• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan pergaulan lingkungan sekolah dengan prestasi belajar siswa pada pelajaran IPS (studi penelitian di SMP Negeri 6 kota Tangerang Selatan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan pergaulan lingkungan sekolah dengan prestasi belajar siswa pada pelajaran IPS (studi penelitian di SMP Negeri 6 kota Tangerang Selatan)"

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

of Intercourse Surroundings School about Achievement

to

Students Learning

to

Lesson Social Science

in

State Junior High Scool 6, South Tangerang. The purpose

of

this research

is

to

determine weather intercourse surroundings school about achievement

to

student

learning to lesson social and how the nature of characteristics effects. The method used in this study is a quantitative approach to the instrument used is the method of interviews aird questionnaire surveys conducted by first testing the validity, reliability and normality of the data. Then the data is processed by using the formula of Pearson Product Moment and interpreted by the numbers Pearson Product Moment correlation is simple.

Based on the research result, its know that the value of variabie X is r 0,891 which

means that variable is reliable. And the value of variable Y is derived from the leger

value average of the students. So,

it

can be concluded that the reliability level of variable X is high which influences variable

Y

and the altemative hypothesis that says

if

there is a correlation between the school environment friendships to the students' sfudying achievement is accepted and the zero hypothesis was rejected.
(2)

Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Pelajaran IPS di SMP Negeri 6 Kota

Tangerang Selatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh pergaulan lingkungan sekolah terhadap prestasi belajar siswa dan

bagaimanakah

sifat

pengaruhnya tersebut. Metode yang digunakan dalam

penelitian

ini

adalah pendekatan kuantitatif dengan instrument yang digunakan adalah metode wawancara dan angket kuisioner dengan terlebih dahulu dilakukan

uji

validitas, reliabilitas dan normalitas datanya. Kemudian data diolah dengan menggunakan rumus Pearson Product Moment dan diinterpretasikan dengan angka kijrelasi Pearson Product Montent secara sederhana.

Dari data yang diperoleh ternyata didapat nilai

X

sebesar 0,891 yang berarti

sangat reliable sedangkan variabel

Y

diambil dari

nilai

rata-rata rapor siswa.

Dengan demikian dapat disimpulkan tingginya tingkat reliabilitas variabel X mempengaruhi variabel

Y

sehingga dapat dikatakan bahwa Ha penelitian yang

menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara pergaulan lingkungan sekolah

terhadap prestasi belajar siswa IPS diterima. Sedangkan Ho penelitian yang menyatakan tidak ada pengaruh antara pergaulan lingkungan sekolah terhadap prestasi belajar siswa IPS ditolak

(3)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi Syarat Memerperoleh Gelajar Sarnaja Pendidikan (S.Pd) pada Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syaraif Hidayatullah Jakarta

Disusun Oleh:

SULASTRI NIM: 105015000654

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(4)

I

: i , i

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul

"

Hubungan Pergaulan Lingkungan Sekolah Dengan prestasi Belajar Siswa Pada Peiajaran IPS di SMP Negeri 6 Enam Kota Tangerang Selatan', disusun otei sutatri,

NIM:

1C5015000654, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam ujian Munaqosyah pada 22 luni

20ll

dihadrpan dewan penguji, Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana Pendidikan (S.pd) dalam bidang pendiclikan IpS.

Jakarta, 22 Juni 20i1

Ketua Sidang (Ketua Jurusan Pendidikan

IpS)

Tanggal

Drs. H. Nurochim, MM

NIP. r9590715 198403 1 003

Sekretaris Sidang

Dr. Ilvan Purwanto, M. Pd

NIP. t9TA424 200801t 012

i/of^u

Penguji I

Drs. H. Nurochim, MM

NIP. 19590715 198403 I 003

Penguji II

Dr. Iwan Purwanto, M. Pd

NIP. 19730424200801

t

012

<s/utr

olorfaaa

Mengetahui,

Dekan FakLrltas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Prof. Dr. De

.\

Rdsyada, MA 1987 03 1 003

Tanda Tangan

(5)

BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 6 KOTA TANGERANC SELATAN

Skripsi ini diajukan kepada Fakultas Ilniu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syanf Hidayatullah Jakarta

Guna memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada jenjang Strata Satu (S.l)

Oleh:

SULASTRI NII\I 105015000654

NrP. 1947114196s10110

JURUSAN PENDIDIKAN II.,MU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(6)

NIM

: i05015000654

JURUSAN

: Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

ANGKATAN

:2005

MENYATAKAN DENGAN S ESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi yang berjudur : "Hubungan pergauran Lingkungan

sekorah Dengan Prestasi Berajar siswa pacra petajaran IpS di sMp

Negeri 6 Kota

Tangerang selatan" adalah benar hasil karya sendiri dibavrah

birnbirga' dose.:

NAMA

NIP

Dosen Jurusan

Demikian surat pernyataan ini rnenerirna segala konsekuensi

: Prof. Dr. Rusmiir Turnanggor, MA

:

19471 14 198510 I

l0

o

: Pendidikan IPS

saya buat dengan sesungguhnya. Dan saya siap apabila temyata skripsi ini bukan karya sendiri.

Jakada, 16 Juni 201 I

Ynne tretlvf,l

trffiW

Tilrt

ffiff*eo,,,4llllf?

(7)

Sekolah Dengan Prestasi Belajar Siswa pada pelajran IpS di sMp

Negeri 6 Kota Tangerang Selatan" yang di susull oleh :

NAMA

NIM

.Iurusan

Fakultas

Sulastri

I 0501 5000654

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Telah melalui proses bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ihniah yangc berhak untuk diajukan pada siding Munaqasah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan.

Prof. Dr. Rusmin Tumanqgor. MA NIP. 1947114196510110

(8)

Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Pelajaran IPS di SMP Negeri 6 Kota

Tangerang Selatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh pergaulan lingkungan sekolah terhadap prestasi belajar siswa dan

bagaimanakah

sifat

pengaruhnya tersebut. Metode yang digunakan dalam

penelitian

ini

adalah pendekatan kuantitatif dengan instrument yang digunakan adalah metode wawancara dan angket kuisioner dengan terlebih dahulu dilakukan

uji

validitas, reliabilitas dan normalitas datanya. Kemudian data diolah dengan menggunakan rumus Pearson Product Moment dan diinterpretasikan dengan angka kijrelasi Pearson Product Montent secara sederhana.

Dari data yang diperoleh ternyata didapat nilai

X

sebesar 0,891 yang berarti

sangat reliable sedangkan variabel

Y

diambil dari

nilai

rata-rata rapor siswa.

Dengan demikian dapat disimpulkan tingginya tingkat reliabilitas variabel X mempengaruhi variabel

Y

sehingga dapat dikatakan bahwa Ha penelitian yang

menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara pergaulan lingkungan sekolah

terhadap prestasi belajar siswa IPS diterima. Sedangkan Ho penelitian yang menyatakan tidak ada pengaruh antara pergaulan lingkungan sekolah terhadap prestasi belajar siswa IPS ditolak

(9)

of Intercourse Surroundings School about Achievement

to

Students Learning

to

Lesson Social Science

in

State Junior High Scool 6, South Tangerang. The purpose

of

this research

is

to

determine weather intercourse surroundings school about achievement

to

student

learning to lesson social and how the nature of characteristics effects. The method used in this study is a quantitative approach to the instrument used is the method of interviews aird questionnaire surveys conducted by first testing the validity, reliability and normality of the data. Then the data is processed by using the formula of Pearson Product Moment and interpreted by the numbers Pearson Product Moment correlation is simple.

Based on the research result, its know that the value of variabie X is r 0,891 which

means that variable is reliable. And the value of variable Y is derived from the leger

value average of the students. So,

it

can be concluded that the reliability level of variable X is high which influences variable

Y

and the altemative hypothesis that says

if

there is a correlation between the school environment friendships to the students' sfudying achievement is accepted and the zero hypothesis was rejected.
(10)

senantiasa memberikan kemudahan bagi hamba-hambanya yang selalu berusaha dengan sekuat tenaga dan tanpa kenal lelah.

Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada baginda alam, manusia yang penuh dengan ketawadu’an dan sifat kesahajaan. Kepada keluarga, sahabat -sahabatnya dan kepada umatnya yang senantiasa menjalankan sunnahnya.

Adapun penulisan skipsi ini dimaksudkan untuk melengkapi dan memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dalam menempuh program Strata Satu (SI) Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (P.IPS) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selanjutnya penulis menyampaikan apresiasi dan terimakasih yang setinggi-tingginya, kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini. Semoga menjadi amal baik dan dibalas Allah dengan balasan yang lebih baik. Secara khusus, apresiasi dan rasa terima kasih penulis penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Drs. H. Nurochim, MM, Ketua Jurusan Pendidikan IPS FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan sekaligus dosen pembimbing akademik yang telah memberikan banyak masukan kepada penulis, baik secara langsung maupun tidak. 3. Bapak Prof. Dr. Rusmin Tumanggor, M.A, Dosen pembimbing yang telah

memberikan bimbingan kepada penulis.

(11)

ikhlas.

6. Ayahanda Widiarta dan Ibu sekeluarga, yang telah banyak sekali memberikan bantuan material,do’a,dan motivasi tanpa kalian Ananda tidak mungkin merasakan bangku kuliah, Ananda ucapkan terimakasih yang tak terhingga atas jasa-jasa kalian yang tiada tara serta tulus ikhlas.

7. Keluarga besar Bapak Hamidah dan Ibu di Aceh, Bang Ismail,Suhada, Amad, Alam, ka Yah, Kul, Kas, Jenap, De Nasir. Terima kasih atas bantuan Do’a dan material yang diberikan semoga mendapat balasan dari yang maha kuasa.

8. Keluarga besar Bang Mustapa dan Ka Latifah, terima kasih atas segala bantuan,kesabaran, pengertian, Do’a, Nasihat, yang diberikan selama ini takkan kulupakan selamanya jasa-jasa kalian. Hanya Allah yang bisa membalas kebaikan Kaka, Abang.

9. Keluarga besar Papah,,Mamah dan Ka Chairul Fanny yang tercinta, Denny, Dony, Febby, Gina dan Hera. Terimakasih atas Do’a dan support yang diberikan kepada penulis.

10. Rekan-rekan mahasiswa IPS angkata 2005, K Subur Rosma, Ochit, Sutarsih, Maya, Nita, N’da, Tir-one, Lilis, serta kawan-kawan yang tidak penulis sebutkan, namun tidak mengurangi rasa mahabbah dan hormat pada kalian semua.terimakasih atas semua pembelajaran yang kalian berikan.

11.Semua pihak yang telah membantu penulis, yang telah memberikan bantuan moril dan matrialnya, semoga Allah membalas kebaikan kalian semua dengan yang lebih baik. Amiiin.

(12)

Ciputat, 16 Juni 2011 M

Penulis

(13)

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 9

C. Pembatasan Masalah ... 10

D. Rumusan Masalah ... 10

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10

BAB II : KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA BERPIKIR A.Konsep Tentang Pergaulan ... 12

1. PengertianTeori-teori tentang pergaulan ... 12

2. Teori-teori tentang pergaulan ... 14

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pergaulan ... 21

B.Konsep Tentang Lingkungan Sekolah 1. Pengertian Lingkungan ... 24

2. Pengertian Lingkungan Sekolah ... 25

C.Konsep Tentang Prestasi Belajar Siswa 1.Pengertian Prestasi ... 32

2.Pengertian Prestasi Belajar Siswa ... 32

3.Cara Mengetahui Prestasi Belajar Siswa ... 36

4.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Siswa ... 41

D.Pengertian Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial 1.Pengertian P.IPS ... 45

2.Tujuan Pengajaran IPS ... 47

E.Kerangka Berfikir ... 47

(14)

1. Populasi ... 50

2. Sampel ... 51

D.Variabel Penelitian ... 51

E. Teknik Pengumpulan Data ... 52

1.Instrumen Penelitian ... 52

2.Uji Coba Instrumen ... 53

3.Syarat Penganalisisan Data ... 54

F. Teknik Analisa Data ... 55

1.Uji Normalitas ... 55

2.Teknik Pengolahan Data ... 56

G.Hipotesis Statistik ... 56

BAB IV : HASIL PENELITIAN A. Profil Sekolah ... 61

1. Sejarah Berdirinya SMP Negeri Enam Ciputat ... 61

2.Keadaan Guru,Karyawan, Siswa dan Sarana Prasarana... 62

B. Deskripsi Data ... 69

C. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan ... 71

1.Uji Normalitas Data ... 72

2.Teknik Pengolahan Data ... 72

D. Keterbatasan Penelitian ... 92

BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan ... 93

B. Saran ... 93 DAFTAR PUSTAKA

(15)

Tabel 3.2 Sampel Penelitian di SMP Negeri 6 Kota Tangerang Selatan Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Peneliti

Tabel 3.3 Penerapan skor untuk skala pergaulan lingkungan sekolah Tabel 3.4 Korelasi Pearson Product Moment

Tabel 4.1 Data Guru SMP Negeri 6 Kota Tangerang Selatan

Tabel 4.2 Keadaan Karyawan SMP Negeri 6 Kota Tangerang Selatan Tabel 4.3 Data Siswa SMP Negeri 6 Kota Tangerang Selatan

Tabel 4.4 Struktur Organisasi SMP Negeri 6 Kota Tangerang Selatan 2010-2011 Tabel 4.5 Reliabilitas Pertanyaan Uji Coba

Tabel 4.11 Reliabilitas Variabel X

Tabel 4.15 Saya pergi bersekolah dengan niat ingin belajar Tabel 4.16 Saya senang belajar di sekolah karena banyak teman Tabel 4.17 Saya selalu berhati-hati ketika memilih teman

Tabel 4.18 Saya senang belajar di sekolah karena gurunya ramah-ramah

Tabel 4.19 Memilih teman bagi saya sangat penting, karena mempengaruhi perilaku Tabel 4.20 Saya berteman dengan orang yang menurut saya tidak menjerumuskan saya Tabel 4.21 Saya termasuk siswa yang mudah cepat akrab dengan guru dan staf di sekolah

Tabel 4.22 Saya merasa senang bias bergaul dengan teman, guru, dan staf sekolah lainnya

Tabel 4.23 Saya senang mengerjakan tugas-tugas dari guru Tabel 4.24 Saya suka membantu teman yang sedang kesusahan

Tabel 4.25 Pembelajaran IPS akan menambah kemampuan saya dalam hal kehidupan bermasyarakat

(16)

Tabel 4.29 Saya selalu belajar meskipun tidak ada ulangan atau tes Tabel 4.30 Saya belajar karena ingin mendapatkan nilai yang baik

Tabel 4.31 Saya tidak pernah nyontek terhadap teman, karena belum tentu jawaban teman juga benar

Tabel 4.32 Saya menyukai model pembelajaran yang disampaikan oleh guru IPS di kelas

Tabel 4.33 Saya belajar karena ingin menambah pengetahuan Tabel 4.34 Saya menyukai semua jenis pelajaran IPS

Tabel 4.35 Saya mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, walaupun sulit Tabel 4.35 Saya suka memperhatikan pelajaran IPS karena saya suka pelajaran IPS Tabel 4.36 Saya memperhatikan dengan sungguh-sungguh ketika guru menjelaskan Tabel 4.37 Saya menganggap pelajaran IPS sangat mudah bagiku

Tabel 4.38 Belajar IPS menyenangkan sekali bagiku

Tabel 4.39 Ketika ada pelajaran yang belum mengerti saya bertanya kepada guru Tabel 4.40 Di sekolah saya mudah akrab dengan siapa saja

Tabel 4.41 Ketika berteman saya tidak membeda-bedakan yang satu dengan yang lain Tabel 4.42 Menghargai dan menghormati orang lain itu penting

Tabel 4.43 Sudah bergaul dengan baik tetrhadap semua teman, guru, dan sekitar lingkungan sekolah

Tabel 4.44 Teman dang uru di sekolah anda memperhatikan saya

Tabel 4.45 Guru saya memberikan pujian jika ada di antara kami yang mendapat nilai bagus

(17)

Tabel 4.49 Guru saya memberikan motivasi belajar kepada siswa ketika mengajar di kelas

(18)
(19)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan mempunyai arti penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan diakui sebagai kekuatan yang dapat membantu masyarakat mencapai kemegahan dan kemajuan peradaban. Kita mengetahui bahwa pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia. Dimanapun di dunia ini terdapat masyarakat, di sana pula terdapat pendidikan. Salah satu tonggak pemikiran pendidikan yang cukup besar pengaruhnya dari founding fathers juga dapat dijumpai dalam pemikiran Ki Hadjar Dewantara, yang kemudian diimplementasikan pada lembaga Taman Siswa, yaitu penekanan pada asas-asas budaya kebangsaan, hak untuk menentukan nasib sendiri, demokrasi, kemandirian, asas kekeluargaan, asas tricon (consentris, continue, dan convergent) yaitu pengakuan bahwa di antara orang dan dunia sekitarnya selalu ada pertimbangan, persatuan dan korelasi satu sama lain.1

Artinya Ki Hajar Dewantara adalah peletak pertama tentang pendidikan di Indonesia yang ide-idenya diwujudkan dengan mendirikan Taman Siswa yang sekarang telah berubah menjadi sebuatan sekolah, hanya saja visi dan misi pendidikannya berbeda dengan zaman sekarang.

Bertitik tolak dari asas-asas dan dasar-dasar pendidikan Taman Siswa, Ki Hadjar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai proses pembudayaan kodrat alam setiap individu dengan kemampuan-kemampuan bawaan untuk dapat mempertahankan hidup, yang tertuju pada pencapaian kemerdekaan lahir

1

Darmaningtyas, Pendidikan Rusak-Rusakan, (Yogyakarta: LKIS, 2005), Cet. Ke-1, h. 289

(20)

dan batin, sehingga memperoleh keselamatan dalam hidup lahiriah dan kebahagiaan dalam hidup batiniah.2

Tujuan pendidikan pada masa Ki Hajar Dewantara adalah mengajarkan bagaimana pentingnya kemerdekaan lahir dan bathin tanpa adanya tekanan atau paksaan, hal ini sesuai dengan masa pada waktu itu yakni masa penjajahan.

Pendidikan sendiri berasal dari kata didik, kemudian kata ini mendapat awalan me sehingga menjadi mendidik yang artinya memelihara dan memberi latihan. Pendidikan dalam arti luas adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup, sedangkan pendidikan dalam arti sempit adalah sekolah yakini pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal.3

UU RI Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan

Nasional mengemukakan bahwa “pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. 4

“Terdapat pula UU RI tahun 1945 pasal 31 ayat 3 tentang pendidikan yaitu pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu system pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang”.5

“Pendidikan dalam Bahasa Inggris berasal dari kata education yang berasal dari kata educate (mendidik) yang artinya memberi peningkatan dan mengembangkan”.6 Dalam pengertian yang sempit education atau pendidikan berarti perbuatan untuk memperoleh pengetahuan, sedangkan dalam pengertian luas, pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan

2

Redja Mudyaharjo, Pengantar Pendidikan, Sebuah Study Awal Tentang Dasar-Dasar Pendidikan Pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), ed.1, Cet. Ke-2, h. 302.

3

Redja Mudyaharjo, Pengantar Pendidikan……….. h. 6.

4

Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional, No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1

5

Undang-Undang Dasar Negara Repoblik Indonesia Tahun 1945 pasal 31 ayat 3

6

(21)

metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan”.7

Manusia setiap saat membutuhkan belajar dari lingkungannya atau alam semesta sampai ia dapat menemukan cara bertindak yang tepat untuk mempertahankan kehidupannya. Kebutuhan belajar dalam kehidupan sehari-hari, diperlukan pengaruh dari luar. Pengaruh ini, oleh Slamet Imam Santoso, disebut dengan istilah pendidikan. Jadi menurut Slamet Imam Santoso pendidikan adalah pengaruh dari luar.8

Manusia sebagai makhluk Tuhan mempunyai kecenderungan belajar. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku akibat pengalaman. Menurut Floyd L. Ruch, sebagaimana yang dikutip oleh Arifin bahwa belajar juga dapat diartikan sebagai suatu proses yang membawa perubahan dalam cara seseorang menanggapi dan memberikan respon sebagai hasil dari hubungan dengan alam sekitarnya.9

“Seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif)”.10

Dari berbagai pendapat tentang belajar tersebut bahwa seseorang disebut telah belajar apabila dirinya muncul perubahan dengan ciri-ciri perubahan yang terjadi dalam diri seseorang melalui belajar itu bersifat disengaja sebagai akibat interaksi dengan lingkungannya, bukan secara otomatis seperti perubahan tingkah laku akibat kecelakaan, mabuk, kelelahan, penyakit, pengaruh obat-obatan atau lainnya. Perubahan tersebut juga bersifat relatif permanen, tahan lama dan menetap, tidak berlangsung sesaat saja.

Manusia mengalami perubahan akibat kegiatan belajarnya. Proses perkembangan melalui belajar pada hakikatnya adalah merupakan proses aktualisasi potensi pengetahuan manusia yang telah ada dalam dirinya.

Untuk mengukur keberhasilan proses belajar digunakan pengukuran terhadap prestasi atau dikenal juga dengan prestasi belajar. Pada hakikatnya peningkatan prestasi dan kualitas belajar di bidang pendidikan merupakan

7

Muhibbin syah,Psikologi Pendikan, h. 11

8

Slamet Imam Santoso, Pendidikan di Indonesia dari Masa ke Masa, (Jakarta: CV. Haji Masagung, 1987), h. 52.

9

M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), Cet. Ke-4, h. 140.

10

(22)

bagian yang tidak terpisahkan dari tujuan pembangunan nasional. Oleh karena itu pembangunan dalam bidang pendidikan perlu direncanakan dan dilakukan seiring dan selaras dengan pembangunan pada bidang-bidang lainnya. Dengan demikian pembangunan dalam bidang pendidikan tidak akan berhasil dengan baik jika tidak dibarengi dengan pembangunan dalam bidang-bidang lain yang terkait dengan pendidikan baik secara langsung maupun tidak langsung. Karena ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang, maka pendidikan harus terus ditingkatkan demi tercapainya kesinambungan antara pendidikan dan pembangunan. Tujuan Pendidikan dicapai melalui Proses Belajar Mengajar (PBM).

Muhibbin Syah dalam bukunya Psikologi Belajar mengemukakan bahwa

“prestasi belajar merupakan psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dari belajar siswa”. Sedangkan menurut Dewa Ketut Subardi prestasi belajar diartikan sebagai taraf prestasi yang telah dicapai dari macam-macam mata pelajaran yang diikuti, dapat dari nilai-nilai dalam raport tiap semester atau nilai ujian akhir tiap jenjang sekolah yang dilaluinya.11

Prestasi yang tinggi yang dapat dicapai anak, adalah dambaan setiap orangtua. Namun, jalan menuju cita-cita itu tidaklah selicin kaca. Harus ada usaha yang dilakukan semua pihak yang terlibat dalam hal ini peran orangtua jelas tidak dapat diabaikan kepentingannya. Prestasi yang paling baik tidak merupakan hasil dari belajar yang baik pula. Tetapi terkadang orang tua baru memberikan perhatian pada masalah pelajaran anak, setelah raport anak kebakaran misalnya, lalu ingin anaknya lebih giat belajar di lain pihak anak cenderung menganggap belajar sebagai suatu siksaan atau beban bila ia terlalu banyak dituntut (Alex Sobur anak masa depan h.60).

Prestasi belajar siswa dalam bentuk kongkrit pemberian angka nilai dari guru kepada siswa sebagai indikasi sejauh mana siswa telah menguasai materi pelajaran yang diberikan adalah ikut menentukan dan mendorong siswa meningkatkan prestasi belajar.

(23)

Kendatipun demikian adalah benar bahwa prestasi belajar yang berupa angka nilai tersebut hanya salah satu indikasi dari data atau imformasi akibat kegiatan evaluasi (dalam pengajaran). Oleh karena itu guru kelas harus obyektif dalam menentukan dan mendorong siswa untuk meningkatkan hasil belajar tersebut.

Penguasaan materi atau keterampilan yang dimaksud meliputi tiga aspek, yaitu kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotorik (keterampilan). Ketiga aspek tersebut akan dijadikan sebagai landasan dalam upaya peningkatan prestasi belajar siswa.

Dalam aspek kognitif siswa diharapkan memiliki kemampuan yang meliputi kemampuan pengetahuan, pemahaman,analisis, sintesis dan evaluasi. Aspek afektif merupakan aspek yang menunjukkan kemampuan bersikap yang tampak dalam perilaku. Aspek afektif dicapai melalui lima tahapan yaitu: pengenalan, pemberian respon, penghargaan terhadap nilai, pengorganisasian dan karakteristik dari nilai yang komplek.

Adapun aspek psikomotor merupakan aspek yang menunjukkan kemampuan kerja otot, sehingga menyebabkan bergeraknya tubuh atau bagian-bagiannya. Yang termasuk dalam aspek psikomotor ini adalah mulai dari gerak yang paling sederhana sampai pada gerak yang memerlukan adanya koordinasian yang baik.12

Prestasi belajar sebagai salah satu dari data atau informasi (yang diwujudkan dengan angka nilai) kegiatan evaluasi pengajaran dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut sangat mempengaruhi tercapainya prestasi belajar. Oleh karena itu dalam hal ini guru kelas dituntut untuk berlaku dialogis dan interaktif dalam menghadapi siswanya.

Para pakar pendidikan mengungkapkan bahwa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dibagi dalam dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

12

(24)

Faktor internal terdiri dari faktor jasmaniah (psikologis), faktor psikologis yang terdiri atas faktor intelektif dan faktor non intelektif dan faktor kematangan fisik dan psikis.

Menurut Sartain seorang ahli psikologi Amerika lingkungan(environment) adalah melputi semua kondisi-kondisi dalam dunia ini yang dalam cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkemangan atau life processes kita kecuali gen-gen dan bahkan gen-gen dapat pula dipandang sebagai menyiapkan lingkungan gen-gen yang lain.

Pengaruh lingkungan sekitarnya anak bergaul tidak hanya didalam keluarga,tetapi juga dengan ligkungan sekitarnya ketidak beresan dalam keluarganya dan anak lebih senang tinggal diluar.

Diluar anak tidak hanya bergaul dengan kawan-kawan sebayanya saja,bahkan sering bergaul dengan orang-orang yang lebih tua lagi disana mereka dapat mencurahkan segala ketidakpuas annya dalam keluarganya misalnya: jika anak itu dirumahnya selalu dikerasi (dimarahi) mereka akan berbuat semacam itu pula kepada teman-temanya. Atau sebaliknya karena anak itu tidak diperhatkan sama sekali oleh orang tuanya maka untuk mengambil perhatian sekelilingnya mereka berbuat yang tidak-tidak.

Dari anak-anak yang berasal dari keluarga-keluarga yang tidak ideal itu terbentuknya gang mereka merasa senasip mengalami ketidak senangan untuk tnggal di rumah dalam gang-gang itu anak-anak saling mempengaruhi dengan adat istiadat atau karakter dari keluarganya masing-masing sebagai bekalnya. Jika dalam pergaulan akan timbul kewibawaan, jadi dapat dengan sengaja kita masukkan pengaruh kita untuk mendidiknya, maka dalam lingkungan itu kita peroleh pengaruh yang tidak sengaja (penularan), yang tidak sedikit pengaruhnya dalam pendidikan dan perkembangan anak. Dengan kesegajaan ini kita maksudkan tindakan yang penuh pertanggungjawaban.13

Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf administrasi, dan teman - teman yang dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Para guru yang selalu menunjukkan sikap dan prilaku yang simpatik dan

13

(25)

memperlihatkan suri teladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar, misalnya rajin membaca dan berdiskusi, dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa.

Selanjutnya, yang termasuk lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan siswa tersebut. Kondisi masyarakat di lingkungan kumuh yang serba kekurangan dan anak-anak penganggur, misalnya akan sangat mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Paling tidak, siswa tersebut akan menemukan kesulitan ketika memerlukan teman belajar atau berdiskusi atau meminjam alat-alat belajar tertentu yang kebetulan belum dimilikinya.

Lingkungan sosial yang telah banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orangtua dan dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orangtua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan demografi keluarga (letak rumah),semuanya dapat memberi dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa. Contoh, kebiasaan yang diterapkan orangtua siswa dalam mengelola keluarga yang keliru, seperti kelalaian orangtua dalam memonitor kegiatan anak, dapat menimbulkan dampak lebih buruk lagi. “Dalam hal ini, ukan saja anak tidak mau belajar melainkan juga ia cenderung berprilaku menyimpang yang berat seperti antisosial (Patterson dan Loeber,194)”.14

Lingkungan sosial dengan berbagai ciri khususnya memegang peranan besar terhadap munculnya corak dan gambaran keperibadian pada anak. Apalagi kalau tidak didukung oleh kemantapan dari kpribadian dasar yang terbentuk dalam keluarga. Kesenjangan antara norma, ukuran, patokan, dalam keluarga dengan lingkungannya perlu diperkecil agar tidak timbul keadaan timpang atau serba tidak menentu, suatu kondisi yang memudahkan munculnya prilaku tanpa kendali, yakni penyimpangan dari berbagai aturan yang ada. Kegoncangan memang mudah timbul, karena kita berhadapan dengan berbagai perubahan yang ada dalam masyarakat. “Dalam kenyataan,

14

(26)

pola kehidupan dalam keluarga dan masyarakat dewasa ini, jauh berbeda dibandingkan dengan kehidupan beberapa puluhtahun yang lalu. Terjadi berbagai penggeseran nilai dari waktu ke waktu seiring dengan perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Bertambahnya penduduk yang demikian pesat, khususnya di kota-kota besar, menimbulkan ruang hidup dan ruang dan ruang lingkup kehidupan menjadi bertambah sempit. Urbanisasi yang terus menerus terjadi, sulit dikendalikan apalagi ditahan, menyebabkan laju kepadatan penduduk dikota besar sulit dicegah. Dinamika hubungan menjadi lebih besar, tetapi kurang akrab. Dalam kondisi seperti ini, amat mudah timbulnya sikap yang menjadi cirri dari kehidupan mayarakat yang padat:individualistis, kompetitip, materialistis. Sesuatu yang sebenarnya wajar, sesuai dengan hakekat kehidupan, hakekat perjuangan hidup untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dengan memenuhi kebutuhan paling pokok dari system kebutuhan, yakni makanan.

(27)

“Upaya perbaikan lingkungan social membutuhkan kerjasama yang terpadu dari berbagai pihak, termasuk peran serta dari masyarakat sendiri”.15

Atas dasar fenomena di atas penulis tertarik untuk meneliti hal ini yang dituangkan dalam bentuk skripsi.

Atas dasar fenomena di atas penulis tertarik untuk meneliti hal ini yang

dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul ”HUBUNGAN

PERGAULAN LINGKUNGAN SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 6 KOTA

TANGERANG SELATAN ”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan diatas, maka peneliti berusaha mengidentifikasi beberapa masalah yang terkait diantaranya adalah:

1. Pergaulan siswa yang tidak baik sering meresahkan lingkungan sekolah 2. Siswa mempunyai inteligensi yang berbeda-beda sehingga mempunyai

kecepatan yang berbeda-beda dalam menangkap pelajaran. Hal ini mempengaruhi prestasi

3. Bagaimana cara Guru dalam mengetahui pergaulan para siswa diluar sekolah

4. Bagaimana cara Guru dalam menjalin kerjasama dengan Orang tua siswa dalam upaya menanamkan ajaran islam tentang pergaulan pada siswa 5. Berapa banyak siswa yang kuat memengang prinsip pergaulan secara

islam

C. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini peneliti menemukan banyak identifikasi masalah yang timbul, sehingga pada kesempatan ini sulit untuk diteliti semuanya disebabkan terbatasnya dana dan tenaga peneliti. Oleh karena itu, penelitian

15

(28)

ini dibatasi pada masalah apakah ada pengaruh pergaulan lingkungan sekolah terhadap prestasi belajar siswa.

D. Perumusan Masalah

Beranjak dari permasalah yang ada, maka peneliti hanya akan meneliti tentang masalah: Apakah ada hubungan pergaulan lingkungan sekolah terhadap prestasi belajar?

E. Tujuan dan Mamfaat Penelitian

1. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

a. Secara akademisi adalah untuk melahirkan paradigma baru. Serta konsep dan teori mengenai pengaruh pergaulan terhadap lingkungan sekolah, khususnya di SMP Negeri 6 Kota Tangerang Selatan

(29)

2. Mamfaat

a. Kegunaan secara akademis agar dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan yang bermanfaat khususnya di bidang sosiologi terkait dengan cara-cara bermasyarakat.

b. Kegunaan terapan agar menjadi acuan dan bahan evaluasi bagi sekolah, guru bidang studi, dan siswa.

c. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh pergaulan lingkungan sekolah terhadap prestasi belajar siswa.

Sedangkan manfaat dari penelitian ini, ditujukan kepada pihak-pihak sebagai berikut :

1. Bagi peneliti sendiri, yaitru sebagai implementasi dari proses perkuliahan yang telah dijalankan.

2. Mengetahui seberapa besar pengaruh pergaulan lingkungan sekolah terhadap prestasi belajar siswa.

3. Bagi guru, diharapkan dapat meningkatkan kinerja guru dalam mentransfer ilmu pengetahuan terhadap siswa sehingga menjadi guru yang profesional serta dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya.

(30)

12 BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Konsep Tentang Pergaulan 1. Pengertian Pergaulan

Pergaulan adalah tata cara mengaplikasikan adab dan etika di lingkungan sekolah, bagaimana siswa tersebut bertindak terhadap guru,teman, dan orang-orang yang berada di lingkungan sekolah.

Seorang siswa wajib berbuat baik kepada guru dalam arti menghormati, memuliakan dengan ucapan dan perbuatan, sebagai balas jasa atas kebaikan yang diberikannya. Siswa berbuat baik dan berakhlak mulia atau bertingkah laku kepada guru dengan dasar pemikiran sebagai berikut : a. Memuliakan dan menghormati guru termasuk satu perintah agama

Sabda Rasulullah SAW yang artinya: “Muliakanlah orang yang kamu

belajar darinya”. (HR. Abul Hasan Al-Mawardi)[1], “Muliakanlah

guru-guru Al-Qur’an (agama), karena barang siapa yang memuliakan

mereka berarti ia memuliakan aku”.(HR. Abul Hasan Al-Mawardi)[2] Penyair Mesir Ahmad Syauki Bey mengatakan : “Berdiri dan hormatilah

guru, dan berilah ia penghargaan, (karena) seorang guru itu hampir saja merupakan Tuhan”. (HR. Abul Hasan Al-Mawardi)[3]

(31)

segala kecintaan kepadaNya sedang majlis yang kedua ialah majlis pendidikan dan pengajaran yang terdiri dari guru dan sejumlah murid-muridnya. Melihat dua macam majlis yang berbeda Nabi bersabda:

“Adapun mereka dari majlis ibadah mereka sedang berdoa kepada Allah.

Jika Allah mau, Allah menerima doa mereka, dan jika Allah mau, Allah menolak doa mereka. Tetapi mereka yang termasuk dalam majlis pengajaran manusia. Sesungguhnya aku diutus Tuhan adalah untuk menjadi guru".

c. Guru adalah orang yang sangat besar jasanya dalam memberikan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan mental kepada siswa Bekal ini jika diamalkan jauh lebih berharga dari pada harta benda. Orang yang ingin sukses di dunia dan akhirat harus dengan ilmu. Sabda Rasulullah

SAW: “Barang siapa yang menghendaki dunia, wajib ia mempunyai ilmu.

Barang siapa yang menghendaki akhirat, wajib mempunyai ilmu. Dan barang siapa yang menghendaki dunia dan akhirat kedua-duanya,wajib juga mempunyai ilmu.

d. Dilihat dari segi usia, maka pada umumnya guru lebih tua dari pada muridnya, sedangkan orang muda wajib menghormati orang yang lebih tua Sabda Rasulullah SAW: “Bukan dari umatku, orang yang tidak sayang

kepada yang lebih muda dan tidak menghargai kehormatan yang lebih

tua.” Cara Berakhlak Terhadap Guru Banyak cara yang dapat dilakukan seorang siswa dalam rangka berakhlak terhadap seorang guru, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Menghormati dan memuliakannya serta mengagungkannya menurut cara yang wajar dan dilakukan karana Allah.

(32)

berkata keliru dihadapan guru. Memuliakan keluarganya. Memuliakan sahabat karib guru.

2. Teori-Teori Tentang Pergaulan

Ada sejumlah teori yang dapat digunakan untuk memahami kehidupan remaja :

a. Teori "Differential Association"

(33)

masyarakat terkadang seseorang dikelilingi oleh orang-orang yang secara bersamaan memandang hukum sebagai sesuatu yang perlu diperhatikan dan dipatuhi. Tetapi kadang sebaliknya, seseorang dikelilingi oleh orang-orang yang memandang bahwa hukum sebagai sesuatu yang memberikan paluang dilakukannya perilaku menyimpang. Penerapan hukum dan wibawa aparat yang rendah membuat orang memandang bahwa apa yang dilakukannya bukan merupakan pelanggaran yang berat.

(6) seseorang menjadi delinkuen karena ekses dari pola pikir yang lebih memandang aturan hukum sebagai pemberi peluang dilakukannya penyimpangan daripada melihat hukum sebagai sesuatu yang harus diperhatikan dan dipatuhi. (7) diferential association bervariasi dalam hal frekuensi, jangka waktu, prioritas dan intensitasnya. (8) proses mempelajari perilaku menyimpang yang dilakukan remaja menyangkut seluruh mekanisme yang lazim terjadi dalam proses belajar. Terdapat stimulus-stimulus seperti: keluarga yang kacau, depresi, dianggap berani oleh teman dan sebagainya merupakan sejumlah eleman yang memperkuat respon. (9) perilaku menyimpang yang dilakukan remaja merupakan pernyataan akan kebutuhan dan dianggap sebagai nilai yang umum.

b. Teori Anomie

(34)

dalam masyarakat yang terstruktur. Adanya perbedaan kelas sosial menimbulkan adanya perbedaan tujuan dan sarana yang dipilih. Dengan kata lain struktur sosial yang berbeda-beda-dalam bentuk kelas menyebabkan adanya perbedaan kesempatan untuk mencapai tujuan. Kelompok masyarakat kelas bawah (lower class) misalnya memiliki kesempatan yang lebih kecil dibandingkan dengan kelompok masyarakat kelas atas. Keadaan tersebut yakni tidak meratanya kesempatan dan sarana serta perbedaan struktur kesempatan selanjutnya menimbulkan frustrasi di kalangan anggota masyarakat. Dengan demikian ketidakpuasan, frustrasi, konflik, depresi, dan penyimpangan perilaku muncul sebagai akibat kurangnya atau tidak adanya kesempatan untuk mencapai tujuan. Situasi ini menyebabkan suatu keadaan di mana anggota masyarakat tidak lagi memiliki ikatan yang kuat terhadap tujuan dan sarana yang telah melembaga kuat dalam masyarakat.

Dalam kontaks ini selanjutnya Robert K. Merton mengemukakan 5 bentuk kemungkinan adaptasi yang dilakukan setiap anggota kelompok masyarakat berkaitan dengan tujuan (goals) dan tata cara yang telah membudaya (means). Pertama, konformitas (conformity), yaitu suatu keadaan di mana anggota masyarakat tetap menerima tujuan dan sarana yang terdapat dalam masyarakat sebab adanya tekanan moral yang melingkupinya. Kedua, inovasi (inovation) terjadi manakala tujuan yang terdapat dalam masyarakat diakui dan dipertahankan tetapi dilakukan perubahan sarana yang dipergunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan tersebut. Ketiga, ritualisme

(35)

dalam masyarakat ditolak serta berupaya untuk mengganti dan mengubah seluruhnya.

Berkaitan dengan perilaku menyimpang yang dilakukan remaja selanjutnya dapat dikemukakan bahwa teori ini lebih memfokuskan pada kesalahan atau 'penyakit' dalam struktur sosial sebagai penyebab terjadinya kasus perilaku menyimpang remaja. Teori ini juga menjelaskan adanya tekanan-tekanan yang terjadi dalam masyarakat sehingga menyebabkan munculnya perilaku menyimpang (deviance).

c. Teori Kenakalan Remaja oleh Albert K. Cohen

Fokus perhatian teori ini terarah pada suatu pemahaman bahwa perilaku delinkuen banyak terjadi di kalangan laki-laki kelas bawah yang kemudian membentuk 'gang'. Perilaku delinkuen merupakan cermin ketidakpuasan terhadap norma dan nilai kelompok kelas menengah yang cenderung mendominasi. Karena kondisi sosial ekonomi yang ada dipandang sebagai kendala dalam upaya mereka untuk mencapai tujuan sesuai dengan keinginan mereka sehingga menyebabkan kelompok usia muda kelas bawah ini mengalami "status frustration”. Menurut Cohen para remaja umumnya mencari status. Tetapi tidak semua remaja dapat melakukannya karena adanya perbedaan dalam struktur sosial.

(36)

d. Teori Perbedaan Kesempatan dari Cloward dan Ohlin

Menurut Cloward dan Ohlin terdapat lebih dari satu cara bagi para remaja untuk mencapai aspirasinya. Pada masyarakat urban yang merupakan wilayah kelas bawah terdapat berbagai kesempatan yang sah, yang dapat menimbulkan berbagai kesempatan. Dengan demikian kedudukkan dalam masyarakat menentukan kemampuan untuk berpartisipasi dalam mencapai sukses baik melalui kesempatan konvensional maupun kesempatan kriminal.

Menunit Cloward dan Ohlin terdapat 3 jenis sub kultur tipe gang kenakalan remaja. Pertama, criminal subculture, bilamana masyarakat secara penuh berintegrasi, gang akan berlaku sebagai kelompok para remaja yang belajar dari orang dewasa. Hal ini berkaitan dengan organisasi kriminal.

Kriminal sub kultur lebih menekankan pada aktivitas yang menghasilkan keuntungan materi dan berusaha menghindari kekerasan. Kedua, retreatist subculture. Sub kultur jenis ini lebih banyak melakukan kegiatan mabuk-mabukan dan aktivitas gang lebih mengutamakan pencarian uang untuk tujuan mabuk-mabukan termasuk juga melakukan konsumsi terhadap NAPZA. Ketiga, conflict sub culture. Dalam masyarakat yang tidak terintegrasi akan menyebabkan lemahnya organisasi. Gang tipe ini akan memperlihatkan perilaku yang bebas. Kekerasan, perampasan, hak milik dan perilaku lain menjadi tanda gang tersebut. Para remaja akan melakukan kenakalan jika menghadapi keadaan tegang, menghadapi tekanan-tekanan serta keadaan yang tidak normal. e. Teori Netralisasi yang dikembangkan oleh Matza dan Sykes

(37)

menyimpang. Pertama, the denial of responsibility, mereka menganggap dirinya sebagai korban dan tekanan-tekanan sosial, misalnya kurangnya kasih sayang, pergaulan dan lingkungan yang kurang baik dan sebagainya. Kedua, the denial of injury, mereka berpandangan bahwa perbuatan yang dilakukan tidak mengakibatkan kerugian besar di masyarakat. Ketiga, the denial of victims, mereka biasanya menyebut dirinya sebagai pahlawan atau the evenger, dan menganggap dirinya sebagai orang yang baik dan berada. Keempat condemnation of the condemnesr, mereka beranggapan bahwa orang yang mengutuk perbuatan mereka adalah orang yang munafik, hipokrit atau pelaku kejahatan terselubung. Kelima, appeal to higher loyalitiy, mereka beranggapan bahwa dirinya terperangkap antara kemauan masyarakat luas dan hukum dengan kepentingan kelompok kecil atau minoritas darimana mereka berasal atau tergabung misalnya kelompok gang atau saudara kandung.

6. Teori Kontrol

Teori ini beranggapan bahwa individu dalam masyarakat mempunyai kecenderungan yang sama kemungkinannya yakni tidak melakukan penyimpangan perilaku (baik) dan berperilaku menyimpang (tidak baik). Baik tidaknya perilaku individu sangat bergantung pada kondisi masyarakatnya. Artinya perilaku baik dan tidak baik diciptakan oleh masyarakat sendiri. Selanjutnya penganut paham ini berpendapat bahwa ikatan sosial seseorang dengan masyarakat dipandang sebagai faktor pencegah timbulnya perilaku menyimpang termasuk penyalahgunaan narkotika, alkohol dan zat adiktif lainnya.

(38)

Menurut Hirsehi (1988) terdapat 4 (empat) unsur dalam ikatan sosial antara lain:

1) Attachment, mengacu pada kemampuan seseorang untuk melibatkan dirinya terhadap orang lain. Jika attachment sudah terbentuk maka seseorang akan peka terhadap pikiran, perasaan dan kehendak orang lain. Terdapat 2 jenis attachment yaitu total dan partial. Attachment total jika seseorang berhasil melepas rasa ego dalam dirinya sehingga yang muncul adalah rasa kebersamaan. Rasa kebersamaan ini kemudian mendorong seseorang untuk mentaati aturan sebab jika melanggar berarti menyakiti orang lain.

Attachment partial merupakan hubungan seseorang dengan orang lain, di mana hubungan tersebut tidak didasarkan pada peleburan ego dengan orang lain tetapi karena hadirnya yang lain yang mengawasi. Dengan demikian attachment total akan mencegah hasrat seseorang untuk melakukan deviasi perilaku. Sedangkan attachnvnt partial akan menimbulkan kepatuhan ketika ada orang lain yang mengawa 2) Commitment, mengacu pada keterikatan seseorang pada subsistem

konvensional seperti lembaga, sekolah, pekerjaan, organisasi dan sebagainya. Perhitungan untung rugi keterlibatan seseorang dalam perilaku menyimpang sangat diperhatikan. Artinya ketika lembaga atau pekerjaan memberikan manfaat dan keuntungan bagi seseorang maka kecil kemungkinan untuk melakukan perilaku menyimpang. 3) Involvement, mengacu pada suatu pemikiran bahwa apabila

seseorang disibukkan atau berperan aktif dalam berbagai kegiatan konvensional atau pekerjaan maka ia tidak akan sempat berpikir apalagi terlibat dalam perilaku menyimpang.

(39)

terbentuk dalam masyarakat. Jika unsur-unsur tersebut tidak terbentuk maka penyimpangan perilaku termasuk penyalahgunaan berbagai jenis narkotika, alkohol dan zat adiktif lainnya berpeluang besar untuk dilakukan oleh masyarakat luas khususnya anggota masyarakat pada usia remaja atau dewasa awal.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pergaulan

Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap dan perilaku dalam pergaulan di antaranya :

a. Faktor Internal

Faktor Internal adalah factor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, adapun yang dapat digolongkan kedalam faktor interen yaitu kecerdasan, intelegensi, bakat, minat dan motivasi.

1) Faktor Fisiologis

Faktor fisiologis sangat berperan penting bagi individu,karena di sinilah sikap individu mulai terbentuk. Misalkan saja seseorang yang tidak mempunyai kesempurnaan fisik(cacat fisik) akan mempunyai tingkat kepercayaan diri yang berbeda dengan seseorang yang normal. Seseorang cacat fisik cenderung kurang percaya diri dan menutup diri dari orang lain. Contoh lainnya adalah tingkat kesanggupan badan untuk melakukan kerja juga akan mempengaruhi sikap individu. 2) Faktor Psikologis

Faktor psikologis juga berperan dalam pembentukan sikap. Karena dengan aspek psikologis akan berdampak pada sikap individu,jika psikologis seseorang sehat dan mampu beradaptasi maka akan terbentuk sikap yang positif, sebaliknya jika aspek psikologis terganggu maka sikap yang di timbulkan juga mengarah pada kejahatan dan penyimpangan perilaku.

3) Faktor Motivasi

(40)

b. Faktor Eksternal

Faktor Eksternal adalah faktor yang timbul dari luar individu itu sendiri, adapun yang dapat digolongkan kedalam faktor eksternal yaitu diri sendiri,keluarga dan lingkungan pergaulan.

1) Faktor Pengalaman

Faktor pengalaman pada individu memberikan pengajaran dan pengetahuan pada seseorang. Dengan pengalaman seseorang akan mengetahui bagaiman menetukan sikap yang baik atau buruk. Misalkan pada sseorang yang punya banyak pengalaman berharga,bisa saja ia menjadi orang yang bijaksana atau bahkan menjadi orang yang sombong.

2) Faktor Situasi

Faktor situasi dapat dikatakan sebagai peluang untuk menetukan dan membentuk sikap. Dalam setiap situasi individu harus mampu berdaptasi karena jika tidak di khawatirkan akan muncul sikap-sikap yang kurang pantas untuk di tampilkan dalam masyarakat.

3) Faktor Norma

(41)

4) Faktor Hambatan

Dari kat hambatan saja dapat di simpulkan bahwa faktor ini mempengaruhi terbentuknya sikap. Hambatan itu sendiri dapat di temui dalam lingkungan intrinsik maupun ekstrinsik, dan disini sikap seseorang akan susah untuk di munculkan.

5) Faktor Pendorong

Faktor pendorong dapat di gunakan sebagai pembentuk sikap. Dorongan dapat timbul oleh pengaruh yang datang dari diri sendiri maupun lingkungan luar,pendidikan,pergaulan,dan lain sebagainya. Faktor-faktor internal maupun eksternal tersebut dapat berpengaruh dalam pembentukan sikap, sikap yang terbentuk juga akan menimbulkan sebuah reaksi. Reaksi tersebut dapat bersifat positif maupun negatif,reaksi yang positif dapat di menunjukkan sikap yang sesuai dengan keinginan dan harapan masyarakat lainnya. Sedangkan reaksi negatif dapat menunjukan sikap seseorang yang kurang serasi dalam kehidupan masyarakat. Pada akhirnya yang menilai dan yang memantau reaksi tersebut adalah obyek sikap. Obyek sikap sendiri berhak untuk menilai apakahsikap dan reaksi yang individu timbulkan berhak untuk diberi sebuah penghargaan atau bahkan kecaman. Karena disini seseorang tidak dapat menilai dirinya sendiri tanpa dukungan dari orang lain.

Misalkan mengambil contoh faktor pengalaman

(42)

Faktor Psikologis. Misalkan jika seseorang perawat mengalami depresi akibat permasalahan perekonomian keluarga atau bahkan tugas kerja yang di bebankan terlalu banyak. Maka ia akan memunculkan reaksi yang negatif, ia akan cepat emosi, tidak fokus dalam kerja,dan pihak yang di rugikan adalah pasien. Sudah sakit masih mendapat perlakuan yang buruk dari perawat dan tidak mendapat pelayanan secara maksimal.

Faktor Motivasi. Motivasi di perlukan oleh seorang perawat untuk berkembang menjadi yang lebih baik lagi. Dorongan yang di hasilkan akan membentuk sikap perawat yang profesional,bertanggung jawab pada tugasnya. Reaksi yang di timbulkan juga bermacam-macam,tingkah laku dan penampilan yang menarik,pandai dan cekatan serta dapat menciptakan suasana yang menyenangkan dan dapat menghibur pasien.

B. Konsep Tentang Lingkungan Sekolah 1. Pengertian Lingkungan

Kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan dari lingkungan baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial, kita bernapas memerlukan udara dari lingkungan sekitar kita makan, minum menjaga kesehatan, semuanya memerlukan lingkungan.

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun tidak langsung.

(43)

Seringkali lingkungan yang terdiri dari sesama manusiadisebut juga sebagai lingkungan sosial. Lingkungan sosial inilah yang membentuk system pergaulan yang besar perannya dalam membentuk kpribadian seseorang.1

2. Pengertian Lingkungan Sekolah

Menurut Imam Supardi (2003:2) menyatakan Lingkungan Sekolah adalah jumlah semua benda hidup dan mati serta seluruh kondisi yang ada di dalam ruang yang kita tempati.

Sedangkan menurut Syamsu Yusuf (2000:54) menyatakan sebagai berikut sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka membantu siswa agar mampu mengembangkan potensinya baik yang menyangkut aspek moral,spirituall, intelektual, emosional, maupun sosial.

Jadi Lingkungan Sekolah adalah jumlah semua benda hidup dan mati serta seluruh kondisi yang ada di dalam lembaga pendidikan formal yang secara sistematis melaksanakan program pendidikan dan membantu siswa mengembangkan potensinya.

Sebagaimana halnya dengan keluarga dan institusi sosial lainnya, sekolah merupakan salah satu institusi sosial yang mempengaruhi proses sosialisasi dan berfungsi mewariskan kebudayaan masyarakat kepada anak. Sekolah merupakan suatu sistem sosial yang mempunyai organisasi yang unik dan pola relasi sosial diantara para anggotanya yang bersifat unik pula. ini kita sebut kebudayaan sekolah. Menurut Abu Ahmadi (1991:187) menyatakan sebagai berikut.

Kebudayaan sekolah itu mempunyai beberapa unsur penting, yaitu: a. Letak lingkungan dan prasarana fisik sekolah (gedung sekolah,

meubelier, perlengkapan yang lain).

b. Kurikulum sekolah yang memuat gagasan-gagasan maupun fakta-fakta yang menjadi keseluruhan program pendidikan.

1

(44)

c. Pribadi-pribadi yang merupakan warga sekolah yang terdiriatas siswa, guru, non teaching specialist dan tenaga administrasi.

d. Nilai-nilai norma, sistem peraturan, dan iklim kehidupan sekolah. Sedangkan Slameto (2003:64) menyatakan “faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas

ruma”

Sekolah merupakan media sosialisasi yang lebih luas dari keluarga, sekolah mempunyai potensi yang pengaruhnya cukup besar dalam pembentukan sikap dan prilaku seorang anak, serta mempersiapkannya untuk penguasaan peranan-peranan baru dikemudian hari dikala anak atau orang tidak lagi menggantungkan hidupnya pada orang tua atau keluarganya.

Berbeda dengan sosialisasi dalam keluarga dimana anak masih dapat mengharap bantuan dari orang tua dan memperoleh perlakuan khusus disekolah anak dituntut untuk bisa bersikap mandiri dan senantiasa memperoleh perlakuan yang tidak berbeda dari teman-temannya. Disekolah reward akan diberikan kepada anak yang terbukti mampubersaing dan menunjukkan prestasi akademik yang baik. Disekolah juga anak akan banyak belajar bahwa untuk mencapai prestasi yang baik, maka yang diperlukan adalah kerja keras. Kurikulum pelajaran disekolah yang relatif beragam semuanya menuntut kegigihan sendiri-sendiri seorang siswa yang berhasil memperoleh nilai baik dalam mata pelajaran IPS misalnya ia belum tentu memperoleh pujian yang sama dalam mata pelajaran lain.

Secara rinci Robert Dreeben(1968) mencatat beberapa hal yang dipelajari anak disekolah selain membaca, menulis, dan berhitung, universalisme, dan spesifitas.2

2

(45)

Selain itu juga sekolah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak terutama untuk kecerdasannya,. Anak yang tidak pernah sekolah akan tertinggal dalam berbagai hal sekolah sangat berperan dalam meninggkatkan pola pikir anak karena di 100 sekolah mereka dapat belajar, bermacam-macam ilmu pengetahuan tinggi rendahnya pendidikan dan jenis sekolahnya turut menentukan pola pikir serta kepribadian anaknya dengan anak yag masuk STM. Demikian pula yang tamat dari sekolah tinggi akan berbeda pola pikirnya dengan orang yang tidak sekolah.3

Kehadiran di lingkungan sekolah merupakan perluasan lingkungan sosialnya dalam proses sosialisasinya dan merpakan faktor lingkungan baru yang sangat menantang atau bahkan mencemaskan dirinya. Para gu dan teman - teman sekelas membentuk suatu sistem yang kemudian menjadi semacam lingkungan norma bagi dirinya. Selama tidak ada pertentangan, selama itu pula anak tidak akan mengalami kesulitan dalam menyesuaikan dirinya. Namun, jika salah satu kelompok lebih kuat dari lainnya, anak akan menyesuaikan dirinya dengan kelompok di mana dirinya dapat diterima dengan baik.

Ada empat tahap proses penyesuaian diri yang harus dilalui oleh anak selama membangun hubungan sosialnya, yaitu sebagai berikut:

a. Anak dituntut agar tidak merugikan orang lain serta menghargai dan menghormati hak orang lain

b. Anak dididik untuk menaati peraturan-peraturan dan menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok

c. Anak dituntut untuk lebih dewasa di dalam melakukan interaksi sosial berdasarkan asas saling memberi dan menerima

d. Anak dituntut untuk memahami orang lain.

Keempat tahap proses penyesuaian diri berlangsung dari proses yang sederhana ke proses yang semakin kompleks dan semakin menuntut penguasaan sistem respons yang kompleks pula. Selama proses penyesuaian diri, sangat mungkin terjadi anak menghadapi onflik yang dapat berakibat pada terhambatnya perkembangan sosial mereka.

3

(46)

Sebagaimana dalam lingkungan keluarga, lingkungan sekolah juga dituntut menciptakan iklim kehidupan sekolah yang kondusif bagi perkembangan sosial remaja. Sekolah merupakan salah satu lingkungan tempat remaja hidup dalam kesehariannya. Sebagaimana keluarga, sekolah juga memiliki potensi memudahkan atau menghambat perkembangan huungan sosial remaja. Sebaliknya, sekolah yang iklim kehidupannya bagus dapat memperlancar atau bahkan memacu perkembangan hubungan sosial remaja.

Kondusif tidaknya iklim kehidupan sekolah bagi perkembangan hubungan sosial remaja ersimpul dalam interaksi antara guru dengan siswa,siswa dengan siswa, keteladanan perilaku guru, etos keahlian atau kualitas guru yang ditampilkan dalam melaksanakan tugas profesionalnya sehingga dapat menjadi model bagi siswa yang tumbuh remaja. Hadir atau tidaknya faktor-faktor tersebut secara favourable dapat mempengaruhi perkembangan hubungan sosial remaja, meskipun disadari pula bahwa sekolah bukanlah satu-satunya faktor penentu (Barrow & Woods,1982).4 3. Linkungan dan kesempatan

Seorang anak dan keluarga yang baik, memiliki intelijensi yang baik, bersekolah di suatu sekolah yang keadaan guru-gurunya dan alat-alatnya baik, belum tentu dapat belajar dengan baik. Masih ada faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Misalnya karena jarak antara rumah dan sekolah itu terlalu jauh, memerlukan kendaraan yang cukup lama sehingga melelahkan. Banyak pula anak-anak yang tidak dapat belajar dengan hasil baik dan tidak dapat mempertnggi belajarnya, akibat tidak ada kesempatan yang disebabkan oleh sibuknya pekerjaan setiap hari, pengaruh lingkungan yang buruk dan negatif serta faktor-faktor lain terjadi di luar kemampuannya.

4

(47)

Faktor lingkungan dan kesempatan ini lebih-lebih lagi berlaku bagi cara belajar pada orang-orang dewasa.5

Selain itu juga sekolah merupakan lingkungan pendidikan yang sudah terstruktur, memiliki sistem dan organisasi yang baik bagi penanaman nilai- nilai etika, moral, mental, spiritual, disiplin dan ilmu pengetahuan. Gedung sekolah, metode mengajar, hubungan guru dengan siswa, dan sebagainya. apabila terjalin dengan baik akan membantu pencapaian prestasi belajar siswa.6

Sekolah seharusnya mempunyai kemampuan untuk membentuk pola perilaku anak didiknya. Yang tadinya belum tahu cara berbicara yang sopan dan santun, maka dengan arahan dan kewibawaan Gurunya, berubahlah ia menjadi sesosok anak baik budi yang membanggakan orang tuanya.

Tetapi kita semua tahu, setidaknya ada tiga faktor yang mempengaruhi pembentukan pola perilaku seorang anak. Pertama, lingkungan di dalam rumahnya sendiri yang terdiri dari kedua orang tuanya, saudara kandungnya dan atau kerabat atau orang lain yang mungkin ikut tinggal dan menjadi bagian dari keluarga besarnya. Kedua, lingkungan sekolahnya yang terdiri dari para pendidik, peserta didik yang lain baik setara, senior maupun yuniornya. Ketiga, lingkungan diluar pagar rumahnya. Misal, tetangga RT, RW, Kelurahan hingga kota bahkan seluruh dunia. Mulai keluar dari pagar rumahnya sang anak akan menghadapi sebuah komunitas atau norma-norma yang jauh berbeda dengan norma yang ada di rumah..

Biasanya, secara normatif pola pembentukan di lingkungan keluarga dan sekolah akan saling melengkapi dan atau saling menguatkan. Seorang yang tadinya pemalu, takut bicara atau menyampaikan pendapat, maka berkat gemblengan para guru disekolahnya ia jadi pandai berorasi di depan teman-temannya. Yang tadinya tidak pernah sholat 5 waktu (karena orang tunya sendiri tidak pernah menyuruh serta tdk pula memberi contoh). Atau

5

Drs.M. Ngalim Purwanto,MP. Psikologi Pendidikan,(Jakarta:PT REMAJA ROSDA KARYA, 1990),Cet. Ke - 5, h.105-106

6

(48)

yang tadinya sembaran saja dalam memilih makanan sehari-hari berkat arahan gurunya mereka jadi mengerti mana makanan yang bergizi dan mana yang berbahaya bagi tubuh, misal zat pewarna, borax, dll.

Saat ini adalah era komunikasi Global. Tanpa harus terganggu oleh panjangnya jarak maupun sulitnya medan dan letak geografisnya , semua orang dimudahkan untuk saling berhubungan. Bahkan dengan biaya yang relatif lebih murah serta banyak pilihan jenisnya : SMS, Phone, Chatting, e-mail, Blogging konvensional maupun FB dan Twitter.

Dengan kemudahan komunikasi ini, proses asimilasi kebudayaan pun mudah terjadi. Termasuk pengaruh kebudayaan bebas yang selama ini hanya terjadi dinegara negara maju. Keinginan manusia untuk bebas memang bersifat universal. Tapi pada saat yang sama manusia juga punya keinginan untuk mengikatkan diri dengan sebuah nilai yg dianggapnya ideal. Misalnya nilai-nilai moral atau agama maupun nilai-nilai ideal berdasar pemikiran filsafat maupun sains yang dikaguminya.

Diantara ketiaga faktor yg berpengaruh pada pembentukan kepribadian anak, faktor ketiga atau pergaulan umum ini menjadi amat krusial apabila kedua faktor lainya tidak cukup kuat atau tidak berkualitas. Misal, orang tua dirumah tetapi tidak terlalu peduli dg anak, sibuk bekerja cari uang. Atau ingin peduli pada anak tapi tidak tahu caranya karena keterbatasan pengetahuan/pendidikkannya. Sekolah yg dipilihnya pun sekolah yg tidak bermutu, karena hanya menampung calon siswa yg tidak tertampung disekolah sekolah bagus. Para Guru tentu berusaha memberikan semua hal yang terbaik untuk peserta didiknya, termasuk guru-guru di sebuah sekolah yg paling tidak bermutu sekalipun.Tetapi bila peserta didiknya kebanyakan tidak punya dasar yang cukup kuat untuk menerima hal hal baik (misal, IQ-nya rendah dan atau EQ yang low grade), maka pihak sekolah akan menemui banyak hambatan dalam upayanya mebentuk kepribadian serta peningkatan kemampuan otak mereka.

(49)

sama saja, ia akan menjadi manusia yang tidak bermutu pula .Kalau ini yang terjadi maka lingkungan luar sebagai tempat masuknya semua informasi global akan menjadi pupuk bagi tumbuhn suburnya sikap buruk anak yang merupakan cikal bakal sebagai sampah masyarakat. Faktor kemudahan berkomunikasi juga akan mempercepat proses pergeseran nilai yang tertanam pada jiwa anak dan remaja, karena nilai moral yang standar akan

sering „dibenturkan’ dengan nilai lainnya yang lebih memenuhi selera anak dan remaja kita. Naluri mereka lebih tertarik dengan segala sesuatu yang enak, indah, asyik ,hebat dan bebas. Apalagi kalau arus informasi yang masuk tidak berimbang. Misal, dari 100 informasi, cuma 20 yang merupakan informasi baik dan dibutuhkan. Selebihnya adalah informasi sampah, misal gosip-gosip murahan, tip bercinta ala remaja Barat, dll. Pergaulan bebas mungkin akan selalu menjadi pilihan anak dan remaja kita sampai mereka terbentur pada suatu resiko yang akan menyusahkan mereka, misal, remaja putri yang hamil, pemuda yang anarkis dalam geng Motornya serta terjerumus dilembah narkoba,premanisme dan kriminalisme. Atau minimal mereka lebih tertarik untuk bersanta-santai diluar rumah daripda belajar dan membantu orang tuanya.

Rendahnya kontrol orang tua dan guru serta derasnya arus informasi global merupakan kombinasi yang buruk bagi pembentukan kepribadian anak dan remaja harapan bangsa ini. Kita akan semakin sulit membendung arus informasi yang masuk ke kepala dan jiwa anak kita. Termasuk

(50)

C. Konsep Tentang Prestasi Belajar Siswa 1. Pengertian Prestasi

Prestasi belajar merupakan istilah yang sudah lazim dalam dunia pendidikan. Meskipun demikian istilah ini merupakan predikat yang masih umum dan luas penggunaannya. Istilah prestasi belajar diberikan kepada keadaan yang menggambarkan tentang hasil yang optimal dari suatu aktivitas belajar, sehingga arti prestasi belajar tidak bisa dipisahkan dari masing-masing kedua kata tersebut.

Menurut rumusan bahasa, Prestasi ialah “hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan)7. Jadi jelaslah bahwa prestasi itu ada setelah adanya aktifitas yang dilakukan seseorang.

2. Pengertian Prestasi Belajar Siswa

Sebelum dijelaskan mengenai prestasi belajar, terlebih dahulu akan dikemukakan tentang pengertian prestasi adapun pengertian prestasi belajar dalam kamus besar bahasa indonesia adalah “penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran lazimnya ditujukan dengan nilai tes atau angka lain yang diberikan oleh guru-guru”.8

Sedangkan Syaiful Bahri Djamarah dalam bukunya prestasi belajar dan

kompetensi Guru yang mengutip dari Mas’ud khasan Abdul Qadar bahwa prestasi adalah “apa yang telah didapat, diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja”. Dalam buku yang sama Nasrun Harahap berpendapat bahwa prestasi adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan siswa berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada siswa9

Dari pengertian diatas bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan seseorang atau kelompok yang telah dikerjakan,diciptakan dan menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan bekerja.

Sedangkan menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono dalam bukunya Psikologi Belajar mengatakan bahwa. “prestasi belajar yang

7

W. J. S. Poerwadiminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka, 1985), Cet. VIII,h. 768

8

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai pustaka,1996),cet ke-VIII.

9

(51)

dicapai seorang individu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu”. 10

Sedangkan menurut W.S Winkel mengatakan dalam psikologi pendidikan dan evaluasi Belajar bahwa “prestasi belajar atau hasil belajar adalah setiap macam kegiatan belajar menghasilkan perubahan yang khas”11

Dari beberapa pengertian tentang prestasi belajar tersebut diatas maka dapat dikatakan perolehan hasil belajar sinonim dengan prestasi belajar, perolehan hasil belajar merupakan output dari prestasi belajar , sehingga faktor-faktor yang berkaitan pada saat terjadinya proses belajar sangatlah mempengaruhi prestasi belajar.

Perolehan hasil belajar sebagai hasil pencapaian tujuan pembelajaran yang berupa skor atau nilai angka dan sebagainya mempunyai arti dan makna penting serta bermamfaat bagi siswa, orang tua, Guru dan masyarakat dengan adanya skor tersebut dapat dikaji dan disusun dan ditetapkan suatu keputusan atau langka-langah kebijakan sebagai akibat manifestasi prestasi belajar.

Siswa berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada siswa. Prestasi belajar merupakan hasil dari suatu proses yang didalamnya terdapat sejumlah faktor yang saling mempengaruhi, tinggi rendahnya prestasi belajar siswa tergantung pada fakto-faktor tersebut.12

Kebutuhan untuk berprestasi (Need of Achievement) merupakan kebutuhan untuk berhasil dalam setiap kegiatan kebutuhan untuk berprestasi demikian merupakan motivasi bersedianya seseorang yang bekerja dan beraktivitas dalam pekerjaan. 13

10

Abu ahmadi dan Widodo Supriyono, psikologi belajar h.130.

11

W.S Winkel psikologi pendidikan dan Evaluasi Belajar,(yokyakarta: PT Gramedia anggota IKAPI, 1984 ),h.48 <

Gambar

Gambar. 1 Kerangka Konseptual Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
Tabel 3.2 Populasi Target Siswa SMPN 6 Ciputat
Tabel 3.3 Penetapan skor untuk skala Pergaulan ligkungan sekolah
+7

Referensi

Dokumen terkait