• Tidak ada hasil yang ditemukan

VALIDASI METODE ANALISIS Pb DENGAN MENGGUNAKAN FLAME SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM (SSA) UNTUK STUDI BIOGEOKIMIA DAN TOKSISITAS LOGAM TIMBAL (Pb) PADA TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum)(VALIDATION ANALYSIS METHOD OF Pb USING FLAME ATOMIC ABSORPTION S

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "VALIDASI METODE ANALISIS Pb DENGAN MENGGUNAKAN FLAME SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM (SSA) UNTUK STUDI BIOGEOKIMIA DAN TOKSISITAS LOGAM TIMBAL (Pb) PADA TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum)(VALIDATION ANALYSIS METHOD OF Pb USING FLAME ATOMIC ABSORPTION S"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

VALIDASI METODE ANALISIS Pb DENGAN MENGGUNAKANFLAME

SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM (SSA) UNTUK STUDI BIOGEOKIMIA DAN TOKSISITAS LOGAM TIMBAL (Pb)

PADA TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum)

Oleh Eko Wijianto

Telah dilakukan penelitian tentang validasi metode analisis dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom untuk studi biogeokimia dan toksisitas logam timbal (Pb) pada tanaman tomat (Lycopersicum esculentum). Konsentrasi logam Pb ditentukan dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom (SSA) AA 240FS dengan menggunakan enam validasi metode yaitu: linearitas, selektivitas, limit deteksi, limit kuantifikasi, presisi, dan akurasi. Validasi metode pada penentuan kadar Pb dalam tanaman menunjukan nilai koefisien korelasi (r) Pb adalah 0,9982, nilai limit deteksi untuk sampel tanaman dan tanah berturut-turut adalah 0,595 dan 1,984 ppm, sedangkan limit kuantifikasi berturut-turut adalah 0,787 dan 2,623 ppm, presisi dengan nilai relatif standar deviasi (RSD) < 5 %, dan akurasi pada rentang 92 - 102 %. Berdasarkan hasil penelitian, akumulasi logam timbal pada bagian tanah lebih besar dibandingkan bagian tumbuhan untuk semua konsentrasi pemaparan. Hasil analisis menunjukkan bahwa akumulasi logam timbal terbesar pada tanaman terdapat pada bagian akar, diikuti bagian daun, batang dan buah.

(3)

VALIDATION ANALYSIS METHOD OF Pb USING FLAME ATOMIC ABSORPTION SPECTROSCOPY FOR BIOGEOCHEMISTRY

AND TOXICITY STUDIES OF LEAD IN TOMATO ( ✁✂✄☎ ✆✝ ✞✟ ✂✠✡ ✆✞ ✂✠☛ ✆☞✌✠✡)

By

Eko Wijianto

(4)
(5)
(6)

✳✴✵✶ ✴✷✸ ✹✸

H✺✻✺✼✺ ✽

✳✴✵✶ ✴✷✸ ✹✸... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

I. PENDAHULUAN ... 1

✾ ✿✾✿ Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan... 4

1.3. Manfaat... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Timbal (Pb) ... 5

2.1.1. Karakteristik dan Sifat Timbal ... 5

2.1.2. Toksisitas Logam Timbal ... 7

2.1.3. Siklus Biogeokimia Logam Berat ... 9

2.1.4. Timbal Pada Tanaman... 12

2.1.5. Dampak Timbal (Pb) Terhadap Morfologi dan Fisiologi Tumbuhan ... 15

2.2. Tanaman Tomat... 16

2.2.1. Tomat ... 16

2.2.2. Syarat Tumbuh ... 18

2.3. Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) ... 19

2.3.1. Prinsip Dasar ... 19

2.3.2. Analisis Kuantitatif ... 20

2.3.3. Instrumentasi Spektrofotometer Serapan Atom ... 21

2.3.4. Gangguan gangguan pada SSA ... 25

2.4. Validasi Metode ... 26

2.4.1. Linearitas ... 27

2.4.2. Selektivitas ... 27

2.4.3. Limit Deteksi (LOD) dan Limit Kuantifikasi (LOQ)... 28

2.4.4. Akurasi ... 29

(7)

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 31

❁ ❂❃❂Waktu dan Tempat Penelitian ... 31

3.2. Alat dan Bahan ... 31

3.3. Prosedur Kerja ... 32

3.3.1. Penyemaian Benih Tomat ... 32

3.3.2. Persiapan Media Tanam dalam Polybag ... 32

3.3.3. Pemindahan Bibit ke Media Tanam ... 33

3.3.4. Pembuatan Larutan Timbal (Pb) ... 33

3.3.5. Pemaparan Tanaman terhadap Pb dalam Polybag ... 33

3.3.6. Pengukuran Kadar Pb... 34

3.3.6.1. Preparasi Tumbuhan (akar, batang, daun dan buah) ... 34

3.3.6.2. Preparasi Tanah ... 35

3.3.7. Penentuan Konsentrasi Pb dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) ... 35

3.3.8. Validasi Metode ... 36

3.3.8.1. Linearitas ... 37

3.3.8.2. Selektivitas... 37

3.3.8.3. Limit Deteksi (LOD) dan Limit Kuantitasi (LOQ) 37 3.3.8.4. Kecermatan (Akurasi)... 38

3.3.8.5. Presisi... 38

IV. HASIL PENGAMATAN PEMBAHASAN ... 39

4.1. Analisa Logam Timbal pada Sampel Tanaman (akar, batang, daun, dan buah) dan Tanah ... 39

4.1.1. Penyiapan Tanaman ... 39

4.1.2. Preparasi Sampel ... 39

4.1.3. Validasi Metode ... 40

4.1.3.1. Linearitas ... 41

4.1.3.2. Selektivitas... 45

4.1.3.3. Penentuan Batas Deteksi (LOD) dan Batas Kuantitasi (LOQ) ... 46

4.1.3.4. Uji Akurasi... 48

4.1.3.5. Uji Presisi... 49

4.2. Penentuan Kadar dan Distribusi Logam Timbal (Pb) dalam Sampel ... 50

4.3. Toksisitas Logam Timbal Terhadap Tanaman Tomat ... 56

4.3.1. Tinggi Tanaman ... 56

4.3.2. Panjang Akar ... 59

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 62

5.1. Simpulan... 62

5.2. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 64

(8)

1.1. Latar Belakang

Meningkatnya aktivitas diberbagai sektor pembangunan terutama pada sektor

industri mengakibatkan pencemaran lingkungan menjadi salah satu masalah yang

sangat kritis bagi negara maju dan berkembang seperti Indonesia. Berkembang

pesatnya kegiatan industri menyebabkan meningkatnya pencemaran terhadap

sumber-sumber air yang berasal dari limbah industri yang dibuang ke perairan dan

dijadikan untuk irigasi lahan pertanian (Soemarwoto, 1991). Salah satu sumber

pencemaran yang lazim ditemukan di lingkungan perairan adalah logam berat.

Logam berat yang ada di lingkungan perairan dengan suatu mekanisme tertentu

masuk ke dalam tubuh makhluk hidup. Logam berat terserap ke dalam jaringan

tanaman melalui akar yang selanjutnya akan masuk ke dalam siklus rantai

makanan. Pada proses pencemaran logam berat dalam tanaman biasanya terjadi

perubahan-perubahan atau pertukaran komponen organik-anorganik yang

berlangsung terus menerus, yang biasa disebut dengan siklus biogeokimia. Siklus

biogeokimia dari logam berat dapat dipercepat karena kegiatan dari manusia.

Akumulasi dan pergerakan dari ion logam dapat mengubah kondisi lingkungan

(9)

Salah satu sumber pencemaran logam berat yang sering ditemukan dalam

tumbuhan adalah logam timbal (Pb). Timbal dalam kehidupan sehari-hari sering

disebut dengan timah hitam atau plumbum. Sumber-sumber Pb dapat berasal dari

alam dan sebagai akibat antropogenik (Manahan, 1992). Logam Pb dengan

paparan yang melampaui batas ambang yang diperbolehkan dapat menyebabkan

terjadinya perubahan morfologi tanaman diantaranya tinggi tanaman, penurunan

panjang akar, luas permukaan daun, dan berat kering tanaman. Hal ini

menyebabkan terjadinya hambatan laju pertumbuhan yang pada akhirnya akan

menghambat produktivitas tanaman dengan menurunnya hasil produksi.

Pencemaran Pb pada tanaman sebagian besar diakumulasi oleh organ tanaman,

yaitu daun, kulit batang, akar, dan akar umbi-umbian. Mekanisme masuknya

partikel Pb ke dalam jaringan daun, yaitu melalui stomata daun yang berukuran

besar dan ukuran partikel Pb lebih kecil, sehingga Pb dengan mudah masuk

kedalam jaringan daun melalui proses penjerapan pasif (Dahlan, 2004).

Hindersah❄t al. (2004) melakukan penelitian tentang akumulasi Pb pada buah tomat yang ditanam di tanah yang mengandung lumpur kering dari instalasi

pengolahan air limbah domestik. Dalam penelitian tersebut, diketahui bahwa

buah dari tanaman yang diberi 25 dan 50 % lumpur menyerap Pb masing-masing

1,94 dan 2,65 mg/kg yang masih lebih rendah daripada ambang batas dari

Departemen Kesehatan RI yaitu 4 mg/kg. Kohar (2005) melaporkan bahwa pada

tanaman kangkung yang berumur 6 minggu setelah dianalisis denganInductively Coupled Plasma Spectrometer(ICPS), menunjukkan adanya kandungan Pb dalam sampel akar sebanyak 3,36 ppm dan di bagian lain dari tanaman terdapat

(10)

tinggi pada sayuran sudah semestinya mendapat perhatian serius dari semua

pihak. Data terakhir pada sayuran caisim, kandungan logam berat Pb-nya bisa

mencapai 28,78 ppm, padahal batas aman yang diperbolehkan oleh Ditjen POM

hanya 2 ppm. Bahkan dalam Rancangan Standar Nasional Indonesia tahun 2004

menyatakan bahwa residu logam berat yang masih memenuhi standar BMR

(Batas Maksimum Residu) adalah 1,0 ppm.

Dari beberapa penelitian tersebut, perlu untuk dilakukan penelitian mengenai studi

toksisitas dan biogeokimia logam timbal (Pb) pada tanaman. Tanaman yang

digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman tomat. Tomat (❅y❆❇❈ ❉❊❋ ● ❆❍ ■

❉❋ ❆❍❏❉❑▲❍ ■) merupakan salah satu produk hortikultura yang berpotensi,

menyehatkan dan mempunyai prospek pasar yang cukup menjanjikan, sehingga

perlu dilakukan penelitian tentang toksisitas Pb pada tanaman tersebut. Logam Pb

dengan beberapa variasi konsentrasi akan dipaparkan pada tanaman tomat yang

telah ditanam. Hasil pemaparan selanjutnya di analisis atau ditetapkan kadar

timbalnya.

Metode yang digunakan dalam penetapan kadar timbal dalam penelitian ini adalah

spektrofotometri serapan atom (SSA). Menurut Khopkar (1990), metode

spektrofotometri serapan atom dapat menentukan kadar logam tanpa dipengaruhi

oleh keberadaan logam yang lain. Selain itu pelaksanaannya sederhana,

interferensinya sedikit, dan cocok untuk analisis sekelumit logam karena

mempunyai kepekaan yang tinggi (batas deteksi kurang dari 1 ppm) (Rohman,

(11)

pengamatan pertumbuhan yang meliputi pengukutan tinggi tanaman dan panjang

akar.

1.2. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain adalah :

1. Mentukan kadar logam berat (Pb) yang terakumulasi pada tanaman tomat

menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) dengan metode analisis

yang tervalidasi.

2. Mengetahui distribusi dan tingkat akumulasi logam Pb pada tanaman tomat.

3. Melakukan validasi terhadap metode analisa untuk studi biogeokimia dan

toksisitas logam timbal pada tanaman tomat.

1.3. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai sumber informasi tentang

tingkat akumulasi logam berat Pb pada tanaman tomat sehingga dapat dijadikan

masukan bagi masyarakat, sektor pertanian, dan pemerintah daerah dalam

mengelola pertanian yang berwawasan lingkungan dan sebagai sumber informasi

(12)

2.1. Timbal (Pb)

2.1.1. Karakteristik dan Sifat Timbal

Timbal (Pb) merupakan salah satu jenis logam berat yang sering juga disebut dengan istilah timah hitam. Timbal memiliki titik lebur yang rendah, mudah dibentuk, memiliki sifat kimia yang aktif sehingga biasa digunakan untuk melapisi logam agar tidak timbul perkaratan. Timbal adalah logam yang lunak berwarna abu-abu kebiruan mengkilat dan memiliki bilangan oksidasi +2 (Sunarya, 2007).

Gambar 1. Logam Timbal (Pb) (Temple, 2007)

(13)

dan membentuk oksigen di udara dalam bentuk timbal oksida (PbO). Dibawah ini merupakan tabel yang menunjukkan beberapa sifat fisika yang dimiliki timbal.

Tabel 1. Sifat-sifat fisika Timbal (Pb)

Sifat Fisika Timbal Keterangan

Nomor atom 82

Densitas (g/cm3) 11,34

Titik lebur (0C) 327,46

Titik didih (0C) 1.749

Kalor peleburan (kJ/mol) 4,77 Kalor penguapan (kJ/mol) 179,5 Kapasitas pada 250C (J/mol.K) 26,65 Konduktivitas termal pada 300K (W/m K) 35,5 Ekspansi termal 250C (µm/ m K) 28,9 Kekerasan (skala Brinell=Mpa) 38,6

Timbal merupakan salah satu logam berat yang sangat berbahaya bagi makhluk hidup karena bersifat karsinogenik, dapat menyebabkan mutasi, terurai dalam jangka waktu lama dan toksisistasnya tidak berubah (Brass & Strauss, 1981). Pb dapat mencemari udara, air, tanah, tumbuhan, hewan, bahkan manusia. Masuknya Pb ke tubuh manusia dapat melalui makanan dari tumbuhan yang biasa

dikonsumsi manusia seperti padi, teh dan sayur-sayuran. Logam Pb terdapat di perairan baik secara alamiah maupun sebagai dampak dari aktivitas manusia. Logam ini masuk ke perairan melalui pengkristalan Pb di udara dengan bantuan air hujan. Selain itu, proses korofikasi dari batuan mineral juga merupakan salah satu jalur masuknya sumber Pb ke perairan (Palar, 1994).

(14)

kerak bumi sangat beragam. Batuan eruptif seperti granit dan riolit memiliki kandungan Pb kurang lebih 200 ppm.

Timbal (Pb) merupakan logam yang bersifat neurotoksin yang dapat masuk dan terakumulasi dalam tubuh manusia ataupun hewan, sehingga bahayanya terhadap tubuh semakin meningkat (Kusnoputranto, 2006). Menurut Underwood dan Shuttle (1999), Pb biasanya dianggap sebagai racun yang bersifat akumulatif dan akumulasinya tergantung levelnya. Hal itu menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pada ternak jika terdapat pada jumlah di atas batas ambang. Lebih lanjut

Underwood dan Shuttle (1999) mencantumkan batas ambang untuk ternak unggas dalam pakannya, yaitu: batas ambang normal sebesar 1 10 ppm, batas ambang tinggi sebesar 20 200 ppm dan batas ambang toksik sebesar lebih dari 200 ppm. Timbal (Pb) menurut Lu (1995) dapat diserap dari usus dengan sistem transport aktif. Transport aktif melibatkancarrieruntuk memindahkan molekul melalui membran berdasarkan perbedaan kadar atau jika molekul tersebut merupakan ion. Pada saat terjadi perbedaan muatan transport, maka terjadi pengikatan dan

membutuhkan energi untuk metabolisme (Rahde, 1991).

◗❘❙ ❘ ◗❘ ❚oksisitas Logam Timbal

Berdasarkan toksisitasnya, logam berat digolongkan ke dalam tiga golongan, yaitu:

1. Hg, Cd, Pb, As, Cu dan Zn yang mempunyai sifat toksik yang tinggi, 2. Cr, Ni dan Co yang mempunyai sifat toksik menengah

(15)

Toksisitas logam berat sangat dipengaruhi oleh faktor fisika, kimia dan biologi lingkungan. Beberapa kasus kondisi lingkungan tersebut dapat mengubah laju absorbsi logam dan mengubah kondisi fisiologis yang mengakibatkan

berbahayanya pengaruh logam. Akumulasi logam berat Pb pada tubuh manusia yang terjadi secara terus menerus dapat mengakibatkan anemia, kemandulan, penyakit ginjal, kerusakan syaraf dan kematian.

Timbal dalam bentuk anorganik dan organik memiliki toksitas yang sama pada manusia. Misalnya pada bentuk organik seperti tetraetil-timbal dan tetrametil-timbal (TEL dan TML). Timbal dalam tubuh dapat menghambat aktivitas kerja enzim. Namun yang paling berbahaya adalah toksitas timbal yang disebabkan oleh gangguan absorbsi kalsium Ca. Hal ini menyebabkan terjadinya penarikan deposit timbal dari tulang tersebut (Darmono, 2001).

Timbal adalah logam toksik yang bersifat kumulatif sehingga mekanisme toksitasnya dibedakan menurut beberapa organ yang dipengaruhinya, yaitu sebagai berikut :

a. Sistem hemopoeitik: timbal akan mengahambat sistem pembentukan hemoglobin sehingga menyebabkan anemia

b. Sistem saraf pusat dan tepi: dapat menyebabkan gangguan enselfalopati dan gejala gangguan saraf perifer

c. Sistem ginjal : dapat menyebabkan aminoasiduria, fostfaturia, gluksoria, nefropati, fibrosis dan atrofi glomerular

(16)

e. Sistem kardiovaskular: menyebabkan peningkatan permeabelitas kapiler pembuluh darah

f. Sistem reproduksi: dapat menyebabkan kematian janin pada wanita dan hipospermi dan teratospermia (Darmono, 2001).

Di perairan, timbal ditemukan dalam bentuk terlarut dan tersuspensi. Kelarutan timbal cukup rendah sehingga kadar timbal dalam air relatif sedikit. Bahan bakar yang mengandung timbal juga memberikan kontribusi yang berarti bagi

keberadaan timbal dalam air (Effendi, 2003).

❯❱❲ ❱❳❱ Siklus Biogeokimia Logam Berat

Biogeokimia adalah salah satu disiplin ilmu alam yang mempelajari tentang proses-proses kimia, fisika, geologi, dan biologi yang saling terkait yang membentuk komposisi dari lingkungan alam (yang masuk di dalam sini antara lain biosfer, hidrosfer, pedosfer, atmosfer, dan litosfer). Secara khusus,

biogeokimia adalah studi tentang siklus dari unsur-unsur kimia, seperti karbon, nitrogen, air, fosfor, dll serta interaksi mereka dan penggabungan ke dalam makhluk hidup yang diangkut melalui sistem skala bumi biologis dalam ruang melalui waktu. Siklus biogeokimia merupakan suatu - siklus senyawa kimia yang mengalir dari komponen biotik dan abiotik dan kemudian kembali lagi ke

kompenen biotik, komponen abiotik ke biotik dan kembali lagi ke komponen abiotik. Siklus unsur-unsur tersebut tidak hanya melalui organisme, tetapi juga melibatkan reaksi - reaksi kimia dalam lingkungan abiotik sehingga disebut siklus biogeokimia. Fungsi siklus biogeokimia adalah sebagai siklus materi yang

(17)

ada di bumi baik komponen biotik maupun komponen abiotik, sehingga kelangsungan hidup di bumi dapat terjaga.

Menurut Huang (1987) ada tiga kompartemen yang terlihat dalam siklus biogeokimia logam dalam air, yaitu:

1. Kompartemen logam yang terlarut adalah ion logam bebas, kompleks, dan koloidal ikatan senyawanya.

2. Kompartemen partikel abiotik, terdiri atas bahan kimia organik dan anorganik.

3. Kompartemen partikel biotik, terdiri atas fitoplankton dan bakteri di dalam laut dangkal dan laut dalam, daerah pantai, serta muara sungai yang menempel pada tanaman.

Tingkah laku logam dalam lingkungan perairan sangat bergantung pada karakterisasi logam yang biasa disebut spesiasi logam. Spesiasi logam akan mempengaruhi hadirnya logam dalam jaringan biologi (bioavailability) dan toksisitasnya terhadap biota, transportasi dan mobilisasi, serta interaksi dengan tanah. Seperti mobilitas, bioavailabilitas, toksisitas, dan nasib dari lingkungan semuanya dikendalikan oleh transformasi biogeokimia (Borchet al, 2010).

(18)

lain. Proses tersebut memberikan kontribusi yang bervariasi dari logam berat ke dalam agroekosistem. Beberapa tanah telah ditemukan memiliki beberapa kandungan logam berat yang merupakan racun bagi tanaman dan tumbuhan liar, jumlahnya sangat tinggi karena elemen terebut merupakan elemen utama

(Krishnamurtiet al, 1995).

(19)

❨❩❬ ❩❭❩ ❪imbal (Pb) Pada Tanaman

Kerusakan karena pencemaran dapat terjadi karena adanya akumulasi bahan toksik dalam tubuh tumbuhan, perubahan pH, peningkatan atau penurunan aktivitas enzim, rendahnya kandungan asam askorbat di daun, tertekannya fotosintesis, peningkatan respirasi, produksi bahan kering rendah, perubahan permeabilitas, terganggunya keseimbangan air dan penurunan kesuburannya dalam waktu yang lama. Gangguan metabolisme berkembang menjadi kerusakan kronis dengan konsekuensi tak beraturan. Tumbuhan akan berkurang

produktivitasnya dan kualitas hasilnya juga rendah (Sitompul dan Guritno, 1995).

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pencemaran mengakibatkan

menurunnya pertumbuhan dan produksi tanaman serta diikuti dengan gejala yang tampak (visible symptoms). Kerusakan tanaman karena pencemaran berawal dari tingkat biokimia (gangguan proses fotosintesis, respirasi, serta biosintesis protein dan lemak), selanjutnya tingkat ultrastruktural (disorganisasi sel membran), kemudian tingkat sel (dinding sel, mesofil, pecahnya inti sel) dan diakhiri dengan terlihatnya gejala pada jaringan daun seperti klorosis dan nekrosis (Malhotra and Khan, 1984 dalam Treshow, 1989).

Tanaman yang tumbuh didaerah dengan tingkat pencemaran tinggi dapat

(20)

fotosintesis terganggu, selanjutnya berakibat pada berkurangnya hasil produksi dari suatu tumbuhan.

Tanaman mampu mengabsorpsi Pb sehingga dapat berperan dalam membersihkan dari polusi. Namun demikian, keefektifan tanaman dalam menyerap polutan sampai batas tertentu akan semakin berkurang dengan peningkatan konsentrasi polutan. Pada suatu batas ketahanan masing-masing jenis, tanaman juga menampakkan gejala kerusakan akibat polusi. Dampak lanjutannya adalah terganggunya fungsi tanaman dalam lingkungan. Selain itu, kerusakan tanaman akibat terpapar Pb juga menyebabkan pertumbuhan dan penampilan tanaman yang tidak optimal, berupa terjadinya nekrosis, klorosis dan terhambatnya pertumbuhan tanaman. Kondisi tersebut menyebabkan penampilan tanaman yang tidak estetis. Kemampuan tanaman mereduksi Pb sangat bervariasi menurut jenisnya (Kurnia dkk., 2004).

Menurut Treshowet al.(1989), pertumbuhan tanaman terhambat karena terganggunya proses fotosintesis akibat kerusakan jaringan daun. Hal tersebut ditunjang oleh penelitian Warsita (1994) yang menjukkan bahwa pencemaran udara menyebabkan penurunan kandungan klorofil-a dan klorofil-b tanaman. Penurunan tersebut disebabkan zat pencemar merusak jaringan polisade dan bunga karang yang merupakan jaringan yang banyak mengandung kloroplas.

(21)

berlangsung secara pasif, tetapi ini didukung pula oleh bagian yang ada di dalam tanaman dan daun yang merupakan bagian yang paling kaya akan unsur-unsur kimia (Widagdo, 2005). Dengan demikian kemungkinan akumulasi timbal didalam jaringan daun akan lebih besar. Timbal ini akan terakumulasi didalam jaringanpolisade(jaringan pagar). Celah stomata mempunyai panjang sekitar 10

m dan lebar antara 2 7 m. Oleh karena ukuran Pb yang demikian kecil, yaitu kurang dari 4 m dan rerata 0,2 m maka partikel akan masuk ke dalam daun lewat celah stomata serta menetap dalam jaringan daun dan menumpuk di antara celah sel jaringan pagar/polisadedan atau jaringan bunga karang/spongi tissue

(Smith, 1981).

Tumbuhan dapat tercemar logam berat melalui penyerapan akar dari tanah atau melalui stomata daun dari udara. Faktor yang dapat mempengaruhi kadar timbal dalam tumbuhan yaitu jangka waktu kontak tumbuhan dengan timbal, kadar timbal dalam perairan, morfologi dan fisiologi serta jenis tumbuhan. Dua jalan masuknya timbal ke dalam tumbuhan yaitu melalui akar dan daun. Timbal setelah masuk ke dalam tumbuhan akan diikat oleh membran sel, mitokondria dan

kloroplas, sehingga menyebabkan kerusakan fisik. Kerusakan tersembunyi dapat berupa penurunan penyerapan air, pertumbuhan yang lambat, atau pembukaan stomata yang tidak sempurna (Hutagalung, 1982).

(22)

dalam menurunkan Pb di udara. Glodogan tiang (Polyalthea longifolia), Keben (baringtonia asiatica), dan Tanjung (Mimusops elengi) memiliki kemampuan menyerap Pb rendah namun tidak peka terhadap pencemaran udara, sedangkan Daun Kupu-kupu (Bauhinia purpurea) dan Kesumba (Bixa orellana) memiliki kemampuan rendah dan tidak tahan terhadap pencemaran udara

❫❴❵ ❴❛❴ ❜ampak Timbal (Pb) Terhadap Morfologi dan Fisiologi Tumbuhan

Menurut Lepp (1981) timbal (Pb), yang diserap oleh tanaman akan memberikan efek buruk apabila kepekatannya berlebihan. Pengaruh yang ditimbulkan antara lain dengan adanya penurunan pertumbuhan dan produktivitas tanaman serta kematian. Penurunan pertumbuhan dan produktivitas pada banyak kasus

menyebabkan tanaman menjadi kerdil dan klorosis. Kepekaan logam berat pada daun memperlihatkan batas toksisitas terhadap tanaman yang berbeda-beda. Toksisitas timah hitam menyebabkan suatu mekanisme yang melibatkan klorofil. Pelepasan timah hitam ke dalam sitoplasma akan menghambat dua enzim yaitu Asam Delta Amino Levulenat Dehidratase (ALAD) dan Profobilinogenase yang terlibat dalam biogenesis klorofil (Flanaganet al.1980).

(23)

mengurangi asupan Mg dan Fe sehingga menyebabkan perubahan pada volume dan jumlah kloroplas (Kovacs, 1992).

❝❞ ❝❞ ❡omat

2.2.1. Tanaman Tomat

Tomat dengan nama botaniLycopersicum esculentumMill merupakan sayuran buah yang berasal dari Peru-Ekuador yang menyebar ke beberapa daerah di Benua Amerika dan selanjutnya berkembang di Meksiko. Pada tahun 1811 tomat telah dijumpai di Indonesia terutama dataran tinggi (Wijonarko, 1990).

Para ahli botani mengklasifikasikan tanaman tomat sebagai berikut:

Kelas : Dycotyledonae Ordo : Tubiflarae Famili : Solanaceae

Genus :LycopersiconatauLycopersicum

Spesies :Lycopersicon esculentum L.korstatauLycopersicum esculentumMill.

Menurut Tugiyono (2007), tanaman tomat adalah tumbuhan setahun yang

(24)

Perakaran tanaman tidak terlalu dalam, menyebar ke semua arah hingga

kedalaman rata-rata 30-40 cm, namun dapat mencapai kedalaman hingga 60-70 cm. Akar tanaman tomat berfungsi untuk menopang berdirinya tanaman serta menyerap air dan unsur hara dari dalam tanah (Redaksi Agromedia, 2007).

Batang tanaman tomat bentuknya bulat dan membengkak pada buku-buku. Bagian yang masih muda berambut biasa dan ada yang berkelenjar. Mudah patah, dapat naik bersandar pada turus atau merambat pada tali, namun harus dibantu dengan beberapa ikatan. Tanaman tomat dibiarkan melata dan cukup rimbun menutupi tanah. Bercabang banyak sehingga secara keseluruhan berbentuk perdu

(Rismunandar, 2001). Daun tomat berbentuk oval dengan panjang 20-30 cm. Tepi daun bergerigi dan membentuk celah-celah yang menyirip. Umumnya, daun tomat tumbuh di dekat ujung dahan atau cabang, memiliki warna hijau, dan berbulu (Redaksi Agromedia, 2007). Bunga tanaman tomat berwarna kuning dan tersusun dalam dompolan dengan jumlah 5-10 bunga per dompolan atau

tergantung dari varietasnya (Wiryanta, 2004).

Buah tomat adalah buah buni, selagi masih muda berwarna hijau dan berbulu serta relatif keras, setelah tua berwarna merah muda, merah, atau kuning, cerah dan mengkilat, serta relatif lunak. Bentuk buah tomat beragam: lonjong, oval, pipih, meruncing, dan bulat. Diameter buah tomat antara 2-15 cm, tergantung

(25)

Gambar 3. Buah Tomat (Wiryata, 2004)

Pada buah masih terdapat tangkai bunga yang berubah fungsi menjadi sebagai tangkai buah serta kelopak bunga yang beralih fungsi menjadi kelopak bunga (Wiryanta, 2004). Biji tomat berbentuk pipih, berbulu, dan berwarna putih, putih kekuningan atau coklat muda. Panjangnya 3-5 mm dan lebar 2-4 mm. Biji saling melekat, diselimuti daging buah, dan tersusun berkelompok dengan dibatasi daging buah (Redaksi Agromedia, 2007).

❢❣ ❢❣ ❢❣ Syarat tumbuh

Tomat bisa ditanam pada semua jenis tanah, seperti andosol, regosol, latosol, ultisol, dan grumusol. Namun demikian, tanah yang paling ideal dari jenis lempung berpasir yang subur, gembur, memiliki kandungan bahan organik yang tinggi, serta mudah mengikat air (porous). Jenis tanah berkaitan dengan

(26)

pengairan yang teratur dan cukup mulai tanam sampai waktu tanaman mulai dapat dipanen (Redaksi Agromedia, 2007).

❤✐❥ ✐ Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

2.3.1 Prinsip Dasar

Spektrofotometri serapan atom adalah suatu metode yang digunakan untuk mendeteksi atom-atom logam dalam fase gas. Metode ini seringkali

mengandalkan nyala untuk mengubah logam dalam larutan sampel menjadi atom-atom logam berbentuk gas yang digunakan untuk analisis kuantitatif dari logam dalam sampel (Rohman, 2007).

Prinsip dari spektrofotometri adalah terjadinya interaksi antara energi dan materi. Pada spektroskopi serapan atom terjadi penyerapan energi oleh atom sehingga atom mengalami transisi elektronik dari keadaan dasar ke keadaan tereksitasi. Dalam metode ini, analisa didasarkan pada pengukuran intesitas sinar yang

diserap oleh atom sehingga terjadi eksitasi. Untuk dapat terjadinya proses absorbsi atom diperlukan sumber radiasi monokromatik dan alat untuk menguapkan

sampel sehingga diperoleh atom dalam keadaan dasar dari unsur yang diinginkan. Spektrofotometri serapan atom merupakan metode analisis yang tepat untuk analisis analit terutama logam-logam dengan konsentrasi rendah (Pecsok, 1976).

Spektrofotometri serapan atom (SSA) didasarkan pada absorbsi atom pada suatu unsur yang dapat mengabsorpsi energi pada panjang gelombang tertentu. Banyak energi sinar yang diabsorpsi berbanding lurus dengan jumlah atom yang

(27)

positif dan neutron berupa partikel netral, dimana inti atom dikelilingi oleh elektron bermuatan negatif yang memiliki tingkat energi berbeda. Jika energi diabsorpsi oleh atom, maka elektron yang berada paling luar (elektron valensi) akan tereksitasi dari keadaan dasar atau tingkat energi yang lebih rendah (ground state)ke keadaan tereksitasi yang memiliki tingkat energi yang lebih tinggi

(excited site). Jumlah energi yang dibutuhkan untuk memindahkan elektron ke tingkat energi tertentu dikenal sebagai potensial eksitasi untuk tingkat energi itu. Pada waktu kembali ke keadaan dasar, elektron melepaskan energi panas atau energi sinar (Clark, 1979).

❦❧♠ ❧ ❦❧ ♥nalisis Kuantitatif

Apabila cahaya dengan panjang gelombang tertentu dilewatkan pada suatu sel yang mengandung atom-atom bebas yang bersangkutan maka sebagian cahaya tersebut akan diserap dan intensitas penyerapan akan berbanding lurus dengan banyaknya atom bebas logam yang berada pada sel. Hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi diturunkan dari:

Hukum Lambert: bila suatu sumber sinar monkromatik melewati medium

transparan, maka intensitas sinar yang diteruskan berkurang dengan bertambahnya ketebalan medium yang mengabsorbsi.

(28)

Dari kedua hukum tersebut diperoleh suatu persamaan:

= . b . c ( 1 )

Dimana: = absortivitas molar b = panjang medium

c = konsentrasi atom-atom yang menyerap sinar A = absorbansi

Dari persamaan di atas, dapat disimpulkan bahwa absorbansi cahaya berbanding lurus dengan konsentrasi atom (Day & Underwood, 1989).

2.3.3. Instrumentasi Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)

Spektrofotometer Serapan atom memiliki komponen-komponen sebagai berikut (Slavin, 1987)

a. Sumber Sinar

Merupakan sistem emisi yang diperlukan untuk menghasilkan sinar yang

energinya akan diserap oleh atom bebas. Sumber radiasi haruslah bersifat sumber yang kontinyu. Seperangkat sumber yang dapat memberikan garis emisi yang tajam dari suatu unsur yang spesifik tertentu dengan menggunakan lampu pijar

Hollow cathode. Hallow Cathode Lampterdiri dari katoda cekung yang silindris yang terbuat dari unsur yang sama dengan yang akan dianalisis dan anoda yang terbuat dari tungsten. Dengan pemberian tegangan pada arus tertentu, logam mulai memijar dan atom-atom logam katodanya akan teruapkan dengan

(29)

Dischcarge Lamp lampu ini mempunyai prinsip kerja hampir sama dengan

Hallow Cathode Lamp(lampu katoda cekung), tetapi mempunyaioutputradiasi lebih tinggi dan biasanya digunakan untuk analisis unsur-unsur As dan Se, karena lampu HCL untuk unsur-unsur ini mempunyai signal yang lemah dan tidak stabil yang bentuknya dapat dilihat pada Gambar 4.

Berikut ini adalah gambarElectrodless Dischcarge Lamp:

Gambar 4.Electrodless Dischcarge Lamp

b. Sistem pengatoman

Merupakan bagian yang penting karena pada tempat ini senyawa akan dianalisa. Pada sistem pengatoman, unsur-unsur yang akan dianalisa diubah bentuknya dari bentuk ion menjadi bentuk atom bebas. Ada beberapa jenis sistem pengatoman yang lazim digunakan pada setiap alat AAS, antara lain :

1. Sistem pengatoman dengan nyala api

(30)

menghasilkan api merupakan campuran dari gas pembakar dengan oksidan dan penggunaannya tergantung dari suhu nyala api yang dikehendaki.

2. Sistem pengatoman dengan tungku grafit

Keuntungan sistem ini jika dibandingkan dengan sistem pengatoman nyala api adalah sampel yang dipakai lebih sedikit, tidak memerlukan gas pembakar, suhu yang ada diburner dapat dimonitor dan lebih peka.

3. Sistem pengatoman dengan pembentukan hidrida

Sistem ini hanya dapat diterapkan pada unsur-unsur yang dapat membentuk hidrida, dimana senyawa hidrida dalam bentuk uapnya akan menyerap sinar dari HCL. Sistem ini biasanya dilakukan dengan mereduksi unsur sehingga menjadi valensi yang lebih rendah, kemudian dibentuk sebagai hidrida. Sistem ini banyak dilakukan untuk analisa unsur-unsur seperti As, Bi dan Se.

4. Sistem pengatoman dengan uap dingin

(31)

c. Monokromator

Monokromator merupakan alat yang berfungsi untuk memisahkan radiasi yang tidak diperlukan dari spektrum radiasi lain yang dihasilkan olehHallow Cathode Lamp.

d. Detektor

Fungsi detektor adalah mengubah energi sinar menjadi energi listrik, dimana energi listrik yang dihasilkan digunakan untuk mendapatkan data. Detektor SSA tergantung pada jenis monokromatornya, jika monokromatornya sederhana yang biasa dipakai untuk analisa alkali, detektor yang digunakan adalahbarier layer cell. Tetapi pada umumnya yang digunakan adalah detektorphotomultiplier tube.

[image:31.595.125.486.560.702.2]

Metode SSA sangat tepat untuk analisa zat pada konsentrasi rendah. Logam-logam yang membentuk campuran kompleks dapat dianalisa dan selain itu tidak selalu diperlukan sumber energi yang besar. Sensitivitas dan batas deteksi merupakan parameter yang sering digunakan dalam SSA. Keduanya dapat bervariasi dengan perubahan temperatur nyala, dan lebar pita spektra.

Gambar 5. Skema Instrumentasi Spektrofotometer Serapan Atom (Slavin, 1987). c. Monokromator

Monokromator merupakan alat yang berfungsi untuk memisahkan radiasi yang tidak diperlukan dari spektrum radiasi lain yang dihasilkan oleh Hallow Cathode Lamp.

d. Detektor

Fungsi detektor adalah mengubah energi sinar menjadi energi listrik, dimana energi listrik yang dihasilkan digunakan untuk mendapatkan data. Detektor SSA tergantung pada jenis monokromatornya, jika monokromatornya sederhana yang biasa dipakai untuk analisa alkali, detektor yang digunakan adalahbarier layer cell. Tetapi pada umumnya yang digunakan adalah detektorphotomultiplier tube.

Metode SSA sangat tepat untuk analisa zat pada konsentrasi rendah. Logam-logam yang membentuk campuran kompleks dapat dianalisa dan selain itu tidak selalu diperlukan sumber energi yang besar. Sensitivitas dan batas deteksi merupakan parameter yang sering digunakan dalam SSA. Keduanya dapat bervariasi dengan perubahan temperatur nyala, dan lebar pita spektra.

Gambar 5. Skema Instrumentasi Spektrofotometer Serapan Atom (Slavin, 1987). c. Monokromator

Monokromator merupakan alat yang berfungsi untuk memisahkan radiasi yang tidak diperlukan dari spektrum radiasi lain yang dihasilkan oleh Hallow Cathode Lamp.

d. Detektor

Fungsi detektor adalah mengubah energi sinar menjadi energi listrik, dimana energi listrik yang dihasilkan digunakan untuk mendapatkan data. Detektor SSA tergantung pada jenis monokromatornya, jika monokromatornya sederhana yang biasa dipakai untuk analisa alkali, detektor yang digunakan adalahbarier layer cell. Tetapi pada umumnya yang digunakan adalah detektorphotomultiplier tube.

Metode SSA sangat tepat untuk analisa zat pada konsentrasi rendah. Logam-logam yang membentuk campuran kompleks dapat dianalisa dan selain itu tidak selalu diperlukan sumber energi yang besar. Sensitivitas dan batas deteksi merupakan parameter yang sering digunakan dalam SSA. Keduanya dapat bervariasi dengan perubahan temperatur nyala, dan lebar pita spektra.

(32)

♣qr qsq Gangguan-gangguan analisis pada Spektofotometer Serapan Atom (SSA)

Menurut Ismono (1984) beberapa gangguan yang sering terjadi pada SSA adalah sebagai berikut:

1. Gangguan lonisasi

Gangguan ini biasa terjadi pada unsur alkali dan alkali tanah dan beberapa unsur yang lain karena unsur-unsur tersebut mudah terionisasi dalam nyala. Dalam analisis dengan FES dan AAS yang diukur adalah emisi dan serapan atom yang tidak terionisasi. Oleh sebab itu dengan adanya atom-atom yang terionisasi dalam nyala akan mengakibatkan sinyal yang ditangkap detektor menjadi berkurang. Namun demikian gangguan ini bukan gangguan yang sifatnya serius, karena hanya sensitivitas dan linearitasnya saja yang terganggu. Gangguan ini dapat diatasi dengan menambahkan unsur-unsur yaug mudah terionisasi ke dalam sampel sehingga akan menahan proses ionisasi dari unsur yang dianalisis.

2. Pembentukan Senyawa Refraktori

(33)

bereaksi dengan pospat dihanding kalsium sehingga reaksi antara kalsium dengan pospat dapat dicegah atau diminimalkan. Gangguan ini juga dapat dihindari dengan menambahkan EDTA berlebihan. EDTA akan membentuk kompleks chelate dengan kalsium, sehingga pembentukan senyawa refraktori dengan pospat dapat dihindarkan. Selanjutnya kompleks Ca-EDTA akan terdissosiasi dalam nyala menjadi atom netral Ca yang menyerap sinar. Gangguan yang lebih serius terjadi apabi!a unsur-unsur seperti: AI, Ti, Mo,V dan lain-lain bereaksi dengan O dan OH dalam nyala menghasilkan logam oksida dan hidroksida yang tahan panas. Gangguan ini hanya dapat diatasi dengan menaikkan temperatur nyala, sehingga nyala yang urnum digunakan dalam kasus semacam ini adalah nitrous oksida-asetilen.

3. Gangguan Fisik Alat

Yang dianggap sebagai gangguan fisik adalah semua parameter yang dapat mempengaruhi kecepatan sampel sampai ke nyala dan sempurnanya atomisasi. Parameter-parameter tersebut adalah: kecepatan alir gas, berubahnya viskositas sampel akibat temperatur atau solven, kandungan padatan yang tinggi,

perubahan temperatur nyala dan lain-lain. Gangguan ini biasanya dikompensasi dengan lebih sering membuat kalibrasi (standarisasi).

t✉✈ ✉ Validasi Metode

Validasi metode merupakan penilaian terhadap parameter tertentu, berdasarkan

percobaan laboratorium, untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi

(34)

mengkonfirmasi atau membuktikan bahwa metode yang digunakan dalam suatu penelitian memenuhi persyaratan sehingga dapat dinyatakan bahwa data yang diperoleh selama penelitian merupakan hasil yang baik dan dapat dipercaya. Parameter validasi metode yang sering digunakan dalam analisis antara lain :

✇①② ①③①④inearitas

Linearitas adalah kemampuan suatu metode untuk memperoleh hasil-hasil uji yang secara langsung proporsional dengan konsentrasi analit pada kisaran yang diberikan. Pada metode linieritas ada beberapa parameter statistik yaitu koefisien korelasi, residual plot dan residual standar deviasi.

Linearitas suatu metode adalah ukuran seberapa baik kurva kalibrasi yang menghubungkan antara respon (y) dan konsentrsi (x) dengan persamaan y = a + bx. Hubungan linear yang dikatakan ideal dapat dicapai jika nilai b = 0 dan r = +1 atau -1 yang bergantung pada arah garis. Sedangkan nilai a menunjukkan

kepekaan analisis terutama instrumen yang digunakan. Nilai koefisien korelasi yang memenuhi persyaratan adalah sebesar 0,9970 (ICH, 1995), 0,97 (SNI) atau 0,9980.

2.4.2. Selektivitas

Selektivitas adalah kemampuan untuk mengukur suatu target dari suatu analit dengan keberadaan komponen-komponen lain pada matrik sampel tanpa

(35)

evaluasi pengaruh keberadaan B terhadap sampel dengan membandingkan nilai rata-rata dan standar deviasi dari hasil keduanya.

Metode yang digunakan dalam pengujian hipotesisnya, yaitu dengan analisis ragam, dengan menggunakan sebaran t atau dikenal dengan uji-t dan distribusi F atau uji-F. Pada uji-t yaitu membandingkan dua nilai rata-rata, setelah itu nilai t dibandingkan dengan nilai t tabel dengan tingkat kepercayaan biasanya 95% dan derajat kebebasan yang sama. Apabila thitung > ttabelberarti terdapat perbedaan yang nyata pada kadar rata-rata antar dua populasi tersebut sebaliknya apabila thitung < ttabel,maka tidak ada perbedaan yang berarti pada setiap pengukuran. Sedangkan pada uji-F yaitu membandingkan dua standar deviasi yang kemudian dibandingkan dengan nilai F tabel dengan tingkat kepercayaan biasanya 95% dan derajat kebebasan yang sama. Wibisono (2005) menyatakan bahwa apabila dalam analisa nilai Fhitung> Ftabel, maka hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan yang nyata pada standar deviasi antar analisis, namun sebaliknya apabila Fhitung< Ftabel, maka tidak ada perbedaan yang berarti dari standar deviasi pada setiap pengukuran.

⑤⑥⑦ ⑥⑧⑥⑨⑩❶i❷❸❹Detection(LOD) danLimit of Quantification(LOQ)

Limit of Detectionatau batas deteksi adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan. Batas deteksi didefinisikan sebagai konsentrasi unsur dalam mg/L, yang memberikan

(36)

Batas deteksi dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut:

LOD = 3 x SD ( 2 )

Keterangan :

LOD : Limit deteksi SD : Simpangan baku

Menurut WHO (1992),Limit of Quantificationatau batas kuantifikasi diartikan sebagai parameter pada analisis sekelumit yang diartikan sebagai kuantitasi terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama. Untuk penentuan limit kuantifikasi dapat digunakan rumus :

LOQ = 10 x SD ( 3 )

Keterangan :

LOQ : Limit kuantifikasi

SD : Simpangan baku respon analitik dari blanko

❺❻❼ ❻❼❻❽kurasi

(37)

Persen perolehan kembali dapat ditentukan dengan persamaan berikut :

% Recovery = x 100 % ( 4 )

Keterangan :

Mean = Nilai rata rata

Spike Level = KonsentrasiReference Material(larutan yang

telah diketahui konsentrasinya)

❾❿➀ ❿➁❿➂resisi

Keseksamaan atau presisi diukur sebagai simpangan baku atau simpangan baku relatif (koefisien variasi). Presisi merupakan ukuran derajat keterulangan dari metode analisis yang memberikan hasil yang sama pada beberapa perulangan. Presisi dinyatakan sebagaiRelative Standar Deviation(RSD) dan limit ( r ). Penentuan simpangan baku (SD) dan simpangan baku relatif (RSD) dilakukan pada pengukuran sampel dengan pengulangan sebanyak 3 kali. RSD ditentukan dari hasil replikasi pengujian dibawah kondisi yang ditentukan sedangkan limit mewakili maksimum toleransi terhadap perbedaan antar duplikasi pada tingkat probalitas tertentu. RSD dan limit dinyatakan melalui persamaan sebagai berikut :

RSD = X 100 % ( 5 )

Limit = 2.772 x SD ( 6 ) Keterangan :

(38)

➌➄➍➄➎➏ ➐➑➒➓➏ ➔➇→➣↔➏ ➑ P→➔→↕➙ ➑➙➏➔

➛➜➝ ➜➞➟t➟➠ ➝➟ ➝➟➠ ➡➠ ➝➢➟➞➠ ➡➤➠ ➝➠ ➡➠ ➝➥ ➠ ➢➠➦➧➞➠ ➝ ➨➧ ➞➟➩ ➫➭ ➩➤➠➯➥ ➠➟➢ ➜➝➲➠ ➝➦➧➞➠ ➝

➨➠ ➝➧➠➳➟➩➫ ➭➵➸ ➛➳➺➤ ➜➤➥ ➜➝➻➜➯ ➠➟➠ ➝➼➥ ➜➝➠ ➝➠➯➠ ➝➼➢➠ ➝➥ ➜➯ ➠➥➠➳➠ ➝➢➟➞➠ ➡➧ ➡➠ ➝➢➟➢ ➜➤➠

➽➜➲ ➜➳➟➨ ➜➯ ➠ ➝➾➜➝➼➡ ➜➚➠➯ ➠ ➾➠ ➝➪➠➳➲➠➶➟ ➲➠➼➹➠➯➥➧➝ ➲➶➟➯ ➧➳➸ ➶ ➠➘➠➥ ➴➝➠➞➟ ➤➟ ➤➠ ➡➠ ➝

➢➟➞➠ ➡➧➡➠ ➝➢➟➹➠ ➦➺➳➠ ➾➺➳➟➧ ➯➷➟➯ ➟➠ ➴➝➠➞➟ ➾➟ ➡➼➷➟➯➟➠➴➝➺ ➳➲➠ ➝➟ ➡➨➧➳➧ ➤➠ ➝➷➟➯➟➠

➬➠ ➡➧ ➞ ➾➠ ➤➪➠ ➾➜➯ ➠ ➾➟ ➡➠ ➢➠ ➝➮➞➯➧ ➛➜➝ ➲➜➾➠➘ ➧➠ ➝➴➞➠➯ ➱➝➟✃ ➜➳➤➟ ➾➠ ➤➹➠➯➥ ➧ ➝ ➲➸

➌➄❐➄➋↕➏ ➑➓➏ ➔❒➏ ❮➏ ➔

➴➞➠ ➾❰➠➞➠ ➾➻➠ ➝ ➲➢➟ ➲➧➝➠ ➡➠ ➝➢➠➞➠➯➥➜➝➜➞➟ ➾➟➠ ➝➟ ➝➟➠ ➢➠➞➠➘Ï➥➜➡➾➳➺Ð➺➾➺➯➜➾➜➳Ï ➜➳➠➥ ➠ ➝

➴➾➺➯ÑÏÏ ➴Ò➩Ó➫➬Ï➴➴➼➝➜➳➠➚➠➠ ➝➠➞➟ ➾➟ ➡➼ ➦➺➾➺➞➤➠➯➥➜➞➼➡➜➳➾➠ ➤➤➠➳➟ ➝ ➲Ô➘ ➠ ➾➾➯➠ ➝

➝➺➯➺ ➳Ó➩➼➺✃ ➜➝➼ÕÖ ×ØÙÚ ×Û➼➯➺➳➾➠➳➼ ØÖ ÙÜÝÚ Þ➢➠ ➝➥ ➜➳➠➞➠ ➾➠ ➝➲➜➞➠ ➤➻➠ ➝ ➲➧ ➯➧ ➯

➢➟ ➲➧ ➝➠ ➡➠ ➝➢➟➞➠ ➦➺ ➳➠ ➾➺➳➟➧ ➯➸

Ï ➜➢➠ ➝➲➡➠ ➝➦➠➘ ➠ ➝ ❰➦➠➘➠ ➝➻➠ ➝ ➲➢➟ ➲➧ ➝➠ ➡➠ ➝➠ ➢➠➞➠➘ ➾➠ ➝➠➘➼➥➧ ➥➧➡➼ ➦➜➝➟➘ ➾➠ ➝➠➯➠ ➝

➾➺➯➠ ➾➼➛➦Ñ➽ß à

Ò áâ

ã➽ß à

(39)

çè çèéê ë ìíîïr Kìïð ñ

çè çèòè Pìóô ìõ ñö ñó÷ ìóö øùê õ ñú

ûüýüþüýÿ þüt ✁ ✂✄ ✂☎✆þ✝✞tüýüþ✟ü ✠us ✝✞ ✁ ✂þ ü✞✡üý ☛✡ü ✠✂ýü☎ ✂✄✞✟þ✂þ✆✝ü✟✡üý

☞✂✠üüwüýt ✄✞ ✄✞t✌ ✍✂ýy✂þ ü✞üý✝ü☞üt ✝✞☎ü ✡✆ ✡üý☞ü ✝ü tüý ü✟✄ ✂✝ ✂ý✎ütüu☞ü ✝ü ✡ ÿü ✡✌

✍✂þ✄✆ ütüýÿ✂þ☞üt ☞✂ýy✂þü✞üý ✁✂✄ü✎ü✞ ✄✂✠✞ ✡✆ÿ✏

ûüýü✟üý✎y ü ✡üý✝✞ ✄✆ üt t✂þ☞üt ☞✂ý✂þü✞y üý ✝✞✑üý✎✡✆ ☎ütüu✝✞ ✄ü ✒ü ✡ ✁✂✝ü☎üþ ✡✞ ✠ü✓

✡✞ ✠üæ✔✓å✔✑þ✟✞ý✎✎ü tüýü✟þ✂ý ✒ü ✝✞ ✎✂þ✄✆✠✌ ✕✂☎üý✒utýüy ✝✞☎ü ✡✆✡üý☞✂þ ✄ ✂✠✞üý

☞✆☞✆ ✡✡üý ✝üý✎üütu✡ þ☞ ✁üý✎y t✂☎ü✟✝✞st✂✠✞☎ ✡üý✌ ✕✂✟ ü ✠✞✁ ✂✄✂☎✆ þ ✄✂ý ✞✟

✝✞tü ✄✆✠✡üý☛ ☞✂✠s✂þü✞üý✟ü ✠s u✝✞ ✄ü ✁ü✟✞ t✂✠☎ ✂✄✞✟ ✝ü✟✆ ☎✆✌✖✂þ✆✝✞üý✄✂ý ✞✟ ✝✞üý üþt

✝ ✂ý✎üý ✒ü ✠ü ✡üý ÿü ✠ ✄ü ✠✞ ✁üý✗✑þ☛ ✝ü☎üþ ýüy✁ ✂✡✞tü ✠✔☛ ✗ ✓✘✑þ✝üý✝✞✆☞tut ÿüýü✟

t

✞☞✞s✓t✞☞✞s ✁ü ✒ü✌✙ ✞ ✄✞t yüý✎ t✂☎ü✟ÿ✆ þ ✄✆✟✁ ✂✡✞üt✠ æ✓åþ✞ý✎ ✎u✝ü☞üt ✝✞☞✞ý✝ü✟

✡ ✂t✂þ☞üt ☎ü✞ý ☛✁ ✂☞✂✠t✞✡üýÿ ý✎ ✓✡üýÿ ý✎☞☎üst✞ ✡üütu✝ü☞üt ✝✞üý üþt ☎üý✎✁✆ý✎☞ü ✝ü

✚✛ ✜✢✣✤ ✥✌

çè çè✦è Pìïëö ñ✧ñóMìíö ñù ñó ñõ íñ★ñõPolybag

✍✂ý✎ ☎ü✟ üýÿüýü✟ ✝✞☎ü ✡✆✡üý✝ ✂ý✎üýþ✂ý✑üý✎✡✆☎ ✝ü☎üþ ✓✝ü☎üþ☛ÿ✂tü☞✞ tüýü ✟üý✎y

✝✞✑üý✎✡✆ ☎ ✒üý✎üýÿ✂✠☎ü☎u✄üýü ✡y þ ✂ý✎üý✝✆ ý✎ü✞ ✠✡ü ✠✂ýü✄✞üsþ ✂ý✂✄ü ✄ ✡üýy ü ✡ü ✠

t

üý üþüýþ ✂ý✒ü ✝✞ ✄✆✁✆✡✌ û✆ ✒✆ üý✝ü ✠✞☞✂ý ✑üý✎✡✆ ☎üýüütu☞✂þ✄ü ✒ü ✡üýüý✎y ✝ü☎üþ

ü ✝ü☎ü✟✝ü☞üt þ ✂ý ✑üþ☞✆✠ tüý ü✟ ☎ü☞✞ ✁üýütüs yüý✎✄ü✞ ✡✝✂ý✎üý☎ü☞✞ ✁üý ✄üü✟ýw ü✌y

ûüýü✟☎ ✂✄✞✟ ✄ü✞ ✡✒✞ ✡ü✝✞ ✄ ✂✠✞ ☞✆☞✆✡✡üý ✝üý✎✝üý✝✞✑üþ☞✆✠✝ ✂ý✎üýþ ✂✠üü☛t ÿ✂tü☞✞

✒üý✎üýþ ✂ý✎ ✎✆ý ü ✡üý☞✆☞✆✡✡üý ✝üý✎ yüý✎✄ ✂☎✆þþ üüý✎☛t ✁ ✂✄ü ✄✝ü☞üt

(40)

✪✫✬✭✮✯ut✮y✭✰✱✭✮ ✭✲✭✮y ✳ s✴✵ ✭✲✵ ✶✷ ✬✭✲✵✶✸ ✭✹ ✴✺ ✭✮✺✫✵ ✭✬✭✸ ✻ ✼✽✾✿ ❀❁✹✫❂ ✭✳ ✭✶✫✸ ❃ ✭t t

❃✫✮✭✮ ✭✸ ✭✮✭✮ ✳y ❂ ✫❄✬✴ ❂✭ ✮✳✺ ✶❄✶✺ ✭✮ ✭✮✮y✭ ✴ ✮✱✴✺✸ ✫✸✴✵✭✲✺✭✮❃✫❄✭w✭t✭✮✵ ✭✮

✸✫✸ ✴✵ ✭✲✺ ✭✮❃ ✫✮ ✴✱✭s✭✮✭✶❄✰ ✹ ✫✲ ✶✮✳ ✳✭✭✶❄ t✶✵ ✭✺✸✫✮✳ ✳✫✮ ✭✮ ✳❅ ❆ ✭✹ ✴✺ ✺ ✭✮t✭ ✮✭✲

✷ ✬✭✲✭✮✺✫✵ ✭✬✭✸✮y✭ ✹ ✫❂✭ ✮✭✺y ❇ ❈✩❉✷ ✬✴✸✫ ✻✼ ✽✾✿ ❀❁❊

❋● ❋● ❋● ❍e■❏❑▲▼ ◆ ▼❑❖❏P❏◗❘❙ M❙▲❏▼❚▼ ❑▼ ■

✪✫t✫✬✭✲❂✶❂ ✶t t✷✸ ✭t ❂✫❄✴✸ ✴❄❯ ❱ ✩✸ ✶✮ ✳✳u✹✫✯ ✭✺✹ ✫✸✭✶✰❂ ✶❂✶t t✫❄✹ ✫❂✴ ✱✵ ✭❃✭t ✵✶❃ ✶✮✵ ✭✲

✺✫✻ ✼✽✾✿ ❀❁y✭✮✳ t✫✬✭✲✵ ✶s✶✭❃ ✺ ✭✮❅ ❲✫✮✭✮ ✭✸ ✭✮✲ ✭❄us ✵✶✬✭✺ ✴✺ ✭✮✹ ✫✳✫❄✭✹ ✫t✫✬✭✲❂✶❂ ✶t

✵✶❳✭❂✴ ✱✭✳✭❄ t✶✵ ✭✺✬✭✴❅y ❨✫t✭✺✺✭✮❂✶❂ ✶t ✵ ✶ t✫✸❃✭t t✫✵ ✴ ✲✵ ✭✮✹ ✶❄✭✸ ✶ ✹✫❳✴✺ ✴❃ ✮✭y

✴ ✮✱✴✺✸✫✮✯ ✭✳ ✭✺✫✬✫✸ ❂ ✭❂✭✮ ✮y✭❅ ❩✭✮ ✭✸ ✭✮❃ ✫❄✬u✵✶❂✫❄✶✭✯ ✶❄ (t✶✭✮ ✳❃✫✮✭✮ ✳ ✳✭y )

✴ ✮✱✴✺✸✫✮✭✸❂✭✲✺✫✺ ✴ ✭t✭✮✱✭✮✭✸✭✮✵✭✮✸ ✫✮❳✫✳ ✭✲❂✴ ✭✲❱❂✴ ✭✲✭✮❂✫❄s✫✮✱✴ ✲✭✮

✵✫✮✳ ✭✮❃ ✫❄✸✴✺✭✭✮✱✭✮✭✲❅

❋● ❋●❬● P❙■P❭▼◗▼ ❑ L▼ ❪❭◗ ▼❑ ❚❏ ■P▼ ❫ (PP)

❴✮ ✱✴✺✸ ✫✸❂✴ ✭t ✬✭❄ut✭✮❲❂y✭✮ ✳✵✶✳✴ ✮✭✺✭✮ ✵ ✭✬✭✸❃❄✷✹ ✫s ❃✫✸ ✭❃✭❄✭✮✰✱✫❄✬✫❂✶✲

✵✭✲✴ ✬u✵ ✶✬✭✺✴✭✮❃✫✸ ❂ ✴✭t✭✮✬✭❄✭✮tu ✶✮✵ ✴✺❲❂❇ ❵❵ ❵❃ ❃✸✵✫✮✳ ✭✮❳✭❄✭✸✫✬✭❄✺✭✮ut

✹ ✫❂✭✮y✭✺❇✰ ❛❵❵❜ ✳❄✭✸✹ ✫❄❂✴✺❲❂ (❝❞❡)❢✺✫✵✭✬✭✸ ✬✭❂ ✴✴✺ ✴❄❇❨✰✺ ✫✸✴✵✶✭✮

✵✶t✭✸ ❂ ✭✲✭❣✴✭✵✫s s✭m❃ ✭✶ t✭✮✵✭❂✭✭ts ✵ ✭n✵✶✲✷✸o✳✫✮✺✭✮❅ ❤✷ ✮✹ ✫✮✱❄✭✹✶❲❂✭✮ ✳y ✵✶✳u✮✭✺✭✮✴✮ ✱✴✺❃ ✫✸✭❃ ✭❄✭✮✭✵ ✭✬✭✲❵✰ ❯❅❜✰❜✰❇❵✰❯❵✰ ❜❵❃ ❃✸ ❅ ❴✮✱✴✺

✸✫✮✵✭❃ ✭✺✭✮t ✺ ✷ ✮✹ ✫✮✱❄✭s✶❲❂y✭✮✳✵ ✶✶✮ ✳✶✮✺ ✭✮ t✫❄s✫❂ ✴✱✰ ✸ ✭✺ ✭✵ ✶✬✭✺✴✺✭✮

❃✫✮✳ ✫✮❳✫❄✭✮✵ ✭❄✶✬✭❄ut✭✮✶✮✵✴✺❲❂❇❵ ❵❵❃ ❃✸ ❅

❋● ❋●✐● P❙■▼ ❥▼❪▼❑❚❏ ■P▼ ❫P▼ ▲▼❚ ▼❑▼■▼ ❑❚ ❦ ■▼ ◗❧▼❫▼ ■Polybag

❩✭✮✭✸ ✭✮t✷✸ ✭t y✭✮✳ t✫✬✭✲ ✴✸t ❂✴ ✲✹ ✫✲ ✫✬✭✶✵ ✭✴ ✮✺ ✫✸✴✵✶✭✮✵✶✬✭✺ ✴✺ ✭✮❃✫✸ ✭❃✭❄✭✮❅

(41)

♣qrqs t✉ ✈✇ t①②q✉qyr ③①qs ④sq✉ ♣⑤✉③✇q ⑥q✉y r ⑤✉ ⑦q✉ ⑥⑤✉⑦ ⑦ ④✉ qs q✉q③✇ ①q①ur③①qs④s q✉

♣⑤✉⑦④s④✇q✉♣q✇q ⑥⑤t⑤✇ ♣⑤✇t④⑥⑧④② q✉⑨

⑩❶ ⑩❶❷❶ ❸engukur❹❺ K❹❻❹❼P

❾t ♣④①q❿③ ♣⑤✉ ⑤①③t③q✉qr q①q② ✈q✉q ⑥q✉✈t ⑥qt yq✉⑦r③q✉ q ⑥t r③r q①q ⑥ ➀ ➁➂➃➄➅ ➆yq✉⑦

r ③ ♣⑤✇s ③✇qs q✉✈⑤①q②✈⑤✇ qs ④ ⑥ ④①q❿ ③① t⑦ q ⑥❾⑧② q❿③①rq✇③ ♣✇ t❿ ⑤s ♣⑤ ⑥q ♣q✇q✉ ♣qrq

⑥q❿③✉ ⑦ ➇ ⑥q❿ ③✉⑦s t✉❿ ⑤✉✈✇q❿ ③♣⑤ ⑥q ♣q✇ q✉⑨ ➈⑤ttr ⑤ ♣⑤✉⑦ q ⑥⑧③①q✉❿ q ⑥ ♣⑤①r ③①qs ④sq✉

❿ ⑤➉q✇q ♣④✇ ♣t❿ ③➊r ③ ⑥q✉ qr ③q❿ ④ ⑥❿ ③s q✉❿ ⑤ ⑥ ④q tq✉ q ⑥q✉✈t ⑥qt yq✉ ⑦r③q✉ q ⑥t

t

⑤✇ s t✉ ✈q ⑥③✉ q❿ ③① t⑦ q ⑥❾⑧⑨ ❾✇ t❿⑤s ♣⑤✉ ⑦q ⑥⑧③①q✉❿ q ⑥♣⑤①rq✉q✉ q①③❿③s r③①qs④s q✉

r q①q ⑥r ④q♣⑤✇ ③tr ⑤ yq③tu tq✉ q ⑥q✉②q ❿③①♣⑤ ⑥q ♣q✇ q✉❿⑤⑤①q②t ⑧⑤✇ ④❿ ③q♦⑥③✉⑦ ⑦urq✉ ➋

⑥③✉⑦ ⑦u⑨ ➌✉ q①③❿③s ⑥⑤✉ ⑦⑦④✉ qsq✉❿ ♣⑤s✈✇ t➊t✈t ⑥⑤⑤✇t ❿ ⑤✇q ♣q✉q tt⑥ (➍➍➌) ④✉✈④s

⑥⑤✉⑦ ⑤q② ④③t sqr q✇❾⑧r q✇③ ❿q ⑥ ♣⑤① tq✉q ⑥q✉q✉ ⑦y ⑧⑤✇ ④ ♣qqsq✇➎⑧qq✉ ⑦➎t r q ④✉➎rq✉

⑧④q②⑨ ➍⑤①q③✉③t④➎q✉ q①③❿③s ➏④⑦q r③⑦ ④✉qs q✉④✉ ✈④s ⑥⑤✉⑦ ④s ④✇sqr q✇❾⑧r q①q ⑥ tq✉q②

❿ ⑤⑧⑤① ④ ⑥rq✉❿ ⑤⑤①q②t ♣⑤ ⑥q ♣q✇ q✉⑨

♥ ⑨♥ ⑨➐⑨➑⑨ ❾✇⑤ ♣q✇q❿ ③ t④⑥⑧④②q✉ (qsq✇➎ ⑧qq✉⑦➎t r q ④✉r q✉⑧④q②)

➍q ⑥ ♣⑤①r q✇③ tq✉ q ⑥q✉ tt ⑥qt yq✉⑦⑧⑤✇④♣qqs q✇➎ ⑧qq✉ ⑦➎t rq ④✉rq✉⑧④q② r ③s⑤ ✇③✉⑦ sq✉

r ⑤✉⑦ q✉ ⑥⑤✉ ⑦⑦ ④✉qs q✉t➒⑤✉ ♣qrq❿ ④②④➋ ➓ ➔

→❿ ⑤①q ⑥q ➣♦➏q ⑥❿ q ⑥♣q③⑥⑤✉➉q ♣q③

⑧⑤✇qt s ⑤✇③✉ ⑦r q✉s t✉❿ ✈q✉ (↔t✇r↕➙➅➂➎➣ ➓➑➓)⑨ ➍q ⑥ ♣⑤① yq✉ ⑦ t⑤①q②s ⑤✇③✉ ⑦ s⑤①q✉➏✉utqy

r ③②q① ④❿s q✉r⑤✉ ⑦q✉ ⑥t✇q✇➎t ①q①ur ③❿ q✇③✉⑦ ⑥⑤✉ ⑦ ⑦ ④✉ qs q✉ ➛➜↕➝↕② ③✉⑦ ⑦q⑥⑤✉➉q ♣q③

r ③q ⑥⑤⑤✇t ❿⑤s ③tq✇➓➎➑ ⑥⑥ ⑨ ➍q ⑥♣⑤① tq✉ q ⑥q✉r③③ ⑥⑧q✉ ⑦t ⑥q❿ ③✉⑦➇⑥q❿ ③✉ ⑦➑⑦✇q ⑥

❿ q ⑥♣⑤①r q✇③qs q✇➎ ⑧qq✉ ⑦➎t rq ④✉rq✉⑧④q② ⑨ ➍q ⑥ ♣⑤①s⑤ ⑥ ④r ③q✉r ③r⑤✇④s ❿③st r⑤✉ ⑦q✉

⑥⑤✉⑦ ⑦ ④✉ qs q✉➞➟➠ ➡

♣⑤s qt (➐ ➢ ➤) ❿ ⑤⑧q✉qsy ➢⑥➥rq✉r③r ③q ⑥s q✉r q①q ⑥①⑤ ⑥q✇ ③

q❿ q ⑥❿⑤①q ⑥q ♥➏q ⑥⑨ ➞q❿ ③①r ⑤st✇ ④s❿ ③❿ ⑤①q✉➏✉utqyr③④q ♣sq✉r③qtqs ♣⑤ ⑥q✉ qs ①③✇③sst

(42)

➩➫➭ut➫➯➲➳➵ ➫➸➺ ➻ ➫➯➲➫➩➫➵➩➫➼➺➺➻➺➭➨➽➵ ➾ ➲ ➫➯➻➚➵ ➺ ➲➳ ➫➯ ➲➳t➫➵➼➫➪➲➚➯ ➶ ➫➯

➫➹➺ ➫➲➚s ➸ ➫mp➫➳ t➫➯➲➫➼➫t➫s ➨➽➵➾➘ ➴➳ ➩t➭➫t y➫➯➶➲➳➷➚ ➭➬➩➚ ➪➻➚➵➺➲➳ ➫➯➲➳➺ ➻➺ ➭ ➲➚➯➶➫➯➮➮ ➱➺➯ ✃➺ ➻➵➚➯ ➚➯ ✃➺ ➻ ➫➯➻ ➫➲➫➭➩➬➶ ➫➵❐ ➼➘

➧ ➘➧ ➘❒ ➘❮ ➘ ❐ ➭➚➷➫➭➫➸➳❰➫➯➫➪

➮ ➫➵➷➚ ➩t➫➯ ➫➪ ➵ ➫➸➳➯➶Ï➵➫➸➳➯➶➸➚ ➼➚ ➩➺➵➲ ➫➯➸➚ ➸➺➲➫➪➷➚➵➫➷➫➭ ➫➯❐ ➼➲➳ ➻➚ ➭➳➯ ➶ ➻ ➫➯

➲➚➯➶➫➯➵➚➯ ➶➶➺ ➯ ➫➻ ➫➯➬Ð➚➯➷➫➲➫➸➺ ➪➺Ñ❮➽ Ò

Ó ➲➳ ➲ ➫➷➫t ➼➚ ➭➫t ➻➚ ➭➳➯➶ ➲➫➯➻➬➯➸t➫➯➘

❰➫➯ ➫➪➻➚➵ ➺ ➲➳ ➫➯➲➳ ➪➫➩us➻➫➯➲➚➯ ➶ ➫➯➵➬➭➫ ➭t Ô➩➫➩u➲➳ ➸➫➭➳➯➶➵➚➯ ➶➶ ➺➯➫➻➫➯ Õ Ö×Ø×

➪➳➯➶ ➶ ➫➵ ➚➯ Ù➫➷➫➳➲➳ ➫➵➚➚➭t ➸➚ ➻➳t➫➭➽ÔÑ➵ ➵➘ ➮➚➚ ➩➫➪t ➻➚ ➭➳➯➶ t➫➯➫➪➲➳➳➵➼➫➯ ➶t

➸➚ ➼➫➯➫➻y ❮➶ ➭➫➵ ➘ ➮➚ ➩➫➯Ú➯ut➫y➸ ➫➵➷➚ ➩ t➫➯ ➫➪ ➲➳➲➚st➭➺ ➻ ➸➳➲➚➯➶➫➯➵➚➯ ➶➶ ➺➯➫➻➫➯

ÛÜÝ Þ

➷➚ ➻➫t (❒➨ß) ➸➚ ➼➫➯y➫ ➻➨➵➾➘ Û➫➸➳ ➩➲➚➭➺ ➻ ➸➳st ➸➚ ➩➫➯Ú➯ut➫y➲➳➺ ➫➷➻ ➫➯➲➳➫t➫s

➷➚➵ ➫➯➫s ➩➳st➭➳ ➻( à áâã äåâ×)➷➫➲➫➸➺➪➺Ñ➽➨Ó ➪➳➯ ➶➶➫➸➳ ➸ ➫Ð➬➩➺➵ ➚➯➫y➵➚➯ Ù ➫➷➫➳Ñ

➵➾➘ ➮➚➚ ➩➫➪t ➳➺Ôt ➸➳ ➸ ➫Ð➬➩➺ ➵➚➲➳t➫➵ ➼ ➫➪➲➚➯ ➶ ➫➯ ➫➺➫➲➚q s ➸➫m➷➫➳ t➫➯➲➫➼➫ t➫s ➨➽ m➾➘ ➴➳ ➩t➭➫t y➫➯➶➲➳➷➚ ➭➬➩➚ ➪➻➚➵➺➲➳ ➫➯➲➳➺ ➻➺ ➭➲➚➯ ➶ ➫➯ ➮➮ ➱➺➯ ✃➺➻➵➚➯ ➚➯✃➺➻➫➯

➻ ➫➲➫➭➩➬➶➫➵❐➼(➮➳ ➫➻ ➫ÔÑæ æç)➘

èé èéêé ëenentuìí Kîí ïðíñ òì ïó Pô õðí ö ìí ÷øð ùñ òî úî ñî ûðñðò ÷ð òì øìí üñîû (÷÷ü)

❐➚➯ ➚➯✃➺➫➯➻➬➯➸➚➯✃ ➭➫➸➳ ➩➬➶ ➫➵❐ ➼ ➷➫➲➫➸➫➵➷➚ ➩➲➳ ➩➫➻➺ ➻ ➫➯➲➚➯ ➶ ➫➯✃➚ ➻➯ ➳ ➻➻➺➭Ð ➫

➻ ➫➩➳ ➼➭➫➸➳➘ ý➺ ➭Ð ➫➻ ➫➩➳ ➼ ➭➫➳s➲➳ ➼➺➫t ➲ ➫➭➳➩➫➭➫➯ut ➸✃ ➫➯ ➲ ➫ ➭Ô➲➚➯➶➫➯➻➬➯ ➸➚➯✃ ➭ ➫➸➳ st➫➯ ➲ ➫➭

❐ ➼y➫➳tu ➽Ô➽➘➨ ÔÑÔ❮ ÔþÔ❒ Ôç➲➫➯Ñ ➽➷ ➷➵➘ ÿ ➫➸➳➯ ➶Ï➵ ➫➸➳➯ ➶➻➬➯➸➚➯ ✃ ➭➫➸➳ st➫➯➲➫➭Ô

➸➚ ➭➫➷➫➯➯y➫➲➳➺ ➻➺ ➭➲➚➯ ➶ ➫➯ ➮➮ ➱➷➫➲➫➻➬➯ ➲➳➸➳➬ ➷✃➳➵ ➺➵ y➫➯➶➲➳ ➲ ➫➷➫t ➲➫➭➳➵ ➫➯ ➺ ➫➩

(43)

☎✆✝✞ ✟✝✠ ✆✝✞ ✞✡ ✝ ✟☛ ✟✝☞ ✆✌✍ ✟✠✟✟✝✌ ✆✞ ✌ ✆✍✎✏ ✎✝✎✆✌✠ ✟☛ ✟☛✑ ✝ ✍✆✝✒ ✌✟✍ ✎✓ ✟ ✌✎✍ ✟✠ ☞ ✆✏

✓✟☞✟t ✓ ✎☛ ✆t✟✔✡✎✕

y✖✟ ✗✘ ✙ ✚✛✜

✢✆✒ ✆✌✟✝✞✟✝✕

✣ ✖✤✘ ✍✑✌✘ ✟✝ ✍ ✎✥✟✠ ☞ ✆✏

✙ ✖✢✑✝✍ ✆✝✒ ✌ ✟✍✎✍✟✠☞✆✏

✘ ✖✥✏✑ ☞ ✆

✟ ✖✦ ✝✒ ✆✌ ✍✆☞

✥✆✒ ✆✏ ✟✔ ☛✑✝✍ ✆✝✒ ✌✟✍ ✎☞✆✝✞ ✡ ☛✡ ✌✟✝✓✎☛ ✆✒ ✟✔✡✎✧✠✟☛✟☛✑✝✍ ✆✝✒ ✌✟✍ ✎✍✆✘✆✝ ✟✌✝✣✟✓✟✌✎★✘✧

✓✟✏ ✟✠✍ ✟✠☞✆✏✓ ✟☞ ✟✒✓ ✎✒ ✆✝✒✡ ☛ ✟✝✓ ✆✝✞ ✟✝☞✆ ✌✍ ✟✠ ✟✟✝✘✆✌✎☛✡ ✒✚✥✎✟☛ ✟✧ ✩ ✪ ✪✫✜✕

✬✖ ✚✫✜

✢✆✒ ✆✌✟✝✞✟✝

✬ ✖✢✑ ✝ ✍✆✝✒ ✌✟✍ ✎✏✑ ✞ ✟✠✓ ✟✏✟✠✍ ✟✠ ☞ ✆✏✚✠ ✞✭✢✞✜

✮ ✖✢✑ ✝ ✍✆✝✒ ✌✟✍ ✎✣✟✝✞✓✎☞✆✌✑✏ ✆✔✓ ✟✌✎☛✡✌✯✟☛✟✏ ✎✘✌✟✍ ✎✚✠✞✭✰✜

✱ ✖✱✑✏✡ ✠ ✆✏ ✟✌✡✒ ✟✝✍ ✟✠ ☞ ✆✏ ✚✰✜

✲ ✖✲✑ ✘✑ ✒ ✍ ✟✠ ☞ ✆✏✚✢✞✜

✳ ✖✳✟☛✒✑✌★✆✝✞ ✆✝✴ ✆✌✟✝

✵✶ ✵✶✷✶ ✸✹✺✻✼ ✹✽✻ M✾✿❀✼✾

★✆✝ ✆✏ ✎✒ ✎✟✝✠✆✝✞✆✝✟✎✍✒✡ ✓ ✎✘ ✎✑ ✞ ✆✑ ☛ ✎✠ ✎✟✓ ✟✝✒✑ ☛ ✍ ✎✍ ✎✒ ✟✍✏✑ ✞ ✟✠✒ ✎✠✘✟✏✚★✘ ✜ ☞✟✓✟

✒ ✟✝ ✟✠ ✟✝☞✆✌✒ ✟✝✎✟✝✒ ✌✑☞✎✍✕✍ ✎✠✡ ✏ ✟✍ ✎☞✟✓✟✒ ✟✝ ✟✠ ✟✝❁✑✠✟✒✚❂❃❄❅❆ ❇❈❉ ❃❄❊ ❋

❇❉ ❄❊●❇❋❍❊■✜✠ ✆✝✞ ✞✡ ✝ ✟☛ ✟✝❏✯✟✏ ✎✓ ✟✍ ✎✠✆✒✑✓✆✣✟ ✎✒✡ ✏✎✝ ✆✟✌✎✒ ✟✍✧ ✍✆✏ ✆☛✒ ✎✯✎✒ ✟✍✧ ✰❑☎✧

(44)

◆P ◆P◗P ❘P ❙❚❯ ❱❲❳❚❲ts

❙❚❯❱❲❳❚❲ts ❲❨❲❩❲❬❭❱❪❲❪❫ ❴❲❯❪❱t❵ ❨❱❲❯ ❲❩❚❛❚s y❲❯❜❪❱❪❝❱❳ ❚❭❲❯❳ ❱❛ ❫ ❵❯❝❲❚❭

❛❱❞❲❳❲ ❩❲❯❜❛ ❴❯❜❪❲❴❫❴❯❨❱❯❜❲❯❝❲❯ ❡❴❲❯❡❳ ❲❯❛❢❵❳❪❲❛❚❪❲❱❪❲t t❚❭❲ ❣❪❱❯❜❬❲❛❚❩❭❲❯

❛ ❴❲tu❬❴❝ ❴❯❜❲❯❲❯❜y ❫❳❵ ❫ ❵❳❛❚❵❯❲❩ t❱❳❬❲❨❲❫❭ ❵❯❛❱❯❡❳❲❛❚❲❯❲❩❚t ❨❲❩❲❪❛❲❪❫❱❩P

❤❲❩❲❪❫❱❯❱❩❚t❚❲❯❚❯❚ ❣❨❚❩❲❭❴❭❲❯❫❱❯❜❴❭❴❳ ❲❯❲❝ ❛ ❵❳❝❲❯❛❚ t❱❳❬❲❨❲❫ ❩❲❳ut❲❯❛❡❲❯❨❲❳

t

❚❪❝❲❩❨❱❯❜❲❯❭ ❵❯❛❱❯ ❡❳ ❲❚s✐❣❥❣❘ ❣❘ ❣❥❣❦❣❧❣ ❨❲❯♠❫❫❪P ♥❱❩❲❯♦❯ut❲y❨❚❩❲❭❴❭❲❯

❫❱❯ ❱❯❡❴❲❯❩❚❯ ❱❲ ❳❚t❲❛❯❲y❪❱❯❜❜❴❯ ❲❭❲❯❭ ❴❳❲v❭❲❩❚❝❳❲❛❚P ♥❱❩❲❚❯❚t❴❣❩❚❯❱❲❳❚❲ts

❨❚t❱❯ ❡❴❭❲❯ ❪❱❩❲❩❴❚ ❫❱❯❜❭ ❴❳❲❯u ❳ ❱❛❚❨❴❲❩❫ ❩❵❡ t❱❳❬❲❨❲❫❲❝❛ ❵❳❝❲❯❛❚❩❲ ❳❲❯ut ❛❡❲❯❨❲❳

t ❚❪❝❲❩P

◆P ◆P◗P❦P ♥❱❩❱❭❡❚♣❚❲ts

♥❱❩❱❭❡❚♣❚❲ts ❪❱❳❴❫❲❭❲❯❭❱❪❲❪❫❴❲❯❴❯❡❴❭ ❪❱❯❜❭ ❴❳u t❲❳❜❱t ❲❯ ❲❩❚t ❨❱❯❜❲❯

❭❱❝❱❳❲❨❲❲❯❭❵❪❫ ❵❯❱❯q❭ ❵ ❪❫❵❯ ❱❯❩❲❚❯ ❨❲❩❲❪❪❲❳ ❚❭t ❛❲❪❫❱❩ t❲❯❫❲❪❱❯❜❜❲❯❜ ❜u

❬❲❛❚❩❲❯❲❩❚❛❲P ❤❲❩❲❪❫❱❯❱❩❚t❚❲❯❚ ❯❚❫❱❯ ❱❯❡❴❲❯❛❱❩❱❭❡❚♣❚❲ts ❨❚❩❲❭ ❴❭❲❯❨❱❯❜❲❯

❪❱❪❝❲❯❨❚❯❜❭❲❯❯❚❩❲❚❲❝❛ ❵❳❝❲❯❛❚ ❬❲❛❚❩❲❯ ❲❩❚❛❚s ❨❲❳❚❛❲❪❫❱❩ t❚❪❝❲❩❨❱❯❜❲❯

❭ ❵❯❛❱❯❡❳❲❛❚◗❫❫❪❨❲❯❞❲❪❫ ❴❳❲❯(t❚❪❝❲❩❨❲❯❡❱❪❝❲❜❲) ❨❱❯❜❲❯❭❵❯❛❱❯❡❳❲❛❚ y❲❯❜

❛❲❪❲P r❲❛❚❩❫❱❯ ❱❩❚❚❲❯t ❨❚❜❴❯ ❲❭❲❯❴❯ ❡❴❭❪❱❯ ❱❯❡❴❭❲❯❛❱❩❱❭❡❚♣❚❲ts ❨ ❲❳❚❪❱❵❨❱t

y

❲❯❜❨❚❜❴❯❲❭❲❯P

◆P ◆P◗P◆P st✉t✈✇①②③✈③④✈t ✇⑤ (❙⑥❤)❨❲❯ st✉t✈✇①⑦⑧ ⑨ ⑤✈t①t④ ⑨✈t ✇ ⑤(❙⑥⑩❶

st✉t✈ ✇①②③✈③④✈t ✇ ⑤❲❨❲❩❲❬♦❴❪ ❩❲❬❡❱❳❭❱❞❚❩❲❯❲❩❚ ❡❨❲❩❲❪❛❲❪❫❱❩❷❲❯❜❨❲❫❲ ❡

❨❚❨❱❡❱❭ ❛❚❷❲❯❜❪❲❛❚❬❪❱❪❝❱❳❚❭❲❯❳❱❛❫ ❵❯❛❚❜❯ ❚ ❢❚❭❲❯P ❙⑥❤❨❚❨❱❢❚❯ ❚❛❚❭❲❯❛❱❝❲❜❲❚

❭ ❵❯❛❱❯❡❳❲❛❚❴❯❛ ❴❳ ❨❲❩❲❪❪ ❜❸❙❣❷❲❯❜❪❱❪❝❱❳❚❭❲❯❫❱❪❝❲❞❲ ❲❯❛❱❝❲❯❨❚❯❜❨❱❯❜❲❯◆

(45)

❼❽ ❼❾ ❿❿ts ➀ ➁t➁➂➃ ❼➀ ❼t➁❽➄➅ ➂ ❿❽➀➁❽➆ ❿❽➇ ➁❽➆➅➂➅ ➈➈➁➉ ➊ ❽s ❾ ➋❿❽ ➂➊➃ ➁❾ ❿❽y❿➂ ➌➍➂ ❿➋❼➀ ❿❽

➀❼➎❼➅❽➆t ➃ ❼➇ ➉ ❿❽➆ ❿❽❾❿➂➅ ➀❿➈ ❼➈➁➃➉➊❽❾➋❿❽ ➂➊➏

➐➁❽➅➈ut ➑ ➒➓➔➌→ →➣↔↕➙➛➜➛➝➞ ➟➠➡➢ ➤ ➝➛➟➛➥➢ ➝➛➞➤➀ ❼❿➈➄ ❼➂ ❿❽➃ ➁❾❿➆ ❿❼➂➅❿❽➄ ❼➄ ❿➃➄ ➁➈ ➂ ➁➦❼➋

❿❽ ❿➋❼➄➀ ❿➋❿➇➃ ❿➇➉➁➋➧❿❽➆➇ ❿➃ ❼➎➀ ❿➉❿➄➇➁➇ ➁❽➅➎❼➂➈ ❼➄ ➁➈ ❼❿➦➁➈➇❿➄➀ ❿❽➃ ➁➂➃ ❿➇❿➏

➨➁➦❿➈ ❿➅➇ ➅➇↕❾❿➄ ❿➃➂➅❿❽➄ ❼➄❿➃ ❼➀❿➉ ❿➄➀ ❼➉ ➁➈ ➂ ❼➈ ❿➂❿❽❺➂ ❿➋❼❾ ❿➄ ❿➃➀➁➄ ➁➂➃ ❼➏

❺➏ ❺➏❻➏➩➏ ➫➂➅ ➈ ❿➃ ❼

➫➂➅➈ ❿➃ ❼❿➀❿➋❿➎➃ ➅ ❿➄➅➂➁➀➁➂ ❿➄ ❿❽❿➄ ❿➅ ➂➁➃ ➁➃➅❿❼❿❽❿❽➄ ❿➈ ❿➎❿➃ ❼➋➃ ➅❿➄➅➉➁❽➆➅ ➂➅ ➈ ❿❽➀ ❿❽

❽ ❼➋❿❼❾ ➁❽ ❿➈➀❿➈ ❼ ➂➅❿❽➄ ❼➄ ❿➃➧❿❽➆➀❼➅ ➂➅ ➈ ❿➄ ❿➅➃ ➅ ❿➄➅➉➁❽➆➅➂➅ ➈ ❿❽➉➊➃ ❼➃ ❼ ➧❿❼➄➅➃ ➁❾ ➁➈❿➉ ❿

➀➁➂❿➄➎❿➃ ❼➋➉ ➁❽➆➅➂➅ ➈ ❿❽➀➁❽➆❿❽❽❼➋❿❼❾➁❽❿➈ ➧❿❽➆➀ ❼➉➁➈ ➂ ❼➈ ❿➂ ❿❽➏ ➭➁➦➁➈ ➇ ❿➄ ❿❽

➀❼❽➧❿➄ ❿➂ ❿❽➃ ➁❾ ❿➆❿❼➉➁➈➃ ➁❽➉ ➁➈➊➋➁➎❿❽➂ ➁➇ ❾ ❿➋❼➔➯ ➲➥ ➞➳➲➯ ➵↔❿❽❿➋❼➄ ➧❿❽➆➀❼➄ ❿➇❾❿➎➂ ❿❽➏

➸❿➀❿➉ ➁❽ ➁➋❼➄ ❼❿❽❼❽❼↕➉ ➁➈➃ ➁❽➉ ➁➈➊➋➁➎❿❽➂ ➁➇ ❾ ❿➋❼➀❼➄ ➁❽➄➅➂❿❽➀➁❽➆ ❿❽➦❿➈❿

➇➁❽❿➇ ❾ ❿➎➂❿❽➣➍➇ ➺➋❿➈ ➅➄ ❿❽➃ ➄ ❿❽➀❿➈➉❿➀ ❿➋❿➈➅➄ ❿❽➃ ❿➇ ➉ ➁➋➅❽➄➅➂➀ ❼➄ ➁❽➄➅➂❿❽

❿❾ ➃ ➊➈❾❿❽➃ ❼❽ ➧❿➂ ➁➇➅ ➀ ❼❿❽➀❼❾ ❿❽➀ ❼❽➆ ➂❿❽➀➁❽➆❿❽❾➋❿❽ ➂➊➔➄ ❿❽➉❿➉ ➁❽ ❿➇❾❿➎❿❽➋❿➈ ➅➄ ❿❽

➃ ➄ ❿❽➀❿➈↔➔➫➓➫➻↕➣➍➍➣↔ ➏

❺➏ ❺➏❻➏ ➼➏ ➸➈ ➁➃ ❼➃ ❼

➸➁❽ ➁❽➄➅❿❽➉ ➈ ➁➃ ❼➃ ❼➀ ❼➋❿➂➅➂❿❽➀ ➁❽➆ ❿❽➇ ➁❽➆➅➂➅ ➈➂➊ ❽➃ ➁❽➄➈ ❿➃ ❼➃ ❿➇ ➉ ➁➋➀ ➁❽➆ ❿❽❺➂❿➋❼

➉➁❽➆ ➅ ➋❿❽➆ ❿❽➏ ➽ ❿➈ ❼❽ ❼➋❿❼❿❾➃ ➊➈❾ ❿❽➃ ❼➄ ➁➈➃ ➁❾➅ ➄➂ ➁➇➅ ➀ ❼❿❽➀ ❼➄ ➁❽➄➅ ➂ ❿❽❽ ❼➋❿❼

➂ ➊❽➃ ➁❽➄➈ ❿➃ ❼➔➇➁❽➆➆➅❽❿➂ ❿❽➂➅ ➈➾❿➂❿➋❼❾ ➈ ❿➃ ❼↔↕ ➋❿➋➅❽❼➋❿❼➚ ➝➢➤➪➢➯➪➪➲➳➛➢➝➛➞ ➤➔➨➽↔➀ ❿❽

➂ ➊➁➶ ❼➃ ❼➁❽➾❿➈❼❿➃ ❼➔ ➭➹↔➀ ❿➉❿➄➀❼➄ ➁❽➄➅➂❿❽➏ ➐➁➄ ➊➀ ➁➀ ➁❽➆ ❿❽➉ ➈ ➁➃ ❼➃ ❼➧❿❽➆❾❿❼➂

(46)

5.1. ÒÓÔÕ Ö×ØÙ

ÚÛÜÝØÞØÜ ßØÙÕÛÙÛ× ÓàÓØÙáØÙâàÛ×ØãÝÓ×ØßÖßØÙÝØÕØàÝÓØ ÔäÓ×ß ÛÞÓÔÕÖ×ØÙÞ ÛäØâØ Ó

ä ÛÜÓßÖà :

1. ÒÛÔØßÓÙàÓÙâ âÓÙáØß åÙÞ ÛÙàÜØÞÓÕÛÔØÕ ØÜØÙ×ØÜÖàØÙ æä(ç03)2ÔØßØ

ÕÛÜ àÖÔäÖãØÙ àØÙ Ø ÔØÙ áØÙâäÛ ÜÖÕ ØàÓÙââÓàØÙØ ÔØÙÝØÙÕ ØÙ èØÙâØßØÜ

àØÙ Ø ÔØÙÞ ÛÔØßÓÙÔÛÙ ÖÜÖÙé êØ×ÓÙÓÔÛÔäÖßàÓßØÙäØã ëØ×å âØ ÔàÓÔäØ×

ä ÛÜÞÓìØààå ßÞÓß àÛÜãØÝØÕàØÙØ ÔØÙßØÜÛÙ ØÝØÕØàÔÛÙâãØ ÔäØàÕÛÜàÖÔäÖãØÙ

àØÙ Ø ÔØÙé

2. íÓÞ àÜÓäÖÞÓ×å âØ ÔàÓÔäØ×ÕØÝØàØÙØ ÔØÙàåÔØàä ÛÜä ÛÝØ ÖÙàÖßÞ Û àÓØÕäØâÓØÙ

àØÙ Ø ÔØÙîÝÓÔØÙ ØÕ ØÕØÜØÙ àÛÜ àÓÙâ âÓàÛÜÝØÕ ØàÕØÝØäØâÓØÙØßØÜ áØÙâÝÓÓßÖàÓ

äØâÓØÙÝØ ÖÙÝØÙäØàØÙâ, Þ ÛÝØÙâ ßØÙÖÙàÖßÕ ØÕØÜØÙàÛÜ ÛÙÝØãàÛ ÜÝØÕ ØàÕ ØÝØ

äØâÓØÙäÖØãé ÒÛ×Ø ÓÙ ÓàÖîÝÓÞ àÜÓäÖÞÓàÓÔäØ×ÕØÝØàØÙØã×ÛäÓãä ÛÞØÜ

ÝÓäØÙÝÓÙâßØÙäØâÓØÙàØÙ Ø ÔØÙé

3. ïØ× ÓÝØÞÓÔÛ àå ÝÛ yØÙâÝÓ×Ø ßÖßØÙáØ ÓàÖ× ÓÙÛØÜÓàØÞ îäØàØÞÝÛ àÛß ÞÓ, äØàØÞ

ßÖØÙàÓàØÞÓ, ÕÜÛÞÓÞÓ, ØßÖÜØÞÓ, ÝØÙÞÛ×ÛßàÓð ÓàØÞÔÛÔä ÛÜÓßØÙÜ ÛÞÕåÙ áØÙâÞØÙâØà

äØ Óßé êØ×ÓÙ Ó ÔÛÔäÖß àÓßØÙäØãëØ ÔÛ àåÝ ÛØÙ Ø× ÓÞÓÞ×åâØ ÔæäÝ ÛÙâØÙ

ÞÕÛßàÜåìå àåÔÛ àÛÜÞ ÛÜØÕ ØÙØàåÔ (ñòóôõ)ÝØÕ ØàÝÓâÖÙ ØßØÙÖÙàÖßÕÛÙÛÙàÖØÙ

ßØÝØÜ×åâØ ÔàÓÔäØ×ÝØ×Ø ÔàØÙØ ÔØÙé çÓ×Ø Óßå Ûì ÓÞÓÛÙßå ÜÛ×ØÞÓ (Ü) ÝØÜÓ

(47)

ö÷ø÷ù úûü ûúý öþ÷ ÿ ÿ✁ ù ùý ÿ✂÷ ö✄ ☎ ÿ✆ý ÿ✝✞ ù ✄✟ý ûù ✠ ✡ ÿú ù✄÷ ÿ÷ ÿú ý ÿ☛☞✌

✍ý ÿ☛☞✎öýþ✄ ÷ø✍ý ÿÿûøý û✆ý ÿ✝✍û✄ ÷✂ ☎ø÷✏ý✍ýøý✏✑ ✒✓✔ ✓✍ý ÿ✕ ✒✔ ✖ ✗þ✝✘✙✝✒

ö÷✍ý ÿ✝ù ý ÿ ÿ ú ùöýþ✄ ÷øúý ÿý✏ÿ ûøý û✆ý ÿ✝✍û✍ý✄ý ú✟÷✂ ú ✂ ú✚ ú ✂ úý✍ýøý✏✑✒✛✖✛

✍ý ÿ✜ ✒✢✜ ✣þ✝✘✙✝✠ ✡✁ ûýù ✂ ý öûþ÷øýø û ✁ û✄ ÷✂ ☎ø÷✏ý ÿù ÷þ✟ ýø û✆ý ÿ✝✍û✄÷✂☎ø÷✏

ÿú ùöýþ ✄÷ø✍ý ÿý✍ýøý✏ ö÷✟ ÷ öý✂✔ ✜ ✒✗ ✢✤✒ ö÷✍ý ÿ✝ù ý ÿ ÿú ù öýþ✄ ÷øúý ÿý✏

ö÷✟÷ öý✂✕✑✕✒✖ ✜✤ ✠ ✥ý ö ûø ✄÷ ÿ÷ ÿú ý ÿ ✁ û✄✂ ÷ öûö û ÿú ùù÷ ö÷ø ✂ ✏ý ÿöýþ ✄÷ø

þ ÷þ ûø ûùûÿûøý ûø÷✟û✏ù÷ ✞ûø✍ý✂ û✓✏ýø ûÿûþ ÷ ÿ ÿ✁ ùù ý ÿ✟ ý✏✦ýþ ÷ ú☎✍÷✆ý ÿ✝

✍û✝ ÿýù ý ÿ✍ý✄ý ú ✍ûù ý úýùýÿþ÷þ÷ ÿ ✏ûù ✂ ûú÷✂ ûý✍ý ÿ✍ý✄ ý ú✍û✄÷✂ ✞ý ✆ý✠

✓✠✜✠ ✧ý✂ ý ÿ

★÷ ú☎✍÷ ✆ý ÿ✝✍û✝ ÿýù ý ÿ ÿú ùý ÿýø ûöûöúûþ ✟ýø✄ ý✍ýúý ÿýþ ý ÿú☎þý úö ✍ý✏✟ ý✝ ö✒

ýù ý ÿú÷ úý✄ûù ✂ ý ÿ✝÷✩÷ùúû✩ ÿú ù öýþ ✄÷ø✍÷ ÿ✝ý ÿù ☎ ÿö÷ ÿ ú✂ý ö û✄÷þ ý✄ý✂ ý ÿ✆ý ÿ✝

✂ ÷ ÿ✍ý✏✒ö÷✏ûÿ✝ ✝ý✄÷✂ø ✍ûøýù ùý ÿ✄ ÷þ÷ù ý úý ÿ ÿú ùöýþ✄ ÷øú÷✂ ö÷✟ úý✝ ý✂✏ý ö ûø

(48)

AOAC. 2002. ✳✴✴r Verified Methods Program, Manual on Policies and

Procedures. Arlington. USA.

Azis, R. 2007.Analisis Kandungan Sn, Zn, dan Pb dalam Susu Kental Manis

Kemasan Kaleng Secara Spektrofotometer Serapan Atom. FMIPA

Universitas Islam Indonesia.Yogyakarta.

Borch, T., R. Kretzchmar, A. Kappler, P. Van Cappelen, M. Ginder Vogel, A. Voegelin and K. Campbell. 2010. Biogeochemical redox processes and their impact on contaminant dynamics. Environment Science and

Technology. 44: 15-23.

Brass, G.M. and W. Strauss. 1981.Air Pollution Control. John Willey & Sons.

New York.

Charlena. 2004.Pencemaran Logam Berat Timbal (Pb) dan Cadmium (Cd) pada

Sayur sayuran. Http://www.rudyct.com/PPS702-pb/09145/charlena.pdf.

diakses tanggal 11 Juni 2012.

Christian, G.D. 1994.Analytical Methods for Atomic Absorbtion Spectroscopy. The Perkin-Elmer Corporation. United States of America.

Clark, D.V. 1979.Approach to Atomic Absorption Spectroscopy. Analytic Chemistry Consultans Pty Ltd. Sidney-Australia.

Connell, D.W. and G.J. Miller. 1995.Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran. Penerjemah: Y Kastoer. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Dahlan, E.N. 2004.Studi Kemampuan Tanaman dalam Menjerap dan Menyerap

Timbal Emisi dari Kendaraan Bermotor(Thesis). Fakultas Pascasarjana

IPB. Bandung.

Darmono. 2001.Lingkungan Hidup dan Pencemaran: Hubungannya dengan

Toksikologi Senyawa Logam. UI Press. Jakarta. pp. 179.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengolahan Sumber Daya dan

(49)

Fatoba, P.O. and G.U. Emem. 2008. Effects of Some Heavy Metals on Chlorophyll Accumulation inBarbula lambaranesis.Journal of

Ethanobotanical Leaflets. 11 (2): 776 783.

Faust, S.D. and O.M. Aly. 1981.Chemistry of Natural Waters. Ann Arbor Science Publishers, Inc.Michigan. pp. 399.

Fedotov, P.S. and M. Mirò. 2008. Fractionation and mobility of trace elements in soils and sediments. In: A. Violante, P.M. Huang, G.M. Gadd. (eds). Biophysico-Chemical Processes of Heavy Metals and Metalloids in Soil Environments.Wiley-Jupac Series.John Wiley & Sons. New York. pp: 467 - 520.

Flanagan, J.T., K.J. Wade, S. Curie And D.J. Curtis. 1980. The Deposition of Lead and Zine From Traffic Pollution On two Road Side Shrubs Environment Pulluts.Journal Environmental Science.pp147 - 156.

Gambar

Gambar 1. Logam Timbal (Pb) (Temple, 2007)
Tabel 1. Sifat-sifat fisika Timbal (Pb)
Gambar 2. Daur Biogeokimia Logam Berat dalam Lingkungan (Borch, 2010)
Gambar 3. Buah Tomat (Wiryata, 2004)
+3

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dari hasil analisis dan interpretasi terhadap representasi nasionalisme kebangsaan yang terkandung dalam lirik lagu “Dari Mata Sang Garuda” adalah adanya ungkapan

biaya yang tidak dianjurkan.. Kemala Bhayangkari yang berada di bawah tarif jasa rawat inap Rumah Bersalin lain yang sejenis menjadi alasan peneliti untuk menyarankan sistem

PERUBAHAN NAMA IKATAN ADHYAKSA DHARMAKARINI DAERAH / CABANG KETUA UMUM IKATAN ADHYAKSA DHARMAKARINIc. Menimbang

Ada hubungan antara sosial budaya Ibu nifas dengan Konsumsi sumber protein hewani pada ibu nifas di BPS Sumiati desa Gribig Gebog Kudus tahun

Berdasarkan hasil jawaban responden bahwa responden menyatakan adanya kepuasan ekstrinsik dalam hal menyelesaikan pekerjaan (Nilai Open Minded), yang menjawab

Azizah Syabibi, Analisis Yuridis Kekuatan Surat Keterangan Ahli Waris Dari Kelurahan Dalam Menetapkan Ahli Waris Bagi Orang Islam, Karya Ilmiah Program pascasarjana

Kemudian kekuatan hukum Rekaman Pembicaraan Telepon sebagai dokumen elektronik dari bentuk awal kontrak elektronik untuk dapat dijadikan alat bukti dalam sengketa

Artikel Penelitian dengan judul “Analisis Kadar Saponin dan Total Bakteri Asam Laktat pada Yogurt Ganyong ( Canna edulis ) Sinbiotik Substitusi Kacang Merah (