• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tips Praktis Bagi Petugas Kesehatan: Terapi Rehabilitasi Gangguan Penggunaan Metamietamin, MDMA dan Ganja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tips Praktis Bagi Petugas Kesehatan: Terapi Rehabilitasi Gangguan Penggunaan Metamietamin, MDMA dan Ganja"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

TIps PrakOs

bagt

Petoias lesehatan

Terapl Rehabllltasl

Ganiiuan Peniiunaan

Metamletamln, MDNA

&

Ganla

lementerlan lesehB'BD

m

2013

613 . 853

Ind

t

(2)

613.853 Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI

Ind ".J

t

Indonesia , Kementerian Kese hatan RI. Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan

Tips praktis bagi petugas kesehatan : terapi rehabilitasi

gangguan penggunaan Metamfetamin MDMA dan

Ganja.-Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. 20 13

ISBN 978-602-235-453-6

1. Judul I. MARIJUANA ABUSE - HEALTH MAN POWER II.

MARIJUANA SMOKING III . CANNABI NOIDS ".J

(3)

Daftar lsi

Kala PengIw1taI ... ..

Kala Sambutan ... .

Masalah Penggunaan Metarnfetarnin ... . 1. Lingkup rnasalah ... .. 2. Prinsip urnurn penatalaksanaan ... . 3. Tatalaksana intoksikasi ... . 4. Tatalaksana gejala putus ... . 5. Intervensi psikososial ... . 6. Psikosis rnetarnfetarnin ... . 7. Pengurangan risiko ... .

Masalah Penggunaan MDMA ... . 1. Lingkup rna salah ... . 2. Prinsip urnurn penatalaksanaan ... . 3. Tatalaksana intoksikasi ... . 4. Tatalaksana gejala putus ... . 5. Intervensi psikososial ... .. 6. Pengurangan risiko ... .

Masalah Penggunaan Ganja ... .

1. Lingkup rna salah ... . 2. Prinsip urnurn penatalaksanaan ... . 3. Tatalaksana intoksikasi ... . 4. Tatalaksana gejala putus ... . 5. Intervensi psikososial ... . 6. Pengurangan risiko ... .

Tips ProJuis TN N(lfJ:(I haf,!/ ij ・ ヲオ セャu@ Kesehatan

(4)

KATA PENG ANTAR

Gangguan penggunaan Napza saat 1m sudah menJ3dl masa lah bersama $emus

lap.san masyarakat melakukan berbSg31 upaya unluk mencegah dan mengalasl

masalah 1m Kita yang bergerak dlbidang kesehalan. lerutama petug3s

kesehalan di saran a pelayanan kesehatan tentu menladl ujung lombak dalam

melakukan upaya-upaya tersebut Faslillas kesehalan pun dlharapkan dapal

membenkan layanan k.esehatan yang bermulu dan dapal

dlpertanggunglawabkan bagi pasten dengan gangguan penggunaan Napz3

Layanan lerapl dan rehabllJ.tasl Napza dlselenggarakan pad a faslillas pelayanan

kesehatan di lingkatan layanan dasar maupun rujukan Kemampuan pelUgas kesehatan mempunya i peranan pentlng delam memberlkan layanan lerapi

rehab,htesl Napza Apalagl terkalt dengan amanah darl UU No 35 tahun 2009 tentang Narkolika yang mewaJlbkan pecandu Narkotlka untuk melaporkan din guna mendapatkan pengobalan dan perawalan yang secara fldak langsung Juga menunlul petugas kesehatan untuk memngkatkan pemahaman dan kemampuan dalam menanganl masalah lerkait penggunaan Napza

Buku 101 bensl lipS praktls dalam penalalaksanaan InteNenSI PSlkososlal dan pengurangan nsiko terk3lt masalah gangguan penggunaan ganJa melamfelam ln dan MOMA. SelanJutnya buku Inl dlharapkan dapat dlmanfaalkan sebaik -balknya oleh petugas kesehatan dalam dalam membertkan layanan terapi dan rehabilitasl gangguan penggunaan Napza

Olrektur Blna Kesehalan JlWa ,

Dr E ... ,VIOla SpKJ

NIP 19580630198709200 1

(5)

-KATA SAMBUTAN

Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang lelah membimbing kita hingga dapat menyelesa!kan buku saku Mengatasi Masalah Ganja . Metamfetamln dan MDMA bag! Petugas Kesehalan

Penyalahgunaan Napza d! Indonesia semakln tahun semakin men!ngkat Pada tahun 2011 diperkirakan sekitar 3.7 - 4.7 Juta orang menggunakan Napza (BNN . Puslitkes UI). Sedangkan jenis Narkotika yang paling banyak disalahgunakan adalah Ganja dan Amfetamine Type Stimulants (ATS) . Namun jumlah pengguna Ganja maupun ATS yang mencari petolongan medis di fasilitas kesehatan masih rendah Meskipun demik!an petugas kesehatan diharapkan mampu memberikan layanan terapi dan rehabllitasi yang bermutu bag! pas len dengan gangguan penggunaan Napza

Buku im memberikan tips praklis dalam memberikan layanan terapi dan rehabililasi gangguan penggunaan ganja . metamfetamin dan MDMA bag I petugas kesehatan di fasilitas kesehatan dan lembaga rehabilitasi medis lainnya

Akhlrnya saya mengucapkan selamat alas penerbltan buku saku Mengatasi Masalah Ganja. Metamfetamin dan MDMA bagi Pelugas Kesehatan. Selanjulnya diharapkan buku ini dapal digunakan sebalk-baiknya oleh petugas kesehalan Saya juga mengucapkan lerima kasih alas jerih payah 11m penyusun yang lelah berpartisipasi dalam penyusunan buku in!

Wassalamuala ikum Wr Wb

Blna Upaya Kesehatan .

(6)

Penulis:

Riza Sarasvita

Diah Setia Utami

Satya Joewana

Kontributor:

Lucia Maya Savitri

Robert Kosasih

Citra Widya Asmara

Sduruh mater! buku saku ini kecuali yang diambil dari sumhcr dcngan hak cipla.

adalah Illcrupakan domain publik yang dapa! dikopi dan dipc rbanYllk tanpa dipcrjualbdikan. Pcnggunaan infonnas i dari buku セ N ォオ@ ini untuk SU:IIU tuli s:m hcnda knya rncnggunakan cara penulisan sitas i.

Buku ini ditulis dan dicctak dcngan bantuan dari PCl1lcrintah Australia mclalui

! [CPl ( I-II V Cooperation Program for Indonesia) lahun 201 3.

Pcrs iapan buku ini untuk publikasi dilakuk:m o leh Subdil Napta Din.:ktorat 13 iml

KCSl.'halan Jiwil. Kcmcnlerian Kesehatan RI

IS BN 978-602-235-453-6

4

セ@

セ@

'-'

セ@

セ@

'-'

(7)

-Masalah

Penl!l!unaan

Metamletamin

(8)

Metamfetamin dengan nama jalan shabu , ubas, SS,met, adalah stimulan saraf pusat yang sangat adiktif dan menyebabkan intoksikasi melalui stimulasi reseptor dopamin dan norepinefrin di otak (Covey,2007 ; NIDA, 2008). Menurut United Nations Office on Drug and Crime (UNODC, 2005), di seluruh dunia diperkirakan terdapat 26 juta orang yang menggunakan metamfetamin dalam kurun waktu 12 bulan terakhir pada tahun 2003-2004, sedangkan yang menggunakan heroin 11 juta dan kokain 14 juta orang. Ini berarti penggunaan metamfetamin 2 kali lebih besar dari penggunaan heroin atau kokain. Penelitian 8adan Narkotika Nasional (8NN) tahun 2008 menunjukkan adanya peningkatan yang bermakna atas sitaan metamfetamin dari 48,8 kg (2001) menjadi 1.241 ,2 kg (2006), atau terjadi peningkatan kebutuhan 25 kali hanya dalam kurun waktu 5 tahun. Survei yang sama menunjukkan bahwa metamfetamin di Indonesia menduduki peringkat kedua (64%) jenis zat yang paling banyak digunakan setelah ganja, dimana gambaran ini serupa dengan jenis penggunaan zat secara global.

Metamfetamin disintesa dari efedrin atau pseudoefedrin

yang terdapat pad a banyak dekongestan. Dapat digunakan dengan セ@

cara dihirup, dirokok, disuntik atau dimasukkan dalam anus. Efek

metamfetamin bila digunakan dengan cara dirokok atau disuntikkan セ@

hampir seketika muncul, bila digunakan secara oral dibutuhkan

waktu 20 menit, dan bila digunakan melalui hidung (snorting) butuh セ@

(9)

Efek jangka pendek yang dirasakan adalah meningkatnya gairah, menekan nafsu makan , meminimalisasi rasa lelah, serta meningkatkan kewaspadaan. Selain itu beberapa penelitian juga melaporkan bahwa zat ini meningkatkan gairah seks, mengurangi kemampuan kontrol , meningkatkan rasa percaya din dan cenderung memengaruhi perilaku seks yang tidak aman (Nanin dkk, 2006). Pengaruh pada perilaku seks ini termasuk kemampuan melakukan aktivitas seks melebihi waktu yang biasanya tetapi mengalami

hambatan dalam mengalami orgasme (Parson & Bimbi , 2006).

Penggunaan metamfetamin pada dosis tinggi

menyebabkan nafas cepat dan euforia. Penggunaan berkelanjutan atau dosis yang sangat tinggi dapat menyebabkan agitasi , paranoia

dan gejala mirip psikosis (Covey, 2007 ; NIOA 2008).

Ketergantungan metamfetamin berkaitan dengan gangguan jiwa, malnutrisi, tremor, masalah jantung dan paru, infeksi pada area penyuntikan, menstruasi yang tak teratur dan aborsi (Hando, Topp & Hall , 1997). Penggunaan jangka panjang menyebabkan terjadinya

kondisi mulut kering (meth mouth) , dimana terjadi kerusakan serius

pada gigi terutama pad a gusi (Richards & Brofeldt, 2000). Oi

Amerika Serikat, penggunaan metamfetamin terilait dengan setidaknya 73.400 kasus gawat darurat pad a tahun 2004 (SAMHSA, 2006).

Kebanyakan penggunaan metamfetamin bersifat rekreasional, sehingga dampak buruk tidak langsung dirasakan oleh penggunanya. Kebanyakan penggunaan dilakukan hanya beberapa hari dalam seminggu (umumnya 2 atau 3 han), mengingat efeknya dapat berlangsung beberapa hari sejak penggunaan terakhir. Untuk itu petugas kesehatan perlu melakukan asesmen dengan seksama guna akurasi diagnosa.

(10)

(l

Prinsip Urn urn Penatalaksanaan Gangguan Penggunaan Metarnfetarnin

• Biasanya pengguna metamfetamin yang mencari

pertolongan medis (datang ke fasililas pelayanan kesehatan) karena mengalami kondisi sebagai berikut:

,/ Gangguan fisik seperti hipertermia, dehidrasi, jantung berdebar kencang.

,/ Komplikasi kejiwaan seperti gejala psikotik atau kecemasan yang hebat.

• Sebagian besar pengguna metamfelamin dengan kondisi di alas tidak memerlukan rawat inap jangka panjang

• Rawat inap dibutuhkan untuk pasien dengan kondisi: ,/ Depresi yang berat atau gejala psikotik yang timbul

dalam waktu satu hingga 3 han setelah berhenti menggunakan.

,/ Mereka yang berulangkali gagal menjalani terapi rawat jalan .

,/ Mereka yang mengalami gejala putus zat yang berat ketika menjalani detoksifikasi.

,/ Kecenderungan bunuh din.

(11)

Asesmen

Proses asesmen mengikuti tata cara asesmen wajib lapor 1 dan

rehabilitasi medis pad a umumnya.

Gunakanlah formulir asesmen wajib lapor dan rehabilitasi medis.

Beberapa pertanyaan tambahan yang dapat diajukan pada pasien adalah berikut ini:

• Kapan terakhir kali menggunakan metamfetamin?

• Apakah terdapat perubahan pada penggunaan terakhir, misalnya dosis yang makin meningkat atau justru menurun?

• Bagaimana pol a tidur Anda belakangan ini?

• Penilaian risiko terkait cara dan pola penggunaan metamfetamin

Sebagaimana pada umumnya pemeriksaan medis, perlu dimonitor tanda-tanda vital, keseimbangan cairan tubuh dan kemungkinan masalah organik yang dialami pasien.

Tatalaksana Intoksikasi Metamfetamin

Pertimbangkan dilakukan kuras lambung bilamana perlu Med ikasi simlomalik yang disesuaikan dengan kondisi klinis :

• Gejala psikotik: haloperidol 2-5 mg per kali pemberian atau

klorpromazin1mg 1 kg BB per oral setiap 4-6 jam.

• Antihipertensi : bila tensi di atas 140/100 mmHg.

• Hipertermia: pemberian selimut dingin .

• Aritmia : monitor denyut jantung, bila terdapat palpitasi berikan

'Wajib Lapor adalah kegiatan melaporkan din yang dilakukan oleh pecandu

narkotika yang 5udah cukup umur alau keluarganya, dan/atau orangtua atau wali dari pecandu narkotika yang belum cukup umur kepada inslitusi penerima wajib lapor untuk mendapalkan pengobatan danlatau perawatan melalui rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosia l. Waj ib lapor merupakan kegiatan yang diamanahkan

oleh Undang-Undang No. 3512009 tentang Narkotika

(12)

propanolol 20-80 mg I hari.

• Gejala cemas: berikan golongan benzodiazepin.

• Asamkan air seni dengan amonium klorida 2,75 mEq I kg atau

asam askorbat 8 mg I han sampai pH air seni < 5 yang akan

mempercepat ekskresi.

Tatalaksana Putus Zat Metamfetamin

• Pad a umumnya pasien mengalami rasa tidak nyaman , gelisah , rasa lelah hebat dan perubahan tidur (insomnia atau hipersomnia) selama hari-hari pertama putus metamfetamin . • Pada beberapa orang, gejala putus di atas dapat berlangsung

lebih lama .

• Observasi 24 jam untuk menilai kondisi fisik dan psikiatrik • Rawat inap diperlukan apabila gejala psikotik berat, gejala

depresi berat atau kecenderungan bunuh diri dan komplikasi fisik lain

Medikasi:

• Antipsikotik: haloperidol 3 X 2 -5 mg atau risperidon 2 x 1 -3 mg • Antiansietas: lorazepam 2x O,25-0,5mg atau diazepam 3 X 5-10

mg, atau c10bazam 3 X 10 mg.

• Antidepresi: go long an SSRI, tnsiklik I tetrasiklik sesuai dengan

kondisi klinis: sertralin 1 x 50 mg, amitriptilin 3 X 10 mg, maproptilin 3 x 10 mg

(13)

'-'

....

...

-

--....

--....

--....

....

....

'-'

Intervensi Psikososial

Lakukan asesmen pada pasien secara komprehensif terhadap pola penggunaan metamfetamin.

Kebanyakan pasien juga menggunakan zat-zat lain.

Lakukan wawancara motivasional untuk menggali manfaat dan kerugian menggunaan metamfetamin .

8anyak pengguna tidak mengakui kerugian dalam

menggunakan metamfetamin. Kaitkan pertanyaan dengan kondisi-kondisi yang dialami pasien setelah menggunakan zat tersebut misalkan: "tadi anda katakan tidak ada efek negatif ya ... tetapi menurut cerita anda , setiap Senin pagi jadi sering

tidak semangat, seperti ngedrop sekali, you hate Monday .

apakah ini tidak berhubungan dengan penggunaan shabu anda padahari Jum'at atau SabtuT

Mengajak pasien untuk menimbang manfaat penggunaan metamfetamin apakah sebanding dengan kerugian yang dialaminya .

Menggali situasi penggunaan metamfetamin secara umum: apa yang terjadi sebelum penggunaan, apa yang dialami selama penggunaan , serta apa yang dilakukan setelah penggunaan .

Sebagaimana pada penggunaan jenis zat lainnya , pendekatan

Cognitive Behavioral Therapy dengan fokus pada pengurangan risiko atau pencegahan kambuh merupakan teknik yang paling efektif.

• Pembuatan kontrak tentang perilaku yang harus dilakukan

.., pasien merupakan bag ian dari intervensi psikososial

(14)

Contoh lsi Kontrak Intervensi Psikososial

Mengidentifikasi waktu-waktu luang yang mendorong

penggunaan Napza

Mengidentifikasi situasi-situasi berisiko tinggi

- Merancang strategi dalam mengatasi perasaan nagih ,

misalnya, mempelajari tekn ik relaksasi , berbagi cerita

dengan teman yang mendukung perubahan ke arah

yang positif, melakukan olah raga , dan sebagainya

Membuat daftar nama teman-teman yang memiliki pola

hidup yang sehat.

- Merancang pertemuan yang lebih sering dengan

teman-teman yang memiliki pola hid up sehat: kelompok

bersepeda,

rally,

pecinta alam, dan lain-lain.

11

Bergabung dengan klub senaml kebugaranl olahraga

I

seni terutama pada akhir minggu.

(15)

Substance Abuse and Mental Health Service Administration

(SAMHSA) Amerika Serikat mengembangkan Model Matrix

selama 20 tahun . Model ini adalah pendekatan terapi rawat jalan untuk gangguan penggunaan stimulan sia yang diberikan dalam periode 16 minggu .

Intervensi meliputi:

Kelompok pencegahan kekambuhan Kelompok edukasi

Kelompok dukungan sosial Konseling individual

Tes urin dan nafas (breath testing)

Protokol Terapi Model Matrix

Ciptakan hubungan yang positif dan kolaboratif dengan paslen

Ciptakan struktur terap, dan ekspektasi yang akan dicapai Lakukan psikoedukasi (termasuk bagaimana stimulan mempengaruhi kerja otak)

Perkenalkan dan terapkan konsep CST (cognffive

behavior therapy)

Memperkuat keinginan merubah perilaku

Pendidikan kepada keluarga perihal perjalanan proses pemulihan adiksi Napza

Perkenalkan pendekatan kelompok tolong diri (self-help

group) yang ada di wilayah tempat tinggal klien dan dorong yang bersangkutan untuk mengikuti pertemuan kelompok terse but

(16)

Psikosis Metamfetamin

Kondisi psikosis yang diinduksi oleh penggunaan

metamfetamin pertama kali dilaporkan tahun 1930. Hal ini biasanya

エ ・ セ 。 、 ゥ@ setelah penggunaan jangka panjang dan penggunaan dosis

yang tinggi. Kondisi psikosis biasanya dialami berkaitan dengan frekuensi penggunaan yang intensif dan kekurangan tidur.

Kondisi psikosis ditandai dengan gejala sebagai berikut: waham kejar dan waham rujukan serta halusinasi (auditorik, visual, taktil, olfaktorik) . Gejala biasanya mereda dalam beberapa minggu , namun dapat menetap pada beberapa orang, terutama mereka yang memiliki kerentanan masalah kejiwaan.

Pengguna metamfetamin yang rentan mengalami psikosis terinduksi metamfetamin adalah:

1. Pengguna rutin metamfetamin: memiliki resiko 11x lebih besar

untuk menderita psikosis terinduksi metamfetamin dan 23% pengguna rutin metamfetamin mengatami gejala psikotik pada tahun-tahun tertentu .

2. Pengguna yang memiliki riwayat atau keluarga dengan

skizofrenia atau depresi: pasien ini biasanya mengalami psikosis yang berkepanjangan 2.8 x lebih besar dari mereka yang tidak memiliki riwayat gangguan jiwa pada keluarga

3. Pengguna metamfetamin dengan aktivitas Catechol-O-melhyl

transferase (COMT) yang rendah

4. Pengguna dengan dopamin transporter yang.hilang.

(17)

i i i i tidak disampaikan dengan cara mengancam

4 dengan agitasi verbal, tapi tanpa

5 ledakan verbal yang ekstrim

Penanganan Pertama

pad a

Pasien Gelisah

Perhatikan keamanan diri pasien, pasien lain dan petugas. Pertimbangkan kondisi lingkungan.

Pendekatan petugas: jangan mengintimidasi

Pertimbangkan pemberian sedasi benzodiazepin peroral, untuk menurunkan resiko peningkatan kejadian

Prinsip pengobatan

Perawatan dan penanganan pasien harus terjamin

keamanannya

Bertujuan untuk mengatasi perasaan pasien yang iritati! Bertujuan untuk mempermudah tidur

Benzodiazepin harus menjadi pilihan pertama

Jika pemberian benzodiazepin gagal , kombinasikan dengan antipsikotik

Antipsikotik digunakan dalam tahap pertama sebagai sedatil Penggunaan antipsikotik tidak dilanjutkan secara otomatis, harus didasarkan pada indikasi yang jelas

(18)

Langkah-Iangkah pengobatan

• Berikan pengobatan oral diawal (protokol perawatan dini) Berdasarkan skor Level Skala Agitasi

- Oosis inisiallorazepam 2 mg (hingga 4 mg) - Oapat diulang dalam waktu 1 jam jika diperlukan • Jika pasien sangat gelisah (LOA > 4) dan menolak

pengobatan oral

- Pertimbangkan pemberian midazolam 5 mg i.m. dapat di ulang dalam 10 menit

• Jika langkah-Iangkah tersebut gagal dengan dua kali dosis pemberian yang tepat

Olanzapin 10 mg per oral atau i.m. jika pasien menolak peroral

Oapat diu lang dalam waktu 1 jam Antipsikotik diberikan jika LOA> 4 • Jika cara diatas gaga I

- Pertimbangkan pemberian midazolam i.m. • Lakukan pembatasan fisik jika cara diatas gagal • Jika menggunakan antipsikotik

Tinjau ulang dalam 3 hari

Oapat dihentikan untuk menghindari penggunaan terus menerus

Setelah Agitasi Teratasi

/6

• Selidiki untuk menyingkirkan penyebab organik

• Evaluasi dan klarifikasi diagnosis

(19)

-• Lakukan penilaian resiko kesehatan, seperti sknning virus yang ditularkan melalui darah dan skrining keadaan umum

• Hubungi fasilitas kesehatan yang sesuai

Penggunaan Antipsikotik Atipikal

Antipsikotik atipikal memiliki afinitas 02 reseptor yang rendah sehingga lebih baik dalam mengobati gejala negatif. Obat ini

memiliki efek samping yang lebih rendah pad a sistem

ekstrapiramidal, namun dapat meningkatkan gejala depresi. Penghambat 02 seperti Aripipazole berhubungan dengan peningkatan penggunaan metamfetamin.

Pengurangan Risiko Pada Gangguan Penggunaan

Metamfetamin

Seringkali pasien belum termotiva si untuk bementi dari penggunaan metamfetaminnya dengan berbagai alasan. Oalam situasi seperti ini, sangat penting memberitahukan kepada pasien dan keluarganya hal-hal sebagai berikut:

• Tetapkan batas penggunaan: tidak menggunakan lebih dan

dua paket dalam satu waktu.

• Siapkan obat tidur yang dapat membantu agar anda dapat

segera beristirahat

• Minum air tawar yang banyak

• Menggunakan pelumas saat melakukan hubungan seks:

metamfetamin kristal mengeringkan cairan tubuh, sehingga

'-' mudah mengalami pertukaan.

(20)

,-• Lakukan hubungan seks yang aman dengan memakai kondom .

• Minumlah vitamin C yang cukup, sebelum dan sesudah

menggunakan metamfetamin. - '

• Makanlah yang cukup dan benar untuk menghindari

kehilangan massa otot yang kronik.

• Lindungi hidung anda : gunakan balsem nasal untuk セ@

menghindari infeksi I inflamasi pada daerah hidung .

• Tidak menyuntikkan metamfetamin karena dapat

mengakibatkan berhentinya detak jantung.

• Jika terpaksa menyuntik, gunakan alat suntik sekali pakai .

(21)

Masalah

Penggnnaan

MDMA

(22)

Masalah Penggunaan MDMA

Lingkup Masalah

3,4, - Metilen-dioksi-met-amfetamin (MDMA) merupakan

salah satu club drug disamping Lysergic acid diethylamide (LSD),

ketamin, metamfetamin , Gama Hidroksibutirat dan ftunitrazepam (NIDA) yang banyak digunakan oleh kaum muda di club, bar,

konser, dan pesta dansa (rave) . Ada banyak nama jalanan untuk

MDMA, antara lain ecstasy, XTC , Inex, Adam, E.

MDMA adalah derivat amfetamin, oleh karena itu MDMA dapat digolongkan sebagai stimulansia. Namun demikian , MDMA juga mempunyai sifat halusinogenik dan merupakan salah satu zat halusinogenik yang paling banyak digunakan (Schuck it, 1994).

Penggolongan MDMA dalam Addiction Severity Index (ASI) adalah

halusinogen .

MDMA disintesis pertama kali di Jerman pada tahun 1912 dan dipatenkan pada tahun 1914, yang semula dimaksudkan untuk menekan selera makan para prajurit Jerman pada perang dunia I

(Schuckit, 1994). MDMA kemudian menjadi designer drug pada

akhir tahun 1980 dan awal tahun 1990, yang komponen zat kimianya kemudian berubah-ubah sesuai dengan pembuatnya. Ekstasi yang dijual belum pasti berisi MDMA saja , melainkan dicampur bahan lain yang lebih murah .

Efek yang ditimbulkan oleh MDMA adalah meningkatnya energi dan kewaspadaan, ra sa gembira yang sangat kuat,

meningkatkan kepuasan seksual (Novoa , et ai, 2005),

meningkatkan keberanian untuk bicara , toleransi , kalem dan keyakinan diri (NIDA, 2013). Efek yang tak diinginkan adalah peningkatan detak jantung dan tekanan darah , gangguan tidur, ketegangan otot, gigi gemeletuk, mual , berkeringat atau rasa dingin , pandangan mata kabur dan perasaan mau pingsan. Dalam dosis

(23)

tinggi MDMA mengganggu kemampuan tubuh dalam mengatur suhu badan . Akibatnya, seseorang dapat mengalami kejang , paranoid, cemas yang hebat, perasaan terasing dan depresi. Efek sam ping ini dapat berlangsung ketika masih menggunakan MDMA

dan dapat pula エ・セ。、 ゥ@ beberapa han atau minggu sesudahnya

(NIDA,2013).

Perhatian khusus perlu diberikan pad a penggunaan ekstasi sebagai stimulan perilaku seks yang dapat meningkatkan kemungkinan perilaku seks yang berisiko. Penggunaan ekstasi yang awalnya lebih banyak digunakan pada klub malam , belakangan ini berubah kepada situasi yang lebih pnvat, disertai penggunaan zat lain seperti heroin dan kokain.

Prinsip Umum Penatalaksanaan Gangguan Penggunaan MDMA

• Sebagaimana penggunaan metamfetamin, pengguna MDMA baru mencan pertolongan medis apabila mengalami gangguan fisik (hipertermia, detak jantung sangat cepat, insomnia) dan/atau komplikasi psikiatrik (gejala psikotik, depresi atau kecemasan yang hebat).

• Pad a umumnya tatalaksana dapat diselenggarakan dengan rawat jalan , kecuali untuk kondisi gawat darurat yang mung kin memerlukan observasi di ruang gawat darurat.

• Aturan penatalaksanaan serupa dengan penatalaksanaan metamfetamin.

• Secara umum pengurangan dampak buruk menjadi strategi paling efektif pada pola penggunaan rekreasional MDMA • Bagi mereka yang telah mengalami ketergantungan, metode

umum yang ditujukan bagi kondisi adiksi napza dapat pula berlaku untuk mengatasi ketergantungan MDMA, seperti pencegahan kambuh, medikasi simtomatik, serta teknik-teknik intervensi psikososiallainnya.

(24)

• Perlu diingat bahwa penyalahgunaan MDMA secara tunggal biasanya amat jarang, sehingga perlu dilakukan asesmen dan pendekatan yang komprehensif

Intoksikasi akut MDMA sama dengan intoksikasi akut stimulan lain , yang ditandai dengan :

Gejala fisik: pusing , tremor, hiperrefieksi, hiperpireksia, mid ria sis, nafas cepat, detak jantung cepat, tekanan darah meningkat.

Gejala psikiatrik: grandiositas , resah, kewaspadaan meningkat, agresif, daya nilai terganggu dan perilaku stereotip.

Dalam keadaan toksik: hipertermia , kejang, rhabdomiolisis,

gagal ginjal akut, hepatotoksik, gangguan koagulasi

intravaskuler, dan konsumsi oksigen miokard meningkat (Weaver, et ai, 1999).

Tatalaksana intoksikasi akut MDMA sama dengan tatalaksana intoksikasi metamfetamin. Lihat

umumnya :

Fase crash (9 Jam-4 hari): disforia yang dapat mengakibatkan

pasien menjadi agitatif, depresi, ketagihan MDMA, kemudian menjadi letih, kelelahan , dan ketagihan sedikit berkurang . Fase putus zat (1-10 minggu): ketagihan berkurang , tidur normal bertambah, depresi atau ansietas, memuncak dengan ketagihan yang sang at.

Fase ekstinsi (tak pasti lamanya): perasaan menjadi normal, tetapi secara episodik dapat muncul rasa ketagihan terutama bila terpapar kondisi tertentu seperti mengonsumsi alkohol. Tatalaksana gejala putus MDMA sama dengan tatalaksana putus metamfetamin. Lihat halaman 10

(25)

Intervensi Psikososial

Prinsip umum intervensi psi koso sial pada gangguan penggunaan MDMA sama dengan intervensi psikososial pad a gangguan penggunaan metamfetamin. Dapat pula dipertimbangkan beberapa teknik yang digunakan dalam intervensi psikososial bagi gangguan

Pengurangan Risiko Gangguan Penggunaa n MDMA

'-' Apabila pasien bersikukuh menggunakan MDMA, beritahukan

kepada yang bersangkutan dan keluarganya hal-hal sebagai berikut:

'-' • Upayakan sedapat mungkin membeli MDMA yang komponen

zat kimianya adalah sungguh-sungguh MDMA, bukan palsu .

(",., • Jangan sampai kekurangan cairan . Penggunaan MDMA

seringkali mengakibatkan dehidrasi karena mengacaukan

'-' regulasi temperatur tubuh dan perasaan haus. Jika anda

berkeringat atau berdansa , minum air tawar sebanyak 1 liter

'-' setiap 2 jam .

• Jangan menggunakan MDMA dicampur zat lain. Hal ini berlaku

'-' umum karena beberapa zat memiliki interaksi silang yang

dapat menurunkan potensi MDMA sehingga anda akan

meningkatkan dosis penggunaan yang justru makin

meningkatkan risiko.

• Gunakanlah dengan akal sehat. Penggunaan yang berlebihan sudah terbukti terkait dengan efek samping berupa insomnia, gangguan pola piker dan depresi . Gunakan hanya sesekali pada kesempatan-kesempatan tertentu saja . Penggunaan yang reguler menjadi pintu gerbang kehancuran anda.

• Perhatikan tanda-tanda pad a tubuh anda. Jangan gunakan MDMA ketika anda merasa tidak sehat atau terlalu lelah.

(26)
(27)

-...

Masalah

Penggunaan

(28)

Masalah Penggunaan Ganja

Lingkup Masalah

Penggunaan ganja di Indonesia terdokumentasi sekitar tahun 60-an, walaupun diyakini bahwa hal ini telah dimulai jauh sebelumnya. Penggunaan ganja pada tahun-tahun terse but dipengaruhi oleh tren serupa di negara maju , khususnya Amerika Senkat, oleh generasi yang dikenal sebagai generasi bunga. Sekalipun tren penggunaan napza berganti-ganti dan waktu ke waktu , penggunaan ganja tidak pernah lekang dimakan zaman , tidak saja di indonesia tetapi juga di berbagai bela han dunia. Data dari Badan Narkotika Nasional (BNN) pada tahun 2011 terdapat 2,2% populasi usia 15-64 tahun yang setidaknya pernah sekali menggunakan ganja.

Banyak pengguna ganja meyakini bahwa ganja tidak menimbulkan ketergantungan , terutama karena mereka merasa tidak mengalami toleransi dan gejala putus zat. Pada umumnya orang yang menggunakan ganja juga menggunakan zat lain . Sayangnya , banyak penelitian yang dilakukan sebelum tahun 2000 lebih teriokus pada jenis zat lain tersebut daripada ganja itu sendiri , sehingga kajian sistematis terhadap masalah penggunaan ganja relatif terbatas (Looby & Ear1eywine pada Cohen dkk, 2009).

Pad a DSM-IV (APA, 1994) frekuens i penggunaan ganja tidak lagi mengindikasikan ketergantungan . Artinya , kita tidak bisa menentukan diagnosa ketergantungan hanya dengan melihat dari frekuensi penggunaannya . Riset menunjukkan bahwa hanya 24% pecandu ganja menggunakan ganja setiap han dan ternyata ada 26% pecandu ganja menggunakannya kurang dan seminggu sekali (Steinberg , et ai, 2005). Penelitian terkini mengkonfirmasi

adanya gejala putus ganja pada mereka yang rutin

menggunakannya . setidaknya terdapat pada 50% hingga 95%

(29)

pengguna ganja . Atas dasar berbagai penelitian ini, Budney (pada Cohen dkk tahun 2009) memasukkan gejala putus ganja pada DSM-V.

Ganja mempunyai beberapa efek, yaitu stimulan, sedatif dan halusinogenik, bergantung pada dosis pemakaiannya.

Akibat Penggunaan Jangka Panjang

• Umum: kelelahan yang kronis dan letargi, mual atau muntah yang kronis, nyeri kepala , iritabel.

• Mulut: warna lidah benubah , uvula bengkak.

• Pernafasan: batuk kering non produktif, hidung mampet, eksaserbasi asma , sering menderita infeksi saluran nafas atas, bronkitis, Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK), kanker paru .

• Saraf: ganguan koordinasi motorik, waktu reaksi bertambah

lama, gangguan padates kecepatan mata (visual tracking ),

gangguan persepsi jarak (depth perception) dan persepsi warna .

• Reproduksi: infertilitas, gangguan menstruasi , kelainan

teratogenik, impotensi, berkurangnya libido dan kepuasan seksual , meningkatkan risiko laki-Iaki menderita kanker testis (Whitten, 2010).

• Psikiatri: ansietas, depresi , penubahan perasaan yang cepat, panik, perubahan kepribadian, percobaan bunuh diri .

• Fungsi kognitif: gangguan daya in gat jangka pendek, demensia , delirium, gangguan berpikir abstrak .

(30)

Prinsip Umum Penatalaksanaan Gangguan

Penggunaan Ganja

• Pengguna ganja pada umumnya tidak memiliki masalah fisik yang bermakna. Penatalaksanaan umumnya dapat dilokuskan pad a konseling adiksi napza dengan berbagai pendekatan, baik

wawancara motivasional , Cognitive Behavior Therapy (CST) dan

lainnya. Sesi konseling dapat diberikan dalam 8-16 kali pertemuan atau lebih , bergantung pada perkembangan pasien dan isu-isu yang dihadapi.

• Sebagian pengguna ganja memiliki keluhan-keluhan seperti perasaan gelisah , susah tidur, tidak nyaman dan gejala pSikologis lainnya , yang biasanya dipicu sebagai akibat putus ganja. Dalam kondisi seperti ini medikasi simtomatik perlu dipertimbangkan untuk diberikan . Kaji derajat keseriusan keluhannya . Sebagian besar pasien dengan gejala putus ganja seperti ini dapat langsung dilakukan intervensi medis dan konseling adiksi secara simultan . Mengingat pasien memiliki riwayat penggunaan atau ketergantungan napza , pilihan medikasi dengan elek toleransi yang tinggi perlu disertai konseling kepatuhan berobat , agar tidak terjadi ketergantungan silang.

• Pad a sebagian kecil pengguna ganja , terdapat gejala psikotik seperti halusinasi atau waham yang biasanya telah ada laktor predisposisi terlebih dahulu dan dicetuskan oleh karena penggunaan ganja. Dalam kondisi seperti itu tunda pemberian intervensi psikososial, utamakan medikasi untuk atasi gejala psikotiknya .

(31)

Tatalaksana pada Intoksikasi Akut

'-' • Gejala intoksikasi akut berupa euforia, rileks, pupil melebar,

konjungtiva merah, mulut dan tenggorokan kering, nafsu makan

' - bertambah , rhinitis, faringitis gangguan fungsi mental, perubahan

persepsi (halusinasi I ilusi), serta gangguan keterampilan motorik

'-' cadel, takikardia sinus, perubahan tekanan darah,

depersonalisasi , ansietas, kebingungan , gangguan daya nilaL

'-' Pad a pengguna pemula sering mengalami panik

• Talk down: ajak bicara pasien dan tenangkan , jelaskan bahwa apa yang dialami bersifat sementara dan akan hi lang dengan sendirinya.

• Bila gejala panik hebat atau gejala kecemasan berat dapat diberikan lorazepam 1-2 mg oral, atau clobazam 5-10 mg oral

' - alau diazepam 2-10 mg oral, 1-3 kali sehari.

• Bila terdapat gejala psikotik seperti halusinasi atau ilusi berikan

... haloperidol 1-2 mg oral atau i.m. dapat diulangi setiap 20-30

menit

'"'

Tatalaksana pada Gejala Putus

• Gejala putus ganja berupa: insomnia, nausea, mialgia, ansietas, resah , iritabel , menggigil , berkeringat, diare, anoreksia, fotofobia , depresi , kebingungan, menguap, tremor, berat badan berkurang dan ketagihan ganja.

• Bila terdapat gejala psikotik: berikan haloperidol 1-2 mg oral atau Lm. ulangi setiap 20-30 menit bila perlu.

(32)

Intervensi Psikososial

• Lakukan asesmen menggunakan formulir asesmen wajib lapor, gali pola penggunaan ganja secara lebih spesifik seperti frekuensi, banyaknya setiap kali pakai, siluasi yang mendahului dan apa yang lerjadi setelah penggunaan.

• l es urin dapat diperlukan, namun bisa juga tidak. Dengan kualitas hubungan terapis-pasien yang baik, pengakuan pasien

(self-report) dapat dipertanggungjawabkan.

• Apabila dilakukan tes urin, perlu diketahui bahwa kadar ganja dalam tubuh seseorang secara umum dapat bertahan 2 hingga 4 minggu , bahkan pada sedikit orang dapat bertahan hingga 2 bulan. Oleh karena itu jangan mengandalkan hasil tes urin semata-mata dalam menegakkan diagnosis karena tidak dapat menggambarkan pola penggunaan secara keseluruhan. • Setelah mendapat gambaran yang lebih akurat tentang pola

penggunaan dan dampak subyektifnya bagi pasien , tanyakanlah apa yang pasien harapkan dari pola penggunaan ganjanya .

lerapkan teknik konseling I wawancara motivasi dalam

bertanya , misalnya : "baiklah, anda ladi katakan bahwa ganja membantu anda untuk lebih berkonsentrasi dalam pekerjaan,

lalu apakah ada keinginan untuk berhenti menggunakannya ?"

• Bila pasien mengatakan dia ingin berhenti, lakukan penilaian seberapa kuat keinginannya untuk berhenti. Penilaian ini dapat dilakukan dengan pertanyaan-pertanyaan terbuka seperti: "Andaikan saya berikan skala 0 hingga 100, pada angka berapa anda yakin ingin berhenti?" Misalkan pasien menjawab "angka 70", elaborasi lebih lanjut: "apa yang membuat anda hanya memberi angka 707 Hal-hal apa yang membuat anda tidak memberikan angka yang lebih besar dari 707"

• Pad a sebagian orang , ganja mungkin saja tidak memberi dampak negatif apapun. Hal ini mungkin betul , misalnya mereka yang menggunakannya hanya sesekali, tetapi dapat juga tidak betul - umumnya karena pengguna mengingkari dampak negatif yang pernah dirasakannya.

(33)

-• Pertemuan-pertemuan awal dapat ditutup dengan suatu kontrak terapi yang didasarkan pada hasil asesmen dan elaborasi terse but di atas.

• Disarankan untuk memberi informasi kepada pasien pada awal pertemuan tentang berapa kali sesi konseling dibutuhkan dan berapa lama setiap sesi akan berlangsung.

Catatan Intervensi Psikososial

pad a

Gangguan

セ@

• Beberapa pendekatan yang terbukti efektif dalam perubahan perilaku adalah: peneegahan kambuh dan kelompok pendukung sosial

• Efektivitas ditunjukkan dengan penurunan frekuensi penggunaan ganja dan minimalisasi masalah terkait penggunaan ganja • Mempertahankan abstinensia (penghentian secara total) hanya

terjadi pada sekitar 15-20 % pasien

• Intervensi apapun yang digunakan, sebanyak sepertiga pengguna ganja yang menjalani intervensi psikososial mengalami peningkatan penggunaan jenis napza lain

• Banyak pengguna ganja berhenti tanpa terapi formal.

Ada 3 hal yang membantu mereka dapat mengatasi situasi ini (Boyd et ai , 2005):

1. Mengubah lingkungan I akses terhadap ganja

2. Meneari dukungan dari kelompok sebaya dan keluarga 3. Meneari pertolongan medis atau kelompok tolong diri

(34)

Pengurangan Risiko Gangguan Penggunaan Ganja

Apabila pasien bersikukuh menggunakan ganja , beritahukan kepada yang bersangkutan dan keluarganya hal-hal sebagai berikut:

1. Tidak melakukan perilaku berisiko yang berhubungan dengan hukum: penggunaan ganja tetap menupakan pelanggaran hukum . Bila pasien menggunakan untuk keperluan rekreasional , selalu ingatkan untuk membelinya dalam jumlah yang kecil hanya untuk keperluan pribadi. Penggunaan di tempat publik akan

meningkatkan ketidaknyamanan orang lain sehingga

meningkatkan risiko untuk berurusan dengan hukum.

2. Tidak mengendarai kendaraan dalam keadaan "fly" atau ...I

intoksikasi karen a akan meningkatkan potensi kecelakaan .

3. Cek lungsi mental anda secara berkala: bila pasien merasakan

adanya perubahan yang bermakna dalam lungsi-Iungsi tersebut hentikanlah penggunaan ganja, setidaknya untuk sementara . Berhenti hingga beberapa minggu dapat mengembalikan lungsi mental pasien.

4. Cek motivasi anda secara berkala: ganja dapat menurunkan motivasi pasien tanpa yang bersangkutan menyadarinya . Penggunaan ganja secara kronis sering kali mengakibatkan penununan motivasi ini , namun pengguna sering kali mengingkari , sehingga banu mencari pertolongan 10 hingga 15 tahun kemudian . Oleh karena itu pasien perlu mengecek motivasinya secara berkala dan jujur kepada dirinya sendiri atas berbagai perubahan yang dirasakan . Anjurkan pasien untuk menimbang ulang penggunaan ganjanya.

5. Perhatikan kesehatan paru-paru anda : ganja dapat

meningkatkan risiko penyakit paru paru , termasuk kanker.

(35)

Referensi

Ali R. WHO Collaborating Centre for the Treatment of Drug and

Alcohol Problems. University of Adelaide. ATS, Benzos and

OST. Presentasi pada Pertemuan Nasional Terapi Rehabilitasi Tahun 2013.

Boyd, SJ. , Tashkin, DP., Huestis, MA. , Heishman, SJ ., Dermand , JC , Simmons, MS, Gorelick, DA. Strategies for quitting

among non-treatment-seeking marijuana smokers. American

Journal of Addic/ion 2005. Jan-Feb; 14(1): 35-42.

Cami J. , Farre, M. 1996. Ecstasy, the drug of the route of bakalao. Medical Clinic (Barcelona). May 11 ; 106(18): 711 -6.

Cohen, L.M ., Collin Jr., FL , Young, A.M ., McChargue, D.E., Leffingwell, T.R.(eds).2009. Pharmacology and Treatment of

Substance Abuse: Evidence- and Outcome-Based

Perspectives, New York: Routledge Taylor & Francis Group.

Daley, D.C. and Mass, H.B. 2002. Dual Disorders: Counseling Clients with Chemical Dependency and Mental Illness. 3'" ed . Center City, Minnesota : Hazelden.

Galanter, M., Kleber, HD . 2008. Substance Abuse Treatment. 4th ed. American Psychiatric Publishing.

Huber, A. , Ling, W., Shoptaw, S. , Gulati , V. , Brethen, P., & Rawson,

R. (1997). Integrating treatments for methamphetamine abuse: A psychosocial perspective. Journal of Addictive Diseases, 16, 41-50

Kepmenkes No 42212010 tentang Penatalaksanaan Medis Gangguan Penggunaan Napza .

(36)

Lawrence F., Nicholas F. Fleming , David H. Roberts, Steven E. Hyman. 1996. Source Book of Substance Abuse and Addiction. Williams & Wilkins

Mooney, L.J , et aI., Health conditions in

methamphetamine-dependent adults 3 years after treatment. Journal of Addiction

Medicine , 2009 . Setp; 3(3): 155-63

Nanin , J.E ., Parsons, J.T., Bimbi , D.S., Grov, C. & Brown, J.T.

Community Reactions To Campaigns Addressing Crystal Methamphetamine Use Among Gay And Bisexual Men In

New York City. Journal of Drug Education. 2006; 36(4) :

297-315

NIDA.hUp:/lwww.drugabuse.gov/publications/drugfacts/mdma-ecstasy-or-molly. Diakses pada 10 Oktober 2013.

Novoa, RA., Ompad , DC., Wu Y., Vlahov D., Galea S. 2005. Ecstasy use and its association with sexual behaviors among

drug users in New York City. Journal of Community

Health.Oc; 30 (5): 331 - 43

Rawson ,

R.

A., Marinelli-Casey, P., Anglin, M. D., Dickow, A.,

Frazier, Y., Gallagher, C. , et al. (2004).A multi-site comparison of psychosocial approaches for the treatment of methamphetamine dependence. Addiction , 99 , 708-717 .

Ray, O. and Ksir, C., 2004 . Drug, Society, and Human Behavior. 10" ed . New York: theMcGraw-Hill Company.

Schuckit, MA 2000. Drug and Alcohol Abuse , A Clinical Guide to

Diagnosis and Treatment. 5" ed. Kluwer Academic I Plenum

Publishers

(37)

Schuckit, MA. MDMA (Ecstasy): An Old Drug with New Tricks. Drug Abuse & Alcoholism Newsletter, XXIII: 2, April 1994

Steinberg , K.L.; Roffman, R.A.; Carroll, K.M.; McRee, B.; Babor, T.F.; Miller, M.; Kadden , R. ; Duresky, D.; and Stephens, R.

2005 . Brief Counseling for Marijuana Dependence: A Manual for Treating Adults. HHS Publication No. (SMA) 12-42 11. Rockville, MD: Center for Substance Abuse Treatment, Substance Abuse and Mental Health Services Administration.

Weaver, MF, Jarvis MA., Schnall, SH . 1999. Role of the primary

care physician in problems of substan ce abuse. Archive

Internal Medicine. May 10: 159 (9): 913-24

Whitten, L. , NIDA Notes, 2010 . Vol. 23, Number 3

Zimmer, L. and Morg an, J.P. 1997. Marijuana Myths, Marijuana Fact: A Review of the Scientific Evidence. New York: the Lindesmith Center.

(38)
(39)
(40)

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Karakteristik Individu Dan Motivasi Ekstrinsik terhadap Kinerja Dokter dalam Kelengkapan Pengisian Rekam Medis Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit PT Perkebunan

Penelitian yang dilakukan oleh Winata (2012) tentang Analisis Usaha Peternakan Tasya Lovebird di Kartasura, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam aspek non

Unit gasifikasi plasma mengubah material yang mengandung karbon seperti limbah padat perkotaan dan bahkan limbah B3 seperti limbah bio dari rumah sakit, menjadi dua jenis

Hasil simulasi dapat dihasilkan nilai parameter kontrol yang dioptimalkan dari perangkat kontrol Superconducting Magnetic Energy Storage (SMES) dan kontroler PI menggunakan Modified

Kerangka konsep penelitian ini adalah untuk memperoleh Strength of product yang dimiliki oleh software dan hardware ERP yang ditentukan oleh komitmen manajemen puncak

Instalasi pengujian meter air rumah tangga perlu dilakukan perbaikan karena  pada saat pengujian ditemukan beberapa kendala seperti kebocoran pada  pipa-pipa yang terhubung

[r]

Sesuai dengan kebijakan tertulis seharusnya hal ini dilaksanakan oleh Puskesmas sesuai dengan fungsinya sebagai pemberi pelayanan kesehatan yang berfungsi social