ALASAN INGGRIS KELUAR DARI KEANGGOTAAN UNI EROPA PADA REFERENDUM 2016
The Reason Great Britain Leave European Union on Referendum 2016 Disusun Untuk Memenuhi Tugas Akhir
Di susun oleh :
Pungky Amalia Sudaryono
20130510322
JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
▸ Baca selengkapnya: alasan keluar osis yang logis
(2)(3)ii
ALASAN INGGRIS KELUAR DARI KEANGGOTAAN UNI EROPA PADA REFERENDUM 2016
The Reason Great Britain Leave European Union on Referendum 2016
SKRIPSI
Disusun Guna Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pada Program Studi Ilmu Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun Oleh:
PUNGKY AMALIA SUDARYONO
20130510322
PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik sarjana baik di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ataupun Perguruan Tinggi lain.
Dalam Skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain kecuali secara tertulis dengan jelas dicantum sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai dengan aturan yang berlaku di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
iv
v
HALAMAN PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur saya panjatkan atas kehadirat
Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi ini yang merupakan salah satu persyaratan harus dipenuhi untuk kemudian mendapat gelar sarjana pada jurusan Ilmu Hubungan Internasional di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dengan judul “Alasan Inggris Keluar dari Uni Eropa pada Referendum 2016”. Selama penyusunan
skripsi ini, banyak sekali pihak yang telah membantu memberikan dukungan, pertolongan, dorongan serta bimbingan hingga terselesaikannya skripsi ini. Oleh karena itu saya selaku penulis dengan penuh ketulusan ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT, Maha Suci Allah yang senantiasa memberikan rahmat, karunia dan hidayah-Nya, yang selalu memberikan kemudahan dan kelancaran dalam berbagai proses, yang tidak pernah berhenti mengajarkan saya untuk menjadi seseorang yang sabar dan ikhlas, serta selalu ada bersama saya dalam situasi apapun.
2. Kedua orang tua saya yang tak henti-hentinya selalu memberi dukungan berupa do’a maupun semangat motivasi. Sehingga saya dapat termotivasi
vi
3. Ibu Dr. Nur Azizah, M.Si. selaku Dosen Pembimbing saya yang telah memberikan arahan, bimbingan serta masukan dalam proses penyusunan skripsi ini
4. Ibu Siti Muslikhati S.IP, M.Si selaku dosen penguji I yang telah memberikan masukan, kritik, dan saran agar skripsi ini lebih baik lagi. 5. Bapak Takdir Ali Mukti, S. Sos, M. Si selaku dosen penguji II yang telah
memberikan masukan, kritik, dan saran agar skripsi ini lebih baik lagi. 6. Dosen-dosen Ilmu Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta yang telah membimbing dengan baik selama masa perkuliahan.
7. Staff Ilmu Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberi arahan, melayani dan memberi informasi dengan sebaik-baiknya dalam proses penyusunan skrispsi ini
8. Untuk kedua kakak saya dan saudara-saudara saya yang telah mendukung dan memberikan motivasi untuk terselesaikannya skripsi ini .
9. Untuk teman-teman yang selalu bersama dari kelas F Ilmu Hubungan Internasional angkatan 2013 terutama joshe squad, mbak langit, ana putri, mutiara, nurinayah, untari, putri adhira. Tak luput juga teman-teman satu angkatan jurusan Ilmu Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
vii
11.Dan juga teruntuk teman seperjuangan dalam mengerjakan skripsi bersamasama, Continues Program Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang bersama-sama telah berjuang dan membantu selama pengerjaan skripsi ini berlangsung.
12.Untuk kekasih saya yang telah memberikan motivasi dan semangat serta menerima keluh kesah selama penyelesaian skripsi dan kuliah S-1 ini. 13.Teruntuk teman-teman BEM FISIPOL 2013 yang telah memberikan
pengalaman terhadap pentingnya organisasi bagi mahasiswa.
14.Teruntuk para ninja ijo KKN kelompok 46 UMY 2016 yang juga telah memberi dukungan agar cepat terselesaikannya skripsi ini
15.Bebagai pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis sampaikan satu per satu. Terimakasih atas bantuan, dukungan yang diberikan yang sangat berarti dalam penyusunan skripsi ini.
Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat banyak kelemahan dan kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran agar skripsi ini akhirnya dapat berguna bagi penulis dan umumnya lagi bagi para pembaca, Amin.
Yogyakarta, 2016
viii MOTTO
“Tidak akan ada sesuatu yang tidak bisa
kecuali mau untuk berusaha”.
ix
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan mengharapkan keridhoan Allah SWT
Saya persembahkan skripsi ini untuk orang-orang yang saya cintai, Kedua orang tuaku, bapak dan Ibu
x
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined.
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iii
HALAMAN PENGANTAR ... v
MOTTO ... viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... ix
DAFTAR ISI ... x BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. A. Latar Belakang Masalah ... Error! Bookmark not defined. B. Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined. C. Kerangka Teori... Error! Bookmark not defined. D. Hipotesis ... Error! Bookmark not defined. E. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. F. Metode Penelitian... Error! Bookmark not defined. G. Jangkauan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. H. Sistematika Penelitian ... Error! Bookmark not defined. BAB II KEBIJAKAN INGGRIS DALAM KEANGGOTAN DI UNI EROPA ... Error! Bookmark not defined.
xi
B. Sejarah Bergabungnya Inggris Ke Uni Eropa ... Error! Bookmark not defined.
C. Kebijakan Inggris Bergabung Dengan Uni Eropa .... Error! Bookmark not defined.
D. Keuntungan Inggris selama Keanggotaan Uni Eropa Error! Bookmark not defined.
BAB III KEBIJAKAN INGGRIS KELUAR DARI UNI EROPA ... Error! Bookmark not defined.
A. Konstitusi Pembuatan Kebijakan Inggris ... Error! Bookmark not defined. B. Prosedur Keluarnya Inggris Dari Keanggotaan Uni Eropa ... Error! Bookmark not defined.
C. Referendum Inggris Tahun 1975 ... Error! Bookmark not defined. D. Referendum Inggris Tahun 2016 ... Error! Bookmark not defined. E. Kebijakan Inggris Pasca Keluar Dari Uni Eropa ... Error! Bookmark not defined.
BAB IV OPINI PUBLIK SEBAGAI PENYEBAB INGGRIS KELUAR DARI UNI EROPA ... Error! Bookmark not defined.
A. Opini Publik Rakyat Inggris terkait Pendanaan ... Error! Bookmark not defined.
xii
x Abstract
The Great Britain can not be detached from the history of its membership of
the European Union, already recorded 43 more years United Kingdom became an
active member in the European Union. In the process of the membership that
emerged partly disappointment group in the United Kingdom who feel the longer
the European Union increasingly tease the independence of the United Kingdom,
with must obedient with all the regulations of the European Union. Therefore, the
country's opinion also appeared to get out of membership of the European Union
and became an independent country. The decision to expel countries United
Kingdom, has invited a lot once the international community and the public on the
country's own United Kingdom that supports or rejects the plan. United Kingdom
referendum will be held on 23 June, and whatever the outcome of the decision
later whether it survives in membership nor decided to exit will bring impact on
all sectors of the economy or politics in the country. And of course, all the
decision of the United Kingdom not only affects the member country of the
European Union, the European Union and the international community.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Inggris Raya atau Britania Raya adalah sebuah negara kesatuan yang
diatur di bawah monarki konstitusional dan sistem parlementer dengan ibu
kota pemerintahannya berada di London. Terdapat empat negara dalam
kedaulatan Britania Raya yang masing-masingnya berdiri sendiri: Inggris, Irlandia
Utara, Skotlandia dan Wales. Inggris Raya adalah salah satu negara
maju dengan ekonomi terbesar keenam di dunia menurut pendapatan domestik
bruto (PDB) nominal dan terbesar kedelapan di dunia menurut keseimbangan
kemampuan berbelanja. Inggris Raya juga merupakan negara industri pertama di
dunia dan menjadi penguasa dunia pada abad ke-19 dan awal abad ke-20.
Berbicara tentang negara berdaulat ini, sangat erat kaitanya dengan organisasi
kawasan Uni Eropa mengingat Inggris memiliki peran dan andil besar terhadap
kemajuan integritas kawasan Uni Eropa.
Inggris merupakan negara industrialisme terbesar dan kuat terbukti dengan
PDB yang tinggi Inggris mampu menjadi negara dengan tingkat ekonomi yang
kuat, Inggris mampu mempengaruhi negara-negara satu kawasannya melalui
setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah federasi Inggris termasuk Uni
Eropa. Inggris juga merupakan dengan sistem demokrasi. Sebagai salah satu
negara demokrasi, Inggris tentu memiliki pola Politik Luar Negeri yang berbeda
nilai-2
nilai demokratis bagi rakyatnya. Oleh karenanya, penulis tertarik untuk
menjadikan negara Inggris sebagai subjek dalam karya tulis ini.
Keputusan Nasional Inggris untuk tidak menandatangani perjanjian “The Maastrict” yang mengharuskan negara-negara yang tergabung dalam Uni Eropa
untuk menggunakan mata uang Euro. Pada tahun 1991 Inggris mengajukan
klausal-klausal yang mengemukakan bahwa Inggris akan terus menggunakan
mata uangnya sendiri yakni Poundsterling, hal ini dilakukan Inggris karena
Inggris memiliki motif politik lain yakni, Inggris menginginkan dirinya sebagai
penyeimbang negara-negara di Eropa, hal ini dilakukan atas dasar pertimbangan
bahwa mata uang Inggris pada dasarnya telah stabil di dunia internasional. Selain
itu, Inggris juga tidak mau menandatangani perjanjian Schengen. Pejanjian
Schengen merupakan perjanjian yang dibuat oleh sejumlah negara Eropa untuk
menghapuskan pengawasan perbatasan di antara mereka. Di dalam perjanjian ini
tercakup berbagai aturan kebijakan bersama untuk izin masuk jangka pendek
(termasuk di dalamnya Visa Schengen) atau zona bebas perbatasan. Inggris juga
tidak termasuk dalam anggota EFTA, perjanjian perdagangan bebas Eropa.
Inggris hanya terikat dalam EEA (European Economic Area) atau kerja sama
pertukaran orang, pelayanan, barang, dan modal dalam pasar internal Uni Eropa.
. Bermula setelah perang dunia kedua, muncul keinginan masyarakat eropa
untuk mengembalikan perekonomian dan menyatukan negara-negara di Eropa
pasca perang di kawasan tersebut, sehingga pada tahun 18 April 1951 tebentuklah “European Coal and Steel Community (ECSC) yang diinisiasi oleh negara Prancis
3
Belanda, Italia dan Belgia. Hingga kemudian pada tanggal 25 Maret 1957 nama
tersebut diubah dengan European Economic Community (EEC) dengan harapan
terciptanya pasar bersama Common Market. Common market adalah tahap
integrasi suatu wilayah atau negara-negara dimana pergerakan barang dagang,
jasa, modal dan penduduk dibebaskan secara bertahap sampai tidak ada lagi
hambatan dan sekarang ini dikenal dengan nama Uni Eropa.
Krisis minyak yang terjadi di tahun 1973 mengakibatkan perlambatan laju
inflasi dan pertumbuhan ekonomi yang rendah di negara Inggris. Seiring dengan
hal tersebut, Inggris kemudian mulai melirik peluang keanggotaan di Uni Eropa.
Di awal pembentukan Uni Eropa, Inggris melihat adanya perbedaan cukup jauh
antara PNB (Produk Nasional Bruto) perkapita negara-negara yang tergabung
dalam Uni Eropa dengan pertumbuhan PNB Inggris yang kemudian
melatarbelakangi Inggris bergabung dengan Uni Eropa. Diharapkan dengan
bergabungya Inggris dengan Uni Eropa dapat memperbaiki atau meningkatkan
keadaan perekonomian Inggris pada saat itu. Inggris kemudian resmi bergabung
dengan Uni Eropa pada tanggal 1 Januari 1973. Dalam proses aksesei Inggris ke
Uni Eropa, Inggris mengalami beberapa kendala dalam proses keanggotaannya di
Uni Eropa.
Selama keanggotaannya dengan Organisasi ini, Inggris adalah salah satu
konstribusi besar terhadap perkembangan Uni Eropa terutama dalam pendanaan di
Uni Eropa. Bergabungnya Inggris dengan Uni Eropa bukan tanpa alasan, Inggris
tentu ingi mendapatkan keuntungan yang besar terkait dengan keanggotaannya di
4
perlindungan dari Uni Eropa terkait segala sektor, menghilangkan hambatan
perdagangan seperti kemudahan ekspor dan bea cukai ke Uni Eropa. Seiring
dengan keuntungan yang didapatkan Inggris sejak menjadi anggota dalam Uni
Eropa menciptakan adanya evaluasi keaggotaan Inggris oleh semua elemen
masyarakat Eropa, sejak keanggotaannya pada Uni Eropa di tahun 1973, beberapa
pihak kurang setuju terkait dengan hal tersebut, sehingga munculah
kelompok-kelompok pro-brexit yang menginginkan Inggris keluar dari keanggotaan Uni
Eropa. Seiring munculnya kelompok tersebut kemudian muncul sebuah gagasan
atau opini dari rakyat untuk menggelar sebuah referendum keanggotaan Inggris
terhadap Uni Eropa. Referendum merupakan suatu proses pemungutan suara
untuk mengambil sebuah keputusan, terutama keputusan politik yang
memengaruhi suatu negara secara keseluruhan, misalnya seperti adopsi
atau amendemen konstitusi atau undang-undang baru, atau perubahan wilayah
suatu negara. Opini yang dibentuk oleh masyarakat kemudian mendorong
parlemen dan pemerintahan turut memberikan konstribusi dan suaranya dalam
referendum yang digelar. Meskipun opini yang terbentuk antara pemerintah dan
rakyat Inggris memiliki pandangan yang berbeda dalam menanggapi keanggotaan
Inggris pada Uni Eropa.
Inggris mengadakan referendum terakhir terkait keanggotaannya dengan
Uni Eropa pada tanggal 23 Juni 2016. Referendum ini adalah referendum kedua,
setelah referendum pertama yang digelar di tahun 1975 Sejak diputuskannya
bergabungnya Inggris ke Uni Eropa yang pada saat itu bernama Masyarakat
5
meninggalkan keanggotaan Uni Eropa dinilai sangat serius dan riskan. Mengingat
Inggris adalah aset kuat dan sangat substansial bagi Uni Eropa. Tanpa adanya
Inggris, Uni Eropa dimata mitra kerja negara-negara superpower akan melemah
begitupun dengan negara-negara berkembang. (Counsel, The Impact On the UK
and the EU, 2015).
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang serta pemaparan permasalahan di atas, maka
untuk mempermudah proses pemecahan masalah dan sebagai panduan dalam
pembahasan selanjutnya, dapatlah ditarik pokok permasalahan seperti berikut ini: “Mengapa Inggris keluar dari Uni Eropa pada Referendum 2016?”
C.Kerangka Teori
Teori digunakan sebagai pedoman dalam menganalisa dan meramalkan
suatu kejadian ataupun fenomena, sebuah teori didukung melalui sekumpulan data
yang tebentuk kemudian menjadi sebuah fakta. Dalam menjawab rumusan masalah dengan kalimat tanya “Mengapa” maka dapat dirtikan harus berteori
secara ontologis. Berteori adalah upaya untuk memberikan makna pada suatu
fenomena yang terjadi. Atau juga bisa dikatakan teori adalah pernyataan yang
menghubungkan konsep-konsep secara logis. (Mas'oed M. , 1990, hal. 30). Untuk menjawab rumusan masalah “Mengapa Inggris Keluar dari Uni Eropa pada Referendum 2016?” maka penulis menguraikan fenomena tersebut melalui
6
Teori Kebijakan Luar Negeri (James T. Shotwell)
Negara merupakan sebuah wilayah institusi yang terbentuk atas
representasi atau koalisi kepentingan individual maupun grup. Negara demokrasi
maupun otoriter memiliki pola Politik Luar Negeri yang berbeda dengan negara
lainnya. Nilai-nilai domestik dan institusi mampu membentuk sebuah kebijakan
Luar Negeri suatu negara. Misalnya, pada negara Otoriter maka negara tersebut
lebih memilih bertindak secara agresif bukan kooperatif, berbanding tebalik
dengan negara demokratis yang justru akan bertindak secara kooperatif. Sebuah
Negara demokrasi adalah negara dengan sistem politiknya meletakan kehendak rakyat
sebagai prioritas utama dalam membuat kebijaksanaan. Inggris sendiri sebagai sebuah negara yang demokratis, memiliki karakteristik kebijakan luar negeri yang
berbeda apabila dibandingkan dengan negara-negara anggota Uni Eropa lain
meski masih dalam satu kawasan. Sehingga, dibutuhkan kerangka pemikiran yang
berbeda dalam menganalisis proses kebijaksanaan yang dikeluarkan oleh sebuah
parlemen di Inggris. Dalam sebuah negara demokratis, rakyat dapat
mempengaruhi dalam setiap proses pengambilan keputusan luar negeri sebuah
negara.
Dalam Hubungan Internasional ada bermacam-macam aliran pemikiran
yang melandasi cara berfikir dalam mengamati atau menganalisa sebuah
fenomena maupun keilmuan dari Hubungan Internasional. Ada berbagai macam
aliran pemikiran dalam ilmu Hubungan Internasional, salah satu pemikiran
tersebut adalah pemikiran idealis. Pemikiran Idealis sangat percaya pada kekuatan
7
moralitas. Prinsip-prinsip pemikiran idealis mampu mengevolusi karakter
manusia. Salah satu cabang teori dari pemikiran Idealis adalah teori yang
diungkap oleh Sothwell terkait dengan Kebijakan Luar Negeri.
James T. Shotwell berasumsi bahwa:
“Although public opinion is often portrayed as naive , but public opinion and its influence of diplomacy was one of the striking aspects of peace making process after World War I.” (Shotwell, 1973)
Dari asumsi Shotwell tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kaum
idealis meyakini bahwa sebuah opini publik merupakan salah satu aspek yang
dapat mempengaruhi diplomasi. Pemikiran kunci dari suatu kenyataan tersebut
adalah bahwa sebuah Kebijakan Luar Negeri juga mampu dipengaruhi oleh publik
opini. Dalam hal ini publik opini diciptakan oleh rakyat.
Bagan 1. 1 Theory James T. Shotwell
Democratic activism change international relations
Sumber: Diktat Perkuliahan Teori Hubungan Internasional 1 oleh Dr. Nur
Azizah, M.Si. PUBLIC
OPINION
DIPLOMACY/ FOREIGN
8
Bagan 1.2 Impikasi Teori James T. Shotwell
Secara etimologi, kata ”Opini” berasal dari bahasa latin “opinary” yang berarti berpikir atau menduga sedangkan “publik” yang juga merujuk pada bahasa latin “publicus” yang mengandung arti “masyarakat luas”. Secara konseptual,
opini merupakan buah pikiran manusia yang sifatnya lebih mendalam daripada
sebuah kesan namun kedudukannya lemah daripada pengetahuan yang positif.
Sedangkan, publik dapat dijelaskan sebagai sekelompok orang yang membentuk
kelompok besar maupun kecil yang menaruh perhatian pada suatu hal yang sama
dan memiliki solidaritas terhadap kelompoknya. Opini publik dapat dijadikan
sebagai sumber informasi bagi pemerintah dalam pembuatan kebijakan yang
merupakan aktualisasi peran politik masyarakat. Dalam hal ini opini publik tidak
selalu rasionalitas, bahkan opini publik mampu mematahkan nilai-nilai
rasionalitas dalam suatu negara. Terlebih lagi negara tersebut menerapkan sebuah
sistem demokrasi.
Terkait dengan opini publik yang terbentuk oleh rakyat, maka erat
kaitannya pula pada sebuah Presepsi. Persepsi merupakan salah satu konsep yang
memainkan peranan penting dalam menentukan perilaku sebuah negara. Dalam OPINI PUBLIK
(RAKYAT INGGRIS)
DIPLOMACY/ FOREIGN POLICY (Inggris memutuskan
9
mengorganisasikan sebuah presepsi maka ada beberapa unsur-unsur pembentuk
presepsi seseorang, unsur-unsur tersebut antara lain values, ideologies dan
attitude (Tingley, 2013). Ketiga unsur terebut turut mendominasi evaluasi
keanggotan Inggris terhadap Uni Eropa. Nilai adalah preferensi terhadap
pernyataan realitas tertentu dibanding realitas lainnya. Nilai-nilai berbicara
mengenai Inggris yang merupakan sebuah negara yang menerapkan sistem
demokrasi, bagaimana rakyat inggris memaknai sebuah Nation atau bangsanya.
Ideologi atau keyakinan merupakan sikap bahwa suatu deskripsi realitas adalah
benar, terbukti, atau telah diketahui. Keyakinan sering didasarkan pada
penerimaan. Ideologi atau keyakinan berbicara terkait dengan Inggris yang
memiliki peradaban yang tinggi, sehingga rakyat Inggris percaya bahwa
negaranya berbeda dengan negara lainnya di kawasan Uni Eropa. Sementara itu,
presepsi memainkan peran dalam menentukan sebuah perilaku atau sikap.
Sehingga, rakyat melakukan tindakan atas dasar apa yang telah mereka ketahui.
Tanggapan seseorang pada suatu situasi tergantung pada bagaimana ia
mendefinisikan situasi itu. Perbedaan dalam perilaku manusia berkaitan dengan perbedaan dalam cara orang memandang “kenyataan”. (Mas'oed M. , 1989, hal.
19). Kenyataan tersebut bahwasikap rakyat Inggris yang cenderung skeptis pada
integrasi Uni Eropa.
Berikut penjelasan terkait dengan unsur-unsur pembentuk sebuah presepsi:
1. Nilai-nilai (Domestic Values)
Negara Inggris merupakan sebuah negara monarkhi berbentuk
10
sangat menjunjung tinggi nilai-nilai primodialisme bangsanya.
Primodialisme adalah sebuah pandangan atau paham yang memegang
teguh hal-hal yang dibawa sejak kecil, baik mengenai tradisi, adat-istiadat,
kepercayaan, maupun segala sesuatu yang ada di dalam lingkungan
pertamanya (Wikipedia, 2016). Keinginan masyarakat Inggris untuk
keluar dari Uni Eropa muncul akibat sentimen primodial dan keresahan
orang-orang telah lama tinggal di Inggris melihat Inggris yang semakin
plural. Inggris merupakan sebuah negara kesatuan, Inggris sangat berbeda
dengan negara-negara Eropa lain. Bangsa Inggris bukanlah bangsa Eropa.
Dan hal ini terkait dengan rakyat inggris memaknai sebuah Nation atau
Bangsa. Inggris tidak menyatu secara politis di dalam Uni Eropa sehingga
entitas Inggris tetap independen dari Uni Eropa, dan terhadap Inggris tidak
diberlakukan perjanjian Schengen. Perbatasan Inggris tetap tanpa
pembatas yang tidak diinginkan oleh Inggris.
Inggris merupakan sebuah negara yang menerapkan sistem
demokrasi dalam negaranya. Dalam sistem pemerintahan demokrasi, pola
politik luar negeri tentunya berbeda dengan negara-negara lain dalam satu
kawasan Uni Eropa. Meskipun pemerintahan baik tokoh-tokoh politik
maupun parlemen benar-benar menyatakan 60% suara memihak kepada
Uni Eropa, akan tetapi dengan adanya sistem demokrasi tersebut suara
pemerintah dapat diabaikan begitu saja, karena pada sistem demokrasi
suara rakyat lah yang berpengaruh dalam sebuah proses kebijakan
11
lebih memilih untuk tetap pada keputusan keluarnya Inggris pada Uni
Eropa.
Selain itu pula National pride terhadap Inggris oleh rakyatnya
semakin melatarbelakangi rakyat Inggris keluar dari Uni Eropa. Terlebih
lagi Inggris merupakan negara pemrakarsa berdirinya organisasi
persemakmuran The Commonwealth of Nation yang merupakan aset atau
investasi terbesar Inggris, organisasi Persemakmuran Inggris sekarang ini
memiliki 53 negara termasuk Inggris sebagai pendiri organisasi tersebut.
Persemakmuran merupakan lanjutan dari Kerajaan Britania Raya (dikenal
dengan Kerajaan Inggris) dan lahir dari hasil Konferensi Kerajaan pada
akhir tahun 1920-an. Setelah negara-negara yang dijajah oleh Kerajaan
Inggris mencapai kemerdekaan,kemudian didirikanlah Persemakmuran ini.
Negara anggota persemakmuran kemudian sangat bergantung kepada
Negara inti (Inggris) dalam bidang ekonomi, politik , militer. Kelemahan
inilah yang kemudian menjadikan keuntungan Inggris sebagai negara
pemrakarsa terbentuknya organisasi ini.
2. Ideologi atau Identitas
Ideologi merupakan pedoman hidup dalam berfikir atau bertindak,
Ideologi negara merupakan mayoritas warga negara tentang nilai-nilai
dasar negara yang ingin diwujudkan dapat melalui Identitas nasional yang
12
sifat suatu bangsa yang membedakan dengan bangsa lainnya. Inggris
merupakan sebuah negara yang spesial dibandingkan dengan negara lain.
Rakyat Inggris memiliki peradaban yang tinggi, sehingga Inggris
menginginkan menjadi salah satu negara superpower kembali seperti pada
masa kejayaannya dalam perang dunia dan menjadi negara yang terdepan
dibandingkan negara-negara Eropa lainnya. Peradaban yang tinggi tersebut
terlihat dari pemakaian bahasa Inggris sebagai bahasa dunia. Hal tersebut
kemudian membentuk suatu rasa kebanggaan tersendiri bagi rakyat
Inggris.
3. Attitude atau Sikap
Sejak keanggotaan Inggris dalam Uni Eropa, sebagian masyarakat
Inggris menyatakan tidak setuju terhadap keputusan Inggris untuk
bergabung dengan Uni Eropa. Kegagalan suara yang terjadi pada
referendum pertama di tahun 1975, kemudian mendorong evaluasi
bersama kembali semua elemen rakyat Inggris dalam merespon
keanggotaan Uni Eropa. Hingga pada akhirnya referendum berhasil digelar
kembali pada tahun 2016, agenda referendum tersebut mengevaluasi
terkait berbagai sektor yang menjadikan rakyat Inggris merasa dirugikan
atas keanggotaan Uni Eropa. Sebuah Referendum harus diselenggarakan
demi kelangsungan kehidupan masyarakat Inggris. Sikap sentimen yang
13
terkait masalah kedaulatan, ekonomi, identitas, imigran dan masalah
lainnya.
Inggris merupakan salah satu kekuatan utama di Uni Eropa
bersamaan dengan Jerman, Prancis, dan Italia dalam hal konstribusi
pendanaan dalam Uni Eropa. Akan tetapi, Inggris bukanlah salah satu
negara penggerak utama Uni Eropa. Inggris lebih bersikap skeptis pada
Uni Eropa, buktinya dengan Inggris baru bergabung dengan Uni Eropa
tahun 1973 dan hal itu merupakan waktu yang terlambat bagi Inggris
untuk bergabung pada Uni Eropa. Sikap Skeptis Inggris jadi penyebab
ingin keluar dari Uni Eropa. Inggris menilai Uni Eropa mengekangnya
dengan berbagai aturan yang tidak menguntungkan Inggris sendiri. Selain
itu, Inggris ingin mengontrol penuh perbatasan dan mengatur orang yang
masuk dan tinggal atau bekerja di Inggris. Hal itu menjadi kontradiksi
sendiri bagi konsep Uni Eropa. (bagas, 2016)
Selain hal tersebut diatas, opini juga datang dari masyarakat
Inggris yang berasal dari kota besar seperti London dan juga
kota-kota kecil di Inggris Raya terkait sikap rakyat dalam menanggapi
kehadiran Foreign Direct Investment (FDI). Dari hampir semua aspek, London menandingi New York sebagai satu-satunya kota global sejati.
Tetapi keputusan Inggris keluar dari Uni Eropa pada referendum 2016 lalu mengartikan bahwa kota itu dapat kehilangan haknya menjual jasa bebas bea di seluruh blok itu, mempertaruhkan posisinya sebagai markas
14
aksesnya ke pasar tunggal dengan 500 juta penduduk, tampak di seluruh
kota London. Beberapa bank, termasuk bank besar global HSBC,
mengatakan mungkin mengalihkan operasinya ke daratan Eropa seperti
kota-kota kecil di negara-negara Uni Eropa. (Ridgwel, 2016)
Sementara itu, kota-kota kecil baik di Inggris Raya maupun di
negara-negara anggota Uni Eropa lainnya menyuarakan untuk Inggris tetap
keluar dari Uni Eropa, alasannya adalah karena investasi dapat beralih
secara langsung dari kota besar ke kota kecil, hal tersebut dapat
meningkatkan PDB kota-kota kecil yang semula tidak ada perubahan
signifikan dan statis.
Para pembuat keputusan dipengaruhi oleh berbagai proses psikologi yang
mempengaruhi persepsi itu, misalnya untuk merasionalisasikan tindakan, untuk
mempertahankan pendapat sendiri, untuk mengurangi kecemasan, dan lain
sebagainya. Ole R. Holsti membuat diagram yang menggambarkan persepsi dan
15
Bagan 1.3 Hubungan antara sistem keyakinan dengan
pembuatan keputusan kebijakan luar negeri
INPUT
INFORMASI
Sumber: The Belief System and National Images-Oleh: Ole R. Holsti
Secara operasional, dalam mengukur suatu variabel dalam hal ini opini
publik rakyat Inggris maka opini publik tersebut dapat diukur melalui indikator:
a. Politik domestik Inggris yakni dukungan dari parlemen melalui House of
Commons
b. Analisa wacana dari berbagai sumber, seperti tokoh politik, majelis rendah
(House of commons), anggota-anggota parlemen dan lain sebagainya.
Implikasi terhadap studi kasus ini adalah opini rakyat mampu
mempegaruhi politik luar negeri di Inggris. Opini rakyat ditunjukkan melalui jejak
pendapat dengan dibuktikan dengan adanya Referendum Pemerintah Inggris.
Dalam menghadapi masalah terkait dengan keberlangsungan keanggotaan Inggris
16
tersebut. Meskipun, rakyat dan pemerintah memiliki pandangan atau presepsi
yang berbeda menanggapi referendum tersebut.
James Wilson negarawan Pennsylvania berasumsi:
“In our governments, the supreme absolute, and uncontrollable power remains in the people. As our constitutions are superior to our legislatures, so the people are superior to our constitution. In giving a definition of what I meant by a democracy. I termed it, that government in which the people retain the supreme power.”
Maksud dari asumsi James Wilson adalah kekuasaan tertinggi berada pada
tangan rakyat, meskipun pemerintahan legislatif lebih unggul didalam sebuah
konstitusi. Konstitusi akan memberikan definisi terkait dengan demokrasi
tersebut. Sementara pendapat lain datang dari Presiden keenam Amerika Serikat
masih terkait dengan demokrasi. Bahwasannya demokrasi adalah“government ‘of the people, by the people, and for the people” (Lincoln). Demokrasi liberal
merupakan istilah dalam menjelaskan sistem politik Barat seperti Amerika
Serikat, Uni Eropa dan negara-negara Barat lainnya termasuk Inggris. Merupakan
sebuah bentuk demokrasi modern, yang cenderung untuk menekankan
perlindungan hak-hak individu daripada hak-hak kolektif (Democracy Glosary).
Sebagai salah satu negara demokrasi, Inggris menempatkan rakyat sebagai salah
satu representasi negara, rakyat memiliki kedudukan yang penting dalam setiap
17
Masalah opini publik dan pengaruhnya dalam pengambilan kebijakan luar
negeri telah menjadi masalah sengketa sejak perang dingin antara realis dan
liberal. Idealisme ditandai dengan peran penting yang dimainkan oleh hukum
internasional dan organisasi internasional dalam sebuah konsepsi pembentukan
kebijakan. Akar dari sebuah pemikiran idealisme adalah Liberal institusionalist,
dalam studi kasus ini aspek Liberal Institusionalis bukan mengenai permasalahan
ekonomi akan tetapi Liberal politik dan sosial, dimana sebuah konsep liberalisasi
adalah Rakyat memiliki kebebasan dalam menentukan pilihan termasuk dalam
menentukan keberlangsungan kehidupan keanggotaan negaranya dengan
Organisasi Uni Eropa. Pemikiran Idealis tentu berbeda dengan pemikiran realis
pada umumnya. Pemikiran realis dalam menjawab rumusan masalah cenderung
akan menjawab dari sebuah kepentingan nasional negara, berbeda dengan hal itu
dalam menjawab rumusan masalah dalam studi kasus ini melalui pemikiran
idealis teori Kebijakan Luar Negeri James T. Shottwell maka jawaban atas
rumusan masalah tersebut adalah merujuk terhadap unsur-unsur pembentuk
sebuah publik opini. Unsur-unsur tersebut antara lain values, ideologies dan
attitude (Tingley, 2013).
Konsep publik opini merupakan salah satu konsep yang sangat kontroversi
terutama dalam ilmu Hubungan Internasional. Merupakan sebuah konsep yang
lahir dari tatanan masyarakat yang modern seperti akhir-akhir ini. Opini publik
tidak selalu rasional, akan tetapi justru memiliki kecenderungan mematahkan
18
Pada negara Inggris, pemimpin dalam demokrasi liberal membuat
keputusan kebijakan luar negeri melalui House of Commons. Sebaliknya hal ini
dilakukan melalui diskusi intra partai dan pilih Komite dengan sedikit masukan
manuver untuk anggota parlemen. Kemampuan dalam memberikan suara atas
isu-isu Nasional misalnya perdebatan dalam bidang hak asasi manusia dan etika
kepentingan umum dinyatakan lebih positif melalui Commons. Kebijakan luar
negeri dalam sebuah negara demokratis keputusan dibuat oleh rakyat dan untuk
rakyat. Wodrow Wilson (Liberal) berasumsi bahwa opini publik mempengaruhi
kebijakan luar negeri, sekalipun pembuat keputusan tersebut mengambil
tindakan-tindakan yang berisiko dan dampaknya pemerintah mau tidak mau harus
menerima keputusan yang dibuat oleh rakyat. Dalam kebanyakan kasus-kasus
opini publik dapat membatasi pembuat keputusan atas berbagai tindakan, dan
akibatnya memilih kebijakan luar negeri yang disukai oleh publik itu sendiri.
Peran masyarakat dalam membentuk sebuah kebijakan terkait
keberlangsungan hidup negaranya dalam sebuah negara demokrasi memang
sangatlah dijunjung tinggi. Perbedaan yang tidak terlalu jauh suara untuk tetap
pada keanggotaan Uni Eropa dan meninggalkan Uni Eropa hanya berbeda sangat
tipis sekali, mengingat pemerintah, parlemen dan rakyat memiliki pandangan
yang berbeda dalam menanggapi keanggotaan Inggris di Uni Eropa. Rakyat
Inggris mendukung sepenuhnya Inggris untuk keluar dari keanggotaan Uni Eropa,
sedangkan pemerintah melalui kampanye yang disuarakan oleh David Cameroon
(Perdana Manteri) mendukung Inggris untuk tetap bergabung dengan Uni Eropa.
19
memilih untuk tetap pada Uni Eropa, sedangkan rakyat berbeda pendapat dengan
pemerintah. Maka secara operasional, mengingat kembali Inggris yang merupakan
sebuah negara demokratis pemerintah tentu memberatkan pendapat rakyat terkait
dengan hal tersebut, sehingga melalui parlemen (pembuat keputusan) maka
Inggris tetap pada keputusan untuk tetap keluar dari Uni Eropa pada referendum
2016.
Keputusan rakyat Inggris bukan tanpa alasan, akan tetapi tentu rakyat
Inggris memiliki beberapa alasan yang mendukung kuat sehingga
diselenggarakannya Referendum Inggris. Alasan tersebut bukan terkait dengan
kepentingan Nasional negara Inggris karena tidak menggunakan pemikiran realis
dalam menganalisa studi kasus ini akan tetapi melalui pemikiran idealis terkait
dengan perasaan (kerugian-kerugian) yang didapatkan rakyat Inggris itu sendiri
yang sudah sejak lama ingin keluar dari Uni Eropa.
D.Hipotesis
Berdasarkan latar belakang serta analisis singkat yang disampaikan di
awal, maka dapat dibuat hipotesis sebagai berikut:
Inggris keluar dari Uni Eropa pada Referendum 2016, dikarenakan
pengaruh publik opini yang dibentuk oleh rakyat Inggris menentukan Politik Luar
Negeri Inggris. Mengingat Inggris sebuah negara yang demokratis, sehingga
memiliki pola Politik Luar Negeri yang berbeda dengan negara lainnya.
20
keanggotaan Uni Eropa karena publik opini yang terbentuk dalam tatanan rakyat
Inggris yang memandang bahwa selama keanggotaan dengan Uni Eropa tidak
memberikan manfaat yang signifikan terkait dalam sektor pendanaan dan Imigran,
sehingga rakyat Inggris tetap berada pada keputusan untuk keluar dari Uni Eropa.
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menguraikan dan menjelaskan alasan Inggris keluar dari Uni Eropa pada
referendum Inggris 2016
2. Untuk memenuhi syarat akhir di dalam menempuh pendidikan jenjang S-1 di
pada jurusan Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik,
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
F. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kualitatif. Pengumpulan data merupakan langkah dalam metode ilmiah.
Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis adalah dengan
mengadakan penilitian kepustakaan terhadap buku, literatur, makalah, jurnal
ilmiah, majalah atau koran, dan laporan tahunan dari yang diterbitkan oleh
instansi atau badan pemerintah yang mengkaji masalah internasional dan sumber
yang dianggap resmi, kemudian dianalisa, bagaimana tiap variabel yang saling
21
G. Jangkauan Penelitian
Membatasi suatu penulisan mempunyai arti yang sangat penting untuk
meminimalisir kecenderungan pembahasan yang tidak seksama dan kemungkinan
terjadinya penyimpangan masalah. Maksud dari adanya ruang lingkup
pembatasan sesuai dengan masalah yang dimaksud, serta untuk mempermudah
penulis dalam mengatasi kesulitan-kesulitan mencari data.
Jangkauan penelitian dalam sebuah penelitian sangat diperlukan untuk
menghindari adanya penyimpangan pembahasan dan pembuktian terhadap
hipotesa dan pokok permasalahan yang telah diajukan. Jangkauan penulisan
dalam skripsi ini agar tidak terlalu luas secara umum. Agar penelitian ini tidak
meluas dari rumusan masalah, maka peneliti membatasi penelitian ini khusus
membahas secara mendetail referendum yang terjadi terakhir pada tanggal 23 Juni
2016.
H.Sistematika Penelitian
Penulisan ini menggunakan sistem penulisan secara deskriptif dengan
membuat sub-sub pokok yang dapat menguraikan permasalahan untuk dapat
menjawab pokok permasalahan diatas.
Pada BAB Pertama berisi mengenai Latar Belakang Masalah, belakang, rumusan
masalah, kerangka pemikiran, hipotesa, jangkauan penelitian, metode penelitian,
tujuan penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab kedua mendiskripsikan terkait dengan Kebijakan Inggris dalam keanggotaan
22
Eropa, Kebijakan Inggris bergabung dengan Uni Eropa serta
keuntungan-keuntungan yang didapatkan Inggris selama keanggotaannya pada Uni Eropa.
BAB Ketiga mendiskripsikan tentang Kebijakan Inggris keluar dari Uni Eropa
meliputi Konstitusi pembuat keputusan dalam negara Inggris, Prosedur keluarnya
Inggris dari keanggotaan Uni Eropa, Referendum Inggris pada tahun 1975 dan
2016 serta kebijakan Inggris pasca keluar dari Uni Eropa di bawah pemerintahan
baru Theresa May.
BAB Keempat, dimaksudkan untuk membuktikan hipotesa, penulis akan
menjelaskan mengenai analisis Opini publik sebagai penyebab Inggris keluar dari
keanggotaan Uni Eropa
BAB Kelima, merupakan bab terakhir yang penulis buat untuk menutup topik ini.
Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dari bab-bab yang sebelumnya serta
23
BAB II
KEBIJAKAN INGGRIS DALAM KEANGGOTAN DI UNI EROPA
Pada bab ini, penulis akan menjelaskan mengenai sejarah panjang Inggris dan Uni Eropa hingga bergabungnya Inggris ke dalam keanggotaan Uni Eropa pada tahun 1973 serta manfaat yang didapat selama Inggris menjadi salah satu anggota Uni Eropa. Inggris resmi bergabung dengan Uni Eropa pada tahun 1973, pada saat itu Inggris melihat keberhasilan yang dicapai oleh Uni Eropa dalam memajukan perekonomian negara-negara anggota Uni Eropa, yang mana pada saat itu anggota Uni Eropa berjumlah enam negara dan keenam negara tersebut adalah pemrakarsa terciptanya ECSC (European Coal and Steel Community)
pada tanggal 18 April 1951 dan tlah berganti nama menjadi Uni Eropa hingga sekarang ini. Enam negara tersebut antara lain Luxemburg, Jerman, Belanda, Italia, Prancis dan Belgia.
24
A.Deskripsi Umum Inggris
Britania Raya dan Irlandia Utara (United Kingdom of Great Britain and Northern Ireland atau United Kingdom atau secara umum dikenal sebagai Britania Raya atau Inggris Raya merupakan sebuah negara berdaulat yang terletak di lepas pantai barat laut benua Eropa. Inggris raya adalah sebuah negara kepulauan yang terdiri dari Pulau Britania Raya, bagian timur laut Pulau Irlandia dan sejumlah pulau-pulau yang lebih kecil. Irlandia Utara adalah satu-satunya bagian dari Britania Raya yang berbagi perbatasan darat dengan negara berdaulat lain, yaitu Republik Irlandia. Selebihnya, perbatasan darat Britania Raya dikelilingi oleh Samudera Atlantik, Laut Utara, Selat Inggris dan Laut Irlandia. (Johnson)
25
Gambar 2.1 Peta The United Kingdom
Gambar 2.2 Irisan negara-negara konstituen dalam satu negara berdaulat United
26
Wilayah geografis Inggris raya tidak sama dengan negara-negara lain di Eropa. Wilayah Inggris raya merupakan wilayah negara kepulauan yang terpisah dengan benua Eropa. Setiap negara memiliki gagasan tertentu dalam peranannya di dunia internasional, sehingga membentuk sebuah identitas negara tersebut. Menilik sejarah di masa lalu Inggris, Inggris memiliki pengaruh yang besar terhadap elit-elit politik di Eropa. Pada abad ke-16 terbentuklah Inggris menjadi kerajaan besar yakni Britania Raya, Inggris kemudian memperluas wilayah kerajaannya hingga Inggris dikenal sebagai negara Imperium terbesar pada saat itu. Akan tetapi, pada abad kekaisaran, Inggris kemudian kembali ke Hongkong China, dikarenakan pada saat itu masa kejayaan imperium Inggris telah berakhir dan negara bekas koloni Inggris tumbuh mandiri. Hingga pada abad ke-20 Inggris membentuk negara persemakmuran. Hingga pada akhirnya, Inggris melihat kesuksesan integrasi yang dilakukan oleh Uni Eropa pada tahun 1970-an, Inggris memutuskan untuk bergabung dalam organisasi kawasan tersebut. Hal ini dinilai negara-negara Eropa lainnya dan menilai tindakan tersebut sebagai langkah positif Inggris dalam meningkatkan komunikasi dengan negara lainnya dan dalam tujuan mengembalikan keadaan perekonomian atau meningkatkan keadaan ekonomi yang sempat menurun pada saat terjadi krisis. (Perisic, 2010)
B. Sejarah Bergabungnya Inggris Ke Uni Eropa
27
“European Coal and Steel Community (ECSC) yang didirikan oleh enam negara pemakrasa, enam negara tersebut diantaranya Belgia, Prancis, Italia, Luxemburg, Belanda dan Jerman melalui penandatanganan perjanjian Treaty of Paris pada April 1951. Hingga pada tanggal 25 Maret 1957 nama tersebut diubah dengan
European Economic Community (EEC) dengan harapan terciptanya pasar bersama
Common Market. Common market (pasar bersama) adalah tahap integrasi suatu wilayah atau negara-negara dimana pergerakan barang dagang, jasa, modal dan penduduk dibebaskan secara bertahap sampai tidak ada lagi hambatan, dan sekarang dikenal dengan nama Uni Eropa. Uni Eropa merupakan organisasi antar-pemerintahan dan supra-nasional yang beranggotakan negara-negara Eropa. Sejak 1 Juli 2013 telah memiliki 28 negara-negara anggota. Perjanjian Maastricht pada 1992 merupakan tonggak awal didirikannya nama Uni Eropa ini.
Keputusan Nasional Inggris untuk tidak menandatangani perjanjian “The
28
dalam perjanjian ini tercakup berbagai aturan kebijakan bersama untuk izin masuk jangka pendek (termasuk di dalamnya Visa Schengen) atau zona bebas perbatasan. Inggris juga tidak termasuk dalam anggota EFTA, perjanjian perdagangan bebas Eropa. Inggris hanya terikat dalam EEA (European Economic Area) atau kerja sama pertukaran orang, pelayanan, barang, dan modal dalam pasar internal Uni Eropa.
Pada saat itu Inggris sedang dilanda krisis minyak yang terjadi pada tahun 1973 yang kemudian membawa laju inflasi dan pertumbuhan ekonomi yang rendah di Inggris, Inggris kemudian melirik kesuksesan peningkatan ekonomi yang terjadi di enam negara pemrakarsa Uni Eropa. Keadaan tersebutlah yang kemudian melatabelakangi Inggris bergabung dengan European Community.
29
Pada tahun 1951 setelah ditandatanganinya Treaty of Paris, Perdana Menteri Belgia Paul Henri Spaak melihat potensi European Coal and Steel Community di masa yang akan datang, kemudian Paul Henri Spaak mengusulkan diciptikannya Common Market, sebagai bentuk integrasi yang lebih besar daripada European Coal and Steel Community. Usulan Spaak menjadi dasar dari perjanjian Roma terkait pembentukan masyarakat ekonomi di Eropa dan ditandatangani pada bulan Maret 1957. (Jones, 2007).
30
Tabel 2.3 Timeline proses integrasi Inggris terhadap Uni Eropa:
Uni Eropa memiliki 28 negara anggota, Prancis merupakan negara inisiator terbentuknya ESCS pada saat itu. Berikut negara-negara yang bergabung dengan Uni Eropa beserta tanggal bergabungnya ke Uni Eropa:
NO. NAMA NEGARA TANGGAL BERGABUNG
31
26 Bulgaria
1 Januari 2007 27 Rumania
28 Kroasia 1 Juli 2013
Referendum melibatkan beberapa negara di Britania Raya untuk memberikan suara dalam referendum tersebut, negara-negara tersebut antara lain Inggris, Skotlandia, Wales dan Irlandia Utara. Skotlandia dan Irlandia Utara Faktanya, pada referendum Inggris, tidak semua negara setuju untuk keluar dari Uni Eropa. Skotlandia dan Irlandia Utara memilih untuk tetap bertahan pada keanggotaan Uni Eropa. Hal ini berkaitan dengan sejarah masa lalu Skotlandia dan Irlandia. (Arungbudoyo, 2016)
32
yang lebih kuat bagi dilakukannya referendum untuk bergabung dengan Republik Irlandia (Siadari, 2016). Sementara itu, Skotlandia melihat bahwa anggota Uni Eropa membawa pengaruh yang moderat bagi kehidupan politik di Inggris Raya (Malau, 2016)
Gambar 2.4 Britain faces historic Choice in UE Referendum
33
datangnya opini yang datang dari berbagai pihak tersebut, maka dikhawatirkan akan menimbulkan perpecahan yang dapat mempengaruhi kondisi politik di Inggris. Terdapat beberapa tokoh seperti David Cameroon dan Jeremy Cortryn keduanya berasal dari partai yang berbeda mengaku mendukung Inggris untuk tetap di Uni Eropa. David Cameroon merupakan perdana menteri yang menjabat pada saat itu (13 Mei 2010 sampai 13 Juli 2016) memberikan inisisiasi atas digelarnya referendum Inggris di tahun 2016 dan menjanjikan untuk lengser dari jabatan beliau sebagai Perdana Menteri apabila keputusan referendum menghasilkan putusan Inggris keluar dari Uni Eropa. Sementara itu, dari kubu pro-Brexit terdapat Boris Johnson (mantan walikota London) dan Nigel Farage dari pemipin partai UKIP yang mendukung Inggris tetap keluar dari keanggotaan Uni Eropa.
34
perdagangan hubungan antara Inggris dan Uni Eropa lainnya memperdalam lebih jauh. Baik Inggris ekspor dan impor harga naik menjadi sekitar 60%. Dengan semakin intens nya kegiatan perdagangan yang dilakukan oleh kelompok bisnis di Uni Eropa, maka kelompok bisnis menolak Inggris untuk keluar dari Uni Eropa. Karena terkait dengan kerugian finansial yang akan mereka dapatkan pasca Inggris keluar dari Uni Eropa dan tidak adanya akses mudah kegiatan perdagangan ke negara-negara Eropa lainnya.
Berbeda dengan hal tersebut, media juga turut memberikan suara atas keanggotaan Inggris pada Uni Eropa. Sebagian besar pers (media) Inggris hampir bulat mendukung Inggris yang tersisa di dalam EEC pada saat tahun digelarnya referendum 1975. Namun, setelah partai Buruh dan Konservatif datang memberikan jejak pendapat yang berbeda dengan hal itu terkait masa depan Inggris untuk Eropa, maka opini pers mulai bergerak ke arah yang berlawanan (Daddo, 2016)
C. Kebijakan Inggris Bergabung Dengan Uni Eropa
35
wewenang institusi) yang ditanamkan Uni Eropa mengikat hukum dalam pertukaran untuk representasi dalam lembaga legislatif dan yudikatif umum. Negara-negara anggota harus setuju dengan suara bulat bagi Uni Eropa untuk mengadopsi kebijakan yang menyangkut pertahanan dan urusan luar negeri. Sebagai negara yang mempunyai sektor industri yang kuat di kawasan Uni Eropa, Inggris mampu mempengaruhi pembentukan kebijakan dalam Uni Eropa. Inggris melakukan beberapa kebijakan yang menjadi pedoman arah kerjasama. Salah satunya adalah an ethical dimension yang menyatakan akan lebih memberikan perhatian pada isu-isu yang berkaitan dengan hak-hak asasi manusia dan juga hubungan dalam transfer persenjataan. Inggris juga memiliki mission statement yang menjelaskan bahwa Inggris akan bekerja untuk mengejar kepentingannya di bidang keamanan, keadilan, dan kemakmuran. Kepentingan itu akan dicapai dengan menggunakan dua prinsip utama, yaitu joined up dan open government (Lun, 2008). Inggris juga memprioritaskan beberapa hal berikut:
1. Keamanan dunia dari terorisme dan serangan senjata yang bersifat mass destruction
2. Mengurangi kejahatan yang ada di Inggris sendiri
3. Menghindari konflik yang ada pada tatanan sistem internasional
4. Menciptakan European Union sebagai tempat yang efektif untuk bersaing 5. Meningkatkan perekonomian Inggris dengan expanding global economy,
36
Memiliki potensi dampak yang sangat tinggi adalah pada sektor perdagangan dan investasi, memiliki dampak politik yang lebih luas di Uni Eropa, baik dengan mengganggu dinamika politik internal dan meninggalkan Uni Eropa dapat mendorong pasukan disintegratif di negara-negara anggota lainnya. Semua negara anggota bagaimanapun akan merasakan dampak tersebut, baik secara politik maupun ekonomi. (Counsel, The Impact On the UK and the EU, 2015) Uni Eropa merupakan mitra dagang terbesar Inggris, sehingga Inggris sangat bergantung pada Uni Eropa.
Gambar 2. 5 Grafik Perdagangan Inggris Dengan Uni Eropa
Menurut 71% dari semua anggota Konfederasi Pengaruh Inggris (CBI),
dan 67% dari usaha kecil dan menengah (UKM), Uni Eropa telah berdampak
positif secara keseluruhan pada bisnis mereka. CBI memperkirakan bahwa
37
Inggris atau £62bn- £78bn per tahun. Pada tahun 2014, Uni Eropayang merupakan
ekonomi terbesar di dunia, menyumbang 44,6% dari seluruh ekspor Inggris
terhadap barang dan jasa dan 53,2% dari impor Inggris dari barang dan
jasa. (Lewis, 2016)
Negara-negara di Eropa dapat mengajukan permohonan untuk bergabung dengan Uni Eropa melalui proses yang panjang. Setiap negara anggota Uni Eropa memiliki Hak veto atas negosiasi dan persyaratan bergabungnya suatu negara ke dalam organisasi kawasan ini. Berikut tiga titik keputusan besar dalam tahapan aksesi Uni Eropa:
1. Dewan Eropa harus menyetujui kondisi kelayakan oleh kebulatan suara. Berikutnya negosiasi antara Komisi dan mengaksesi negara.
2. Dewan mengambil keputusan akhir untuk memungkinkan negara untuk bergabung dengan Uni Eropa dengan suara bulat (Dewan harus terlebih dahulu berkonsultasi komisi dan dengan mayoritas sederhana dari Parlemen Eropa). Dewan dan negara-negara anggota memiliki peran dalam pemungutan suara oleh kebulatan suara untuk membuka dan
menutup untuk sementara setiap “bab” negosiasi sebelum keputusan akhir
38
Proses aksesi ini sangat sulit dan biasanya membutuhkan waktu yang cukup lama, seperti yang dialami oleh Kroasia dan Turki. Negara Eropa dapat mengajukan permohonan untuk bergabung dengan Uni Eropa jika menghormati dan berkomitmen untuk mempromosikan nilai-nilai Uni Eropa, yaitu kebebasan, kesetaraan, demokrasi, penghormatan terhadap hak asasi manusia, martabat dan supremasi hukum. (Government H. , 2016, hal. 17)
D.Keuntungan Inggris selama Keanggotaan Uni Eropa
Inggris merupakan negara terbesar penyumbang dana Uni Eropa terbesar ketiga di Uni Eropa. Sehingga, patut dipertanyakan apa saja yang didapatkan Inggris dari Uni Eropa selama keanggotaan mengingat Inggris tidak sedikit mengeluarkan anggaran negaranya untuk Uni Eropa. Suatu hubungan bilateral diharapkan menciptakan feedback yang saling menguntungkan antar negaraya, meskipun Uni Eropa bukanlah salah satu negara melainkan salah satu organisasi kawasan yang mampu menjamin kebutuhan para anggotanya. Namun, kostribusi jumlah yang besar yang diberikan Inggris tidak serta merta Inggris menjadi prioritas negara yang diuntungkan dibandingkan dengan negara lain. Kondisi Inggris yang diharapkan membaik setelah bergabung dengan Uni Eropa tidak sesuai harapan negara ini.
39
kita akan melihat bahwa kebijakan utama Uni Eropa adalah ekonomi. Namun seiring dengan pembentukan Uni Eropa sebagai satu pemerintahan, maka sekarang ini Uni Eropa telah menjadi kesatuan politis yang tentu saja kebijakannya akan didasari pada kepentingan politik negara-negara anggotanya.
Berikut Kebijakan utama Uni Eropa berlandaskan pada 3 pilar utama, yaitu:
1. Pillar satu adalah Komunitas Eropa
2. Pillar dua adalah Kebijakan Luar Negeri dan Keamanan Bersama 3. Pillar tiga adalah Kerja sama Polisi dan Kehakiman
Ketiga pilar inilah yang menjadi landasan kebijakan utama yang dikeluarkan dan diterapkan secara menyeluruh pada setiap negara anggota. Kebijakan utama memang terlihat sebagai kebijakan yang dirancang untuk internal Uni Eropa. Namun, internalitas kebijakan-kebijakan Uni Eropa tidak terlepas nantinya dengan kebijakan eksternal Uni Eropa sebagai organisasi kerjasama internasional.
Kembali lagi kepada peluang keuntungan yang didapat Inggris selama keanggotaan tersebut diantaranya muncul dari segala sektor baik politik maupun ekonomi, peluang keuntungan tersebut antara lain:
1. Seiring kemunculan pasar tunggal di Uni Eropa, Inggris paling tidak menjamin peduduknya mendapatkan 3,5% juta pekerjaan di kawasan Uni Eropa
40
Lebih dari 300.000 perusahaan Inggris dan 74% dari eksportir Inggris
beroperasi di pasar Uni Eropa lainnya.
3. Terjaminnya negosiasi perdagangan yang dilakukan Inggris terhadap negara-negara di dunia. Di luar anggota Uni Eropa diwajibkan melakukan
re-negosiasi ulang kesepakatan perdagangan dengan negara
lain. Sedangkan Uni Eropa merupakan pasar terbesar di dunia
4. Terjaminnya keamanan masyarakat Inggris untuk tinggal dalam kawasan Uni Eropa, perbaikan kualitas hidup dan kualitas demokrasi di kawasan
tersebut. (1611)
Inggris masuk sebagai anggota resmi European Community pada tanggal 1 Januari 1973 bersama dengan Irlandia dan Denmark. Meskipun memperoleh dukungan mayoritas dari anggota Partai Konservatif, namun tindakan menyebabkan segregasi (pemisahan) di dalam tubuh partai tersebut. Salah satu anggota Partai Konservatif, Enoch Powell secara terbuka menolak ide keanggotaan Inggris dalam European Community. Powell pun menjadi pemimpin bagi sekitar 60 anggota parlemen sayap kanan yang memiliki pandangan serupa. Pada tahun 1971, sebelum pengambilan suara kedua dilakukan, dua anggota kabinet junior dari Partai Konservatif, Teddy Taylor dan Jasper Moore, mengundurkan diri karena tidak setuju dengan kebijakan keanggotaan.
Perdebatan keanggotaan Inggris melahirkan sejumlah kelompok partisan seperti Pro Euro Conservative Party, Keep the Pound dari Partai Konservatif, dan
41
for Sterling, New Europe, dan the New Alliance. Sejumlah kelompok lama seperti
Democracy Movement, European Movement, dan Britain in Europe juga turut ambil bagian dalam perdebatan Economic Monetary Union (EMU). (Forster, 2002, hal. 107)
Bagan 2.6 Perdebatan pro-Uni Eropa dan pro-brexit
ARGUMEN DARI PRO-UNI EROPA PRO-BREXIT
Anggota parlemen, Nicola sturgeon (Scotland first minister), Richard
Kelompok partisan Pro-Euro Conservative Party, Keep the Pound
42
2016, beberapa tokoh menyuarakan pendapatnya terkait dengan keanggotaan Inggris pada Uni Eropa. Suara atau argumen-argumen tersebut sekaligus mewakili dan menguatkan bahwa adanya opini publik yang terbentuk dalam rakyat Inggris. Berikut klasifikasi argumen-argumen dari para pendukung pro Uni Eropa:
1. Argumen pertama datang dari David Cameroon yang mengatakan bahwa
“voting leave would leave Britain a permently poorer country in every sense and reduce its global influence.” Cameroon warns argumen Cameroon dimaksudkan bahwa dengan keluarnya Inggris dari Uni Eropa maka Inggris akan kehilangan kesempatan untuk menjadi negara maju dalam bidang perekonomian, serta Inggris akan kehilangan pengaruh terhadap dunia Internasional. Hal ini tentu mengancam keberlangsungan kehidupan negara tersebut, sehingga David cameroon pada tahun 2015 berani untuk mengampanyekan suara nya untuk tetap pada keanggotaan Uni Eropa, bahkan Cameroon juga berjanji bersedia mundur dari jabatannya sebagai perdana Menteri apabila referendum menghasilkan keputusan untuk meninggalkan Inggris pada pemilu tahun 2015.
2. Selanjutnya, Perdana menteri pertama Skotlandia Nicola Sturgeon
berargumen “voting to leave the European eunion would be a
43
3. Selain para tokoh poltik, salah satu entreprenuer Inggris Richard Branson
mengatakan “Leaving the Eiropean Union not one of the risks i would
want the UK to take-not as an investor, not as father and not as a
grandfather” sebagai salah satu pelaku bisnis dalam negara Inggris, Richard Branson sama sekali tidak menginginkan akan Inggris keluar dari Uni Eropa, hal ini tentu terkait dengan keberlangsungan investasi yang kemudian dapat merugikan para pelaku bisnis di Inggris itu sendiri, mengingat banyak sekali negara ataupun private sector yang sangat tertarik untuk berinvestasi ke negara besar seperti Inggris.
Sementara para pendukung pro-brexit turut menyuarakan argumennya, diantaranya:
1. Nigel Farage seorang pemimpin dari UK Independence party mengatakan
“member of parliement should make Britain’s laws not unelected old men
in Brussels-who we can not vote for or remote” dari argumen beliau menyatakan bahwa anggota parlemen harus membentuk sebuah Undang-undang yang mengikat negaranya, sehingga kedaulatan Inggris tetap berada pada negaranya, bukan tunduk terhadap organisasi supranasional seperti Uni Eropa, karena peraturan-peraturan yang mengikat yang dibentuk oleh dewan Eropa.
2. “We can take back the billions we give to the European Union-get rid of the regulations-forge trade deals and partnerships with nations acrpss the
globe, if britain leaves the european eunion-the conservative minister
44
argumen Michaerl goves, yang dalam argumennya menyimpulkan bahwa setelah Inggris lepas dari hegemoni Uni Eropa, Inggris dapat mendapatkan peluang keuntungan dalam hubungan perdagangan dan penawaran dalam dunia Internasional. Inggris secara bebas diperbolehkan untuk bekerjasama dagang oleh negara manapun tanpa terikat perjanjian dagang Uni Eropa. Kemudian, diharapkan peluang keuntungan yang tercipta akan semakin besar dibandingkan Inggris masih tetap bergabung pada Uni Eropa.
3. “I know what we gives the European union but not what it gives us back”
Bernie Ecclestone (Formula One CEO) says, pelaku bisnis seperti Bernie Ecclestone sekalipun juga tidak mau ketinggalan untuk menyuarakan pendapatnya, beliau juga mengerti seberapa besar konstribusi yang diberikan Inggris terhadap Uni Eropa, akan tetapi menurut beliau Uni Eropa tidak memberikan sesuatu perubahan yang seignifikan terhadap negaranya.
45
BAB III
KEBIJAKAN INGGRIS KELUAR DARI UNI EROPA
Dalam bab II ini, penulis mencoba menjelaskan terkait dengan proses pembuatan kebijakan Inggris dalam sistem pemerintahannya, termasuk bagaimana prosedur keluarnya Inggris dari keanggotaan Uni Eropa dan Kebijakan apa saja yang dirancang pasca Inggris memutuskan untuk keluar dari Uni Eropa.
Sejak awal keanggotaan Inggris terhadap Uni Eropa, Inggris mengalami dua kendala berat dalam proses keanggotaannya, yang pertama adalah aksesi yang terlambat pada tahun 1973 dan untuk tidak menjadi anggota pendiri di tahun 1950 serta hak veto yang dilakukan oleh Jenderal de-Gaulle pada tahun 1960. Pada tahun 1951 setelah ditandatanganinya Treaty of Paris, Perdana Menteri Belgia Paul Henri Spaak melihat potensi European Coal and Steel Community di masa yang akan datang, kemudia Paul Henri Spaak mengusulkan diciptikannya Common Market , sebagai bentuk integrasi yang lebih besar daripada European Coal and Steel Community. Usulan Spaak menjadi dasar dari perjanjian Roma terkait pembentukan masyarakat ekonomi di Eropa dan ditandatangani pada bulan Maret 1957. (Jones, 2007).
46
untuk mengambil sebuah keputusan, terutama keputusan politik yang memengaruhi suatu negara secara keseluruhan, misalnya seperti adopsi atau amendemen konstitusi atau undang-undang baru, atau perubahan wilayah suatu negara.
Dalam sebuah referendum, masyarakat yang memiliki hak pilih dimintai pendapatnya. Hasil referendum bisa dianggap mengikat atau tidak mengikat. Sebuah referendum dianggap mengikat apabila pemerintah harus mengikuti seluruh jawaban rakyat yang ada dalam hasil referendum. Apabila referendum tidak mengikat, berarti referendum itu hanya digunakan sebagai fungsi penasihat. Sebuah hasil referendum merupakan suatu bahan dalam pertimbangan dalam pengambilan keputusan selanjutnya oleh suatu negara
A.Konstitusi Pembuatan Kebijakan Inggris
47
Konstitusi Inggris mempunyai enam karakter, enam karakter tersebut antara lain:
1. Tidak terkodifikasi yakni tidak ada satu dokumenpun di Inggris yang mengandung semua aturan penting yang berkaitan dengan pemerintahan. Untuk menentukan posisi konstitusional dari suatu masalah di Inggris, seseorang harus merujuk kepada lima sumber, lima sumber tersebut yakni: Undang-Undang Parlemen, keputusan pengadilan, hukum yang berlaku yang memiliki prinsip tertentu, hukum dan kebiasaan parlemen dan konvensi konstitusi
2. Luwes yakni semua undang-undang memperoleh perlakuan yang sederajat dan sama mulai dari hukum yang mengatur pergantian kekuasaan, dan lain sebagainya
3. Parlemen merupakan kekuasaan tertinggi di seluruh Inggris Raya, tidak diperbolehkan adanya pemerintah lokal yang mempunyai status yang sederajat dengan parlemen
4. Parlemen adalah Penguasa tertinggi dalam organ kekuasaan
5. Adanya pemisahan kekuasaan, yakni parlemen tidak campur tangan dalam tugas yudikatif dan ekskutif
48
Masalah yang masuk dalam agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi dibicarakan dan dicari pemecahan terbaik. Perumusan kebijakan adalah bagaimana suatu negara mempunyai masing-masing tahap pengusulan rumusan kebijakan dari berbagai macam inisiasi dan penyusunan usulan kebijakan, seperti melalui organisasi perencanaan kebijakan, kelompok kepentingan, birokrasi pemerintahan, presiden, dan juga lembaga legislatif.
Kewajiban ikut serta dalam merumuskan sebuah kebijakan dalam Inggris Raya meliputi Perdana Menteri, Kelompok kepentingan dalam kabinet dan sipil. Perdana Menteri adalah kepala pemerintah Inggris. Mereka bertanggung jawab untuk semua kebijakan dan keputusan. Mereka mengawasi pengoperasian Layanan Sipil dan instansi pemerintah menunjuk anggota pemerintah adalah tokoh pemerintah utama di House of Commons. Kelompok kepentingan terdiri dari anggota pemerintah senior. Setiap minggu selama Parlemen, anggota Kabinet (Sekretaris Negara dari semua departemen dan beberapa menteri lainnya) bertemu untuk membahas isu-isu yang paling penting bagi pemerintah. (Government B. )
B. Prosedur Keluarnya Inggris Dari Keanggotaan Uni Eropa