• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Most Probable Number (MPN) Bakteri Coliform Dan Identifikasi Escherichia Coli Pada Minuman Air Tebu Yang Dijual Oleh Pedagang Kaki Lima Disekitar JL.A.H.Nasution (Asrama Haji),Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Uji Most Probable Number (MPN) Bakteri Coliform Dan Identifikasi Escherichia Coli Pada Minuman Air Tebu Yang Dijual Oleh Pedagang Kaki Lima Disekitar JL.A.H.Nasution (Asrama Haji),Medan"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

UJI MOST PROBABLE NUMBER (MPN) BAKTERI COLIFORM DAN IDENTIFIKASI ESCHERICHIA COLI PADA MINUMAN AIR TEBU

YANG DIJUAL OLEH PEDAGANG KAKI LIMA DISEKITAR JL.A.H.NASUTION (ASRAMA HAJI),MEDAN

Oleh :

NURTILAWATI SIREGAR

090100310

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

UJI MOST PROBABLE NUMBER (MPN) BAKTERI COLIFORM DAN IDENTIFIKASI ESCHERICHIA COLI PADA MINUMAN AIR TEBU

YANG DIJUAL OLEH PEDAGANG KAKI LIMA DISEKITAR JL.A.H.NASUTION (ASRAMA HAJI),MEDAN

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh :

NURTILAWATI SIREGAR

090100310

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Uji Most Probable Number (MPN) bakteri Coliform dan identifikasi Escherichia coli pada minuman air tebu yang dijual oleh pedagang kaki lima

disekitar Jl. A.H.Nasution (Asrama Haji), Medan Nama : Nurtilawati Siregar

NIM : 090100310

Pembimbing Penguji I

(dr.Gerben F.Hutabarat,DTM&H,MSc.Sp.MK) (dr. Anggia Chairuddin Lubis.Sp.JP

NIP. 130318029 NIP. 198107032006041003 )

Penguji II

(dr.H. soekimin, Sp.PA) NIP. 194808011980031002

Medan, 09 Januari 2013 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

NIP. 1954022019811010

(4)

ABSTRAK

Di sekitar Jl. A.H.Nasution (Asrama Haji),Medan terdapat cukup banyak penjual minuman air tebu yang menggunakan gerobak lengkap dengan mesin khusus pemeras air tebunya. Dengan banyaknya faktor-faktor bakteri untuk hidup dan berkembang biak pada minuman tersebut, bukan tidak mungkin minuman tersebut telah tercemar bakteri Coliform. Bakteri Coliform termasuk Escherichia coli merupakan indikator adanya polusi kotoran dan kondisi yang tidak baik terhadap makanan dan minuman.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah koloni bakteri Coliform dan ada tidaknya Escherichia coli dalam minuman air tebu yang dijual oleh pedagang kaki lima di sekitar Jl.A.H.Nasution (Asrama Haji), Medan.

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif observasional dengan total sampling. Kesepuluh sampel diambil dari tiap penjual minuman air tebu di sekitar

Jl.A.H.Nasution (Asrama Haji),Medan kemudian diperiksa di laboratorium Mikrobiologi FK USU. Penelitian ini menggunakan uji Most Probable Number (MPN) untuk menghitung jumlah koloni bakteri Coliform terdiri dari uji perkiraan dengan media Lactose Broth (LB), dilanjutkan dengan uji penegasan dengan media Briliant Green Lactose Bile Broth (BGLB) 2%. Untuk melihat ada tidaknya Escherichia coli dilanjutkan uji lengkap dengan menggunakan media agar Eosin Methylene Blue (EMB).

Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap sepuluh sampel air tebu didapatkan empat sampel air tebu (40%) memiliki jumlah koloni bakteri Coliform dengan indeks MPN lebih dari 0 per 100 ml sampel. Enam sampel lainnya (60%) tidak terdapat bakteri Coliform dengan indeks MPN 0 per 100 ml sampel. Dari empat sampel air tebu tersebut, satu sampel positif didapatkan Escherichia coli pada media agar EMB.

Dapat disimpulkan bahwa air tebu yang dijual oleh pedagang kaki lima di sekitar Jl. A.H.Nasution (Asrama Haji), Medan terdapat bakteri Coliform khususnya Escherichia coli dan air tebu ini tidak memenuhi syarat kesehatan air minum secara bakteriologis.

(5)

ABSTRACT

Around Jl.A.H.Nasution (Asrama Haji),Medan there are quite a lot of sugarcane juice vendor that uses carts equipped with a special machine to squeeze the canes. With so many factors and opportunities for the bacterias to live and breed in the drink, there are possibilities that it may become contaminated with coliform bacterias. Coliform bacterias are including Escherichia coli whiches the indicators of contamination and is not good conditions for food and beverages.

This study aims to determine the number of colonies of Coliform bacteria and the presence or lack of Escherichia coli in sugarcane juices that are sold by vendors in the area of Jl.A.H.Nasution(Asrama Haji), Medan.

This is a descriptive observasional study using total sampling.All ten samples were taken from each sugarcane juice vendor around Jl.A.H.Nasution(Asrama Haji),Medan and were then examined at the Laboratory of Microbiologi at the Faculty of Medicine University of North Sumatera. This study uses the test of Most Probable number (MPN) to calculate the number of colonies of Coliform bacteria. This test consists of estimates by the media Lactose Broth (LB), followed by a confirmation test with the media Briliant Green Lactose Broth (BGLB) 2%. The presence or absence of Escherichia coli was then viewed by a complete test using Eosin Methyl Blue (EMB).

From the results carried out on ten sampels of sugarcane juice obtained, four samples (40%) had a colony count of Coliform bacteria with MPN index greater than 0 per 100 ml sample. Six other samples (60%) contained no coliform bacteria with index 0 per 100 ml sample. The four samples of sugarcane water,There is one positive samples obtained Escherichia coli on EMB.

It is concluded that sugarcane juice sold by vendors in the area Jl.A.H.Nasution(Asrama Haji),Medan contained Coliform bacteria, especially Escherichia coli and does not fulfill the bacteriological requirements for healty drinking water to be considered healthy.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Karya Tulis Ilmiah ini berjudul Uji Most Probable Number (MPN) bakteri Coliform dan identifikasi Escherichia coli pada minuman air tebu yang dijual oleh pedagang kaki lima disekitar Jl. A.H.Nasution (Asrama Haji), Medan”.Dalam penyelesaian penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan rasa terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak dr.Gerben F.Hutabarat,DTM&H,MSc SpMK, sebagai Dosen Pembimbing saya yang telah banyak memberi arahan dan masukan kepada penulis, sehingga karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik.

3. Bapak dr. Anggia Chairuddin Lubis,Sp.JP dan Bapak dr.H.Soekimin,Sp.PA sebagai Dosen Penguji yang telah meluangkan waktu dan pemikiran untuk kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.

4. Semua dosen dan staf/pegawai di Fakultas Kedokteran Universitas

(7)

5. Seluruh analis serta pegawai Departemen Mikrobiologi FK USU yang telah membantu dan memberi saran kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian di Laboratorium FK USU.

6. Rasa hormat dan terima kasih yang tiada terhingga saya persembahkan kepada kedua orang tua saya, ayahanda H. Maratoguan Siregar dan ibunda saya Hj. Murniati Hasibuan serta saudara-saudara saya atas doa, semangat, dan bantuan yang diberikan kepada penulis selama ini.

7. Seluruh teman-teman saya khususnya Febry annike nst, Rizky Hasian Siregar,Keumala At Thaariq dan temen-temen stambuk 2009 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan dan bantuannya selama mengikuti pendidikan.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat berguna bagi kita semua.

Medan, 31 Mei 2012 Penulis,

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

DAFTAR SINGKATAN ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 3

1.3.Tujuan Penelitian ... 3

1.4.Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………... 5

2.1. Minuman Air Tebu ... 5

2.2. Bakteri Coliform ... 7

2.2.1. Citrobacter ... 8

2.2.2. Klebsiella ... 9

2.2.3. Enterobacter ... 10

2.2.4. Pseudomonas ... 11

(9)

2.3.1. Sifat dan Morfologi ... 12

2.3.2. Patogenis dan Gambaran Klinis ... 15

2.3.2.1. Diare ... 16

2.3.2.2. Infeksi Saluran Kemih ... 19

2.3.2.3. Sepsis ... 19

2.3.2.4. Meningitis ... 19

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL…….. 20

3.1. Kerangka Konsep Penelitian... 20

3.3. Definisi Operasional... 20

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 22

4.1. Jenis Penelitian ... 22

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 22

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 23

4.3.1. Populasi Penelitian ... 23

4.3.2. Sampel Penelitian ... 23

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 24

4.4.1. Pengambilan Sampel dan Pengiriman ke Laboratorium .. 24

4.4.2. Peralatan dan Bahan ... 25

4.4.3. Cara Pemeriksaan Laboratorium ... 25

(10)

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 29

5.1. Hasil Penelitian ... 29

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 29

5.1.2. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Sampel Air tebu ... 30

5.1.2.1. Jumlah Koloni Bakteri Coliform ... 30

5.1.2.2. Identifikasi Escherichia coli ... 31

5.2. Pembahasan ... 32

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 34

6.1. Kesimpulan ... 34

6.2. Saran ... 34

DAFTAR PUSTAKA ... 34

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1. Letak Antigen O,H, dan K pada E.coli... 13 Gambar 2.2. Hasil IMVIC pada E.coli... 13 Gambar 2.3. Hasil IMVIC pada Enterobacter/Klebsie... 14 Gambar 2.4. Koloni E.coli dengan warna pelangi yang berkilau

atau mengkilap seperti Logam (Metallic sheen) pada

(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

(14)

DAFTAR SINGKATAN

BPOM : Badan Pengawas Obat dan Makanan C. freundii : Citrobacter freundii

C. diversus : Citrobacter diversus C. amalonaticus : Citrobacter amalonaticus DNA : DeoxyriboNucleic Acid E. cloacae : Enterobacter cloacae E. aerogenes : Enterobacter aerogenes E. sakazakii : Enterobacter sakazakii E. taylorae : Enterobacter taylorae E. asburiae : Enterobacter asburiae E. hoemaechii : Enterobacter hoemaechii EMB : Eosin Methylene Blue

(15)

EAEC : Enteroagregatif Escherichia Coli HMG : Hydroxy Methyl Glutaryl

HDL : High Density Lipoprotein

IMVIC : Indol Metil red Voges – Proskauer Citrat ISK : Infeksi Saluran Kemih

(16)

ABSTRAK

Di sekitar Jl. A.H.Nasution (Asrama Haji),Medan terdapat cukup banyak penjual minuman air tebu yang menggunakan gerobak lengkap dengan mesin khusus pemeras air tebunya. Dengan banyaknya faktor-faktor bakteri untuk hidup dan berkembang biak pada minuman tersebut, bukan tidak mungkin minuman tersebut telah tercemar bakteri Coliform. Bakteri Coliform termasuk Escherichia coli merupakan indikator adanya polusi kotoran dan kondisi yang tidak baik terhadap makanan dan minuman.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah koloni bakteri Coliform dan ada tidaknya Escherichia coli dalam minuman air tebu yang dijual oleh pedagang kaki lima di sekitar Jl.A.H.Nasution (Asrama Haji), Medan.

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif observasional dengan total sampling. Kesepuluh sampel diambil dari tiap penjual minuman air tebu di sekitar

Jl.A.H.Nasution (Asrama Haji),Medan kemudian diperiksa di laboratorium Mikrobiologi FK USU. Penelitian ini menggunakan uji Most Probable Number (MPN) untuk menghitung jumlah koloni bakteri Coliform terdiri dari uji perkiraan dengan media Lactose Broth (LB), dilanjutkan dengan uji penegasan dengan media Briliant Green Lactose Bile Broth (BGLB) 2%. Untuk melihat ada tidaknya Escherichia coli dilanjutkan uji lengkap dengan menggunakan media agar Eosin Methylene Blue (EMB).

Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap sepuluh sampel air tebu didapatkan empat sampel air tebu (40%) memiliki jumlah koloni bakteri Coliform dengan indeks MPN lebih dari 0 per 100 ml sampel. Enam sampel lainnya (60%) tidak terdapat bakteri Coliform dengan indeks MPN 0 per 100 ml sampel. Dari empat sampel air tebu tersebut, satu sampel positif didapatkan Escherichia coli pada media agar EMB.

Dapat disimpulkan bahwa air tebu yang dijual oleh pedagang kaki lima di sekitar Jl. A.H.Nasution (Asrama Haji), Medan terdapat bakteri Coliform khususnya Escherichia coli dan air tebu ini tidak memenuhi syarat kesehatan air minum secara bakteriologis.

(17)

ABSTRACT

Around Jl.A.H.Nasution (Asrama Haji),Medan there are quite a lot of sugarcane juice vendor that uses carts equipped with a special machine to squeeze the canes. With so many factors and opportunities for the bacterias to live and breed in the drink, there are possibilities that it may become contaminated with coliform bacterias. Coliform bacterias are including Escherichia coli whiches the indicators of contamination and is not good conditions for food and beverages.

This study aims to determine the number of colonies of Coliform bacteria and the presence or lack of Escherichia coli in sugarcane juices that are sold by vendors in the area of Jl.A.H.Nasution(Asrama Haji), Medan.

This is a descriptive observasional study using total sampling.All ten samples were taken from each sugarcane juice vendor around Jl.A.H.Nasution(Asrama Haji),Medan and were then examined at the Laboratory of Microbiologi at the Faculty of Medicine University of North Sumatera. This study uses the test of Most Probable number (MPN) to calculate the number of colonies of Coliform bacteria. This test consists of estimates by the media Lactose Broth (LB), followed by a confirmation test with the media Briliant Green Lactose Broth (BGLB) 2%. The presence or absence of Escherichia coli was then viewed by a complete test using Eosin Methyl Blue (EMB).

From the results carried out on ten sampels of sugarcane juice obtained, four samples (40%) had a colony count of Coliform bacteria with MPN index greater than 0 per 100 ml sample. Six other samples (60%) contained no coliform bacteria with index 0 per 100 ml sample. The four samples of sugarcane water,There is one positive samples obtained Escherichia coli on EMB.

It is concluded that sugarcane juice sold by vendors in the area Jl.A.H.Nasution(Asrama Haji),Medan contained Coliform bacteria, especially Escherichia coli and does not fulfill the bacteriological requirements for healty drinking water to be considered healthy.

(18)

BAB I

PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

Sebagian besar kuman yang mencemari air dan makanan datang dari feses hewan dan manusia. Dampak kesehatan yang ditimbulkan oleh penyakit-penyakit yang terkait dengan air yang telah terkonsentrasi di negara berkembang, dibagian dunia yang sedang berkembang, diantara rumah tangga perkotaan dan pedesaan dari negara-negara yang lebih miskin. Hampir separuh populasi di negara-negara berkembang menderita karena masalah-masalah kesehatan yang berkaitan dengan air.penyakit-penyakit yang muncul dari masuknya patogen ke dalam air atau makanan yang tercemar telah menimbulkan dampak keseluruh dunia. Patogen ini meliputi kuman-kuman yang menjadi penyebab wabah-wabah klasik, kolera, disentri, dan demam tifoid serta sejumlah jenis mikroorganisme yang lain( Widiati, 2001).

(19)

perantara atau substrat untuk pertumbuhan mikroorganisme patogenik dan organisme lain penyebab penyakit (Cahyadi, 2008).

Makanan yang aman adalah tidak tercemar, tidak mengandung mikroorganisme atau bakteri dan bahan kimia berbahaya, telah diolah dengan tata cara yang benar sehingga sifat dan zat gizinya tidak rusak, serta tidak bertentangan dengan kesehatan manusia. Karena itu kualitas makanan baik secara bakteriologi kimia dan fisik harus selalu diperhatikan. Kualitas dari produk pangan untuk dikonsumsi manusia pada dasarnya di pengaruhi oleh mikroorganisme (Silaonang, 2008).

Golongan Coliform mempunyai spesies dengan habitat dalam saluran pencernaan dan non saluran pencernaan seperti tanah dan air. Yang termasuk golongan Coliform adalah E.coli dan spesies dari citrobakter, enterobakter, klebsiela, dan seratia. E.coli merupakan indikator dari kontaminan dengan sumber/bahan fekal. Habitat alami dari E.coli saluran pencernaaan bawah hewan dan manusia (badan POM RI,2001).

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI (2002), dalam rangka pengawasan kualitas air minum secara rutin yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, maka parameter kualitas air minimal yang harus diperiksa di laboratorium adalah parameter yang berhubungan langsung dengan kesehatan, yaitu parameter mikrobiologi: Escherichia coli dan total coliform. Untuk air minum, kadar maksimum yang diperbolehkan E.coli atau faecal coli adalah 0/100 ml sampel (tidak dijumpai E.coli dalam 100 mililiter sampel).

(20)

Kota Medan khususnya di sekitar Jl.A.H.Nasution (Asrama Haji), Medan banyak dijumpai pedagang yang berjualan makanan dan minuman jajanan, seperti minuman air tebu. Dengan kondisi yang begitu dekat dengan jalan lintas dan tingginya tingkat populasi masyarakat yang membeli minuman bukan tidak mungkin minuman tersebut dapat tercemar.

Berdasarkan landasan dari teori-teori diatas, maka peneliti tertarik melakukan uji Most Probable Number (MPN) bakteri coliform dengan mengetahui jumlah koloni bakteri coliform dan apakah terkandung Escherichia coli pada minuman air tebu yang dijual oleh pedagang kaki lima di sekitar Jl.A.H.Nasution (Asrama Haji), Medan yang disesuaikan dengan standar yang telah ditetapkan dalam Kepmenkes RI No.907/Menkes/VII/2002.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah berapakah jumlah koloni bakteri coliform pada minuman air tebu yang dijual oleh pedagang keliling disekitar Jl.A.H.Nasution (Asrama Haji ), Medan dan apakah minuman tersebut mengandung Escherichia coli.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk melakukan uji bakteriologis pada minuman air tebu yang dijual oleh pedagang kaki lima di sekitar Jl.A.H.Nasution (Asrama Haji), Medan. 1.3.2. Tujuan khusus

(21)

Jl.A.H.Nasution (Asrama Haji),Medan dengan menggunakan uji Most Probable Number (MPN).

2. Untuk mengetahui ada tidaknya Escherichia coli dalam minuman air tebu yang dijual oleh pedagang kaki lima disekitar Jl.A.H.Nasution (Asrama Haji), Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi kepada masyarakat yang mengkonsumsi minuman jajanan agar lebih selektif memilih minuman yang memenuhi syarat kesehatan.

2. Sebagai masukan bagi BPOM (Badan Pengawasan Obat dan Makanan) dan Dinas Kesehatan Kota Medan dalam hal pengawasan higiene sanitasi makanan dan minuman.

(22)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Minuman Air Tebu

Tebu (Saccharum officinarum) adalah tanaman yang membutuhkan musim hujan pada saat penanaman dan sedikit hujan pada saat dipanen (ditebang). Kebetulan kondisi ini sesuai kondisi iklim di Indonesia yang memiliki dua macam iklim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Tebu yang digunakan sebagai bahan baku pabrik merupakan tanaman keturunan hasil persilangan antara tebu alam dan pimping. Maka untuk memperoleh hasil yang sesuai dengan yang diharapkan maka ditanam jenis (varietas) tertentu yang sesuai dengan kondisi alam dan iklim (suhu, angin, dan intensitas curah hujan) agar didapat hasil gula yang cukup tinggi (Soejardi, 2003).

Minuman air tebu adalah minuman yang sangat alami dan manis memiliki komposisi kandungan kimia berasal dari batang tebu yang mengandung air gula yang berkadar sampai 20%. Minuman air tebu banyak dikonsumsi oleh masyarakat, baik orang tua, dan anak-anak, dijual di pinggiran jalan serta di pusat keramaian membuat minuman segar ini mudah dijangkau oleh semua orang.

Usaha pembuatan minuman air tebu merupakan yang sederhana, tetapi jika dikelola dengan baik akan menghasilkan keuntungan yang tidak sedikit. Selain itu, proses pembuatannya mudah dan tidak membutuhkan keterampilan tinggi, serta alat yang digunakan sangat sederhana.

(23)

Air tebu bisa langsung didapatkan dengan menggunakan mesin khusus. Batang – batang tebu awalnya dibelah – belah menjadi dua bagian. Setelah itu baru dimasukkan ke dalam mesin pemeras. Mesin inilah yang memeras air tebu hingga hanya tertinggal ampas batangnya. Cairan yang keluar dari perasan batang akan langsung keluar otomatis melalui kran yang tersambung dengan mesin. Jika tanaman tebunya masih muda maka warna air tebu agak hijau muda sedangkan batang tebu tua akan menghasilkan air perasan tebu yang berwarna lebih tua atau kecoklatan. Hasil air perasannya dapat disajikan dengan gelas – gelas plastik ataupun dapat dibungkus dalam plastik putih, dapat pula ditambah es sebagai penyejuk ( Nur Arifah, 2008).

Menurut subianto (2011) manfaat air tebu yang dikutipnya dari Majalah TRUBUS 422, JANUARI 2005 (XXX): Tebu mengandung senyawa octacosanol sejenis alkohol rantai panjang yang mampu menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Octacosanol juga menghambat penumpukan plak pada dinding pembuluh, bahkan ia perlindungan terhadap oksidasi protein darah.

Menurut hasil riset National center for scientific Research Havana kuba. Octacosanol mekan sintesa kolesterol yang di produksi di dalam hati. Hal ini terlihat dari adanya pengaturan enzim reductase HMG-CoA—Enzim yang membatasi laju sintesa kolesterol. Pengamatan jangka panjang terhadap konsumsi octacosanol membuktikan senyawa itu dapat menurunkan dan mengontrol kadar kolesterol darah tanpa efek samping.

Pasien diabetes pun aman mengkonsumsi tebu. Sebab, pemberian policasanol 10 mg perhari menunjukkan penurunan total kolesterol 17,5% dan LDL-kolesterol 21,8% namun tidak terjadi peningkatan pada kadar glukosa atau glikemik darah. Malah kadar HDL –kolesterol meningkat 11,3%.

(24)

Sayangnya dalam pengolahan menjadi gula pasir, senyawa itu hilang saat proses pemanasan. Yang bertahan justru sakarosa, senyawa pencetus diabetes.

Tebu juga mengandung asam lemak yang memiliki efek anti radang dan analgetik. Ini dibuktikan dengan pemberian suatu campuran asam lemak yang di isolasi dari tebu kepada tikus. Tikus yang kesakitan setelah diletakkan diatas piring panas dan diberi asam asetat,menjadi tenang setelah minum larutan itu.

Secara tradisional masyarakat memang sudah memanfaatkan tebu sebagai anti racun, antiseptic, pengencer dahak dan obat lambung. Bahkan ia juga dipakai untuk mengobati kanker paru-paru, beberapa tumor dan menyembuhkan luka. Gula tebu juga digunakan untuk pengobatan gonore dan gangguan vagina. Ampas tebu dipakai untuk menutup luka dan membalut patah tulang. Di India jus tebu menjadi obat untuk tumor di bagian perut. Jadi manfaat tebu tak hanya sebatas untuk bahan baku gula pasir saja (Subianto, 2011)

2.2. Bakteri Coliform

Bakteri coliform adalah suatu kelompok bakteri yang digunakan sebagai indikator adanya polusi kotoran dan kondisi yang tidak baik terhadap air, makanan, susu, dan produk-produk susu. Coliform sebagai suatu kelompok dicirikan sebagai bakteri berbentuk batang, gram negatif, tidak membentuk spora, aerobik dan anaerobik fakultatif yang memfermentasikan laktosa dengan menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48 jam pada suhu

35˚C.(Widiyanti,2004). Adanya bakteri coliform dalam suatu makanan/minuman

menunjukkan kemungkinan adanya mikroba yang bersifat enteropatogenik dan atau toksigenik yang berbahaya bagi kesehatan (Widiyanti,2004).

Bakteri coliform dapat dibedakan atas dua grup yaitu:

(25)

2) Coliform nonfekal, misalnya Enterobacter aerogenes yang biasanya ditemukan pada hewan atau tanam-tanaman yang telah mati.

Adapun yang termasuk basil coliform antara lain: Escherichia coli, Edwarsiella, Citrobacter, Klebsiella, Enterobacter, Hafnia, Serratia, Proteus, Arizona, Providentia, Pseudomonas, dan basil parakolon .

Beberapa bakteri Coliform yang sering terdapat dalam air adalah golongan Citrobacter, Klebsiela, Enterobacter, Pseudomonas, dan Escherichia coli (Supardi,1999).

Untuk membedakan jenis bakteri Coliform biasanya digunakan uji reaksi biokimia yang terdiri dari uji pembentukan indol (I), pembentukan asam yang ditandai dengan adanya indikator metil merah (M), uji Voges-Proskauer (V) yaitu uji pembentukan asetilmetilkarbinol (asetoin) dan uji sitrat (C) yang menunjukkan penggunaan sitrat sebagai sumber karbon.

2.2.1. Citrobacter

Citrobacter adalah bakteri gram negatif, tidak berspora, tidak berkapsul, dan bergerak aktif dengan flagella peritrich. Bakteri ini mudah tumbuh pada media biasa dalam situasi aerob. Pada blood agar plate, memiliki ciri koloni yang kecil-sedang, jernih-kurang, smooth, haemolytis atau anhaemolytis.Sedangkan pada Mac Conkey agar plate, memiliki ciri koloni sedang-besar, smooth, merah muda-merah violet, bulat, keeping atau sedikit cembung(Soemarno,2000).

(26)

isolasi bakteri enterik. C.freundii memproduksi H2S dari natrium thiosulat, tetapi spesies yang lain tidak. Kebanyakan isolat memproduksiurease lemah yang akan menghidrolisis urea dalam waktu dua hari. C.diversus merupakan penyebab penting dari meningitis pada neonatus dan abses otak. C.freundii enterotoksigenik diisolasi dari penderita dengan diare. Pada suatu penelitian, 46 dari 328 penderita diare didapatkan C. Freundii pada tinjanya (Tim Mikrobiologi FK Universitas Brawijaya,2003).

2.2.2. Klebsiella

Klebsiella adalah bakteri batang gram negatif, panjang-pendek, berpasangan atau berderet, tidak berspora, tidak bergerak dan berkapsul. Jika tumbuh pada media sederhana, dapat membentuk koloni yang mukoid. Pada media blood agar plate, memiliki koloni besar, abu-abu, smooth, cembung, mukoid atau tidak, dan anhaemolytis. Sedangkan pada Mac Conkey agar plate, akan tampak koloni besar-besar, mukoid, cembung, berwarna merah muda-merah bata. Kalau koloni ini diambil dengan ose akan kelihatan seperti tali/benang(Soemarno,2000).

Klebsiella dapat hidup sebagai saprofit pada lingkungan hidup, pada air, tanah, makanan, dan sayur-sayuran. Bakteri ini dapat menimbulkan infeksi pada saluran urin, paru-paru, saluran pernapasan, luka-luka, dan septiksemia (Soemarno,2000).

(27)

mellitus. Disamping itu K. pneumonia juga menyebabkan infeksi saluran kemih, infeksi pada luka, bakterimia, dan meningitis.

Peranan mikroorganisme enterotoksigenik dan sitotoksik pada penderita diare masih sukar dinilai. Masih belum ada studi yang sistematis untuk mencari organisme pada penderita diare, dan kebanyakan isolat didapat dari negara tropis tempat diare merupakan problem yang kronis (Tim Mikrobiologi FK Universitas Brawijaya,2003).

2.2.3. Enterobacter

Enterobacter adalah bakteri batang gram negatif, tidak berspora, kadang-kadang berkapsul dan aktif dengan flagella peritrich. Pada blood agar plate memiliki koloni sedang-besar, putih, abu-abu, sedikit cembung, bulat, smooth, dan anhaemolytis. Pada Mac Conkey agar plate memiliki koloni besar, putih-merah keruh, cembung, bulat, smooth, dan 2x24 jam mukoid (Jawetz,2007).

Genus enterobacter yang terdiri atas 12 spesies, hidup di tanah, air, dan usus besar manusia dan hewan. Ada delapan spesies Enterobacter yang berhubungan dengan penyakit pada manusia yaitu E. cloacae, E. aerogenes, E. agglomerans, E. gergoviae, E. sakazakii, E. taylorae, E. asburiae, dan E.

hoemaechii.

Kebanyakan dari isolat meragikan laktosa dengan cepat dan memberikan warna pada koloni. Enterobacter tergolong bakteri tidak patogen, walaupun demekian bakteri ini dapat ditemukan di dalam darah, urin, feses, sputum, pus, makanan dan minuman, serta air (Soemarno,2000).

(28)

Klebsiella dan E. coli, dan meskipun bisa menginfeksi berbagai jaringan dalam tubuh, namun lebih sering dihubungkan dengan infeksi saluran kemih (ISK). Kebanyakan infeksi yang terjadi adalah nosokomial. Penderita-penderita tua dengan penyakit-penyakit komplikasi lebih muda terkena infeksi Enterobacter.

E. cloacae merupakan penyebab infeksi yang tersering, diikuti oleh E. aerogenes dan E. agglomerans. Organisme ini biasanya terdapat dalam cairan infuse di rumah sakit. E. gergoviae berhubungan dengan infeksi saluran kemih, nosokomial dan dapat diisolasi dari bahan pemeriksaan dari saluran napas dan darah. E. sakazakii paling sering diisolasi dari luka dan saluran napas, tetapi juga dapat menyebabkan meningitis, abses otak, dan bakterimia pada neonatus (Tim Mikrobiologi FK Universitas Brawijaya,2003).

2.2.4. Pseudomonas

Pseudomonas adalah bakteri gram negatif yang berbentuk batang, motil dan bersifat aerob,beberapa diantaranya menghasilkan pigmen yang larut dalam air. Pseudomonas banyak ditemukan di tanah, air, tumbuh-tumbuhan, dan binatang (Jawet,2007).

Pseudomonas mempunyai habitat normal di tanah dan air, dimana bakteri-bakteri ini berperan dalam proses dekomposisi bahan-bahan organik. Beberapa spesies Pseudomonas bersifat patogen terhadap tumbuh-tumbuhan dan binatang. Meskipun umumnya bakteri tersebut tidak menginfeksi manusia, tetapi Pseudomonas merupakan patogen oportunistik penting yang sering menginfeksi hospes yang mengalami gangguan status imunitas. Infeksi pada manusia sering kali didapatkan di rumah sakit, dan biasanya cukup berat serta sulit diobati. Pseudomonas yang paling sering menyebabkan penyakit pada manusia.

(29)

darah akan memberikan hemolisa tipe beta. P.aeruginosa menghasilkan pigmen khas berwarna kehijauan yang didistribusikan ke dalam media perbenihan disebut piosianin, tetapi tidak semua menghasilkan pigmen piosianin.

Infeksi oleh bakteri tersebut terjadi pada seseorang yang mengalami gangguan pada sistempertahanan tubuh, misalnya pada orang yang menderita luka bakar, degenerasi keganasan, pada orang-orang dengan penyakit gangguan metabolism atau pada penderita yang mendapatkan tindakan invasif,pada penderita yang mendapatkan obat-obat imunosupresif, serta pada penderita yang mendapatkan pengobatan radiasi. Pada orang-orang usia lanjut sering menyebabkan infeksi saluran kemih. P. aeruginosa dapat menginfeksi hampir seluruh jaringan tubuh. Bakteri masuk melalui lesi lokal yang ada pada permukaan tubuh. Selanjutnya bakteri akan memasuki pembuluh darah yang menyebabkan terjadinya septikemia serta menyebar ke jaringan tubuh yang lain.Pada orang yang mengalami septikemia, angka kematiannya sekitar 80%.

Kelainan klinis yang ditimbulkan antara lain: infeksi sekunder pada luka bakar, infeksi saluran kemih, endokarditis, gastroentritis, pneumonia, dan lain-lain (Tim Mikrobiologi FK Universitas Brawijaya, 2003).

2.3. Escherichia Coli 2.3.1. Sifat dan Morfologi

Escherichia coli adalah anggota famili Enterobacteriaceae yang merupakan bakteri batang gram negatif, tidak berkapsul, umumnya mempunyai fimbria dan bersifat motil. Bakteri E.coli mempunyai ukuran panjang 2,0-6,0 µm dan lebar 1,1-1,5 µm, tersusun tunggal, berpasangan, dengan flagella peritikus (Supardi,1999).

(30)

relatif sensitif terhadap panas dan dapat diinaktifkan pada suhu pasteurisasi makanan atau selama pemasakan makanan (Maloha,2002).

Pembagian E. coli berdasarkan reaksi serologis terutama ditentukan atas tipe antigen O (somatik), tipe antigen H (flagellar), dan tipe antigen K (kapsular) (Winn, 2006).

Gambar 2.1. Letak Antigen O, H, dan K pada E.coli (Strohl, 2001)

Pada agar darah, koloni E. coli halus, abu-abu, dan diameter 2-3 mm. Anggota dari Enterobacteriaceae memiliki penampakkan seperti ini pada agar darah, kecuali Klebsiella sp. dan Enterobacter sp. yang memproduksi koloni yang mukoid. Hasil IMViC pada E.coli: indol positif, Metil Red positif, Voges-Proskauer negatif dan Citrat negatif. Hasil IMViC pada Enterobacter/Klebsiella indol negatif, Metil Red negatif, Voges-Proskauer positif dan Citrat positif (Engelkirk, 2007).

(31)

Gambar 2.3. Hasil IMViC pada Enterobacter/Klebsiella (Winn, 2006)

E. coli secara khas menunjukkan hasil positif pada tes indol, lisin dekarboksilase, dan fermentasi manitol, serta menghasilkan gas dari glukosa. E. coli dapat segera diidentifikasi dengan melihat hemolisisnya pada agar darah, morfologi koloni yang khas dengan warna pelangi yang berkilau atau mengilap seperti logam (metallic sheen) pada medium differensial seperti agar Eosin Methylen Blue (EMB), dan tes bercak indol yang positif.

Bakteri E.coli juga merupakan bakteri fakultatif anaaerob, yaitu bakteri yang tumbuh dalam udara atmosfer dan dapat juga tumbuh secara anaerob. E.coli tidak butuh oksigen untuk pertumbuhan, meskipun menggunakan energi sebagai hasil reaksi kimia. Dibawah kondisi anaerob, E.coli mendapat energi melalui proses metabolisme yang disebut fermentasi (Maloha, 2002).

Gambar 2.4. koloni E. coli dengan warna pelangi yang berkilau atau mengilap seperti logam (metallic sheen) pada agar EMB

(32)

sedangkan Grup II terdiri dari strain yang memproduksi enterotoksin, dan menyebabkan enterotoksigenik, menyerupai gejala penyakit kolera yang disebabkan oleh Vibrio cholerae.

Bakteri ini dapat meragi laktosa dengan cepat sehingga pada agar Mac Conkey dan Eosin Methylene Blue (EMB) membentuk koloni merah muda sampai tua dengan kilatan logam yang spesifik, dan permukaan halus. Pada medium agar darah beberapa strain membentuk daerah hemolisis disekeliling koloni (Supardi, 1999).

2.3.2. Patogenesis dan Gambaran Klinis

E. coli merupakan anggota flora normal usus. Bakteri enterik ini kadang – kadang ditemukan dalam jumlah kecil sebagai bagian flora normal saluran napas atas dan saluran genital. Bakteri enterik ini biasanya tidak menimbulkan penyakit dan di dalam usus organisme ini bahkan mungkin berperan terhadap fungsi dan nutrisi normal (Jawetz, 2007).

E. coli hanya menjadi patogen bila bakteri ini berada dalam jaringan di luar jaringan usus yang normal atau di tempat yang jarang terdapat flora normal. Bila pertahanan pejamu yang tidak adekuat terutama pada bayi atau usia tua, stadium akhir penyakit lain, setelah mengalami imunosupresi atau pada orang dengan kateter vena atau urin yang terpasang lama dapat terjadi infeksi lokal yang bermakna klinis dan bakteri dapat masuk ke peredaran darah dan menimbulkan sepsis (Jawetz, 2007).

Alat –alat yang digunakan dalam industri pengolahan pangan sering terkontaminasi oleh E. coli yang berasal dari air yang digunakan untuk mencuci. Kontaminasi bakteri ini pada makanan atau alat –alat pengolahan merupakan suatu tanda praktek sanitasi yang kurang baik (Supardi, 1999).

2.3.2.1. Diare

(33)

E. coli yang menyebabkan diare sangat sering ditemukan diseluruh dunia. E. coli ini diklasifikasikan oleh ciri khas sifat – sifat virulensinya dan setiap grup menimbulkaan penyakit melalui mekanisme yang berbeda, antara lain (Jawetz, 2007).

a. E. Coli Enteropatogenik (EPEC)

penyebab diare yang penting pada bayi, terutama di negara berkembang, EPEC sebelumnya dikaitkan dengan wabah diare di ruang perawatan di negara maju. EPEC menempel pada sel mukosa usus halus. Faktor yang diperantarai oleh kromosom meningkatkan perlekatan. Terdapat kehilangan mikrovili (penumpulan), pembentukan tumpuan filamen aktin atau struktur mirip mangkuk, dan kadang-kadang EPEC masuk ke dalam sel mukosa. Akibat infeksi EPEC adalah diare encer, yang biasanya sembuh sendiri tetapi bisa menjadi kronik. Diare EPEC disebabkan oleh berbagai serotipe spesifik E. coli; strain diidentifikasi dengan antigen O dan kadang-kadang dengan penentuan tipe antigen H. Pemeriksaan untuk mengidentifikasi EPEC dilakukan di laboratorium rujukan. Lamanya diare EPEC dapat diperpendek dan diare kronik dapat diobati dengan terapi antibiotik.

b. E.Coli Enterotoksigenik (ETEC)

(34)

Beberapa strain ETEC menghasilkan endotoksin yang tahan panas yaitu ST yang mengaktifkan guanilil siklase dalam sel epitel enterik dan merangsang sekresi cairan. Strain yang memproduksi kedua toksin tersebut menyebabkan diare yang lebih berat.

c. E.Coli Enterohemoragik (EHEC)

menghasilkan verotoksin. Verotoksin memiliki banyak sifat yang serupa dengan toksin Shigella dysentriae tipe 1, namun dua toksin tersebut berbeda secara antigenik dan genetik. Serotipe E. coli yang menghasilkan verotoksin, O157:H7 adalah serotipe yang paling sering ditemukan dan satu-satunya yang dapat diidentifikasi. ETEC O157:H7 tidak menggunakan sorbitol, tidak seperti kebanyakan E. coli lainnya, negatif pada agar sorbitol MacConkey, dan juga negatif pada uji MUG. EHEC menimbulkan kolitis hemoragik, diare yang berat, dan pada sindroma hemolitik uremik .

d. E.Coli Enteroinvansif (EIEC)

Menimbulkan penyakit yang sangat mirip shigelosis. Penyakit ini terjadi paling sering pada anak-anak tersebut. Seperti shigella, strain EIEC tidak memfermentasikan laktosa atau memfermentasi laktosa dengan lambat dan nonmotil. EIEC menimbulkan penyakit dengan menginvasi sel epitel mukosa usus. Diare ini ditemukan hanya pada manusia.

e. E.Coli Enteroagregatif (EAEC)

Menyebabkan diare akut dan kronik (durasi > 14 hari ) pada masyarakat di negara berkembang. Organisme ini juga menyebabkan penyakit yang ditularkan melalui makanan di negara industri. Organisme ini ditandai oleh pola perlekatannya yang khas pada sel manusia.

Tabel 2.3. Klasifikasi Keempat Galur Escherichia coli (Arisman, 2009)

Galur Tempat

Infeksi Penyakit Mekanisme Patogen

(35)

kram perut, mual, subfebris

EIEC Usus besar Shigella-like diarrhea, tinja

berair-berdarah-berlendir, kram perut, dan

demam

Invasi dan destruksi

jaringan sel epitel

EPEC Usus kecil Diare infantil, mirip salmonellosis

dengan demam, muntah, mual.

Perlengketan dan

perusakan sel epitel

EHEC Usus besar Kolitis hemoragik, nyeri perut hebat,

diare berair dilanjutkan dengan

peneluaran banyak darah

Verotoksin (sitotoksin

SLT I dan II)

Gejala Diare :

Gejala diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan frekuensi 4 x atau lebih dalam sehari, yang kadang disertai:

฀ Muntah

฀ Badan lesu atau lemah ฀ Panas

฀ Tidak nafsu makan

฀ Darah dan lendir dalam kotoran

Diare bisa menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit (misalnya natrium dan kalium), sehingga bayi menjadi rewel atau terjadi gangguan irama jantung maupun perdarahan otak.

Diare sering kali disertai oleh dehidrasi (kekurangan cairan). Dehidrasi ringan hanya menyebabkan bibir kering. Dehidrasi sedang menyebabkan kulit keriput, mata dan ubun-ubun menjadi cekung (pada bayi yang berumur kurang dari 18 bulan). Dehidrasi berat bisa berakibat patal, biasanya menyebabkan syok.

(36)

E. coli adalah penyebab infeksi saluran kemih yang paling sering pada sekitar 90 % infeksi saluran kemih pertama pada wanita muda.

Gejala dan tanda-tandanya antara lain:

sering berkemih, disuria, hematuria, dan piuria. Nyeri pinggang yang ditimbulkan oleh infeksi saluran kemih atas. Tidak ada satupun tanda dan gejala yang khas untuk infeksi E. coli. Infeksi saluran kemih dapat mengakibatkan bakteremia dengan tanda-tanda klinis sepsis ( Jawetz,2007). 2.3.2.3. Sepsis

Bila pertahanan pejamu yang normal tidak adekuat, E.coli dapat masuk ke peredaran darah dan menyebabkan sepsis. Neonatus mungkin sangat rentan terhadap sepsis E.coli karena sedikitnya kadar antibodi IgM. Sepsis dapat terjadi akibat infeksis saluran kemih (Jawetz,2007).

2.3.2.4. Meningitis

(37)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian,maka kerangka konsep penelitian sebagai berikut :

Gambar 3.1.Kerangka Konsep Penelitian 3.2. Defenisi Operasional

Penelitian ini memiliki beberapa batasan sebagai berikut:

Minuman Air Tebu Bakteri Coliform

Hitung Jumlah koloni

(38)

3.2.1. Minuman Air Tebu

Minuman air tebu adalah minuman yang sangat alami dan manis memiliki komposisi kandungan kimia berasal dari batang tebu (sacharum officinarum) yang mengandung air gula yang berksadar sampai 20%. Minuman air tebu juga,minuman yang dijual tanpa kemasan khusus diproduksi ditempat penjualannya sehingga sulit dilakukan pengawasan terhadap mutunya.

3.2.2. Bakteri Coliform

Bakteri Coliform adalah suatu kelompok bakteri yang digunakan sebagai indikator adanya polusi kotoran dan sanitasi yang kurang baik terhadap air,makanan,susu dan produk susu.

1. Hitung Jumlah Koloni

Cara ukur : pemeriksaan mikrobiologi dengan uji Most Probable Number (MPN)

Alat ukur : Tabel MPN 511 menurut Formula Thomas

Kategori : - Memenuhi syarat kesehatan: bila ditemukan jumlah bakteri 0/100 ml sampel air

- Tidak memenuhi syarat kesehatan : bila ditemukan jumlah bakteri lebih dari 0/100 ml sampel air

Skala pengukuran : Ordinal

(39)

Alat ukur : media agar Eosin Methylene Blue (EMB)

Kategori : pada media agar EMB akan tampak koloni berwarna kehijauan dengan bintik hitam di tengah koloni dan kilap logam.

Skala pengukuran : nominal

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriftif observasional yaitu menghitung jumlah koloni bakteri coliform dengan melakukan Uji Most Probable Number (MPN) dan uji identitas pada Escherichia coli dengan media perbenihan agar Eosin Methylene Blue (EMB) pada minuman air tebu yang dijual oleh pedagang kaki lima di sekitar Jl.A.H.Nasution (Asrama Haji), Medan. Pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah cross sectional study, dimana pengumpulan data dilakukan hanya satu kali dan dilakukan observasi terhadap pedagang yang menjual air tebu tersebut.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi

(40)

1. Lokasi di Jl.A.H.Nasution (Asrama Haji), Medan merupakan salah satu lokasi pedagang kaki lima yang menjual minuman air tebu dan banyak dikunjungi oleh para pembeli.

2. Lokasi mudah dijangkau oleh peneliti karena dekat dengan jalan lintas. 3. Belum pernah dilakukan penelitian minuman air tebu di daerah tersebut.

4.2.2. Waktu Penelitian

Berikut adalah jadwal kegiatan penelitian: Tabel 4.1. Waktu Penelitian

Kegiatan

Penyusunan Proposal X Persiapan Instrumen X

Pengambilan data X

Pengolahan Data X X

Analisa data X

Penyusunan Laporan X X

Seminar Hasil Penelitian X

Sedangkan waktu penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2012 sampai November 2012.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

(41)

Karena kecilnya jumlah populasi, maka penulis menggunakan metode total sampling yakni seluruh populasi menjadi anggota yang akan diamati sebagai sampel.

4.3.2. Sampel

Sampel adalah seluruh populasi yang dijadikan sampel. Sampel minuman air tebu yang diperiksa adalah minuman yang di dalam kantong-kantong plastik dan minuman tersebut telah dicampur dengan es. Pengambilan sampel dilakukan secara total sampling dengan kriteria dan alasan bahwa jumlah populasi kecil dan sudah mencakup keseluruhan minuman air tebu yang dijual oleh pedagang kaki lima di sekitar Jl.A.H.Nasution (Asrama Haji), Medan secara total.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Dari survey tempat penelitian terdapat 10 penjual minuman air tebu disekitar Jl.A.H. Nasution (Asrama Haji), Medan. Maka peneliti akan membeli/mesan minuman air tebu yang telah dicampur dengan es dari penjualnya. Setelah itu seluruh sampel akan dibawa ke Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara untuk diperiksa sesuai dengan metode pemeriksaan bakteri Coliform dari 10 sampel yang berupa air tebu. Data akan didapat dari hasil pemeriksaan terhadap sampel-sampel dan observasi terhadap pedagang yang menjual air tebu tersebut.

4.4.1. Pengambilan Sampel dan Pengiriman ke Laboratorium

1. Persiapkan wadah/botol yang telah disterilkan menggunakan Hot Air Oven. 2. Membeli/pesan kepada pedagang minuman air tebu yang dikemas dalam

bungkus plastik yang telah dicampur es.

3. Setelah itu air tebu dimasukkan ke dalam wadah/botol steril kemudian mulut tutup wadah/botol dibakar dengan menggunakan nyala api dan ditutup rapat. 4. Wadah/botol diberi kode dan tanggal pengambilan sampel dengan

(42)

5. Sampel segera dibawa ke Laboratorium Mikrobiologi FK USU.

4.4.2. Peralatan dan Bahan a. Alat- alat yang diperlukan :

1. Autoclave 2. Hot Air Oven 3. Inkubator

4. Labu Erlenmeyer 5. Rak Tabung 6. Tabung Reaksi 7. Cawan Petri 8. Pipet 10 ml 9. Kawat Ose 10.Tabung Durham 11.Spidol

12.Kapas 13.Kulkas

14.Wadah/botol sampel

b. Media dan Regensia yang diperlukan 1. Lactose Broth (LB)

(43)

4.4.3. Cara Pemeriksaan Laboratorium

Menurut Soemarno (2000), Pemeriksaan Most Probable Number (MPN) atau Perkiraan Jumlah Terdekat untuk spesimen yang sudah diolah atau yang angka kumannya rendah dapat dilakukan dengan tabung ganda yang terdiri dari :

1. Uji Perkiraan (Presumptive test) 2. Uji Penegasan (Confirmative test) 3. Uji Lengkap (Complited test)

1. Uji Perkiraan (Presumptive test)

Media yang digunakan adalah Lactose Broth (LB) Cara pemeriksaan :

a. Siapkan 10 tabung reaksi yang masing – masing berisi media Lactose Broth (LB) sebanyak 10 ml. Tabung disusun pada rak tabung reaksi dan diberi tanda.

b. Ambil bahan pemeriksaan yang telah disiapkan dengan pipet kemudian masukkan ke dalam :

1. Tabung 1 s/d 8 masing – masing sebanyak 10 ml 2. Tabung ke- 9 sebanyak 1 ml

3. Tabung ke- 10 sebanyak 0,1 ml

4. Masing – masing tabung tersebut digoyang – goyang agar spesimen dan media tercampur.

c. Inkubasikan pada suhu 35˚C - 37˚C selama 24 jam diperiksa ada tidaknya pembentukan gas pada tabung Durham.

Catat semua tabung yang menunjukkan peragian laktosa (pembentukan gas). 1. Bila terbentuk gas pada tabung dinyatakan positif (+) dan dilanjutkan

dengan uji penegasan.

(44)

terbentuk gas pada tabung Durham maka hasil menunjukkan positif (+) dan uji dilanjutkan dengan uji penegasan.

3. Bila hasil uji negatif (-), bearti Coliform negatif (-) dan tidak perlu dilakukan uji penegasan.

2. Uji Penegasan (Confirmative test)

Media yang digunakan adalah Briliant Green Lactose Bile Broth (BGLB) 2%. Uji ini untuk menegaskan hasil positif dari uji perkiraan.

a. Dari tiap – tiap tabung presumtif yang positif, dipindahkan 1 – 2 ose kedalam tabung confirmatif yang berisi 10 ml BGLB 2%.

b. Satu seri tabung BGLB 2% diinkubasi pada suhu 35˚C - 37˚C selama 24 – 48 jam untuk memastikan adanya Coliform.

c. Pembacaan dilakukan setelah 24 – 48 jam dengan melihat jumlah tabung BGLB 2% yang menunjukkan positif gas.

Pembacaan hasil dari uji penegasan dilakukan dengan menghitung jumlah tabung yang menunjukkan adanya gas pada seri tabung yang diinkubasikan pada suhu 35˚C – 37˚C.

Angka yang diperoleh dicocokkan dengan tabel MPN 511 menurut Formula Thomas, maka akan diperoleh indeks MPN Coliform untuk tabung yang diinkubasi pada suhu 35˚C – 37˚C.

3. Uji Lengkap (Complited test)

(45)

4.5. Metode Pengolahan dan Analisa Data

Untuk mengetahui jumlah koloni bakteri colifom dilakukan dengan uji Most Probable Number (MPN) sedangkan untuk mengidentifikasi Escherichia coli dapat menggunakan media perbenihan agar Eosin Methylene Blue (EMB). Setelah pemeriksaan laboratorium selesai dilaksanakan maka hasilnya diolah secara manual dan dijelaskan dalam bentuk deskriptif.

Tabel 4.2. Tabel MPN 511 Menurut Formula Thomas

Sumber : Soemarno (2000). Isolasi dan Identifikasi Bakteri Klinik TABEL MPN 511 MENURUT FORMULA THOMAS

JUMLAH TABUNG (+) GAS PADA PENANAMAN INDEX MPN

(46)

4

Proses pengambilan data untuk penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 01 Oktober 2012 dengan mengumpulkan sebanyak sepuluh sampel minuman air tebu di sekitar jl. A.H.Nasution (Asrama Haji), Medan. Setelah itu,kesepuluh sampel ini dibawa ke Laboratorium Mikrobiologi FK USU dianalisis untuk mengetahui jumlah koloni bakteri Coliform dengan Uji Most Probable Number (MPN) dan mengidentifikasi Escherichia coli dengan menggunakan media perbenihan agar Eosin Methylene Blue (EMB). Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan, maka dapat disimpulkan hasil penelitian dalam paparan dibawah ini.

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

(47)

diambil, langsung dibawa untuk diperiksa di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran USU yang terletak di area FK USU, jalan Universitas No. 1 Medan. Mikrobiologi FK USU memiliki peralatan yang steril dan bahan untuk penelitian yang lengkap sertai memadai seperti autoclove, inkubator, hot air oven, Lactose

Broth, Briliant Green Lactose Bile Broth,agar EMB, dan yang lainnya. Batas Laboratorium Mikrobiologi FK USU:

Batas Utara :Jalan Universitas Batas Selatan :FakultasKeperawatanUSU Batas Timur : Departemen Gizi FK USU Batas Barat : Gedung Abdul Hakim FK USU

5.1.2. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Sampel Air Tebu 5.1.2.1. Jumlah Koloni Bakteri Coliform

Dari tabel 5.1., melalui pemeriksaan MPN atau Perkiraan Jumlah Terdekat untuk bakteri Coliform pada uji penegasan ( confirmative test) dengan media Briliant Green Lactose Broth (BGLB) 2 % diperoleh empat sampel minuman air tebu yang memiliki indeks MPN lebih dari 0 dalam 100 ml sampel dengan persentase 40 %. Sedangkan enam sampel minuman air tebu lainnya memiliki indeks MPN 0 dalam 100 ml sampel dengan persentase 60 %.

Tabel 5.1. Hasil Hitung Indeks MPN Terhadap Bakteri Coliform

Jumlah Tabung (+) Gas pada Penanaman Indeks MPN

(48)

A

5.1.2.2. Identifikasi Escherichia coli

Dari tabel 5.2., dapat diketahui 1 dari 10 sampel minuman air tebu terdapat Escherichia coli pada perbenihan media agar EMB dengan persentase sekitar 10%. Sedangkan 9 sampel lainnya tidak ditemukan Escherichia coli pada agar EMB dengan persentase 90%.

Tabel 5.2. Identifikasi Escherichia coli pada kultur media EMB

No Sampel Hasil pada EMB Keterangan

(49)

(+) = koloni berwarna kehijauan dengan bintik hitam di tengah koloni dan kilap logam (metallic sheen)

( - ) = tidak ada tampak koloni berwarna kehijauan dengan bintik hitam di tengah koloni dan kilap logam (metallic sheen)

5.2. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh dua macam data, yaitu jumlah koloni bakteri Coliform dengan MPN dan identifikasi Escherichia coli dengan media agar EMB.

Dari tabel 5.1. didapatkan empat sampel minuman air tebu dengan persentase 40 % memiliki jumlah koloni bakteri Coliform lebih dari 0 dari 100 ml sampel dengan indeks MPN yang tertinggi yaitu sebesar 5 per 100 ml. Keempat sampel ini telah tercemar oleh bakteri-bakteri Coliform yang bisa kemungkinan terdapat Escherichia coli, Citrobacter, Klebsiella, Enterobacter, dan

(50)

sampel minuman air tebu yang memiliki MPN lebih dari 0 dalam 100 ml sampel air tersebut tidak memenuhi syarat kesehatan.

Dari tabel 5.2. didapatkan 1 sampel air tebu yang positif didapatkan koloni berwarna kehijauan dengan bintik hitam di tengah koloni dan kilap logam(metalic sheen) pada media agar EMB. Ini menunjukkan air tebu tersebut mengandung bakteri Escherichia coli yang mengindikasikan adanya pencemaran dari saluran pencernaan manusia maupun hewan. Sedangkan untuk kesembilan sampel yang lain didapatkan hasil negatif adanya Escherichia coli, tapi bisa saja kemungkinan adanya bakteri Coliform jenis yang lainnya.

Hasil penelitian Bahar (2005) bahwa indeks Most Probable Number (MPN) antara 4-240 dengan kualitas air tebu secara bakteriologis kurang bagus. Jenis bakteri yang ditemukan kemungkina patogen, seperti E.coli, Enterobacter sp, Proteus mirabilis, Proteus vulgaris, Klebsiella pneumonia, dan Pseudomonas aeruginosa.

Dari penelitian diatas, didapatkan bahwa hasil penelitian tersebut juga terdapat bakteri Coliform dan Escherichia coli dan memiliki MPN yang lebih dari 0 per 100 ml sampel. Penelitian tersebut juga menyimpulkan bahwa kualitas air minum jajanan tersebut tidak bagus.

(51)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1.Kesimpulan

Berdasarakn tujuan dan hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Dari sepuluh sampel minuman air tebu terdapat empat sampel yang memiliki jumlah koloni bakteri Coliform (MPN) lebih dari 0 per 100 ml sampel. Menurut Kepmenkes RI No. 907/Menkes/VII/2002, keempat minuman air tebu tersebut tidak memenuhi syarat kesehatan air minum secara bakteriologis (40%). Sedangkan enam sampel lainnya (60%) yang memiliki indeks MPN 0 dari 100 ml sampel memenuhi syarat kesehatan air minum secara bakteriologis.

(52)

kesembilan sampel yang lain didapatkan hasil negatif adanya Escherichia coli (90%), tapi bisa saja kemungkinan adanya bakteri Coliform jenis yang lain.

6.2. Saran

Adapun saran yang diberikan peneliti berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Hendaknya BPOM ( Badan Pengawasan Obat dan makanan ) dan Dinas Kesehatan Kota Medan lebih memperhatikan dan mengadakan pengawasan higiene sanitasi makanan dan minuman agar produk yang dipasarkan sesuai dengan syarat kesehatan

2. Hendaknya masyarakat yang mengkonsumsi makanan dan minuman jajanan lebih selektif dalam memilih makanan dan minuman yang memenuhi syarat kesehatan.

(53)

DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2008. Escherichia coli. dikutip dari:

[Diakses 1 Mei 2011]

Anonim 2011. Profil tebu. dikutip dari:

-1.htm. [Diakses 4 Mei 2011]

Arisman. 2009. Keracunan Makanan: Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta: EGC: 93. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2008. Pengujian

Mikrobiologi Pangan. Info POM,9 (2): 1-12.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2002. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.907/Menkes/SK/VII/2002, Tentang Syarat- syarat

(54)

Engelkirk, Paul G. and Janel L. Duben-Engelkirk. 2007. Laboratory Diagnosis of Infectious Diseases: Essentials of Diagnostic. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins: 304, 306.

Jawetz, Melnick, & Adelberg. 2007. Mikrobiologi Kedokteran Ed.23. Jakarta EGC, 253-267.

Kurniawan , Mellisa & Bambang Isbandrio. 2006. Deteksi Bakteri Koliform dalam Es Jeruk yang Dijual di Warung Sekitar Kampus UNDIP Pleburan. Media Medika MudaFakultas Kedokteran Diponegoro Semarang,

(Online), No.4. dikutip dari:

http:/www.m3undip.org/ed2/artikel_05_full_text_03.htm. [Diakses 9 April 2011]

Maloha, Ma’as M. 2002. Pemeriksaan Angka Kuman Escherichia Coli dengan Usap Alat pada Restoran, Rumah Makan, dan Lokalisasi Makanan

Jajanan di Kota Jambi Tahun 2011. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Nur Arifah, Ema. 2008. Sari Tebu Asli, Tawarkan Beragam Khasiat dan Manfaat. dikutip dari:

Roslila, Yanti. 2006. Kajian Cemaran Escherichia coli pada Air Tahu yang Dijual Pedagang Kaki Lima di pasar Bagan Batu Tahun 2006. Medan : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU.

Silaonang, Maria Fransiska, 2008. Vibrio Parahaemoliticus penyebab

gastroenteritis

(55)

Analisis Kesehatan Republik Indonesia, 15-16, 48-50, 105-112.

Strohl, W. A., Rouse H., Fisher B. D. 2001. Lippincott’s Illustrated Reviews: Microbiology. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins.

Subianto, Teguh.2011. Tak Hanya Gula Pasir. dikutip dari:

Sudigdo, Sastroasmojo. 2010. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto.

Supardi, Imam & Sukamto. 1999. Mikrobiologi dalam Pengolahan dan Keamanan Pangan.Bandung: Penerbit Alumni, 184-185.

Tim Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. 2003. Bakteriologi Medik. Malang: Bayumedia Publishing, 203-206.

Widiati, Sri; Kusnanto, Hari.2001.Planet Kita, Kesehatan Kita : Laporan Komisi WHO Mengenai Kesehatan dan Lingkungan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 159-164.

Widiyanti , Ni Luh Putu Manik & Ni Putu Ristiati. 2004. Analisi Kualitatif Bakteri Koliform pada Depo Air Minum Isi Ulang di Kota Singaraja Bali. Jurnal Ekologi Kesehatan, 3 (1):64-73

Winn, Washington C. 2006. Koneman’s Color Atlas and Textbook of Diagnostic Microbiology. Vol.1. 6th

Williams and Wilkins: 219, 235

(56)
(57)
(58)
(59)
(60)

Gambar

Gambar 2.2. Hasil IMViC pada E. coli (Winn, 2006)
Gambar 2.3. Hasil IMViC pada Enterobacter/Klebsiella (Winn, 2006)
Tabel 2.3. Klasifikasi Keempat Galur Escherichia coli (Arisman, 2009)
Gambar  3.1.Kerangka Konsep Penelitian
+4

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui jumlah bakteri koliform di dalam sampel dengan menggunakan metode Most Probable Number (MPN) telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Peraturan

Desain penelitian ini adalah observasional deskriptif dengan menggunakan uji angka lempeng total (ALT) dan Most Probable Number (MPN). Data dianalisis secara deskriptif, serta

Untuk mengetahui jumlah bakteri koliform di dalam sampel dengan. menggunakan metode Most Probable Number (MPN)

Analisis bakteri Coliform dilakukan dengan metode MPN yang memperoleh hasil 1600, dimana menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor

Analisis bakteri Coliform dilakukan dengan metode MPN yang memperoleh hasil 1600, dimana menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor

Pengujian Bakteri Golongan Coliform Dengan Metode MPN pada Es Jeruk di Kota Pontianak Berdasarkan hasil uji MPN yang diperoleh menunjukan bahwa semua sampel uji

Bila pertahanan pejamu yang tidak adekuat terutama pada bayi atau usia tua, stadium akhir penyakit lain, setelah mengalami imunosupresi atau pada orang dengan kateter vena atau

Uji cemaran bakteri Coliform dan Escherichia coli dilakukan di laboratorium mikrobiologi farmasi Universitas Singaperbangsa Karawang Bahan yang digunakan pada penelitian ini antara