• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH TINGKAT PEMBERIAN MINERAL Ca dan Mg ORGANIK BERBASIS LIMBAH AGROINDUSTRI TERHADAP KADAR KOLESTEROL SERTA TRIGLISERIDA PADA SERUM DARAH KAMBING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH TINGKAT PEMBERIAN MINERAL Ca dan Mg ORGANIK BERBASIS LIMBAH AGROINDUSTRI TERHADAP KADAR KOLESTEROL SERTA TRIGLISERIDA PADA SERUM DARAH KAMBING"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH TINGKAT PEMBERIAN MINERAL Ca dan Mg ORGANIK BERBASIS LIMBAH AGROINDUSTRI TERHADAP KADAR

KOLESTEROL SERTA TRIGLISERIDA PADA SERUM DARAH KAMBING

Oleh : Nurlia Sari

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Peternakan

pada

Jurusan Peternakan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

JURUSAN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

PENGARUH TINGKAT PEMBERIAN MINERAL Ca dan Mg ORGANIK BERBASIS LIMBAH AGROINDUSTRI TERHADAP KADAR

KOLESTEROL SERTA TRIGLISERIDA PADA SERUM DARAH KAMBING

Oleh Nurlia Sari

Penelitian ini bertujuan: 1) mengetahui pengaruh tingkat pemberian mineral Ca dan Mg organik didalam ransum terhadap kadar kolesterol serta trigliserida pada serum darah kambing; 2) mengetahui tingkat pemberian mineral Ca dan Mg organik terbaik di dalam ransum terhadap kadar kolesterol serta trigliserida pada serum darah kambing.

Penelitian dilaksanakan pada September sampai Oktober 2012, bertempat di Kandang Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Analisis sampel serum darah dilaksanakan di Laboratorium Klinik Mitra Anda. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok dengan tiga perlakuan dan tiga ulangan. Bobot tubuh sebagai ulangan dan perlakuan yang digunakan adalah R0 = Ransum Basal, R1 = Ransum Basal + Mineral Organik (Ca 0,50%, Mg 0,04%), R2 = Ransum Basal + Mineral Organik (Ca 1,00%, Mg 0,08%).

(3)
(4)
(5)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... i

DAFTAR GAMBAR ... ii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 2

C. Kegunaan Penelitian... 3

D. Kerangka Pemikiran ... 3

E. Hipotesis ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Mineral ... 6

1. Kalsium ... 7

2. Magnesium ... 8

B. Mineral Organik ... 9

C. Limbah Agroindustri ... 10

D. Silase Daun Singkong ... 11

E. Onggok ... 13

F. Kulit Kopi ... 14

(6)

H. Minyak Goreng ... 15

I. Kambing ... 16

J. Darah ... 17

K. Kolesterol ... 18

L. Trigliserida ... 21

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 23

B. Alat dan Bahan Penelitian ... 23

1. Alat penelitian ... 23

2. Bahan penelitian ... 24

C. Rancangan Penelitian ... 24

D. Analisis Data ... 24

E. Persiapan Penelitian ... 25

1. Penyusunan ransum ... 25

2. Persiapan mineral organik Ca ... 26

3. Persiapan mineral organik Mg ... 27

4. Pengambilan sampel ... 27

F. Peubah yang Diamati ... 28

1. Kadar kolesterol serum darah kambing ... 28

2. Kadar trigliserida serum darah kambing ... 29

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kadar Kolesterol ... 30

(7)
(8)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengembangan peternakan dimasa mendatang bertujuan untuk mewujudkan peternakan yang modern, efisien, mandiri mampu bersaing dan berkelanjutan sekaligus dapat memberdayakan ekonomi rakyat terutama di pedesaan. Pembangunan peternakan diarahkan agar produk ternak dalam negeri mampu bersaing dengan produk ternak impor dalam rangka memantapkan ketahanan pangan nasional.

(9)

2 Salah satu dampak keberhasilan pembangunan peternakan adalah meningkatnya pendapatan masyarakat. Perbaikan tingkat pendapatan telah mengubah pola konsumsi masyarakat dari karbohidrat ke protein hewani, khususnya hasil ternak seperti daging, susu dan telur sebagai sumber protein berkualitas tinggi. Salah satu sumber protein hewani yang penting yaitu daging kambing. Namun, salah satu kendala dalam mengkonsumsi daging kambing yaitu tingginya kandungan kolesterol dan trigliseridanya.

Terdapat cara yang dapat ditempuh guna menurunkan kandungan kolesterol yaitu suplementasi kalsium pada ransum. Menurut Engeseth et al. (1993) suplementasi mineral Ca pada ransum ternak kambing dapat menurunkan kadar kolesterol. Park et al. (1991) melaporkan bahwa kandungan lemak dan kolesterol pada daging kambing dipengaruhi oleh tingkat pemberian kalsium. Seiring tingginya tingkat pemberian kalsium, maka kadar kolesterol akan semakin menurun.

Penambahan mineral Ca dan Mg diharapkan dapat memenuhi kebutuhan mineral dalam darah, dengan terpenuhinya mineral Ca dan Mg dalam darah diharapkan kandungan kadar kolesterol dan trigliserida dapat turun.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui

(10)

2) tingkat pemberian mineral Ca dan Mg organik terbaik di dalam ransum terhadap kadar kolesterol serta trigliserida pada serum darah kambing.

C. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pada peternak mengenai pengaruh penambahan mineral makro organik Ca dan Mg di dalam ransum terhadap kadar koleserol dan trigliserida pada serum darah kambing.

D. Kerangka Pemikiran

Peternakan di Indonesia saat ini sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan tersebut diiringi pula dengan semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan daging sebagai salah satu sumber protein. Daging merupakan sumber protein hewani yang sangat baik bagi manusia. Komposisi asam amino dari protein hewani biasanya dalam keadaan seimbang. Salah satu yang menjadi kendala dalam mengkonsumsi daging yaitu tingginya kandungan kolesterol seperti pada daging kambing. Kandungan asam lemak yang tinggi pada daging kambing didominasi oleh asam lemak jenuh terutama asam palmitat (16:00) dan asam lemak stearat (18:0). Asam lemak ini sering menimbulkan masalah kesehatan.

(11)

4 dipengaruhi oleh jumlah dan bentuk mineral ini, juga oleh interaksinya dengan mineral lainnya. Laktosa mendorong penyerapan mineral Ca karena

meningkatkan permeabelitas ion kalsium. Konsumsi yang tinggi mineral Al dan Mg dapat mengganggu penyerapan Ca. Asam oksalat dan fitat menurunkan penyerapan Ca. Asam lemak menstimulir membentuk sabun yang tidak larut, akan tetapi sejumlah lemak dalam jumlah tertentu mendorong penyerapan kalsium (Maynard et al., 1982).

Mineral makro lainnya yang sangat penting adalah magnesium (Mg). Mineral ini sangat penting sebagai komponen struktural (tulang dan gigi), juga sebagai komponen enzim yang terlibat dalam transfer fosfat dari bentuk ATP ke bentuk ADP. Mineral K, pH rumen, asam fitat dan lemak berpengaruh terhadap penggunaan Mg. Suplementasi Mg dalam bentuk mineral organik dapat meningkatkan penyerapan Mg (Maynard et al., 1982).

Untuk mengoptimalkan penyerapan ransum harus dipadukan sentuhan teknologi antara lain suplementasi mineral organik. Suplementasi mineral Ca dan Mg dalam bentuk organik dapat meningkatkan ketersediaan sehingga dapat lebih tinggi diserap dalam tubuh ternak dan akan sangat membantu mengoptimalkan pemanfaatan limbah pertanian, perkebunan dan agroindustri sebagai bahan pakan alternatif (Muhtarudin et al.,2003).

(12)

Salah satu cara lain yaitu dengan meningkatkan antioksidan dalam bahan pakan diharapkan antioksidan ini akan terakumulasi dalam otot, sehingga kolesterol tidak mudah teroksidasi. Terdapat cara yang dapat ditempuh guna menurunkan kandungan kolesterol adalah dengan suplementasi kalsium pada ransum. Park et al. (1991) melaporkan bahwa kandungan lemak dan kolesterol pada daging kambing dipengaruhi oleh tingkat pemberian kalsium. Pengurangan oleh suplementasi kalsium mempengaruhi berkurangnya kolesterol dan trigliserida dalam serum darah serta meningkatnya ekskresi asam empedu dan lemak pada feses.

E.Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah

1) terdapat pengaruh penggunaan mineral organik Ca dan Mg organik di dalam ransum terhadap kadar kolesterol serta trigliserida pada serum darah kambing;

(13)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Mineral

Mineral merupakan zat yang penting dalam kelangsungan hidup dibutuhkan oleh ternak baik untuk memelihara kesehatan, pertumbuhan dan reproduksi. Berdasarkan

kegunaannya dalam aktifitas hidup, mineral dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu golongan yang essensial dan golongan yang tidak essensial. Berdasarkan jumlahnya, mineral dapat pula dibagi atas mineral makro, dan mineral mikro (Georgievskii et al., 1982).

(14)

natrium, kalium, sulfur, chlorine, lithium, rubidium dan caesium. Secara umum mineral-mineral essensial berfungsi sebagai pembangun tulang dan gigi. Mineral bersama-sama protein dan lemak membentuk otot, organ tubuh, sel darah, dan jaringan lunak lainnya. Disamping itu mineral juga berperan dalam mempertahankan

keseimbangan asam-basa, mempertahankan kontraksi urat daging dan memainkan peranan penting untuk berfungsinya urat syaraf secara normal. Sebagian mineral essensial juga berfungsi mempertahankan tekanan osmotik, bagian dari hormon atau sebagai aktifator dari enzim, mengatur metabolisme, transport zat makanan ke dalam tubuh, permeabilitas membran sel dan memelihara kondisi ionik dalam tubuh.

Persentase kadar mineral total dari makanan ruminansia hanya sebagian kecil dari konsumsi bahan kering total (Adriani et al., 2009). Solusi dari permasalahan tersebut adalah pemberian suplemen mineral yang dapat memenuhi kebutuhan ternak.

1. Kalsium (Ca)

(15)

8 Kalsium (Ca) dan Fosfor (P) adalah esensial terutama untuk membangun atau

membentuk tulang dan gigi yang normal pada ternak yang masih muda dan untuk memelihara sistem pertulangan tersebut secara sehat pada ternak yang sudah dewasa. Mineral Ca dan P terdapat dalam tubuh dengan perbandingan 2 : 1. Bila penggunaan Ca lebih banyak daripada P maka kelebihan kalsium dalam tubuh tidak akan diserap tubuh. Sebaliknya kelebihan fosfor akan mengurangi penyerapan kalsium dan fosfor (Tillman et al., 1984). Menurut Park et al. (1991) kandungan lemak dan kolesterol pada daging kambing dipengaruhi oleh tingkat pemberian kalsium. Pengurangan oleh

suplementasi kalsium mempengaruhi berkurangnya kolesterol dan trigliserida dalam serum darah serta meningkatnya ekskresi asam empedu dan lemak pada feses.

Suplementasi mineral Ca dalam bentuk organik dapat meningkatkan ketersediaan sehingga dapat lebih tinggi diserap dalam tubuh ternak dan akan sangat membantu mengoptimalkan pemanfaatan limbah pertanian, perkebunan dan agroindustri sebagai bahan pakan alternatif (Muhtarudin et al., 2003).

2. Magnesium (Mg)

Magnesium ikut berperan sebagai ion prosthetic dan bermacam-macam reaksi

(16)

dan mempunyai fungsi yang penting (Tillman et al., 1998). Selain itu, Mg memegang peranan penting dalam transmisi dan kegiatan neuro muskuler. Pada beberapa bagian tubuh Mg bekerja secara sinergi dengan kalsium, sedangkan pada beberapa bagian lainnya bersifat antagonis. Kekurangan Mg mengakibatkan terjadinya vasodilatasi, hiperiritabilitas, dan kematian. Pada ternak ruminansia gejala-gejala defisiensi yang nampak adalah gerakan otot fasial yang tidak terkoordinasi, jalan sempoyongan,

konvulsi dan akhirnya kematian. Perubahan kimiawi akibat defisiensi magnesium dapat menekan daya rangsang urat syaraf.

Suplementasi mineral Mg dalam bentuk organik dapat meningkatkan ketersediaan sehingga dapat lebih tinggi diserap dalam tubuh ternak dan akan sangat membantu mengoptimalkan pemanfaatan limbah pertanian, perkebunan dan agroindustri sebagai bahan pakan alternatif (Muhtarudin et al., 2003).

B. Mineral Organik

Mineral organik dapat dikelompokkan kedalam suatu bentuk yang disebut “mineral protein”. Mineral protein dapat didefinisikan sebagai mineral yang telah mengalami

(17)

10 Mineral organik dapat langsung diserap karena terikat dengan asam-asam amino

maupun senyawa organik lainnya. Penggunaan mineral organik selain dapat

meningkatkan efisiensi pakan dengan ketersediaan mineral yang lebih baik, dapat pula meningkatkan kekebalan, mengatasi stress, dan meningkatkan reproduksi ternak (Vandergrift, 1992).

Bioproses dalam rumen dan pasca rumen harus didukung oleh kecukupan mineral makro dan mikro. Mineral berperan dalam optimalisasi bioproses dalam rumen dan metabolisme zat–zat makanan. Pemberian mineral dalam bentuk organik dapat meningkatkan ketersediaan mineral sehingga dapat lebih tinggi diserap dalam tubuh ternak (Muhtarudin et al., 2003). Mineral organik memiliki keunggulan–keunggulan daripada mineral anorganik, antara lain lebih mudah larut karena mengikuti kelarutan senyawa organik yang mengikatnya, lebih mudah diserap dan mencegah antagonisme dengan mineral Ca dan Mg (McDowell, 1992). Mineral organik yang telah ada dibuat dengan bantuan fungi atau dengan bantuan media pengikatan seperti sumber protein.

C. Limbah Agroindustri

Limbah yang dihasilkan dari suatu aktivitas belum mempunyai nilai ekonomis dan pemanfaatannya dibatasi oleh waktu dan ruang sehingga, limbah dapat dianggap sebagai sumberdaya tambahan yang dapat dioptimalkan. Pemanfaatan limbah sebagai pakan mampu memberi nilai ekonomis melalui pengurangan biaya pakan dan

(18)

Pengertian agroindustri pertama kali diungkapkan oleh Austin (1981) yaitu proses yang digunakan mencakup pengubahan dan pengawetan melalui perlakuan fisik atau

kimiawi, penyimpanan, pengemasan dan distribusi. Agroindustri merupakan bagian dari kompleks industri pertanian sejak produksi bahan pertanian primer, industri pengolahan atau transformasi sampai penggunaannya oleh konsumen. Limbah agroindustri adalah limbah organik yang tidak tercampur dengan limbah non organik dan jumlahnya sangat besar. Semakin besar agroindustri itu, semakin besar pula limbahnya.

Tabel 1. Kandungan nutrien bahan pakan (%)

Kandungan Nutrien Bahan Pakan

Onggok Dedak padi Kulit kopi

Bahan kering 90,00 89,90 90,80

Protein 1,80 10,90 10,00

Lemak 0,20 10,80 2,20

Serat kasar 5,00 16,90 29,70

Abu 8,00 13,60 8,80

BETN 85,00 45,40 49,30

Ca 0,12 0,18 -

Mg - - -

Sumber: Malaysian Feeding Stuffs (1979)

D. Silase Daun singkong

Daun singkong merupakan salah satu limbah pertanian yang dapat dan sering dijadikan bahan pakan ternak. Tillman et al. (1998) menyatakan sekitar 1,4 juta ha singkong yang ditanam setiap tahunnya dapat menghasilkan 1,4 juta ton tangkai dan daun. Daun singkong merupakan limbah hasil pertanian dari hasil panen ubi kayu atau ketela pohon

(19)

12 daun singkong adalah protein kasarnya yang cukup tinggi yaitu berkisar antara 18 -- 34 % dari bahan kering (Rogers dan Milner, 1963). Oleh karena itu, kandungan protein kasar dari bahan kering daun singkong dapat digunakan sebagai suplementasi yang potensial untuk ternak ruminansia maupun unggas.

Daun singkong muda mengandung glukosida sianogenik yang lebih banyak jika dibandingkan dengan daun yang tua. Pada daun singkong muda, kandungan HCN berkisar antara 568--620 mg/kg sedangkan pada daun singkong tua berkisar antara 400--530 mg/kg (Sinha dan Sinha, 1977). Kandungan HCN dipengaruhi oleh kondisi tanah, iklim, kemampuan produksi, umur tanaman, cara penanaman, dan variasi pertunasan. Konsumsi HCN yang terlalu tinggi dapat menyebabkan keracunan pada ternak. Gomez (1991) menyatakan bahwa batas maksimal kandungan HCN yang aman bagi ternak adalah 100 mg per kg BK pakan. Di samping itu karena kandungan proteinnya yang tinggi, pemberian daun ubi kayu pada ternak dalam jumlah banyak atau sebagai pakan utama juga merupakan pemborosan protein yang nilainya sangat mahal. Sementara itu daun ubi kayu mudah sekali busuk jika ditumpuk dalam kondisi basah (segar), dan jika dikeringkan daun menjadi remah dan mudah hancur sehingga banyak biomasa daun yang hilang terutama pada saat penjemuran, pengangkutan dan penyimpanan.

(20)

yang tersedia melimpah pada saat panen dapat diawetkan dan dapat dimanfaatkan sebagai pakan suplemen sumber protein dalam jumlah secukupnya dan dalam jangka waktu yang lama. Penyimpanan daun ubi kayu dalam bentuk silase terbukti dapat mempertahankan kondisi, kualitas dan palatabilitasnya dalam waktu yang cukup lama dan menurunkan kadar HCN sebesar 60 sampai 70 %, sehingga lebih aman diberikan pada ternak (Kavana, 2005).

E. Onggok

Onggok adalah hasil sampingan berupa padatan dari proses pengolahan ubi kayu menjadi tepung tapioka. Proses pengolahan singkong menjadi tepung tapioka

(21)

14 penggunaannya sebagai bahan baku pakan sangat terbatas. Usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan nilai guna onggok sebagai bahan pakan dengan cara pengolahan. Pengolahan dapat dilakukan secara fisik, kimia, dan biologi.

F. Kulit Kopi

Untuk kopi sebagai bahan industri adalah bijinya dengan komposisi 52% dari buah basah, sehingga sisanya (48%) merupakan limbah, yang terdiri dari kulit buah 42% dan kulit biji 6%. Dalam pemanfaatan kulit kopi sebagai pakan ternak digunakan sebagai pupuk organik pada perkebunan kopi, coklat atau pertanian lainnya. Pada usaha

pembibitan, kulit kopi dapat menggantikan konsentrat komersial hingga 20%.Salah satu kendala pemanfaatan kulit kopi sebagai pakan ternak adalah kandungan serat kasarnya yang tinggi sehingga tingkat kecernaannya sangat rendah (Nwokoro et al., 2005).

G. Dedak Padi

(22)

Menurut National Research Council (1994) dedak padi mengandung energy metabolis sebesar 2980 kkal/kg, protein kasar 12.9%, lemak 13%, serat kasar 11,4%, Ca 0,07%, P tersedia 0,22%, Mg 0,95% serta kadar air 9%. Dedak padi merupakan hasil sampingan proses penggilingan padi. Pemanfaatan dedak di Indonesia saat ini hanya terbatas pada pakan ternak. Hal ini sangat disayangkan, mengingat dedak padi dapat dimanfaatkan secara lebih maksimal. Salah satu cara untuk meningkatkan nilai ekonomisnya adalah dengan mengekstrak minyak dedak.

Dedak padi cukup disenangi ternak tetapi pemakaian dedak padi dalam ransum ternak umumnya hanya sampai 15% dari campuran konsentrat karena dedak padi memiliki zat antinutrisi inhibitor tripsin dan asam fitat (Tillman et al., 1984). Inhibitor tripsin dapat menghambat katabolisme protein, karena beberapa proteosa dan pepton dihancurkan oleh tripsin menjadi peptide sehingga apabila terganggu maka ketersediaan asam amino menurun (NRC, 1994).

H. Minyak Goreng

Penggunaan minyak jagung dalam ransum menghasilkan gas CH4 20,8% dan efisiensi

(23)

16 Pada umumnya penambahan minyak ke dalam ransum memiliki beberapa manfaat, seperti meningkatkan energi ransum, meningkatkan efisiensi penggunaan energi melalui penghambatan metanogenesis, sebagai agent defaunasi, dan sumber asam lemak tak jenuh esensial seperti linoleat, linolenat dan arachidonat. Minyak goreng merupakan salah satu sumber lemak nabati. Dalam pembuatan mineral organik, biasanya

menggunakan lisin sebagai reaksi penyabunan. Namun, minyak goreng juga digunakan sebagai pengganti lisin karena harga minyak goreng yang relatif lebih murah dibanding lisin (Fernandez, 1999).

I. Kambing

Kambing merupakan binatang memamah biak yang berukuran sedang. Kambing ternak

(Capra aegagrus hircus) adalah subspesies kambing liar yang secara alami tersebar di

(24)

Ternak kambing memiliki potensi produktivitas yang cukup tinggi. Kambing di

Indonesia telah dimanfaatkan sebagai ternak penghasil daging, susu, maupun keduanya (dwiguna) dan kulit. Kambing secara umum memiliki beberapa keunggulannya antara lain mampu beradaptasi dalam kondisi yang ekstrim, tahan terhadap beberapa penyakit, cepat berkembang biak dan prolifik (beranak banyak). Kambing tergolong sebagai ternak pemagut atau pemakan daun-daunan. Konsekuensinya, pemberian rumput alami

(natural grass) saja dapat menurunkan pertumbuhannya. Hal itu disebabkan oleh

kandungan serat kasarnya tinggi (27,88%) juga total digestible nutrient (TDN) dan protein kasar (CP) rumput relatif rendah, yaitu masing-masing 58,57% dan 8,77% (Nitis et al., 1985).

J. Darah

Darah merupakan media transportasi yang membawa nutrisi dari saluran pencernaan ke jaringan tubuh, membawa kembali produk sisa metabolisme sel ke organ eksternal, mengalirkan oksigen ke dalam sel tubuh dan mengeluarkan karbondioksida dari sel tubuh, dan membantu membawa hormon yang dihasilkan kelenjar endokrin ke seluruh bagian tubuh. Selain itu, darah juga membantu regulasi temperatur tubuh, menjaga kestabilan konsentrasi air dan elektrolit di dalam sel tubuh dan membantu regulasi konsentrasi ion hidrogen (Swenson, 1984).

(25)

18 terdapat dalam pembuluh darah. Bagian darah yang padat meliputi sel darah merah, sel darah putih, dan keping darah. Darah juga berperan dalam sistem buffer seperti

bikarbonat dalam air. Darah yang kekurangan oksigen akan berwarna kebiru-biruan yang disebut sianosis (Frandson, 1993).

Serum darah adalah cairan kuning kemerahan supernatan yang terbentuk setelah darah mengendap. Pada dasarnya serum darah adalah plasma dikurangi fibrinogen dan faktor-faktor penggumpalan darah. Serum darah hewan terdiri dari air 92% dan zat-zat lain 8%. Serum darah diperoleh dari darah segar melalui proses sentrifuge, dengan jumlah kira-kira 35-50% dari volume darah keseluruhan (Frandson, 1993).

K. Kolesterol

Kolesterol adalah komponen membran sel dan prekursor hormon steroid dan asam empedu yang disintesis oleh sel tubuh dan diserap dari makanan (Artiss dan Zak,1997).

Tabel 2. Kadar kolesterol dan trigliserida normal pada hewan Spesies Kadar kolesterol

(mg/dl)

Kadar trilgliserida (mg/dl)

Anjing 110-266 20-112

Kucing 38-186 10-114

Kuda 50-143 4-44

Sapi 87-254 0-14

Babi 36-54 -

Kambing/domba 50-140 -

(26)

Kolesterol merupakan satu satunya steroid yang ada dalam konsentrasi yang dapat dinilai diseluruh tubuh. Kolesterol mengalir di dalam darah dalam bentuk lipoprotein berfungsi sebagai komponen hormon steroid prekursor kolesterol diubah menjadi ubikuinan di kulit menjadi kolekalsiterol yaitu bentuk aktif vitamin D. Kolesterol diperoleh dari kolesterol endapan dan makanan endogen kolesterol berasal dari sintesis asetil ko-A yang terjadi diseluruh jaringan (Engeseth, 1993).

Kolesterol diekskresikan ke dalam kantung empedu sebagai garam empedu yang merupakan hasil utama metabolisme dalam hati. Dalam kantung empedu hasil ekskresi sebagian direabsorpsi ke dalam sirkulasi portal yang kemudian diambil oleh hati dan diekskresikan kembali dalam kantung empedu, keadaan ini dikenal sebagai sirkulasi enterohepatik. Garam-garam empedu yang tidak digunakan sebagai zat pembentuk sterol feses akan dikeluarkan bersama feses (Irawan dan Poestika, 1977).

Proses pembentukan kolesterol :

1. Kolesterol diperoleh dari makanan atau disintesis sel-sel tubuh. Prekursornya asetil ko-A yang dibentuk dari glukosa asam + lemak + asam amino;

2. Molekul asetil ko-A bergabung menjadi HMG ko-A dengan bantuan HMG ko-A reduktase menghasilkan mevalat;

3. Mevalat menghasilkan unit isopren dan bergabung menjadi sekunder; 4. Siklisasi sekunder menghasilkan sistem cincin steroid dan sejumlah reaksi

(27)

20 Unsur-unsur lemak dalam darah terdiri atas kolesterol, trigliserida, fosfolipid dan asam lemak bebas. Hanya seperempat dari kolesterol yang terkandung dalam darah berasal langsung dari saluran pencernaan yang diserap dari makanan, sisanya merupakan hasil produksi tubuh sendiri oleh sel-sel hati. Lemak yang terdapat dalam makanan akan diuraikan menjadi kolesterol, trigliserida, fosfolipid dan asam lemak bebas pada saat dicerna dalam usus. Keempat unsur lemak ini akan diserap dari usus dan masuk ke dalam darah (Sudibya, 1998).

Kolesterol, trigliserida, fosfolipid dan asam lemak bebas tidak larut dalam darah. Agar dapat diangkut dalam aliran darah, kolesterol bersama dengan lemak-lemak lain

(trigliserida dan fosfolipid) harus berikatan dengan protein untuk membentuk senyawa yang larut dan disebut dengan lipoprotein. Kilomikron merupakan liprotein yang mengangkut lemak menuju ke hati. Dalam hati, ikatan lemak tersebut akan diuraikan sehingga terbentuk kembali keempat unsur lemak tersebut, sedangkan asam lemak yang terbentuk akan dipakai sebagai sumber energi atau bila jumlahnya berlebih akan

disimpan dalam jaringan lemak. Bila asupan kolesterol tidak mencukupi, sel hati akan memproduksinya (Sudibya,1998).

Di hati, kolesterol diangkut oleh lipoprotein yang bernama LDL (Low Density

Lipoprotein) untuk dibawa ke sel-sel tubuh yang memerlukan termasuk ke sel otot

(28)

Lipoprotein) untuk dibawa ke hati yang selanjutnya akan diuraikan lalu dibuang ke dalam kandung empedu sebagai asam (cairan) empedu (Sudibya, 1998).

L. Trigliserida

Trigliserida adalah ester dari gliserol dengan 3 asam lemak dan lemak alami yang paling berlimpah. Mereka ditransportasikan dalam plasma menuju apolipoprotein membentuk lipoprotein kepadatan rendah dansilomikron. Pengukuran trigliserida digunakan dalam menyaring lemak untuk mendeteksi resiko aterosklerotik dan memonitoring pengukuran lemak rendah (Cole et al., 1997).

Gambar 1: Siklus kolesterol Sumber: Anonim (2013)

(29)

22 dari penyerapan usus setelah konsumsi makanan berlemak. Sebagai VLDL, trigliserida dibentuk oleh hati dengan bantuan insulin dari dalam tubuh. Sementara itu, trigliserida yang berada di luar hati dan berada dalam jaringan misalnya jaringan pembuluh darah, otot, jaringan lemak akan dihidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase. Sisa hidrolisis kemudian akan dimetabolisme oleh hati menjadi kolesterol LDL.Trigliserida yang berlebih dalam tubuh akan disimpan di dalam jaringan kulit sehingga tubuh terlihat gemuk. Seperti halnya kolesterol, kadar trigliserida yang terlalu berlebih dalam tubuh dapat membahayakan kesehatan. Namun, trigliserida dalam batas normal sebenarnya sangat dibutuhkan tubuh. Asam lemak yang dimilikinya bermanfaat bagi metabolisme tubuh. Selain itu, trigliserida memberikan energi bagi tubuh, melindungi tulang, dan organ-organ penting lainnya dalam tubuh dari cedera (Anonimus, 2013).

Sumber trigliserida berasal dari makanan (eksogen) dan dari absoprsi lemak yang terjadi di hati (endogen). Trigliserida eksogen berasal dari pencernaan dalam usus halus yang menghidrolisa trigliserida menjadi berbagai asam lemak dan monogliserida untuk dilepaskan kesaluran limfatik atau pembuluh darah yang diikat oleh kilomikron. Masuknya trigliserida ke dalam jaringan dengan kecepatan yang sama sehingga

(30)

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada September sampai dengan Oktober 2012 di Kandang Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Analisis sampel serum darah kambing dilakukan di Laboratorium Klinik Mitra Anda, Jl. Gemini No. 1 Rajabasa Jaya, Kecamatan Rajabasa Bandar Lampung.

B. Alat dan Bahan Penelitian

1. Alat Penelitian

(31)

24 2. Bahan

Percobaan menggunakan 9 ekor kambing dengan bobot antara 17,5-22,5 kg. Bahan lainnya adalah alkohol, minyak goreng, mineral makro organik (Ca dan Mg), ransum basal yang terdiri dari silase daun singkong, onggok, kulit kopi, dedak padi, reagen kolesterol, larutan standar 200 μl/dl, aquades, reagen

trigliserida, serum darah kambing. Selain itu, ransum yang disusun mengandung 12% protein kasar.

C. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok dengan tiga perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan yang dilakukan adalah

R0 = Ransum Basal

R1 = Ransum Basal + Mineral Organik (Ca 0,50 %, Mg 0,04%) R2 = Ransum Basal + Mineral Organik (Ca 1,00%, Mg 0,08%)

D. Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis ragam pada taraf nyata 5% dan atau 1%. Apabila hasil analisis didapat peubah yang berpengaruh nyata maka dilanjutkan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5% dan atau 1% yang terencana untuk

(32)

E. Pelaksanaan Penelitian

1. Penyusunan ransum

[image:32.595.112.516.257.423.2]

Ransum yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas hijauan dan konsentrat. Ransum basal yang disusun mengandung 12 % protein kasar.

Tabel 3: Kandungan nutrien bahan pakan percobaan

Bahan Pakan BK Kandungan Nutrien (%)

PK LK SK Abu BETN Ca* Mg

Silase daun

singkong 92,30 17,75 3,39 28,59 6,59 35,98 0,0025 - Onggok 79,80 1,90 0,30 8,90 2,40 86,50 0,0015 - Kulit kopi 86,85 14,06 4,00 16,00 6,54 46,25 0,0047 - Dedak padi 87,70 13,00 8,60 13,90 13,60 50,90 0,0009 - Sumber: * Deptan BPTP Ungaran (1996)

Muhtarudin dan Yusuf (2012)

Tabel 4: Kandungan nutrien bahan pakan percobaan R0

Bahan Pakan %

KU BK

Kandungan Nutrien (%)

ABU PK LK SK BETN Ca* Mg Silase daun

[image:32.595.120.561.467.638.2]
(33)
[image:33.595.110.562.123.365.2]

26 Tabel 5: Kandungan nutrien bahan pakan percobaan R1

Bahan Pakan %

KU BK

Kandungan Nutrien (%)

ABU PK LK SK BETN Ca* Mg Silase daun

singkong 30 27,69 1,98 5,33 1,02 8,58 10,79 0,08 0,00 Onggok 40 34,36 0,30 0,68 0,32 3,28 32,70 0,06 0,00 Kulit kopi 15 13,05 1,20 3,76 1,64 2,10 6,98 0,07 0,00 Dedak padi 15 12,75 0,22 2,19 0,61 0,34 12,17 0,01 0,00

Sabun Ca**` 0,50

Sabun Mg** 0,04

Jumlah 100 87,85 3,70 11,96 3,59 14,30 62,64 0,72 0,04 Kebutuhan 100 12 <8 >14 >60 0,5 0,04 Keterangan : KU = Kering Udara

* Deptan BPTP Ungaran (1996)

** NRC (1988)

Tabel 6: Kandungan nutrien bahan pakan percobaan R2

Bahan Pakan %

KU BK

Kandungan Nutrien (%)

ABU PK LK SK BETN Ca* Mg Silase daun

singkong 30 27,69 1,98 5,33 1,02 8,58 10,79 0,08 0,00 Onggok 40 34,36 0,30 0,68 0,32 3,28 32,70 0,06 0,00 Kulit kopi 15 13,05 1,20 3,76 1,64 2,10 6,98 0,07 0,00 Dedak padi 15 12,75 0,22 2,19 0,61 0,34 12,17 0,01 0,00

Sabun Ca** 1,00

Sabun Mg** 0,08

Jumlah 100 87,85 3,70 11,96 3,59 14,30 62,64 1,22 0,08 Kebutuhan 100 12 <8 >14 >60 0,5 0,04 Keterangan : KU = Kering Udara

* Deptan BPTP Ungaran (1996)

[image:33.595.119.560.402.650.2]
(34)

2. Persiapan mineral organik Ca

Menurut Muhtarudin et al. (2004) pembuatan mineral organik Ca sebagai berikut:

3. Persiapan mineral organik Mg

Menurut Muhtarudin et al.(2004) pembuatan mineral organik Mg sebagai berikut: menentukan penyabunan minyak goreng

menyiapkan minyak goreng sebanyak 912 g (larutan a)

menyiapkan NaOH 10 M sebanyak 400 g lalu dilarutkan ke dalam aquades sampai 1000 ml (larutan b)

membuat larutan CaSO4 5 M sebanyak 680,33 g yang dilarutkan dalam

aquades sampai 925 ml (larutan c)

mencampur larutan a dan b, setelah itu dicampur dengan larutan c dan kemudian dicurahkan pada ember

Ca (OH)2 + Minyak Sabun Ca

menentukan penyabunan minyak goreng

menyiapkan minyak goreng sebanyak 912 g (larutan a)

menyiapkan NaOH 5M sebanyak 400 g lalu dilarutkan ke dalam aquades sampai 1.000 ml (larutan b)

membuat larutan MgSO4 5 M sebanyak 601,84 g yang dilarutkan dalam

aquades sampai 1.000 ml (larutan c).

mencampur larutan a dan b, setelah itu dicampur dengan larutan c.

(35)

28 4. Pengambilan sampel

c.

F. Peubah Yang Diamati

1. Kadar kolesterol serum darah kambing

Kadar kolesterol pada serum darah kambing dapat diukur dengan metode uji fotometrik enzimatik (Deeg et al.,1983) yaitu :

hewan ternak dihandeling agar mempermudah dalam pengambilan sampel darah

cari pembuluh darah vena di daerah sekitar leher ternak kambingpada Vena Jugolaris ( daerah sekitar leher )

setelah mengetahui bagian pembuluh darah vena pada ternak siapkan suntikan dengan tangan tetap menekan bagian bawah pembuluh tersebut

sebelum menyuntikan pengambilan darah tersebut, ternak dioleskan alkohol pada kulit ternak terlebih dulu

lalu setelah dioleskan alkohol arahkan spuit dengan kemiringan 30° ke pembuluh darah tersebut

setelah mendapatkan sampel darah tersebut letakkan ke dalam tabung whole blood dengan mengkocoknya terlebih dahulu dengan arah

membentuk angka 8

suntikan kedua sampel darah dimasukkan ke dalam tabung plasma

(36)

a. mengambil sampel darah menggunakan spuit sebanyak 5 ml pada pembuluh darah vena pada kambing, lalu dimasukkan ke dalam tabung sampel

kemudian ditutup dan segera masukkan ke wadah berisi es batu agar sampel darah membeku lalu dibawa ke laboratorium pemeriksaan;

b. menyiapkan tiga tabung yang terdiri dari tabung blanko yang berisi aquades 5μl dan reagen kerja 500μl, tabung larutan standar yang terdiri dari larutan

standar 5 μl dan reagen kerja 500μl, dan tabung sampel yang berisi sampel 5 μl, reagen kerja 500 μl;

c. dihomogenkan dan diinkubasi 10 menit pada suhu 20-250C atau 20 menit atau pada suhu 370C selama 20 menit;

d. dibaca adsorban menggunakan alat fotometer vatra-606 sebelum 50 menit .

2. Kadar trigliserida serum darah kambing

Kadar trigliserida pada serum darah kambing dapat diukur dengan metode uji enzimatik kolorimetrik menggunakan gliserol 3-fosfat-oksidase ( Cole et al., 1997) yaitu :

a. mengambil sampel darah menggunakan spuit sebanyak 5 ml pada pembuluh darah vena pada kambing, lalu dimasukkan ke dalam tabung sampel

kemudian ditutup dan segera masukkan ke wadah berisi es batu agar sampel darah membeku; lalu bawa ke laboratorium pemeriksaan;

b. menyiapkan tiga tabung yang terdiri dari tabung blanko yang berisi aquades 5 μl dan reagen kerja 500μl, tabung larutan standar yang terdiri dari larutan

(37)

30 c. dihomogenkan dan diinkubasi 10 menit pada suhu 20-250C atau 20 menit

pada suhu 370C selama 20 menit;

(38)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1) Ransum dengan perlakuan mineral Ca dan Mg organik tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap kadar kolesterol dan kadar trigliserida serum darah kambing penelitian.

2) Tidak ada perlakuan yang terbaik antara pemberian mineral Ca 0,5% dan Mg 0,04% jika dibandingkan dengan pemberian Ca 1% dan Mg 0,08% terhadap kadar kolesterol dan kadar trigliserida serum darah kambing penelitian.

B. Saran

(39)

35

DAFTAR PUSTAKA

Adriani, L., E.Sujana, A.Mushawwir, and A.Maradona. 2009. The effect of ration with antibiotics (virginamycin) and temulawak (curcuma xanthorriza roxb.) to broiler performances. Proceeding of the 1st International Seminar on Animal Industri. Faculty of Animal Science, Bogor Agricultural University, Bogor Almaeda, R.F., V. Bone, and G. Frush. 1996. Nutrition Effects on Goat

Cholesterol Metabolism. Departemen of Laboratory Animal Science.State University Utrecht. Netherlands

Anonimus. 2013. Apakah itu trigliserida. http://www.deherba.com. Diakses pada tanggal 15 Mei 2013 pukul 10.28 WIB

Artiss, J.D and B.Zak, 1997. Measurement of cholesterol concentration . In: Rifai N, Warnick GR, Dominiczak MH, eds:Handbook of lipoprotein testing. Washington: AACC Press. Hal: 99-144

Austin. 1981. Agroindustrial Project Analysis. John Hopkins University Press Badan Pusat Statistik (BPS). 2003. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia

(SDKI) 2002-2003

Cole, T.G., S.G.Klotzsch, and J.Mn. Namara. 1997.Measurement of triglyceride concentration.In: Rifai N, Warnick GR,Dominiczak, M.H. Handbook of lipoprotein testing. Wangshington: AACC Press. Hal: 115

Deeg, R. , J. Ziengenhorn, and C. Chen.1983. Kinetic enzymatic method for automated determination of total cholesterol in serum. Hal: 29

Departeman Pertanian, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Ungaran. 1996. Kandungan nutrisi pakan ruminansia

Engeseth, N.J.,J.L. Gray, A.M Boorren, and Asgar, A. 1993. Improve Oxidative Stability of Veal Lipids and Cholesterol through Dietary Vitamin E

Suplementation

(40)

Fernandez, J.I.1999. “Rumen by Pass Fat for DairyDiet : When to Use Which Type”.FeedInternational. August: 18-21

Frandson, R.D. 1993. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edisi keempat. Alih Bahasa oleh B. Srigandono dan Koen Praseno. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Georgievskii, V.I, B.N. Annenkov and V. T. Samokhin. 1982. Mineral Nutrition of Animal. Studies in The Agricultural and Food Sciences. English

Translation Butterworth and Co, Ltd. London

Gomez, K.A. and A.A. Gomez. 1991. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian. Edisi Kedua. Diterjemahkan oleh E. Sjamsuddin dan J.S. Baharsjah. Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press)

Irawan, B dan S. Poestika. 1977. Hubungan Hyperlipidemi dengan Penyakit Jantung Koroner. Jurnal Berkala Ilmu Kedokteran

Kavana, K. 2005. Fungi Biology and Applications. John Willey & Sons Ltd. England

Kearl, L.C. 1982. Nutrition Requirement of Ruminant in Developing Countries. Utah State University.

Malaysian Agricultural Research and Development Institute. 1979. Malaysian Feeding Stuffs. Serdang, Selangor

Maynard, L. A.,J.K. Loosly, H.f. Hintz, and R.G. Warner. 1982. Animal Nutrition. 7th edition. Mc Grew-Hill book Co. Inc. New York

McDowell, L.R. 1992. Minerals in Animal andHuman Nutrition.Academic Press.London

Meyer, D.J. and J.W. Harvey. 2004. Veterinary Laboratory Medicine: Interpretation and Diagnosis. Philadelhia: Saunders

Muhtarudin, Erwanto, dan F. Fathul. 2002. Penuntun Praktikum Ilmu Nutrisi Ternak Ruminansia. Jurusan Produksi Ternak. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung

(41)

37 Muhtarudin. 2004. Pengaruh Tingkat Penggunaan Campuran Lisin-Zn-PUFA

dalam Ransum terhadap Parameter Rumen dan Kecernaan Zat-zat Makanan Pada Kambing. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan. Universitas Jambi. Vol.VII.No.2

Muhtarudin. Liman, dan Y. Widodo. 2004. “Prosedur pembuatan Zn-lysinat, Cu-lysinat, Cr-Cu-lysinat, Se-lysinat”. Naskah Jurnal. Belum dipublikasikan

Muhtarudin dan Y.Widodo. 2012. Optimalisasi Pemanfaatan Limbah Agroindustri Melalui Suplementasi Asam Amino Pembatas dan mineral Organik Sebagai Upaya Meningkatkan Produksi Ternak Ruminansia. Laporan Akhir Penelitian Strategis Nasional. Universitas lampung

National Research Council. 1985. Nutrient Requirement of Dairy Cattle. 6Th Ed. National Academy Science. Washington, D.C

National Research Council [NRC]. 1994. Nutrient Requirement of Poultry. 8Th Ed.

National Academy Science. Washington, D.C

Needleman, P. 1982. Blood Vessels Platelets and Prostaglandin New Strategies for The Modification of Thrombotic Disorders. In: K.K., Ennio

Nitis, I.M., K. Lana, T.G.O. Susila, W. Sukanten and S. Uchida. 1985. Chemical Composition of the Grass, Shrub and Tree Leaves in Bali. Report

Udayana University. Bali Indonesia

Nwokoro,S.O., S.E. Valkosen, and A.M.Bamgbose. 2005. Nutrient Composition of Cassava offals and Cassava Sievates colected from location in Edo State Nigeria. Pakistan Journal of Nutrition

Park, Y.M., M.A. Kouassi, and K.B. Chin. 1991. Moisture, total fat and cholesterol in goat organ and muscle meat. Journal of Food Sci. Vol 118-121 Pilliang, W.G. dan Soewondo Djojosoebagio. 1997. Fisiologi Nutrisi. Universitas

Indonesia. Jakarta

Rogers, D. J dan A.N. Milner. 1963 Amino acid profile of minioc leaf protein in relation to nutritive value. Econ. Bot

Sinha, U. dan S. Sinha. 1977. Cytogenetic Plant Breeding and Evolution. Vikas Publishing House, New DelhI

Steel, R.G.D dan J.H. Torrie. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu

(42)

Sudibya. 1998. “Manipulasi Kadar Kolesterol dan Asam Lemak Omega-3 Telur Ayam Melalui Penggunaan Kepala Udang dan Minyak Ikan Lemuru’. Disertasi.Institut Pertanian Bogor. Bogor

Sugiarti. 2005. Buku Panduan Praktikum Kimia Dasar. Politeknik Kesehatan Negri Tanjung Karang Press. Bandar Lampung

Sutardi , T. 1980. Landasan Ilmu Nutrisi. Jilid I. Departemen Ilmu Makanan Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor

Sutardi, 1997. Peluang dan Tantangan Pengembangan Ilmu-Ilmu Nutrisi Ternak. Pidato Orasi Ilmiah Guru Besar. Fapet.IPB

Swenson, M.J. 1984. “Phisiologycal properties and celluler and chemical constituents of blood”. In. Sweson, M.J. Duke’s Physiology of Domestic Animals. The Eleven Edition. Cornell University Press. London

Tillman, A.D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo, dan S. Lebdosoekojo. 1984. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo, dan S. Lebdosoekojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press. Yokyakarta

Gambar

Tabel 1.  Kandungan nutrien bahan pakan (%)
Tabel 2. Kadar kolesterol dan trigliserida normal pada hewan
Gambar 1: Siklus kolesterol
Tabel 3: Kandungan nutrien bahan pakan percobaan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hipotesis keenam yang diajukan dalam penelitian ini adalah merek, kualitas, kemasan, sifat produk, label berpengaruh signifikan secara simultan terhadap

60 per kaos (Pekerja rumahan menerima 30- 60 kaos dalam satu hari untuk diselesaikan, dan menerima Rp. Sumber: Data survei; data dari proyek ILO/MAMPU. Penelitian ini menemukan

4.12 Aktivitas Siswa Pada Proses Pelaksanaan Pembelajaran Gerak Dasar Lompat Tinggi Gaya Guling Perut Siklus III .... 16 Gambaran aktivitas siswa siklus I, II

Membuat sistem untuk mengambil data objek lokasi rumah sakit dan puskesmas di wilayah Tegal berdasarkan koordinat posisi mobile device yang didapatkan dari GPS, dan

Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan penonton di Surabaya atau dengan kata lain variabel penelitian ini hanya pengetahuan atau efek kognitif

menggunakan 6 buah motor servo sehingga robot ini memiliki 6 DOF. Fitur-fitur dari mikrokontroler ATmega 32 yang digunakan dalam pembuatan Tugas Akhir ini meliputi PINB.0

1. Untuk mengetahui bentuk-bentuk perilaku bullying di SMP Islam Ar-ro’is Kecapi Tahunan Jepara. Untuk mengetahui upaya guru Aqidah Akhlak dan guru BK dalam menekan

Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan Diabetes Mellitus adalah untuk mengatur glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi acut dan kronik.