• Tidak ada hasil yang ditemukan

Inventarisasi dan Identifikasi Tungau Ektoparasit pada Cicak di Kawasan Taman Margasatwa Ragunan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Inventarisasi dan Identifikasi Tungau Ektoparasit pada Cicak di Kawasan Taman Margasatwa Ragunan"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI TUNGAU

EKTOPARASIT PADA CICAK DI KAWASAN TAMAN

MARGASATWA RAGUNAN

RATNASARI

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Inventarisasi dan Identifikasi Tungau Ektoparasit pada Cicak di Kawasan Taman Margasatwa Ragunan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

RATNASARI. Inventarisasi dan Identifikasi Tungau Ektoparasit pada Cicak di Kawasan Taman Margasatwa Ragunan. Dibimbing oleh TARUNI SRI PRAWASTI dan RIKA RAFFIUDIN.

Cicak berinteraksi dengan beragam jenis tungau, baik ektoparasit maupun endoparasit. Ektoparasit merupakan salah satu bentuk parasit dimana organisme hidup pada permukaan inang, menghisap darah, atau mencari makan pada rambut, bulu, kulit, atau sekresi kulit. Banyak spesies cicak diinfestasi tungau Genus Geckobia. Penelitian ini bertujuan (1) menginventarisasi, mengidentifikasi, menganalisis ketotaksi tungkai tungau, (2) menghitung prevalensi dan intensitas infestasi tungau pada cicak, (3) mempelajari keanekaragaman tungau ektoparasit pada cicak di dalam dan di luar kawasan Taman Margasatwa Ragunan. Tungau ektoparasit pada cicak dibuat sediaan utuh menggunakan polivinil alkohol. Hasil identifikasi berdasarkan karakter tungau ditemukan dua belas spesies Geckobia (G1, G2, G4, G5, G6, G7, G10, G11, G12, G13, G18, dan G19), sedangkan berdasarkan ketotaksi tungkai, G2, G4, dan G6 termasuk kelompok Geckobia grup 1, G10 termasuk kelompok G. gleadoviana, G11 termasuk kelompok G. indica, G13 termasuk kelompok G. keegani, dan G19 termasuk kelompok G. oedurae. Tungau G1, G5, G7, G12, dan G18 dimasukkan ke dalam Geckobia grup baru. Intensitas infestasi tungau tertinggi terhadap cicak C. platyurus oleh tungau G4. Intensitas infestasi tungau tertinggi terhadap cicak H. frenatus oleh tungau G1, dan cicak H. garnotii oleh tungau G10. Intensitas infestasi total tertinggi terdapat pada cicak H. garnotii.

Kata kunci: cicak, ektoparasit, Geckobia, ketotaksi, Taman Margasatwa Ragunan

ABSTRACT

RATNASARI. Inventory and Identification of Ectoparasites Mites on Gecko in Taman Margasatwa Ragunan. Supervised by TARUNI SRI PRAWASTI and RIKA RAFFIUDIN.

(5)

group Geckobia. The highest of mite infestation intensity on gecko C. platyurus was mite G4. The highest of mite infestation intensity on gecko H. frenatus was mite G1, and gecko H. garnotii was mite G10. H. garnotii has the largest infestation intensity values.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

pada

Departemen Biologi

INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI TUNGAU

EKTOPARASIT PADA CICAK DI KAWASAN TAMAN

MARGASATWA RAGUNAN

RATNASARI

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)
(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian dilaksanakan sejak bulan Januari 2014 ini ialah Inventarisasi dan Identifikasi Tungau Ektoparasit pada Cicak di Kawasan Taman Margasatwa Ragunan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dra Taruni Sri Prawasti, MSi, Ibu Dr Ir Rika Raffiudin, MSi selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan, saran, dan ilmu yang bermanfaat selama melaksanakan penelitian dan penulisan karya ilmiah, dan terima kasih kepada Ibu Dr. Nunik Sri Ariyanti, MSi sebagai penguji ujian skripsi atas saran, masukan, dan perbaikan yang diberikan. Terima kasih penulis ucapkan kepada kedua orang tua tercinta, saudara, dan seluruh keluarga besar yang telah memberikan dukungan, doa, semangat, dan bantuannya selama melaksanakan penelitian dan penulisan karya ilmiah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Tini dan Mbak Ani selaku laboran yang telah banyak memberikan bantuan selama pengamatan di laboratoruim, serta seluruh teman seperjuangan di Biologi 47, keluarga besar OWA, Fia, Rizky, ka Cut, Abi, dan pegawai serta security Taman Margasatwa Ragunan.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

METODE 2

Waktu dan Tempat 2

Koleksi Cicak dan Tungau Ektoparasit 2

Pembuatan Preparat Tungau Ektoparasit 3

Identifikasi Cicak dan Tungau Ektoparasit 3

Pengelompokkan Tungau 3

Ketotaksi Tungkai 4

Analisis Data 5

HASIL 5

Distribusi dan Identifikasi Cicak 5

Prevalensi dan Inventarisasi Tungau Ektoparasit yang Menginfestasi Cicak 6

Ketotaksi Tungkai 7

Intensitas Infestasi Tungau pada Cicak 14

Kunci Determinasi Geckobia Imago 15

Deskripsi Geckobia Imago 15

PEMBAHASAN 18

SIMPULAN 20

DAFTAR PUSTAKA 20

LAMPIRAN 22

RIWAYAT HIDUP 24

(12)

DAFTAR TABEL

1 Jumlah individu cicak yang diperiksa (∑ individu), jumlah individu cicak yang terinfestasi tungau (JI), dan nilai prevalensi (P) tiga spesies

cicak di tempat wilayah penangkapan 6

2 Jumlah dan persentase (%) tungau yang menginfestasi cicak C. platyurus, H. frenatus, dan H. garnotii, pada (a) kepala, (b) telinga, (c) ketiak, (d) badan, (e) paha, (f) ekor, (g) jari depan, dan (h) jari belakang 7

3 Ketotaksi tungkai 7

4 Perbandingan ciri-ciri tungau Geckobia sp1, Geckobia sp2, Geckobia sp4, Geckobia sp5, Geckobia sp6, Geckobia sp7, Geckobia sp10, Geckobia sp11, Geckobia sp12, Geckobia sp13, Geckobia sp18, dan Geckobia sp19 dari cicak C. platyurus, H. frenatus, dan H. garnotii di

dalam dan luar kawasan TMR 10

5 Jumlah tungau (Telur, Larva, Nimfa, dan Imago), intensitas infestasi, dan intensitas total tungau yang menginfestasi cicak C. platyurus, H. frenatus, dan H. garnotii di dalam dan luar kawasan TMR 13

DAFTAR GAMBAR

1 Lokasi pengambilan sampel cicak di sekitar (a) kandang reptil, (b)

mamalia, dan (c) aves Taman Margasatwa Ragunan 3

2 Bagian-bagian tubuh tungau Geckobia a. Bagian tubuh (tampak dorsal), b. bagian gnathosoma, c. kelisera, palpi, seta, spur, dan koksa pada tungkai, d. skutum dorsal dan motif kutikula, dan e. segmen tungkai 4

3 Posisi tubuh tungau 5

4 Pola penyebaran seta pada tibia, femur, genu dan trokhanter tungau

Geckobia. 8

5 Tungau Geckobia 12

6 Fase hidup tungau Geckobia a. fase telur, b. fase larva (tampak dorsal), c. fase nimfa (tampak dorsal), dan d. fase imago (tampak dorsal) di dalam dan luar kawasan Taman Margasatwa Ragunan 14

DAFTAR LAMPIRAN

1 Tipe seta yang tersebar pada tubuh tungau Geckobia (Zhang 1963) 22

(13)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Cicak diklasifikasikan ke dalam Filum Chordata, Kelas Reptilia, Ordo Squamata, Subordo Lacertilia, dan Famili Gekkonidae (Rooij 1915). Pada umumnya cicak hidup di tempat gelap, di dalam lubang dan celah-celah batu (Harrisson 1961). Cicak mampu hidup berdampingan dengan manusia, penyebaran di daerah tropis sangat luas dan aktif bereproduksi sepanjang tahun (Cook dan Richard 1999). Tiga spesies cicak yang tersebar secara acak dan cukup luas di Indonesia antara lain, Cosymbotus platyurus, Hemidactylus frenatus, dan Hemidactylus garnotii (Prawasti et al. 2013). Cicak C. platyurus memiliki lipatan kulit di kedua sisi tubuh mulai dari ketiak tungkai depan sampai di anterior lekuk paha tungkai belakang, jari melebar, dan memiliki ekor pipih memanjang dengan pinggir bergerigi. Cicak H. frenatus memiliki jari melebar dan tidak berselaput, tidak terdapat lipatan kulit, dan memiliki ekor bulat memanjang dengan 6 sisik tuberkal. Sedangkan jari cicak H. garnotii tanpa selaput, tidak ada lipatan kulit di kedua sisi tubuh, dan ekor pipih memanjang dengan sisi bergerigi (Rooij 1915).

Beberapa organisme melakukan interaksi untuk mempertahankan hidupnya. Interaksi tersebut dapat berupa simbiosis komensalisme, parasitisme, ataupun mutualisme. Cicak bisa berinteraksi dengan beragam jenis tungau, baik ektoparasit maupun endoparasit (Walter dan Proctor 1999). Ektoparasit merupakan salah satu bentuk parasit dimana organisme hidup pada permukaan inang, menghisap darah atau mencari makan pada rambut, bulu, kulit, atau sekresi kulit (Chandler dan Read 1961). Banyak spesies cicak yang diparasit oleh tungau Genus Geckobia dari Famili Pterygosomatidae (Montgomery 1966). Tungau termasuk anggota Filum Arthropoda, Subfilum Chelicerata, Kelas Arachnida, Subkelas Acari, Famili Pterygosomatidae (Krantz 1978). Ciri-ciri utama tungau yaitu tubuh terdiri atas tiga tagmata, yaitu; gnathosoma, podosoma, dan ophistosoma. Podosoma dan ophistosoma menyatu membentuk idiosoma. Pada gnathosoma terdapat sepasang kelisera yang digunakan untuk menusuk, menghisap, dan mengunyah. Segmen abdomen tidak ada atau tidak jelas. Tungau dewasa mempunyai empat pasang tungkai yang terletak pada podosoma (Krantz 1978).

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tungau Acari dapat menyebabkan penyakit anemia, penurunan aktivitas, atau dermatitis pada reptil. Selain itu, spesies tungau yang termasuk ke dalam Famili Pterygosomatidae adalah vektor dari banyak patogen. Sebagian besar Famili Pterygosomatidae dapat ditemukan di bawah sisik kadal, terutama reptil yang termasuk dalam Famili Gekkonidae, Agamidae, Cordylidae, dan Gerrhosauridae (Fajfer 2012).

(14)

2

G6, dan G10 ditemukan pada semua daerah penelitian. Tungau G7 hanya ditemukan di daerah Sumedang, tungau G1 tidak ditemukan di daerah Cianjur dan Tanggerang. Sedangkan tungau G8, G9, G11, G12, G13, G14, dan G17 ditemukan pada beberapa daerah penelitian.

Salah satu ciri tungau untuk membantu proses identifikasi hingga tingkat spesies adalah ketotaksi tungkai. Ketotaksi tungkai adalah salah satu ciri tungau dengan melihat susunan seta dari tungkai satu hingga empat. Pengamatan ketotaksi tungkai dilakukan untuk memberikan karakter diagnostik untuk banyak spesies dari genus (Jack 1964).

Taman Margasatwa Ragunan merupakan salah salah satu suaka margasatwa dan tempat wisata di daerah Jakarta. Jumlah koleksi yang terdapat didalamnya sekitar 2.226 jenis satwa dan ditumbuhi lebih dari 50.000 pohon. Berkunjung ke Taman Margasatwa Ragunan berarti memasuki sebuah hutan tropis mini yang di dalamnya terdapat keanekaragaman hayati dengan nilai konservasi yang tinggi. Belum ada laporan tentang inventarisasi dan identifikasi tungau ektoparasit pada cicak di Taman Margasatwa Ragunan.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan (1) menginventarisasi, mengidentifikasi, menganalisis ketotaksi tungkai tungau, (2) mengitung prevalensi dan intensitas infestasi tungau pada cicak, (3) mempelajari keanekaragaman tungau ektoparasit pada cicak di dalam kawasan Taman Margasatwa Ragunan (di sekitar kandang reptil, mamalia, dan aves) dan di luar kawasan Taman Margasatwa Ragunan (perumahan Kebagusan). Kebagusan adalah sebuah kelurahan yang terletak di kecamatan Pasar Minggu dan berbatasan dengan Taman Margasatwa Ragunan di sebelah barat.

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Mei 2014. Pengambilan sampel dilakukan di dalam kawasan Taman Margasatwa Ragunan (di sekitar kandang reptil, mamalia, dan aves) (Gambar 1) dan di luar kawasan Taman Margasatwa Ragunan (perumahan Kebagusan). Identifikasi cicak dan tungau, serta pembuatan preparat tungau dilakukan di Laboratorium Mikroteknik dan Laboratorium Bagian Biosistematika dan Ekologi Hewan, Departemen Biologi, FMIPA IPB.

Koleksi Cicak dan Tungau Ektoparasit

(15)

3

Gambar 1 Lokasi pengambilan sampel cicak di sekitar (a) kandang reptil, (b) mamalia, dan (c) aves Taman Margasatwa Ragunan

Pembuatan Preparat Tungau Ektoparasit

Pembuatan preparat tungau dilakukan dengan metode sediaan utuh menggunakan media polivinil alkohol. Tungau yang telah diawetkan dalam alkohol 70% diletakkan di atas gelas objek kemudian ditetesi dengan media polivinil alkohol dan ditutup dengan gelas penutup. Preparat dikeringkan pada hot plate dengan suhu 400C selama satu minggu (Zhang 1963).

Identifikasi Cicak dan Tungau Ektoparasit

Cicak diidentifikasi dengan kunci determinasi Rooij (1915). Identifikasi tungau menggunakan kunci determinasi Krantz (1978) hingga tingkat famili dan Lawrence (1936) hingga tingkat genus. Tungau yang termasuk Genus Geckobia dikelompokkan dan diberi nomor mengikuti Prawasti et al. (2013).

Pengelompokkan Tungau

Tungau dikelompokkan berdasarkan 11 karakter morfologi, yaitu bentuk tubuh, ukuran tubuh, motif kutikula, skutum dorsal, tipe dan ukuran seta dorsal, tipe dan ukuran seta ventral, tipe seta (Lampiran 1) dan spur pada palpa tibia, ukuran kelisera, tipe-jumlah seta dan spur pada koksa, spur pada trochanter (Gambar 2), dan ketotaksi (Gambar 3).

C

A

B

Pintu masuk

U

S

Central area

Kantor TMR

Piknik area area

(16)

4

Gambar 2 Bagian-bagian tubuh tungau Geckobia. a. Bagian tubuh (tampak dorsal), b. bagian gnathosoma, c. kelisera, palpi, seta, spur, dan koksa pada tungkai, d. skutum dorsal dan motif kutikula, dan e. segmen tungkai

Ketotaksi Tungkai

Identifikasi ketotaksi tungkai menurut Jack (1964) dengan mengamati pola penyebaran dan jumlah seta pada tibia, genu, femur, dan trokhanter dari tungkai satu sampai tungkai empat. Hasil pengamatan jumlah dan pola penyebaran seta dibuat rumus dan diagram (Gambar 3).

(17)

5

Analisis Data

Analisis keberadaan tungau pada cicak dilakukan dengan menghitung nilai prevalensi (P), intensitas infestasi (I), dan intensitas total (It) (Barton dan Richards 1996). Nilai prevalensi adalah persentase cicak yang terinfestasi tungau. Intensitas infestasi adalah rata-rata jumlah tungau spesies (i) yang menginfestasi setiap individu cicak. Intensitas infestasi total adalah jumlah total tungau yang menginfestasi per individu cicak.

Keterangan:

P = prevalensi

I = intensitas infestasi tungau It = intensitas total

n = jumlah cicak yang terinfestasi tungau

ni = jumlah cicak yang terinfestasi tungau spesies i

N = jumlah cicak yang diperiksa

Ti = jumlah tungau spesies i yang menginfestasi cicak T = jumlah total tungau yang menginfestasi cicak

HASIL

Distribusi dan Identifikasi Cicak

Cicak yang dikoleksi dari empat wilayah penangkapan berjumlah 127 ekor. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa 106 ekor adalah cicak C. platyurus, 10 ekor adalah cicak H. frenatus, dan 11 ekor cicak adalah H. garnotii (Tabel 1). Cicak H. frenatus tidak ditemukan di luar kawasan Taman Margasatwa Ragunan, cicak H. garnotii tidak ditemukan di sekitar kandang reptil, sedangkan cicak C. platyurus ditemukan di semua wilayah penangkapan.

(18)

6

Prevalensi dan Inventarisasi Tungau Ektoparasit yang Menginfestasi Cicak

Jumlah cicak yang terinfestasi tungau ektoparasit sebanyak 100 dari jumlah keseluruhan yang ditangkap yaitu sebanyak 127 ekor. Nilai prevalensi cicak diinfestasi tungau pada keempat wilayah penangkapan sebesar 75.47% pada cicak C. platyurus, pada cicak H. frenatus sebesar 100%, dan pada cicak H. garnotii sebesar 90.91% (Tabel 1).

Cicak di luar kawasan TMR (perumahan Kebagusan) memiliki nilai prevalensi lebih rendah dibandingkan dengan di dalam kawasan TMR (di sekitar kandang reptil, aves, dan mamalia). Cicak C. platyurus memiliki nilai prevalensi terendah pada keempat wilayah dibandingkan spesies cicak yang lain (Tabel 1).

Tungau ektoparasit yang berhasil ditemukan dari 100 individu cicak di empat wilayah penangkapan sebanyak 810 tungau. Tungau diambil di delapan lokasi pelekatan permukaan tubuh cicak yaitu, kepala (a), telinga (b), ketiak (c), badan (d), paha (e), ekor (f), jari depan (g), dan jari belakang (h) dengan menggunakan sonde. Lokasi pelekatan tungau ektoparasit tertinggi pada ketiga spesies cicak yang ditemukan yaitu pada jari belakang, dengan nilai sebesar 38.99% pada cicak C. platyurus, 40.69% pada cicak H. frenatus, dan 36.81% pada cicak H. garnotii. Lokasi pelekatan tungau ektoparasit dengan nilai persentase cukup tinggi pada cicak C. platyurus yaitu pada kepala (pada lipatan mata) (18.57%) dan telinga (11.67%). Sedangkan pada cicak H. frenatus dan H. garnotii nilai persentase rendah pada kepala (0.69; 1.04) dan telinga (2.07; 1.04) (Tabel 2).

Tungau ektoparasit yang ditemukan pada ketiga spesies cicak memiliki ciri-ciri yaitu, tubuh terdiri atas tiga tagmata, yaitu; gnathosoma, podosoma dan ophistosoma. Gnathosoma terdiri dari kelisera, palpi, stigmata dan peritrema; palpi dilengkapi dengan cakar; seta pada tubuh dengan bentuk dan ukuran bervariasi, terdapat rambut tenent. Berdasar ciri-ciri tersebut, seluruh tungau yang diamati termasuk anggota Famili Pterygosomatidae. Tungau yang ditemukan memiliki skutum dorsal pada tubuh, mulut seluruhnya tampak di permukaan anterior tubuh, koksa dilindungi oleh seta kaku atau spur, koksa 1 dan 2 menyatu menjadi koksa anterior, koksa 3 dan 4 menyatu menjadi koksa posterior. Berdasar ciri-ciri tersebut seluruh tungau yang ditemukan termasuk Genus Geckobia.

Wilayah penangkapan

Spesies Cicak

C. platyurus H. frenatus H. garnotii

∑ ind JI P % ∑ ind JI P % ∑ ind JI P %

Tabel 1 Jumlah individu cicak yang diperiksa (∑ individu), jumlah individu cicak

(19)

7

Ketotaksi Tungkai

Ketotaksi tungkai merupakan ciri tungau dengan melihat pola susunan seta pada tungkai satu hingga empat dan mengetahui jumlah serta posisi seta pada segmen tungkai (tibia, genu, femur, dan trokhanter). Berdasarkan hasil pengamatan ketotaksi tungkai pada kedua belas spesies tungau yang ditemukan didapatkan bahwa, jumlah seta pada tibia sebanyak 20 dengan pola susunan seta (5-5-5-5). Sedangkan pada genu, femur, dan trokhanter jumlah dan pola susunan seta bervariasi (Tabel 3). Pola susunan seta tungau G2, G4, G6, G10, G11, G13, dan G19 dapat dicocokkan dengan kunci ketotaksi tungkai berdasar Jack (1964).

Lokasi pada cicak

Tungau

C. platyurus H. frenatus H. garnotii

∑ % ∑ % ∑ %

Spesies Ketotaksi tungkai Kelompok Pustaka

Tibia Genu Femur Trokhanter

G1 (5-5-5-5) (0-0-0-0) (2-1-1-1) (1-1-1-1) Geckobia grup 4 Penelitian ini

Tabel 2 Jumlah dan persentase (%) tungau yang menginfestasi cicak C. platyurus, H. frenatus, dan H. garnotii, pada (a) kepala, (b) telinga, (c) ketiak, (d) badan, (e) paha, (f) ekor, (g) jari depan, dan (h) jari belakang

(20)

8

Pola penyebaran seta pada tibia, genu, femur dan trokhanter dari tungkai satu sampai tungkai empat. Gambar 3 menunjukkan representasi dari distribusi seta pada podomere proksimal di setiap genus. Setiap persegi panjang merupakan tungkai kanan yang dilihat dari atas.

Geckobia sp4

Geckobia sp6 Geckobia sp2 Ge

Fe

Trokh Ti

T2 T3 T4

anterior posterior

Geckobia sp10

Geckobia sp11 Geckobia sp13

(21)

9

Gambar 4 Pola penyebaran seta pada tibia, femur, genu, dan trokhanter tungau Geckobia. seta dorsal, seta ventral, seta antero-lateral, seta postero-lateral. (T1) tungkai 1, (T2) tungkai 2, (T3) tungkai 3, (T4) tungkai 4, (Ti) tibia, (Fe) femur, (Ge) genu, (Trokh) trokhanter

Geckobia sp18 Geckobia sp12

Geckobia sp19

Geckobia sp1

(22)

10

Tabel 4 Perbandingan ciri-ciri tungau Geckobia sp1, Geckobia sp2, Geckobia sp4, Geckobia sp5, Geckobia sp6, Geckobia sp7, Geckobia sp10, Geckobia sp11, Geckobia sp12, Geckobia sp13, Geckobia sp18, dan Geckobia sp19 dari cicak

C. platyurus, H. frenatus, dan H. garnotii di dalam dan luar kawasan TMR

No Pembeda G1 G2 G4 G5 G6 G7

1 Bentuk tubuh Bulat Segitiga Bulat ke lateral Bulat ke lateral Bulat Bulat

2 Panjang tubuh (µm) 530-640 230-260 180-210 300-450 330-450 440-570

Lebar tubuh (µm) 570-680 300-400 200-240 350-490 340-460 490-610

3 Motif kutikula Lineate Lineate Lineate Lineate Lineate Lineate

4 Skutum Dorsal tipe-jumlah seta 12-serrate 8- pilose 4- serrate 14-serrate 8-serrate 16-serrate

5

Seta dorsal

a. Anterior (tipe-ukuranµm) Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

b. Median (tipe-ukuran µm) Serrate, 20-32.5 Pilose, 20-22.5 Serrate, 32.5-40 Pilose, 35-37.5 Serrate, 40 Serrate, 32.5-35

c. Posterior (tipe-ukuran µm) Serrate, 37.5-45 Pilose, 45-60 Serrate, 40-42.5 Pilose, 50-70 Serrate, 47.5-52.5 Serrate, 40-42.5

6 Seta ventral (tipe-ukuran µm) Serrate, 20.5-44.5 Pilose, 17.5-55 Serrate, 24.5-38 Pilose, 26-55 Simple, 42.5-54 Pilose-15-41.25

7

Gnathosoma

a. Spur palpal tibia Tidak ada Ada- simple Ada-pilose Ada- serrate Ada-pilose Tidak ada

b. Seta palpal tibia (µm) Simple, 42.5-52.5 Simple, 27.5-32.5 Simple, 32.5-35 Pilose, 47.5-55 Simple, 35-37.5 Simple, 42.5-45

c. Panjang kelisera (µm) 110-137.5 55-62.5 40-45 72.5-97.5 52.5-60 95-100

8

Tungkai 1

a. Seta pada koksa Ada- 2-serrate Ada-2-pilose Ada-2-simple Ada-2-simple Ada-2-serrate Ada-2-simple

b. Spur pada trochanter Tidak ada Ada- pilose Ada-serrate Ada- serrate Ada -serrate Tidak ada

9

Tungkai 2

a. Jumlah spur pada koksa 2-serrate 2-pilose 2-pilose 2-pilose 2-pilose 2-serrate

b. Spur pada trochanter Tidak ada Ada- pilose Ada- serrate Ada- serrate Ada- serrate Tidak ada

10

Tungkai 3 dan 4

a. Jumlah spur pada koksa 3-serrate 5-pilose 3-4-pilose 6-pilose 4-pilose 4-pilose

b. Spur pada trochanter Tidak ada Ada-pilose Tidak ada Ada-serrate Ada- serrate Tidak ada

(23)

11 Tabel 4 Lanjutan.

No Pembeda G10 G11 G12 G13 G18 G19

1 Bentuk tubuh Bulat ke lateral Bulat ke lateral Bulat Bulat, tepi tidak beraturan Bulat ke lateral Bulat memanjang

2 Panjang tubuh (µm) 490-560 260-300 180-190 220-360 510 420

Lebar tubuh (µm) 500-610 380-440 200-210 290-370 610 410

3 Motif kutikula Lineate Lineate Lineate Lineate Lineate Lineate

4 Skutum Dorsal tipe-jumlah seta Ada, 16 serrate Ada, 9 pilose Ada, 14 serrate Ada, 12 serrate Ada, 14 serrate Ada, 16 pilose

5

Seta dorsal

a. Anterior (tipe-ukuranµm) Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Serrate-37.5 Pilose-40

b. Median (tipe-ukuran µm) Pilose, 42.5-45 Pilose, 30-35 Pilose, 30-32.5 Serrate, 30 Serrate-42.5 Pilose-40

c. Posterior (tipe-ukuran µm) Pilose, 57.5-72.5 Pilose, 67.5-72.5 Pilose, 32.5-40 Serrate, 57.5-60 Serrate-50 Pilose-52.5

6 Seta ventral (tipe-ukuran µm) Pilose, 25-60 Pilose, 16-59.5 Pilose-17.5-37.5 Serrate-21-43 Serrate-20-45 Serrate-32.5-52.5

7

Gnathosoma

a. Spur palpal tibia Tidak ada Ada- pilose Tidak ada Tidak ada Tidak ada Ada-serrate

b. Seta palpal tibia (µm) Pilose, 32.5-42.5 Simple, 25-32.5 Simple, 37.5-40 Simple, 40-45 Simple-40 Simple-62.5

c. Panjang kelisera (µm) 77.5-87.5 70-72.5 40-52.5 80-92.5 72.5 72.5

8

Tungkai 1

a. Seta pada koksa Ada-2-simple Ada-2-simple Ada-1-simple Ada-2-simple Ada-2-simple Ada-2-simple

b. Spur pada trochanter Ada-serrate Tidak ada Ada - pilose Tidak ada Tidak ada Tidak ada

9

Tungkai 2

a. Jumlah spur pada koksa 2-pilose 2-pilose 2-pilose 2-pilose 2-serrate 2-pilose

b. Spur pada trochanter Ada-pilose Tidak ada Tidak ada Tidak ada Ada- simple Tidak ada

10

Tungkai 3 dan 4

a. Jumlah spur pada koksa 4-pilose 5-pilose 3-pilose 4-pilose 3-serrate 4-pilose

(24)

12

Gambar 5 Tungau Geckobia a. Geckobia sp1(tampak ventral), b. Geckobia sp2 (tampak ventral), c. Geckobia sp4 (tampak ventral), d. Geckobia sp5 (tampak dorsal), e. Geckobia sp6 (tampak ventral), f. Geckobia sp7 (tampak ventral), g. Geckobia sp10 (tampak dorsal), h. Geckobia sp11 (tampak ventral), i. Geckobia sp12 (tampak ventral), j. Geckobia sp13 (tampak ventral), k. Geckobia sp18 (tampak ventral), l. Geckobia sp19 (tampak ventral) dengan skala 50 µm

G7

G5 G4

G19 G18

G13 G12

G11 G10

G2

(25)

13 Keterangan: Angka di depan adalah jumlah tungau dan angka di dalam kurung adalah intensitas infestasi, DK (Dalam Kawasan, LK (Luar Kawasan), It (Intensitas total), dan (-) = tidak ditemukan cicak.

Spesies Cicak

Jumlah Tungau dan Intensitas Infestasi It

Telur Larva Nimfa G1 G2 G4 G5 G6 G7 G10 G11 G12 G13 G18 G19

DK

TMR

Cp 34 (1.8) 91 (2.8) 66 (2.2) 5 (1) 1 (1) 37 (2.5) 0 42 (1.4) 0 14 (1.4) 1 (1) 18 (1.3) 1 (1) 0 1 (1) 5.1

Hf 4 (4) 33 (3.7) 19 (2.7) 39 (5.6) 20 (3.3) 1 (1) 2 (1) 3 (1.5) 6 (2) 8 (2) 5 (5) 1 (1) 4 (1.3) 0 0 15

Hg 0 38 (5.4) 86 (12.3) 13 (2.6) 9 (1.8) 2 (2) 15 (2.1) 4 (2) 4 (1.3) 58 (8.3) 22 (5.5) 4 (1.3) 5 (1.3) 0 0 33

LK

TMR

Cp 13 (4.3) 27 (3) 9 (2.3) 5 (1.7) 0 5 (1.3) 0 4 (1) 0 0 0 0 2 (2) 1 (1) 0 3.4

Hf - - - -

Hg 0 5 (5) 7 (2.3) 2 (1.7) 0 0 1 (1) 0 0 13 (13) 0 0 0 0 0 14

(26)

14

Berdasarkan hasil pengamatan, terdapat empat fase perkembangan tungau yaitu telur, larva, nimfa, dan imago (Gambar 5). Fase telur berjumlah 51 (6.30%), fase larva berjumlah 194 individu (23.95%), fase nimfa berjumlah 187 individu (23.09%), dan fase imago berjumlah 378 individu (46.67%). Hasil pengamatan tersebut sesuai dengan fase perkembangan tungau dari Famili Pterygosomatidae menurut Krantz (1978) dan termasuk dalam Genus Geckobia. Berdasarkan 11 karakter morfologi yang diamati (Tabel 4), pada penelitian ini ditemukan 12 spesies tungau Geckobia yaitu, Geckobia sp1, Geckobia sp2, Geckobia sp4, Geckobia sp5, Geckobia sp6, Geckobia sp7, Geckobia sp10, Geckobia sp11, Geckobia sp12, Geckobia sp13, Geckobia sp18, dan Geckobia sp19 (Gambar 4). Tungau G1 sampai dengan G17 telah ditemukan pada penelitian sebelumnya, sedangkan tungau G18 dan G19 baru ditemukan pada penelitian ini.

Intensitas Infestasi Tungau pada Cicak

Intensitas infestasi tungau tertinggi terhadap cicak C. platyurus di dalam kawasan TMR sebesar 2.5 oleh tungau G4 dan di luar kawasan TMR sebesar 2 oleh tungau G13. Intensitas infestasi tungau tertinggi terhadap cicak H. frenatus sebesar 5.6 oleh tungau G1, sedangkan cicak H. garnotii intensitas infestasi tertinggi oleh tungau G10 sebesar 8.3 (di dalam kawasan TMR) dan 13 (di luar kawasan TMR). Tungau G18 dan G19 ditemukan pada cicak C. platyurus dengan nilai intensitas infestasi sebesar masing-masing 1, sedangkan tungau G5 dan G7 ditemukan pada cicak H. frenatus dan H. garnotii (Tabel 5).

Gambar 6 Fase hidup tungau Geckobia a. fase telur, b. fase larva (tampak dorsal), c. fase nimfa (tampak dorsal), dan d. fase imago (tampak dorsal) di

(27)

15

Kunci Determinasi Geckobia Imago

1a Bentuk tubuh segitiga atau bulat dengan tepi tidak beraturan...2 1b Bentuk tubuh bukan segitiga dengan tepi beraturan...3 2a Panjang tubuh 230-260 μm, lebar tubuh 300-400 μm, skutum dorsal dengan

seta berjumlah 8 dan bertipe pilose, ketotaksi (5-5-5-5) 0-0-1) (3-2-2-2) (1-1-1-1)...Geckobia sp2

2b Panjang tubuh 220-360 μm, lebar tubuh 290-370 μm, skutum dorsal dengan seta berjumlah 12 dan bertipe serrate, ketotaksi (5-5-5-5) (0-0-0-0) (2-1-1-1) (1-1-1-0)...Geckobia sp. 13

3a Bentuk tubuh bulat...4 3b Bentuk tubuh bulat ke lateral, bulat memanjang...7 4a Panjang tubuh >300 μm...5 4b Panjang tubuh <300 μm (180-190 μm), lebar tubuh 200-210 μm, ketotaksi

(5-5-5-5) (1-0-0-0) (3-2-1-1) (1-1-0-0)...Geckobia sp. 12

5a Skutum dorsal dengan seta tipe serrate berjumlah >10...6 5b Skutum dorsal dengan seta tipe serrate berjumlah <10, ketotaksi (5-5-5-5) (1-0-0-1) (3-2-2-2) (1-1-1-1)...Geckobia sp. 6

6a Seta ventral ukuran 20.5-44.5 μm tipe serrate, ketotaksi (5-5-5-5) (0-0-0-0) (2-1-1-1) (1-(2-1-1-1)...Geckobia sp. 1

6b Seta ventral ukuran 15-41.25 μm tipe pilose, ketotaksi (5-5-5-5) (1-0-0-0) (2-1-1-1) (0-0-0-0)...Geckobia sp. 7

7a Ada seta dorsal anterior...8 7b Tidak ada seta dorsal anterior... ...9 8a Seta dorsal anterior dengan tipe serrate, ketotaksi (5-5-5-5) (0-0-0-0) (2-1-1-1) (0-1-1-(2-1-1-1)...Geckobia sp. 18

8b Seta dorsal anterior dengan tipe pilose, ketotaksi (5-5-5-5) (0-0-0-0) (2-1-1-2) (1-1-1-1)...Geckobia sp. 19

9a Tidak ada spur pada trochanter tungkai 3 dan 4...10 9b Ada spur pada trochanter tungkai 3 dan 4...11 10a Spur palpa tibia dengan tipe pilose, ketotaksi (5-5-5-5) 0-0-1) (3-2-2-2) (1-1-1-1)...Geckobia sp. 4

10b Tidak ada spur palpa tibia, ketotaksi (5-5-5-5) (0-0-0-0) (3-2-2-2) (1-1-1-1)...Geckobia sp. 10

11a Spur pada trochanter tungkai 3 dan 4 bertipe serrate, ketotaksi tungkai (5-5-5-5) (0-0-0-0) (2-2-2-2) (1-1-1-1)...Geckobia sp. 5

11b Spur pada trochanter tungkai 3 dan 4 bertipe pilose, ketotaksi tungkai (5-5-5-5) (1-0-0-0) (3-2-2-2) (1-1-1-1)...Geckobia sp. 11

Deskripsi Geckobia Imago

a. Deskripsi tungau Geckobia sp1

(28)

16

serrate, ketotaksi tungkai (5-5-5-5) (0-0-0-0) (2-1-1-1) (1-1-1-1) termasuk ke dalam kelompok Geckobia grup 4.

b. Deskripsi tungau Geckobia sp2

Bentuk tubuh segitiga, panjang tubuh 230-260 μm, lebar tubuh 300-400

μm, skutum dorsal dengan seta berjumlah 8 dan bertipe pilose, seta dan spur palpa tibia bertipe simple, panjang kelisera 55-62.5 μm, seta pada koksa tungkai berjumlah 2 dan bertipe pilose, spur pada koksa tungkai 2 berjumlah 2 dan bertipe pilose, spur pada koksa tungkai 3 dan 4 berjumlah 5 dan bertipe pilose, spur pada trochanter bertipe pilose, ketotaksi tungkai (5-5-5-5) (1-0-0-1) (3-2-2-2) (1-1-1-1) termasuk ke dalam kelompok Geckobia grup 1.

c. Deskripsi tungau Geckobia sp4

Bentuk tubuh bulat ke lateral, panjang tubuh 180-210 μm, lebar tubuh 200-240 μm, spur palpa tibia dengan tipe pilose, seta pada skutum dorsal berjumlah 4, panjang kelisera 40-45 μm, seta pada koksa tungkai 1 berjumlah 2 dan bertipe simple, seta dorsal dan ventral bertipe serrate, spur pada koksa tungkai 2 berjumlah 2 dan bertipe pilose, spur pada trochanter pada tungkai 2 bertipe serrate, ketotaksi tungkai (5-5-5-5) (1-0-0-1) (3-2-2-2) (1-1-1-1) termasuk ke dalam kelompok Geckobia grup 1.

d. Deskripsi tungau Geckobia sp5

Bentuk tubuh bulat ke lateral, panjang tubuh 300-450 μm, lebar tubuh 350-490 μm, skutum dorsal dengan seta berjumlah 14 dan bertipe serrate, seta dorsal dan ventral bertipe pilose, spur palpa tibia bertipe serrate, seta pada koksa tungkai 1 berjumlah 2 dan bertipe simple, spur pada koksa tungkai 2 berjumlah 2 dan bertipe pilose, spur pada koksa tungkai 3 dan 4 berjumlah 6 dan bertipe pilose, spur pada trochanter tungkai 3 dan 4 bertipe serrate, ketotaksi tungkai (5-5-5-5) (0-0-0-0) (2-2-2-2) (1-1-1-1) termasuk ke dalam kelompok Geckobia grup 5.

e. Deskripsi tungau Geckobia sp6

Bentuk tubuh bulat, panjang tubuh 330-450 μm, lebar tubuh 340-460 μm, skutum dorsal dengan seta tipe serrate berjumlah <10, panjang kelisera 52.5-60 μm, seta pada koksa tungkai 1 berjumlah 2 dan bertipe serrate, seta dorsal bertipe serrate dan seta ventral bertipe simple, seta dan spur palpa tibia bertipe simple dan pilose, spur pada koksa tungkai 2 berjumlah 2 dan bertipe pilose, ketotaksi tungkai (5-5-5-5) (1-0-0-1) (3-2-2-2) (1-1-1-1) termasuk ke dalam kelompok Geckobia grup 1.

f. Deskripsi tungau Geckobia sp7

(29)

17 pilose, ketotaksi tungkai (5-5-5-5) (1-0-0-0) (2-1-1-1) (0-0-0-0) termasuk ke dalam kelompok Geckobia grup 6.

g. Deskripsi tungau Geckobia sp10

Bentuk tubuh bulat ke lateral, panjang tubuh 490-560 μm, lebar tubuh 500-610 μm, skutum dorsal dengan seta berjumlah 16 dan bertipe serrate, seta dorsal dan ventral bertipe pilose, seta palpa tibia bertipe pilose, seta pada koksa tungkai 1 berjumlah 2 dan bertipe simple, spur pada koksa tungkai 2 berjumlah 2 dan bertipe pilose, tidak ada spur pada palpa tibia, ketotaksi tungkai (5-5-5-5) (0-0-0-0) (3-2-2-2) (1-1-1-1) termasuk ke dalam kelompok Geckobia gleadoviana.

h. Deskripsi tungau Geckobia sp11

Bentuk tubuh bulat ke lateral, panjang tubuh 260-300 μm, lebar tubuh 380-440 μm, skutum dorsal dengan seta tipe pilose, panjang kelisera 70-72.5 μm, seta dorsal dan ventral bertipe pilose, seta palpa tibia bertipe simple, seta pada koksa tungkai 1 berjumlah 2 dan bertipe simple, spur pada koksa tungkai 2 berjumlah 2 dan bertipe pilose, spur pada trochanter tungkai 3 dan 4 bertipe pilose, ketotaksi tungkai (5-5-5-5) (1-0-0-0) (3-2-2-2) (1-1-1-1) termasuk ke dalam kelompok Geckobia indica.

i. Deskripsi tungau Geckobia sp12

Bentuk tubuh bulat, panjang tubuh <300 μm (180-190 μm), lebar tubuh 200-210 μm, skutum dorsal dengan seta berjumlah 14 dan bertipe serrate, seta dorsal dan ventral bertipe pilose, seta palpa tibia bertipe simple, seta pada koksa tungkai 1 berjumlah 1 dan bertipe simple, spur pada koksa tungkai 2 berjumlah 2 dan bertipe pilose, spur pada koksa tungkai ke 3 dan 4 berjumlah 3 dan bertipe pilose, ketotaksi tungkai (5-5-5-5) (1-0-0-0) (3-2-1-1) (1-1-0-0) termasuk ke dalam kelompok Geckobia grup 7.

j. Deskripsi tungau Geckobia sp13

Bentuk tubuh bulat dengan tepi tidak beraturan, panjang tubuh 220-360

μm, lebar tubuh 290-370 μm, skutum dorsal dengan seta berjumlah 12 dan bertipe serrate, seta dorsal dan ventral bertipe serrate, seta palpa tibia bertipe simple, seta pada koksa tungkai 1 berjumlah 2 dan bertipe simple, spur pada koksa tungkai 2 berjumlah 2 dan bertipe pilose, spur pada koksa tungkai ke 3 dan 4 berjumlah 4 dan bertipe pilose, ketotaksi tungkai (5-5-5-5) (0-0-0-0) (2-1-1-1) (1-1-1-0) termasuk ke dalam kelompok Geckobia keegani.

k. Deskripsi tungau Geckobia sp18

(30)

18

l. Deskripsi tungau Geckobia sp19

Bentuk tubuh bulat memanjang, panjang tubuh ± 420 μm, lebar tubuh ±

610 μm, seta dorsal dan ventral bertipe pilose dan serrate, seta palpa tibia bertipe simple, seta pada koksa tungkai 1 berjumlah 2 dan bertipe simple, spur pada koksa tungkai 2 berjumlah 2 dan bertipe pilose, spur pada koksa tungkai ke 3 dan 4 berjumlah 4 dan bertipe pilose, ketotaksi tungkai (5-5-5-5) (0-0-0-0) (2-1-1-2) (1-1-1-1) termasuk ke dalam kelompok Geckobia oedurae.

PEMBAHASAN

Cicak terinfestasi tungau ektoparasit karena interaksi fisik inang berupa perilaku kawin, perkelahian, dan hidup dalam satu sarang (Rivera et al. 2003). Cicak di luar kawasan TMR (perumahan Kebagusan) memiliki nilai prevalensi lebih rendah dibandingkan dengan di dalam kawasan TMR (di sekitar kandang reptil, aves, dan mamalia). Hal ini kemungkinan disebabkan jangkauan pengambilan sampel cicak dalam kawasan TMR lebih sempit (sekitar kandang) sehingga interaksi antar cicak lebih mudah terjadi dan penularan tungau antar individu cicak menjadi lebih tinggi. Sedangkan pengambilan sampel di luar kawasan dilakukan secara road sampling atau antar rumah, sehingga belum tentu terjadi interaksi antar individu cicak.

Cicak C. platyurus memiliki nilai prevalensi terendah (75.47%) pada keempat wilayah dibandingkan spesies cicak yang lain, H. garnotii (90.91%), dan H. frenatus (100%) (Tabel 1). Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, umumnya cicak C. platyurus memiliki nilai prevalensi terendah dibandingkan spesies cicak yang lain. Nilai prevalensi total infestasi tungau cicak C. platyurus di Indonesia sebesar 15%, di kabupaten Sumedang sebesar 91%, di pasar dan Suaka Margasatwa Muara Angke Jakarta sebesar 13.51% dan 41.67% (Prawasti et al. 2013, Nurhidayat 2013, Handayani 2013). Kemungkinan struktur tubuh cicak C. platyurus yang kurang mendukung untuk pelekatan tungau ektoparasit tersebut.

Berdasarkan 11 karakter morfologi yang diamati (Tabel 4), ditemukan dua belas kelompok tungau Geckobia yaitu Geckobia spesies 1 (G1), Geckobia spesies 2 (G2), Geckobia spesies 4 (G4), Geckobia spesies 5 (G5), Geckobia spesies 6 (G6), Geckobia spesies 7 (G7), Geckobia spesies 10 (G10), Geckobia spesies 11 (G11), Geckobia spesies 12 (G12), Geckobia spesies 13 (G13), Geckobia spesies 18 (G18), dan Geckobia spesies 19 (G19). Penomoran spesies tungau berdasar penelitian sebelumnya Prawasti et al. (2013), Abdusalam (2012), Anggraini (2012), Heryanto (2013), Fitriana (2013), Handayani (2013), dan Nurhidayat (2013).

(31)

19 Tungau G13 memiliki kesamaan ketotaksi dengan G. keegani (5-5-5-5) (0-0-0-0) (2-1-1-1) (1-1-1-0). Tungau G19 memiliki kesamaan ketotaksi dengan G. oedurae (5-5-5-5) (0-0-0-0) (2-1-1-2) (1-1-1-1). Ketotaksi tungkai tungau G1, G5, G7, G12, dan G18 tidak ditemukan pada ketotaksi tungkai berdasar Jack (1964), sehingga dimasukkan ke dalam Geckobia grup baru. Tungau G1 dimasukkan ke dalam Geckobia grup 4, tungau G5 dimasukkan ke dalam Geckobia grup 5, tungau G7 dimasukkan ke dalam Geckobia grup 6, tungau G12 dimasukkan ke dalam Geckobia grup 7, dan tungau G18 dimasukkan ke dalam Geckobia grup 8 meneruskan pengelompokan Jack (1964). Tungau G1 dan G2 telah ditemukan oleh Prawasti et al. (2013), tungau G4, G5, G6, G7, G8, G9, G10, G11, G12 telah ditemukan oleh Abdussalam (2012) dan Anggraini (2012), tungau G13 ditemukan oleh Heryanto (2013), dan tungau G17 ditemukan oleh Nurhidayat (2013). Geckobia spesies 18 dan 19 belum ditemukan pada penelitian sebelumnya.

Lokasi pelekatan tungau ektoparasit tertinggi pada ketiga spesies cicak yang ditemukan yaitu pada jari belakang (Tabel 2). Terdapatnya ruang antar lamela dengan cakar pada jari belakang diduga menjadi tempat berlindung tungau ektoparasit (Soleha 2006). Lokasi pelekatan tungau ektoparasit dengan nilai persentase cukup tinggi pada cicak C. platyurus yaitu pada kepala (pada lipatan mata) dan telinga. Sedangkan pada cicak H. frenatus dan H. garnotii nilai persentasenya rendah di kedua lokasi pelekatan tersebut. Tungau pada cicak C. platyurus dominan melekat di bagian telinga (Anggraini 2012, Heryanto 2013). Pelekatan tungau pada bagian telinga kemungkinan karena struktur kulit telinga yang tipis sehingga mempermudah tungau untuk mengakses pembuluh darah sebagai sumber makanan (Soleha 2006). Keberadaan tungau pada cicak C. platyurus di kepala (pada lipatan mata) kemungkinan berkaitan dengan struktur kelisera tungau. Tungau yang melekat pada bagian kepala (pada lipatan mata) C. platyurus terbanyak adalah G4 dan G12 dan cicak H. frenatus adalah G12. Panjang kelisera G4 dan G12 relatif pendek yaitu 40-45 µm dan 40-52.5 µm (Tabel 4). Bagian lipatan mata banyak pembuluh darah di permukaan, sehingga memberi akses yang mudah bagi tungau yang mempunyai kelisera pendek untuk mendapat makanan.

Berdasarkan hasil pengamatan, terdapat empat fase perkembangan tungau yaitu telur, larva, nimfa, dan imago. Ciri-ciri fase telur yaitu pada tubuh belum terdapat tungkai dan seta. Fase larva mempunyai tiga pasang tungkai dan spur belum terbentuk dengan sempurna. Fase nimfa memiliki empat pasang tungkai, spur belum tebentuk dengan lengkap, dan seta tidak rapat. Fase imago atau dewasa mempunyai ciri-ciri yaitu, bagian tubuh terdiri atas gnathosoma, podosoma, ophistosoma; palpi dan kelisera terdapat pada gnathosoma; memiliki skutum dorsal; bagian tubuh dorsal dan ventral tertutupi seta; terdapat empat pasang tungkai.

(32)

20

yang didapat dari luar kawasan TMR sebanyak 7 spesies (G1, G4, G5, G6, G10, G13, dan G18). Taman Margasatwa Ragunan merupakan tempat wisata dimana banyak manusia yang berdatangan atau berkunjung dari berbagai tempat. Sehingga akses aktivitas manusia menjadi lebih tinggi dan diduga menjadi penyebab utama perpindahan cicak. Sangat dimungkinkan, cicak yang berada di dalam kawasan TMR berasal dari berbagai tempat, oleh karena itu penyebaran cicak yang terinfestasi tungau menjadi lebih luas.

SIMPULAN

Jumlah tungau yang ditemukan dari 100 individu cicak yang terinfestasi yaitu sebanyak 810 tungau, terdiri atas 12 spesies yaitu, Geckobia sp1, Geckobia sp2, Geckobia sp4, Geckobia sp5, Geckobia sp6, Geckobia sp7, Geckobia sp10, Geckobia sp11, Geckobia sp12, Geckobia sp13, Geckobia sp18, dan Geckobia sp19. Tungau Geckobia sp18 dan Geckobia sp19 baru ditemukan pada penelitian ini. Berdasarkan ketotaksi tungkai, tungau G2, G4, dan G6 termasuk kelompok Geckobia grup 1, G10 termasuk kelompok G. gleadoviana, G11 termasuk kelompok G. indica, G13 termasuk kelompok G. keegani, dan G19 termasuk kelompok G. oedurae. Tungau G1, G5, G7, G12, dan G18 dimasukkan ke dalam Geckobia grup baru meneruskan pengelompokan Jack (1964). Nilai prevalensi diinfestasi tungau tertinggi pada cicak H. frenatus sebesar 100%. Lokasi pelekatan tungau ektoparasit tertinggi pada ketiga spesies cicak yang ditemukan yaitu pada jari belakang. Intensitas infestasi tungau tertinggi terhadap cicak C. platyurus oleh tungau G4. Intensitas infestasi tungau tertinggi terhadap cicak H. frenatus oleh tungau G1, sedangkan cicak H. garnotii intensitas infestasi tertinggi oleh tungau G10. Intensitas infestasi total tertinggi terdapat pada cicak H. garnotii.

DAFTAR PUSTAKA

Abdussalam RA. 2012. Inventarisasi dan identifikasi tungau ektoparasit pada cicak di kabupaten Cianjur [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Anggraini S. 2012. Inventarisasi dan identifikasi tungau ektoparasit pada cicak di

perumahan dan pasar di kota Tanggerang [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Barton DP, Richard SJ. 1996. Helminth infracommunities in Litoria genimaculata (Amphibia: Anura) from Birthday Creek, an Upland Rainforest Stream in Northern Queensland, Australia. Int J Parasitol 26: 1381-1385.

Bertrand M, Paperna I, Finkelman S. 1999. Pterygosomatidae: Description et observations sur les genres Pterygosoma, Geckobia, Zonurobia et Hirstiella (Acari: Actinedida). Acarologia. 60: 277-304.

(33)

21 Cook S, Richard S. 1999. Colonisation and extinction pattern of two lizard

Mabuya multifasciata and Hemidactylus frenatus on Sertung Island, Krakatau Archipelago, Indonesia. Trop Biodiversity 6: 209-214.

Fajfer M. 2012. Acarina (Chelicerata)-Parasitiformes Reptiles. Acarina 20 (2): 108–129.

Fitriana S. 2013. Inventarisasi dan identifikasi tungau pada cicak di sekitar dan di luar kawasan industri Tambun kota Bekasi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Handayani NM. 2013. Inventarisasi dan identifikasi tungau ektoparasit pada cicak di pasar dan suaka margasatwa Muara Angke, Jakarta [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Harrisson T. 1961. Niah’s new cave-dwelling Gecko: habits. Sarawak Mus Jour 8: 277-282.

Heryanto A. 2013. Telaah korelasi bagian integumen cicak terhadap distribusi tungau ektoparasit [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Jack KM. 1964. Leg chaetotaxy with special reference to the Pterygosomatidae (Acarina). Ann Ntal Mus 16: 152-171.

Krantz GW. 1978. A Manual of Acarology. Ed ke-2. Corvallis (US): Oregon Univ. Lawrence RF. 1936. The Prostigmatic mites of South African lizard. Parasitology

28: 1-39.

Montgomery DF. 1966. A taxonomic study of the lizard mites (Pterygosomatidae) occuring in the gulf of California area [tesis]. Texas (US): Texas Technological College.

Nurhidayat HS. 2013. Inventarisasi dan identifikasi tungau ektoparasit pada cicak di kabupaten Sumedang [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Prawasti TS, Farajallah A, Raffiudin R. 2013. Three species of ectoparasite mites

(Acari: Pterygosomatidae) infested geckos in indonesia. Hayati J Biosci 20: 80-88.

Soleha I. 2006. Inventarisasi dan identifikasi tungau ektoparasit pada cicak di Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Rivera CCM, Negron AG, Bertrand M, Acosta J. 2003. Hemidactylus mabouia (Sauria: Gekkonidae), host of Geckobia hemidactyli (Actinedida: Pterygosomatidae), throughout the Caribbean and South America. Caribbean J Sci 39: 321-326.

Rooij N de. 1915. The Reptiles of The Indo-Australian Archipelago. I. Lacertilia, Chelonia, Emydosauria. Leiden (NL): E.J. Brili, Ltd.

Walter DE, Proctor HC. 1999. Mites: Ecology, Evolution and Behaviour. Sydney (AU): University of New South Wales Press.

(34)

22

Lampiran 1 Tipe seta yang tersebar pada tubuh tungau Geckobia (Zhang 1963)

(35)

23 Lampiran 2 Glosarium

Femur : Segmen keempat dari tungkai dan palpus dihitung dari ujung distal pada tungau umumnya; pada beberapa kelompok tungau, femur terbagi menjadi telofemur distal danbasifemur

proksimal.

Genu : Segmen ketiga dari tungkai dan palpi dihitung dari ujung distal pada tungau umumnya, distal terhadap femur dan proksimal terhadap tibia.

Gnathosoma : Bagian tubuh anterior terhadap idiosoma, mempunyai palpus dan keliserae yang digunakan sebagai alat penangkap makanan.

Idiosoma : Bagian utama tubuh posterior terhadap gnatosoma.

Koksa : Segmen basal dari kaki dan palpus.

Ketotaksi : Jumlah dan pola penyebaran seta.

Kelisera : Pasangan anggota tubuh anterior pada gnatosoma yang digunakan untuk menusuk atau mengunyah mangsa.

Ophistosoma : Bagian dari tubuh posterior terhadap podosoma.

Palpi : Pasangan kedua anggota tubuh pada gnatosoma, digunakan untuk peraba dan penanganan bahan makanan. juga sebagai pulpus.

Peritrema : Struktur seperti tabung yang terasosiasi dengan sebuah stigmata.

Podosoma : Bagian idiosoma yang mempunyai kaki.

Rambut tenen : Rambut ramping yang muncul dari cakar atau empodia, diduga memungkinkan tungau mencengkeram permukaan daun; ujung distalnya sering sedikit membesar pada banyak spesies tungau laba-laba.

Skutum dorsal : Lempengan yang terletak di bagian dorsal tubuh tungau dan tidak terdapat motif kutikula.

Spur : Berkas seta kaku.

Stigmata : Bukaan luar dari sistem respirasi.

Tarsus : Segmen subterminal dari kaki dan palpus, distal terhadap tibia dan mengandung apotele.

Tibia : Segmen kedua pada kaki dan palpus dihitung dari ujung distal pada tungau umumnya. Ujung distalnya bergabung dengan tarsus dan basalnya dengan genu.

(36)

24

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 18 April 1993 dari pasangan H. Murtadah dan Hj. Sopiah. Penulis merupakan anak ke empat dari lima bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 109 Jakarta pada tahun 2010. Pada tahun yang sama penulis diterima di Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor melalui jalur penerimaan Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Selama menempuh pendidikan S1 di IPB, penulis aktif dalam kepanitiaan sebagai bendahara EKSAM 2012 dan 2013, staff divisi danus OMI 2012, staff divisi PDD Eclipse 2012, dan staff divisi medis Grand Biodiversity 2013. Penulis juga aktif dalam Himpunan Mahasiswa Biologi FMIPA sebagai Bendahara Divisi OWA HIMABIO tahun 2011-2013. Penulis memiliki pengalaman sebagai asisten praktikum mata kuliah Biologi Dasar tahun 2013-2014 dan Avertebrata tahun 2014.

Gambar

Gambar 2 Bagian-bagian tubuh tungau Geckobia. a. Bagian tubuh (tampak dorsal), b. bagian gnathosoma, c
Gambar 3 Posisi tubuh  tungau
Tabel 2 Jumlah dan persentase (%) tungau yang menginfestasi cicak
Tabel 4 Perbandingan ciri-ciri tungau Geckobia sp1, Geckobia sp2, Geckobia sp4, Geckobia sp5, Geckobia sp6, Geckobia sp7,               Geckobia sp10, Geckobia sp11, Geckobia sp12, Geckobia sp13, Geckobia sp18, dan Geckobia sp19  dari cicak        C
+4

Referensi

Dokumen terkait

A (2010) Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pemakai dalam pengembangan sistem informasi akuntansi pada Koperasi Setia Bhakti Wanita di Surabaya

Penelitian ini bertujuan Meningkatkan Motivasi Belajar Tematik Tema Peristiwa Standar Kompetensi Bahasa Indonesia melalui Belajar Kelompok pada Siswa Kelas I SD Negeri

 Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis dan sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan

Perbandingan berbalik nilai yaitu perbandingan antara a dan b berbanding terbalik yang artinya jika nilai a naik maka nilai b turun demikian juga sebaliknya. No Banyaknya Mangga

Order Today and SAVE UP TO 80% OFF Sea stars , also know as starfish , are echinoderms belonging to the class Asteroidea , The names “sea star” and “starfish”

Hal ini terbukti dari jawaban mahasiswa yang menjadi responden dalam penelitian ini, di mana responden yang menjawab ada penambahan koleksi baru hanya 2 responden atau

Saran berkenaan dengan hasil dari penelitian ini adalah bagi dosen, pembina, pelatih, maupun guru Pendidikan Jasmani, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dan

Hal itu merupakan ketentuan yang harus dipatuhi sebagaimana diatur dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas