• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBIJAKAN KRIMINAL TERHADAP PELAKSANAAN PASAL 107 DAN PASAL 293 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DI KOTA BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEBIJAKAN KRIMINAL TERHADAP PELAKSANAAN PASAL 107 DAN PASAL 293 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DI KOTA BANDAR LAMPUNG"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

KEBIJAKAN KRIMINAL TERHADAP PELAKSANAAN PASAL 107 DAN PASAL 293 TENTANG LALU LINTAS DAN

ANGKUTAN JALAN DI KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh Yeni Kustanti

Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan merupakan dasar hukum terbentuknya Pasal 107 dan 293 yang mengatur tentang pemberlakuan light on. Salah satu aturan hukum yang dapat mendukung ketertiban dan kenyamanan berlalulintas serta menanggulangi banyaknya kecelakaan lalulintas jalan. Aturan undang-undang yang menjadi pedoman dalam mengantisipasi terjadinya kecelakaan lalu lintas yang dapat mengakibatkan kerugian dan korban jiwa maka diharapkan agar pengendara sepeda motor dapat mengindahkan dan mematuhi aturan tersebut. Permasalahan dalam skripsi ini adalah Bagaimanakah kebijakan kriminal terhadap pelaksanaan Pasal 107 dan 293 di Kota Bandar Lampung dan faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan Pasal 107 dan Pasal 293 di wilayah Kota Bandar Lampung.

Penulisan skripsi ini menggunakan pendekatan yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah Purposive Sampling, sampelnya 2 (dua) orang anggota Polresta Bandar Lampung, 1 (satu) orang Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung, dan 2 (dua) orang masyarakat sebagai pengguna jalan. Sumber data yang digunakan adalah data primer, data sekunder dan data tersier. Data yang diperoleh diolah dengan melakukan editing, sistematisasi data dan kemudian dianalisa.

(2)

berjalan, Faktor sarana yang mendukung penegakan hukum, Faktor masyarakat Faktor masyarakat yang didalamnya terkait permasalahan ketidakpedulian dan kelalaian masyarakat terhadap suatu permasalahan hukum.hal ini menjadikan penegakan hukum menjadi terhambat, karena kesadaran masyarakat terhadap hukum masih kurang, dan faktor kebudayaan mempengaruhi dampak sosialisasi antar sesama manusia, dapat dikatakan bahwa terlihat jelas perilaku masyarakat yang tidak peduli dan tidak mengindahkan peraturan yang sudah diciptakan, karena sebagian masyarakat beranggapan bahwa suatu aturan hanya akan membebankan sehingga mereka beranggapan bahwa peraturan tidak diperlukan. Adapun saran-saran dari penulis yaitu hendaknya aparat penegak hukum untuk lebih mempertegas dalam melakukan penindakan terhadap pelanggaran light on dan memberikan pengayoman serta contoh yang layak kepada masyarakat agar citra kepolisian lebih baik Dan bagi masyarakat sebagai pengguna jalan untuk meningkatkan kesadaran hukum serta lebih mentaati peraturan light on agar membantu terciptanya tertib berlalu lintas serta membatu berfungsinya aturan dan membantu sistem penegakan hukum yang efektif.

Kata Kunci :Pelaksanaan, Pasal,Light On

(3)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Transportasi darat berperan sangat penting dalam mendukung pembangunan nasional serta mempunyai kontribusi terbesar dalam melayani mobilitas manusia maupun distribusi komoditi perdagangan dan industri diberbagai wilayah. Transportasi semakin diperlukan untuk menjembatani kesenjangan dan mendorong pemerataan hasil-hasil pembangunan antar wilayah, antar perkotaan dan antar perdesaan serta untuk mempercepat pembangunan. Fungsi jaringan jalan sebagai salah satu komponen prasarana transportasi sudah saatnya diletakkan pada posisi yang setara dalam perencanaan transportasi secara global.

Tujuan pembangunan transportasi darat adalah meningkatkan pelayanan jasa transportasi secara efisien, handal, berkualitas, aman, dengan harga terjangkau yang mampu memberikan pelayanan dan manfaat bagi masyarakat luas. Kendaraan yang dimiliki oleh masyarakat berbanding terbalik dengan sarana dan prasarana yang ada, peningkatan yang signifikan dari jumlah kendaraan bermotor yang ada tidak diimbangi dengan penambahan fasilitas, sarana, dan prasana jalan. Tidak seimbangnya pertambahan jaringan jalan serta fasilitas lalulintas dan angkutan bila dibandingkan dengan pesatnya pertumbuhan.

(4)

Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) sudah tidak sesuai dengan kondisi dan keadaan serta kebutuhan penyelenggaraan dan angkutan jalan sehingga diganti dan disempurnakan oleh Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ). Undang-undang Nomor 22 tahun 2009 dapat menjadi bahan masukan bagi berbagai pihak yang terkait, diantaranya adalah bagi Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) dan masyarakat sebagai pengguna sarana dan prasarana lalu lintas. Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) merupakan salah satu institusi pemerintah yang bertugas untuk melakukan sosialisasi terhadap penerapan perundang-undangan yang baru, kepada masyarakat. Polisi tidak hanya menjelaskan tentang aturan yang harus dipatuhi oleh pengguna jalan tetapi juga menjelaskan tentang kondisi jalan yang apabila tidak diperhatikan akan menyebabkan terjadinya resiko kecelakaan lalu lintas.

Peningkatan jumlah pengendara penguna jalan raya di Kota Bandar Lampung yang semakin hari bertambah dan jumlah pengendara sepeda motor yang meningkat. Hal ini menyebabkan arus jalan di Kota Bandar Lampung menjadi padat dan sering terjadinya macet, serta tidak menutup kemungkinan terjadinya kecelakaan Lalu Lintas Jalan Raya. Data peningkatan jumlah pengguna jalan raya di Kota Bandar Lampung sebagai berikut :

Tabel 1 Data pengguna Kendaraan Roda Dua di Kota Bandar Lampung

Tahun Jumlah Pengguna

(5)

2011 327.180 unit

Sumber Data Dinas Pendapatan Daerah (Dipeda) Lampung.1 .

Tabel data pengguna kendaraan Roda dua diatas menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan jumlah roda dua pada tiap tahunnya hingga mencapai 200 persen dan diperkirakan pertumbuhan kendaraan bermotor akan terus meningkat hingga 400 persen pada tahun 2015. Pengguna jalan diharapkan untuk tetap siaga dan berhati-hati dalam berkendara serta memperhatikan perlengkapan berkendaranya seperti helm, sabuk pengaman serta lampu utama (light on) bagi pengendara sepeda motor. Segala sesuatu tersebut dapat mencegah dan menanggulangi terjadinya kecelakaan lalu lintas.

Setiap pengguna jalan diharapkan dapat turut serta dalam menciptakan situasi yang kondusif dan lalu lintas yang tertib dan lancar. Ketertiban lalu lintas merupakan keadaan dimana manusia mempergunakan jalan secara teratur, tertib dan lancar atau bebas dari kecelakaan lalu lintas. Oleh sebab itu diperlukan aturan hukum yang mengatur lalu lintas yang dapat mengatur ketertiban dalam berlalu lintas.

Salah satu aturan hukum yang dapat mendukung ketertiban dan kenyamanan berlalulintas serta menanggulangi banyaknya kecelakaan lalu lintas jalan yaitu menyalakan lampu utama aturan ini lebih sering disebut dengan light on dalam konteks Bahasa Hukum Perlambang adalah lampu kendaraan bermotor itu sendiri. Terlepas dari rambu-rambu lalu lintas yang biasanya cenderung statis di jalan, seperti lampu trafic light, tanda dilarang parkir, tidak boleh belok, dan lain-lain,

1

(6)

lampu kendaraan ini menjadi simbol yang dimiliki setiap pengendara demi keselamatannya sendiri. Sehingga lampu kendaraan dikategorikan sebagai Bahasa Hukum Perlambang.

Penerapan Peraturan light on sudah disosialisasikan oleh pihak Kepolisian, karena peraturan telah diadakan maka penerapan mulai direalisasikan. Menyalakan lampu tujuannya untuk membuat pengendara lain lebih berhati-hati sehingga kecelakaan lalu lintas dapat dicegah.

Sosialisasi kewajiban menyalakan lampu diterapkan dibeberapa ruas jalan Ibu Kota Jakarta. Jajaran Ditlantas Polda Metro Jaya juga melakukan kanalisasi, atau peletakan rambu-rambu lalu lintas dan light on dibeberapa ruas jalan. Sebelumnya penerapan light on bagi pengendara sepeda motor sudah mulai disosialisasikan sejak dua tahun belakangan ini. Namun kenyataan berpendapat lain. Setelah adanya peraturan tersebut muncul berbagai kontrofersi dimasyarakat pengguna jalan. Efek negatif yang dirasakan bila semua pengendara menyalakan lampu kendaraannya disiang hari sungguh terasa. Sementara di Provinsi Lampung penerapan light on disyahkan pada tanggal 1 Oktober 2011.

Peraturan hukum yang mengatur lalu lintas yaitu Undang-undang No. 22 Tahun 2009 tentang LLAJ yaitu:

Pasal 107 ayat (1) dan (2) yaitu berbunyi:

(1) Pengemudi Kendaraan Bermotor wajib menyalakan lampu utama Kendaraan Bermotor yang digunakan di Jalan pada malam hari dan pada kondisi tertentu. (2) Pengemudi Sepeda Motor selain mematuhi ketentuan dimaksud pada ayat (1)

wajib menyalakan lampu utama pada siang hari. Pasal 293 ayat (1) dan (2) yaitu berbunyi:

(7)

Pasal 107 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah).

(2) Setiap orang yang mengemudikan Sepeda Motor di Jalan tanpa menyalakan lampu utama pada siang hari sebagaimana dimaksud dalam Pasal 107 ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 15 (lima belas) hari atau denda paling banyak Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah).

(8)

Pelaksanaanlight onyang tertuang pada Pasal 107 dan Pasal 293 UU No.22 tahun 2009 tentang LLAJ ini masih menjadi pertanyaan sebagian dari masyarakat patuh hukum, apakah aturan ini dapat berjalan sesuai dengan tujuan dan fungsinya yaitu membantu menekan angka kecelakaan lalu lintas, serta bagaimana dengan faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan light on di Kota Bandar Lampung.

Persoalan di atas mengindikasikan bahwa suatu produk hukum yang dibuat memang semata-mata adalah untuk kepentingan bersama, dalam hal ini proses sosialisasi suatu aturan hukum sangat berperan penting agar implementasinya dapat berjalan dengan baik. Khususnya pada saat ini, kepatuhan hukum pada pengguna kendaraan di jalan raya belum terlihat begitu signifikan, hal ini disebabkan masyarakat kurang menyadari dan memahami adanya undang-undang yang mengatur. Persoalan-persoalan tersebut dapat dicermati dari analisis-analisis terhadap kondisi pengendara di jalan raya melalui pengkajian UU No. 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik mengkaji tentang “Kebijakan Kriminal Terhadap

Pelaksanaan Pasal 107 dan Pasal 293 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Kota Bandar Lampung”. karena sebenarnya undang-undang ini merupakan produk hukum yang telah direvisi kembali dari undang-undang sebelumnya yaitu UU No. 14 Tahun 1992 tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan.

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup

(9)

1) Bagaimanakah kebijakan kriminal terhadap pelaksanaan Pasal 107 dan Pasal 293 di wilayah Kota Bandar Lampung?

2) Apa sajakah faktor-faktor yang menghambat dalam pelaksanaan Pasal 107 dan Pasal 293 di wilayah Kota Bandar Lampung?

Ruang lingkup penelitian ini terdiri dari lingkup substansi kajian dalam bidang ilmu Hukum Pidana dengan objek penelitian berupa kebijakan kriminal terhadap pelaksanaan Pasal 107 dan Pasal 293 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan. Data yang dijadikan penelitian ini dikumpulkan pada rentan Tahun 2011 - 2012 dengan lokasi penelitian di wilayah hukum Kepolisian Kota Bandar Lampung.

C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui pelaksanaan kebijakan kriminal terhadap pelanggaran Pasal 107 dan Pasal 293 UU No 22 tahun 2009.

b. Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat yang mempengaruhi pelaksanaan light on di Kota Bandar Lampung.

2. Kegunaan Penelitian 1. Teoritis

(10)

b) Menjadikan wawasan dan acuan bagi kalangan masyarakat pada umumnya dan pembaca pada khususnya dalam mengembangkan pengetahuan di bidang hukum pidana pelanggaran lalu lintas.

2. Praktis

a) Bagi Kepolisian Penelitian ini di harapkan dapat memberikan masukan pada jajaran Kepolisian, khususnya bagian lalu lintas dalam menangani masalah lalu lintas sekaligus pelaksanannya di lapangan.

b) Bagi Masyarakat Umum

1) Masyarakat dapat mengetahui lebih jelas mengenai norma-norma dan undang-undang yang berlaku dalam berlalu lintas di jalan.

2) Untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat untuk selalu mentaati peraturan dan Undang-undang lalu lintas, sehingga keamanan dan ketertiban lalu lintas selalu terjaga. 3) Bagi Mahasiswa penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan

informasi untuk penelitian-penelitian selanjutnya. Sehingga semakin menambah khasanah ilmu pengetahuan hukum, khususnya ilmu pengetahuan hukum pidana.

4) Bagi Penulis Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan untuk memperdalam pengetahuan penulis terhadap hukum pidana.

D. Kerangka Teoritis dan Koseptual

(11)

Kerangka teoritis adalah konsep-konsep yang sebenarnya merupakan abstraksi dari hasil pemikiran atau kerangka acuan yang pada dasarnya bertujuan untuk mengadakan identifikasi terhadap dimensi-dimensi sosial yang dianggap relevan oleh peneliti.2

Hoefnagels Menyatakan bahwa kebijakan kriminal merupakan bagian dari kebijakan yang lebih luas yaitu kebijakan sosial. Dengan lebih luas kebijakan kriminal merupakan subsistem penegakan hukum (law enforcement) dan sistem penegakan hukum merupakan bagian dari kebijakan sosial.3

Upaya non-penal dalam kebijakan kriminal meliputi ruang lingkup yang cukup luas menurut G.P. Hoefnagels yaitu :

a. Penerapan hukum pidana b. Pencegahan tanpa pidana

c. Mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan pemidanaan lewat media masa

Dengan demikian, upaya penanggulangan secara garis besar dapat dibagi 2, yaitu lewat jalur Penal (hukum pidana) dan lewat jalur Non-penal (diluar hukum pidana). Dalam pembagian G.P. Hoefnagels diatas, upaya yang disebut dalam butur (b) dan (c) dapat dirumuskan dalam

kelompok upaya “non-penal”.

Dua masalah sentral dalam kebijakan dengan menggunakan upaya penal (hukum pidana) ialah masalah penentuan :

1. Perbuatan apa yang seharusnya dijadikan tindak pidana, dan

2

Soekanto, soerjono. 1986. Pengantar Penelitian Hukum.Universitas Indonesia Press, Jakarta.Hlm. 124.

3

(12)

2. Sanksi apa yang digunakan atau dikenakan kepada si pelanggar.

Penganalisisan terhadap 2 sentral ini tidak terlepas dari konsepsi integral antara kebijakan kriminal dan kebijakan sosial atau kebijakan pembangunan nasional. Hal ini berarti pemecahan masalah diatas harus bisa diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu dari kebijakan sosial-politik yang telah ditetapkan. Dengan demikian, kebijakan hukum menangani 2 (dua) masalah sentral diatas, harus juga dilakukan dengan pendekatan yang berorientasi pada kebijakan police oriented approach.Sudah barang tentu pendekatan kebijakan yang integral ini tidak hanya dalam bilang hukum pidana, akan tetapi juga pada pembangunan hukum pada umumnya.4

Sosialisasi terhadap light on sudah disampaikan dengan jelas kepada masyarakat melalui berbagai media , agar masyarakat mengerti benar kegunaan dan sanksi atas pelanggaran light on. Namun dalam pelaksanaannya terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum yaitu :

1. Faktor hukumnya sendiri 2. Faktor penegak hukum

3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum 4. Faktor masyarakat

5. Faktor kebudayaan

Kelima faktor tersebut saling berkaitan dengan eratnya, oleh karena merupakan esensi dari penegakan hukum, juga merupakan tolok ukur daripada efektivitas penegakan hukum.5

2. Konseptual

4

Ibid. Hlm. 29 5

(13)

Konseptual adalah kerangka yang menggambarkan hubungan antara konsep-konsep khusus yang merupakan kumpulan arti-arti yang berkaitan dengan istilah-istilah yang ingin atau yang akan diteliti.6

Adapun yang menjadi pengertian dasar istilah-istilah yang akan digunakan dalam penulisan ini adalah :

a. Kebijakan Kriminal

Kebijakan Kriminal adalah keseluruhan kebijakan, yang dilakukan melalui perundang-undangan resmi dan badan-badan resmi, yang bertujuan untuk menegakkan norma-norma sentral dari masyarakat.7

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh suatu badan atau wadah secara berencana, teratur dan terarah guna mencapai tujuan yang diharapkan,. Pengertian Implementasi atau pelaksanaan menurut Westa Implementasi atau pelaksanaan merupakan aktifitas atau usaha-usaha yang dilaksanakan untuk melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan yang telah dirumuskan dan ditetapkan dengan dilengkapi segala kebutuhan, alat-alat yang diperlukan, siapa yang melaksanakan, dimana tempat pelaksanaannya mulai dan bagaimana cara yang harus dilaksanakan.8

c. Pasal

6

Ibid. Hlm. 132 7

Barda Nawawi Arief. 2002.Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana. Citra Aditya Bakti. Bandung.Hlm. 1

8

(14)

Merupakan suatu bagian dari Bab yang terdapat dalam setiap Undang-undang. (Kamus Besar Bahasa Indonesia).9

d. Light on

Pengertian light on dalam bahasa indonesia berarti Lampu menyala. Pengertian lampu adalah alat yang digunakan untuk menerangi, lampu utama pada sepeda motor adalah lampu yang ada pada sepeda motor yang mempunyai fungsi khusus untuk menerangi ketika motor digunakan.10

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk memudahkan penulisan ini, maka penulis menguraikan secara garis besar materi yang akan dibahas dalam sistematika, sebagai berikut :

I. PENDAHULUAN

Merupakan Bab pendahuluan yang memuat tentang : Latar belakang permasalahan dan ruang lingkup, tujuan dan kegunaan penulisan, kerangka teoris dan konseptual, serta sistematika penulisan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini merupakan pengantar pemahaman terhadap pengertian kebijakan hukum, tinjauan terhadap Penerapan Pemberlakuan Sanksilight on.

9

Budiono. 2005. Kamus lengkap bahasa Indonesia.Karya Agung. Surabaya. Hlm. 371

10

(15)

III. METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan mengenai langkah-langkah yang digunakan dalam pendekatan masalah yang berkaitan dengan disiplin ilmu dan sudut pandang penulis, sumber dan jenis data, penentuan populasi, metode pengumpulan dan pengolahan data serta analisis data.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini merupakan jawaban dari permasalahan dalam skripsi ini, yang akan menjelaskan bagaimana Penerapan Pemberlakuan Sanksilight on.

V. PENUTUP

(16)
(17)

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah

Pendekatan yang dilakukan dalam mengungkap permasalah yang sedang dibahas dilakukan dengan data cara yaitu:

1. Pendekatan Yuridis Normatif

Pendekatan ini dilakukan dengan mempelajari, mencatat peraturan perundang-undangan, khususnya Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, dan beberapa literatur atau bahan-bahan yang berkaitan dengan masalah pada umumnya dan khususnya menyangkut masalah Penerapan Pemberlakuan Sanksilight on.

2. Pendekatan Yuridis Empiris

Pendekatan yuridis empiris dilakukan dengan cara melihat langsung ke objek penelitian yaitu Kota Bandar lampung sebagai pusat pemerintahan Provinsi Lampung yang memiliki mobilitas tinggi dalam berbagai aspek dan Polresta Bandar lampung sebagai institusi Polri yang berwenang diwilayah hukum Bandar Lampung yang memiliki kompleksitas permasalahan yang lebih tinggi sebagai kota besar di bandingkan dengan wilayah lainnya di Provinsi lampung.

(18)

1) Data primer

Sumber data primer adalah data yang diperoleh dengan cara langsung berhadapan dengan narasumber yang terlibat langsung dalam memberikan data, yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti.

2) Data sekunder

Data yang diperoleh dari studi kepustakaan yang terdiri dari : a. Bahan hukum primer

Yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

b. Bahan hukum sekunder

Yaitu bahan-bahan yang erat hubungannya dengan bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisis dan memahami bahan hukum primer antara lain : buku-buku literatur, dan hasil karya ilmiah para sarjana.

c. Bahan hukum tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan-bahan yang memberikan informasi, petunjuk maupun penjelasan tentang bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder antara lain berupa kamus dan pendapat-pendapat.

C. Populasi dan Sampel

(19)

Penulisan skripsi ini yang dijadikan populasi adalah pelaku/pelanggar light on dan Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung. Untuk menentukan sampel dan populasi, digunakan metode pengambilan sampel terhadap pertanggung jawaban pidana pelaku pelanggaranlight on di Kota Bandar Lampung yang berhubungan dengan pertanggungjawaban pidana yaitu purposive sampling yaitu bahwa dalam menentukan sampel disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai dan kedudukan masing-masing sampel yang dianggap telah mewakili populasi terhadap masalah yang hendak diteliti atau dibahas. Dalam hal ini penulis memilih petugas yang benar-benar memiliki kualifikasi dalam pelaksanaan tugasnya sehingga yang akan dijadikan sampel dapat menjamin penelitian.

Responden yang dianggap dapat mewakili populasi dan mencapai tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

a. Petugas Polri Satuan Lalu Lintas Polresta Bandar lampung : 2 Orang

b. Masyarakat : 2 Orang

c. Dosen Fakultas Hukum : 1 Orang +

5 Orang

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data

1. Prosedur Pengumpulan Data a. Studi Kepustakaan

(20)

b. Studi lapangan

Dilakukan dengan wawancara dengan responden yang telah direncanakan sebelumnya.

2. Prosedur Pengolahan Data

Keseluruhan data yang telah diperoleh, baik dari kepustakaan maupun penelitian lapangan kemudian diproses, diteliti kembali dan disusun kembali secara seksama. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat kesalahan dan kekeliruan serta belum lengkap dan lain sebagainya terhadap data yang telah diperoleh.

Pengolahan data yang dilakukan dengan cara:

a. Editing(pemeriksaan data)

Yaitu terhadap data yang telah dikumpulkan baik data sekunder maupun primer, dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui apakah data yang dibutuhkan tersebut sudah cukup benar.

b. Klasifikasi (pengelompokan data)

Data yang sudah terkumpul dikelompokan sesuai dengan jenis dan sifatnya agar mudah dibaca selanjutnya dapat disusun secara sistematis.

c. Sistematis (penyusun data)

(21)

E. Analisis Data

(22)

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melakukan pembahasan terhadap data dan informasi yang diperoleh dalam penelitian, maka penulis mengambil kesimpulan antara lain :

(23)

2. Faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan penerapan Pasal 107 dan Pasal 293 tentang pemberlakuanlight onyaitu terdapat pada :

a. Faktor penegak hukum

Adanya upaya penegakkan hukum yang belum maksimal yang dilakukan oleh anggota satuan lalu lintas Polresta Bandar Lampung terhadap masyarakat pengguna jalan atau pengemudi kenderaan bermotor yang tidak menyalakan lampu utama kenderaan bermotornya pada saat berjalan, personil SatLantas yang terbatas dimaksudkan pada jumlah petugas yang diturunkan pada tiap-tiap ruas jalan di wilayah Kota Bandar lampung masih mengalami kekurangan sehingga pihak kepolisian Polresta bandar Lampung mnegalami hambatan atau kesulitan dalam melakukan penindakan terhadap pelanggaranlight ondi jalan raya.

b. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum 1. Jumlah mobil Patroli yang terbatas

Ketersediaan mobil patroli yang digunakan untuk kepentingan tugas oleh pihak kepolisian juga mengalami keterbatasan sehingga pihak kepolisian terhambat pada saat melakukan razia atau Patroli di jalan raya.

(24)

Keuangan yang dimaksudkan dalam hal ini yaitu keuangan yang dipergunakan untuk biaya akomodasi pada saat melakukan tugas patroli untuk keperluan-keperluan tugas lainnya.

c. Faktor masyarakat

Faktor masyarakat yang didalamnya terkait permasalahan ketidakpedulian dan kelalaian masyarakat terhadap suatu permasalahan hukum.hal ini menjadikan penegakan hukum menjadi terhambat, karena kesadaran masyarakat terhadap hukum masih kurang, sebagian dari masyarakat awan menganggap bahwa light on tidak memiliki andil dan tidak berfungsi untuk memerangi permasalahan lalu lintas, sebagian masyarakat peraturan light on akan semakin memperburuk kondisi-kondisi pada kendaraannya. Untuk itu sebagai negara hukum sudah selayaknya sebagai masyarakat ikut serta dalam mewujudkan kesuksesan peraturan yang sudah ditetapkan sehingga tercipta kelancaran dan ketertiban saat berkendara.

d. Faktor kebudayaan

(25)

B. Saran

Setelah melakukan pembahasan dan mengambil kesimpulan, maka penulis mempunyai saran-saran yang akan disampaikan untuk pelaksanaan Pasal 107 dan Pasal 293 tentang pemberlakuan Light on di Kota Bandar Lampung antara lain :

(26)

(27)

6

(28)

i

DAFTAR ISI

Halaman

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...1

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup...7

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ...8

D. Kerangka Teori dan Konseptual ...9

E. Sistematika Penulisan...13

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kebijakan Kriminal ...15

B. Faktor-faktor Penghambat Penegak Hukum ...19

C. Tinjauan Sanksi Pidana...23

D. Tinjauan Ringkas Undang-udang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan...27

E.PengertianLight On...32

III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah ...34

B. Sumber dan Jenis Data ...35

C. Populasi dan Sampel ...35

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data...36

(29)

ii

IV. PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden ...39 B. Kebijakan Kriminal Terhadap pelaksanaanLight Ondi Wilayah Kota

Bandar Lampung ...41 C. Faktor-faktor Penghambat Dalam Pelaksanaan Pasal 107 dan Pasal 293

Tentang PemberlakuanLight On ...53

V. PENUTUP

A. Kesimpulan...57 B. Saran ...60

(30)

DAFTAR PUSTAKA

Andrisman, Tri. 2009.Asas-asas dan Dasar Aturan Hukum Pidana Indonesia. Unila. Bandar Lampung.

Arief, Barda Nawawi. 2001. Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Penanggulangan Kejahatan. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

Asshofa, Burhan. 1996.Metodologi Penelitian Hukum. Bhineka Cipta. Jakarta.

Atmasasmita, Romli. 2010:Sistem Peradilan Pidana Kontemporer; Kencana Prenada Media Group, Jakarta

Prajudi Atmosudirdji.Hukum Administrasi Negara. Jakarta:Ghalia Indonesia.

Soekanto, soerjono.1979. Penegakan Hukum dan Kesadaran Hukum. Makalah pada seminar Hukum Nasional Ke IV, Jakarta

---. 1986. Pengantar Penelitian Hukum.Universitas Indonesia Press, Jakarta.

---.1983. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum.Rajawali Pers cetakan ke-10, Jakarta.

Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)

Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentangKepolisian Negara Republik Indonesia.

Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentangLalu Lintas dan Angkutan Jalan.

(31)

KEBIJAKAN KRIMINAL TERHADAP PELAKSANAAN PASAL 107 DAN PASAL 293 TENTANG LALU LINTAS DAN

ANGKUTAN JALAN DI KOTA BANDAR LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh : YENI KUSTANTI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum

Pada

Bagian Hukum Pidana

Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(32)

Judul Skripsi : KEBIJAKAN KRIMINAL TERHADAP PELAKSANAAN PASAL 107 DAN PASAL 293 UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DI KOTA BANDAR LAMPUNG Nama Mahasiswa :Yeni Kustanti

No. Pokok Mahasiswa : 0912011268

Bagian : Hukum Pidana

Fakultas : Hukum

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Diah Gustiniati M, S.H., M.H. Eko Raharjo, S.H., M.H. NIP 196208171987032003 NIP196104061989031003

2. Ketua Bagian Hukum Pidana

(33)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Diah Gustiniati M, S.H., M.H. ...

Sekretaris/Anggota : Eko Raharjo, S.H., M.H. ...

Penguji Utama : Tri Andrisman, S.H., M.H ...

2. Dekan Fakultas Hukum

Heryandi, S.H., M.S. 19621109 196703 1 003

(34)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lampung Timur, pada tanggal 26 Mei 1992, sebagai anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak Sukatno, S.Pd dan Ibu Susmiyati, S.Pd.

Penulis menempuh jenjang Pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 2 Marga Mulya Lampung Timur pada tahun 2003, Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 2 Batanghari Lampung Timur pada tahun 2006, kemudian penulis mengakhiri Pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Batanghari Lampung Timur pada tahun 2009.

(35)

MOTTO

Keberhasilan adalah kemampuan untuk melewati dan mengatasi dari satu kegagalan ke kegagalan berikutnya tanpa kehilangan semangat

(Winston Chuchili)

Yang kalah adalah wujud hukuman atas kegagalan, pemenang adalah penghargaan atas kesuksesannya

(Bob Gilbert)

Mereka boleh mematahkan pedangku, tetapi sekali-sekali kebatilan yang mereka usung tidak akan dapat mematahkan kebenaran yang aku bawa

(36)

Kupersembahkan Karya Ilmiah ini Untuk :

Kedua Orangtuaku Tercinta

(Sukatno, S.Pd. dan Susmiyati, S.Pd.)

Yang selalu mendo akan dan memberikan kasih sayang yang

tulus Sebagai penyemangat dalam hidup adinda

I love you dad...I love you mom

Untuk kakak ku tersayang

Alm. Andi Setiawan

Kaulah penyemangat dalam setiap langkahku

Untuk adik ku tersayang

Trya Ervina

Terimakasih untuk semangat dan do amu

Almamaterku Tercinta

(37)

SANWACANA

Penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayahnya yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Kebijakan Kriminal Terhadap Pelaksanaan Pasal 107 dan Pasal 293 Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Kota Bandar Lampung”. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan, dari berbagai pihak maka atas kesempatan ini izinkan penulis mengucapkan penghargaan dan rasa terimakasih yang tulus dan penghormatan kepada:

1. Bapak Dr. Heryandi, S.H., M.S. sebagai Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung

2. Ibu Diah Gustiniati Maulani, S.H., M.H. sebagai Ketua Jurusan bagian Hukum Pidana, juga selaku Pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan ini, terimakasih;

3. Bapak Eko Raharjo, S.H., M.H. sebagai Pembimbing II yang telah dengan sabar memberikan bimbingan dan pengarahan dalam tulisan ini, seluruh masukan dan dukungan, serta waktu yang tersita untuk membantu penyelesaian tulisan ini, terimakasih;

(38)

5. Ibu Dona Raisa M, S.H., M.H. sebagai pembahas II yang telah memberikan bantuan perhatian dan bimbinganya selama penulis menyelesaikan skripsi ini, terimakasih;

6. Seluruh Dosen Fakultas Hukum yang telah memberikan ilmunya kepada Penulis;

7. Seluruh Staff bagian hukum pidana terimakasih sudah membantu dan meluangkan waktu untuk perhatiannya selama penulis menyelesaikan skripsi ini

8. Kepada Kedua Orangtuaku tercinta, terlalu besar rasa sayang dan pengorbanan yang telah kalian berikan hingga adinda bisa menyelesaikan Pendidikan sampai saat ini, terima kasih untuk cintanya;

9. Kepada kakek dan Nenek Ku terima kasih atas segala do’a serta kasih

sayang untuk cucumu

10. Untuk Husdansyah terimakasih atas kesabaran do’a dan semangat yang telah diberikan kepada ku

11. Untuk semua saudara-saudari ku terimakasih atas do’a, semangat dan

bantuan yang telah diberikan kepada ku.

12. Untuk Biyyabil tercinta : Rizki Marysa Qita, Vina Ruzikna Royyen, Kartika Ressa Harfilia, Cendri Juniani, Effelina Dewi Novita, Citra mutiara, Shiauwlin Ajeng, Deby Claudia, Annisa Maylia, Nanda Amalia, Intan Bellapama, terimakasih atas do’a serta semangat kalian. kalian

(39)

13. Untuk teman seperjuangan ku “Cecunguks” Cicha Deswari, S.H., Adenty Novalia, S.H., Winda Yunika, S.H., Malicia Evendia, S.H., Uci Nawa insani, S.H., terimakasih atas semangat dan bantuannya selama ini semoga sukses untuk kedepannya.

14. Untuk teman seperjuangan pidana Ku Wahyu Indri Yanti, S.H., Annisa Prima Ch, S.H., Yuni Rahayu, S.H., Marini, S.H., terimakasih atas bantuan dan kebersamaan perjuangan kita selama ini semoga sukses.

15. Untuk teman-teman Fakultas Hukum angkatan 2009 terimakasih atas

bantuan , kebersamaan dan do’anya, Viva Justicia

16. Untuk semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih atas perhatian dan bantuannya.

Puji syukur Kepada Allah SWT, semoga amal dan kebaikan serta bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan balasan yaang lebih besar dari-Nya.

Akhir kata penulis berharap semoga karya penulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, Maret 2013

Penulis

Referensi

Dokumen terkait

Nilai yang telah didapat dikelaskan dengan kalsifikasi usaha pengembangan objek wisata alam, maka kawasan air Riam Asam Telogah memiliki daya tarik areal yang bernila Baik (A)

Menurut penuturan juru kunci dari makam Mbah Djomotersebut, bahwa beberapa tahun yang lalu terjadi sebuah peristiwa yakni keluarnya ikan gabus dari makam Mbah Djomopada saat

Batas nilai similarity diambil dari pengujian yang telah dilakukan untuk semua query, dan menghasilkan nilai similarity untuk query yang relevan dengan dokumen tafsir adalah

Namun, menurut adat kebiasaan masyarakat dan juga melihat dari beberapa akibat yang ditimbulkan, hal tersebut sangat merugikan terutama terhadap pihak perempuan yang

Jones (1994) yang menyatakan bahwa implementasi kebijakan standar pelayanan minimum dengan faktor organisasi, interpretasi dan penerapan secara simultan berpengaruh

Hal ini dapat diartikan bahwa kekuatan transversa plat resin akrilik heat cured yang direndam dalam 0,4% eugenol minyak kayu manis menunjukkan perbedaan yang

Maka definisi konsepsioanl dari penelitian ini adalah kinerja pegawai SAMSAT dalam pemberian pelayanan publik pada kantor SAMSAT Pembantu Samarinda Seberang dimana

Bagi perusahaan pajak merupakan beban yang wajib dibayarkan oleh perusahaan kepada negara yang berdampak pada penurunan laba bersih yang dihasilkan selama satu