(Biology Reduction of Coffee Industry Waste Using
Eisenia foetida
Earthworms)
June
Puslitbang dan Radiasi, PO. BOX 701 0 JKSKL. Jakarta.
ABSTRACT
Biology reductions of coffee residue, waste from PT. Torabika industry, Tangerang using earthworm have been carried out. The aim of experiment is to know the ability of earthworm to decompose the waste become
verrnicompost and to evaluate it quality. The experiment was used earthworms species and 25
-
75 of cow manure as a medium mixture. The result showed that the structure of vermicomost is soft andblack colors with cation capacity is 17.49
-
21.32 The mineral content were determined using X-rayFluorescence Spectrometer (XRF), UV-Vis Spectrophotometer and the result showed that the
concentrations of N are 0.93
-
0.94 N 11.26-
15, K 6.64-
6.95 %, Ca 12.1-
17.3 P 0.09-
0.16 %,Mn 0.11
-
0.19 %, Fe - Zn 538 - 779 mgl kg. The earthworm biomass was increased until thirdweeks of vermicomposting.
Key words: Vermikompos, pabrik kopi, cacing foetida dan Spektrometri Pendar Sinsr-X
PENDAHULUAN
Pabrik kopi Torabika di Tangerang,
pabrik mempunyai produk yaitu
kopi yang merupakan dengan
harga tinggi dibandingkan jenis produk
wawancara dengan pabrik kopi
informasi bahwa pabrik berproduksi selama 6 haril minggu dan per hari
50 ton kopi. Penanganan
selama ini diserahkan kepada Pemerintah Daerah, dan hingga kini masih digunakan sebagai
bahan urugan di sepanjang tepian danau
tidak jauh dari lokasi pemukiman.
Berdasarkan tersebut, maka mencoba
memanfaatkan sebagai bahan kompos
mekanisme reduksi menggunakan
cacing Diharapkan akan pupuk
organik yaitu vermikompos dan jenis
media yang untuk pertumbuhan cacing
Seperti diketahui,
organik dengan memanfaatkannya sebagai media
dan 1975).
organik penumpukan
dan penimbunan dalam merupakan
yang berkecenderungan
pencemaran udara dan
air (Saeni, 1989). Vermikompos merupakan
kompos dengan baik dibandingkan
kompos biasa, karena mengandung hara
makro dan mikro juga mengandung zat pengatur
tumbuh Pada proses pembuatan
vermikompos penurunan nisbah C-N, temperatur dan pH bahan media secara
berkaitan dengan kondisi dan
perkembangan cacing indikasi terjadinya
proses pengomposan (Gur, 1982). Pada akhir proses pengomposan, vermikompos di uji kandungan hara makro dan mikro, kapasitas tukar kation (KTK) dan
parameter kompos kemudian
dibandingkan dengan jenis kompos lain yang dipasarkan.
BAHAN DAN
betemak cacing merupakan daur
yang cukup baik dan sempuma, selain
Bahan. kopi dari pabrik kopi
June
Minggu Jakarta, cacing foetida koleksi
Puslitbang Teknologi dan Radiasi
Jakarta. Selain digunakan cair dan
Perangkat Spektrometer Pendar X buatan Ortec dan program-program pelengkapnya
(Maestro, Quantitative X-Ray Analysis
System). Selain itu juga digunakan peralatan
Spektrofotometer UV-Vis, Kjeddahl, destruksi,
pH-meter, pembuat pelet, oven dan beberapa
lainnya.
Pembuatan media vermikompos dengan
membuat campuran yang dari masing-masing
25, 50 dan 75 kopi dalam kotoran
sapi. Media dimasukkan ke dalam
plastik dan diferrnentasikan selama 2 minggu. Kemudian pada setiap 1 kg media terfermentasi
dimasukkan sebanyak 25 gram cacing (Eisenia
foetida) yang berumur 2 Selama percobaan
dilakukan pengukuran berkala terhadap temperatur kelembaban, kemasaman (pH), rasio C-N dan penyusutan media serta penambahan bobot
biomassa cacing Pada akhir percobaan
dilakukan pengukuran kapasitas tukar kation (KTK)
dengan pH 7, kandungan unsur karbon (C)
dengan pengabuan kering, nitrogen (N)
dengan Kjeldahl, fosfor (P) dan boron (B) dengan Spektrometer UV-Vis serta kandungan makro dan mikro hara lainnya dengan Spektrometer Pendar
Sinar-X. Pada Spektrometer Pendar Sinar-X,
contoh dan standar diradiasi secara bergantian
selama 1 jam dengan sumber pengeksitasi sinar-X
dan Unsur-unsur hara di ukur
pada spektra K a dan L a energi
kharakteristiknya (Bertin, 1975). kuantitatif
dilakukan dengan pembanding
menggunakan standar acuan dari (IAEA,
1 994).
DAN PEMBAHASAN
Penyusutan media merupakan salah satu indikasi terjadinya kematangan kompos, yaitu
bobot media dibandingkan awal, hasil
pengamatan terlihat pada Gambar 1. Penyusutan
media pada perlakuan dengan sedikit
lebih tinggi dibandingkan dengan cacing
Penyusutan sebanyak 83, 71 dan 69 % masing-
pada 25, 50 dan 75 kopi dengan
cacing serta 78, dan 58 % masing-
pada 25, 50 dan 75 kopi
sedikit campuran kopi
dalam media, tinggi tingkat penyusutannya,
baik pada perlakuan dengan maupun
Hasil pengamatan perubahan
temperatur selama percobaan menunjuk-kan bahwa pada perlakuan dengan maupun
temperatur berkisar antara 28
-
29°C (Gambar 2). Simanjuntak dan Waluyo
pada proses pembuatan vermikompos, media dengan temperatur sedikit lebih tinggi dari masih cukup baik untuk pertumbuhan cacing
walaupun kematangan Eisenia foetida
lebih cepat terjadi pada temperatur media
M
2 0 0 -
u
k o p l 5 0 % k o p l k o p l
2 5 % k n p i
Gambar 2. Perubahan temperatur media selama proses pengomposan
Hasil pengamatan kondisi kemasaman media selama proses pengomposan dengan dan
cacing terlihat pada Gambar tinggi
kadar kopi dalam campuran, maka
pH media, sehingga ini dapat
mempengaruhi pertumbuhan cacing Kisaran
pH ideal untuk verrnikompos berkisar
antara 7 dan 8, sedangkan pada kompos biasa antara 6 dan 8 (Edwards dan Lofty, 1977). pH media selama proses pengomposan dengan cacing
adalah
-
(75 % kopi), 6-
% kopi), dan
-
(25 % kopi),sedangkan media cacing adalah
-
(75 % cacing (50 %
kopi) dan - (25 % kopi). Apabila pH
media maka dapat mempengaruhi
pertumbuhan cacing, dan pH ditingkatkan
dengan penambahan bubuk kapur sebanyak 0,3
.
Hasil pengamatan kondisi kelembaban media selama proses pengomposan terlihat pada Gambar 4. Kelembaban media selama proses pengomposan
dengan cacing berkisar
-
% (25% kopi),
-
% (50 % kopi),- % (75 % kopi). Sedangkan
kelembaban media selama proses pengomposan
cacing berkisar
-
(25 %kopi),
-
% (50 % kopi),- % (75 % kopi). Kelembaban
media berkecenderungan mengalami sedikit
penurunan selama proses pengomposan, ini
dengan kondisi pada waktu
percobaan yang relatii tinggi Gaur
kelembaban optimum untuk pengomposan
aerob adalah antara 50-60 apabila lebih
dari 50 maka pengomposan akan
lebih Guerrero dalam Doni
kelembaban media 40
-
60 dapat menunjangkehidupan cacing
Hasil pengukuran kadar rasio C-N selama proses pengomposan terlihat pada Gambar 5. Hasil menunjukkan bahwa pengomposan dengan cacing
lebih cepat dibandingkan cacing
ini karena adanya aktivitas bersama
antara mikroorganisme dan cacing dalam
melakukan dekomposisi bahan.
kandungan kopi dalam campuran media,
maka penurunan kadar C-N, ini
disebabkan adanya pembakaran unsur C dari
organik dengan unsur 02 sehingga dihasilkan
dan gas dan
1992). Kadar verrnikompos pada akhir proses
pengomposan dengan dan cacing yaitu
11, 15 dan % masing-masing untuk 25, 50
% kopi, serta dan
masing-masing untuk dan 50 % kopi
Tingginya kadar dalam
media cacing menunjukkan bahwa
proses penguraian karbon (C) belum sempurna, sehingga waktu pengomposannya lebih lama.
Struktur dan warna verrnikompos yang dihasilkan remah dan kering berwarna kuning
kehitaman (25 kopi), halus dan remah
berwarna kehitaman (50 % kopi),
kasar dan tidak nyata dari struktur
awalnya (75 kopi). Pengomposan
cacing tidak menunjukkan
perubahan struktur media yang sehingga
proses pengomposan lebih
dari 7 minggu. Data ini juga ditunjang oleh nilai
34 June Mellawati
b r h
5 0 % b r h L u p l
7 5 % L u p l
2 5 %
k o p i ( I C )
b r h
n k t u p u s n n
Gambar 3. Perubahan pH media selama proses pengomposan
3 0
I 2 3 4 6 7
r k t u
2 5 % k u p l
l l m b r h k o p l
7 5 % l l m b r h k u p l
2 5 % l l m b r h k u p l k o p l
7 5 %
Gambar 4. perubahan kelembaban media selama proses pengomposan
b r h k u p l
k u p l
7 5 % k u p i k o p l ( T C )
5 0 % b r h k u p i k u p l
0
2 3 6 7
p e n g u r n p u s n n i n g g u )
Hasil penentuan kandungan unsur makro dan
hara serta nilai KTK terlihat pada 1. dan
Gambar 6. terlihat bahwa vermikompos
yang dihasilkan mengandung unsur makro N, P, K, Ca dan unsur mikro Mn, Fe, dan Zn. Dibandingkan dengan vermikompos komersial dari Ragunan dan Amolum serta kompos dari Sari Alam, maka kadar rata-rata unsur makro dan mikronya sedikit lebih tinggi kecuali unsur Mn. Berdasarkan kebutuhan maka vermikompos dapat mencukupi
kebutuhan rata-rata Selain nilai KTK
nya lebih tinggi dibandingkan vermikompos
komersial dari dan kompos Sari Alam.
Hasil pengamatan terhadap pertumbuhan cacing ditandai dengan peningkatan bobot
biomassa selama proses pembuatan kompos, terlihat
pada Gambar 6. Hasil bahwa
peningkatan bobot hingga minggu ke-5 sebanyak
-
% (pada 25 % kopi) dan-
% (pada 50 % kopi). media
mengandung 75 kopi, pertumbuhan cacing
ini diidentifikasi dengan
peningkatan bobot yang yaitu
-
dan bahkan akhimya hingga lebih
kecil dari bobot minggu ke-5
pertumbuhan cacing di ketiga perlakuan (25,
50 dan 75 % kopi) terlihat ini
disebabkan pakan tidak mencukup
pertumbuhan dan perkembangan cacing
Hasil pengukuran kandungan mineral dalam vermikompos dibandingkan dengan
kompos komersial dan kebutuhan terhadap mineral
I I I I I I
36 June
Gambar 6. Spektrum unsur-unsur dalam kompos kopi pengukuran dengan Spektrometri Pendar Sinar-X
k o p i
3 6
( r n i n g g u )
Gambar 7. Perubahan bobot biomassa cacing selama proses pengomposan
LAN SARAN
Berdasarkan penelitian, maka residu kopi, dari pabrik kopi PT Torabika Tangerang dapat diolah menjadi pupuk organik dengan bantuan cacing Lama proses pengomposan adalah 9 minggu termasuk waktu cacing 2 minggu). Kualitas vermikompos yang dihasilkan dapat mengimbangi kualitas pupuk organik karena unsur makro dan mikro haranya standar kebutuhan Campuran yang rnengandung 25
-
50 kopi dalam kotoran sapi dapat menghasilkan vermikomposbaik.
diperoleh pupuk organik vermikompos berkualitas, diperoleh biornassa cacing yang cukup baik. Apabila dikehendaki pupuk organik maupun biomassa cacing yang gemuk, maka
ditambahkan kotoran sapi pada media
5 minggu sejak diintroduksikan cacing
dapat diterapkan organik lainnya dengan melakukan pengecekan kemasaman dan kadar ini penting untuk menunjang kehidupan cacing
DAFTAR
Anonimous. 1994. Analytical Quality Control Services, Atomic Energy Agency,
Box 100, A-1400 Vienna
E.P. 1975. Principles and Practice of X-Ray Spectrometric Analysis 2 nd edd., Plenum Press New York (1975).
Don i. 996. Produksi dan kualitas dari bahan baku dan kotoran
foetida) Fakultas Peternakan IPB,
Edwards, C.A., and J.R. Lofty. 1977. Biology of Earthworms. Chapman and Hall, John Wiley &
Sons, New York.
S. R. R.E., and D.E. Douglas. 1975. Earthworms for Ecology and Profit. Volume I,
Scientific Earthworm Farming. Bookworm Publishing Company, California.
Gaur. A. C. 1982. Improving Soil Fertility through Organic Recycling A. Manual of Rural Composting Project Field Document No. 15 UNDP Regional Project 004.
dan Djunaedi. 1992. Panduan Pembuatan Kompos dari Sampah. Center for Policy and Implementation Studies. Jakarta.
Saeni
M.S.
1989. Kimia Departemen Pendldikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi UniversitasIPB