• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perang Antara Kerajaan Buleleng dengan Belanda PadaTahun 1846-1849

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perang Antara Kerajaan Buleleng dengan Belanda PadaTahun 1846-1849"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Perang Antara Kerajaan Buleleng dengan Belanda PadaTahun 1846-1849 Oleh

Ketut Mahardika 0813033031

Terjadinya perang antara Kerajaan Buleleng Bali dangan Belanda Pada tahun 1846-1849 disebabkan pelanggaran perjanjian oleh kerajaan Buleleng yaitu perampasan kapal Makasar yang berlayar dengan bendera Belanda di Sangsit, Selain itu di Jembrana sebuah perahu Mayang dari Banyuwangi yang juga berlayar dangan bendera Belanda dirampas oleh penduduk setempat. Pemerintah Belanda yang menganggap peristiwa tersebut sebagai suatu pelanggaran terhadap kontrak yang ditanda tangani oleh raja Buleleng pada tanggal 8 Mei 1843, karena dalam kontrak tersebut sudah disetujui penghampusan hukum “tawan karang”. Pemerintah Belanda segera melakukan tindakan dengan cara melakukan pertemuan dengan pihak Buleleng untuk membahas perampasan yang dilakukan penduduk Buleleng. Pada saat menyinggung masalah yang penting mengenai soal pengekuhan kedaulatan dan kekuasaan pemerintah Belanda sebagaimana tercantum dalam kontrak, Gusti Ketut Jelantik menyatakan dengan tegas hal itu tidak akan pernah terjadi dan Gusti Ketut Jelantik menambahkan orang tidak dapat menguasai negeri orang hanya dengan sehelai kertas, dan hal yang demikian hanya dapat dilaksanakan apabila telah diputuskan oleh ujung keris.

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah terjadinya perang kerajaan Buleleng Bali dengan Belanda pada tahun 1846 – 1849. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui terjadinya perang antara kerajaan Buleleng dengan Belanda pada tahun 1846 – 1849.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik kepustakaan dan teknik dokumentasi, sedangkan untuk menganalisis data menggunakan analisis data kualitatif.

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Trimulyo Mataram pada tanggal 15 Mei 1990. Merupakan anak keempat dari enam bersaudara dari pasangan Bapak Wayan Sugame dan Ibu Nyoman Siari. Pendidikan yang telah diselesaikan oleh penulis adalah :

Pada tahun 2001 penulis menyelesaikan jenjang pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 3 Trimulyo Mataram di Desa Trimulyo Mataram Kec. Seputih Mataram, Kab. Lampung Tengah, selanjutnya penulis melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tinggi Pertama di SLTP Negeri 2 Seputih Mataram dan selesai pada tahun 2005, kemudian penulis melanjutkan pendidikam ke jenjang Sekolah Menengah Atas di SMA Gajah Mada Bandar Lampung dan selesai pada tahun 2008.

Pada tahun 2008 penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung (FKIP UNILA) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Pada Tahun 2010 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di Jawa Tengah dan Yogyakarta dan pada tahun 2011 penulis melaksanakan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Kota Gajah Barat Kec. Kota Gajah Kab. Lampung Tengah dan Program Kegiatan Pengalaman Lapangan (PPL) di MA Nurul Ulum Kota Gajah Lampung Tengah.

(8)

1. UKM HINDU UNILA tahun 2008-2009 sebagai Angota.

(9)

Moto

Dari segala hal yang berharga di dunia, waktulah yang paling berharga.

Pikirkanlah bagaimana engkau mempergunakan waktu yang berharga itu.

Tugasmu yang utama sebagai manusia adalah mempersembahkan badan, karya,

dan waktumu kepada Tuhan yang merupakan perwujudan waktu itu sendiri.

(10)

PERSEMBAHAN

Berkat Asung Kertha Waranugraha IDA SANGHYANG WIDHI WACA/ TUHAN YANG MAHA KUASA yang telah melimpahkan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul “Perang Antara Kerajaan Buleleng dengan Belanda Pada Tahun 1846-1849”. Dengan segela kerendahan hati penulis karya sederhana ini sebagai bukti rasa sayang dan hormatku kepada :

1. Kedua orang tuaku tercinta bapak Wayan Sugama dan ibu Nyoman Siari yang telah memberikan dukungan dan mengajarkan banyak hal, menasehati, mendidik dan selalu menyayangiku serta tak henti-hentinya memberi semangat dan selalu berdoa untuk keberhasilanku dalam setiap tri sandyenya (sembahyang) ;

2. Kakekku Nyoman Pager (alm), nenekku Wayan Seten, kakakku tercinta Wayan Ayu Eni S dengan keluarga kecilnya Kadek Sadye (suami) dan anaknya Putu Michelle, kakakku Made Ema W, Ketut Samudra (suami) dan anaknya Putu Exsel, kakakku Komang Nia N, Wayan Sudiarte (suami) dan anaknya Putu Vincent, adikku Wayan Ginyana Okki Indiarti, adikku Made Jeki Mara Jordan Prasetya dan paman, tanteku dan seluruh saudaraku terimakasih atas segala doa dan dukungannya ;

3. Para pendidikku yang telah mengajarkan banyak hal tentang ilmu pengetahuan selama ini;

(11)

SANWACANA

Om Suasti Astu

Berkat Asung Kertha Waranugraha Ida Sanghyang Widhi Waca/Tuhan Yang Maha Kuasa, penulis dapat menyelesaikan sebuah karya tulis sederhana ini, yang

berjudul PERANG ANTARA KERAJAAN BULELENG DENGAN

BELANDA PADA TAHUN 1846-1849” pada program studi Pendidikan Sejarah Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung (FKIP UNILA). Tetesan keringat dari setiap usaha yang melelahkan akhirnya sampai pada saat yang diinginkan. Penulis menyadari akan segala bentuk keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki, maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si, Dekan FKIP Unila;

2. Bapak Dr, M. Thoha B.S. Jaya, M.S, Pembantu Dekan I FKIP Unila; 3. Bapak Drs. Arwin Ahmad, M.Si, Pembantu Dekan II FKIP Unila; 4. Bapak Drs. Iskandar Syah M.H, Pembantu Dekan III FKIP Unila; 5. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si, Ketua Jurusan Pendidikan IPS FKIP

Unila;

6. Bapak Drs. Maskun, M.H, Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan IPS FKIP Unila dan dalam hal ini juga sebagai pembahas utama;

(12)

Pembimbing Akademik (PA) penulis dan pembimbing pertama yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan bimbingan, kritik, saran, motivasi, dan nasihat dalam proses kuliah dan proses penyelesaian skripsi ini;

8. Bapak Drs. Wakidi, M. Hum, dosen pada Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan IPS FKIP Unila dan Pembimbing kedua yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan bimbingan, kritik, nasihat, dan saran yang bermanfaat bagi penulis sehigga skripsi ini dapat terselesaikan;

9. Bapak Drs. Ali Imron, M. Hum, dosen pada Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan IPS FKIP Unila;

10. Bapak M. Basri, S.Pd, M.Pd, dosen pada Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan IPS FKIP Unila;

11. Bapak Suparman Arif, S.Pd, M.Pd, dosen pada Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan IPS FKIP Unila;

12. Ibu Y. Sri Ekwandari, S.Pd, M. Hum, dosen pada Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan IPS FKIP Unila;

13. Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Sejarah FKIP yang telah banyak membimbing penulis selama menjadi mahasiswa diprogram pendidikan sejarah;

(13)

Restra Hutama, Prihatanti, Novan Kurniawan, Vredi Saputra, Win Fahlevi, M. Fani Ruktandi, Dadang Ansori, Febri, Lusiana, Rina Wariani, Berta Safitri, Lian Pratama, Anisah, Melisa Rahayu, Esti Wulandini, Samsul Setiawan, Edi Hartono, Andrian Rifai, Zainal Abidin dan rekan-rekan yang lain;

15. Teman-teman KKN dan PPL di Desa Kota Gajah Barat Kec. Kota Gajah Mada, Kab. Lampung Tengah. Novan, Hendra, Novi, Septa, Puji, Rina, Rindi, Indah;

16. Teman-teman ku Putu Deddy, Ketut Satye, Kadek Weda, Wayan Muryana, Made Desi, Made Pujawan, Wayan Darmawan, Komang Pujiana, Made Apri, Putu Sure. Terimakasih atas Semangat dan motivasinya ;

17. Untuk Sahara Wailanna Putri Amd. Keb. Yang selalu memberiku semangat dan motivasi terima kasih;

18. Semua pihak yang telah membantu proses penulisan skripsi ini, terima kasih atas segalanya, semoga kita semua mendapat jalan yang terbaik. Om Santi Santi Santi Om

Bandar Lampung, Maret 2014 Peneliti

(14)

DAFTAR ISI

(15)

1.2 Sistem Kepercayaan ... 25

2. Bali Menjelang Awal Abad Ke-19 ... 26

3. Hubungan Antar kerajaan ... 29

4. Proses Terjadi Perang Antara Kerajaan Buleleng Dengan Belanda ... 32

4.1 Latar Belakang Terjadinya Perang ... 33

4.1.1 Perjanjian 1841 ... 34

4.3 Akhir Perang Antara Buleleng Dengan Belanda ... 54

B. Pembahasan ... 1. Perang Antara Kerajaan Buleleng Bali Dengan Belanda Pada Tahun 1846 – 1849 ... 56

1.1 Perang Antara Kerajaan Buleleng dengan Belanda .. 56

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

1. Gambar 1: Peta Bali 2. Gambar 2: Peta Buleleng 3. Gambar 3: Peta Singaraja

4. Gambar 4: Lambang Kerajaan Buleleng 5. Silsilah Raja-raja Buleleng

6. Silsilah Gusti Ketut Jelantik

7. Gambar 5: Lukisan I Gusti Ngurah Made Karangasem 8. Gambar 6: Photo I Gusti Ketut Jelantik

9. Gambar 7: Lukisan Belanda memasuki pantai Sangsit 10.Gambar 8: Lukisan pasukan Belanda menuju istana 11.Gambar 9: Lukisan Belanda menuju istana

12.Gambar 10: Lukisan pasukan Belanda bertempur dengan Buleleng 13.Gambar 11: Gambar pasukan Belanda menggempur Jagaraga 14.Gambar 12: Photo puri Singaraja

15.Gambar 13: Photo puri nampak dari dalam

16.Gambar 14: Photo lukisan Gubernur Jendral J. J. Rochussen 17.Gambar 15: Sketsa posisi laskar Bali

18.Gambar 16: Peta benteng Jagaraga

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Izin Penetitian

2. Surat Keterangan Penetitian Unit Pelaksanaan Penelitian Unila 3. Surat Keterangan Penetitian Unit Pelaksanaan Penelitian Pusda 4. Rencana Judul Penelitian Kaji Tindak/Skripsi

(18)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Suatu bangsa yang menghadapi konflik dengan bangsa lain akan mudah sekali terperosok dalam suatu perang, sedangkan perang bagi suatu negara akan menentukan hidup dan hancurnya suatu bangsa, sehingga setiap bangsa harus menjaga ketahanan nasional. Bangsa Indonesia perlu memperhitungkan segala kemungkinan yang bakal terjadi, dengan jalan meninggkatkan masalah pertahanan negara. Bukan berarti negara kita akan menjadi negara Agresor, karena sebaiknya perang merupakan jalan terakhir yang ditempuh suatu negara atau bangsa untuk mempertahankan kebeneran, hak dan apa yang menjadi miliknya. Untuk lebih jelasnya berikutnya ini beberapa pedapat tentang perang menurut beberapa ahli :

Perang adalah sebuah aksi fisik dan non fisik (dalam arti sempit, adalah kondisi permusuhan dengan menggunakan kekerasan) antara dua atau lebih kelompok manusia untuk melakukan dominasi di wilayah yang dipertentangkan. Perang secara purba dimaknai sebagai pertikaian bersenjata. Di era modern, perang lebih mengarah pada superioritas teknologi dan industry. Perang tidak lagi berperan sebagai kata kerja, namun sudah bergeser pada kata sifat(http://id.wikipedia.org/wiki/Perang diakses tanggal 03 Maret 2014 pukul 16:32 WIB)

(19)

2

dalam masa peralihan pusat kerajaan Bali di Gelgel, sampai timbulnya pusat kerajaan yang baru di Klungkung, muncullah kerajaan-kerajaan lainnya di Bali. Yaitu kerajaan Buleleng, kerajaan Mengwi, kerajaan Karangasem, Badung, Tabanan, Gianyar, Bangli, Jembrana dan Payangan. Pada abad XIX terdapat sepuluh buah kerajaan di Bali (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,1978:62).

Kerajaan Buleleng adalah sebuah kerajaan kuno di Indonesia yang pernah berdiri sekitar awal abad ke – 17 atau sekitar tahun 1620 pendirinya Ki Gusti Panji Sakti atau I Gusti Ngurah Panji. Wilayah kerajaan Buleleng pada awal pemerintahan I Gusti Ngurah Panji Sakti yaitu seluruh wilayah Bali bagian utara yaitu Den Bukit, Bali Aga, desa Panji. Namun dalam perkembangannya, Buleleng pernah menjadi kerajaan yang sangat besar dengan wilayah kekuasaan sampai ke ujung timur pulau Jawa (Blambangan), Pasuruan, dan Jembrana. Daerah inti Buleleng adalah sekitar sungai atau tukad Buleleng dengan pusat pemerintahan Singaraja atau Sukasada (Soegianto Sastrodiwiryo, 2011: 78-110).

(20)

3

Laut merupakan jalur transportasi dan perdagangan yang cukup penting bagi kerajaan Buleleng, pelabuhan laut Buleleng yang ramai dan sering dijadikan sandaran oleh pedagang dari luar daerah. Pelabuhan tersebut tumbuh menjadi pusat kegiatan perdagangan yang melibatkan banyak pedagang dari berbagai bangsa di dunia. Pelabuhan yang terkenal pada saat itu ialah Gilimanuk, Celukan Bawang, Manasa (Sangsit) (Soegianto Sastrodiwiryo, 2011:91).

Hubungan Buleleng dengan kerajaan-kerajaan yang ada di Bali awal mulanya sangatlah baik, Buleleng sering melakukan hubungan perkawinan dengan kerajaan Mengwi, Badung dengan maksud tanpa melukakan peperangan untuk menaklukan kerajaan tersebut. Pemimpin dalam kerajaan di Bali adalah seorang golongan Ksatrya.

Hubungan Belanda dengan Kerajaan-kerajaan di Bali termasuk Buleleng sangatlah baik, Belanda melakukan usaha-usaha dengan cara pendekatan mengirim utusan mereka. Belanda sering membeli budak dan juga pernah membantu mengirim beras untuk Buleleng pada saat terjadinya bencana yaitu meletusnya gunung berapi Tambora pada tahun 1815 yang menyebabkan kelaparan di Buleleng. Berbagai macam cara dilakukan untuk melakukan pendekatan dengan Buleleng namun usaha itu tidak berhasil dikarenakan Buleleng tidak ingin terikat dengan Belanda (Ide Anak Agung Gede Agung, 1989 :45).

(21)

4

komisaris di Besuki (pulau Jawa). Mereka datang ke Bali atas perintah Gubernur Jenderal P. Markus untuk mengadakan perundingan dengan raja – raja di Bali termasuk Buleleng. Perundingan yang gagal antara Belanda dengan pihak Buleleng, yang berakhir dengan dramatis karena Gusti Ketut Jelantik menentang otoritas dan wibawa pemerintah Belanda.

Disini penulis menyimpulkan perundingan yang gagal antara Belanda dengan Buleleng menyebabkan Belanda mengambil keputusan tindakan militer, oleh karena tindakan ini dianggap sebagai pembalasan yang tepat atas penghinaan terhadap Belanda. Gusti Ketut Jelantik sadar akan terjadinya peperangan dengan Belanda, juga tengah mempersiapkan perlawanan. Perundingan yang gagal ini menyebabkan peperangan dimana akan jatuhnya banyak korban dan awal mula Belanda berkuasa di Bali.

B. Analisis Masalah

B.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan Latar Belakang yang telah diuraikan tersebut, maka permasalahan yang dapat diidentifikasikan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Faktor penyebab terjadinya perang antara kerajaan Buleleng dengan Belanda pada tahun 1846-1849.

(22)

5

3. Akibat terjadinya perang antara kerajaan Buleleng dengan Belanda pada tahun 1846 – 1849.

4. Pasca terjadinya perang antara kerajaan Buleleng dengan Belanda pada tahun 1846 – 1849.

B.2 Pembatasan Masalah

Agar permasalahan yang akan diteliti tidak terlalu luas, maka masalah dalam penelitian ini akan dibatasi pada Proses terjadinya perang antara kerajaan Buleleng dengan Belanda pada tahun 1846 – 1849.

B.3 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Proses

terjadinya perang antara kerajaan Buleleng dengan Belanda pada tahun

1846-849?”.

C. Tujuan, Kegunaan, dan Ruang Lingkup Penelitian

C.1 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui terjadinya perang antara kerajaan Buleleng dengan Belanda pada tahun 1846 – 1849.

C.2 Kegunaan Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penulisan skipsi ini adalah :

(23)

6

2. Dapat menambah wawasan bagi para pembaca mengenai perang antara kerajaan Buleleng dengan Belanda pada tahun 1846-1849

3. Sebagai sumbangan referensi bagi mahasiswa dan masyarakat umum agar mengetahui proses perang antara kerajaan Buleleng dengan Belanda pada tahun 1846-1849

C.3 Ruang Lingkup Penelitian

Objek penelitian adalah sifat keadaan (Attributes) dari sesuatu benda, Orang, atau keadaan, yang menjadi pusat perhatian atau sasaran penelitian. Sifat keadaan dimaksud bisa berupa sifat, kuantitas, dan kualitas (benda, orang, dan lembaga), bisa berupa perilaku, kegiatan, pendapat, pandangan penilaian, sikap pro-kontra atau simpati-antipati, keadaan batin, disebut (orang), bisa pula berupa proses disebut (lembaga). Dalam penelitian ini, peneliti menjadikan Kerajaan Buleleng sebagai objek penelitian.

Subjek penelitian adalah sesuatu, baik orang, benda ataupun lembaga (organisasi), yang sifat-keadaannya (“Attribut”-nya) akan diteliti. Dengan kata lain subjek penelitian adalah sesuatu yang di dalam dirinya melekat atau terkandung objek penelitian. maka dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah perjuangan Gusti Ketut Jelantik.

(24)

7

Waktu adalah besaran yang menunjukkan lamanya suatu peristiwa berlangsung. Penelitian ini berlangsung sejak Januari 2013 sampai April 2013. Temporal berhubungan atau mengenai waktu. Dinamakan relasi temporal apabila bagian kalimat yang satu diberikan keterangan waktu dan berkenaan dengan waktu-waktu tertentu. di dalam penelitian ini, peneliti membatasi tahun yang diteliti sejak Tahun 1846 hingga Tahun 1849.

Ilmu atau ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia.

(25)

8

REFERENSI

Sayidiman Suryohadiprojo. 2008. Pengantar Ilmu Perang. Pustaka Intermasa, Jakarta. Halaman 176

Kebudayaan dan Departemen Pendidikan. 1978. Sejarah Daerah Bali. Buku Bacaan dan Sastra Indonesia, Jakarta. Halaman 198

Nugroho Notosusanto. 1984. Sejarah Nasional Indonesia III. Balai Pustaka : Jakarta. Halaman 395

Ide Anak Agung Gede Agung. 1989. Perjuangan Rakyat dan Raja – raja Menentang Kolonialisme Belanda 1808 – 1908. Gajah Mada University, Yogyakarta. Halaman 875

(26)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA A.Tinjauan Pustaka

Pada saat proses penulisan laporan ini, penulis memerlukan suatu hal yang berkaitan dengan sumber – sumber yang berkaitan dengan judul penelitian, yang mana dalam penulisannya memerlukan penjabaran dari bahan – bahan atau sumber-sumber:

1. Konsep Perang

Vonclausewitz dalam bukunya “ Von Krige” mengatakan: perang adalah suatu tindakan kekerasan untuk memaksa musuh tunduk kepada kehendak kita dan perang adalah kelanjutan dari politik dengan alat dan cara-cara lain. ( Sayidiman Suryohadiprojo, 1985; 6 ).

A.H. Nasution berpendapat bahwa perang itu adalah Suatu usaha dari suatu Bangsa untuk mencapai suatu tujuan nyata, yakni mengalahkan musuh. (A.H. Nasution, 1984; 47).

Sun Tzu dalam bukunya “The Art of War” mengatakan Perang adalah urusan vital bagi negara jalan menuju kelangsungan hidup atau kehancuran. Oleh karena itu, mempelajari perang secara seksama adalah suatu keharusan (Siauw Shiyi Lang, 1989 : 10).

(27)

9

Menurut Sayidiman Suryohadiprojo pengertian perang modern adalah perjuangan antara dua Negara atau lebih untuk mewujudkan politik Nasionalnya yang berbeda secara Fundamental dan tak dapat dipertemukan politik Nasionalnya, dengan segala alat – alat dan cara yang ada pada Negara. ( Sayidiman Suryohadiprojo, 1985; 9).

Kita perlu mempelajari ilmu perang, dengan tujuan :

1. Mepersiapkan suatu Bangsa untuk berperang 2. Melaksanakan perang jika terjadi

3. Mengatasi akibat – akibat perang setelah perang berjalan dan selesai 4. Mencegah terjadinya perang( Sayidiman Suryohadiprojo, 1985; 3).

Dari beberapa pendapat tersebut penulis menyimpulkan bahwa perang adalah suatu usaha untuk memaksa musuh, agar tuduk kepada kehendaknya dengan menggunakan kekerasan dalam mewujudkan politik nasionalnya, apabila tidak ada cara lain yang ditempuh.

2. Konsep Proses

(28)

10

momentum dari perubahan sosial, maka disatu pihak kejadian sejarah atau peristiwa merupakan proses (Sartono Kartodirdjo, 1993 : 108-113 ).

Menurut definisinya, proses adalah serangkaian langkah sistematis, atau tahapan yang jelas dan dapat ditempuh berulangkali, untuk mencapai hasil yang diinginkan. Jika ditempuh, setiap tahapan itu secara konsisten mengarah pada hasil yang diinginkan (W.J.S. Poerwadarminta, 1976; 735).

Menurut Koentjaraningrat dalam bukunya Kamus Istilah Antropologi, proses adalah sebagai berlangsungnya peristiwa dalam ruang waktu atau perkembangan yang mengandung serangkaian perubahan (Koentjaraningrat, 1984 : 24).

Menurut Muhammad Ali, yang dimaksud dengan proses adalah serangkaian tindakan yang harus dilalui dengan harapan agar segala yang diinginkan dapat terwujud (Muhammad Ali, 1985 : 24).

Proses adalah urutan pelaksanaan atau kejadian yang terjadi secara alami atau didesain, mungkin menggunakan waktu, ruang, keahlian atau sumber daya lainnya, yang menghasilkan suatu hasil. Pengertian proses ini

mengandung makna yakni adanya perubahan berdasarkan mengalirnya waktu dan kegiatan yang saling berkaitan ( Justin Sudarminta, 1991 : 14)

(29)

11

lambat maupun secara cepat. Proses terjadinya perang kerajaan Buleleng dengan Belanda terjadi melalui latarbelakang terjadinya perang persiapan, mediasi, penyerangan, dan akhir perang.

3. Konsep Kerajaan Buleleng

Kerajaan-kerajaan di Bali awalnya hanya ada satu yaitu kerajaan Gelgel, dalam masa peralihan pusat kerajaan Bali di Gelgel, sampai timbulnya pusat kerajaan yang baru di Klungkung, muncullah kerajaan-kerajaan lainnya di Bali yaitu kerajaan Buleleng, kerajaan Mengwi, kerajaan Karangasem, Badung, Tabanan, Gianyar, Bangli, Jembrana dan Payangan. Pada abad XIX terdapat sepuluh buah kerajaan di Bali (Marwati Djoened Poesponegoro Nugroho Notosusanto, 1989 : 26).

Kerajaan Buleleng adalah sebuah kerajaan kuno di Indonesia yang pernah berdiri sekitar awal abad ke-17 atau sekitar tahun 1620 pendirinya Ki Gusti Panji Sakti atau I Gusti Ngurah Panji. Wilayah kerajaan Buleleng pada awal pemerintahan I Gusti Ngurah Panji Sakti yaitu seluruh wilayah Bali bagian utara yaitu Den Bukit, Bali Aga, desa Panji (Soegianto Sastrodiwiryo, 2011 : 78-110).

(30)

12

istana dengan nama Puri Singaraja (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,1978 : 92)

Terjadinya perang antara Kerajaan Buleleng Bali dengan Belanda pada tahun 1846-1849 disebabkan pelanggaran perjanjian 1843 oleh kerajaan Buleleng yaitu perampasan kapal makasar yang berlayar dengan bendera Belanda di Sangsit dan dalam peristiwa tersebut juragan perahu dibunuh oleh penduduk, selain itu di desa Prancah yang termasuk wilayah kerajaan Buleleng kapal dagang berbendera Belanda dirampas oleh penduduk setempat (Ide Anak Agung Gede Agung, 1989 : 215).

Perlawanan kerajaan Buleleng terhadap Belanda diakhiri di Jagaraga dengan hancurnya benteng yang terkanal kokoh tersebut. Raja Gusti Ngurah Made Karangasem dan Gusti Ketut Jelantik mereka berhasil kabur, tetapi istri Gusti Ketut Jelantik Jero Jempiring tewas dalam pertepuran di Jagaraga. Dalam pelarian tersebut mereka dikejar sampai ke pegunungan Seraya, disana mereka dikepung dan akhirnya Belanda berhasil menduduki Buleleng (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,1978 : 105).

Berdasarkan pendapat di atas kerajaan Buleleng merupakan kerajaan di Bali bagian utara yang berdiri sekitar abad 17 pendirinya I Gusti Ngurah Panji Sakti dan pernah berkuasa sampai daerah Blambangan. Runtuhnya kekuasaan Buleleng ketika Belanda ingin membulatkan kekuasaannya di Indonesia termasuk Bali dan Buleleng menentang terjadi peperangan akhirnya kerajaan Buleleng tahun 1849 tunduk terhadap Belanda .

(31)

13

Pada tanggal tanggal 28 juni 1846 dini hari pasukan Belanda didaratkan di sebelah timur Buleleng dan meriam-meriam kapal perang dari tempat berlabuh di pantai memuntahkan peluru untuk menghancurkan pertahanan dan konsentrasi laskar Buleleng yang di pimpim Gusti Ketut Jelantik walau perlawanan tersebut sangat sengit akhirnya Belanda berhasil menduduki pantai Buleleng. Keesokan hari istana dapat dikuasai, raja Buleleng I Gusti Made Karangasem dan Gusti Ketut Jelantik beserta para pasukannya lalu mundur ke desa Jagaraga yang terletak di sebelah timur Buleleng.

Kekelahan ini tidak memudarkan semangat raja dan rakyat Buleleng, buktinya keputusan mundur ke Jagaraga ini digunakan sebagai benteng kekuatan dan ibu kota baru. Pada tanggal 8 Juni 1848 serangan Belanda terhadap Jagaraga dimulai dengan tembakan meriam dari pantai Sangsit. Pada pertempuran ini Belanda terpancing memasuki medan antara kedua supit yang menuju mulut udang, sehingga Belanda mendapatkan serangan bertubi-tubi sepanjang jalan yang dilalui. sehingga serangan pertama ini gagal dan meninggalkan korban yang sangat besar.

Ekspedisi Belanda yang kedua kemudian berangkat di bawah pimpinan Mayor Jenderal Michiels dan Letnan Kolonel De Brauw. Pada dini hari 15 April 1849 serangan pun dimulai, akhirnya benteng jagaraga jatuh ke tangan Belanda. Raja Gusti Ngurah Made Karangasem dan Gusti Ketut Jelantik mereka berhasil kabur dan dalam pelarian tersebut mereka dikejar sampai ke pegunungan seraya, disana mereka dikepung dan akhirnya mereka gugur.

(32)

14

Faktor Penyebab Terjadinya perang antara Kerajaan Buleleng Bali dengan Belanda

a. Adanya Pelanggaran Perjanjian 1841 1843

b. Adanya Perampasan Kapal Belanda c. Pengekuhan Kekuasaan dan Kedaulatan

Latar belakang Pelaksanaan Peperangan Akhir peperangan Perang

(33)

15

REFERENSI

Sayidiman Suryohadiprojo. 2008. Pengantar Ilmu Perang. Pustaka Intermasa, Jakarta. Halaman 176

A.H Nasution. 2001. Komite Penegak Keadilan dan Kebenaran. Balai pustaka: Jakarta. Halaman 231

Poerwadarminta. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Balai Pustaka: Jakarta, Halaman 408

Sayidiman Suryohadiprojo. Op. Cit. Halaman

Depdiknas. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta : Balai Pustaka. Halaman 899.

Sartono Kartodirdjo. 1993. Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi. Jakarta: P.T. Gramedia Pustaka Utama. Halaman 108 - 113.

Kebudayaan dan Departemen Pendidikan. 1978. Sejarah Daerah Bali. Buku Bacaan dan Sastra Indonesia, Jakarta. Halaman 198

Nugroho Notosusanto. 1984. Sejarah nasional Indonesia III. Balai Pustaka : Jakarta. Halaman 241

(34)

15

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Di dalam penelitian, metode merupakan faktor penting untuk memecahkan masalah yang turut menentukan keberhasilan suatu penelitian. Metode adalah cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesis dengan menggunakan teknik serta alat tertentu. (Winarno Surakhmad, 1982: 121).

Sedangkan menurut Husin Sayuti (1989: 32) menegaskan bahwa “metode merupakan cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan”.

Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat ditegaskan bahwa metode adalah cara kerja yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan.

A.1. Metode yang digunakan

Metode historis adalah proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa lalu. (Louis Gottschalk, 1986: 32)

Sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa:

(35)

16

pada masa lalu terlepas dari keadaan masa sekarang maupun untuk memahami kejadian atau keadaan masa lalu, selanjutnya kerap kali juga hasilnya dapat dipergunakan untuk meramalkan kejadian atau keadaan masa yang akan datang. (Hadari Nawawi, 2001: 79)

Berdasarkan pendapat kedua ahli di atas, maka metode historis adalah suatu cara dalam proses mengumpulkan, menganalisa, dan memahami data-data historis, serta diinterprestasikan secara kritis untuk dijadikan bahan dalam penulisan sejarah kemudian merekontruksi fakta dan menarik kesimpulan secara tepat.

Langkah-langkah yang digunakan dalam pelaksanaan metode historis adalah:

1. Heuristik, yakni kegiatan menyusun jejak-jejak masa lampau. 2. Kritik sejarah, yakni menyelidiki apakah jejak-jejak itu sejati, baik

bentuk maupun isi.

3. Interpretasi, yakni menetapkan makna yang saling berhubungan dari fakta-fakta yang diperoleh.

4. Historiografi, menyimpulkan sintesa yang diperoleh dalam bentuk suatu kisah. (Nugroho Notosusanto, 1984: 84)

Berdasarkan langkah-langkah penelitian histories seperti di atas, maka langkah-langkah kegiatan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah :

1. Heuristik : Peneliti mencoba mencari serta mengumpulkan data-data yang diperlukan dan berhubungan dengan penelitian yang sedang dilakukan. Kegiatan heuristik akan difokuskan pada literatur-literatur yang berkaitan dengan perang antara kerajaan Buleleng dengan Belanda.

(36)

17

dilakukan dengan kritik ekstern dan kritik intern. Kritik ekstern adalah mengkritik dengan melihat apakah data yang didapat itu asli atau palsu. Kritik intern adalah mengkritik yang bertujuan untuk meneliti kebenaran isi data dari sumber data yang sudah didapat. 3. Interpretasi : Peneliti melakukan penafsiran terhadap data-data yang

telah didapatkannya dan selanjutnya berusaha untuk melakukan analisis data atau peneliti mulai melakukan pembentukan konsep dan generalisasi sejarah.

4. Historiografi : Langkah terakhir yang dilakukan peneliti adalah melakukan penyusunan atau penulisan dalam bentuk laporan hingga menjadi sebuah konsep sejarah yang sistematis.

Bersadarkan pendapat kedua ahli di atas, maka metode historis adalah suatu cara dalam mengumpulkan, menganalisa, dan memahami data-data historis, serta diinterpretasikan secara kritis untuk dijadikan bahan dalam penulisan sejarah untuk merekonstruksi fakta dan menarik kesimpulan secara tepat.

A.2. Variabel Penelitian

(37)

18

“Variabel penelitian ini adalah merupakan konsep dari gejala yang

bervariasi yaitu objek penelitian. Variabel adalah sesuatu yang menjadi objek penelitian atau faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau

gejala yang akan diteliti”. (Ari Kunto, 1989; 78).

Menurut Hadari Nawawi (1996; 55) variabel adalah himpunan sejumlah gejala yang memiliki beberapa aspek atau unsur di dalamnya yang dapat bersumber dari kondisi objek penelitian, tetapi dapat pula berada di luar dan berpengaruh pada objek penelitian. Variabel adalah obyek penelitian/atribut, atau apa yang menjadi variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik. (Sugiyono, 2009; 60).

Dari pendapat-pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan variabel penelitian adalah sebuah objek yang mempunyai nilai dan menjadi pusat perhatian dalam sebuah penelitian. dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah variabel tunggal dengan fokus penelitian pada terjadinya perang antara Kerajaan Buleleng dengan Belanda pada tahun 1846 – 1849.

A.3. Teknik Pendukung Dalam Pengumpulan Data

(38)

19

yang diinginkan lebih akurat. Teknik pendukung dalam pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :

1 Teknik Kepustakaan

Menurut Koentjaraningrat studi pustaka adalah suatu cara pengumpulan data dan informasi dengan bantuan bermacam-macam materi yang terdapat diruangan perpustakaan, misalnya koran, catatan-catatan, kisah-kisah sejarah, dokumen, dan sebagainya yang relevan dengan penelitian. (Koentjaraningrat, 1997: 8).

Menurut pendapat lain teknik studi kepustakaan dilaksanakan dengan cara mendapatkan sumber-sumber data yang diperoleh dari perpustakaan yaitu dengan mempelajari buku-buku literatur yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. (Nawawi, 1993: 133).

Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara mempelajari buku– buku dalam usaha untuk memperoleh beberapa teori maupun argumen yang dikemukakan oleh para ahli terkait dengan masalah yang diteliti. 2. Teknik Dokumentasi

(39)

20

Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (1989: 188) “dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, majalah, surat kabar, agenda, dan sebagainya”.

(40)

21

REFERENSI

Luis Gottschalk penerjemahan Nugroho Notosusanto. 1986. Mengerti Sejarah. Universitas Indonesia Press: Jakarta. Halaman 221

Nugroho Notosusanto. 1984. Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer (Suatu Pengalaman). Inti Dayu: Jakarta. Halaman 123

Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Rineka Cipta. Jakarta. Halaman 391

(41)

57

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Dari hasil pembahasan yang dilakukan oleh peneliti pada bab sebelumnya mengenai Perang Antara Kerajaan Buleleng dengan Belanda Pada Tahun 1846-1849, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pemerintah Hindia Belanda pada saat itu ingin menguasai Indonesia sepenuhnya termasuk Bali, upaya yang mereka lakukan adalah dengan cara melaukan perjanjian-perjanjian yang mengikat kerajaan-kerajaan yang ada di Bali yang termasuk kerajaan-kerajaan Buleleng. Perjanjian yang pertama yaitu perjanjian tahun 1841 yang isinya mengakui kerajaan-kerajaan di Bali di bawah kekuasaan Belanda dan menghapus hukum Tawan Karang.

2. Perjanjian yang pertama ini gagal karena kerajaan Buleleng tidak setuju merasa ada kejanggalan atas isi perjanjian tersebut dan pemerintah Belanda tidak putus asa lalu mereka menawarkan konsep perjanjian yang baru yaitu pada tahun 1843 yang isinya kerajaan-kerajaan yang ada di Bali milik kekuasaan pemerintah Hindia Belanda dan bersedia menghapus tawan karang dan menggantinya dengan membantu kapal yang karam di wilayah perairan pulau Bali. 3. Perjanjian tahun 1843 yang gagal karena terjadi perampasan kapal

(42)

58

Prancah dan sangsit tahun 1844 yang menyebabkan pemerintah Belanda marah dan geram karena kerajaan Buleleng tidak patuh dengan isi perjanjian yang mereka sepakati terdahulu.

4. Perampasan kapal atau pelanggaran perjanjian 1843 ini adalah awal mula aksi militer yang pertama pemerintah Belanda ke kerajaan Buleleng yang terjadi tahun 1846. Aksi militer pertama ini penuh persiapan matang sehingga kekuatan kerajaan Buleleng yang hanya seadanya beberapa pucuk bedil, meriam dan sejata tradisional harus mengakui kekalahan atas pemerintah Belanda. Setelah berakhirnya perang pemerintah Belanda dan kerajaan Buleleng melakukan perjanjian yang isinya Buleleng harus membayar ganti rugi sebesar f300.000 yaitu buleleng membayar ¾ dan kerajaan Karangasem ¼ dikarenakan kerajaan Karangasem membantu Buleleng dan bersedia menghapus tawan karang.

5. Kerajaan Buleleng mundur ke Jagaraga untuk menyusun kekuatan melakukan serangan balasan terhadap Belanda ini merupakan aksi militer ke-2. Pemerintah Belanda yang mengetahui Buleleng menyusun kekuatan untuk melakukan serangan balasan ini tidak tingal diam dan tahun 1848 melakukan penyerangan ke Jagaraga. Penyerangan pertama ke Jagaraga ini gagal karena rintangan alam yang sukar tetapi memudahkan Buleleng karena mengetahui kondisi wilayah Jagaraga dan akhirnya Belanda kalah.

(43)

59

menghancurkan benteng Jagaraga yang terkenal kokoh dan kuat itu rata seperti tanah. Raja I Gusti Ngurah Made Karang Asem besarta Patih I Gusti Ketut Jelantik gugur beserta pengikutnya. Salah seorang pejuang wanita juga tidak kenal takut ialah Jero Jempiring yang merupakan isteri dari I Gusti Ketut Jelantik gugur.

Tiga aksi militer yang dilakukan pada 1846-1849 terhadap Buleleng untuk menghukum raja-raja di Bali yang menentang pemerintah Belanda. Suatu perang akan sangat berdampak luas dimana banyak jatuhnya korban, kerugian finansial dan kelaparan. Begitu juga perang antara kerajaan Buleleng dengan belanda sangatlah besar dampaknya terhadap masyarakat dimana masyarakat dihantui rasa takut, banyaknya jatuh korban dipihak Buleleng maupun Belanda, istana raja dan bangunan disekitar dihancurkan, barang-barang yang ditemukan di istana raja dikuasai sebagai milik pemerintah Hindia Belanda, dari pihak Buleleng membayar denda perang yang dikeluarkan oleh pihak Hindia Belanda, anak-anak kecil korban perang akan trauma atas kejadian apa yang mereka dapatkan.

Dari semua dampak tersebut kerajaan Buleleng yang sangat banyak terkena kerugiannya dimana kekuasaan Buleleng menjadi lemah dan semua itu disebabkan oleh perang tersebut.

(44)

60

Berdasarkan hasil penelitian ini beberapa hal yang dapat diusulkan sebagai saranyang peneliti sampaikan diantaranya yaitu:

1. Diharapkan kepada masyarakat Bali pada khususnya tahu bahwa pada saat lampau kita mempunyai kerajaan yang cukup besar dan sangat bersejarah bagi masyarakat Bali dan pada umumnya Indonesia.

2. Sebaiknya pemerintah lebih melindungi peninggalan-peninggalan perang Jagaraga dan pemerintah semestinya membuat museum perang Jagaraga agar bisa memberikan inspirasi bagi masyarakat agar masyarakat bisa meneladani nilai-nilai yang terkandung di dalam perang Jagaraga. Terutama agar masyarakat lebih menghargai jasa-jasa pahlawan terutama untuk meningkatkan jiwa cinta tanah air.

3. Kepada seluruh generasi muda diharapkan mencintai dan terus belajar untuk mengetahui sejarah, dan selalu belajar dari sejarah 4. Semoga penelitian ini bisa bermanfaat untuk peneliti, pembaca dan

(45)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 1985. Penelitian Pendidikan Prosedur dan Strategis. Angkasa, Bandung. 215 Halaman

Arikunto, Suharsimi. 1989. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Bina Aksara. 309 halaman

Badudu, J.S. 1995. Inilah Bahasa Indonesia Yang Benar. Gramedia, Jakarta. 153 halaman

Darmawan, Joko dan Chaerudin. 2011. The Power Of Sejarah Indonesia. PT Buku Kita, Jakarta. 224 halaman

Depdikbud. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka : Jakarta. 954 halaman

Gede Agung, Ide Anak Agung. 1989. Perjuangan Rakyat dan Raja – raja Menentang Kolonialisme Belanda 1808 – 1908. Gajah Mada University, Yogyakarta. 875 halaman

Jauhari, Heri. 2010. Panduan Penulisan Skripsi Teori dan Aplikasi. Bandung: Pustaka Setia. 220 halaman

Kebudayaan dan Departemen Pendidikan. 1978. Sejarah Daerah Bali. Buku Bacaan dan Sastra Indonesia, Jakarta. 198 halaman

Komarudin. 1987. Metode Penulisan Sekripsi dan Tesis. Angkasa, Bandung. 210 halaman

Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Rineka Cipta. Jakarta. 391 halaman

---. 1984. Kamus Istilah Antropologi. Pusat Pembinaan dan Pemngembangan Bahasa Indonesia, Jakarta. 134 Halaman

Nasir, Mohammad. 1983. Metodologi Penelitian. Ghalia Indonesia: Jakarta. 182 halaman

(46)

Notosusanto, Nugroho. 1984. Sejarah Nasional Indonesia IV. Balai Pustaka : Jakarta. 395 halaman

Notosusanto, Nugroho. 1986. Mengerti Sejarah. Yayasan Penerbit UI: Jakarta. 136 halaman

Purwadarminta. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Balai Pustaka: Jakarta. 408 halaman

Sastrodiwiryo, Soegianto. 2011. I Gusti Anglurah Panji Sakti. Pustaka Bali Post, Denpasar. 192 halaman

Sastrodiwiryo, Soegianto. 2011. Perang Jagaraga(1846-1949). CV Kayumas Agung, Denpasar. 248 halaman

Subagyo. Joko. 1997. Metode Penelitian. Gramedia. Jakarta. 145 halaman Surakhmad, Winarno. 1982. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar. Tarsito:

Bandung. 338 halaman

Suryabrata, Sumardi. 2000. Metodologi Penelitian. Raja Grafind Persada : Jakarta. 201 halaman

Suryawan, I Ngurah. 2010. Genealogi Kekerasan dan Pergolakan Subaltern:Bara di Bali Utara. Prenada Media Group, Jakarta. 458 halaman

Suryohadiprojo, Sayidiman. 2008. Pengantar Ilmu Perang. Pustaka Intermasa, Jakarta. 176 halaman

Sumber-sumber lain

http://id.wikipedia.org/wiki/Perang diakses tanggal 03 Maret 2014 pukul 16:32 WIB

http://baliterkini.wordpress.com/2009/09/05/kabupaten-buleleng/diakses tanggal 30 Februari 2014 pukul 15.40 WIB

http://baliterkini.wordpress. com/2009/09/05/kabupaten-buleleng/diakses tanggal 30 Februari 2014 pukul 15.40 WIB

http://arifyudisejarah2006.wordpress. com/teori-masuknya-agama-hindu/diakses tanggal 03 Maret 2014 pukul 15.40 WIB

Gambar

GAMBAR

Referensi

Dokumen terkait