PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU BEKERJA DI KECAMATAN
DARUL IMARAH KABUPATEN ACEH BESAR TAHUN 2009
T E S I S
Oleh
SALMIANI ABDUL MANAF 077033030
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU BEKERJA DI KECAMATAN
DARUL IMARAH KABUPATEN ACEH BESAR TAHUN 2009
T E S I S
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Promosi Kesehatan dan Perilaku pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Oleh
SALIMIANI ABDUL MANAF 077033030
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Judul Tesis : PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU BEKERJA DI KECAMATAN DARUL IMARAH KABUPATEN ACEH BESAR TAHUN 2009
Nama Mahasiswa : Salmiani Abdul Manaf Nomor Induk Mahasiwa : 077033030
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi : Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Menyetujui, Komisi Pembimbing
(Prof. dr. Guslihan Dasatjipta, Sp.A (K)) (Drs. Tukiman, M.K.M)
Ketua Anggota
Ketua Program Studi Dekan
(Dr. Drs. Surya Utama, M.S) (dr. Ria Masniari Lubis, M.Si)
Telah diuji
Pada tanggal : 18 Februari 2010
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. dr. Guslihan Dasatjipta, Sp. A(K) Anggota : 1. Drs. Tukiman, M.K.M
PERNYATAAN
PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU BEKERJA DI KECAMATAN
DARUL IMARAH KABUPATEN ACEH BESAR TAHUN 2009
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Medan, Februari 2010
ABSTRAK
Pemberian Air Susu Ibu (ASI ) secara Eksklusif sangat penting bagi kesehatan dan ketahanan tubuh bayi karena ASI mengandung zat-zat gizi tinggi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan syaraf dan otak, memberikan zat-zat kekebalan terhadap beberapa penyakit dan mewujudkan ikatan emosional antara ibu dan bayinya. Cakupan ASI Eksklusif di Indoensia secara umum masih rendah yaitu 14% dari 80% yang ditargetkan, demikian juga di Kecamatan Darul Imarah hanya 16,4% . salah satu permasalahan rendahnya cakupan ASI Eksklusif adalah terbatasnya waktu memberikan ASI kepada bayi karena alasan bekerja, dan rendahnya dukungan keluarga terhadap pemberian ASI Eksklusif.
Penelitian ini merupakan penelitian survei dengan desain cross sectional studi yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh dukungan keluarga terhadap pemberian ASI Eksklusif pada Ibu bekerja di Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar tahun 2009. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Ibu bekerja dan menyusui di kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar dengan besar sampel sebanyak 88 Ibu bekerja. Pengumpulan data mencakup data primer dengan wawancara berpedoman pada kueisoner dan data sekunder dari catatan puskesmas dan Dinas Kesehatan kabupaten Aceh Besar. Analisis data menggunakan uji chi
square dan regresi logistik pada taraf kepercayaan 95%.
Hasil penelitian menunjukkan 23,9% ibu bekerja memberikan ASI secara Eksklusif di Kecamatan Darul Imarah. Hasil uji chi square menunjukkan variabel dukungan informasional (p-0,000), dukungan penilaian (p-0,000), dukungan instrumental (p-0,014) dan dukungan emosional (p=0,000) mempunyai hubungan signifikan dengan pemberian ASI Eksklusif pada ibu bekerja di Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar. Hasil uji regresi logistik menunjukkan variabel dukungan emosional (p=0,000) berpengaruh secara signifikan terhadap pemberian ASI Eksklusif pada ibu bekerja di Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar.
Disarankan kepada anggota keluarga khususnya pada suami agar memotivasi dan mendukung ibu memberikan ASI secara Eksklusi, dan kepada Puskesmas perlu peningkatan sosialisasi dan penyuluhan rutin tentang pemberian ASI Eksklusif ke tempat-tempat pekerjaan.
ABSTRACT
Exclusive breastfeeding is very important for the health and endurance of a baby because breastfeeding provides high nutrition needed for nervous and brain growth and development, immunity to several diseases, and create an emotional breast feeding is generally still low. It is only 14% of the targeted 80%. In Darul Imarah Sub-district, the coverage of exclusive breastfeeding is only 16.4%. One of the problems causing the low coverage of exclusive breastfeeding is the time to breastfeed the babies is limited by mother’s work and less family’s support.
The purpose of this survey study with cross-sectional design was to analyze the influence of family’s support in exclusive breastfeeding administration on the working mothers in Darul Imarah Sub-district, Aceh Besar District, in 2009. The population of this study was all of the working mothers and breast feeding mothers in Darul Imarah Sub-district, Aceh Besar District and 88 of the mothers were selected to be the samples for this study. The primary data for this study were obtained through questionnaire-based interviews and the secondary documentation available in the Puskesmas (Community Health Center) and the office of Aceh Besar Health Service. The data obtained were analyzed through Chi-square and logistic regression tests at the level of confidence of 95%.
The result of this study showed that 23,9% of the working mothers in Darul Imarah Sub-district did administer exclusive breasfeeding. The result of Chi-square test showed that the variables of informational support (p-0,000), evaluation support (p-0.000), instrumental support (p-0.014) and emotional support (p=0.000) had a significant relationship with the administration of exclusive breastfeeding in the working mother in Darul Imarah Sub-district, Aceh Besar District. The result of logistic regression test showed that the variables of emotional support (p=0.000) had a significant influence on the administration of exclusive breastfeeding in the working mother in Darul Imarah Sub-district, Aceh Besar District.
It’s suggested to family and husband especially to give motivation and support of exclusive breastfeeding, and Puskesmas (Community Health Center) needs to intensify the socialization and routine extension provision on the Exclusive Breastfeeding Administration in the work places.
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan karuniaNya kepada penulis, diantaranya nikmat kesehatan
dan kesempatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul
“Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif pada Ibu
Bekerja di Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar Tahun 2009”.
Dalam menyusun tesis ini, penulis banyak mendapat bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada Rektor Universitas Sumatera Utara, yaitu Bapak Prof. dr. Chairuddin P.Lubis, DTMH& Sp.A(K).
Selanjutnya kepada dr. Ria Masniari Lubis, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, dan kepada Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M, selaku sekretaris Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Kemudian terima kasih penulis kepada Drs. Eddy Syahrial, M.Kes dan Ir.
Indra Cahaya, M.Si, selaku komisi pembanding. Kepada para dosen di lingkungan
Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, khususnya Minat Studi Promosi
kesehatan dan Ilmu Perilaku Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Terima kasih penulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabutaten Aceh Besar
beserta seluruh jajarannya, kepada Kepala Puskesmas Kecamatan Darul Imarah
Kabupaten Aceh Besar beserta seluruh jajarannya, dan kepada Drs. Zailani. MA,
M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Banda Aceh.
Ucapan terimakasih yang spesial penulis sampaikan kepada suami tercinta
Ir. Asrin, MP dan anak-anak tersayang Ariyo Arinsa Putra dan Ariko Rizki Arinsa
Putra, yang telah mengizinkan dan memberi motivasi serta dukungan kepada
penulis untuk melanjutkan pendidikan. Kepada kedua orang tua (Ayahanda
Almarhum Abdul Manaf dan Ibunda Almarhumah Hj. Katijah) yang telah membekali
penulis dengan nilai-nilai Spiritual dan Norma-norma yang berlaku dalam
masyarakat sehingga penulis sampai pada tahap penyelesaian tesis ini. Kepada
Alm. Bapak Semali dan Ibunda Hj. Syarifah (Mertua) yang selalu mendoakan
sehingga selesainya tesis ini.
berkonsultasi dalam penyusunan tesis ini dan semua pihak yang telah membantu proses penyusunan tesis ini hingga selesai.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini.
Medan, Februari 2010
RIWAYAT HIDUP
Salmiani Abdul Manaf, lahir pada tanggal 27 Juli 1965 di Runding Kota Subulussalam Provinsi Aceh, anak ke enam dari tujuh bersaudara dari pasangan Almarhum Abdul manaf dan Almarhumah Hj. Katijah.
Pendidikan formal penulis dimulai dari pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Runding pada tahun 1972 dan diselesaikan pada tahun 1977, Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) Singkil pada tahun 1978 dan diselesaikan pada tahun 1981, Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) Departemen Kesehatan di Meulaboh pada tahun 1981 dan diselesaikan tahun 1984, Sekolah Guru Perawat (SGP) Departemen Kesehatan di Cilandak Jakarta pada tahun 1987 dan diselesaikan pada tahun 1988, Akademi Keperawatan Departemen Kesehatan di Banda Aceh pada tahun 1994 dan diselesaikan pada tahun 1996, Program Diploma IV Perawat Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara pada tahun 2001 dan diselesaikan tahun 2002, Strata Dua (S-2) di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dengan Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Prilaku pada tahun 2007 dan diselesaikan pada tahun 2010.
DAFTAR ISI
2.2. Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Bekerja... 15
2.3. Dukungan Keluarga ... 19
3.5. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 27
3.6 Metode Pengukuran ... 28
3.7. Metode Analisis Data ... 30
B 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 31
4.3. Analisis Univariat... 33
4.5. Analisis Multivariat... 42
B 5.1. Pengaruh Dukungan Informasional terhadap Pemberian ASI Eksklusif... Pengaruh Dukungan Penilaian terhadap Pemberian ASI Eksklusif... 45
Pengaruh Dukungan Instrumental terhadap Pemberian ASI Eksklusif... Pengaruh Dukungan Emosional dengan Pemberian ASI Eksklusif... 49
Keterbatasan Penelitian... 54
B 6.1. Keismpulan ... 55
6.2. Saran ... 56 D
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Ibu Bekerja di Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar Tahun 2009... 32 4.2. Distribusi Frekuensi Pemberian ASI pada Ibu Bekerja di Kecamatan
Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar Tahun 2009... 33 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Variabel Pemberian ASI Eksklusif
pada Ibu Bekerja di Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar Tahun 2009 ... 34 4.4. Distribusi Responden Menurut Indikator Dukungan Informasional pada
Ibu Kabupaten Aceh Besar Tahun 2009... 34 4.4. Distribusi Responden berdasarkan Variabel Dukungan Informasional
pada Ibu Kabupaten Aceh Besar Tahun 2009 ... 35 4.5. Distribusi Responden berdasarkan Indikator Dukungan Penilaian pada
Ibu Bekerja di Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar Tahun 2009 ... 36 4.6. Distribusi Responden berdasarkan Variabel Dukungan Penilaian pada Ibu
Bekerja di Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar Tahun 2009 . 36 4.7. Distribusi Responden berdasarkan Indikator Dukungan Instrumental pada
Ibu Bekerja di Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar Tahun
2009 ... 37 4.8. Distribusi Responden berdasarkan Variabel Dukungan Instrumental pada
Ibu Bekerja di Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar Tahun
2009 ... 38 4.9. Distribusi Responden berdasarkan Variabel Dukungan Emosional pada
Ibu Bekerja di Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar Tahun
4.10 Distribusi Responden berdasarkan Variabel Dukungan Emosional pada Ibu Bekerja di Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar Tahun 2009 ... 39 4.11 Hubungan Variabel Independen dengan Pemberian ASI Eksklusif pada
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Kuesioner Penelitian ... 60
2. Hasil Pengolahan Data Penelitian ... 65
3. Hasil Pengolahan Data Uji Validitas dan Reliabilitas ... 79
ABSTRAK
Pemberian Air Susu Ibu (ASI ) secara Eksklusif sangat penting bagi kesehatan dan ketahanan tubuh bayi karena ASI mengandung zat-zat gizi tinggi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan syaraf dan otak, memberikan zat-zat kekebalan terhadap beberapa penyakit dan mewujudkan ikatan emosional antara ibu dan bayinya. Cakupan ASI Eksklusif di Indoensia secara umum masih rendah yaitu 14% dari 80% yang ditargetkan, demikian juga di Kecamatan Darul Imarah hanya 16,4% . salah satu permasalahan rendahnya cakupan ASI Eksklusif adalah terbatasnya waktu memberikan ASI kepada bayi karena alasan bekerja, dan rendahnya dukungan keluarga terhadap pemberian ASI Eksklusif.
Penelitian ini merupakan penelitian survei dengan desain cross sectional studi yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh dukungan keluarga terhadap pemberian ASI Eksklusif pada Ibu bekerja di Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar tahun 2009. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Ibu bekerja dan menyusui di kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar dengan besar sampel sebanyak 88 Ibu bekerja. Pengumpulan data mencakup data primer dengan wawancara berpedoman pada kueisoner dan data sekunder dari catatan puskesmas dan Dinas Kesehatan kabupaten Aceh Besar. Analisis data menggunakan uji chi
square dan regresi logistik pada taraf kepercayaan 95%.
Hasil penelitian menunjukkan 23,9% ibu bekerja memberikan ASI secara Eksklusif di Kecamatan Darul Imarah. Hasil uji chi square menunjukkan variabel dukungan informasional (p-0,000), dukungan penilaian (p-0,000), dukungan instrumental (p-0,014) dan dukungan emosional (p=0,000) mempunyai hubungan signifikan dengan pemberian ASI Eksklusif pada ibu bekerja di Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar. Hasil uji regresi logistik menunjukkan variabel dukungan emosional (p=0,000) berpengaruh secara signifikan terhadap pemberian ASI Eksklusif pada ibu bekerja di Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar.
Disarankan kepada anggota keluarga khususnya pada suami agar memotivasi dan mendukung ibu memberikan ASI secara Eksklusi, dan kepada Puskesmas perlu peningkatan sosialisasi dan penyuluhan rutin tentang pemberian ASI Eksklusif ke tempat-tempat pekerjaan.
ABSTRACT
Exclusive breastfeeding is very important for the health and endurance of a baby because breastfeeding provides high nutrition needed for nervous and brain growth and development, immunity to several diseases, and create an emotional breast feeding is generally still low. It is only 14% of the targeted 80%. In Darul Imarah Sub-district, the coverage of exclusive breastfeeding is only 16.4%. One of the problems causing the low coverage of exclusive breastfeeding is the time to breastfeed the babies is limited by mother’s work and less family’s support.
The purpose of this survey study with cross-sectional design was to analyze the influence of family’s support in exclusive breastfeeding administration on the working mothers in Darul Imarah Sub-district, Aceh Besar District, in 2009. The population of this study was all of the working mothers and breast feeding mothers in Darul Imarah Sub-district, Aceh Besar District and 88 of the mothers were selected to be the samples for this study. The primary data for this study were obtained through questionnaire-based interviews and the secondary documentation available in the Puskesmas (Community Health Center) and the office of Aceh Besar Health Service. The data obtained were analyzed through Chi-square and logistic regression tests at the level of confidence of 95%.
The result of this study showed that 23,9% of the working mothers in Darul Imarah Sub-district did administer exclusive breasfeeding. The result of Chi-square test showed that the variables of informational support (p-0,000), evaluation support (p-0.000), instrumental support (p-0.014) and emotional support (p=0.000) had a significant relationship with the administration of exclusive breastfeeding in the working mother in Darul Imarah Sub-district, Aceh Besar District. The result of logistic regression test showed that the variables of emotional support (p=0.000) had a significant influence on the administration of exclusive breastfeeding in the working mother in Darul Imarah Sub-district, Aceh Besar District.
It’s suggested to family and husband especially to give motivation and support of exclusive breastfeeding, and Puskesmas (Community Health Center) needs to intensify the socialization and routine extension provision on the Exclusive Breastfeeding Administration in the work places.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Kebutuhan zat gizi bagi bayi usia sampai dua tahun merupakan hal yang
sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi
merupakan cara terbaik bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia sejak dini
yang akan menjadi penerus bangsa. ASI merupakan makanan yang paling sempurna
bagi bayi. Pemberian ASI berarti memberikan zat-zat gizi yang bernilai gizi tinggi
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan syaraf dan otak, memberikan
zat-zat kekebalan terhadap beberapa penyakit dan mewujudkan ikatan emosional
antara ibu dan bayinya (Depkes RI, 2005).
Komposisi ASI antara lain 88,1% mengandung air, 3,8% lemak, 0,9% protein,
7,0% laktosa, dan zat gizi lain 0,2%. Salah satu fungsi utama air adalah untuk
menguras kelebihan bahan-bahan larut melalui air seni. Zat-zat yang dapat larut
(misalnya sodium, potasium, nitrogen, dan klorida) disebut sebagai bahan-bahan
larut. Ginjal bayi yang pertumbuhannya belum sempurna hingga usia tiga bulan,
mampu mengeluarkan kelebihan bahan larut lewat air seni untuk menjaga
keseimbangan kimiawi di dalam tubuhnya. Oleh karena ASI mengandung sedikit
bahan larut, maka bayi tidak membutuhkan air sebanyak anak-anak atau orang
Oleh karena pemberian ASI sangat penting bagi tumbuh kembang bayi yang
optimal baik fisik maupun mental dan kecerdasannya, maka perlu perhatian agar
tatalaksananya dilakukan dengan benar. Faktor keberhasilan dalam menyusui adalah
dengan menyusui secara dini dengan posisi yang benar, teratur dan eksklusif (Depkes
RI, 2005).
Menurut World Health Organization (WHO) Tahun 2002 dalam Depkes
(2005), pemenuhan kebutuhan gizi bayi 0-6 bulan mutlak diperoleh melalui ASI bagi
bayi dengan ASI eksklusif. Berdasarkan hal ini maka upaya perbaikan gizi bayi 0-6
bulan dilakukan melalui perbaikan gizi ibu sebelum dan pada masa pemberian ASI
eksklusif. Selain itu Bank Dunia (World Bank) Tahun 2006 mengemukakan bahwa
upaya perbaikan gizi bayi 0-6 bulan didasarkan bahwa gizi kurang pada anak usia
kurang dari 2 tahun akan berdampak terhadap penurunan pertumbuhan fisik,
perkembangan otak, kecerdasan, dan produktivitas, dan dampak ini sebagian besar
tidak dapat diperbaiki.
Menyikapi permasalahan pentingnya pemberian ASI bagi bayi, pemerintah
Indonesia telah menggalakkan program pemberian ASI Esklusif sejak tahun 1990
yang dikenal dengan Gerakan Nasional Peningkatan Air Susu Ibu (PP-ASI).
Sehubungan dengan itu telah ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan
No.450/MENKES/IV/2004 tentang Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi
Indonesia (Depkes RI, 2005).
Meskipun pemerintah telah menghimbau pemberian ASI Eksklusif, angka
meninggal karena pemberian makanan yang tidak benar. Kurang dari 15% bayi
diseluruh dunia diberi ASI Eksklusif selama 4 bulan dan pemberian makanan
pendamping ASI yang tidak sesuai dan tidak aman bagi bayi.
Hasil Survei Demografi kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002 dilaporkan
bahwa bayi di Indonesia rata-rata hanya mendapatkan ASI Eksklusif sampai usia 1,6
bulan. Sedangkan yang diberi ASI eksklusif sampai umur 4-5 bulan hanya 14 %.
Kondisi ini masih sangat jauh dari yang direkomendasikan dalam indikator Indonesia
2010 yaitu 80% (Depkes RI, 2004).
Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Tahun 2004,
ditemukan berbagai alasan ibu-ibu menghentikan pemberian ASI Eksklusif kepada
bayinya, diantaranya produksi ASI kurang (32%), ibu bekerja (16%), ingin dianggap
modern (4%), masalah pada puting susu (28%), pengaruh iklan susu formula (16%)
dan pengaruh orang lain terutama suami (4%) (Tasya, 2008).
Kebiasaan pada masyarakat Aceh, terutama orang tua dan mertua adalah
segera memberikan makanan tambahan seperti bubur, madu, larutan gula, susu dan
pisang kepada bayi dengan alasan bayi kelaparan bila hanya diberikan ASI. Suami
sebagai kepala keluarga biasanya menuruti kebiasaan tersebut dengan berbagai
alasan, antara lain kurangnya pemahaman tentang ASI Eksklusif atau patuh kepada
orang tua atau mertua.
Berdasarkan penelitian terhadap 115 ibu postpartum pada klinik Pediatrik
kelompok suami yang tidak mengerti ASI adalah 26,9% dan pada kelompok yang
mengerti ASI adalah 98,1% (Roesli, 2008).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2003), pekerja di Indonesia mencapai
100.316.007, yang terdiri dari 64,63% adalah laki-laki dan 35,57% adalah
perempuan. Pekerja wanita dituntut untuk meningkatkan kemampuan dan kapasitas
kerja yang maksimal, tanpa mengabaikan kodratnya sebagai wanita termasuk dalam
memberikan ASI (Depkes RI, 2007).
Bekerja bukan alasan untuk menghentikan pemberian ASI secara Eksklusif
selama paling sedikit 4 bulan dan bila mungkin sampai 6 bulan, meskipun cuti hamil
hanya 3 bulan (Roesli, 2007). Pada pekan ASI sedunia (1993) tema peringatannya
adalah Mother Friendly Workplace atau tempat kerja sayang bayi menunjukkan
bahwa adanya perhatian dunia terhadap peran ganda ibu menyusui dan bekerja
(Depkes RI, 2007).
Penelitian Salfina (2003) di Kecamatan Tebet, Jakarta bahwa 59,7% ibu yang
bekerja hanya memberikan ASI 4 kali dalam sehari, sementara jika pada waktu siang
hari diberikan susu formula oleh keluarga atau pengasuhnya. Penelitian Hafidhah
(2007) di Kabupaten Aceh Besar menunjukkan bahwa 60% yang tidak memberikan
ASI Eksklusif didominasi oleh ibu yang bekerja (64,2%).
Memberikan ASI Eksklusif tidak hanya menguntungkan bayi tetapi juga bagi
perusahaan. Hal ini didikung oleh bukti ilmiah bahwa yang diberikan ASI Eksklusif
akan lebih sehat, sehingga ibu jarang meninggalkan pekerjaanya. Hasil penelitian
pemberian ASI Eksklusif lebih jarang absen bekerja (25%) dibandingkan ibu dengan
pemberian susu formula kepada bayinya (75%). Penelitian Auerbach, dkk (1984)
terhadap 567 ibu bekerja menunjukkan bahwa ibu yang memberikan ASI Eksklusif
mempunyai prestasi kerja.
Oleh karenanya, dengan pengetahuan yang benar tentang menyusui,
perlengkapan memerah ASI dan dukungan lingkungan kerja dan keluarga agar ibu
yang bekerja dapat memberikan ASI secara Eksklusif. Upaya untuk pemberian ASI
dapat didukung oleh seluruh keluarga, seperti suami, kakak, dan mertua (Roesli,
2007)
Keluarga terutama suami merupakan bagian penting dalam keberhasilan atau
kegagalan menyusui, karena suami menentukan kelancaran refelks pengetahuan ASI
(let down refelex) yang sangat dipengaruhi oleh keadaan emosi dan perasaan ibu
(Roesli, 2007).
Caplan (1976) dalam Friedman (1998) menjelaskan bahwa keluarga memiliki
fungsi dukungan yaitu dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan
instrumental dan dukungan emosional. Pentingnya dukungan keluarga terhadap
pemberian ASI Eksklusif sudah direkomendasikan pada KTT tentang kesejahteraan
anak (1990), bahwa semua keluarga mengetahui arti penting mendukung wanita
dalam pemberian ASI saja untuk 4 sampai 6 bulan pertama kehidupan anak dan
memenuhi kebutuhan makanan anak berusia muda pada tahun rawan (Roesli, 2007).
Menurut Sudiharto (2007) dukungan keluarga mempunyai hubungan dengan
dukungan untuk memotivasi ibu memberikan ASI saja kepada bayinya sampai usia 6
bulan, memberikan dukungan psikologis kepada ibu dan mempersiapkan nutrisi yang
seimbang kepada ibu.
Penelitian Mardeyanti (2007), bahwa 60% ibu yang bekerja tidak patuh
memberikan ASI Eksklusif, Hasil analisis regresi logistik memperlihatkan bahwa
tingkat pendidikan ibu yang rendah meningkatkan risiko ibu untuk tidak memberikan
ASI eksklusif dan ibu yang tidak mendapatkan dukungan keluarga akan
meningkatkan risiko untuk tidak memberikan ASI eksklusif. Penelitian Hadinegoro,
dkk (2007) di Jakarta, bahwa pemberian ASI Ekslusif dipengaruhi oleh dukungan
suami, jam kerja, dan fasilitas ruangan menyusui ditempat kantor. Hasil penelitian
menunjukkan, secara proporsi ibu yang memberi ASI Ekslusif, 44% mendapat
dukungan dari suami, 17% pada ibu yang bekerja pada tempat kerja yang
menyediakan ruangan khusus untuk menyusui, serta 11% bekerja >8 jam.
Data Profil Kesehatan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (2007), bayi yang
mendapatkan ASI Eksklusif hanya 18.508 atau 16,8 % dari sejumlah 110.301 bayi.
Adapun Kabupaten dengan cakupan paling rendah adalah: (1) Nagan Raya, Gayo
Lues, dan Kota Sabang, masing-masing 2% bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif.
(2) Aceh Jaya, 66 bayi atau 3,6% ; (3) Aceh Timur, 327 bayi atau 3,9 %; dan Aceh
besar 629 bayi atau 9,25 % menempati urutan 8 setelah Aceh Utara, Aceh Selatan,
Bener Meriah dan Bireuen. Salah satu kecamatan yang ada di Aceh Besar adalah
kecamatan Darul Imarah, dan diketahui 64,2% merupakan ibu yang berstatus
Berdasarkan wawancara dengan beberapa ibu yang berada di kecamatan Darul
Imarah Kabupaten Aceh Besar pada bulan Maret 2009 mengemukakan bahwa
singkatnya masa cuti hamil/melahirkan mengakibatkan sebelum masa pemberian ASI
eksklusif berakhir sudah harus kembali bekerja. Penyebab lainnya adalah rendahnya
dukungan keluarga untuk memberikan ASI Eksklusif pada bayi baru lahir apalagi
ketika si ibu sedang bekerja.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang
pengaruh dukungan keluarga (dukungan informasional, dukungan penilaian,
dukungan instrumental, dan dukungan emosional) terhadap pemberian ASI Eksklusif
pada ibu yang bekerja di Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar.
1.2. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan penelitian
yaitu bagaimana pengaruh dukungan keluarga (dukungan informasional, dukungan
penilaian, dukungan instrumental, dan dukungan emosional) terhadap pemberian ASI
Eksklusif pada ibu yang bekerja di Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh
dukungan keluarga (dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan
instrumental, dan dukungan emosional) terhadap pemberian ASI Eksklusif pada ibu
1.4. Hipotesis
Ada pengaruh dukungan keluarga (dukungan informasional, dukungan
penilaian, dukungan instrumental, dan dukungan emosional) terhadap pemberian ASI
Eksklusif pada ibu yang bekerja di Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar.
1.5. Manfaat Penelitian
1. Memberikan masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Besar dalam
peningkatan cakupan ASI Ekslusif khususnya dalam penjaringan ibu menyusui
secara Eksklusif pada ibu yang bekerja baik di instansi pemerintah maupun
swasta.
2. Memberikan masukan bagi Puskesmas di Kecamatan Darul Imarah Kabupaten
Aceh Besar dalam upaya peningkatan promosi kesehatan khususnya promosi
pemberian ASI Eksklusif bagi ibu bekerja.
3. Memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu promosi kesehatan dan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif
ASI merupakan makanan yang paling cocok bagi bayi serta mempunyai nilai yang paling tinggi dibandingkan dengan makanan bayi yang dibuat manusia ataupun
susu buatan seperti susu sapi atau susu kerbau (Suhardjo, 1992)
ASI Eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja tanpa makanan dan minuman, kecuali apabila si bayi menderita sesuatu penyakit sehingga diperlukan
pemberian obat yang sebagian besar terbuat dalam kemasan sirup. ASI eksklusif
dianjurkan sampai 6 bulan pertama kehidupan bayi (Depkes, 2001). Pemberian ASI
secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti
susu formula, jeruk, madu, air teh dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang
papaya bubur susu, biskuit, bubur, nasi, dan tim (Rusli, 2007)
ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang
seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bai. ASI adlaah makanan
yang sempurna, baik kualitas maupun kuantitasnya dengan tatalaksana menyusui
yang benar. ASI sebagai bahan makanan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan
tumbuh bayi normal sampai usia 6 bulan dan ketika mulai diberikan makanan padat
dapat diteruskan sampai usia 2 tahun atau lebih (Soetjiningsih, 1997).
Adapun zat kekebalan yang terdapat pada ASI akan melindungi bayi dari
penyakit infeksi telinga, batuk, pilek dan penyakit alergi. Bayi dengan ASI Esklusif
ternyata akan lebih sehat dan lebih jarang sakit dibandingkan dengan bayi yang tidak
diberikan ASI Eksklusif (Suharjo, 1992)
ASI juga meningkatkan daya tahan tubuh bayi, yaitu bayi yang baru lahir
secara alamiah mendapat imonoglobulin (zat kekebalan tubuh) dari ibunya melalui
ari-ari. Namun, kadar zat ini akan cepat sekali menurun segera setelah bayi lahir.
Badan bayi sendiri baru membuat zat kekebalan sehingga mencapai kadar protective
pada waktu berusia sekitar 9 sampai 12. Pada saat kadar zat kekebalan bawaan
menurun, sedangkan yang dibentuk oleh badan bayi belum mencukupi maka akan
terjadi kesenjangan zat kekebalan pada bayi. Kesenjangan akan hilang atau berkurang
apabila bayi diberi ASI, karena ASI adalah cairan hidup yang mengandung zat
kekebalan yang akan melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus,
parasit dan jamur (Soetjiningsih, 1997).
ASI meningkatkan kecerdasan, yaitu mengingat bahwa kecerdasan anak
berkaitan erat dengan otak maka jelas bahwa faktor utama yang mempengaruhi
perkembangan kecerdasan adalah pertumbuhan otak. Sementara itu, faktor terpenting
dalam proses pertumbuhan termasuk pertumbuhan otak adalah nutrisi yang diberikan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas nutrisi secara langsung juga
dapat mempengaruhi pertumbuhan, termasuk pertumbuhan otak. Telah disinggung
sebelumya bahwa periode tumbuh pesat otak yang pertama sangat penting karena
hanya pada masa inilah terjadi pertumbuhan otak yang terpesat. Kesempatan ini
Kesempatan semacam ini tidak akan terulang lagi selama masa tumbuh kembang
anak. Dikatakan bahwa bila seorang bayi menderita kekurangan gizi berat pada masa
pertumbuhan otak cpat pertama maka akan terjadi pengurangan jumlah sel otak
sebanyak 15-20% sebenarnya alam telah membekali manusia dengan obat
pencegahan gangguan gizi pada periode ini. Obat yang dimaksud adalah formula
yang ajaib yang diberikan Tuhan pada para ibu, yaitu Air Susu Ibu (Suhardjo, 1992).
Dengan memberikan ASI secara eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan akan
menjamin tercapainya pengembangan potensi kecerdasan anak secara optimal. Hal ini
karena selain sebagai nutrien yang ideal, dengan komposisi yang tepat serta
disesuaikan dengan kebutuhan bayi, ASI juga mengandung nutrien-nutrien khusus
yang diperlukan otak bayi agar tumbuh optimal. Nutrien-nutrien khusus tersebut tidak
terdapat atau hanya sedikit terdapat pada susu sapi. Nutrien yang diperlukan untuk
pertumbuhan otak bayi yang tidak ada atau sedikit sekali terdapat pada susu sapi,
antara lain : Taurin, yaitu suatu bentuk zat putih telur hanya terdapat di ASI. Laktosa,
merupakan hidrat arang utama dari ASI yang hanya sedikit sekali terdapat pada susu
ASI. Asam lemak ikatan panjang (DHA, AA, omega-3, omega-6), merupakan asam
lemak utama dari ASI yang hanya terdapat sedikit dalam susu sapi (Suhardjo, 1992).
Manfaat lain pemberian ASI bagi bayi : (1) sebagai makanan tunggal untuk
memenuhi semua kebutuhan pertumbuhan bayi samapai usia 6 bulan, (2)
meningkatkan daya tahan tubuh karena mengandung berbagai zat anti-kekebalan
sehingga akan lebih jarang sakit. ASI juga akan mengurangi terjadinya mencret, sakit
mengandung asam lemak yang diperlukan untuk pertumbuhan otak sehingga bayi
ASI eksklusif potensial lebih pandai, (5) meningkatkan daya penglihatan dan
kepandaian bicara, (6) membantu pembentukan rahang yang bagus, (7) mengurangi
risiko terkena penyakit kencing manis, kanker pada anak, dan diduga mengurangi
kemungkinan menderita penyakit jantung, (8) menunjang perkembangan motorik
sehingga bayi ASI eksklusif akan lebih cepat bisa jalan, dan (9) menunjang
perkembangan kepribadian, kecerdasan emosional, kematangan spiritual dan
hubungan sosial yang baik (Soetjiningsih, 1997).
Selain memberi manfaat pada bayi, menyusui juga memberikan manfaat pada
ibu, manfaatnya adalah: (1) mengurangi perdarahan setelah melahirkan, yaitu Apabila
bayi disusui segera setelah melahirkan maka kemungknan terjadinya perdarahan
setelah melahirkan (postt partum) akan berkurang hal ini karena pada ibu menyusui
terjadi peningkatan kadar oksitosin yang berguna juga untuk konstriksi/penutupan
pembuluh darah sehingga perdarahan akan lebih cepat berhenti. Hal ini akan
menurunkan angka kematian ibu yang melahirkan, (2) mengurangi terjadinya anemia,
yaitu mengurangi kemungkanan terjadinya kekurangan darah atau anemia karena
kekurangan zat besi, menyusui mengurangi perdarahan, (3) menjarangkan kehamilan,
yaitu menyusui merupakan cara kontrasepsi yang aman, murah, dan cukup berhasil.
Selama ibu memberi ASI eksklusif dan belum haid, 98% tidak akan hamil pada 6
bulan pertama setelah melahirkan dan 96% tidak akan hamil sampai bayi berusia 12
akan sangat membantu rahim kembali ke ukuran sebelum hamil. proses pengecilan
ini akan lebih cepat dibanding pada ibu tidak menyusui (Soetjiningsih, 1997).
Pemberian ASI juga dapat membuat Ibu lebih cepat langsing kembali, oleh
karena meyusui memerlukan energi maka tubuh akan mengambilnya dari lemak yang
tertimbun selama hamil. Dengan demikian berat badan ibu yang menyusui akan cepat
kembali ke berat badan sebelum hamil, mengurangi kemungkinan menderita kanker
(Soetjiningsih, 1997).
Pada umumnya bila semua wanita melanjutkan menyusui sampai bayi
berumur 2 tahun atau lebih, diduga kejadian kanker payudara akan berkurang sampai
sekitar 25%, beberapa penelitian menemukan juga bahwa menyusui akan melindungi
ibu dari penyakit kanker indung telur, salah satu dari penelitian ini menunjukkan
bahwa risiko terkena kanker indung telur pada ibu yang menyusui berkurang sampai
20–25%, lebih ekonomis/murah, yaitu dengan memberikan ASI berarti menghemat
pengeluaran untuk susu formula, perlengkapan menyusui, dan persiapan pembuatan
minum susu formula. Selain itu, pemberian ASI juga menghemat pengeluaran untuk
berobat bayi, misalnya biaya jasa dokter, biaya pembelian obat-obatan, bahkan
mungkin biaya pengobatan di rumah sakit (Soetjiningsih, 1997).
Pemberian ASI tidak merepotkan dan hemat waktu, ASI dapat segera
diberikan pada bayi tanpa harus menyiapkan dan memasak air, tanpa harus mencuci
botol, dan tanpa menunggu agar susu tidak terlalu panas. Pemberian susu botol akan
lebih merepotkan terutama pada malam hari, apalagi kalau persediaan susu habis
di bawa kemana-mana sehingga saat berpergian tidak perlu membawa berbagai alat
untuk minum susu formula dan tidak perlu membawa alat listrik untuk memasak atau
menghangatkan susu, ASI dapat diberikan di mana saja dan kapan saja dalam
kaadaan siap dimakan/minum, serta dalam suhu yang selalu tepat, dan memberi
kepuasan bagi ibu, yaitu ibu yang berhasil memberi ASI eksklusif akan merasakan
kepuasan, kebanggaan, dan kebahagiaan yang mendalam (Depkes, 2001).
Komposisi ASI terdiri dari (Depkes RI, 2001): kolostrum, yaitu cairan yang
kaya zat anti- infeksi dan berprotein tinggi. ASI yang keluar pada hari pertama dan
kedua sedikit menurut ukuran kita, tetapi volume kolostrum yang ada dalam payudara
mendekati kapasitas lambung bayi yang berusia 1-2 hari.
Cairan encer dan seringkali berwarna kuning atau dapat pula jernih ini lebih
menyerupai darah dari pada susu, sebab mengandung sel hidup yang menyerupai sel
darah putih yang dapat membunuh kuman penyakit. Cairan ini juga merupakan
pencahar yang ideal untuk membersihkan zat yang tidak terpakai dari usus bayi yang
baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan makanan bayi bagi makanan yang
akan datang. Kolostrum lebih banyak mengandung protein dibandingkan dengan ASI
yang matang, mengandung zat anti- infeksi 10-17 kali lebih banyak dibandingkan
ASI yang matang, kadar karbohidrat dan lemak rendah dibandingkan dengan ASI
matang, total energi lebih rendah jika dibandingkan susu matang, volume kolostrum
antara 150-300 ml/24 jam.
ASI transisi/peralihan, adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai
karbohidrat dan lemak makin meninggi, dan volume akan semakin meningkat. ASI
matang (mature), yaitu merupakan ASI yang dikeluarkan pada sekitar hari ke -14 dan
seterusnya, komposisi relatif konstan. Pada ibu yang sehat dengan produksi ASI
cukup, ASI merupakan makanan satu-satunya yang paling baik dan cukup untuk bayi
sampai umur 6 bulan.
Perbedaan komposisi ASI dari menit ke menit, yaitu ASI yang keluar pada 5
menit pertama dinamakan foremilk. Foremilk mempunyai komposisi yang berbeda
dengan ASI yang keluar kemudian (hindmilk). Foremilk lebih encer, hindmilk
mengandung lemak 4-5 kali lebih banyak dibanding foremilk. Diduga hindmilk inilah
yang mengenyangkan bayi.
2.2. Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Bekerja
Pemerintah mengeluarkan peraturan yang bisa mendukung agar ibu terus
memberikan ASI kepada bayinya. Bahkan hak menyusui pada wanita bekerja telah
dijamin pada pasal 83 Undang-undang No 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan,
yang menyatakan bahwa pekerja atau buruh perempuan yang anaknya masih
menyusui harus diberi kesempatan sepatutnya untuk menyusui anaknya, jika hal ini
dilakukan selama waktu kerja (Tasya, 2008).
Terdapat tujuh langkah yang sangat penting untuk keberhasilan pemberian ASI
secara esklsuif terumata bagi ibu bekerja, yaitu (1) mempersiapkan payudara, (2)
mempelajari ASI dan tatalaksana menyusui, (3) menciptakan dukungan keluarga, (4)
mendukung pemberian ASI secara Eksklusif (6) mencari ahli persolan menyusui
seperti klinik laksatasi untuk persiapan apabila mereka mengalami kesukaran, dan (7)
menciptakan suatu sikap positif tentang ASI dan menyusui (Roesli, 2007)
Menurut Depkes RI (2007) setiap tempat kerja harus mengupayakan fasilitas
pendukung PP ASI bagi ibu yang menyusui seperti sarana ruang memerah ASI,
perlengkapan untuk memerah dan menyimpan ASI, menyediakan materi penyuluhan
ASI.
Secara ideal setiap tempat kerja yang mempekerjakan perempuan hendaknya
memiliki tempat penitipan bayi atau anak, sehingga ibu dapat membawa bayinya ke
tempat kerja dan menyusui setiap beberapa jam. Namun bila tidak memungkinkan
karena tempat kerja jauh dari rumah, tidak memiliki kenderaan pribadi atau jemputan
kantor, maka cara lain yang mudah adalah memberikan ASI perah (Roesli, 2007)
Berikut langkah-langkah yang perlu dipersiapkan sebelum ibu bekerja yaitu (1)
mempersiapkan siapkan ASI perah sekurang-kurangnya dua hari sebelum mulai
bekerja, (2) perahlah ASI setiap 3 jam. Ingat, makin sering ASI dikeluarkan, produksi
ASI akan makin melimpah, (3) jangan berikan dot atau empeng pada bayi, (4)
siapkan pengasuh bayi yang terampil untuk memberikan ASI perah dengan
sendok/cangkir, (5) susuilah bayi Ibu selama bayi bersama Ibu termasuk malam hari,
(6) banyak minum, atau minumlah bila haus, dan sebelum serta sesudah menyusui
atau memerah ASI (Rusli, 2008).
Alat yang digunakan harus dibersihkan untuk memeras ASI yaitu cangkir/gelas
Cara memerah ASI yaitu : (1) cuci tangan dengan sabun dan air bersih, (2) duduk
dengan nyaman, (3) perah sedikit ASI dan oleskan ke puting, (4) taruh telunjuk, jari
tengah dan ibu jari di aerola, dengan posisi jam 06.00 dan 12.00. Bisa juga
memposisikan jari pada jam 09.00 dan jam 03.00, (5) tekan ketiga jari kearah dada
tanpa bergeser (bukan diurut), kemudian lepaskan, (6) jangan menggosok-gosok atau
menekan payudara dengan jari, (7) lakukan untuk kedua payudara selama lebih
kurang 20-30 menit (Rusli, 2008).
ASI yang dikeluarkan pada saat awal proses pemerahan akan terlihat lebih
encer dan kaya akan protein (disebut Fore Milk), sedang ASI yang dikeluarkan pada
menit-menit berikutnya akan terlihat lebih kental karena kaya akan lemak (disebut
Hind Milk), (8) perah ASI setiap 3 jam termasuk malam hari. Pada malam hari,
jadwal pemerahan bisa disesuaikan dengan jam menyusui bayi, yaitu jam 10.00
malam dan 02.00 pagi, (9) memerah bisa dilakukan sedini mungkin (segera setelah
bayi lahir), (10) usahakan minum bila terasa haus sebelum dan sesudah memerah
(Rusli, 2008).
Waktu memerah ASI dan penyimpanan: (1) saat Ibu berada di rumah : setelah
Ibu menyusui dengan payudara kanan, perah payudara kiri. Saat menyusui
berikutnya, susui bayi dengan payudara kiri, perah payudara kanan, (2) saat Ibu
berada di kantor : perah minimal 3x, misalnya jam 10.00, 13.00 dan 16.00, (3) simpan
ASI perah dalam botol atau wadah dari gelas, stainless steel atau plastik yang tertutup
Pastikan botol selalu dibersihkan dan disterilkan sebelum digunakan, (4)
simpan botol berisi ASI perah dalam lemari es (bukan freezer) (5) jika tidak ada
lemari es, botol berisi ASI perah disimpan dalam termos yang telah diisi es batu.
Gantilah es batu yang telah mencair. Atau gunakan cooler khusus dengan blue ice, (6)
untuk membawa ASI perah dari kantor ke rumah, masukkan botol berisi ASI perah
kedalam termos beri es batu.
ASI dapat disimpan di (1) dalam suhu ruang : tahan 4-6 jam, (2) dalam termos
yang diisi es batu : tahan 24 jam, (3) dalam lemari es bagian bawah : tahan 2 x 24
jam, (4) dalam freezer pada lemari es 1 pintu : tahan 2 minggu, (5) dalam freezer
pada lemari es 2 pintu : tahan 3 bulan. Meskipun dapat disimpan lama, disarankan
agar tidak terlalu lama menyimpan ASI perah karena ASI diproduksi sesuai dengan
kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan anak
Untuk memberikan susu kepada bayi, keluarkan ASI perah dari lemari es,
secara berurutan dari jam perah paling awal, diamkan dalam suhu ruang selama 10-15
menit, untuk ASI yang disimpan di freezer, disarankan untuk memindahkan ke lemari
es bagian bawah selama 1 jam sebelum didiamkan dalam suhu ruang, hangatkan ASI
dengan cara merendam botol berisi ASI perah dalam wadah yang diberi air hangat,
jangan menghangatkan ASI dengan air mendidih atau merebus ASI karena akan
merusak kandungan gizi, hangatkan dalam jumlah tertentu sesuai jumlah yang biasa
diminum bayi (dalam sekali minum), siapkan cangkir dan sendok untuk meminumkan
ASI perah yang didiamkan cukup lama akan terpisah menjadi 2 lapisan,
lapisan yang di atas biasanya lebih kental karena kaya akan lemak. Ini bukan berarti
ASI telah basi. Kocoklah dengan perlahan hingga ASI menjadi larutan homogen
kembali, ASI perah segar akan berbau/beraroma manis. Bila ASI beku yang setelah
dicairkan beraroma seperti sabun, hal ini disebabkan perubahan struktur lemak dalam
ASI akibat perubahan suhu yang mendadak sehingga proses kerja enzim lipase
terganggu. Karena itu tidak disarankan menghangatkan ASI dengan air mendidih atau
merebus ASI, atau membekukan kembali ASI yang telah dihangatkan, jika ASI perah
berbau asam, maka bisa jadi ASI telah basi dan harus dibuang.
Memberikan ASI perah dengan posisi duduk dengan nyaman, peganglah bayi
tegak lurus/setengah tegak dipangkuan Ibu / pengasuh, peganglah sendok dan
sentuhkan ke ujung bibir bayi. Untuk bayi yang telah bisa minum ASI dengan
menggunakan sendok, dapat diganti dengan menggunakan gelas berukuran kecil, bayi
akan mengisap/menjilat ASI, tumpahkan sedikit demi sedikit ke mulut bayi, jangan
menuang ASI ke mulut bayi, setelah bayi mendapat cukup ASI, pegang bayi dalam
posisi tegak untuk disendawakan (Roesli, 2007)
2.3. Dukungan Keluarga
Menurut Sarwono (2003) dukungan adalah suatu upaya yang diberikan kepada orang lain, baik moril maupun materil untuk memotivasi orang tersebut dalam
melaksanakan kegiatan. Menurut Santoso (2001) dukungan yaitu suatu usaha untuk
Bailon dan Maglaya dalam Sudiharto (2007) menyatakan, bahwa keluarga
adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan
atau adopsi. Mereka hidup dalam satu rumah tangga, melakukan interaksi satu sama
lain menurut peran masing-masing, serta menciptakan dan mempertahankan suatu
budaya. Keluarga adalah suatu kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang
di rekat oleh ikatan darah, perkawinan, atau adopsi serta tinggal bersama.
Dukungan keluarga merupakan suatu proses yang terjadi sepanjang masa
kehidupan, sifat dan jenis dukungan berbeda-beda pada setiap tahap siklus kehidupan
(Friedman, 1998).
Sudiarto (2007), menyatakan setiap anggota keluarga mempunyai struktur peran
formal dan informal, misalnya ayah mempunyaiperan formal sebagai kepala keluarga
dan pencari nafkah. Peran informal ayah adalah sebagai panutan dan pelindung
keluarga. Struktur keluarga meliputi kemampuan berkomunikasi, kemampuan
keluarga saling berbagi, kemampuan sistem pendukung di antara anggota keluarga,
kemampuan perawatan diri dan kemampuan menyelesaikan masalah.
Menurut Bugges dalam Friedman (1998) keluarga terdiri dari orang-orang yang
disatukan oleh ikatan perkawinan, darah dan ikatan adopsi. Para anggota sebuah
keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu rumah tangga, atau jika mereka
hidup secara terpisah, mereka tetap menganggap rumah tangga tersebut sebagai
rumah mereka. Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain
dan anak perempuan. Keluarga sama-sama menggunakan kultur yang sama, yaitu
kultur yang diambil dari masyarakat dengan beberapa ciri unik tersendiri.
Menurut Friedman (1998), tipe-tipe keluarga antara lain (1) keluarga inti atau
konjugal yaitu keluarga yang menikah, sebagai orang tua ayah pemberi nafkah,
keluarga inti terdiri dari suami, isteri dan anak mereka, baik anak kandung maupun
anak adopsi, (2) keluarga orientasi atau keluarga besar yaitu keluarga inti dan
orang-orang yang berhubungan darah seperti kakek/nenek, bibi, paman dan sepupu.
Friedman dalam Sudiharto (2007), menyatakan bahwa fungsi dasar keluarga
antara lain adalah fungsi efektif, yaitu fungsi internal keluarga untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial, saling mengasuh dan memberikan cinta kasih, serta saling
menerima dan mendukung. Menurut Friedman (2003) dukungan keluarga merupakan
bagian integral dari dukungan sosial. Dampak positif dari dukungan keluarga adalah
meningkatkan penyusuaian diri seseorang terhadap kejadian-kejadian dalam
kehidupan.
Baik keluarga inti maupun keluarga besar berfungsi sebagai sistem pendukung
bagi anggotanya. Caplan (1976) dalam Friedman (1998) menjelaskan bahwa keluarga
memiliki fungsi dukungan yaitu dukungan informasional, dukungan penilaian,
dukungan isntrumental dan dukungan emosional. Dukungan informasional adalah
keluarga berfungsi sebagai sebuah keluarga diseminator atau penyebar informasi
tentang semua informasi yang ada dalam kehidupan. Keluarga berfungsi sebagai
kesehatan, dan melakukan konsultasi, serta mencari informasi dari media cetak
maupun sumber lain yang mendukung.
Dukungan penilaian adalah jenis dukungan dimana keluarga bertindak sebagai
pembimbing dan bimbingan umpan balik, memecahkan masalah dan sebagai sumber
validator identitas anggota dalam keluarga. Dukungan instrumental adalah bentuk
dukungan dimana keluarga sebagai sebuah sumber petolongan praktis dan kongkrit
untuk menyelesaikan masalah, dan dukungan emosional adalah bentuk dukungan
dimana keluarga sebagai sebuah tempat pemulihan yang aman dan damai untuk
beristirahat dan membantu secara psikologis untuk menstabilkan emosi dan
mengendalikan diri. Salah satu bentuknya adalah melalui pemberian motivasi dan
sebagai fasilitator serta mendengarkan seluruh keluhan-keluhan anggota keluarga
atau ibu terhadap masalah yang sedang dihadapinya (Caplan dalam Friedman 1998).
Menurut Watson dalam Friedman (1998), salah satu bentuk dukungan
keluarga berupa pemberian bantuan dalam bentuk materi seperti pinjaman uang,
bantuan fisik berupa alat-alat atau lainnya yang mendukung dan membantu
menyelesaikan masalah. Dalam mengatasi ketegangan kehadiran keluarga sangat
penting untuk mendorong ibu dalam meningkatkan kepercayaan diri dan
menstabilkan emosinya, serta memberikan motivasi yang besar terhadap ibu yang
menyusui.
Menurut Sudiharto (2007) dukungan keluarga mempunyai hubungan dengan
suksesnya pemberian ASI Eksklusif kepada bayi. Dukungan keluarga adalah
bulan, memberikan dukungan psikologis kepada ibu dan mempersiapkan nutrisi yang
seimbang kepada ibu.
Menurut Roesli (2007), suami dan keluarga dapat berperan aktif dalam
pemberian ASI dengan cara memberikan dukungan emosional atau bantuan praktis
lainnya.
2.4. Landasan Teori
Caplan (1976) dalm Friedman (1998) mengemukakan bahwa keluarga memiliki
fungsi dukungan yaitu dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan
instrumental dan dukungan emosional.
2.5. Kerangka Konsep
Berdasarkan tujuan penelitian dan landasan teori, maka kerangka konsep
penelitian ini dapat digambarkan seperti berikut :
Varibel Independen Variabel Dependen
DUKUNGAN KELUARGA 1. Dukungan Informasional
Pemberian ASI Eksklusif 2. Dukungan Penilaian
3. Dukungan Instrumental 4. Dukungan Emosional
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian survai dengan tipe explanatory research
(pendekatan eksploratif) yang bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis
pengaruh dukungan keluarga terhadap pemberian ASI Eksklusif pada ibu bekerja di
Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar
Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Waktu penelitian berlangsung selama 11 Bulan
terhitung bulan Maret 2009 sampai dengan Februari 2010.
3.3. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang bekerja dan menyusui di
Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar yang berjumlah 740 ibu.
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari ibu yang menyusui di
Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar dengan besar sampel diambil
)
N = Jumlah Populasi yang diketahui (N=740 orang)
d = Presisi/tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (d=10% atau 0,01)
dengan perhitungan:
Maka besar sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 88 ibu menyusui
yang ada di Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar, yang diambil secara
simple random sampling yaitu mengambil sampel secara acak dengan tehnik undian
sampai memenuhi sampel yang diharapkan dengan kriteria sampel:
(1) Ibu usia 15 -44 tahun
(2) Bekerja di luar rumah
3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer
Metode pengambilan data dalam penelitian ini adalah untuk data primer
melalui wawancara langsung berpedoman pada kuesioner yang telah disiapkan. Data
primer pada penelitian ini mencakup dukungan informasional, dukungan penilaian,
dukungan instrumental dan dukungan emosional serta pemberian ASI Eksklusif.
3.4.2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Besar, dan
catatan puskesmas Darul Imarah berupa cakupan pemberian ASI Eksklusif, dan data
demografi lainnya.
3.4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji coba kuesioner dilakukan di Kecamatan Montasik terhadap 20 ibu
menyusui yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan dan mempunyai kriteria sampel.
Uji validitas bertujuan untuk mengetahui sejauhmana suatu ukuran atau nilai
yang menunjukkan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur dengan cara
mengukur korelasi antara variabel atau item yang diperoleh dari nilai corrected item
total correlation, dengan ketentuan jika nilai r hitung > r tabel, maka dinyatakan valid
dan sebaliknya.
Sedangkan reliabilitas data merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana
Cronbach's Alpha, dengan ketentuan, jika nilai r Alpha > r tabel, maka dinyatakan
relialibel.
Adapun hasil pengujian validitas dan reliabilitas alat ukur jumlah responden
20 orang (df=n-1; df=20-1=19), pada taraf 5% secara keseluruhan menunjukkan valid
dan realibel (Lihat lampiran 2).
3.5.Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.5.1. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pemberian ASI Eksklusif
adalah tindakan nyata dari ibu dalam memberikan ASI pada bayinya usia 0-6 bulan
secara terus menerus tanpa makanan tambahan seperti bubur nasi, dan bubur pisang.
3.5.2. Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah dukungan keluarga (suami,
orang tua dan anggota keluarga lain), adapun dukungan yang diberikan dalam bentuk
dukungan informasional, penilaian, instrumental dan dukungan emosional.
(1) Dukungan informasional adalah adanya interaksi anggota keluarga dalam
memberikan informasi kesehatan selama pemberian ASI melalui konsultasi
dengan tenaga kesehatan dan dari sumber informasi lainnya.
(2) Dukungan penilaian adalah adanya upaya anggota keluarga untuk memberikan
bimbingan dan terlibat dalam pembuatan keputusan kepada ibu dalam pemberian
(3) Dukungan instrumental adalah adanya upaya anggota keluarga untuk memberikan
bantuan dalam bentuk praktik seperti menyediakan makanan bergizi bagi ibu
menyusui, membantu mengerjakan tugas-tugas tertentu dan memfasilitasi
kebutuhan ibu selama masa menyusui.
(4) Dukungan emosional adalah adanya upaya anggota keluarga untuk membantu
menciptakan kenyamanan dan ketenangan emosi ibu selama masa menyusui dan
meningkatkan kepercayaan diri ibu untuk memberikan ASI Eksklusif.
3.6. Metode Pengukuran
3.6.1. Pengukuran Variabel Dependen
Pengukuran variabel dependen yaitu variabel pemberian ASI Eksklusif di
dasarkan pada skala ordinal dari tiga pertanyaan dengan alternatif jawaban “ya”
(bobot nilai 1), dan “tidak”(bobot nilai 0). Nilai keseluruhan dari skor yaitu 3x1=3,
dan dikategorikan menjadi dua, yaitu :
(1) Ekslusif, jika responden memperoleh nilai 3;
(2) Tidak Eksklusif, jika responden memperoleh nilai <3
3.6.2. Pengukuran Variabel Independen
(1) Pengukuran variabel dukungan Informasinal didasarkan pada skala ordinal dari
tujuh pertanyaan yang diajukan dengan alternatif jawaban ”ya (bobot nilai
1. Baik, jika responden memperoleh skor ≥median (
2. Kurang, jika responden memperoleh skor <median ( 2
1
+ N
) yaitu <4
(2) Pengukuran variabel dukungan penilaian didasarkan pada skala ordinal dari enam
pertanyaan yang diajukan dengan alternatif jawaban ”ya (bobot nilai 1)” dan
”tidak (bobot nilai 0)”, dan dikategorikan menjadi 2, yaitu:
1. Baik, jika responden memperoleh skor ≥median ( 2
1
+ N
) yaitu ≥3,5
2. Kurang, jika responden memperoleh skor <median ( 2
1
+ N
) yaitu <3,5
(3) Pengukuran variabel dukungan instrumental didasarkan pada skala ordinal dari
enam pertanyaan yang diajukan dengan alternatif jawaban ”ya (bobot nilai 1)”
dan ”tidak (bobot nilai 0)”, dan dikategorikan menjadi 2, yaitu:
1. Baik, jika responden memperoleh skor ≥median ( 2
1
+ N
) yaitu ≥3,5
2. Kurang, jika responden memperoleh skor <median ( 2
1
+ N
) yaitu <3,5
(4) Pengukuran variabel dukungan emosional didasarkan pada skala ordinal dari
enam pertanyaan yang diajukan dengan alternatif jawaban ”ya (bobot nilai 1)”
dan ”tidak (bobot nilai 0)”, dan dikategorikan menjadi 2, yaitu:
1. Baik, jika responden memperoleh skor ≥median ( 2
1
+ N
) yaitu ≥3,5
2. Kurang, jika responden memperoleh skor <median ( 2
1
+ N
3.7. Metode Analisis Data
1) Analisis univariat, yaitu analisis yang menggambarkan secara tunggal
variabel-variabel penelitian baik independen maupun dependen dalam bentuk distribusi
frekuensi dan dihitung persentasenya.
2) Analisis bivariat, yaitu analisis lanjutan untuk melihat hubungan variabel
independen dengan dependen dengan menggunakan uji chi square pada tingkat
kepercayaan 95%. Uji Chi Square ini juga digunakan sebagai uji kandidat atas
variabel independen (p< 0,25) untuk diikut sertakan dalam uji multivariat
(multipleregresi logistic).
3) Untuk melihat pengaruh beberapa variabel independen terhadap pemberian ASI
Ekslusif pada ibu bekerja di Kecamatan Darul Imarah kabupatena Aceh Besar
dilakukan dengan uji multiple regresi logistic. Regresi logistik ganda digunakan
untuk melihat pengaruh satu atau beberapa variabel independen terhadap
dependen. Uji regresi logistik ganda dapat digunakan apabila variabel
dependennya dikotomus (bineri) (Murti, 1997). Adapun Persamaan regresi
logistik ganda seperti berikut ini:
Logit P (x) = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3+ b4 X4
Keterangan:
P = Probabilitas
b1,2,3 = Nilai Beta
X1 = Dukungan Informasional
X2 = Dukungan Penilaian
X3 = Dukungan Instrumental
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Darul Imarah merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Aceh Besar
Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam dengan ibu kota Kecamatan Lampeuneureut,
dan berada 60 Km dari Ibu Kota Kabupaten Aceh Besar, dan dengan luas Wilayah
Kecamatan : 23,75 Km2. Secara secara geografis kecamatan Darul Imarah berbatasan:
a. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Lhoknga
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Ingin Jaya
c. Sebelah Utara berbatasan dengan Kota Banda Aceh
d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Darul Kamal.
Secara administrasi pemerintahan, di Kecamatan Darul Imarah terdapat 4
Mukim (kelurahan) dan 32 desa. Dilihat dari aspek demografi, jumlah penduduk di
Kecamatan Darul Imarah adalah sebanyak 51.926 jiwa yang terdiri laki-laki sebanyak
25.625 jiwa dan perempuan sebanyak 26.301 jiwa, dan terdiri dari 11.438 Kepala
Keluarga.
Adapun fasilitas umum yang terdapat di Kecamatan Darul Imarah adalah 15
buah mesjid, 32 buah Meunasah (surau), 3 pesantren Modern, 10 Taman
Kanak-kanak, 7 SD/MIN, 5 SLTP/MTsN, 3 SMU/MAN, 2 Perguruan Tinggi dan 1 unit
4.2 Karakteristik Ibu Bekerja
Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan kelompok umur, diketahui
mayoritas ibu berusia antara 20-30 tahun yaitu sebanyak 57 orang (64,8%).
Pengkategorian kelompok umur ini didasarkan pada usia terendah dan usia tertinggi
dari responden. Hasil penelitian selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Ibu Bekerja di Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar Tahun 2009
Karakteristik Ibu Jumlah (n) Persentase (%)
Umur
1 20 - 30 Tahun 57 64,8
2 31 - 40 Tahun 31 35,2
Total 88 100
Pendidikan
1 Tamat SLTP sederajat 22 25,0
2 Tamat SLTA sederajat 36 40,9
3 Tamat D-1 9 10,2
4 Tamat D-3 16 18,2
5 Tamat Sarjana 5 5,7
Total 88 100
Pekerjaan
1 Pegawai Swasta/Wiraswasta 70 79,5
2 PNS 18 20,5
Berdasarkan Tabel 4.1. di atas dapat juga diketahui bahwa mayoritas ibu
bekerja sebagai pegawai swasta/wiraswasta yaitu sebanyak 70 orang (79,5%) dengan
penghasilan terbanyak ≤ Rp.1.000.000 per bulan dan mayoritas mempunyai anak ≤ 2
anak yaitu sebanyak 68 orang (77,3%).
4.3 Analisis Univariat
4.3.1. Distribusi Frekuensi Variabel Pemberian ASI Eksklusif
Variabel pemberian ASI Eksklusif dilihat dari tiga indikator, yaitu pemberian
kolostrum, pemberian ASI secara terus menerus dan pemberian ASI tanpa makanan
pendamping. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas ibu tidak memberikan
kolostrum yaitu sebanyak 50 orang (56,8%), dan mayoritas ibu memberikan ASI
secara terus menerus yaitu sebanyak 65 orang (73,9%), serta mayoritas ibu juga
memberikan ASI tanpa makanan pendamping yaitu sebanyak 57 orang (64,8%).
Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Pemberian ASI pada Ibu Bekerja di Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar Tahun 2009
Jawaban
Ya Tidak
No Pemberian ASI
n % n %
1 Memberi kolostrum 38 43.2 50 56.8 2 Memberi ASI saja secara terus menerus 67 76,1 21 23,1 3 Memberi ASI saja tanpa makanan
pendamping 67 76,1 31 23,1
Keseluruhan indikator pemberian ASI tersebut di atas, maka variabel
pemberian ASI dapat dikategorikan menjadi ASI Eksklusif dan ASI tidak Eksklusif.
Eksklusif yaitu sebanyak 67 orang (76,1%) sedangkan ibu dengan pemberian ASI
Eksklusif sebanyak 23 ibu (23,9%). Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Variabel Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Bekerja di Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar Tahun 2009
Pemberian ASI Jumlah (n) Persentase (%)
1 Eksklusif 21 23,9
2 Tidak Eksklusif 67 76,1
Total 88 100,0
4.3.2. Distribusi Frekuensi Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini mencakup empat variabel yaitu
dukungan Informasional, instrumental, penilaian dan dukungan emosional.
a. Distribusi Frekuensi Variabel Dukungan Informasional
Dukungan Informasional dalam penelitian ini didasarkan pada tujuh variabel.
Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Distribusi Responden Menurut Indikator Dukungan Informasional pada Ibu Kabupaten Aceh Besar Tahun 2009
Jawaban
Ya Tidak
N
o Dukungan Informasional
n % n %
1 Memberi Informasional usia wajib ASI 54 61.4 34 38.6 2 Mencari Informasional tentang ASI 30 34.1 58 65.9 3 Memberi bahan bacaan bagi ibu 39 44.3 49 55.7 4 Mendampingi ibu konsultasi 69 78.4 19 21.6 5 Memberi Informasional cara penyiapan ASI 23 26.1 65 73.9
6
Informasionalkan pengasuh bayi agar hanya beri
ASI 44 50.0 44 50.0
7
Informasionalkan pengasuh bayi cara pemberian
Berdasarkan tabel 4.4. di atas, diketahui bahwa mayoritas ibu mempunyai
keluarga yang memberikan Informasional tentang usia wajib ASI yaitu sebanyak 54
orang (61,4%), mayoritas keluarga ibu tidak mencari Informasional tentang ASI yaitu
sebanyak 58 orang (65,9%), mayoritas keluarga ibu tidak memberikan bahan bacaan
atau Informasional lain tentang ASI yaitu sebanyak 49 orang (55,7%), dan mayoritas
keluarga ibu juga tidak memberikan Informasional cara penyiapan ASI yaitu
sebanyak 65 orang (73,9%).
Berdasarkan hasil distribusi frekuensi pada indikator dukungan Informasional
tersebut, maka variabel dukungan Informasional dapat dikategorikan menjadi baik
dan kurang. Hasil penelitian dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.4. Distribusi Responden berdasarkan Variabel Dukungan Informasional pada Ibu Kabupaten Aceh Besar Tahun 2009
Dukungan Informasional Jumlah (n) Persentase (%)
1 Baik 30 34,1
2 Kurang 58 65,9
Total 88 100,0
Tabel 4.4. di atas menunjukkan bahwa sebagian besar ibu mempunyai
dukungan Informasional kategori kurang yaitu sebanyak 58 orang (65,9%),
sedangkan ibu dengan dukungan Informasional baik sebanyak 30 orang (34,1%).
b. Distribusi Frekuensi Variabel Dukungan Penilaian
Variabel dukungan penilaian didasarkan pada enam indikator. Hasil penelitian
yaitu sebanyak 58 orang (65,9%), mayoritas keluarga ibu juga tidak membimbing ibu
ketika bermasalah selama menyusui yaitu sebanyak 47 orang (53,4%). Selain itu
keluarga ibu juga tidak membimbing cara memerah dan menyimpan ASI perah yaitu
sebanyak 61 orang (69,3%), dan mayoritas keluarga ibu juga tidak membimbing
pengasuh cara memberi ASI perah yaitu sebanyak 47 orang (53,4%), seperti pada
Tabel 4.5.
Tabel 4.5. Distribusi Responden berdasarkan Indikator Dukungan Penilaian pada Ibu Bekerja di Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar Tahun 2009
Jawaban
Ya Tidak
No Dukungan Penilaian
n % n %
1 Membimbing ibu untuk memberi ASI 30 34.1 58 65.9 2 Membimbing ibu bermasalah selama Menyusui 41 46.6 47 53.4 3 Menemani ibu selama masa Menyusui 69 77.5 20 22.5 4 Membimbing cara memerah dan simpan ASI
perah 27 30.7 61 69.3
5 Membimbing cara memberi ASI perah 46 52.3 42 47.7 6 Membimbing pengasuh cara beri ASI perah 41 46.6 47 53.4
Berdasarkan hasil distribusi frekuensi indikator variabel dukungan penilaian
di atas, maka variabel dukungan instrumental dapat dikategorikan menjadi baik dan