MODEL PENJADWALAN KEBERANGKATAN BUS DENGAN
STRATEGI
ALTERNATING
DEADHEADING
:
STUDI KASUS PO RAYA
RAZONO AGALL CAHYADI
DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Model Penjadwalan
Keberangkatan Bus dengan Strategi
Alternating Deadheading
: Studi Kasus PO
Raya adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2014
ABSTRAK
RAZONO AGALL CAHYADI. Model Penjadwalan Keberangkatan Bus dengan
Strategi Alternating Deadheading: Studi Kasus PO Raya. Dibimbing oleh AMRIL
AMAN dan FARIDA HANUM.
Penjadwalan keberangkatan bus merupakan salah satu hal yang penting
dalam pengelolaan perusahaan otobus untuk menekan biaya operasional. Masalah
penjadwalan ini diformulasikan sebagai suatu model
linear integer programming
.
Model ini bertujuan untuk mengatur banyaknya bus yang akan diberangkatkan
dari masing-masing kota untuk memenuhi permintaan transportasi. Strategi yang
digunakan untuk mengatur penjadwalan bus yaitu strategi
deadheading
. Strategi
deadheading
merupakan strategi penjadwalan bus yang dilakukan apabila terjadi
ketidakseimbangan akan banyaknya penumpang di suatu kota dan adanya
keterbatasan bus yang beroperasi. Model penjadwalan dengan
deadheading
ini
merupakan salah satu upaya untuk menurunkan frekuensi keberangkatan bus
sehingga dapat meningkatkan efisiensi biaya operasional.
Kata kunci: penjadwalan bus,
linear
integer programming
,
alternating
deadheading
ABSTRACT
RAZONO AGALL CAHYADI. Bus Departure Scheduling Model with
Alternating Deadheading Strategy: Case Study in PO Raya. Supervised by
AMRIL AMAN and FARIDA HANUM.
Bus Departure scheduling is one of important aspects in managing a bus
company in order to minimize the operational cost. This scheduling is formulated
as a linear integer programming model. The purpose of this model is to arrange
buses from each city to meet transportation demand. The strategy of the model is
to develop bus scheduling using deadheading. The deadheading strategy will be
used if there is an unbalancy in the number of buses operated in one or more
cities. The model with deadheading is one of efforts to minimize the frequency of
bus departure in order to increase efficiency of the bus operation.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Matematika
MODEL PENJADWALAN KEBERANGKATAN BUS DENGAN
STRATEGI
ALTERNATING DEADHEADING
:
STUDI KASUS PO RAYA
RAZONO AGALL CAHYADI
DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Skripsi : Model Penjadwalan Keberangkatan Bus dengan Strategi
Alternating Deadheading
: Studi Kasus PO Raya
Nama
: Razono Agall Cahyadi
NIM
: G54062681
Disetujui oleh
Dr Ir Amril Aman, MSc
Pembimbing I
Dra Farida Hanum, MSi
Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Toni Bakhtiar, MSc
Ketua Departemen
Judul Skripsi: Model Penjadwalan Keberangkatan Bus dengan Strategi
Alternating Deadheading:
Studj Kasus PO Raya
Nama
: Razono Agall Cahyadi
NTM
: G5406268I
Disetujui oleh
J
." v
Dr Ir Amril Aman, MSc
Dra Farida Hanum, MSi
Pembimbing I
Pembimbing II
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan atas segala karunia-Nya
sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penulisan karya ilmiah ini juga
tidak lepas dari bantuan beberapa pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1
Ayahanda Ignatius Sutrisno dan Ibunda Budi Suryani, beserta kakak Dian
Eka Permadi dan Marlyta Galih Kusuma serta Mamak Maryanah dan Titah
Putri Utami yang telah memberikan dukungan, semangat, pengorbanan,
nasihat, pendidikan, perhatian, cinta dan kasih sayangnya,
2
Dr Ir Amril Aman, MSc dan Dra Farida Hanum, MSi serta Drs Prapto Tri
Supriyo, MKom masing-masing sebagai dosen pembimbing I, dosen
pembimbing II, serta dosen Penguji Luar atas semua ilmu, kesabaran,
motivasi dan bantuannya selama penulisan skripsi ini,
3
Dosen dan staf penunjang Departemen Matematika atas semua ilmu dan
bantuannya,
4
Manajemen PO Raya yaitu Bapak Nata Laksana, Bapak Brata Laksana,
Bapak Prapto dan Bapak Marjani serta teman-teman komunitas fans Raya
(Rofik, Joko, Ito, Wahyu, Andi, Arif) atas semua bantuannya.
5
Matematika 43 (Arif, Faisal, Fardan, David), Matematika 44 (Imam dan
Imah), Matematika 45 (Dini, Nova, Dina, Gita), dan teman lain yang tidak
dapat disebutkan satu persatu atas dukungan dan kebersamaannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan menjadi inspirasi bagi
penelitian-penelitian selanjutnya.
Bogor, Januari 2014
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan
1
LANDASAN TEORI
2
Penjadwalan
2
Integer Programming
(
IP
)
2
DESKRIPSI DAN FORMULASI MASALAH
3
Strategi
Alternating Deadheading
3
Bus Malam Antarkota Antarprovinsi
3
Formulasi Masalah
5
STUDI KASUS
6
Formulasi Model Matematika
7
Pengujian Model
8
SIMPULAN DAN SARAN
14
Simpulan
14
Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
14
LAMPIRAN
15
DAFTAR TABEL
1
Kelas Bus
7
2
Biaya Keberangkatan
7
3
Banyaknya penumpang bus kelas Eksekutif trayek Jakarta
–
Solo dan
Solo
–
Jakarta Selama 7 hari
9
4
Banyaknya bus kelas Eksekutif trayek Jakarta
–
Solo dan Solo
–
Jakarta
Selama 7 hari
9
5
Banyaknya penumpang bus kelas Super Top trayek Jakarta
–
Solo dan
Solo
–
Jakarta Selama 7 hari
10
6
Banyaknya bus kelas Super Top trayek Jakarta
–
Solo dan Solo
–
Jakarta
Selama 7 hari
11
7
Banyaknya penumpang yang berangkat dari Jakarta ke Solo dan Solo ke
Jakarta selama 14 hari untuk setiap kelas bus
12
8
Banyaknya bus yang diberangkatkan dalam waktu 14 hari sebelum
menggunakan model matematika
12
9
Perbandingan banyak bus yang berangkat dari Solo ke Jakarta sebelum
dan sesudah menggunakan model matematika
13
10
Perbandingan banyak bus yang berangkat dari Jakarta ke Solo sebelum
dan sesudah menggunakan model matematika
13
DAFTAR GAMBAR
1
Alur pergerakan bus pada Skenario 1
10
2
Alur pergerakan bus pada Skenario 2
11
DAFTAR LAMPIRAN
1
Sintaks LINGO 11.0 untuk masalah penentuan banyaknya bus berangkat
dalam meminimumkan biaya operasional untuk Skenario 1
15
2
Detail Hasil Komputasi LINGO 11.0 Skenario 1
16
3
Sintaks LINGO 11.0 untuk masalah penentuan banyaknya bus berangkat
dalam meminimumkan biaya operasional untuk Skenario 2
19
4
Detail Hasil Komputasi LINGO 11.0 Skenario 2
20
5
Sintaks LINGO 11.0 untuk masalah penentuan banyaknya bus berangkat
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bus merupakan transportasi darat yang menjadi salah satu alternatif bagi
warga yang akan berpergian dari satu tempat ke tempat lain, baik di dalam kota
maupun ke luar kota. Moda transportasi ini masih menjadi primadona bagi
sebagian warga karena mudah, terjangkau dan cepat. Banyak di antara penyedia
jasa transportasi (perusahaan otobus) dalam kota, antarkota dalam provinsi,
antarkota antarprovinsi yang bersaing untuk menjadi pilihan utama bagi para
penumpangnya. Oleh karena itu, setiap perusahaan otobus berlomba-lomba untuk
memberikan pelayanan (servis) terbaik kepada para penumpangnya. Servis yang
diberikan pun beragam, mulai dari harga tiket yang lebih murah, pengadaan servis
makan, hingga fasilitas lainnya yang dapat digunakan di dalam bus, seperti
penyediaan sarana hiburan hingga toilet yang biasanya diberikan oleh perusahaan
otobus antarkota antarprovinsi. Tetapi, di tengah upaya untuk memberikan servis
tersebut, sebagian besar perusahaan otobus menghadapi beberapa kendala, di
antaranya yang paling sering ditemui yaitu inefisiensi biaya operasional yang
harus dikeluarkan oleh pihak perusahaan otobus.
Inefisiensi biaya operasional dapat disebabkan oleh penjadwalan
keberangkatan bus yang tidak sesuai sehingga hal ini akan menimbulkan
ketidakseimbangan biaya operasional. Biaya yang terlalu besar dikeluarkan tidak
sebanding dengan jumlah penumpang yang diangkut menyebabkan perusahaan
otobus tidak memperoleh keuntungan yang sesuai dan dapat memperburuk
kondisi finansial perusahaan otobus tersebut.
Salah satu alternatif yang dapat membantu mengurangi biaya operasional
suatu perusahaan otobus ialah dengan
alternating deadheading
.
Alternating
deadheading
adalah alternatif penjadwalan keberangkatan bus yang tidak
mengangkut penumpang dari terminal awal, tetapi tujuan keberangkatannya ialah
untuk memenuhi permintaan penumpang yang tinggi di suatu terminal yang tidak
terangkut oleh bus-bus yang telah diberangkatkan. Sebagian besar perusahaan
otobus belum melakukan sistem penjadwalan dengan
alternating deadheading
,
sebab hal tersebut belum cukup umum bagi perusahaan otobus di Indonesia.
Sumber utama karya ilmiah ini ialah artikel yang berjudul
Intercity bus
scheduling for the Saudi public transport company to maximize profit and yield
additional revenue
oleh Mohamad K. Hasan dan Ahmad A. Al Hammad pada
tahun 2010.
Tujuan
LANDASAN TEORI
Dalam membuat model optimisasi penjadwalan keberangkatan bus
diperlukan pemahaman beberapa istilah, di antaranya mengenai penjadwalan dan
integer programming
(IP).
Penjadwalan
Definisi Penjadwalan
Menurut Morton dan Pentico (1993) penjadwalan adalah proses
pengorganisasian, pemilihan dan penetapan penggunaan sumberdaya dalam
rangka melaksanakan semua aktivitas yang diperlukan untuk memperoleh hasil
yang diinginkan pada sesuatu yang telah direncanakan, dengan batasan waktu dan
hubungan antaraktivitas dan sumberdaya tertentu.
Tujuan Penjadwalan
Menurut Bedworth dan Bailey (1986) beberapa tujuan penjadwalan, ialah
1
meningkatkan utilitas atau kegunaan sumberdaya,
2
mengurangi total waktu proses seluruh pekerjaan (
makespan
),
3
mengurangi rata-rata banyaknya pekerjaan yang menunggu untuk diproses
oleh suatu sumberdaya,
4
meminimumkan keterlambatan pemenuhan suatu
job
.
Kriteria Optimisasi Penjadwalan
Menurut Heizer dan Render (2010), kriteria optimisasi dalam proses
penjadwalan dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian.
1
Kriteria yang berkaitan dengan waktu
Beberapa kriteria yang terkait dengan waktu ialah minimisasi rata-rata
flow
time
, minimisasi
makespan
, dan minimisasi
tardiness.
2
Kriteria yang berkaitan dengan biaya
Kriteria ini lebih menekankan pada unsur biaya dan kurang atau bahkan tidak
memperhatikan kriteria waktu yang ada sehingga dengan suatu penjadwalan
produksi tertentu diharapkan biaya yang minimum.
3
Kriteria gabungan
Beberapa kriteria optimalitas dapat digabung dan dapat dikombinasi sehingga
menjadi multikriteria.
Integer Programming
(IP)
3
DESKRIPSI DAN FORMULASI MASALAH
Bab ini akan membahas tentang strategi
alternating deadheading
, bus
malam antarkota antarprovinsi kemudian dilanjutkan dengan formulasi
matematika terhadap permasalahan tersebut
Strategi
Alternating Deadheading
Pada karya ilmiah ini akan diterapkan strategi pengaturan jadwal
keberangkatan bus dengan
alternating deadheading
. Dalam (Furth, 1985)
alternating deadheading
ialah pengaturan jadwal keberangkatan bus dengan
memperhitungkan bus yang tidak mengangkut penumpang dari terminal awal (bus
deadhead
), agar dapat mengangkut penumpang di terminal-terminal lainnya yang
tidak terangkut oleh bus reguler. Adanya bus
deadhead
dapat membantu
perusahaan otobus meningkatkan keuntungan perusahaan maupun kepuasan
penumpang terhadap pelayanan yang diberikan.
Alternating deadheading
ini akan dibutuhkan pada saat
demand
armada
bus tidak seimbang. Dengan strategi ini dimungkinkan untuk dilakukan
penyesuaian suplai armada bus terhadap permintaan bus di satu kota. Beberapa
bus harus berangkat dalam keadaan kosong ke terminal tujuan untuk memenuhi
demand
penumpang yang lebih besar di kota lain. Bus tersebut akan bebas
menggunakan jalur tercepat yang tersedia, untuk mengangkut penumpang yang
belum terangkut di terminal yang kekurangan armada. Pada strategi
alternating
deadheading,
banyaknya penumpang yang berangkat dari terminal di kota awal ke
terminal di kota tujuan dan banyaknya bus yang tersedia akan menjadi
pertimbangan untuk menentukan banyaknya bus yang akan diberangkatkan.
Saat ini berbagai perusahaan otobus antarkota antarprovinsi belum
menggunakan strategi
alternating deadheading
. Perusahaan otobus masih
menggunakan sistem konvensional, yakni memberangkatkan busnya dari terminal
keberangkatan. Namun, apabila terjadi lonjakan penumpang maka pihak
perusahaan otobus tidak lagi memiliki bus yang siap melakukan perjalanan. Pada
akhirnya, perusahaan otobus tidak dapat memaksimalkan keuntungan yang
seharusnya dapat diperoleh.
Bus Malam Antarkota Antarprovinsi
Bus malam antarkota antarprovinsi merupakan angkutan darat yang
menghubungkan satu kota dengan kota yang lain di provinsi yang berbeda. Pada
umumnya perusahaan bus malam antarkota antarprovinsi memiliki beberapa
trayek. Pihak perusahaan otobus memilih memberangkatkan sejumlah busnya di
satu waktu yang hampir bersamaan pada sore hingga malam hari karena
pertimbangan kelancaran perjalanan dan jumlah penumpang yang lebih banyak di
waktu-waktu tersebut. Oleh karena itu setiap bus hanya melakukan maksimal satu
kali perjalanan setiap harinya dan bus akan diperiksa kelayakannya untuk
keberangkatan selanjutnya di depot perusahaan otobus.
Bus dibedakan menjadi bus reguler dan bus nonreguler.
Bus Reguler
model pengaturan waktu perjalanan bus suatu perusahaan otobus yang diharapkan
dapat meminimalkan biaya operasional dengan mengatur jumlah keberangkatan
bus. Adapun jenis bus reguler berdasarkan keberangkatannya ialah bus-berangkat,
bus
perpal
dan bus
deadhead
.
1
Bus-berangkat
Bus-berangkat yaitu bus yang memiliki jadwal keberangkatan dari
terminal di satu kota ke terminal di kota lain untuk mengangkut penumpang dari
satu kota menuju kota lain. Bus akan berangkat apabila kuota minimum
penumpang telah terpenuhi. Banyaknya bus yang berangkat berdasarkan pada
penumpang di hari dan kota tertentu. Adapun biaya bus-berangkat dihitung dari
biaya bahan bakar, perawatan bus, penggajian awak bus, biaya konsumsi (apabila
disediakan), serta biaya lainnya.
2
Bus
perpal
Istilah
perpal
diambil dari bahasa Belanda yaitu
verval
yang artinya bus
mengalami kerusakan/tidak berangkat. Bus
perpal
yaitu bus yang tidak
melakukan perjalanan dan hanya menginap di satu kota dikarenakan suatu hal,
misalkan mesin rusak,
demand
penumpang di kota tersebut tidak memenuhi
jumlah minimum penumpang bus-berangkat dan lain-lain. Pada kondisi ini bus
perpal
tidak memiliki biaya karena tidak melakukan perjalanan.
3
Bus
deadhead
Bus
deadhead
adalah bus yang berangkat tanpa mengangkut penumpang
dari terminal di kota awal dan akan melewati jalur tercepat untuk tiba di terminal
kota tujuan. Tujuan utama pemberangkatan bus
deadhead
ialah untuk memenuhi
kebutuhan pengangkutan penumpang di kota lain yang membutuhkan lebih
banyak bus.
Bus Nonreguler
Tingginya biaya perawatan dan penyediaan bus membuat perusahaan
otobus memiliki keterbatasan dalam hal kepemilikan unit bus. Keterbatasan unit
bus ini tidak akan bermasalah apabila
demand
bus kurang dari unit yang tersedia.
Namun apabila unit yang tersedia tidak mampu untuk memenuhi
demand
maka
salah satu cara untuk menyiasatinya ialah dengan menyewa bus dari perusahaan
otobus lainnya.
Bus-tambahan
5
Formulasi Masalah
Untuk membatasi permasalahan penjadwalan keberangkatan bus, maka
digunakan beberapa asumsi antara lain:
1
satu siklus terdiri dari 14 hari (2 minggu),
2
tidak ada bus yang mengalami kerusakan,
3
jumlah bus yang dimiliki pihak otobus terbatas,
4
hanya terdapat satu terminal di setiap kota,
5
penentuan jumlah penumpang dilakukan dari data yang pernah ada.
Permasalahan penjadwalan bus tersebut dapat dinyatakan ke dalam bentuk
pemrograman linear
integer
.
Indeks
= kota asal keberangkatan
= 1,2,…,
,
= hari keberangkatan
= 1,2,…,
,
= kelas bus
= 1,2,…,
.
Parameter
= biaya keberangkatan untuk bus-berangkat,
= biaya keberangkatan untuk bus
deadhead
,
= biaya keberangkatan untuk bus tambahan,
= kapasitas bus kelas ,
= jumlah bus yang dimiliki perusahaan otobus untuk bus kelas ,
= persentase keterangkutan penumpang,
= banyak penumpang di kota asal , hari , dan bus kelas .
Variabel Keputusan
= banyak bus yang dibutuhkan di kota asal , hari , dan bus kelas ,
= banyak bus
perpal
di kota asal , hari , dan bus kelas ,
= banyak bus yang terdapat di kota asal , hari , dan bus kelas ,
= banyak bus-berangkat di kota asal , hari , dan bus kelas ,
= banyak bus
deadhead
di kota asal , hari , dan bus kelas ,
= banyak bus tambahan di kota asal , hari , dan bus kelas .
Fungsi Objektif
Fungsi objektif dari masalah ini ialah meminimumkan biaya keberangkatan
dengan mengatur banyaknya bus-berangkat, bus
deadhead
dan bus tambahan
sebagai berikut.
Minimumkan
Kendala
Kendala pada permasalahan ini ialah sebagai berikut:
1
Banyaknya tempat yang tersedia untuk penumpang di bus harus lebih besar
atau sama dengan persentase banyaknya penumpang yang diinginkan.
= 1,2,…,
= 1,2,…
,
= 1,2,…,
.
2
Banyaknya bus yang datang dari kota lain dan bus
perpal
di satu kota akan
sama jumlahnya dengan banyaknya bus yang akan pergi ke kota lain dan bus
perpal
di kota tersebut di hari berikutnya.
= 1
= 1,2,…,
= 1,2,…,
,
= 2
= 1,2,…,
= 1,2,…,
.
3
Banyaknya bus yang ada di satu kota hari ini adalah penjumlahan dari
bus-berangkat dan bus
deadhead
dari kota lain serta bus
perpal
dari kota tersebut
di hari sebelumnya.
= 1
= 1,2,…,
= 1,2,…,
,
= 2
= 1,2,…,
= 1,2,…,
.
4
Semua bus yang terdapat di seluruh kota pada hari tertentu adalah jumlah
seluruh bus yang dimiliki oleh perusahaan otobus.
= 1,2,…,
= 1,2,…,
.
5
Bus yang ada di suatu kota harus lebih banyak atau sama dengan bus yang
akan dioperasikan.
= 1,2,…,
= 1,2,…,
= 1,2,…,
.
6
Banyaknya bus yang dibutuhkan setiap hari di setiap kota adalah penjumlahan
dari banyaknnya bus-berangkat dan bus tambahan.
= 1,2,…,
= 1,2,…,
= 1,2,…,
.
7
Kendala ketaknegatifan memastikan bahwa:
= 1,2,…,
= 1,2,…,
= 1,2,…,
.
STUDI KASUS
Studi kasus yang dilakukan oleh penulis pada karya ilmiah ini yaitu pada
perusahaan otobus RAYA dengan data yang dipergunakan ialah data pada tanggal
11 sampai dengan 24 Februari 2013. Keberangkatan bus yang dibahas ialah
keberangkatan bus yang melayani 2 kota di pulau Jawa. Kota tersebut ialah Solo
dan Jakarta. PO RAYA membagi 4 kelas bus di dalam setiap perjalanannya yaitu
kelas Super Top yang memiliki kapasitas 18 penumpang, Eksekutif yang memiliki
kapasitas 24 penumpang, Eksekutif-28 yang memiliki kapasitas 28 penumpang
dan Eksekutif-32 yang memiliki kapasitas 32 penumpang. Perusahaan ingin
menentukan berapa banyak bus yang berangkat dan berapa banyak bus yang tidak
berangkat berdasarkan data jumlah penumpang yang ada setiap 14 hari.
2jk 1jk 2jk 1(j 1)k 1(j 1)k 1(j 1)k
a
b
c
a
b
c
2jk 1jk 2jk 1(j 1)k
a
b
c
e
ijk ijk ijk
a
f
g
ijk ijk ijk
e
a
c
,
,
,
,
,
0
ijk ijk ijk ijk ijk ijk
a
b
c
e
f
g
1jk 2jk 1jk 2(j 1)k 2(j 1)k 2(j 1)k
a
b
c
a
b
c
1jk 2jk 1jk 2(j 1)k
7
Formulasi Model Matematika
Indeks
= kota asal keberangkatan = 1,2,
= hari keberangkatan
= 1,2,…, 14
,
= kelas bus = 1,2, 3, 4.
Parameter
= biaya keberangkatan untuk bus-berangkat,
= biaya keberangkatan untuk bus
deadhead
,
= biaya keberangkatan untuk bus tambahan,
= kapasitas bus kelas ,
= jumlah bus yang dimiliki perusahaan otobus untuk bus kelas ,
= persentase keterangkutan penumpang,
= banyak penumpang di kota asal , hari , dan bus kelas .
Dalam studi kasus ini terdapat 2 kota asal keberangkatan dengan = 1
adalah kota Solo dan = 2 adalah kota Jakarta, 14 hari keberangkatan dan 4 kelas
bus serta persentase keterangkutan penumpang sebesar = 90.
Tabel 1 Kelas bus
Kelas bus
Kapasistas bus
Jumlah bus
1
Super Top
18
4
2
Eksekutif
24
12
3
Eksekutif-28
28
4
4
Eksekutif-32
32
4
Tabel 2 Biaya keberangkatan
Jenis bus
Biaya keberangkatan
Bus-berangkat
1.250.000
Bus
deadhead
900.000
Bus tambahan
2.200.000
Variabel Keputusan
= banyak bus yang dibutuhkan di kota asal , hari , dan bus kelas ,
= banyak bus
perpal
di kota asal , hari , dan bus kelas ,
Fungsi Objektif
Fungsi objektif dari masalah ini ialah meminimumkan biaya keberangkatan
dengan mengatur banyaknya bus-berangkat, bus
deadhead
dan bus tambahan
sebagai berikut.
Minimumkan
Kendala
Kendala pada permasalahan ini ialah sebagai berikut:
1
Banyaknya tempat yang tersedia untuk penumpang di bus harus lebih besar
atau sama dengan persentase banyaknya penumpang yang diinginkan.
= 1,2
= 1,2,…, 14
= 1,2, 3, 4.
2
Banyaknya bus yang datang dari kota lain dan bus
perpal
di satu kota akan
sama jumlahnya dengan banyaknya bus yang akan pergi ke kota lain dan
bus-perpal
di kota tersebut di hari berikutnya.
= 1,2,…, 14
= 1,2, 3, 4.
3
Banyaknya bus yang ada di kota satu hari ini adalah penjumlahan dari
bus-berangkat dan bus
deadhead
dari kota lain serta bus
perpal
dari kota tersebut
di hari sebelumnya.
= 1,2,…, 14
= 1,2, 3, 4.
4
Semua bus yang terdapat di seluruh kota pada hari tertentu adalah jumlah
seluruh bus yang dimiliki oleh perusahaan otobus.
= 1,2,…, 14
= 1,2, 3, 4.
5
Bus yang ada di suatu kota harus lebih banyak atau sama dengan bus yang
akan dioperasikan.
= 1,2,…, 14
= 1,2, 3, 4.
6
Banyaknya bus yang dibutuhkan setiap hari di setiap kota adalah penjumlahan
dari banyaknya bus-berangkat dan bus tambahan.
= 1,2,…, 14
= 1,2, 3, 4.
7
Kendala ketaknegatifan memastikan bahwa:
= 1,2
= 1,2,…,
14 = 1,2, 3, 4.
Pengujian Model
Model ini akan diujikan pada beberapa skenario menggunakan data
demand
penumpang yang diselesaikan dengan bantuan
software
LINGO 11.0.
Pada Skenario 1 akan ditunjukkan terdapat bus-berangkat dan bus
perpal
di satu
kota, kemudian akan ditunjukkan pula terdapat bus
deadhead
yang berangkat dari
satu kota menggunakan data banyaknya penumpang bus kelas Eksekutif selama 7
hari, pada Skenario 2 akan ditunjukkan terdapat bus tambahan yang disediakan
untuk berangkat di satu kota, kemudian akan ditunjukkan pula terdapat bus
2jk 1jk 2jk 1j 1k 1j 1k 1j 1k
a
b
c
a
b
c
1jk 2jk 1jk 2j 1k 2j 1k 2j 1k
a
b
c
a
b
c
2jk 1jk 2jk 1j 1k
a
b
c
e
1jk 2jk k
e
e
u
1jk 2jk 1jk 2j 1k
a
b
c
e
1jk 1jk 1jk
e
a
c
1jk 1jk 1jk
a
f
g
2jk 2jk 2jk
a
f
g
2jk 2jk 2jk
e
a
c
,
,
,
,
,
0
ijk ijk ijk ijk ijk ijk
9
deadhead
dengan tujuan apabila terdapat kekurangan bus di satu kota
menggunakan data banyaknya penumpang bus kelas Super Top selama 7 hari, dan
pada Skenario 3 akan dijadwalkan keberangkatan bus secara keseluruhan selama
14 hari yang meminimalkan biaya dengan
demand
penumpang yang terdapat di
setiap kota pada setiap hari sebagai acuannya.
Skenario 1
Pada Tabel 3 terlihat bahwa pada bus kelas Eksekutif yang berkapasitas 24 orang
terjadi ketidakseimbangan banyaknya penumpang tujuan Solo dan Jakarta. Hal ini
memungkinkan terdapat bus
perpal
atau dengan kata lain di salah satu kota tidak
semua bus akan berangkat.
Selain itu untuk memenuhi kebutuhan bus di suatu kota diberangkatkan pula bus
deadhead
dari terminal di kota lain. Bus akan berangkat dalam keadaan kosong ke
terminal di kota tujuan.
Tabel 3 Banyaknya penumpang bus kelas Eksekutif trayek Jakarta - Solo dan
Solo - Jakarta selama 7 hari
Hari
Tujuan Jakarta
Tujuan Solo
1
112
89
2
85
105
3
119
104
4
89
116
5
80
155
6
110
78
7
158
107
Sintaks dan detail hasil komputasi LINGO dapat dilihat di Lampiran 1 dan
Lampiran 2. Hasil komputasi Skenario 1 dengan
software
LINGO 11.0
diperlihatkan di Tabel 4.
Tabel 4 Banyaknya bus kelas Eksekutif trayek Jakarta - Solo dan Solo - Jakarta
di setiap kota selama 7 hari
Hari
Di Kota Jakarta Di Kota Solo Bus
yang tersedia
Bus-berangkat
Bus
perpal
Bus
deadhead
Bus yang tersedia
Bus-berangkat
Bus
perpal
Bus
deadhead
1 6 4 1 1 6 5 1 0
2 6 4 2 0 6 4 2 0
3 6 4 2 0 6 5 1 0
4 7 5 2 0 5 4 1 0
5 6 6 0 0 6 3 3 0
6 3 3 0 0 9 5 4 0
7 5 5 0 0 7 6 1 0
tersebut. Hal ini memungkinkan bus akan berangkat kosong (
deadhead
) sebanyak
1 bus dari kota Jakarta untuk memenuhi kebutuhan di kota Solo. Ilustrasi
perjalanan bus selama 7 hari diberikan pada Gambar 1.
Keterangan:
Bus-berangkat :
Bus
perpal
:
Bus
deadhead
:
Kota Solo
:
Kota Jakarta :
Gambar 1 Alur pergerakan bus pada Skenario 1
Skenario 2
Pada skenario ini akan ditunjukkan terdapat bus tambahan yang akan
diberangkatkan apabila kebutuhan bus lebih banyak dari banyaknya bus yang
tersedia di suatu kota dan tidak memungkinkan terjadinya bus
deadhead
dari
terminal di kota lain karena tidak ada armada yang tersedia.
Kemudian akan diperlihatkan pula bus
deadhead
akan terjadi apabila terdapat
kekurangan armada bus di satu kota. Hal ini disebabkan karena kebutuhan bus
yang lebih banyak dari jumlah bus yang tersedia. Banyaknya penumpang bus
kelas Super Top yang akan menjadi input dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Banyaknya penumpang bus kelas Super Top trayek Jakarta - Solo dan
Solo - Jakarta selama 7 hari
Hari
Tujuan Jakarta
Tujuan Solo
1
25
30
2
21
25
3
23
35
4
19
25
5
33
47
6
30
31
7
49
30
11
digunakan untuk memenuhi kebutuhan bus di kota Jakarta. Ilustrasi perjalanan
bus selama 7 hari diberikan pada Gambar 2.
Tabel 6 Banyaknya bus kelas Super Top trayek Jakarta - Solo dan Solo - Jakarta
di setiap kota selama 7 hari
Hari
Di Kota Jakarta Di Kota Solo
Bus yang tersedia
Bus-berangkat
Bus
deadhead
Bus tambahan
Bus yang tersedia
Bus-berangkat
Bus
deadhead
Bus tambahan
1 2 2 0 0 2 2 0 0
2 2 2 0 0 2 2 0 0
3 2 2 0 0 2 2 0 0
4 2 2 0 0 2 1 1 0
5 2 2 0 1 2 2 0 0
6 2 2 0 0 2 2 0 0
7 2 2 0 0 2 2 0 0
Keterangan:
Bus-berangkat :
Bus
perpal
:
Bus
deadhead
:
Bus tambahan :
Kota Solo
:
Kota Jakarta :
Gambar 2 Alur pergerakan bus pada Skenario 2
Skenario 3
Tabel 7 Banyaknya penumpang yang berangkat dari Jakarta ke Solo dan Solo ke
Jakarta selama 14 hari untuk setiap kelas bus
Hari
Tujuan Jakarta Tujuan Solo
Super
Top Eksekutif
Eksekutif 28
Eksekutif 32
Super
Top Eksekutif
Eksekutif 28
Eksekutif 32
1 25 112 46 35 30 89 15 39
2 21 85 30 36 25 105 43 41
3 23 119 32 50 35 104 27 45
4 19 89 24 49 25 116 28 44
5 33 80 33 45 47 155 72 62
6 30 110 41 48 31 78 38 39
7 49 158 69 63 30 107 49 46
8 19 114 40 37 28 110 27 40
9 21 93 38 41 18 84 39 47
10 29 78 36 48 26 108 36 23
11 30 88 56 40 35 102 34 41
12 28 108 44 49 42 156 74 63
13 32 113 21 45 33 103 51 46
14 54 160 68 62 28 90 29 44
Tabel 8 Banyaknya bus yang diberangkatkan dalam waktu 14 hari sebelum
menggunakan model matematika
Hari
Tujuan Jakarta Tujuan Solo
Super
Top Eksekutif
Eksekutif 28
Eksekutif 32
Super
Top Eksekutif
Eksekutif 28
Eksekutif 32
1 2 6 2 2 2 6 2 2
2 2 6 2 2 2 6 2 2
3 2 6 2 2 2 6 2 2
4 2 6 2 2 2 6 2 2
5 2 6 2 2 3 7 3 2
6 2 6 2 2 2 6 2 2
7 3 7 3 2 2 6 2 2
8 2 6 2 2 2 6 2 2
9 2 6 2 2 2 6 2 2
10 2 6 2 2 2 6 2 2
11 2 6 2 2 2 6 2 2
12 2 6 2 2 3 7 3 2
13 2 6 2 2 2 6 2 2
14 3 7 3 2 2 6 2 2
Jumlah 30 86 30 28 30 86 30 28
(Sumber: PO Raya)
13
Tabel 9 Perbandingan banyak bus yang berangkat dari Solo ke Jakarta sebelum
dan sesudah menggunakan model matematika
Hari Super Top Eksekutif Eksekutif-28 Eksekutif-32 Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
1 2 2 6 5 2 2 2 1
2 2 2 6 4 2 1 2 2
3 2 2 6 5 2 2 2 2
4 2 1 6 4 2 1 2 2
5 2 2 6 3 2 2 2 2
6 2 2 6 5 2 2 2 2
7 3 2 7 6 3 2 2 2
8 2 1 6 5 2 2 2 2
9 2 2 6 4 2 2 2 2
10 2 2 6 3 2 2 2 2
11 2 2 6 4 2 2 2 2
12 2 2 6 5 2 2 2 2
13 2 2 6 5 2 1 2 2
14 3 2 7 6 3 2 2 2
Jumlah 30 26 86 64 30 25 28 27
Tabel 10 Perbandingan banyak bus yang berangkat dari Jakarta ke Solo sebelum
dan sesudah menggunakan model matematika
Hari Super Top Eksekutif Eksekutif-28 Eksekutif-32 Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
1 2 2 6 4 2 1 2 2
2 2 2 6 4 2 2 2 2
3 2 2 6 4 2 1 2 2
4 2 2 6 5 2 1 2 2
5 3 2 7 6 3 2 2 2
6 2 2 6 3 2 2 2 2
7 2 2 6 5 2 2 2 2
8 2 2 6 5 2 1 2 2
9 2 1 6 4 2 2 2 2
10 2 2 6 5 2 2 2 1
11 2 2 6 4 2 2 2 2
12 3 2 7 6 3 2 2 2
13 2 2 6 4 2 2 2 2
14 2 2 6 4 2 1 2 2
Jumlah 30 27 86 63 30 23 28 27
perbandingan keberangkatan bus sebelum dan sesudah menggunakan model dapat
dilihat pada Tabel 9 dan 10. Berdasarkan data tersebut perusahaan otobus akan
menghemat biaya sebesar 69.100.000 rupiah atau 15.48% dari biaya sebelumnya
karena total bus yang berangkat sebelum menggunakan model matematik pada
karya ilmiah ini adalah 336 keberangkatan bus reguler dan 12 keberangkatan bus
tambahan dengan total biaya 446.400.000 rupiah karena biaya keberangkatan
setiap bus di PO Raya ialah Rp. 1.250.000.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Masalah penjadwalan keberangkatan bus dan pengadaan bus
deadhead
merupakan hal yang penting karena dapat berpengaruh pada biaya operasional
perusahaan otobus. Jumlah penumpang yang tidak seimbang membuat
penggunaan bus
deadhead
menjadi salah satu alternatif dalam usaha perusahaan
otobus mengefisiensikan biaya keberangkatan bus. Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam menyelesaikan masalah ini ialah penentuan jumlah
bus-berangkat, bus
perpal
, bus
deadhead
dan bus tambahan yang jumlahnya
disesuaikan dengan jumlah penumpang pada hari tersebut. Masalah penjadwalan
ini dapat diformulasikan dengan
integer programming
dan diselesaikan dengan
LINGO 11.0.
Saran
Pada karya tulis ini telah dibahas mengenai masalah penentuan
bus-berangkat, bus
perpal
, bus
deadhead
dan bus tambahan yang beroperasi di satu
trayek. Akan lebih baik apabila penelitian ini dikembangkan dengan masalah yang
lebih kompleks, yaitu masalah penentuan bus-berangkat, bus
deadhead
dan bus
tambahan yang terintegrasi dengan beberapa trayek di suatu perusahaan otobus.
DAFTAR PUSTAKA
Bedworth
DD,
Bailey
JE.
1986.
Integrated
Production
Control
System:Management, Analysis, Design
. New York (US): John Wiley & Sons.
Furth PG. 1985. Alternating Deadheading in Bus Route Operations.
Transportation Science
19(1): 13-28.
Garfinkel, RS & Nemhauser GL. 1972.
Integer Programming.
New York (US):
John Wiley & Sons.
Hasan MK. & Hammad AAA. 2010. Intercity bus scheduling for the Saudi public
transport company to maximize profit and yield additional revenue.
Service
Science & Management
3(3): 373-382.
Heizer J, Render B. 2010.
Manajemen Operasi
. Ed ke-9. Sungkono C,
penerjemah. Jakarta (ID): Salemba Empat. Terjemahan dari:
Operations
Management
.
15
Lampiran 1
Sintaks LINGO 11.0 untuk masalah penentuan banyaknya bus berangkat dalam
meminimumkan biaya operasional untuk Skenario 1.
SETS:
kota_asal/1,2/:x; perjalanan/1..7/:y;
bus(kota_asal,perjalanan):A,B,C,D,E,F,G;
ENDSETS DATA:
D= @ole('excel-1.xlsx','DEMAND');
@ole
('excel-1.xlsx','BUS_BERANGKAT','BUS_PERPAL','BUS_DEADHEAD','BUS_YANG_TERS EDIA','BUS_TAMBAHAN','TOTAL_BUS_BERANGKAT')=A,B,C,E,F,G;
ENDDATA
Min = @SUM(bus(i,j):1250*A + 900*C + 2200*F );
!kendala 1: Banyaknya tempat yang tersedia untuk penumpang di bus harus lebih besar atau sama dengan persentase banyaknya penumpang yang diinginkan;
@FOR(bus(i,j):24*G >= 0.9*D);
!kendala 2: Banyaknya bus yang datang dari kota lain dan
bus-perpal di kota satu akan sama jumlahnya dengan banyaknya bus yang
akan pergi ke kota lain dan bus-perpal di kota tersebut di hari
berikutnya;
@FOR(perjalanan(j)|j#LE#6:
@SUM(perjalanan(j):B(1,j)- B(1,j+1)+ A(2,j)- A(1,j+1) +
C(2,j)- C(1,j+1))= 0);
@FOR(perjalanan(j)|j#LE#6:
@SUM(perjalanan(j):B(2,j)- B(2,j+1)+ A(1,j)- A(2,j+1)+
C(1,j) - C(2,j+1))=0);
@FOR(perjalanan(j)|j#EQ#7:
@SUM(perjalanan(j):B(1,j)- B(1,1)+ A(2,j)- A(1,1) + C(2,j) -
C(1,1))= 0);
@FOR(perjalanan(j)|j#EQ#7:
@SUM(perjalanan(j):B(2,j)- B(2,1)+ A(1,j)- A(2,1)+ C(1,j) -
C(2,1)) =0);
!kendala 3: Banyaknya bus yang ada di kota satu hari ini adalah
penjumlahan dari dari bus-berangkat dan bus-deadhead dari kota
lain serta bus-perpal dari kota tersebut di hari sebelumnya;
@FOR(perjalanan(j)|j#LE#6:
@SUM(perjalanan(j):B(1,j)+ A(2,j)+ C(2,j))= E(1,j+1));
@FOR(perjalanan(j)|j#LE#6:
@FOR(perjalanan(j)|j#EQ#7:
@SUM(perjalanan(j):B(1,j)+ A(2,j)+ C(2,j))= E(1,1));
@FOR(perjalanan(j)|j#EQ#7:
@SUM(perjalanan(j):B(2,j)+ A(1,j)+ C(1,j))= E(2,1));
!kendala 4: Semua bus yang terdapat di seluruh kota pada hari
tertentu adalah jumlah seluruh bus yang dimiliki oleh perusahaan otobus;
@FOR(perjalanan(j):
@SUM(perjalanan(j):E(2,J)+ E(1,J))= 12);
!kendala 5: Bus yang ada di suatu kota harus lebih banyak atau
sama dengan bus yang akan berangkat;
@FOR(perjalanan(j):
@SUM(perjalanan(j):A(1,J)+C(1,J))<=E(1,j));
@FOR(perjalanan(j):
@SUM(perjalanan(j):A(2,J)+ C(2,J))<=E(2,J));
!kendala 6: Bus yang dibutuhkan setiap hari di setiap kota adalah penjumlahan bus-berangkat dan bus-tambahan;
@FOR(perjalanan(j):
@SUM(perjalanan(j):A(1,J)+F(1,J))=G(1,j));
@FOR(perjalanan(j):
@SUM(perjalanan(j):A(2,J)+F(2,j))=G(2,J));
!kendala 7: kendala ketaknegatifan;
@FOR(bus:@GIN(A));
@FOR(bus:@GIN(B));
@FOR(bus:@GIN(C));
@FOR(bus:@GIN(E));
@FOR(bus:@GIN(F));
@FOR(bus:@GIN(G));
End
Lampiran 2
Detail Hasil Komputasi LINGO 11.0 Skenario 1.
Global optimal solution found.
17
Export Summary Report ---
Transfer Method: OLE BASED Workbook: excel-1.xlsx Ranges Specified: 6 BUS_BERANGKAT
BUS_PERPAL BUS_DEADHEAD BUS_YANG_TERSEDIA BUS_TAMBAHAN
TOTAL_BUS_BERANGKAT
Ranges Found: 3 Range Size Mismatches: 0 Values Transferred: 42
19
Lampiran 3
Sintaks LINGO 11.0 untuk masalah penentuan banyaknya bus berangkat dalam
meminimumkan biaya operasional untuk Skenario 2.
SETS:
kota_asal/1,2/:x; perjalanan/1..7/:y;
bus(kota_asal,perjalanan):A,B,C,D,E,F,G;
ENDSETS DATA:
D= @ole('excel-3.xlsx','DEMAND');
@ole
('excel-3.xlsx','BUS_BERANGKAT','BUS_PERPAL','BUS_DEADHEAD','BUS_YANG_TERS EDIA','BUS_TAMBAHAN','TOTAL_BUS_BERANGKAT')=A,B,C,E,F,G;
ENDDATA
Min = @SUM(bus(i,j):1250*A + 900*C + 2200*F );
!kendala 1: Banyaknya tempat yang tersedia untuk penumpang di bus harus lebih besar atau sama dengan persentase banyaknya penumpang yang diinginkan;
@FOR(bus(i,j):18*G >= 0.9*D);
!kendala 2: Banyaknya bus yang datang dari kota lain dan
bus-perpal di kota satu akan sama jumlahnya dengan banyaknya bus yang
akan pergi ke kota lain dan bus-perpal di kota tersebut di hari
berikutnya;
@FOR(perjalanan(j)|j#LE#6:
@SUM(perjalanan(j):B(1,j)- B(1,j+1)+ A(2,j)- A(1,j+1) +
C(2,j)- C(1,j+1))= 0);
@FOR(perjalanan(j)|j#LE#6:
@SUM(perjalanan(j):B(2,j)- B(2,j+1)+ A(1,j)- A(2,j+1)+
C(1,j) - C(2,j+1))=0);
@FOR(perjalanan(j)|j#EQ#7:
@SUM(perjalanan(j):B(1,j)- B(1,1)+ A(2,j)- A(1,1) + C(2,j) -
C(1,1))= 0);
@FOR(perjalanan(j)|j#EQ#7:
@SUM(perjalanan(j):B(2,j)- B(2,1)+ A(1,j)- A(2,1)+ C(1,j) -
C(2,1)) =0);
!kendala 3: Banyaknya bus yang ada di kota satu hari ini adalah
penjumlahan dari dari bus-berangkat dan bus-deadhead dari kota
lain serta bus-perpal dari kota tersebut di hari sebelumnya;
@FOR(perjalanan(j)|j#LE#6:
@SUM(perjalanan(j):B(1,j)+ A(2,j)+ C(2,j))= E(1,j+1));
@FOR(perjalanan(j)|j#LE#6:
@FOR(perjalanan(j)|j#EQ#7:
@SUM(perjalanan(j):B(1,j)+ A(2,j)+ C(2,j))= E(1,1));
@FOR(perjalanan(j)|j#EQ#7:
@SUM(perjalanan(j):B(2,j)+ A(1,j)+ C(1,j))= E(2,1));
!kendala 4: Semua bus yang terdapat di seluruh kota pada hari
tertentu adalah jumlah seluruh bus yang dimiliki oleh perusahaan otobus;
@FOR(perjalanan(j):
@SUM(perjalanan(j):E(2,J)+ E(1,J))= 4);
!kendala 5: Bus yang ada di suatu kota harus lebih banyak atau
sama dengan bus yang akan berangkat;
@FOR(perjalanan(j):
@SUM(perjalanan(j):A(1,J)+C(1,J))<=E(1,j));
@FOR(perjalanan(j):
@SUM(perjalanan(j):A(2,J)+ C(2,J))<=E(2,J));
!kendala 6: Bus yang dibutuhkan setiap hari di setiap kota adalah penjumlahan bus-berangkat dan bus-tambahan;
@FOR(perjalanan(j):
@SUM(perjalanan(j):A(1,J)+F(1,J))=G(1,j));
@FOR(perjalanan(j):
@SUM(perjalanan(j):A(2,J)+F(2,j))=G(2,J));
!kendala 7: kendala ketaknegatifan;
@FOR(bus:@GIN(A));
@FOR(bus:@GIN(B));
@FOR(bus:@GIN(C));
@FOR(bus:@GIN(E));
@FOR(bus:@GIN(F));
@FOR(bus:@GIN(G));
End
Lampiran 4
Detail Hasil Komputasi LINGO 11.0 Skenario 2.
Global optimal solution found.
21
Export Summary Report ---
Transfer Method: OLE BASED Workbook: excel-exe.xlsx Ranges Specified: 6 BUS_BERANGKAT_ST
BUS_PERPAL_ST BUS_DEADHEAD_ST BUS_YANG_TERSEDIA_ST BUS_TAMBAHAN_ST
TOTAL_BUS_BERANGKAT_ST
Ranges Found: 6 Range Size Mismatches: 0 Values Transferred: 84
23
Lampiran 5
Sintaks LINGO 11.0 untuk masalah penentuan banyaknya bus berangkat dalam
meminimumkan biaya operasional untuk skenario 3.
Model:
Title: Meminimumkan biaya keberangkatan dengan mengatur bus berangkat, bus deadhead dan bus tambahan;
SETS:
kota_asal/1,2/:x; perjalanan/1..14/:y; kelas/1..4/:z;
bus(kota_asal,perjalanan,kelas):A,B,C,D,E,F,G;
ENDSETS DATA:
D= @ole('excel.xlsx','DEMAND');
@ole('excel.xlsx','BUS_BERANGKAT','BUS_PERPAL','BUS_DEADHEAD','BUS
_YANG_TERSEDIA','BUS_TAMBAHAN','TOTAL_BUS_BERANGKAT')=A,B,C,E,F,G;
ENDDATA
Min = @SUM(bus(i,j,m):1250*A + 900*C + 2200*F );
!kendala 1: Banyaknya tempat yang tersedia untuk penumpang di bus harus lebih besar atau sama dengan persentase banyaknya penumpang yang diinginkan;
@FOR(bus(i,j,k)|k#EQ#1:18*G >= 0.9*D);
@FOR(bus(i,j,k)|k#EQ#2:24*G >= 0.9*D);
@FOR(bus(i,j,k)|k#EQ#3:28*G >= 0.9*D);
@FOR(bus(i,j,k)|k#EQ#4:32*G >= 0.9*D);
!kendala 2: Banyaknya bus yang datang dari kota lain dan
bus-perpal di kota satu akan sama jumlahnya dengan banyaknya bus yang
akan pergi ke kota lain dan bus-perpal di kota tersebut di hari
berikutnya;
@FOR(kelas(k):@FOR(perjalanan(j)|j#LE#13:
@SUM(perjalanan(j):B(1,j,k)- B(1,j+1,k)+ A(2,j,k)-
A(1,j+1,k) + C(2,j,k)- C(1,j+1,k))= 0));
@FOR(kelas(k):@FOR(perjalanan(j)|j#LE#13:
@SUM(perjalanan(j):B(2,j,k)- B(2,j+1,k)+ A(1,j,k)-
A(2,j+1,k)+ C(1,j,k) - C(2,j+1,k))=0));
@FOR(kelas(k):@FOR(perjalanan(j)|j#EQ#14:
@SUM(perjalanan(j):B(1,j,k)- B(1,1,k)+ A(2,j,k)- A(1,1,k) +
C(2,j,k) - C(1,1,k))= 0));
@FOR(kelas(k):@FOR(perjalanan(j)|j#EQ#14:
@SUM(perjalanan(j):B(2,j,k)- B(2,1,k)+ A(1,j,k)- A(2,1,k)+
!kendala 3: Banyaknya bus yang ada di kota satu hari ini adalah
penjumlahan dari dari bus-berangkat dan bus-deadhead dari kota
lain serta bus-perpal dari kota tersebut di hari sebelumnya;
@FOR(kelas(k):@FOR(perjalanan(j)|j#LE#13:
@SUM(perjalanan(j):B(1,j,k)+ A(2,j,k)+ C(2,j,k))=
E(1,j+1,k)));
@FOR(kelas(k):@FOR(perjalanan(j)|j#LE#13:
@SUM(perjalanan(j): B(2,j,k)+ A(1,j,k)+ C(1,j,k))=
E(2,j+1,k)));
@FOR(kelas(k):@FOR(perjalanan(j)|j#EQ#14:
@SUM(perjalanan(j):B(1,j,k)+ A(2,j,k)+ C(2,j,k))=
E(1,1,k)));
@FOR(kelas(k):@FOR(perjalanan(j)|j#EQ#14:
@SUM(perjalanan(j):B(2,j,k)+ A(1,j,k)+ C(1,j,k))=
E(2,1,k)));
!kendala 4: Semua bus yang terdapat di seluruh kota pada hari
tertentu adalah jumlah seluruh bus yang dimiliki oleh perusahaan otobus;
@FOR(perjalanan(j):
@SUM(perjalanan(j):E(2,J,1)+ E(1,J,1))= 4);
@FOR(perjalanan(j):
@SUM(perjalanan(j):E(2,J,2)+ E(1,J,2))= 12);
@FOR(perjalanan(j):
@SUM(perjalanan(j):E(2,J,3)+ E(1,J,3))= 4);
@FOR(perjalanan(j):
@SUM(perjalanan(j):E(2,J,4)+ E(1,J,4))= 4);
!kendala 5: Bus yang ada di suatu kota harus lebih banyak atau
sama dengan bus yang akan berangkat;
@FOR(kelas(k):@FOR(perjalanan(j):
@SUM(perjalanan(j):A(1,J,k)+C(1,J,k))<=E(1,j,k)));
@FOR(kelas(k):@FOR(perjalanan(j):
@SUM(perjalanan(j):A(2,J,k)+ C(2,J,k))<=E(2,J,k)));
!kendala 6: Bus yang dibutuhkan setiap hari di setiap kota adalah penjumlahan bus-berangkat dan bus-tambahan;
@FOR(kelas(k):@FOR(perjalanan(j):
@SUM(perjalanan(j):A(1,J,k)+F(1,J,k))=G(1,j,k)));
@FOR(kelas(k):@FOR(perjalanan(j):
25
!kendala 7: kendala ketaknegatifan;
@FOR(bus:@GIN(A));
@FOR(bus:@GIN(B));
@FOR(bus:@GIN(C));
@FOR(bus:@GIN(E));
@FOR(bus:@GIN(F));
@FOR(bus:@GIN(G));
End
Lampiran 6
Detail Hasil Komputasi LINGO 11.0 Skenario 3.
Global optimal solution found.
Objective value: 377300.0 Objective bound: 377300.0 Infeasibilities: 0.000000 Extended solver steps: 0 Total solver iterations: 207
Export Summary Report ---
Transfer Method: OLE BASED Workbook: excel2.xlsx Ranges Specified: 6 BUS_BERANGKAT
BUS_DEADHEAD BUS_YANG_TERSEDIA BUS_TAMBAHAN
TOTAL_BUS_BERANGKAT
Ranges Found: 6 Range Size Mismatches: 0 Values Transferred: 672
27
29
31
33
35
37
39