• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI BENTUK DAN FUNGSI PATUNG PENGULUBALANG DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI BENTUK DAN FUNGSI PATUNG PENGULUBALANG DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT."

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI BENTUK DAN FUNGSI PATUNG PENGULUBALANG

DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S-1)

Oleh:

DONI ARYANTO SAPUTRA TINAMBUNAN

NIM 2103151010

JURUSAN SENI RUPA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk meperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini disebutkan dalam daftar pustaka.

(3)
(4)
(5)
(6)

i

ABSTRAK

Doni Aryanto Saputra Tinambunan, NIM 2103151010. “STUDI BENTUK DAN FUNGSI PATUNG PENGULUBALANG DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT”. Skripsi, Program Studi Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang bentuk dan fungsi Patung Pengulubalang di kabupaten Pakpak Bharat.

Suku Pakpak khususnya, memiliki banyak benda-benda pusaka, kesenian megalitikum yang dianggap memiliki nilai historis dan kekuatan gaib, sehingga terkesan berbau mistis. Salah satu benda pusaka yang terkenal dari suku Pakpak adalah Patung Pengulubalang.

Populasi yang juga sekaligus sampel dalam penelitian ini adalah 5 patung Pengulubalang yang berada di Kabupaten Pakpak Bharat, dimana lokasi tepat keberadaan patung pengulubalang yang tersisa terdapat didalam dua kecamatan yaitu Kecamatan Salak dan Kecamatan Pergetteng-getteng sengkut. Data tersebut dikumpulkan melalui instrumen penelitian observasi, dokumentasi dan wawancara.

Metode yang dipakai dalam penelitian adalah metode deskriptif kualitatif berdasarkan bentuk dan fungsi patung Pengulubalang pada masyarakat Pakpak.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Patung Pengulubalang di kabupaten Pakpak Bharat pada umumnya mempunyai kesamaan bentuk dan fungsi antara satu daerah dengan daerah lain. Patung pengulubalang diukir sederhana, bertekstur kasar, berfungsi sebagai penolak bala sekaligus sebagai benda peninggalan kesenian masa lampau.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa telah

memberi nikmat kesehatan sehingga dapat menyelesaikan penulisan Skripsi ini

dengan baik.

Penulis menyadari sepenuhnya Skripsi ini belum mencapai hasil yang

maksimal, untuk itu sangat diharapkan saran dan masukan yang membangun dari

pembaca. Semoga Skripsi ini bisa memberi kontribusi terhadap pengetahuan.

Penulis juga menyadari bahwa banyak hambatan dan kesulitan yang dialami

dalam menyelesaikan Skripsi ini, tetapi keberhasilan penulis dalam menyelesaikan

sebuah karya ilmiah tidaklah terwujud tanpa bantuan dari semua pihak, baik

dukungan moral, materi, fasilitas dari lembaga berperan dalam kelancaran

penyusunan Skripsi ini.

Pada kesempatan yang berbahagia ini dengan segala kerendahan dan

ketulusan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd Rektor Universitas Negeri Medan.

2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum Dekan Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas

Negeri Medan.

3. Drs. Mesra, M.Sn. Ketua Jurusan Seni Rupa.

4. Drs. Gamal Kartono, M.Si. Seketaris Jurusan Seni Rupa.

5. Drs. Sumarsono, M. Sn. Pembimbing Skripsi.

6. Drs. R. Triyanto, M.Sn. Pembimbing Akademi.

7. Seluruh Dosen khususnya Jurusan Seni Rupa Universitas Negeri Medan.

8. Pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat.

9. Narasumber Bapak Darianus Bancin, Kalvi Berutu, Borjok Tumangger,

dan Zukkang Bancin.

10.Kedua orang tua yang penulis cintai, Ayah W. Tinambunan dan Ibunda H.

Banurea yang senantiasa menyertakan doa dan dukungan dalam segala

bentuk dan motivasi kepada penulis.

11.Adik dan Mpung (Kakek dan Nenek) yang telah menjadi penyemangat

(8)

iii

12.Rekan-rekan mahasiswa seperjuangan Jurusan Pendidikan Seni Rupa kelas

B Angkatan 2010

13.Teman-teman di “Batak Pride-Arthnic” Zuinli Sidauruk, Chandra Pardede,

dan Try sahputra Saragih. Teristimewa juga kepada Afrinda Samosir yang

senantiasa selalu mendukung dan mendoakan penulis.

14.Rekan-rekan PPLT SMP Masehi Brastagi 2014, terkhusus Lolo

Boangmanalu S.Pd yang telah banyak membantu dalam penyusunan

Skripsi ini.

15.Rekan seangkatan 2010, Abang dan adik stambuk serta pihak yang tidak

dapat disebutkan satu-persatu.

Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga skripsi ini bermanfaat

bagi peneliti dan perkembangan ilmu pengetahuan khusunya dalam bidang seni

rupa.

Medan, Maret 2016

(9)

DAFTAR ISI

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

6. Pengertian Pengulubalang ... 22

7. Pengertian Simbol ... 28

(10)

v

G. Teknik Pengumpulan Data ... 36

H. Klasifikasi Data ... 39

I. Teknik Analisis Data ... 40

J. Bagan Langkah-Langkah Penelitian ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Tentang Kabupaten Pakpak Bharat ... 43

B. Hasil Penelitian ... 44

1. Klasifikasi Data Penelitian ... 44

2. Deskripsi Data Penelitian ... 60

3. Hasil Wawancara ... 68

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 71

D. Temuan Penelitian ... 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 74

B. Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 77

Lampiran 1 ... 80

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Tanda dan Simbol ... 29

Tabel 3. 1 Keterangan Patung Pengulubalang Dan Mejan Di Kabupaten

Pakpak Bharat ... 34

Tabel 3. 2 Tabel Klasifikasi Data ... 39

(12)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Patung Mejan Dibuat Sebagai Objek Penyembahan Oleh Suku

Pakpak ... 12

Gambar 2. 2 Patung Dewa Shiva di India, Yang Dibuat Sebagai Objek Penyembahan/Religi ... 14

Gambar 2. 3 Patung Monumen (Lubang Buaya) ... 14

Gambar 2. 4 Patung Arsitektur di Gereja Milan, Italia ... 15

Gambar 2. 5 Patung Taman ... 15

Gambar 2. 6 Patung Seni, Untuk Dinikmati Keindahan Bentuknya ... 16

Gambar 2. 7 Beberapa Patung Kerajinan / Souvenir Yang Ada di Tuktuk, Samosir ... 16

Gambar 2. 8 Patung Sigale-gale Pada Suku Batak Toba ... 19

Gambar 2. 9 Patung Yang Dibuat dari Tanah Liat Dengan Teknik Membut- sir ... 20

Gambar 2.10 Patung Yang Dibuat Dengan Teknik Memahat, Berbahan dasar kayu ... 21

Gambar 2.11 Patung Yang Dibuat Dengan Teknik Casting/Mencetak ... 22

Gambar 2.12 Patung Pengulubalang ... 24

Gambar 2.13 Pertulanen ... 26

Gambar 2.14 Patung Mejan... 28

Gambar 3.1 Peta Kabupaten Pakpak Bharat ... 33

Gambar 3.2 Bagan Langkah-Langkah Penelitian ... 42

Gambar 4.1 Pengulubalang di Desa Binangaboang ... 60

Gambar 4. 2 Patung Pengulubalang Pertama Menggambarkan Seorang Pria di Desa Binangaboang ... 61

Gambar 4. 3 Gambar Patung Pengulubalang Kedua, Desa Binangaboang ... 63

(13)

Gambar 4. 5 Gambar Patung Pengulubalang Pertama di Daerah Kecupak ... 65

Gambar 4. 6 Patung Pengulubalang Kedua di Desa Kecupak... 66

Gambar 4. 7 Patung Pengulubalang Ketiga di Desa Kecupak ... 67

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa perkembangan seni rupa Indonesia dimulai sejak zaman prasejarah.

Dalam periodesasinya disebut seni prasejarah indonesia. Seni prasejarah disebut

juga seni primitif. Wilayah pulau Sumatera bagian utara dalam hal ini adalah

Kabupaten Pakpak Bharat umumnya merupakan kawasan yang memiliki peran

penting bagi perjalanan sejarah kesenian Nusantara.

Kabupaten Pakpak Bharat adalah salah satu kabupaten di provinsi Sumatera

Utara, Hampir 90% penduduk kawasan ini beretnis Pakpak. Masyarakat Pakpak

secara tardisonal wilayah komunitasnya disebut Tanoh Pakpak. Dalam

kajian-kajian yang ada, Pakpak sering dikelompokkan menjadi sub etnis Batak. Hanya

saja, beberapa penulis Pakpak atau orang Pakpak itu sendiri kurang setuju karena

istilah Batak terlalu umum padahal substansi kebudayaan dan sejarahnya menurut

orang Pakpak itu sendiri berbeda satu sama lain. Penulis berpendapat bahwa

kedua-duanya dapat diterima karena hingga saat ini belum ada penelitian yang

dipublikasikan dan bernilai ilmiah serta dapat diterima sebagai suatu fakta umum

(opinion doctorum).

Pengaruh peradaban luar pertama yang menyentuh kebudayaan suku

Pakpak adalah peradaban yang berasal dari India berupa sistem keagamaan, yakni

agama Hindu (Soedewo, 2009: 60). Sejumlah unsur budaya Hindu (India) ini

(15)

2

Hindu sampai sekarang masih tampak jelas di Kabupaten Pakpak Bharat, antara

lain berupa Pengulubalang, Pertulanen, Mejan (Soedewo, 2009: 53).

Bagi masyarakat Pakpak, pengulubalang merupakan patung-patung yang

menyimpan nilai sejarah kebudayaan mereka yang sarat akan kandungan unsur

mistik (alam gaib). Kehadiran patung Pengulubalang diyakini masyarakat sebagai

salah satu bentuk kepercayaan mereka terhadap leluhur.

Hidup manusia penuh dengan tantangan, tantangan itu berasal dari alam

sekitarnya dan dari sesama manusia. Masyarakat Pakpak sendiri disamping

menyadari tantangan alam nyata sangat percaya bahwa mereka berhadapan

dengan makhluk-makhluk halus yang supernatural. Masyarakat Pakpak tidak pasif

dalam menghadapi tantangan itu, mereka/masyarakat pakpak menjawab dengan

salah satu bentuk jawaban yaitu penyesuaian. Dengan benda-benda yang

diciptakan sendiri, manusia menyesuaikan diri dengan alam sekitarnya dalam

masyarakat dan lembaga-lembaganya, menyesuaikan diri dengan sesama manusia

dan akhirnya dengan magis serta religi, menyesuaikan diri dengan daya-daya alam

dan makhluk-makhluk halus yang supernatural.

Pengulubalang pada masyarakat Pakpak adalah salah satu bentuk jawaban

dan penyesuaian kebudayaan terhadap tantangan alam yang dihadapinya. Mereka

ciptakan sendiri patung pengulubalang yang menurut kepercaayan mereka

mempunyai kekuatan untuk menjaga kampung dari serangan musuh, menolak

bala, menyembuhkan penyakit, menyerang musuh dan lain sebagainya.

Pemujaan kepada roh nenek moyang adalah suatu unsur yang amat

(16)

3

dan di daerah Pakpak pada khususnya. Dewasa ini arti, bentuk dan fungsi

Pengulubalang sudah terdesak dan sudah kabur. Perkembangan pengaruh ajaran

agama Islam dan Kristen yang menjadi anutan utama dalam kehidupan

masyarakat Pakpak mengakibatkan pertentangan terhadap upacara pemujaan

Pengulubalang sehingga fungsi pengulubalang tersebut menjadi kabur, sesuai

dengan pendapat Heine Geldern (dalam Lubis, 1985: 87) yang berkesimpulan

bahwa antara tahun 1870-1930 jumlah dari tugu–tugu nenek moyang telah

berkurang dibandingkan dengan Tunggal Panaluan dan bentuk magic lainya.

Patung pengulubalang sebagai suatu karya seni yang pernah ada dan berdiri

kukuh ditengah–tengah masyarakat Pakpak memang sudah terdesak dan kabur

bahkan sudah tumbang. Patung/Kesenian yang dianggap berbau berhala itu

dianggap sebagai penghambat bagi perkembangan agama Islam dan kristen.

Dalam hubungan ini penulis pertama–tama menuju pada masyarakat Pakpak yang

tidak melaksanakan lagi pemujaan pengulubalang secara bersama-sama dan

secara besar-besaran baik oleh penghuni suatu kampung ataupun oleh para warga

suatu keturunan atau marga. Kurangnya perhatian masyarakat dan pemerintah

berakibat fatal atas banyaknya dari patung–patung pengulubalang tidak terurus

lagi, patung–patung pengulubalang ada yang sengaja dihancurkan atau telah dicuri

dan dijual kepada turis luar negeri.

Perkembangan kebudayaan atau kesenian masa sekarang perlu diarahkan

dalam bentuk kepribadian indonesia yang bermula dari dasar–dasar tradisonal

sehingga menjadi komposisi kebudayaan yang bersifat nasional. Akibat pengaruh

(17)

4

menjauhkan diri dari kesenian indonesia yang bersifat tradisional karena dianggap

kuno dan membosankan. Para generasi penerus sekarang ini (khususnya Pakpak)

kadang-kadang tidak menyadari bahwa dibalik nilai–nilai keindahan itu masih

terdapat nilai-nilai rohaniah lain yang mengandung arti kekuatan batin. Hal inilah

yang selalu terdapat pada ungkapan–ungkapan primitif kuno yang biasanya

kebanyakan terdapat di kesenian Indonesia. Patung primitif Pakpak merupakan

kekayaan dan simbol suatu peradaban religi masa lalu yang juga merupakan salah

satu artefak budaya material sebagai bukti suatu kebesaran peradaban zaman

megalithikum Indonesia.

Patung pengulubalang adalah simbol konsep-konsep mitos yang tersebar

dalam masyarakat Pakpak, nilai nilai simbolis dalam patung pengulubalang

merupakan kearifan lokal yang layak dilestarikan. Penggalian dan penyusunan

sehingga menjadi dokumentasi kebudayaan lama sudah pada saatnya dilakukan

sekarang ini.

Berdasarkan pendapat diatas timbullah keinginan penulis untuk meneliti

tentang “Studi Bentuk dan Fungsi Patung Pengulubalang di Kabupaten Pakpak

Bharat”. Dalam penelitian yang dilakukan ini usaha pengumpulan dan

dokumentasi termasuk penggalian kebudayaan dari unsur kesenian dianggap

memegang peranan penting pada nilai suatu kebudayaan. Oleh karena itu,

pengumpulan data baik yang sifatnya material maupun inmaterial perlu dilakukan

sebagai bahan acuan upaya pengungkapan kebudayaan dan sejarah masyarakat

Pakpak dari masa ke masa. Pengumpulan pembukuanya sebagai kewajiban bagi

(18)

5

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah adalah proses mencari dan menemukan masalah yang

ada untuk selanjutnya dicarikan penyelesaian yang tepat dari masalah itu sendiri.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat diidentifikasi beberapa

masalah :

1. Penduduk/masyarakat pakpak sudah tidak mengerti bagaimana bentuk

dan fungsi patung pengulubalang pada saat ini.

2. Apa penyebab utama hilangnya patung pengulubalang.

3. Bagaimana asal mula pemakaian patung pengulubalang serta

hubunganya dengan masyarakat/suku Pakpak.

4. Apa penyebab utama keberadaan patung pengulubalang kurang

mendapat perhatian.

C. Pembatasan Masalah

Melihat banyaknya identifikasi masalah di atas, maka masalah-masalah di

atas perlu dibatasi untuk menghindari banyaknya penafsiran pada masalah, yakni :

1. Bentuk patung pengulubalang pada suku Pakpak di Kabupaten Pakpak

Bharat.

2. Fungsi patung pengulubalang pada suku Pakpak di Kabupaten Pakpak

(19)

6

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah, identifikasi masalah dan

pembatasan masalah yang terdahulu, penulis merasa perlu merumuskan masalah

untuk memperoleh jawaban terhadap masalah dan penelitian ini terarah dengan

baik.

Hal ini sejalan dengan pendapat Arikunto (1996: 17) yang menyatakan

bahwa :

“Agar penelitian dapat dilaksanakan sebaik – baiknya, maka penulis harus merumuskan masalahnya sehingga jelas darimana harus memulai, kemana harus

pergi dan dengan apa”.

Dengan demikian, penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Berapa jenis bentuk patung pengulubalang pada suku Pakpak di

kabupaten Pakpak Bharat

2. Apa fungsi patung pengulubalang pada suku Pakpak di kabupaten

Pakpak Bharat pada masa lalu dan masa sekarang.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian haruslah jelas dan terarah. Hal ini dimaksudkan

supaya penelitian yang dilakukan tidak menyimpang dari hasil yang diinginkan.

Sesuai dengan rumusan masalah penelitian, maka yang menjadi tujuan penelitian

ini adalah :

1. Untuk mengetahui bentuk pengulubalang pada suku Pakpak di

(20)

7

2. Untuk mengetahui fungsi patung pengulubalang pada suku Pakpak di

Kabupaten Pakpak Bharat.

F. Manfaat Penelitian

Sebuah penelitian haruslah memberikan manfaat, baik bagi peneliti itu

sendiri, orang lain, masyarakat, maupaun lembaga-lembaga instansi yang terkait.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Melalui penelitian ini diharapkan dapat di ketahui bentuk patung

pengulubalang dan fungsinya.

2. Sebagai bahan pembukuan/dokumentasi informasi dan ilmu pengetahuan

bagi pembaca untuk mengetahui salah satu karya seni yang berasal dari

daerah suku Pakpak.

3. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain yang ingin mengadakan

penelitian yang berhubungan dengan patung pengulubalang.

4. Sebagai penambah perbendaharaan perpustakaan Universitas Negeri

Medan khususnya jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan

Seni.

5. Sebagai upaya untuk melestarikan seni budaya tradisional suku Pakpak di

(21)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan Studi yang telah dilakukan terhadap subjek penelitian yaitu,

Bentuk dan Fungsi Pengulubalang dikabupaten Pakpak Bharat, maka beberapa

hal yang dapat disimpulkan dari penelitian ini adalah :

1. Di daerah kabupaten Pakpak Bharat bentuk patung pengulubalang pada

umumnya mempunyai kesamaan bentuk (menyerupai manusia) antara satu

daerah dengan daerah lain. Perbedaan patung hanya terdapat pada sikap

dan posisi patung yang digambarkan terkadang berbeda. Hal ini

disebabkan oleh suku Pakpak itu serumpun adanya walaupun suku Pakpak

terbagi dalam lima suak (kelompok wilayah). Disamping itu, terdapat juga

persamaan lainya didalam fungsi, tekstur yang kasar dan pahatan

sederhana/kaku. Persamaan tersebut diatas menunjukkan bahwa arca

tersebut diatas mempunyai latar belakang dan tujuan alam pikiran yang

sama.

2. Patung pengulubalang pada dasarnya tidak mempunyai warna, hanya saja

pengulubalang pada umumnya telah berusia ratusan tahun sehingga

ditumbuhi lumut yang menjadikan pengulubalang seakan berwarna.

Maksudnya disini pengulubalang dibuat begitu saja tanpa

mempertimbangkan warna yang diinginkan. Warna yang ada pada

pengulubalang hanya warna batu (bahan dasar yang dipakai) semata tidak

(22)
(23)

75

3. Saat ini selain memiliki fungsi sebagai arca/benda kesenian lama (bukti

sejarah/legenda), Patung pengulubalang memiliki peranan penting

terhadap budaya, religi dan kehidupan suku Pakpak bahwa dahulunya

kepercayaan animisme/dinamisme yang pernah mewarnai kehidupan Suku

Pakpak.

4. Pengulubalang dipercaya masyarakat Pakpak memiliki kesaktian sebagai

magi pelindung.

B. Saran

Bertolak dari intisari bentuk dan fungsi yang ada pada patung

pengulubalang pada Kabupaten Pakpak Bharat, maka hasil kesenian yang ada

pada masa lampau ini merupakan suatu karya bukti keberadaan kebudayaan yang

harus dapat dipertahankan. Dengan demikian keberadaan patung pengulubalang

yang ada di Indonesia terkhusus suku Pakpak akan dapat dipahami dan selalu

terjaga disamping keberadaanya yangsaat ini sudah sangat menyedihkan dan

banyak yang hilang. Maka berdasarkan hasil penelitian penulis memberi saran

sebagai berikut :

1. Kepada kalangan akademisi beserta kalangan ilmiah lainya untuk

mengembangkan penelitian ragam budaya bangsa, sebab pengembangan

kebudayaan daerah merupakan tanggung jawab dari setiap generasi yang

sadar arti pentingnya peninggalan-peninggalan nenek moyang.

2. Kepada lembaga pemerintah (khususnya pemerintahan daerah Kabupaten

Pakpak Bharat) yang berkepentingan agar meningkatkan peran aktifnya

(24)

76

pengembangan kebudayaan nasional harus berakar dari kebudayaan

tradisi.

3. Antara masyarakat dan pemerintah agar terjalin kerjasama saling

berkesinambungan dalam menjaga dan lebih mengembangkan lagi aset

bukti kesenian daerah masa megalitikum yang sangat berharga. Sebab

kesenian adalah suatu simbol dan ciri khas dikenalnya suatu daerah yang

(25)

77

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, 2012 pada situs http://eprints.uny.ac.id/9271/3/bab%202-06206241029.pdf

Ali. 1996. Kamus Sejuta Ungkapan Peribahasa Indonesia. Surabaya: Indah.

Anderson, John. 1823. Mission of the East Coast of Sumatra. Oxford University Press

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta

Berutu,Lister.dkk.2002.Aspek-Aspek Kultural Etnis Pakpak (Sebuah Ekplorasi Tentang Potensi Lokal).Medan:Monora

Cassier, E. 1989. An Essay on Man, An Introduction to Philosophy of Human Culture.. Terjemahan Al ois A. Nugroho. New Heaven Connectient: University Press.

Chaplin, J.P. 2008. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Darmawan. 1989. Pendidikan Seni Rupa. Bandung: Ganesha Exact.

Dillistone, F.W. 1986. The Power of Symbol. Terjemahan. A. Widyamartaya. London: SCM Press Ltd.

Dharmojo. 2005. Sistem Simbol Munaba Waropen Papua. Jakarta: ISBN

Iskandar. 2009. Metodeologi penelitian kualitatif. Jakarta : Gaung Persada Press

Kelinger, Fred N. 2006. Asas-Asas Penelitian Behavorial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Lubis,Mukti.dkk.1984. Patung pengulublanag di daerah Batak Sumater Utara Sumut: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Proyek Pembagunan Permuseuman

Muchtar, But. 1992.Sejarah Singkat Seni Patung Modern. Yogyakarta: ISI Yogyakarta

Mukhtar. 2010. Bimbingan Skripsi, Tesis dan artikel Ilmiah. Jakarta Gaung Persada Press

Piena, Tim Prima. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gita media Press.

Rasjoyo. 1995. Pendidikan Seni Rupa. Jakarta: Erlangga.

(26)

78

Sahman, Humar. 1993. Mengenali Dunia Seni Rupa, Semarang. IKIP Semarang press.

Simatupang, Defri. 2010. Berkala Arkeologi Sangkhakala. Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Balai Arkeologi Medan.

Sirait, Baginda. 1984. Wawasan Seni. Medan. IKIP Medan.

Sirait, Baginda. 1989. Komposisi Seni Rupa. Medan. IKIP Medan.

Soedewo,Ery. 2009. Situs Dan Objek Arkeologi Di Kabupaten Pakpak Bharat Dan Kabupaten Dairi Di Provinsi Sumatera Utara. Medan: Balai Arkeologi Medan.

Subagyo, Joko. 2004. Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Sudarso. 1992. Seni Patung Indonesia. Bandung: Balai Penerbit ISI

Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Raja Rosdakarya

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian. Jakarta: Erlangga.

Sulistyo.H.Edy Tri, 2005, Kaji Dini Pendidikan Seni. Surakarta: LPP UNS dan UNS Press

Sumarsono .2010. Modul Seni Patung Dasar. Medan

Susanto, Mikke. 2011. Diksi Rupa. Yogyakarta: Perpustakaan Nasional

Tanjung, Flores. 2011. Dairi Dalam Kilatan Sejarah. Medan: Perdana Publishing

Wiradnyana, Ketut. 2011. Pra Sejarah. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia

http://id.wikipedia.org/wiki/Seni_patung

http://eprints.undip.ac.id/4939/1/Analisis_Pangan_ Buku.pdf

(27)

79

Skripsi dan Jurnal

Banurea, Saut. 2014. Analisis Bentuk dan Fungsi Mejan pada Suku Pakpak di Kabupaten Pakpak Bharat. Universitas Negeri Medan. Program Studi Pendidikan Seni Rupa.

Hutabarat, Sudarson. 2011. Analisis Nilai Estetis Patung Pada Tugu Marga di Kecamatan Pagaran Kabupaten Tapanuli Utara. Universitas Negeri Medan. Program Studi Pendidikan Seni Rupa.

Tamba, Irwanson. 2014. Studi Bentuk Karya Seni Patung Primitif Berbahan Batu Oleh Komunitas Ataran Di Desa Sosorgalung Tuk-tuk Siadong Kabupaten Samosir. Universitas Negeri Medan. Program Studi Pendidikan Seni Rupa

Gambar

Tabel 2. 1   Tanda dan Simbol ..........................................................................
Gambar 4. 5    Gambar Patung Pengulubalang Pertama di Daerah Kecupak ...  65

Referensi

Dokumen terkait

PERAN PROGRAM REBO NYUNDA TERHADAP PARTISIPASI SISWA DALAM MELESTARIKAN BUDAYA LOKAL.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

PT Bina Kerja Cemerlang Gugur - Daftar Kuantitas dan Harga tidak sesuai dengan Dokumen Pengadaan yaitu pada harga satuan tunjangan tetap komandan regu/anggota dan

Dari hasil penelitian di Puskesmas Batua Makassar pada tanggal 01 sampai 21 April 2015 yang bertujuan untuk mengetahui beberapa faktor yang mempengaruhi akseptor

.[:trai-hal yang belum jelas dapat ditanyakan ke Dinas Pendrdikan clan Ketruciaya.en t(ah*pnfen 5itubondo(JalanMaduraNornor55ASitubondolc.,s;nrveLrsite. cli

Tujuan penelitian untuk mengetahui efek ekstrak etanol biji kedelai Detam 1 (EEKD), ekstrak etanol daun jati Belanda (EEJB) dan kombinasinya terhadap penghambatan

Nama file “Cover ” berisi Halaman Cover, Pernyataan Keaslian, Persetujuan Pembimbing, Pengesahan Tim Penguji, Lembar Pernyataan Kesediaan Publikasi Karya Ilmiah

Tipe model ini memiliki kecenderungan untuk memilih pekerjaan yang bersifat akademik. Ciri-cirinya adalah memiliki kecenderungan untuk merenungkan daripada mengatasinya

Use case back-end Admin (Administrator) Sistem Pendukung Keputusan Perbaikan Jalan ………. Activity Diagram Login ………. Activity Diagram View Peta ………. Activity