• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komunikasi Antar Pribadi Dalam Pemasaran Produk Jasa Asuransi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Komunikasi Antar Pribadi Dalam Pemasaran Produk Jasa Asuransi"

Copied!
147
0
0

Teks penuh

(1)

KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI DALAM PEMASARAN PRODUK JASA ASURANSI

(Studi Deskriptif pada Agen Asuransi PT. Axa Financial Indonesia Cabang Medan)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S1)

Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Komunikasi

DISUSUN O

L E H

DHINA RISSA 070904092

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

ABSTRAKSI

Skripsi ini berjudul “Komunikasi Antar Pribadi Dalam Pemasaran Produk Jasa Asuransi”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses komunikasi antar pribadi agen terhadap calon nasabah serta untuk mengetahui bauran pemasaran jasa yang paling efektif dalam memasarkan produk jasa asuransi PT. Axa Financial Indonesia.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Objek penelitian adalah para agen yang telah mendapatkan sertifikat Axa dan telah memiliki nasabah serta masih aktif bekerja di asuransi PT. Axa Financial Indonesia cabang Medan jalan Pattimura no. 2 Medan. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 236 orang. Sampel diperoleh dengan mengambil 25% dari jumlah keseluruhan populasi sehingga diperoleh 59 sampel yang dijadikan responden.

Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah teknik purposive

sampling dan accidental sampling. Penelitian ini menggunakan dua teknik

pengumpulan data, yaitu penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan dengan melakukan survey di lokasi penelitian melalui observasi dan kuesioner. Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan analisa tabel tunggal yang dilakukan dengan membagi-bagikan variable penelitian ke dalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi.

Dari hasil penelitian ini diperoleh suatu kesimpulan bahwa proses komunikasi antar pribadi yang dilakukan agen terhadap calon nasabah dilakukan secara sistematis, sopan dan terbuka. Selain itu, bauran pemasaran jasa yang paling efektif dalam pemasaran produk jasa asuransi adalah penjualan tatap muka

(personal selling) yang terjalin komunikasi antar pribadi di dalamnya. Hal ini

(3)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur penulis ucapkan kepada Sang Khalik Allah

SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua, dan

juga shalawat beriring salam kepada Baginda Rasulullah Muhammad SAW.

Dengan izin Allah SWT penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Proses Komunikasi Antar Pribadi Dalam Pemasaran Produk Jasa

Asuransi”, yang merupakan salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana

Sosial pada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Departemen Ilmu Komunikasi,

Universitas Sumatera Utara.

Rasa bahagia dan ucapan terima kasih yang sebesar- besarnya peneliti

ucapkan kepada yang tercinta ayahanda H. Muhammad Nurdin, SE dan ibunda

Hj. Zahraini yang telah banyak memberikan kasih sayang, mendidik,

mendukung, membimbing dan selalu mendoakan serta memberikan kekuatan

kepada peneliti baik berupa moril maupun materil sehingga peneliti dapat

menyelesaikan studi ini, juga kepada abang tersayang Rizki Perdana, ST, yang

selalu mendukung penulis untuk tetap semangat menyelesaikan skripsi ini.

Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis banyak menerima masukan serta

petunjuk dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan

terima kasih yang tulus kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

(4)

2. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A. Selaku Ketua Departemen Ilmu

Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera

Utara.

3. Ibu Dra. Dayana Manurung, M.Si, Selaku Sekretaris Departemen Ilmu

Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera

Utara.

4. Ibu Dra. Dewi Kurniawati, M.Si, Selaku Dosen Pembimbing yang dengan

kesabarannya telah banyak memberikan masukan, bimbingan dan arahan

kepada peneliti dalam menyelesaikan tulisan ini.

5. Bang Haris Wijaya, S.Sos. M.Comm, Selaku dosen Pembimbing

Akademik yang telah membimbing penulis dari awal semester hingga

akhir semester.

6. Seluruh Dosen Ilmu Komunikasi FISIP USU yang selama ini banyak

membagi ilmunya kepada peneliti.

7. Kepada Bapak Yozi Azahari selaku Senior Vice President PT. Axa

Financial Indonesia cabang Medan, terima kasih banyak atas kesempatan

dan bantuan yang peneliti peroleh dalam menyelesaikan tulisan ini.

8. Para agen asuransi PT. Axa Financial Indonesia cabang Medan yang telah

bersedia menjadi responden dalam penelitian, terima kasih telah

meluangkan waktu untuk membantu peneliti dalam menyelesaikan

(5)

9. Kak Ros, Kak Cut dan Kak Maya yang banyak membantu peneliti dalam

segala urusan perkuliahan dalam penyelesaian skripsi ini, terima kasih

banyak untuk segala informasi dan bantuannya.

10.Untuk teman terbaikku Bobby Dhillon. Terima kasih telah memberikan

dukungan penuh kepada peneliti untuk dapat belajar serta bekerja keras

dalam meraih impian serta menuju suatu perubahan menjadi lebih baik.

11.Untuk sahabat terbaikku, Rama Dhona Sihotang, S.Ked, Ela Handayani,

Meigi Anggita, SE, dan Ramadhani Fitri, S.Kom. Terima kasih atas

dukungan yang selalu kalian berikan kepada peneliti serta kesetiaan kawan

yang begitu luar biasa.

12.Untuk teman- teman terdekat, Wulan Sastra, Devia Pratiwi, Dwi Kurniati,

Siti Rizki, Harry Syahputra, Rival Jung, Ara Auza dan Anindi Virda,

terima kasih untuk waktu, dukungan, bantuan dan canda tawa serta

kegilaan kalian yang telah mewarnai hidup peneliti selama di bangku

kuliah. Susah senang telah kita lalui bersama di bangku kuliah ini.

13.Teman- teman stambuk 2007 Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU.

14.Untuk kak Farida Hanim dan kak Puan, terima kasih telah membantu

peneliti dalam mengajarkan program SPSS.

15.Semua pihak yang belum tersebutkan diatas yang telah membantu peneliti

dalam menyelesaikan skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa tulisan ini jauh dari kesempurnaannya, untuk itu

dengan segala kerendahan hati peneliti berharap pembaca dapat memberikan

(6)

memperdalam pengetahuan dan pengalaman peneliti. Semoga skripsi ini dapat

memberikan sumbangan pemikiran kepada pembaca.

Medan, Mei 2011

Peneliti,

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ………. .. Xiii BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah ... 1

I.2. Perumusan Masalah ... 6

I.3. Pembatasan Masalah ... 6

I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

1.4.1 Tujuan Penelitian ... 7

1.4.2 Manfaat Penelitian ... 7

I.5. Kerangka Teori ... 8

1.5.1. Komunikasi ... 8

1.5.2. Komunikasi Antar Pribadi ... 9

1.5.2.1. Teori Self Disclosure………. 12

1.5.3. Komunikasi Pemasaran ... 13

I.5.4. Produk Jasa ... 16

1.5.5 Asuransi ... 17

I.6. Kerangka Konsep ... 18

I.7. Model Teoritis ... 19

I.8. Operasional Konsep ... 19

I.9. Defenisi Operasional ... 21

BAB II URAIAN TEORITIS II.1. Komunikasi ... 25

(8)

II.2. Komunikasi Antar Pribadi ... 31

II.2.1. Ciri-ciri Komunikasi Antar Pribadi ... 33

II.2.2. Sifat-Sifat Komunikasi Antar Pribadi ... 35

II.2.3. Teori Self Disclosure ... 36

II.3. Komunikasi Pemasaran ... 39

II.3.1. Sejarah Komunikasi Pemasaran ... 39

II.3.2. Pengertian Komunikasi Pemasaran ... 40

II.3.3. Bauran Komunikasi Pemasaran, Pemasaran dan Pemasaran Jasa ... . 42

II.4. Produk Jasa ... 57

II.5. Asuransi ... 59

BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 62

III.1.1. Ringkasan Sejarah PT. Axa Financial Indonesia 62 III.1.2. Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan ... 63

III.1.3. Kegiatan Usaha Perusahaan... 64

III.1.4. Struktur Organisasi Tim Agency ... 69

III.2. Metode Penelitian ... 69

III.3. Populasi dan Sampel ... 70

III.3.1. Populasi ... 70

III.3.2. Sampel ... 71

III.4. Teknik Penarikan Sampling ... 72

III.5.Teknik Pengumpulan Data ... 73

III.6.Teknik Analisis Data ... 73

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Pelaksanaan Pengumpulan Data ... 75

IV.1.1. Tahap Awal ... 75

IV.1.2. Pengumpulan Data ... 76

(9)

IV.2.1. Penomoran Kuesioner ... 76

IV.2.2. Editing ... 77

IV.2.3. Coding ... 77

IV.2.4. Investarisasi Variabel ... 77

IV.2.5. Tabulasi Data ... 77

IV.3. Analisa Tabel Tunggal ... 77

IV.3.1. Karakteristik Responden ... 77

IV.3.2. Komunikasi Antar Pribadi ... 80

IV.3.3 Pemasaran Produk Jasa Asuransi... 96

IV.4. Pembahasan Hasil Penelitian... 120

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1. Kesimpulan ... 124

V.2. Saran ... 125

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel IV.1. Jenis Kelamin Responden ... 78

Tabel IV.2. Usia Responden ... 79

Tabel IV.3. Tingkat Pendidikan Responden ... 80

Tabel IV.4. Pengetahuan Tentang Produk Jasa Asuransi PT. Axa

Financial Indonesia ... 81

Tabel IV.5. Frekuensi Komunikasi Antar Pribadi Secara Tatap Muka

Sewaktu Melakukan Prospek ... 82

Tabel IV.6. Penerimaan Calon Nasabah Untuk Berkomunikasi ... 83

Tabel IV.7. Frekuensi Komunikasi Antar Pribadi Bermedia Sewaktu

Melakukan Prospek ... 84

Tabel IV.8. Persiapan Sarana Dalam Melakukan Prospek ... 85

Tabel IV.9. Keyakinan Akan Kemampuan Diri Sendiri ... 86

Tabel IV.10. Keterbukaan Pesan Komunikasi Antar Pribadi Saat

Melakukan Prospek dengan Calon Nasabah ... 87

Tabel IV.11. Penerimaan Calon Nasabah Terhadap Pesan Yang

Disampaikan ... 88

(11)

Tabel IV.13. Kejujuran Calon Nasabah Terhadap Apa Yang Mereka

Katakan ... 90

Tabel IV.14. Simpati Terhadap Keluhan Yang Disampaikan Calon

Nasabah ... 91

Tabel IV.15. Penerimaan Masukan Dari Calon Nasabah Sewaktu

Berkomunikasi ... 92

Tabel IV.16. Keperdulian Terhadap Apa Yang Disampaikan Calon

Nasabah Tentang Produk Asuransi Yang Dibutuhkan ... 93

Tabel IV.17. Hubungan dengan Calon Nasabah Setelah Berkomunikasi 94

Tabel IV.18. Hasil Yang Diterima Dari Hasil Aktivitas Komunikasi

Antar Pribadi ... 95

Tabel IV.19. Penggunaan Produk Jasa Asuransi Calon Nasabah ... 97

Tabel IV.20. Pengenalan Calon Nasabah Terhadap Asuransi PT. Axa

Financial Indonesia………. . 98

Tabel IV.21. Perkenalan Lambang Asuransi PT. Axa Financial

Indonesia Terhadap Calon Nasabah ... 99

Tabel IV.22. Pemberitahuan Maksud Dari Slogan Asuransi PT. Axa

Financial Indonesia Terhadap Calon nasabah ... 100

Tabel IV.23. Pemberitahuan Nilai Lebih Yang Dimiliki Asuransi PT.

Axa Financial Indonesia Terhadap Calon Nasabah ... 101

Tabel IV.24. Pemenuhan Kriteria Asuransi PT. Axa Financial Indonesia

(12)

Tabel IV.25. Pemberitahuan Prestasi Asuransi PT. Axa Financial

Indonesia Terhadap Calon Nasabah ... 103

Tabel IV.26. Pengetahuan Calon Nasabah Tentang Kantor Cabang

Asuransi Pt. Axa Financial Indonesia di Medan ... 105

Tabel IV.27. Kemungkinan Mendatangi Calon Nasabah Dalam

Berbagai Kesempatan Dalam Memasarkan Asuransi PT.

Axa Financial Indonesia ... 106

Tabel IV.28. Kedatangan Calon Nasabah Secara Langsung Ke Kantor

Asuransi PT. Axa Financial Indonesia Untuk Membeli

Polis Asuransi ... 107

Tabel IV.29. Pengetahuan Calon Nasabah Akan Pemasaran Asuransi

PT. Axa Financial Indonesia Melalui Media ... 108

Tabel IV.30. Pendapat Responden Tentang Pemasaran Asuransi PT.

Axa Financial Melalui Media ... 109

Tabel IV.31. Pendapat Agen Tentang Ketepatan dalam memiliki

Kebijakan yang mengandalkan Personal Selling

(Penjualan Tatap Muka) dalam Memasarkan Produk Jasa

Asuransi PT. Axa Financial Indonesia ... 110

Tabel IV.32. Pendapat Responden Tentang Pemasaran Produk Jasa

melalui Personal Selling (Penjualan tatap muka) ... 111

Tabel IV.33. Pemasaran Asuransi PT. Axa Financial Indonesia Melalui

(13)

Tabel IV.34. Pendapat Responden Tentang Pemasaran Asuransi PT.

Axa Financial Indonesia Melalui Sales Promotion ... 113

Tabel IV.35. Keefektifan Pemasaran Produk Jasa Asuransi PT. Axa

Financial Indonesia ... 115

Tabel IV.36. Pemberian Pelatihan (training) Kepada Agen oleh

Asuransi PT. Axa Financial Indonesia ... 116

Tabel IV.37. Menjalankan Ketentuan Penjualan Produk Jasa Axa

Financial Indonesia dalam Memasarkan Prooduk Jasa

Asuransi PT. Axa Financial Indonesia ... 117

Tabel IV.38. Ketertarikan Calon Nasabah Terhadap Asuransi PT. Axa

Financial Indonesia Setelah Agen Memasarkan ... 118

Tabel IV.39. Pelayanan Yang Diberikan Asuransi PT. Axa Financial

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar I.1 Jendela Johari tentang bidang pengenalan diri dan orang

lain. ... 12

(15)

ABSTRAKSI

Skripsi ini berjudul “Komunikasi Antar Pribadi Dalam Pemasaran Produk Jasa Asuransi”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses komunikasi antar pribadi agen terhadap calon nasabah serta untuk mengetahui bauran pemasaran jasa yang paling efektif dalam memasarkan produk jasa asuransi PT. Axa Financial Indonesia.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Objek penelitian adalah para agen yang telah mendapatkan sertifikat Axa dan telah memiliki nasabah serta masih aktif bekerja di asuransi PT. Axa Financial Indonesia cabang Medan jalan Pattimura no. 2 Medan. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 236 orang. Sampel diperoleh dengan mengambil 25% dari jumlah keseluruhan populasi sehingga diperoleh 59 sampel yang dijadikan responden.

Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah teknik purposive

sampling dan accidental sampling. Penelitian ini menggunakan dua teknik

pengumpulan data, yaitu penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan dengan melakukan survey di lokasi penelitian melalui observasi dan kuesioner. Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan analisa tabel tunggal yang dilakukan dengan membagi-bagikan variable penelitian ke dalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi.

Dari hasil penelitian ini diperoleh suatu kesimpulan bahwa proses komunikasi antar pribadi yang dilakukan agen terhadap calon nasabah dilakukan secara sistematis, sopan dan terbuka. Selain itu, bauran pemasaran jasa yang paling efektif dalam pemasaran produk jasa asuransi adalah penjualan tatap muka

(personal selling) yang terjalin komunikasi antar pribadi di dalamnya. Hal ini

(16)

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

Indonesia sebagai bangsa yang berfalsafah Pancasila bertujuan untuk

menciptakan masyarakat adil dan makmur secara merata baik materil maupun

spiritual dalam suasana kehidupan bangsa yang aman, tenteram, tertib dan

dinamis, baik untuk masa sekarang maupun masa depan. Semangat pancasila

seperti dikemukakan di atas terdapat pula dalam fungsi asuransi yaitu sebagai

tempat melimpahkan resiko yang akan datang.

Hal ini jelas dapat dilihat dalam pasal 1 Undang-Undang no. 2 tahun 1992

tentang usaha perasuransian, dimana asuransi adalah perjanjian antara dua pihak

atau lebih, dimana pihak penanggung yang mengikat diri kepada tertanggung,

dengan menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian kepada

tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang

diharapkan atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan

diderita tertanggung, yang timbul dari suatu pembayaran yang didasarkan atas

meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.

Belakangan ini, banyak liputan dari media cetak maupun media elektronik

tentang rangkaian kecelakaan yang terjadi di seantero Indonesia. Tidak jarang,

selain merenggut jiwa, kecelakaan tersebut juga mengakibatkan korban harus

menjalani rawat inap. Selain membuat rasa duka, musibah tersebut sudah tentu

membutuhkan besaran finansial yang tidak sedikit guna memulihkan kesehatan

(17)

menyadari pentingnya mengantisipasi kejadian tidak terduga dengan

langkah-langkah protektif. Langkah protektif yang diambil dalam setiap keluarga ialah

hendaknya menanam investasi di dalam asuransi, dimana hasil dari investasi

tersebut dapat dipergunakan untuk keperluan yang tidak terduga.

Fenomena asuransi di negeri ini semakin menarik untuk dicermati, dengan

masuknya perusahan-perusahan multinasional semakin menambah ketatnya

persaingan memperebutkan pasar. Sebagai salah satu Negara dengan populasi

penduduk terbesar didunia, jumlah penduduk Indonesia saat ini, yaitu 203,4 juta

jiwa (sensus penduduk tahun 2000) yang diproyeksikan meningkat menjadi 220

juta jiwa pada tahun 2006 dengan laju pertumbuhan penduduk sekitar 1,25% (BPS

2003) (www.Menkokesra.go.id). Tentu saja Indonesia menjadi pasar yang

potensial bagi perkembangan bisnis asuransi. Saat ini, jumlah pemegang polis

asuransi di Indonesia kurang lebih dua belas juta jiwa. Bandingkan dengan

populasi penduduk Indonesia yang mencapai 220 juta jiwa. Ini artinya di

Indonesia hanya sekitar enam persen. Sedangkan jumlah tertanggung (menjadi

nasabah) mencapai 24 juta jiwa, atau sekitar 10-12 persen dari total penduduk

Indonesia. Terdiri tertanggung (polis) individu sebanyak delapan juta jiwa dan 24

juta jiwa polis kumpulan

Kenyataan diatas membuat para pebisnis asuransi tertantang merambah

konsumen di Indonesia. Jika pada awalnya bisnis Asuransi sebagian besar banyak

dilakoni oleh pengusaha lokal, sekarang marak perusahaan-perusahaan asuransi

besar dunia menanamkan modalnya di Indonesia. Perusahaan-perusahan aliansi

(18)

guna menggaet konsumen. Hal ini terlihat dari semakin beragamnya produk

asuransi yang ditawarkan. Dahulu orang enggan masuk asuransi karena dianggap

tidak menguntungkan, maka sekarang produk asuransi dipadukan dengan produk

investasi yang cukup menggiurkan calon nasabah.

Berdasarkan kenyataan diatas, maka perusahaan asuransi harus bekerja

ekstra keras agar asuransi dapat memasyarakat. Untuk itu diperlukan aktivitas

pemasaran yang dapat mendekatkan hubungan antara produsen dengan konsumen

melalui agen.

Agen asuransi adalah front-line atau ujung tombak bagi perusahaan

asuransi. Biasanya sebagian besar agen tersebut merupakan mitra bagi perusahaan

asuransi, artinya mereka bukan merupakan pegawai tetap yang setiap bulan harus

digaji oleh perusahaan, pendapatan mereka berdasarkan angka penjualan yang

mereka peroleh. Untuk perekutan agen biasanya tidak dipatok berdasarkan

pendidikan, biasanya lebih kepada mereka yang memiliki pergaulan yang luas.

Dalam sebuah perusahaan asuransi, dibutuhkan suatu keterampilan

berkomunikasi agen agar dapat menarik minat calon nasabah terhadap produk

yang ditawarkan. Disini komunikasi pemasaran mempunyai peranan penting

dalam memberikan informasi perusahaan terhadap calon nasabah. Jika pemasaran

yang dilakukan oleh agen perusahaan asuransi tidak berhasil, hal tersebut dapat

menimbulkan defisit bagi perusahaan.

Untuk menghindari hal tersebut, suatu perusahaan asuransi harus

meningkatkan kemampuan para agennya sehingga mampu bersaing dengan

(19)

produk asuransi itu sendiri. Pemasaran melalui agen menggunakan saluran

komunikasi antar pribadi baik dengan cara berhadapan langsung maupun melalui

media komunikasi seperti telepon dan email.

Komunikasi antar pribadi antara agen dengan calon nasabah adalah salah

satu cara yang paling efektif dalam memberikan informasi tentang produk

asuransi kepada calon nasabah. Melalui komunikasi antar pribadi, seorang agen

dapat memperkenalkan dan menjelaskan tentang produk jasa asuransi serta

mengedukasi dan mengarahkan calon nasabah dalam memilih asuransi yang

sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan mereka. Dengan komunikasi yang

dilakukan secara langsung, agen dapat berkomunikasi lebih intim dengan calon

nasabah dan hubungan antar pribadi dapat terjalin lebih dekat.

Dalam meningkatkan kualitas agen di suatu pemasaran produk asuransi,

perusahaan harus memperhatikan sikap agen dalam berkomunikasi. Sikap

merupakan aspek psikologis yang secara lahiriah dimiliki oleh setiap insan. Sikap

seseorang sangat menentukan keberhasilan orang tersebut dalam menjalin

komunikasi antar pribadi yang tujuannya tak lain mengembangkan hubungan

antar pribadi yang sehat, maka penting bagi seseorang agen untuk memiliki sikap

yang baik. Pemasaran produk asuransi melalui para agen menggunakan

komunikasi dua arah antara agen dengan calon nasabah sehingga sangat

diperlukan keahlian agen dalam mengembangkan hubungan melalui komunikasi

antar pribadi yang baik. Kemampuan agen dalam mengembangkan hubungan baik

dengan calon nasabah menentukan keberhasilan penjualan produk asuransi oleh

(20)

jasa asuransi, penggunaan bauran pemasaran yang tepat dan efektif yang

digunakan oleh sebuah perusahaan asuransi juga sangat berperan penting dalam

memasarkan produk jasa asuransi. Jika bauran pemasaran yang digunakan

perusahaan asuransi tidak tepat dan efektif, maka perusahaan asuransi tersebut

tidak dapat berhasil dalam memasarkan produk jasa asuransinya.

PT. Axa Financial Indonesia cabang Medan bagian dari Axa Financial

Indonesia merupakan perusahaan asuransi jiwa yang seluruh sahamnya dimiliki

oleh Axa Group. Axa Financial Indonesia merupakan perusahaan asuransi

terbesar di dunia, peringkat pertama kategori World Largest Corporation dari

Fortune Global 500 Edisi Juli 2008. Axa Financial Indonesia berdiri sejak tahun

1993, dan bergerak di jalur distribusi keagenan yang terus bertumbuh menjadi

perusahaan asuransi jiwa yang dipercaya oleh lebih dari 36.000 nasabah di seluruh

Indonesia. AXA Financial Indonesia berhasil menghantarkan agen terpilih sebagai

nominasi Agent Of The Year 2007 TOP Policy 2007, Top Income 2007 dan Top

Premium 2007. Top Agent Award (TAA) 2008 yang merupakan ajang bergengsi

dari Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia ini, yang bertujuan memberikan

penghargaan terhadap agen-agen terbaik di dunia asuransi jiwa Indonesia. Suatu

prestasi yang sangat baik bahwa AXA Financial Indonesia berhasil mendapatkan

nominasi hampir di seluruh kategori acara. Ini merupakan bukti nyata bahwa

agen-agen yang melayani nasabah merupakan agen professional yang diakui di

kalangan perasuransian.

Sangat menarik ketika melihat bagaimana proses komunikasi antar pribadi

(21)

memasarkan produk jasa asuransi, ini dikarenakan banyaknya penghargaan dan

banyaknya nasabah yang dimiliki asuransi PT. Axa Financial Indonesia. Usaha

agen dalam meningkatkan kepercayaan calon nasabah terhadap produk jasa

asuransi sangat menentukan keberasilan pemasaran produk PT. Axa Financial

Indonesia itu sendiri.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang Komunikasi Antar Pribadi Dalam Pemasaran

Produk jasa Asuransi.

I.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat

dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

“Bagaimanakah proses komunikasi antar pribadi agen terhadap calon

nasabah dalam memasarkan produk jasa asuransi PT. Axa Financial Indonesia

cabang Medan?”.

I.3. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah ditujukan agar ruang lingkup penelitian dapat lebih jelas

dan terarah sehingga tidak dapat mengaburkan penelitian. Adapun pembatasan

masalah yang akan diteliti yaitu:

1. Penelitian ini menggunakan studi deskriptif yang hanya menjelaskan dan

memaparkan komunikasi antar pribadi dalam pemasaran produk jasa

(22)

2. Komunikasi antar pribadi yang dimaksud adalah komunikasi agen

terhadap calon nasabah dalam rangka memasarkan produk jasa asuransi

PT. Axa Financial Indonesia.

3. Objek penelitian adalah para agen yang telah mendapatkan sertifikat Axa

dan telah memiliki nasabah serta masih aktif bekerja di asuransi PT. Axa

Financial Indonesia jalan Pattimura no. 2 Medan.

4. Penelitian dilakukan pada bulan Maret – April 2011.

I.4. Tujuan dan Manfaat penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini yaitu :

1. Untuk mengetahui proses komunikasi antar pribadi agen terhadap calon

nasabah dalam pemasaran produk jasa asuransi.

2. Untuk mengetahui bauran pemasaran jasa yang paling efektif dalam

memasarkan produk jasa asuransi PT. Axa Financial Indonesia.

1.4.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu :

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menambah dan

memperkaya perbendaharaan studi dan penelitian, khususnya studi

Ilmu Komunikasi.

2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah

(23)

3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan

dan menambah cakrawala pengetahuan bagi peneliti dan khususnya

untuk para agen asuransi dalam pemasaran produk jasa asuransi.

I.5. Kerangka Teori

Setiap penelitian sosial membutuhkan teori, karena salah satu unsur yang

paling besar peranannya dalam penelitian adalah teori (Singarimbun, 1995: 37).

Teori berguna untuk menjelaskan titik tolak atau landasan berpikir dalam

memecahkan atau menyoroti masalah. Untuk itu perlu disusun kerangka teori

yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana

masalah penelitian yang akan disoroti (Nawawi, 1995: 40).

Teori menurut Kerlinger diartikan sebagai suatu himpunan konstruk

(konsep), defenisi dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis

tentang gejala dengan menyebarkan relasi diantara variabel, untuk menjelaskan

dan meramalkan fenomena atau gejala tertentu (Rakhmat, 2004: 6).

1.5.1 Komunikasi

Istilah komunikasi berpangkal pada perkataan latin Communis yang

artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang

atau lebih. Komunikasi juga berasal dari akar kata dalam Bahasa Latin

Communico yang artinya membagi (Cangara, 2006: 18).

Menurut Carl I. Hovland (dalam Effendy, 1988 : 13), komunikasi adalah

(24)

akan dapat berubah sikap, pendapat, atau perilaku orang lain apabila komunikasi

yang dilakukan adalah komunikatif.

Sedangkan menurut paradigma Lasswell (dalam Effendy, 1993 : 90),

untuk menjelaskan komunikasi adalah menjawab pertanyaan “ Who, says what, in

which channel, to whom, with what effect”. Pertanyaan ini menunjukkan bahwa

komunikasi terdiri dari lima unsur yaitu:

a. Komunikator (Communicator)

b. Pesan (Messege)

c. Saluran (Channel)

d. Komunikasn (Communican)

e. Efek (Effect)

Sedangkan menurut Sikula (dalam Mangkunegara, 2000:145) mengatakan

bahwa: “Komunikasi adalah proses pemindahan informasi, pengertian dan

pemahaman diri seseorang”.

Defenisi tersebut di atas menyangkut kepada tiga hal penting, yaitu:

1. Komunikasi melibatkan orang dan bahwa memahami komunikasi oleh

karenanya mencoba untuk memahami bagaimana orang berhubungan

dengan orang lain.

2. Bahwa komunikasi meliputi pertukaran arti yang menyiratkan agar

orang dapat berkomunikasi, mereka harus menyepakati

(25)

3. Bahwa komunikasi adalah simbolis gerak-gerik, suara, huruf, angka

dan kata-kata hanya dapat mewakili atau mendekati gagasan yang

mereka maksudkan untuk dikomunikasikan.

1.5.2 Komunikasi Antar Pribadi

Menurut Joseph Demograpi Vito (dalam Effendy, 1993 : 54), pada

hakekatnya komunikasi antar pribadi adalah proses pengiriman dan penerimaan

pesan-pesan yang di antara dua orang atau di antara sekelompok kecil

orang-orang, dengan beberpa umpan balik seketika.

Effendi (dalam Liliweri, 1991:12) mengemukakan bahwa pada hakekatnya

komunikasi antar pribadi adalah komunikasi antara seorang komunikator dengan

seorang komunikan. Jenis komunikasi ini dianggap paling efektif untuk mengubah

sikap, pendapat, atau perilaku manusia berhubung prosesnya yang dialogis,

berupa percakapan dengan arus balik bersifat langsung. Komunikasi antar pribadi

ini sangat efektif antara seorang agen dengan prospek/nasabah. Dalam hal ini,

bagaimana cara penyampaian pesan, isi pesan dan cara penyampaian pesan dapat

disampaikan dengan baik oleh agen kepada prospek, agar prospek dengan mudah

memahami apa produk yang ditawarkan, manfaat yang diperoleh, sampai pada

menggugah keinginan dan kebutuhan prospek atau produk asuransi yang

ditawarkan.

Pesan dapat berbentuk lambang verbal dan isyarat non verbal. Lambang

verbal adalah bahasa yang dipakai untuk menyampaikan pesan. Isyarat non verbal

(26)

kepala, dan jari. Isyarat non verbal sangat perlu digunakan seorang agen dalam

melakukan kegiatan prospecting, terutama mempertahankan eye contact dengan

calon prospek yang mengisyaratkan rasa percaya diri agen akan pesan yang

disampaikan kepada costumer.

Menurut Evert M. Rogers (dalam Liliweri, 1991:13) ada beberapa ciri-ciri

komunikasi antar pribadi, yaitu:

a. Arus pesan cenderung dua arah

b. Konteks komunikasi dua arah

c. Tingkat umpan balik yang terjadi tinggi

d. Kemampuan tingkat selektivitas, terutama selektivitas keterpaan tinggi

e. Kecepatan jangkauan terhadap khalayak yang besar relatif lambat

f. Efek yang mungkin terjadi adalah perubahan sikap.

Sedangkan menurut Kumar dalam De Vito (dalam Liliweri, 1991:13)

efektivitas komunikasi antar pribadi mempunyai lima ciri, yaitu:

1. Keterbukaan

Kemauan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima di

dalam menghadapi hubungan antar pribadi

2. Empati

kemampuan untuk menempatkan diri kita pada situasi atau kondisi yang

dihadapi orang lain.

3. Dukungan

Setiap pendapat, ide/gagasan yang disampaikan mendapat dukungan dari

(27)

ada dimotivasi untuk mencapainya. Dukungan membantu seseorang untuk

lebih bersemangat dalam melaksanakan aktivitas serta meraih tujuan yang

diinginkan.

4. Rasa Positif

Setiap pembicaraan yang disampaikan dapat tanggapan positif, rasa positif

menghindarkan pihak-pihak yang berkomunikasi untuk tidak

curiga/berprasangka yang dapat menggangu jalinan interaksi.

5. Kesamaan

Suatu komunikasi lebih akrab dan jalinan pribadi pun lebih kuat apabila

memiliki kesamaan tertentu seperti kesamaan pandangan, sikap, usia,

idelogi dsb.

1.5.2.1. Teori Self Disclosure

Di dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, hubungan antar pribadi

memiliki peranan penting dalam membentuk kehidupan masyarakat, terutama

ketika hubungan pribadi itu mampu memberi dorongan kepada orang tertentu

yang berhubungan dengan perasaan, pemahaman informasi, dukungan, dan

berbagai bentuk komunikasi yang mempengaruhi citra diri orang serta membantu

orang untuk memahami harapan-harapan orang lain.

Teori self disclosure dikemukakan oleh Joseph Luft dan Harry Ingham.

Teori ini sering kita sebut sebagai teori “Johari Window” atau jendela Johari.

Teori ini dapat menjelaskan dan memahami interaksi antar pribadi (Liliweri, 1991

(28)

Model Johari Window terdiri dari sebuah persegi yang terbagi menjadi

empat kuadran yang mana masing-masing kuadran berfungsi menjelaskan

begaimana setiap individu mengungkapkan dan memahami dirinya dalam

kaitannya dengan orang lain, yaitu:

Gambar I.1

Jendela Johari tentang bidang pengenalan diri dan orang lain.

Bidang I, yakni Bidang Terbuka (diketahui diri sendiri dan orang lain).

Pada wilayah ini kepribadian, kelebihan dan kekurangan yang terdapat pada diri

kita selain diketahui oleh diri sendiri juga diketahui oleh orang lain, dengan lain

perkataan tidak ada yang disembunyikan kepada orang lain.

Bidang II, yakni Bidang Buta (tidak diketahui diri sendiri, tetapi diketahui

orang lain). Pada wilayah buta, orang tidak mengetahui kekurangan.

Bidang III, yakni Bidang Tersembunyi (diketahui diri sendiri, tetapi tidak

dikethui orang lain). Pada wilayah tersembunyi, kemampuan yang kita miliki

tersembunyi sehingga tidak diketahui oleh orang lain.

Bidang IV, yakni Bidang Tidak Diketahui (tidak diketahui diri sendiri

maupun orang lain). Wilayah ini menggambarkan bahwa tingkah laku seseorang

tidak disadari oleh dirinya sendiri dan tidak diketahui oleh orang lain. I II

Terbuka Buta

III IV

Tersembunyi Tidak diketahui Diketahui oleh

orang lain

(29)

Keefektifan hubungan antar pribadi adalah taraf seberapa jauh

akibat-akibat dari tingkah laku seseorang sesuai dengan apa yang diharapkannya.

Seorang agen dapat meningkatkan keefektifan hubungan antar pribadi terhadap

calon nasabah dengan cara berlatih mengungkapkan maksud dan keinginannya,

menerima umpan balik tentang tingkah laku agen dan memodifikasikan tingkah

laku agen sampai calon nasabah mempersepseikannya sebagaimana maksud dari

agen.

1.5.3. Komunikasi Pemasaran

Jefkins (1995:369 ), mengatakan bahwa komunikasi pemasaran (marketing

communications) adalah segenap elemen dan teknik yang diperlukan untuk

berkomunikasi dengan pasar, yakni mulai dari pembuatan kartu nama, label, atau

merek dagang, pengemasan produk sampai pada periklanan, penyelenggaraan

kegiatan-kegiatan humas dan penyediaan purna jual.

Menurut Philip Kottler (dalam Angipora, 1999 : 3), pemasaran adalah

kegiatan manusia yang diarahkan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan

manusia melalui proses pertukaran. Berdasarkan definisi tersebut, dapat diketahui

beberapa istilah seperti : kebutuhan (needs), keinginan (wants), permintaan

(demands), produk (product), pertukaran (exchange), transaksi (transactions) dan

pasar (market).

Pemasaran merupakan suatu rangkaian yang mengatur arus barang dan

jasa dari produsen ke konsumen. Lebih dari sekedar menjual barang dan jasa,

(30)

objek yang dipasarkan, sehingga akhirnya khalayak sasaran (konsumen)

tertanamkan benih motivasi untuk membeli apa yang ditawarkan. Jadi, untuk

meraih pelanggan sebanyak-banyaknya suatu perusahaan membutuhkan suatu

kegiatan yang disebut pemasaran.

Pemasaran pada dasarnya adalah studi bisnis, karena mementingkan

lingkungan pasar dan pengaruhnya terhadap kegiatan internal perusahaan.

Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang membuat individu dan

kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan serta inginkan lewat

penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan nilai dengan orang lain.

Produk asuransi berupa janji pergantian kerugian kepada pihak

tertanggung. Jadi yang dipasarkan adalah janji. Karena produk asuransi

merupakan produk yang tidak berwujud maka metode pemasarannya pun berbeda

dengan metode pemasaran produk berwujud. Sifat dan karakteristik produk yang

berbeda-beda menolong dan menentukan daya tarik penjualan, prosedur, metode

penetapan harga serta teknik yang dipergunakan untuk mendistribusikan produk

tersebut.

Perusahaan asuransi harus membangun sistem pemasaran yang menjadi

jalur penghubung antara perusahaan asuransi (produsen) dan pihak tertanggung

(konsumen). Di dalam sistem tersebut termasuk agen asuransi yang merupakan

basis pemasaran produk-produknya.

Dalam buku yang berjudul Komunikasi Pemasaran, Strategi dan Taktik

(31)

pemasaran yang disingkat dalam 4 P seperti yang dapat dilihat pada halaman

berikut ini, yaitu ;

1. Product, Produk (atau jasa).

2. Place, juga disebut sebagai lokasi (distribusi, ketersediaan).

3. Promotion, Promosi (bagaimana produk atau jasa dipersentasikan kepada

pelanggan).

4. Price, Harga (apa yang harus ditagihkan).

William G. Nickels (dalam Simamora, 2002:5) mendefenisikan

komunikasi pemasaran sebagai proses pertukaran informasi yang dilakukan secara

persuasif sehingga proses pemasaran dapat berjalan secara efektif dan efisien.

Mahmud Machfoedz dalam bukunya Komunikasi Pemasaran Modern

(2010:16) menyatakan bahwa komunikasi pemasaran merupakan semua elemen

dalam pemasaran yang memberi arti dan mengkomunikasi nilai kepada konsumen

dan stakeholder sebuah perusahaan. Kegiatan komunikasi pemasaran merupakan

rangkaian kegiatan untuk mewujudkan suatu produk, jasa, ide, dengan

menggunakan bauran pemasaran (promotion mix) yaitu :

a. Iklan (Advertising)

b. Penjualan tatap muka (Personal Selling)

c. Promosi penjualan (Sales Promotion)

(32)

I.5.4. Produk Jasa

Dalam mendiskusikan produk dan jasa sering kali terjadi kerancuan

penggunan terminologi yang ada. Kata ‘produk’ sebenarnya lebih mengacu pada

keluruhan konsep atas objek atau proses yang memberikan sejumlah nilai kepada

konsumen. Sedangkan istilah ‘barang’ dan ‘jasa’ adalah merupakan subkategori

yang digunakan untuk menggambarkan dua jenis prouk. Istilah ‘barang’ banyak

digunakan untuk menyebutkan produk hasil manufaktur.

Terlepas dari istilah tersebut, pada realitasnya konsumen bukanlah

membeli barang atau jasa, melainkan manfaat yang spesifik dan nilai dari

keseluruhan penawaran. Keseluruhan penawaran kepada konsumen ini disebut

“the offer” yang maksudnya adalah manfaat yang dinikmati konsumen dari

pembelian produk.

Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, ada empat karakteristik produk

jasa, yaitu :

1. Tidak berwujud (intangibility) : jasa bersifat abstrak dan tidak berwujud

(intangible)

2. Heterogenitas / variabilitas (hererogenity / variability) : jasa bersifat

nonstar dan sangat variabel.

3. Tidak dapat dipisahkan (inseparability) : jasa umumnya diproduksi dan

dikonsumsi pada waktu yang bersamaan dengan partisipasi konsumen

dalam prosesnya.

4. Tidak tahan lama (perishability) : jadi tidak mungkin disimpan dalam

(33)

1.5.5 Asuransi

Asuransi adalah suatu alat untuk mengurangi resiko dengan

menggabungkan sejumlah unit yang menyebabkan kerugian guna mengumpulkan

taksiran kerugian yang mungkin terjadi.

Sedangkan menurut sudut pandang yang ditanggung asuransi adalah alat

yang memungkinkan menukar biaya kecil tertentu dengan kerugian besar yang

belum tentu di bawah suatu perjanjian dimana mereka yang beruntung lolos dari

kerugian akan membantu mereka yang tidak beruntung dengan mengganti

kerugian yang mereka derita itu (Hasymi, 1995 : 30).

Yang dijual oleh perusahaan asuransi adalah janji-janji yang dicantumkan

dalam suatu kontrak yang dikenal dengan sebutan polis. Kontrak asuransi

merumuskan kapan perusahaan asuransi akan membayar yang ditanggung dan

jumlah yang akan dibayarkan.

Di dalam sebuah perusahaan asuransi, tentu saja ada yang bertugas untuk

memasarkan produk jasa asuransi tersebut kepada calon nasabah. Seseorang yang

bertugas memasarkan produk jasa asuransi tersebut biasanya dikenal dengan agen.

Agen asuransi adalah front-line atau ujung tombak bagi perusahaan asuransi.

Biasanya sebagian besar agen tersebut merupakan mitra bagi perusahaan asuransi,

artinya mereka bukan merupakan pegawai tetap yang setiap bulan harus digaji

oleh perusahaan, pendapatan mereka berdasarkan angka penjualan yang mereka

peroleh. Agen sebagai petugas dinas luar perusahaan asuransi merupakan tenaga

utama dalam memasarkan program-program asuransi. Agen bertindak sebagai

(34)

dalam pemberian jasa pelayanan asuransi. Agen memberikan penjelasan mengenai

besarnya manfaat asuransi kepada calon nasabah kemudian membantu calon

nasabah untuk memiliki polis asuransi dan juga membantu tertanggung

menghadapi masalah-masalah yang berkenaan dengan polis asuransinya.

I.6. Kerangka Konsep

Dalam penelitian seorang peneliti menggunakan istilah yang khusus untuk

menggambarkan secara tepat fenomena yang ditelitinya. Inilah yang disebut

konsep, yakni istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara

abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian

ilmu sosial. Melalui konsep, peneliti diharapkan akan dapat menyederhanakan

pemikirannya dengan menggunakan istilah untuk beberapa kejadian yang

berkaitan satu dengan yang lainnya (Singarimbun, 1989:32).

Kerangka konsep sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian

yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinaan hasil penelitian yang

dicapai dan dapat mengantarkan enelitian pada rumusan hipotesa (Nawawi,

1995:40).

Agar konsep tersebut dapat diteliti, maka harus dioperasionalkan dengan

mengubahnya menjadi variabel. Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang

menjadi titik perhatian suatu penelitian. Variabel dalam penelitian ini adalah

(35)

I.7 Model Teoritis

Variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep,

dibentuk menjadi model teoritis sebagai berikut :

Gambar I.2 Model Teoritis

I.8 Operasional Konsep

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan di

atas, maka untuk lebih memudahkan penelitian diperlukan suatu operasional

konsep terkait, yaitu sebagai berikut : Komunikasi antar

pribadi agen terhadap calon nasabah

Pemasaran Produk Jasa

(36)
[image:36.595.109.521.139.608.2]

Tabel 1. Operasional Konsep

Konsep Operasional Indikator

Komunikasi antar pribadi dalam pemasaran produk jasa asuransi

1. Komunikasi antar pribadi agen terhadap calon nasabah

a. Keterbukaan (openes) b. Empati (ampathy)

c. Dukungan (Supportiveness) d. Rasa positif (Positiveness) e. Kesamaan (equality)

2. Pemasaran Produk Jasa

a. Produk

- Kualitas produk - Ciri produk - Desain produk b. Lokasi (Place) c. Promosi (Promotion)

- Iklan (Advertising)

- Penjualan tatap muka

(Personal Selling)

- Promosi penjualan (Sales

Promotion)

- Publisitas (Publicity) d. Harga (Price)

e. Orang (People) f. Proses (Process)

g. Layanan konsumen (Customer

Service)

3. Karakteristik Responden

a. Jenis kelamin b.Usia

(37)

I.9. Defenisi Operasional

Defenisi operasional merupakan penjabaran lebih lanjut tentang konsep

yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep. Defenisi operasional adalah

suatu petunjuk pelaksanaan mengenai cara-cara untuk mengukur suatu variabel.

Dengan kata lain, defenisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang amat

membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama

(Singarimbun, 1995:46).

Defenisi operasional dari variabel-variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Komunikasi antar pribadi :

a. Keterbukaan (openes), adalah adanya suatu kemauan agen untuk membuka

diri kepada calon nasabah dalam memberikan informasi dalam

mengahadapi hubungan antar pribadi

b. Empati (ampathy), adalah kemampuan agen untuk menempatkan diri

kepada calon nasabah

c. Dukungan (Supportiveness), adalah suatu keadaan yang mendorong agen

untuk berkomuikasi kepada calon nasabah tanpa rasa tertekan dengan

kritikan atau penolakan yang datang kepadanya.

d. Rasa positif (Positiveness), adalah suatu perasaan yang dialami secara

internal oleh individu bahwa kegiatan komunikasi yang dilakukan

membawa manfaat bagi dirinya.

e. Kesamaan (Equality), adalah adanya suatu kondisi yang menunjukkan

terdapatnya posisi kesejajaran antara agen kepada calon nasabah tanpa

(38)

2. Pemasaran Produk Jasa

a. Produk (Product) adalah suatu jasa yang dipasarkan sebuah asuransi

kepada calon nasabah.

- Kualitas produk, yaitu pemilihan tingkat kualitas produk jasa asuransi

oleh agen kepada calon nasabah dalam kegiatan pemasaran yang akan

mendukung posisi produk jasa asuransi PT. Axa Financial Indonesia

di pasar sasaran.

- Ciri produk, yaitu suatu ciri atau karakteristik produk jasa asuransi PT.

Axa Financial Indonesia yang dapat ditawarkan oleh agen kepada

calon nasabah.

- Desain produk, yaitu konsep yang ditawarkan asuransi Axa Financial

kepada calon nasabah, sehingga mereka tertarik terhadap produk

tersebut.

b. Lokasi (Place) adalah lokasi perolehan produk sehingga calon nasabah

dapat memperolehnya dengan mudah.

c. Promosi (Promotion) adalah suatu aktivitas atau materi yang dalam

aplikasinya menggunakan teknik, di bawah pengendalian agen, yang dapat

mengkomunikasikan informasi persuasif yang menarik tentang produk

yang ditawarkan oleh agen, baik secara langsung maupun melalui pihak

yang dapat mempengaruhi keputusan membeli calon nasabah.

- Iklan, yaitu segala bentuk penyampaian informasi dan promosi produk

jasa asuransi secara tidak langsung melalui surat kabar, majalah, radio,

(39)

Indonesia guna membangun dan membentuk persuasi calon nasabah

tentang keberadaan suatu produk atau perusahaan asuransi.

- Penjualan tatap muka (Personal Selling), yaitu penyampaian informasi

dan promosi produk jasa asuransi secara lamgsung dalam pertemuan

tatap muka antara agen dengan calon nasabah.

- Promosi Penjualan (Sales Promotion), yaitu penyampaian informasi

dan promosi produk jasa dengan menarik perhatian calon nasabah

dengan menggunakan sarana promosi seperti kupon, kontes dan

sebagainya.

- Publisitas (Publicity), yaitu penyampaian informasi yang didesain

untuk membangkitkan minat lebih tinggi pada perseorangan atau

perusahaan melalui informasi, tanpa pengeluaran biaya karena

pertimbangan besarnya minat khalayak.

d. Harga (Price) adalah harga produk jasa asuransi yang ditawarkan kepada

calon nasabah.

e. Orang (People) adalah agen yang mempunyai kualitas baik untuk

memberikan kepuasan terhadap calon nasabah dalam memenuhi

kebutuhan nasabah akan asuransi.

f. Proses (Process) adalah gabungan semua aktivitas agen, di mana jasa

dihasilkan dan disampaikan kepada nasabah.

g. Layanan konsumen (Customer Service) adalah pelayanan yang diberikan

(40)

3. Karakteristik responden adalah nilai-nilai yang dimiliki seseorang yang dapat

(41)

BAB II

URAIAN TEORITIS

II.1. Komunikasi

Istilah komunikasi berasal dari bahasa latin communicatio, yang

bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah

sama makna. Jadi komunikasi dapat terjadi apabila terdapat kesamaan makna

mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh

komunikan (Effendy, 2000:9).

Jadi, jika dua orang terlibat dalam komunikasi, maka komunikasi akan

terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna, sehingga komunikasi yang

dilakukan kedua orang tersebut bersifat komunkatif. Akan tetapi, pengertian

komunikasi diatas sifatnya masih dasariah, dalam arti bahwa komunikasi minimal

harus mengandung kesamana makna antara dua pihak yang terlibat. Dikatakan

minimal karena kegiatan komunikasi tidak hanya informatif, yakni agar orang lain

mengerti dan tahu, tetapi juga persuasif yaitu agar orang lain bersedia menerima

suatu paham atau keyakinan, melakukan suatu perbuatan, dan lain-lain.

D. Lawrence Kincaid (dalam Cangara, 2006:19), komunikasi adalah suatu

proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran

informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling

pengertian yang mendalam. Menurut Carl I Hovlan (dalam Purba, 2006:29-30),

ilmu komunikasi adalah suatu usaha yang sistematis untuk merumuskan secara

tegas azas-azas dan atas dasar azas-azas tersebut disampaikan informasi serta

(42)

Definisi Hovland diatas menunjukkan bahwa yang dijadikan oleh objek

studi ilmu komunikasi bukan saja menyampaikan informasi, melainkan juga

pembentukan pendapat umum dan sikap publik yang dalam kehidupan social dan

kehidupan politik memainkan peranan yang amat penting. Hovland mengatakan

bahwa komunikasi adalah sebagai proses dimana seseorang (komunikator)

menyampaikan perangsang-perangsang (biasanya lambang-lambang dalam bentuk

kata-kata) untuk merubah tingkah laku seseorang. Akan tetapi, seseorang akan

dapat merubah sikap, pendapat, atau perilaku orang lain apabila komunikasinya

itu memang komunikatif.

Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilancarkan

secara efektif, maka para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigma

yang dikemukakan oleh Harold Lasswell. Lasswell mengatakan bahwa cara yang

baik untuk menjelaskan komunikasi adalah menjawab pertanyaan sebagai berikut:

“Who, Says What, In Which Channel, To Whom, With What Effect?”

Paradigma Lasswell diatas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima

unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni ;

a. Komunikator (Communicator)

Komunikator adalah seseorang atau sekelompok orang yang memulai

memberikan informasi kepada lawan bicaranya.

b. Pesan (Massage)

Pesan merupakan seperangkat lambing yang bermakna yang disampaikan

(43)

c. Media (Channel)

Media adalah saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari

komunikator kepada komunikan.

d. Komunikan (Receiver)

Komunikasi adalah seseorang atau sekelompok orang yang menerima

pesan atau informasi dari komunikator

e. Efek (Effect)

Efek adalah tanggapan atau seperangkat reaksi pada komunikan setelah

diterpa pesan.

II.1.1. Ruang Lingkup Komunikasi a. Bidang Komunikasi

Berdasarkan bidangnya (Purba, 2006:38), komunikasi meliputi jenis-jenis

sebagai berikut :

1. Komunikasi sosial (social communication)

2. Komunikasi organisasi / manajemen (organization / management

communication)

3. Komunikasi bisnis (business communication)

4. Komunikasi politik (political communication)

5. Komunikasi internasional (international communication)

6. Komunikasi antar budaya (development communication)

7. Komunikasi pembangunan (development communication)

(44)

9. Komunikasi lingkungan (environmental communication)

b. Sifat Komunikasi

Ditinjau dari sifatnya (Purba, 2006:36), komunikasi diklasifiksikan

sebagai berikut :

1. Komunikan verbal (verbal communication)

a) Komunikasi lisan (oval communication)

b) Komunikasi tulisan (written communication)

2. Komunikasi non verbal (non verbal communication)

a) Komunikasi kial (gastrula communication)

b) Komunikasi gambar (pictorial communication)

3. Komunikasi tatap muka (face to face communication)

4. Komunikasi bermedia (mediated communication)

c. Catatan Komunikasi

Berdasarkan situasi komunikan, (Effendy, 2003:53) maka dikasifikasikan

menjadi bentuk-bentuk sebagai berikut :

1. Komunikasi Pribadi (personal communication)

a. Komunikasi intra pribadi (interpersonal communication)

b. Antar pribadi (interpersonal communication)

2. Komunikasi kelompok (group communication)

a. Komunikasi kelompok kecil (small group communication)

b. Komunikasi kelompok besar (large group communication)

(45)

a. Komunikasi media massa cetak/pers (printed mass media

communication) :

• Surat kabar

• Majalah

b. Komunikasi media massa elektronik (electronic mass media

communication) :

• Radio • Televisi

• Film

• Lain-lain

4. Komunikasi media (media communication)

a. Surat

b. Telepon

c. Pamplet

d. Poster

e. Spanduk

f. Lain-lain

d. Tujuan Komunikasi

Berdasarkan tujuannya (Effendy, 2003:55) komunikasi terbagi empat

yakni :

1. Untuk mengubah sikap (to change the attitude)

(46)

3. Untuk mengubah perilaku (to change the behavior)

4. Untuk mengubah masyarakat (to change the society)

e. Fungsi Komunikasi

Teknik komunikasi, (Effendy, 2003:55) diklasifikasikan menjadi :

a. Komunikasi informatif (informatif communication)

b. Komunikasi persuasif (persuasif communication)

c. Pervasif (pervasif communication)

d. Koersif (coercive communication)

e. Hubungan manusiawi (human relation)

f. Metode Komunikasi

Metode komunikasi (Effendy, 2003:56) meliputi kegiatan-kegiatan yang

terorganisir sebagai berikut :

a. Jurnalisme / Jurnalistik (journalism)

1. Jurnalisme cetak (printed journalism)

2. Jurnalisme elektronik (electronic journalism), yaitu radio dan televise.

b. Hubungan masyarakat (public relation)

c. Periklanan (advertising)

d. Propaganda

e. Perang urat syarat (psychological warfare)

f. Perpustakan (library)

(47)

Komukasi merupakan suatu proses yang berawal dari seorang

komunikator yang menyampaikan pesan kepada seorang komunikan melalui

media atau saluran tertentu akan menimbulkan efek tertentu.

II.2. Komunikasi Antar Pribadi

Berdasarkan sifat komunikasi dan jumlah komunikan, komunikasi dapat

diklasifikasikan menjadi tiga bentuk : a) komunikasi antar pribadi, b) komunikasi

kelompok dan c) komunikasi massa. Sehubungan dengan penelitian ini, maka

yang dibahas menyangkut komunikasi antar pribadi.

Komunikasi antar pribadi sebenarnya merupakan satu proses sosial dimana

orang-orang yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. Sebagaimana

diungkapkan oleh De Vito (dalam Liliweri, 1991:12) bahwa, komunikasi antar

pribadi merupakan pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh

orang yang lain, atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik yang

langsung.

Widjaja A.W. (1986:8) memberikan definisi mengenai komunikasi antar

pribadi yaitu proses pertukaran informasi serta pemindahan pengertian antar dua

orang atau lebih di dalam suatu kelompok kecil manusia. Dalam pengertian ini

tidak diberikan batasan mengenai kelompok kecil dalam jumlah yang ditentukan.

Jenis-jenis Komunikasi Antar Pribadi yaitu :

a. Komunikasi Diadik (Diadic Communication)

Adalah komunikasi antar pribadi yang berlangsung antara dua orang yakni

(48)

lagi komunikan yang menerima pesan, dialognya terjadi secara dan

seorang lagi komunikan yang menerima pesan, dialognya terjadi secara

intens, komunikator konsentrasi pada komunikan saja.

b. Komunikasi Triadik (Komunikasi Triadic)

Yaitu terdiri dari tiga orang, yaitu satu komunikator dan dua komunikator.

Percakapan ini biasanya bersifat dialogis. Komunikasi triadik ini lebih

efektif dalam kegiatan merubah sikap, opini dan perilaku komunikasi.

Elemen yang ada di dalam proses komunikasi antar pribadi menurut De

Vito (dalam Liliweri, 1991:12) adalah sebagai berikut :

1. Adanya pesan

2. Adanya orang atau sekelompok orang

3. Adanya penerimana pesan

4. Adanya efek

5. Adanya umpan balik

Pesan adalah bentuk komunikasi, baik verbal, dalam pengertiannya

komunikasi verbal adalah secara lisan dan tulisan, sedang non verbal yaitu

memakai simbol, isyarat, sentuhan, perasaan dalam proses komunikasi. Orang

atau sekelompok orang yaitu bila seseorang berkomunikasi paling sedikit akan

melibatkan dua orang atau lebih. Sedangkan dalam penerimaan yaitu dalam

komunikan antar pribadi, tentu pesan-pesan harus dapat diterima dan selanjutnya

terjadi efek berupa persetujuan mutlak berupa pengertian kemudian umpan balik

pesan yang dikirim baik sengaja atau tidak sengaja dapat dilakukan dengan tatap

(49)

Menurut Reardon (dalam Liliweri, 1991:13) bahwa terdapat 6 ciri

komunikasi antar pribadi, yaitu :

1. Dilakukan karena ada faktor pendorong

2. Berakibat disengaja atau tidak disengaja

3. Kerapkali berbalas-balas

4. Adanya hubungan antara dua orang

5. Suasana hubungan yang bervariasi

6. Menggunakan lambang

Dari hal di atas dapat dinyatakan terlaksana karena faktor pendorong yang

menjadi alasan dilakukannya komunikasi ini yang sebelumnya sudah

direncanakan dan yang paling penting mencapai hasil adanya keterpengaruhan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa komunikasi antar pribadi

adalah terdapatnya suatu hubungan komunikasi yang bukan saja sekedar

menyampaikan informasi, tetapi unsur pendekatan pribadi. Karena hal ini penting

dalam upaya mengubah sikap, pendapat dan perilaku. Untuk memperoleh

komunikasi efektif, maka pesan-pesan yang ingin disampaikan harus dipersiapkan

jauh sebelumnya agar mencapai hasil yang diinginkan.

II.2.1. Ciri-ciri Komunikasi Antar Pribadi

Dari penjelasan sebelumnya dapat ditinjau ciri-ciri yang menunjukkan

perbedaan yang khas antara komunikasi antar pribadi dengan komunikasi massa

dan komunikasi kelompok. Menurut Burnlund (dalam Liliweri, 1991:14) ada

(50)

a. Komunikasi antar pribadi terjadi secara spontan

b. Tidak mempunyai struktur yang teratur atau diatur

c. Terjadi secara kebetulan

d. Tidak mengejar tujuan yang telah direncanakan terlebih dahulu

e. Indentitias keanggotananya kadang-kadang kurang jelas

f. Bila terjadi hanya sambil lalu saja.

Menurut Evert M. Rogers dalam Depari (dalam Liliweri, 1991:13) ada

beberapa ciri komunikasi yang menggunakan saluran antar pribadi adalah :

a. Arus pesan yang cenderung dua arah

b. Konteks komunikasinya tatap muka

c. Tingkat umpan balik yang terjadi tinggi

d. Kemampuan mengatasi tingkat selektivitas yang tinggi

e. Kecepatan jangkauan terhadap audience yang besar relatif lambat

f. Efek yang mungkin terjadi ialah perubahan sikap

Dari beberapa sumber tersebut di atas dapat dirumuskan bahwa

komunikasi antar pribadi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

a. Spontan dan terjadi sambil lalu saja (umumnya tatap muka)

b. Tidak mempunyai tujuan terlebih dahulu

c. Terjadi secara kebetulan diantara peserta yang tidak mempunyai identitas

yang belum tentu jelas

d. Berakibat sesuatu yang disengaja maupun yang tidak disengaja

(51)

f. Mempersyaratkan adanya hubungan paling sedikit dua orang serta

hubungan harus bebas, bervariasi, adanya keterpengaruhan

g. Harus membuahkan hasil

h. Menggunakan pelbagai lambang-lambang bermakna.

Sedangkan menurut De Vito (dalam Liliweri, 1991:13) efektivitas

komunikasi antar pribadi mempunyai lima ciri, yaitu:

1. Keterbukaan

Kemauan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima di

dalam menghadapi hubungan antar pribadi

2. Empati

kemampuan untuk menempatkan diri kita pada situasi atau kondisi yang

dihadapi orang lain.

3. Dukungan

Setiap pendapat, ide/gagasan yang disampaikan mendapat dukungan dari

pihak-pihak yang berkomunikasi. Dengan demikian keinginan/hasrat yang

ada dimotivasi untuk mencapainya. Dukungan membantu seseorang untuk

lebih bersemangat dalam melaksanakan aktivitas serta meraih tujuan yang

diinginkan.

4. Rasa Positif

Setiap pembicaraan yang disampaikan dapat tanggapan positif, rasa positif

menghindarkan pihak-pihak yang berkomunikasi untuk tidak

(52)

5. Kesamaan

Suatu komunikasi lebih akrab dan jalinan pribadi pun lebih kuat apabila

memiliki kesamaan tertentu seperti kesamaan pandangan, sikap, usia,

idelogi dsb.

II.2.2. Sifat-Sifat Komunikasi Antar Pribadi

Menurut Miller dan Steinberg (dalam Liliweri, 1991:30), komunikasi antar

pribadi hanya dengan memperhatikan situasi maka hal itu sifatnya statik, tidak

seorangpun dapat mengembangkan lagi. Padahal situasi hubungan antar manusia

demikian bebasnya dan selalu dapat berubah-ubah.

Berdasarkan pendapat Miller dan Steinberg maka kedudukan komunikator

yang dapat bergantian dengan komunikan pada tahap lanjutan harus menciptakan

suasana hubungan antar manusia yang terlibat didalamnya. Pada tahap ini maka

komunikasi antar manusia harus benar-benar manusiawi sehingga orang-orang

yang tidak saling mengenal satu sama lain lebih kurang mutu komunikasinya dari

pada komunikasi antar pribadi diantara pihak-pihak yang sudah saling mengenal

sebelumnya.

Ada tujuh sifat yang menunjukkan bahwa suatu komunikasi antar dua

orang merupakan komunikasi antar pribadi dan bukan komunikasi lainnya yang

terangkum dari pendapat-pendapat Readon, Effendy. Porter dan Samovar (dalam

Liliweri, 1991:31). Sifat-sifat komunikasi antar pribadi itu adalah :

a. Melibatkan didalamnya perilaku verbal dan non vebal

b. Melibatkan pernyataan/ungkapan yang spontan, scripted dan contrived.

(53)

d. Melibatkan umpan balik pribadi, hubungan interaksi dan koherensi

(pernyataan yang satu harus berkaitan dengan yang lain sebelumnya)

e. Dipandu oleh tata aturan yang bersifat intrinsic dan ekstrinsik

f. Komunikasi antar pribadi merupakan suatu kegiatan dan tindakan

g. Melibatkan didalamnya bidang persuasif.

II.2.3. Teori Self Disclosure

Di dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, hubungan antar pribadi

memiliki peranan penting dalam membentuk kehidupan masyarakat, terutama

ketika hubungan pribadi itu mampu memberi dorongan kepada orang tertentu

yang berhubungan dengan perasaan, pemahaman informasi, dukungan dan

berbagai bentuk komunikasi yang mempengaruhi citra diri orang serta membantu

orang untuk memahami harapan-harapan orang lain.

Teori self disclosure dikemukakan oleh Joseph Luft dan Harry Ingham.

Teori ini sering kita sebut sebagai teori “Johari Window” atau jendela Johari.

Teori ini dapat menjelaskan dan memahami interaksi antar pribadi (Liliweri,

1991:53).

Model Johari Window terdiri dari sebuah persegi yang terbagi menjadi

empat kuadran yang mana masing-masing kuadran berfungsi menjelaskan

begaimana setiap individu mengungkapkan dan memahami dirinya dalam

(54)
[image:54.595.184.482.162.320.2]

Gambar I.1

Jendela Johari tentang bidang pengenalan diri dan orang lain

Ilustrasi dalam gambar di atas melukiskan kita, ketika kita berhubungan

dengan manusia lainnya, dalam bentuk empat bidang. Ukuran setiap bidang

ditentukan oleh kesadaran, diri kita dan diri orang lain, mengenai perilaku,

perasaan dan motivasi kita serta tingkat kepemilikan informasi bersama mengenai

hal-hal tersebut.

Setiap orang dapat digambarkan dengan jendela Johari. Bidang I, bidang

terbuka, mencerminkan keterbukaan Kita pada dunia secara umum, keinginan

Kita untuk diketahui. Bidang ini mencakup semua aspek diri Kita yang Kita

ketahui dan diketahui orang lain.

Sebaliknya, bidang II, bidang buta, meliputi semua hal mengenai diri kita

yang diharuskan orang lain tetapi tidak kita rasakan. Mungkin kita cenderung

memonopoli percakapan tanpa kita sadari, atau kita menganggap diri kita jenaka

tetapi teman kita menganggap gurauan kita canggung. Dapat pula kita merasa

percaya diri, tetapi kita menunjukkan beberapa sikap gugup yang terlihat oleh

orang lain namun tidak kita sadari.

I II

Terbuka Buta

III IV

Tersembunyi Tidak diketahui Diketahui oleh

orang lain

(55)

Dalam bidang III, bidang tersembunyi, kitalah yang menentukan

kebijakan. Bidang ini dibangun oleh semua hal yang kita lebih suka tidak

menceritakannya kepada orang lain, apakah ini mengenai diri kita atau orang lain,

gaji kita, perceraian orang tua kita, perasaan kita kepada lawan jenis dan

sebagainya. Singkatnya, bidang ini mewakili usaha kita untuk membatasi

masukan atau informasi yang menyangkut diri kita.

Terakhir, bidang IV disebut bidang tidak diketahui. Bidang gelap tidak

kita ketahui, meskipun diketahui orang lain. Bidang tersembunyi tidak diketahui

orang lain, tetapi kita mengetahuinya. Bidang IV betul-betul tidak diketahui. Ini

mewakili segala sesuatu tentang diri kita yang belum pernah ditelusuri oleh kita

atau oleh orang lain.

Meskipun self disclosure mendorong adanya keterbukaan, namun

keterbukaan itu sendiri ada batasannya. Artinya, perlu kita pertimbangkan kembali

apakah menderitakan segala sesuatu tentang diri kita kepada orang lain akan

menghasilkan efek positif bagi hubungan kita dengan orang tersebut.

Keefektifan hubungan antar pribadi adalah taraf seberapa jauh

akibat-akibat dari tingkah laku kita sesuai dengan yang kita harapkan. Kita dapat

meningkatkan keefektifan kita dalam hubungan antar pribadi dengan cara berlatih

mengungkapkan maksud keinginan kita, menerima umpan balik tentang tingkah

laku kita dan memodifikasikan tingkah laku kita sampai orang lain

(56)

II.3. Komunikasi Pemasaran

II.3.1. Sejarah Komunikasi Pemasaran

Sejarah menunjukkan, bahwa Butler dari University of Chaniago adalah

orang yang pertama mengadopsi konsep pemasaran dari riset-riset penjualan pada

tahun 1906. Beliau mengambil istilah-istilah tersebut dari kajian ilmu ekonomi

dari pemikiran teoritik Ricardo dan Adam Smith. Pada perkembangannya

semenjak tahun 1949, pemasaran (marketing) dianggap lebih luas, tidak hanya

menyangkut unsur-unsur penjualan saja, maka mulailah masuk berbagai unsur di

dalamnya. Kemudian Borden pada tahun 1964, memperkenalkan konsep barunya

tentang marketing mix. Setelah itu kajian komunikasi pemasaran sudah dipastikan

dikenal banyak orang, setelah terdapat pengembangan dan penmuan-penemuan,

baru diketahui bahwa komunikasi pemasaran itu bersifat multidispliner

(Prisgunanto, 2006:28).

Pada pertengahan abad ke-18, seorang pelaku pasar (marketer) bernama

Josiah Wedgwood membangun program perluasan promosi penjualan dengan

mengirimkan semacam hadiah-hadiah pada acara makan malam ala Cina kepada

raja-raja Eropa. Kegiatan ini akhirnya menjadi kegiatan rutin dan gaya sajian

tradisi istana yang diikuti oleh kalangan bangsawan dan kerabat istana waktu itu

(Prisgunanto, 2006:29).

Promosi penjualan gaya tersebut sebenarnya menyadur atau mengadopsi

dari gaya program promosi penjualan pedagang Cina abad 600 SM, dimanapun

pengecor dan pengrajin logam disana berlomba-lomba memberikan hasil

(57)

karya terbaik yang disimpan oleh Kaisar Zhou, seperti lonceng, pernik-pernik

perunggu untuk acara keagamaan, hiasan dan cetakan untuk prototype ‘cap’

legalitas kerajaan dan lain sebagainya. Kegiatan ini dilakukan bertepatan dengan

sajian santap malam raja dan berakat ketika beliau sedang bersantai dengan

kerabat istana.

II.3.2. Pengertian Komunikasi Pemasaran

Kebanyakan orang mungkin menempatkan komunikasi pemasaran berada

dibawah periklanan dan promosi, namun pada perkembangannya saat ini,

komunikasi pemasaran muncul sebagai suatu bentuk komunikasi yang lebih

kompleks dan berbeda. Pada akhirnya, banyak akdemisi dan praktisi

mendefenisikan komunikasi pemasaran yaitu semua elemen-elemen promosi dari

marketing mix yang melibatkan komunikasi antarorganisasi dan target audience

pada segala bentuknya yang ditujukan untuk performance pemasaran

(Prisgunanto, 2006:8).

Komunikasi pemasaran adalah aktivitas pemasaran yang berusaha

menyebarkan informasi, mempengaruhi / membujuk dan mengingatkan pasar

sasaran atau perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli dan

loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan (Tjiptono,

1995:21

Gambar

Tabel 1. Operasional Konsep
Gambar I.1
Gambar. III.1.
Tabel IV.1.
+7

Referensi

Dokumen terkait

T Meningkatnya tertib administrasi penyelenggaraan Otda Pemerinta h Kab/Kota se Kaltim Pem. Kab/Kota se kaltim

crassicaulis dapat beradaptasi dengan baik di kolam fitoremediasi meskipun air kolam berasal dari air sungai yang mengandung bahan organik tercemar nitrat,

12 Orang tua selalu percaya terhadap apa yang saya bicarakan begitu pula. sebaliknya saya selalu

pengobatan untuk eksim basah dan kering secara herbal ~ Solusi terbaik untuk Anda yang saat ini sedang menderita penyakit gatal seperti di selangkangan, gatal kurap

[r]

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas berkat dan kasihNya penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul Hubungan antara Kejadian Abortus Spontan dengan Kadar

Sedia Obat Herbal Yang Ampuh Untuk Gatal Kulit Eksim - anda sedang mencari Cara Menyembuhkan Gatal Eksim dengan denature Indonesia lah jawabanya karena

Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis uji t dengan nilai p=0.103 > 0.05 yang berarti tidak ada perbedaan yang signifikan antara nilai farmakologi kelompok