• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan Lidah Buaya Aloe Vera barbadens Kering dan Segar sebagai Imbuhan Pakan dan Pengaruhnya terhadap Aktivitas Enzim serta Performans Ayam Pedaging

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penggunaan Lidah Buaya Aloe Vera barbadens Kering dan Segar sebagai Imbuhan Pakan dan Pengaruhnya terhadap Aktivitas Enzim serta Performans Ayam Pedaging"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)

PENGGU NAAN LlDAH BUAYA

Aloe

Vera banbadens

KERING DAN SEGAR SEBAGAI IMBUHAN PAKAN

DAN PENGARUHNYA TERHADAP AKTlVlTAS ENZlM

SERTA PERFORMANS AYAM PEDAGING

OLEH :

MARSUDIN SILALAHI

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN

BOGOR

(68)

ABSTRAK

MARSUDIN SILALAHI. Penggunaan Lidah Buaya Aloe Vera barbadens Kering dan Segar sebagai Irnbuhan Pakan dan Pengaruhnya terhadap Aktivitas Enzim serta Performans Ayam Pedaging. Dibimbing oleh PENI. S. HARDJOSWORO dm TRESNAWATI PURWADARIA.

Suatu penelitian telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan gel lidah buaya (Aloe Vera barbadens) kering dan segar sebagai irnbuhan pakan ayam pedaging. Sebanyak 4 ekor ayam

umur

5 minggu digunakan untuk melihat respons ayam pedaging terhadap gel lidah buaya segar, sedangkan 180 ekor anak ayam dialokasikan secara acak ke dalam 6 jenis perlakuan, yaitu (1) ransum basal (RB)

+

0,25 g gel lidah buaya kering (GLBK)/kg ransum, (2) RB + 0,50 g GLBWkg ransum, (3) RB

+

1,O g GLBKkg ransum, (4) RB + 25 g gel lidah buaya segar (GLBS), (5)

RB

+ 50 g GLBSkg ransum dan (6) RB + 100 g GLBSkg ransum. Setiap perlakuan mendapat 5 ulangan dan masing-masing ulangan terdiri dari 6 ekor. Parameter yang diamati adalah aktivitas amilase dan protease dl pankreas dan isi duodenum, konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, konversi ransum, persentase karkas dan lemak abdomen serta mortalitas ayam. Data hasil penelitian dianahsis dengan rancangan acak lengkap faktorial 2 x 3, kecuali untuk data konversi ransum

dan

aktivitas enzim dianalisis deskriptif. Hasil penelitian tahap pertama menunjukkan bahwa ayam yang diberi GLBS menghasilkan aktivitas amilase

di

pankreas dan isi duodenum masing-masing sebesar 4219 dan 536 Ulg BK, lebih tinggi dibandingkan dengan ayam yang dicekok air (54 clan 176 Ulg BK). Aktivitas protease di pankreas dan isi duodenum dengan perlakuan GLBS masing-masing sebesar 8,19 dan 1,99 Ulg
(69)

ABSTRACT

MARSUDIN SILALAHI. Use of dried and fresh Aloe Vera barbadens as feed supplements and their effect on enzyme acthities and performance of broilers. Under the direction of PENI. S. HARDJOSWORO and TRESNAWATI PURWADARIA. An experiment was conducted to evaluate the effect of supplementation effect of dried and fresh Aloe Vera barbadens gels in broiler feed. Four broilers of 5 weeks old were used to observe their responces to fiesh A. Vera barbadens gel. On the second experiment 180 one day old chickens were randomly allocated into 6 treatments, namely : (1) basal ration (BR)

+ 0.25 g dried gel of

A. Vera (DGAV)/kg ration, (2) BR

+

0.50 g DGAVkg ration, (3) BR

+

1.00 g DGAVkg ration, (4) BR + 25 g fresh gel of A.vera (FGAV)/kg ration, (5) BR + SO g FGAVkg ration, (6) BR

+

100 g FGAV/kg ration. Each treatment was replicated 5 times and and consisted of 6 chickens. Activities of amylase and protease, feed intake, weight gain, feed conversion ratio (FCR), percentage of carcass and abdominal fats and mortality were examined. Data were analyzed by the complete randomized factorial design 2x3, except data of FCR and enzyme activities, which were descriptively analyzed. Results of the first stage study revealed that the amylase activities in pancreas and duodenum content of chickens supplemented with FGAV were respectively 4219 and 536 U/g dry matter (DM), those were higher than 54 and 176 U/g DM produced by imbibed chickens. Protease activittes in pancreas and duodenum content of treatment chickens were 8.19 and 1.99 Ulg DM respectively, which were higher than those of imbibed chickens (1.65 and 0.06 U/g DM

respectively). Results of the second stage study showed that amylase activities with lowest doses (RlzR4) were 203.5 and 155.5 Ulg DM in pancreas respectively, and

1 60.3 and 1 92.4 U/g DM in duodenum content, which were higher than those of other

treatments. Higher protease activities in pancreas was shown by doses of 0.50 g DGAVkg ration and 25 g FGAVkg ration, namely 56.16 and 50.01 Ulg DM

respectively. Higher doses tended to lower the enzyme activites. Feed intake and weight gain of broilers were not significantly affected by the physical form of A. Vera

(70)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul :

Penggunaan Lidah Buaya A b e vma barbadens Kering dan Segar sebagai Imbuhan Pakan dsn Pengaruhnya terhadap Aktivitas Enzim serta

Performans Ayam Pedaging

Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah drpublikasikan orang lain. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas clan dapat drperiksa kebenarannya.

Bogor, Oktober 2002

(71)

PENGGUNAAN LIDAH BUAYA

Aloe Vera barbadens

KERING DAN SEGAR SEBAGAI IMBUHAN PAKAN

DAN PENGARUHNYA TERHADAP AKTIVITAS ENZIM

SERTA PERFORMANS AYAM PEDAGING

Tesis

sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Ilmn Ternak

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(72)

Judul Tesis Penggunaan Lidah Buaya Aloe Vera barbadens Kering dan Segar sebagai Imbuhan Pakan dan Pengaruhnya terhadap Aktivitas Enzim serta Performans Ayam Pedaging

Nama Mahasiswa : Marsudin Silalahi

Nomor Pokok P.04500011

Program Studi Ilmu Ternak

Menyetujui,

1. Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Peni S. Hardiosworo. M.Sc Dr. Tresnawati Purwadaria

Ketua AWgota

Mengetahui :

2. Ketua Program Studi Zlmu Temak

*^

Prof. Dr. Adi Sudono. M.Sc.

(73)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan

d~

Ambarita - Samosir pada tanggal 12 April 196 1 sebagai anak ke-empat dari 4 bersaudara dari pasangan Janiar Silalahi (ah) dan Tambani br Turnip (alm). Pendidikan Sarjana S1 ditempuh di Fakultas Peternakan, Jurusan Produksi Temak, Universitas Nommensen Medan, lulus tahun 1987.

Pada tahun 2000, penulis memperoleh kesempatan untuk melanjutkan pendidikan Pascasarjana S2

dan

diterima di Program Studi Ilmu Ternak dan Sub- Program Studi Ilmu Temak Unggas pada Program Pascasarjana IPB. Beasiswa selama mengkuti pendidikan Pascasarjana di LPB diperoleh dari Badan Penelitian

dan Pengembangan Pertanian melalui Proyek PAATP.

(74)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Bapa di Sorga atas segala atas berkat dan anugrah-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Agustus 2001 ini ialah efisiensi penggunaan ranswn, dengan judul Penggunaan Lidah Buaya Aloe Barbadens Kering dan Segar sebagai Imbuhan Pakan clan Pengaruhnya terhadap Aktivitas Enzim serta Perpormans Ayam Pedaging.

Terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis ucapkan kepada Ibu Prof. Dr. Peni. S. Hardjosworo, M.Sc. dan Dr. Tresnawati b a d a r i a selaku pembimbing, serta Bapak

Dr.

Amold. P. Sinurat atas segala pengorbanan dan bimbingaunya sejak awal penelitian hingga selesainya penulisan tesis ini. Di

samping itu, penghargaan penulis sampillkan kepada Bapak Dr. Argono (Kepala Balai Penelitian Ternak), yang memberikan fasilitas penelitian, Ibu Emi dan Ibu

Emma dari Laboratorium Teknologi Pakan dm Bapak Endang beserta staf kandang unggas Balitnak Ciawi-Bogor, yang telah membantu selama pengumpulan data serta teman-ternan Mahasiswa Pascasarjana Progran Studi Ilmu Ternak.

Penghargaan dan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya penulrs sampaikan pula kepada Bapak Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Ir. Bambang Sudaryanto, MS, Ir. Rukmiasih, MS, Ir. Hari T. Uhi, M.Si, Ir.

(75)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Lidah Buaya

Lidah buaya merupakan tanaman hortikultura yang berasal dari Afiika Selatan dan sudah tersebar di wilayah tropis misalnya: Arab, India, Asia Timur dan Asia Tenggara termasuk Indonesia. Tanaman ini banyak mengandung zat-zat yang dapat memacu metabolisme, seperti kelompok antrakiuon, berbagai mineral, vitamin, enzim dan asam amino (Anderson, 1983, Heyne, 1987).

Yuliani dan Savitri (1995) menyatakan bahwa lidah buaya termasuk sukulen (berdaun dan bergetah) dari suku Liliaceae, yang mempunyai lebih dari 300 jenis

aloe. dari sekian jenis aloe yang ada, hanya tiga jenis yang diusahakan secara komersial yaitu Aloe Vera (barbadens), Aloe peny d m Aloe ferax. Diantara ketiga jenis Aloe tersebut ternyata jenis aloe Vera yang paling berpotensi sebagai bahan

baku untuk industri farmasi, kosmetika dan makanan.

Lidah buaya &pat tumbuh di daerah beriklim kering maupun basah. Suhu optimum untuk pertumbuhan berkisar antara 16-33 O

C,

dan curah hujan 1000-3000

mm dengan mush kering yang sangat panjang. Ketinggian tempat tumbuh yang baik sekitar 0-1500 meter di atas permukaan laut dengan jenis tanah latosol, podsohk, anosol, regorsol serta mempunyai saluran air yang cukup baik (Saks dan Ish-Shalom- Gordon, 1995),

(76)

Penelitian

dan

penulisan tesis ini dapat diselesaikan atas bantuan beasiswa dari Proyek PAATP Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian. Untuk itu penulis sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya. Ungkapan terima kasih yang setulus-tulusnya juga disampaikan kepada istri tercinta Remy M. Pangaribm, SH dan boru tersayang Maria Adriani Stefany Silalahi dan Elizabeth Ronauli Silal* Bapak mertua, keluarga abang, kakak, adik ipar serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Nopember 2002

(77)

DAFTAR IS1

DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ...

...

PEND AHULUAN

Belakang ...

Tujuan Penelitian ...

Hipotesis Penelitian ... ... TINJAUAN PUSTAKA

Botani Lidah Buaya ...

Klasifikasi Lidah Buaya ...

Komposisi Kimia dan Oizi serta Manfaat Lidah Buaya

...

Ayam Broiler ... Proses dan Saluran Pencemaan pada Unggas ...

Pertambahan Bobot Badan ...

Konsumsi Ransum ...

Konversi Ransum ...

...

Persentase Karkas

...

Persentase Lemak Abdomen

Enzim ... ...

Mekanisme Kerja Enzim

...

MATERI DAN METODE

Waktu clan Tempat Penelitian ... Bahan Penelitian ...

...

1 . Penyediaan Gel Lidah Buaya

...

2

.

Penyediaan Ayam

. ...

3 Penyediaafl Ransum

.

...

4 Kandang

dan

Peralatan
(78)

...

Peubah yang Diamati

.

. ... Anahsis Laboratorium ... Rancangan Percobaaan ... HASIL DAN PEMBAHASAN

Respons Ayam Pedaging terhadap Gel Lidah Buaya Segar ... Pengaruh Dosis dan Bentuk Fisik Gel Lidah Buaya

... terhadap Akt~vitas Enzim

1 . Aktivitas Amilase di Pankreas dan Isi Duodenum ... 2 . Aktivitas Protease di Pankreas dan Isi Duodenum

...

Pengaruh Dosis clan Bentuk Fisik Gel Lidah Buaya

Terhadap Performans Ayam Pedaging ...

1 . Konsumsi Ransum dan Pertambahan Bobot Badan ...

2 . Konversi Ransum ...

3 . Persentase Karkas dan Lemak Abdomen ... ...

4 . Mortalitas

...

KESIMPULAN DAN SARAN

...

DAFTAR PUSTAKA

(79)

DAFTAR TABEL

1. Komposisi kimia dan gizi daging lidah buaya serta

manfaatnya bagi manusia.. ...

...

2. Susunan ransum basal percobaan.. 17

.

.

...

3. Urutan kerja UJI protease.. 23

4. Aktivitas d a s e dan protease di pankreas clan isi

...

duodenum, U/g BK.. 2 6

...

5. Aktivitas amilase di pankreas dm isi duodenum, U/g BK.. 27

6. Aktivitas protease di pankreas dan isi duodenum, U/g BK.. ... 29

7. Pengamh bentuk fisik gel lidah buaya terhadap konsumsi clan pertambahan bobot badan ayam

pedaging selama 5 minggu penelitian.. ... 3 1

8. Pengamh bentuk fisik gel lidah buaya terhadap Konversi ransum atas d a m bobot hidup dan karkas

...

ayam pedaging selama 5 minggu penelitian.. 3 3

9. Pengarub bentuk fisik gel lidah buaya terhadap Karkas danLemak Abdomen ayam pedaging

...

(80)

DAFTAR GAMBAR

1

.

S a l m pencemaan Unggas ... 7

2

.

Histogram respons gel lidah buaya terhadap

...

aktivitas e ~ z i m 26

3 . Histogram aktivitas amilase di patlkreas dan

...

isi duoder~u~i 28

4 . Histogram aktwitas protease di pankreas dan

is1 duode~~uln ... 30 5 H~stogram . konsumsi ransum ... 31

6

.

Histogram pertambahan bobot

...

32
(81)

PENDAHULUAN

Latar Belakang 8

Ternak unggas adalah penyumbang terbesar terhadap produksi daging nasional. Menurut m e n . Petemakan (2001) ternak unggas memberi sumbangan daging untuk kebutuhan nasional sebesar 56,6 persen clan

dari

jumlah tersebut ayam

ras

pedaging m e n p b a n g 35,6 persen.

Ayam ras pedaging sudah

merupakan

komoditi industri yang mengolah pakan

menjadi produk daging dalam k u m waktu singkat dibandingkan temak lainaya. Hal

ini disebabkan ayam ras pedaghg mampu tumbuh dengan cepat dan mengkonversikan pakan lebih baik dibandingkan unggas lain. Potensi tersebut dapat terwujud &ngan pengelolaan yang memadai.

Salah

satu ha1 yang sudah

umum

dilakukan

pada pemeliharaan ayam broiler adalah pemberilcan imbuhan pakan (feed additive) sebagai pemacu W b u h a n , meningkatkan efisiensi produksi dan sebagai pencegah terhadap penyakit.

Imbuhan palcan merupakan suatu senyawa atau campman berbagai senyawa yang ditambahkan ke dalam pakan. Berdasarkan w e n . Peternakan (1987) imbuhan pakan dibagi menjadi dua golongan yaitu imbuhan pakan yang termasuk cialam kelompok antibiotika dan imbuhan pakan yang termasuk dalam kelompok non- antibiotika. Imbuhan pakan dapat terdiri atas bahmbahan sintesis, seperti antibiotika, mineral, vitamin, asam amino, tetapi &at juga

dari

bahan alami.

Banyak tanaman yang terdapat di Indonesia yang mempunyai potensi untuk

(82)

'miracle plant' yaitu

lidah

buaya atau Aloe Vera dm sudah banyak digunakan untuk

kepentingan manusia. Oleh karena itu kernun- besar tanaman ini dapat dijadilcan irnbuhan pakan alarm.

Untuk membuktikmya, dilakukan penelitian penggunaan lidah buaya ddam bentuk kering dan segar sebagai imbuhan pakan untuk ayam tipe pedaging. Penelitian

ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang maafaat lidah buaya dari segi dosis optimum dan cara penggunaan gel

lidah

buaya sebagai irnbuhan pakan pada ayam broiler dm kemungkulan mekanisme perbaikan efisiensi ransum akibat pemberian gel lidah buaya.

Tqjuan Penelitian

1. Mempelajari pengaruh pemberian gel lidah buaya kering dan basah terhadap aktivitas (produksi) d a s e dan protease.

2. Mempelajari pengaruh penggunan gel

lidah

buaya kering dan segar terhadap performans ayam pedaging.

Hipotesis Penelitian

(83)

Klasifikasi Lidah Buaya

Klasifhsi lidah buaya berdasarkm Riley (1959) adalah sebagai berikut :

Kmgdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta Sub Divisio : Angiospermae

Class : Monocotyledoneae (Monocotylae) Ordo : Liliales (LiZiElorae)

Familia : Liliaceae

Genus : Aloe

Species : Aloe vera barbadeus

Di

Indonesia pernanfaatan lidah buaya sebagai obat dan produk makanan sud& banyak dikenal masyarakat. Tanaman lidah buaya sudah dikembangkan secara komersial

di

Kalimantan Barat dm wilayah Bogor (Hastuti, 1999). Penelitian lidah buaya sebagai bahan

baku

mdustri kosmetika

dm

pangan telah banyak dilakukan, namun penggunaannya untuk ternak masih jarang dilakukan. h i 1 penelitian Bintang

et al. (2001), pemberian lidah buaya sebagai imbuhan pakan dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pakan. Ayam yang diberi lidah buaya segar dengan dosis 50 g per kilogram ransum menampilkan rasio konversi pakan terbaik yaitu 1,78 dan

(84)

Komposisi Kimia dan Gizi serta Manfaat Lidah Buaya

Pada dasarnya berbagai spesies lidah buaya mempunyai kandungan kimia yang sama. Disamping air, kandungan komponen lainnya terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi kimia dan gizi daging lidah buaya serta manfaatnya bagi

Manusia

Komponen Kegunaan

Saponin Mampu menembus dan meresap

kedalam kulit agar terjaga kelembabannya.

Antrskinon terdiri atas aloin, Bahan dasar obat yang mempuuyai barbaloin, isobarbaloin, antranol, sifat sebagai antibiotik dan penghdang antracene, asam aloetinat, aloe rasasakit.

emoch, ester asarn sinamat, asam krisophanat, eteral oil, resistenol kuinon, asam glutamat, asam malat, asam suksinat, dan asam sitrat.

Mineral : Ca, K, Na, Mg,

Mn,

Zn, Cu Bersama-sama dengan vitamin sangat

dan Cr. berpengaruh terhadap h g s i organ

tubuh manusia sebagai zat gizi. Vitamin : B1, B2,

B6,

niasinamida,

cholin, asam folat, vitamin C, vitamin

E clan beta-karoten

Mono dan polisakarida : selulosa, Diperlukan sebagai sumber energi glukosa, manosa, aldopentosa, bagi tubuh manusia.

rhamnosa.

Enzim : oksidase, amilase, katalase, lipase, allcalinpfosfatase.

Asam Amho : lisin, threonin, valin, metheonin, leusin, isoleusin dm fenilalanin.

(85)

Hasil penelitian Togatorop et al. (2001) menyatakan bahwa gel lidah buaya

segar mengandung kadar air yang cukup tinggi yaitu 98 %.

Ayam Broiler

Pada pemasaran karkas unggas dikenal beberapa istilah kelas unggas. Pembagian kelas tersebut berdasarkan kepada daya gunanya. Salah satu diantaranya adalah broiler. Broiler adalah ayam muda, baik jantan maupun betina mem~nmyai daging yang empuk, kulit halus dan licin serta ujung tulang dada yang lentur (USDA, 1961). Ayam broiler dipelihara dengan tujuan pokok produksi daging. Broiler berasal dari kata " to broil "yang artinya memanggang.

North dm Bell (1 990), menyatakan biasanya broiler dipasarkan dengan bobot hidup antara 1,8 sampai 2,3 kg yang dicapai pada

umur

antara 5 sampai 7 minggu. Bagian yang dirnakan (edible) berupa karkas, sedangkan yang tidak bisa dimakan berupa, jeroan serta kepala dan kaki. Untuk sebagian masyarakat Indonesia, bagian yang non edible juga ikut dikonsumsi. Adanya kemajuan dalam bidang genetik clan

nutrisi menurut Leeson dan Summers (1997), menyebabkan ayam broiler sudah dapat dipasarkan pada umur lebih kurang lima minggu dengan rataan bobot hidup 2000 g.

Proses

dan Salumn Pencemaan pdol Unggas

Menurut Tanudimadja (1980), saluran pencemaan pada unggas berbeda dengan sistem pencernaan pada mamalia. Unggas tidak memil& gigi untuk

(86)
[image:86.572.107.413.212.549.2]

mengalami reaksi-reaksi kimia sebelum dapat dimanfaatkan oleh unggasnya. Proses tersebut terjadi didalam alat pencernaan unggas yang berbentuk saluran panjang dibantu oleh organ penunjang yaitu hati, pankreas dm limpa seperti terlihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Saluran pencernaan unggas

(87)

bercampur dengan enzirn pepsin dan HCI yang dihasilkan oleh glandular stomach yang b e h g s i untuk memotong rantai asam amino dari protein sedan&an HC1 untuk

merubah pH pakan yang semula basa menjadi asam, yaitu pH yang diper1uka.n untuk

pencernaan protein. Pada rempela palcan dihaluskan dan proses enzim bawaan sebelum mas& ke dalm rempela mulai aktif bekerja. Selanjutnya pakan mas&

kedalam duodenum.

Menurut Sturkie (1976), duodenum berbentuk U, dan di antara bagian dalam dari kaki huruf U tersebut terdapat kelenjar pankreas yang menghasilkan enzirn amilase, lipase dan protease. Amilase berfungsi

untuk

menghidrolisis karbohidtat, lipase

untuk

lemak dan protease untuk protein. Dari duodenum pakan yang sudah dicerna masuk kedalam jejenum dan illewn, tempat tetjadinya proses pencemaan lanjutan dan pyerapan.

Menurut Frandson (1986), pada usus besar masih berlangsuug pencernaan

yang belum dicerna clan adanya enzim yang masih akM walaupun dalam jumlah yang relatif kecil. Selanjutnya pakan masuk kedalam caecum disini berlangsung fermentasi clan pencernaan serat kasar dalam jumlah kecil. Sisa-sisa dari usus besar dan ceca mas& kedalam kloaka dan akhknya keluar sebagai tiaja.

Pertambahan Bobot Badan

Pertumbuhan merupakan manifestasi dan perubahan-perubahan dalam unit pertumbuhaa terkecil yakni "sel", yang mengalami hiperflasi atau penambahan

(88)

bahwa pertumbuhan anak ayam yang sangat cepat terjadi sejak umur sebari hingga umur 6-7 minggu. Setelah itu pertumbuhan menunm. Cebih lanjut Card dan Nesheim (1972) menyatakan bahwa Iaju pertumbuhan seekor ternak dipen- oleh banyak faktor, antara lain species, jenis kelamin, umur, kecukupan pemberian pakan,

clan

jumlah makanan yang dikonswnsi. Selanjutnya Farrel (1979) clan Matram (1987) menyatakan bahwa faktor lingkungan juga mempengaruhi pertumbuhan seperti

kepadatan kandang dan ransum serta temperatur lingkungan.

Soeharsono (1976) pertambahan bobot badan merupakan indikator utama dalam pengukuran pertumbuhan, sebagai landasan bagi ukuran kecepatan relatif

dalam pertambahan bobot badan persatuan waktu atau ukuran rd1a.k setelah mencapai jangka waktu tertentu. Menurut McDonald et a1. (1988), pertumbuhan ayam broiler sangat penting ditinjau dari segi ekonomis, untuk menentukan saat pemasarannya yaitu umur dan bobot jualnya. Lebih lanjut Leesons dan Summers (1997) menyatakan bahwa ayam broiler jantan dapat mencapai berat badan 2000

-

2500 gram dalam kurun walctu 5

-

7 minggu.

Konsumsi Ransum

Menurut Scott et al. (1982) ayam memanfaatkan makanannya untuk memenuhi kebutuhan energi bagi pertumbuhan jaringan

tubuh,

produksi telur, menyelenggarakan aktivitas fisik dm mempertahankan temperatur normal. Selanjutnya North dan Donald (1990) menyatakan bahwa konsumsi ransum semakin meningkat sejalan dengan bertambahnya umur dan berat badan selama masa
(89)

pertumbuhan. Peningkatan

ini

akan berkurang setelah ayam mencapai

umur 7

d g g u .

Konsumsi ransum dipengaruhi oleh temperatur lingkungan, kesehatan, kebakaan, bentuk makanan, imbangan zat makanan, cekaman, kecepatan pertmbuhan. Ayam yang mengkonsumsi ransum lebih banyak belum tentu pertumbuhannya lebih b d , karena pertumbuhan dipengarutzl pula oleh komposisi zat

makanan yang terkanduug ddam rausum (Wabjy 1978).

Konversi Ransum

Konversi

ransum

adalah perbandingan antara jumlah ransum yang dikonsumsi dengan pertambahan bobot badan yang diperoleh dalam kurm waktu

tertentu. Semakin rendah angka konversi ransum berarti semakin baik (Anggorodi,

1985). Lebih lanjut Scott et at. (1982) menyatakan bahwa semakk tinggi kandungan energi metaboh dim protein dalam ransum, maka efisiensi pengguoaan makanan

semakin baik.

Menurut Wiradisastra (1 986) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempeng- konversi ransum yaitu lingkungan, kemampuan genet&, nilai gizi

ransum,

thgkat energi ransum, umur

dan

waktu p e m e b a a n .

Persentase Karkas

(90)

menyatakan bahwa persentase karkas lebih erat hubungannya dengan bobot hdup, dimana persentase karkas akan meningkat dengan meningkatnya bobot hidup.

Benof (1981) menyatakan bahwa bobot hidup, persentase karkas ayam jantan

lebih besar daripada ayam betina. Rataan persentase karkas ayam broiler pada umw 6 minggu adalah sebesar 70,7 persen. Mugiyono et al. (1991) clan Saptono (1995) menjelaskan bahwa persentase karkas erat hubungannya dengan bobot badan akhir, pertumbuhan dan kualitas ransum yang dkonsumsi.

Persentase Lemak Abdomen

Pmsentase lemak abdomen diperoleh dari lemak-led pada abdomen dan sekitarnya dibagi dengan bobot hidup dikali dengan 100. Menurut Leeson

dan

Swnmers (1980), lemak pada ayam pedaging terdiri atas lemak perut dan lemak bawah kulit. Lemak perut adalah lemak yang terdapat pada rongga dada, p a t , dan

yaug terdapat pada alat-alat percemaan dan melebar ke sekitas bursa fabrikus

dan

kloaka

Cantor (1980)

dm

Wahyu (1996) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi penimbunan lernak dalam tubuh ayam adaM tingkat peitumbuhan, kmdungan energi ransum, jenis kelamin, galur ayam dan suhu lingkungan kandang.

Enzim

(91)

dalam sel hidup, tetapi sebagian ada yang disekresikan melalui dinding sel

dm

dapat berfungsi di luar sel.

Palmer (1991) menyatakan bahwa enzim menyusun sebagian besar dari protein total dalam sel. Suatu sel dapat memuat 3000 jenis molekul enzim. Enzim dapat mempercepat reaksi kimia, sedangkan protein tidak, oleh karena itu enzirn merupakan katalis hayati. Selain dapat meningkatkan reaksi, enzim memiliki dua sifht. Pertama, enzim tidak diubah reaksi yang dikatalisnya. Kedua, walaupun dapat mempercepat reaksi, enzim tidak mengubah kedudukan normal dari kesetimbangan k h b . Dengan kata lain, enzim dapat membantu mempercepat pembentukm produk, tetapi akhirnya jumlah produk tetap sama dengan produk yang chperoleh tanpa enzirn.

Manusia telah memanfhtkan daya katals enzim sejak zaman pra sejarah. Fermentase gula buah menjadi alkohol oleh enzim khamir, pengisian susu kedalam lambung sapi akan menggumpalkan susu tersebut menjadi keju setelah mengalami fermentase dengan bantuan enzim, membuat bir dari biji-bijian, memfermentasikan

air kelapa menjadi cuka

dan

banyak contoh lainnya. Komisi Enzim Internasional memberi nama enzim sesuai dengan reaksi yang dikatalisnya. Biolcimiawan memberi

nama enzim berdasar nama senyawa yang mengalami perubahan dan membubuhkan ase.

(92)

Mekanisme Kerjtt Enzim

T i b a n et al. (1983) menjelaskan bahwa enzim bereaksi dalam pembentukan suatu senyawa kompleks antara enzim dan substratnya sehmgga memungknkan enzim dapat bekerja pada substrat tersebut. Senyawa kompleks ini kemudian dipecah mtuk menghasikan suatu senyawa lam

dan

enzim yang tidak berubah.

Dimana E adalah enzim, S adalah substrat, ES adalah kompleks enzim dan substrat dan P adalah hasil baru yang dihasilkan oleh aksi enzim. k b i h lanjut Winatno (1986) mengemukakan adanya beberapa faktor yang mempengadu aktivitas enzim yaitu :

1. Konsentrasi substrat; Apabila kadar enzim berlebihan maka penambahan kadar substrat

akan

mempercepat kerja enzim. Tetapi apabila kadar enzitn

tidak berlebihan penambahan konsentrasi substrat tidak menambah kecepatan reaksi bahkan kecepatan ini dapat berkurang oleh karena adanya kompetisi dari substrat yang berlebihan itu terhadap bagian yang aktif

dari

enzim.

2. Konsentrasi enzim; Pada umumnya penambahan konsentrasi enzim pada suatu substrat yang berlebihan menghasilkan penambahan kecepatan reaksi secara garis huus.

(93)

4. Temperatur; Pada umumnya kenaikan 10 "C menyebabkan kecepatan reaksi menjad lipat

dua

akan tetapi apabila temperatur naik terlalu tinggi terjadi denaturasi protein sehingga kecepatan reaksi tunm. Apabila temperatur lebih dm 50°C akan terjadi denaturasi yang cepat, sedangkan pada temperatur 100°C akan terjadi kerusakan enzim.

5. Konsentrasi ion hidrogen, pH ; Kebanyakan enzim yang terdapat pada

(94)

MATERI DAN METODE

Tempat dan Waktu

Pemeliharaan dan pengamatan pertumbuhan ternak dilakukan di kandang percobaan Balai Penelitian Ternak Ciawi-Bogor. Selanjutnya analisis enzim dilakukan di Laboratorium Teknologi Pakan Balai Penelitian Ternak Ciawi. Penelitian dilakukan dua tahap. Tahap pertarna dilakukan awal bulan September 200 1 dan tahap kedua dilakukan mulai a b r bulan September 2001.

Bahan Penelitian

1. Penyediaan Gel Lidah Buaya

Pembuatan gel lidah buaya segar (GLBS) diawali dengan pernisahan gel segar dari kulit. Selanjutnya gel tersebut dihaluskan dengan blender dan disimpan dalam freezer sebelum digunakan.

Pembuatan gel lidah buaya kering (GLBK) yaitu GLBS ditambah dengan pollard sebanyak 3 % dari total gel kemudian dikeringkan. Campuran pollard dan gel lidah buaya dimasukkan ke dalam oven dengan temperatur 60 O C sampai kering

selama 2-3 hari (kadar air 5 sampai 10 persen). Pollard berfimgsi sebagai pengikat gel agar mudah dikeringkan.

2. Penyediaan Ayam

(95)

kedua digunakan 180 ekor ayam pedaging CP 707 umur sehari (Day old chick), un-

sex yang diproduksi oleh FT. Charoen Pokphand.

3. Penyediaan Ransum

Ransum basal yang digunakan dalam penelitian dibuat di Unit Pengolahan

Pakan Balitnak Ciawi. Carnpuran dari bahan pakan yang terdiri atas jagung, dedak, bunglul kedelai, tepung kan, minyak barco, gararn, D-L meteonin, dikalsium fosfat, tepung kapur dan premix-A. Kandungan nutrisi ransum perlakuan adalah sama, yang diformulasi dengan menggunakan program komputer dan memenuhi kebutuhan gizi

[image:95.616.74.398.385.680.2]

untuk ayam pedaging sesuai rekomendasi National Heseach Counsil (NRC, 1994) (Tabel 2).

Tabel 2. Susunan ransum basal Bahan Pakan

1 . Jagung 2. Dedak

3. Bungkil kedelai

4. Tepung ikan 5. Minyak barco

6. Garam

7. D - L Meteonin

8. Dikalsium fosfat 9. Tepung kapur 10. Premix-A

J u m l a h

Kandungan zat gizi *) Protein kasar, % Energi metabolis, kcal Serat kasar, %

Lemak, % Ca, %

P, % A

percobaan.

7

(96)

Dari ransum basal tersebut dibuat 6 jenis perlakuan, yaitu : Rl = RO + 0,25 g GLBWkg ransum

R2 = R0 + 0,50 g GLBWkg ransurn

R3 = RO

+

1,00 g GLBKkg ransum

R4 = RO

+

25 g GLBSkg Ransum z0,25 g GLBWkg ransum

R5 = RO

+

50 g GLBSkg ransum E 0,50 g GLBKIkg ransum

R6 = RO

+ 100 g GLBSIkg ransurn E

1,00 g GLBWkg ransum

4. Kandang dan Peralatan

Sarana yang digunakan dalam penelitian ini adalah ruangan kandang yang tertutup ukuran 8 x 15 meter yang dilengkapi dengan lampu penerang, pemanas, dan

pengatur sirkulasi udara. Digunakan sebanyak 30 sangkar koloni dengan ukuran lebar 46 cm, panjang 72 cm dan tinggi 35 cm, yang disusun rapi dalam kandang dengan ketinggian 75 cm dari dasar lantai kandang. Sebelum digunakan ruangan kandang dan sangkar koloni tetsebut dibersihkan clan didesinfektan dengan kreolin. Setiap sangkar diisi tempat pakan dan air rninum dan label sesuai dengan jenis ransum perlakuan setelah terlehih dahulu dilakukan pengacakan. Lantai kandang dibawah sangkar koloni ditaburi dengan sekam padi setebal 5 - 10 sentimeter dan penggantian dilakukan pada minggu ke-tiga. Pemanas listrik disediakan siang dan malam selama 3

(97)

Metode Penelitian

Tahap Pertama : Menentukan aktivitas amilase dan protease di pankreas dan isi

duodenum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respons pemberian gel lidah buaya terhadap aktivitas enzirn dalam saluran pencemaan ayam pedaging. Digunakan sebanyak 4 ekor ayam pedaging umur 5 rninggu. Metodenya adalah mencekok 2 ekor dengan 20 ml air (placebo) dan 2 ekor yang lain dengan 20 ml gel lidah buaya segar dengan menggunakan alat khusus melalui oesaphagus tepat pada permukaan

tembolok. Pencekokan dilakukan setelah terlebih dahulu dipuasakan selama 18 jam dan setelah dicekok diberi makan. Pencekokan dilakukan selama 3 hari berturut-turut. Tiga jam setelah dicekok pada hari ke-tiga, ayam dipotong untuk mengoleksi pankreas dan isi duodenum.

Penelitian Tahap I1 : Uji biologis penambahan gel iidah buaya kering dan segar sebagai imbuhan pakan dalam ransum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian gel lidah buaya kering dan segar sebagai imbuhan pakan dan pengaruhnya terhadap aktivitas amilase

dan protease

dan performans ayam pedaging. Penelitian ini berlangsung selama 3 bulan termasuk analisis enzim di Laboratorium Teknologi Pakan Balitnak Ciawi - Bogor.

Setelah kandang dan perlengkapannya siap digunakan, ayam ditirnbang, diberi nomor sayap dm anti stress secara oral selanjutnya dilakukan pengacakan

dm

(98)

dan masing-masing perlakuan terdiri atas lima ulangan dan setiap unit ulangan terdiri atas 6 ekor anak ayam.

Ransum dan air minurn diberikan secara tidak terbatas. Untuk mencegah ayam terserang penyakit tetelo, pada minggu pertama ayam divaksin dengan vaksin New

Cbstle Disease (ND) melalui tetes mata dan diulang pada minggu ke-empat melalui suntikan intra muskuler, sedangkan untuk mencegah penyakit gumboro dilakukan vaksinasi gumboro pada hari ketiga dan hari kesebelas.

Untuk mellhat respons pemberian gel lidah buaya kering maupun segar terhadap aktivitas enzim dan performans ayam pedaging, maka dilakukan penimbangan bobot badan dan konsumsi ransum setiap rninggu selama 5 minggu penelitian secara kelompok kecuali pada minggu ke lima penimbangan bobot badan dilakukan per ekor. Pada minggu ke lima akhu penelitian dilakukan pemotongan masing-masing satu ekor yang diambil secara acak dari setiap unit perlakuan untuk pengukuran persentase karkas, kandungan lemak abdomen, aktivitas amilase dan protease pada pankreas dan isi duodenum.

Peubah yang Diamati

Pada penelitian ini peubah-peubah yang diamati adalah :

1. Rataan pertambahan bobot badan per ekor selama lima minggu yang diperoleh dan pengurangan rataan bobot badan akhir pada wnur lima minggu dengan rataan bobot badan awal.

(99)

minggu. Rataan konsumsi ransum per ekor per minggu diperoleh dengan jalan mengurangi ransum yang disediakan dengan sisa ransum pada minggu yang bersangkutan, dibagi dengan jumlah ayam yang ada pada minggu tersebut.

3. Konversi ransum, diperoleh dari pembagian konsumsi ransum dengan pertambahan bobot badan pada periode yang bersangkutan.

4. Persentase ayam yang mati, diperoleh dari setiap jumlah ayam yang mati pada setiap perlakuan dibag dengan jumlah ayam pada awal penelitian kali 100.

5 . Persentase karkas diperoleh dengan membagi bobot karkas dengan bobot hidup dan dikali dengan 100.

6. Persentase lemak abdomen diperoleh dari lemak-lemak pada abdomen dan selutarnya dibagi dengan bobot hidup dlkali dengan 100

7. Aktivitas amilase dan protease.

Analisis Laboratorium

I . Penentuan Bahan Kering Pankreas dan Isi Duodenum

Masing-masing I g pankreas dan isi duodenum dimasukkan kedalam oven dengan temperatur 60 O C selama 24 jam sehingga didapat berat kering. Untuk

(100)

2. Pembuatan Ekstrak Pankreas

Satu (1) g pankreas basah digerus dalam 20 ml buffer pH 7,5 pengenceran 10 kali dengan selanjutnya ditambah 0,2 ml natrium asida 20% (NaN3). Homogenat tersebut dipusingkan pada 12.000 rpm dengan temperatur 4 O C selama 20 menit.

Supernatan yang terbentuk selanjutnya disimpan di freezer untuk ditentukan aktivitas amilase dan proteasenya.

3. Pembuatan Ekstrak Isi Duodenum

Satu (1) g isi duodenum basah digerus dalam 20 ml buffer pH 6,2 pengenceran 10 kali selanjutnya ditambah 0,2 ml natrium asida 20% (NaN3). Homogenat tersebut dipusingkan pada 12.000 rpm dengan temperatur 4 'C selama 20 menit. Supernaian yang terbentuk selanjutnya disimpan di freezer untuk ditentukan aktivitas amilase dan proteasenya.

4. Prosedur Pengujian Aktivitas Amilase

Uji aktivitas amilase dilakukan menurut prosedur modifikasi dari Purwadaria (1994). Mula-mula sampel yang telah diencerkan dipipet kedalam tabung reaksi sebanyak 1 ml. Kemudian dimasukkan kedalarn penangas air suhu 42 OC selama 5

menit, setelah itu ditambahkan 1 ml substrat amilurn 1 % dan diinkubasikan kembali selama 10 menit pada suhu 42 OC. Selain sampel, juga dibuat kontrol, sebagai faktor

(101)

dengan panjang gelombang 540 nm. Masing-masing bahan dibuat duplo. Uji kontrol enzirn disiapkan pada pengenceran yang sama dengan sampel, hanya penambahan substrat (lml) dilakukan setelah penambahan DNS 3 ml.

Perhitungan akhvitas enzim Amilase:

Satu unit aktivitas enzim = banyaknya enzim yang dapat memproduksi 1 pmol amilase dalam satu menit.

pg glukosa sampel

-

pg glukosa kontrol

-

- Faktor pengenceran x

----

----

---

---

unitlml BM glukosa x masa inkubasi (10 menit)

Keterangan : BM = Berat molekul

5. Pembuatan Deret Standar Glukosa

(102)

P = faktor pengencer

T = waktu mkubasi ( 10 menit)

Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 2 x 3 dengan lima ulangan sehingga terdapat enam kombinasi perlakuan.

Faktor pertarna (A) adalah bentuk fislk lidah buaya, yang terdiri atas :

A 1 = lidah buaya kering dan

A 2 = lidah buaya segar.

Sebagai faktor kedua (B) adalah dosis lidah buaya, yang terdiri atas : B = 0,25 g GLBKkg ransum E 25 g GLBSkg ransum

B 2 = 0,50 g GLBKIkg ransurn z 50 gGLBS/kg ransum dan

B 3 = I g GLBKfkg ransum z100 g GLBSkg ransurn. Sehingga model matematis yang dipakai adalah :

Yijk =

+

A1

+

Bj +&Bj+ &ijk

YIJk = respons pada perlakuan ke-i, ulangan ke-j.

P = nilai rata-rata sesungguhnya.

A, = pengaruh perlakuan ke-i faktor A

*J = pengaruh perlakuan ke-j faktor B

&BJ = pengaruh interaksi antara perlakuan ke - i faktor A d a . perlakuan ke-j faktor B

-

(103)

Analisis statistik

Pengaruh perlakuan terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, persentase karkas, lemak abdomen dan mortalitas dianalisis dengan menggunakan sidk ragam. Bila sidik ragarn menunjukkan pengaruh nyata, maka dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (LSD) (Steel dan Torrie, 1981).

(104)

HASIL

DAN

PEMBAHASAN

Respons aktivitas

enzim

ayam pedaging terhadap gel lidab buaya segar

Hasil penelitian tahap pertama tentang respons ayam pedaging terhadap gel

lidah buaya segar disajikan pada Tabel 4 dan Gambar 2.

[image:104.611.89.484.238.307.2]

Dari Tabel 4 dm Gambar 2 tampak bahwa ayam ymg dicekok gel lidah buaya Tabel 4. Alctivitas amilase

dan

protease pada pankreas

dan

isi

duodenum

Ulg

BK

segar rnenghasillcan aktivitas amilase

dan

protease yang lebih tinggi dibandingkan

dengan ayam yang dicekok air (placebo) di panlcreas

dan

isi

duodenum.

Hal

ini

Perlakuan GLB &gar

Air

disebabkan lidah buaya dapat mengmduksi lebih tinggi produksi enzim.

Keterangan : GLB = Gel Lidah Buaya

Isi duodenum

GLB Air

Perlakuan

Amitme

536 176

, Pankreas

Gambar 2. Histogram respons aktivitas en;tim terhadap gel

lidah

b w a

[image:104.611.176.451.441.638.2]
(105)

Keterangan : Apan = Amilase di pankreas Aid = Arnilase di isi duodenum

Ppan = Protease di pankreas Pid = Protease di isi duodenum

Dari hasil penelitian ini mendorong penulis untuk melanjutkan meneliti bagairnana menyajikan gel lidah buaya tersebut kepada ayam pedaging serta berapa dosis yang tepat sehingga menghasilkan efisiensi pakan terbaik.

Pengaruh Dosis dan Bentuk Fisik GLB terhadap Aktivitas Enzim

Analisis pengaruh penggunaan gel lidah buaya terhadap aktivitas enzim dilakukan secara disknptif, karena perbedaan yang ditimbulkan secara statistik tidak nyata tetapi dampaknya secara biologis nyata. Hal ini disebabkan karena untuk menimbulkan respons hanya diperlukan enzim dalam dosis kecil.

1. Aktivitas Amilase di Pankreas dan Isi Duodenum.

Dosis gel lidah buaya mempenganh aktivitas armlase di pankreas dan isi duodenum. Rataan aktivitas amilase di pankreas dan isi duodenum pada ayam umur 5

minggu pada penelitian dapat dilihat pada Tabel 5 dan Gambar 3.

Tabel 5. Aktivitas amilase di pankreas dan isi duodenum (Ulg BK)

I

Dosis lidah

/

GLBK GLBS

Aktivitas amilase di pankreas dan isi duodenum pada ayam dengan dosis

buaya R1 E R 4

R 2 z R 5

R3 E R 6

rendah (R1 z R4) menghasilkan ahvitas amilase tertinggi dibandingkan dengan

Isi duodenum

160,3 f 35

Pankreas

203,5 f 90

Keterangan : GLBK = Gel lidah buaya Kering ; GLBS = Gel lidah buaya segar

154,7

+

67 129,2 f 45

Pankreas

155,s

+

55

Isi duodenum

192,4

+

48 157,3 f 82

156,9

+

89

155,l f 62

135,l f 48

(106)

dosis R2 a R5 maupun R3 s R6. Terjadinya penunman aktivitas enzim

dengan

naiknya

dosis ini

tidak

terlepas dari

kandungan

zat polifenol ((terutama senyawa anlmkhon

dan

tanin) yang dikaudung oleh lidah buaya. Makin tinggi dosis gel

Edah

buaya

dalam ransum maka kadar zat polifenol juga meningkat. Menurut Wafler et al. (1978)

bahwa kadar tanin yang berlebihan dalam

m u m

akan

mengikat protein teams&

enzim

dalam

salmin

pencernaan.

Pankreas GLBK Pankreae GLBS 0 Isi duodenum GLBK Isi duodertum GLBS

I

I

025 0,50

[image:106.611.152.429.255.465.2]

Dorm Gel Udah Buaya

Gambar 3. Histogram aktivitas amilase di pankreas da isi duodenum

Dari Gambar 3 terlihat bahwa aktivitas a d a s e di pankreas

dzm

isi duodenum

mtara

ayam yang

diberi

GLBK clan GLBS

tidak

terlalu

berbeda,

kecuali konsentrasi

rendah

(025 g per kg

m u m )

di

pankreas dan isi duodenum yang di'beri perlakuan

GLBK. Hal ini diduga disebabkan adanya variasi individu yang

tidak

merata dan

terjadinya penmmm konsentrasi senyawa biozlktif lidah buaya seperti antrakinon

(107)

2. Aktivitas Protease di Pankreas dan Isi Duodenum

Dosis dan bentuk fislk gel lidah buaya mempengaruhi aktivitas emim protease di pankreas dan isi duodenum. (Tabel 6 dan Gambar 4).

Tabel 6. Aktivitas protease di pankreas dan isi duodenum (Ulg BK)

Keterangan : GLBK = Gel lidah buaya Kering ; GLBS = Gel lidah buaya segar Dosis lidah

buaya

R1 z R4

R 2 g R 5

R 3 z R 6

Semakin tinggi dosis maka aktivitas protease di pankreas semakin rendah, kecuali ayam yang diberi ransum perlakuan 0,50 g GLBKJkg ransum di pankreas yaitu 56,16 U/g BK. Hal ini sulit diterangkan tetapi ada kemungkinan hubungan regulasi pembentukan enzim di pankreas. Seperti kita ketahui penginduksi protease adalah senyawa protein. Pengeringan menurunkan kadar protein lidah buaya sehingga dosis 0,50 g GLBWkg ransum lebih baik dari dosis 0,25 g GLBWkg ransum (kadar protein 0,50 g GLBWkg ransum baru cukup untuk menginduksi).

Dosis tinggi (R3=R6) di pankreas menghasikan aktivitas protease terendah yaitu 44,85 U/g BK dan 30 U/g BK, ha1 ini disebabkan selain faktor penginduksi protease tetapi juga dipengaruhi faktor penghambat lainnya seperti kadar tanin yang lebih tinggi pada GLBS .

Pada Tabel 6 terlihat bahwa perlakuan lidah buaya tidak mempenganh aktivitas protease di isi duodenum kecuali pada dosis 100 g GLBSIkg ransum. Hal ini diduga akibat telah berpindahnya protein en& di pankreas ( dosis 100 g GLBSIkg

GLBK Pankreas 49,36 f 9 56,16 rt 9 44,85 f 23

GLBS Isi duodenum

0,60 f 0,22 0,61 f 0,23 0,59 f 0,05

Pankreas 50,01

+

6 37,52 rt 10 30,OO rt 4

Isi duodenum 0,71 f 0,16 0,73 _+ 0,34

[image:107.612.97.487.213.289.2]
(108)

ransum = 30 Ulg BK) ke

duodenum

(dosis

100 g GLBSkg ransum = 1.07 Ulg BK).

Oleh karena itu dari

hasl

total

ke-dua

data tetap maka dapat disimpulka~ bahwa

untuk

protease, dosis tinggi (R3aR6) juga rnenghasikta aktivitas enzim protease

yang paling rendah.

1

CI U duodenum 6lBK E4 lsi duodenum GLBS

I

0.50

[image:108.611.127.435.202.404.2]

Dosb L i i h my.

Gambar 4. Histogram akiivitas protease

di

pankreas dan isi duodenum

Pengaruh Docpis d m

B e d

Fiiik GLB tethadap Performans Ayam Pedaging

1. Konsumsi Ransum

dan

Pertambahan Bobot Badan

Rataan konsumsi ransum dan pertambahan bobot badan selama 5 minggu

penelitian disajikan pada Tabel 7, Gambar 5

dm

6. Konsumsi

ransum

dan

pertambh bobot badan ayam pedaging selama 5 minggu penelitian

tidak

nyata d i p e n d oleh konsentrasi gel lidah buaya

dalam

ransum maupun interaksi antara

konsentmsi dan bentuk

fisik.

Hal ini disebabkan kualitas ransum yang di'berikan
(109)

Hasil penelitian ini diduhmg oleh Tillman et al. (1983) yang

memyatakau

bahwa konsumsi ransum

dan

pertambahan bobot badan tergantung

pada

cam pemberian

dan

[image:109.611.69.490.127.690.2]

kualitas pakan yang d i ipada ayam tersebut.

Tabel.7.

Pengaruh

bentuk

&ik

gel lidah buaya terhadap konsumsi

ransum

dan

pertambahan bobot badan ayam pedaging per ekor selama 5 minggu

mnelitian

1

Rataan 11170 f 7 1 11133 f 8 3 11136 f 7 5

1

1

Keterangan : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama untuk tiap peubah yang

diamati menunjukkan perbedaan yang sanjpt nyata @<0,01)

PBB

= Pdambahan Bobot Badan

Rataan

2210 A f 17 2118

*

f 69

1200

"

f 17 1092 f 24

Peubahyang

diamati

1. Konsumsi g

Konsumsi ransum dan pertambahan bobot badan ayam pedaging sangat nyata

@<0.01) dipengamhi oleh bentuk fisik gel lidah

buaya

seperti terlihat

pada

Gambar 5

Bentuk

Fisik

GLBK GLBS

Gambar

5. Histogram

konswnsi

ransum

DosisLidahBuayaDalamRansum

Ratasn

0,25 2205 f 95 2040 f 67 2123f117 1220 f 56 1119 f 75

2. PBB, g GLBK

GLBS

0,50 2228 f 84 2171 f132 2200f 40 1192f 51 1074f 56

1,OO 2196 f 60

[image:109.611.147.451.477.665.2]
(110)

Berdasahn uji sidik

ragam

tmlihat bahwa ayam dengan perlakuan GLBK mengkonsumsi

ransum

yaitu 2210 g saugat nyata (p<0,01) lebih

banyak

di-

dengan ayam yang diberi perlakuan

GLBS

(2118 g). Perbedaan

konsumsi ransum ini erat kaitannya dengan kanduagan air yang

cukup

tinggi pada

lidah buaya segar.

Hasil penelilh Togatorop et al. (2001) menyatakan bahwa gel lidah buaya

sew

mengandung kadar air yang cukup tinggi yaitu 98 %. Kandungan

air

GLBS

akan mmpengarubj kadar

air

ransum dan keambaan ("bulky") ransum, sebingga

ayam yaug mengkonsumsi GLBS lebih cepat kenyang karena kapasitas tembolok

akan

lebih cepat tapenuhi. Disamping itu konsumsi air minum yang berlebih menurut

North

dan Donald (1990) menyebabkan tembolok meregang sehingga cepat

menimbulkau rasa kenyang

clan

mengakibatkan uuggas mengurangi jumlah ransum
(111)

Dari Gambar 6 terlihat bahwa pertambahan bobot

badan

ayam dengan perlakuan GLBK (1200 g) sangat nyata (p<O,Ol) lebih tinggi

diimdingkan

den- ayam dengan perlakuau GLBS yaitu 1092 g. Perbedaan pex-tambahan bobot badan ayam yang mengkonsumsi GLBK dengan GLBS, tidak terlepas dari jumlah konsumsi ransum dan penjngkatan aktivitas amilase dan protease pada ayam yang diberi perlakuan GLBK lebih tinggi daripada ayam perlakuan GLBS.

2. Konversi Ransum

Angka konversi ransum merupakan ukuriiu efisiensi dalam penggunaan

m u m . Semakin rendah nilai konversi ransum semakin efisien pengguaan ransun tersebut, karena semakin sedikit jumlah ransum yang dibutuhkan

untuk

menghasilkan pertambahan bobot badan dalam

jangka

waktu tertentu. Pada penelitian ini analisis data konversi

ransum dilakukan

secara d e h p t i f karena perbedaan yang

sangat kecil secara statistik tidak berbeda,

akan

tetapi secara ekonomis

akan

cukup berarti apabila jumlah ayam yang dipelihara dalam jumlah besar.

Nilai

konversi ransum atas dasar bobot hidup dan karkas selama 5 minggu penelitian dapat dilthat pada Tabel 8, Gambar 7

dm

8.

Tabel 8. Penganrh bentuk fisik gel lidah buaya terhadap konversi

ransum

atas dasar
(112)

Angka konversi

ransum

terbaik

atas

dasar

bobot hidup ditampikan oleh

ayam

dengan dosis 025 g GLBKIkg ransum yaitu 1,81. Angka konversi atas dasar

karlcas

terbaik

ditampilkan oleh perlakuan 0,50 gram GLBWkg ransum yaitu 2,35.

Perbedaan konversi ransum atas dasar bobot hidup ini disebabkau oleh rendahnya

kmumsi ransum dm tiugginya b o b badan akhir ayam dengan

perlakuan

025 gram GLBW kg ransum, Hasil

hi

juga

sama

dengan

hasil

p e M Sinurat et al. (2000)

yaug menyatakan bahwa besar kecilnya nilai konversi

ransum

dipe0gad.u oleh

kualitas dan kuantitas ransum yang dikonsumsi oleh ayam tersebut serta kemampuau

[image:112.611.152.442.334.545.2]

mengubah

ransum

yang dikonsumsi menjadi daging

Gambar 7. Histogram

komrersi

raosum

atas

dasat

bobot

hidup.

Pada

Gambar 7 dan 8, terlihat bahwa

bentuk

fisik kering menampilkan

angka

konversi atas

dasar

bobot hidup maupun karkas yang lebih baik dibandingkau dengan

bentuk

sew.

Hal ini terjadi &&at tingginya aktivitas amilase

clan

protease yang
(113)

penggmam m u m clan di ikuti dengan naiknya pertambalm bobot badan yang lebih

tinggi

di

bandmgkan

perlakmm

GLBS. [image:113.611.134.437.148.356.2]

Dosis Udah Buaya

Gambar 8. Histogram konversi ransum atas dasar

karkas

Pada

Gambar 8 terlihat bahwa konversi ransum terburuk ditampilkan oleh ayam yang di'beri 50 g GLBSkg ransum yaitu 2,02 lebih tinggi

dari

perlakuan

m u m b y a . Pada penelitian ini konversi ransum ayam dengan

perhkuan

GLBK

pada dosis yang sama lebih baik diibandiugkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bintang et al. (2001),

akan

tetapi pada perlakuan dengan GLBS texjadi sebahknya yaitu konversi ransm pada penelitian ini lebih tinggi pada dosis yang sama.

3. Persen- Karkas

dan

Lemak Abdomen

Karkas merupakan

b a n

untuk

menilai produksi daging. Makin besar

persentase karkas maka nilai ekonomisnya makin tinggi karena harga jual ayam

pedagiq ditentukm oleh berat karkas. Rataan persentase karkas dan lemak abdomen ayam pedaging selama 5 minggu penelitian dapat dilihat pada Tabel 9,

Gambar

9 clan
(114)

Tabel 9. Pengaruh bentuk fbik gel

lidah

buaya terhadap

persentase

karkas clan

Hasi.

sidik

ragam

menunjdckan bahwa

dosis, bentuk

fisik

dan

interaksi antara lemak

abdomen selama

5 minggu penelitian

dosis

dan bentuk

fisik gel

lidah

buaya

dalam

ransum

tidak

nyata

mempengaruhi

Peubah yang

d i d

1. Karkas, %

persentase karkas dan lemak abdomen s e h m 5 minggu penelitian. Tidak

ditem-ya perbdaau persentase karkas

ini

mmgkm

disebaMcan oleh

bobot

badan Bentuk

Fisik GLBK GLBS

ayam akhir penelitian yang tidak berbeda.

Gamtmr 9. Histogram persentase

karlcas

Ratean

Mugiyono et al. (1991)

dan

Saptono (1995) menyatakan bahwa pementase

Keman&an : GLBK = Gel lidah buaya Kering ; GCBS = Gel lidah buaya segar

Rataan

67,lO f 136 67,ll f 1,37 Dosis Lidah Buaya

D

h

Ransum

2. Lemak Abdomen, %

persentase karkas

juga

akan

semakin memgkat

pula.

.

1,67 f 0,08 1,67 f 0,09 0,25

68,04 f 3,58 65,58 f 0,83 66,81 f 1,74 1,71 f 0,64

1,76 f 0,41 1,74 f 0,04 GLBK

GLBS

Rataan

0,50 67,72 f 1,74 68,18 f 393 67,85 f 0,33 1,57 f 0,19 1,66 f 0,37 1,62 f 0,06

[image:114.586.112.448.382.585.2]
(115)

Pada

ini

tidak

ditemukan pengaruh nyata

pemberian

gel

lidah

buaya

terhadap

lemak

abdomen. Hal ini

disebabkan

kanduagan energi

metabolis

ransum

sama. Hasil ini juga dikuatkan oleh hasil

penelitian

Wahju (1996) bahwa

persentase

lemak

pada unggas tergantung pada tingkat magi

pakan

dan

tin-

konsumsi

energi.

Pada pemelbraan ayam pedaging selama 5 minggu penelitian tidak

ditemukau adanya kematian pada ayam

penelitian

untuk semua p e r b . Tidak

cfitemukanaya ayam yang mati pada peneW ini

karena

sistim manajemen yang

digudcan selama penelitian cukup

baik,

seperti pemberian

vaksiaasi

ND

dan

IBD

secara oral maupun suntikin, pemberian obat anti stress serta didulcung oleh lingkungan dm sistem kandang tertutup yang baik sehingga temperatur dapat diatur

(116)

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :

n Pemberian gel lidah buaya segar memberi respons yang positif terhadap aktivitas

enzim amilase dan protease di pankreas dan isi duodenum. Dosis rendah (Rl n

R4) di pankreas dan isi duodenum menghasilkan a'kttvitas armlase tertinggi.

Makin tinggi dosis maka &vitas amilase semakin rendah. Aktivitas protease di pankreas tertinggi ditampilkan ayam yang diberi 0,50 g GLBKkg ransum dan ayam yang diberi 25 g GLBSkg ransum, sedangkan pada isi duodenum pemberian gel lidah buaya tidak mempengaruhi aktivitas protease kecuali ayam yang diberi 100 g GLBSkg ransum.

r

Konsumsi ransum clan pertambahan bobot badan tidak nyata dipengamlu dosis dan

interaksi antara dosis dan bentuk fisik, akan tetapi sangat nyata dipengadu oleh bentuk fisik gel lidah buaya. Ayam yang diberi perlakuan GLBK mengkonsumsi ransum dan pertambahan bobot badan yang nyata lebih tinggi dibandingkan GLBS.

n Dosis gel lidah buaya mempengaruh~ konversi pakan atas dasar bobot hidup dan karkas. Ayam yang diberi 0,25 g GLBWkg ransum menghasilkan angka konversi terbaik yaitu 1,8 1 ; sedangkan persentase karkas, lemak abdomen dan mortalitas tidak nyata dipengaruhi oleh pemberian gel lidah buaya.

(117)

DAFTAR PUSTAKA

Anderson. 1983. Aloe Vera, the Miracle Plant. Anderson Books, Inc. California. Anggorodi, R. 1 979. Ilmu Makanan Ternak. PT Gramedia, Jakarta.

Anggorodi, R.1985. Kemajuan Mutakhir dalam Ilrnu Makanan Ternak Unggas. IU Press, Jakarta.

Benof, FH. , 1981. Carcass, organ and by-product weight as related to live weights of male and female broilers. Poult. Sci. 60 : 591-595.

Bergmeyer, HU, J. Bergmeyer, and M. Grassl. 1983. Methods of Enzimatic Analysis. Vol. V: Enzymes 3 : Peptidases, Proteinases, and Their Inhibitors. VCH Verlagsgesellschaft MBH. Weinheim.

Bintang, IAK, AP. Sinurat, T. h a d a r i a , MH. Togatorop, J. Rosida, H.Hamid dan

Saulina. 2001. Pengaruh pemberian bioakhf dalam lidah buaya terhadap penampilan ayam broiler. Laporan Balai Penelitian Ternak Ciawi.

Brody, S. 1945. Bioenergetics and Growth. Hafner Publ. Company Inc.

Cantor, AH. 1980. Factor affecting fat deposition in broiler. Poult. Int. 19 (1) : 38-42.

Card, LE., and Nesheim. 1972. Poultry Production. l l & . Ed. Lea and Febiger, Philadelpia.

Direktorat Jenderal Peternakan. 1987. Ringkasan Imbuhan Pakan (feed Additive) Untuk Hewan. Edisi Pertama. Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal Peternakan, Direktorat Kesehatan Hewan.

Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan. 2001. Buku Statistik Peternakan. Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal Peternakan. Jakarta.

Farrel, DJ. 1979. Effects of dietary energy concentration on utilization of energy broiler chicken and on body composition determined by carcass analysis and predicted using Trium Brith. J. Poult. Sci. 15 : 24-41

(118)

Hastuti. S. 1999. Minuman segar lidah buaya (Aloe vera). Bull. Ilmtah Instiper Yogyakarta 6(2) : 39- 45.

Heyne. K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid 1 . Badan Litbang Kehutanan (Penterjemah), Yayasan Sarana Wana Jaya. Jakarta.

Heyse, PL. and WW. Marion. 1973. Eviscerated yield, component part, meat, skin and bone ratio in the chicken broiler. Poult. Sci 59 : 1499-1505.

Leeson, S and JD. Summers. 1979. Production and carcass characteristic of the broiler chicken. Poult. Sci. 59 : 786-798.

Leeson, S and JD. Summers. 1997. Commercial Poultry Nutrition. 2nd Ed. University Books, Guelph, Ontario, Canada.

Matram, B. 1987. Peranan Fisiologi dalam Produksi Ternak. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Fakultas Peternakan Universitas Udayana.

McDonald, P., RA. Edward and JFD. Grennhalgh, 1988. Animal Nutrition . 3 'h Ed.

Longman Scientific and Tecnhnical, England.

Moran, Jr. ET. 1982. Comparative Nutrition of Fowl and Swine The Gastrointestinal Systems. Distributed by : Office for Educational Practise, University of Guelph. Guelph, Ontario NIG 2W 1, Canada.

Morsy.EM. 1991. The Final Technical Report on Aloe Vera Stabilization and Processing For the Cosmetic, Beverage and Food Industries. Fifth Edition. A subsidiary of CITA International.

Mugiyono. S, Riswantiyah, dan S. Muljowati. 1991. Meningkatkan produktivitas ayam broiler dengan pemberian berbagai bentuk pakan dan potongan paruh. Proceding Vol 1 .

Gambar

Gambar 1. Saluran pencernaan unggas
Tabel 2. Susunan ransum basal percobaan.
Tabel 4. Alctivitas amilase dan protease pada pankreas dan isi duodenum Ulg BK
Gambar 3. Histogram aktivitas amilase di pankreas da isi duodenum
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dapat dikatakan bahwa kemampuan pemahaman konsep matematika kelas kontrol, yaitu peserta didik yang belajar dengan menggunakan metode konvensional memiliki hasil

Hasil pengujian menunjukkan bahwa kekasaran permukaan dipengaruhi oleh kondisi pemotongan seperti panjang penjuluran, besar feeding dan kedalaman potong yang

Alleluya, Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan bimbingan-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul: “PENATAAN KEMBALI

Digital Elevation Models play a crucial role for determining hydrological system of Wadis and secondly acts as a key feature in defining flow channels in Wadis for

Skripsi ini membahas tentang penerapan pendekatan SAVI dengan mengintegrasikan ayat-ayat al-Qur’an ditinjau dari motivasi dan hasil belajar matematika siswa kelas

Relokasi ini memiliki tujuan diantaranya agar pasar Ngasem tidak ditinggalkan para konsumen karena penataan lokasi yang kurang optimal serta diharapkan dengan pemindahan lokasi pasar

Untuk itu dalam melihat Islam secara teologis memang ada teks agama yang secara langsung membedakan antara laki laki dan perempuan, akan tetapi yang harus menjadi kesadaran