Skripsi
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Gelar Pendidikan Islam
Pada Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Oleh Ratika Elsa NIM: 107011001214
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
▸ Baca selengkapnya: karya muhammad iqbal yang terkenal
(2)(3)NIM : 1070110001214
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar strata satu (SI) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan
hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi berdasarkan
Undang-undang yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, Mei 2012
Penulis
Ratika Elsa
i
orang mempergunakan segenap kemampuannya secara aktif untuk menyesuaikan diri, mengatasi, mengubah, dan menguasai lingkungan sekitar dan dirinya sendiri. Bagi Iqbal, kepribadian itu merupakan suatu perbuatan. Yang mana perbuatan tersebut diatur oleh tujuan yang terpimpin.
Sesuai dengan karakteristik masalah yang diangkat dalam skripsi ini maka dalam penulisannya, penulis menggunakan Metode Riset Kualitatif, yaitu menekankan analisanya pada data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang prilaku yang diamati. Pendekatan kualitatif penulis gunakan untuk menganalisis pemikiran Muhammad Iqbal tentang konsep pembinaan kepribadian muslim. Maka dengan sendirinya penganalisaan data ini lebih di
fokuskan pada Penelitian Kepustakaan (Library Research), yakni dengan
membaca, menelaah dan mengkaji buku-buku dan sumber tulisan yang erat kaitannya dengan masalah yang dibahas.
Adapun dalam pembahasannya penulis menggunakan metode deskriptif karena data yang dikumpulkan berupa kata-kata dan bukan angka-angka. Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu variable, gejala dan keadaan. Selain itu semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang diteliti. Dengan demikian laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut berasal dari naskan atau dokumen lainnya.
ii
tertandingi kepada hamba-hamba-Nya. Shalawat serta salam semoga selalu
tercurahkan kepada junjungan kita baginda Nabi besar Muhammad SAW yang
telah membimbing dan memberikan petunjuk kepada umatnya untuk mencapai
kebahagiaan dunia maupun akhirat.
Sebuah nikmat yang sangat besar yang dicurahkan Allah SWT kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan penggarapan penulisan skripsi ini dengan judul:”Konsep Pembinaan Kepribadian Muslim menurut Muhammad Iqbal”.
Secara khusus skripsi ini penulis persembahan kepada ayahanda dan
ibunda tercinta Bapak H. Jamhuri dan ibu Sukaesih, yang dengan penuh kasih
sayang, ketulusan dan kesabaran serta perhatiannya telah memberikan semangat
yang terbaik dan tiada terhingga bagi penulis.
Dan dalam penyusunan skripsi ini penulis telah banyak dibantu oleh
beberapa pihak, baik berupa sumbangan pikiran, tenaga, moril maupun materil.
Maka dengan penuh ketulusan dalam kesempatan ini penulis menyampaikan
banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Rifat Syauqi Nawawi MA , selaku Dekan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Bapak Bahrissalim, MA, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam dan
Bapak Drs. Safiudin Shidiq, MA selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan
Agama Islam.
3. Bapak Dr. Anshori, MA, selaku dosen pembimbing akademik.
4. Bapak Dr. Abdul Fattah Wibisono, MA, selaku dosen pembimbing skripsi
iii banyak referensi.
6. Kepada kakak-kakakku (Marisa, Yuli, Muhidin, Maulana Yusuf)
adik-adikku (Lidia, Ardi dan Satibi) dan keponakanku yang selalu penulis
sayangi (Haifa, Jeisya dan Zaidan) serta seseorang yang selama ini telah
banyak memberikan supportnya (Yusuf Gunawan) dan telah banyak
memberikan kasih sayang serta perhatian dari segi moril maupun materil
dalam penyelesaian skripsi ini.
7. Kepada sahabat-sahabatku (Eva, Zulfa, Mia, Mimi, Intan, Nurfitria
Salimusadri dan Uswatun Hasanah) yang selalu memberikan support, saran
dan kritik dalam menyelesaikan skripsi ini. Juga kepada teman-teman che
lascar serta kepada teman-teman jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan
2007 yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang membalas
segala budi baik mereka semua dengan ganjaran yang setimpal dan berlipat ganda.
Amin
Akhirnya penulis menyadari bahwa “Tak ada gading yang tak retak” penyusunan skripsi ini jauh dari sempurna, oleh karenanya kritik serta saran yang
konstruktif sangat penulis harapkan.
iv
DAFTAR ISI ... iii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Pembatasan Masalah ... 5
D. Perumusan Masalah ... 5
E. Tujuan Penelitian ... 5
F. Manfaat penelitian ... 6
G. Metodologi Penelitian ... 6
H. Fokus Penelitian ... 7
I. Sumber Data ... 8
J. Prosedur Penelitian ... 9
BAB II KAJIAN TEORITIK ... 10
A. Pembinaan Kepribadian Muslim ... 10
1. Pengertian Pembinaan ... 10
2. Upaya-upaya dalam Pembinaan Kepribadian Muslim ... 11
B. Kepribadian Muslim ... 13
1. Pengertian Kepribadian Muslim ... 13
2. Pola-pola Kepribadian Muslim ... 16
3. Unsur-unsur Pembentuk Kepribadian Muslim ... 17
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kepribadian Muslim ... 21
a. Heredity ... 22
b. Pengalaman ... 23
c. Kebudayaan ... 25
BAB III BIOGRAFI MUUHAMMAD IQBAL ... 28
A. Kehidupan Iqbal ... 29
B. Pendidikan dan Karir Iqbal ... 31
C. Karya-karya Iqbal ... 33
v
1. Hal-hal yang dapat memperkuat kepribadian ... 49
a. „Isysq Muhabbat ... 49
b. Faqr ... 51
c. Keberanian ... 51
d. Toleransi ... 52
e. Kasb I Halal ... 52
f. Kreatif ... 53
2. Hal-hal yang dapat melemahkan kepribadian ... 53
a. Takut ... 53
b. Meminta-minta (su‟aal) ... 54
c. Perbudakan ... 55
d. Sombong ... 55
BAB V KESIMPULAN ... 58
A. Kesimpulan ... 58
B. Saran ... 60 DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Kepribadian bukanlah sesuatu yang dapat dikenakan ataupun ditanggalkan
sebagaimana orang mengenakan pakaian ataupun mengikuti gaya mode tertentu.
Kepribadian adalah tentang diri pribadi secara keseluruhan. Kepribadian juga
merupakan sesuatu yang unik pada setiap masing-masing individu.
Thomae seorang pelopor bigrafik psikologis berpendapat bahwa dalam teori
kepribadian ditekankan bahwa setiap pribadi mempunyai ciri-cirinya yang khas.
Tidak ada seorangpun yang mempunyai ciri seratus persen sama dengan orang
lain. Setiap orang memiliki pribadi yang khusus, selain itu juga ada suatu
stabilitas dalam kepribadian seseorang hingga dapat dikatakan ada suatu identitas
pribadi.1
Menurut Gordon Allport seorang psikolog pakar kepribadian asal Jerman
yang dikutip oleh Inge Hutagalung, memberikan definisi kepribadian dengan: “Organisasi dinamis dalam individu sebagai sistem psikofisik yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan.” Personality is
1Rafi Sapuri, Psikologi Islam:Tuntunan Jiwa Manusia Modern, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
the dynamic organization within the individual of those psychophysical systems
that determine his unique adjustment to his environment.2
Lebih lanjut, Muhammad Ismail memaparkan dalam bukunya yang berjudul
Bunga Rampai Pemikiran Islam, yaitu:
Kepribadian adalah diri setiap orang yang terdiri dari pola pikir (aqliyah) dan pola sikap (nafsiyah). Tidak ada hubungan dengan wajah, bentuk tubuh, kerapian berbusana atau hal-hal lainnya. Sebab semua itu hanyalah merupakan asesoris semata. Adalah suatu kedangkalan berfikir, bila seseorang menyangka bahwa asesoris semacam ini sebagai salah satu faktor kepribadian. Sebab manusia dapat dibedakan melalui akal dan tingkah lakunya dan inilah yang akan menunjukkan tinggi rendahnya derajat seseorang.3
Pernyataan organisasi dinamis menunjukkan adanya kenyataan bahwa
kepribadian itu selalu berkembang dan berubah. Walaupun pada saat yang sama
ada organisasi system yang mengikat dan menghubungkan berbagai
komponen/sifat dari kepribadian itu. Organisasi kepribadian meliputi kerja jiwa
dan juga fisik yang tidak terpisah dalam kesatuan yang utuh. Ia juga mengandung
kecenderungan-kecenderungan determinasi yang memainkan peranan aktif dalam
tingkah laku individu. Oleh karena itu, kepribadian adalah sesuatu yang
mendorong dan mendominasi dilakukannya sesuatu.4
Dari penjelasan di atas dapat diambil sebuah gambaran bahwa kepribadian
itu sesuatu yang mencirikan identitas seseorang yang khas dan unik yang
ditentukan oleh pola sikap dan pola fikir tertentu dari individu yang menentukan
caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Kepribadian
setiap masing-masing individu tentu berbeda dan hal itu menjadikan manusia
menjadi unik.
Kepribadian muslim dari kepribadian orang perorang (Individu) dan
kepribadian dalam kelompok masyarakat (Ummah). Kepribadian individu
2Inge Hutagalung, Pengembangan Kepribadian Tinjauan Praktis Menuju Pribadi Positif,
(Jakarta: PT. Indeks, 2007), h. 1
3Muhammad Ismail, Bunga Rampai Pemikiran Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 1999),
h.20.
meliputi ciri khas seseorang dalam sikap dan tingkah laku, serta kemampuan
intelektual yang dimilikinya. Karena adanya unsur kepribadian yang secara
individu, seorang muslim akan memiliki ciri khas masing-masing. Demikian akan
ada kepribadian antara seorang muslim dengan muslim lainnya walaupun sebagai
individu, masing-masing pribadi itu berbeda. Tapi dalam pembentukan
kepribadian muslim sebagai ummah perbedaan itu dipadukan.5
Kepribadian manusia merupakan suatu misteri yang penuh dengan
dinamika. Setiap manusia memiliki suatu keunikan tersendiri yang berbeda
dengan yang lain, hal tersebut tergantung pada diri masing-masing bagaimana
pengaruh-pengaruh yang muncul baik dari dalam diri maupun dari luar dirinya
diolah dan diproses.
Namun sering kali kepribadian dipersepsikan secara kurang tepat oleh
sebagian banyak orang. Seperti pendapat Muhammad Ismail di atas bahwa
kepribadian seseorang sering dinilai dari wajahnya, bentuk tubuh, kerapihan
berbusana dan hal-hal lainnya yang terlihat secara kasat mata. Anggapan seperti
ini tidak sepenuhnya salah, namun bila wajah, bentuk tubuh, kerapihan berbusana
dan hal-hal lain sebagainya dianggap sebagai salah satu faktor penentu
kepribadian atau berpengaruh terhadap kepribadian, maka akan didapatkan suatu
pengertian yang tidak mencakup dan menggambarkan hakikat kepribadian.
Berkaitan dengan masalah kepribadian muslim, penulis tertarik dengan salah
satu filsuf yang memiliki konsep khudi atau pribadi yaitu Muhammad Iqbal. Di
mana Iqbal menjelaskan tentang pribadi muslim dalam bukunya Asrar I Khudi,
yang membahas sejarah, tentang bagaimana memperkuat pribadi, menyusun
ummat dan juga pesan-pesan guru-guru purba untuk zaman sekarang, sifat-sifat
muslim, sifat-sifat buruk yang harus dihindari, peringatan supaya berhati-hati
terhadap mistik yang dapat melemahkan roh dan sebagainya yang semuanya itu
dituangkan oleh Iqbal dalam bentuk syair yang panjang.6
5Jalaludin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003) Cet ke-3,h. 197.
Dalam buku Asrar I Khudi sebenarnya melukiskan kehidupan individual
dari seorang Islam yang hendak dikesani Iqbal supaya sadar tentang tugasnya di
dunia, tapi lambat laun dalam seluruh untaian syair yang amat panjang ini,
digambarkannya segala segi wujud manusia sebagai makhluk yang termulia di
tengah-tengah alam semesta.7
Muhammad Iqbal sebagai seorang pemikir muslim modern dengan
disemangati sikap mengembangkan ide yang relevan, membangkitkan usaha
gerakan. Iqbal mencoba menterjemahkan pikirannya dalam bentuk kegiatan
(gerakan). Pemikiran Iqbal tumbuh dari pemikiran para pemikir yang
mendahuluinya. Ia mengumpulkan seluruh buah filsafat dan seni dari Timur dan
Barat. Tetapi hal ini tidak berarti bahwa ia meninggalkan pemikiran para
pendahulunya, tempat ia menemukan semuanya itu. Yang ia kumpulkan dari
sumber lain, dipakainya sebagai landasan tempat ia membangun bangunan besar
sistemnya sendiri. Seperti halnya pemikir-pemikir besar lainnya, dalam dirinya “semua pemikiran yang mendahuluinya dibentuk kembali dibawah cahaya kejeniusannya.”8
Iqbal amat dalam tinjaunnya tentang filsafat dan sejarah Islam serta
telaahnya tentang filsafat barat. Menurutnya bahwa Intelektualisme Hindi dan
Pantheisme Islam membinasakan kemauan dan kesanggupan orang Islam akan
mengadakan suatu aksi untuk menentukan kejayaannya kembali menjadi zaman
keemasan Islam. Maka dibinalah semacam filsafat yang berasal dari hadits Nabi Muhammad SAW: “Tumbuhkanlah dalam dirimu sifat-sifat Tuhan”, yang dipekatkannya dalam bahasa Farsi yakni “Khudi” yang berarti pribadi. Lafaz Khudi ini memang menurut tata bahasa Farsi dan Urdu ialah bentuk kecil dari kata
khuda yang berarti Tuhan.9
Dari pemaparan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengkaji lebih
dalam tentang konsep pembinaan kepribadian muslim yang dikemukakan oleh
7Muhammad Iqbal, Asrar I Khudi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), h.28.
8
M.M. Syarif, Iqbal tentang Tuhan dan Keindahan, Terj. Yusuf Jamil, (Bandung: Mizan,
1993), h.80.
salah satu ilmuwan muslim yang menggagas konsep tentang khudi atau
kepribadian yakni Muhammad Iqbal (1873-1938),sehingga skripsi ini penulis beri
judul: “KONSEP PEMBINAAN KEPRIBADIAN MUSLIM MENURUT MUHAMMAD IQBAL”. Skripsi ini diberi judul seperti itu karena pembinaan kepribadian muslim sangat penting bagi para generasi muslim agar tidak
terjerumus kepada hal-hal yang bersifat duniawi.
B. Identifikasi Masalah
1. Pandangan Muhammad Iqbal tentang Tuhan
2. Gagasan Muhammad Iqbal tentang Insan Kamil
3. Konsep Khudi menurut Muhammad Iqbal
C. Pembatasan Masalah
Untuk memfokuskan penulis mengenai konsep khudi atau kepribadian
yang digagas oleh Muhammad Iqbal, penulis membatasi permasalahannya
yaitu:
1. Pandangan Muhammad Iqbal tentang kepribadian muslim
2. Konsep pembinaan kepribadian muslim menurut Muhammad Iqbal
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka untuk mempermudah
penulis, masalah di atas dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa pandangan Muhammad Iqbal mengenai Kepribadian Muslim?
2. Bagaimana konsep pembinaan kepribadian muslim menurut Muhammad
Iqbal?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian dan pengkajian serta penyusunan skripsi ini adalah
untuk mengetahui konsep pembinaan kepribadian muslim menurut Muhammad
F. Manfaat Penelitian
Kegunaan pengkajian dan penelitian yang dilakukan dalam penyusunan
skripsi ini:
a. Untuk memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam tentang
kepribadian muslim.
b. Untuk mengetahui konsep pemikiran pembinaan kepribadian muslim
menurut Muhammad Iqbal.
c. Untuk mengembangkan wawasan mengenai khazanah konsep
kepribadian Muslim dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
d. Untuk memberi gambaran bagi para pembaca, para orang tua, dan
masyarakat pada umumnya mengenai konsep kepribadian muslim.
G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian
[image:15.595.117.513.197.634.2]Penelitian ini bersifat Kualitatif. Riset kualitatis memproses pencarian
gambaran data dari konteks kejadian secara langsung sebagai upaya melukiskan
peristiwa sepersis kenyataannya, yang berarti membuat pelabgai kejadiannya
seperti merekat dan melibatkan perspektif yang partisipatif di dalam pelbagai
kejadian, serta menggunakan penginduksian dalam menjelaskan gambaran
fenomena yang diamatinya.10 Dengan demikian, pendekatan kualitatif
menekankan analisanya pada data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Pendekatan kualitatif penulis
gunakan untuk menganalisis pemikiran Muhammad Iqbal tentang konsep
pembinaan kepribadian muslim. Maka dengan sendirinya penganalisaan data ini
lebih difokuskan pada penelitian Kepustakaan (Library Research), yakni dengan
membaca, menelaah dan mengkaji sumber tulisan yang erat kaitannya dengan
masalah yang dibahas.
10Septiawan Sntana K, Menulis Ilmiah; Metode Penelitian Kualitatif, ( Jakarta: Yayasan
2. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif karena data yang dikumpulkan
berupa kata-kata dan bukan angka-angka. Penelitian deskriptif tidak
dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu tetapi hanya menggambarkan apa
adanya tentang suatu variabel, gejala atau keadaan.11
3. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Studi dokumentar, yaitu studi yang dilakukan dengan mempelajari
sumber-sumber informasi milik onjek yang ditulis secara langsung tanpa
perantara.
b. Studi kepustakaan, yaitu studi yang dilakukan dengan mempelajari
literature yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti dengan
mengumpulkan data-data melalui bahwna bacaan seperti teks book, Jurnal
ataupun artikel yang memiliki relevansi dengan penelitian ini guna
mendapatkan landasan teoritis.
4. Teknik analisis data
Teknik analisa data yang digunakan adalah analisis deskriptif yang berttujuan
untuk mendapatkan pemahaman yang tepat mengenai obyek penelitian dengan
tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis.12 Analisis data dilakukan dengan
cara mendeskripsikan data-data secara sistimatis dan diformulasikan sedemikian
rupa hingga diperoleh kesimpulan yang komprehensif.
H. Fokus Penelitian
Subjek penelitian ini adalah pandangan Muhammad Iqbal mengenai konsep
kepribadian muslim, sedangkan objek penelitiannya yaitu pembinaan kepribadian
muslim menurut pandangan Muhammad Iqbal.
Cara penyajiannya bersifat deskriptif analitik. Penyajian deskriptif adalah
menjelaskan tentang pengertian, maksud dan tujuan dari pembinaan kepribadian
11Suharsimi Arikunto, Manajemen Peneltian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h. 234.
muslim. Analisisnya adalah menganalisa pemikiran Muhammad Iqbal dengan
berbagai dalil-dalil yang memiliki keterkaitan, baik dalil Qurán maupun
al-Hadits dan beberapa disiplin ilmu pengetahuan.
I. Sumber Data
Dalam mengumpulkan data, penulis sepenuhnya menggunakan metode
penelitian kepustakaan. Untuk mendapatkan data-data penelitian, penulis
mengumpulkan bahan kepustakaan terutama yang berkaitan dengan kepribadian
remaja muslim. Sumber data dalam penelitian ini ada dua, yaitu sumber data
primer dan sumber data sekunder.
a. Sumber data Primer adalah sumber data utama yang akan menjadi
rujukan dalam kajian ini. Diantaranya adalah :
Muhammad Iqbal, Asrar-I Khudi Rahasia-rahasia Pribadi, Jakarta:
Bulan Bintang, 1976.
b. Sumber data Sekunder adalah sumber data pendukung yang melengkapi
sumber data primer. Diantaranya adalah :
Alisuf Sabri, Pengantar Umum dan Psikologi Perkembangan,
Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, cet ke-1, 1993
Donny Ghahral Adian, M.Iqbal: Seri Tokoh filsafat, Jakarta: Teraju,
2003.
Hasyimsyah Nasution, Filsafat Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama,
cet ke-3, 2002.
Inge Hutagalung, Pengembangan Kepribadian tinjauan Praktis
Menuju Pribadi Positif, Jakarta: PT. Indeks, 2007.
Jalaludin, Teologi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
Cet ke-3, 2003.
M. M Syarif, Iqbal Tentang Tuhan dan Keindahan, Terj. Yusuf
Jamil, Bandung: mizan, 1993
Rafi Sapuri, Psikologi Islam: tuntunan Jiwa Manusia Modern,
Jakarta: PT raja Grafindo Persada, 2009.
Rifat Syauqi Nawawi, Kepribadian Qur’ani, Tangerang: WNI Press,
J. Prosedur Penelitian
a. Tahap Persiapan
Pada tahapan ini penulis mengadakan kunjungan kepustakaan dalam
rangka mengumpulkan data.
b. Tahap Pelaksanaan
Tahapan ini pelulis mengumpulkan data dari buku-buku sumber yang
diperoleh dari kepustakaan untuk penelitian.
c. Tahap Penyelesaian
Dalam tahap ini penulis menyimpulkan hasil observasi dan kemudian
menafsirkan serta menyusun data dalam bentuk hasil penelitian
(laporan).
Teknik penulisan ini berpedoman pada buku “Pedoman Penulisan Skrispsi yang diterbitkan oleh fakultas Ilmu tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
10
BAB II
KAJIAN TEORITIK A. Pembinaan Kepribadian Muslim
1. Pengertian Pembinaan
Pembinaan diartikan sebagai proses, perbuatan, usaha, tindakan dan
kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna untuk memperoleh hasil yang
baik.1
Pengertian pembinaan menurut psikologi dapat diartikan sebagai upaya
memelihara dan membawa suatu keadaan yang seharusnya terjadi atau menjaga
keadaan sebagaimana seharusnya. Dalam manajemen pendidikan luar sekolah,
pembinaan dilakukan dengan maksud agar kegiatan atau program yang sedang
dilaksanakan selalu sesuai dengan rencana atau tidak menyimpang dari hal
yang telah direncanakan.2
Secara umum pembinaan disebut sebagai sebuah perbaikan terhadap pola
kehidupan yang direncanakan. Setiap manusia memiliki tujuan hidup tertentu
dan ia memiliki keinginan untuk mewujudkan tujuan tersebut. Apabila tujuan
1Tim Penyusun kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Kamus Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), Cet. ke-10, h. 134.
2Kang Abied (online ) Pembinaan:
hidup tersebut tidak tercapai maka manusia akan berusaha untuk menata ulang
pola kehidupannya.3
Berdasarkan pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
pembinaan dapat ditinjau dari dua sudut pandang, yaitu berasal dari sudut
pembaharuan dan berasal dari sudut pengawasan. Pembinaan yang berasal dari
sudut pembaharuan yaitu mengubah sesuatu menjadi yang baru dan memiliki
nilai-nilai lebih baik bagi kehidupan masa yang akan datang. Sedangkan
pembinaan yang berasal dari sudut pengawasan yaitu usaha untuk membuat
sesuatu lebih sesuai dengan kebutuhan yang telah direncanakan.
2. Upaya-upaya dalam Pembinaan
Untuk mendekatkan remaja pada suatu pemecahan yang tepat, maka
hendaknya ditinjau terlebih dahulu dari subjeknya, yaitu dengan mengetahui
keadaan remaja dan sifat-sifatnya serta beberapa faktor dan penyebab timbulnya
problem remaja, maka seterusnya perlu diadakan pengulangan, pemecahan
masalah remaja/ jalan keluarnya.
Untuk menghindari membengkaknya problem yang dihadapi oleh remaja
maka perlu sekali diadakan pencegahan yang terarah diantaranya:
a. Tindakan Preventif
Yaitu segala tindakan yang bertujuan mencegah timbulnya
kenakalan-kenakalan, dapat dilakukan dengan pendekatan informal (keluarga), pendekatan
formal (sekolah) atau juga melalui pendekatan nonformal (masyarakat).4
1. Pembinaan pendidikan keluarga dilakukan dengan cara :
a. Menghindari keretakan rumah tangga
b. Menanamkan pendidikan agama yang sesuai dengan tingkat
perkembangannya misalnya keimnan, akhlak dan ibadah.
c. Pemeliharaan hubungan kasih sayang yang adil dan merata, atara
sesama anggota keluarga.
3kang Abied, www.masbied.com/pengertian-pembinaan-menurut-psikologi.
d. Pengawasan yang intensif terhadap gejala aktivitas yang dilakukan oleh
anak-anak dengan menekankan kemungkinan berprilaku negatif.
e. Pemberian kesibukan yang bermanfaat dan tanggung jawab.
f. Pembagian peranan dan tanggung jawab di antara para anggota
keluarga.5
2. Pembinaan Pendidikan formal dilakukan dengan cara :
a. Mengintensifkan pelajaran pendidikan agama.
b. Mengadakan pembenahan dan pemenuhan sarana dan prasarana
pendidikan.
c. Penerapan metodologi belajar mengajar yang efektif.
d. Dalam pelaksanaan kurikulum hendaknya memperhatikan
keseimbangan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang memadai.
e. Mengadakan identifikasi dan bimbingan mengenai bakat, minat,
kemampuan dan penyalurannya.
f. Melatih dan membiasakan anak untuk bekerja sama dan berorganisasi
seperti OSIS dan yang lainnya.6
3. Pembinaan Pendidikan non formal (Masyarakat)
Masyarakat adalah tempat pendidikan yang ketiga sesudah rumah
tangga dan sekolah. Pembinaan masyarakat dimaksudkan untuk mengisi
waktu senggang dengan kegiatan yang bermanfaat misalnya meningkatkan
pendidikan kepramukaan, penyuluhan mental agama, pendidikan
keterampilan, pembinaan olah raga, perluasan perpustakaan, Palang Merah
remaja, Karang Taruna, Remaja Mesjid dan usaha-usaha lainnya.
b. Tindakan Represif
Tindakan untuk menindas dan menahan kenakalan remaja sesering
mungkin atau menghalangi timbulnya peristiwa kenakalan yang lebih hebat,
ruang lingkup tindakan represif meliputi :
1. Razia terhadap tempat-tempat atau barang-barang yang dapat dijadikan
tempat atau alat berbuat nakal oleh remaja.
5Kang Abied, www.masbied.com/pengertian-pembinaan-menurut-psikologi.
2. Penyidikan atau pengusutan dan pemeriksaan terhadap remaja yang
berbuat nakal.
3. Penahanan sementara untuk kepentingan pemeriksaan dna perlindungan
bagi remaja.
4. Penuntutan dan peradilan terhadap perkara yang melanggar hukum.7
c. Tindakan Kuratif
Selanjutnya ialah usaha atau tindakan secara kuratif dan rehabilitasi,
yaitu setelah usaha dan tindakan yang lain dilaksanakan. Tindakan ini
merupakan pembinaan khusus untuk memecahkan dan menanggulangi
problem kenakalan remaja. Pembinaan khusus untuk memberikan kesan
yang baik, bahwa seorang remaja itu diperbaiki dan diberikan dorongan,
kesempatan dan fasilitas menjadi baik kembali sesudah melakukan sesuatu
yang dianggap tidak wajar atau tercela.
B. Kepribadian Muslim
1. Pengertian Kepribadian Muslim
Rifat Syauqi mengutip dari Sartain yang menyatakan bahwa kata “kepribadian” berbeda dengan kata “pribadi”. Pribadi artinya “person” (individu, diri). Sedangkan kepribadian yaitu terjemahan dari bahasa Inggris “personality” yang pada mulanya berasal dari bahasa Latin “per” dan “sonare”
yang kemudian berkembang menjadi kata “persona” yang berarti topeng. Pada zaman romawi kuno, seorang aktor menggunakan topeng itu untuk
menyembunyikan identitas dirinya agar memungkinkannya untuk bisa
memerankan karakter tertentu sesuai dengan tuntutan skenario permainan
dalam sebuah drama.8
Dalam pengertian yang lebih rinci, William Stern mengemukakan
kepribadian adalah suatu kesatuan banyak (unita multi complex) yang
diarahkan kepada tujuan-tujuan tertentu dan mengandung sifat-sifat khusus
seseorang yang bebas menentukan dirrinya sendiri. Menurutnya, ada tiga hal
yang menjadi ciri khas kepribadian, yaitu: pertama, kesatuan banyak terdiri dari
7Kang Abied, www.masbied.com/pengertian-pembinaan-menurut-psikologi.
unsur-unsur yang banyak dan tersusun secara berjenjang dari unsur yang
berfungsi tinggi ke unsur yang terendah. Kedua, bertujuan untuk
mempertahankan diri dan mengembangkan diri. Ketiga, individualitas yaitu
merdeka untuk menentukan diri sendiri secara luar sadar.9
Kepribadian muslim dapat dilihat secara perorangan (individu) dan juga
secara perkelompok (ummah). Kepribadian individu meliputi ciri khas
seseorang dalam sikap dan tingkah laku serta kemampuan intelektual yang
dimilikinya. Karena adanya unsur kepribadian yang dimiliki masing-masing,
maka sebagai individu seorang muslim akan menampilkan ciri khasnya
masing-masing. Dengan demikian akan ada perbedaan kepribadian antara
seorang muslim dengan muslim lainnya.10
Manusia tercipta dan terlahir sebagai pribadi yang khas, unik dan
sempurna. Inge Hutagalung memaparkan tentang hal ini dalam bukunya yang
berjudul Pengembangan Kepribadian dengan kata-kata :
Tidak ada dua orang yang benar-benar sama dalam menyesuaikan
dirinya terhadap lingkungan. Jadi, dengan demikian bahwa tidak ada dua orang
yang mempunyai kepribadian yang sama. Contoh : manusia adalah makhluk
yang unik dan ciptaan Tuhan yang paling sempurna di dunia. Keunikan pada
manusia meskipun dilahirkan sebagai dua anak kembar, tetapi tetap merupakan
dua pribadi yang berbeda. Secara fisik memang ada kemiripan, terutama yang
dilahirkan dengan jenis kelamin sama, namun secara kejiwaan mereka tidak
sama.11
Dari kutipan di atas menjelaskan bahwa tidak ada orang yang sama dalam
caranya menyesuaikan diri terhadap lingkungan, inilah salah satu penampakan
yang mencirikan suatu kepribadian.
Selanjutnya Jalaludin mengutip pendapat Whaterington yang
menyimpulkan bahwa kepribadian memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
9Jalaludin, Teologi pendidikan, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003), cet. 3, h. 192.
10Jalaludin, Teologi pendidikan,… h. 196.
11Inge Hutagalung, Pengembangan Kepribadian tinjauan Praktis Menuju Pribadi positif,
1. Manusia karena keturunannya mula-mula hanya merupakan individu dan
barulah menjadi suatu pribadi setelah mendapat (menerima) pengaruh
dari lingkungan sosialnya dengan cara belajar.
2. Kepribadian adalah istilah untuk menanamkan tingkah laku seseorang
yang secara terintegrasi merupakan kesatuan.
3. Kepribadian untuk menyatakan pengertian tertentu yang ada pada pikiran
orang lain, dan pikiran tersebut ditentukan oleh nilai dari perangsang
sosial seseorang.
4. Kepribadian tidak menyatakan sesuatu yang bersifat seperti bentuk badan,
ras, akan tetapi merupakan gabungan dari keseluruhan dan kesatuan
tingkah laku seseorang.
5. Kepribadian tidak berkembang secara pasif, tetapi setiap pribadi
menggunakan kapasitasnya secara aktif untuk menyesuaikan diri kepada
lingkungan sosialnya.12
Dari pernyataan di atas, dapat dipahami bahwa kepribadian dapat
didefinisikan sebagai individuality jika dikaitkan dengan ciri khas yang
ditampilkan seseorang, sehingga secara individu seseorang dapat dibedakan
dari orang lain. Sebaliknya disebut personality jika dikaitkan dengan tingkah
laku seseorang secara lahiriah maupun batiniah, jika dihubungkan dengan sikap
dan tingkah laku seseorang yang berhubungan dengan kemampuan intelektual
maka disebut mentality. Selanjutnya jika dihubungkan dengan sifat kedirian
seseorang sebagai suatu kesatuan dari ciri khas yang dimiliki serta usaha untuk
mempertahankan jati diri tersebut dari unsure pengaruh luar disbut identify.13
Secara individu kepribadian muslim mencerminkan cirri khas yang
berbeda. Ciri khas tersebut diperoleh berdasarkan potensi bawaan. Dengan
demikian secara potensi (pembawaan/heredity) akan dijumpai adanya
perbedaan kepribadian antara seorang muslim dengan muslim lainnya.
Perbedaan itu terbatas pada seluruh potensi yang mereka miliki berdasarkan
faktor bawaan masing-masing yaitu meliputi aspek jasmani dan aspek rohani.
12Jalaludin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), cet. Ke-3, h.
193.
Pada aspek jasmani seperti perbedaan bentuk fisik, warna kulit, dan ciri-ciri
fisik lainnya. Sedangkan pada aspek rohaniah seperti sikap, mental, tingkat
kecerdasan maupun sikap emosi.
2. Pola-pola Kepribadian Muslim
Pola kepribadian yang dimaksud di sini ialah gambaran tentang
garis-garis bentuk kepribadian manusia pada umunya. Menurut ahli psikologi bahwa
pola kepribadian ini terdiri dari 2 bagian, yaitu:
a. The concept of self yang merupakan pusat bentuk kepribadian
b. Trait yang merupakan kemudi atau roda dar kepribadian itu. Trait ini
berhubungan erat dan sangat dipengaruhi oleh bagian pusat atau self
concept.
Manusia adalah makhluk yang berkeyakinan yaitu mmeyakini adanya
benar dan salah. Ia bekali beberapa sifat untuk mendekati kekuatan yang paling
sempurna ditandai dengan adanya rasa takut, cinta dan tunduk. Ketiganya biasa
disebut perangai dan mungkin merupakan perangai paling awal yang
ditanamkan dalam jiwa manusia.
Al-Quran mengemukakan sebuah contoh tentang rasa rindu manusia
kepada kesempurnaan sebagaimana yang dialami Nabi Ibrahim a.s. Pada kasus
Nabi Ibrahim a.s. kita dapat melihat gambaran tentang pencarian dan
ketundukan manusia terhadap kekuatan supranatural kendatipun sebenarnya
nisbi. Kemudian lahirlah fenomena-fenomena alam, matahari dan bulan.14
Allah SWT berfirman:
Artinya : “Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya, Aazar,
"Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan?
Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang
nyata.. dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda
keagungan (kami yang terdapat) di langit dan bumi dan (kami
memperlihatkannya) agar Dia Termasuk orang yang yakin. ketika
malam telah gelap, Dia melihat sebuah bintang (lalu) Dia berkata:
"Inilah Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam Dia berkata:
"Saya tidak suka kepada yang tenggelam." Kemudian tatkala Dia
melihat bulan terbit Dia berkata: "Inilah Tuhanku". tetapi setelah bulan
itu terbenam, Dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi
petunjuk kepadaKu, pastilah aku Termasuk orang yang sesat."
Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, Dia berkata: "Inilah
Tuhanku, ini yang lebih besar". Maka tatkala matahari itu terbenam,
Dia berkata: "Hai kaumku, Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa
yang kamu persekutukan. Sesungguhnya aku menghadapkan diriku
kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung
kepada agama yang benar, dan aku bukanlah Termasuk orang-orang
yang mempersekutukan Tuhan.15
3. Unsur-unsur Pembentuk Kepribadian Muslim
Menurut Mujib yang dikutip oleh Rafi Sapuri menyatakan bahwa
pengembangan kepribadian Islam adalah usaha secara sadar yang dilakukan
15 Bachtiar Surin, Terjemah dan Tafsir al-Quran 30 Juz Huruf Arab dan Latin, (Bandung:
oleh individu untuk memaksimalkan daya-daya insaninya agar ia mampu
realisasi dan aktualisasi diri lebih baik sehingga memperoleh kualitas hidup di
dunia maupun di akhirat. Manusia yang baik tidak dapat dilihat dari kadar
(ukuran) fisik dan potensi diri berupa bakat dan kekuatan atau sesuatu yang lain
berupa kekhasannya. Namun, perjalanan arah hidup yang difokuskan kea rah
kebaikan (as-shirat al-mustaqim ila al-haqq) itulah manusia yang baik.16
Dengan demikian pengembangan kepribadian Islam adalah setiap usaha
individu dengan kekhasan daya insaninya yang menempuh perjalanan hidup
secara fisik dan psikis ke arah kebenaran (al-haqq). Statement ini mengandung
tiga unsur sebagai suatu keterkaitan terpadu (centered relationship), yaitu
kehasan daya insane, perjalanan hidup dan kebenaran.
Seseorang disebut memiliki kepribadian muslim manakala dalam
mempersepsi sesuatu, dalam bersikap terhadap sesuatu dan dalam melakukan
sesuatu dikendalikan oleh pandangan hidup muslim. Karakter seorang muslim
terbentuk melalui pendidikan dan pengalaman hidup. Kepribadian seseorang di
samping bermodal kapasitas fitrah bawaan sejak lahir dari warisan genetika
orangtuanya, ia terbentuk melalui proses panjang riwayat hidupnya, proses
internalisasi nilai pengetahuan dan pengalaman dalam dirinya. Dalam
perspektif ini, agama yang diterima dari pengetahuan maupun yang dihayati
dari pengalaman rohaniah, masuk ke dalam struktur kepribadian seseorang.
Orang yang menguasai ilmu agama atau ilmu akhlak (sebagai ilmu) tidak
otomatis memiliki kepribadian yang tinggi, karena kepribadian bukan hanya
aspek pengetahuan.17
Pada umumnya, penentuan unsur-unsur pembentuk kepribadian oleh para
ahli berbeda-beda. Perbedaan ini terlihat dari sudut pandang mereka yang
digunakan dalam memahami kepribadian itu sendiri. Ada yang memahami
kepribadian itu sendiri. Ada yang memahami unsur pembentuk kepribadian
dengan terlebih dahulu berangkat dari pembahasan tentang substansi manusia.
16Rafi Sapuri, Psikologi Islam: Tuntunan Jiwa Manusia Modern, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2009), h.109.
17Achmad Mubarok, Psikologi Keluarga Dari Keluarga Sakinah Hingga Keluarga
Ada yang memahami dari bagaimana manusia berfikir dan mengatur tingkah
lakunya dan lain sebagainya.
Menurut Eysenck seperti yang dikutif oleh Ramayulis, yaitu sebagai
berikut:
Kepribadian tersusun atas tindakan-tindakan dan disposisi-disposisi yang
terorganisasi dalam susunan hirarkis, berdasarkan atas keumuman dan
kepentingannya, diurut dari yang paling bawah ke yang paling tinggi yaitu:
1. Specific response, yaitu tindakan atau respons yang terjadi pada suatu
keadaan atau kejadian tertentu.
2. Habitual response memiliki corak yang lebih umum daripada specific
response, yaitu respons yang berulang-ulang terjadi jika individu
menghadapi kondisi atau situasi sejenis.
3. Trait, yaitu habitual response yang saling berhubungan satu sama lain
yang cenderung ada pada individu tertentu.
4. Type yaitu organisasi yang lebih umum dan lebih mencakup lagi.18
Kepribadian secara utuh hanya mungkin dibentuk melalui pengaruh
lingkungan, khususnya pendidikan. Adapun sasaran yang dituju dalam
pembentukan kepribadian ini adalah kepribadian yang memiliki akhlak yang
mulia. Tingkat kemuliaan akhlak erat kaitannya dengan tingkat keimnan. Sebab Nabi mengemukakan “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang mukmin yang paling baik akhlaknya”. Pencapaian tingkat akhlak yang
mulia merupakan tujuan pembentukan kepribadian muslim.19
Pembentukan kepribadian muslim pada dasarnya merupakan upaya untuk
mengubah sikap ke arah kecenderungan kepada nilai-nilai keislaman.
Perubahan sikap, tentunya tidak terjadi secara spontan. Semuanya berjalan
dalam suatu proses yang panjang dan berkesinambungan. Di antara proses
tersebut digambarkan oleh adanya hubungan dengan obyek, wawasan,
18Ramayulis, Psikologi Agama, (Jakarta: Kalam Mullia, 2002), h. 106-107
19Jalaludin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), cet. Ke-3,
peristiwa atau ide (attitude have referent) dan perubahan sikap harus dipelajari
(attitude are learned).20
Dengan demikian pembentukan kepribadian muslim pada dasarnya
merupakan suatu pembentukan kebiasaan yang baik dan serasi dengan
nilai-nilai akhlaq al-karimah. Untuk itu setiap muslim dianjurkan untuk belajar
seumur hidup, sejak lahir (dibesarkan dengan yang baik) hingga di akhir hayat
(tetap dalam kebaikan). Pembentukan kepribadian melalui pendidikan tanpa
henti (life long education), sebagai suatu rangkaian upaya menurut ilmu dan
nilanilai keislaman, sejak dari buaian hingga ke liang lahat.
Pembentukan kepribadian muslim secara menyeluruh adalah
pembentukan yang meliputi berbagai aspek, yaitu:
1. Aspek idiil (dasar), dari landasan pemikiran yang bersumber dari dari
ajaran wahyu.21
2. Aspek materiil (bahan), berupa pedoman dan materi ajaran terangkum
dalam materi bagi pembentukan akhlaq al-karimah.22
3. Aspek sosial, menitik beratkan pada hubungan yang baik antara sesama
makhluk, khususnya sesama manusia.23
4. Aspek teologi, pembentukan kepribadian muslim ditujukan pada
pembentukan nilai-nilai tauhid sebagai upaya untuk menjadikan
kemampuan diri sebagai pengabdi Allah yang setia.24
5. Aspek teleologis (tujuan), pembentukan kepribadian muslim mempunyai
tujuan yang jelas.25
6. Aspek duratif (waktu), pembentukan kepribadian muslim dilakukan sejak
lahir hingga meninggal dunia.
7. Aspek dimensional, pembentukan kepribadian muslim dilakukan atas
penghargaan terhadap faktor-faktor bawaan yang berbeda (perbedaan
individu).26
20Jalaludin, Teologi Pendidikan, …, h. 200
21Jalaludin, Teologi Pendidikan, …,h. 203.
22Jalaludin, Teologi Pendidikan, …,h. 203.
23 Jalaludin, Teologi Pendidikan, …,h. 204.
24Jalaludin, Teologi Pendidikan, …,h. 204.
8. Aspek fitrah manusia, yaitu pembentukan kepribadian muslim meliputi
bimbingan terhadap peningkatan dan pengembangan kemampuan jasmani,
rohani dan ruh.27
Pembentukan kepribadian muslim merupakan pembentukan kepribadian
yang utuh, menyeluruh terarah dan berimbang. Konsep ini cenderung dijadikan
alasan untuk member peluang bagi tuduhan bahwa filsafat pendidikan Islam
bersifat apologis (memihak dan membenarkan diri). Penyebabnya antara lain
adalah ruang lingkupnya yang terlalu luas, kemudian tujuan yang akan
dicapainyapun terlampau jauh sehingga dinilai sulit untuk diterapkan dalam
suatu sistem pendidikan.
Pembentukan kepribadian muslim sebagai individu, keluarga, masyarakat
maupun ummah pada hakikatnya berjalan seiring dan menuju kepada tujuan
yang sama. Tujuan utamanya yaitu guna merealisasikan diri, baik secara
pribadi (individu) maupun secara komunitas (ummah) untuk menjadi pengabdi
Allah SWT yang setia. Tunduk dan patuh terhadap ketentuan-ketentuan yang
diberika Allah SWT.28
Dalam teori-teori kepribadian, kepribadian terdiri dari trait dan tipe
(type). Trait sendiri dijelaskan sebagai konstruk teoritis yang menggambarkan
konsistensi respon individu dalam situasi yang berbeda-beda. Sedangkan tipe
adalah pengelompokkan bermacam-macam trait. Dibandingkan dengan konsep
trait, tipe memiliki tingkat regularity dan generality yang lebih besar daripada
trait.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepribadian Muslim
Dalam mempelajari kepribadian, maka diperlukan pengetahuan tentang
bagaimana sifat-sifat/ciri kepribadian itu terbentuk dan bagaimana proses
perkembangannya. Alisuf Sabri menuliskan dalam bukunya Pengantar
Psikologi Umum dan Perkembangan, bahwa totalitas kepribadian individu
terbentuk melalui interaksi ketiga faktor, yaitu:
26Jalaludin, Teologi Pendidikan, …,h. 204.
27Jalaludin, Teologi Pendidikan, …,h. 204.
1. Heredity (pembawaan/genetik)
Kepribadian bukanlah semata-mata faktor bawaan sejak lahir, akan
tetapi juga merupakan hasil pembelajaran hidup. Kepribadian senantiasa
dapat dikembangkan ke arah yang lebih baik melalui proses belajar.
Seorang yang memiliki kepribadian yang menarik adalah individu yang
mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dan memiliki kestabilan
emosi yang mantap.29
Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh heredity terhadap
perkembangan kepribadian, kita dapat memperolehnya dari beberapa hasil
penelitian yang dilakukan para ahli psikologi. Misalnya dengan cara
membandingnkan antara dua orang yang hereditasnya sama namun hidup
dalam lingkungan yang berbeda. Dalam hal ini, apabila heredity memang
merupakan faktor yang lebih besar pengaruhnya bagi pembentukan
kepribadian, maka lingkungan yang berbeda tidak akan berpengaruh
terhadap kepribadian si anak kembar tersebut.
Sekalipun dalam kenyataannya si kembar banyak dipengaruhi oleh
kerjasama lingkungan, pada umumnya para orang tua cenderung
memperlakukan anak kembar secara kembar segala-galanya (nama, baju,
mainan dan sebagainya), hal ini berarti kepribadian dapat diperngaruhi
oleh lingkungan (tanpa faktor heredity/pembawaan).
Tetapi adapun hasil penelitian yang dilakukan para ahli psikologi
yang membuktikan bahwa kesamaan kepribadian tidak cukup dipengaruhi
oleh lingkungan tersebut. Bagi anak kembar identik yang dipisahkan
hidupnya akan tetapi terbukti kepribadian mereka tetap sama, dan
kesamaannya tersebut tidak dapat diterangkan oleh faktor lingkungan.
Dengan demikian berarti bahwa faktor herediti lebih berpengaruh daripada
faktor lingkungan.30
29Inge Hutagalung, Pengembangan Kepribadian tinjauan Praktis Menuju Pribadi
positif, (Jakarta: PT. Indeks, 2007), h.12.
30Alisuf sabri,Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu
Dalam hal ini Islam mengajarkan bahwa faktor genetika/heredity ikut
berfungsi dalam pembentukan kepribadian muslim. Oleh karena itu,
filsafat pendidikan Islam memberikan pedoman dalam pendidikan
pre-natal (sebelum lahir). Pemilihan calon suami atau istri, sebaiknya
memperhatikan latar belakang keturunan masing-masing.
Namun Usman berpendapat lain, ia menyatakan bahwa Kepribadian
bukanlah semata-mata faktor bawaan sejak lahir, tetapi juga merupakan
hasil pembelajaran hidup. Setidaknya ada dua faktor utama yang dapat
mempengaruhi kepribadian seseorang. Pertama, faktor internal individu
dan kedua, faktor eksternal individu. Usman Najati menjelaskan tentang
hal ini dengan kata-kata:
Para ahli ilmu jiwa modern pernah meneliti batasan setiap pengaruh
keturunan (hereditas) dan lingkungan terhadap perbedaan individual. Hasil
penelitian tersebut menegaskan adanya faktor keturunan yang signifikan di
satu sisi dan faktor lingkungan yang sulit terelakan di sisi lain. Namun,
dari semua hasil penelitian itu para psikologi sepakat bahwa kedua faktor
antara keturunan dan lingkungan tersebut saling terkait dan memiliki
pengaruh satu sama lainnya terhadap karakteristik manusia yang
membentuk perbedaan individualnya. Dengan kata lain, masing-masing
kedua pengaruh tersebut sulit untuk dipisahkan.31
2. Pengalaman
Meskipun setiap unsure heredity anak mudah mereaksi terhadap
pengalaman-pengalaman baru (menurut tingkat kematangan atau
kecenderungan temperamennya), akan tetapi reaksi-reaksinya itu akan
berubah oleh interaksinya dengan orang tua, teman main, sanak keluarga
dan sebagainya. Pentingnya interaksi emosi pada awal kehidupan si anak,
dirasakan perlunya semenjak dilakukan studi terhadap anak-anak di rumah
yatim piatu yang hidupnya sengsara/tidak bahagia.32
31Muhammad Utsman Najati, Psikologi Dalam Perspektif Hadits (Al-Hadits wa ‘Ulumun
Nafs, (Jakarta: PT. Pustaka al-Husna Baru, 2004), h. 276.
32Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu
Para ahli psikologi yakin bahwa para ibu memiliki kesempatan yang
baik untuk mempengaruhhi tingkah laku dan kepribadian anaknya kelak di
kemudian hari karena ia sepanjang hari bersama anak-anaknya. Meskipun
pada umumnya semua ibu-ibu menyetujui benar cara-cara yang membuat
anak-anaknya menjadi seorang anak yang baik namun pada umumnya
mereka mengeluh, merasa direpotkan oleh cara-cara yang dapat
membangkitkan hal-hal yang baik pada anak-anaknya tersebut.33
Meskipun sudah mengetahui sejumlah pengalalman anak yang akan
mempengaruhi pembentukan kepribadiannya namun belum tentu kita
dapat menjamin akan terbentuknya perkembangan anak yang sehat atau
well adjusted. Ada beberapa cara mengasuh anak yang dilakukan orang
tua, yaitu ada orang tua yang menggunakan cara yang keras, ada yang
melakukannya dengan cara yang lunak. Tetapi ada juga orang tua yang
merasa kebingungan melihat tetangganya menggunakan cara yang sama
tetapi hasil akibatnya pada anak-anak berbeda, ada yang anaknya menjadi
baik dan adapula yang tidak baik (anaknya mengalami gangguan). Oleh
karena itu sebenarnta tidak ada satupun teori cara mengasuh anak yang
terbukti mampu menjamin berhadil untuk semua anak.
Menurut kenyataan yang bisa menghasilkan/membentuk pribadi yang ”well adjusted “ itu bukan dengan masalah cara tetapi masalah situasi, pengalaman yang dialami anak di lingkungan keluarga itu sendiri yaitu
apabila setiap lingkungan keluarga mampu memelihara rasa aman dan
perasaan menghargai satu sam lain yang selaras/ mengimbangi situasi
yang ada di luar rumah maka anak-anak akan berkembang menjadi orang yang “well adjusted”.34
Tetapi meskipun demikian, perlu diketahui bahwa seperti
kegiatan-kegiatan lainnya, maka kegiatan-kegiatan pemeliharaan anak juga mengalami ragam
perubahan. Suatu anak bisa menegur atau mengingatkan orang tuanya
yang perlakuannya tidak menentu agar lebih tegas dan terus terang di
33Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, …. h. 105.
dalam menetapkan aturan-atura bertingkah laku bagi anak-anaknya. Dalam
hal ini para ahli psikologi menilai bahwa perbuatan menegur semacam itu
dapat menjadi didikan yang baik bagi dirinya, sehingga ia menjadi anka
yang sabar dan tidak agresif dan menjadi anak yang selaras karea
melakukan perbuatan semacam itu berarti ia belajar menahan reaksi dan
takut dianggap sebagai anak yang kurang ajar dan sebagainya.35
Di samping itu sekarang ini banyak anak-anak yang pandai
mengendaki agar orang tuanya bersikap permisif atau longgar sehingga hal
itu memungkinakan setiap angora keluarganya diikut sertakan dalam
menentukan keputusan-keputusan keluarga sesuai dengan umur dan
tingkat kematangannya. Anak yang dibesarkan di dalam keluarga yang
permisif ini cenderung menjadi selalu ingin tahu, penuh ketakutan, bergaul
agresif dan umumnya tidak bisa selaras atau menjadi orang yang sulit
menyesuaikan diri.36
Selain itu suasana dalam keluarga akan terjadi kemelut jika orangutan
yang permisif di atas merasa menyesal kepada cara didikan yang ia
lakukan karena semua kebijaksanaan yang dilakukannya tidak berfaedah
bagi dirinya maupun pada anaknya. Keadaan semacam ini akan
menjadikan anak-anaknya bersikap ambiquous atau mencurigai orang
tuanya dan penguasa –penguasa lain selain orang tuanya. 3. Kebudayaan (culture)
Tingkah laku dapat diwariskan dari orang tua kepada anak karena
anak mempunyai kecenderungan meniru tingkah laku yang dilakukan
orang tuanya dan orang-orang lain yang dekat dengan si anak. Dalam hal
ini penurian mereka tidak memandang apakah itu perbuatan yang baik atau
buruk karena memang mereka belum tahu apa-apa. Bagi anak-anak
peniruan ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan bagi perkembangan
35Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, …. h. 106.
pribadinya. Melalui peniruan inilah anak menyerap sifat-sifat kepribadian
yang dimiliki oleh orang-orang yang menjadi figur baginya.37
Mengenai kepribadian secara jenis kelamin, meskipun kepribadian ini
belum muncul sebelum dewasa namun anak telah belajar peranan sesuai
dengan jenis kelaminnya dari sejak masih kecil. Mereka dipersiapkan untuk menjadi pria atau wanita dewasa melalui proses “sex typing”. Anak perempuan diajarkan main dengan boneka-boneka, menjahit, membantu
pekerjaan di rumah, menyapu, mencuci dan sebagainya. Sedangkan anak
laki-laki diajarkan main permainan yang agresif, menghargai dan member
respon yang positif bagi anak-anak yang melalkukan sikap perbuatan
seperti ayahnya dan membantu memberikan semangat agar anak
laki-lakinya bersifat jantan.
Faktor lingkungan yang dapat membentuk kepribadian itu sangat
berkaitan erat dengan aspek-aspek/standar budaya yang ditunjukan oleh
pribadi-pribadi orang yang dijadikan model peniruan si anak. Setiap
kebudayaan masyarakat mempunyai masing-masing standar tingkah
lakunya sendiri-sendiri sebagai model tingkah laku yang diakui
masyarakat dan merupakan sifat-sifat yang harus dimiliki oleh warganya.38
Perkumpulan atau organisasi kemasyarakatan, keagamaan, pemuda
dan sebagainya merupakan contoh-contoh agen-agen lingkungan yang
mempunyai pengaruh cultural budaya pada diri individu. Pada umumnya
orang tua mendidik dan membesarkan anak-anak mereka selaras dengan
nilai-nilai budaya masyarakatnya dan kebudayaan dunia pada umumnya.
Kerna itu berbeda latar belakang kebudayaannya maka kepribadian
masing-masing individu cenderung berbeda-beda pula.39
Pengaruh kebudayaan berifat multidimensional dan berlangsung
seumur hidup. Dalam hal ini berarti bukan hanya satu kesan/pengalaman
budaya dari masa kanak-kanak yang akan membentuk suatu sifat
37Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, …. h. 109.
38Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, …. h. 106.
kepribadian tertentu bagi orang dewasa itu hanya mungkin terbentuk
melalui pengalaman masa kanak-kanak yang terdiri sebagai berikut:
a. Pengalaman budaya yang dialami anak harus berlangsung terus
menerus dalam jangka panjang, melalui serentetan peristiwa yang
diperkuat oleh lingkungan/orang tuanya.
b. Kebudayaan lingkungan akan menjadi pengalaman yang mengendap
membentuk kepribadian apabila pengalaman-pengalaman itu telah
dipelihara/dipertahankan dan terus menerus dialami kembali oleh si
anak.40
28
BAB III
BIOGRAFI MUHAMMAD IQBAL
Dr. Sir Muhammad Iqbal adalah sosok yang fenomenal. Karirnya di
bidang politik dan filsafat mampu memberikan konstribusi yang cukup
besar bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Lebih dari siapapun, Iqbal
telah merekonstruksi sebuah bangunan filsafat Islam yang menjadi bekal
individu-individu Muslim dalam mengantisipasi peradaban barat yang
materialistik ataupun tradisi Timur yang fatalistik. Jika diterapkan maka
konsep-konsep filosofis Iqbal akan memiliki implikasi-implikasi
kemanusiaan dan sosial yang luas.1 Iqbal terkenal dengan julukannya
sebagai Mufakkir-e-Pakistan (The Thinker Of Pakistan), Shair-eMashriq
(The Poet of the East), dan Hakeem-ul-Ummat (The Sage of Ummah).2
1Donny Ghahral Adian, Muhammad Iqbal; Seri Tokoh Filsafat, (Jakarta: Penerbit
Teraju, 2003), h. 22-23
2Muhammad Iqbal (on line) tersedia: www.wikipedia.org/wiki/Muhammad _Iqbal, 13
Iqbal adalah seorang pemikir dan penyair. Sebenarnya tidak mudah
memilih apakah ia seorang penyair-pemikir atau pemikir-penyair, karena
lebih banyak tulisan-tulisannya yang puitis dari pada filosofis. Pada diri
Iqbal, filsafat dan puisi tidak dapat dipisahkan; hal yang demikian ini belum
pernah terjadi kepada pemikir-pemikir besar lainnya – bahkan seorang dante sekalipun.3
A. Kehidupan
Anak sulung dari lima bersaudara dari keluarga Syaikh Kashmir,
Muhammad Iqbal lahir pada tanggal 9 November 1877 di Sialkot,
Punjab. Sialkot adalah sebuah kota peninggalan kerajaan dinasti
Mughal India yang telah lama pudar gemerlapnya. Terletak beberapa
mil dari Jammu dan Kashmir, kawasan yang hingga saat ini masih
menjadi sengketa antara India dan Pakistan.4
Leluhur Iqbal bila ditelusuri jejaknya berasal dari kalangan
brahmana, subkasta Sapru. Kakeknya sendiri yang bernama Syaikh
Rafiq, berasal dari Looehar berprofesi sebagai penjaja selendang.5
Awalnya menganut agama Hindu, bahkan Ia merupakan seorang
Pendeta dari Srinagar yang kemudian masuk Islam, Syaikh Muhammad
Rafiq adalah namanya setelah masuk Islam, sebelumnya ia bernama
Sahaj Ram Sapru. Ia pindah ke Sialkot setelah masuk agama Islam.6
Ayahnya bernama Syaikh Nur Muhammad, merupakan seorang
penjahit yang makmur, memiliki kedekatan dengan kalangan sufi.
Kawan-kawannya menyebutnya sebagai “Sang filosof tanpa guru” (un
parh falsafi) karena kecerdasan dan kesalehannya, dikenal memiliki
perasaan mistis yang dalam serta rasa keingintahuan ilmiah yang tinggi.
3M.M. Syarif, Iqbal Tentang Tuhan dan Keindahan, Terj. Yusuf Jamil,
(Bandung: Mizan, 1993),.h. 27.
4Donny Ghahral Adian, Muhammad Iqbal; Seri Tokoh Filsafat, (Jakarta: Penerbit
Teraju, 2003).h. 23
5Donny Ghahral Adian, Muhammad Iqbal; Seri Tokoh Filsafat,...h.24
6Muhammad Iqbal (on line) tersedia: http://en.wikipedia.org/wiki/Muhammad
Ibunya sendiri, Imam Bibi, merupakan seorang wanita yang religious.
Dari Ibunya, dia mendapat pendidikan dasar dan disiplin keislaman
yang kuat, begitu juga dengan saudara laki-lakinya dan 3 saudara
perempuannya.7
Iqbal tumbuh dibawah bimbingan kedua orang tuanya yang taat,
dengan bekal pendidikan agama yang kuat, ia dididik untuk belajar dan
menghafal al-Qur‟an, baik oleh kedua orangtuanya ataupun oleh guru
-gurunya. Kelak di kemudian hari ia sering berkata bahwa pandangan
dunianya ia warisi dari kedua orangtuanya, bukan dibangun melalui
spekulasi filosofis.
Iqbal menghabiskan masa kanak-kanaknya di kota kelahirannya.
Sebelum kuliah, ia dinikahkan dengan Karim Bibi, tepatnya pada bulan
April 1893, yang merupakan putri dari seorang dokter kaya dari
Gujarat.8 Darinya, Iqbal memiliki tiga orang anak, akan tetapi kedua anaknya meninggal yaitu Mi‟raj Begum yang meninggal di usia muda dan salah satunya meninggal ketika dilahirkan, tinggal Aftab Iqbal yang
mengikuti jejak ayahnya belajar filsafat. Iqbal akhirnya bercerai dengan
Karim Bibi pada tahun 1916.9
Kemudian ketika ia berada di Eropa, Iqbal pernah menjalin
hubungan yang cukup dekat dengan seorang wanita Muslim garda
depan bernama Atiya Begum Faizee, karena perbedaan latar belakang
keluarga, Iqbal hanya memendam perasaan cintanya. Sekitar tahun
1909 Iqbal menikah dengan Sardar Begum, seoarang wanita yang
cantik akan tetapi lemah fisiknya. Pernikahan ini tidak begitu sempurna,
karena kemudian mereka berpisah untuk beberapa waktu. Namun Iqbal
menikah untuk kedua kalinya dengan Sardar Begum pada Tahun 1913,
kemudian dikarunia seoarang putra, Javid Iqbal, dan seorang putri,
7 Donny Ghahral Adian, Muhammad Iqbal; Seri Tokoh Filsafat, (Jakarta: Penerbit
Teraju, 2003) h. 23
8Alam Iqbal (online) iqbal in Years:.www.allamaiqbal.co/person/years/years/htm,
14 April, 15.30 WIB.
9Muhammad Iqbal, {on line} tersedia: http://en.wikipedia.org/wiki/Muhammad
Munirah. Namun sayang Sardar Begum meninggal di usia yang muda
(37 tahun). Iqbal sendiri meninggal pada usia kurang lebih 61 tahun
yaitu tanggal 21 April 1938 di Lahore.
B. Pendidikan dan Karir
Iqbal merupakan seoarang anak yang cerdas. Sejak kecil ia sudah
dididik dengan dasar agama yang kuat oleh kedua orang tuanya, begitu
pula dengan guru-gurunya di Maktab (madrasah). Berkat prestasinya
yang cemerlang, selepas dari sekolah menengah (1893), Iqbal mendapat
beasiswa ke perguruan tinggi. Atas bujukan Mir Hasan, sahabat karib
ayahnya dan juga seorang Profesor Sastra Timur di Scotch Mission
College, Iqbal diizinkan untuk melanjutkan studinya di sekolah tinggi
modern di wilayah tersebut. Dari mir