitkan dengan tingkah

laku seseorang secara lahiriah maupun batiniah, jika dihubungkan dengan sikap

dan tingkah laku seseorang yang berhubungan dengan kemampuan intelektual

maka disebut mentality. Selanjutnya jika dihubungkan dengan sifat kedirian

seseorang sebagai suatu kesatuan dari ciri khas yang dimiliki serta usaha untuk

mempertahankan jati diri tersebut dari unsure pengaruh luar disbut identify.13

Secara individu kepribadian muslim mencerminkan cirri khas yang

berbeda. Ciri khas tersebut diperoleh berdasarkan potensi bawaan. Dengan

demikian secara potensi (pembawaan/heredity) akan dijumpai adanya

perbedaan kepribadian antara seorang muslim dengan muslim lainnya.

Perbedaan itu terbatas pada seluruh potensi yang mereka miliki berdasarkan

faktor bawaan masing-masing yaitu meliputi aspek jasmani dan aspek rohani.

12Jalaludin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), cet. Ke-3, h.

193.

(25)

Pada aspek jasmani seperti perbedaan bentuk fisik, warna kulit, dan ciri-ciri

fisik lainnya. Sedangkan pada aspek rohaniah seperti sikap, mental, tingkat

kecerdasan maupun sikap emosi.

2. Pola-pola Kepribadian Muslim

Pola kepribadian yang dimaksud di sini ialah gambaran tentang

garis-garis bentuk kepribadian manusia pada umunya. Menurut ahli psikologi bahwa

pola kepribadian ini terdiri dari 2 bagian, yaitu:

a. The concept of self yang merupakan pusat bentuk kepribadian

b. Trait yang merupakan kemudi atau roda dar kepribadian itu. Trait ini

berhubungan erat dan sangat dipengaruhi oleh bagian pusat atau self

concept.

Manusia adalah makhluk yang berkeyakinan yaitu mmeyakini adanya

benar dan salah. Ia bekali beberapa sifat untuk mendekati kekuatan yang paling

sempurna ditandai dengan adanya rasa takut, cinta dan tunduk. Ketiganya biasa

disebut perangai dan mungkin merupakan perangai paling awal yang

ditanamkan dalam jiwa manusia.

Al-Quran mengemukakan sebuah contoh tentang rasa rindu manusia

kepada kesempurnaan sebagaimana yang dialami Nabi Ibrahim a.s. Pada kasus

Nabi Ibrahim a.s. kita dapat melihat gambaran tentang pencarian dan

ketundukan manusia terhadap kekuatan supranatural kendatipun sebenarnya

nisbi. Kemudian lahirlah fenomena-fenomena alam, matahari dan bulan.14

Allah SWT berfirman:















































(26)



































Artinya : “Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya, Aazar,

"Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan?

Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang

nyata.. dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda

keagungan (kami yang terdapat) di langit dan bumi dan (kami

memperlihatkannya) agar Dia Termasuk orang yang yakin. ketika

malam telah gelap, Dia melihat sebuah bintang (lalu) Dia berkata:

"Inilah Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam Dia berkata:

"Saya tidak suka kepada yang tenggelam." Kemudian tatkala Dia

melihat bulan terbit Dia berkata: "Inilah Tuhanku". tetapi setelah bulan

itu terbenam, Dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi

petunjuk kepadaKu, pastilah aku Termasuk orang yang sesat."

Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, Dia berkata: "Inilah

Tuhanku, ini yang lebih besar". Maka tatkala matahari itu terbenam,

Dia berkata: "Hai kaumku, Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa

yang kamu persekutukan. Sesungguhnya aku menghadapkan diriku

kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung

kepada agama yang benar, dan aku bukanlah Termasuk orang-orang

yang mempersekutukan Tuhan.15

3. Unsur-unsur Pembentuk Kepribadian Muslim

Menurut Mujib yang dikutip oleh Rafi Sapuri menyatakan bahwa

pengembangan kepribadian Islam adalah usaha secara sadar yang dilakukan

15 Bachtiar Surin, Terjemah dan Tafsir al-Quran 30 Juz Huruf Arab dan Latin, (Bandung:

(27)

oleh individu untuk memaksimalkan daya-daya insaninya agar ia mampu

realisasi dan aktualisasi diri lebih baik sehingga memperoleh kualitas hidup di

dunia maupun di akhirat. Manusia yang baik tidak dapat dilihat dari kadar

(ukuran) fisik dan potensi diri berupa bakat dan kekuatan atau sesuatu yang lain

berupa kekhasannya. Namun, perjalanan arah hidup yang difokuskan kea rah

kebaikan (as-shirat al-mustaqim ila al-haqq) itulah manusia yang baik.16

Dengan demikian pengembangan kepribadian Islam adalah setiap usaha

individu dengan kekhasan daya insaninya yang menempuh perjalanan hidup

secara fisik dan psikis ke arah kebenaran (al-haqq). Statement ini mengandung

tiga unsur sebagai suatu keterkaitan terpadu (centered relationship), yaitu

kehasan daya insane, perjalanan hidup dan kebenaran.

Seseorang disebut memiliki kepribadian muslim manakala dalam

mempersepsi sesuatu, dalam bersikap terhadap sesuatu dan dalam melakukan

sesuatu dikendalikan oleh pandangan hidup muslim. Karakter seorang muslim

terbentuk melalui pendidikan dan pengalaman hidup. Kepribadian seseorang di

samping bermodal kapasitas fitrah bawaan sejak lahir dari warisan genetika

orangtuanya, ia terbentuk melalui proses panjang riwayat hidupnya, proses

internalisasi nilai pengetahuan dan pengalaman dalam dirinya. Dalam

perspektif ini, agama yang diterima dari pengetahuan maupun yang dihayati

dari pengalaman rohaniah, masuk ke dalam struktur kepribadian seseorang.

Orang yang menguasai ilmu agama atau ilmu akhlak (sebagai ilmu) tidak

otomatis memiliki kepribadian yang tinggi, karena kepribadian bukan hanya

aspek pengetahuan.17

Pada umumnya, penentuan unsur-unsur pembentuk kepribadian oleh para

ahli berbeda-beda. Perbedaan ini terlihat dari sudut pandang mereka yang

digunakan dalam memahami kepribadian itu sendiri. Ada yang memahami

kepribadian itu sendiri. Ada yang memahami unsur pembentuk kepribadian

dengan terlebih dahulu berangkat dari pembahasan tentang substansi manusia.

16Rafi Sapuri, Psikologi Islam: Tuntunan Jiwa Manusia Modern, (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2009), h.109.

17Achmad Mubarok, Psikologi Keluarga Dari Keluarga Sakinah Hingga Keluarga

(28)

Ada yang memahami dari bagaimana manusia berfikir dan mengatur tingkah

lakunya dan lain sebagainya.

Menurut Eysenck seperti yang dikutif oleh Ramayulis, yaitu sebagai

berikut:

Kepribadian tersusun atas tindakan-tindakan dan disposisi-disposisi yang

terorganisasi dalam susunan hirarkis, berdasarkan atas keumuman dan

kepentingannya, diurut dari yang paling bawah ke yang paling tinggi yaitu:

1. Specific response, yaitu tindakan atau respons yang terjadi pada suatu

keadaan atau kejadian tertentu.

2. Habitual response memiliki corak yang lebih umum daripada specific

response, yaitu respons yang berulang-ulang terjadi jika individu

menghadapi kondisi atau situasi sejenis.

3. Trait, yaitu habitual response yang saling berhubungan satu sama lain

yang cenderung ada pada individu tertentu.

4. Type yaitu organisasi yang lebih umum dan lebih mencakup lagi.18

Kepribadian secara utuh hanya mungkin dibentuk melalui pengaruh

lingkungan, khususnya pendidikan. Adapun sasaran yang dituju dalam

pembentukan kepribadian ini adalah kepribadian yang memiliki akhlak yang

mulia. Tingkat kemuliaan akhlak erat kaitannya dengan tingkat keimnan. Sebab Nabi mengemukakan “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang mukmin yang paling baik akhlaknya”. Pencapaian tingkat akhlak yang

mulia merupakan tujuan pembentukan kepribadian muslim.19

Pembentukan kepribadian muslim pada dasarnya merupakan upaya untuk

mengubah sikap ke arah kecenderungan kepada nilai-nilai keislaman.

Perubahan sikap, tentunya tidak terjadi secara spontan. Semuanya berjalan

dalam suatu proses yang panjang dan berkesinambungan. Di antara proses

tersebut digambarkan oleh adanya hubungan dengan obyek, wawasan,

18Ramayulis, Psikologi Agama, (Jakarta: Kalam Mullia, 2002), h. 106-107

19Jalaludin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), cet. Ke-3,

(29)

peristiwa atau ide (attitude have referent) dan perubahan sikap harus dipelajari

(attitude are learned).20

Dengan demikian pembentukan kepribadian muslim pada dasarnya

merupakan suatu pembentukan kebiasaan yang baik dan serasi dengan

nilai-nilai akhlaq al-karimah. Untuk itu setiap muslim dianjurkan untuk belajar

seumur hidup, sejak lahir (dibesarkan dengan yang baik) hingga di akhir hayat

(tetap dalam kebaikan). Pembentukan kepribadian melalui pendidikan tanpa

henti (life long education), sebagai suatu rangkaian upaya menurut ilmu dan

nilanilai keislaman, sejak dari buaian hingga ke liang lahat.

Pembentukan kepribadian muslim secara menyeluruh adalah

pembentukan yang meliputi berbagai aspek, yaitu:

1. Aspek idiil (dasar), dari landasan pemikiran yang bersumber dari dari

ajaran wahyu.21

2. Aspek materiil (bahan), berupa pedoman dan materi ajaran terangkum

dalam materi bagi pembentukan akhlaq al-karimah.22

3. Aspek sosial, menitik beratkan pada hubungan yang baik antara sesama

makhluk, khususnya sesama manusia.23

4. Aspek teologi, pembentukan kepribadian muslim ditujukan pada

pembentukan nilai-nilai tauhid sebagai upaya untuk menjadikan

kemampuan diri sebagai pengabdi Allah yang setia.24

5. Aspek teleologis (tujuan), pembentukan kepribadian muslim mempunyai

tujuan yang jelas.25

6. Aspek duratif (waktu), pembentukan kepribadian muslim dilakukan sejak

lahir hingga meninggal dunia.

7. Aspek dimensional, pembentukan kepribadian muslim dilakukan atas

penghargaan terhadap faktor-faktor bawaan yang berbeda (perbedaan

individu).26

20Jalaludin, Teologi Pendidikan, …, h. 200

21Jalaludin, Teologi Pendidikan, …,h. 203.

22Jalaludin, Teologi Pendidikan, …,h. 203.

23 Jalaludin, Teologi Pendidikan, …,h. 204.

24Jalaludin, Teologi Pendidikan, …,h. 204.

(30)

8. Aspek fitrah manusia, yaitu pembentukan kepribadian muslim meliputi

bimbingan terhadap peningkatan dan pengembangan kemampuan jasmani,

rohani dan ruh.27

Pembentukan kepribadian muslim merupakan pembentukan kepribadian

yang utuh, menyeluruh terarah dan berimbang. Konsep ini cenderung dijadikan

alasan untuk member peluang bagi tuduhan bahwa filsafat pendidikan Islam

bersifat apologis (memihak dan membenarkan diri). Penyebabnya antara lain

adalah ruang lingkupnya yang terlalu luas, kemudian tujuan yang akan

dicapainyapun terlampau jauh sehingga dinilai sulit untuk diterapkan dalam

suatu sistem pendidikan.

Pembentukan kepribadian muslim sebagai individu, keluarga, masyarakat

maupun ummah pada hakikatnya berjalan seiring dan menuju kepada tujuan

yang sama. Tujuan utamanya yaitu guna merealisasikan diri, baik secara

pribadi (individu) maupun secara komunitas (ummah) untuk menjadi pengabdi

Allah SWT yang setia. Tunduk dan patuh terhadap ketentuan-ketentuan yang

diberika Allah SWT.28

Dalam teori-teori kepribadian, kepribadian terdiri dari trait dan tipe

(type). Trait sendiri dijelaskan sebagai konstruk teoritis yang menggambarkan

konsistensi respon individu dalam situasi yang berbeda-beda. Sedangkan tipe

adalah pengelompokkan bermacam-macam trait. Dibandingkan dengan konsep

trait, tipe memiliki tingkat regularity dan generality yang lebih besar daripada

trait.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepribadian Muslim

Dalam mempelajari kepribadian, maka diperlukan pengetahuan tentang

bagaimana sifat-sifat/ciri kepribadian itu terbentuk dan bagaimana proses

perkembangannya. Alisuf Sabri menuliskan dalam bukunya Pengantar

Psikologi Umum dan Perkembangan, bahwa totalitas kepribadian individu

terbentuk melalui interaksi ketiga faktor, yaitu:

26Jalaludin, Teologi Pendidikan, …,h. 204.

27Jalaludin, Teologi Pendidikan, …,h. 204.

(31)

1. Heredity (pembawaan/genetik)

Kepribadian bukanlah semata-mata faktor bawaan sejak lahir, akan

tetapi juga merupakan hasil pembelajaran hidup. Kepribadian senantiasa

dapat dikembangkan ke arah yang lebih baik melalui proses belajar.

Seorang yang memiliki kepribadian yang menarik adalah individu yang

mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dan memiliki kestabilan

emosi yang mantap.29

Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh heredity terhadap

perkembangan kepribadian, kita dapat memperolehnya dari beberapa hasil

penelitian yang dilakukan para ahli psikologi. Misalnya dengan cara

membandingnkan antara dua orang yang hereditasnya sama namun hidup

dalam lingkungan yang berbeda. Dalam hal ini, apabila heredity memang

merupakan faktor yang lebih besar pengaruhnya bagi pembentukan

kepribadian, maka lingkungan yang berbeda tidak akan berpengaruh

terhadap kepribadian si anak kembar tersebut.

Sekalipun dalam kenyataannya si kembar banyak dipengaruhi oleh

kerjasama lingkungan, pada umumnya para orang tua cenderung

memperlakukan anak kembar secara kembar segala-galanya (nama, baju,

mainan dan sebagainya), hal ini berarti kepribadian dapat diperngaruhi

oleh lingkungan (tanpa faktor heredity/pembawaan).

Tetapi adapun hasil penelitian yang dilakukan para ahli psikologi

yang membuktikan bahwa kesamaan kepribadian tidak cukup dipengaruhi

oleh lingkungan tersebut. Bagi anak kembar identik yang dipisahkan

hidupnya akan tetapi terbukti kepribadian mereka tetap sama, dan

kesamaannya tersebut tidak dapat diterangkan oleh faktor lingkungan.

Dengan demikian berarti bahwa faktor herediti lebih berpengaruh daripada

faktor lingkungan.30

29Inge Hutagalung, Pengembangan Kepribadian tinjauan Praktis Menuju Pribadi

positif, (Jakarta: PT. Indeks, 2007), h.12.

30Alisuf sabri,Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu

(32)

Dalam hal ini Islam mengajarkan bahwa faktor genetika/heredity ikut

berfungsi dalam pembentukan kepribadian muslim. Oleh karena itu,

filsafat pendidikan Islam memberikan pedoman dalam pendidikan

pre-natal (sebelum lahir). Pemilihan calon suami atau istri, sebaiknya

memperhatikan latar belakang keturunan masing-masing.

Namun Usman berpendapat lain, ia menyatakan bahwa Kepribadian

bukanlah semata-mata faktor bawaan sejak lahir, tetapi juga merupakan

hasil pembelajaran hidup. Setidaknya ada dua faktor utama yang dapat

mempengaruhi kepribadian seseorang. Pertama, faktor internal individu

dan kedua, faktor eksternal individu. Usman Najati menjelaskan tentang

hal ini dengan kata-kata:

Para ahli ilmu jiwa modern pernah meneliti batasan setiap pengaruh

keturunan (hereditas) dan lingkungan terhadap perbedaan individual. Hasil

penelitian tersebut menegaskan adanya faktor keturunan yang signifikan di

satu sisi dan faktor lingkungan yang sulit terelakan di sisi lain. Namun,

dari semua hasil penelitian itu para psikologi sepakat bahwa kedua faktor

antara keturunan dan lingkungan tersebut saling terkait dan memiliki

pengaruh satu sama lainnya terhadap karakteristik manusia yang

membentuk perbedaan individualnya. Dengan kata lain, masing-masing

kedua pengaruh tersebut sulit untuk dipisahkan.31

2. Pengalaman

Meskipun setiap unsure heredity anak mudah mereaksi terhadap

pengalaman-pengalaman baru (menurut tingkat kematangan atau

kecenderungan temperamennya), akan tetapi reaksi-reaksinya itu akan

berubah oleh interaksinya dengan orang tua, teman main, sanak keluarga

dan sebagainya. Pentingnya interaksi emosi pada awal kehidupan si anak,

dirasakan perlunya semenjak dilakukan studi terhadap anak-anak di rumah

yatim piatu yang hidupnya sengsara/tidak bahagia.32

31Muhammad Utsman Najati, Psikologi Dalam Perspektif Hadits (Al-Hadits wa ‘Ulumun

Nafs, (Jakarta: PT. Pustaka al-Husna Baru, 2004), h. 276.

32Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu

(33)

Para ahli psikologi yakin bahwa para ibu memiliki kesempatan yang

baik untuk mempengaruhhi tingkah laku dan kepribadian anaknya kelak di

kemudian hari karena ia sepanjang hari bersama anak-anaknya. Meskipun

pada umumnya semua ibu-ibu menyetujui benar cara-cara yang membuat

anak-anaknya menjadi seorang anak yang baik namun pada umumnya

mereka mengeluh, merasa direpotkan oleh cara-cara yang dapat

membangkitkan hal-hal yang baik pada anak-anaknya tersebut.33

Meskipun sudah mengetahui sejumlah pengalalman anak yang akan

mempengaruhi pembentukan kepribadiannya namun belum tentu kita

dapat menjamin akan terbentuknya perkembangan anak yang sehat atau

well adjusted. Ada beberapa cara mengasuh anak yang dilakukan orang

tua, yaitu ada orang tua yang menggunakan cara yang keras, ada yang

melakukannya dengan cara yang lunak. Tetapi ada juga orang tua yang

merasa kebingungan melihat tetangganya menggunakan cara yang sama

tetapi hasil akibatnya pada anak-anak berbeda, ada yang anaknya menjadi

baik dan adapula yang tidak baik (anaknya mengalami gangguan). Oleh

karena itu sebenarnta tidak ada satupun teori cara mengasuh anak yang

terbukti mampu menjamin berhadil untuk semua anak.

Menurut kenyataan yang bisa menghasilkan/membentuk pribadi yang ”well adjusted “ itu bukan dengan masalah cara tetapi masalah situasi, pengalaman yang dialami anak di lingkungan keluarga itu sendiri yaitu

apabila setiap lingkungan keluarga mampu memelihara rasa aman dan

perasaan menghargai satu sam lain yang selaras/ mengimbangi situasi

yang ada di luar rumah maka anak-anak akan berkembang menjadi orang yang “well adjusted”.34

Tetapi meskipun demikian, perlu diketahui bahwa seperti

kegiatan-kegiatan lainnya, maka kegiatan-kegiatan pemeliharaan anak juga mengalami ragam

perubahan. Suatu anak bisa menegur atau mengingatkan orang tuanya

yang perlakuannya tidak menentu agar lebih tegas dan terus terang di

33Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, …. h. 105.

(34)

dalam menetapkan aturan-atura bertingkah laku bagi anak-anaknya. Dalam

hal ini para ahli psikologi menilai bahwa perbuatan menegur semacam itu

dapat menjadi didikan yang baik bagi dirinya, sehingga ia menjadi anka

yang sabar dan tidak agresif dan menjadi anak yang selaras karea

melakukan perbuatan semacam itu berarti ia belajar menahan reaksi dan

takut dianggap sebagai anak yang kurang ajar dan sebagainya.35

Di samping itu sekarang ini banyak anak-anak yang pandai

mengendaki agar orang tuanya bersikap permisif atau longgar sehingga hal

itu memungkinakan setiap angora keluarganya diikut sertakan dalam

menentukan keputusan-keputusan keluarga sesuai dengan umur dan

tingkat kematangannya. Anak yang dibesarkan di dalam keluarga yang

permisif ini cenderung menjadi selalu ingin tahu, penuh ketakutan, bergaul

agresif dan umumnya tidak bisa selaras atau menjadi orang yang sulit

menyesuaikan diri.36

Selain itu suasana dalam keluarga akan terjadi kemelut jika orangutan

yang permisif di atas merasa menyesal kepada cara didikan yang ia

lakukan karena semua kebijaksanaan yang dilakukannya tidak berfaedah

bagi dirinya maupun pada anaknya. Keadaan semacam ini akan

menjadikan anak-anaknya bersikap ambiquous atau mencurigai orang

tuanya dan penguasa –penguasa lain selain orang tuanya. 3. Kebudayaan (culture)

Tingkah laku dapat diwariskan dari orang tua kepada anak karena

anak mempunyai kecenderungan meniru tingkah laku yang dilakukan

orang tuanya dan orang-orang lain yang dekat dengan si anak. Dalam hal

ini penurian mereka tidak memandang apakah itu perbuatan yang baik atau

buruk karena memang mereka belum tahu apa-apa. Bagi anak-anak

peniruan ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan bagi perkembangan

35Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, …. h. 106.

(35)

pribadinya. Melalui peniruan inilah anak menyerap sifat-sifat kepribadian

yang dimiliki oleh orang-orang yang menjadi figur baginya.37

Mengenai kepribadian secara jenis kelamin, meskipun kepribadian ini

belum muncul sebelum dewasa namun anak telah belajar peranan sesuai

dengan jenis kelaminnya dari sejak masih kecil. Mereka dipersiapkan untuk menjadi pria atau wanita dewasa melalui proses “sex typing”. Anak perempuan diajarkan main dengan boneka-boneka, menjahit, membantu

pekerjaan di rumah, menyapu, mencuci dan sebagainya. Sedangkan anak

laki-laki diajarkan main permainan yang agresif, menghargai dan member

respon yang positif bagi anak-anak yang melalkukan sikap perbuatan

seperti ayahnya dan membantu memberikan semangat agar anak

laki-lakinya bersifat jantan.

Faktor lingkungan yang dapat membentuk kepribadian itu sangat

berkaitan erat dengan aspek-aspek/standar budaya yang ditunjukan oleh

pribadi-pribadi orang yang dijadikan model peniruan si anak. Setiap

kebudayaan masyarakat mempunyai masing-masing standar tingkah

lakunya sendiri-sendiri sebagai model tingkah laku yang diakui

masyarakat dan merupakan sifat-sifat yang harus dimiliki oleh warganya.38

Perkumpulan atau organisasi kemasyarakatan, keagamaan, pemuda

dan sebagainya merupakan contoh-contoh agen-agen lingkungan yang

mempunyai pengaruh cultural budaya pada diri individu. Pada umumnya

orang tua mendidik dan membesarkan anak-anak mereka selaras dengan

nilai-nilai budaya masyarakatnya dan kebudayaan dunia pada umumnya.

Kerna itu berbeda latar belakang kebudayaannya maka kepribadian

masing-masing individu cenderung berbeda-beda pula.39

Pengaruh kebudayaan berifat multidimensional dan berlangsung

seumur hidup. Dalam hal ini berarti bukan hanya satu kesan/pengalaman

budaya dari masa kanak-kanak yang akan membentuk suatu sifat

37Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, …. h. 109.

38Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, …. h. 106.

(36)

kepribadian tertentu bagi orang dewasa itu hanya mungkin terbentuk

melalui pengalaman masa kanak-kanak yang terdiri sebagai berikut:

a. Pengalaman budaya yang dialami anak harus berlangsung terus

menerus dalam jangka panjang, melalui serentetan peristiwa yang

diperkuat oleh lingkungan/orang tuanya.

b. Kebudayaan lingkungan akan menjadi pengalaman yang mengendap

membentuk kepribadian apabila pengalaman-pengalaman itu telah

dipelihara/dipertahankan dan terus menerus dialami kembali oleh si

anak.40

(37)

28

BAB III

BIOGRAFI MUHAMMAD IQBAL

Dr. Sir Muhammad Iqbal adalah sosok yang fenomenal. Karirnya di

bidang politik dan filsafat mampu memberikan konstribusi yang cukup

besar bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Lebih dari siapapun, Iqbal

telah merekonstruksi sebuah bangunan filsafat Islam yang menjadi bekal

individu-individu Muslim dalam mengantisipasi peradaban barat yang

materialistik ataupun tradisi Timur yang fatalistik. Jika diterapkan maka

konsep-konsep filosofis Iqbal akan memiliki implikasi-implikasi

kemanusiaan dan sosial yang luas.1 Iqbal terkenal dengan julukannya

sebagai Mufakkir-e-Pakistan (The Thinker Of Pakistan), Shair-eMashriq

(The Poet of the East), dan Hakeem-ul-Ummat (The Sage of Ummah).2

1Donny Ghahral Adian, Muhammad Iqbal; Seri Tokoh Filsafat, (Jakarta: Penerbit

Teraju, 2003), h. 22-23

2Muhammad Iqbal (on line) tersedia: www.wikipedia.org/wiki/Muhammad _Iqbal, 13

(38)

Iqbal adalah seorang pemikir dan penyair. Sebenarnya tidak mudah

memilih apakah ia seorang penyair-pemikir atau pemikir-penyair, karena

lebih banyak tulisan-tulisannya yang puitis dari pada filosofis. Pada diri

Iqbal, filsafat dan puisi tidak dapat dipisahkan; hal yang demikian ini belum

pernah terjadi kepada pemikir-pemikir besar lainnya – bahkan seorang dante sekalipun.3

A. Kehidupan

Anak sulung dari lima bersaudara dari keluarga Syaikh Kashmir,

Muhammad Iqbal lahir pada tanggal 9 November 1877 di Sialkot,

Punjab. Sialkot adalah sebuah kota peninggalan kerajaan dinasti

Mughal India yang telah lama pudar gemerlapnya. Terletak beberapa

mil dari Jammu dan Kashmir, kawasan yang hingga saat ini masih

menjadi sengketa antara India dan Pakistan.4

Leluhur Iqbal bila ditelusuri jejaknya berasal dari kalangan

brahmana, subkasta Sapru. Kakeknya sendiri yang bernama Syaikh

Rafiq, berasal dari Looehar berprofesi sebagai penjaja selendang.5

Awalnya menganut agama Hindu, bahkan Ia merupakan seorang

Pendeta dari Srinagar yang kemudian masuk Islam, Syaikh Muhammad

Rafiq adalah namanya setelah masuk Islam, sebelumnya ia bernama

Sahaj Ram Sapru. Ia pindah ke Sialkot setelah masuk agama Islam.6

Ayahnya bernama Syaikh Nur Muhammad, merupakan seorang

penjahit yang makmur, memiliki kedekatan dengan kalangan sufi.

Kawan-kawannya menyebutnya sebagai “Sang filosof tanpa guru” (un

parh falsafi) karena kecerdasan dan kesalehannya, dikenal memiliki

perasaan mistis yang dalam serta rasa keingintahuan ilmiah yang tinggi.

3M.M. Syarif, Iqbal Tentang Tuhan dan Keindahan, Terj. Yusuf Jamil,

(Bandung: Mizan, 1993),.h. 27.

4Donny Ghahral Adian, Muhammad Iqbal; Seri Tokoh Filsafat, (Jakarta: Penerbit

Teraju, 2003).h. 23

5Donny Ghahral Adian, Muhammad Iqbal; Seri Tokoh Filsafat,...h.24

6Muhammad Iqbal (on line) tersedia: http://en.wikipedia.org/wiki/Muhammad

(39)

Ibunya sendiri, Imam Bibi, merupakan seorang wanita yang religious.

Dari Ibunya, dia mendapat pendidikan dasar dan disiplin keislaman

yang kuat, begitu juga dengan saudara laki-lakinya dan 3 saudara

perempuannya.7

Iqbal tumbuh dibawah bimbingan kedua orang tuanya yang taat,

dengan bekal pendidikan agama yang kuat, ia dididik untuk belajar dan

menghafal al-Qur‟an, baik oleh kedua orangtuanya ataupun oleh guru

-gurunya. Kelak di kemudian hari ia sering berkata bahwa pandangan

dunianya ia warisi dari kedua orangtuanya, bukan dibangun melalui

spekulasi filosofis.

Iqbal menghabiskan masa kanak-kanaknya di kota kelahirannya.

Sebelum kuliah, ia dinikahkan dengan Karim Bibi, tepatnya pada bulan

April 1893, yang merupakan putri dari seorang dokter kaya dari

Gujarat.8 Darinya, Iqbal memiliki tiga orang anak, akan tetapi kedua anaknya meninggal yaitu Mi‟raj Begum yang meninggal di usia muda dan salah satunya meninggal ketika dilahirkan, tinggal Aftab Iqbal yang

mengikuti jejak ayahnya belajar filsafat. Iqbal akhirnya bercerai dengan

Karim Bibi pada tahun 1916.9

Kemudian ketika ia berada di Eropa, Iqbal pernah menjalin

hubungan yang cukup dekat dengan seorang wanita Muslim garda

depan bernama Atiya Begum Faizee, karena perbedaan latar belakang

keluarga, Iqbal hanya memendam perasaan cintanya. Sekitar tahun

1909 Iqbal menikah dengan Sardar Begum, seoarang wanita yang

cantik akan tetapi lemah fisiknya. Pernikahan ini tidak begitu sempurna,

karena kemudian mereka berpisah untuk beberapa waktu. Namun Iqbal

menikah untuk kedua kalinya dengan Sardar Begum pada Tahun 1913,

kemudian dikarunia seoarang putra, Javid Iqbal, dan seorang putri,

7 Donny Ghahral Adian, Muhammad Iqbal; Seri Tokoh Filsafat, (Jakarta: Penerbit

Teraju, 2003) h. 23

8Alam Iqbal (online) iqbal in Years:.www.allamaiqbal.co/person/years/years/htm,

14 April, 15.30 WIB.

9Muhammad Iqbal, {on line} tersedia: http://en.wikipedia.org/wiki/Muhammad

(40)

Munirah. Namun sayang Sardar Begum meninggal di usia yang muda

(37 tahun). Iqbal sendiri meninggal pada usia kurang lebih 61 tahun

yaitu tanggal 21 April 1938 di Lahore.

B. Pendidikan dan Karir

Iqbal merupakan seoarang anak yang cerdas. Sejak kecil ia sudah

dididik dengan dasar agama yang kuat oleh kedua orang tuanya, begitu

pula dengan guru-gurunya di Maktab (madrasah). Berkat prestasinya

yang cemerlang, selepas dari sekolah menengah (1893), Iqbal mendapat

beasiswa ke perguruan tinggi. Atas bujukan Mir Hasan, sahabat karib

ayahnya dan juga seorang Profesor Sastra Timur di Scotch Mission

College, Iqbal diizinkan untuk melanjutkan studinya di sekolah tinggi

modern di wilayah tersebut. Dari mir

Gambar

gambaran data dari konteks kejadian secara langsung sebagai upaya melukiskan

Referensi

Dokumen terkait

Pengamatan dilakukan terhadap pertumbuhan tanaman, meliputi persentase tumbuh, tinggi tanaman dan jumlah daun umur 10, 15, 20 dan 25 HST, pada saat panen pengamatan dilakukan

T ema Folding Architecture merupakan tema yang berhubungan dengan seni lipat-melipat, dan juga merupakan suatu proses yang menghasilkan bentukan dalam desain

Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. 19 Sumber tersebut diperoleh

Media jaringan komputer dapat melalui kabel-kabel atau tanpa kabel sehingga memungkinkan pengguna jaringan komputer dapat saling melakukan pertukaran informasi, seperti dokumen

Sikap masyarakat terhadap penyakit malaria sudah baik ditandai dengan tingginya presentase masyarakat yang setuju untuk melakukan upaya- upaya pencegahan penularan malaria

Dengan penyediaan udara yang cukup dan keadaan lingkungan seimbang maka bahan organik akan diuraikan oleh mikroorganisme aerob menjadi C02, H20 dan sel-sel baru dalam keadaan

Hal ini karena metode Ummi berbeda dengan metode belajar al- Qur’an yang lain yang sekedar di ajarkan bagaimana cara baca al-Quran. yang baik dan benar, di

PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN DOSIS PUPUK UREA TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT PEPAYA (Carica papaya L.)..