EFEKMODELPEMBELAJARANADVANCE ORGANIZER BERBANTU PETA KONSEPDANPEMAHAMAN
KONSEPAWAL TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF TINGKAT TINGGI
FISIKA SISWA SMK
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh :
FADILLAH
NIM. 8146175008
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
i
ABSTRAK
Fadillah. Efek Model Pembelajaran Advance Organizer berbantu Peta Konsep dan Pemahaman Konsep Awal terhadap Kemampuan Kognitif Tingkat Tinggi Fisika Siswa SMK.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: kemampuan kognitif tingkat tinggi fisika siswa dengan model pembelajaran advance organizer berbantu peta konsep dan pembelajaran konvensional, kemampuan kognitif tingkat tinggi fisika siswa yang memiliki pemahaman konsep awal di atas rata-rata dan konsep awal di bawah rata-rata serta interaksi model pembelajaran advance organizer berbantu peta konsep dan pemahaman konsep awal dalam mempengaruhi kemampuan kognitif tingkat tinggi fisika siswa. Penelitian kuasi eksperimen ini menggunakan pretes-posttest control group design. Sampel dalam penelitian ini yaitu kelas XI.5 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI.2 sebagai kelas kontrol yang dipilih secara cluster random sampling. Instrumen yang digunakan adalah tes kemampuan kognitif tingkat tinggi dan tes pemahaman konsep awal yang berbentuk uraian. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan anava dua jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: kemampuan kognitif tingkat tinggi fisika siswa dengan model pembelajaran advance organizer menggunakan peta konsep lebih baik daripada pembelajaran konvensional, kemampuan kognitif tingkat tinggi fisika siswa yang memiliki pemahaman konsep awal di atas rata-rata lebih baik daripada siswa yang memiliki pemahaman konsep awal dibawah rata-rata dan terdapat interaksi antara model pembelajaran advance organizer berbantu peta konsep dan pemahaman konsep awal dalam mempengaruhi kemampuan kognitif tingkat tinggi fisika siswa.
ABSTRACT
Fadillah. Advance Organizer Learning Model using Concept Map and Preconceptual Understanding on Students Physics Ability in Higher Cognitive Domain in Senior High School.
This research aimed to analyze: students physics ability in higher cognitive domain of advance organizer learning model using concept map and conventional learning, students physics ability in higher cognitive domain who has higher and lower preconceptual understanding and interaction of advance organizer learning model using concept map and preconceptual understanding on students physics ability in higher cognitive domain. The research was a quasi-experimental with pretest-posttest control group design. The sample of this research were the students of XI.5 as experiment group and XI.2 as control group that established by cluster random sampling. The preconceptual understanding data and the students physics ability in higher cognitive domain were collected by essay test. The data was analysed by using two-way analysis of varians. The result of this research are: students physics ability in higher cognitive domain of advance organizer learning model using concept map is better than conventional learning, students physics ability in higher cognitive domain who has higher preconceptual understanding is better than lower preconceptual understanding and there is a interaction of advance organizer learning model using concept map and preconceptual understanding on students physics ability in higher cognitive domain.
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan tugas akhir tesis yang berjudul“Efek Model Pembelajaran Advance Organizer Berbantu Peta Konsep dan Pemahaman Konsep Awal terhadap Kemampuan Kognitif Tingkat Tinggi Fisika Siswa SMK” ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam kepada junjungan alam Nabi Muhammad SAW yang
telah membawa umat manusia dari alam kebodohan ke alam yang penuh dengan ilmu
pengetahuan. Dalam penyusunan tugas akhir tesis ini, peneliti menyadari bahwa banyak
pihak yang telah membantu dan membimbing dalam penulisan tesis ini. Oleh karena itu
peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Rahmatsyah, M.Si selaku ketua program studi pendidikan Fisika
Pascasarjana Universitas Negeri Medan yang telah memberi perhatian pada
penulisan tesis ini.
2. Bapak Prof. Dr. Sahyar, M.S., M.M selaku Pembimbing I dan Bapak Dr. Karya
Sinulingga, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktunya
untuk memberikan bimbingan, masukan, kritik, saran, dan motivasi sehingga tesis
ini dapat diselesaikan.
3. Bapak Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si selaku narasumber I, bapak Dr. Makmur
Sirait, M.Si selaku narasumber II, dan Ibu Dr. Derlina, M.Si selaku narasumber III
selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan yang membangun
pada penulisan tesis ini.
4. Bapak Ady Ratno, S.Pd selaku Kepala Sekolah SMKTI Budi Agung Medan,
Bapak Pandu Subroto, SE, selaku waka kurikulum, Ibu Putri Adilah Noer, S.Pd dan
Budi Agung Medan yang telah membantu terlaksananya penelitian ini hingga
selesai. Dan juga kepada siswa-siswi kelas XI.2 dan XI.5 SMKTI Budi Agung
Medan tahun ajaran 2015/2016 atas kerjasama dan bantuannya selama penelitian.
5. Seluruh pegawai perpustakaan UNIMED yang telah memberikan kemudahan dan
bantuan kepada penulis dalam pembacaan dan peminjaman buku-buku.
6. Suamiku tercinta Budi Santoso dan anak-anakku yang paling kusayangi yaitu
Talita Zahra Nabila dan Alvin Habibi yang selalu memberikan motivasi dalam
segala hal.
7. Kepada orang tua penulis, Ayahanda Alm. Supardi dan Ibunda Supiana, serta
abang-abang penulis Kurniawan, Briptu Surya Dhana dan Darma Putra. Kak Siti,
Kak Piah, Kak Erna, keponakan tersayang Nurul Hsb yang selalu mensupport
penulis dan telah membantu penulis selama awal hingga akhir perkuliahan.
8. Kepada Putri Zuhra, kak Eni, temanku Mila Pane, Nurul Cibro memberikan solusi
dalam setiap permasalahan. Kepada keluarga A-2, Arini, Bima, Envil, Fine, Haflah,
Irdes, Ismadi, Johan, Naomi, Pesta, Aan, Siska dan Tio yang telah mewarnai
kehidupan penulis selama dikampus tercinta ini.
9. Kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu yang telah
memberikan bantuan dalam penyusunan tesis ini. Penulis menyadari bahwa tesis ini
masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Medan, Juni 2016
Fadillah
v
2.1.2. Model Pembelajaran Advance Organizer Berbantu
Peta Konsep 14
2.1.3. Pembelajaran Konvensional 26
2.1.4. Pemahaman Konsep Awal 27
2.1.5. Peta Konsep 29
2.1.5.1 Pengertian Peta Konsep 29
2.1.5.2 Cara Membuat Peta Konsep 30
2.1.5.3 Macam-Macam Peta Konsep 31
2.1.6. Hasil Belajar 32
2.1.6.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar 35
2.2. Penelitian yang Relevan 38
2.3. Kerangka Konseptual 40
2.4 Hipotesis Penelitian 45
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 46
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 46
3.2 Populasi dan Sampel 46
3.2.1 Populasi Penelitian 46
3.2.2 Sampel Penelitian 46
3.3 Variabel Penelitian 47
3.4. Jenis dan Desain Penelitian 47
3.4.1 Jenis Penelitian 47
3.4.2 Desain Penelitian 48
3.5 Prosedur Penelitian 50
3.6 Instrumen Penelitian 53
3.6.1. Tes Pemahaman Konsep 53
3.7. Teknik Analisis Tes 57
3.8.1. Menentukan Rata-rata ( ) 61
3.8.2. Standar Deviasi Atau Simpangan Baku 62
3.8.3. Uji Homogenitas 63
3.8.4. Uji Normalitas 63
3.8.5. Uji Hipotesis (ANAVA) 64
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian 69
4.1.1 Deskripsi Hasil Penelitian 69
4.1.2. Analisis Statistika Data Hasil Penelitian Pretes 69
4.1.2.1 Deskripsi Data Pretes 69
4.1.2.2 Uji Normalitas 71
4.1.2.3 Uji Homogenitas 72
4.1.2.4 Uji Kesamaan Dua Rerata 73
4.1.3 Data Postes Kognitif Tingkat Tinggi Fisika Siswa 74
4.1.4. Uji Normalitas 78
4.1.5. Uji Homogenitas 78
4.1.6. Hasil Instrumen Pemahaman Konsep Awal 79
4.1.7. Analisis Hasil Penelitian 82
4.1.7.1. Analisis Data Postes Kognitif Tingkat Tinggi Fisika
Siswa 82
4.1.7.2. Analisis Data Kognitif Tingkat Tinggi Fisika Siswa
Berdasarkan Pemahaman Konsep Awal 83
4.2. Pengujian Hipotesis 84
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian 95
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 108
5.2. Saran 109
DAFTAR PUSTAKA 111
LAMPIRAN 115
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajran Advance Organizer 20 Tabel 2.2 Langkah-langkah dalam Membuat Peta Konsep 31
Tabel 2.3 Tabel Penelitian Yang Relevan 38
Tabel 3.1. Rancangan Desain Penelitian 48
Tabel 3.2 Desain Penelitian (Anava 2x2) 49
Tabel 3.3 Pedoman Penilaian Instrumen Tes Pemahaman Konsep Awal 53 Tabel 3.4 Tabel Spesifikasi Tes Kemampuan Kognitif Tingkat Tinggi 54 Tabel 3.5 Pedoman Penilaian Kemampuan Kognitif Tingkat Tinggi 55 Tabel 3.6 Validitas Instrumen Kemampuan Kognitif
Tingkat Tinggi Siswa 58
Tabel 3.7 Reabilitas Tes Kemampuan Kognitif Tingkat Tinggi Siswa 59
Tabel 3.8 Tingkat Kesukaran Soal 60
Tabel 3.9 Daya Pembeda 61
Tabel 3.10 . Rumus Unsur Tabel Persiapan dalam Anava Dua Jalan 65 Tabel 4.1 Data Pretes Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 70
Tabel 4.2 Uji Normalitas Data Pretes 72
Tabel 4.3 Uji Homogenitas Data Pretes 72
Tabel 4.4 Uji-t Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 73 Tabel 4.5 Nilai Postes Kemampuan Kognitif Tingkat Tinggi Fisika
Siswa Kelas Kontrol 75
Dan Kelas Eksperimen
Tabel 4.6 Normalitas Distribusi Postes Kelas Eksperimen dan 78 Kelas Kontrol
Tabel 4.7 Homogenitas Nilai Postes 79
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Tabel 4.8 Data Pemahaman Konsep Awal Siswa Gabungan Kedua Kelas 80 Eksperimen dan Kelas Kontrol
Tabel 4.10 . Data Kemampuan Kognitif Tingkat Tinggi
Siswa Berdasarkan 83
Pemahaman Konsep Awal
Tabel 4.11. Hasil Uji Anava Dua Jalur 85
Tabel 4.12 . Data Faktor Antar Subjek 86
Tabel 4.13. Uji Homogenitas Antar Kelompok 86
Tabel 4.14.Statistik Deksriptif Anava 87
Tabel 4.15.Hasil Uji Anava 88
Tabel 4.16 Ringkasan Hasil Perhitungan Uji Scheff (Pos_Hoc) 93
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Keunggulan Model Pembelajaran Advance Organizer 17
Gambar 2.2 Dampak Instruksional dan Pengiring dari AO 23
Gambar 2.3 Skema Penerapan Model Pembelajaran AO 24
Gambar 3.1 Bagan Alur Pelaksanaan Penelitian 52
Gambar 4.1 Histogram Data Pretes Kelas Kontrol 71
Gambar 4.2 Histogram Data Pretes Kelas Eksperimen 71
Gambar 4.3 Histogram Data Postes Kelas Kontrol 76
Gambar 4.4 Histogram Data Postes Kelas Eksperimen 76
Gambar 4.5 Grafik Kemampuan Kognitif Tingkat Tinggi 77
Gambar 4.6 Grafik Postes dan Pretes Kelas Eksperimen dan 82 Kontrol
Gambar 4.7 Pola Garis Interaksi Antara Model Pembelajaran 92 dan Pemahaman Konsep Awal Siswa terhadap
Kemampuan Kognitif Tingkat Tinggi
Gambar 4.8 Hubungan model pembelajaran dengan nilai rata-rata 96 Kemampuan Kognitif Tingkat Tinggi Siswa
Gambar 4.9 Hubungan Pemahaman Konsep Awal dengan Nilai
Rata-Rata Kemampuan Kognitif Tingkat Tinggi Siswa 102
Gambar 4.10Hubungan Model Pembelajaran Dengan Nilai Rata-Rata 105 Kemampuan Kognitif Tingkat Tinggi Yang Memiliki
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Silabus Pembelajaran ... 115
Lampiran 2.a Rencana Pelaksanaan Pembelajaran–1 ... 116
Lampiran 2.b Bahan Ajar–1 ... 127
Lampiran 2.c Lembar Kerja Siswa (LKS)–1 ... 135
Lampiran 2.d Evaluasi–1 ... 138
Lampiran 3.a Rencana Pelaksanaan Pembelajaran–2 ... 140
Lampiran 3.b Bahan Ajar–2 ... 150
Lampiran 3.c Lembar Kerja Siswa (LKS)–2 ... 155
Lampiran 3.d Evaluasi–2 ... 156
Lampiran 4.a Rencana Pelaksanaan Pembelajaran–3 ... 157
Lampiran 4.b Bahan Ajar–3 ... 168
Lampiran 4.c Lembar Kerja Siswa (LKS)–3 ... 174
Lampiran 4.d Evaluasi–3 ... 175
Lampiran 5.a Rencana Pelaksanaan Pembelajaran–4 ... 176
Lampiran 5.b Bahan Ajar–4 ... 186
Lampiran 5.c Lembar Kerja Siswa (LKS)–4 ... 188
Lampiran 5.d Evaluasi–4 ... 190
Lampiran 6 Tabel Spesifikasi Instrumen Pemahaman Konsep Awal... 191
Lampiran 7 Tabel Spesifikasi Instrumen Kognitif Tingkat Tinggi ... 198
Lampiran 8 Pedoman Penilaian Tes Kemampuan Kognitif Tingkat Tinggi 204 Lampiran 9 Lembar Validitas Pemahaman Konsep ... 207
Lampiran 10 Lembar Validitas Tes Hasil Belajar ... 210
Lampiran 11 Tabel Validitas Instrumen Kognitif Tingkat Tinggi ... 213
Lampiran 12 Tabel Reliabilitas Instrumen Kognitif Tingkat Tinggi... 214
Lampiran 13 Tabel Taraf Kesukaran Instrumen Kognitif Tingkat Tinggi .... 215
Lampiran 14 Tabel Daya Pembeda Instrumen Kognitif Tingkat Tinggi... 216
Lampiran 15 Rekapitulasi Pemahaman Konsep Awal Kelas Kontrol ... 217
Lampiran 16 Rekapitulasi Pemahaman Konsep Awal Kelas Eksperimen .... 218
Lampiran 17 Rekapitulasi Hasil Pretes Kelas Kontrol ... 219
Lampiran 18 Rekapitulasi Hasil Pretes Kelas Eksperimen ... 220
Lampiran 19 Rekapitulasi Hasil Postes Kelas Kontrol... 221
Lampiran 20 Rekapitulasi Hasil Postes Kelas Eksperimen ... 222
Lampiran 21 Deskripsi Statistik ... 223
Lampiran 22 Analisis Statistik Data Pretes ... 226
Lampiran 23 Analisis Statistik Data Postes ... 229
Lampiran 24 Uji Hipotesis Dengan Anava Dua Jalur ... 232
Lampiran 25 Uji LKS ... 235
Lampiran 26 Rubrik Penilaian Laporan Praktikum ... 246
Lampiran 27 Laporan Praktikum Siswa ... 248
Lampiran 28 Lembar Jawaban Siswa ... 257
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan tidak bisa lepas dari
kehidupan. Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin
dicapai oleh setiap negara di dunia. Menurut Undang-undang No. 20 tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara (Sanjaya, 2011).
Kualitas pendidikan hingga saat ini masih tetap merupakan suatu
permasalahan dalam usaha pembaharuan Sistem Pendidikan Nasional, khususnya
kualitas pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai salah satu cabang ilmu
pengetahuan yang mendapat perhatian besar dalam memajukan pengetahuan dan
teknologi. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan hasil kegiatan manusia berupa
pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar yang
diperoleh dari serangkaian proses ilmiah. Mata pelajaran Fisika baik yang ada di
SLTP maupun di SMA adalah cabang dari mata pelajaran IPA yang memperlajari
tentang sifat materi, gerak dan fenomena lainnya yang ada hubungannya dengan
kehidupan nyata. Oleh karena itu, dalam mempelajari Fisika banyak memerlukan
pemahaman tentang konsep-konsep yang disampaikan dalam tiap materi pelajaran
tersebut.
Mata pelajaran fisika merupakan pelajaran yang mudah untuk dikaitkan
dengan kehidupan sehari-hari. Banyak konsep-konsep dalam fisika berhubungan
dengan kehidupan sehari-hari. Tetapi pelajaran dianggap sulit, tidak menarik dan
tidak disenangi oleh sebagian siswa di tingkat SMK. Hal ini tampak dari rata-rata
hasil belajar siswa dalam mata pelajaran fisika masih belum menggembirakan.
Nilai ujian akhir semester untuk pelajaran fisika selalu menduduki rangking di
bawah mata pelajaran lainnya (Mardana, 2008).
Terlihat bahwa dari hasil TIMSS 2007 dan 2011 untuk mata pelajaran
fisika mengalami penurunan. Rendahnya sumber daya manusia ini, salah satunya
diakibatkan oleh rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia. Rendahnya kualitas
pendidikan dan sumber daya manusia Indonesia juga ditunjukkan oleh berbagai
riset dan survei internasional yang melibatkan Indonesia. Indonesia juga
mengikuti survei Internasional mengenai kemampuan literasi sains dan
kemampuan kognitif pada mata pelajaran fisika yaitu PISA yang dikoordinasikan
oleh OECD yang berkedudukan di Paris, Perancis dan TIMSS yang
dikoordinasikan oleh IEA yang berkedudukan di Amsterdam, Belanda. Skor mata
pelajaran SAINS hasil PISA yang diadakan pada tahun 2009 dan 2012
berturut-turut Indonesia peringkat 60 dari 65 negara peserta (Tim PISA Indonesia) dan 64
dari 65 negara peserta (Mailizar, 2013). Sedangkan hasil TIMSS tahun 2007 dan
3
berturut-turut 426 dan 397 dengan skor rata-rata internasional yaitu 500 (Martin,
et, al., 2012).
Berdasarkan data rata-rata skor untuk domain kognitif pada konten sains
khususnya mata pelajaran fisika pada survey TIMSS pada tahun 2007 dan 2011,
“rata-rata skor siswa Indonesia untuk proses kognitif knowing (mengetahui)
applying (menetapkan) dan reasoning (penalaran) mengalami penurunan rata-rata skor berturut-turut sebesar 22,23 dan 17” (Martin, et al., 2012). Dari data tersebut
tampak bahwa nilai siswa Indonesia pada mata pelajaran fisika dari tahun ke
tahun mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar fisika
siswa masih rendah.
Rendahnya hasil belajar fisika ini tidak terlepas dari proses pembelajaran
yang dilaksanakan di sekolah-sekolah. Antara lain siswa sebagai subyek proses
pembelajaran kurang aktif menyampaikan ide, mencari solusi atas masalah yang
dihadapi dan menentukan langkah-langkah berikutnya sehingga pengetahuan itu
dapat bermakna dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu pemahaman konsep fisika siswa juga rendah sehingga
menyebabkan siswa tidak maksimal dalam menganalisis soal fisika. Hal tersebut
dapat diidentifikasi dari bagaimana peserta didik menyelesaikan soal yang
diberikan guru ketika pembelajaran berlangsung. peserta didik kesulitan dalam
memahami konsep-konsep fisika. Kesulitan- kesulitan tersebut tampak dalam
beberapa hal; pertama, dalam proses pembelajaran peserta didik sering
kali tidak mampu mengaitkan konsep-konsep yang mereka pelajari, akibatnya
oleh guru; kedua, hasil ujian fisika umumnya masih di bawah Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM). Dengan KKM yang ditargetjan oleh sekolah adalah 70, sehingga
untuk menuntaskannya harus diadakan remedial kepada siswa tersebut.
Hal ini dibuktikan dengan ujian semester siswa kelas XI SMK Budi
Agung Tahun Pelajaran 2010/2011 diketahui bahwa hanya 35% dinyatakan lulus
begitu pula tahun 2011/2012 hanya 32% yang lulus. Pada tahun 2012/2013,
diketahui bahwa pada semester ganjil hanya 32,60% siswa yang dikatakan lulus,
pada tahun 2013/2014 menurun menjadi 30,24% dari jumlah siswa dengan KKM
sebesar 70. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar fisika masih rendah, karena
siswa tidak aktif dalam kegiatan.
Dari fakta di atas terlihat bahwa masalah utama yang dihadapi adalah hasil
belajar siswa yang masih rendah, ditunjukkan dengan masih ada siswa yang
belum mencapai nilai KKM yang ditentukan. Hal ini dikarenakan dalam
menerima pelajaran siswa hanya menghapal informasi tanpa mencoba mengaitkan
dengan konsep yang pernah dimiliki sebelumnya dan juga pembelajaran yang
kurang variatif, selain itu kurangnya pemahaman siswa terhadap materi yang
disampaikan. Kebanyakan siswa tidak menyukai pelajaran fisika karena dianggap
sulit dan banyaknya rumus yang digunakan, sehingga siswa merasa bosan.
Sehubungan dengan masalah di atas, salah satu pendekatan pembelajaran
yang dipilih dalam meningkatkan pemahaman konsep fisika dalam penelitian
ini adalah model pembelajaran advance organizer berbantu peta konsep yang
merupakan salah satu rumpun pemrosesan informasi. Ausubel dalam (Joyce,
5
sebagai materi pengenalan yang disajikan pertama kali dalam tugas pembelajaran
dan dalam tingkat abstraksi dan inkluivitas yang lebih tinggi dari pada tugas
pembelajaran itu sendiri. Tujuannya adalah menjelaskan, mengintegrasi,
menghubungkan materi baru dalam tugas pembelajaran dengan materi yang
sudah dipelajari sebelumnya (dan juga membantu pelajar membedakan materi
baru dari materi yang dipelajari sebelumnya).
Penggunaan Model pembelajaran advance organizer berbantu peta konsep
dapat mempengaruhi kemampuan siswa dalam mempelajari informasi baru,
karena merupakan kerangka dalam bentuk abstraksi atau ringkasan konsep-konsep
dasar tentang apa yang dipelajari dan hubungannya dengan materi yang telah ada
dalam struktur kognitif siswa. Efek advance organizer berbantu peta konsep
terhadap belajar ternyata tergantung pada bagaimana advance organizer berbantu
peta konsep itu digunakan. Hal tersebut lebih berguna untuk mengajar isi
pelajaran yang telah mempunyai struktur teratur yang mungkin tidak secara
otomatis terlihat oleh para siswa jika ditata dengan baik, advance organizer
berbantu peta konsep akan memudahkan siswa mempelajari materi pelajaran yang
beru serta hubungannya dengan materi yang telah dipelajari.
Pemberian model pembelajan advance organizer berbantu peta konsep
sebelum memulai mata pelajaran yang baru akan membantu siswa ke materi yang
akan mereka pelajari dan menolong mereka untuk mengingat kembali informasi
yang berhubungan yang dapat membantu menanamkan pengetahuan baru. Model
pembelajaran advance organizer berbantu peta konsep akan lebih berperan
pelajaran yang baru tersebut dengan materi pelajaran sebelumnya yang telah
dipelajari. Jika materi-materi pelajaran yang baru kurang begitu dikenal oleh
siswa, pengajar wajib mengaitkan materi pelajaran yang baru dengan
pengetahuan-pengetahuan yang relevan yang sudah ada di dalam struktur kognitif
siswa, sehingga materi pelajaran yang baru dapat mudah dimengerti.
Temuan Rafiqoh (2012) tentang penelitian menggunakan model
pembelajaran advance organizer berbantu peta konsep berbasis peta konsep
terdapat peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa. Begitu juga dengan
Rahayu (2012) model advance organizer berbantu peta konsep efektif
meningkatkan hasil belajar siswa. Shihusa dan Keraro (2009) yang melaporkan
bahwa kelas yang diberikan pembelajaran biologi melalui advance organizer berbantu peta konsep memiliki level motivasi lebih tinggi daripada pembelajaran
tradisional tanpa advance organizer. Temuan Tasiwan (2012) advance berbantu
peta konsep dapat meningkatkan kemampuan analisis-sintesis siswa . Dalam
aspek menguraikan, mengkategorikan, mengidentifikasi, merumuskan pernyataan,
merekonstruksi, menentukan dan menganalisa konsep. Temuan lain oleh Oloyede
(2011) menyimpulkan bahwa advance organizer meningkatkan retensi
pembelajaran kimia siswa. Temuan Babu (2013) menyimpulkan advance
organizer berbantu peta konsep lebih efektif dari konvensional karena dapat
meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Temuan Gurlit (2011) advance
organizerdapat mensupport skema dan dapat meningkatkan ingatan ‘lebih lama’. Menurut Ausubel dalam Joyce (2009), mengatakan bahwa model
7
dirancang untuk memperkuat pengetahuan (struktur kognitif) siswa tentang
pelajaran tertentu dan bagaimana mengelola, memperjelas, dan memelihara
pengetahuan tersebut dengan baik. Advance organizer merupakan struktur kognitif
yang mampu menolong siswa mengingat kembali yang telah dipelajari dan
memindahkan pengetahuan tersebut ke materi yang baru. Ausubel percaya bahwa
struktur kognitif yang ada dalam diri seseorang merupakan faktor utama yang
menentukan apakah materi baru akan bermanfaat atau tidak dan bagaimana
pengetahuan yang baru ini dapat diperoleh dan dipertahankan dengan baik,
sehingga proses pembelajaran menjadi bermakna. Tujuan utama pendekatan
pembelajaran advance organizer berbantu peta konsep adalah memberi siswa
informasi yang dibutuhkan untuk mempelajari pelajaran atau membantu dalam
mengingat dan menerapkan pengetahuan yang ada. Pendekatan pembelajaran
advance organizer berbantu peta konsep digunakan sebagai konsep jembatan antara materi baru dan materi yang sudah dimiliki oleh peserta didik.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti telah melakukan penelitian tentang
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka peneliti mengidentifikasikan
masalah yang ada di sekolah tersebut yaitu :
1. Siswa tidak bisa mengaitkan antara materi yang baru dengan materi
sebelumnya.
2. Siswa sebagai subyek proses pembelajaran kurang aktif menyampaikan
ide, mencari solusi atas masalah yang dihadapi dan menentukan
langkah-langkah berikutnya sehingga pengetahuan itu dapat bermakna.
3. Pembelajaran yang kurang variatif sehingga siswa menjadi bosan.
4. Rendahnya hasil belajar fisika.
5. Pemahaman Konsep Awal fisika rendah.
1.3 Batasan Masalah
Untuk memperjelas ruang lingkup masalah yang akan diteliti, maka perlu
dijelaskan batasan masalah dalam penelitian, yaitu :
1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran advance
organizer berbantu peta konsep dan pembelajaran konvensional.
2. Materi pelajaran yang diajarkan adalah Gelombang.
3. Hal yang akan diteliti mengenai pemahaman konsep awal fisika dan
9
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah
maka permasalahan utama pada penelitian ini adalah:
1. Apakah kemampuan kognitif tingkat tinggi Fisika Siswa SMK dengan model
pembelajaran advance organizer berbantu peta konsep berbantu peta konsep
lebih baik dari pada hasil belajar fisika siswa dengan pembelajaran
konvensional.
2. Apakah kemampuan kognitif tingkat tinggi fisika siswa yang memiliki
pemahaman konsep awal di atas rata-rata lebih baik daripada kemampuan
kognitif tingkat tinggi fisika siswa yang memiliki pemahaman konsep awal
di bawah rata-rata.
3. Apakah terdapat Interaksi model pembelajaran advance organizer berbantu
peta konsep dan pemahaman konsep awal dalam mempengaruhi kemampuan
kognitif tingkat tinggi fisika siswa.
1.5 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menganalisis kemampuan kognitif tingkat tinggi siswa dengan model pembelajaran advance organizer berbantu peta konsep lebih baik daripada
hasil belajar fisika siswa dengan pembelajaran konvensional.
2. Menganalisis kemampuan kognitif tingkat tinggi siswa yang memiliki pemahaman konsep awal diatas rata-rata lebih baik daripada siswa yang
3. Menganalisis interaksi model pembelajaran advance organizer berbantu peta konsep dan pembelajaran konvensional dengan tingkat pemahaman konsep
awal terhadap kemampuan kognitif tingkat tinggi fisika siswa.
1.6 Manfaat Penelitian
Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan dapat berguna bagi:
1. Peneliti, dapat memberi pengetahuan tentang pengaruh model
pembelajaran advance organizer berbantu peta konsep dan pemahaman
konsep awal terhadap kemampuan kognitif tingkat tinggi fisika siswa.
Selain itu, dapat memberikan wawasan, pengalaman, dan bekal berharga
bagi peneliti sebagai guru fisika yang profesional, terutama dalam
merancang dan melaksanakan pembelajaran.
2. Guru, dapat memberikan informasi tentang pemahaman konsep awal,
sehingga dapat dijadikan sebagai suatu pendekatan pembelajaran yang
tepat untuk meningkatkan kemampuan kognitif tingkat tinggi siswa
dengan menggunakan model pembelajaran advance organizer berbantu
peta konsep.
3. Sekolah, dapat dijadikan sebagai masukan untuk mengoptimalkan
pembelajaran dengan memanfaatkan suatu model pembelajaran.
4. Sebagai bahan perbandingan dan referensi bagi peneliti selanjutnya dalam
11
1.7 Defenisi Operasional
1. Model pembelajaran advance organizer berbantu peta konsep adalah
model pembelajaran untuk memperoleh pengetahuan baru yang dikaitkan
dengan pengetahuan yang telah ada pada struktur kognitif siswa dengan
bantuan peta dengan fase-fase sebagai berikut a) Memilih suatu bahan
bacaan, b)Menentukan konsep konsep yang relevan, c) Mengurutkan
konsep konsep dari yang inklusif ke yang kurang inklusif, d) Menyusun
konsep konsep tersebut dalam suatu bagan, konsep yang inklusif
diletakkan di bagian atas atau puncak peta lalu dihubungkan dengan kata
penghubung misalnya ”terdiri atas”, “menggunakan” dan lain lain.
2. Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran tradisional di mana
proses pembelajaran masih dilakukan dengan cara yang lama, yaitu
penyampaian materi pembelajaran masih mengandalkan ceramah.
3. Pemahaman konsep awal adalah kemampuan awal yang dimiliki oleh
siswa pada saat belajar getaran dan gelombang di SMP. Adapun indikator
pemahaman konsep awal meliputi: menafsirkan, mencontohkan,
mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan, membandingkan dan
menjelaskan.
4. Kemampuan kognitif tingkat tinggi adalah hasil belajar yang diperoleh
siswa setelah mengikuti tes hasil belajar dalam kategori mengaplikasikan,
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan:
1. Kemampuan kognitif tingkat tinggi fisika siswa menggunakan model
pembelajaran advance organizer berbantu peta konsep dengan rata-rata 75,77
lebih baik dibandingkan dengan kemampuan kognitif tingkat tinggi fisika
siswa menggunakan pembelajaran konvensional dengan rata-rata 65,03.
2. Kemampuan kognitif tingkat tinggi fisika siswa yang memiliki pemahaman
konsep awal di atas rata-rata 74,71 lebih baik dibandingkan hasil belajar
fisika siswa yang memiliki pemahaman konsep awal dibawah rata-rata 66,63.
3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan pemahaman konsep
awal dalam meningkatkan kemampuan kognitif tingkat tinggi fisika siswa.
Kemampuan kognitif tingkat tinggi fisika siswa yang diajarkan melalui model
pembelajaran advance organizer pada kelompok pemahama konsep awal di
atas rata-rata sebesar 79,83 dan pemahaman konsep awal di bawah rata-rata
sebesar 69,67 lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan kognitif tingkat
tinggi fisika siswa yang diajarkan melalui pembelajaran konvensional pada
kelompok pemahaman konsep awal di atas rata sebesar 65,5 dan pada
109
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, peneliti memiliki beberapa
saran sebagai berikut:
1. Model pembelajaran advance organizer berbantu peta konsep sangat baik
untuk diterapkan disekolah karena dapat meningkatkan kemampuan
kognitif tingkat tinggi siswa dengan memanfaatkan fasilitas laboratorium
dan media peta konsep.
2. Guru sebaiknya dapat menggunakan media peta konsep agar dapat
menguatkan struktur konseptual siswa serta dapat meningkatkan minat dan
antusias siswa untuk belajar.
3. Pemahaman siswa terhadap konsep-konsep fisika perlu diperhatikan agar
dapat membantu model pembelajaran yang digunakan untuk memperoleh
hasil belajar yang tinggi.
4. Pendidik hendaknya memilih model pembelajaran yang sesuai, dengan
tujuan pembelajaran.
5. Pendidik dalam mengajar dengan menggunakan model pembelajaran
advance organizer lebih baik diterapkan pada siswa yang memiliki pemahaman konsep awal di atas rata-rata karena dapat meningkatkan
kemampuan kognitif tingkat tinggi fisika siswa.
6. Agar proses pembelajaran berjalan dengan baik, dalam penerapan model
pembelajaran advance organizer berbantu peta konsep perlu diperhatikan
pembagian anggota kelompok, sebaiknya jangan terlalu banyak karena
7. Pendidik dalam mengajar dengan menggunakan model pembelajaran
advance organizer lebih baik diterapkan pada siswa yang memiliki pemahaman konsep awal di atas rata-rata karena dapat meningkatkan
kemampuan kognitif tingkat tinggi fisika siswa.
8. Guru diharapkan untuk lebih memperhatikan hasil belajar siswa dengan
memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang tersedia, memantau kegiatan siswa
111
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, O. W and Krathwohl, D. R. 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing: A revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. Addison Wesley Longman, Inc.
Arends, R. I. 2012. Learning to Teach. Newyork: McGraw-Hill Companies.
Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Arikunto, S. 2015. Dasar–Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arsyad, Azhar. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Dahar, R. W. 2006. Teori-Teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.
Denny, M. 2012. “Pengaruh Model Pembelajaran Advance Organizer Berbasis Mind Map Dan Aktivitas terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa pada Materi Pokok Besaran dan Satuan Di KelasX SMA”.Journal Pendidikan Fisika, Volume 1 No.2, halaman 1-6.
Dick, W & Carrey, L. 1995. The Sistematic Design of Instruction, Third Edition. USA: Harpet Collins Publishers.
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, S. B dan Zain, A. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, S. B. 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional.
Djiwandono, Sri Esti. W. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grasindo.
Gagne, Robert J and Leslie J. Briggs. 1979. Principles of Intructional Design. New York:Rinchart and Winston.
Gani, Abdul. 2015. Pengaruh Model Pembelajaran dan Persepsi Tentang Matematika terhadap Minat Dan Hasil Belajar Matematika Siswa SMP NEGERI di Kecamatan Salomekko Kabupaten Bone. Jurnal daya matematis, volume 3 No 3 halaman 337-343.
Hakim, A.R. 2012. “Upaya penguatan struktur kognitif siswa melalui model pembelajaran advance organizer dengan pemberian LKS terstruktur berdasarkarkan teori APOS”. Journal Online Pembelajaran Fisika, Volume 2 No.(1), halaman 34-41.
Hamiyah, N dan Jauhar, M. 2014. Strategi Belajar-Mengajar Di Kelas. Jakarta: Prestasi Pustaka Raya.
Ivie, S. D. 1998. Ausubel’s Learning Theory : An Approaching ToTeaching Higher Order Thinking Skills. Educational Psychologist David Paul Ausubel. High School Journal. Vol. 82 (1): 1-40.
Joyce, B. 2009. Models Of Teching Model-model Pembelajaran, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mailizar. 2013. PISA 2012: Pembelajaran Untuk Indonesia. Wordpress, halaman 1-2.
Mariati, P.S. 2012. Pengembangan Model Pembelajaran Fisika Berbasis Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Metakognisi Dan Pemahaman Konsep Mahasiswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 8: 52-60.
Martin, M.O., Mullis I.V.S., Foy, Pierre., & Stanco, G. M. 2012. TIMSS 2011 International Results in Science. Boston Colledge: TIMSS & PIRLS International Study Center.
Mudilarto.2002. Kapita Selekta Pendidikan Fisika, Yogyakarta: FMIPA UNY
Oloyede, O.I. 2011. “A Meta-analysis of Effects of the Advance Organizers on Acknowledgment and Retention of Senior secondary School (SSS) Chemistry”. International Journal Education Science, Volume 3 No. 2, halaman129-135.
Prikasih. 2003. Penggunaan model pembelajaran advance organizer untuk meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan fisika. Tesis: FPS UPI: Tidak diterbitkan.
Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Rafiqoh, H. 2012. “Efek Model Pembelajaran Advance Organizer Berbasis Peta Konsep dan Aktivitas terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa”. Journal Penelitian Inovasi Pembelajaran Fisika, Volume 4 No.2, halaman 32-37. Rahayu, S. 2012. “Pengembangan Model Pembelajaran Advance Organizer Untuk
113
Rasyid, Abd. 2015. “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Nimbered Heads Togethaer) dan Kemampuan Awal terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fisika di SMP Negeri 2 Poso.” Jurnal Mitra Sains, Volume 3 No.1, halaman 61-68.
Roestiyah, NK. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta ; Rajawali Press
Rusman. 2014. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers.
Sagala, Syaiful. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Saka, A. Z. 2011. Investigation of Student-Centered Teaching Application of Physics Student Teacher. Eurasian Journal of Physics and Chemistry Education, Jan (Special Issue): 51-58.
Saniman., Bukit, N. & Mariati, P. S. 2015. Efek Model Problem Based Learning dan Pemahaman Konsep Fisika terhadap Hasil Belajar Siswa. Jurnal Tabularasa PPS Unimed, 12 (2):130-139
Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Sebayang, S.R. 2015. Efek Model Pembelajaran Discovery dan Pemahaman Konsep Awal Terhadap Hasil Belajar fisika SMA. Tesis tidak diterbitkan. Medan: Program Pascasarjana UNIMED.
Shihusa, H., and Keraro, F.N. 2009. “Using Advance Organizers to Enhance Students’ Motivation in Learning Biology”. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, Volume 5 No. 4., halaman 413-120.
Slameto. 2010. Belajar & Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana, Nana. 2008. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Suprayitno, Totok. 2011. Pedoman Pembuatan Alat Peraga Fisika Untuk SMA. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Suparman, A. 1997. Desain Instruksional. Jakarta ; PPAI Universitas Terbuka.
Susilana, R dan Riyana. C. 2009. Media Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.
Sutejo. 2009. Fisika 2 SMK Kelas XI Kelompok Teknologi, Kesehatan, dan Pertanian. Jakarta: Yudhistira.
Syarifuddin, dan Nasution.I. 2005. Manajemen Pembelajaran. Ciputat: Penerbit Quantum Teaching.
Tasiwan, Nugroho dan Hartono 2014, Analisis Tingkat Motivasi Siswa Dalam Pembelajaran Ipa Model Advance Organizer Berbasis Proyek, Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 10 (2014) 1-8, Jurusan Fisika FMIPA UNNES Semarang.
Tim PISA Indonesia.2011. Survei Internasional PISA. Kemdikbud: Badan Penelitian dan Pengembangan.
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. PT Imperial Bhakti Utama.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Surabaya: Kencana Prenada Media Grup
Uno, 2006. Perencanaan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Wachanga. 2013., Effects Of Advance Organizer Teaching Approach On Secondary School Students’ Achievement In Chemistry In Maara District, Kenya. A journal of Social Science IJSSIR Vol 2(6), Faculty of Education Karatina University: Kenya.
Winkel WS. 2007. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta ; Media Abadi.