• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KEBUTUHAN DAN SEBARAN GURU IPS PADA SMP DI KECAMATAN BELITANG KABUPATEN OKU TIMUR TAHUN 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS KEBUTUHAN DAN SEBARAN GURU IPS PADA SMP DI KECAMATAN BELITANG KABUPATEN OKU TIMUR TAHUN 2014"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KEBUTUHAN DAN SEBARAN GURU IPS PADA SMP DI KECAMATAN BELITANG KABUPATEN OKU TIMUR

TAHUN 2014

(Skripsi)

Oleh

ANDRI WIJAYA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

ANALISIS KEBUTUHAN DAN SEBARAN GURU IPS PADA SMP DI KECAMATAN BELITANG KABUPATEN OKU TIMUR

TAHUN 2014

Oleh

Andri Wijaya

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai (1) kebutuhan guru IPS, (2) kesesuaian guru IPS dengan kualifikasi akademik, dan (3) sebaran guru IPS pada SMP di Kecamatan Belitang. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan populasi 22 guru IPS pada SMP di Kecamatan Belitang. Teknik pengumpulan data yang digunakan teknik observasi, teknik kuesioner, dan teknik dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan rumus perhitungan kebutuhan guru.

Hasil penelitian menunjukkan (1) kebutuhan guru IPS pada SMP di Kecamatan Belitang sebanyak 16 guru, dimana 1 SMP termasuk dalam kategori cukup, dan 8 SMP berkategori tidak cukup, (2) dari jumlah total 22 guru IPS, 10 guru IPS merupakan lulusan S1 Pendidikan Jurusan IPS dan 12 guru lainnya merupakan lulusan S1 non Pendidikan Jurusan IPS, (3) sebaran guru IPS di Kecamatan Belitang mengelompok pada desa Gumawang.

(3)

ANALISIS KEBUTUHAN DAN SEBARAN GURU IPS PADA SMP DI KECAMATAN BELITANG KABUPATEN OKU TIMUR

TAHUN 2014

Oleh ANDRI WIJAYA

(Skripsi)

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Andri Wijaya

dilahirkan di Triyoso pada tanggal 10 Februari 1989. Penulis

merupakan putra pertama dari empat bersaudara pasangan Bapak Alex Lubis dan Ibu Marsih. Penulis telah menyelesaikan Pendidikan Dasar di SD Negeri 1 Karang Kemiri pada tahun 2001, Pendidikan Menengah Pertama di MTs YPPI Wonorejo pada tahun 2004, dan Pendidikan Menengah Atas di SMA YPPI Wonorejo pada tahun 2007. Pada tahun 2009 penulis diterima sebagai mahasiswa di Universitas Lampung, S1 Pendidikan Geografi melalui jalur Ujian Masuk Lokal (UML).

(8)

MOTO

“Diam tidak akan membantumu sukses, maka bergeraklah meski hanya selangkah demi selangkah”

(Andri Wijaya)

“Keberhasilan bukan untuk diramalkan, tetapi untuk dibangun”

(9)

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, ku persembahkan karya ini sebagai tanda cinta, kasih sayang, hormat, dan baktiku kepada:

Si Mbok (Katijah), Ibunda (Marsih) & Ayahandaku (Alex Lubis) Tercinta

yang telah menjadi sumber kekuatan dan semangat bagiku.

Sosok yang telah membesarkanku dengan penuh cinta, kasih sayang, kesabaran,

selalu memberiku semangat dan dukungan dalam meraih cita,

serta tak pernah lelah menengadahkan tangan dalam setiap sujud malamnya

untuk mendoakan keberhasilanku.

Adik-adikku Tersayang (Ardyansyah, Titik Zulaiha, dan Atma Gandi)

yang telah menjadi teman dan sahabat yang senantiasa memberikan senyum

kebahagiaan, kecerian, dan sumber inspirasi dalam hidupku.

Para pendidik, keluarga besar, dan sahabat-sahabatku yang senantiasa

memberikan semangat dan bantuan untukku

Serta

(10)

SANWACANA

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala karena telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si. selaku Dosen Pembimbing utama sekaligus selaku Pembimbing Akademik yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, serta memberikan motivasi kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini. Bapak Drs. Rosana, M.Si. selaku Dosen Pembimbing kedua dan Ibu Dr. Hj. Trisnaningsih, M.Si. selaku Pembahas yang telah memberikan bimbingan, sumbangan pikiran, kritik, dan saran selama penyusunan skripsi.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

(11)

2. Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku Wakil Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si., selaku Wakil Dekan II Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Dr. Muhamad Fuad M.Hum., selaku Wakil Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

5. Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial dan Ketua Program Studi Pendidikan Geografi Universitas Lampung yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Geografi di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis. 7. Bapak Drs. Surya Bhakti, M.M., selaku Kepala Dinas Pendidikan Nasional

Kabupaten OKU Timur beserta staff dan jajarannya yang telah banyak membantu penulis dalam melakukan penelitian.

8. Kedua orang tuaku dan nenekku tercinta, adik-adikku, serta keluarga besarku yang telah memberikan kasih sayang, memberikan do’a, dukungan, semangat dan motivasi serta menantikan keberhasilanku.

(12)

10. Seseorang istimewa Siska Dwi Aryani S.Si. terima kasih atas motivasi, do’a, kasih sayang, kesabaran dan segala bentuk bantuan lain hingga terselesaikannya skripsi ini, serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih.

Semoga dengan bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan pahala di sisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan semoga skripsi ini bermanfaat.

Bandar Lampung, April 2015 Penulis,

(13)

DAFTAR ISI

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR ... 11

A. Tinjauan Pustaka ... 11

1. Lingkup Pendidikan Geografi ... 11

2. Pengertian Geografi Sosial ... 11

3. Guru ... 12

(14)

1. Variabel Penelitian ... 26

2. Definisi Operasional Variabel ... 26

a. Kebutuhan guru ... 26

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 32

A. Keadaan Wilayah dan Letak Geografis ... 32

1. Letak Astronomis ... 33

2. Letak, Luas dan Administratif Kecamatan Belitang ... 34

3. Topografi ... 37

B. Keadaan Penduduk Kecamatan Belitang ... 38

1. Jumlah penduduk ... 38

2. Kepadatan penduduk ... 39

3. Komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin ... 43

4. Bidang Pendidikan ... 45

C. Penyajian Data, Deskripsi Hasil Penelitian, dan Pembahasan ... 48

1. Kebutuhan guru IPS pada setiap SMP di Kecamatan Belitang.... 50

2. Sebaran guru IPS pada SMP di Kecamatan Belitang... 64

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 68

A. Simpulan ... 68

B. Saran ... 69

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Daftar nama sekolah, jumlah siswa, jumlah guru, dan jumlah guru

IPS setiap SMP di Kecamatan Belitang... 4 2. Jumlah Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang terdapat pada

masing-masing desa di Kecamatan Belitang ... 6 3. Luas wilayah masing-masing desa di Kecamatan Belitang Tahun

2014. ... 35 4. Jumlah pendudu kmenurut jenis kelamin masing-masing desa di

Kecamatan Belitang ... 39 5. Luas wilayah masing-masing desa dan kepadatan penduduk di

Kecamatan Belitang. ... 40 6. Jumlah penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin

masing-masing desa di Kecamatan Belitang Tahun 2013 ... 43 7. Jumlah masing-masing jenjang pendidikan yang terdapat di

Kecamatan Belitang ... 47 8. Keadaan guru IPS pada SMP di Kecamatan Belitang ditinjau dari

jenis kelamin ... 48 9. Keadaan guru IPS pada SMP di Kecamatan Belitang ditinjau dari

status guru ... 49 10.Keadaan guru IPS ditinjau dari jumlah guru, jumlah kelas, dan

Jumlah jam mengajar per minggu Tahun 2014 ... 50 11.Kesesuaian latar belakang pendidikan guru IPS pada SMP di

Kecamatan Belitang Tahun 2014... 51 12.Lulusan/ijazah terakhir guru IPS pada SMP di Kecamatan Belitang

(16)

13.Rekapitulasi hasil perhitungan kebutuhan guru IPS Pada SMP di

Kecamatan Belitang Tahun 2014... 55 14.Jumlah guru IPS yang ada pada setiap SMP di Kecamatan Belitang

Tahun 2014 ... 56 15.Kategori kebutuhan guru IPS yang ada pada SMP di Kecamatan

(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Bagan kerangka pikir ... 24 2. Peta administrasi Kecamatan Belitang Kabupaten OKU Timur

Tahun 2014 ... 36 3. Piramida penduduk... 44

4. Peta kebutuhan guru IPS pada SMP di Kecamatan Belitang

Kabupaten OKU Timur Tahun 2014 ... 63 5. Peta sebaran guru IPS pada SMP di Kecamatan Belitang Kabupaten

(18)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan pendidikan nasional tidak dapat lepas dari perkembangan lingkungan strategis, baik nasional maupun global. Pendidikan harus dibangun dalam keterkaitannya secara fungsional dengan berbagai bidang kehidupan, yang masing-masing memiliki persoalan dan tantangan yang semakin kompleks. Pendidikan nasional mempunyai peranan penting sebagai dasar membangun dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) serta memperluas kesempatan dan peningkatan pemeratan pendidikan di Indonesia.

Pendidikan menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam Fuad Ihsan (2008 : 37), yaitu:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar pada proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara.”

(19)

2

dan keterampilan yang dimiliki peserta didik melalui bimbingan, pemberian dorongan atau motivasi oleh seorang guru untuk mencapai tingkat kedewasaaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan.

Adapun salah satu komponen penting dalam pendidikan adalah tersedianya pendidik atau tenaga kependidikan yang lebih sering dikenal dengan sebutan guru. Hampir seluruh kegiatan yang dikelola sekolah selalu berkaitan dengan tenaga guru. Kegiatan pokok sekolah tidak akan berjalan lancar bila tidak didukung oleh tenaga guru yang berkualitas. Seperti dikutip dari Hamzah (2007 : 15) yaitu:

“Guru adalah orang dewasa yang secara sadar bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar, dan membimbing peserta didik, serta memiliki kemampuan merancang program pembelajaran serta mampu menata dan mengelola kelas agar peserta didik dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses”.

Guru merupakan suatu profesi, yang berarti suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang pendidikan. Hal ini ditegaskan pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru yang mengatakan bahwa guru pada SMP/MTs, atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) program studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan/diampu, dan diperoleh dari program studi yang terakreditasi. Sedangkan Kompetensi Guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pada SMP/MTs yaitu:

− Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir mata pelajaran IPS baik dalam lingkup lokal, nasional, maupun global.

− Membedakan struktur keilmuan IPS dengan ilmu-ilmu sosial.

− Menguasai konsep dan pola pikir keilmuan dalam bidang IPS.

(20)

3

Guru senantiasa menjadi sorotan strategis, karena guru selalu terkait dengan komponen manapun dalam sistem pendidikan. Guru memegang peran utama dalam pembangunan pendidikan, khususnya yang diselenggarakan secara formal di sekolah. Guru juga sangat menentukan keberhasilan peserta didik, terutama dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar. Guru merupakan komponen yang paling berpengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu, upaya perbaikan apapun yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan memberikan sumbangan yang signifikan tanpa didukung oleh guru yang profesional dan berkualitas.

(21)

4

Ditambahkan E. Mulyasa (2007), faktor lain yang menyebabkan rendahnya profesionalisme guru antara lain; (1) masih banyak guru yang tidak menekuni profesinya secara utuh. Hal ini disebabkan oleh sebagian guru yang bekerja di luar jam kerjanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, sehingga tidak memiliki kesempatan untuk meningkatkan diri, (2) belum adanya standar profesional guru sebagaimana tuntutan di negara-negara maju, (3) adanya perguruan tinggi swasta yang mencetak guru yang asal jadi tanpa memperhitungkan outputnya di lapangan, sehingga menyebabkan banyak guru yang tidak patuh terhadap etika profesinya, (4) kurangnya motivasi guru dalam meningkatkan kualitas diri karena tidak dituntut untuk meneliti sebagaimana yang diberlakukan pada dosen di perguruan tinggi. Adapun kondisi jumlah guru IPS di setiap SMP di Kecamatan Belitang Kabupaten OKU Timur tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Daftar Nama Sekolah, Jumlah Siswa, Jumlah Guru, dan Jumlah Guru IPS Setiap SMP di Kecamatan Belitang.

No Nama Sekolah Jumlah

(22)

5

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa pada beberapa sekolah terdapat ketidaksesuaian antara jumlah guru IPS dengan jumlah siswa. Dengan kata lain, terdapat kesenjangan yang cukup signifikan antara jumlah guru IPS pada beberapa SMP di Kecamatan Belitang Kabupaten OKU Timur. Pada beberapa SMP terlihat mengalami kelebihan guru sehingga beberapa guru IPS kekurangan jam mengajar, dan harus mengambil jam tambahan, misalnya mengajar lebih dari satu bidang studi meskipun tidak memiliki penguasaan materi yang cukup kerena diluar kemampuan bidangnya dan tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya ataupun mengajar di SMP lain.

Pada beberapa sekolah seperti SMP N 1, dari delapan guru yang ada, tiga diantaranya memiliki jumlah jam mengajar per minggu sebanyak 16 jam, dan lima guru lain hanya memiliki 12 jam mengajar. Selain itu, guru IPS yang ada pada sekolah swasta seperti pada SMP Muh. Harjowinangun, dan SMP YPPB juga tidak memiliki jam mengajar penuh atau kurang dari 24 jam per minggu. Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru menyebutkan bahwa guru memiliki beban kerja paling sedikit 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dan sebanyak-banyaknya 40 (empat puluh) jam tatap muka per minggu.

(23)

6

ini terjadi maka akan merugikan dunia pendidikan. Oleh karena itu, maka kebijaksanaan pemerintah merupakan tombak utama dalam perbaikan pendidikan itu sendiri. Salah satu kebijaksanaan tersebut dapat berupa perluasan dan pemerataan pendidikan agar seluruh rakyat Indonesia dapat memperoleh pendidikan yang layak dan berkualitas. Untuk mengetahui letak dan jumlah Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang terdapat di Kecamatan Belitang Kabupaten OKU Timur dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang terdapat pada masing-masing desa di Kecamatan Belitang.

(24)

7

Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa sejumlah SMP hanya terdapat pada enam desa dari jumlah total 22 desa yang terdapat di Kecamatan Belitang, sedangkan menurut data dari BPS Kabupaten OKU Timur tahun 2012/2013 jumlah penduduk usia SMP (10-14 tahun) adalah 4.927 jiwa, jumlah tersebut merupakan jumlah terbanyak dari jumlah kelompok umur lainnya. Dari sembilan SMP yang ada, lima diantaranya tersebar di desa-desa yang tertera pada Tabel 2, dan empat lainnya terletak pada pusat kota/pusat keramaian, yaitu di Desa Gumawang yang merupakan ibukota Kecamatan Belitang. Beberapa guru memang cenderung lebih memilih untuk mengajar di pusat kota daripada di desa yang jauh dari keramaian.

(25)

8

Jurusan IPS tetapi lulusan program studi lain atau S1 Non Pendidikan Jurusan IPS. Dari jumlah total guru IPS yang ada, hanya 10 orang guru yang merupakan lulusan dari S1 Pendidikan Jurusan IPS dan 12 guru yang lain merupakan lulusan dari program studi atau jurusan lain yaitu S1 Non Pendidikan Jurusan IPS.

Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti masalah mengenai analisis sebaran dan kebutuhan guru IPS pada setiap SMP di Kecamatan Belitang Kabupaten OKU Timur tahun 2014.

B. Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah yang berhubungan dengan analisis sebaran dan kebutuhan guru IPS pada SMP di Kecamatan Belitang, sebagai berikut:

Bagaimanakah sebaran dan kebutuhan guru IPS pada SMP di Kecamatan Belitang?

Untuk menjawab masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dijabarkan dalam pertanyaan penelitian. Adapun pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Berapakah kebutuhan guru IPS pada setiap SMP di Kecamatan Belitang? 2. Bagaimana kesesuaian guru IPS dengan latar belakang pendidikannya pada

setiap SMP di Kecamatan Belitang?

(26)

9

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Memperoleh informasi mengenai kebutuhan guru IPS pada setiap SMP di Kecamatan Belitang.

2. Memperoleh informasi mengenai kesesuaian guru IPS dengan latar belakang pendidikannya pada setiap SMP di Kecamatan Belitang.

3. Memperoleh informasi dan mendeskripsikan mengenai sebaran guru IPS dalam bentuk peta.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini sebagai berikut:

1. Sebagai salah satu prasyarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

(27)

10

E. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini meliputi:

1. Ruang lingkup objek penelitian ini adalah kebutuhan guru IPS dan kesesuaian latar belakang pendidikan guru yang mengajar mata pelajaran IPS pada setiap SMP di Kecamatan Belitang.

2. Ruang lingkup subjek penelitian ini adalah seluruh guru bidang studi IPS pada setiap SMP di Kecamatan Belitang.

3. Ruang lingkup tempat dan waktu penelitian ini adalah sembilan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kecamatan Belitang Kabupaten OKU Timur tahun 2014.

4. Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah ilmu Geografi Sosial.

Menurut Nursid Sumatmadja (1981 : 53), Geografi Sosial adalah cabang Geografi yang bidang studinya yaitu aspek keruangan gejala di permukaan bumi, yang mengambil manusia sebagai objek pokok, dan ditekankan pada aspek keruangan, karakteristik penduduk, sosial ekonomi, dan masyarakat.

(28)

11

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka

1. Lingkup Pendidikan Geografi

Menurut ikatan Geografi Indonesia dalam Sumadi (2003 : 4) bahwa pengertian geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks keruangan.

Berdasarkan pengertian tersebut, geografi mempunyai peranan yang besar untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang terjadi di permukaan bumi baik fisik maupun yang menyangkut interaksi makhluk hidup dengan lingkungan fisiknya melalui pendekatan keruangan, ekologi, dan kewilayahan.

2. Pengertian Geografi Sosial

Dalam penelitian ini, digunakan Geografi Sosial sebagai ruang lingkup, karena lebih menitikberatkan pada sebaran dan kebutuhan guru SMP di Kecamatan Belitang Kabupaten OKU Timur, yang merupakan bagian dari kajian pendidikan. Geografi Sosial juga mengkaji permasalahan manusia di permukaan bumi yang mengambil manusia sebagai objeknya, salah satunya yaitu pendidikan.

(29)

12

mengambil manusia sebagai objek pokok, termasuk aspek kependudukan, aspek aktivitas yang meliputi aktivitas ekonomi, aktivitas politik, aktivitas sosial, dan aktivitas budaya. Studi Geografi Sosial ini lebih ditekankan kepada aspek keruangan dari karakteristik kependudukan, organisasi sosial, untuk kebudayaan dan kemasyarakatan.

3. Guru

a. Pengertian Guru

Dalam kegiatan pembelajaran tenaga kependidikan merupakan suatu komponen yang penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Menurut Syaiful Sagala (2013 : 147) Guru sebagai tenaga pendidik adalah seorang atau sekelompok orang yang berprofesi mengelola kegiatan belajar dan mengajar serta seperangkat peran lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif, melalui transformasi.

Moh. Fakry Gaffar (2007 : 2) menyatakan guru adalah jabatan profesional yang memiliki tugas pokok yang amat menentukan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan peserta didik. Oleh sebab itu, kedudukan guru difahami demikian penting sebagai ujung tombak dalam pendidikan, karena merupakan salah satu faktor penting yang menentukan berjalannya proses pembelajaran dan tercapainya keberhasilan dalam meningkatkan kualitas pendidikan.

(30)

13

guru adalah orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang ikut bertanggung jawab dalam membantu anak-anak dalam mencapai kedewasaan masing-masing.

Berdasarkan pengertian di atas dapat dikatakan bahwa guru merupakan seorang pendidik dalam lembaga pendidikan formal di sekolah yang memiliki kemampuan merancang program pembelajaran serta mampu menata dan mengelola kelas agar peserta didik dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan. Oleh karena itu, guru harus mempunyai kualifikasi kompetensi mengajar dan dapat melakukan tugasnya secara profesional.

b. Profesionalisme Guru

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 pada Bab 1 Pasal 1 tentang Guru dan Dosen, dinyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik dalam pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

(31)

14

Guru dipandang sebagai seorang profesional karena memiliki pengetahuan yang memang hanya dapat dikuasai dengan pendidikan tertentu, mampu secara mandiri mengambil keputusan, dan mempunyai prestasi tertentu dalam masyarakat (Bernadib dalam Syaiful Sagala, 2013 : 10). Profesionalisme itu sendiri dalam sudut pandang Nurfuadi (2012 : 10) merupakan sikap professional yang berarti melakukan sesuatu sebagai pekerjaan pokok sebagai profesi dan bukan sebagai pengisi waktu luang atau sebagai hobi. Guru yang profesional ini yang nantinya diharapkan dapat meningkatkan mutu dan kualitas dari setiap pembelajaran yang dilakukan sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai secara efektif dan efisien.

c. Tugas dan Peran Guru

Adapun tugas-tugas guru menurut Syaiful Djamarah (2000) yaitu:

1. Menyerahkan kebudayaan kepada anak didik berupa kepandaian, kecakapan, dan pengalaman-pengalaman.

2. Membentuk kepribadian anak yang harmonis sesuai cita-cita. 3. Menyiapkan agar anak menjadi warga negara yang baik. 4. Sebagai perantara dalam belajar.

5. Guru adalah sebagai pembimbing, untuk membawa anak didik ke arah kedewasaan, pendidikan maha kuasa, tidak dapat mendidik anak sesuai kehendaknya.

6. Guru sebagai penghubung antara sekolah dengan masyarakat.

7. Sebagai penegak disiplin, guru menjadi contoh dalam segala hal, tata tertib dapat berjalan bila guru dapat menjalani terlebih dahulu.

8. Guru dapat menjadi administrator dan menejer. 9. Pekerjaan guru sebagai suatu profesi.

10. Guru sebagai perencanaan kurikulum. 11. Guru sebagai pemimpin.

12. Guru sebagai sponsor dalam kegiatan anak-anak.

Sementara itu, menurut Rochman dan Sanusi dalam Syaiful Sagala (2013 : 149) menyebutkan bahwa tugas dan kinerja guru mencakup aspek:

(32)

15

2. Kemampuasan sosial, meliputi kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungan dan menyesuaikan diri dengannya.

3. Kemampuan individual, meliputi sikap, penampilan, pemahaman, dan penghayatan terhadap materi ajar, serta kesediaan menjadi teladan atau panutan bagi para siswanya.

Sudah sangatlah jelas bahwa tugas seorang guru adalah mengelola proses pembelajaran di kelas dan bukan hanya sebagai satu-satunya sumber belajar (teacher) tetapi beralih sebagai:

1. Pelatih (coach) yaitu untuk mendorong siswa menguasai materi pelajaran, memotivasi siswa untuk kerja keras dan mencapai prestasi yang tinggi.

2. Pembimbing (conselor) yaitu berperan sebagai sahabat bagi anak didiknya. 3. Manajer belajar (manager of learning) yaitu untuk membimbing siswa untuk

mengambil prakarsa dan ide-ide baru.

Dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Pasal 20a disebutkan bahwa dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban: merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Uraian di atas menunjukkan bahwa tugas guru tidaklah mudah, karena mencakup banyak rangkaian kegiatan yang berkesinambungan. Oleh karena itu guru dituntut untuk menguasai seperangkat kompetensi di bidang keguruan agar mampu memberikan penampilan terbaik dalam kerjanya sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan lancar, serta apa yang telah direncanakan dapat terwujud.

d. Kebutuhan Guru

(33)

16

kegiatan manusia pada konteks yang berbeda. Tidak terpenuhinya kebutuhan akan mengakibatkan adanya ketidakseimbangan atau kesenjangan. Menurut Roger Kaufman dalam Danial Achmad (1997 : 16), kebutuhan adalah sebuah kesenjangan (gap) antara yang ada dan apa yang seharusnya.

Dalam konteks pendidikan kebutuhan merupakan kondisi yang menuntut terpenuhinya sesuatu hal untuk menjalankan proses pendidikan dengan baik. Seperti halnya ketersediaan guru, fasilitas pembelajaran, kurikulum dan lain sebagainya. Pemenuhan guru di setiap daerah merupakan kewajiban dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah, termasuk sebaran dan kualifikasi untuk menjadi seorang guru. Hal ini tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 tentang Guru dan Dosen Bab IV pasal 24 ayat (1) yaitu: Pemerintah wajib memenuhi kebutuhan guru, baik dalam jumlah, kualifikasi akademik, maupun dalam kompetensi secara baik untuk menjamin keberlangsungan satuan pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal serta untuk menjamin keberlangsungan pendidikan dasar dan menengah yang diselenggarakan oleh pemerintah.

Adapun komponen-komponen yang dapat digunakan untuk menghitung kebutuhan guru dalam setiap sekolahnya, antara lain jumlah kelas, jumlah jam bidang studi per minggu, dan jumlah jam maksimum wajib mengajar guru per minggu.

a. Jumlah kelas, yaitu banyaknya kelas murid yang mengikuti pelajaran bidang studi tertentu pada suatu sekolah.

(34)

17

c. Jumlah jam maksimum wajib mengajar guru per minggu, maksudnya adalah jumlah jam wajib maksimum seorang guru untuk mengajar. Jumlah jam maksimum wajib mengajar seorang guru adalah 24 jam.

(Biro Perencanaan Depdikbud, 1987).

Untuk mengetahui kebutuhan guru IPS pada setiap Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kecamatan Belitang tahun 2014, dilakukan analisis berdasarkan hasil perhitungan menggunakan rumus setelah memperoleh data beberapa komponen dari hasil kuesioner atau angket. Sehingga kebutuhan guru IPS pada setiap SMP di Kecamatan Belitang dapat diketahui secara jelas. Adapun rumus yang digunakan yaitu sebagai berikut:

Keterangan:

KG = Kebutuhan Guru JK = Jumlah Kelas

JBP = Jumlah Jam Mengajar Per Minggu

JMG = Jumlah Maksimal Wajib Mengajar Guru Per Minggu (Depdikbud, 1987).

(35)

18

e. Sebaran Guru

Pemerintah telah mengatur tentang pengangkatan dan penempatan pada satuan pendidikan dalam PP 74 Tahun 2008 pasal 58 disebutkan bahwa:

(1) Pengangkatan dan penempatan guru yang diangkat oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Departemen melakukan koordinasi perencanaan kebutuhan guru secara nasional dalam rangka pengangkatan dan penempatan guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3) Perencanaan kebutuhan guru secara nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan mempertimbangkan pemerataan guru antar satuan pendidikan yang diselenggarakan pemerintah daerah dan/atau masyarakat, antarkabupaten atau antarkota, dan antarprovinsi, termasuk kebutuhan guru di daerah khusus.

Berdasarkan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Peraturan Bersama Tahun 2011 pada Bab I, penataan guru adalah proses menata ulang agar rasio, kualifikasi akademik, distribusi, dan komposisi guru sesuai dengan kebutuhan riil masing-masing satuan pendidikan. Yang dimaksud komposisi guru itu sendiri adalah perbandingan jumlah guru dalam satuan pendidikan sesuai dengan rombongan belajar atau mata pelajaran yang diampu sesuai dengan kebutuhan riil masing-masing satuan pendidikan. Dimana suatu satuan pendidikan harus memiliki guru kelas, guru mata pelajaran, guru bimbingan dan konseling atau konselor sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan.

Menurut Oemar Hamalik (2002 : 12) masalah yang dihadapi di dunia pendidikan saat ini yakni:

1. Kekurangan jumlah guru dalam tiap jenjang persekolahan dan per bidang studi. Jumlah guru yang dibutuhkan tidak seimbang dengan persediaan jumlah guru dibandingkan dengan proyeksi tambahan murid.

(36)

19

3. Penyebaran guru tidak seimbang dengan permintaan daerah-daerah yang tersebar luas dengan sebagian besar guru ingin bekerja di kota-kota saja. 4. Faktor waktu, bahwa terdapat time lag antara jangka waktu pendidikan

pre-service dengan saat dimana para lulusan diperlukan.

5. Karena kurangnya guru, maka pada umumnya guru mengajar melebihi beban resmi, dimana akan berpengaruh pada hasil pendidikan.

6. Kenyataan yang terlihat selama ini dan masih juga tergambarkan ialah lembaga-lembaga penataran masih bermacam ragam, belum dipusatkan pada satu lembaga tertentu.

Berkaitan dengan masalah kebutuhan dan sebaran kepegawaian, dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 pasal 41 ayat 2 telah dinyatakan bahwa: “pengangkatan, penempatan, dan penyebaran pendidik dan tenaga kependidikan diatur oleh lembaga yang mengangkatnya berdasarkan kebutuhan satuan pendidikan formal.” Berdasarkan uraian tersebut, maka sangatlah jelas bahwa diperlukaannya koordinasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam melaksanakan kebijakan untuk masalah pengangkatan serta penempatan guru, terkait dengan merata atau tidaknya persebaran guru.

f. Beban Kerja Guru

Menurut Petunjuk Teknis Pelaksanaan Peraturan Bersama pada Bab II tentang Penataan dan Pemerataan Guru PNS Tahun 2011, penataan guru PNS merupakan upaya optimalisasi pemberdayaan guru PNS untuk memenuhi beban kerja minimal 24 jam tatap muka dan maksimal 40 jam tatap muka perminggu. Guru yang diprioritaskan untuk melaksanakan tugas minimum 24 jam tatap muka dan maksimum 40 jam tatap muka perminggu didasarkan pada kriteria sebagai berikut:

(37)

20

4. Guru yang mengampu mata pelajaran sesuai dengan latar belakang pendidikannya.

5. Perolehan angka kredit tertinggi. 6. Tugas tambahan, dan

7. Prestasi kerja berdasarkan penilaian kinerja guru (yang dilakukan oleh pengawas, kepala sekolah, dan teman sejawat).

Apabila masih terdapat guru PNS yang belum memenuhi kewajiban mengajar paling sedikit 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu di satuan administrasi pangkal (satminkal), maka satuan pendidikan dimaksud dapat melakukan hal-hal sebagai berikut:

1. Dalam jangka panjang, jumlah jam tatap muka di satuan pendidikan dapat ditingkatkan dengan meningkatkan daya tampung sekolah dan menata/merencanakan kembali jumlah peserta didik per rombongan belajar dengan mengacu pada Pasal 17 Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru dan Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses yang mengatur jumlah maksimal peserta didik setiap rombongan belajar. 2. Menata guru yang belum mengajar untuk mengajar pada sekolah lain. 3. Ekuivalensi kegiatan/jam tatap muka.

Pada PP No 74 Pasal 52 ayat 1 sampai 3 menyatakan bahwa: (1) Beban kerja guru mencakup kegiatan pokok:

a. Merencanakan pembelajaran. b. Melaksanakan pembelajaran. c. Menilai hasil pembelajaran.

d. Membimbing dan melatih peserta didik, dan.

e. Meaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan kegiatan pokok sesuai dengan beban kerja guru.

(2) Beban kerja guru sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memenuhi 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dan paling benyak 40 (empat puluh) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu pada satu atau lebih satuan pendidikan yang memiliki izin pendirian dari Pemerintah atau Pemerintah Daerah.

(3) Pemenuhan beban kerja paling sedikit 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dan paling banyak 40 (empat puluh) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan dengan ketentuan paling sedikit 6 (enam) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu pada satuan

(38)

21

g. Kesesuaian Latar Belakang Pendidikan

Latar belakang pendidikan erat kaitannya dengan profesionalitas tenaga kependidikan atau guru. Profesionalitas seorang guru akan berdampak kuat terhadap peningkatan kualitas pendidikan, dan peningkatan kualitas pendidikan akan berkonsekuensi logis pada peningkatan kualitas sumber daya manusia yang sangat diperlukan bagi pembangunan bangsa, terutama untuk menghadapi berbagai peluang dan tantangan di era otonomi daerah.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997), pengertian latar belakang adalah dasar (alasan) suatu tindakan (perbuatan). Sedangkan pengertian pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa pengertian latar belakang pendidikan dapat dikaitkan dengan kepemilikan ijazah pendidikan akademik terakhir yang dimiliki oleh seseorang.

Menurut I Nyoman Jampel (2001 : 15), upaya-upaya untuk memprofesionalisme tenaga pendidik adalah sebagai berikut:

1. Pendidikan tenaga kependidikan, harus menekankan secara seimbang wawasan akademik, kemampuan adaptasi dan generalisasi, serta jiwa pengabdian kepada masyarakat. Untuk kepentingan ini, kurikulum pendidikan tenaga kependidikan harus mempunyai keseimbangan ketiga tersebut serta diberikann porsi aplikasi yang seimbang pula. Jika perlu dikembangkan, sehingga tamatan lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK) telah diyakini memiliki kemampuan yang memadai dalam ketiga ranah tersebut. 2. Sistem penjaringan (recruitment) dan penempatan tenaga kependidikan harus

secara sungguh-sungguh didasarkan pada prinsip the right man on the right place.

(39)

22

h. Penelitian yang Sejenis

Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh Alexander A (2011) tentang Deskripsi Kebutuhan dan Latar Belakang Pendidikan Serta Sebaran Kebutuhan Guru Geografi di Kabupaten Lampung Barat Tahun 2011. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif, dengan populasi dalam penelitian ini adalah guru geografi yang berjumlah 47 orang guru. Sedangkan sampel yang diambil sebanyak 47 orang guru. Teknik pengumpulan data pada penelitian yang dilakukan, menggunakan kuesioner dengan teknik persentase menggunakan rumus perencanaan akan kebutuhan guru. Berdasarkan perhitungan, kebutuhan guru Geografi di SMA Kabupaten Lampung Barat yaitu sebanyak 33 orang guru dengan lulusan S1 Pendidikan Geografi. Sedangkan guru geografi yang ada dan berasal dari lulusan S1 Pendidikan geografi yaitu 29 guru, dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa di Kabupaten Lampung Barat mengalami kekurangan guru Geogarfi sebanyak 4 orang guru atau sebesar 12,12%. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa sebaran guru S1 Pendidikan Geografi di SMA Kabupaten Lampung Barat adalah tidak merata.

(40)

23

guru lulusan S1 Pendidikan Geografi, 2 guru lulusan S1 Pendidikan Ekonomi, 1 guru lulusan SMEA, 1 guru lulusan Budidaya Pertanian, 2 guru lulusan D3 Pendidikan Geografi, dan 9 guru lulusan S1 Pendidikan Sejarah.

Dari 20 SMA yang ada di Lubuk Linggau, 16 SMA mengalami kekurangan guru Geografi, 1 SMA mengalami kelebihan guru Geografi, dan 3 SMA yang memiliki jumlah guru Geografi yang cukup. Total kekurangan guru dari 16 SMA tersebut adalah sebanyak 18 guru.

B. Kerangka Pikir

Peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu tujuan dari pembangunan nasional. Dengan adanya mutu pendidikan yang baik, maka diharapkan akan tercipta generasi penerus yang memiliki kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual serta peradaban bangsa yang bermartabat. Untuk mencapai hal tersebut, maka adanya guru yang berkualitas dan profesional serta pemerataan guru yang baik juga turut menentukan keberhasilan dalam meningkatkan kualitas pendidikan.

(41)

24

sebaliknya. Jika di suatu sekolah terjadi kekurangan guru, maka ada kemungkinan beberapa guru di sekolah tersebut akan mengajar lebih dari satu bidang studi meskipun tidak memiliki kempampuan dan penguasaan materi yang cukup karena tidak sesusai dengan latar belakang pendidikannya. Hal ini tentu saja akan mempengaruhi proses pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat digambarkan kerangka pikir penelitian mengenai sebaran dan kebutuhan guru IPS di SMP Kecamatan Belitang sebagai berikut:

Gambar 1. Bagan kerangka pikir kebutuhan dan sebaran guru IPS di SMP Kecamatan Belitang.

1. Kebutuhan guru IPS di setiap SMP 2. Sebaran guru IPS

(42)

25

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Moh. Nazir, 2005 : 54). Penelitian ini diarahkan pada suatu penggambaran tentang sebaran dan kebutuhan guru IPS pada setiap SMP di Kecamatan Belitang Kabupaten OKU Timur Tahun 2014.

B. Populasi Penelitian

(43)

26

populasi penelitian adalah seluruh guru IPS pada sembilan Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang terdapat di Kecamatan Belitang Kabupaten OKU Timur, yaitu sebanyak 22 guru. Karena jumlah populasinya tidak mencapai 100 orang dan hanya berjumlah 22 orang, maka pada penelitian ini tidak menggunakan sampel, melainkan penelitian populasi.

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian menurut Sugiyono (2010 : 61) adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Berdasarkan pengertian tersebut, varibel dalam penelitian ini adalah sebaran dan kebutuhan guru IPS pada setiap SMP di Kecamatan Belitang Kabupaten OKU Timur tahun 2014. Adapun yang menjadi indikator penelitian ini adalah:

1. Kebutuhan guru IPS pada setiap SMP di Kecamatan Belitang.

2. Kesesuaian guru IPS dengan latar belakang pendidikannya pada setiap SMP di Kecamatan Belitang.

3. Sebaran guru IPS pada SMP di Kecamatan Belitang Kabupaten OKU Timur.

2. Definisi Operasional Variabel a. Kebutuhan Guru

(44)

27

kebutuhan guru IPS di Kecamatan Belitang dikatakan cukup jika hasil perhitungan yang diperoleh menggunakan rumus pada bab II sesuai dengan guru IPS yang ada pada SMP tersebut dengan beban jam mengajar memenuhi 24 jam per minggu, dan latar belakang pendidikan guru tersebut sesuai dengan bidang yang diajarkan yaitu lulusan S1 Pendidikan Jurusan IPS (S1 Pend. Sejarah, S1 Pend. Geografi, S1 Pend. Ekonomi). Dikatakan tidak cukup jika guru IPS yang terdapat pada SMP lebih banyak dibandingkan hasil perhitungan dan mengalami kekurangan jam mengajar karena tidak memenuhi beban mengajar 24 jam per minggu dan latar belakang pendidikan guru tersebut tidak sesuai dengan bidang yang diajarkan yaitu lulusan S1 Non Pendidikan Jurusan IPS.

b. Sebaran Guru IPS

Letak atau penyebaran sekolah dalam konteks ruang perkotaan dapat diidentifikasi dengan melakukan analisis keruangan. Menurut Bintarto (1982 : 75-76), pada hakekatnya analisis keruangan adalah analisis lokasi yang menitikberatkan kepada 3 unsur geografi yaitu jarak (distance), kaitan (interaction) dan gerakan (movement). Salah satu model dalam analisis keruangan adalah analisis tetangga terdekat (nearestneighbour analysis) yang menggambarkan pola penyebaran pemukiman dalam 3 bentuk yaitu: (i) type cluster atau mengelompok, (ii) type random, dan (iii) type reguler atau seragam.

(45)

28

yang diperlukan di lapangan. Sehingga dapat membantu pemerintah dalam menentukan kebijaksanaan mengenai sebaran dan kebutuhan guru agar lebih terarah dan tepat sasaran.

Berdasarkan penyebaran berbagai gejala geografi yang tertuang pada peta, kita dapat mengadakan interpretasi dan analisa keruangan terhadap gejala yang bersangkutan. Dari interpretasi dan analisa peta secara teliti berdasarkan pemetaan yang teliti pula, kita akan dapat membuat deskripsi dan penjelasan berbagai asosiasi dan korelasi geografi (Nursid Sumaatmadja, 1981 : 64).

Sebaran yang dimaksud dalam penelitian adalah persebaran guru IPS yang dikatagorikan menjadi dua, yaitu mengelompok atau tidak mengelompok. Sebaran guru dikatakan mengelompok bila guru IPS tersebut mengelompok atau memusat pada satu desa tertentu namun masih terdapat beberapa SMP di desa lain yang mengalami kekurangan guru. Sedangkan sebaran guru dikatakan tidak mengelompok apabila guru IPS tersebut tersebar merata pada setiap SMP di desa tertentu.

D. Teknik Pengumpulan Data

(46)

29

1. Teknik Observasi

Teknik observasi dilakukan untuk mendapatkan data primer dengan cara mengadakan pengamatan langsung di lapangan, biasanya pengamatan ini dilakukan sebelum penelitian atau disebut dengan survei. Teknik observasi dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui letak-letak SMP di Kecamatan Belitang untuk mempermudah penempatan letak SMP pada peta yang akan dibuat. Teknik observasi adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang ada pada objek penelitian (Moh. Pabundu Tika, 2005 : 44).

Menurut Nursid Sumaatmadja (1981 : 105) observasi lapangan merupakan teknik pengumpulan data yang terutama dalam penelitian geografi. Tujuan dari teknik observasi ini adalah untuk mengetahui fakta dan kenyataan mengenai keadaan yang ada di lapangan secara langsung sesuai dengan kajian penelitian.

2. Teknik Kuesioner

Menurut Sugiono (2007 : 199), kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Teknik pengumpulan data dengan kuesioner dalam penelitian ini dilakukan kepada seluruh guru bidang studi IPS pada setiap Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kecamatan Belitang.

(47)

30

mengenai jumlah jam bidang studi IPS per minggu, latar belakang pendidikan guru, bidang studi apa saja yang diajarkan, lama mengajar, dan status guru tersebut pada setiap SMP di Kecamatan Belitang.

3. Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi merupakan cara pengumpulan data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya (Suharsimi Arikunto, 2002 : 206). Untuk melengkapi data dalam rangka analisa masalah yang sedang kita teliti, kita memerlukan informasi dari dokumen-dokumen yang ada hubungannya dengan obyek yang dipelajari.

Teknik dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan untuk mengumpulkan data sekunder berupa catatan dan keterangan atau referensi lain yang berhubungan dengan penelitian dari pihak sekolah dan Dinas Pendidikan OKU Timur berupa data guru dan jumlah sekolah meliputi jumlah kelas, jumlah murid, dan jumlah guru. Proses dokumentasi ini akan dilakukan pada waktu pengumpulan data baik penelitian pedahuluan maupun penelitian hasil.

E. Teknik Analisis Data

Sugiono (2010 : 244) mengemukakan bahwa:

(48)

31

Dalam menganalisis data akan digunakan beberapa tahapan. Penyajian data mengenai sebaran sekolah akan dituangkan dalam bentuk peta untuk mempermudah dalam memvisualisasikan data yang diperoleh. Untuk mengetahui jumlah guru IPS yang dibutuhkan pada setiap SMP di Kecamatan Belitang digunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

KG = Kebutuhan Guru JK = Jumlah Kelas

JBP = Jumlah Jam Mengajar Per Minggu

JMG = Jumlah Maksimal Wajib Mengajar Guru Per Minggu (Depdikbud, 1987).

(49)

68

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai sebaran dan kebutuhan guru IPS pada SMP di Kecamatan Belitang maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Total kebutuhan guru IPS pada SMP di Kecamatan Belitang berdasarkan hasil perhitungan yaitu sebanyak 16 guru yang tersebar di sembilan SMP. Dimana 1 SMP termasuk dalam kategori cukup, dan 8 SMP berkategori tidak cukup.

2. Dari jumlah total 22 guru IPS yang ada, 10 diantaranya memiliki kualifikasi akademik lulusan S1 Pendidikan Jurusan IPS dan 12 guru lainnya tidak memiliki kualifikasiak ademik yang sesuai karena merupakan lulusan S1 non Pendidikan Jurusan IPS.

(50)

69

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian mengenai sebaran dan kebutuhan guru IPS pada SMP di Kecamatan Belitang, saran yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut: 1. Kepada Dinas Pendidikan Kabupaten OKU Timur hendaknya untuk di masa

mendatang perlu dilakukan perencanaan suatu sistem persebaran guru IPS di setiap SMP dengan menerapkan sistem penjaringan (recruitment) dan penempatan guru IPS secara sungguh-sungguh didasarkan pada prinsip the right man on the right place. Seorang calon guru berijazah Pendidikan IPS,

tidak untuk mengajar Agama Islam, Biologi, Kimia, Bahasa Indonesia atau bidang studi lainnya dan sebaliknya.

(51)

70

DAFTAR PUSTAKA

A. Hasan Saragih. 2008. Kompetensi Minimal Seorang Guru dalam Mengajar. Tabularasa. Jurnal Pendidikan PPS UNIMED. vol. 1, hal: 23-54.

Ainun Na’im. 2011. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Peraturan Bersama Tentang

Penataan dan Pemerataan Guru PNS. Jakarta.

Badan Pusat Statistik. 2012. Belitang Dalam Angka 2011/2012. Ogan Komering Ulu Timur.

Bintarto. 1982.Metode Analisa Geografi. Lembaga Penelitian,Pendidikan dan Penerapan Ekonomi dan Sosial. Jakarta.

Biro Perencanaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1987. Perencanaan Akan kebutuhan Guru. Sekjen Depdikbud. Jakarta.

Daniel Achmad. 1997. Analisis dan Proyeksi Kebutuhan Guru Sekolah Menengah Pertama Negeri di Bandar Lampung. Pasca Sarjana IKIP Malang. Malang.

Dinas Pendidikan Nasional Belitang. 2013. Daftar Rekapitulasi Kehadiran Pegawai Negeri Sipil SMP/MTs Negeri/Swasta Kecamatan Belitang. Dinas Pendidikan Nasional Belitang. Belitang.

E. Mulyasa. 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Fuad Ihsan. 2008. Dasar-Dasar Kependidikan. Rineka Cipta. Jakarta. Hamzah. 2007. Profesi Kependidikan. Bumi Aksara. Jakarta.

Ida Bagus Mantra. 2003. Demografi Umum. Pustaka Belajar. Yogyakarta.

(52)

71

Kunandar. 2011. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Rajawali Pers. Jakarta.

Melayu Hasibuan. 1996. Manajemen Sumber Daya Alam. BPFE. Yogyakarta. Moh. Fakry Gaffar. 2007. Pembiayaan Pendidikan: Permasalahan dan

Kebijaksanaan dalam Perspektif Reformasi Pendidikan Nasional. IKIP Bandung. Bandung.

Moh. Nazir. 2005. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Moh. Pabundu Tika. 2005. Metode Penelitian Geografi. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Nurfuadi. 2012. Profesionalisme Guru. Stain Press Purwokerto.

Nursid Sumaatmadja. 1981. Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan. Alumni. Bandung.

Oemar Hamalik. 2004. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.

Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia. 2005. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Tahun 2005 Pasal 29 Tentang Kualifikasi Pendidik atau Latar Belakang Guru.

Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia. 2008. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Tahun 2008 Pasal 58 Tentang Pengangkatan dan Penempatan pada Satuan Pendidikan.

Sudarmi. 2005. Geografi Regional Indonesia. Buku Ajar. Program Studi Pendidikan Geografi. Jurusan Pendididkan IPS. FKIP. UNILA. Bandar Lampung.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung.

(53)

72

Syaiful Bachri Djamarah. 2000. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Syaiful Sagala. 2013. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung. Undang-Undang Kepegawaian. 1999. Undang-Undang Kepegawaian Tahun

1999 Tentang Kepegawaian.

Undang-Undang Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Undang-Undang Republik Indonesia. 2005. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.

Gambar

Tabel 1.  Daftar Nama Sekolah, Jumlah Siswa, Jumlah Guru, dan Jumlah Guru IPS Setiap SMP di Kecamatan Belitang
Gambar 1.  Bagan kerangka pikir kebutuhan dan sebaran guru IPS di SMP Kecamatan Belitang

Referensi

Dokumen terkait

 Berdasarkan laporan keuangan per 30 Juni 2020, WOOD mencatatkan kenaikan pendapatan sebesar 16,49 persen secara year-on-year (yoy) menjadi Rp1,13 triliun dari sebelumnya

Jadual 3 menunjukkan bahawa 60% responden Muslim tidak pasti bahawa konsep makanan halal juga terdapat dalam ajaran agama selain daripada Islam seperti Kristian, Hindu

Hukum tabayyun secara garis besar dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu satu hukum melakukan tabayyun adalah wajib baik berita yang disampaikan oleh orang fasik

Penetapan Peraturan Daerah ini adalah untuk memenuhi ketentuan pasal 72 ayat (7) Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang Nomor 3 Tahun 2009 tentang pokok- pokok

Bahwa faktor yang mendorong organisasi dapat melewati tantangan (kompetisi) bisnis adalah jika karyawannya memiliki kinerja yang tinggi, sesuai dengan tujuan

Nanopartikel CeO2 memiliki sifat kimia dan fisika yang dapat digunakan pada berbagai aplikasi, seperti pendeteksi radiasi pengion, sensor gas, detektor sinar

Hasil pengujian ketahanan warna terhadap gosokan basah dan kering yang dianalisa dengan staining scale , diperoleh hasil terbaik pada jumlah pencelupan 5 kali dengan