• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PENYAKIT DIABETES MELLITUS DENGAN DEPRESI PADA Hubungan Antara Pengetahuan Pasien Tentang Penyakit Diabetes Mellitus dengan Depresi Pada Pasien Kaki Diabetik di Unit Rawat Jalan RSUD dr. Moewardi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PENYAKIT DIABETES MELLITUS DENGAN DEPRESI PADA Hubungan Antara Pengetahuan Pasien Tentang Penyakit Diabetes Mellitus dengan Depresi Pada Pasien Kaki Diabetik di Unit Rawat Jalan RSUD dr. Moewardi."

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

RSUD DR. MOEWARDI

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh:

Nama : Estu Widhiarsi

NIM : J 210.080.039

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

(2)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

(3)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

(4)

PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PENYAKIT DIABETES MELLITUS DENGAN DEPRESI PADA PASIEN KAKI DIABETIK DI

UNIT RAWAT JALAN RSUD Dr. MOEWARDI

Abstrak Estu Widhiarsi*

Abi Muhlisin, SKM., M.Kep** Okti Sri Purwanti, S.Kep.,Ns.**

Penyakit kaki diabetik merupakan bagian penyakit diabetes mellitus yang membutuhkan perawatan secara berkala dengan jangka waktu lama. Penyakit kaki diabetik dapat menyebabkan permasalahan-permasalahan yang bersifat fisik, psikologis, dan sosial yang dirasakan sebagai kondisi yang menekan. Permasalahan yang dialami pasien kaki diabetik juga dapat berlanjut menjadi suatu perasaan depresi. Untuk melakukan menajemen stress akibat dari sakit yang diderita, dibutuhkan pengetahuan yang baik agar pasien tidak semakin menjadi depresi. Hasil studi pendahuluan diperoleh data bahwa pasien kaki diabetik merasa banyak belum mengetahui tentang penyakit diabetik secara mendalam, merasa sedih dan putus asa karena sudah tidak bisa beraktivitas lagi layaknya orang normal karena adanya luka di kaki . Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan pasien tentang penyakit diabetes mellitus dengan depresi pada pasien kaki diabetik di unit rawat jalan RSUD Dr. Moewardi. Metode penelitian menggunakan deskriptif korelatif. Pengambilan sampel menggunakan consecutive sampling dan diperoleh sampel sebanyak 49 orang sampel. Data penelitian diperoleh dari kuesioner pengetahuan dan kuesioner depresi yang dibagikan kepada responden. Data yang terkumpul selanjutnya dilakukan uji statitisk menggunakan uji korelasi Chi Square. Hasil penelitian memperlihatkan 21 responden (42,9%) mempunyai pengetahuan yang kurang. Hasil penilaian depresi memperlihatkan data 29 responden (59,2%) dengan depresi sedang. Hasil uji statistik Chi Square diperoleh nilai χ²= 16,447 dengan signifikansi 0,001. Hasil ini berarti terdapat hubungan antara pengetahuan pasien tentang penyakit diabetes mellitus dengan depresi pada pasien kaki diabetik di Unit Rawat Jalan RSUD Dr. Moewardi. Saran dari penelitian ini yaitu sebaiknya untuk petugas kesehatan dapat memberikan pendidikan kesehatan bagi pasien kaki diabetik yang mengalami depresi bahwa dengan adanya melakukan perawatan kaki diabetik dapat sembuh.

(5)

Hubungan antara pengetahuan pasien tentang penyakit Diabetes Mellitus dengan depresi pada pasien kaki THE RELATION BETWEEN PATIENT KNOWLEDGE ABOUT THE DIABETES

MELLITUS WITH THE DEPRESSION OF THE DIABETIC FOOT PATIENT IN THE OUTPATIENT UNIT OF RSUD DR. MOEWARDI

Abstract

Estu Widhiarsi*

Abi Muhlisin, SKM., M.Kep** Okti Sri Purwanti, S.Kep.,Ns.**

Diabetic foot disease is one of diabetes mellitus that need intensive care in a long time. Diabetic Foot disease can cause some physical, psychological and social problems that really depress the patient. The knowledge is needed by patient to manage stress so that it will not make them to be more depression. Based on research, diabetes mellitus patient has less knowledge about diabetes mellitus comprehensively, feeling sad and desperate because their disability in doing their activity as a normal person because of a wound in the foot . The objective of this research is to know association between patient’s knowledge about diabetes mellitus with the broken leg diabetic of outpatient in Dr. Moewardi hospitasl using descriptive correlative approach. Sample collecting uses consecutive sampling technique. There are 49 samples. The data is got from depression and knowledge questioner that is given to the respondent. The data collected then to be tested by Chi Square correlation test. The result of the research shows that there are 21 respondents (42,9%) has lack of knowledge. There are 29 respondents (59,2%) has a median depression. The result Chi Square statistical test is χ²= 16,447 with p= 0,001. It can be concluded that there is an association between the patient’s knowledge and the depression in diabetes mellitus patient in outpatient of Dr. Moewardi Hospital. The suggestion of this research is the nurses can give knowledge about diabetes mellitus to depressive patient who has one, that diabetes is curable through intensive care.

Key word : knowledge, depression, diabetic foot.

Pendahuluan

Latar belakang masalah

Diabetes Melitus telah dikategorikan sebagai penyakit global

oleh World Health Organization

(WHO) dengan jumlah penderita di dunia mencapai 199 juta jiwa pada tahun 2009. Menurut statistik dari studi Global Burden of Disease WHO tahun 2004, Indonesia menempati peringkat pertama di Asia Tenggara, dengan prevalensi penderita sebanyak 8.426.000 jiwa di tahun 2000 dan diproyeksi meningkat 2,5 kali lipat sebanyak 21.257.000

penderita pada tahun 2030 (Astiyandani, 2010).

Kaki diabetes merupakan salah satu komplikasi kronik DM yang paling buruk hasil pengelolaannya. Kaki diabetes yang tidak dirawat dengan baik akan mudah mengalami luka, dan cepat berkembang menjadi ulkus gangren bila tidak dirawat dengan benar (Dewi, 2007).

(6)

dapat menyebabkan pasien mengalami permasalahan-permasalahan yang bersifat fisik, psikologis, dan sosial yang dirasakan sebagai kondisi yang menekan. Permasalahan yang dialami pasien kaki diabetik juga dapat berlanjut menjadi suatu perasaan depresi pada pasien (Watkins, 2003).

Berdasarkan studi pendahuluan dan dilihat dari survey

yang telah peneliti lakukan dari 9 orang penderita kaki diabetik, didapatkan 6 orang pasien mengeluh adanya rasa bosan minum obat, sulit melakukan diet sesuai yang dianjurkan dan pasien selalu bertanya kesembuhan penyakitnya, sehingga pasien susah tidur karena teringat penyakitnya. Pasien tidak tahu bagaimana cara merawat penyakit kaki diabetik dan menanyakan bagaimana pencegahannya agar tidak semakin parah. Pasien merasa lemah, suka melamun dan bosan dengan hidupnya yang selalu dibatasi, merasa sedih dan putus asa karena sudah tidak bisa beraktivitas lagi layaknya orang normal dan merasa menjadi beban keluarganya.Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan pasien tentang penyakit Diabetes Melitus dengan depresi pada pasien kaki diabetik di Unit Rawat Jalan RSUD Dr. Moewardi.

KERANGKA TEORI Konsep pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang

ingin diukur dari subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2010).

Konsep Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus adalah sindroma kelainan metabolism karbohidrat yang ditandai hiperglikemia kronik akibat defek pada sekresi insulin atau inadekuatnya fungsi insulin (Tjekyan, 2007).

Komplikasi DM

1. Akut, yaitu seperti: hipoglikemia, hiperglikemia, ketoasidosis diabetik (KAD).

2. Kronik, yaitu seperti penyakit

makrovaskuler, dan penyakit mikrovaskuler (Retinopati Diabetik, Neuropati Diabetik, dan Nefropati Diabetik)

Konsep Kaki Diabetik

Kaki Diabetik adalah kelainan tungkai kaki bawah akibat Diabetes Melitus yang tidak terkendali. Kelainan kaki Diabetes Melitus dapat disebabkan adanya gangguan pembuluh darah, gangguan pesarafan, dan adanya infeksi (Tambunan M. 2011).

Pengelolaan kaki diabetik

(7)

Hubungan antara pengetahuan pasien tentang penyakit Diabetes Mellitus dengan depresi pada pasien kaki Konsep Depresi

Menurut Nasir dan Muhit (2011) pengertian depresi adalah keadaan emosional yang ditandai dengan kesedihan yang sangat, perasaan bersalah dan tidak berharga,menarik diri dari orang lain, serta kehilangan minat untuk tidur dan melakukan hubungan seks juga hal-hal menyenangkan lainnya.

Faktor resiko depresi

1. Usia

2. Jenis kelamin 3. Status perkawinan 4. Lama tinggal

5. Tingkat pendidikan atau

pengetahuan 6. Lama tinggal

(Khan et al., 2009)

Hubungan antara pengetahuan tentang penyakit DM dengan depresi kaki diabetik

Dari teori yang sudah dijabarkan tentunya ada hubungan antara pengetahuan dengan pengaruh terjadinya depresi. Pada umumnya pasien kaki diabetik sangat rentan untuk mengalami depresi. Gangguan depresi yang dialami adalah akibat dari cara berpikir seseorang terhadap dirinya. Hal ini disebabkan karena adanya distorsi kognitif pada diri sendiri (Lubis, 2009). Pengetahuan tentang diabetes membentuk dasar untuk keputusan tentang diet, olahraga, kontrol berat badan, pemantauan glukosa darah, penggunaan obat, perawatan mata dan kaki, dan kontrol makrovaskuler sebagai faktor risiko (Murata, et.al. 2003). Untuk mengubah perilaku tersebut diperlukan pengetahuan yang cukup. Tingkat pengetahuan seseorang mempengaruhi daya tahannya dalam menghadapi stress. Makin tinggi tingkat pengetahuan seseorang makin tinggi

keberhasilannya melawan stress (Khan et al., 2009)

Pasien Diabetes Melitus dengan komplikasi kaki diabetik memiliki dampak yang signifikan terhadap kualitas hidup, misalnya kehilangan mobilitas yang terkait dengan adanya luka pada kaki yang dapat berpengaruh pada kemampuan pasien untuk melakukan tugas sehari-hari secara sederhana. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pasien Diabetes dengan kaki diabetik akan lebih depresi dan memiliki kualitas hidup yang lebih buruk daripada mereka yang tidak disertai dengan komplikasi. Depresi dianggap sebagai salah satu dari penyebab utama kecacatan, karena akan membatasi fisik mereka dari semua kagiatan baik sosial ataupun pribadi. Cidera kaki pada pasien kaki diabetik dapat mempengaruhi secara signifikan kehidupan sehari-hari dan mungkin memiliki konsekuensi yang berat seperti gangguan psikososial, termasuk depresi (Salome et al., 2011)

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan survey Cross Sectional. Populasi penelitian ini adalah pasien DM dengan komplikasi Kaki Diabetik yang berjumlah sebanyak 124 pasien. Sampel yang digunakan adalah sebanyak 49 responden. Pengambilan sampel secara consecutive sampling.

Kriteria sampel

Kriteria inklusi : Bersedia menjadi responden, Pasien yang menjalani rawat jalan, Pasien kaki diabetic dengan grade 1-5

(8)

Instrument pengetahuan Tingkat pengetahuan

Alat ukur yang digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang diabetes mellitus menggunakan kuesioner skala guttman dengan jumlah 14. Pertanyaan.

Depresi

Depresi dengan memodifikasi kuesioner Inventaris Depresi Beck, dengan jumlah 21 pertanyaan

Analisa Data

Teknik statistik yang digunakan adalah menggunakan uji Chi Square

HASIL PENELITIAN

1. Distribusi Responden

Berdasarkan karakteristik responden

Tabel 1. Distribusi frekuensi responden di RSUD Dr. Moewardi

Karakteristik Jumlah %

Jenis kelamin

Laki-laki 16 32,7 Pendidikan

SD 11 22,4 Status Perkawinan

Menikah 43 87,8

Janda 6 12,2

Berdasarkan distribusi frekuensi responden pada tabel 3

jenis kelamin perempuan lebih banyak daripada laki-laki sebanyak 33 responden (67,3%), sedangkan untuk laki-laki sebanyak 16 responden (32,7%). Distribusi frekuensi untuk usia responden menunjukkan banyak responden berusia 60-69 tahun sebanyak 16 responden (32,7%). Dan untuk usia 40-49 tahun sebanyak 10 responden (20,4%). Untuk usia 50-59 sebanyak 15 responden (30,6%), sedangkan untuk usia 70-78 sebanyak 8 responden (16,3%).

Berdasarkan distribusi frekuensi untuk pendidikan paling banyak responden berpendidikan SMA sebanyak 20 responden (40,8%), dan untuk SD sebanyak 11 responden (22,4%), SMP sebanyak 12 responden (24,5%), sedangkan untuk PT sebanyak 6 responden (12,2%). Distribusi frekuensi untuk lama menderita penyakit DM paling banyak responden menderita DM selama > 5 tahun sebanyak 32 responden (65,3%), sedangkan untuk

≤ 5 tahun sebanyak 17 responden (34,7%).

Berdasarkan distribusi frekuensi untuk tipe DM pada responden banyak sekali yang menderita DM tipe 1 yaitu sebanyak 30 responden (61,2%), sedangkan untuk DM tipe 2 yaitu sebanyak 19 responden (38,8%). Distribusi frekuensi untuk lama menderita kaki diabetik yaitu paling banyak menderita selama 1,5 bulan sebanyak 26 responden (53,1%), untuk lama menderita 1 bulan sebanyak 12 responden (24,5), sedangkan lama menderita 2 bulan yaitu sebanyak 11 responden (22,4%).

(9)

Hubungan antara pengetahuan pasien tentang penyakit Diabetes Mellitus dengan depresi pada pasien kaki Analisis Univariat

1. Pengetahuan

Hasil penelitian mengenai pengetahuan responden tentang pengetahuan pasien tentang penyakit DM ditampilkan pada tabel 4 dibawah ini, dengan penilaian baik jika score pertanyaan benar 9-14 pertanyaan, cukup untuk pertanyaan benar sebanyak 6-8 pertanyaan, dan kurang jika pertanyaan benar sebanyak 0-5 pertanyaan.

Tabel 2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan tentang Diabetes Melitus di RSUD Dr. Moewardi

Pengetahuan N %

Baik 12 24,5

Cukup 16 32,7

Kurang 21 42,9

Total 49 100,0

Penelitian mengenai pengetahuan menunjukkan bahwa

pengetahuan responden terbanyak masuk dalam kategori kurang sebanyak 21 responden (42,9), dan sebanyak 16 responden (32,7) masuk dalam kategori cukup, sedangkan

untuk 12 responden (24,5) masuk dalam kategori baik.

2. Depresi

Data tingkat depresi responden diperoleh dari 21 pertanyaan depresi yang mengacu pada inventaris Depresi DBI, dengan score ≥ 17,2 menunjukkan depresi sedang, dan untuk depresi ringan

score sebanyak ≤ 17. Distribusi

frekuensi untuk tingkat depresi responden dapat dilihat pada tabel 10 di bawah ini.

Tabel 3. Distribusi responden berdasarkan Depresi kaki diabetik di RSUD Dr. Moewardi

Depresi N %

Depresi sedang 29 59,2 Depresi ringan 20 40,8 Total 49 100,0

Tabel 3 menunjukkan sebagian besar responden mengalami depresi sedang yaitu sebanyak 29 responden (59,2%). Sedangkan untuk depresi ringan nya yaitu sebanyak 20 responden (40,8%).

A. Analisis Bivariat

Tabel 6. Tabel Silang antara Hubungan Pengetahuan tentang DM dengan Depresi kaki diabetik di RSUD Dr. Moewardi

Pengetahuan Depresi pasien kaki diabetik Total

Depresi sedang Depresi ringan χ² p

n % N % n %

Baik 2 4,1 11 22,4 13 26,5 16,447 0.001

Cukup 9 18,4 6 12,2 15 30,6

Kurang 18 36,7 3 6,1 21 42,9

Total 29 59,2 20 40,8 49 100

Tabel 6 menunjukkan bahwa responden yang mempunyai pengetahuan baik ternyata mengalami depresi sedang sebanyak 2 responden (4,1%), sedangkan untuk depresi ringannya sebanyak 11

(10)

pengetahuan kurang ternyata mengalami depresi sedang sebanyak 18 responden (36,7%), sedangkan depresi ringannya sebanyak 3 responden (6,1%) responden.

Hasil uji hipotesis penelitian yang menggunakan uji korelasi Chi Square menunjukkan nilai χ²= 16,447 dengan signifikansi 0,001. Hasil ini menjadikan keputusan hipotesis yang diambil adalah Ho ditolak yang artinya terdapat hubungan antara pengetahuan pasien tentang penyakit diabetes melitus dengan depresi pada pasien kaki diabetik di Unit Rawat Jalan RSUD Dr. Moewardi.

PEMBAHASAN

Karakteristik Responden 1. Jenis kelamin

Hasil penelitian mengenai jenis kelamin responden diperoleh data bahwa jenis kelamin perempuan lebih banyak daripada laki-laki. Banyaknya responden perempuan dalam penelitian ini dapat disebabkan oleh riwayat penyakit ibu seperti diabetes pada saat kehamilan. Faktor lain banyaknya responden perempuan adalah karena genetik dan kurangnya aktivitas gerak seperti olah raga pada responden yang menjadikan banyak responden mengalami sakit Diabetes, karena pada hasil penelitian banyak sekali responden yang berumur ≥60 tahun. Hasil penelitian Azidah (2012) menyimpulkan bahwa faktor genetik yaitu jenis kelamin tidak ada korelasi dengan kejadian diabetes pada lansia.

2. Usia

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang terkena kaki diabetes adalah usia 40 tahun ke atas. Menurut Suyono dalam Zulianita (2008) diabetes mellitus muncul pada usia diatas 45 tahun, karena pada usia 45 ke atas

tubuh mengalami banyak perubahan terutama pada organ pankreas yang memproduksi insulin dalam darah. Pada penelitian ini lebih banyak responden usia antara 60-69 tahun yang menderita sakit diabetes mellitus, namun selisih antara kelompok umur tidak berbeda jauh. Banyaknya responden umur 60-69 tahun adalah kemauan responden untuk melakukan kunjungan perawatan kaki diabetik di unit rawat jalan RSUD Dr. Moewardi. Namun hasil penelitian pada usia responden kurang sesuai dengan pendapat Goldberg dan Coon dalam Rochmah (2007) yang menyebutkan bahwa umur sangat erat kaitannya dengan terjadinya kenaikan kadar gula darah, sehingga pada golongan umur yang makin tua prevalensi gangguan toleransi glukosa akan meningkat dan demikian pula prevalensi diabetes mellitus.

3. Tingkat Pendidikan

Hasil penelitian pada tingkat pendidikan responden diperoleh data banyak berpendidikan SMA. Pendidikan SMA merupakan pendidikan yang sudah cukup untuk memperoleh wawasan dan pengetahuan. Menurut Perry (2005), Tingkat pendidikan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang tentang kesehatan. sehingga semakin tinggi pendidikan sesorang diharapkan semakin banyak pengetahuan yang dimiliki dan dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada, termasuk melakukan perawatan pada penderita Diabetes mellitus yang mengalami kaki diabetik.

4. Lama menderita penyakit DM

(11)

Hubungan antara pengetahuan pasien tentang penyakit Diabetes Mellitus dengan depresi pada pasien kaki

dari 5 tahun disebabkan karena penyakit DM adalah penyakit yang bersifat genetik dan menahun. Selain itu DM jika kadar gula darah yang tinggi dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kerusakan saraf atau neuropati diabetes. Gejala neuropati menyebabkan hilang atau menurunnya rasa nyeri pada kaki, jika ada trauma dikaki tidak akan merasakan nyeri sehingga menyebabkan luka di kaki (Suriadi, 2004). Hasil penelitian lain menemukan bahwa sampel penelitian telah mengalami sakit diabetes mellitus lebih dari 5 tahun, yang berimbas pada tingkat kepatuhan perawatan diabetes mellitus.

5. Lama menderita kaki diabetik

Hasil penelitian lama sakit kaki diabetik menunjukkan bahwa banyaknya responden yang sakit kaki diabetik adalah selama 1,5 bulan. Banyaknya responden dengan sakit kaki diabetik dapat disebabkan kurangnya kehati-hatian responden seperti menggunakan sandal yang kecil, hygiene personal kaki yang kurang, ataupun responden yang tidak menggunakan sandal dalam beraktivitas yang memungkinkan kaki menjadi terluka. Penelitian Chalya (2011) menunjukkan bahwa pasien yang mengalami sakit kaki diabetik dengan tingkat klasifikasi 4 dilakukan pembedahan.

6. Tipe Diabetes Mellitus

Hasil penelitian tipe diabetes mellitus menunjukkan bahwa sebagian besar responden diabetes mellitus dengan tipe I. banyaknya responden dengan tipe I dapat dipengaruhi oleh faktor keturunan. Hasil wawancara kepada responden bahwa ada anggota keluarga yang pernah mengalami sakit DM. atas dasar jawaban responden tersebut, sakit DM dipengaruhi oleh factor

genetik. Tandra, (2007) menyatakan salah satu penyebab diabetes mellitus adalah faktor keturunan atau genetik. Diabetes melitus cenderung diturunkan atau diwariskan, bukan ditularkan.

7. Status perkawinan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai status perkawinan responden menunjukkan banyak responden dengan status menikah, dan terdapat 6,6% dari 49 responden dengan status janda. Berkaitan dengan depresi akibat kaki diabetik adalah adanya bentuk dukungan keluarga yang diterima oleh responeden. Responden yang masih berstatus menikah, dalam melakukan kunjungan pemeriksaan di poliklinik rawat jalan banyak ditemani oleh pasangan hidup, yaitu suami atau istri, sedangkan responden yang berstatus janda lebih banyak mendapat dukungan dari anggota keluarga seperti anak ataupun saudara kandung pasien. Menurut Setiadi (2008), dukungan keluarga dapat berpengaruh pada perilaku

penerimanya. Dalam hal ini orang

merasa memperoleh dukungan sosial, secara emosional merasalega karena diperhatikan, mendapat saran atau

kesan yang menyenangkan pada

dirinya.

A. Pengetahuan tentang penyakit Diabetes Mellitus

(12)

Kurangnya pengetahuan pada responden dapat dipengaruhi oleh informasi yang bersifat satu arah, artinya responden telah membaca, atau melihat televisi yang membahas masalah penyakit diabetes mellitus namun responden tidak dapat melakukan tanya jawab soal penyakit diabetes, yang pada akhirnya pengetahuan menjadi terbatas. Informasi dari responden mengatakan bahwa responden sering menonton televisi atau mendengarkan radio. Menurut Notoadmojo (2011) salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan adalah informasi yang diterima. Pengetahuan yang rendah pada responden dapat diklasifikasikan dalam tingkatan tahu (know) yang dapat diartikan responden hanya sekedar mengetahui apa itu penyakit diabetes, sakit kaki diabetik. Menurut Snock (2005) menyatakan bahwa diperlukan pengetahuan pasien diabetes mellitus maupun kaki diabetik yang baik agar dapat melakukan manajemen stress dengan sakit yang dialaminya.

B. Tingkat Depresi pasien Kaki Diabetik

Berdasarkan hasil penelitian mengenai depresi, menunjukkan sebagian besar responden mempunyai depresi tingkat sedang yaitu 59,2%. Banyaknya tingkat depresi ini dapat dipengaruhi oleh lamanya responden menderita kaki diabetik. Mereka beranggapan bahwa sakit yang dideritanya tidak akan cepat sembuh dan merasa mempunyai gangguan citra tubuh. Lamanya sakit pada responden dapat berdampak bukan hanya pada fisik, tapi psikis respoden yang bisa berdampak pada depresi, serta dapat

mempengaruhi berkurangnya dukungan keluarga dalam membantu

responden salama perawatan kaki

diabetik. Kurangnya dukungan keluarga dapat berkaitan dengan masalah pembiayaan selama perawatan kaki diabetik. Hasil penelitian dari Vickie (2010) menyimpulkan masalah kaki diabetik menjadi salah satu penyebab meningkatnya biaya yang harus dikeluarkan.

Perbandingan pasien DM dengan kaki diabetik dengan pasien DM tanpa kaki diabetik adalah 5.4 kali lebih besar pada pasien kaki diabetik untuk perawatan pada tahun pertama, dan 2,8 kali lebih besar pada tahun kedua. Kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan bagi pasien dari ekonomi kelas bawah dapat berdampak pada kurangnya dukungan keluarga dan meningkatnya tingkat depresi pada pasien kaki diabetik. Faktor lain yang juga menunjang tingginya depresi responden adalalah lama menderita. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 65,3% responden telah menderita diabetes mellitus lebih dari 5 tahun. Lamanya sakit pada diri responden menjadikan kurangnya dukungan keluarga. Kondriati (2004) menyatakan Semakin lama seseorang menderita suatu penyakit ada kemungkinan dukungan sosial yang didapat akan berkurang.

C. Hubungan antara pengetahuan responden dengan depresi

(13)

Hubungan antara pengetahuan pasien tentang penyakit Diabetes Mellitus dengan depresi pada pasien kaki

dialami dapat dipengaruhi oleh infeksi sebagai akibat kurangya kehati-hatian dalam beraktivitas yang akhirnya menimbulkan perlukaan. Tambunan (2011) menyatakan bahwa kelainan kaki diabetik dapat disebabkan adanya gangguan pembuluh darah, gangguan persyarafan, dan infeksi. Faktor lain yang dapat mempengaruhi tingginya depresi pada responden adalah ketidakpatuhan didalam melakukan kunjungan perawatan kaki diabetik. Meskipun responden mempunyai pengetahuan yang baik namun karena tidak patuh dalam melakukan perawatan kaki diabetik maka tingkat klasifikasi kaki diabetik semakin meningkat. Peningkatan klasifikasi tersebut menjadikan responden menjadi lebih depresi.

Terdapat 11 responden yang mempunyai pengetahuan baik dan mengalami depresi ringan. Responden dengan pengetahuan yang baik dapat menjadikan perubahan pada cara berpikir bagaimana harus merawat kaki diabetik untuk mempercepat penyembuhan lukanya. Dengan pengetahuan yang baik, respoden akan lebih berhati-hati dalam mengatur pola makan sesuai dengan diitnya, selalu melakukan pemeriksaan berkala pada kaki, dan menjaga hygiene personal kaki. Tindakan responden yang berpangkal dengan pengetahuan yang baik menjadikan depresi menjadi ringan meskipun responden mengetahui bahwa kaki diabetik adalah penyakit yang sulit untuk sembuh. Menurut Wawan dan Dewi (2010) bahwa pengetahuan baik yang dimiliki seseorang akan menjadikan sikap yang baik dalam berperilaku untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal

Terdapat 18 responden dengan pengetahuan yang kurang namun depresi responden masuk

dalam kategori sedang. Kurangnya pengetahuan dapat menjadikan responden tidak mengetahui hal-hal yang dapat membantu dalam perawatan kaki diabetik. Responden masih banyak berperilaku yang sebenarnya akan menambah parah kondisi kaki diabetik, sebagai contoh

responden masih suka mengkonsumsi minuman manis. Reponden masih kurang menjaga kebersihan badan terutama pada kaki yang mengakibatkan kaki diabetik semakin bertambah parah. Mereka beranggapan bahwa sakit yang dialaminya tidak akan cepat sembuh dan merasa mempunyai gangguan citra tubuh, dan takut jika harus di amputasi karena tindakan responden yang tidak memperhatikan kesehatan. Peningkatan keparahan kaki diabetik dapat menjadikan responden menjadi lebih depresi. Menurut Tjahjadi (2002) bahwa diperlukan kehati-hatian pada penderita kaki diabetik dalam menjaga kakinya untuk terhindar dari amputasi.

(14)

oleh responden. Responden menerima kenyataan bahwa sakit diabetes mellitus sulit untuk sembuh, oleh karena itu perawatan yang sedang berjalan akan tetap dilakukan meskipun dalam jangka waktu yang lama.

Hasil uji hipotesis penelitian yang menggunakan uji korelasi Chi Square menunjukkan nilai χ² = 16,447 dengan signifikansi 0,001. Hasil ini menjadikan keputusan hipotesis yang diambil adalah Ho ditolak yang artinya terdapat hubungan antara pengetahuan pasien tentang penyakit diabetes melitus dengan depresi pada pasien kaki diabetik di Unit Rawat Jalan RSUD Dr. Moewardi.

Pada umumnya pasien kaki diabetik sangat rentan untuk mengalami depresi. Gangguan depresi yang dialami adalah akibat dari cara berpikir seseorang terhadap dirinya. Hal ini disebabkan karena adanya distorsi kognitif pada diri sendiri (Lubis, 2009). Pengetahuan tentang diabetes membentuk dasar untuk keputusan tentang diet, olahraga, kontrol berat badan, pemantauan glukosa darah, penggunaan obat, perawatan mata dan kaki, dan kontrol makrovaskuler sebagai faktor risiko (Murata, et.al. 2003). Untuk mengubah perilaku tersebut diperlukan pengetahuan yang cukup. Tingkat pengetahuan seseorang mempengaruhi daya tahannya dalam menghadapi stress. Makin tinggi tingkat pengetahuan seseorang makin tinggi keberhasilannya melawan stress (Khan et al., 2009).

Pasien diabetes dengan komplikasi kaki diabetik yang parah akan memiliki dampak pembatasan kehidupan sehari-hari akibat adanya luka di kaki. Mereka akan mengalami isolasi sosial di masyarakat, mempunyai mobilitas yang rendah, dan memerlukan sering pengobatan

klinis dan pasien selalu memastikan bahwa perawatan yang dilakukan adalah efektif untuk lukanya di kaki. Hal itu juga mengalami dampak psikologis negative pada pasien. Pasien dengan kaki diabetik sering mengalami tingkat depresi yang lebih tinggi, takut untuk tidak puas, masa depan yang tidak baik pada kehidupan pribadi mereka dan penyesuaian psikososial yang lebih buruk terhadap penyakitnya (Mazlina, et al. 2011).

Hasil penelitian ini juga searah dengan hasil penelitian dari Egede dan Ellis (2010) yang meneliti mengenai Diabetes and depression: Global perspectives menyimpulkan bahwa penyakit diabetes termasuk

sakit kaki diabetik dan depresi

adalah saling berhubungan secara

signifikan mengenai morbiditas, mortalitas,dan biaya kesehatan. Kurangnya kepatuhan dalam melakukan kontrol terhadap sakit kaki diabetik, kontrol metabolik yang masuk ke dalam katagori buruk akan meningkatkan komplikasi yang lebih tinggi, menurunkan kualitas hidup, peningkatan risiko kecacatan, kehilangan produktivitas dan meningkatkan risiko kematian.

Hasil penelitian ini semua mendukung hasil penelitian peneliti, sedangkan untuk yang bertentangan dari hasil penelitian tidak ditemukan peneliti di jurnal, ataupun buku-buku.

Keterbatasan penelitian

(15)

Hubungan antara pengetahuan pasien tentang penyakit Diabetes Mellitus dengan depresi pada pasien kaki

pada responden lansia dengan alasan bahwa menahan rasa sakit kaki diabetik.

Simpulan

1. Sebagian besar pengetahuan responden tentang penyakit Diabetes Melitus pada pasien Kaki Diabetik di Unit Rawat Jalan RSUD Dr. Moewardi masih kurang yaitu sebanyak 21 responden (42,9%).

2. Sebagian besar responden dengan sakit Kaki Diabetik di Unit Rawat Jalan RSUD Dr.Moewardi mengalami depresi sedang sebanyak 29 responden (59,2%). 3. Ada hubungan antara

pengetahuan responden tentang penyakit Diabetes dengan depresi pasien diabetik di Unit Rawat Jalan RSUD Dr.Moewardi yang menunjukkan nilai χ² = 16,447 dengan signifikansi 0,001 (<0,005) maka Ho ditolak.

Saran

Adanya berbagai temuan dari hasil penelitian, serta keterbatasan yang ditemui penulis selama jalannya penelitian, maka penulis memberikan saran bagi

1. Penderita

a. Penderita Kaki Diabetik

hendaknya senantiasa meningkatkan

pengetahuannya tentang penyakit. Upaya yang dapat dilakukan antara lain dengan membaca literatur yang relevan, aktif mengikuti penyuluhan kesehatan, bertanya kepada petugas kesehatan, atau bertukar pengalaman informasi mengenai penyakit kaki diabetik dari pengalaman penderita kaki diabetik yang lain.

b. Penderita Kaki Diabetik harus selalu memupuk motivasi, berperilaku patuh untuk berhati-hati dalam beraktivitas guna mencegah munculnya timbulnya infeksi lain yang dapat memperparah kondisi responden.

2. Petugas kesehatan

Petugas kesehatan hendaknya dapat memberikan pendidikan kesehatan bagi pasien kaki diabetik yang mengalami depresi bahwa dengan adanya pemeriksaan terus dilakukan memungkinkan pasien kaki diabetik dapat sembuh.

3. Bagi peneliti selanjutnya

a. Diharapkan untuk dapat

melakukan penelitian selanjutnya dengan responden

yang berbeda.

b. Diharapkan untuk

mengembangkan penelitian yang berkaitan dengan kejadian kaki diabetik diantaranya akibat/efek yang ditimbulkan selama perawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Astiyandani, P.G . Uji klinis in vivo pengaruh konsumsi daluman (Cycllea barbata) terhadap penurunan kadar gula darah pada tikus wistar jantan dengan diabetes mellitus tipe 2. IPTEKMA. 2010. 1-4-2.

Azidah, A.K., Hasniza, E., Zunaina. (2012). Prevalence of Falls and Its Associated Factors among Elderly Diabetes in a Tertiary Center. Malaysia.1-5-155

(16)

Diabetes pada pasien Diabetes mellitus. Skripsi. Program Studi S1 Kedokteran

Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Egede, Leonard. E., Charles Ellis

.(2010). Diabetes and

Depression: Global perspectives. Journal

diabetes research and clinical practice.302-312

Khan, T. M, Sulaiman, S.A.S, & Hassali, M.A. (2009). The cause of depression? A Survey Among Malaysians About Perception For Causes Of Depression. 6-9-2

Kondriati, N. (2004). Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Respon Stress Psikologi Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Yogyakarta, Indonesia dan Kobe, Jepang. Skripsi. Tidak diterbitkan. Yogyakarta: Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.

Lubis. (2009). Dukungan sosial pada pasien kanker, perlukah?. Medan: USU press

Mazlina, M., Shamsul, A.S., Jeffery, F.A.S. (2011). Health-related Quality of Life in Patients with Diabetic Foot Problems in Malaysia. Vol 66. Malaysia. Med J

Murata, G.H., et al. (2003). Factors affecting diabetes knowledge in Type 2 diabetic veterans.

Diabetalogia. 1170-1178-46

Nasir, Abdul & Muhith, Abdul . (2011). Dasar-dasar keperawatan

Jiwa. Jakarta: Salemba

Medika

Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo,S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Perry & Potter. (2005). Fundamental of nursing. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC

Rochmah, Wasilah. (2007). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FK Universitas Indonesia.

Salome, G.M., Blanes, Leila., Ferreira,

L.M. (2011). Assesment of

Depressive symptoms in people with Diabetes Mellitus and foot ulcers. 327-333

Setiadi. (2008). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha Ilmu

Snock, F. J., Skinner. (2005). Psychology in Diabetes Care Second Edition John Wiley & Sons Ltd, The Atrium,

Southern Gate, Chichester,West Sussex.

England

Suriadi. (2004). Perawatan luka edisi 1. Sagung seto, Jakarta

Tambunan, M. (2011). Perawatan

Kaki Diabetes. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

(17)

Hubungan antara pengetahuan pasien tentang penyakit Diabetes Mellitus dengan depresi pada pasien kaki Diabetes dengan Cepat dan

Mudah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Tjahjadi, V. (2002). Mengenal,

Mencegah, Mengatasi Silent Killer Diabetes. Jawa Tengah: Pustaka Widyamara

Tjekyan, R.M. (2007). Risiko Penyakit Diabetes Melitus tipe 2 di Kalangan Peminum Kopi di Kotamadya Palembang tahun 2006-2007. 54-60-2

Vickie, R. et al. (2010). The Costs of Diabetic Foot: The Economic Case for the Limb Salvage Team. Journal of the American Podiatric Medical Association Vol 100 No 5 September/ October. 335-341

Waspadji, S. (2007). Kaki Diabetes. Jilid III. Edisi IV. Jakarta: FKUI

Watkins, P.J. (2003). ABC of

Diabetes Fifth Edition. London: BMJ Publishing Group.

Wawan, A., & Dewi Maria. (2010). Medical book: Teori dan Pengukuran Pengetahuan. Sikap. dan Perilaku

Manusia. Yogyakarta:

Numed.

Zulianita, I. (2008). Efektivitas senam diabetes terhadap control gula darah pasien Diabetes Mellitus di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, Skripsi, Stikes ‘Aisyiyah, Yogyakarta.

Estu Widhiarsi* : Mahasiswa

Keperawatan FIK UMS. Jln A Yani Tromol Post 1 Kartasura.

Abi Muhlisin, SKM., M.Kep** : Dosen Keperawatan FIK UMS. Jln A. Yani Tromol Post 1 Kartasura.

Okti Sri Purwanti, S.Kep., Ns.**:

Gambar

Tabel 1. Distribusi frekuensi responden di responden RSUD Dr. Moewardi
Tabel 6. Tabel Silang antara Hubungan Pengetahuan tentang DM dengan  Depresi kaki diabetik di RSUD Dr

Referensi

Dokumen terkait

Media komunikasi yang dibuat dengan lipatan atau satu lembar dan diatur sedemikian rupa dengan bentuk yang menarik serta lebih efektif untuk meyakinkan tentang manfaat dan

[r]

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya pembengkakan (swelling power) campuran tepung kimpul (Xanthosoma sagittifolium) dan tepung terigu terhadap

Penelitian ini bertujuan untuk mempertahankan kesegaran buah stroberi dengan aplikasi edible coating berbasis karagenan dan mempelajari pengaruh penambahan

Menurut Agus Dharma (2003, diadaptasi dari CCSSO: The Council of Chief Schoool Officer, 2002) ada enam kompetensi kepala sekolah yang dinyatakan sebagai berikut

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 7l Tahun 2OI2 tentang Statuta Universitas Negeri. Malang (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2OI2 Nomor

Sebagai suatu sistem pengelolaan gizi untuk pasien diabetes rawat jalan yang dilakukan secara intensif oleh dietisien, Terapi Gizi Medis merupakan integrasi antara ilmu gizi medis

PENGARUH PARTISIPASI MAHASISWA DALAM UNIT KEGIATAN MAHASISWA (UKM) TERHADAP KARAKTER TANGGUNG JAWAB (STUDI PADA ANGGOTA UKM FKIP UNS PERIODE 2011/2012) Skripsi: