• Tidak ada hasil yang ditemukan

SIMULASI MODEL DISPERSI POLUTAN GAS DAN PARTIKULAT MOLEKUL PADA PABRIK SEMEN DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE MATLAB 7.12

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SIMULASI MODEL DISPERSI POLUTAN GAS DAN PARTIKULAT MOLEKUL PADA PABRIK SEMEN DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE MATLAB 7.12"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

i

SIMULASI MODEL DISPERSI POLUTAN GAS DAN PARTIKULAT MOLEKUL PADA PABRIK SEMEN DENGAN MENGGUNAKAN

SOFTWARE MATLAB 7.12 Oleh

Febriandi Hasibuan

Telah dilakukan perancangan aplikasi komputer yang bertujuan untuk memvisualkan suatu pola sebaran polutan gas dan partikulat molekul yang berasal dari cerobong asap pabrik semen. Lokasi yang dipilih untuk menerapkan pemodelan dispersi polutan ini adalah Pembangkit Listrik Tenaga Uap Tarahan (PLTU), Lampung Selatan dengan data lingkungan (suhu lingkungan, arah angin dan kecepatan angin) yang diperoleh dari hasil pengukuran lapangan. Aplikasi ini berbentuk simulasi dengan disediakan berbagai macam parameter data masukan yaitu kecepatan angin, stabilitas atmosfer, kecepatan semburan emisi, suhu cerobong, suhu lingkungan, tinggi cerobong dan diameter cerobong dan hasil simulasi ini ditampilkan dalam bentuk angka-angka, grafik dua dimensi maupun tiga dimensi dan pilihan bentuk grafik. Model matematis yang digunakan untuk memodelkan penyebaran polutan adalah model dispersi Gaussian tipe point source dengan asumsi dispersi polutan berasal dari cerobong asap, dispersi berlangsung dalam kondisi steady-state dan tidak ada reaksi kimia yang terjadi di udara. Dari hasil simulasi menunjukkan bahwa semakin kecil nilai perubahan suhu (T) antara suhu dalam cerobong dengan suhu udara di sekitar cerobong asap, diameter pola sebaran pusat semakin panjang dan plume rise semakin kecil. Kemudian semakin besar kecepatan angin, pola penyebaran polutan semakin menyempit dan nilai konsentrasi polutan pada pusat sebaran semakin bertambah.

(2)

ii ABSTRACT

SIMULATION OF GASEOUS POLLUTANTS AND PARTICULATES MOLECULES DISPERSION MODELING IN CEMENT FACTORY

USING SOFTWARE MATLAB 7.12

By

Febriandi Hasibuan

It has been designed the computer application for visualization of the gas pollutants pattern and particulate molecules pattern from fume stacks of cement industry. The location chosen to implement this pollutant dispersion modeling is Steam Power Plant of Tarahan, South of Lampung with environmental data (ambient temperature, wind direction and wind speed) were directly obtained from field measurements. This application is available in the form of simulations with a wide range of input data parameters namely wind speed, atmospheric stability, emission rate-point source, stack exit temperature, ambient temperature, height and diameter of fumes stack and the simulation results are presented in the form of figures, graphs of two-dimensional and three-dimensional and the choice of the form of graphs. The mathematical model is used to model the spread of pollutants is a Gaussian-type dispersion model assuming a point source pollutant dispersion coming from fumes stack, the dispersion takes place in steady-state conditions and no chemical reactions that occur in the air. From the simulation results show that the smaller the value of the temperature change (T) between the temperature in the chimney with air temperature around the chimney, the diameter of the center of the length distribution pattern and plume rise is getting smaller. Then the greater the wind speed, the more narrow dispersion pattern of pollutants and pollutant concentration value at distribution centers is increasing.

(3)

MOLEKUL PADA PABRIK SEMEN DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE MATLAB 7.12

Oleh

FEBRIANDI HASIBUAN

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SARJANA SAINS

Pada

Jurusan Fisika

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas lampung

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

(4)

Judul Skripsi : SIMULASI MODEL DISPERSI POLUTAN GAS DAN PARTIKULAT MOLEKUL

PADA PABRIK SEMEN DENGAN

MENGGUNAKAN SOFTWARE MATLAB 7.12

Nama Mahasiswa : Febriandi Hasibuan Nomor Pokok Mahasiswa : 0817041026

Jurusan : Fisika

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

MENYETUJUI, 1. Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Warsito, D.E.A. NIP. 19710212 199512 1 001

Sri Wahyu Suciyati, S.Si., M.Si. NIP. 19710829 199703 2 001

2. Ketua Jurusan Fisika FMIPA

(5)

1. Tim Penguji

Ketua : Prof.Dr. Warsito, D.E.A. ...

Sekertaris : Sri Wahyu Suciyati, S.Si., M.Si. ...

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Amir Supriyanto, M.Si. ...

2. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Prof. Suharso, Ph.D.

NIP. 19690530 199512 1 001

(6)

vi

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang

pernah dilakukan orang lain, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat

karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang

secara tertulis diacu dalam naskah ini sebagaimana disebutkan dalam daftar

pustaka, selain itu saya menyatakan pula bahwa skripsi ini dibuat oleh saya

sendiri.

Apabila pernyataan saya tidak benar maka saya bersedia dikenakan sangsi sesuai

dengan hukum yang berlaku.

Bandar Lampung, 10 September 2014

(7)

RIWAYAT HIDUP

v

Penulis yang bernama lengkap Febriandi Hasibuan, di

lahirkan di Bukit Kemuning, 25 Februari 1988, anak

ketiga dari empat bersaudara pasangan Bapak Sikin

Hasibuan dan Ibu Rasmiyati. Penulis menempuh

pendidikan di TK PGRI Bukit Kemuning dan diselesaikan

tahun 1994. Pendidikan dasar di SDN 1 Bukit Kemuning

dan diselesaikan tahun 2000. Pendidikan menengah

pertama diselesaikan di SMPN 1 Bukit Kemuning tahun

2003 dan dilanjutkan pendidikan menengah atas di SMA N 11 Medan yang

diselesaikan tahun 2006. Kemudian penulis menempuh Program Pendidikan

Komputer 1 Tahun (Diploma 1) STMIK Potensi Utama Medan dan diselesaikan

tahun 2007. Pada tahun 2008 penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Universitas

Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri

(SNMPTN). Penulis masuk pada Jurusan Fisika FMIPA dengan konsentrasi KBK

Fisika Instrumentasi.

Selama menempuh pendidikan penulis pernah menjadi asisten praktikum Fisika

Dasar 1 dan praktikum Elektronika Dasar 1 pada tahun 2010. Penulis pernah aktif

kegiatan organisasi HIMAFI periode 2009-2010 sebagai anggota bidang Sains

dan Teknologi serta ROIS periode 2009-2010 sebagai kepala bidang Sosial dan

Budaya Masyarakat. Selain itu penulis juga aktif di Dewan Perwakilan

Mahasiswa Fakultas (DPMF) periode 2011-2012 sebagai ketua bidang Advokasi

dan Perlindungan Mahasiswa. Selain itu pada tahun 2012 juga penulis meraih

(8)

vi

Bismillahirrohmanirrohim

Dengan rahmat Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Dengan ini saya persembahkan karya ini untuk:

Kedua orang tua tercinta, Bapak Sikin Hasibuan dan Ibu Rasmiyati (Terima kasih atas semua doa dan pengorbanan yang tiada hentinya sehingga menjadi penyemangat untuk menyelesaikan pendidikan di Universitas Lampung)

Mbak Herni Sumita, Abang Ander, Adik Jumaida Gustini serta Keluarga Besar

(Terima kasih atas semua doa dan dukungannya)

Serta Almamater Tercinta

(9)

vii

“Belajarlah kalian sebelum kalian memimpin.”

(Umar bin Khattab)

“Ilmu tidak bisa diperoleh dengan cara memanja-manjakan diri (bersantai ria).”

(Yahya bin Katsir)

“Aku akan terus bersahabat dengan pena hingga liang kubur.”

(Imam Ahmad)

“Manusia yang paling cerdik adalah yang belajar hikmah dan mengajarkannya

kepada manusia.”

(10)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Simulasi Model Dispersi Polutan Gas dan Partikulat Molekul Pada Pabrik

Semen Dengan Menggunakan Software Matlab 7.12” sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains (S.Si) di bidang keahlian Instrumentasi Jurusan

Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah SAW,

keluarganya, para sahabatnya dan para pengikutnya yang senantiasa istiqomah

hingga hari kiamat.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh

karena itu, penulis dengan terbuka menerima saran dan kritik yang bersifat

membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi

kita semua. Aamiin.

Bandar Lampung, 1 September 2014

Penulis

(11)

ix

Alhamdulillah, penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan dengan

baik berkat dorongan, bantuan dan motivasi dari berbagai pihak, oleh karena itu

pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Warsito, D.E.A. atas tema penelitian yang diberikan dan

kesediaannya menjadi pembimbing I.

2. Ibu Sri Wahyu Suciyati, S.Si., M.Si. atas kesediaannya menjadi pembimbing

II.

3. Bapak Drs. Amir Supriyanto, M.Si. atas kesediaannya sebagai penguji.

4. Bapak Akhmad Dzakwan, S.Si. selaku pembimbing akademik.

5. Ibu Dr. Yanti Yulianti, M.Si selaku Ketua jurusan fisika

6. Bapak Prof. Suharso, Ph.D selaku Dekan FMIPA UNILA

7. Semua saudara dan sahabat : Ayuk Herni, Abg Ander, Jumai, Ayuk Meri,

Imam, Andho, Rifqi, Iwan Firda, Ilfa, Nurma, Fitri, Riza, Ningrum, Zaitun,

Dio, Juli, Defi, Kholis, Umi, Sami, Danu, Sami, Suciono dan seluruh

angkatan 2008.

8. Adik - adik tingkat 2009, 2010, 2011, 2012, dan semua pihak yang telah

membantu penulis selama menyelesaikan Tugas Akhir.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita

semua. Aamiin.

Bandar Lampung, Agustus 2014

(12)

x

B. Perbedaan dengan Penelitian Sebelumnya ... 10

C. Teori Dasar ... 11

BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 44

B. Alat dan Bahan ... 44

C. Prosedur Penelitian... 45

D. Flow Chart Penelitian ... 47

BAB IV PEMBAHASAN A. Penerapan Program ... 49

(13)

xi

A. Kesimpulan ... 63

B. Saran ... 63

(14)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Model Konsentrasi SO2 pada Cerobong Unit II/III ... 7

Gambar 2 Model Sebaran SO2 pada Cerobong Unit IV Arah sumbu Y ... 7

Gambar 3 Tampilan input untuk Fluida Diam dan Grafiknya ... 8

Gambar 4 Tampilan grafik 2-D untuk Difusi Fluida Diam ... 9

Gambar 5 Tampilan grafik 2-D untuk Difusi Anisotrop dan Grafiknya ... 9

Gambar 6 Tampilan Kontur untuk Difusi Anisotrop ... 10

Gambar 7 Efek Rumah Kaca ... 12

Gambar 8 Penyebaran Polutan dalam Bentuk Plume ... 18

Gambar 9 Pandangan atas plume pada waktu sesaat rata-rata satu jam ... 20

Gambar 10 Profil konsentrasi polutan sebagai fungsi jarak arah angin ... 21

Gambar 11 Kurva normal dengan 12 dan  12 ... 23

Gambar 12 Kurva normal dengan 12dan  12 ... 23

Gambar 13 Estimasi Dispersi di Atmosfer ... 24

Gambar 14 Grafik koefisien dispersi pada sumbu z di daerah rural ... 30

Gambar 15 Grafik koefisien dispersi pada sumbu y di daerah rural ... 30

Gambar 16 Plume rise ... 33

Gambar 17 Tampilan window utama MATLAB 7.12 ... 38

Gambar 18 Tampilan workspace ... 39

(15)

xiii

Gambar 21 Tampilan Matlab Editor ... 41

Gambar 22 Tampilan GUI pada Matlab ... 42

Gambar 23 Flow Chart Penelitian... 47

Gambar 24 Foto udara PLTU Tarahan dan kawasan sekitarnya ... 48

Gambar 25 Objek pengamatan yang berjarak 500 m dari cerobong asap .... 49

Gambar 26 Radio button dengan pilihan “x VS H” ... 55

Gambar 27 Grafik yang merepresentasikan nilai x (jarak) terhadap tinggi efektif ... 55

Gambar 28 Perhitungan konsentrasi polutan untuk daerah pengamatan terletak pada posisi (433,250) ... 57

Gambar 29 Perubahan pola sebaran terhadap suhu lingkungan ... 58

Gambar 30 Perubahan tinggi efektif cerobong karena pengaruh perubahan suhu ... 60

Gambar 31 Perubahan konsentrasi terhadap perubahan kecepatan angin .... 61

Gambar 32 Grafik Perubahan konsentrasi terhadap kecepatan angin dalam bentuk tiga dimensi... 62

(16)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Baku Mutu Udara Ambien Nasional ... 14

Tabel 2 Variasi nilai eksponensial kecepatan angin untuk daerah rural dan urban ... 27

Tabel 3 Kestabilan Atmosfer (Pasquil-Gifford) ... 28

Tabel 4 Konstanta I, J dan K pada persamaan McCullen ... 31

Tabel 5 Konstanta I, J dan K pada persamaan McCullen ... 32

Tabel 6 Potential Temperature Gradien ... 35

Tabel 7 Operator-operator Aritmatika Matlab ... 43

Tabel 8 Spesifikasi Teknis ... 44

Tabel 9 Data percobaan yang akan disimulasikan ke dalam aplikasi ... 56

(17)

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Perkembangan Industri yang pesat di Indonesia tidak hanya memberikan

dampak positif bagi pendapatan negara dan kesejahteraan rakyat, tetapi juga

memberikan dampak negatif bagi kesehatan. Hal ini disebabkan oleh potensi

pencemaran lingkungan yang ditimbulkan oleh aktivitas industri tersebut,

misalnya pencemaran udara yang berasal dari asap dan debu dari industri

(Suhariyono, 2002). Data World Resource Institute (2006) menyebutkan

bahwa Indonesia berada pada peringkat ke-14 di dunia berdasarkan nilai

absolute emissions yaitu 503 ton untuk CO2. Hal ini menunjukkan emisi

polutan yang terjadi di Indonesia cukup tinggi (Niam, dkk, 2009).

Pencemaran udara diartikan turunnya kualitas udara sehingga udara mengalami

penurunan mutu yang akhirnya yang tidak dapat digunakan lagi sebagaimana

mestinya sesuai dengan fungsinya. Sumber penghasil pencemaran udara dibagi

menjadi dua, yaitu sumber yang bergerak misalnya kendaraan bermotor dan

sumber yang tidak bergerak misalnya kegiatan industri (Anonim A, 2001).

Pabrik semen merupakan industri yang menimbulkan pencemaran udara. Emisi

(18)

2

silika yang teremisikan ke udara. Kemudian partikel debu ini akan

mempengaruhi kualitas udara ambien atau lingkungan serta berpotensi

menyebabkan penyakit silikosis (Hekasaki, 2004). Silikosis adalah penyakit

dengan gejala sesak napas disertai batuk-batuk tanpa dahak. Pada stadium

berat, sesak napas akan semakin parah yang kemudian diikuti dengan

hipertropi jantung sebelah kanan yang berpotensi mengakibatkan kegagalan

kerja jantung (Nugroho, 2012).

Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan saat ini, pola penyebaran suatu

polutan sudah mampu untuk disimulasikan oleh beberapa metode. Salah satu

metode yang banyak digunakan untuk menyimulasikan penyebaran polutan

serta menghitung nilai konsentrasinya adalah Model Dispersi Gaussian. Model

Dispersi Gausssian merupakan bentuk persamaan matematika yang dapat

dimasukkan ke dalam perhitungan variabel yang bersifat fisis dan diberikan

informasi yang lebih detail mengenai sumber polutan pada suatu daerah yang

diteliti (Puspitasari, 2011; Bakar, 2006). Menurut Anita (2011), sampai saat

ini, Model Dispersi Gaussian tetap dianggap paling tepat untuk melukiskan

secara matematis pola 3 dimensi dari perjalanan semburan (plume) emisi.

Dengan mengetahui konsentrasi dan pola penyebaran emisi, maka sebaran

polutan dapat diprediksi guna memantau dan mengevaluasi polutan buangan

yang berbahaya.

Pemodelan sebaran polutan dengan model Gaussian ini sudah pernah

dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya contohnya pada penelitian Sri

(19)

asap PT. Semen Tonasa. Namun setelah diteliti dan dianalisis penelitian model

sebaran polutan SO2 ini tidak menggunakan faktor suhu lingkungan dan grafik

model yang ditampilkan masih berbentuk 2 dimensi. Kekurangan ini membuat

peneliti tertarik untuk membuat pemodelan polutan partikulat yang melibatkan

suhu di dalamnya serta grafik model yang ditampilkan dalam bentuk dua dan

tiga dimensi.

Untuk membantu menyelesaikan persamaan Gaussian dan untuk membuat

model sebaran dalam bentuk grafik, peneliti menggunakan software Matlab

7.12 karena Matlab 7.12 merupakan perangkat lunak dengan kemampuan

numerik yang andal dan menyediakan fasilitas grafik yang memadai. Selain

itu, Matlab 7.12 ini sudah mendukung Graphic Using Interface (GUI) yang

membuat tampilan aplikasi yang akan dibuat kelak lebih menarik.

B.Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai

berikut:

1. bagaimana merumuskan Gaussian model point source dari modifikasi

persamaan Gaussian Plume Model;

2. bagaimana validitas dari hasil perhitungan konsentrasi gas dan partikulat

molekul yang berasal dari cerobong asap pada pabrik semen dengan

Gaussian model point source terhadap data primer yang diperoleh dari

(20)

4

3. bagaimana visualisasi pola dispersi gas dan partikulat molekul yang berasal

dari cerobong asap pada pabrik semen dalam bentuk grafik 2 dimensi dan 3

dimensi dengan menggunakan softwareMatlab 7.12.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. merumuskan Gaussian Model Point Source dengan memodifikasi

persamaan Gaussian Plume Model untuk mengetahui pola dispersi polutan

gas dan partikulat molekul pada pabrik semen.

2. validasi hasil perhitungan konsentrasi gas dan partikulat molekul pada

cerobong asap di pabrik semen dengan Gaussian Model Point Source

terhadap data primer yang diperoleh dari hasil sampling lapangan.

3. visualisasi pola dispersi gas dan partikulat molekul pada pabrik semen

dalam bentuk grafik dua dimensi dan tiga dimensi dengan menggunakan

softwareMatlab 7.12.

D. Batasan Masalah

Sesuai dengan rumusan masalah, maka batasan masalah untuk penelitian ini

meliputi:

1. penerapan Gaussian Model Point Source hanya pada gas dan partikulat

molekul yang berasal dari cerobong asap pada pabrik semen;

(21)

3. dispersi polutan berlangsung dalam kondisi steady-state yaitu jumlah

polutan yang didispersikan tetap serta berlangsung pada kondisi sekitar

yang tetap;

4. tidak ada reaksi kimia yang terjadi antara polutan dan materi lain di udara;

5. polutan yang jatuh di tanah tidak diserap oleh tanah, tetapi dipantulkan

kembali ke udara;

6. lingkungan wilayah yang disimulasikan merupakan wilayah di sekitar

cerobong dengan luasan volume disesuaikan dengan kemampuan kapasitas

memori alat komputer yang digunakan;

7. visualisasi pola dispersi hanya dibuat dalam bentuk grafik 2 dimensi dan 3

dimensi;

8. alat bantu software yang digunakan adalah Matlab 7.12.

E.Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. memberikan informasi yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan

kebijaksanaan berkenaan dengan ambang batas emisi polutan gas dan

partikulat molekul yang dihasilkan oleh pabrik semen;

2. menyimulasikan aliran konsentrasi polutan gas dan partikulat molekul dari

cerobong sebagai aktivitas industri guna memprediksi dampak lingkungan

yang ditimbulkan;

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang simulasi dispersi polutan ini sudah pernah dilakukan

sebelumnya. Salah satunya dilakukan oleh Sri Suryani, dkk (2010) yaitu membuat

model sebaran polutan SO2 pada cerobong asap PT. Semen Tonasa. Penelitian

tersebut menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif dengan mendesain

suatu bentuk pemodelan sebaran polutan SO2 dengan persamaan kepulan asap

Gauss point source. Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi terbesar gas SO2

pada pabrik unit II/III adalah 0,090 ppm, konsentrasi terbesar gas SO2 pada pabrik

unit IV adalah 0,12 ppm pada jarak 350 meter – 500 meter dari sumber. Namun

penelitian memiliki beberapa kekurangan yaitu tidak menggunakan faktor suhu

lingkungan dalam menentukan nilai konsentrasi SO2. Selain itu grafik penyebaran

konsentrasi SO2 ditampilkan hanya dalam 2 dimensi. Beberapa hasil simulasi

(23)

Gambar 1. Model Konsentrasi sebaran SO2 pada Cerobong Unit II/III

(Sumber:Suryani, dkk, 2010)

Gambar 2. Model Sebaran SO2 pada Cerobong Unit IV arah sumbu Y

(24)

8

Penelitian serupa juga dilakukan oleh Supriyono (2010) yaitu aplikasi komputer

untuk visualisasi pola sebaran konsentrasi gas dari sumber titik instan dalam

fluida diam dan medium anisotrop. Penelitian tersebut menggunakan model difusi

tak tunak dari sumber titik instan dalam fluida diam dan model difusi dari sumber

titik instan di dalam medium anisotrop serta penggambaran konsentrasi gas dalam

kurva distribusi gauss dalam bentuk 2 dimensi dan 3 dimensi dengan bantuan

software Matlab 6.1. Namun, tidak jauh berbeda pada penelitian Sri Suryani, dkk

(2010) penelitian ini juga tidak menggunakan faktor suhu lingkungan. Hasil

simulasi dari penelitian supriyono dapat dilihat pada gambar 3, 4, 5, dan 6.

(25)

Gambar 4. Tampilan grafik 2-Dimensi untuk Difusi Fluida Diam (Sumber:Supriyono, 2010)

(26)

10

Gambar 6. Tampilan Kontur untuk Difusi Anisotrop (Sumber:Supriyono, 2010)

B. Perbedaan dengan Penelitian Sebelumnya

Pada penelitian ini penulis mencoba menerapkan model penyebaran polutan

dengan metode dispersi Gaussian point source untuk diuji cobakan pada lokasi

dan objek yang berbeda dengan membandingkan salah satu hasil penelitian

sebelumnya dalam hal tingkat keakurasian antara hasil simulasi dengan data

sampling. Setelah mendapatkan tingkat akurasi yang baik, persebaran polutan gas

(27)

C. Teori Dasar

1. Udara

Menurut Wahyu dalam Puspitasari (2011) bahwa udara merupakan suatu

campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi. Campuran

gas tersebut memiliki komposisi yang bervariasi. Air dalam bentuk uap H2O

dan karbon dioksida merupakan komponen yang konsentrasinya yang paling

bervariasi. Cuaca dan suhu adalah faktor yang mempengaruhi jumlah uap air

yang terdapat di udara.

Udara sebagai sumber daya alam yang mempengaruhi kehidupan manusia serta

makhluk hidup lainnya harus dijaga dan dipelihara kelestarian fungsinya untuk

pemeliharaan kesehatan dan kesejahteraan manusia serta perlindungan bagi

makhluk hidup lainnya. Supaya udara dapat bermanfaat sebesar-besarnya bagi

pelestarian fungsi lingkungan hidup, maka perlu dipelihara, dijaga dan dijamin

mutunya melalui pengendalian pencemaran udara (PP No. 41 Tahun 1999).

Seyogianya udara yang merupakan sumber daya alam harus dapat

dipertahankan kestabilannya untuk mencegah bencana akibat dari udara yang

sudah tidak seimbang seperti efek rumah kaca. Efek rumah kacaadalah proses

masuknya sinar matahari ke bumi dan dipantulkan kembali oleh permukaan

bumi dimana sinar itu berubah menjadi energi panas yang berupa sinar

inframerah selanjutnya energi panas terperangkap dalam atmosfer bumi akibat

keberadaan gas-gas rumah kaca yang mengakibatkan kenaikan suhu bumi.

(28)

12

matahari yang dipantulkan oleh bumi sehingga menyebabkan kenaikan suhu di

permukaan bumi.

Efek rumah kaca ini tidak bisa dicegah dengan mudah. Hal ini dikarenakan

aktivitas manusia yang semakin meningkat yang memproduksi gas-gas

penghasil efek rumah kaca. Di Bumi terdapat sekitar 5,8 Miliar ton udara

dengan berbagai macam jenis gas di dalamnya. Salah satu gas itu adalah CO2.

Gas ini merupakan salah satu tersangka utama efek rumah kaca.

Gambar 7. Efek Rumah Kaca (Sumber:portal.paseban.com)

Dengan semakin memburuknya kualitas udara terutama di kota-kota besar

yang menjadi pusat industry akan semakin menambah buruknya kualitas udara

yang dapat menyebabkan berbagai penyakit akibat udara yang tidak bersih.

Untuk melakukan pencegahan secara konstan dan berkesinambungan maka

perlu adanya pemetaan tentang pencemaran udara. Sehingga dengan pemetaan

ini akan diperoleh sebuah solusi nyata untuk mengatasi dampak pencemaran

(29)

2. Baku Mutu Udara

Baku mutu udara adalah ambang batas dari konsentrasi polutan yang dianggap

tidak berbahaya bagi makhluk hidup. Standar kualitas udara ini disajikan

dalam berat persatuan volume persatuan waktu serta telah tertuang pada surat

Keputusan Menteri No. KEP-2/MENKLH/I/1988 Tentang Pedoman Penetapan

Baku Mutu Lingkungan yang dikeluarkan pada tanggal 19 Januari 1988 oleh

Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan hidup.

Baku mutu udara ini dikelompokkan menjadi 2 bagian. yaitu baku mutu udara

ambien dan baku mutu udara emisi. Baku mutu udara ambien adalah batas

konsentrasi yang diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar di udara, namun

tidak menimbulkan gangguan terhadap makhluk hidup. Sedangkan baku mutu

emisi adalah batas kadar yang diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar

untuk dikeluarkan dari sumber pencemaran ke udara ambien.

Berkaitan dengan nilai maksimal dari konsentrasi emisi pada udara ambien

maka hal tersebut telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun

(30)

14

Tabel 1 Baku Mutu Udara Ambien Nasional

No Parameter Waktu Baku Mutu Pengukuran

1. SO2

Sumber : Lampiran Peraturan Pemerintah Indonesia No. 41, 1999

3. Pencemaran Udara

Pencemaran udara adalah masuknya zat pencemar ke dalam udara atau

atmosfer dalam jumlah yang melebihi ambang batas yang masih

diperkenankan untuk kesehatan makhluk hidup maupun estetika. Zat pencemar

udara adalah partikel-partikel halus yang mengambang dalam udara (aerosol),

partikel debu, asap dan gas-gas beracun (toksik), sebagai aktivitas sampingan

manusia dan alam (Rahmawati, 2003).

4. Pencemar Udara

Pencemar udara adalah substansi di atmosfer yang pada kondisi tertentu akan

membahayakan manusia, hewan, tanaman atau kehidupan mikroba atau bahan

bangunan (Oke, 1978). Menurut Slamet Ryadi (1982) berdasarkan asal mula

dan kelanjutannya perkembangan zat pencemarnya, pencemar udara dapat

(31)

a. Pencemar Primer

Pencemar primer adalah semua pencemar yang berbeda di udara dalam

bentuk yang hampir tidak berubah, seperti saat ia dibebaskan dari sumber

sebagai hasil atau proses tertentu. Di dalam udara ambien, sebagian polutan

primer akan mempertahankan bentuk senyawa aslinya (Anonim B, 2007).

Umumnya berasal dari sumber-sumber yang diakibatkan oleh aktivitas

manusia misalnya: kegiatan industri, transportasi, dan lain-lain. Contoh dari

pencemar primer antara lain : SO2, CO, NOx, dan CH4.

b. Pencemar sekunder

Pencemar sekunder adalah merupakan hasil reaksi antara pencemar primer

dengan pencemar lain yang ada di dalam udara. Reaksi yang dimaksud

antara lain adalah reaksi fotokimia dan reaksi oksida katalis, termasuk

dalam kategori ini adalah O3 dan Peroksiasetil Nitrat (PAN).

Kemudian zat-zat yang menyebabkan terjadinya pencemaran udara dalam

bentuk fisiknya dapat berupa gas maupun partikulat molekul (Anomim C,

2009).

Zat Pencemar Gas

Zat pencemar gas dapat berupa polutan organik seperti halnya gas

Sulfur (SO2, SO3 dan H2S), gas Nitrogen (NO2, NO dan NOX),

(32)

16

(ozon dan sejenis oksidannya), Sianida (HCN) dan senyawa Amonium

(NH3).

Gas yang terbentuk dari unsur organik, misalnya hidrokarbon (methan,

ethan, oktane, acetylene, butadiene, toulen, benzpyrene), senyawa

oksigen alifatis (formaldehida, aceton, asam organik, alkohol,

cyanogen chloride, bromibenzyl cyanide, peroxyacyl nitrite/nitriat)

(Witono, 2003).

Partikulat Molekul

Partikulat yaitu padatan atau cairan di udara berbentuk asap, debu dan

uap. Komposisi dan ukuran partikulat sangat berperan dalam

menentukan pajanan. Ukuran partikulat debu yang membahayakan

kesehatan umumnya berkisar 0,1 mikron – 10 mikron. Partikulat juga

merupakan sumber utama haz (kabut asap) yang menurunkan

visibilitas. PM10 (Particulate Matter10) berukuran ≤ 10 mikron dapat

mengganggu saluran pernafasan bagian atas dan menyebabkan Iritasi.

PM2,5 (Particulate Matter2,5) berukuran ≤ 2,5 mikron akan langsung

masuk ke dalam paru-paru dan mengendap di alveoli (Anonim B,

2007).

5. Sumber Pencemar Udara

Banyak jenis komponen kegiatan yang dapat menjadi sumber emisi. Baik itu

(33)

pasca-operasi (Anonim A, 2007). Menurut PP 41 Tahun 1999 tentang

Pengendalian Pencemaran Udara, sumber penyebab terjadinya pencemaran

udara (oleh kegiatan manusia), dapat dikelompokkan menjadi:

a. Sumber bergerak (mobile source), yaitu yang berasal dari kegiatan

transportasi/kendaraan bermotor;

b. Sumber bergerak spesifik, yaitu yang berasal dari kereta api, pesawat

terbang, kapal laut dan kendaraan berat lainnya;

c. Sumber tidak bergerak (stationary source), yaitu yang berasal dari sumber

emisi yang tetap pada suatu tempat. Kemudian sumber ini dikelompokkan

kembali menjadi beberapa bagian, yaitu sumber titik (point souce), sumber

ruang (volume source), sumber area (area source), dan sumber garis (lines

source).

d. Sumber tidak bergerak spesifik, yaitu yang berasal dari kebakaran

hutan/lahan dan pembakaran sampah.

6. Model Perkiraan Dispersi Emisi Gas Buang

a. Pengertian Disperi

Jika aliran polutan yang kontinu terlepas dari sumbernya dan tertiup oleh

angin yang tetap (steady state) di atmosfer terbuka, pertama-tama polutan

tersebut akan naik dari lubang sumber (cerobong). Kemudian aliran polutan

tersebut akan berbelok ke bawah dan terus bergerak sesuai dengan arah

rata-rata angin yang mengencerkan polutan dan membawanya menjauhi

(34)

18

menyebar atau dispersi dalam arah vertikal dan horizontal terhadap garis

pusat (centre line) plume. Gambar skematik plume polutan yang keluar dari

cerobong dengan tinggi cerobong h, kenaikan plume ∆ℎ dan tinggi efektif

dari cerobong (� = ℎ + ∆ℎ) dapat dilihat pada gambar 8.

Gambar 8. Penyebaran Polutan dua dimensi dalam bentuk Plume Bentuk dispersi tersebut secara umum berbentuk tiga dimensi mengikuti

hukum difusi, yaitu gerakan fluida dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi

rendah. Akan tetapi, penyebaran polutan dalam bentuk plume ini juga

diakibatkan oleh faktor-faktor lain sebagai difusi molekul tersebut.

Perlu diketahui bahwa setiap fluida yang mengalir turbulen mengandung

pusaran arus (eddy) yang merupakan fluktuasi acak daripada rata-rata

aliran. Pusaran arus mungkin masuk ke bagian sempit plume dan secara

cepat mengubah konsentrasi polutan di bagian dalam akibat udara bersih

(35)

Akibatnya, ukuran plume membesar dan konsentrasi polutan dalam plume

semakin menurun. Pusaran arus ini dapat bekerja pada arah mendatar

maupun vertikal.

Pusaran arus dalam atmosfer berasal dari pengaruh termal dan mekanik.

Misalnya energi matahari yang diserap oleh permukaan bumi akan diubah

menjadi panas. Energi panas pada permukaan ini dipindahkan ke dalam

udara lapisan terdekat melalui konduksi dan konveksi, yang selanjutnya

menciptakan pusaran termal. Adapun pusaran arus mekanik terjadi akibat

guntingan permukaan tanah sebagai akibat adanya aliran udara pada

permukaan tanah yang kasar (pohon-pohon atau gedung-gedung).

Permukaan kasar akan menghasilkan pusaran arus yang lebih besar

daripada permukaan yang rata (padang pasir atau permukaan bersalju).

Alasan lain adanya penyebaran plume karena perubahan acak yang terjadi

pada angin. Konsentrasi polutan pada titik tertentu diukur dalam periode

waktu tertentu yang disebut waktu rata-rata sampling. Akan tetapi, selama

pengukuran ini, kondisi angin mungkin berubah arah dan besarnya

sehingga mungkin membawa polutan dalam waktu sesaatnya lebih besar

atau lebih kecil dari pada dalam waktu yang dicatat secara rata-rata oleh

alat pencatat polutan. Lebih lama waktu yang digunakan untuk

mendapatkan nilai rata-ratanya, perubahan angin pada waktu sesaat tersebut

akan terjadi lebih sering. Fluktuasi acak sedemikian menyebabkan

(36)

20

Akibat dari pusaran arus dan fluktuasi angin maka perhitungan parameter

plume harus berdasarkan waktu rata-rata bukan waktu sesaat. Konsentrasi

polutan berdasarkan waktu rata-rata pada jarak x, searah angin dari

sumbernya didistribusikan pada arah kurang lebih y. Walaupun demikian

profil konsentrasi polutan pada waktu sesaat pada arah Y0 dan jarak X0,

sangatlah berbeda, seperti terlihat dalam Gambar 9 .

Gambar 9. Pandangan atas plume pada waktu sesaat rata-rata satu jam

Perlu diketahui bahwa pada saat jarak X0 naik, penyebaran polutan melebar

dalam arah y dan konsentrasi maksimum berkurang. Skema dari proses ini

(37)

Gambar 10. Profil konsentrasi polutan sebagai fungsi jarak arah angin

Penyebaran yang senada dari plume terjadi juga pada arah vertikal sehingga

menghasilkan distribusi normal lainnya. Dengan demikian, distribusi

polutan dinamakan distribusi normal. Salah satu metode dalam

pengembangan persamaan untuk membuat model distribusi polutan dengan

sifat-sifat ini adalah dengan menganggap kondisi angin steady state dan

memperhitungkan penyebaran plume hanya berdasarkan dasar pusaran arus.

Berdasarkan pendekatan ini, persamaan diferensial tingkat dua dapat

diturunkan dari anggapan keseimbangan materi. Salah satu penyelesaian

persamaan ini dikenal dengan nama persamaan difusi Fickian, yaitu

persamaan yang memprediksi konsentrasi polutan terdistribusi secara

normal. Walaupun demikian, model ini memerlukan penggunaan rata-rata

difusivitas pusaran arus dan angin steadystate yang hanya merupakan salah

satu perkiraan nyata setara eksperimen. Pendekatan lain yang diakui

(38)

22

proses perhitungan statistik. Model ini sering disebut dengan persamaan

Dispersi Gaussian (Witono, 2003).

Metode yang akan digunakan pada penelitian ini adalah metode distribusi

gaussian yang berasal dari satu sumber titik. Oleh karena itu, pembahasan

hanya dibatasi pada metode distribusi gaussian yang berasal dari satu

sumber titik saja.

b. Distribusi Gaussian

Sampai saat ini, model Gaussian tetap dianggap paling tepat untuk

melukiskan secara matematis pola 3 dimensi dari perjalanan semburan

(plume) emisi (Anonim A, 2007). Distribusi Gaussian atau normal sering

dihasilkan dari proses acak. Peubah acak x dikatakan terdistribusi Gaussian

atau normal bila memenuhi persamaan

Gaussian bentuk kurva penyebarannya dianggap seperti bel (gambar 11).

(39)

Gambar 11. Kurva normal dengan  12 dan  12

Tampak pada gambar 11, nilai

merepresentasikan posisi nilai maksimum

dari persamaan f(x) sedangkan parameter  berfungsi untuk mempertajam

bentuk kurva. Apabila nilai  12 maka posisi nilai maksimum kurva

tersebut akan berada pada posisi yang sama (gambar 12).

Gambar 12. Kurva normal dengan  12 dan  12

Kemudian untuk peubah acak x dan y masing-masing berdistribusi normal

dan saling bebas, fungsi kepadatan peluangnya (fkp) merupakan hasil

perkalian dari fkp peubah acak x dan y. Hasil perkalian antara kedua

(40)

24

Prosedur dasar yang digunakan dalam perhitungan dispersi (standar

deviasi) mengikuti teori probabilitas normal Gaussian telah diperkenalkan

aplikasinya oleh Pasquill (1961) yang selanjutnya dimodifikasi oleh Gifford

(1961).

c. Estimasi Dispersi di Atmosfer

Dalam sistem koordinasi estimasi dispersi atmosfer untuk koordinat x

dianggap sebagai arah horizontal sepanjang arah angin. Koordinat y

merupakan bidang horizontal dan tegak lurus terhadap koordinat x

sedangkan z sama seperti koordinat y tetapi ke arah vertikal. Plume

bergerak sepanjang atau sejajar dengan koordinat x. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada gambar 12.

Gambar 13. Estimasi Dispersi di Atmosfer h

h

(41)

d. Persamaan Gaussian untuk Sumber Titik

Konsentrasi C dari gas atau aerosol (partikel kurang dari 20 mikron

diameternya) pada x, y, z dari sumber kontinyu dengan tinggi emisi efektif

H, dirumuskan dalam persamaan 3.

 

� , , ,� : konsentrasi polutan udara dalam massa per volume ��/�

Q : laju emisi polutan dalam massa per waktu ��/ ���

UH : kecepatan angin di tinggi efektif (m/detik)

� : koefisien dispersi secara horizontal terhadap sumbu x (m)

� : koefisien dispersi secara vertikal terhadap sumbu x (m)

� : konstanta matematika untuk phi (3,14)

H : Tinggi efektif stack (cerobong) dari pusat kepulan (m)

(H   h h )

x : Jarak pengamat terhadap cerobong yang searah dengan arah

angin (m)

y : jarak pengamat sejajar dengan sumbu-y dari sumber emisi

(m)

(42)

26

7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyebaran Polutan

Kecepatan penyebaran polutan dipengaruhi oleh beberapa faktor meteorologi.

Meteorologi merupakan ilmu yang mengkaji kedinamisan atmosfer. Kecepatan

angin, temperatur, dan stabilitas atmosfer adalah faktor meteorologi yang

sangat berpengaruh dalam penyebaran polutan (Sianturi, 2004).

a. Kecepatan Angin

Ada 3 hal yang penting dari peran angin terhadap proses dispersi di atmosfer,

antara lain:

1) emisi disebarkan oleh faktor proporsional terhadap kecepatan angin yang

berhembus melewati sumber emisi;

2) angin menyebabkan bertambahnya turbulensi mekanis;

3) semakin besar kecepatan angin maka penyebab buoyancy akan diperkecil

efeknya sehingga ketinggian penyebaran zat polutan pada ketinggian

sekitar zat terjaga.

Friksi pada permukaan tanah akan berpengaruh terhadap kecepatan angin

sehingga kecepatan di atas lebih tinggi daripada kecepatan di bawah.

Perubahan kecepatan angin terhadap ketinggian dapat dirumuskan dengan

(43)

Keterangan:

p : eksponen yang nilainya bervariasi bergantung pada

stabilitas atmosfer (Hoesodo, 2004).

Nilai P merupakan fungsi dari kelas stabilitas Pasquil-Gifford dan kondisi

topografis. Nilai P pada kondisi urban dan rural dapa dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Variasi nilai eksponensial kecepatan angin untuk daerah rural dan urban

Kelas Stabilitas Eksponensial Kecepatan Angin (p)

Urban Rural

Pancaran sinar matahari yang menuju bumi merupakan fluks energi. Fluks

energi ini bervariasi harian (saat fajar, siang hari, sore hari dan malam hari),

musiman (musim dingin dan panas), secara geografi (kutub, khatulistiwa),

(44)

28

mengakibatkan semakin banyak energi yang mencapai permukaan. Selain

permukaan yang memiliki daya pantul yang lebih besar (seperti salju atau

es), semua energi tersebut akan diserap oleh tanah sehingga memanaskan

permukaan bumi. Kemudian energi panas ini akan ditransfer ke udara di

sekitar tanah dalam jumlah yang banyak sehingga udara panas cenderung

naik dengan cepat. Dalam hal ini, atmosfer dikatakan unstable.

Stabilitas atmosfer adalah metode yang digunakan untuk mengklasifikasi

kemampuan atmosfer untuk mengencerkan dan mencampur udara. Metode

klasifikasi yang digunakan EPA juga melibatkan mekanik angin karena

dapat mendominasi efek pencampuran panas.

Tabel 3. Kestabilan Atmosfer (Pasquil-Gifford) Kecepatan Angin

1) kecepatan angin diukur 10 meter dari tanah;

2) kondisi siang hari cerah pada musim panas dengan matahari >600 di

atas horizon;

3) kondisi siang hari musim panas dengan sedikit awan atau siang hari

(45)

4) kondisi sore hari atau siang hari berawan musim panas atau siang hari

cerah musim panas dengan matahari antara 1500– 3500 ;

5) kondisi awan didefinisikan sebagai fraksi langit tertutup awan;

6) untuk kondisi A-B, B-C, atau C-D rata-rata nilai berlaku untuk

masing-masing.

Nilai koefisien dispersi ini didasarkan pada kelas stabilitas atmosfer. Skema

untuk menentukan nilai koefisien dispersi telah banyak dikembangkan oleh

para ilmuwan. Skema yang telah dikembangkan oleh Turner adalah skema

yang paling banyak diterima untuk menentukan koefisien dispersi. Skema ini

menggunakan pendekatan dari hasil penelitian Pascuill dan Giford yang

kemudian metode ini disebut dengan koefisien Pascuil-Giford-Turner (PGT).

(46)

30

Gambar 14. Grafik koefisien dispersi pada sumbu-z di daerah rural

(47)

Kesulitan untuk menentukan nilai koefisien dispersi

 

 yang akurat

menyebabkan munculnya persamaan-persamaan empiris sebagai solusi dari

penentuan nilai koefisien tersebut. Persamaan McMullen merupakan

persamaan yang paling banyak digunakan untuk menentukan nilai koefisien

Turner pada daerah rural, yaitu:

2 exp(I J(ln )x K(ln ) )x

    (5)

 : koefisien dispersi (m)

x : jarak searah dengan angin (m)

Kemudian untuk nilai konstanta I, J dan K dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Konstanta I,J dan K pada persamaan McCullen

Kelas Stabilitas

Pasquill

Untuk menentukan nilai

y

 Untuk menentukan nilai z

I J K I J K

Untuk asap yang melewati dari perkotaan (urban), posisi konsentrasi maksimal

pada permukaan tanah tidak hanya lebih dekat dengan sumber emisi,

melainkan memiliki nilai konsentrasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan

asap yang melewati daerah rural. Hal ini disebabkan oleh pencampuran

turbulensi yang berasal dari bangunan-bangunan tinggi di sekitar cerobong

(48)

32

Untuk area perkotaan (urban), nilai koefisien dispersi dapat ditentukan dengan

persamaan:

1

K Ix Jx

   (6)

Sementara nilai konstanta I, J dan K dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Konstanta I,J dan K pada persamaan McCullen

Kelas Stabilitas

Pasquill

Untuk menentukan nilai

y

 Untuk menentukan nilai z

I J K I J K

merupakan jumlah dari tinggi cerobong ditambah dengan plume rise atau

kenaikan kepulan asap atau secara matematis ditulis sebagai:

(49)

Bergeraknya polutan secara vertikal disebabkan oleh tingginya kecepatan awal

polutan saat keluar cerobong dan kemampuan bergerak naik (buoyancy) akibat

tingginya suhu polutan. Sketsa dari plume rise dapat dilihat pada gambar 16.

Gambar 16. Plume Rise

Untuk menentukan nilai plume rise berbagai persamaan dan model matematika

telah diajukan. Dua di antara persamaan tersebut diajukan oleh Holland dan

Briggs.

Secara matematis persamaan Holland sebagai:

(50)

34

Persamaan Holland ini masih memiliki kelemahan yaitu tidak memperhatikan

sisi kestabilan atmosfer. Oleh karena itu Briggs kemudian mempublikasikan

persamaan untuk menentukan plume rise dengan melibatkan parameter

stabilitas dan parameter buoyancy.

1) Parameter Stabilitas

Parameter stabilitas dilambangkan dengan s

 

1 2

sec yang berfungsi

mengklasifikasikan pengaruh pergolakan udara di atmosfer pada plume

rise. Parameter stabilitas dirumuskan dengan:

g d

(51)

Gradien kekuatan suhu merupakan selisih antara suhu udara sekitar

(ambient temperature gradient) dengan laju perubahan adiabatik

(adiabatic lapse rate) yang ideal. Nilai dari gradien kekuatan suhu dapat

adiabatik Gradien Kekuatan Suhu

dT

Parameter fluks buoyancy digunakan untuk mengklasifikasikan laju aliran

buoyancy pada polutan yang keluar dari cerobong asap. Secara matematis

persamaan fluks buoyancy ditulis dengan:

2 pc u

v : kecepatan polutan keluar dari cerobong asap (m/s)

(52)

36

MATLAB merupakan software yang andal untuk menyelesaikan berbagai

permasalahan komputasi numerik yang diproduksi oleh The Mathwork, Inc.

Solusi dari permasalahan yang berhubungan dengan vektor dan matriks dapat

diselesaikan dengan mudah dan sederhana menggunakan software ini. Bahkan,

software ini dapat memecahkan inversi matriks dan persamaan linear dengan

cepat dan mudah sekali.

Ada beberapa toolbox yang disediakan MATLAB untuk menyelesaikan kasus

yang lebih khusus, antara lain:

Imageprocessing menyediakan berbagai fungsi yang berhubungan

pengolahan citra;

Signal Processing menyediakan berbagai fungsi yang berhubungan

dengan pengolahan sinyal;

Neural Network menyediakan berbagai fungsi yang berhubungan dengan

jaringan saraf tiruan (Irawan, 2012).

Agar Matlab 7.12 dapat berjalan dengan baik, kriteria minimal hardware yang

(53)

Processor minimal Intel Pentium IV (mendukung SSE2) atau AMD yang

sudah mendukung SSE2;

RAM minimal 1024 MB (1 GB);

Ruang kosong pada hardisk minimal 1 GB;

Sistem operasi dimulai Windows XP Service Pack 3 hingga versi terbaru

yaitu windows 8 (The MathWorks, 2011).

a. Memulai MATLAB

Menjalankan Matlab dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut.

1) Start, program, MATLAB, R2011a

2) Menggunakan icon MATLAB 7.12.

b. Lingkungan Kerja MATLAB

Matlab menyediakan lingkungan kerja terpadu layaknya bahasa pemrograman

lainnya. Lingkungan terpadu ini senantiasa dilengkapi seiring dengan

pembaruan versinya. Lingkungan terpadu ini terdiri beberapa form/window

yang memiliki fungsi masing-masing. Gambar 17 adalah tampilan form utama

(54)

38

Gambar 17. Tampilan window utama MATLAB 7.12

Window Utama MATLAB

Window ini merupakan window induk yang melingkupi seluruh

lingkungan kerja MATLAB. Pada versi-versi sebelumnya, window ini

secara khusus belum ada namun terintegrasi dengan command window.

Tidak ada fungsi utama yang ditawarkan oleh window ini selain sebagai

tempat dock-ing bagi form yang lain.

Workspace window

Workspace adalah suatu lingkungan abstrak yang menyimpan seluruh

variabel dan perintah yang pernah digunakan selama penggunaan

MATLAB berlangsung. Window ini juga baru diperkenalkan pada versi 6,

berfungsi sebagai navigator bagi pemakai dalam penyediaan informasi

mengenai variabel yang sedang aktif dalam workspace pada saat

pemakaian. Tampilan worskpace dapat dilihat pada gambar 18.

Workspace

Commad Histrory Curret Folder

(55)

Gambar 18. Tampilan Workspace

Current Folder Window

Window ini juga fasilitas yang diperkenalkan pada versi 6. Window ini

berfungsi sebagai browser direktori aktif yang hampir sama dengan

window explorer. Tampilan Current Folder Window dapat dilihat pada

gambar 19.

(56)

40

Command History

Window ini berfungsi sebagai penyimpan perintah-perintah yang pernah

dikerjakan pada suatu workspace. Window ini mulai diperkenalkan pada

MATLAB 6. Untuk tampilan Command History dapat dilihat pada gambar

20.

Gambar 20. Tampilan Command Window

MATLAB Editor

Window ini berfungsi untuk membuat skrip program MATLAB. Walaupun

skrip program dapat dibuat dengan menggunakan berbagai program editor

seperti notepad, wordpad, word dan lain-lain. Namun sangat dianjurkan

untuk menggunakan MATLAB editor ini karena kemampuannya dalam

mendeteksi kesalahan pengetikan sintak oleh programmer.

Saat window utama MATLAB muncul, window MATLAB editor tidak

akan muncul dengan sendirinya. Untuk menampilkan MATLAB editor

(57)

prompt MATLAB atau dengan cara mengklik pada icon Creat New.

Tampilan MATLAB editor dapat dilihat pada gambar 21.

Gambar 21. Tampilan MATLAB editor

Graphical User Interface (GUI)

Interaksi antara user dengan perintah teks semakin dipermudah dengan

adanya GUI. GUI merupakan tampilan grafis yang membuat program

menjadi lebih user friendly (Paulus & Nataliani, 2007).

Untuk membuka lembar kerja GUI dalam MATLAB dapat digunakan cara

mengklik File, New, GUI atau mengetikkan guide pada commandwindow.

(58)

42

Gambar 22. Tampilan GUI pada MATLAB

c. Bekerja dengan MATLAB

Membuat sebuah program pada MATLAB dapat dilakukan dengan 2 cara,

yaitu langsung mengetikkan di command window atau menggunakan File M.

1) Langsung di Command Window

Cara ini yang sering digunakan oleh pemula, namun akan sulit bagi

seorang user untuk mengevaluasi perintah secara keseluruhan karena

biasanya perintah hanya dilakukan baris per baris.

2) Menggunakan File M

Cara ini biasanya digunakan oleh programmer yang lebih mahir.

Kelebihan cara ini terletak pada kemudahan untuk mengevaluasi

(59)

membutuhkan waktu pengerjaan yang cukup lama serta skrip yang

cukup panjang.

d. Operator Aritmatika MATLAB

Operasi matematika dalam MATLAB sangat sederhana, sama halnya dengan

menggunakan kalkulator biasa. Operator-operator aritmatika yang digunakan

dalam MATLAB dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7 Operator-Operator Aritmatika dalam MATLAB

Operasi Format

Aljabar

MATLAB Contoh

Penjumlahan + a+b 5+7

Pengurangan − a-b 8-4

Perkalian × a*b 8.12*6.15

Permbagian kanan ÷ a/b 3.14/4.6

Pembagian Kiri ÷ a\b 3\6

(60)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Penelitian ini dilaksanakan Juli sampai dengan Oktober 2013 di Laboratorium

Pemodelan Fisika Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam Universitas Lampung.

B. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

1. Laptop

Adapun spesifikasi laptop yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat

pada tabel 8.

Tabel 8. Spesifikasi Teknis

Deskripsi Spesifikasi

Processor Intel Core to 2 (2,2 GHz)

Video Mobile Intel GMA 4500MHD

RAM 3 GB

Hard disk 320 GB

Operating System Microsoft Windows 7

2. Software

(61)

3. Data Primer

Data ini diperoleh langsung dari penelitian yang dilakukan di lokasi

pabrik semen.

4. Data sekunder

Data ini merupakan data keadaan geografi yang menginformasikan

kecepatan angin dan stabilitas atmosfir rencana lokasi pabrik semen. Data

ini diperoleh dari Badan Meteorolgi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

C. Prosedur Penelitian

1. Pengumpulan Data Primer dan Sekunder

Data primer dan sekunder berfungsi sebagai referensi yang akan

digunakan pada persamaan gaussianplume model. Data ini bisa diperoleh

data pengamatan langsung di lapangan (data primer) dan Badan

Meteorolgi Klimatologi dan Geofisika untuk data sekunder

2. Penyelesaian Numerik Persamaan Gaussian pada Gas dan Partikulat Molekul

Langkah selanjutnya yaitu mendefinisikan kedua bentuk persamaan

Gaussian yaitu persamaaan untuk gas dan partikulat molekul. Persamaan

yang digunakan adalah persamaan (1):

(62)

46

Kemudian persamaan tersebut diubah ke dalam bentuk numerik. Setelah

didapat bentuk numeriknya, persamaan numerik tersebut diselesaikan

dengan menggunakan bahasa pemrograman matlab.

3. Aplikasi dari penyelesaian Persamaan Gaussian

Setelah mendapat penyelesaian akhir dari persamaan Gaussian untuk gas

dan partikulat molekul dalam bentuk numerik, langkah selanjutnya adalah

mengaplikasikan penyelesaian persamaan Gaussian tersebut. Adapun

aplikasi dalam penelitian ini adalah membuat simulasi penyebaran polutan

yang berasal dari cerobong asap berupa grafik dua dimensi, contour dan

tiga dimensi dengan variasi nilai suhu cerobong, kecepatan angin dan

tinggi efektif cerobong guna mengetahui pengaruh ketiga parameter

tersebut terhadap penyebaran konsentrasi polutan.

Pada grafik dua dimensi aplikasi ditampilkan dalam bentuk kurva

konsentrasi polutan pada sumbu x yang searah dengan arah angin dan

sumbu y yang melintang horizontal terhadap arah angin. Selain itu,

simulasi juga akan ditampilkan dalam bentuk contour dengan komponen

sumbu x, sumbu y dan konsentrasi polutan (C). Selanjutnya untuk grafik

tiga dimensi, aplikasi ditampilkan dalam bentuk kurva tiga dimensi yang

terdiri dari komponen sumbu x, sumbu y dan sumbu z yang dalam hal ini

mewakili nilai konsentasi polutan. Sebagai tambahan, simulasi ini juga

akan ditampilkan dalam bentuk peta penyebaran asap. Peta tersebut

diperoleh dari software Google Earth lalu di-mapping dengan contour

(63)

D. Flowchart Penelitian

Penelitian merupakan pendekatan pemodelan dengan analasis terhadap

kegiatan lokasi rencana pabrik semen. Langkah-langkah penelitian seperti

pada gambar 23.

Gambar 23. Flowchart Langkah-langkah penelitian MULAI

Pengumpulan data primer dan sekunder

Penyusunan Model (Gaussian Plum Model)

Running Model

Verifikasi Pengolahan data Primer

dan sekunder

Matlab 7.12

Visualisasi Model

Selesai Ya

(64)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut.

1. Konsentrasi polutan pada daerah yang berjarak 500 meter dari cerobong asap

dengan sudut 30º terhadap sumbu x (searah arah angin) sebesar 2,1 x 10-13

gr/m3

2. Semakin kecil nilai perubahan suhu

 

T antara suhu dalam cerobong

dengan suhu udara di sekitar cerobong asap, semakin bertambah panjang

diameter pola sebaran pusat .

3. Semakin besar nilai

 

T maka nilai plume rise semakin kecil.

4. Semakin besar kecepatan angin pola penyebaran polutan semakin menyempit

(65)

B. Saran

Saran yang dapat diberikan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Menambah jumlah data primer atau sekunder dengan berbagai kondisi

lingkungan sehingga diperoleh pola penyebaran polutan yang lebih bervariasi.

(66)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim (2001). Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia No.41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Jakarta: Badan Pengendalian Dampak Lingkungan.

Anonim. (1997). Memprakirakan Dampak Lingkungan Kualitas Udara. Jakarta: Kementrian Lingkungan Hidup.

Anonim. (2001). Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia No.41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Jakarta: Badan Pengendalian Dampak Lingkungan.

Anonim. (2008). Status Lingkungan Hidup Indonesia. Jakarta: Kementrian Lingkungan Hidup.

Anonim. (2009). Modul Diklat Pengendalian Pencemaran Udara Evaluasi Data Hasil Pemantauan Kualitas Udara. Jakarta: Penerbit Pusat Pendidikan dan Pelatihan.

Away, G. A. (2006). The Shortcut of Matlab. Bandung: Informatika.

Cota, H. M. (1984). A Basic Computer Program for the Gaussian Equation for a Point Source. Journal of the Air Polution Control, vol 34(3), Page 253.

Faizal. (2004). Evaluasi Penggunaan Model Gaussian pada Ruas Jalan Prof. Dr. Soepomo Jakarta Terkait dengan Keberadaan Pohon di Pinggir Jalan. Thesis. Semarang: Universitas Diponegoro.

Hoesodo, D. (2004). Permodelan Pencemaran Udara Akibat Lalu Lintas di Jalan Arteri. Thesis. Semarang: Universitas Diponegoro.

Irawan, F. A. (2012). Buku Pintar Pemrograman Matlab. Yogyakarta: Mediakom.

Laskarzewska, B., & Mehrab Mehvar. (2009). Atmospheric Chemistry In Existing Air Atmospheric Dispersion Models and Their Aplications: Trend,

(67)

Urban Area. International Journal of Advanced Research, Vol 1(7), Page 697-707.

Niam, A. G., Kudang B. Seminar, & Arief S. Yuwono. (2009). Simulasi Dispersi Gas Polutan dari Cerobong ke Lingkungan Computational Fluid Dynamics (CFD). Prosiding Seminar Nasional Himpunan Informatika Pertanian Indonesia (pp. 1-10). Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Nugroho, A. S. (2012). Hubungan Konsentrasi Debu Total dengan Gangguan Fungsi Paru pada Pekerja di PT. KS Tahun 2012. Thesis. Jakarta: Universitas Indonesia.

Oke, T. (1978). Boundary Layer Climate. London: Methuen & CO Ltd.

Puspitasari, A. D. (2011). Pola Spasial Pencemaran Udara dari Sumber Pencemar PLTU dan PLTGU Muara Karang. Skripsi. Depok: Universitas Indonesia.

Rahmawati, F. (2003). Aplikasi Model Dispersi Gauss untuk Menduga

Pencemaran Udara di Kawasan Industri. Thesis. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Reible, D. D. (1999). Fundamentals Of Environmental Engineering. United State of America: Lewis Publishers.

Ryadi, S. (1982). Pencemaran Udara. Surabaya: Usaha Nasional.

Sianipar, R. (2013). Pemrograman Matlab dalam Contoh dan Penerapan. Bandung: Informatika.

Suhariyono, G. (2002). Korelasi Karakterisasi Partikel Debu PM10/PM2,5 dan Resiko Kesehatan Masyarakat di Rumah-Rumah Sekitar Industri Semen. Thesis. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Supriyono. (2010). Aplikasi Komputer Untuk Visualisasi Pola Sebaran

Konsentrasi Gas dari Sumber Titik Instan dalam Fluida Diam dan Medium Anisotrop. Jurnal Forum Nuklir, 55-66.

Suryani, S., Gunawan, & Ambo Upe. (2010). Model Sebaran Polutan SO2 pada Cerobong Asap PT. Semen Tonasa. Konggres dan Seminar Nasional Badan Koordinasi Pusat Studi Lingkungan Hidup se-Indonesia. Pekan Baru: Universitas Hasanuddin.

The MathWorks, I. (2011). System Requirements-Releas 2011a. Retrieved September 27, 2013, from MathWorks:

(68)

Walck, C. (2007). Statistical Distributions For Experimentalists. Stockholm: University Of Stockholm.

Gambar

Gambar 1. Model Konsentrasi sebaran SO2 pada Cerobong Unit II/III  (Sumber:Suryani, dkk, 2010)
Gambar 3. Tampilan input untuk difusi Fluida Diam dan Grafiknya (Sumber:Supriyono, 2010)
Gambar 5. Tampilan grafik 2-Dimensi untuk Difusi Anisotrop dan Grafiknya (Sumber:Supriyono, 2010)
Gambar 6. Tampilan Kontur untuk Difusi Anisotrop  (Sumber:Supriyono, 2010)
+7

Referensi

Dokumen terkait