• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENTS TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PADA SISWA KELAS VIII SMP SWASTA YP MARISI MEDAN T.A 2016/2017.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENTS TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PADA SISWA KELAS VIII SMP SWASTA YP MARISI MEDAN T.A 2016/2017."

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (SUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION) UNTUKMENINGKATKANKEMAMPUAN

PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PADA SISWA KELAS VIII SMP SWASTA YP MARISI MEDAN T.A 2016/2017

Oleh:

Rosa Intan Nia Sinaga NIM. 4123111072

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

ii

RIWAYAT HIDUP

(4)

iii

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENTS TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS) UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PADA SISWA

KELAS VIII SMP SWASTA YP MARISI MEDAN T.A 2016/2017

Rosa Intan Nia Sinaga (NIM. 4123111072)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika pada siswa kelas VIII SMP Swasta YP Marisi Medan melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD. (2) Menuntaskan pembelajaran siswa setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas VIII SMP Swasta YP Marisi Medan.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri atas empat tahap yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII-1 SMP Swasta YP Marisi Medan T.A 2016/2017 yang berjumlah 40 orang. Sedangkan objek penelitian ini adalah kemampuan pemecahan masalah matematika melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Penelitian terdiri dari 2 siklus dan tes diberikan pada setiap akhir siklus. Dari hasil analisis data diperoleh hasil: (1) rata-rata nilai tes pemecahan masalah matematika pada siklus I sebesar 69,9 dengan 67,5% dari jumlah siswa yang mengikuti tes memiliki tingkat pemecahan masalah matematika minimal kategori baik kemudian rata-rata meningkat pada siklus II sebesar 83,9 dengan 87,5% dari jumlah siswa memiliki tingkat pemecahan masalah matematika minimal kategori baik. (2) Ketuntasan belajar siswa dilihat dari kemampuan pemecahan masalah pada siklus I yaitu 27 orang siswa (67,5%) meningkat menjadi 35 siswa (87,5%) pada siklus II yang telah mencapai ketuntasan klasikal yaitu ≥ 85 % siswa yang mencapai tes kemampuan pemecahan masalah matematis dengan nilai ≥ 70 sesuai KKM di sekolah.

(5)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan berkat dan karunia-Nya yang memberikan kesehatan, kesempatan, dan kemudahan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Pada Siswa Kelas VIII SMP Swasta YP Marisi Medan T.A 2016/2017”. Skripsi

ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Denny Haris, S.Si, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran yang membangun sejak penyusunan proposal, penelitian sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Drs. W.L. Sihombing, M.Pd, Bapak Dr. Edy Surya, M.Si, dan Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan dan saran mulai dari rencana penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini. Terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Asmin, M.Pd selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam perkuliahan.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd selaku Rektor UNIMED, Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd selaku Dekan FMIPA, Bapak Dr. Edy Surya, M.Si, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si, dan Bapak Drs. Zul Amry, M.Si, Ph.D selaku ketua jurusan, sekretaris jurusan, dan ketua program studi pendidikan matematika FMIPA UNIMED serta seluruh Bapak, Ibu Dosen dan Staf Pegawai Jurusan Matematika FMIPA UNIMED yang sudah membantu penulis.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Ibu ester Rosmaida Sitorus Pane, SS. selaku Kepala Sekolah SMP Swasta YP Marisi Medan, dan Ibu Ledi M. Ginting, S. Pd selaku guru matematika SMP Swasta YP Marisi Medan, serta seluuh guru, staf, pegawai, dan siswa-siswi SMP Swasta YP Marisi Medan yang telah banyak membantu penulis selama penelitian.

(6)

v

Terima kasih kepada teman senasib seperjuangan Elisa Sinaga, Lisnawati Br. Tampubolon, Thevran, Doksen, Agnes, Yessika, Banila, Maria, Margareth, Roy, Khairul, dan semua teman DIK B 2012 yang selama kurang lebih 4 tahun bersama-sama yang telah banyak membantu dan saling memberi semangat kepada penulis selama perkuliahan hingga menyelesaikan skripsi ini.

Teruntuk teman-teman PPL SMA Negeri 1 Lumbanjulu, terima kasih sudah saling mendoakan meski jarang bertemu, karena doa tulus dari kalian penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan.

Medan, Agustus 2016 Penulis,

(7)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Tabel ix

Daftar Gambar xi

Daftar Lampiran xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah 1

1.2. Identifikasi Masalah 7

1.3. Batasan Masalah 7

1.4. Rumusan Masalah 7

1.5. Tujuan Penelitian 8

1.6. Manfaat Penelitian 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teoritis 9

2.1.1 Masalah Matematika 9

2.1.2 Pemecahan Masalah Matematika 11

2.1.3 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 13 2.1.4 Pengertian Belajar dan Pembelajaran Matematika 15 2.1.5 Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 19 2.1.6 Teori Belajar yang Mendasari Pembelajaran Kooperatif 24 2.1.7 Teori Belajar Van Eugen Mengenai Aritmatika 26

2.1.8 Materi Pelajaran 27

(8)

vii

2.2 Kerangka Konseptual 40

2.3 Hasil Penelitian Yang Relevan 42

2.4 Hipotesis Tindakan 43

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 44

3.2 Jenis Penelitian 44

3.3 Subjek dan Objek Penelitian 44

3.3.1 Subjek Penelitian 44

3.3.2 Objek Penelitian 44

3.4 Prosedur Penelitian 44

3.5 Teknik Pengumpulan Data 49

3.5.1 Observasi 49

3.5.2 Uji Kemampuan Pemecahan Masalah 49

3.5.3 Dokumentasi 49

3.6 Alat Pengumpul Data 49

3.6.1 Pedoman Observasi 49

3.6.2 Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 50 3.6.3 Proses Penyelesaian Jawaban Siswa 50

3.7 Teknik Analisis Data 50

3.7.1 Reduksi Data 51

3.7.2 Paparan Data 51

3.7.3 Penarikan Kesimpulan 56

3.7.4 Indikator Keberhasilan 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Hasil Penelitian 58

4.1.1. Deskripsi Hasil Penelitian Pada Kemampuan Awal 58 4.1.1.1. Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Awal 58

(9)

viii

4.1.2.1. Permasalahan I 61

4.1.2.2. Perencanaan Tindakan I 61

4.1.2.3. Pelaksanaan Tindakan I 62

4.1.2.4. Pengamatan/Evaluasi Tindakan I 62 4.1.2.5. Deskripsi Proses Pembelajaran dan Hasil Penelitian Siklus I 63 4.1.2.5.1. Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 63

4.1.2.5.2. Pengamatan I 67

4.1.2.5.3. Proses Penyelesaian Jawaban I 68 4.1.2.5.4. Keberhasilan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) 71

4.1.2.6. Refleksi I 71

4.1.3. Siklus II 72

4.1.3.1. Permasalahan II 72

4.1.3.2. Perencanaan Tindakan II 73

4.1.3.3. Pelaksanaan Tindakan II 73

4.1.3.4. Pengamatan/Evaluasi II 73

4.1.3.5. Deskripsi Proses Pembelajaran dan Hasil Penelitian Siklus II 74 4.1.3.5.1. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II 75 4.1.3.5.2. Proses Penyelesaian Jawaaban II 78 4.1.3.5.3. Keberhasilan Lembar Kerja (LKS) 81

4.1.3.6. Refleksi II 82

4.2. Temuan Penelitian 83

4.3. Pembahasan Hasil Penelitian 83

4.3.1. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah 83

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 89

5.2. Saran 90

DAFTAR PUSTAKA

(10)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1. Fase-Fase Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 22 Tabel 2.2. Perhitungan Nilai Peningkatan 23 Tabel 3.1. Normal Absolut Skala Lima 52 Tabel 3.2. Kategori Rata-Rata Tingkat Kemampuan Pemecahan

Masalah Siswa 53

Tabel 3.3. Kualifikasi Persentase Langkah-Langakah dalam Memecahkan

Masalah 53

Tabel.3.4. Kategori Persentase Proses Penyelesaian Jawaban 55 Tabel 3.5. Kriteria dan Target Keberhasilan 56 Tabel 4.1. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa dari Langkah-Langkah

Pemecahan Masalah pada Tes Awal 58 Tabel 4.2. Persentase TKPM Siswa Berdasarkan Langkah-Langkah

Pemecahan Masalah pada Tes Awal 59 Tabel 4.3. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada Tes Awal 60 Tabel 4.4. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa dari Kategori

Pemecahan Masalah pada TKPM I 64 Tabel 4.5. Persentase TKPM Siswa Berdasarkan Langkah-Langkah

Pemecahan Masalah pada TKPM I 63 Tabel 4.6. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada TKPM I 65 Tabel 4.7. Deskripsi Hasil Observasi Guru Melakukan Pembelajaran

Pada Siklus I 67

Tabel 4.8. Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 68 Tabel 4.9. Hasil Pelaksanaan Siklus I 71 Tabel 4.10. Deskripsi Hasil Observasi Guru Melakukan Pembelajaran

Pada Siklus II 74

Tabel 4.11. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa dari Kategori

Pemecahan Masalah pada TKPM I 75 Tabel 4.12. Persentase TKPM Siswa Berdasarkan

(11)

x

Tabel 4.13. Deskripsi Tingkat Ketuntasan Siswa pada TKPM II 78 Tabel 4.14. Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 79 Tabel 4.15. Hasil Pelaksanaan Siklus II 82 Tabel 4.16. Hasil PeningkatanTingkat Kemampuan Awal dan

Kemampuan Pemecahan Masalah Pada Siklus I dan II 84 Tabel 4.17. Hasil Tes Kemampuan Awal, Tes Kemampuan Pemecahan

Masalah I dan II Terhadap Langkah-Langkah

(12)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1. Fase-Fase Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 22 Tabel 2.2. Perhitungan Nilai Peningkatan 23 Tabel 3.1. Normal Absolut Skala Lima 52 Tabel 3.2. Kategori Rata-Rata Tingkat Kemampuan Pemecahan

Masalah Siswa 53

Tabel 3.3. Kualifikasi Persentase Langkah-Langakah dalam Memecahkan

Masalah 53

Tabel.3.4. Kategori Persentase Proses Penyelesaian Jawaban 55 Tabel 3.5. Kriteria dan Target Keberhasilan 56 Tabel 4.1. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa dari Langkah-Langkah

Pemecahan Masalah pada Tes Awal 58 Tabel 4.2. Persentase TKPM Siswa Berdasarkan Langkah-Langkah

Pemecahan Masalah pada Tes Awal 59 Tabel 4.3. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada Tes Awal 60 Tabel 4.4. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa dari Kategori

Pemecahan Masalah pada TKPM I 64 Tabel 4.5. Persentase TKPM Siswa Berdasarkan Langkah-Langkah

Pemecahan Masalah pada TKPM I 63 Tabel 4.6. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada TKPM I 65 Tabel 4.7. Deskripsi Hasil Observasi Guru Melakukan Pembelajaran

Pada Siklus I 67

Tabel 4.8. Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 68 Tabel 4.9. Hasil Pelaksanaan Siklus I 71 Tabel 4.10. Deskripsi Hasil Observasi Guru Melakukan Pembelajaran

Pada Siklus II 74

Tabel 4.11. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa dari Kategori

Pemecahan Masalah pada TKPM I 75 Tabel 4.12. Persentase TKPM Siswa Berdasarkan

(13)

x

Tabel 4.13. Deskripsi Tingkat Ketuntasan Siswa pada TKPM II 78 Tabel 4.14. Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 79 Tabel 4.15. Hasil Pelaksanaan Siklus II 82 Tabel 4.16. Hasil PeningkatanTingkat Kemampuan Awal dan

Kemampuan Pemecahan Masalah Pada Siklus I dan II 84 Tabel 4.17. Hasil Tes Kemampuan Awal, Tes Kemampuan Pemecahan

Masalah I dan II Terhadap Langkah-Langkah

(14)

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1. Lembar Jawaban Salah Seorang Siswa 4 Gambar 2.1. Grafik SPLDV x–y = 4 dan x + y = 6 32 Gambar 3.1. Alur Tahapan Penelitian Tindakan Kelas 49 Gambar 4.1. Diagram Batang Kemampuan Pemecahan Masalah

Siswa Pada Tes Awal 61

Gambar 4.2. Deskripsi Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika Siswa dari Setiap Aspek pada TKPM I 66 Gambar 4.3. Diagram Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa pada

TKPM I 66

Gambar 4.4. Proses Jawaban Siswa Menyelesaikan SPLDV Dengan

Metode Grafik 69

Gambar 4.5. Proses Jawaban Siswa Menyelesaikan SPLDV

Dengan Metode Substitusi 70

Gambar 4.6. Deskripsi Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika Siswa Dari setiap Aspek pada TKPM II 76 Gambar 4.7. Diagram Batang Kemampuan Pemecahan Masalah

Siswa Pada TKPM II 78

Gambar 4.8. Proses Jawaban Siswa Menyelesaikan SPLDV

Dengan Metode Eliminasi 80

Gambar 4.9. Proses Jawaban Siswa Menyelesaikan SPLDV Dengan

Metode Gabungan 81

Gambar 4.10. Deskripsi Peningkatan Nilai Rata-Rata Kelas Pada

(15)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (RPP) Siklus I 93 Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II (RPP) Siklus I 97 Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (RPP) Siklus II 100 Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II (RPP) Siklus II 103 Lampiran 5 Lembar Kegiatan Siswa I 106 Lampiran 6 Lembar Kegiatan Siswa II 114 Lampiran 7 Lembar Kegiatan Siswa III 118 Lampiran 8 Lembar Kegiatan Siswa IV 122 Lampiran 9 Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Awal 125 Lampiran 10 Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Pemecahan

Masalah Awal 126

Lampiran 11 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan

Masalah Awal 129

Lampiran 12 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika I (TKPM I) 130

Lampiran 13 Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 131 Lampiran 14 Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematika I 133

Lampiran 15 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematika I 138

Lampiran 16 Lembar Validitas Tes Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematika I 139

Lampiran 17 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika II (TKPM II) 142

Lampiran 18 Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 143 Lampiran 19 Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematika II 145

Lampiran 20 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematika II 148

(16)

xiii

Matematika II 149

Lampiran 22 Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran I Siklus I 152 Lampiran 23 Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran II Siklus I 154 Lampiran 24 Lembar Observaasi Pelaksanaan Pembelajaran I Siklus II 156 Lampiran 25 Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran II Siklus II 158 Lampiran 26 Skor Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Siswa Setiap Siklus 160

Lampiran 27 Tabel Penentuan Persentase Kemampuan Siswa Memecahkan Masalah Untuk Setiap Kategori I, II, III,

dan IV Pada Tes Awal 162

Lampiran 28 Tabel Penentuan Persentase Kemampuan Siswa Memecahkan Masalah Untuk Setiap Kategori I, II, III,

dan IV Pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 164 Lampiran 29 Tabel Penentuan Persentase Kemampuan Siswa

Memecahkan Masalah Untuk Setiap Kategori I, II, III,

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Matematika menjadi salah satu mata pelajaran yang sangat penting di jenjang pendidikan dasar dan menengah. Hal ini disebabkan karena matematika dapat melatih seseorang (siswa) berfikir logis, bertanggung jawab, memiliki kepribadian baik serta ketrampilan menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Ada banyak alasan tentang perlunya siswa belajar matematika. Menurut Cornelius ( dalam Abdurrahman, 2003: 253 ) bahwa:

“Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan (1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya”.

Dunia pendidikan khususnya matematika telah menjadi perhatian utama dari berbagai kalangan. Hal ini didasari bahwa betapa pentingnya peranan matematika dalam pengembangan berbagai ilmu dan teknologi dalam kehidupan sehari-hari. Daniel dan David (2008: 221) menyatakan bahwa: “Matematika juga merupakan “kendaraan” utama untuk mengembangkan kemampuan berpikir logis

dan keterampilan kognitif yang lebih tinggi pada anak-anak”. Selanjutnya Holmes

(dalam Wardhani dkk, 2010: 20) menyatakan bahwa: “orang yang terampil

memecahkan masalah akan mampu berpacu dengan kebutuhan hidupnya, menjadi pekerja yang lebih produktif, dan memahami isu-isu kompleks yang berkaitan

dengan masyarakat global”. Dengan demikian berpikir logis serta terampil

memecahkan masalah merupakan hal yang sangat perlu dimiliki oleh siswa agar menjadi manusia yang siap untuk menyongsong masa depan.

Trianto (2011: 90) menyatakan bahwa: “Sebagian besar siswa kurang

mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana

pengetahuan tersebut akan dimanfaatkan/diaplikasikan pada situasi baru”. Situasi

(18)

2

akan lebih bermakna jika anak mengalami sendiri apa yang dipelajari bukan sekedar mengetahuinya.

Diperlukan pembelajaran matematika yang bisa menghadirkan situasi belajar bermakna bagi siswa. Untuk menghadirkan situasi belajar bermakna maka guru harus merancang suatu pembelajaran bermakna. Pembelajaran bermakna merupakan suatu proses mengkaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seorang. Struktur kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan dingat siswa. Menurut Suparno (Rudy, 2011) “pembelajaran bermakna adalah suatu proses pembelajaran dimana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dipunyai seorang yang sedang dalam proses”. Dengan

pembelajaran bermakna maka siswa memperoleh informasi yang bermakna. Jika pengetahuan yang diperoleh siswa bermakna maka siswa akan mudah menerapkan pengetahuan tersebut untuk memperoleh pengetahuan selanjutnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Freudenthal (dalam Wijaya, 2012: 3)

Suatu ilmu pengetahuan akan sulit untuk kita terapkan jika ilmu pengetahuan tersebut tidak bermakana bagi kita. Kebermaknaan ilmu pengetahuan juga menjadi aspek utama dalam proses belajar. Proses belajar akan terjadi jika pengetahuan yang dipelajari bermakna bagi pembelajar.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada salah seorang siswa kelas VIII-1 SMP Swasta YP Marisi Medan T.A 2016/2017 yang dilakukan pada tanggal 12 Februari 2016 diperoleh bahwa siswa mengalami kesulitan dalam belajar matematika serta kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan matematika terkait soal-soal yang diberikan. Selain itu, wawancara juga dilakukan kepada guru mata pelajaran matematika di kelas VIII-1 bahwa

(19)

3

Kecenderungan siswa yang tidak aktif dalam proses pembelajaran dapat terlihat pada saat guru memberikan pertanyaan terhadap materi yang sedang dipelajari jarang siswa memberikan respon terhadap pertanyaan tersebut, tidak adanya siswa memberikan komentar terhadap materi yang dipelajari dan pada saat pemberian tugas oleh guru terdapat siswa yang sedang bercerita. Hal ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan, maka peneliti memberikan tes kemampuan pemecahan masalah awal kepada siswa kelas VIII–1 SMP Swasta YP Marisi Medan yang dilakukan pada tanggal 12 Februari 2016 yang berjumlah 40 orang siswa. Tes tersebut berbentuk uraian yang digunakan untuk melihat kemampuan awal pemecahan masalah matematika siswa. Tes kemampuan pemecahan masalah awal tersebut terdiri dari 4 soal. Setiap butir soal tes yang diberikan kepada siswa memuat langkah-langkah pemecahan masalah yaitu memahami masalah, menyusun rencana penyelesaian, melaksanakan rencana penyelesaian, dan memeriksa kembali. Berikut ini adalah salah satu soal tes diagnostik yang banyak terdapat kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal tersebut, sebagai berikut :

1. Untuk membeli 1 buah buku gambar dan 5 buah pulpen di toko buku ‘Sinar Jaya’, Anita membayar Rp.7000,00. Esok harinya di toko yang sama, untuk membeli 3 buah buku gambar dan 4 buah pulpen Anita membayar Rp.10.000,00. Berapakah yang harus dibayar Anita jika membeli 6 buah buku gambar dan 3 buah pulpen ?.

a. Apa yang diketahui dan ditanyakan dari soal tersebut?

b. Rumus apa yang kamu gunakan untuk menyelesaikan soal tersebut? c. Berapa biaya yang harus dikeluarkan Anita ?

d. Menurut Anita, biaya yang akan dikeluarkan adalah Rp.16.000,-Setujukah kamu dengan pendapat Anita tersebut ?

(20)

4

Gambar 1.1 Lembar jawaban salah seorang siswa

Dari jawaban yang diberikan siswa di atas terlihat siswa masih merasa bingung dan tidak dapat menuliskan kesimpulan akhir dari soal yang telah mereka kerjakan. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil tes kemampuan pemecahan masalah awal yang telah dilakukan peneliti, diperoleh bahwa dalam setiap langkah kegiatan kemampuan pemecahan masalah siswa dikategorikan dalam kemampuan rendah. Pada indikator memahami masalah secara umum kesalahan siswa terletak pada sulitnya siswa mengidentifikasi apa yang diketahui dan yang ditanyakan dalam soal tersebut yaitu 37,5% (15 orang) yang mampu memahami masalah dan 62,5% (25 orang) yang tidak mampu memahami masalah. Pada indikator menyusun rencana penyelesaian secara umum kesalahan siswa terletak pada penggunaan rumus yang salah yaitu 27,5% (11 orang) yang mampu menyusun rencana penyelesaian dan 72,5% (29 orang) yang tidak mampu menyusun rencana penyelesaian. Pada indikator melaksanakan rencana penyelesaian secara umum kesalahan siswa terletak pada proses penyelesaian yang salah yaitu 22,5% (9 orang) yang mampu melaksanakan rencana penyelesaian dan 77,5% (31 orang) yang tidak mampu melaksanakan rencana penyelesaian. Pada indikator memeriksa kembali penyelesaian masalah yaitu 15% (6 orang) yang mampu memeriksa kembali dan 85% yang tidak mampu

(21)

5

memeriksa kembali. Hal ini menunjukkan rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dalam menyelesaikan soal-soal. Hasil tes kemampuan pemecahan masalah awal tersebut menunjukkan bahwa siswa hanya dapat menyelesaikan soal yang dapat diselesaikan melalui prosedur yang ada. Tetapi ketika soal tersebut dibuat dalam bentuk masalah kontekstual, tidak seorang pun siswa dapat menyelesaikannya dengan tepat.

Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa diduga dipengaruhi oleh proses pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SMP Swasta YP Marisi Medan terlihat bahwa proses pembelajaran masih menggunakan pembelajaran yang cenderung bersifat satu arah. Dalam proses pembelajaran hendaknya menggunakan pembelajaran multiarah, seperti yang dikemukakan Roy Kelllen (Rusman, 2010:132) bahwa : “Terdapat dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru (teacher centered approaches) dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student centered approaches)”. Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan proses

pembelajaran yang optimal.

Selain itu, dari hasil observasi yang dilakukan proses pembelajaran lebih sering menggunakan metode ceramah. Iklim proses pembelajaran diawali dengan penjelasan mengenai suatu materi dan memberikan contoh terhadap materi tersebut serta siswa mencatat mengenai penjelasan materi tersebut. Setelah itu, dilanjutkan dengan mengerjakan latihan soal yang diberikan mengenai materi tersebut. Kurangnya keterkaitan mengenai materi tersebut dengan kehidupan sehari-hari menyebabkan siswa cenderung pasif seperti kurangnya mengajukan pertanyaan maupun memberikan tanggapan terhadap materi yang dipelajari.

(22)

6

pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi; otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari (Sanjaya, 2013:1).

Oleh karena itu, melihat permasalahan yang terjadi di lapangan dengan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang rendah, cara pembelajaran matematika harus diperbaiki guna meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa menjadi lebih baik, untuk meningkatkan hal tersebut diperlukan sebuah model pembelajaran yang aktif dan inovatif. Model pembelajaran yang digunakan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Guru dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif dalam

pembelajaran tersebut. Menurut Trianto (2011: 56) “Siswa akan lebih mudah

menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya”. Diskusi yang terjadi dalam pembelajaran kooperatif dapat digunakan untuk memperkenalkan keterkaitan antara ide-ide yang dimiliki siswa dan mengorganisasikan pengetahuannya kembali. Melalui diskusi, keterkaitan skema siswa akan menjadi lebih kuat sehingga kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika menjadi lebih baik.

Slavin (2005: 143) menyatakan bahwa “Salah satu tipe model

pembelajaran kooperatif adalah Student Team Achievment Division (STAD) yang merupakan metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru

menggunakan pendekatan kooperatif”. Pada pembelajaran kooperatif tipe STAD

(23)

7

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, bahwa kemampuan pemecahan masalah merupakan tujuan pembelajaran matematika yang sangat penting sehinga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team Achievement Division) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Pada Siswa Kelas VIII SMP Swasta YP Marisi Medan T.A 2016/2017”.

1.2 Identifikasi Masalah

Dari uraian pada latar belakang, dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:

1. Siswa mengalami kesulitan dalam belajar matematika. 2. Siswa mengalami kesulitan belajar pada materi SPLDV.

3. Guru bidang studi matematika di kelas VIII-1 SMP Swasta YP Marisi Medan belum menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. 4. Sebagian besar siswa kelas VIII-1 SMP Swasta YP Marisi Medan

cenderung tidak aktif dalam proses pembelajaran.

5. Proses jawaban siswa dalam kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VIII-1 SMP Swasta YP Marisi Medan rendah.

6. Proses pembelajaran cenderung bersifat satu arah. 7. Penggunaan model dan metode yang kurang bervariatif.

1.3 Batasan masalah

Sesuai dengan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka perlu adanya pembatasan masalah agar lebih terfokus dan terarah. Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada penerapan model pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan kemampuan pemecahan

masalah matematika pada siswa kelas VIII SMP Swasta YP Marisi Medan.

1.4 Rumusan Masalah

(24)

8

1. Bagaimana peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VIII SMP Swasta YP Marisi Medan setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD?

2. Bagaimana ketuntasan belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas VIII SMP Swasta YP Marisi Medan ?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, yang menjadi tujuan penelititn ini adalah: 1. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa

setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada kelas VIII SMP Swasta YP Marisi Medan.

2. Untuk menuntaskan pembelajaran siswa setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas VIII SMP Swasta YP Marisi Medan.

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan setelah melakukan penelitian ini adalah:

1. Bagi Siswa, memberdayakan siswa kelas VIII untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika.

2. Bagi Guru, sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan model pembelajaran yang tepat.

3. Bagi Sekolah, sebagai masukan dan dasar pemikiran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat.

(25)

89 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dijelaskan pada Bab IV diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi SPLDV di kelas VIII-1 di SMP Swasta YP Marisi Medan. Peningkatan yang terjadi dari siklus I ke siklus II sebesar 20%. Hal ini diketahui berdasarkan hasil tes yang diberikan, dimana pada siklus I terdapat 27 orang siswa atau 67,5% memiliki tingkat kemampuan pemecahan masalah matematika berada dalam kategori “baik”

dengan nilai rata-rata kelas sebesar 69,9 dan mengalami peningkatan pada siklus II dengan 35 orang atau 87,5% memiliki tingkat kemampuan pemecahan masalah matematika berada dalam kategori “baik” dengan nilai

rata-rata kelas menjadi 83,3.

(26)

90

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini, maka peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut :

1. Dalam menyusun instrumen disarankan kepada guru hendaknya mempergunakan kalimat yang sederhana yang mudah dipahami siswa, jika perlu menggunakan gambar dan memberikan soal-soal yang menunjukkan penerapan matematika dalam kehidupan sehari-hari sehingga matematika itu lebih bermakna bagi siswa.

2. Guru hendaknya membentuk kelompok belajar siswa menjadi heterogen agar siswa menjadi lebih aktif di dalam bekerja sama di dalam tim dan selalu berupaya untuk selalu melibatkan siswa untuk lebih aktif dan membuat suasana yang menyenangkan dalam proses belajar mengajar sehingga siswa tertarik dan termotivasi dalam belajar.

3. Guru hendaknya sebelum memulai pembelajaran mengkondisikan siswa dalam keadaan nyaman dan siap untuk belajar, karena kondisi yang nyaman dapat menciptakan suasana yang efektif untuk belajar.

4. Kepada siswa diharapkan untuk lebih aktif dalam proses belajar mengajar, lebih banyak berlatih menyelesaikan soal-soal, khususnya soal-soal penerapan dan lebih berani untuk mengungkapkan ide dan pendapat saat berdiskusi.

(27)

91

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Arifin, Zainal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Arikunto, Suharsimi; Suhardjono dan Supardi. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Akasara.

Daniel dan David. 2008. Teknik Mengajar Matematika. Jakarta : PT Bumi Aksara

Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

_________. 2004. Petunjuk Teknis Peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas Nomor 506/C/PP/2004 tentang Penilaian Perkembangan Anak Didik SMP. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Jacob, C. 2011. Matematika Sebagai PemecahanMasalah. Bandung: FPMIPA UPI

Jihad, Asep. 2008. Pengembangan Kurikulum Matematika. Yogyakarta: Multi Presindo.

Muslich, Mansur. 2008. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual (Panduan bagi guru,Kepala Sekolah, dan Pengawas Sekolah). Jakarta: Bumi Aksara.

Shadiq, Fadjar. 2004. Penalaran, Pemecahan Masalah dan Komunikasi dalam Pembelajaran Matematika. http://www.fadjarp3g@wordpress.com (Diakses tanggal 15 Februari 2016)

_____________. Kemahiran Matematika. http://www.fadjarp3g@wordpress.com (diakses tanggal 15 Februari 2016)

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Penerbit rineka Cipta. Jakarta.

Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media. Sobel dan Maletsky. 2004. Mengajar Matematika: Sebuah Buku Sumber Alat Peraga, Aktivitas,

dan Strategi untuk Guru Matematika SD, SMP, SMA. Jakarta: Erlangga.

Suherman,dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: UPI Sumarno. hhtp://educare.e.fkipunla.net/index.php?option.com (akses 13 Februari 2016)

(28)

92

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Widyatini. 2008. Penerapan Pendekatan Kooperatif STAD dalam Pembelajaran Matematika SMP. Yogyakarta: PPPPTK

Gambar

Tabel 4.13. Deskripsi Tingkat Ketuntasan Siswa pada TKPM II
Tabel 4.13. Deskripsi Tingkat Ketuntasan Siswa pada TKPM II
Gambar 1.1 Lembar jawaban salah seorang siswa

Referensi

Dokumen terkait

Dalam tahap pertama ini dilakukan beberapa tahapan yang harus diperhatikan yaitu Seed opportunity in existing new value system ( kesempatan pasar yang

[r]

Lanjut usia yang merasa putus asa dengan kehidupannya di hari tua berarti lanjut usia tersebut tidak mempunyai citra diri yang positif dan juga rasa optinmis dalam dirinya

Hasil analisis mendapati interaksi antara kebebasan lembaga pengarah, pengetahuan perakaunan dan kewangan jawatankuasa audit dan pemilikan ekuiti oleh pengurusan masing-masing

Dalam Pasal 7 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2014 tentang

Fotografi digital tidak membuat foto yang jelek menjadi bagus, tetapi untuk memperoleh tampilan terbaik dari sebuah foto yang baik.. Jika hal tersebut sudah dilakukan, maka

[r]

  Hasil dari penelitian yaitu penulis dapat mengetahui konsep dan rancangan dalam membuat sebuah jaringan komputer dan dapat membandingkan apa saja yang di dapat selama