PENGARUH KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, RISIKO PERUSAHAAN, DAN LEVERAGE TERHADAP
TINDAKAN TAX AVOIDANCE
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2010-2014)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh : AISHA ZUESTY NIM: 1111082000013
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
PENGARUH KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, RISIKO PERUSAHAAN, DAN LEVERAGE TERHADAP
TINDAKAN TAX AVOIDANCE
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2010-2014)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh : AISHA ZUESTY NIM: 1111082000013
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1437H/ 2016 M
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS DIRI
Nama : Aisha Zuesty
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tgl Lahir :Jakarta, 30 April 1993
Agama : Islam
Alamat : Jl. Amal Rt. 02 Rw 01 No.59 Kelurahan Serua, Kecamatan Bojongsari Kota Depok
Telepon : 087774449471
Email : azuesty@yahoo.com
II. PENDIDIKAN
1. SDN Pamulang Tengah 1 Tahun 1999-2005
2. SMP Muhammadiyah 44 Pamulang Tahun 2005-2008
3. SMA Muhammadiyah Sawangan Tahun 2008-2011
4. S1 Ekonomi Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011-2016
III. PENDIDIKAN NON FORMAL
1. Kursus Bahasa Inggris IEC, tahun 2006-2007 2. Kursus Bahasa Inggris LPIA, tahun 2010-2011
IV. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Anggota Osis SMP Muhammadiyah 44 Pamulang 2006-2007 2. Anggota Osis SMA Muhammadiyah Sawangan 2008-2009 3. Bendahara Umum Osis SMA Muhammadiyah Sawangan 2009-2010 4. Anggota Divisi Data dan Informasi HMJ Akuntansi 2011-2012 5. Ketua Umum KOMUS FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2014-2016
V. LATAR BELAKANG KELUARGA Ayah : Zumron Heryanto
Ibu : Medy Marsia
Anak ke : 2 (dua)
Alamat : Jl. Amal Rt. 02 Rw 01 No.59 Kelurahan Serua, Kecamatan Bojongsari Kota Depok
THE INFLUENCE OWNERSHIP INSTITUTION, CORPORATE RISK,
AND LEVERAGE TO TAX AVOIDANCE
(Empirical Study in Manufacture Companies Listed In Indonesia Stock Exchange (IDX) Period Among 2010-2014)
ABSTRACT
This study is to analyze and obtain empirical evidence about the influence of ownership institution, corporate risk, and leverage to tax avoidance. Sample of this research were manufacture companies which are listed in Indonesian Stock Exchange (IDX) during 2010-2014 period. The number of manufacture companies that were became in this study were 15 companies with 5 years observation that acquired by purposive sampling method. The method of analysis of this research used Multiple Regression Model.
The result of this research showed that ownership institution, corporate risk, and leverage has a negative effect on tax avoidance.
Keyword: ownership institution, corporate risk, leverage, and tax avoidance
PENGARUH KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, RISIKO PERUSAHAAN, DAN LEVERAGE TERHADAP TINDAKAN
TAX AVOIDANCE
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2010-2014)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris tentang pengaruh kepemilikan institusional, karakteristik eksekutif, dan leverage terhadap tindakan tax avoidance. Penelitian ini menggunakan sampel data perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2010-2014. Jumlah perusahaan yang dijadikan sampel adalah 15 perusahaan dengan pengamatan selama 5 tahun dengan menggunakan metode purposive sampling. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan institusional, risiko perusahaan, dan leverage berpengaruh negatif terhadap tax avoidance.
Kata kunci: Kepemilikan institusional, risiko perusahaan, leverage, dan tax avoidance
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul: “Pengaruh Kepemilikan Institusional, Risiko Perusahaan, dan Leverage Terhadap Tindakan Tax Avoidance (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Pada Tahun 2010-2014)”, ini disusun sebagaimana salah satu pemenuhan syarat kelulusan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Proses penyusunan skripsi ini disesuaikan dengan teori dan tinjauan pustaka yang ada, dan penerapannya dilakukan dengan menelaah berbagai literatur yang berhubungan dengan pengaruh kepemilikan institusional, risiko perusahaan, dan leverage terhadap tax avoidance. Dan tidak lupa pula penulis sampaikan rasa terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:
1. Ayahanda Zumron Heryanto dan Ibunda Medy Marsia tercinta yang selalu memberikan kasih sayang yang tiada terhingga, yang tiada henti memberikan dukungan, motivasi, dan doa hingga penulis dapat berada ditahapan ini. Semoga Allah melimpahkan kasih sayangnya kepada kalian. 2. Kepada kakak dan adik tersayang, Hersy Merdianty dan Latinsa Heriza
yang selalu memotivasi penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Yang selalu sabar menghadapi penulis yang kadang menjengkelkan ini. Semoga Allah melimpahkan berkahnya kepada kalian.
3. Bapak Dr. Arief Mufraini, LC., M.Si selaku dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Yessy Fitri , SE, Msi, Ak selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Syarif Hidayatullah Jakarta
5. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak., CA selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 6. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dosen Pembimbing I yang telah
bersedia meluangkan waktu untuk berdiskusi, memberikan pengarahan dan
bimbingan dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih untuk ilmu yang bapak berikan selama ini.
7. Ibu Fitri Damayanti, SE., M.Si selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan segenap waktunya, mencurahkan perhatiannya dan memberikan banyak sekali ilmu yang sangat berpengaruh dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih banyak atas semua saran dan masukan yang ibu berikan hingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.
8. Ibu Ismawati Haribowo, SE., Msi selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah bersedia mencurahkan perhatiannya, meluangkan waktunya, dan memberikan pengarahan kepada penulis untuk merencanakan perkuliahan dalam tiap semesternya. Terima kasih banyak atas semua saran, perhatian, dan masukan yang ibu berikan kepada penulis selama ini.
9. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan ilmu yang sangat bermanfaat.
10. Seluruh Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan banyak bantuan kepada penulis.
11. Kepada sahabat-sahabat tercinta, Novianti Wulansari, Putri Ayu Ningtias, Izziyah Fikriyah, Inis Kimal Qisthy, Husnul Khotimah dan Nurfathia Heryuliani, yang selalu bersedia mendengarkan keluh kesah, memotivasi, dan memberikan dukungan kepada penulis hingga saat ini. Terima kasih untuk segala kisah, warna, dan cerita yang telah kita lalui selama ini. Semoga Allah meridhoi persahabatan kita.
12. Kepada keluarga besar KOMUS FEB UIN Jakarta, Tyas, Izzy, Novi, Kak Isna, Kak Awa, Kak Mala, Kak Hendi, Kak Yandi, Kak Fadil, Kak Iqbal, Ida, Galih, Sicay, Zul, Al, Akbar, Kurnia, Meli, dan semua senior komus yang tidak bisa disebutkan satu persatu namanya disini. Terima kasih karena telah menerima penulis sebagai bagian dari keluarga besar komus, juga terima kasih karena telah mempercayai amanah kepada penulis. Banyak hikmah dan pelajaran yang hanya penulis temukan disini, semoga kita akan selalu menjadi sebuah keluarga.
13. Kepada tim melingkar ‘halqoh at-tafkir’ tersayang, Arini, Tyas, Teh Irma, dan Kak Cut. Terima kasih karena telah sabar menghadapi penulis yang lalai ini, terima kasih karena tak pernah bosan mengingatkan dan menegur penulis ketika sedang putus asa, terima kasih juga untuk setiap semangat, inspirasi, dan motivasi yang kalian bagikan kepada penulis. Semoga Allah menjadikan kita sebagai salah satu orang yang istiqomah di jalan ini.
14. Kepada Ustadzah Nurul dan Ustadz Habiburrahmanuddin, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk berbagi ilmu di Ponpes Bait Qur’any At-Tafkir. Semoga Allah memberikan rahmat-Nya untuk kalian. 15. Kepada rekan-rekan guru dan para santri di Bait Qur’any At-Tafkir, terima
kasih karena telah menerima penulis menjadi bagian dari keluarga besar Bait-Qur’any. Terima kasih karena telah mengajarkan penulis makna dan nilai dari sebuah cita-cita. Semoga cita-cita kita semua dapat terkabul.
16. Kepada kakak-kakak, adik-adik, dan teman-teman mahaly UIN, terima kasih karena telah mengajarkan penulis arti dari sebuah pengorbanan dan ketulusan. Terima kasih selalu ‘memaksa’ penulis untuk bergerak, juga terima kasih karena telah sabar mengikuti langkah lamban penulis. Semoga Allah meridhoi setiap kegiatan kita.
17. Kepada sahabat yang tak lekang oleh waktu, Desy Mutiarani Barges. Terima kasih karena telah membersamai penulis selama 10 tahun ini. Meskipun waktu telah mengubah kita dari sosok 10 tahun yang lalu, namun ikatan tali persahabatan kita tidak akan pernah putus. Semoga Allah memberi kita kesempatan lagi untuk bertemu.
18. Kepada seluruh keluarga besar (alm) H. Mansyur dan (alm) H. Fajari yang selalu memotivasi dan menasihati penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
19. Kepada rekan-rekan ‘laskar pelangi’ SMA Muhammadiyah Sawangan, Cucu, Dini, Juliani, Devi, Ayu, Mulya, Rahayu, Baiquni, Slamet, Doni, Andri, Damar, Rizal, Maskur, Fikri, dll. Terima kasih karena telah memberikan pengalaman yang luar biasa kepada penulis selama SMA.
20. Kepada seluruh teman-teman Akuntansi A 2011 yang telah memberikan penulis inspirasi, pelajaran, dan hikmah yang tak terhingga. Semoga kita semua mendapatkan apa yang kita cita-citakan selama ini.
21. Kepada seluruh angkatan 2011, senang sekali bisa menjadi bagian dari kalian. Goodluck !
22. Kepada kelompok KKN AKRAB, Izzy, Novi, Tyas, Rahma, Ocy, Hakim, Alan, Reza, Nuzul, Edy, Daus, Kak Dendy, Rezi, Kak Chandra, Pak Amat, dan Pak Agus. Terima kasih karena kalian telah memberikan pengalaman kepada penulis, dengan kalian perjuangan kita selama sebulan terasa berbeda.
23. Kepada seluruh pihak yang telah berperan dalam dalam penelitian ini namun tidak dapat disebutkan satu persatu.
Akhirnya penulis ingin mempersembahkan skripsi ini bagi semua pihak yang menaruh perhatian bagi perkembangan dunia pendidikan khususnya bidang penelitian perpajakan di Indonesia dengan harapan akan bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
Wassalamu’alaikum Wr Wb.
Jakarta, 29 Februari 2016
Aisha Zuesty
DAFTAR ISI
Halaman Judul ………...………..……...…i
Lembar Pengesahan Skripsi………..………...…ii
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif………..……iii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi………..………iv
Lembar Pernyataan Bebas Plagiat………...………...…… v
Daftar Riwayat Hidup………..……….…....…….vi
Abstract ………..……viii
Abstrak ……….………...ix
Kata Pengantar………...………...…...x
Daftar Isi……….…………...……...xiv
Daftar Tabel….………...…………...xvii
Daftar Gambar.……….………..…….……..…...xviii
Daftar Lampiran…..……….………..………...xix
BAB I PENDAHULUAN………...………1
A. Latar Belakang Penelitian ……...………1
B. Perumusan Masalah………...………..8
C. Tujuan Penelitian………...………...9
D. Manfaat Penelitian…………....………..9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………..….……… 11
A. Tinjauan Literatur………. 11
1. Pengertian Pajak………... 11
2. Perencanaan Pajak (Tax Planning)………..………. 12
3. Agency Theory………….………..……... 13
4. Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)…….……….. 15
5. Kepemilikan Institusional...,...17
6. Risiko Perusahaan...………... 19
7. Leverage...………... 21
B. Penelitian Terdahulu………. 24
C. Kerangka Berpikir...……….. 27
D. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis…..…... 28
BAB III METODE PENELITIAN……….. 32
A. Ruang Lingkup Penelitian……… 32
B. Metode Penentuan Sampel………... 32
C. Metode Pengumpulan Data……….. 33
D. Metode Analisis Data……….. 34
1. Uji Statistik Deskriptif……….. 34
2. Uji Asumsi Klasik………. 34
3. Analisis Regresi……… 37
4. Uji Hipotesis………. 38
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian………..40
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN……….. 44
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ………44
B. Analisis dan Pembahasan………...45
1. Statistik Deskriptif……… 45
2. Uji Asumsi Klasik………. 48
3. Hasil Uji Hipotesis ………52
C. Pembahasan...………..………. 57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……… 63
A. Kesimpulan……….. 63
B. Saran………..64
DAFTAR PUSTAKA ………..67
LAMPIRAN-LAMPIRAN………...70
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Hal
1.1 Skandal Penghindaran Pajak………...…….... 6
2.1 Penelitian Terdahulu………... 24
3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian………... 43
4.1 Kriteria Penentuan Sampel……….... 45
4.2 Statistik Deskriptif………... 46
4.3 Hasil Uji Normalitas (Kolmorogov-Smirnov test)………... 49
4.4 Hasil Uji Multikolinearitas………...…….. 50
4.5 Hasil Uji Autokorelasi………...….……… 52
4.6 Hasil Uji Statistik F……… 55
4.7 Hasil Uji Koefisien Derminasi (R2) ...…... 54
4.8 Hasil Uji Statistik t...………... 56
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Hal
2.1 Kerangka Berpikir……… 27
4.1 Hasil Uji Heteroskedastisitas (Scatterplot)………. 51
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Hal
1. Lampiran 1: Data Daftar Perusahaan Sampel... 71
2. Lampiran 2: Data Sampel Penelitian ……… 72
3. Lampiran 3: Output Hasil Pengujian Data di SPSS …………. 75
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang Penelitian
Bagi negara-negara yang ada di dunia, apalagi negara berkembang seperti
Indonesia pajak merupakan unsur penting dan bahkan paling penting dalam
rangka menopang anggaran penerimaan negara. Terlebih lagi, Indonesia
adalah negara berkembang yang masih banyak membutuhkan perbaikan dan
pembangunan dari berbagai sektor baik dari segi fisik/infrastruktur maupun
dari segi sumber daya manusianya. Oleh karena itu, pemerintah banyak
melaksanakan program pembangunan di berbagai sektor demi meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan
Pasal Umum Perpajakan pasal 1 angka 1, disebutkan bahwa pajak adalah
kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdasarkan undang undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara
dan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Sebagai salah satu kontributor terbesar dalam penerimaan Negara, maka
Pemerintah begitu besar menaruh perhatian terhadap sektor pajak. Di
Indonesia usaha-usaha untuk menggenjot atau mengoptimalkan penerimaan
sektor ini untuk dilakukan melalui usaha intensifikasi dan ekstensifikasi
penerimaan pajak (Suminarsasi, 2012).
Intensifikasi pajak adalah peningkatan intensitas pungutan terhadap suatu
objek dan objek pajak yang potensial namun belum tergarap atau terjaring
pajak serta memperbaiki kinerja pemungutan agar dapat mengurangi
kebocoran-kebocoran yang ada, sedangkan ekstensifikasi pajak adalah upaya
untuk memperluas subjek dan objek serta penyesuaian tarif (Sumitro, 1990).
Dengan adanya program pemerintah itu, diharapkan dapat meningkatkan
kesadaran masyarakat akan pentingnya membayar pajak. Bila setiap wajib
pajak sadar akan kewajibannya untuk membayar pajak, tentu diharapkan
penerimaan Negara atas pajak akan terus meningkat, sebab jumlah wajib pajak
potensial cenderung bertambah setiap tahun (Nugroho, 2012).
Namun demikian usaha untuk mengoptimalkan penerimaan sektor ini
bukan tanpa kendala. Salah satu kendala dalam rangka optimalisasi
penerimaan pajak adalah adanya penghindaran pajak (tax avoidance), bahkan
tidak sedikit perusahaan yang melakukan penghindaran pajak. Terkait dengan
ini di Indonesia pada tahun 2005 terdapat 750 perusahaan Penanaman Modal
Asing yang ditengarai melakukan penghindaran pajak dengan melaporkan rugi
dalam waktu 5 tahun berturut-turut dan tidak membayar pajak (Bappenas,
2010). Sedangkan di Amerika paling tidak terdapat seperempat dari jumlah
perusahaan telah melakukan penghindaran pajak yakni dengan membayar
pajak kurang dari 20% padahal rata-rata pajak yang dibayarkan perusahaan
mendekati 30% (Dryeng at al., 2008).
Penghindaran pajak merupakan usaha untuk mengurangi hutang pajak
yang bersifat legal (Lawful), sedangkan penggelapan pajak (Tax Evasion)
adalah usaha untuk mengurangi hutang pajak yang bersifat tidak legal
(Unlawful) (Xynas, 2011). Oleh karenanya persoalan penghindaran pajak
merupakan persoalan yang rumit dan unik. Di satu sisi penghindaran pajak
diperbolehkan, tapi di sisi yang lain penghindaran pajak tidak diinginkan.
Dalam konteks pemerintah Indonesia, telah dibuat berbagai aturan guna
mencegah adanya penghindaran pajak. Salah satu aturan tersebut misalnya
terkait transfer pricing, yakni tentang penerapan prinsip kewajaran dan
kelaziman usaha dalam transaksi antara wajib pajak dengan pihak yang
mempunyai hubungan istimewa (Perdirjen No. PER-43/PJ/2010, 2010).
Praktek tax avoidance yang masih pada grey area, menjadikan suatu
pilihan menarik yang diambil manajemen, ada berbagai motif dalam praktek
tax avoidance, salah satunya adalah dalam rangka meningkatkan profitabilitas
melalui penurunan beban pajak perusahaan. Namun demikian tidak semua
perusahaan berani mengambil strategi tax avoidance, beberapa penyebabnya
adalah risiko terhadap sanksi atau beban biaya yang signifikan, adapula terkait
dengan pencitraan perusahaan yang senantiasa melakukan bisnis dengan
beretika, ataupun selalu menjunjung corporate good governance, maupun
yang masih beranggapan tax avoidance sama dengan penggelapan pajak (tax
evasion). (Rusydi, 2014)
Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham yang dimiliki
oleh pemerintah, perusahaan asuransi, investor luar negeri atau bank (Dewi
dan Jati, 2014). Karena adanya tanggung jawab perusahaan kepada pemegang
saham, maka pemilik institusional memiliki insentif untuk memastikan bahwa
manajemen perusahaan membuat keputusan yang akan memaksimalkan
kesejahteraan pemegang saham. Pada pengungkapan suka rela menemukan
bahwa perusahaan dengan kepemilikan institusional yang lebih besar lebih
memungkinkan untuk mengeluarkan, meramalkan dan memperkirakan sesuatu
lebih spesifik, akurat dan optimis (Khurana, 2009).
Perusahaan yang melakukan penghindaran pajak tentu saja juga melalui
kebijakan yang diambil oleh pemimpin perusahaan itu sendiri karena
keputusan dan kebijakan perusahaan diambil oleh pemimpin perusahan
tersebut. Pemimpin perusahaan biasanya memiliki dua karakter yaitu, risk
taker dan risk averse. Pemimpin perusahaan yang memiliki karakter risk taker
dan risk averse tercermin pada besar kecilnya risiko perusahaan yang ada
(Budiman, 2012). Risiko perusahaan merupakan volatilitas earning
perusahaan, yang bisa diukur dengan rumus deviasi standar. Dengan demikian
dapat dimaknai bahwa risiko perusahaan (corporate risk) merupakan
penyimpangan atau deviasi standar dari earning baik penyimpangan itu
bersifat kurang dari yang direncanakan (downside risk) atau lebih dari yang
direncanakan (upset potensial), semakin besar deviasi standar earning
perusahaan mengindikasikan semakin besar pula risiko perusahaan yang ada.
Tinggi rendahhya risiko perusahaan ini mengindikasikan karakter eksekutif
apakah termasuk risk taker atau risk averse (Paligrova, 2010).
Menurut Coles, Daniel, Naveen D, Naveen dan Lalitha (2004) menyatakan
bahwa risiko perusahaan (corporate risk) merupakan cermin dari policy yang
diambil oleh pemimpin perusahaan. Policy yang diambil pimpinan perusahaan
bisa mengindikasikan apakah mereka memiliki karakter risk taking atau risk
averse. Semakin tinggi corporate risk maka eksekutif akan semakin memiliki
karakter risk taker, demikian juga semakin rendah corporate risk akan
eksekutif akan memiliki karakter risk averse. Terkait dengan karakter
eksekutif, Lawellen (2003) memyebutkan bahwa karakter eksekutif yang risk
taker lebih berani membuat keputusan melakukan pembiayaan hutang, mereka
memiliki informasi yang lengkap tentang biaya dan manfaat hutang tersebut.
Leverage (struktur utang) merupakan rasio yang menunjukkan besarnya
utang yang dimiliki oleh perusahaan untuk membiayai aktivitas operasinya.
Penambahan jumlah utang akan mengakibatkan munculnya beban bunga yang
harus dibayar oleh perusahaan. Komponen beban bunga akan mengurangi laba
sebelum kena pajak perusahaan, sehingga beban pajak yang harus dibayar
perusahaan akan menjadi berkurang (Mulyani, 2013).
Perusahaan besar lebih cenderung memanfaatkan sumber daya yang
dimilikinya daripada menggunakan pembiayaan yang berasal dari utang.
Perusahaan besar akan menjadi sorotan pemerintah, sehingga akan
menimbulkan kecenderungan bagi para manajer perusahaan untuk berlaku
agresif atau patuh (Kurniasih dan Maria, 2013). Semakin besar ukuran
perusahaan, maka perusahaan akan lebih mempertimbangkan risiko dalam hal
mengelola beban pajaknya. Perusahaan yang termasuk dalam perusahaan
besar cenderung memiliki sumber daya yang lebih besar dibandingkan
perusahaan yang memiliki skala lebih kecil untuk melakukan pengelolaan
pajak. Sumber daya manusia yang ahli dalam perpajakan diperlukan agar
dalam pengelolaan pajak yang dilakukan oleh perusahaan dapat maksimal
untuk menekan beban pajak perusahaan. Perusahaan berskala kecil tidak dapat
optimal dalam mengelola beban pajaknya dikarenakan kekurangan ahli dalam
perpajakan. (Nicodeme, 2007 dalam Darmadi 2013).
Kasus-kasus yang menghindari penghindaran pajak yang pernah dilakukan
oleh perusahaan ternama seperti Apple Inc, Starbuck, Amazon, Netflix,
Skype, Facebook dan kasus-kasus lainnya (tabel 1.1) yang membuat
pendapatan negara pada sektor perpajakan berkurang (Merdeka.com).
Tabel 1.1
Skandal Penghindaran Pajak
No Nama Perusahaan Tuduhan Kasus Kecurangan
1 Apple Inc (2012) Menyembunyikan uang pendapatan senilai US$ 11 miliar di negara-negara yang mendapat keringanan pajak (tax haven) antara lain Virginia Island, Irlandia dan Luxemburg. Sehingga pajak yang dibayarkan kecil.
2. Starbuck (2012) Membuat laporan keuangan seolah rugi yaitu dengan cara :
1. Membayar royalti atas desain, resep dan logo ke cabang di Belanda.
2. Membayar utang bunga sangat tinggi, dimana utang tersebut ternyata digunakan untuk ekspansi kedai kopi di negara lain
Membeli bahan baku dari cabang di Swiss. Walaupun pengiriman barang langsung dari produsen dan tidak masuk ke Swiss
Bersambung ke halaman berikutnya
Tabel 1.1 (lanjutan) No Nama Perusahaan Tuduhan Kasus Kecurangan 3 Perusahaan Search
Engine di Amerika Serikat (2011)
Perusahaan tersebut membukukan revenue di Inggris sebesar 398 juta pounds pada tahun 2011, tetapi hanya membayar pajak 6 juta pounds. Keuntungan perusahaan cabang Inggris tersebut ternyata di transfer ke cabang di Irlandia, Belanda, dan Bermuda. Negara Bermuda adalah tax heaven country yang tidak memungut PPh badan.
4 Perusahaan
Investment Banking dari Amerika Serikat (2012)
Agar pembayaran bonus tidak terdeteksi, karyawan perusahaan investment banking cabang Inggris diminta mengajukan permohonan pinjaman lunak ke investasi banking cabang Amerika Serikat dengan dalih pinjaman lunak, karyawan investasi banking cabang Inggris tidak harus membayar pajak penghasilan. Atas hal tersebut, perusahaan investment banking cabang Inggris didenda 500 juta pounds (Rp. 7,5 triliun).
5 Perusahaan Air minum (PAM) swasta di Inggris (2012)
Perusahaan air minum tersebut meminjam uang dari induknya di Hongkong yang mengeluarkan eurobond melalui tax heaven country di Channel Island dan Cayman Island. Anak perusahaan di Inggris meminjam dari induknya lebih dari 1 milyar pounds (Rp 15 triliun) dengan suku bunga 11 persen atau sekitar Rp. 1,65 triliun pertahun. Menurut peraturan di Inggris pembayaran bunga keluar negeri dipotong pajak 20 persen, karena melalui tax heaven country maka perusahaan “menghemat” pajak bunga pinjaman 20 persen
Sumber : http://www.merdeka.com/peristiwa/penghindaran-pajak-perusahaan-global-di-dunia.html
Penelitian ini mengintegrasikan beberapa penelitian sebelumnya serta
menganalisis kembali pengaruh kepemilikan institusional, risiko perusahaan,
dan leverage terhadap tindakan tax avoidance. Berdasarkan uraian diatas,
maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Kepemilikan Institusional, Risiko Perusahaan, dan Leverage Terhadap Tindakan Tax Avoidance (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2010-2014)”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan permasalahan yang
hendak diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap
tindakan tax avoidance?
2. Apakah risiko perusahaan berpengaruh positif terhadap tindakan tax
avoidance?
3. Apakah leverage berpengaruh negatif terhadap tindakan tax
avoidance?
4. Apakah kepemilikan institusional, risiko perusahaan, dan leverage
secara simultan berpengaruh terhadap tindakan tax avoidance?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disampaikan sebelumnya,
maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk membuktikan pengaruh kepemilikan institusional terhadap
tindakan tax avoidance
2. Untuk membuktikan pengaruh risiko perusahaan terhadap tindakan tax
avoidance
3. Untuk membuktikan pengaruh leverage terhadap tindakan tax
avoidance
4. Untuk membuktikan pengaruh kepemilikan institusional, risiko
perusahaan, dan leverage secara simultan terhadap tindakan tax
avoidance
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
pihak-pihak yang membutuhkan, antara lain :
1. Mahasiswa Jurusan Akuntansi, penelitian ini bermanfaat sebagai
bahan referensi penelitian selanjutnya dan pembanding untuk
menambah ilmu pengetahuan
2. Masyarakat, sebagai sarana informasi tentang aktivitas penghindaran
pajak (tax avoidance) serta menambah pengetahuan akuntansi
khususnya pajak.
3. Perusahaan, memberikan gambaran dampak dilakukannya
penghindaran pajak pada perusahaan, serta memberikan solusi
alternatif untuk mengontrol perilaku penghindaran pajak pada
perusahaan.
4. Direktorat Jenderal Pajak, memberikan gambaran umum mengenai
persepsi masyarakat tentang pajak.
5. Peneliti berikutnya sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang
akan melaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai topik ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur 1. Pengertian Pajak
Berdasarkan Pasal 1 angka 1 UU KUP menyebutkan bahwa :
“Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasrkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara dan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat”.
Menurut Feldmann, pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak
oleh dan terutang kepada penguasa (menurut norma-norma yang
ditetapkan secara umum) tanpa adanya kontraprestasi dan semata-mata
digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum (Resmi, 2009).
Pengertian pajak menurut Mardiasmo (2009:1) :
“Pajak adalah iuran rakyat kepada negara berdasarkan Undang-Undang
(yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal
(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk
membayar pengeluaran umum”.
Berdasarkan definisi-definisi diatas, peneliti menyimpulkan bahwa
pengertian pajak adalah iuran wajib dari masyarakat kepada Negara yang
digunakan untuk pembangunan Negara tanpa adanya imbalan langsung.
2. Perencanaan Pajak (Tax Planning)
Menurut Dr. Chairil Anwar Pohan, M.Si, MBA (2013), Tax Planning
adalah proses mengorganisasi usaha wajib pajak orang pribadi maupun
badan usaha sedemikan rupa dengan memanfaatkan berbagai celah
kemungkinan yang dapat ditempuh perusahaan dalam koridor ketentuan
peraturan perpajakan (loopholes), agar perusahaan dapat membayar pajak
dalam jumlah minimum.
Achmad Tjahyono dan Muhammad F Husein (1997), mengemukakan :
“Perencanaan pajak adalah proses mengorganisasi usaha wajib pajak
atau kelompok wajib pajak sedemikian rupa sehingga utang pajaknya, baik
pajak penghasilan, maupun pajak-pajak lainnya, berada dalam posisi yang
minimal, sepanjang hal ini dimungkinkan oleh undang-undang”.
Dari berbagai definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa perencanaan
pajak adalah sebuah proses pengorganisasian usaha wajib pajak sehingga
hutang pajaknya berada di posisi paling minimal, namun tetap berada di
koridor diperbolehkan dalam perturan perundang-undangan.
Dalam tax planning ada 3 macam cara yang dapat dilakukan oleh
wajib pajak untuk menekan jumlah beban pajaknya, yaitu :
a. Tax Saving (Penghematan Pajak)
Tax Saving atau penghematan pajak merupakan suatu tindakan
penghematan pajak yang dilakukan secara legal dan aman karena
tidak bertentangan dengan ketentuan perpajakan.
b. Tax Avoidance (Penghindaran Pajak)
Tax Avoidance atau penghindaran pajak adalah sebuah strategi dan
teknik penghindaran pajak yang dilakukan secara legal dan aman
karena tidak bertentangan dengan ketentuan perpajakan. Metode
dan teknik yang digunakan adalah dengan memanfaatkan
kelemahan (grey area) yang terdapat dalam undang-undang dan
peraturan perpajakan itu sendiri.
c. Tax Evasion (Penyelundupan Pajak)
Tax Evasion atau penyelundupan pajak adalah kebalikan dari tax
avoidance, sebuah strategi dan teknik penghindaran pajak yang
dilakukan secara illegal dan tidak aman bagi wajib pajak. Cara
penyelundupan pajak ini bertentangan dengan ketentuan
perpajakan, karena metode dan teknik yang digunakan tidak
berada dalam koridor undang-undang dan peraturan perpajakan.
3. Agency Theory
Agency theory menjelaskan bahwa organisasi merupakan jaringan
hubungan kontraktual antara manager (agen) dengan pemilik perusahaan,
kreditur, dan pihak lainnya (principal). Dalam teori ini, agen diasumsikan
sebagai individu yang rasional, memiliki kepentingan pribadi dan berusaha
memaksimalkan kepentingan pribadinya. Manajer sebagai agen
bertanggung jawab untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik
(prinsipal), namun di sisi lain manajer juga memiliki kepentingan
memaksimalkan kesejahteraan mereka sehingga ada kemungkinan besar
agen tidak selalu bertindak demi kepentingan pribadi prinsipal (Adi dan
Nur, 2013)
Manajemen sebagai pengelola perusahaan lebih banyak
mengetahui informasi internal dan juga going concern perusahaan
dibandingkan pemilik (pemegang saham). Ketidakseimbangan luasnya
informasi akan menimbulkan suatu kondisi yang disebut sebagai asimetri
informasi (information asymmetry).
Problem keagenan (agency problem) antara pemegang saham
(pemilik perusahaan) dengan manajer potensial terjadi apabila prinsipal
tidak memiliki saham mayoritas perusahaan. Pemegang saham tentu
menginginkan manajemen bekerja dengan tujuan memaksimumkan
kemakmuran sendiri. Terjadilah conflict of interest. Untuk meyakinkan
bahwa manajer bekerja sungguh-sungguh untuk kepentingan pemilik
saham, pemilik saham harus mengeluarkan biaya yang disebut agency cost
(Atmaja, 2008).
Adanya konflik kepentingan dalam kepemilikan dapat menimbulkan
biaya agensi (agency cost), yakni biaya yang dikeluarkan agar pihak yang
diberikan wewenang dapat bertindak sesuai keinginan pemilik (Bezooyen,
2002, dalam Atmaja, 2008). Contoh biaya agensi sebagai berikut :
a. Pengeluaran untuk melakukan pengawasan (monitoring cost),
biaya yang dikeluarkan oleh pemilik untuk mencegah agar
tindakan manajer tetap sesuai dengan kepentingannya.
b. Biaya yang dikeluarkan untuk menjamin agar manajer tidak
mengambil keuntungan dan fasilitas yang diberikan (bonding
cost).
c. Biaya yang dikeluarkan pemilik untuk mengembalikan citra
perusahaan dan kesan yang buruk karena tidak tercapainya dua
tujuan tersebut.
4. Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)
Penghindaran pajak atau tax avoidance adalah suatu skema transaksi
yang ditujukan untuk meminimalkan beban pajak dengan memanfaatkan
kelemahan-kelemahan (loophole) ketentuan perpajakan suatu Negara
sehingga ahli pajak menyatakan legal, karena tidak melanggar peraturan
perpajakan. Sedangkan penggelapan pajak atau tax evasion adalah suatu
skema memperkecil pajak yang terhutang dengan cara melanggar
ketentuan perpajakan (illegal). (Denny, 2009).
Menurut Masdiasmo (2003), penghindaran pajak (Tax Avoidance)
adalah suatu usaha meringankan beban pajak dengan tidak melanggar
undang-undang yang ada. Senada dengan Mardiasmo, Menurut Gunarso
(1997), penghindaran pajak adalah usaha pengurangan pajak, namun tetap
mematuhi ketentuan peraturan perpajakan seperti memanfaatkan
pengecualian dan potongan yang diperkenankan maupun menunda pajak
yang belum diatur dalam peraturan perpajakan yang berlaku. Sedangkan
menurut Xynas (2011) penghindaran pajak merupakan usaha untuk
mengurangi hutang pajak yang bersifat legal (Lawful), sedangkan
penggelapan pajak (Tax Evasion) adalah usaha untuk mengurangi hutang
pajak yang bersifat tidak legal (Unlawful).
Penelitian yang dilakukan oleh Uppal, (2005) tentang kasus
penghindaran pajak di Indonesia, dikemukakan bahwa di Negara-Negara
berkembang banyak terjadi kasus penghindaran pajak. Hal ini dilakukan
dengan cara tidak melaporkan atau melaporkan namun tidak sesuai dengan
keadaan sebenarnya atas pendapatan yang bisa dikenai pajak.
Penghindaran pajak ini telah membuat basis pajak atas pajak pendapatan
menjadi sempit dan mengakibatkan begitu besarnya kehilangan potensi
pendapatan pajak yang dapat digunakan untuk mengurangi beban defisit
anggaran negara.
Dengan demikian dalam konteks perusahaan, penghindaran pajak ini
sengaja dilakukan oleh perusahaan dalam rangka memperkecil besarnya
tingkat pembayaran pajak yang harus dilakukan dan meningkatkan cash
flow perusahaan. Seperti disebutkan oleh McGuire, (2011), bahwa manfaat
dari adanya tax avoidance adalah untuk memperbesar tax saving yang
berpotensi mengurangi pembayaran pajak sehingga akan menaikkan cash
flow.
Dalam literatur keagenan, tax avoidance dapat memfasilitasi
kesempatan manajerial untuk melakukan manipulasi laba atau penempatan
sumber daya yang tidak sesuai. Tax avoidance menggambarkan sebuah
kelanjutan dari strategi perencanaan perpajakan perusahaan. Aktivitas tax
avoidance memunculkan kesempatan bagi manajemen dalam melakukan
aktivitas yang didesain untuk menutupi berita buruk atau menyesatkan
investor (Desai dan Dharmapala, 2006). Manajer dapat membenarkan
transaksi atas tax avoidance dengan mengklaim bahwa kompleksitas dan
ketidaktahuan menjadi hal yang penting dalam meminimalkan
terdeteksinya aktivitas tax avoidance pemeriksa pajak.
5. Kepemilikan Institusional
Menurut Faisal (2004), kepemilikan institusional merupakan pihak
yang memonitor perusahaan dengan kepemilikan institusi yang besar
(lebih dari 5%) mengidentifikasikan kemampuannya untuk memonitor
manajemen lebih besar. Institusi dapat berupa yayasan, bank, perusahaan
asuransi, perusahaan investasi, dana pensiun, perusahaan berbentuk
perseroan (PT), dan institusi lainnya. Adanya kepemilikan institusional di
suatu perusahaan akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih
optimal terhadap kinerja manajemen. Pengawasan yang dilakukan oleh
investor institusional sangat bergantung pada besarnya investasi yang
dilakukan. Pihak institusional yang menguasai saham lebih besar daripada
pemegang saham lainnya dapat melakukan pengawasan terhadap
kebijakan manajemen yang lebih besar juga sehingga manajemen akan
menghindari perilaku yang merugikan para pemegang saham. Semakin
besar kepemilikan institusional maka semakin kuat kendali yang dilakukan
pihak eksternal terhadap perusahaan.
Dalam penelitian Annisa dan Lulus (2012) menyatakan bahwa pemilik
institusional memainkan peran yang penting dalam memantau,
mendisiplinkan, dan mempengaruhi manajer. Mereka berpendapat bahwa
seharusnya pemilik institusional berdasarkan besar dan hak suara yang
dimiliki, dapat memaksa manajer untuk berfokus pada kinerja ekonomi
dan menghindari peluang untuk berperilaku mementingkan diri sendiri.
Adanya tanggung jawab perusahaan kepada pemilik, maka pemilik
institusional memiliki insentif untuk memastikan bahwa manajemen
perusahaan membuat keputusan yang akan memaksimalkan kesejahteraan
pemegang saham. Keberadaan investor institusional juga mengindikasikan
adanya tekanan dari pihak investor kepada manajemen perusahaan untuk
melakukan kebijakan penghindaran pajak dalam rangka memperoleh laba
yang maksimal untuk investor institusional (Dewi dan Jati, 2014).
Menurut Fadhilah (2014) besar kecilnya konsentrasi kepemilikan
institusional maka akan mempengaruhi kebijakan pajak agresif, tetapi
semakin besar kepemilikan institusional maka akan semakin mengurangi
tindakan kebijakan pajak agresif.
Penelitian dari Pranata, Puspa, dan Herawati (2013) menyatakan
bahwa besar kecilnya konsentrasi kepemilikan institusional maka akan
mempengaruhi kebijakan pajak agresif oleh perusahaan. Khurana dan
Moser (2009) juga menyatakan bahwa semakin besarnya konsentrasi
short-term shareholder institutional akan meningkatkan kebijakan pajak
agresif, akan tetapi semakin besar konsentrasi kepemilikan long-term
shareholder institutional maka akan semakin mengurangi tindakan
kebijakan pajak yang agresif. Agresif pajak mengarah kepada
penghematan pajak yang menyebabkan perusahaan potensial dikenakan
sanksi oleh IRS (Internal Revenue Service) terkait biaya pelaksanaan dan
biaya agensi. (Chen, et, al, 2008, dalam Annisa dan Lulus, 2012).
Perusahaan dengan kepemilikan institusional yang lebih besar lebih
memungkinkan untuk mengeluarkan, meramalkan, dan memperkirakan
sesuatu lebih spesifik, akurat, dan optimis (Khurana dan Moser, 2009).
Semakin besar kepemilikan institusional maka semakin besar
pengawasan yang dilakukan oleh pihak eksternal. Manajemen perusahaan
akan melakukan kebijakan guna mengoptimalkan nilai perusahaan
sehingga kinerja perusahaan akan meningkat. Pemegang saham eksternal
mempunyai insentif untuk memonitor dan mempengaruhi manajemen
secara wajar untuk melindungi investasi mereka dalam perusahaan.
Pemegang saham eksternal mengurangi perilaku manajer yang opportunis,
sehingga mengakibatkan rendahnya konflik agensi langsung antara
manajemen dan pemegang saham. (Wahidawati, 2002).
6. Risiko Perusahaan
Menurut Budiman dan Setiyono (2012) risiko ada kaitannya dengan
return yang diperoleh perusahaan, bahwa risiko merupakan penyimpangan
atau deviasi dari outcome dari yang diterima dengan yang diekspektasi.
Dengan demikian dapat diartikan semakin besar deviasi antara outcome
yang diterima dengan yang diekspektasikan mengindikasikan semakin
besar pula risiko yang ada.
Paligrova (2010) menyatakan bahwa risiko perusahaan merupakan
volatilitas earning perusahaan, yang bisa diukur dengan rumus deviasi
standar. Dengan demikian dapat dimaknai bahwa risiko perusahaan
merupakan penyimpangan atau deviasi standar earning baik
penyimpangan itu bersifat kurang dari yang direncanakan (downside risk)
atau mungkin lebih dari yang direncanakan (upset potensial), semakin
besar deviasi earning perusahaan mengindikasikan semakin besar pula
risiko perusahaan yang ada. Tinggi rendahnya risiko perusahaan ini
mengindikasikan karakter eksekutif apakah termasuk risk taker atau risk
averse.
Berbeda dengan risk taker, eksekutif yang memiliki karakter risk
averse adalah eksekutif yang cenderung tidak menyukai resiko sehingga
kurang berani dalam mengambil keputusan bisnis. Eksekutif risk averse
jika mendapatkan peluang maka dia akan memilih resiko yang lebih
rendah (Low, 2006). Biasanya eksekutif risk averse memiliki usia yang
lebih tua, sudah lama memegang jabatan, dan memiliki ketergantungan
dengan perusahaan (Maccrimon dan Wehrung, 1990). Dibandingkan
dengan risk taker, eksekutif risk averse lebih menitikberatkan pada
keputusan-keputusan yang tidak mengakibatkan resiko yang lebih besar.
Dengan demikian mereka harus mampu mendatangkan cash flow yang
tinggi pula guna memenuhi tujuan pemilik perusahaan yakni untuk
mendapatkan cash flow dari operasi yang dilakukan oleh perusahan (La
Porta dan Silanez 1999).
Coles et al (2004) menyebutkan bahwa risiko perusahaan (corporate
risk) merupakan cerminan dari policy yang diambil oleh pimpinan
perusahaan. Policy yang diambil pimipinan perusahaan bisa
mengindikasikan apakah mereka memiliki karakter risk taker atau risk
averse. Semakin tinggi corporate risk maka eksekutif semakin memiliki
karakter risk taker, demikian sebaliknya
7. Leverage
Definisi leverage menurut Sartono (dalam Kurniasih:2013) adalah
penggunaan hutang untuk membiayai investasi. Sedangkan Kusumawati
dan Sudento (2005) menggambarkan leverage sebagai kemampuan
perusahaan untuk membayar hutangnya dengan menggunakan ekuitas
yang dimilikinya. Leverage dapat dipahami dengan penaksir resiko yang
melekat pada suatu perusahaan. Artinya, leverage yang semakin besar
menunjukkan risiko investasi yang besar pula.
Leverage merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
pembayaran semua kewajibannya, baik kewajiban jangka pendek maupun
kewajiban jangka panjang. Tingkat pengelolaan kewajiban (leverage)
berkaitan dengan bagaimana perusahaan didanai, apakah perusahaan
didanai lebih banyak menggunakan kewajiban atau modal yang berasal
dari pemegang saham. Semakin tinggi tingkat leverage suatu perusahaan
maka akan semakin besar pula agency cost. Dalam hal ini perusahaan akan
cenderung mengungkapkan mengapa kondisi kewajiban mereka berada
pada angka tersebut kepada publik sehingga diharapkan investor cukup
jelas mengetahui kondisi kewajiban perusahaan.
Tingkat rasio leverage yang besar menimbulkan keraguan akan
kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan usahanya
di masa depan. Hal ini dikarenakan sebagian besar dana yang diperoleh
perusahaan akan digunakan untuk membiayai utang sehingga dana untuk
beroperasi akan semakin berkurang. Kreditor pada umumnya lebih
menyukai debt ratio yang rendah angka rasionya karena jika terjadi
likuidasi, kerugian yang dialami kreditor dapat diminimalisir (Widyantari,
2011).
Menurut Syamsudin (2001) dalam Hardiningsih (2008) leverage dapat
dihitung melalui 3 pendekatan yaitu :
a. Debt Ratio (Rasio Utang)
Utang mencakup kewajiban/utang lancar (jangka pendek)
maupun jangka panjang. Kreditor pada umumnya menyukai rasio
kewajiban yang rendah karena dalam keadaan demikian berarti
tersedia dana penyangga yang besar bagi kreditor apabila terjadi
likuidasi pada suatu perusahaan. Bagi pemilik rasio kewajiban
yang tinggi dapat melipatgandakan laba atau mungkin dapat juga
mengurangi kendali atas perusahaan karena adanya penjualan
saham ke pasar modal.
Rasio ini mengukur berapa besar aset perusahaan yang dibiayai
oleh kreditor yang diperoleh dengan membandingkan total
kewajiban (total liabilities) dengan total aset. Rasio ini merupakan
rasio yang paling menyeluruh karena memasukkan proporsi
kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang terhadap aset.
Semakin tinggi rasio ini maka sebagian besar perusahaan tersebut
didanai oleh kreditor.
b. Debt to Equity Ratio
Rasio ini menunjukkan suatu upaya untuk memperlihatkan
proporsi relatif dari klain pemberi pinjaman terhadap hak-hak
kepemilikan dan digunakan sebagai ukuran peranan kewajiban
(utang). Versi ini menganalisis proporsi kewajiban yang
melibatkan rasio total kewajiban, biasanya kewajiban lancar dan
semua jenis kewajiban jangka panjang terhadap total ekuitas
pemiliki. Rasio ini juga menunjukkan hubungan antara pinjaman
jangka panjang yang diberikan oleh kreditor dengan jumlah modal
sendiri yang berasal dari pemegang saham. Rasio ini diperoleh dari
perbandingan rasio total liabilities terhadap stockholders equity.
c. Debt to Total Capitalization Ratio
Rasio ini merupakan versi analisis proporsi kewajiban yang
lebih mendalam yang melibatkan rasio kewajiban jangka panjang
terhadap kapitalisasi. Kapitalisasi didefinisikan sebagai jumlah
klaim jangka panjang terhadap perusahaan baik kewajiban
maupun ekuitas pemilik yang tidak termasuk didalamnya
kewajiban jangka pendek (kewajiban lancar). Rasio ini mengukur
berapa besar modal jangka panjang perusahaan (total
capitalization) yang dibiayai oleh kreditor. Rasio ini diperoleh dari
perbandingan long term debt dengan total capitalization.
B. Penelitian Terdahulu
Berikut merupakan tabel mengenai data dari penelitian terdahulu yang
telah dilakukan :
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No. Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
1.
Scott D. Dyreng, Michelle
Short Run tax avoidance berpengaruh positif terhadap long run tax avoidance
2 Judi Budiman
Eksekutif yang memiliki karakter risk taker memiliki pengaruh yang positif terhadap penghindaran pajak (tax avoidance
Berlanjut ke halaman selanjutnya
Tabel 2.1 (Lanjutan) Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian 3 Scott D. Dyreng,
penghindaran pajak (tax avoidance)
Leverage, dan Sales Growth pada Tax Avoidance
Karakteristik Eksekutif dan leverage berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance
5 Inder K Khurana, William Moser (2009)
Institutional
Ownership and Tax Aggressiveness
Short-term institutional shareholders berpengaruh terhadap tax agressive 6 Nuraflimida Ayu
Annisa dan Lulus Kurniasih (2012)
terhadap tax avoidance
7 Febri M. Pranata, Dwi Fitri Puspa, dan Herawati dan komite audit
berpengaruh positif terhadap tax avoidance. Karakter eksekutif berpengaruh negatif terhadap tax avoidance. Berlanjut ke halaman berikutnya
Tabel 2.1 (lanjutan) Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian 8 Grant
Richardson dan Roman Lanis (2007)
Determinants of the
variability in pengaruh negatif terhadap
tindakan tax avoidance
9 Ngadiman dan Institusional berpengaruh.
10 Tommy Rugi Fiskal pada Tax Avoidance
ROA, leverage, Corporate Governance, Ukuran Perusahaan dan Kompensasi Rugi Fiskal
berpengaruh signifikan secara simultan terhadap Tax Avoidance
Sumber: Diolah dari berbagai referensi
C. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir dalam penelitian ini digambarkan dalam gambar 2.1
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Basis teori : Agency theory
Belum maksimalnya realisasi pajak dengan target penerimaan pajak
Efek perilaku penghindaran pajak yang dilakukan oleh perusahaan
Variabel Independen Kepemilikan
Institusional (X1)
Risiko Perusahaan (X2)
Leverage (X3)
Tax Avoidance (Y)
Variabel Dependen
Statistik Deskriptif Metode Analisis Data
Uji Model Regresi
Analisis dan Pembahasan
D. Keterkaitan Antara Variabel dan Perumusan Hipotesis
1. Pengaruh kepemilikan institusional terhadap tindakan tax avoidance
Dewi dan Jati (2014) menyatakan bahwa keberadaan investor
institusional mengindikasikan adanya tekanan dari pihak investor kepada
manajemen perusahaan untuk melakukan kebijakan penghindaran pajak
dalam rangka memperoleh laba yang maksimal untuk investor
institusional.
Besar kecilnya kepemilikan institusional maka akan mempengaruhi
kebijakan penghindaran pajak melalui tax agresif yang dilakukan oleh
perusahaan, sehingga semakin besarnya konsentrasi short-term
shareholder institutional akan meningkatkan penghindaran pajak, akan
tetapi semakin besar long-term shareholder instotutional akan semakin
mengurangi kebijakan penghindaran pajak (Khurana dan Moser, 2009).
Penelitian dari Pranata, Puspa, dan Herawati (2013) juga menyatakan
bahwa besar kecilnya konsentrasi kepemilikan institusional maka akan
mempengaruhi kebijakan pajak agresif oleh perusahaan.
Hanum dan Zulaikha dalam penelitiannya (2013) menyatakan bahwa
investor institusional pada dasarnya ingin mendapatkan laba
setinggi-tingginya yang menyebabkan pihak manajemen melakukan penghindaran
pajak dengan mengurangi jumlah pajak yang akan dibayarkan oleh
perusahaan.
Jadi berdasarkan pemaparan diatas, maka penulis menyusun hipotesis
sebagai berikut :
H1 : Kepemilikan Institusional berpengaruh positif terhadap tindakan tax avoidance.
2. Pengaruh risiko perusahaan terhadap tindakan tax avoidance
Dalam penelitiannya, Paligrova (2010) menjelaskan bahwa ada
keterkaitan antara karakteristik eksekutif dengan risiko perusahaan.
Paligrova (2010) mengartikan risiko perusahaan sebagai penyimpangan
atau deviasi standar dari earning, baik penyimpangan itu bersifat kurang
dari yang direncanakan (downside risk) atau mungkin lebih dari yang
direncanakan (upside potential), semakin besar deviasi earning perusahaan
mengindikasikan semakin besar pula risiko perusahaan yang ada. Tinggi
rendahnya risiko perusahaan ini mengindikasikan karakter eksekutif
apakah termasuk risk taker atau risk averse.
Budiman dan Setiyono (2012) dan Dewi dan Jati (2014) menemukan
adanya pengaruh antara karakteristik eksekutif dengan tax avoidance. Hal
ini menandakan bahwa apabila eksekutif bersifat risk taker maka akan
semakin besar pula tindakan tax avoidance yang dilakukan. Tingkat risiko
yang besar mengindikasikan bahwa pimpinan perusahaan lebih bersifat
risk taker. Sebaliknya tingkat risiko yang kecil mengindikasikan bahwa
pimpinan perusahaan lebih bersifat risk averse yang cenderung untuk
menghindari resiko. Penelitian yang pernah dilakukan oleh Dyreng et.al
(2010) dilakukan untuk menguji apakah individu Top Executive memiliki
pengaruh terhadap penghindaran pajak perusahaan. Hasil penelitian
tersebut adalah bahwa individu memiliki peran yang signifikan terhadap
tingkat penghindaran pajak perusahaan.
Berdasarkan pemaparan diatas maka hipotesis dalam penelitian ini
adalah :
H2 : Risiko perusahaan berpengaruh positif terhadap tindakan tax avoidance
3. Pengaruh Leverage terhadap tindakan Tax Avoidance
Perusahaan dimungkinkan menggunakan utang untuk memenuhi
kebutuhan operasional dan investasi perusahaan. Akan tetapi, utang akan
menimbulkan beban tetap (fixed rate of return) yang disebut dengan
bunga. Semakin besar utang maka laba kena pajak akan menjadi lebih
kecil karena insentif pajak atas bunga utang semakin besar. Hal tersebut
membawa implikasi meningkatnya penggunaan utang oleh perusahaan.
Secara logika, semakin tinggi nilai dari rasio leverage, berarti semakin
tinggi jumlah pendanaan dari utang pihak ketiga yang digunakan
perusahaan dan semakin tinggi pula biaya bunga yang timbul dari utang
tersebut. Biaya bunga yang semakin tinggi akan memberikan pengaruh
berkurangnya beban pajak perusahaan. Semakin tinggi nilai utang
perusahaan maka nilai Cash Effective Tax Rate (CETR) perusahaan akan
semakin rendah (Richardson dan Lanis, 2007).
Berdasarkan penjelasan tersebut maka hipotesa yang dibangun adalah :
H3 : Leverage berpengaruh negatif terhadap tindakan tax avoidance
4. Pengaruhkepemilikan institusional, risiko perusahaan, dan leverage secara
simultan terhadap tindakan tax avoidance
Hipotesis ini menguji secara bersamaan (simultan) variabel
independen yaitu: kepemilikan institusional, risiko perusahaan, dan
leverage berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu tax avoidance .
Dalam menentukan analisis dengan lebih dari dua variable independen,
maka pengujian ini diperlukan untuk mengetahui pengaruh kedua variabel
independen secara bersama-sama terhadap variabel dependennya. Maka,
hipotesis yang diajukan adalah:
H4: Kepemilikan institusional, risiko perusahaan, dan leverage berpengaruh secara simultan terhadap tax avoidance.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan kausalitas yang
digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel independen yaitu
Kepemilikan Institusional, Risiko Perusahaan, dan Leverage terhadap variabel
dependen yaitu Tindakan Tax Avoidance. Objek penelitian ini adalah
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode
2010-2014.
B. Metode Penentuan Sampel
Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling yaitu pemilihan
sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh menggunakan
pertimbangan tertentu umumnya disesuaikan dengan tujuan penelitian
(Indriantoro dan Supomo, 2011). Dengan metode tersebut, sampel dipilih
berdasarkan karakteristik yang akan ditentukan. Adapun kriteria pemilihan
sampel adalah sebagai berikut :
1. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Data yang dibutuhkan tersedia dengan lengkap dan menerbitkan
laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen dari
2010-2014.
3. Menggunakan periode laporan keuangan 1 Januari sampai 31
Desember.
4. Laporan Keuangan disajikan dalam mata uang rupiah.
5. Perusahaan dengan pretax income selama 5 tahun yang positif.
6. Memiliki nilai Cash Effective Tax Rate kurang dari 1 (CETR<1)
C. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan metode
dokumentasi, yaitu penggunaan data yang berasal dari dokumen-dokumen
yang sudah ada. Hal ini dilakukan dengan cara melakukan penelusuran dan
pencatatan informasi yang diperlukan pada data sekunder berupa laporan
keuangan audit perusahaan sampel.
Data sekunder adalah data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak
langsung melalui media perantara (diperoleh atau dicatat pihak lain). Data
sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah
tersusun dalam arsip yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan
(Indriantoro dan Supomo, 2011). Data sekunder dari penelitian ini mengambil
dari:
1. Buku-buku yang berhubungan dengan Manajemen Perpajakan
2. Jurnal-jurnal, tesis dan bahan dari internet yang berhubungan dengan
perpajakan.
3. Data yang dipublikasikan di BEI dari tahun 2010-2014 dan annual
report yang dikeluarkan oleh perusahaan.
D.Metode Analisis Data 1. Uji Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data
yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,
minimum, sum, average, range, kurtosis dan skewness (kemencengan
distribusi) (Imam Ghozali, 2011). Uji statistik deskriptif dilakukan untuk
memberikan gambaran atau deskripsi dari sebuah informasi, sehingga
informasi tersebut dapat dipahami dengan lebih mudah.
2. Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui dan menguji
kelayakan atas model regresi yang digunakan dalam penelitian ini.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar sebuah data dapat dikatakan layak adalah
data tersebut harus terdistribusi secara normal, tidak mengandung
multikolonieritas dan heterokedastisitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengukur apakah di dalam model
regresi variabel independen dan variabel dependen keduanya
mempunyai distribusi normal atau mendekati normal. Dalam penelitian
ini, uji normalitas menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov. Uji
statistik Kolmogorov-Smirnov merupakan uji statistik non parametik
yang dapat pula digunakan untuk menguji apakah data terdistribusi
secara normal atau tidak.
Untuk lebih memberikan keyakinan bahwa data terdistribusi secara
sempurna, selain menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov
didalam penelitian ini juga akan menyajikan uji Normal Probability
Plot (P-P Plot). Suatu variabel dikatakan normal jika gambar distribusi
dengan titik-titik data yang menyebar di sekitar garis diagonal, dan
penyebaran titik-titik data searah mengikuti garis diagonal (Singgih
Santoso, 2010).
b. Uji Multikolonieritas
Multikolonieritas adalah suatu kondisi yang menunjukkan satu atau
lebih variabel independen terdapat korelasi dengan variabel
independen lainnya. Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji
apakah model regresi ada korelasi antar variabel independen (bebas).
Model regresi dikatakan baik apabila tidak terdapat korelasi di antara
variabel independen. Deteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di
dalam model regresi dapat dilihat dari besaran VIF (Variance Inflation
Factor) dan tolerance value. Batas dari nilai tolerance adalah 0,01 dan
batas VIF adalah 10. Apabila nilai tolerance dibawah 0,01 atau nilai
VIF diatas 10 maka terjadi multikolonieritas (Imam Ghozali, 2011)
c. Uji heteroskedastitas
Heterokedastisitas merupakan suatu varian pengganggu yang
tidak mempunyai varian yang sama untuk setiap observasi, sehingga
mengakibatkan penaksiran regresi yang tidak efisien. Uji
heterokedastitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika
berbeda disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah
homokedastitas (Imam Ghozali, 2011).
Deteksi ada atau tidaknya heterokedatisitas dapat dilihat adengan
ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot. Jika ada pola tertentu
maka mengindikasikan telah terjadi heterokedastisitas. Tetapi jika
tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah
angka 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi heterokedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi
linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi
korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi
muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan
satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan
pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal
ini sering ditemukan pada data runtut waktu (time series) yang terpilih
yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya (Ghazali,
2011).
Run test sebagai bagian dari statistik non-parametik dapat pula
digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang
tinggi. Jika antar residul tidak terdapat hubungan korelasi maka
dikatakan bahwa residual adalah acak atau random. Run test digunakan
untuk melihat apakah data residual terjadi secara random atau tidak
(sistematis).
H0 : residual (res_1) random (acak)
H1 : residual (res_1) tidak random
3. Analisis Regresi
Dalam analisis regresi, selain mengukur kekuatan hubungan antara
dua variabel atau lebih, juga menunjukkan hubungan antara variabel
dependen dengan variabel independen. Variabel dependen diasumsikan
random/stokastik, yang berarti mempunyai distribusi probabilistik.
Variabel independen/bebas diasumsikan memiliki nilai tetap (Ghozali,
2011).
Dalam penelitian ini digunakan analisis regeresi linier berganda
untuk mengukur kekuatan pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen.
Adapun model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
CETRi,t = α + β1INSTi,t+ β2RISK i,t+ β3LEVi,t+ ε
Keterangan :
CETR I,t = Cash Effective Tax Rate perusahaan i pada tahun t
α = Konstanta
β1INSTi,t = Proporsi kepemilikan institusional dalam perusahaan i pada tahun t
β2RISK i,t = Risiko perusahaan dalam perusahaan i pada tahun t
β3LEVi,t = Leverage perusahaan i pada tahun t
ε = Error 4. Uji Hipotesis
a. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Pengujian ini bertujuan untuk membuktikan apakah
variabel-variavel independen (X) secara simultan (bersamaan) mempunyai
pengaruh terhadap variabel dependen (Y) (Imam Gozali, 2011).
Apabila Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang
berarti variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap variabel dependen dengan menggunakan tingkat signifikan
sebesar 5%. Jika nilai Fhitung > Ftabel maka secara bersama-sama
seluruh variabel independen mempengaruhi variabel dependen. Selain
itu, dapat juga dengan melihat nilai probabilitas, jika nilai probabilitas
lebih kecil daripada 0,05% (untuk tingkat sinifikansi 5%), maka
variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap
variabel dependen. Sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar dari
0,05% maka variabel independen secara bersama-sama tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen.
b. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Imam Ghozali (2011) menyatakan bahwa uji koefisien determinasi
bertujuan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel bebas
menjelaskan variabel terikat yang dilihat melalui Adjusted R2. Adjusted
R2 ini digunakan karena variabel bebas dalam penelitian ini adalah
lebih dari dua. Nilainya terletak antara 0 dan 1. Jika hasil yang
diperoleh > 0,5, maka model yang digunakan dianggap cukup handal
dalam membuat estimasi.
Semakin besar angka Adjusted R2 maka semakin baik model yang
digunakan untuk menjelaskan hubungan variabel bebas terhadap
variabel terikatnya. Jika Adjusted R2 semakin kecil berarti semakin
lemah model tersebut untuk menjelaskan variabilitasnya dari variabel
terikatnya.
c. Uji t (Parsial)
Uji statistik t pada dasarnya untuk menunjukkan seberapa jauh
pengaruh suatu variabel individu independen secara individu dalam
menerangkan variabel dependen (Ghozali, 2011).
Apabila t hitung > t tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang
berarti variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap variabel dependen dengan menggunakan tingkat signifikan
sebesar 5%, jika nilai t hitung > t tabel maka secara satu persatu
variabel independedn mempengaruhi variabel dependen. Selain itu,
dapat juga dengan melihat nilai probabilitas. Jika nilai probabilitas
lebih kecil daripada 0,05 ( untuk tingkat signifikan 5%), maka variabel
independen secara satu persatu berpengaruh terhadap variabel
dependen. Sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar daripada 0,05
maka variabel independen secara satu persatu tidak berpengaruh
terhadap variabel dependen.
D. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Pada bagian ini akan dijelaskan definisi dari masing-masing variabel
yang digunakan berikut dengan definisi operasional dan cara pengukurannya.
1. Tax Avoidance
Merupakan usaha untuk mengurangi, atau bahkan meniadakan
hutang pajak yang harus dibayar perusahaan dengan tidak melanggar
undang-undang yang ada. Pengukuran Tax Avoidance dalam penelitian ini
menggunakan model Cash Effective Tax Rate (CETR) yaitu yang
diharapkan mampu mengidentifikasi keagresifan perencanaan pajak
perusahaan yang dilakukan menggunakan perbedaan tetap maupun
perbedaan temporer (Chen et al. 2010). Penggunaan pengukuran cash ETR
dalam mengukur tax avoidance menurut Dyreng et, al (2008) baik
digunakan untuk menggambarkan kegiatan penghindaran pajak oleh
perusahaan karena cash ETR tidak terpengaruh dengan adanya perubahan
estimasi seperti penyisihan, penilaian atau perlindungan pajak.