• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kinerja Ekspor Tekstil Dan Produk Tekstil (Tpt) Indonesia Ke Amerika Latin Periode Tahun 2009 Sampai 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kinerja Ekspor Tekstil Dan Produk Tekstil (Tpt) Indonesia Ke Amerika Latin Periode Tahun 2009 Sampai 2013"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KINERJA EKSPOR TEKSTIL DAN PRODUK

TEKSTIL (TPT) INDONESIA KE AMERIKA LATIN

PERIODE TAHUN 2009 SAMPAI 2013

NAUFAL ANHAR

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kinerja Ekspor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia ke Amerika Latin Periode Tahun 2009 sampai 2013 adalah benar karya saya dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2016

(4)

ABSTRAK

NAUFAL ANHAR. Analisis Kinerja Ekspor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia ke Amerika Latin Periode Tahun 2009 sampai 2013. Dibimbing oleh SRI MULATSIH.

Amerika Latin merupakan pasar yang memiliki potensi cukup besar untuk menjadi tujuan ekspor Indonesia, namun potensi tersebut belum dioptimalkan. TPT adalah salah satu produk ekspor Indonesia ke Amerika Latin yang mengalami pertumbuhan positif selama periode tahun 2009 sampai 2013, sehingga menganalisis produk tersebut merupakan hal yang perlu dilakukan agar dapat memperoleh keuntungan dari potensi pasar Amerika Latin. Penelitian ini bertujuan menganalisis daya saing komparatif, dinamika pasar, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor, dan daya saing kompetitif serta strategi ekspor dari TPT Indonesia. TPT Indonesia memiliki daya saing komparatif (RCA) yang kuat di Amerika Latin. TPT Indonesia berada pada posisi falling star di Brazil, posisi lost opportunity di Uruguay, dan posisi rising star di Argentina, Kolombia, Paraguay, Peru, Panama, serta Venezuela. Hasil analisis gravity menunjukkan bahwa variabel yang signifikan mempengaruhi nilai ekspor TPT Indonesia ke Amerika Latin adalah GDP per kapita negara tujuan, populasi, tarif, dan jarak ekonomi, sedangkan variabel nilai tukar tidak berpengaruh. Daya saing kompetitif TPT Indonesia (porter’s diamond model) kuat, sedangkan strategi utama untuk meningkatkan ekspor TPT adalah pencarian pasar baru bagi industri TPT Indonesia. Kata kunci : daya saing, RCA, EPD, porter’s diamond model, gravity model

ABSTRACT

NAUFAL ANHAR. Performance Analysis of Export of Textile and Textile Products (TPT) Indonesia to Latin America for the Period of 2009 to 2013. Supervised by SRI MULATSIH.

Latin America is a potential market to become Indonesia's export destination, but it is not yet optimized. TPT is one of Indonesia's export products to Latin America that goes a positive growth during the period of 2009 to 2013. Thus the analysis of the TPT export performance is needed to be done in order to having benefit from the potential Latin American market. This study aims to analyze the comparative competitiveness, market dynamics, factors affecting TPT exports and competitiveness on the strategies of Indonesian textile. Indonesian TPT has a strong of comparative competitiveness (RCA) for Latin America. Indonesian TPT is in a position falling stars for Brazil, a position lost opportunity for Uruguay, and positions rising star for Argentina, Colombia, Paraguay, Peru, Panama, and Venezuela. Gravity analysis results show that the variables that significantly affect the value of Indonesian textile exports to Latin America are the GDP per capita of the destination countries, the population, tariffs, and economic distance, while the exchange rate variable has no effect. Competitiveness on Indonesia TPT (porter's diamond model) is strong, while the main strategy for increasing textile exports are finding new markets for the Indonesian textile industry.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ilmu Ekonomi

ANALISIS KINERJA EKSPOR TEKSTIL DAN PRODUK

TEKSTIL (TPT) INDONESIA KE AMERIKA LATIN

PERIODE TAHUN 2009 SAMPAI 2013

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2016

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Skripsi ini berjudul

“Analisis Kinerja Ekspor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia ke Amerika Latin Periode Tahun 2009 sampai 2013” dan merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Sri Mulatsih, M.Sc.Agr selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan motivasi secara teknis maupun teoritis. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Dr. Muhammad Findi Alexandi, S.E, M.Si sebagai penguji utama dan Dr. Eka Puspitawati, S.P, M.Si sebagai penguji dari komisi pendidikan yang telah memberikan saran terkait skripsi ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua yaitu Mamah Rita Agustina, dan Ayah Mahmud.

Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada seluruh dosen dan staf Departemen Ilmu Ekonomi. Keluarga besar Ekonomi Studi Pembangunan angkatan 49, teman-teman yang bersedia berbagi suka dan duka dalam penyusunan skripsi ini kak Rhealin Hening Karatri, Kak Norman Erwindi, Kak Amin Riyadi, Monica Shinta, Monica, Ngurah Krisna Bayu, dan teman-teman satu bimbingan Mia Ayu Wardhani, Mira Marina, dan Fathya Nirmala Hanoum. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Maret 2016

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN x

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 4

Ruang Lingkup Penelitian 4

TINJAUAN PUSTAKA 5

Teori Dasar 5

Penelitian Terdahulu 10

Kerangka Pemikiran 12

Hipotesis 12

METODE PENELITIAN 13

Jenis dan Sumber Data 13

Metode Analisis 13

Definisi Operasional 17

Pengujian Asumsi Model 17

HASIL DAN PEMBAHASAN 19

Gambaran Umum Industri TPT Indonesia 19

Analisis Daya Saing Komparatif dan Dinamika TPT Indonesia 21 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor TPT Indonesia

ke Amerika Latin 22

Analisis Daya Saing Kompetitif dan Strategi Ekspor TPT Indonesia 25

KESIMPULAN DAN SARAN 29

Kesimpulan 29

Saran 29

DAFTAR PUSTAKA 30

LAMPIRAN 32

(10)

DAFTAR TABEL

1. Jenis dan Sumber Data 13

2. Nilai RCA Tekstil dan Produk Tektil Indonesia ke Amerika Latin 21 3. Hasil EPD Produk Tekstil Indonesia ke Amerika Latin 22 4. Hasil Estimasi Gravity Model Ekspor TPT Indonesia

ke Amerika Latin 23

DAFTAR GAMBAR

1. GDP Total Negara Amerika Latin Tahun 2009-2013 1

2. Total Populasi Negara di Benua Amerika 2

3. Total Impor Amerika Latin dari Dunia 2

4. Proses Terjadinya Perdagangan Internasional 5

5. Matriks Posisi Daya Saing 15

6. Porter’s Diamond Model 16

7. Presentase Tenaga Kerja Sektoral Indonesia Tahun 2010 19 8. Tren Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri TPT 20 9. Tren Penyerapan Tenaga Kerja Pada Subsektor Industri

TPT Indonesia 20

DAFTAR LAMPIRAN

1.

Hasil RCA TPT Indonesia ke Amerika Latin

32

2.

Hasil EPD TPT Indonesia ke Amerika Latin

33

3.

Data untuk

Gravity Model

34

4.

Hasil Uji Chow

35

5.

Hasil Uji Hausman

35

6.

Hasil Estimasi FEM

35

7.

Hasil Uji Heteroskedastisitas

36

8.

Hasil Uji Multikoliniearitas

36

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kawasan Amerika Latin merupakan pasar yang sangat potensial dan masih belum dioptimalkan oleh Indonesia sebagai tujuan ekspor nonmigas. Berdasarkan data World Integrated Trade Solution, nilai ekspor total Indonesia ke Amerika Latin pada tahun 2013 menempati posisi keempat diantara negara-negara ASEAN yaitu sebesar US$ 30 milyar. Posisi pertama adalah Singapura dengan nilai ekspor US$ 138 milyar, posisi kedua adalah Thailand dengan nilai ekspor US$ 58 milyar, dan posisi ketiga adalah Malaysia dengan nilai ekspor sebesar US$ 39 milyar. Berdasarkan hal tersebut, terlihat bahwa Indonesia belum memanfaatkan secara optimal pasar di Amerika Latin. Indonesia yang tidak memanfaatkan secara optimal pasar Amerika Latin merupakan sebuah kerugian besar, karena pasar Amerika Latin merupakan pasar yang memiliki potensi besar sebagai tujuan ekspor Indonesia dalam rangka melakukan diversifikasi pasar ekspor.

Sumber : UNCTADSTAT, 2016 (diolah).

Gambar 1 GDP Total Negara di Amerika Latin Tahun 2009 dan 2013

Amerika Latin dikatakan pasar yang cukup potensial karena dua hal yaitu berdasarkan pertumbuhan GDP dan populasi yang relatif besar. Berdasarkan Gambar 1 terlihat bahwa GDP negara-negara di kawasan Amerika Latin mengalami pertumbuhan dari tahun 2009 ke tahun 2013. Sebagai contoh adalah Brazil yang mengalami pertumbuhan GDP sebesar US$ 724.26 milyar selama periode tahun 2009 sampai 2013. Pertumbuhan ini mengindikasikan bahwa terjadi peningkatan dayabeli dari Amerika Latin terhadap produk-produk luar negeri sehingga permintaan produk luar negeri oleh negara tersebut meningkat.

Populasi merupakan hal lain yang menjadi alasan bahwa Amerika Latin merupakan pasar yang potensial. Populasi yang besar menandakan bahwa konsumsi dari negara tersebut tinggi. Konsumsi yang tinggi dapat menjadi indikasi bahwa

0.00 500.00 1000.00 1500.00 2000.00 2500.00

Mily

ar

USD

Negara

(12)

2

impor yang dilakukan negara tersebut besar, sehingga populasi dapat menjadi dasar dalam menentukan pasar yang potensial.

Sumber : UNCTADSTAT, 2016 (diolah).

Gambar 2 Total Populasi Negara di Benua Amerika

Negara-negara di kawasan Amerika Latin memiliki populasi penduduk yang relatif besar. Berdasarkan Gambar 2, terlihat bahwa populasi Amerika Latin (South America) adalah sebesar 447 684 555 jiwa atau sebesar 46 persen dari total populasi negara di Benua Amerika pada tahun 2013. Populasi yang relatif besar ini mengindikasikan bahwa konsumsi negara-negara di kawasan Amerika Latin terhadap produk luar negeri adalah tinggi. Berdasarkan populasi yang besar dan pertumbuhan GDP yang terjadi di Amerika latin, maka pasar Amerika Latin dapat dikatakan pasar yang potensial. Hal ini juga dapat dilihat dari peningkatan impor yang dilakukan oleh negara-negara di kawasan Amerika Latin.

Sumber : WITS, 2016 (diolah)

Gambar 3 Total Impor Amerika Latin dari Dunia

46%

17% 37%

South America Central America North America

3

.6

4

5

.2

1 6

.2

7

6

.4

4

6

.5

7

2 0 0 9 2 0 1 0 2 0 1 1 2 0 1 2 2 0 1 3

MI

L

YA

R

USD

TAHUN

(13)

3 Berdasarkan Gambar 3, terlihat bahwa impor yang dilakukan oleh Amerika Latin selama periode tahun 2009 sampai dengan 2013 mengalami tren pertumbuhan yang positif, meskipun terjadi penurunan impor tahun 2013 dibandingkan tahun sebelumnya. Berdasarkan hal tersebut, Indonesia harus bisa memanfaatkan potensi pasar Amerika Latin secara maksimal sebagai alternatif diversifikasi pasar ekspor. Potensi pasar yang besar dari negara-negara di kawasan Amerika Latin tersebut merupakan peluang bagi Indonesia untuk memperluas dan meningkatkan ekspor. Peluang ini juga ditunjang oleh sarana dan prasarana perdagangan yang cukup memadai, dan free zone di Panama yang menjadi entry point bagi Indonesia untuk memasuki seluruh kawasan Amerika Latin. Keinginan yang kuat dari negara-negara di kawasan Amerika Latin untuk dapat meningkatkan hubungan kerjasama dalam bidang perdagangan dengan Indonesia juga merupakan salah satu faktor penunjang.

Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) merupakan salah satu produk ekspor Indonesia ke Amerika Latin yang mengalami peningkatan selama lima tahun terakhir. Berdasarkan data World Integrated Trade Solution, selama periode tahun 2009 sampai 2013 terjadi peningkatan ekspor TPT Indonesia ke Amerika Latin sebesar US$ 2.78 milyar. Negara-negara yang menjadi tujuan utama ekspor TPT Indonesia di Amerika Latin adalah Brazil, Argentina, Kolombia, Paraguay, Peru, Uruguay, Panama, dan Venezuela. Berdasarkan hal tersebut, TPT harus dijadikan salah satu prioritas utama dalam ekspor ke Amerika Latin. Peningkatan kualitas dan menjaga agar nilai ekspor TPT ke Amerika Latin terus meningkat harus menjadi fokus utama pemerintah.

Perumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan, terlihat bahwa Amerika Latin merupakan pasar yang menjanjikan bagi Indonesia. Salah satu cara yang dapat dilakukan Indonesia untuk memanfaatkan secara maksimal dari peluang pasar tersebut adalah dengan menjaga agar produk ekspor ke negara di kawasan Amerika Latin tersebut tetap memberikan keuntungan yang besar bagi Indonesia. Berdasarkan data World Integrated Trade Solution, TPT merupakan salah satu produk ekspor Indonesia ke Amerika Latin yang mengalami pertumbuhan ekspor positif, sehingga menjaga nilai ekspor TPT Indonesia ke Amerika Latin merupakan hal yang harus dilakukan agar keuntungan maksimum dari potensi pasar Amerika Latin dapat dicapai. Menganalisis dayasaing dan faktor yang memengaruhi ekspor TPT Indonesia ke Amerika Latin merupakan hal yang penting untuk dilakukan agar tujuan tersebut tercapai. Berdasarkan hal tersebut, berikut adalah rumusan masalah dari penelitian ini.

1. Bagaimana gambaran umum industri TPT Indonesia ?

2. Bagaimana dayasaing komparatif dan dinamika TPT Indonesia di Amerika Latin ?

3. Apa saja faktor-faktor yang memengaruhi ekspor TPT Indonesia ke Amerika Latin ?

(14)

4

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dijelaskan, maka tujuan dari penelitian ini adalah seperti di bawah ini.

1. Mengetahui gambaran umum industri TPT Indonesia.

2. Menganalisis dayasaing komparatif dan dinamika TPT Indonesia di Amerika Latin.

3. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi ekspor TPT Indonesia ke Amerika Latin.

4. Menganalisis dayasaing kompetitif dan strategi ekspor TPT Indonesia.

Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini diharapkan memberikan manfaat bagi berbagai pihak, berikut merupakan manfaat dari penelitian ini.

1. Bagi penulis, penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang perdagangan TPT ke Amerika Latin sebagai diversifikasi negara tujuan ekspor.

2. Bagi pihak-pihak lain, penelitian ini dapat menjadi bahan referensi untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan perdagangan.

Ruang Lingkup Penelitian

(15)

5

TINJAUAN PUSTAKA

Teori Dasar Teori Perdagangan Internasional

Perdagangan Internasional merupakan perdagangan yang dilakukan antar negara. Setiap negara yang melakukan perdagangan Internasional bertujuan mencari keuntungan dari perdagangan tersebut, Krugman (2004) mengungkapkan bahwa alasan utama terjadinya perdagangan internasional adalah seperti berikut ini. 1. Negara-negara berdagang karena mereka berbeda satu sama lain.

2. Negara-negara melakukan perdagangan dengan tujuan untuk mencapai skala ekonomi (economic of scale).

Suatu kegiatan perdagangan Internasional terjadi ditandai dengan adanya kegiatan ekspor dan impor atau pertukaran komoditas antar dua negara atau lebih. Kegiatan ini dapat terjadi karena adanya perbedaan permintaan dan penawaran serta adanya perbedaan tingkat harga antar negara-negara tersebut. Secara grafis kegiatan perdagangan internasional dapat dijelaskan melalui Gambar 4.

Sumber : Salvatore, 1997

Gambar 4 Proses Terjadinya Perdagangan Internasional Keterangan :

(16)

6

Panel C = Berperan sebagai negara pengimpor P1 = Harga keseimbangan di pasar negara A P2 = Harga keseimbangan di Pasar Internasional P3 = Harga keseimbangan di Pasar negara C

Gambar 4 memperlihatkan proses terjadinya perdagangan internasional. Ketika harga pada P1, terjadi keseimbangan di negara A yaitu pada titik A (dalam panel A). Pada saat tersebut tidak ada penawaran pada pasar internasional, hal tersebut ditunjukkan dengan kurva penawaran (kurva S) yang berada pada titik A yaitu pada saat X (komoditas) bernilai nol (dalam panel B). Ketika harga berada pada P3, terjadi keseimbangan di negara C yaitu pada titik A (dalam panel C). Pada saat tersebut tidak ada permintaan pada pasar internasional, hal tersebut ditunjukkan dengan kurva permintaan (kurva D) yang berada pada titik A yaitu pada saat X (komoditas) bernilai nol (dalam panel B). Ketika harga pada P3, terjadi excess supply di negara A karena penawaran berada pada titik E dan permintaan berada pada titik B yang menunjukkan komoditas X yang diproduksi lebih besar dari komoditas X yang dikonsumsi (dalam panel A). Hal tersebut mendorong negara A melakukan ekspor. Pada saat yang sama, terjadi excess demand di negara C karena penawaran berada pada titik B dan permintaan berada pada titik E yang menunjukkan bahwa komoditas X yang dikonsumsi lebih besar dari komoditas X yang diproduksi (dalam panel C). Hal tersebut mendorong negara C melakukan impor. Ekspor yang dilakukan negara A dan impor yang dilakukan negara C menyebabkan terjadi perdagangan internasional sehingga terbentuk keseimbangan di pasar internasional pada saat P2 yaitu pada titik E (dalam panel B).

Teori Revealed Comparative Advantage (RCA)

Revealed Comparative Advantage (RCA) merupakan sebuah indeks yang digunakan untuk mengukur keuntungan maupun kerugian relatif komoditas tertentu pada suatu negara yang tercermin pada pola perdagangannya, seperti pangsa pasar ekspor. Metode yang pertama kali diperkenalkan oleh Ballasa pada tahun 1965 ini didasari oleh konsep keunggulan komparatif Ricardian. Berdasarkan metode RCA, perdagangan antarwilayah sebenarnya menunjukkan keunggulan komparatif yang dimiliki oleh suatu wilayah. Variabel yang diukur pada metode ini meliputi kinerja ekspor suatu produk pada wilayah tertentu terhadap total ekspor wilayah tersebut yang kemudian dibandingkan dengan pangsa nilai produk dalam perdagangan dunia. Metode RCA telah mengalami sejumlah revisi dan modifikasi. Namun pada penelitian ini, metode RCA yang digunakan adalah sama dengan RCA originalnya seperti yang pertama kali diperkenalkan oleh Ballasa pada tahun 1965. Keunggulan metode RCA adalah mengurangi campur tangan pemerintah, sehingga keunggulan komparatif suatu produk dari tahun ke tahun dapat terlihat jelas. Hal tersebut menjadi alasan bahwa metode ini sesuai untuk meneliti dayasaing komparatif suatu produk (Basri dan Munandar, 2010).

Porter’s Diamond Model

(17)

7 dapat dikembangkan dengan berbagai usaha, oleh karena itu keunggulan kompetitif tidak menekankan pada kondisi alami suatu komoditas. Menurut Porter (1990), dayasaing dapat diidentifikasikan dengan produktivitas, yakni tingkat output yang dihasilkan untuk setiap input yang digunakan. Adapun faktor-faktor utama yang menentukan dayasaing suatu komoditas adalah: (1) kondisi faktor; (2) kondisi permintaan; (3) industri terkait dan penunjang; (4) strategi, struktur, dan persaingan perusahaan. Terdapat dua hal yang menentukan interaksi antara keempat faktor tersebut, yaitu kesempatan dan kebijakan pemerintah. Secara bersama faktor-faktor tersebut membentuk sistem dalam peningkatan keunggulan dayasaing yang disebut Porter’s Diamond Theory.

Export Product Dynamics

Salah satu indikator yang dapat memberikan gambaran yang baik tentang tingkat dayasaing adalah Export Product Dynamics (EPD). Indikator ini mengukur posisi pasar dari produk suatu negara untuk tujuan pasar tertentu. Ukuran ini mempunyai kemampuan untuk membandingkan kinerja ekspor diantara negara-negara di seluruh dunia. EPD juga menunjukkan dinamis atau tidaknya performa suatu produk. Sebuah matriks EPD terdiri dari dayatarik pasar dan informasi kekuatan bisnis. Dayatarik pasar dihitung berdasarkan pertumbuhan dari permintaan sebuah produk untuk tujuan pasar tertentu, dimana informasi kekuatan bisnis diukur berdasarkan pertumbuhan dari perolehan pasar (market share) sebuah negara pada tujuan pasar tertentu. Kombinasi dari dayatarik pasar dan kekuatan bisnis ini menghasilkan karakter posisi dari produk yang ingin dianalisis ke dalam empat kategori. Keempat kategori itu adalah Rising Star, Falling Star, Lost Opppotunity, dan Retreat (Bappenas, 2009).

Konsep Gravity Model

Gravity Model adalah model yang digunakan untuk menganalisis faktor – faktor ekonomi yang memengaruhi perdagangan antara dua negara. Model yang dibentuk berdasarkan hukum gravitasi Newton ini diaplikasikan untuk menganalisis terjadinya aliran perdagangan antarnegara. Selain aplikasi dalam aliran perdagangan, model ini juga diaplikasikan dalam ilmu sosial lainnya seperti transportasi dan perpindahan penduduk antar kota bahkan benua. Model ini telah sukses secara empiris dalam menjelaskan terjadinya arus perdagangan antar negara, tetapi alasan yang diterima secara teoritis masih diperdebatkan. Menurut model ini, barang ekspor dari negara i ke negara j diterangkan oleh ukuran ekonomi masing-masing negara (GDP), jumlah populasi, dan jarak ekonomi masing-masing-masing-masing negara (Bergstrand, 1985).

Variabel pendukung atau penghambat aliran perdagangan antaranegara pengimpor dengan negara pengekspor adalah adanya GDP, nilai tukar, jarak ekonomi, populasi, dan tarif.

(18)

8

semakin besar pula kemampuan negara tersebut untuk melakukan perdagangan sehingga GDP baik yang dimiliki negara pengekspor maupun pengimpor akan memengaruhi volume perdagangan antara kedua negara.

Menurut Mankiw (2003), nilai tukar adalah tingkat harga yang disepakati penduduk kedua negara untuk saling melakukan perdagangan. Kebijakan perdagangan internasional suatu negara akan dipengaruhi oleh peningkatan maupun penurunan nilai tukar. Nilai tukar dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu nilai tukar nominal dan nilai tukar riil. Nilai tukar nominal merupakan harga relatif mata uang dua negara sedangkan nilai tukar riil merupakan harga relatif dari barang-barang diantara dua negara.

Apresiasi merupakan peristiwa menguatnya nilai tukar mata uang secara otomatis akibat bekerjanya mekanisme pasar sehingga menyebabkan harga produk luar negeri menjadi lebih murah dibanding produk domestik, sedangkan depresiasi merupakan peristiwa melemahnya nilai tukar mata uang secara otomatis akibat bekerjanya mekanisme pasar sehingga menyebabkan harga produk domestik menjadi lebih murah dari harga produk luar negeri.

Jarak adalah faktor geografis yang menjadi variabel utama dalam gravity model untuk analisis aliran perdagangan bilateral. Variabel jarak ini merupakan indikasi dari biaya transportasi yang dihadapi oleh suatu negara dalam melakukan suatu ekspor. Semakin jauh jarak, semakin besar biaya transportasi dan semakin rendah nilai ekspornya. Jika biaya transportasi terlalu mahal maka nilai perdagangan akan menurun bersamaan dengan penurunan keuntungan. Adapun jarak yang digunakan dalam penelitian ini adalah jarak ekonomi.

Jumlah penduduk menjadi salah satu faktor penentu dalam permintaan ekspor. Semakin banyaknya jumlah penduduk suatu negara, maka semakin banyak juga permintaan negara tersebut terhadap suatu barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya (cateris paribus). Kenaikan jumlah penduduk akan menggeser kurva permintaan ke kanan atas dan memperlihatkan bahwa dengan naiknya jumlah penduduk maka jumlah komoditas yang diminta pada setiap tingkat harga akan lebih banyak (Lipsey, 1993).

Tarif merupakan pajak yang dibebankan secara tidak langsung kepada barang-barang perdagangan. Tarif yang dibebankan kepada komoditas-komoditas yang diperdagangkan dapat dibagi menjadi dua jenis tarif, yaitu tarif impor dan tarif ekspor. Dua tarif tersebut dapat dikategorikan menjadi tarif spesifik atau tarif ad valorem dan tarif single-stage atau multi-stage. Tarif spesifik adalah pajak yang dikenakan untuk unit barang impor, sedangkan tarif ad valorem adalah pajak dalam presentase dari nilai barang impor.

Ketika tarif spesifik dikenakan maka harga domestik setelah impor akan memiliki nilai yang dapat dirumuskan seperti di bawah ini.

PD = Pm + ts Dimana

PD = Harga domestik setelah impor yang dikenakan tarif Pm = Harga impor dunia

ts = Tarif spesifik

(19)

9 PD = Pm (1 + ta)

Dimana

PD = Harga domestik setelah impor yang dikenakan tarif Pm = Harga impor dunia

ta = TIngkat pajak

Keuntungan dari penggunaan tarif ad valorem adalah dapat menyesuaikan dengan sendirinya dalam periode inflasi, karena ketika mengenakan tarif pada tingkat yang telah ditentukan maka nilai riil dari tarif tersebut akan tetap.

Teori Model Data Panel

Metode data panel merupakan model ekonometrika yang menggabungkan informasi yang diperoleh dari data time series dan data cross section. Penggunaan data panel ini memiliki dua keuntungan (Firdaus, 2011), diantaranya seperti di berikut ini.

1. Jumlah observasi menjadi lebih besar. Marginal effect dari peubah penjelas dilihat dari dua dimensi (individu dan waktu) sehingga parameter yang diestimasi akan lebih akurat dibandingkan dengan model lain. Secara teknis menurut Hsiao (2004), data panel dapat memberikan data yang informatif, mengurangi kolinearitas antarpeubah serta meningkatkan derajat kebebasan yang artinya meningkatkan efisiensi.

2. Keuntungan yang lebih penting dari penggunaan data panel adalah mengurangi masalah identifikasi. Data panel lebih baik dalam mengidentifikasi dan mengukur efek yang secara sederhana tidak dapat diatasi dalam data cross section saja atau time series saja. Data panel mampu mengontrol heterogenitas individu. Metode estimasi yang dilakukan dapat secara eksplisit memasukkan unsur heterogenitas individu dengan metode ini. Data panel juga lebih baik untuk studi dynamics of adjustment. Hal ini berkaitan dengan observasi pada cross section yang sama secara berulang, sehingga data panel lebih baik dalam mempelajari perubahan dinamis. Pada analisis data panel, terdapat tiga pendekatan yang terdiri dari pendekatan kuadrat terkecil (pooled least square), model efek tetap (fixed effects model), dan model efek acak (random effects model). Pada pendekatan effects model dan random effects model dibedakan berdasarkan ada atau tidaknya korelasi antara komponen error dengan peubah bebas (regressor).

Gujarati (2003) menjabarkan model regresi untuk data panel sebagai berikut : Pooled Least Square

Yit= α0+ α1X1it+ α2X2it+ ... + αpXpit + µit

Fixed Effect

Yit= α0+ α1X1it+ α2X2it+ ... + αpXpit+ α1D1+ α2D2+ ... + αpDp + µit

Random Effect

(20)

10

Nilai i adalah banyaknya kumpulan data cross section dan nilai t adalah banyaknya kumpulan data time series. Pengujian yang dilakukan untuk mengetahui kesesuaian model apakah menggunakan Pooled Least Square atau Fixed Effect melalui pengujian Chow Test atau Likelihood Ratio test dengan hipotesis berikut ini.

H0 = model mengikuti Pool H1 = model mengikuti Fixed Statistik uji F atau Chi-Kuadrat.

Pengujian yang dilakukan untuk mengetahui kesesuaian model apakah menggunakan Fixed Effect atau Random Effect melalui pengujian Hausman test dengan hipotesis seperti di bawah ini.

H0 = model mengikuti Random effect H1 = model mengikuti Fixed effect Statistik uji Hausman.

Penelitian Terdahulu

Eita dan Jordan (2007) dalam jurnal “South Africa Exports of Metal and Articles of Base Metal: A Gravity Approach”, menganalisis sejumlah faktor yang memengaruhi aliran ekspor baja dan barang berbasis baja Afrika Selatan ke 33 negara tujuan ekspor selama periode tahun 1995 sampai 2004. Faktor-faktor yang dianalisis adalah nilai ekspor produk metal Afrika Selatan sebagai variabel dependen, GDP Afrika Selatan, GDP negara pengimpor, populasi Afrika Selatan, populasi negara importir, jarak ekonomi, dummy variable negara-negara benua Afrika, dan dummy variable negara anggota South African Development Community (SADC). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Gravity Model dengan Fixed Effect Model (FEM).

Hasil dari penelitian ini yaitu bahwa GDP Afrika Selatan, GDP negara importir, dan populasi Afrika Selatan signifikan memengaruhi ekspor produk metal Afrika Selatan dan berhubungan positif. Jarak ekonomi dan dummy variable signifikan memengaruhi ekspor produk metal dan berhubungan negatif. Variabel yang tidak signifikan adalah populasi negara importir.

Dilanchiev (2012) dalam jurnal “Empirical Analysis of Georgian Trade Pattern: Gravity Model” menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi ekspor Georgia ke negara tujuan selama periode tahun 2000 sampai 2011. Faktor-faktor yang dianalisis adalah nilai ekspor Georgia sebagai variabel dependen, GDP negara importir, populasi negara importir, nilai tukar riil Georgia dengan negara importir, jarak geografis, dan dummy variable negara anggota EU sebagai variabel independen. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Gravity Model.

Hasil dari penelitian ini yaitu bahwa GDP negara importir, populasi negara importir, dan dummy variable negara anggota EU berpangaruh signifikan dan berhubungan positif. Jarak ekonomi dan nilai tukar berpengaruh signifikan dan berpengaruh negatif.

Chintia (2008) dalam penelitiannya yang berjudul “Faktor-Faktor yang

Memengaruhi Permintaan Ekspor TPT Indonesia ke Uni Eropa” menganalisis

(21)

11 menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi permintaan ekspor TPT Indonesia di Uni Eropa selama periode tahun 1978 sampai 2007. Faktor yang dianalisis dalam penelitian ini adalah volume ekspor TPT Indonesia ke Uni Eropa dengan kode HS 621040 serat, benang, kain, pakaian jadi, produk jadi lainnya, termasuk permadani sebagai variabel dependen, GDP per kapita Uni Eropa, Harga ekspor TPT Indonesia, Harga ekspor TPT India, nilai tukar, dan kuota sebagai variabel dependen. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode regresi linier berganda dengan teknik Ordinary Least Square (OLS).

Hasil dari penelitian ini untuk analisis deskriptif perkembangan ekspor TPT Indonesia ke Uni Eropa adalah adanya kecenderungan ekspor TPT Indonesia ke Uni Eropa mengalami peningkatan dari tahun 1978 sampai 2004. Kecenderungan penurunan permintaan ekspor TPT di Uni Eropa hanya terjadi setelah dihapuskannya kebijakan kuota yaitu setelah tahun 2004. Hasil analisis terkait faktor-faktor yang memengaruhi ekspor TPT Indonesia ke Uni Eropa yaitu GDP per kapita Uni Eropa, dan kuota berpengaruh signifikan serta berhubungan positif. Harga ekspor TPT Indonesia, dan nilai tukar berpengaruh signifikan dan berhubungan negatif. Harga ekspor TPT India tidak berpengaruh signifikan.

Amelia (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Dayasaing Jahe Indonesia di Pasar Internasional” menganalisis terkait dayasaing jahe Indonesia di

pasar internasional, dengan tujuan untuk melihat struktur pasar jahe dunia dan perilaku pasar produsen Indonesia dalam perdagangan Internasional. Metode analisis yang digunakan adalah Porter’s Diamond Model, dan Revealed Comparative Advantage (RCA). Berdasarkan hasil analisis RCA, komoditas jahe Indonesia memiliki dayasaing yang kuat pada tahun 2000 sampai 2004. Mulai tahun 2005, dayasaing Indonesia di empat negara tujuan ekspor utama menjadi rendah dengan nilai RCA kurang dari satu. Hal tersebut dikarenakan adanya penurunan ekspor yang disebabkan oleh penurunan kualitas jahe Indonesia. Berdasarkan analisis Porter’s Diamond Model, komoditas jahe memiliki keunggulan dan kelemahan dari setiap komponen dayasaing. Keunggulan komoditas jahe Indonesia yang dapat meningkatkan dayasaing adalah sumberdaya alam, permintaan luar negeri, industri terkait dan pendukung, peranan pemerintah, peranan kesempatan juga persaingan dan struktur pasar sedangkan komponen sumberdaya modal, sumberdaya manusia, ilmu pengetahuan dan teknologi, sumberdaya, infrastruktur, dan kondisi permintaan domestik menjadi kelemahan.

Tanujaya (2012) menganalisis dayasaing ekspor produk perkebunan terpilih Indonesia di sejumlah negara Amerika Latin. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif, Revealed Comparative Advantage (RCA), dan Export Product Dynamic (EPD), dan regresi data panel. Hasil penelitian menunjukkan komoditas kelapa sawit Indonesia memiliki dayasaing di Argentina, Brazil, dan Meksiko. Komoditas cokelat memiliki dayasaing di Argentina, Brazil, Meksiko, dan Venezuela, meskipun terdapat trend penurunan permintaan cokelat Indonesia di negara yang diteliti. Sementara itu, komoditas karet memiliki dayasaing pada seluruh negara di kawasan Amerika Latin.

(22)

12

Amerika Latin Sebagai Pasar Potensial

Gambaran Umum Industri TPT Indonesia

menggunakan metode RCA, dan Porter’s Diamond Model, analisis dinamika pasar menggunakan EPD, sedangkan untuk analisis faktor-faktor yang memengaruhi ekspor TPT adalah metode Gravity dengan pendekatan data panel.

Kerangka Pemikiran

Hipotesis

Hipotesis penelitian ini berupa dugaan signifikansi dan tanda dari variabel-variabel yang memengaruhi ekspor TPT Indonesia ke sejumlah negara di kawasan Amerika Latin. Berikut adalah hipotesis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini.

1. GDP per kapita negara pengimpor diduga signifikan memengaruhi nilai ekspor TPT dan memiliki hubungan yang positif

2. Populasi negara pengimpor diduga signifikan memengaruhi nilai ekspor TPT dan memiliki hubungan yang positif

3. Nilai tukar riil efektif negara pengimpor diduga signifikan memengaruhi nilai ekspor TPT dan memiliki hubungan yang negatif

4. Tarif impor negara pengimpor diduga signifikan memengaruhi nilai ekspor TPT dan memiliki hubungan yang negatif

5. Jarak ekonomi diduga signifikan memengaruhi nilai ekspor TPT dan memiliki hubungan yang negatif

6. TPT Indonesia diduga memiliki dayasaing yang kuat di Amerika Latin

Ekspor TPT Indonesia Ke Amerika Latin

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ekspor TPT Indonesia Ke Amerika Latin Dayasaing dan dinamika TPT Indonesia

di Amerika Latin

Rekomendasi Kebijakan untuk Meningkatkan kinerja Ekspor Produk Tekstil Indonesia ke Amerika Latin

(23)

13

METODE PENELITIAN

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari United Nations Conferences on Trade and Development, TRADEMAP, World Integrated Trade Solution, dan CEPII selama periode tahun 2009 sampai 2013. Rincian terkait jenis dan sumber data dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Jenis dan Sumber Data

Jenis Data Definisi Satuan Sumber Data

Nilai Ekspor TPT HS 6109

Besar nilai ekspor TPT per tahun

US$ TRADEMAP

GDP per kapita GDP per kapita negara pengimpor Nilai Tukar Nilai Tukar Riil Efektif

negara importir Tarif Impor Tarif Impor negara

importir Jarak Geografis Jarak geografis antara

Indonesia dengan negara tujuan ekspor

Km CEPII

Metode Analisis

Revealed Comparative Advantage (RCA)

(24)

14

X = Nilai ekspor TPT Indonesia ke Amerika Latin (US$)

t

X = Nilai total ekspor Indonesia ke Amerika Latin (US$)

i

W= Nilai ekspor TPT dunia ke Amerika Latin (US$)

t

W= Nilai total ekspor dunia ke Amerika Latin (US$)

Terdapat dua kemungkinan hasil yang dapat diperoleh dalam metode RCA, yaitu seperti di bawah ini.

1. Nilai RCA yang diperoleh bernilai lebih dari satu (RCA>1). Hal tersebut berarti Indonesia memiliki keunggulan komparatif di atas rata-rata dunia sehingga TPT Indonesia memiliki dayasaing yang kuat.

2. Nilai RCA yang diperoleh kurang dari satu (RCA<1), yang berarti bahwa Indonesia memiliki keunggulan komparatif di bawah rata-rata dunia sehingga TPT Indonesia memiliki dayasaing yang lemah.

Export Product Dynamics (EPD)

Pendekatan Export Product Dynamic (EPD) digunakan untuk mengidentifikasi dinamika TPT Indonesia di pasar Amerika Latin. Kedinamisan ini secara spesifik mengidentifikasi tingkat pertumbuhan ekspor TPT Indonesia. Pertumbuhan dari TPT Indonesia secara berkelanjutan dalam jangka panjang menandakan bahwa TPT menjadi sumber penting pendapatan ekspor Indonesia.

(25)

15

Gambar 5 Matriks Posisi Dayasaing

Sumbu X : Pertumbuhan pangsa pasar ekspor TPT Indonesia di Amerika Latin

∑ = 1(

� � � % −

� �− � %)

� − ... (2)

Sumbu Y : Pertumbuhan pangsa produk TPT di Amerika Latin

∑ = 1(

� � � % − �� �− � %)

� − ... (3)

Dimana

Xi = Nilai ekspor TPT Indonesia ke Amerika Latin (US$) Xt = Nilai total ekspor Indonesia ke Amerika Latin (US$) Wi = Nilai ekspor TPT dunia ke Amerika Latin (US$) Wt = Nilai ekspor total dunia ke Amerika Latin (US$) t = Jumlah tahun analisis yang digunakan

Porter’s Diamond Model

Menurut Porter (1990), dayasaing dapat diidentifikasikan dengan produktifitas, yakni tingkat output yang dihasilkan untuk setiap input yang digunakan. Adapun faktor-faktor utama yang menentukan dayasaing suatu komoditas adalah: (1) kondisi faktor; (2) kondisi permintaan; (3) industri terkait dan penunjang; (4) strategi, struktur, dan persaingan perusahaan. Terdapat dua hal yang menentukan interaksi antara keempat faktor tersebut, yaitu kesempatan dan kebijakan pemerintah. Faktor-faktor tersebut secara bersama membentuk sistem dalam peningkatan keunggulan dayasaing yang disebut Porter’s Diamond Theory.

Lost

Opportunity Rising Star

(26)

16

Gambar 6 Porter’s Diamond Model

Hasil analisis faktor utama penentu yang diperoleh selanjutnya ditetapkan faktor yang menjadi keunggulan dan faktor yang menjadi kelemahan bagi dayasaing TPT Indonesia. Faktor yang menjadi keunggulan dalam menentukan dayasaing dilambangkan dengan (+) sedangkan faktor yang menjadi kelemahan disimbolkan dengan (-). Hasil keseluruhan interaksi antar faktor yang saling mendukung sangat menentukan perkembangan yang dapat menjadi competitive advantage produk manufaktur.

Gravity Model

Gravity Model adalah model yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor ekonomi yang memengaruhi perdagangan antara dua negara. Model yang dibentuk berdasarkan hukum gravitasi Newton ini diaplikasikan untuk menganalisis terjadinya aliran perdagangan antar negara. Perumusan model ini didapat dari perumusan umum gravitasi Newton dalam bidang fisika yang

menyatakan bahwa “interaksi antar dua variabel adalah sebanding dengan massanya dan berbanding terbalik dengan jarak antara objek”.

Berdasarkan persamaan tersebut, model gravitasi mengasumsikan bahwa hubungan perdagangan antarnegara sangat terpengaruh oleh jarak antarnegara yang melakukan perdagangan tersebut. Hal ini mengindikasikan bahwa jarak merupakan hal penting dalam menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi hubungan perdagangan antarnegara. Gravity model pada penelitian ini seperti pada persamaan 4.

LnNEit = α0 + α1LnGDPCTit + α2LnPopit + α3LnNTit + α4Tarifit + α5LnJEit + eit ... (4)

Dimana :

NEit = Nilai ekspor TPT Indonesia ke negara i pada tahun t (US$) GDPCTit = GDP per kapita negara tujuan ekspor pada tahun t (US$) Popit = Populasi negara tujuan ekspor pada tahun t (orang) NTit = Nilai tukar riil negara importir pada tahun t (per US$) Tarifit = Tarif impor negara importir (%)

JEit = Jarak ekonomi Indonesia ke negara i pada tahun t (Km)

α0 = Intersep

α1–α5 = Koefisien eit = Error term

(27)

17 Jarak ekonomi diperoleh dengan menggunakan rumus pada persamaan 6.

�� � = �� � � ∑ � � � � � � � � � � � � � … 6

Definisi Operasional

Definisi operasional dari masing-masing variabel dalam penelitian dijelaskan seperti dibawah ini.

1. Nilai ekspor TPT merupakan nilai ekspor TPT Indonesia ke delapan negara Amerika Latin berdasarkan HS 4 digit dengan kode 6109 (kaos, singlet, kaos kutang lainnya, rajutan atau kaitan) dalam periode tahun 2009 sampai 2013. Data nilai ekspor diubah dalam bentuk logaritma natural (ln).

2. Nilai GDP per kapita delapan negara di Amerika Latin dengan satuan US$ dalam periode tahun 2009 sampai 2013. Data GDP per kapita delapan negara Amerika Latin diubah dalam bentuk logaritma natural (ln).

3. Populasi delapan negara di Amerika Latin dengan satuan juta jiwa dalam periode tahun 2009 sampai 2013. Data populasi delapan negara di Amerika Latin diubah dalam bentuk logaritma natural (ln).

4. Nilai tukar riil efektif delapan negara di Amerika Latin terhadap US$ dalam periode tahun 2009 sampai 2013. Data nilai tukar riil delapan negara di Amerika Latin diubah dalam bentuk logaritma natural (ln).

5. Tarif impor negara importir dalam persen (%) selama periode tahun 2009 sampai 2013.

6. Jarak ekonomi antara Indonesia dengan negara tujuan ekspor dengan satuan kilometer. Data jarak ekonomi diubah dalam bentuk logaritma natural (ln).

Pengujian Asumsi Model

Tiga asumsi yang harus diuji dalam model analisis regresi yaitu heteroskedastisitas, multikolinieritas, autokorelasi, dan normalitas.

Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas adalah salah satu penyimpangan pada asumsi klasik statistika. Heteroskedastisitas terjadi jika ragam sisaan tidak konstan. Masalah ini sering terjadi jika ada penggunaan data cross section dalam estimasi model, namun dapat terjadi juga dalam data time series. Salah satu cara mengatasi masalah ini yaitu dengan metode Generalized Least Square (GLS) yang merupakan metode kuadrat terkecil yang terboboti, dimana model ditransformasikan dengan memberikan bobot pada data asli (Juanda 2009).

Uji Multikolinieritas

(28)

18

Uji Autokorelasi

Uji ini dilakukan dengan cara membandingkan Durbin Watson (DW) hasil estimasi dengan DW tabel. Jika nilai DW berada pada area non-autokorelasi mendekati dua maka dapat disimpulkan bahwa model tersebut bebas dari masalah autokorelasi.

Uji Normalitas

(29)

19

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Industri TPT Indonesia

Industri TPT termasuk dalam industri pengolahan dan merupakan salah satu industri perintis serta tulang punggung manufaktur Indonesia. Industri TPT juga termasuk dalam industri yang bersifat padat karya sehingga industri ini dapat menyerap tenaga kerja yang besar. Rata-rata setiap pertumbuhan satu persen, industri TPT akan menyerap sekitar 10 000 tenaga kerja. Data pada Gambar 7 yang bersumber dari Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) menunjukkan bahwa pada tahun 2010 industri pengolahan menyerap 12.8 persen tenaga kerja Indonesia atau sekitar 13 850 594 orang. Data tersebut juga menunjukkan bahwa dari 12.8 persen tersebut, jumlah tenaga kerja yang bekerja pada sektor industri TPT mencapai 10.13 persen atau sekitar 1 403 065 orang. Terjadi penurunan proporsi penyerapan tenaga kerja industri TPT di tahun 2010, pada tahun 2009 proporsi penyerapan tenaga kerja industri TPT terhadap total tenaga kerja industri pengolahan yaitu 10.60 persen.

Sumber : Asosiasi Pertekstilan Indonesia, 2010

Gambar 7 Presentase Tenaga Kerja Sektoral Indonesia Tahun 2010 (orang)

Industri TPT yang merupakan salah satu jenis industri yang bersifat padat karya pada dasarnya membutuhkan tenaga kerja yang cukup besar. Berdasarkan Gambar 8, terlihat bahwa perkembangan jumlah tenaga kerja yang diserap oleh sektor TPT mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Tren penyerapan tenaga kerja yang semakin meningkat pada industri TPT selama periode tahun 2006 sampai dengan 2010 menunjukkan bahwa industri TPT memiliki peran penting dalam menekan angka pengangguran. Tingginya tingkat penyerapan tenaga kerja tersebut menjadi indikasi bahwa industri TPT dapat dijadikan pemerintah sebagai salah satu cara untuk menekan tingginya angka pengangguran yang terjadi di Indonesia (Asmara et al, 2012).

1.60%

0.00% 5.00% 10.00% 15.00% 20.00% 25.00% 30.00% 35.00% 40.00% 45.00%

(30)

20

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)

Gambar 8 Tren Penyerapan Tenaga Kerja pada Industri TPT Periode Tahun 2006 sampai 2010

Penyerapan tenaga kerja pada industri TPT jika dilihat berdasarkan masing-masing subsektor terjadi fluktuasi setiap tahunnya namun tidak signifikan. Berdasarkan Gambar 9, terlihat bahwa subsektor industri TPT yang menyerap tenaga kerja terbesar adalah garment. Subsektor kedua yang menyerap tenaga kerja terbesar Fabric, yang diikuti selanjutnya oleh other textile, yarn, dan fiber. Subsektor garment merupakan subsektor pada industri TPT yang mengalami peningkatan secara signifikan selama periode tahun 2006 sampai dengan 2010.

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)

Gambar 9 Tren Penyerapan Tenaga Kerja pada Subsektor Industri TPT Indonesia Periode Tahun 2006 sampai 2010

1050000 1100000 1150000 1200000 1250000 1300000 1350000 1400000 1450000

2006 2007 2008 2009 2010

0 100000 200000 300000 400000 500000 600000

2006 2007 2008 2009 2010

(31)

21 Analisis Dayasaing Komparatif dan Dinamika TPT Indonesia Dayasaing komparatif TPT Indonesia di Amerika Latin dapat diketahui dengan menggunakan metode RCA. TPT yang di ekspor Indonesia dapat dikategorikan memiliki keunggulan komparatif di atas rata-rata dunia atau memiliki dayasaing kuat jika nilai RCA lebih dari satu, sedangkan nilai RCA yang kurang dari satu menandakan bahwa TPT yang di ekspor Indonesia memiliki keunggulan komparatif di bawah rata-rata dunia atau memiliki dayasaing lemah. Hasil analisis RCA pada Tabel 2 menunjukkan bahwa TPT Indonesia memiliki keunggulan komparatif di atas rata-rata dunia atau memiliki dayasaing komparatif kuat di semua negara tujuan ekspor yang dianalisis. Hal ini dapat dilihat berdasarkan nilai rata-rata RCA yang bernilai lebih dari satu. Nilai rata-rata-rata-rata RCA yang lebih dari satu sudah cukup menggambarkan bahwa dayasaing TPT Indonesia kuat, meskipun pada tahun-tahun tertentu untuk beberapa negara terdapat nilai RCA yang kurang dari satu seperti pada Kolombia, Peru, Uruguay, dan Venezuela. Panama merupakan negara yang memiliki nilai rata-rata RCA tertinggi, namun selama empat tahun terakhir mengalami penurunan nilai RCA. Nilai rata-rata RCA terkecil adalah Kolombia, meskipun Kolombia memiliki nilai rata-rata RCA terkecil tetapi nilai RCA per tahun selama empat tahun terakhir mengalami peningkatan di Kolombia.

(32)

22

Berdasarkan penjelasan posisi pasar tersebut, maka pemerintah harus lebih memfokuskan ekspor TPT Indonesia ke Uruguay karena TPT Indonesia di negara tersebut menempati posisi lost opportunity. Pemerintah yang lebih memfokuskan pada pasar Uruguay diharapkan dapat mengoptimalkan keuntungan dari pasar Uruguay yang dinamis, sehingga kesempatan untuk memperoleh keuntungan dari pasar dinamis tersebut tidak hilang.

Tabel 3 Hasil EPD Produk Tekstil Indonesia ke Amerika Latin Negara Sumbu X Sumbu Y Posisi Pasar

Brazil 0.02 -0.04 Falling Star

Argentina 0.22 0.03 Rising Star

Kolombia 22.28 0.56 Rising Star

Paraguay 0.46 0.43 Rising Star

Peru 0.36 0.26 Rising Star

Uruguay -0.19 0.00 Lost Opportunity

Panama 0.63 0.76 Rising Star

Venezuela 3.78 0.99 Rising Star

Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ekspor TPT Indonesia ke Amerika Latin

Pemilihan Model Terbaik

Analisis faktor-faktor yang memengaruhi ekspor TPT Indonesia ke Amerika Latin menggunakan model data panel. Pemilihan model terbaik untuk penelitian dilakukan dengan berdasarkan hasil uji Chow dan uji Hausman. Berdasarkan hasil uji Chow (Lampiran 4) terlihat bahwa nilai probabilitas lebih kecil dari taraf nyata lima persen, hal ini menandakan bahwa cukup bukti untuk menolak H0 sehingga Fixed Effect Model (FEM) merupakan model terbaik. Berdasarkan hasil uji Hausman (Lampiran 5) terlihat bahwa nilai probabilitas lebih kecil dari taraf nyata lima persen, hal ini menandakan bahwa cukup bukti untuk menolak H0 sehingga model yang terbaik adalah Fixed Effect Model (FEM).

Fixed Effect Model (FEM) merupakan model terbaik sehingga model ini digunakan dalam menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi ekspor TPT Indonesia ke Amerika Latin. Uji kriteria statistik atau uji hipotesis juga dilakukan untuk memperoleh model terbaik. Uji yang dilakukan antara lain uji F dan uji t. Uji F bertujuan untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependennya secara keseluruhan. Uji F dapat dilihat dari besarnya probabilitas F statistics, pada Tabel 4 menunjukkan bahwa nilai probabilitas F statistics adalah sebesar 0.00 lebih kecil dari taraf nyata lima persen, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel independen secara keseluruhan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

(33)

23 signifikan terhadap nilai ekspor TPT Indonesia ke Amerika Latin. Variabel tarif impor dan GDP per kapita negara tujuan signifikan pada taraf nyata sepuluh persen, sedangkan variabel yang signifikan pada taraf nyata lima persen adalah populasi negara tujuan, dan jarak ekonomi.

Tabel 4 Hasil Estimasi Gravity Model Ekspor TPT Indonesia ke Amerika Latin

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

LNGDPCT 2.475209 1.495106 1.655541 0.1094*

LNPOP 37.47880 8.232787 4.552383 0.0001**

LNNT 0.117877 1.253619 0.094030 0.9258

TARIF -0.074362 0.037963 -1.958824 0.0605*

LNJE -2.931301 1.269975 -2.308157 0.0289**

C -614.8362 133.4789 -4.606242 0.0001**

Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables)

Weighted Statistics

R-squared 0.948519 Mean dependent var 26.38074

Adjusted R-squared 0.925639 S.D. dependent var 15.68629

S.E. of regression 0.874412 Sum squared resid 20.64410

F-statistic 41.45564 Durbin-watson stat 2.175138

Prob(F-statistic) 0.000000

Catatan : *) Signifikan pada taraf nyata 10% **) Signifikan pada taraf nyata 5%

Uji asumsi klasik pertama adalah melakukan uji heteroskedastisitas dengan melihat hasil Standardized Residual Graph. Hasil estimasi model menunjukkan bahwa grafik standar residual berfluktuatif secara teratur seperti grafik detak jantung (Lampiran 7), sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas dalam model nilai ekspor TPT Indonesia ke Amerika Latin.

Kedua adalah melakukan uji multikolinearitas dengan melihat matriks korelasi antar variabel (Lampiran 8). Berdasarkan matriks tersebut, terlihat bahwa nilai korelasi parsial antar peubah bebas lebih kecil dari 0.8 (Spearman’s Rho Correlation) sehingga model terbebas dari masalah multikolinearitas. Ketiga adalah melakukan uji normalitas dengan c melihat nilai Jarque-Bera dan nilai probabilitas pada histogram normality test. Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai Jarque Bera lebih besar dari α (0.83 > 0.05) dan nilai probabilitas yang juga lebih besar

dari α (0.66 > 0.05) sehingga dapat disimpulkan bahwa model sudah memiliki error terms yang menyebar dengan normal.

(34)

24

Interpretasi Model

GDP per Kapita Negara Tujuan

Berdasarkan hasil estimasi terlihat bahwa nilai probabilitas dari variabel ini

mendekati taraf nyata 10 persen (0.11 ≈ 0.10) sehingga GDP per kapita negara

tujuan dianggap signifikan memengaruhi nilai ekspor TPT Indonesia ke negara tersebut, sedangkan koefisien dari GDP per kapita negara tujuan bertanda positif yaitu 2.475209 yang berarti kenaikan GDP per kapita negara tujuan sebesar 1 persen akan menyebabkan kenaikan nilai ekspor TPT Indonesia ke negara tersebut sebesar 2.48 persen. Hal ini sudah sesuai dengan hipotesis awal dan serupa dengan penelitian Ningsih (2013) dalam penelitian yang berjudul “Analisis Dayasaing dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan Minyak Atsiri Indonesia di Negara

Tujuan Ekspor”.

Populasi

Hasil estimasi dari variabel populasi negara tujuan ekspor menunjukkan bahwa probabilitas dari variabel ini lebih kecil dari taraf nyata lima persen (0.00 < 0.05) yang berarti bahwa populasi negara tujuan ekspor signifikan memengaruhi nilai ekspor TPT Indonesia ke negara tersebut, sedangkan koefisien dari populasi negara tujuan ekspor memiliki tanda positif yaitu 37.47880 yang berarti bahwa kenaikan populasi negara tujuan ekspor sebesar 1 persen akan menyebabkan kenaikan nilai ekspor TPT Indonesia ke negara tersebut sebesar 37.48 persen. Hal ini sudah sesuai dengan hipotesis awal dan serupa dengan penelitian Dilanchiev (2012) dalam jurnal “Empirical Analysis of Georgian Trade Pattern: Gravity Model”.

Nilai Tukar

Berdasarkan hasil etimasi model terlihat bahwa variabel nilai tukar riil efektif tidak signifikan memengaruhi nilai ekspor TPT Indonesia ke negara tujuan ekspor karena probabilitas dari variabel ini lebih besar dari taraf nyata sepuluh persen (0.9258 > 0.1000). Variabel nilai tukar riil efektif tidak signifikan memengaruhi nilai ekspor dapat disebabkan oleh adanya penetapan nilai tukar oleh eksportir TPT Indonesia. Hal lain yang dapat menjadi penyebab adalah kebutuhan negara tujuan ekspor besar terhadap TPT Indonesia yang dilihat dari peningkatan nilai ekspor TPT Indonesia ke negara tujuan ekspor dari tahun 2009 sampai 2013. Tidak signifikannya variabel nilai tukar serupa dengan penelitian Ningsih (2013) yang

berjudul “Analisis Dayasaing dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan Minyak Atsiri Indonesia”.

Tarif

Berdasarkan hasil estimasi model terlihat bahwa nilai probabilitas dari variabel tarif impor negara tujuan ekspor lebih kecil dari taraf nyata sepuluh persen (0.06 < 0.10), sehingga dapat dikatakan bahwa variabel ini signifikan memengaruhi nilai ekspor TPT Indonesia ke negara tujuan ekspor yang berada di kawasan Amerika Latin. Koefisien dari variabel ini bertanda negatif yaitu -0.074362 yang berarti bahwa ketika terjadi kenaikan tarif impor di negara tujuan ekspor sebesar 1 persen akan menyebabkan penurunan nilai ekspor TPT Indonesia ke negara tersebut sebesar 0.07 persen. Hal ini sudah sesuai dengan hipotesi awal dan serupa dengan

(35)

-25 Faktor yang Memengaruhi Ekspor Spare Parts Indonesia ke kawasan Amerika

Latin”.

Jarak Ekonomi

Hasil estimasi model variabel jarak ekonomi antara Indonesia dengan negara tujuan ekspor menujukkan bahwa nilai probabilitas dari variabel ini lebih kecil dari taraf nyata lima persen (0.03 < 0.05) yang berarti bahwa variabel jarak ekonomi signifikan memengaruhi nilai ekspor TPT Indonesia ke negara tujuan ekspor. Koefisien dari variabel ini bertanda negatif yaitu -2.93 yang berarti bahwa ketika terjadi peningkatan jarak ekonomi antara Indonesia dengan negara tujuan ekspor sebesar 1 persen akan menyebabkan penurunan nilai ekspor TPT Indonesia ke negara tersebut sebesar 2.93 persen. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal dan penelitian yang dilakukan oleh Dilanchiev (2012) dalam jurnal “Empirical Analysis of Georgian Trade Pattern: Gravity Model”.

Analisis Dayasaing Kompetitif dan Strategi Ekspor TPT Indonesia Porter’s Diamond Model juga digunakan dalam penelitian ini untuk menganalisis dayasaing kompetitif dan strategi ekspor dari TPT Indonesia. Berdasarkan konsep ini dayasaing dapat diidentifikasikan dengan produktifitas, yakni tingkat output yang dihasilkan untuk setiap input yang digunakan. Faktor-faktor utama yang menentukan dayasaing suatu komoditas adalah: (1) kondisi faktor; (2) kondisi permintaan; (3) industri terkait dan penunjang; (4) strategi, struktur, dan persaingan perusahaan. Terdapat dua hal yang menentukan interaksi antara keempat faktor tersebut, yaitu kesempatan dan kebijakan pemerintah. Faktor-faktor tersebut secara bersama membentuk sistem dalam peningkatan keunggulan dayasaing yang disebut Porter’s Diamond Theory. Hasil analisis faktor penentu dayasaing TPT Indonesia adalah seperti di bawah ini.

Kondisi Faktor

Kondisi faktor meliputi semua ketersediaan sumber daya input, yaitu seperti sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya modal, sumber daya IPTEK dan sumber daya infrastruktur. Ketersediaan input dalam jumlah sesuai dengan kebutuhan serta semakin tinggi kualitas input, semakin besar pula peluang industri dan negara dalam meningkatkan dayasaing.

Kondisi faktor industri TPT di Indonesia berdasarkan hasil studi literatur adalah seperti berikut ini.

1. Bahan baku tekstil sebagian besar berasal dari impor. Menurut Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah Kementerian Perindustrian Euis Saedah, pada tahun 2014 impor bahan baku tekstil mencapai US$ 5.6 milyar. Hal tersebut menyebabkan industri tekstil dalam negeri sangat rentan dengan gejolak ekonomi dunia (-) (sumber : Tempo).

(36)

26

3. Kebijakan pemberian fasilitas KITE (Kemudahan Impor Tujuan Ekspor) untuk bahan baku (raw material) impor berupa pembebasan bea masuk bagi industri TPT yang berlokasi di kawasan berikat (+) (sumber : Kemenkeu).

4. Tenaga kerja di Indonesia yang relatif murah merupakan salah satu keunggulan bagi industri TPT Indonesia karena dapat menurunkan biaya produksi (+) (sumber : Okezone).

5. Berdasarkan penelitian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) oleh TItik Handayani tahun 2015 tenaga kerja Indonesia kurang berkualitas, dan produktivitas tenaga kerja rendah (-) (sumber : Republika).

Industri Terkait dan Penunjang

Peran industri pendukung dan industri terkait dengan industri TPT Indonesia merupakan salah satu faktor penting dalam menunjang dayasaing TPT. Industri yang terkait dengan industri TPT berdasarkan hasil studi literatur adalah seperti berikut ini.

1. Industri TPT yang memiliki tingkat integrasi vertikal yang cukup tinggi tidak didukung dengan ketersediaan sektor hulu yaitu kapas. Hal tersebut menyebabkan industri TPT sangat rentan dengan gejolak nilai tukar (-) (sumber: Tempo).

2. Berdasarkan Laporan Kinerja Perindustrian tahun 2014, salah satu permasalahan industri TPT di Indonesia adalah lemahnya penguasaan dan penerapan teknologi dalam industri (-) (sumber : Kemenperin).

3. Perbankan menyediakan kredit untuk peremajaan mesin sejak tahun 2005 (+) (sumber : Kemenperin).

Kondisi Permintaan

Permintaan produk TPT terdiri dari permintaan domestik dan permintaan luar negeri. Permintaan produk TPT sangat tinggi baik bagi konsumen dalam negeri maupun luar negeri. Neraca perdagangan TPT selalu positif meskipun impor TPT juga tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa produk TPT Indonesia diminati oleh konsumen luar negeri. Kondisi permintaan TPT berdasarkan hasil studi literatur adalah seperti dibawah ini.

1. Jumlah penduduk Indonesia yang menempati posisi terbesar keempat di dunia pada tahun 2014 menjadikan industri TPT Indonesia memiliki pangsa pasar yang besar di dalam negeri (+) (sumber : Detik).

2. Berdasarkan hasil analisis EPD pada penelitian ini terhadap negara-negara di kawasan Amerika Latin, menunnjukkan bahwa TPT Indonesia sebagian besar berada pada posisi rising star (+).

3. Berdasarkan hasil analisis pada penelitian ini, terlihat bahwa GDP per kapita dan populasi negara tujuan berpengaruh positif terhadap nilai ekspor TPT, sehingga negara-negara yang memiliki GDP per kapita dan populasi tinggi dapat menjadi target pasar TPT Indonesia (+).

4. Permintaan impor TPT Indonesia tidak hanya oleh pasar tradisional (Jepang, Amerika Serikat, dan Eropa), tetapi sudah penetrasi ke pasar non tradisional (Turki, Amerika Latin, dan Afrika) (+) (sumber : Kemenperin).

(37)

27 produk hulu sampai dengan produk hilir (seperti di Turki dan Argentina), sehingga harus mengeluarkan biaya tambahan untuk lawyer (-) (sumber : Kemenperin).

Strategi, Struktur, dan Persaingan Industri

Kondisi persaingan dalam industri TPT sangat ketat baik antar perusahaan dalam negeri maupun perusahaan luar negeri. Perusahaan luar negeri masuk sebagai pesaing industri TPT nasional karena Indonesia menganut sistem perdagangan bebas terutama dengan negara-negara ASEAN dan Cina. Hal ini menyebabkan produk TPT nasional akan bersaing dengan produk negara lain baik di pasar dalam negeri maupun di pasar Internasional. Kondisi strategi, struktur, dan persaingan pada industri TPT berdasarkan hasil studi literatur adalah seperti di bawah ini. 1. Di pasar internasional, industri TPT nasional menghadapi pesaing produsen

TPT lainnya seperti Vietnam, India, Cina, dan Srilanka (-) (sumber : Kemenperin).

2. Struktur TPT bervariasi, yaitu berbahan baku katun (sekitar 42 persen dari seluruh produksi tekstil nasional), tekstil sintesis (sekitar 50 persen) dan sisanya tekstil rayon, sehingga ada alternatif produk lain jika ada goncangan di produk jenis tertentu (+) (sumber : Asosiasi Pertekstilan Indonesia).

3. Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan menyatakan akan melakukan pencarian pasar baru bagi produk tekstil Indonesia (+) (sumber : Kemendag). Kebijakan Pemerintah

1. PMK No. 176/PMK.04/2014 (pembebasan) dan 177/PMK.04/2014 (pengembalian) terkait KITE memberikan kemudahan bagi industri untuk mengimpor bahan baku dengan tujuan ekspor (+).

2. PMK No. 120/PMK.04/2013 (kawasan berikat) memberikan kemudahan bagi pengusaha TPT yang berada dikawasan berikat karena dibebaskan dari PPn (+). 3. Kementerian Perindustrian menganggarkan Rp. 100 milyar untuk membantu para pelaku usaha merestrukturisasi mesin peralatan industri yang sudah tua (+) (sumber : Detik Finance).

Kesempatan

1. Permintaan produk TPT dalam negeri dan luar negeri tinggi (+).

2. Program restrukturisasi mesin pada industri TPT terdapat ketentuan bahwa setiap perusahaan yang melakukan restrukturisasi mesin dengan membeli mesin dari luar negeri akan mendapat insentif sebesar 10 persen dari dana pembelian, sedangkan jika industri membeli mesin-mesin dari industri dalam negeri maka perusahaan tersebut akan mendapat insentif sebesar 15 persen dari dana pembelian (+) (sumber : BAPPENAS).

(38)

28

Strategi, Struktur, dan Persaingan: 1. Terdapat produsen TPT lainnya yaitu, Vietnam, India, Cina, dan Srilanka (-)

2. Struktur TPT bervariasi (+) 3. Pencarian pasar baru bagi produk

TPT Indonesia (+)

Kondisi Permintaan:

1. Jumlah penduduk Indonesia yang besar (+)

2. TPT Indonesia sebagian besar berada pada posisi rising star (+) 3. Nilai ekspor TPT Indonesia

searah dengan populasi dan GDP per kapita negara tujuan (+) 4. Indonesia sudah penetrasi ke

pasar non tradisional (+) 5. Sering terjadi isu-isu perdagangan

internasional (-)

Industri Terkait dan Penunjang:

1. Industri TPT yang memiliki integrasi vertikal cukup tinggi tidak didukung dengan ketersediaan sektor hulu, yaitu kapas (-)

2. Lemahnya penguasaan dan penerapan teknologi dalam industri TPT(-)

3. Perbankan menyediakan kredit untuk peremajaan mesin sejak 2005.(+)

Kondisi Faktor:

1. Bahan baku tekstil sebagian besar dari impor (-)

2. Permesinan industri TPT di Indonesia sebagian besar sudah tua (-)

3. Adanya fasilitas KITE (+) 4. Tenaga kerja Indonesia yang relatif

murah (+)

5. Tenaga kerja kurang berkualitas, dan produktivitas rendah. (-)

Kebijakan Pemerintah: 1. PMK No. 177/PMK.04/2014

dan PMK No. 176/PMK.04/2014 (+) 2. PMK No. 147/PMK.04/2011 (-) 3. Pemerintah mengeluarkan 3. Adanya paket kebijakan

(39)

29

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal seperti berikut ini.

1. Industri tekstil merupakan industri yang bersifat padat karya. Hal tersebut mengindikasikan bahwa industri TPT dapat menekan angka pengangguran di Indonesia.

2. Berdasarkan hasil analisis RCA, terlihat bahwa TPT Indonesia memiliki dayasaing komparatif yang kuat di Amerika Latin. Hasil analisis EPD terhadap TPT Indonesia menunjukkan bahwa TPT Indonesia menempati posisi rising star, kecuali di Brazil TPT Indonesia berada pada posisi falling star, dan di Uruguay posisi TPT Indonesia adalah lost opportunity.

3. Berdasarkan hasil analisis gravity model menunjukkan bahwa variabel tarif impor, dan jarak ekonomi signifikan memengaruhi nilai ekspor TPT Indonesia dan berhubungan negatif. Variabel GDP per kapita, dan populasi signifikan memengaruhi nilai ekspor TPT Indonesia dan berhubungan positif, sedangkan variabel nilai tukar riil efektif tidak signifikan memengaruhi nilai ekspor TPT Indonesia.

4. Berdasarkan hasil analisis Porter’s Diamond Model, terlihat bahwa komponen dayasaing yang menjadi keunggulan TPT Indonesia terletak pada kondisi permintaan, strategi, struktur, dan persaingan, kebijakan pemerintah, serta kesempatan, sedangkan kondisi faktor, industri terkait dan penunjang menjadi kelemahan industri TPT Indonesia. Hal ini menyebabkan TPT Indonesia memiliki keunggulan kompetitif. Strategi TPT Indonesia lebih berfokus pada pencarian pasar baru.

Saran

1. Ekspor TPT Indonesia ke Uruguay harus menjadi perhatian pemerintah. Hal tersebut dikarenakan TPT Indonesia berada pada posisi lost opportunity yang menandakan bahwa Indonesia kehilangan kesempatan untuk memperoleh keuntungan pada pasar yang dinamis.

2. Negara-negara yang memiliki GDP per kapita dan populasi besar, tarif impor rendah, serta jarak ekonomi yang kecil dengan Indonesia seharusnya menjadi tujuan ekspor Indonesia. Hal ini dikarenakan hasil gravity menunjukkan bahwa GDP per kapita dan populasi memiliki hubungan yang searah dengan nilai ekspor TPT Indonesia, sedangkan tarif impor negara tujuan dan jarak ekonomi negara tujuan dengan Indonesia memiliki hubungan yang tidak searah dengan nilai ekspor TPT Indonesia.

(40)

30

DAFTAR PUSTAKA

Amelia, F. 2009. Posisi Dayasaing Jahe Indonesia di Pasar Internasional [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Asmara, A, Purnamadewi Y, Mulatsih S, Novianti T. 2012. Strategi Penguatan Struktur Industri Tekstil dan Produk Tekstil dalam Mereduksi Pengangguran di Indonesia. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Asosiasi Pertekstilan Indonesia. 2010. Data dan Statistik. Asosiasi Pertekstilan Indonesia, Jakarta.

Balassa, B. 1965. Trade Liberalisation and Revealed Comparative Advantage. United Kingdom (UK). The Manchester School.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2011. Angkatan Kerja Indonesia Tahun 2006 sampai 2010. Berbagai Edisi. Jakarta (ID) : BPS.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2011. Statistik Industri Indonesia Tahun 2006 sampai 2011. Berbagai Edisi. Jakarta (ID) : BPS.

Bappenas. 2009. Perdagangan dan Investasi Indonesia: sebuah catatan tentang Dayasaing dan Tantangan ke Depan [Internet]. [Diakses pada 12 Februari 2014].

Bappenas. 2015. Restrukturisasi Mesin Industri TPT dan Alas Kaki. [http;//www.jejakmu.bappenas.go.id]

Basri, F, Munandar, H. 2010. Dasar – Dasar Ekonomi Internasional: Pengenalan dan Aplikasi Metode Kuantitatif. Jakarta (ID): Kencana.

Bergstran, J. 1985. Gravity Equation and Economic Frictions in World Economy.

[CEPII] Centre d’Etudes Prospectives et d’Informations Internationales.

http://www.cepii.fr/distance/dist_cepii.zip

Chintia, S. 2008. Faktor – Faktor yang Memengaruhi Permintaan Ekspor TPT Indonesia di Uni Eropa [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Detik. 2014. Indonesia Masuk Posisi Lima Besar Negara dengan Jumlah Penduduk

Terbanyak. [http://www.detik.com]

Dilanchiev, A. 2012. Empirical Analysis of Georgian Trade Pattern : Gravity Model Journal Of Social Science. 1(1) : 75-78

Eita, J.H. dan Jordaan A.C. 2007. Outh Africa Export of Metal and Articles of Base Metal : Gravity Model Approach. Journal for Studies in Economics and Econometrics. 31(3) : 81-96.

Firdaus, M. 2011. Aplikasi Ekonometrika untuk Data Panel dan Time Series. Bogor (ID) : IPB Press.

Firsya, A. 2014. Analisis Dayasaing dan Faktor – Faktor yang memengaruhi Aliran Ekspor Komoditas Kakao Olahan Indonesia [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Gujarati, D.N. 2003. Basic Econometric. Fouth Edition. New York : McGraw Hill Companies, Inc.

Harian Ekonomi Neraca. 2015. Perlunya Restrukturisasi Mesin Industri TPT dan Alas Kaki. [http://www.neraca.co.id]

Hsiao, C. 2004. Analysis of Panel Data. Cambridge: Cambridge University Press. Juanda, B. 2009. Metodologi Penelitian: Ekonomi dan Bisnis. Bogor (ID): IPB pr. [Kemenkeu] Kementerian Keuangan. Kemudahan Impor Tujuan Ekspor. Jakarta

Gambar

Gambar 1 GDP Total Negara di Amerika Latin Tahun 2009 dan 2013
Gambar 2 Total Populasi Negara di Benua Amerika
Gambar 4 Proses Terjadinya Perdagangan Internasional
Tabel 1 Jenis dan Sumber Data
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lamanya pengalaman kerja yang sudah dijalani dan pendidikan terakhir yang ditempuh oleh auditor, merupakan bagian dari

Id dosen yang telah dikenali berdasarkan sidik jari akan dicocokan dengan id dosen yang ada di database jadwal, jika data ditemukan maka sistem akan menampilkan data dosen dan

Demikian Pengumuman ini buat untuk diketahui adanya. Pokja

geografi, antara lain dengan memanfaatkan Google Earth, seolah-olah siswa dapat melihat dunia secara praktis dari atas. Hanya dalam hitungan detik, dapat mencari lokasi yang

Proses pengumpulan data-data yang terkait dengan analisis metafora dan pesan moral puisi tanka karya Tawara Machi, penulis menggunakan. metode

Hasil dari penelitian ini adalah terdapat empat faktor yang secara signifikan mempengaruhi keputusan konsumen membeli kosmetika perawatan wajah, yaitu faktor

Sistem informasi penjualan barang masih dilakukan secara manual, sehingga sering mengakibatkan keterlambatan dalam memberikan informasi yang cepat dan akurat pada pimpinan,

Penelitian ini difokuskan pada analisis kesediaan membayar masyarakat sekitar obyek wisata dan pengunjung obyek wisata dalam upaya pelestarian lingkungan obyek