• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengomposan Feses Sapi Menggunakan MOL (Mikroorganisme Lokal) Bonggol Pisang pada Jenis Tanah Andisol dan Tanah Aluvial Terhadap Produktivitas Rumput

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengomposan Feses Sapi Menggunakan MOL (Mikroorganisme Lokal) Bonggol Pisang pada Jenis Tanah Andisol dan Tanah Aluvial Terhadap Produktivitas Rumput"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Anyanto, S, E. 2011. Perbaikan Kualitas Pupuk Kandang Sapi Dan Aplikasinya Pada Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata sturt). Fakultas Pertanian Universitas Muna Kudus. Kabupaten Pati.

Curup.2013. geografi jenis-jenis tanah di indonesia. Diakses dari http://geografi-jenis-jenis-tanah-di-indonesia.com. Pada tanggal 24 Mei 2016.

Damayanti,P,A. 2013. Kandungan Kimia Pupuk Organik Cair dari Urine Sapi Menggunakan Biang PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria)

Batang Pisang Sebagai Pengganti EM4. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.

Fachrurozi, M, A., Tyasmono, S, T., Soelistyono,R. 2014. Pengaruh Kombinasi Kompos Kotoran Sapi dan Paitan (Tithonia Dversifolia L.)Terhadap produktifitas Tanaman Cabai Keriting (Capsicum Annum L.). Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang.

Fanindi, A., dan Prawiradiputra, B, R. 2013. Karakterisasi dan Pemanfaatan Rumput Bracharia Sp. Balai Penelitian Ternak. Bogor.

Fanindi, A dan Sutedi, E. 2014. Karakter Morfologi Rumput Benggala (Panicum Maximum cv Gatton) yang Ditanam Menggunakan Jenis Benih Bebeda. Balai Penelitian Ternak. Bogor.

Hermansyah, A. 2013. Pengarruh Pemberian Pupuk Kandang (Kotoran Sapi, Kambing Dan Ayam) Terhadap Kemelimpahan Azotobacter sp dan Pertumbuhan Kacang Tanah (Arachis Hypogaea L). Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Negeri Sunan Kalijaga. Yogyakarta.

Ihsan, M, Z. 2014. Pemanfaatan Kulit Daging Buah Kopi Fermentasi MOL (Mikroorganisme Lokal) Sebagai Ransum Dalam Bentuk Pelet Terhadap Performans Kelinci Peranakan Rex Lepas Sapih. Fakulta Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.

Kesumaningwati, R. 2015. Penggunaan MOL Bonggol Pisang (Musa Paradisiaca) sebagai Dekomposer Untuk Pengomposan Tandan Kosong Kelapa Sawit. Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman Samarinda. Samarinda.

Lingga, P dan Marsono. 2001. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.

(2)

yang Diberi Pupuk Organik Hasil Fermentasi. Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi Manado. Manado.

Miswati. B. 2015. Jenis-jenis tanah, persebaran dan pemanfaatan.Diakses dari http://jenis-jenis-tanah-persebaran-dan-pemanfaatan.materi-pelajaran-smp-terbaru. Pada tanggal 20 desember 2015.

Mukhlis. 2011. Tanah Andosol Genesis, Klasifikasi, Karakteristik, penyebaran dan analisis. USU Press. Medan.

Pujaningsih, R. 2005. Teknologi fermentasi dan Peningkatan Kualitas Pakan. Fakultas Peternakan UNDIP. UNDIP.

Rahalus, R., Tulung, B., Maaruf, K., Walayan, F, R. 2014. Pengaruh Penggunaan Konsentrat dalam Pakan Rumput Benggala (Panicum Maximum) Terhadap Kecernaan NDF dan ADF pada Kambing Lokal. Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi. Manado.

Rahman, D, L., Malalantang, S, S., Rustandi, dan Anis, S, D. 2013. Pertumbuhan dan Perkembangan Rumput Gajah Dwarf (Pennisetum Purpureum cv. Moot). Yang Diberi Pupuk Hasil Fermentasi EM4. Fakultas Peternakan Sam Ratulangi. Manado.

Rijanto, H., Sirait, J., Ginting, S, P., 2009. Budidaya dan Pemanfaatan Bracharia Ruziziensis (Rumput Ruzi) Sebagai Hijauan Pakan Kambing. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Sumatera Utara.

Risnandar, C. 2012. Jenis dan Karakteristik Pupuk Kandang. Diakses dari: http://alamtani.com/pupuk-kandang. Diakses pada tanggal : 1 Feb 2016.

Rusdiana, S., Hutasoit R. 2014. Pemanfaatan Hijauan Pakan Ternak Brachiaria Ruziziensis dan Stylosanthes Guianenis Mendukung Usaha Ternak Kambing di Kabupaten Asahan. Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih. Medan.

Sari, M. 2015.Tanah alluvial sifat-sifat morfologi dan kandungan hara. Diakses dari: ilmugeografi.com/ilmu-bumi/tanah-aluvial. Pada tanggal 4 Oktober 2016.

Sajimin. Fanindi, A., Herdiawab, I. 2006. Prodiktivitas Tiga Jenis Rumput dan Palatabilitasnya pada Ternak Domba. Balai Penelitian Ternak. Bogor.

Sajimin, Sutendi, E., Purwantari, N, D., dan Prawiradiputra, B, R. 2013. Agronomi Rumput Benggala (Panicum Maximum Jacq) dan Pemanfaatannya Sebagai Rumput Potong. Balai Penelitian Ternak. Bogor.

(3)

Sitompul dan Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Sukarman, dan Dariah, A. 2014. Tanah Andosol di Indonesia Karakteristik, Potensi, Kendala, dan Pengelolaannya untuk Pertanian. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor.

Syaifudin, A., Mulyani, L., dan Sulastri, Sulastri, E. 2010. Pemberdayaan Mikroorganisme Lokal sebagai Upaya Peningkatan Kemandirian Petani. Karya Tulis Ilmiah. Jakarta

Syamsu, S. 2015. Berbagai Jenis Tanah dan Ciri-cirinya. Diakses dari http://ilmu-pengetahuan-alam-berbagai-jenis-tanah-dan-ciri-cirinya. Pada tanggal 20 desember 2015.

Tafal, Z, B. 1981. Ranci Sapi Usaha peternakan yang Lebih Bermanfaat. Penerbit Bharatara Karya Aksara. Jakarta.

Wijaya. 2011. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian Universitas Gunung Jati. Cirebon.

Windyasmara, L., Pertiwiningrum, A., dan Yusiati, L, M. 2012. Pengaruh Jenis Kotoran Ternak Sebagai Substrat dengan Penambahan Serasah Daun Jati (Tectona Grandis) Terhadap Karaktristik Biogas pada Proses Fermentasi. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Wulandari, V. 2011. Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk Kandang Ayam Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Rosella (Hibiscus Sabdariffa L) Di Tanah Ultisol. Fakultas Perrtanian Universitas

Andalas. Padang.

(4)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratium Biologi Ternak

Universitas Sumatera Utara.Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan dimulai

dari bulan Mei sampai bulan Agustus 2016.

Bahan dan Alat

Bahan

Kotoran sapi, bonggol pisang, air kelapa dan gula merah untuk membuat

pupuk organik.Tanah andisol yang merupakan tanah vulkanik didapat dari

Kabupaten Karo di sekitar kaki gunung Sinabung dantanah aluvial yang

merupakan tanah endapan dari sungai didapat dari Kecamatan Medan Barat

disekitar sungai Deli sebagai media tanam.Bibit Bracharia ruziziensisdanPanicum maximumyang didapat dari loka penelitian kambing potong sei putih, Galang.Air untuk penyiraman pada tanaman dan Polybagyang berukuran 5 kg tanah.

Alat

Cangkul, sekop, jerigen, gembor, aqua botol, selang kecil untuk saluran

pembuangan gas hasil proses fermentasi,tong berukuran 20 liter sebagai tempat

pembuatan mol, terpal plastik, timbangan 2 kg dengan kepekaan 10 gram, alat

ukur untuk mengukur tinggi tanaman, jaring sebagai pagar penelitian, batu bata

sebagai alas polybag, tali plastik, pisau cutter, buku data dan kalkolator, amplop

(5)

Metode Penelitian

Pembuatan MOL

Pembuatan MOL menggunakan bonggol pisang yang telah dicacah halus

sebanyak 1 kg, air kelapa 10 liter dan gula merah 100 gr yang sudah diiris, lalu

semua dimasukkan jadi satu dalam satu tong, lalu tong tersebut ditutup rapat dan

diberi selang pembuangan gas hasil fermentasi yang dihubungkan ke botol aqua

berisi air, lalu tong dibiarkan selama 14 hari untuk mengalami proses fermentasi.

Pembuatan Kompos

Pengomposan setiap 100 kg feses sapi menggunakan 2,5 liter mol bonggol

pisang. Campurkan mol dan feses secara merata, lalu setelah pencampuran feses

sapi ditutup dengan terpal kemudian setiap satu minggu dilakukan pembalikan

sampai minggu ke empat. Pada minggu ke empat kompos sudah siap digunakan,

dan untuk mendapatkan bentuk yang seragam dilakukan pengayakan.

Pelaksanaan Penelitian

1. Pemupukan

Pemupukan dilakukan sebanyak 1 kali menggunakan pupuk organik

yang telah disiapkan sebelumnya, dosis pemupukan disesuaikan dengan

perlakuan, setelah dipupuk media tanam dibiarkan selama 1 minggu.

2. Penanaman

Penanaman dilaksanakan setelah memasukkan media tanah kedalam

polybag ukuran 5 kg tanah, lalu penanaman dilakukan sesuai dengan

(6)

3. Triming

Triming adalah pemotongan rumput yang bertujuan untuk

menyeragamkan tinggi tanaman. Triming tiap jenis rumput dilakukan pada

saat rumput berumur 21 hari.

4. Pemeliharaan

Pemeliharaan meliputi1) penyiraman; penyiraman dilakukan setiap hari

dua kali yaitu pada pagi dan sore atau sesuai kebutuhan.Jika musim hujan

tidak perlu untuk penyiraman 2) Penyiangan; penyiangan dilakukan terhadap

gulma-gulma liar yang ada dilahan penelitian dan dilakukan secara manual.

5. Pemanenan

Pemanenan pada rumput bracharia ruziziensis dan panicum

maximumdilakukan 4 minggu sekali, dengan tinggi pemotongan 10 cm dari permukaan tanah.

6. Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan setiap dilakukannya pemanenan, data-data

yang didapat lalu dianalisis dengan sidik ragam sesuai dengan rancangan

yang digunakan dan dilanjutkan dengan uji BNT.

Parameter Penelitian

1. Berat segar

Berat segar didapat dari penimbangan rumput bracharia ruziziensis,dan

(7)

2. Berat kering

Berat kering diperoleh dari berat segar rumput setelah dilakukn

penimbangan, selanjutnya dioven pada suhu 600C selama 24 jam, kemudian

ditimbang berat rumput tersebut.

Selanjutnya diambil sampel sebanyak 2 gram untuk mengetahui berat

tanaman pada oven 1050C. Dilakukan konversi antara persentase berat pada

suhu 600C dan pada suhu 1050C untuk mengetahui produksi berat kering

tanaman. Untuk menghitung produksi berat kering tanaman dapat diketahui

dengan rumus:

Produksi berat kering = %BK 600C x %BK 1050C x produksi segar

3. Tinggi tanaman

Tanaman diukur tingginya sebelum dilakukan pemanenan untuk

memperoleh nilai tinggi tanaman dari tiap-tiap perlakuan. Tinggi tanaman

diukur dari permukaan tanah hingga ke bagian tertinggi dari rumput

bracharia ruziziensisdan panicum maximum.

Rancangan Percobaan

Adapun rancangan yang akan digunakan ialah Rancangan Petak Petak

Terbagi (RPPT) dengan 3 ulangan dan perlakuan sebagai berikut:

- Faktor T sebagai jenis tanah, yaitu sebagai petak utama:

• T1 = Tanah Andisol • T2 = Tanah Aluvial

- Faktor R sebagai rumput, yaitu sebagai anak petak

(8)

- Faktor P sebagai taraf penggunaan pupuk, yaitu sebagai anak-anak petak:

• P0 = Tanpa menggunakan pupuk

• P1 = Diberi pupuk 250 gr/polybag (10 ton/ha)

• P2 = Diberi pupuk 500 gr/polybag (20 ton/ha)

Kombinasi faktor dalam perlakuan adalah sebagai berikut:

Model linier percobaan yang digunakan adalah:

Dimana:

i = 1, 2, . . . , a

j = 1, 2, . . . , b

k = 1, 2, . . . , c

l = 1, 2, . . . , r

Y ijkl =Pengamatan pada satuan percobaan ke-l yang memperoleh kombinasi

perlakuan taraf ke-i dari faktor A, taraf ke-j dari faktor B dan taraf ke-k

dari faktor C

μ =nilai rata-rata yang sesungguhnya (rata-rata populasi)

(9)

αil = pengaruh acak dari petak utama, yang muncul pada taraf ke- idari

faktor A dalam kelompok ke-l. Sering disebut galat petak utama atau

galat a

Bj =pengaruh aditif taraf ke- j dari faktor B

(AB)ij =pengaruh aditif taraf ke- i dari faktor A dan taraf ke- j dari faktor B

δijl =pengaruh acak dari satuan percobaan ke-l yang memperoleh kombinasi

perlakuan ij. Sering disebut galat anak petak atau galat b

C k = pengaruh aditif taraf ke-k dari faktor C

(AC)ik =pengaruh aditif taraf ke-I dari faktor A dan taraf ke-k dari faktor C

(BC)jk = pengaruh aditif taraf ke-j dari faktor B dan taraf ke-k dari faktor C

βijkl = pengaruh acak dari satuan percobaan ke-k yang memperoleh kombinasi

perlakuan ijk. Sering disebut galat anak-anak petak atau galat C

Analisis Data

Data yang didapat akan dianalisis, dan jika perlakuan nyata (F ≥ F 0,5)

atau sangat nyata (F ≥ F 0,1). Apabila perlakuan berpengaruh nyata maka diuji

(10)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berat Segar

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian dosis kompos feses sapi

yang berbeda serta penggunaan jenis tanah yang berbeda memberikan pengaruh

nyata terhadap produksi berat segar rumput Bracharia ruziziensis dan Panicum maximum. Berat segar rumput dapat dilihat pada tabel satu.

Tabel 1: Pengaruh jenis tanah dan dosis pupuk terhadap produktivitas bahan segar rumput Bracharia ruziziensis dan Panicum maximum

(g/pot/panen). Keterangan: notasi sama menunjukkan tidak berpengaruh nyata

Analisis statistika menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata

terhadap produktivitas berat segar antara T1 (tanah andisol) dan T2 (tanah

aluvial)yang diberi pupuk feses sapi terfermentasi bonggol pisang, dimana nilai

produksi bahan segar tertinggi terdapat pada penggunaan T2 yaitu 103,83

gr/pot/panen.Hal ini sesuai dengan pernyataan Sari (2015), yang menyatakan

bahwa permasalahan tanah alluvial adalah kandungan pH pada tanah alluvial

tergolong rendah (5,3-5,8), terjadinya keracun analumunium sangat tinggi,

kandungan alumunium terlarut dalam jumlah cukup banyak. Terdapatnya fosfor

(P) terabsorpsi relative rendah.Pemberian pupuk kandang sangat dianjurkan untuk

(11)

Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa perlakuan (P0) menghasilkan

berat segar dengan rataan 52,66 gr dan nyata lebih kecil dibandingkan dengan

perlakuan (P1 dan P2). Adanya perbedaan ini terjadi dikarenakan pada perlakuan

P1 dan P2 dilakukan penambahan pupuk feses sapi terfermentasi bonggol pisang,

sedangkan pada P0 tidak, yang menyebabkan produksi bahan segarpun ikut

berbeda. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wulandari (2011), yang menyatakan

bahwa Salah satu pupuk organik yaitu pupuk kandang, pupukkandang merupakan

produk buangan dari binatang peliharaan seperti ayam, kambing, sapi dan kerbau

yang dapat digunakan untuk menambah hara, memperbaiki sifat fisik dan biologi

tanah. Kualitas pupuk kandang sangat berpengaruh terhadap respon tanaman.

Tabel 2: Pengaruh dosis pupuk terhadap produktivitas bahan segar rumput

Bracharia ruziziensis dan Panicum maximum (g/pot/panen).

Rumput Keterangan: notasi sama menunjukkan tidak berpengaruh nyata

Berdasarkan Hasil pada Tebel 2 menunjukkan bahwa terjadi perbedaan

nyata terhadap produktivitas berat segar antara V1 (rumput Bracharia ruziziensis) dan V2 (rumput Panicum maximum) yang diberi pupuk feses sapi terfermentasi bonggol pisang, nilai tertinggi terdapat pada V1 yaitu 76,97 gr/pot/panen. Hal ini

sesuai dengan pernyataan Fanindi dan Prawiradiputra (2013), yang menyatakan

bahwa Rumput Brachiaria adalah salah saturumput gembala yang memiliki produksi lebihbaik jika dibandingkan dengan rumputlapangan, memiliki nilai

nutrisi yang tinggi,lebih tahan pada musim kemarau dan cocokuntuk daerah

(12)

ke berbagai daerah termasuk kedaerah Asia dan pasifik.Dan mulai

diintroduksikan ke Indonesia tahun 1958.

Berat Kering

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian dosis kompos feses sapi

yang berbeda serta penggunaan jenis tanah yang berbeda memberikan pengaruh

nyata terhadap produksi berat kering rumput Bracharia ruziziensis dan Panicum maximum.Berat kering rumput dapat dilihat pada tabel tiga.

Tabel 3: Pengaruh jenis tanah dan dosis pupuk terhadap produktivitas bahan kering rumput Bracharia ruziziensis dan Panicum maximum

(g/pot/panen). Keterangan: notasi sama menunjukkan tidak berpengaruh nyata

Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata

terhadap produktivitas berat kering antara T1 (tanah andisol) dan T2 (tanah

aluvial)yang diberi pupuk feses sapi terfermentasi bonggol pisang, dimana nilai

produksi berat kering tertinggi terdapat pada penggunaan T2 yaitu

24,4 gr/pot/panen dibandingkan dengan T1 yaitu 10,15 gr/pot/panen.Hal ini sesuai

dengan Pernyataan Rahman et al. (2013), yang menyatakan bahwa tingkat kesuburan tanah di setiap daerah di Indonesia beraneka ragam, ada yang subur

dan ada yang tidak subur. Perbedaan keadaan tanah ini disebabkan oleh terjadinya

perlakuan yang berbeda terhadap tanah-tanah di setiap daerah.Degradasi lahan

atau penurunan kesuburan tanah dapat terjadi akibat pemberian pupuk pada lahan

(13)

dilakukan adalah praktek pertanian akrab lingkungan atau pertanian berwawasan

lingkungan, dengan menitikberatkan pada penggunaan pupuk organik yang dapat

memperbaiki, meningkatkan serta mempertahankan produktivitas lahan secara

berkelanjutan.

Berdasarkan pada Tabel 3 dapat diketahui bahwa nilai rataan berat kering

tertinggi ada pada perlakuan (P2) dengan rataan 22,45 gr/pot/panen dan berbeda nyata denngan perlakuann (P1 dan P2). Hal ini dikarenakan pemberian pupuk

feses sapi terfermentasi terbanyak selama penelitian dilaksanakan adalah ke

perlakuan (P2), dengan demikian semakin banyak pupuk organik yang diberikan

ke tanaman maka akan semakin baik produktivitas tanaman tersebut. Hal ini

sesuai dengan pernyataan Fachrurrozi et al (2014), yang menyatakan bahwa

kompos kotoran sapi merupakan penyedia unsur hara yang berangsur-angsur

terbebaskan dan tersedia bagi tanaman.Tanah yang dipupuk dengan kompos

kotoran sapi dalam jangka waktu yang lama masih dapat memberikan hasil panen

yang baik.

Tabel 4: Pengaruh dosis pupuk terhadap produktivitas bahan kering rumput

Bracharia ruziziensis dan Panicum maximum (g/pot/panen).

Rumput Keterangan: notasi sama menunjukkan tidak berpengaruh nyata

Berdasarkan hasil pada Tebel 4 menunjukkan bahwa terjadi perbedaan

(14)

sesuai dengan pernyataan Rijanto et al. (2009), yang menyatakan bahwa rumput ruzi termasuk rumput berumur panjang (> 3 tahun).Peremajaan dapat dilakukan

bahkan pada tahun ke enam setelah ditanaman dan dikelola dengan pemotongan

atau pengembalaan secara teratur. Dengan pola tanam mengikuti teknis anjuran

maka rumput ruzi dapat menghasilkan produk bahan segar rata-rata sebanyak 120

ton/ha per tahun dengan kisaran antara 80-150 ton/ha per tahun. Dengan

kandungan Bahan Kering (BK) sebesar 20% produksi rumput ruzi mencapai

rata-rata 24 ton bahan kering/ha/tahun.

Tinggi tanaman

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian dosis kompos feses sapi

yang berbeda serta penggunaan jenis tanah yang berbeda memberikan pengaruh

nyata terhadap produksi tinggi tanaman rumput Bracharia ruziziensis dan

Panicum maximum. Tinggi tanaman rumput dapat dilihat pada tabel lima.

Tabel 5: Pengaruh jenis tanah dan dosis pupuk terhadap tinggi rumput Bracharia ruziziensis dan Panicum maximum (cm).

Tanah Rumput Keterangan: notasi sama menunjukkan tidak berpengaruh nyata

Tabel 5 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata terhadap

tinggi tanaman antara T1 (tanah andisol) dan T2 (tanah aluvial)yang diberi pupuk

feses sapi terfermentasi bonggol pisang, dimana nilai tertinggi terdapat pada

penggunaan T2 yaitu 75,55 cm. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mukhlis (2011),

(15)

yang tinggi (retensifosfat> 85%) sehingga ketersediaan fosfat bagi tanaman cukup

rendah. Sebagian besar P yang diberikan dalam bentuk pupuk, sebagian didalam

tanah diserap oleh bahan amorf menjadi tidak tersedia bagi tanaman. Untuk

memenuhi kebutuhan tanaman akan unsure hara P, biasanya petani memberikan

pupuk P jauh lebih banyak.

Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa pemberian kompos feses sapi

tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. Walaupun tidak berpengaruh

nyata, rataan tinggi tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan P2 dengan rataan

66,66 cm. Meskipun tidak berpengaruh secara nyata, tinggi tanaman yang

diberikan jumlah pupuk feses sapi lebih banyak (P2) tetap memiliki tinggi yang

lebih dibandingkan dengan tanaman yang diberikan pupuk feses sapi lebih sedikit

(P1 dan P0), hal ini menunjukkan bahwa penambahan pupuk akan meningkatkan

produktivitas tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Yuliprianto (2010) yang

menyatakan bahwa penggunaan pupuk organik dalam tanah diperkirakan juga

meningkatkan beberapa populasi mikroorganisme tanah yang mengutungkan

seperti rhizobia untuk fiksasi nitrogen dan mikorisa untuk meningkatkan

ketersediaan fosfor.

Tabel 6: Pengaruh dosis pupuk terhadap tinggi rumput Bracharia ruziziensis dan

Panicum maximum (cm).

Rumput

Rataan Pupuk 59,9225 65,29 66,6625 Keterangan: notasi sama menunjukkan tidak berpengaruh nyata

Pada tabel 6 menunjukkan bahwajenis rumput Panicum maximum

(varietas II) menunjukkan nilai yang lebih tinggi yaitu 80,05 cm sedangkan

(16)

karakteristik dari rumput Panicum maximum yang memiliki batang tegak membentuk rumpun mirip padi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sajimin et al.

(2013), yang menyatakan bahwa karakteristik rumput benggala adalahtanaman

tumbuh tegak membentuk rumpunmirip padi. Termasuk rumput tahunan,

kuat,berkembang biak yang berupa rumpun/polsyang sangat besar, dengan akar

serabutmenembus dalam tanah, batangnya tegak,berongga tak berbulu. Tinggi

tanaman 1,00 –1,50 m, dengan seludang-seludangnya berbulupanjang pada

pangkalnya, lidah kadang-kadangberkembang biak. Daun bentuk pita yangsangat

banyak jumlahnya itu terbangun garis,lancip bersembir kasar, berwarna

hijau,panjang 40–105 cm dengan lebar 10–30 mm.Bunga majemuk dengan

sebuah malai yangpanjangnya 20–45 cm, tegak, bercabangcabang,acapkali

diselaputi lapisan lilin putih.Bulir berbunga 2 yang panjangnya 3 x 4 mm,bentuk

lonjong.Buah yang dihasilkan dalamjumlah sedikit dan mudah rontok

sehinggamasalah serius untuk produksi biji. Panjang biji2,25–2,50 mm, tiap kg

(17)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin dilakukan peningkatan

dosis pupuk feses sapi terfermentasi mol bonggol pisang maka produktivitas

semakin meningkat pula, penggunaan tanah yang paling baik adalah tanah aluvial

dan jenis rumput yang terbaik adalah rumput Bracharia ruziziensis. Saran

Untuk meningkatkan produksi hijauan pakan ternak dapat menggunakan

pupuk feses sapi fermentasi mol bonggol pisang.Disarankan untuk melakukan

penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan pupuk feses sapi fermentasi mol

(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Feses Sapi

Salah satu pupuk organik yaitu pupuk kandang, pupukkandang merupakan

produk buangan dari binatang peliharaan seperti ayam, kambing, sapi dan kerbau

yang dapat digunakan untuk menambah hara, memperbaiki sifat fisik dan biologi

tanah. Kualitas pupuk kandang sangat berpengaruh terhadap respon tanaman

(Wulandari, 2011).

Kompos kotoran sapi merupakan penyedia unsur hara yang

berangsur-angsur terbebaskan dan tersedia bagi tanaman. Tanah yang dipupuk dengan

kompos kotoran sapi dalam jangka waktu yang lama masih dapat memberikan

hasil panen yang baik (Fachrurrozi et al., 2014).

Pupuk kandang dari kotoran sapi memiliki kandungan serat yang tinggi.

Serat atau selulosa merupakan senyawa rantai karbon yang akan mengalami

proses dekomposisi lebih lanjut. Proses dekomposisi senyawa tersebut

memerlukan unsur N yang terdapat dalam kotoran. Sehingga kotoran sapi tidak

dianjurkan untuk diaplikasikan dalam bentuk segar, perlu pematangan atau

pengomposan terlebih dahulu (Risnandar, 2012).Windyasmara et al (2012), menyatakan bahwa feses sapi mengandung hemisellulosa sebesar 18,6%, sellulosa

25,2%, lignin 20,2%, nitrogen 1,67%, fosfat 1,11% dan kalium sebesar 0,56%.

Kadar hara kotoran ternak berbeda-beda karena masing ternak mempunyai

sifat khas sendiri. Makan masing-masing ternak berbeda-beda. Padahal makanan

yang menentukan kadar hara. Jika makanan yang diberikan kaya hara N, P, dan K

maka kotorannya pun akan kaya akan zat tersebut. Selain jenis makanan, usia

(19)

urine yang kadar haranya rendah. Alasannya, ternak muda memerlukan sangat

banyak zat hara N dan beberapa macam mineral dalam pembentukan

jaringan-jaringan tubuhnya (Lingga dan Marsono, 2001).

MOL (Mikroorganisme Lokal) Bonggol Pisang

MOL (mikroorganisme lokal) merupakan pengembangbiakan

mikroorganisme yang akan mampu mendegradasi bahan organik. Mikroorganisme

ini doperoleh dari ragi tape (Saccharomyces sp), ragi tempe (Rizhopus sp) dan yogurt (Lactobacillus sp) dikembangkan dengan cara pencampuran air sumur dengan air gula. Tujuan tahapan ini adalah untuk membiakkan mikrorganisme

yang mampu memfermentasi bahan organik (Ihsan, 2014).

Larutan MOL (Mikroorganisme Lokal) adalah larutan hasil fermentasi

yang berbahan dasar dari berbagai sumber daya yang tersedia setempat. Larutan

MOL mengandung unsur hara mikro dan makro dan juga mengandung bakteri

yang berpotensi sebagai perombak bahan organik, perangsang pertumbuhan dan

sebagai pengendali hama dan penyakit tanaman, sehingga MOL dapat digunakan

baik sebagai pendekomposer, pupuk hayati dan sebagai pestisida organik terutama

sebagai fungisida (Syaifudin et al., 2010).

Tanaman pisang memiliki banyak manfaat terutama yang banyak

dikonsumsi masyarakat adalah buahnya, sedangkan bagian tanaman pisang yang

lain, yaitu jantung, batang, kulit buah, dan bonggol jarang dimanfaatkan dan

dibuang begitu saja menjadi limbah pisang.Bonggol pisang ternyata mengandung

gizi yang cukup tinggi dengan komposisi yang lengkap, mengandung karbohidrat

(66%), protein, air, dan mineral-mineral penting. Bonggol pisang mempunyai

(20)

mikrobia pengurai bahan organik.Mikrobia pengurai tersebut terletak pada

bonggol pisang bagian luar maupun bagian dalam. Jenis mikrobia yang telah

teridentifikasi pada MOL bonggol pisang antara lain Bacillus sp., Aeromonas

sp.,danAspergillus nigger. Mikrobia inilah yang biasa mendekomposisi bahan organik (Kesumaningwati, 2015).

Menurut Damayanti (2013),dalam bonggol pisang mengandung tujuh

mikroorganisme yang sangat berguna bagi tanaman yaituAzospirillium,

Azotobacter, Bacillus, Aeromonas, Aspergillus, mikroba pelarut phospat dan

mikroba selulotik. Tidak hanya itu, mikroorganisme bonggol pisang juga tetap

bisa digunakan untuk bioaktivator atau mempercepat proses pengomposan.

Fermentasi

Fermentasi adalah proses pemecahan karboohidrat dan asam amino secara

anaerob yaitu tanpa oksigen. Melalui fermentasi terjadi pemecahan secara substrat

oleh enzim-enzim tertentu terhadap bahan pakan yang tidak dapat dicerna,

misalnya selulosa dan hemiselulosa. Selama proses fermentasi terjadi

pertumbuhan kapang yang mampu meningkatkan kadar protein dan nilai nutrisi

yang lainnya. Proses fermentasi tidak akan terjadi tanpa adanya enzim katalis

spesifik yang dapat dikeluarkan oleh mikroorganisme tertentu. Proses fermentasi

mikroorganisme memperoleh sejumlah energi untuk pertumbuhannya dengan

jalan merombak bahan yang memberikan zat-zat hara atau mineral bagi

mikroorganime seperti hidrat arang, protein, vitamin dan lain-lain

(Sembiring, 2006). Sementara itu menurut Pujaningsih (2005) fermentasi adalah

(21)

hidrolisa atau reaksi kimia lainnya) yang melakukan perubahan kimia pada suatu

substrat organik dengan menghasilkan Produk Akhir.

Fermentasi dapat juga diartikan penguraian unsur-unsur organik dengan

mikroorganisme lokal dimana bahan yang digunakan dalam keadaan basah (kadar

air 60%). Proses fermentasi dapat dikatakan sebagai proses “Protein enrichment”

yang berarti proses pengkayaan protein bahan dengan menggunakan

mikroorganisme tertentu (Ihsan, 2014).

Untuk membuat pupuk kandang dilakukan dengan mengumpulkan kotoran

sapi dalam suatu tempat yang disebut silo. Dalam silo tersebut bahan tersebut

diperam selama kira-kira 3 bulan. Selama pemeraman terjadi proses pembusukan

yang akan mengubah kotoran menjadi bahan yang terlapuk sekaligus melepaskan

unsur-unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman. Untuk mempercepat proses

pemeraman bisa dilakukan dengan menambahkan mikroorganisme. Waktu

pelapukan relatif cepat, yaitu sekitar 7-14 hari bila dibandingkan dengan waktu

pemeraman secara alamiah yaitu sekitar 90 hari (Anyanto, 2011).

Jenis-jenis Tanah

Tingkat kesuburan tanah di setiap daerah di Indonesia beraneka ragam, ada

yang subur dan ada yang tidak subur.Perbedaan keadaan tanah ini disebabkan oleh

terjadinya perlakuan yang berbeda terhadap tanah-tanah di setiap

daerah.Degradasi lahan atau penurunan kesuburan tanah dapat terjadi akibat

pemberian pupuk pada lahan secara tidak benar. Sehubungan dengan hal tersebut,

alternatif lain yang dapat dilakukan adalah praktek pertanian akrab lingkungan

(22)

pupuk organik yang dapat memperbaiki, meningkatkan serta mempertahankan

produktivitas lahan secara berkelanjutan (Rahman et al., 2013).

Tanah Andisol

Andisol adalah tanah berwarna hitam atau coklat tua, struktur remah,

kadar bahan organik tinggi, licin (smeary) jika dipirid. Tanah bagian bawah

berwarna coklat sampai coklat kekuningan, tekstur sedang, porous, pemadasan

lemah, akumulasi liat sering ditemukan di lapisan bawah. Andisol hanya dijumpai

pada bahan vulkanik yang tidak padu, pada ketinggian 750 sampai 3.000 m di atas

permukaan laut (mdpl). Andisol dijumpai pada daerah beriklim

tropika basah dengan curah hujan antara 2.500-7.000 mm/tahun

(

Sukarman dan

Dariah, 2014).

Tanah ini berasal dari gunung berapi, disebut juga tanah gunung, biasanya

didapati pada daerah yang curam, ada yang dipakai untuk pertanian. Warnanya

cokelat kehitaman hingga kelabu. Mengandung banyak bahan-bahan organik,

kesuburannya sedang, jarang ia bersifat asam dan seperti tanah liat (Tafal,

1981).Menurut Curup (2013), persebaran tanah andisol di indonesia terletak di

Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, Halmahera, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi.

Warna dari horizon humus di andisol terutama ditentukan oleh kandungan

dan sifat dari bahan organik. Umumnya, kegelapan dari horizon humus cenderung

meningkat dengan meningkatnya kandungan bahan organik, rasio asam humat

terhadap asam fulfat dan derjat humifikasi asam humat. Hasil penelitian di timur

laut jepang, andisol yang mengandung C-organik ≥ 6% bewarna sangat gelap jika

(23)

kurobukudo, sementara dengan jumlah C-organik sama, bewarna cokelat gelap

jika humus didominasi oleh asam fulfat dan asam humat tipe-P (Mukhlis, 2011).

Rata-rata ada 57 unsur yang teranalisis dari tanah andisol alofanik. Kadar

unsur yang sangat beragam dan nilai maksimum/ nilai minimum bekisar antara 2

dan 300. Nilai maksimum/minimum Si, Al dan Fe agak sempit antara 2 dan 4.

Kandungan rata-rata dari 12 unsur (C, N, Na, Mg, Al, Si, P, K Ca, Ti, Mn, dan

Fe) lebih dari 1g/kg, sedangkan unsur lainnya kurang dari 1g/kg. Banyak faktor,

seperti tipe batu tephra, kadar bahan non kritalin, dan aktivitas biologi, dapat

mempengaruhi tingginya nilai maksimum/minimum dari 57 unsur yang

dikandung tanah abu vulkanik (Mukhlis, 2011).

Tanah Aluvial

Tanah aluvialadalah jenis tanah yang berasal dari pasir atau lumpur yang

dibawa oleh aliran sungai lalu diendapkan pada daerah dataran rendah atau

lembah.Unsure hara yang terkandung dalam tanah aluvial sangat bergantung pada

asal daerahnya dan tanah ini berwarna kelabu.Persebaran tanah aluvial ini banyak

terdapat pada daerah Pantai Timur Sumatera, Pantai Utara Jawa.Pemanfaatannya

dipergunakan untuk daerah persawahan (Miswati, 2015).

Tanahyang berasal dari endapan baru, berlapis-lapis,bahan organic

jumlahnyatidakteraturdengankedalaman.Hanyaterdapatepipedonokrik,histikatausu

lfurik,kandunganpasirkurangdari 60% (Wijaya, 2011).

Tanah Aluvial terbentuk oleh lumpur sungai yang mengendap di dataran

rendahwarna gelapsubur (Syamsu, 2015).

Tanah ini terbentuk dari bahan endapan tanah liat, debu, pasir laut dan

(24)

sangat asam, sedikit unsur hara dan cadangan pelikannya. Warna tanahnya cokelat

muda, cokelat kelabu sampai kelabu. Tanah aluvial tidak atau hanya sedikit

memperlihatkan perkembangan profil. Dibagian atasnya kadang-kadang ada

lapisan bahan organik. Peralihan dari lapisan kelapisan tampak jelas sekali,

lapisan atas berupa tanah liat, di bawahnya pasir. Bentuknya datar, mudah

diirigasi, ia banyak dipakai untuk pertanian (Tafal, 1981).

Pupuk Organik

Pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk memperbaiki kesuburan

tanah, sedangkan pemupukan adalah penambahan bahan tersebut (pupuk) kedalam

tanah agar tanah menjadi subur.Pupuk dibedakan menjadi dua jenis yaitu pupuk

organic dan pupuk anorganik.Pupuk anorganik lebih mudah didapatkan

tetapiharganya relatif mahal dan apabila digunakan secara terus menerus dapat

menyebabkan kerusakan lingkungan.Oleh sebab itu pemanfaatan pupuk organik

merupakan salah satu alternatif yang tepat dalam usaha budidaya hijauan

pakan.Pupuk organik adalah pupuk yang ramah lingkungan, bahannya mudah

diperoleh, dan tinggi kandungan unsur hara.Perkembangan pembuatan pupuk

organik sekarang sudah semakin maju dengan adanya sentuhan teknologi

fermentasi danpenambahan mikroorganisme. Suatu bahan yang mengalami

fermentasi akan mempunyai nilai gizi yang lebih tinggi dibandingkan dengan

bahan asalnya karena mikroorganisme akan memecah komponen kompleks

menjadi lebih sederhana sehingga lebih mudah dicerna dimana mikroorganisme

mempunyai peranan penting dalam mengurai sisa-sisa tanaman, sampah, kotoran

(25)

Pupuk organik mempunyai fungsi penting bagi tanah yaitu untuk

mengemburkan lapisan tanah permukaan (top soil), meningkatkan populasi jasad

renik tanah, mempertinggi daya serap dan daya simpan air yang secara

keseluruhan akan meningkatkan kesuburan tanah (Wulandari,2011).

Karbon dalam bahan organik merupakan sumber energi utama bagi

aktivitas mikroorganisme tanah. Penambahan bahan organik dengan C/N ratio

yang tinggi pada tanah mungkin merangsang perkembangbiakan mikroorganisme

tanah, yang dapat mengfiksasi hara tanah dalam tubuhnya sehingga menyebabkan

kandungan nitrogen dalam tanah agak berkurang. Namun setelah mikroorganisme

itu mati dan jasadnya terdekomposisi unsur hara yang dikandung dalam tanah

kembali ke tanah. Penggunaan pupuk organik dalam tanah diperkirakan juga

meningkatkan beberapa populasi mikroorganisme tanah yang mengutungkan

seperti rhizobia untuk fiksasi nitrogen dan mikorisa untuk meningkatkan

ketersediaan fosfor (Yuliprianto, 2010).

Jenis-jenis Rumput

Di Indonesia budidayatanaman pakan belum menjadi prioritas,akibatnya

kebutuhan pakan ternak tidakterpenuhi.Tanaman pakanternak umumnya ditanam

pada lahan sisa danbelum menjadi prioritas padahal pada musimkering hijauan

pakan sulit diperoleh.Untukmemenuhi kebutuhannya petani/ternakumumnya

memberikan rumput lokal yangberkualitas rendah.Padahal keragaman

plasmanutfah tanaman pakan di Indonesia sangatbesar, baik di daerah beriklim

(26)

Rumput Bracharia Ruziziensis

Rumput Brachiaria adalah salah saturumput gembala yang memiliki produksi lebihbaik jika dibandingkan dengan rumputlapangan, memiliki nilai

nutrisi yang tinggi,lebih tahan pada musim kemarau dan cocokuntuk daerah

tropis.Rumput ini berasal daridaerah Afrika (Uganda, Kenya, Tanzania)menyebar

ke berbagai daerah termasuk kedaerah Asia dan pasifik.Dan mulai diintroduksikan

ke Indonesia tahun 1958 (Fanindi dan Prawiradiputra, 2013).

Hijauan pakan ternak yang sangat baik untuk pertumbuhan ternak

kambing adalah hijauanBrachiaria ruziziensis yang memiliki kegunggulan

palatabilitas dan produksi yang tinggi 120 ton BK/ha/tahun,telah beradaptasi baik

dan tersebar diberbagai agroklimat di Indonesia.Limbah dari hasil tanaman

pangan dan hijauan yang berada di bawah naungan pohon perkebunan kelapa

sawit yang potensial didaerah setempat merupakan salah satu sumber daya yang

cukup potensial sebagai pakan ternak dan tersedia dalam jumlah besar dan relatif

tersedia sepanjang waktu. Secara biologis ternak kambing cukup produktif dan

adaptif dengan kondisi lingkungan setempat, sehingga memudahkan

pengembangannya (Rusdiana dan Hutasoit, 2014).

Rumput ruzi termasuk rumput berumur panjang (> 3 tahun).Peremajaan

dapat dilakukan bahkan pada tahun ke enam setelah ditanaman dan dikelola

dengan pemotongan atau pengembalaan secara teratur. Dengan pola tanam

mengikuti teknis anjuran maka rumput ruzi dapat menghasilkan produk bahan

segar rata-rata sebanyak 120 ton/ha per tahun dengan kisaran antara 80-150 ton/ha

per tahun. Dengan kandungan Bahan Kering (BK) sebesar 20% produksi rumput

(27)

Rumput Panicum Maximum

Hijauan merupakan pakan yang berperan penting bagi ternak ruminansia

dan proporsinya sangat besar dalam ransum.Rumput benggala (Panicum maximum) sangat cocok untuk dijadikan rumput potong bagi ternak karena mempunyai tekstur daun yang halus sehingga disukai oleh ternak ruminansia.

Rumput benggala mengandung bahan kering 20 %, abu 3,1 %, lemak kasar 0,5 %,

serat kasar 6,1 %, dan protein kasar 2,6 % (Rahaluset al., 2014).

Penanaman rumput Panicum maximum, dapat menggunakan sobekan (vegetatif) atau menggunakan biji (generatif).Penggunaan asal bahan tanam yang

berbeda, masing-masing memiliki keunggulan dan kelemahan. Perbedaan bahan

tanam yang digunakan biasanya akan mempengaruhi pertumbuhan dan

produktivitas tanaman karena bahan tanam yang berbeda memiliki fase

pertumbuhan yang berbeda (Fanindi dan Sutedi, 2014).

Karakteristik rumput benggala adalahtanaman tumbuh tegak

membentuk rumpunmirip padi. Termasuk rumput tahunan, kuat,berkembang biak

yang berupa rumpun/polsyang sangat besar, dengan akar serabutmenembus dalam

tanah, batangnya tegak,berongga tak berbulu. Tinggi tanaman 1,00 –1,50 m,

dengan seludang-seludangnya berbulupanjang pada pangkalnya, lidah

kadang-kadangberkembang biak. Daun bentuk pita yangsangat banyak jumlahnya itu

terbangun garis,lancip bersembir kasar, berwarna hijau,panjang 40–105 cm

dengan lebar 10–30 mm.Bunga majemuk dengan sebuah malai yangpanjangnya

20–45 cm, tegak, bercabangcabang,acapkali diselaputi lapisan lilin putih.Bulir

berbunga 2 yang panjangnya 3 x 4 mm,bentuk lonjong.Buah yang dihasilkan

(28)

biji. Panjang biji2,25–2,50 mm, tiap kg biji mengandung 1,2–1,5 juta butir.

Produksi bahan kering rumput benggala sedikit dibawah rumput gajah yaitu

26,85– 60 ton/Ha/thn, kandungan nitrogen 2,7 – 3,0% pada interval potong 3

minggu dan 1,0 – 1,3% untuk 12 minggu.

(Sajimin et al., 2013). Produktifitas Tanaman

Pengukuran biomassa tanaman dapat dilakukan melalui penimbangan

bahan tanaman yang sudah dikeringkan, tetapi data biasanya disajikan dalam

satuan berat yang akan proporsional dengan biomassa apabila tempat yang sama

digunakan selama penimbangan. Pengeringan bahan, yang bertujuan untuk

menghilangkan semua kandungan air bahan, dilaksanakan pada suhu yang relatif

tinggi selama jangka waktu tertentu. Idealnya, bahan dikeringkan pada suhu 800C

selama wajtu sampai berat kering yang konstan dicapai. Untuk mendapatkan berat

yang konstan, penimbangan bahan yang sedang dikeringkan perlu dilakukan

berulang-ulang secara berkala yang tentu bukanlah suatu pekerjaan yang mudah.

Disamping itu, cara kerja yang demikian akan banyak mengganggu bahan yang

dapat memberikan dampak negatif lain. Suatu hal yang harus diingat dalam hal ini

adalah bahwa ukuran bahan harus cukup kecil untuk memudahkan pengeringan.

Bahan yang berukuran besar akan mengalami proses pengeringan yang lambatdan

tidak merata pada semua bagian bahan. Suatu saat, bagian luar dapat sudah kering,

sementara bagian dalam masih basah dimana proses metabolisme dapat masih

terus berlangsung seperti respirasi yang dapat mengakibatkan kehilangan bobot

(29)

Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang sering diamati baik

sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan untuk

mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang diterapkan. Ini disebabkan

atas kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan ukuran pertumbuhan yang

paling mudah dilihat. Sebagai parameter pengukur pengaruh lingkungan, tinggi

tanaman sensitif terhadap faktor lingkungan tertentu seperti cahaya. Tanaman

yang mengalami kekurangan cahaya biasanya lebih tinggi dari tanaman yang

mendapat cahaya (Sitompul dan Guritno, 1995).

Pengukuran tinggi tanaman dapat dilakukan tanpa merusak tanaman,

hanya kesulitan kadang-kadang timbul dalam menentukan batas-batasnya. Bagian

batang atau bagian lain tanaman sebagai batas teratas tanaman, tergantung pada

jenis tanaman, relatif mudah ditetapkan. Sebaliknya batas terbawah relatif sulit

ditetapkan terutama apabila pengamatan dilakukan secara tidak merusak. Jika

batas terbawah ditetapkan bagian batang yang tepat pada permukaan tanah,

kesalahan pengamatan dapat terjadi karena batas ini dapat bervariasi dari satu ke

lain individu tanaman tergantung pada kedalaman penanaman dan perkembangan

tanaman yang dapat bervariasi di antara praktik budidaya tanaman

(Sitompul dan Guritno, 1995).

Pupuk kandang adalah salah satu pupuk organik yang memiliki kandungan

hara yang dapat mendukung kesuburan tanah dan pertumbuhan mikroorganisme

dalam tanah. Pemberian pupuk kandang selain dapat menambah tersedianya unsur

hara,jugadapat mendukung pertumbuhan mikroorganismesertamampu

memperbaiki struktur tanah.Pupuk kandang memiliki sifat yang alami dan tidak

(30)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Salah satu ternak yang banyak dibudidayakan di Indonesia adalah ternak

sapi, sapi merupakan sumber penghasil daging yang dapat memenuhi permintaan

kebutuhan daging di Indonesia. Oleh karena itu banyak perusahaan-perusahaan

baik yang dikelola swasta ataupun pemerintah yang bergerak dibidang

penggemukan sapi. Feses merupakan by productdalam perusahaan peternakan yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik untuk meningkatkan

produktivitas hijauan pakan ternak.

Feses sapi dapat diolah menjadi pupuk organik dengan cara

memfermentasikan feses tersebut menggunakan mikroorganisme lokal (MOL).

Salah satu bahan yang dapat dijadikan mikroorganisme lokal adalah

mikroorganisme pada bonggol akar pisang.

Dalam bonggol pisang mengandung tujuh mikroorganisme yang sangat

berguna bagi tanaman yaituAzospirillium, Azotobacter, Bacillus, Aeromonas, Aspergillus, mikroba pelarut phospat dan mikroba selulotik. Tidak hanya itu, mikroorganisme bonggol pisang juga tetap bisa digunakan untuk bioaktivator atau

mempercepat proses pengomposan. Limbah pohon pisang dapat dijadikan bahan

baku pembuatan pupuk sintetis TSP dan NPK. Dilihat dari komposisi kimianya,

bonggol pisang mengandung phosphor cukup banyak sehingga dapat

dimanfaatkan bahan baku pupuk (Damayanti, 2013). Pupuk sangat berguna dalam

memperbaiki dan memperkaya unsur hara dalam tanah, yang pada akhirnya akan

(31)

Rumput merupakan pakan utama bagi ternak ruminansia yang menjadi

sumber serat bagi ternak tersebut. Dengan meningkatnya jumlah populasi ternak

ruminansia di Indonesia juga meningkatkan kebutuhan pakan ternak, akan tetapi

ketersediaan pakan ternak tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan tersebut,

hal ini disebabkan semakin banyaknya penggunaan lahan untuk tempat

pemukiman dan untuk keperluan industri sehingga lahan hijauan untuk pakan

ternak semakin berkurang.

Indonesiamemiliki berbagai jenis tanah dengan komponen-komponen

yang berbeda.Menurut (Miswati, 2015), komponen-komponen tanah pada setiap

tempat tergantung pada jenis tanah, lapisan tanah, pengaruh cuaca dan iklim serta

campur tangan manusia.Perbandingan komponen tanah yang baik yang

dibutuhkan tanaman adalah ; bahan mineral 45%, bahan organik 5%, air 25%.

Tidak semua jenis tanah memiliki komponen yang baik untuk kebutuhan

tanaman, ada tanah yang memiliki kandungan unsur-unsur yang baik bagi

tanaman, ada juga tanah yang memiliki kandungan unsur yang kurang baik.Oleh

karena itu diperlukan suatu perlakuan pemupukan agar dapat meningkatkan

produktivitas tanaman.Salah satu perlakuan yang dapat dilakukan ialah dengan

menambahkan pupuk kandang ke tanah.

Berdasarkan uraian diatas, telah dilakukan fermentasi pada feses sapi

dengan menggunakan mol bonggol pisang untuk meningkatkan produktivitas

(32)

Tujuan Penelitian

Menganalisis penggunaan pupuk organik terfermentasi mikroorganisme

lokal bonggol pisang pada Jenis Tanah Andisol dan Tanah Aluvial terhadap

produktivitas (beratsegar, berat kering dan tinggi tanaman) rumput (Bracharia ruziziensisdan Panicum maximum).

Hipotesis Penelitian

Penggunaan pupuk organik terfermentasi mikroorganisme lokal bonggol

pisang pada jenis tanah andisol dan tanah aluvialmampu meningkatkan

produktivitas (beratsegar, berat kering dan tinggi tanaman) rumput (Bracharia ruziziensisdan Panicum maximum).

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan bermanfaat

bagi peneliti serta peternak maupun masyarakat pada umumnya, sehubungan

dengan penggunaan pupuk organik pada jenis tanah andisol dan tanah aluvial

untuk meningkatkan produktivitas (beratsegar,berat kering dan tinggi tanaman)

(33)

ABSTRAK

AHMAD FAUZI NASUTION, 2016: Pengomposan Feses Sapi Menggunakan

MOL (Mikroorganisme Lokal) Bonggol Pisang Pada Jenis Tanah Andisol dan Tanah Aluvial Terhadap Produktivitas Rumput. Dibimbing oleh NEVY DIANA HANAFI dan ISKANDAR SEMBIRING.

Pemanfaatan limbah feses sapi sebagai pupuk organik diharapkan dapat membantu masyarakat peternak dalam hal penyediaan pakan melalui peningkatan produktivitas hijauan pakan ternak. Penelitian dilakukan di lahan percobaan Unit Penelitian Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada bulan Mei – Agustus 2016, menggunakan Rancangan Split Split Plot Design dengan 12 perlakuan 3 ulangan. Kombinasi perlakuan terdiri dari Petak utama yaitu T1: tanah andisol, T2: tanah aluvial, anak petak yaitu V1: rumput Bracharia ruziziensis, V2: rumput Panicum maximum, dan anak anak petak yaitu dosis pupuk P0: kontrol (tanpa pupuk), P1: 250 gr pupuk feses sapi fermentasi, P2: 500 gr pupuk feses sapi fermentasi. Parameter yang diamati adalah berat segar, berat kering dan tinggi tanaman.

Hasil penelitian menunjukkan penggunaan P2 memberikan produktivitas terbaik disemua parameter, penggunaan tanah yang paling baik adalah tanah aluvial dan jenis rumput yang terbaik adalah rumput Bracharia ruziziensis.

Kata kunci: Rumput Bracharia ruziziensis, rumput Panicum maximum, feses

(34)

ABSTRACT

AHMAD FAUZI NASUTION, 2016: Composting Fess Cattle Using MOL

(Local Microorganisms) Clevis Bananas In Andisol And Soil Soil type Alluvial on Productivity of Grass. Supervised by NEVY DIANA HANAFI and ISKANDAR SEMBIRING.

Utilization of livestock waste as an organic fertilizer is expected to help the community because it has economic value, in addition to the quality and the nutrient content of organic fertilizers is very nice. The study was conducted in field trials Department of Livestock Research Unit of the Faculty of Agriculture, University of North Sumatra in May - August 2016 draft use Split Split Plot Design with 12 treatments three replications. The treatment consists of P0: control (without fertilizer), P1: 250 grams of cow feces manure fermentation, P2: the 500 grams of cow feces manure fermentation. T1: Andisol soil, T2: alluvial soil, V1: grass Bracharia ruziziensis, V2: grass Panicum maximum. Parameters measured were fresh weight, dry weight and plant height.

The results showed the use of P2 provides the best productivity in all parameters, use of best soils are alluvial soils and the best type of grass is grass Bracharia ruziziensis.

Keywords: Grass Bracharia ruziziensis, grass Panicum maximum, cow feces,

(35)

PENGOMPOSAN FESES SAPI MENGGUNAKAN

MOL(MIKROORGANISME LOKAL) BONGGOL

PISANGPADAJENIS TANAH ANDISOL DAN TANAH

ALUVIAL TERHADAPPRODUKTIVITAS RUMPUT

SKRIPSI

Oleh:

AHMAD FAUZI NASUTION 120306029

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(36)

PENGOMPOSAN FESES SAPI MENGGUNAKAN

MOL(MIKROORGANISME LOKAL) BONGGOL PISANG

PADAJENIS TANAH ANDISOL DAN TANAH ALUVIAL

TERHADAPPRODUKTIVITAS RUMPUT

SKRIPSI

Oleh:

AHMAD FAUZI NASUTION 120306029

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana diprogram studi peternakan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(37)

Judul Penelitian :Pengomposan Feses Sapi Menggunakan MOL (Mikroorganisme Lokal) Bonggol Pisang pada Jenis Tanah Andisol dan Tanah Aluvialterhadap Produktivitas Rumput.

Nama : Ahmad Fauzi Nasution

NIM : 120306029

Program Studi : Peternakan

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

Dr.Nevy Diana Hanafi., S.Pt.,M.Si Ir. Iskandar Sembiring, MM

Ketua Anggota

Mengetahui,

Dr. Ir. Ma’ruf Tafsin.,M.Si Ketua Program Studi

(38)

ABSTRAK

AHMAD FAUZI NASUTION, 2016: Pengomposan Feses Sapi Menggunakan

MOL (Mikroorganisme Lokal) Bonggol Pisang Pada Jenis Tanah Andisol dan Tanah Aluvial Terhadap Produktivitas Rumput. Dibimbing oleh NEVY DIANA HANAFI dan ISKANDAR SEMBIRING.

Pemanfaatan limbah feses sapi sebagai pupuk organik diharapkan dapat membantu masyarakat peternak dalam hal penyediaan pakan melalui peningkatan produktivitas hijauan pakan ternak. Penelitian dilakukan di lahan percobaan Unit Penelitian Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada bulan Mei – Agustus 2016, menggunakan Rancangan Split Split Plot Design dengan 12 perlakuan 3 ulangan. Kombinasi perlakuan terdiri dari Petak utama yaitu T1: tanah andisol, T2: tanah aluvial, anak petak yaitu V1: rumput Bracharia ruziziensis, V2: rumput Panicum maximum, dan anak anak petak yaitu dosis pupuk P0: kontrol (tanpa pupuk), P1: 250 gr pupuk feses sapi fermentasi, P2: 500 gr pupuk feses sapi fermentasi. Parameter yang diamati adalah berat segar, berat kering dan tinggi tanaman.

Hasil penelitian menunjukkan penggunaan P2 memberikan produktivitas terbaik disemua parameter, penggunaan tanah yang paling baik adalah tanah aluvial dan jenis rumput yang terbaik adalah rumput Bracharia ruziziensis.

Kata kunci: Rumput Bracharia ruziziensis, rumput Panicum maximum, feses

(39)

ABSTRACT

AHMAD FAUZI NASUTION, 2016: Composting Fess Cattle Using MOL

(Local Microorganisms) Clevis Bananas In Andisol And Soil Soil type Alluvial on Productivity of Grass. Supervised by NEVY DIANA HANAFI and ISKANDAR SEMBIRING.

Utilization of livestock waste as an organic fertilizer is expected to help the community because it has economic value, in addition to the quality and the nutrient content of organic fertilizers is very nice. The study was conducted in field trials Department of Livestock Research Unit of the Faculty of Agriculture, University of North Sumatra in May - August 2016 draft use Split Split Plot Design with 12 treatments three replications. The treatment consists of P0: control (without fertilizer), P1: 250 grams of cow feces manure fermentation, P2: the 500 grams of cow feces manure fermentation. T1: Andisol soil, T2: alluvial soil, V1: grass Bracharia ruziziensis, V2: grass Panicum maximum. Parameters measured were fresh weight, dry weight and plant height.

The results showed the use of P2 provides the best productivity in all parameters, use of best soils are alluvial soils and the best type of grass is grass Bracharia ruziziensis.

Keywords: Grass Bracharia ruziziensis, grass Panicum maximum, cow feces,

(40)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di kota Medan pada tanggal 26 Juni 1994 dari

ayah Abdul Muluk Nasution dan ibu Deliana. Penulis merupakan putra ke-2 dari

4 bersaudara.

Tahun 2012 penulis lulus dari SMA negeri 18 Medan dan pada tahun yang

sama masuk ke Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara melalui jalur SNMPTN tertulis.

Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif sebagai anggota Ikatan

Mahasiswa Peternakan (IMAPET) dan anggota Himpunan Mahasiswa Muslim

Peternakan (HIMMIP).

Penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan di Loka Penelitian

Kambing Potong (Lolit Kambing) Desa Sei Putih Kecamatan Galang Kabupaten

(41)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Pengomposan Feses Sapi Menggunakan MOL (Mikroorganisme Lokal)

Bonggol Pisang pada Jenis Tanah Andisol dan Tanah AluvialTerhadap

Produktivitas Rumput”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada

Dr. Nevy Diana Hanafi S.Pt., M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan kepada

Ir. Iskandar Sembiring MM selaku anggota pembimbing atas segala bimbingan

dan arahan dalam pembuatan skripsi ini dan kepada seluruh pihak terkait yang

tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberi dukungan kepada penulis

dalam penulisan skripsi ini.

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi

(42)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

Hipotesis Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian... 3

TINJAUAN PUSTAKA Feses Sapi ... 4

MOL (Mikroorganisme Lokal) ... 5

Fermentasi ... 6

Jenis-jenis Tanah ... 7

Tanah Andisol ... 7

Tanah Aluvial ... 8

Pupuk Organik ... 9

Jenis-jenis Rumput ... 11

Rumput Bracharia ruziziensis ... 11

Rumput Panicum maximum ... 12

Produktivitas Tanaman... 14

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 16

Bahan dan Alat ... 16

Bahan ... 16

Alat ... 16

Metode Penelitian... 17

Pembuatan MOL ... 17

Pembuatan Kompos ... 17

Pelaksanaan Penelitian... 17

1. Pemupukan ... 17

2. Penanaman ... 17

3. Triming ... 18

(43)

5. Pemanenan ... 18

6. Pengambilan Data ... 18

Parameter Penelitian ... 18

1. Berat Segar... 18

2. Berat Kering... 19

3. Tinggi Tanaman ... 19

Rancangan Percobaan ... 19

Analisis Data ... 21

HASIL DAN PEMBAHASAN Berat Segar... 22

Berat Kering... 24

Tinggi Tanaman ... 26

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 30

Saran ... 30

DAFTAR PUSTAKA ... 31

(44)

DAFTAR TABEL

No Judul Tabel Hal

1. Pengaruhdosis pupuk, varietas dan tanah terhadap produktivitas berat segar rumput Bracharia ruziziensis dan Panicum maximum ... 22 2. Pengaruhdosis pupuk, varietas dan tanah terhadap produktivitas berat kering

rumput Bracharia ruziziensis dan Panicum maximum ... 24 3. Pengaruhdosis pupuk, varietas dan tanah terhadap tinggi rumput Bracharia

Gambar

Tabel 3:  Pengaruh jenis tanah dan dosis pupuk terhadap produktivitas bahan
Tabel 5: Pengaruh jenis tanah dan dosis pupuk terhadap tinggi rumput Bracharia ruziziensis dan Panicum maximum (cm)

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan Pemeliharaan Saluran Irigasi Pekerjaan Pemeliharaan. Saluran Irigasi Desa

Lampiran : Surat Panitia Pengadaan Barang/ Jasa Konstruksi Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah TA.. Asli

Kegiatan Pemeliharaan Saluran Irigasi Pekerjaan Pemeliharaan. Saluran Irigasi

Lapangan “JAN” pada tugas akhir yang berjudul “Perenc anaan Pattern Full Scale untuk Secondary Recovery dengan Injeksi Air Pada Lapangan JAN lapisan X1 dan lapisan X2”

Nomor 21 Tahun 1958 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 10 Tahun 1957 antara lain mengenai Pembentukan Daerah Swatantra Tingkat I Kalimantan

Penelitian ini menggunakan Saraline dan Smooth Fluid sebagai perbandiangan serta oil water ratio 80/20 dan 75/25 sebagai bahan dasar dalam lumpur yang dianalisa dalam

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Tugas dan Wewenang Gubernur sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah Provinsi (Berita

Dari basil perhitungan uji Kolmogorov-Smirov dapat diketahui bahwa p-value dari variabel Pengetahuan Keuangan dan Motivasi dan Keberlangsungan Usaha sebesar 0,225