• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJIAN AKHIR SEMESTER (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UJIAN AKHIR SEMESTER (1)"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

UJIAN AKHIR SEMESTER (HUKUM PIDANA , CHRISTINE SUSANTI ) ANGGOTA KELOMPOK :

1. BENJAMIN JUSUF 2. IOANES NATHANAEL

3. JONATHAN PUTRA DARMAWAN OOO OOO 12604 4. MARTIUS WIDJAJA

5. STEFANUS VINCENTIUS JAWABAN:

a.

- PENGERTIAN HUKUM PIDANA

Hukum Pidana adalah salah satu bagian independen dari Hukum Publik. Hukum pidana merupakan salah satu instrumen hukum yang sangat urgen eksistensinya sejak zaman dahulu.

Hukum ini dinilai sangat penting eksistensinya dalam menjamin

keamanan masyarakat dari ancaman tindak pidana, menjaga stabilitas negara dan (bahkan) merupakan “lembaga moral” yang berperan merehabilitasi para pelaku pidana. Hukum ini terus berkembang sesuai dengan tuntutan tindak pidana yang ada di setiap masanya.

- Definisi Hukum Pidana

Hukum Pidana sebagai Hukum yang mengatur perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Undang-Undang dan berakibat diterapkannya hukuman bagi siapa yang melakukannya dan memenuhi unsur-unsur perbuatan yang disebutkan dalam Undang-Undang Pidana.Seperti perbuatan yang dilarang dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Undang-Undang Korupsi, Undang-Undang HAM , pembunuhan dan lain sebagainya. Hukum pidana adalah hukum yang mengatur perbuatan-perbuatan apa yang dilarang dan memberikan hukuman bagi yang melanggarnya. Perbuatan yang dilarang dalam hukum pidana adalah:

• Pembunuhan • Pencurian • Penipuan • Perampokan • Penganiayaan • Pemerkosaan • Korupsi

(2)

melakukannya, prosedur yang harus dilalui oleh terdakwa dan pengadilannya, serta hukuman yang ditetapkan atas terdakwa.”

Hukum pidana adalah bagian daripada keseluruhan hukum yang berlaku di suatu Negara, yang mengadakan dasar-dasar dan aturan-aturan untuk : • Menetukan perbuatan perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan, yang dilarang, dengan disertai ancaman atau sanksi yang berupa pidana

tertentu bagi siapa yang melanggar larangan tersebut.

• Menentukan kapan dan dalam hal hal apa kepada mereka yang telah melanggar larangan larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi pidana sebagaimana yang telah diancamkan.

• Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat dilaksanakan apabila ada orang yang disangka telah melanggar larangan tersebut.

Menurut Sudarto, pengertian Pidana sendiri ialah nestapa yang diberikan oleh Negara kepada seseorang yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan Undang-undang (hukum pidana), sengaja agar dirasakan sebagai nestapa.

- Tujuan Hukum Pidana

Secara konkrit tujuan hukum pidana itu ada dua, ialah :

• Untuk menakut-nakuti setiap orang jangan sampai melakukan perbuatan yang tidak baik.

• Untuk mendidik orang yang telah pernah melakukan perbuatan tidak baik menjadi baik dan dapat diterima kembali dalam kehidupan

lingkunganya

Tujuan hukum pidana ini sebenarnya mengandung makna pencegahan terhadap gejala-gejala sosial yang kurang sehat di samping pengobatan bagi yang sudah terlanjur tidak berbuat baik. Jadi Hukum Pidana, ialah ketentuan-ketentuan yang mengatur dan membatasi tingkah laku

manusia dalam meniadakan pelanggaran kepentingan umum. Tetapi kalau di dalam kehidupan ini masih ada manusia yang melakukan perbuatan tidak baik yang kadang-kadang merusak lingkungan hidup manusia lain, sebenarnya sebagai akibat dari moralitas individu itu.

Dan untuk mengetahui sebab-sebab timbulnya suatu perbuatan yang tidak baik itu(sebagai pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan pidana), maka dipelajari oleh “kriminologi”.

(3)

melakukan perbuatan pidana, apa motivasinya, bagaimana akibatnya dan tindakan apa yang dapat dilakukan untuk meniadakan perbuatan itu. - Asas – Asas Hukum Pidana :

Misalnya pasal 359 KUHP :

Dalam Hukum Pidana ada suatu adagium yang berbunyi : “Nullum delictum nulla poena sine praevia lege poenali”, artinya tidak ada suatu perbuatan dapat dihukum tanpa ada peraturan yang mengatur perbuatan tersebut sebelumnya. Ketentuan inilah yang disebut sebagai asas legalitas .

Asas Teritorial.

Asas Personal (nasional aktif). Asas Perlindungan (nasional pasif) Asas Universal.

-Asas Teritorial

Asas ini diatur juga dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yaitu dalam pasal 2 KUHP yang menyatakan : “Ketentuan pidana dalam perundang-undangan Indonesia diterapkan bagi setiap orang yang melakukan suatu tindak pidana di Indonesia”.

Perluasan dari Asas Teritorialitas diatur dalam pasal 3 KUHP yang

menyatakan : “Ketentuan pidana perundang-undangan Indonesia berlaku bagi setiap orang yang di luar wilayah Indonesia melakukan tindak pidana didalan kendaraan air atau pesawat udara Indonesia”. Tujuan dari pasal ini adalah supaya perbuatan pidana yang terjadi di dalam kapal atau

pesawat terbang yang berada di perairan bebas atau berada di wilayah udara bebas, tidak termasuk wilayah territorial suatu Negara, sehingga ada yang mengadili apabila terjadi suatu perbuatan pidana.

-Asas Personal (Nasionaliteit aktif)

apabila warganegara Indonesia melakukan kejahatan meskipun terjadi di luar Indonesia, pelakunya dapat dikenakan hukum pidana Indonesia, apabila pelaku kejahatan yang hanya dapat dikenakan hukum pidana Indonesia, sedangkan perbuatan pidana yang dilakukan warganegara Indonesia di negara asing yang telah menghapus hukuman mati, maka hukuman mati tidak dapat dikenakan pada pelaku kejahatan itu, hal ini diatur dalam pasal 6 KUHP.

-Asas Perlindungan (Nasional Pasif)

(4)

saja, selain itu tidak tergantung pada tempat, ia merupakan tindakan-tindakan yang dirasakan sangat merugikan kepentingan nasional indonesia yang karenanya harus dilindungi.

-Asas universal

Asas universal adalah asas yang menyatakan setiap orang yang melakukan perbuatan pidanan dapat dituntut undang-undang hukum pidana Indonesia di luar wilayah Negara untuk kepentingan hukum bagi seluruh dunia. Asas ini melihat hukum pidanan berlaku umum, melampaui batas ruang wilayah dan orang, yang dilindungi disini ialah kepentingan dunia. Jenis kejahatan yang dicantumkan pidanan menurut asas ini sangat berbahaya tidak hanya dilihat dari kepentingan Indonesia tetapi juga kepentingan dunia. Secara universal kejahatan ini perlu dicegah dan diberantas.

- Sistem Hukuman

Sistem hukuman yang dicantumkan dalam pasal 10 tentang pidana pokok dan tambahan, menyatakan bahwa hukuman yang dapat dikenakan kepada seseorang pelaku tindak pidana terdiri dari :

a. Hukuman Pokok (hoofd straffen ). 1. Hukuman mati

2. Hukuman penjara 3. Hukuman kurungan 4. Hukuman denda

b. Hukuman Tambahan (Bijkomende staffen) 1. Pencabutan beberapa hak tertentu

2. Perampasan barang-barang tertentu 3. Pengumuman putusan hakim.

(5)

dengan wanita muda asal Lombok tersebut. Singkat cerita, Tersangka ingin hidup tenang dan tidak ingin ketahuan tentang perselingkuhan nya, akhirnya dia berniat untuk membunuh selingkuhannya tersebut.

Berdasarkan penjelasan di atas. Menurut kami, perbuatan dari kasus tersebut sudahlah jelas termasuk perbuatan pidana. Karena pembunuhan termasuk dari kasus pelanggaran pidana. Pembunuhan termasuk

kejahatan terhadap nyawa manusia. Kesengajaan menghilangkan nyawa orang lain itu oleh Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang dewasa ini berlaku telah disebut sebagai suatu pembunuhan.

Tindak pidana pembunuhan atau kejahatan terhadap nyawa (misdrijven tegen het leven) adalah berupa penyerangan terhadap nyawa orang lain. Untuk menghilangkannya nyawa orang lain itu seorang pelaku harus melakukan sesuatu atau suatu rangkaian tindakan yang berakibat dengan meninggalnya orang lain.

Dalam perbuatan menghilangkan nyawa (orang lain) terdapat 3 (tiga) syarat yang harus dipenuhi yaiatu:

-Adanya wujud perbuatan

-Adanya suatu kematian (orang lain)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan table di atas, ditemukan bahwa pelaksanaan kebijakan yang dilakukan oleh penegak hukum yakni penerapan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1997

orang yang melakukan kejahatan ini di luar wilayah Indonesia di manapun. Mengadakan kejahatan-kejahatan yang oleh undang-undang ditentukan berlaku asas universaliteit

hukum, karena penadahan di peroleh dari kejahatan, dapat dikatakan menolong atau mempermudah tindakan kejahatan si pelaku dapat mempersukar pengusutan kejahatan

memperjelas makna kalimat matematika dalam perkalian bilangan. d) Keterbatasan alat peraga (jumlah tidak mencukupi), sehingga dalam pelaksanaan proses pembelajaran

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari apakah kearifan lokal masyarakat adat mendapat pengakuan dalam mengelolah sumber daya hutan di

Pasien yang dalam proses kematian mempunyai kebutuhan khusus untuk dilayani dengan penuh hormat dan kasih. Untuk mencapai ini semua staf harus sadar akan uniknya kebutuhan pasien

Analisis karakteristik gempa di kota Bengkulu dibagi dalam beberapa analisis sederhana, yaitu penentuan frekuensi kejadian gempa dalam rentang tahun yang ditinjau,

Kategori DTPs terapi obat yang tidak diperlukan terjadi sebanyak 1 (5%) ditunjukkan pada Tabel 5 dengan penyebab pasien mendapat obat untuk mengatasi gangguan batuk