• Tidak ada hasil yang ditemukan

Situs Megalithik Taman Purbakala Pugung Raharjo Kecamatan Sekampung Udik Kabupaten Lampung Timur (Dalam Pandangan Masyarakat Setempat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Situs Megalithik Taman Purbakala Pugung Raharjo Kecamatan Sekampung Udik Kabupaten Lampung Timur (Dalam Pandangan Masyarakat Setempat)"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

SITUS MEGALITHIK TAMAN PURBAKALA DESA PUGUNG

RAHARJO KECAMATAN SEKAMPUNG UDIK

KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

(Dalam Pandangan Masyarakat Setempat)

Oleh Tiwi Susanti

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

Situs Megalithik Taman Purbakala Pugung Raharjo Kecamatan

Sekampung Udik Kabupaten Lampung Timur

(Dalam Pandangan Masyarakat Setempat)

Oleh: Tiwi Susanti

0853033045

Taman Purbakala Pugungraharjo merupakan situs kepurbakalaan yang terletak di Desa Pugungraharjo. Nama Pugung Raharjo berasal dari dua suku kata yaitu pugung dan raharjo yang artinya gunduk tanah yang aman tentram sejahtera. Taman Purbakala Pugung Raharjo merupakan peninggalan berasal dari tradisi Megalitik, Klasik dan Islam yang sangat unik karena jarang terjadi di daerah lain. Situs Megalithik ini menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat daerah maupun luar daerah sehingga memberikan asumsi-asumsi yang berbeda terhadap keberadaan Situs Megalithik Taman Purbakala Pugung Raharjo ini. Asumsi-asumsi ini khususnya oleh masyakat desa Pugung Raharjo Kecamatan Sekampung Udik Kabupaten Lampung Timur yang akan menjadi objek dalam penelitian ini. Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

”bagaimanakah asumsi masyarakat terhadap Situs Megalithik Taman Purbakala Pugung Raharjo Lampung Timur?”. Tujuan dari penelitian ini adalah menjelaskan asumsi masyarakat terhadap Situs Megalithik Taman Purbakala Pugung Raharjo Lampung Timur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dalam bentuk survei dengan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah angket, wawancara, observasi dan kepustakaan, sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif.

(3)
(4)
(5)
(6)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Analisis Masalah ... 5

1. Identifikasi Masalah... 5

2. Pembatasan Masalah ... 5

3. Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan, Kegunaan dan Ruang Lingkup Penelitian ... 6

1. Tujuan Penelitian ... 6

2. Kegunaan Penelitian ... 6

3. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A.Tinjauan Pustaka ... 8

1. Konsep Asumsi Masyarakat ... 8

2. Konsep Situs ... 14

3. Konsep Megalithik ... 16

B. Kerangka Pikir ... 17

C. Paradigma ... 19

III. METODE PENELITIAN A.Metode Penelitian ... 20

B.Variabel Penelitian ... 21

C.Populasi dan Sampel ... 22

1. Populasi ... 22

2. Sampel ... 23

3. Teknik Pengambilan Sampel ... 24

D.Teknik Pengumpulan Data ... 26

1. Angket atau Kuisioner ... 26

2. Wawancara ... 28

3. Observasi ... 28

4. Kepustakaan ... 29

(7)

2. Letak dan Batas-Batas Wilayah Desa Pugung Raharjo ... 33

3. Kependudukan ... 33

4. Sejarah Taman Purbakala Pugung Raharjo ... 36

5. Bukti Peninggalan-Peninggalan Benda Cagar Budaya Pugung Raharjo ... 38

5.1. Zaman Prasejarah ... 38

5.1.1. Benteng Tanah... 38

5.1.2. Punden Berundak ... 38

5.1.3. Batu Berlubang dan Batu Bergores ... 39

5.1.4. Kompleks Batu Mayat ... 40

5.1.5. Kolam Megalithik ... 41

5.1.6. Dolmen ... 41

5.2. Zaman Klasik/Hindu-Budha ... 42

5.2.1. Arca Budhisatwa/Patung Badariyah... 42

5.2.2. Arca Tipe Polenisia ... 42

5.2..3. Prasasti Bungkuk ... 42

5.2.4.Punden Batu Bata ... 43

5.2.5.Mata Uang Cina ... 43

5.2.6. Mata Tombak ... 43

5.2.7. Keramik ... 43

5.3. Zaman Berkembangnya Islam ... 43

5.3.1. Prasasti Dalung ... 43

6. Hasil Pemugaran ... 44

7. Karakteristik Responden... 44

8. Asumsi Masyarakat Desa Pugung Raharjo Pada Pemanfaatan Situs Megalithik Taman Purbakala Pugung Raharjo ... 46

B. Pembahasan ... 60

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 63

B. Saran ... 64 DAFTAR PUSTAKA

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Anggota Populasi ... 22

Tabel 2. Anggota Sampel ... 24

Tabel 3. Kisi-Kisi Angket ... 27

Tabel 4. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 33

Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Kepala Keluarga ... 34

Tabel 6. Jumlah Penduduk Dilihat dari Agama ... 34

Tabel 7. Jumalah Penduduk Dilihat dari Pendidikan ... 35

Tabel 8. Jumlah Penduduk dilihat dari Mata Pencaharian ... 36

Tabel 9. Karakteristik Responden ... 44

Tabel 10. Karakteristik Pesponden Menurut Pekerjaan ... 45

Tabel 11. Karakteristik Pesponden Menurut tingkat Pendidikan... 45

Tabel 12. Jumlah responden yang menjawab asumsi masyarakat pada pemanfaatan Situs Megalithik Taman Purbakala Pugung Raharjo sebagai tempat wisata ... 46

Tabel 13. Jumlah responden yang menjawab Asumsi Masyarakat pada pemanfaatan Situs Megalithik Taman Purbakala Pugung Raharjo sebagai tempat pembelajaran sejarah.. 51

(9)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR

1. Punden Berundak ... 66

2. Kompleks Batu Mayat ... 67

3. Benteng Tanah ... 67

4. Kolam Megalithik ... 68

5. Pengunjung Kolam Megalithik ... 68

6. Pintu Utama Situs Megalithik Taman Purbakala ... 69

7. Hiburan pada Situs Megalithik ... 69

8. Batu Bergores ... 70

9. Arca Tipe Polinesia ... 70

10.Arca Budhisatwa ... 71

11.Manik-manik ... 71

(10)

I.PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia memiliki ragam budaya dan nilai tradisi yang tinggi, hal tersebut dapat dilihat dari berbagai macam peninggalan yang ditemukan dari berbagai provinsi di Indonesia. Sebagai bagian dari Indonesia, Lampung tak kalah dengan provinsi-provinsi lainnya yang memiliki ragam budaya dan tradisi, seperti salah satunya yaitu Taman Purbakala Pugung Raharjo yang terdapat di Kecamatan Sekampung Udik Kabupaten Lampung Timur di Desa Pugung Raharjo.

Taman Purbakala Pugung Raharjo merupakan situs kepurbakalaan yang terletak di Desa Pugung Raharjo, Kecamatan Sekampung Udik, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung (kurang lebih 52 km sebelah Timur Bandar Lampung). Taman Purbakala Pugung Raharjo terletak di daerah datar berketinggian 80 meter dan dikelilingi oleh tanggul bekas peninggalan perang zaman dahulu. Situs arkeologi seluas ±30 hektar ini merupakan peninggalan zaman Megalitik, Klasik dan Islam.

Adapun bukti-bukti peninggalannya adalah sebagai berikut:

1. Zaman Megalitik dibuktikan oleh temuan pada permukaan tanah yang berupa:

(11)

- Batu-batu monolit yang disusun dalam bentuk segi empat permukaan tanah dipunden berundak yang terletak diujung sebelah Timur Taman Purbakala

3. Zaman Islam dibuktikan dengan adanya beberapa makam Islam kuno disekitar Desa Pugung Raharjo dan ditemukannya dalung yaitu prasasti huruf arab yang ditulis pada lempengan tembaga (Kanwil Dep-P dan K Prop. Lampung, 1983:13).

Taman Purbakala Pugung Raharjo tidak hanya merupakan warisan peninggalan dari zaman Megalithik tetapi juga zaman Klasik dan Islam. Tradisi Megalitik merupakan jenis kebudayaan zaman Prasejarah, di mana manusia pada zaman itu belum mengenal tulisan. Ciri-ciri alat kehidupan saat itu, masih terbuat dari bebatuan besar, antara lain seperti batu tegak (menhir), meja batu (dolmen) kuburan batu dan keranda batu. Tradisi Klasik berlangsung setelah manusia mendapat pengaruh kebudayaan Agama Hindu dan Budha pada abad ke enam sampai abad ke lima belas Masehi, sedangkan zaman Islam adalah ketika kebudayaan Hindu-Budha dipengaruhi oleh kebudayaan Islam yang dibawa oleh bangsa Gujarat dan Arab.

Awal mulanya, kompleks Taman Purbakala Pugung Raharjo merupakan daerah yang dianggap sangat angker oleh sebagian masyarakat setempat, sebab setelah ratusan tahun, daerah ini tidak di huni manusia, sehingga menjadi kawasan hutan belantara dengan berbagai pohon besar yang tumbuh liar memberi kesan seram.

(12)

dari para mantan pejuang 1945 yang tergabung dalam BRN (Biro Rekonstruksi Nasional), sesampainya di hutan Pugung para warga transmigrasi membuka hutan untuk tempat pemukiman dan ladang pertanian, dimulai dari pinggir jalan menuju ke sebelah Timur dan Barat. Pada saat membuka hutan itulah diketemukan susunan batu-batu besar, gundukan tanah yang berbentuk bujur sangkar dan sebuah arca batu.

Taman Purbakala Pugung Raharjo ini juga terdapat sumber mata air yang sangat jernih keluar dari mata air di sela-sela pepohonan, menurut masyarakat setempat di kolam inilah ada air yang mempunyai kekuatan magis yang dapat menyembuhkan segala macam penyakit dan berkhasiat bisa awet muda. Sampai saat ini kolam ini dimanfaat airnya bagi warga untuk upacara ritual dan dianggap suci karena air bersih dari kolam ini tidak pernah kering meskipun pada musim kemarau.

Adanya bukti-bukti peninggalan sejarah dan kepurbakalaan yang terdapat diberbagai daerah seperti Riau, Sumatera Selatan, Bengkulu dan Jambi, maka jelaslah dari segi sejarah dan kebudayaan bermanfaat bagi kepariwisataan nasional maupun internasional. Peninggalan sejarah dan purbakala sebagai warisan budaya dapat berfungsi sebagai :

1. Bukti-bukti sejarah dan budaya 2. Sumber-sumber sejarah dan budaya

3. Objek ilmu pengetahuan sejarah dan budaya 4. Cermin sejarah dan budaya

5. Media untuk pendidikan dan penyumbangan nilai-nilai budaya 6. Media pendidikan budaya bangsa sepanjang masa

7. Media untuk memupuk kepribadian bangsa di bidang kebudayaan dan ketahanan nasional

(13)

Dari beberapa point di atas maka fungsi peninggalan sejarah dan purbakala sebagai warisan-warisan budaya dipandang perlu untuk diselamatkan, dipelihara dan dibina.

Hal ini sesuai dengan Undang-Undang RI No. 5. Tahun 1992 mengenai pemanfaatan Benda Cagar Budaya termasuk Taman Purbakala Pugung Raharjo pasal 19 ayat 1,2 dan 3, yaitu:

1. Benda Cagar Budaya tertentu dapat dimanfaatkan untuk kepentingan Agama, Sosial, Pariwisata, Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan.

2. Pemanfaatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak dapat dilakukan cara atau apabila:

a. Bertentangan dengan upaya perlindungan Benda Cagar Budaya sebagaiman dimakasud pasal 15 ayat (2)

b. Semata-mata untuk mencari keuntungan pribadi atau golongan. 3. Ketentuan tentang Benda Cagar Budaya yang dapat dimanfaatkan

untuk kepentingan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) dan cara pemanfaatannya ditetapkan dengan peraturan pemerintah (Undang-Undang Republik Indonesia No. 5. 1992:6).

Sebagai bangsa yang pernah mengalami proses-proses sejarah dan budaya, maka bangsa Indonesia sudah tentu dapat merasa bangga memiliki peninggalan sejarah dan purbakala yang berupa benda-benda, bangunan-bangunan dari periode ke periode. Apabila dapat dilestarikan pasti menjadi fakta-fakta sejarah dan budaya bangsa, namun bagi sebagian masyarakat sekitar khususnya Desa Pugung Raharjo, Situs Megalithik Taman Purbakala Pugung Raharjo memiliki nilai tersendiri. Hal ini terlihat dari asumsi-asumsi masyarakat yang tentunya berbeda-beda.

(14)

terhadap Situs Megalithik Taman Purbakala Pugung Raharjo Kecamatan Sekampung Udik Kabupaten Lampung Timur.

B. Analisis Masalah 1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka identifikasi masalahnya adalah : 1. Pembagian zaman pada Situs Megalithik Taman Purbakala Pugung Rahajo

Kecamatan Sekampung Udik Kabupaten Lampung Timur

2. Fungsi Situs Megalithik Taman Purbakala Pugung Raharjo Kecamatan Sekampung Udik Kabupaten Lampung Timur

3. Asumsi Masyarakat Desa Pugung Raharjo terhadap Situs Megalithik Taman Purbakala Pugung Raharjo Kecamatan Sekampung Udik Kabupaten Lampung Timur.

2. Pembatasan Masalah

Karena keterbatasan waktu, tenaga dan biaya maka penulis membatasi permasalahan pada masalah nomor tiga, yaitu ”asumsi Masyarakat Desa Pugung Raharjo terhadap Situs Megalithik Taman Purbakala Pugung Raharjo Kecamatan Sekampung Udik Kabupaten Lampung Timur”.

3. Rumusan Masalah

(15)

C. Tujuan, Kegunaan Dan Ruang Lingkup Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka penelitian ini mempunyai tujuan menjelaskan asumsi masyarakat Desa Pugung Raharjo terhadap Situs Megalithik Taman Purbakala Pugung Raharjo Kecamatan Sekampung Udik Kabupaten Lampung Timur.

2. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk :

1. Untuk mengetahui asumsi masyarakat Desa Pugung Raharjo terhadap Situs Megalithik Taman Purbakala Pugung Raharjo Kecamatan Sekampung Udik Kabupaten Lampung Timur.

2. Memberikan sumbangan pikiran dalam pengembangan ilmu pengetahuan tentang fungsi Situs Megalitik Taman Purbakala Pugung Raharjo Kecamatan Sekampung Udik Kabupaten Lampung Timur.

3. Menambah pengetahuan penulis tetang situs sebagai salah satu unsur budaya yang mengandung nilai bersejarah.

3. Ruang lingkup penelitian

1. Ruang lingkup ilmu : Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah sosial kebudayaan.

(16)

3. Ruang Lingkup Subjek : Ruang lingkup subjek dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa Pugung Raharjo Kecamatan Sekampung Udik Kabupaten Lampung Timur.

4. Ruang Lingkup Waktu: Ruang lingkup waktu penelitian ini pada Tahun 2012

(17)

REFERENSI

Kanwil Dep P dan K prop. Lampung 1983. Buku Petunjuk Tentang Taman Purbakala Pugung Raharjo. Teluk Betung. Halaman 13

Endjat D.J dan Hermansyah. 1998. Sejarah Pugung Raharjo dan Kepurbakalaan. Palapa Jaya: Bandar Lampung. Halaman 61

(18)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA

A. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan topik penelitian, dimana dalam tinjauan pustaka akan dicari teori atau konsep-konsep atau generalisasi-generalisasi yang akan dijadikan landasan teoritis bagi penelitian yang akan dilakukan. Adapun tinjauan pustaka dalam penelitian ini adalah :

1. Konsep Asumsi Masyarakat

Dalam rangka memilih salah satu teori atau pendekatan yang digunakan untuk mendukung argumentasi pada kerangka berpikir diperlukan adanya asumsi, postulat, atau prinsip secara tersurat. Asumsi adalah pernyataan yang dapat diuji kebenaran secara empiris.postulat adalah pernyataan yang kebenarannya tidak perlu diuji, dan prinsip adalah pernyataan yang berlaku umum bagi gejala tertentu dan mampu menjelaskan kejadian yang terjadi (Husaini dan Purnomo, 2011: 36).

(19)

dan dapat pula pemikiran penelitian sendiri. Apapun materinya, asumsi tersebut harus sudah merupakan sesuatu yang tidak perlu dipersoalkan atau dibuktikan lagi kebenarannya, sekurang-kurangnya bagi masalah yang akan diteliti pada masa itu. Asumsi-asumsi dirumuskan sebagai landasan bagi hipotesis laporan atau penelitian (Riduan, 2010:9).

Secara umum, asumsi didefinisikan sebagai hasil abstraksi pemikiran yang oleh peneliti dianggap benar dan dijadikan sebagai pijakan untuk mengkaji satu atau beberapa gejala (Sudarwan Danim, 2000: 113).

Dari pendapat beberapa ahli di atas maka yang dimaksud dengan asumsi adalah sebuah pemikiran yang biasa dibuat oleh manusia untuk mengkaji suatu masalah.

(20)

Dari pendapat beberapa ahli tersebut maka yang dimaksud dengan asumsi masyarakat adalah hasil abstraksi pemikiran yang dianggap benar oleh sekelompok manusia yang mendiami suatu wilayah.

Berdasarkan penelitian pendahuluan terhadap masyarakat Desa Pugung Raharjo Kecamatan Sekampung Udik Kabupaten Lampung Timur, maka dapat diambil kesimpulan dari hasil wawancara dengan pengelola Situs Megalithik Taman Purbakala dan beberapa masyarakat Desa Pugung Raharjo dilihat dari mengetahui, mengerti dan memahami sehingga masyarakat Desa Pugung Raharjo mengasumsikan bahwa Situs Megalithik merupakan tempat objek wisata bagi wisatawan daerah maupun luar daerah, kedua bahwa Situs Megalithik Taman Purbakala Merupakan tempat pembelajaran sejarah bagi sekolah-sekolah di Desa Pugung Raharjo Kecamatan Sekampung Udik Kabupaten Lampung Timur dan ketiga bahwa Situs Megalithik merupakan tempat yang dianggap sakral.

Menurut Poedjawijatna dalam bukunya “Tahu dan Pengetahuan” menyatakan bahwa manusia itu tahu sesuatu, rasanya tidak disangkal seseorang. Manusia tahu akan dunia sekitarnya, akan orang-orang lain ia tahu akan yang baik dan akan yang buruk, akan tetapi hal yang nampaknya sederhana seperti ini sebetulnya banyak mengandung kesulitan (Poedjawijtna, 1991: 9).

(21)

1991:13). Menurut Burhanuddin Salam beberapa pengetahuan yang dimiliki manusia yaitu:

1. Pengetahuan biasa atau common sense

2. Pengetahuan ilmu, secara singkat orang menyebutnya yaitu ilmu sebagai terjemahan dari science

3. Pengetahuan filsafat, atau dengan singkat saja disebut filsafat

4. Pengetahuan religi (pengetahuan agama), pengetahuan atau kebenaran yang bersumber dari agama (Burhanuddin Salam, 1984:5).

Asumsi Masyarakat Desa Pugung Raharjo terhadap Situs Megalitik Taman Purbakala Pugung Raharjo Kecamatan Sekampung Udik Kabupaten Lampung Timur sebagai tempat wisata merupakan pengetahuan biasa. Pengetahuan biasa (knowledge/commom sense), tidak memandang betul-betul sebab-sebabnya, tidak mencari rumusan yang seobyektif-obyektifnya, tidak menyelidiki obyeknya sampai habis-habisan, tak ada sintesis, tak bermetode dan tak bersistem (Burhanuddin Salam, 1984:8). Dengan common sense, semua orang sampai kepada keyakinan secara umum tentang sesuatu, dimana mereka akan berpendapat sama semuanya.

Menurut Harold H. Titus dalam buku Burhanuddin Salam mengemukakan beberapa ciri khusus daripada common sense, sebagai berikut:

a. Common sense cenderung menjadi biasa dan tetap, atau bersifat peniruan, serta pewarisan dari masa lampau (ingat folkways pada masyarakat tradisional)

b. Common sense sering kabur atau samar dan memiliki arti ganda (ambiguous)

c. Common sense merupakan suatu kebenaran atau kepercayaan yang tidak teruji, atau tidak pernah diuji kebenarannya (Burhanuddin Salam, 1984:6)

(22)

Pugung Raharjo yang secara umum apa adanya dari hasil penglihatan manusia tanpa mengetahui sebab-sebabnya, tetap, hasil pewarisan masa lampau, dan tidak teruji secara ilmiah. Pengetahuan biasa pada Taman Purbakala Pugung Raharjo sebagai tempat wisata dapat diambil sebagai indikator yaitu sebagai berikut:

1. Situs Megalithik Taman Purbakala Pugung Raharjo merupakan tempat wisata

2. Mengetahui situasi dan kondisi wisata Taman Purbakala Pugung Raharjo 3. Situs Megalithik Taman Purbakala Pugung Raharjo merupakan warisan

budaya leluhur.

Menurut Burhanuddin Salam dalam bukunya “Pengantar Filsafat” menyatakan

bahwa mengerti adalah seseorang tidak hanya tahu apa yang dia lihat tetapi mencoba untuk mengenal lebih jauh tentang apa yang dia lihat, dengan kata lain orang tersebut tidak puas dengan hanya melihat keadaan dan

kejadian-kejadian itu saja melainkan dengan akalnya Ia “mengerjakan” fakta-fakta itu,

mengolong-golongkan, menghubung-hubungkan dan menarik kesimpulan dari yang dia lihat (Burhanuddin Salam, 2003: 50).

Berdasarkan pendapat di atas maka mengerti itu tidak puas hanya dengan menetapkan kejadian atau fakta namun ia menggunakan pikirannya untuk menyusun, mengatur, menghubungkan, mempersatukan bermacam-macam pengalaman itu dan mencoba mencari keterangannya. Berdasarkan pengertian tersebut peneliti dapat mengambil indikator mengerti yaitu sebagai berikut: 1. Pada Situs Megalithik Taman Purbakala Pugung Raharjo terdapat beraneka

(23)

2. Pada Situs Megalithik Taman Purbakala Pugung Raharjo terdapat 7 buah punden berundak yang berbeda-beda setiap pundennya

3. Taman Purbakala Pugung Raharjo merupakan warisan sejarah Desa Pugung Raharjo.

Menurut Poesprodjo bahwa pemahaman bukan kegiatan berpikir semata, melainkan pemindahan letak dari dalam berdiri disituasi atau dunia orang lain. Mengalami kembali situasi yang dijumpai pribadi lain di dalam erlebnis (sumber pengetahuan tentang hidup, kegiatan melakukan pengalaman pikiran), pengalaman yang terhayati. Pemahaman merupakan suatu kegiatan berpikir secara diam-diam, menemukan dirinya dalam orang lain (Poesprodjo, 1987: 52-53).

Berdasarkan pendapat di atas memahami berarti bahwa ia mengerti benar akan sesuatu keadaan dan dapat memberikan suatu makna dari apa yang dipelajari. Berdasarkan pengertian tersebut peneliti dapat mengambil indikator memahami yaitu sebagai berikut:

1. Taman Purbakala Pugung Raharjo tidak hanya sebagai tempat wisata tetapi dapat dimanfaatkan untuk kegiatan ritual

2. Kegiatan ritual keagamaan dilaksanakan pada hari-hari tertentu dengan dilengkapi sesaji (saji-sajian) berupa buah-buahan, jajanan, atau bunga-bungaan.

(24)

2. Konsep situs

Menurut Sidi Gazalba, yang dimaksud dengan situs atau taman purbakala

adalah, “Lokasi warisan masa lalu yang bersifat visual. Warisan tersebut

meliputi bangunan dan monumen yang tersimpan dalam tanah dan merupakan hasil kebudayaan bangsa pada masa lalu” (Sidi Gazalba, 1981; 16).

Menurut Junus Satrio Atmojo (1999;117) situs adalah sebidang tanah di permukaan bumi yang mengandung atau diduga mengandung peninggalan purbakala.

Kemudian berdasarkan peraturan pemerintah RI Nomor 10 Tahun 1992 Tentang pelaksanaan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 Tentang Benda

Cagar Budaya, yang dimaksud dengan situs adalah “Lokasi yang mengandung

atau diduga mengandung benda cagar budaya termasuk lingkungannya yang

diperlukan bagi pengamannya” (Depdikbud,1992;1).

Konsep lain dari situs adalah lokasi dimana terjadi peristiwa penting, tempat berlangsungnya kehidupan atau aktivitas manusia dari masa prasejarah dan sejarah, atau tempat keberadaaan bangunan, struktur baik yang masih berdiri di atasnya maupun yang telah runtuh atau di bawah tanah (Supratikno Raharjo dan Hamdi Muluk, 2011:18).

Taman Purbakala Pugung Raharjo adalah:

(25)

1. Punden berundak sejumlah tujuh (7) bangunan. 2. Batu mayat (batu kandang) dan altar batu. 3. Batu berlubang.

4. Benteng parit dari gundukan tanah 5. Sejumlah batu lumpang

6. Kolam “Megalithik” 7. Dolmen

8. Reruntuhan bekas pondasi bangunan 9. Batu bergores

10.Bekas pondasi bangunan

(Endjat D. J. dan Hermansyah, 1989; 15)

Selain benda-benda prasejarah yang berada di lapangan, di Taman Purbakala Pugung Raharjo juga terdapat benda-benda prasejarah hasil temuan penduduk dan petugas Bidang Musejarah Kanwil Depdikbud Propinsi Lampung yang kini disimpan di rumah informasi Pugungraharjo.

Adapun koleksi benda-benda bersejarah tersebut adalah: 1. Sebuah patung primitif

2. Sebuah patung hasil kebudayaan Hindu-Budha 3. Sebuah potongan kapak lonjong

4. Sebuah potongan alat batu dari batu andesit kasar 5. Beberapa pecahan batu berlubang

6. Sebuah batu bergores

7. Sebuah batu pengirik (anak batu) 8. Sebuah potongan batu alat penumbuk 9. Sebuah batu pipisan

10.Sebuah batu pipisan yang berbentuk kasar 11.Dua buah bandul jala dari tanah liat 12.Sebuah mata tombak dari besi 13.Sebuah alat dari kayu (fosil kayu)

14.Sebuah pecahan bagian atas keramik klasik 15.Bebrapa keramik asing dan pecahannya 16.Pragmen keramik asing

(Endjat D. J. dan Hermansyah, 1984; 36-44).

(26)

visual dan terdapat di daerah Pugung Raharjo Kecamatan Sekampung Udik Kabupaten Lampung Timur.

3. Konsep Megalithikum

Kebudayaan Megalitik ialah suatu kebudayaan yang banyak menghasilkan buah karya dari batu-batu besar. Batu-batu ini biasanya tidak dikerjakan halus-halus hanya diratakan secara kasar saja untuk mendapat bentuk yang diperlukan (Soekmono, 1973: 72).

Para sarjana berpendapat, bahwa mula-mula timbulnya Megalithik adalah sejak zaman Neolithik yaitu pada zaman Batu Muda, yang berkembang pesat pada zaman Batu Logam. Menurut Robert Von Heine Geldren, pembawa kebudayaan megalitik ke Indonesia adalah bangsa Ras Austronesia kira-kira pada tahun 2500-1500 SM. Beliau bahkan membagi kebudayaan Megalithik ini menjadi dua, yaitu Megalithik Tua dan Megalithik Muda. Megalithik Tua yaitu: menhir, punden berundak, tahta batu dan sebagainya. Megalithik Muda yaitu: sarkopagus, patung-patung primitif, dan sebagainya. Tapi para sarjana lain berpendapat pula, bahwa kedua unsur tadi akhirnya bersatu padu sehingga sulit untuk mendeteksi mana yang tua mana pula yang muda (Endjat D.J. dan Hermansyah, 1989:18-19).

(27)

A.Kerangka Pikir

Situs Taman Purbakala Pugung Raharjo adalah suatu tempat dimana tempat tersebut diduga mengandung atau memiliki peninggalan materi masa lampau yang bersifat visual dan terdapat di daerah Pugung Raharjo Kecamatan Sekampung Udik Kabupaten Lampung Timur. Situs ini memiliki berbagai macam fungsi yang secara keseluruhan di manfaatkan oleh masyarakat sekitar maupun masyarakat pendatang di situs ini, bahkan situs ini menjadi daya tarik tersendiri oleh masyarakat daerah maupun masyarakat luar daerah. Masyarakat sekitar tersebut memiliki berbagai asumsi yang berbeda terhadap keberadaan Situs Taman Purbakala Pugung Raharjo Kecamatan Sekampung Udik Kabupaten Lampung Timur ini. Asumsi yang berbeda ini disebabkan oleh faktor-faktor pendukung seperti diantaranya adanya mitos dari kalangan masyarakat terdahulu mereka dan pemanfaatan situs untuk kepentingan kelompok-kelompok tertentu.

(28)

tersebut dan masyarakat Pugung Raharjo maupun luar daerah Pugung Raharjo memanfaatkan situs ini untuk kepentingan agama.

(29)

B. Paradigma

Keterangan :

: Garis Akibat

Asumsi Masyarakat Desa Pugung Raharjo pada pemanfaatan Situs Megalithik Taman Purbakala

Pugung Raharjo Lampung Timur

(30)

REFERENSI

Husaini Usman dan Purnomo Setiadi Akbar.2011. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara. Halaman 36

Riduwan. 2010. Belajar Mudah Penelitian. Bandung: Alfabeta. Halaman 9 Sudarwan Damin. 2000. Metode Penelitian untuk Ilmu-Ilmu Perilaku. Jakarta:

Bumi Aksara. Halaman 113

Abu Ahmadi. 2003. Ilmu Sosial dasar. Jakarta: Rineka Cipta. Halaman 97

Soejono Soekanto. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Halaman 149

Poedjawijadna. 1991. Tahu dan Pengetahuan. Jakarta: Rineka Cipta. Halaman 9 Ibid. Halama 13

Burhanuddin Salam. 2003. Pengantar Filsafat. Jakarta: Bumi Aksara. Halaman 5 Ibid. Halaman 8

Ibid. Halaman 6 Ibid. Halaman 50

Poesprodjo. 1987. Beberapa catatan pendekatan filsafatinya. Bandung: Remaja Karya. Halaman 52-53

Sidi Gazalba. 1981. Pengantar Sejarah Sebagai Ilmu. Jakarta: Bharata Karya Aksara. Halaman 16

Junus Satrio Atmojo. 1999. Vademekum Benda Cagar Budaya. Bandung: alfabeta. Halaman 117

(31)

Supratikno Raharjo dan Hamdi Muluk. 2011. Pengelolaan Warisan Budaya di Indonesia. Bandung: Lubuk Agung. Halaman 18

Endjat D.J. dan Hermansyah. 1989. Sejarah Pugung Raharjo dan Kepurbakalaan. Palapa Jaya: Bandar Lampung. Halaman 15

Ibid. Halaman 36-44

R. Soekmono. 1991. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia I. Yogyakarta: Kansius. Halaman 72

(32)

II. METODE PENELITIAN

A. Metode yang digunakan

Metode penelitian sangat dibutuhkan untuk mengukur keberhasilan dalam suatu penelitian. Menurut Maryaeni (2005: 58) Metode adalah cara yang ditempuh oleh peneliti dalam menentukan pemahaman sejalan dengan fokus dan tujuan yang ditetapkan. Metode dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif. Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi pada situasi sekarang yang dilakukan dengan menempuh langkah-langkah pengumpulkan, klasifikasi dan analisis pengolahan data untuk membuat gambaran sesuatu (Mohammad Ali, 1983:120).

Menurut Hadari Nawawi metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan subjek/objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Selanjutnya agar penggunaan metode ini dalam memecahkan masalah yang dihadapi dapat mencapai hasil guna yang tinggi, akan diketengahkan beberapa bentuknya. Bentuk-bentuk pokok dari metode ini digolongkan menjadi tiga bentuk sebagai berikut:

1.Survei(Survey Studies)

2.Studi Hubungan (Interrelationship Studies)

(33)

Menurut Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok (Singarimbun dan Effendi: 1987:3).

Penggunaan metode deskriptif dalam penelitian ini adalah untuk menjelaskan dan menggambarkan dengan cermat tentang fakta-fakta ataupun fenomena yang apa adanya dari lapangan terkait tentang asumsi masyarakat Desa Pugung Raharjo terhadap keberadaan Situs Megalithik Taman Purbakala Pugung Raharjo Kecamatan Sekampung Udik Kabupaten Lampung Timur. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dalam bentuk survei.

B. Variabel Penelitian

Variabel dapat diartikan obyek suatu peneliti atau dengan kata lain apa yang menjadi titik perhatian suatu peneliti (Arikunto, 1986:91).

Adapun menurut Sumadi Suryabrata variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi obyek pengamatan, penelitian, atau gejala yang akan diteliti (Sumadi Suryabrata, 1983:79).

Berdasarkan pendapat di atas, dapat diketahui bahwa yang dimaksud variabel penelitian adalah segala sesuatu yang mempunyai bermacam–macam nilai dan menjadi titik perhatian dalam suatu penelitian. Di samping itu variabel penelitian sering juga dinyatakan sebagai faktor–faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang diteliti.

(34)

keberadaan Situs Megalithik Taman Purbakala Pugung Raharjo Kecamatan Sekampung Udik Kabupaten Lampung Timur.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008: 80). Menurut Abdurahmat Fathoni populasi adalah keseluruhan elementer yang parameternya akan diduga melalui statistik hasil analisis yang dilakukan terhadap sampel penelitian (Abdurrahmat Fathoni, 2006:103).

Berdasarkan pendapat di atas yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah Masyarakat Desa Pugung Raharjo Kecamatan Sekampung Udik Kabupaten Lampung Timur. Masyarakat yang menjadi sampel dalam penelitian ini digolongkan setiap kepala keluarga (KK).

Tabel 1.

Anggota populasi di Desa Pugung Raharjo

Kecamatan Sekampung Udik Kabupaten Lampung Timur

No NAMA DUSUN JUMLAH KEPALA KELUARGA

(KK)

1 Dusun I 96

2 Dusun II 197

3 Dusun III 103

4 Dusun IV 95

5 Dusun V 153

(35)

8 Dusun VIII 119

Jumlah 1003

Sumber : Monografo Desa Pugung Raharjo Kecamatan Sekampung Udik Kabupaten Lampung Timur Tahun 2012

2. Sampel

Setiap penelitian pada umumnya menggunakan sampel. Sebagaimana dikatakan Arikunto (1989:91) sampel adalah sebagian atau wakil yang akan diteliti. Di dalam penelitian sampel diperoleh dari penggunaan teknik tertentu. Dari beberapa teknik sampling yang ada berkenaan dengan penelitian maka penulis akan menggunakan teknikSystematis sampling,

Suharsimi Arikunto menjelaskan:

Untuk sekedar ancar-ancar maka apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, selanjutnya jika jumlah subjeknya lebih dari 100 dapat diambil antara 10%-15% atau 20%-25% atau lebih tergantung setidak-tidaknya dari:

a. Kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, tenaga dan dana, b. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal

ini menyangkut banyak sedikitnya dan

c. Besar kecinya resiko yang ditanggung oleh para peneliti (Suharsimi Arikunto,1998:134).

(36)

benar-benar tinggal di Desa Pugung Raharjo Kecamatan Sekampung Udik Kabupaten Lampung Timur.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.

Anggota Sampel Masyarakat Desa Pugung Raharjo Kecamatan Sekampung Udik Kabupaten Lampung Timur

No NAMA

DUSUN

JUMLAH KEPALA KELUARGA (KK)

1 Dusun I 10

2 Dusun II 19

3 Dusun III 11

4 Dusun IV 10

5 Dusun V 15

6 Dusun VI 10

7 Dusun VII 13

8 Dusun VIII 12

Jumlah 100

Sumber : Populasi desa Pugung Raharjo yang telah diolah oleh peneliti 3. Teknik Pengambilan Sampel

(37)

Menurut Masri Singarimbun dan Sofian Effendi Systematic Sampling adalah teknik pengambilan sampel, di mana hanya unsur pertama saja dari sampel dipilih secara acak, sedangkan unsur-.unsur selanjutnya dipilih secara sistematis menurut suatu pola tertentu, teknik ini dapat dijalankan pada dua keadaan yaitu

1. Apabila nama atau identifikasi dari satuan-satuan elementer dalam populasi itu terdapat dalam suatu daftar (kerangka sampling, sehingga satuan-satuan tersebut dapat diberi nomor urut).

2. Apabila populasi itu mempunyai pola beraturan, seperti blok-blok dalam kota, atau rumah-rumah pada suatu jalan. Blok-blok atau rumah-rumah itu diberi nomor urut.

Cara pengambilan data ini adalah dengan membuat suatu daftar (kerangka sampling) terlebih dahulu kemudian jumlah populasi dimisalkan N, besar sampel yang akan diambil adalah n, maka hasil bagi itu dinamakan interval sampel dan biasanya diberi kode k. Unsur pertama dalam sampel dipilih secara kebetulan/acak diantara satuan elementer bernomor urut i dan satuan bernomor urut k dari populasi. Andaikan yang terpilih itu adalah satuan elementer bernomor urut s, maka unsur-unsur selanjutnya dalam sampel dapat dapat dintentukan yaitu

Unsur keempat =s+ 3k, dan seterusnya

(38)

1. Angket atau kuesioner

Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2008: 142).

Angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data pokok dalam penelitian ini. Angket yang digunakan ini adalah angket tertutup. Angket tertutup mempunyai bentuk-bentuk pertanyaan seperti ya, tidak, pilihan ganda, skala penilaian dan daftar cek (Husaini dan Purnomo, 2011: 59). Pada penelitian ini peneliti akan menggunakanrating scale.

Pada rating scale data yang diperoleh berupa data mentah yang berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Dalam skala model rating scale, responden tidak akan menjawab salah satu dari jawaban kualitatif yang telah disediakan, tetapi menjawab salah satu jawaban kuantitatif yang telah disediakan. Oleh karena iturating scaleini lebih fleksibel, tidak terbatas untuk pengukuran sikap saja tetapi untuk mengukur persepsi responden terhadap fenomena lainnya, seperti skala untuk mengukur status sosial ekonomi, kelembagaan, pengetahuan, kemampuan, proses kegiatan dan lain-lain (Sugiyono, 2008: 97-98).

Dalam penelitian ini peneliti membagi ke dalam dua bagian yaitu sebagai berikut:

a) Bagian A untuk melengkapi karakteristik responden meliputi jenis kelamin/usia, pendidikan dan pekerjaan

(39)

Teknik angket dimaksudkan untuk mendapatkan data yang berupa jawaban tertulis yang diajukan peneliti untuk mengetahui bagaimanakah asumsi masyarakat terhadap pemanfaatan Situs Megalithik Taman Purbakala Pugung Raharjo, maka data yang diperoleh melalui angket kemudian diuji dengan menggunakan persentase.

Pada setiap item jawaban kuantitatif ditafsirkan dalam pengertian kualitatif 4 : Sangat setuju

3 : Setuju 2 : Tidak setuju 1 : Sangat tidak setuju

Berdasarkan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yang menggunakan model skala rating scale maka peneliti penyimpulkan bahwa untuk item jawaban sangat setuju maka masuk dalam kategori “memahamikarena memiliki skor tertinggi yaitu 4, untuk item jawaban setuju masuk dalam kategori “mengerti” karena memiliki skor yaitu 3 dan untuk item jawaban tidak setuju dan sangat tidak setuju maka masuk kategori “mengetahui” karena memiliki skor terendah yaitu 2 dan 1.

Tabel 3. Kisi-kisi angket

No Asumsi Masyarakat

Indikator Item soal

1. Mengetahui bahwa Situs Megalithik Taman Purbakala Pugung Raharjo adalah tempat wisata

1-6

2. Mengerti bahwa Situs Megalithik Taman Purbakala adalah tempat pembelajaran sejarah

7-12

3. Memahami bahwa Situs Megalithik Taman Purbakala adalah tempat sakral

(40)

Teknik wawancara atau interview adalah usaha mengumpulkan informasi dengan mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan, untuk dijawab secara lisan pula. Secara sederhana wawancara diartikan sebagai alat pengumpul data dengan mempergunakan tanya jawab antara pencari informasi dan sumber informasi (Hadari Nawawi, 1993; 165).

Melalui teknik ini peneliti menggali informasi dengan pertanyaan yang telah terstruktur, sehingga terhindar dari luasnya objek pembicaraan. Dengan teknik wawancara ini dimungkinkan untuk mendapatkan data-data yang relevan dengan hanya memakan waktu sedikit.

Wawancara dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan data tambahan tentang keberadaan situs Megalitik Taman purbakala Pugung Raharjo Kecamatan sekampung Udik Kabupeten Lampung Timur.

3.Teknik Observasi

(41)

Situs Megalitik Taman Purbakala Pugung Raharjo Lampung Timur.

4. Teknik Kepustakaan

Teknik kepustakaan dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data dan informasi dengan bantuan berbagai materi yang terdapat di ruang perpustakaan, misalnya majalah, surat kabar, cerita kisah-kisah sejarah, dokumen dan sebagainya yang relevan dengan masalah yang diteliti.

Pada teknik kepustakaan ini peneliti berusaha mempelajari dan menelaah buku-buku untuk memperoleh data-data dan informasi berupa teori-teori atau argumen-argumen yang dikemukakan para ahli tertentu yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

5. Teknik Analisis Data

Setelah data-data berhasil dikumpulkan selanjutnya data-data tersebut dianalisis untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan. Pada pokoknya teknis analisis data ada dua macam yaitu: teknik analisis data kualitataif dan teknik analisis data kuantitatif.

(42)

Kabupaten Lampung Timur, data yang diperoleh melalui angket kemudian diuji dengan menggunakan persentase. Uji persentase akan diuji dengan menggunakan

Rumus: X 100% =…%

Keterangan : P=persentase

F= jumlah yang diperoleh N=jumlah responden (Sutrisno Hadi, 1991:421)

(43)

REFERENSI

Maryaeni, 2005. Metode Penelitian Kebudayaan. Malang: Bumi Aksara. Halaman 58

Mohammad Ali. 1987. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Angkasa: Bandung. Halaman 120

Hadari Nawawi. 1993. Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Halaman 64

Masri Singarimbun dan Sofian Efendi. 1989.Metode Penelitian Survei.Jakarta: Rineka Cipta. Halaman 3

Suharsimi Arikunto. 1986. Prosedur Penelitin Suatu Pendekatan Praktis. Rineka Cipta: Jakarta. Halaman 91

Sumadi Suryabrata. 1983 Metodologi Penelitian. Rajawali: Jakarta. Halaman 79 Sugiyono. 2008.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta. Halaman 80

Abdurrahmat Fathoni. 2006.Metodologi Penyusun Skripsi. Rineka Cipta: Jakarta. Halaman 103

Monografi Desa tahun 2012 Halaman 4 Suharsimi Arikunto.Log.Cit. Halaman 134 Monografi Desa tahun 2012

Suharsimi Arikunto. Op. Cit. Halaman 134

Masri Singarimbun dan Sofian Efendi. Log. Cit. Halaman 160-161 Sugiyono. Log. Cit. Halaman 142

Husaini Usman dan Purnomo Setiadi Akbar. 2011.Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara. Halaman 59

(44)

Hadari Nawawi. Log. Cit. Halaman 165 Ibid. Halaman 158-161

(45)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan 1. Mengetahui

1. Situs Megalithik Taman Purbakala merupakan tempat wisata yang murah, nyaman dan menyenangkan karena pada Taman Purbakala Pugung Raharjo sering diadakan hiburan kesenian yang dapat dinikmati oleh masyarakat setempat.

2. Situasi dan kondisi wisata Taman Purbakala Pugung Raharjo aman dan transportsinya lancar karena Taman Purbakala Pugung Raharjo dikelola dan dijaga dengan baik oleh petugas.

3. Situs Megalithik Taman Purbakala Pugung Raharjo bagian dari warisan budaya leluhur sehingga memperkaya budaya daerah

2. Mengerti

1. Terdapat beraneka ragam peninggalan sejarah pada Situs Megalithik Taman Purbakala Pugung Raharjo sejak Zaman Megalithik, Klasik dan Islam dan dijaga dan dipelihara kelestariannya

2. Terdapat punden berundak yang berbeda-beda tiap pundennya yang berjumlah 7 punden yang tersisa.

(46)

1. Situs Megalithik Taman Purbakala Pugung Raharjo dimanfaatkan untuk kegiatan ritual keagamaan dan terdapat hari-hari tertentu untuk melakukan kegiatan ritual karena sebagian masyarakat pernah ikut dalam kegiatan keagamaan tersebut

2. Pelaksanaan kegiatan ritual keagamaan lengkap dengan sesajian berupa makanan, buah-buahan dan berbagai macam bunga dengan tujuan untuk meminta keselamatan.

3. Memiliki nilai yang sakral karena masyarakat yang mengadakan kegiatan ritual dapat memaknai apa yang dilakukan sehingga kegiatan ritual dapat terlaksana dengan hikmat dan dipimpin oleh seorang pemuka agama.

B. Saran

Adapun saran yang dapat disampaikan penulis terkait dengan hasil akhir penulisan mengenai Situs Megalithik Taman Purbakala Pugung Raharjo Kecamatan Sekampung Udik Kabupeten Lampung Timur ini antara lain:

1. Sebagai anak muda dan generasi penerus, kita harus dapat melestarikan Situs Megalithik Taman Purbakala Pugung Raharjo agar tetap menikmati hasil budaya leluhur.

(47)
(48)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 2003. Ilmu Sosial Dasar, Jakarta: Rineka Cipta. 361 Halamam Ali, Mohammad. 1987. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi, Bandung:

Angkasa. 215 Halaman

Arikunto, Suharsimi. 1986. Prosedur penelitan Suatu Pendekatan Praktis, Jakarta: Rineka Cipta. 378 Halaman

Atmojo, Junus Satrio, 1999. Vademekum Benda Cagar Budaya, Jakarta: Proyek Peninggalan Sejarah dan Kepurbakalaan Pusat

Riduwan. 2010. Belajar Mudah Penelitian, Bandung: Alfabeta. 246 Halaman

Danim, Sudarwan. 2000. Metode Penelitian Untuk Ilmu-ilmu Perilaku, Jakarta: Bumi aksara.235 Halaman

Endjat D.J. dan Hermansyah. 1989. Sejarah pugungraharjo dan kepurbakalaan, Bandar Lampung: Palapa Jaya. 72 Halaman

Endraswara, Suwardi. 2006. Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan, Yogyakarta: Pustaka widyatama. 234 Halaman

Fathoni, Abdurrahmat. 2006. Metodologi Penyusunan Skripsi, Jakarta: Rineka Cipta. 149 Halaman

Gazalba,Sidi. 1981. Pengantar Sejarah Sebagai Ilmu, Jakarta: Bharata Karya Aksara. 221 Halaman

Hadi, Sutrisno. 1991. Pengantar Metode Riserch Sosial, Yogyakarta: Yayasan Fakultas Psikologi. 421 Halaman

Maryaeni. 2005. Metode Penelitian Kebudayaan, Malang: Bumi aksara. 107 Halaman

(49)

Peraturan Pemerintah RI Nomor 10 Tahun 1993, 1994 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 Tentang Benda Cagar Budaya. Jakarta: Depdikbud

Poedjawijatna. 1991. Tahu dan Pengetahuan. Jakarta: Rineka Cipta. 120 Halaman Poesprodjo. 1987. Beberapa catatan pendekatan filsafatinya. Bandung: Remaja

Karya

Raharjo, Supratikno dan Hamdi Muluk. 2011. Pengelolaan Warisan Budaya di Indonesia, Bandung: Lubuk Agung. 266 Halaman

Salam, Burhanuddin. 1984.Pengantar Filsafat.Bandung:Bumi Aksara. 234 Halaman

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi 1989. Metode Penelitian Survei, Jakarta: LP3ES. 336 Halaman

Soekarno, Soejorno. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajagrafindo Persada. 480 Halaman

Soekmono, R. 1991. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia I, Yogyakarta: Kanisius. 83 Halaman

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta. 334 Halaman

Suryabrata, Sumardi. 1983. Metodologi Penelitian, Jakarta: Rajawali. 102 Halaman

Usman, Husaini dan Purnomo Setiadi Akbar. 2011. Metodologi Penelitian sosial, Jakarta: Bumi Akasara.167 Halaman

Gambar

Tabel 1.Anggota populasi di Desa Pugung Raharjo
Tabel 2.Anggota Sampel Masyarakat Desa Pugung Raharjo
Tabel 3. Kisi-kisi angket

Referensi

Dokumen terkait

KUA Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur menggunakan Teknik Evaluasi Manajemen By Objektif ( MBO) yang dimana meliputi penetapan tujuan khusus yang dapat di ukur

Berdasarkan data yang diperoleh dalam penelitian terhadap responden yang bekerja di PT Kirin Miwon Foods di desa Gunung Pasir Jaya Kecamatan Sekampung Udik

Apakah usahatani jagung di lahan subur dan tidak subur dengan pengelolaan intensif dan non intensif di Kecamatan Sekampung Udik, Kabupaten Lampung Timur memiliki

Peran Kelompok Tani Subur Desa Banjar Agung Kecamatan Sekampung Udik Kabupaten Lampung Timur dalam meningkatkan pendapatan ekonomi petani kakao dapat dilihat melalui

Desa Surabaya Udik Kecamatan Sukadana Kabupaten Lampung Timur adalah sebuah desa yang terdiri dari sejak tahun 1927 penduduknya merupakan pindahan atau pendatang

Dari Tabel di atas menjelaskan kegiatan inventarisasi penyediyaan asset Reforma Agraria di Desa Gunung Agung Kecamatan Sekampung Udik Kabupaten Lampung Timur tahun

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai Arisan Bahan Bangunan di Dusun Kemiling Kecamatan Sekampung Udik Kabupaten Lampung Timur, maka dapat

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat Desa Surabaya Udik Kecamatan Sukadana Kabupaten Lampung Timur terhadap pemahaman mereka tentang mahar ternyata