• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keterasahan Batin Lewat Puasa Ramadlan (2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Keterasahan Batin Lewat Puasa Ramadlan (2)"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

40 6 - 21 RAMADLAN 1431 H

BINA AKIDAH

Keterasahan Batin Lewat Puasa Ramadlan (2)

MOHAMMAD DAMAMI

M

akan-minum yang tepat adalah makan-minum yang seukur dengan kebutuhan kesehatan dan kebutuhan penggantian sel-sel yang aus. Namun ukuran normal ini sangat se-ring dikacaukan oleh “keinginan” atau nafsu berlebih, karena terpancing oleh nikmatnya rasa di lidah. Dalam hidup keseharian, se-tiap manusia berjuang untuk menyeim-bangkan antara ukuran kebutuhan nyata tubuh dan tarikan keinginan/nafsu berlebih yang didorong oleh nikmatnya rasa pada lidah. Di sinilah “shiyaam” yang berarti “membuat jarak sementara” antara sese-orang dengan makan-minum yang sedang dihadapi sangat membantu untuk meme-cahkannya. Jika prinsip shiyaam tercapai, maka kerja pencernaan menjadi normal dan kebutuhan kesehatan dan penggan-tian sel-sel tubuh berjalan sebagaimana mestinya. Karena itu, ada pepatah yang disinggung TM Hasbi Ash-Shiddieqy (1987: 330), “al-bathnu ashlu-‘d-daa’i wa-‘l-himyatu ashlu-’d-dawaa’i” = perut itu pangkal penyakit dan pantang merupakan pangkal penawar penyakit. Karena itu pula Nabi Muhammad saw membiasakan mengisi perutnya dengan 1/3 (sepertiga) untuk makanan, 1/3 untuk minuman, dan 1/3 untuk pernafasan. Masih tentang urus-an perut, dari segi makna simbolik, maka perut merupakan simbol kesadaran “milik”. Kesadaran milik ini sangat melekat dalam batin, sama begitu melekatnya, bahkan me-nyatu, antara perut dengan batang tubuh seseorang. Kesadaran “milik” ini menum-buhkan keinginan memiliki segala hal hampir tanpa batas. Seperti ingin memiliki ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya, pangkat dan jabatan setinggi-tingginya, ke-kayaan harta-benda sebanyak-banyak-nya, kesehatan tubuh seprima-primasebanyak-banyak-nya, kenikmatan sepuas-puasnya, popularitas seluas-luasnya, kehormatan seluhur-lu-hurnya, kepercayaan orang selonggar-longgarnya, kekuasaan sepenuh-penuh-nya, umur selama-lamanya (kalau

mung-kin), dan sebagainya. Keinginan memiliki tanpa batas seperti inilah yang tidak normal. Ketika ingin memiliki sesuatu, orang harus tahu dan menyadari akan berbagai ke-mungkinan, yaitu gagal, berhasil, atau ma-lahan kehilangan. Tiga kemungkinan ini perlu disadari. Untuk itulah prinsip shiyaam (membuat jarak sementara) terhadap hal yang akan dimiliki menjadi sangat berman-faat, agar kalau berhasil tidak menjadi ta-mak, jika gagal tidak terlalu kecewa, dan jika malahan kehilangan tidak terlalu berse-dih hati. Karena itu, orang akan menjadi manusia yang tegar, kuat mental, dalam menghadapi kemungkinan-kemungkinan terburuk ketika akan berusaha memiliki se-suatu. Bahwa segala hal yang sepertinya telah berhasil dimiliki, suatu saat akan ter-putus pula, misalnya karena kehilangan atau kematian. Prinsip shiyaam merupakan pelatih untuk kuat menghadapi gagal, kehilangan atau berpisah (dengan istri, anak, anggota keluarga, teman, kolega dan sebagainya). Dengan prinsip shiyaam ter-hadap urusan perut dengan pemaknaan simbolik semacam itu akan menumbuh-kan kesadaran diri bahmenumbuh-kan dalam men-ghadapi segala sesuatu maka belum tentu

akan berhasil memilikinya, atau tidak me-maksakan harus berhasil memilikinya walaupun dengan cara-cara yang tidak be-nar dan tidak prosedural sesuai dengan aturan norma atau hukum yang berlaku. Seseorang dipaksa menyadari bahwa suatu saat orang kadang-kadang harus mengalami gagal atau bahkan kehilangan. Dalam sebuah pencapaian dengan cara bersaing, maka orang harus menyadari perlu sportivitas, kalau kalah harus legowo

mengakui kekalahannya dan kekalahan itu menjadi batu pelajaran untuk usaha-usaha, berikutnya.

Kedua, yang perlu “dibuat jarak semen-tara” selama shiyaam adalah keinginan sek-sual (alat reproduksi). Dari segi fisik, alat reproduksi adalah tempat untuk proses kelahiran anak manusia ke alam dunia yang fana ini. Dengan alat itulah manusia ber-tumbuh dan akhirnya lahir ke alam dunia. Manusia laki-laki dan manusia wanita me-miliki alat reproduksi sendiri-sendiri. Kalau sel laki-laki berhasil bertemu dengan sel wanita (ovum atau sel telur), maka akan terjadi kehamilan yang seterusnya meng-hasilkan kelahiran anak manusia. Dalam hal keinginan seksual yang berwujud

(2)

41 SUARA MUHAMMADIYAH 16 / 95 | 16 - 31 AGUSTUS 2010

BINA AKIDAH

bungan biologis antara laki-laki dan wanita ini pun juga perlu keseimbangan. Dalam dunia hewan, keinginan biologis tersebut muncul kalau memang melewati masa-masa tertentu yang disebut masa-masa kawin. Jadi, dalam dunia hewan tidak akan terjadi hubungan biologis berdasar asal ingin, melainkan diatur regulasinya oleh hukum alam. Sedangkan dalam dunia manusia, sekalipun manusia diberi kebebasan ter-hadap sega-la keinginannya, namun tetap harus menjaga keseimbangan antara daya tahan tubuhnya (agar tidak cepat tua dan rusak) dan frekuensi keinginan melakukan hubungan biologisnya. Di sinilah perlunya menerapkan prinsip shiyaam dalam meng-hadapi menggebu-gebunya keinginan sualitas. Cara pengendalian nafsu sek-sualitas yang berkeseimbangan inilah yang antara lain dimaksudkan Qur’an (Q.s. Al-Baqarah [2]: 223): fa’tuu hartsakum annaa syi’tum wa qaddimuu li anfusikum wa-‘t-taquu-‘l-laaha = Maka datangilah tanah tempat bercocok tanam kamu (istri pa-sanganmu) itu kapan dan bagaimana saja kamu kehendaki; dan kedepankanlah untuk diri kamu serta jagalah takwamu kepada Allah (ketika sedang mendatangi istri pa-sanganmu seperti itu). Kesadaran diri untuk mengendalikan keinginan biologis seperti inilah yang perlu tumbuh. Selanjutnya, dari segi makna simbolik, maka alat reproduksi merupakan simbol puncak “nikmat”. Seluruh peralatan syaraf pancaindra adalah untuk mendukung pengalaman nikmat ini. Pada akhirnya kesadaran nikmat menjadi

melekat dalam batin setiap orang. Setiap orang sangat mudah sekali tertarik dan terjerat pada kenikmatan ini, apalagi terhadap segala hal yang dirasakan telah berhasil “dimiliki”. Jadi, antara “ingin menikmati” (simbol dari seksualitas) dan “ingin memiliki” (simbol dari perut) terdapat hubungan yang sangat begitu erat. Kenikmatan ini suka di-ulang dan didi-ulang sampai tidak ada batasnya. Begitulah keinginan nafsu. Namun semakin ingin digapai, ternyata kepuasan kenikmatan itu tidak pernah berujung. Bisa saja terjadi manusia digulung habis untuk permainan sang kenikmatan itu (budak nafsu). Justru seharusnya manusia mampu menjadi pengendali kebebasan nafsu. Di sinilah perlunya prinsip shiyaam (membuat jarak sementara) dengan keinginan nikmat biolo-gis itu. Regulasinya perlu diatur menurut ritme yang normal.

Dengan mengikuti alur uraian panjang-lebar di atas dapat dinyatakan bahwa puasa Ramadlan, baik dari arah pertama maupun dari arah kedua, adalah untuk menumbuh-kan kesadaran diri untuk pengendalian diri sendiri pada diri setiap orang. Ini sungguh penting untuk pegangan selama menjalani kehidupan yaitu agar hubungan dengan Allah SwT, Sang Khaliq yang mengangkat derajat “khalifah” bagi manusia, tetap terjaga dan hubungan antara manusia dengan proses menjalankan fungsi kekhalifahannya juga terjaga, tidak merusak keseimbangan dan tetap dalam keadaan sehat. Shiyaam jika dihayati benar-benar makna yang terkandung di dalamnya akan mampu menumbuhkan

kesadaran diri untuk mengukur diri sendiri sesuai dengan batas-batas kemampuan sendiri seperti itu. Barangkali itulah antara lain maksud kata-kata “la’alla-kum tattaquuna” (= agar kamu bertakwa) seperti tertulis dalam ayat 183 Surat Al-Baqarah di atas.

Referensi

Dokumen terkait

Anak dengan nefropati-IgA sering menunjukkan gejala hematuria nyata mendadak segera setelah infeksi saluran napas atas seperti glomerulonefritis akut pascastreptokok,

Pemahaman terhadap anatomi layout merupakan hal perlu dimiliki, agar dalam merancang sebuah layout halaman menjadi lebih baik, tidak saja secara estetik namun juga berhasil

Program-program seperti Sea Doc sebuah program pemutaran yang menunjukkan semangat pembuat film dokumenter di kawasan Asia Tenggara, kemudian ajang penjurian komunal yang

Ingatlah, bahawasanya Rasulullah SAW pernah bersabda : "Sesungguhnya darah-darah kalian dan harta- harta kalian merupakan kemuliaan bagi kalian, sebagaimana

peran Humas dilihat dari perencanaan Program, Perencanaan Strategi, Aplikasi Strategi, dan Evaluasi dan kontrol, jika semua itu diprioritaskan untuk

Penulisan judul, nomor bab atau sub bab, dan nomor halaman menggunakan bentuk huruf dan cara penulisan yang sama dengan yang ditulis di dalam isi skripsi.. Setiap

Sesuai dengan judul dalam penelitian ini, maka yang menjadi sampel penelitian adalah : Wajib Pajak Badan yang melakukan restitusi PPN LB dan Fiskus.. Berdasarkan pada

tanpa step.. √ = Terjadi peristiwa sticking atau porpoising sesuai keterangan kolom. Hasil pengamatan visual kejadian porpoising dan sticking pada uji tarik Hidrodinamik model