• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Dalam Pengembangan Kompetensi Profesional Guru Sejarah Pada SMA Di Kabupaten Rembang Tahun Ajaran 2010 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Dalam Pengembangan Kompetensi Profesional Guru Sejarah Pada SMA Di Kabupaten Rembang Tahun Ajaran 2010 2011"

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)

i

KABUPATEN REMBANG TAHUN AJARAN 2010/2011

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Sejarah

Oleh Nur Mutmainah NIM 3101407007

JURUSAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)
(3)

iii Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang pada:

Hari :

Tanggal :

Penguji Utama

Drs. Abdul Muntholib, M.Hum 19541012 198901 1 001

Pembimbing I Pembimbing II

Drs.Karyono,M.Hum Drs. Ibnu Sodiq,M.Hum

NIP.19510606 198003 1 003 NIP.19631215 198901 1 001

Mengetahui, Dekan,

(4)

iv

sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Juli 2011

(5)

v

Seseorang yang pikirannya dipenuhi banyak gagasan dan rencana cerdas

tetapi tidak pernah mencoba merealisasikannya menjadi sebuah karya

nyata , maka dia adalah orang yang tidak pernah berguna (Huzaifah

Ismail)

Persembahan:

☺Bapak dan Ibu yang memberikan doa dan kasih sayang yang tulus.

☺Buat saudaraku tersayang ( Mbak Aini, Mas Sarwan, Adik Ifa dan Adik Aisy) terimakasih atas doa dan dukungan.

☺Guru-guruku yang telah memberikan bekal ilmu yang berharga.

☺Teman-teman terbaikku Kasih, Dwi, Ayu, dan Nisa terima kasih atas motivasi kalian.

(6)

vi

judul Peran Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Dalam Pengembangan Kompetensi Profesional Guru Sejarah Pada SMA di Kabupaten Rembang Tahun Ajaran 2010/2011, sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Negeri Semarang.

Penulis menyadari bahwa dalam karya ilmiah (skripsi) ini masih memerlukan pengembangan lanjut untuk mencapai tujuan esensialnya sejalan dengan perkembangan kurikulum sekolah. Skripsi ini dapat terselesaikan atas bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini ucapan tulus dan hormat saya sampaikan kepada:

1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmojo, M.Si, Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan fasilitas selama penulis kuliah.

2. Drs. Subagyo, M.Pd selaku Dekan FIS Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.

3. Arif Purnomo, S.Pd, S.S. M.Pd selaku Ketua Jurusan Sejarah Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin dan semangatnya dalam penyelesaian karya ini.

4. Drs. Karyono, M.Hum dosen pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan, petunjuk dan motivasi.

5. Drs. Ibnu Sodiq, M.Hum dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, petunjuk dan motivasi.

6. Seluruh dosen jurusan sejarah yang telah memberikan bekal ilmu

(7)

vii

9. Tsabit Azinar Ahmad,S.Pd., M.Pd dan Yupa Setiyawan yang telah memberikan dukungan hingga terselesaikannya skripsi ini.

10. Bapak, Ibu dan segenap keluarga besar yang telah memberikan dukungan hingga terselesaikannya skripsi ini.

11. Teman-teman di asholehah kost, emeral kost yang telah memberikan bantuan dan motivasi selama ini.

12. Semua pihak yang telah membantu dengan sukarela, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi semua pihak bagi umumnya. Amien.

(8)

viii

Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang. Kata Kunci : MGMP, Kompetensi Profesional, Guru Sejarah.

Profesionalisme guru dan mutu pendidikan Jawa Tengah masih rendah. Hal ini di latar belakangi oleh banyak faktor yaitu kualifikasi pendidikan formal guru belum sesuai dengan ketentuan undang-undang, kekurangan guru pada semua jenis dan jenjang pendidikan masih cukup banyak, distribusi guru belum merata, masih banyak guru yang mengajar tidak sesuai dengan bidang studinya, kesejahteraan pendidikan belum optimal dan penghargaan terhadap pendidikan sangat minim serta peran PKG (Pemantapan Kerja Guru), MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran), KKS (Kelompok Kerja Kepala Sekolah) dan KKPS (Kelompok Kerja Pengawas Sekolah) belum optimal, padahal usaha mendiskusikan permasalahan yang dihadapi guru dalam melaksanakan tugas sehari-hari dan mencari penyelesaian yang sesuai dengan karaktetistik sejarah yang sesuai dengan KTSP guru dapat menemukannya dengan mengikuti wadah MGMP.

Skripsi ini mendiskripsikan permasalahan yang didapat, Upaya apa dilakukan MGMP dalam pengembangan kompetensi profesional guru Sejarah di Kabupaten Rembang Tahun Ajaran 2010/2011; Kendala-kendala apa saja yang terjadi di lapangan dalam pengembangan kompetensi profesional guru Sejarah di Kabupaten Rembang Tahun Ajaran 2010/2011 oleh MGMP; Tanggapan guru Sejarah terhadap fungsi MGMP.

Dalam penelitian ini metode menggunakan kualitatif studi kasus. Sumber data penelitian ini adalah narasumber atau informan (informant) dan Aktivitas MGMP. Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi observasi, wawancara, studi dokumen dan angket atau kuesioner (Questionnaires). Penelitian ini memilih informan dengan menggunakan purposive sampling.

Dalam keabsahan data penelitian ini menggunakan teknik trianggulasi sumber. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan teknik analisis interaktif Miles dan Hiberman terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan atau verifikasi.

(9)

ix

berasal bukan dari lulusan sejarah menjadi permasalahan terhadap MGMP; Kurang pengawasan dari Dinas, dan KSKO (Kepala Sekolah Koordinasi Organisasi) kepada kinerja MGMP; Dana pendukung operasional MGMP yang kurang memadai; Terdapat beberapa etos kerja guru yang rendah.

(10)

x

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...ii

PENGESAHAN KELULUSAN...iii

PERNYATAAN ...iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN... v

PRAKATA ...vi

SARI ...viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ...xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah... 13

C. Tujuan Penelitian... 13

D. Kegunaan Penelitian... 14

E. Batasan Istilah ... 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)... 18

1. Pengertian MGMP ...18

2. Organisasi Profesi Guru...19

(11)

xi

2. Ruang Lingkup Kompetensi Profesional ...33

3. Pengembangan Kompetensi Profesional Melalui MGMP...36

C. Guru Sejarah ... 38

1. Pengertian Guru...38

2. Guru Sejarah...39

3. Kompetensi Profesional Guru Sejarah...42

D. Kerangka Berfikir... 46

BAB III METODE PENELITIAN A. Sasaran Penelitian ... 48

B. Bentuk dan Strategi Penelitian... 50

C. Sumber Data... 51

D. Teknik Pengumpulan Data... 52

E. Memilih Informan ... 55

F. Keabsahan Data... 57

G. Teknik Analisis ... 58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran MGMP Sejarah SMA ... 61

1. MGMP Sejarah SMA Kabupaten Rembang...61

(12)

xii

Profesional Guru Sejarah Di Kabupaten Rembang...87 D. Tanggapan Guru Sejarah Terhadap Fungsi MGMP Sejarah Kabupaten

Rembang.... ... 94 BAB V PENUTUP

(13)

xiii

(14)

xiv

2. Susunan Pengurus MGMP Sejarah Kabupaten Rembang Tahun

2009-2012...105

3. Susunan Pengurus MGMP Sejarah Kabupaten Rembang Tahun 2000-2003...106

4. Susunan Pengurus MGMP Sejarah Kabupaten Rembang Tahun 2003-2006...107

5. Susunan Pengurus MGMP Sejarah Kabupaten Rembang Tahun 2006-2009...108

6. Daftar Guru Mata Pelajaran Sejarah Kabupaten Rembang...109

7. Program Kerja MGMP Sejarah Kabupaten Rembang...110

8. Surat Katerangan Aktif Anggota MGMP...111

9. Lembar Penilaian dari Atasan dan Pengawas...112

10. Supervisi Kunjungan Kelas...113

11. Lembar Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran oleh Atasan dan Pengawas...114

12. Diktat Hasil Program Kerja Tahun 2000-2003...116

13. Surat Keterangan melakukan Penelitian...117

14. Instrumen Penelitian...118

(15)

xv

1) Studi Lapangan di Museum Plawangan Kragan...129

2) Situs Megalitikhum di Terjan...129

3) Seminar dan Napak Tilas Jejak Peninggalan Majapahit di Lasem Rembang...129

4) Studi Lapangan Program Kerja Tahun 2006-2009 di Sangiran dan Objek Percandian Plaosan Lor dan plaosan kidul...129

B. Kegiatan MGMP di dalam Ruangan...130

1) Pemanfaatan Teknologi LCD Dalam Rapat MGMP...130

2) Pembagian Kelompok Pembuatan Soal...130

C. Teknik Pengumpulan Data...130

1) Observasi Berperan Pasif...130

(16)

1 A. Latar Belakang

Guru memegang peranan strategis terutama dalam upaya membentuk watak bangsa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang diinginkan. Dimensi tersebut, peranan guru sulit digantikan oleh yang lain. Dipandang dari dimensi pembelajaran, peranan guru dalam masyarakat Indonesia tetap dominan sekalipun teknologi yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran berkembang amat cepat. Hal ini disebabkan karena ada dimensi-dimensi proses pendidikan, atau lebih khusus lagi proses, pembelajaran, yang diperankan oleh guru yang tidak dapat digantikan oleh teknologi (Supriadi, 1998: xv).

(17)

dikembangkan dan tidak hanya terbatas pada penguasaan prinsip mengajar (Uno, 2008: 17).

Tugas utama guru adalah mengajar, kebanyakan kita mengatakan bahwa mengajar adalah suatu profesi. Menurut Dedi Supriyadi (1998), guru sebagai suatu profesi di Indonesia baru dalam taraf sedang tumbuh (emerging profession) yang tingkat kematangannya belum sampai pada yang telah dicapai oleh profesi-profesi lainnya sehingga guru dikatakan sebagai profesi yang setengah-setengah atau semi profesional. Pekerjaan profesional berbeda dengan pekerja non profesional karena suatu profesi memerlukan kemampuan dan keahlian khusus dalam melaksanakan profesinya dengan kata lain pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khususnya dipersiapkan untuk itu (Saondi, 2010: 7).

(18)

dikeluarkan oleh Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). Selain itu, juga guru diberi penghargaan oleh pemerintah melalui Keputusan Menpan nomor 26 Tahun 1989, dengan memberikan tunjangan fungsional sebagai pengajar, dan dengan kenaikan pangkat yang terbuka (Soetjipto, 2009: 26).

Sesungguhnya paradigma baru pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), memang telah menempatkan pendidik sebagai tenaga profesional, yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengapdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi ( pasal 39 ayat (2) UU Sisdiknas). Pasal ini tidak diikuti dengan perintah untuk pengaturan lebih lanjut dengan peraturan pemerintah. Itulah salah satu sebab, maka pengaturan lebih lanjut tentang pendidik, khususnya guru dan dosen, perlu dibuat dalam bentuk undang-undang.

Persamaan yang paling esensial, bahwa guru dan dosen adalah pendidik yang merupakan tenaga profesional. Pengertian profesional memang tidak dijelaskan lebih lanjut dalam UU Sisdiknas, dan karena itu dalam Rancangan Undang-Undang tentang Guru dan Dosen, diberi rumusan :

“Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukanseseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupannya yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu, serta memerlukan pendidikan profesi”.

(19)

memiliki bakat, minat dan panggilan jiwa, dan idealisme; (b) memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan ketakwaan, dan akhlak mulia; (c) memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai bidang tugas; dan (d) memilki kompetensi yang diperlukan sesuai bidang tugas; dan (e) memiliki tangung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan. Selain itu guru dan dosen harus juga: (f) memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja; (g) memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat; dan (h) memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan guru. Khusus bagi guru harus (i) memiliki wadah profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru. Dalam hal ini dosen tidak wajib memiliki wadah profesi, karena akan lebih banyak diatur oleh senat perguruan tinggi masing-masing (Arifin, 2007:68).

(20)

Kompetensi Pendidik diatur pada peraturan menteri nomor 16 tahun 2007 yaitu (Anonim, 2010: 81) :

1. Kompetensi Pedagogik

Merupakan kemampuan dalam mengelola pembelajaran peserta didik, yang terdiri dari kemampuan memahami peserta didik, kemampuan merancang dan melaksanakan pembelajaran, kemampuan melakukan evaluasi pembelajaran, kemampuan membantu pengembangan peserta didik dan kemampuan mengaktualisasikan berbagai potensi yang dipunyainya.

Secara rinci kompetensi paedagogik mencangkup:

a. Memahami karakteristik peserta didik dari aspek fisik, sosial, moral, kultural, dan emosional.

b. Memahami latar belakang keluarga dan masyarakat peserta didik dan kebutuhan belajar dalam konteks kebinekaan budaya.

c. Memahami gaya belajar dan kesulitan peserta didik. d. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik.

e. Menguasai teori dan prinsip belajar serta pembelajaran yang mendidik.

f. Mengembangkan kurikulum yang mendorong keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran.

(21)

2. Kompetensi Profesional

Merupakan kemampuan penguasaan meteri pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standart kompetensi yang ditetapkan dalam standar nasional. Yang termasuk kompetensi profesional adalah penguasaan materi pelajaran yang terdiri dari penguasaan bahan yang diajarkan, penguasaan dan penghayatan atas landasan dan wawasan kependidikan dan keguruan, penguasaan proses-proses kependidikan, keguruan, dan pembelajaran siswa.

Secara rinci kompetensi profesional mencangkup :

a. Menguasai subtansi bidang studi dan metodologi keilmuan b. Menguasai struktur dan materi bidang studi.

c. Menguasai dan memanfaatkan teknologi Informasi dan komunikasi dalam pembelajaran.

d. Mengadahkan materi kurikulum bidang studi.

e. Meningkatkan kwalitas pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas.

3. Kompetensi Sosial

(22)

a. Berkomunikasi secara efektif dan empatik dengan peserta didik, orang tua peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, dan masyarakat.

b. Berkontribusi terhadap perkembangan pendidikan di sekolah dan masyarakat.

c. Berkontribusi terhadap perkembangan pendidikan di tingkat lokal, regional, nasional dan global.

d. Memanfaatkan informasi dan komunikasi (ICT) untuk berkomunikasi dan pengembangan diri.

4. Kompetensi Kepribadian

Kepribadian yang harus melekat pada pendidik yang merupakan pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa, berakhlak mulia serta dapat dijadikan teladan bagi peserta didik. Kompetensi ini mencangkup penampilan/sikap yang positif terhadap keseluruhan tugas sebagai guru dan terhadap keseluruhan situasi pendidikan beserta unsur-unsurnya. Disamping itu pemahaman dan penghayatan dan penampilan nilai-nilai yang seyogyanya dianut oleh seorang guru dan penampilan diri sebagai panutan anak didiknya. Secara rinci kompetensi kepribadian mencangkup :

a. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa.

(23)

c. Mengevaluasi kinerja sendiri.

d. Mengembangkan diri secara berkelanjutan.

Kompetensi yang dimiliki oleh guru tersebut akan dinyatakan dalam sertifikat pendidik yaitu melalui sertifikasi, pada saat ini pemerintah baru melaksanakan sertifikasi guru dalam jabatan melalui jalur penilain dan jalur pendidikan. Adanya sertifikasi guru ini pemerintah memberikan hadiah bagi guru yang telah dinyatakan profesional melalui tunjangan dua kali gaji pokok. Sehingga dengan adanya kebijakan pemerintah tersebut profesi guru sekarang banyak diminati masyarakat.

Profesi guru pada saat ini memang dalam puncak popularitas, pendapat yang diungkapkan oleh Soetjipto dan Ondi Saondi bahwa guru di Indonesia merupakan jabatan profesi yang sekarang mulai di gemari memang benar adanya. Banyaknya minat masyarakat yang ingin berprofesi menjadi guru, bisa dilihat dari membludaknya yang ingin bersekolah di LPTK, Misalnya di UNNES menjadi salah satu Perguruan tinggi favorit dalam mencetak calon guru. Profesi guru pada saat ini banyak di minati oleh masyarakat karena merupakan salah satu profesi yang sangat menjanjikan. Kebijakan-kebijakan baru yang di keluarkan pemerintah di atas terhadap profesi guru dan dosen bertujuan meningkatkan kesejahteraan hidup, hal inilah yang dijadikan sebab mengapa profesi guru pada saat ini menjadi profesi yang favorit.

(24)

bahwa guru tersebut sudah profesional, hal ini dapat dilihat dari data yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah (Supriyono, 2009: 25) terhadap profesionalisme guru dan mutu pendidikan Jawa Tengah masih rendah. Hal ini di latar belakangi oleh banyak faktor yaitu kualifikasi pendidikan formal guru belum sesuai dengan ketentuan undang-undang, kekurangan guru pada semua jenis dan jenjang pendidikan masih cukup banyak, distribusi guru belum merata, masih banyak guru yang mengajar tidak sesuai dengan bidang studinya, kesejahteraan pendidikan belum optimal dan penghargaan terhadap pendidikan sangat minim serta peran PKG (Pemantapan Kerja Guru), MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran), KKS (Kelompok Kerja Kepala Sekolah) dan KKPS (Kelompok Kerja Pengawas Sekolah) belum optimal.

Dalam upaya pengembangan kompetensi profesionalisme guru, menurut Supriadi (1998), yaitu diantaranya dapat melalui mengoptimalkan fungsi dan peran kegiatan dalam bentuk PKG (Pusat Kegiatan Guru), KKG (Kelompok Kerja Guru), dan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) yang memungkinkan para guru berbagai pengalaman dalam memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi dalam kegiatan mengajarnya.

(25)

untuk menyatukan gerak langkah dan mengendalikan keseluruhan profesi, yakni wadah profesi. Bagi guru di Indonesia wadah-wadah tersebut yaitu Persatuan Guru Republik Indonesia yang lebih dikenal dengan singkatan PGRI, namun di samping PGRI sebagai satu-satunya wadah guru di sekolah yang diakui pemerintah sampai saat ini, ada wadah guru yang disebut MGMP sejenis yang didirikan atas anjuran pejabat-pejabat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sayangnya belum ada keterkaitan dan hubungan formal antara kelompok guru-guru dalam MGMP ini dengan PGRI.

MGMP sebagai wadah profesi guru yang berbasis mata pelajaran secara profesional, terprogram, dan secara khusus diarahkan untuk mengembangkan standarisasi konsep dan penilain mata pelajaran secara nasional (Saondi, 2010: 75). Tujuan dari berdirinya MGMP seharusnya guru dapat memanfaatkan dan ikut berpartisipasi dalam wadah tersebut, akan tetapi semua guru belum menyadari hal itu. Adanya Sertifikasi Guru dan Pelaksanaan Implementasi KTSP, guru dapat memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapinya dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya secara efektif. Memanfaatkan wadah profesi guru tersebut guru dapat bertukar pengalaman dan saling berbagi sesama guru sehingga dapat mengembangkan kompetensi guru dan menjadikannya guru profesional.

(26)

kinerja MGMP, antara lain melalui berbagai pelatihan instruktur dan guru inti, peningkatan sarana dan prasarana, dan peningkatan mutu manajemen MGMP. Namun demikian, berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan kinerja MGMP yang berarti. Di beberapa daerah menunjukkan peningkatan MGMP yang cukup menggembirakan, namun sebagian besar lainnya masih memprihatinkan. Berdasarkan masalah ini, maka diperlukan penelitian yang mendalam mengenai kinerja MGMP.

(27)

makalah nasional dalam rangka refleksi kebangkitan nasional pada 28 Mei 2009 di Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Menurut Tri Widodo “Banyak peristiwa-peristiwa Sajarah” di negeri ini yang “masih sarat” dengan kontroversi, di samping yang secara khusus yaitu peistiwa : Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar), Serangan Umum 1 Maret 1949, Lahirnya Pancasila, Peristiwa G 30/S PKI, Lahirnya Orde Baru, Integrasi Timur-Timur. Sifat Sejarah yang kontroversial ini jelas memberikan pengaruh yang besar dalam pembelajaran Sejarah di kelas, meski pembelajaran kontroversial di kelas adalah sebuah keniscayaan yang pasti terjadi. Untuk itu guru membutuhkan suatu wadah, salah satunya yaitu MGMP dalam membahas berbagai permasalahan yang terkait dengan implementasi KTSP.

Berdasarkan uraian diatas, Banyak asumsi yang mengatakan bahwa MGMP mempunyai peran yang sangat penting dalam mengembangkan standarisasi konsep dan penilain mata pelajaran secara nasional, serta dapat dijadikan tempat pengembangan kompetensi guru khususnya kompetensi profesional. Namun apakah MGMP di Kabupaten Rembang juga dapat memberikan kontribusi yang sama pada guru sejarah dengan berdasarkan tujuan dan peran MGMP.

(28)

Dari latar belakang tersebut, peneliti mengangkat judul : Peran Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Dalam Pengembangan

Kompetensi Profesional Guru Sejarah Pada SMA di Kabupaten Rembang

Tahun Ajaran 2010/2011.

B. Perumusan Masalah

1. Upaya apa yang dilakukan MGMP dalam pengembangan kompetensi profesional guru sejarah di Kabupaten Rembang Tahun Ajaran 2010/2011? 2. Kendala-kendala apa yang terjadi di lapangan dalam pengembangan

kompetensi profesional guru sejarah di Kabupaten Rembang Tahun Ajaran 2010/2011 oleh MGMP ?

3. Tanggapan guru sejarah terhadap fungsi MGMP ?

C. Tujuan Penelitian

Dari Judul dan permasalahan diatas peneliti dapat merumuskan tujuan penelitian sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui upaya apa yang telah dilakukan MGMP dalam pengembangan kompetensi profesional guru sejarah di Kabupaten Rembang Tahun Ajaran 2010/2011.

2. Untuk mengetahui Kendala-kendala yang terjadi di lapangan dalam pengembangan kompetensi profesional guru sejarah di Kabupaten Rembang Tahun 2010/2011 oleh MGMP.

(29)

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut: 1. Kegunaan akademis atau teoritis

a. Dapat memberikan kegunaan kepada guru tentang pengembangan kompetensi sehingga pengajaran di sekolah di harapkan dapat menjadi lebih baik.

b. Memberikan kegunaan kepada wadah profesi guru (MGMP) di Indonesia agar dapat dijadikan suatu wadah yang dapat mengembangkan kompetensi guru sehingga dapat menjadikan guru profesional.

2. Kegunaan Praktis

a. Dapat berguna bagi penelitian yang lebih luas dan lebih mendalam. b. Dapat menambah pengetahuan bagi para mahasiswa yang belajar pada

jurusan sejarah (prodi pendidikan sejarah) pada khususnya dan jurusan-jurusan lain pada umunya.

c. Dapat dijadikan bahan bacaan bagi para mahasiswa atau masyarakat umum lainnya.

E. Batasan Istilah

(30)

1. Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)

MGMP merupakan suatu forum atau wadah profesional guru matapelajaran yang berada pada suatu wilayah kabupaten/ kota/ sanggar/ gugus sekolah. Ruang lingkupnya meliputi guru mata pelajaran pada SMA Negeri dan Swasta, baik yang berstatus PNS maupun Swasta dan atau guru tidak tetap/honorarium. Prinsip kerjanya adalah cerminan kegiatan "dari, oleh, dan untuk guru" dari semua sekolah. Atas dasar ini, maka MGMP merupakan wadah nonstruktural yang bersifat mandiri, berasaskan kekeluargaan, dan tidak mempunyai hubungan hierarkis dengan lembaga lain (http://re-searchengines.com/art05-14.html, diunduh pada tanggal 3 Juni 2010, jam 15.09).

2. Kompetensi Profesional

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (WJS. Purwadarminta) Kompetensi berarti (kewenangan) kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan sesuatu hal. Pengertian dasar kompetensi (competency) yakni kemampuan atau kecakapan (KBBI 2008: 1216).

(31)

3. Guru Sejarah

Dalam Undang-undang Guru dan Dosen (pasal 1 ayat 1 ) dinyatakan bahwa: “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah” (Aqib dan Rohmanto, 2008 : 145).

Sejarah mempunyai Tujuan yang luhur, yaitu ilmu sejarah untuk diajarkan pada semua jenjang sekolah adalah : “ menanamkan semangat kebangsaan, cinta tanah air, bangsa dan negara, serta sadar untuk menjawab untuk apa ia dilahirkan. Pelajaran sejarah merupakan salah satu unsur utama dalam pendidikan politik bangsa. Lebih jauh lagi pengajaran sejarah merupakan sumber inspirasi terhadap hubungan antarbangsa dan negara. Anak memahami bahwa ia merupakan bagian dari masyarakat negara dan dunia”( Kasmadi, 1996: 13).

(32)
(33)

18 1. Pengertian MGMP

MGMP merupakan suatu wadah atau wadah profesional guru mata pelajaran yang berada pada suatu wilayah kabupaten/ kota/ kecamatan/ sanggar/ gugus sekolah. Ruang lingkupnya meliputi guru mata pelajaran pada SMA negeri dan swasta, baik yang berstatus PNS (Pegawai Negeri Sipil) maupun swasta dan atau guru tidak tetap atau honorarium. Prinsip kerjanya adalah cerminan kegiatan "dari, oleh, dan untuk guru" dari semua sekolah. Atas dasar ini, maka MGMP merupakan organisasi nonstruktural yang bersifat mandiri, berasaskan kekeluargaan, dan tidak mempunyai hubungan hierarkis dengan lembaga lain (http://re-searchengines.com/art05-14.html, diunduh pada tanggal 3 Juni 2010, jam 15.09).

MGMP merupakan salah satu jenis organisasi guru-guru sekolah yang diakui pemerintah sampai saat ini selain PGRI, MGMP didirikan atas anjuran pejabat-pejabat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (Soetjipto, 2009: 36).

(34)

ini sangat diperlukan dalam memberikan kontribusi pada peningkatan kemampuan, wawasan, pengetahuan serta pemahaman guru terhadap meteri yang diajarkan dan pengembangannya (Saondi, 2010: 80).

MGMP adalah suatu forum atau wadah kegiatan profesional guru mata pelajaran sejenis disanggar maupun di masing-masing sekolah yang terdiri dari dua unsur yaitu musyawarah dan guru mata pelajaran. Guru mata pelajaran adalah guru SMP dan SMA negeri atau swasta yang mengasuh dan bertangung jawab dalam mengelola mata pelajaran yang ditetapkan dalam kurikulum. Guru bertugas mengimplementasikan kurikulum kelas. Dalam hal ini dituntut kerjasama yang optimal diantara para guru. MGMP diharapkan akan meningkatkan profesionalisme guru dalam melaksanakan pembelajaran yang bermutu sesuai kebutuhan peserta didik. Wadah profesi ini sangat diperlukan dalam memberikan kontribusi pada peningkatan keprofesionalan para anggotanya (Sa’ud, 2009: 107).

2. Organisasi Profesi Guru

Di Indonesia suatu wadah atau organisasi profesi di atur dalam undang-undang nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan dosen, dikemukaan bahwa: “ Organisasi profesi guru adalah perkumpulan yang berbadan hukum yang didirikan dan diurus oleh guru untuk mengembangkan profesionalitas guru”. Lebih lanjut dijelaskan hal-hal sebagai berikut :

1. Pasal 41

(35)

(2) Organisasi profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi untuk memajukan profesi, meningkatkan kompetensi, karier, wawasan pendidikan, perlindungan profesi, kesejahteraan, dan pengabdian kepada masyarakat.

(3) Guru wajib menjadi anggota organisasi profesi.

(4) Pembentukan organaisasi profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai peraturan perundang-undangan.

(5) Pemerintah dan atau pemerintah daerah dapat memfasilitasi organisasi profesi guru dalam pelaksanaan pembinaaan dan pengembangan profesi guru.

2. Pasal 42

Orgainsasi profesi guru mempunyai kewenangan : (1) Menetapkan dan menegakkan kode etik guru; (2) Memberikan bantuan hukum kepada guru; (3) Memberikan perlindungan profesi guru;

(4) Melakukan pembinaan dan pengembangan profesi guru; dan (5) Memajukan pendidikan nasional (Mulyasa, 2008: 48)

(36)

Pada kongres PGRI XIII menyatakan kode etik guru Indonesia merupakan landasan moral dan pedoman tingkah laku guru warga PGRI dalam melaksanakan panggilan pengabdiannya bekerja sebagai guru. Sehingga, Pasal 41 dan pasal 42 diatas merupakan pasal yang mengatur tentang organisasi profesi guru, dengan berpedoman pada Undang-undang dan peraturan yang sudah ada sebelumnya.

(37)

ORGANISASI PROFESI & KODE ETIK

Gambar 2.1 (Sholeh, 2006: 124)

3. Tujuan MGMP

(38)

Tujuan MGMP yang ditulis Oleh Soetjipto hampir sama dengan pendapat Mulyasa yaitu untuk meningkatkan mutu dan profesionalisasi guru. Sedangkan, Menurut Zulacchah (2006) Tujuan diselenggarakannya MGMP yaitu :

1. Untuk memotivasi guru dalam meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam merencanakan, melaksanakan dan membuat evaluasi program pembelajaran dalam rangka meningkatkan keyakinanan diri sebagai guru profesional.

2. Untuk menyatakan kemampuan dan kemahiran guru dalam melaksanakan pembelajaran sehingga dapat menunjang usaha peningkatkan pemerataan mutu pendidikan.

3. Untuk mendiskusikan permasalahan yang dihadapi dan dialami oleh guru dalam melaksanakan tugas-tugas sehari-hari dan mencari solusi alternatif pemecahannya sesuai dengan karakteristik mata pelajaran masing-masing, guru, kondisi sekolah, dan lingkungannya.

4. Membantu guru memperoleh informasi teknis edukatif yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, kegiatan kurikulum, metodologi dan sistem pengujian yang sesuai dengan mata pelajaran yang bersangkutan.

(39)

6. Mampu menjabarkan dan merumuskan agenda reformasi sekolah (school reform), khususnya focus classroom reform, Sehingga berproses pada reorientasi pembelajaran yang efektif.

Menurut Saondi MGMP mempunyai tujuan tidak lain menumbuhkan kegairahan guru untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam mempersiapkan, melaksanakan dan mengevaluasi program kegiatan belajar mengajar dalam rangka meningkatkan sikap percaya diri sebagai guru; menyetarakan kemampuan dan kemahiran guru dalam melaksankan kegiatan belajar-mengajar sehingga dapat menunjang usaha peningkatkan dan pemerataan mutu pendidikan; mendiskusikan permasalahan yang dihadapi guru dalam melaksanakan tugas sehari-hari dan mencari penyelesaian yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran guru, kondisi sekolah dan lingkungan; Membantu guru memperoleh informasi teknis edukatif yang berkaitan dengan kegiatan keilmuan dan Iptek, kegiatan pelakanaan kurikulum, metodologi, dan sistem evaluasi sesuai dengan mata pelajaran yang bersangkutan; saling berbagi informasi dan pengalaman dalam rangka menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Saondi, 2010: 81).

4. Peran MGMP

MGMP di tuntut untuk berperan sebagi, pertama reformator dalam

classroom, terutama dalam reorientasi pembelajaran efektif. Kedua, mediator,

(40)

dalam inovasi manajemen kelas dan manajemen sekolah. Keempat,

Collaborator, terhadap unit terkait dan organisasi profesi relevan. Kelima,

evaluator dan development school reform dalam konteks MGMP, dan Keenam, Clinical dan academic supervisor dengan pendekatan penilaian

appraisal(http://re-searchengines.com/art05-14.html, diunduh pada tanggal 3 Juni 2010, jam 15.09).

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam implementasinya tidak mudah bagi seorang guru untuk menerapkannya di lapangan yaitu untuk mewujudkan proses pembelajaran yang dapat mengubah ranah psikologis siswa sebagaimana yang digariskan pemerintah, serta berbagai permasalahan lain terkait dengan implementasi KTSP.

KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan, dan dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan yang sudah siap dan mampu mengembangkannya dengan memperhatikan Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36:

1. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

(41)

3. Kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah berpedoman pada standar kompetensi lulusan dan standar isi serta panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh (BSNP) Badan Standar Nasional Pendidikan (Mulyasa 2006: 12)

Dalam kerangka inilah dirasakan perlunya merevitalisasi wadah musyawarah guru, agar guru dapat memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapinya dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya secara efektif. Wadah musyawarah guru seperti MGMP merupakan suatu wadah yang efektif dalam memantapkan profesi guru, karena di MGMP guru dapat berdiskusi dan menelaah mengenai kesulitannya di kelas serta dapat saling tukar pikiran dalam merancang model pembelajaran dan implementasi KTSP secara efektif dan efisien.

Melalui wadah musyawarah guru diharapkam persoalan dapat diatasi, termasuk bagaimana mengembangkan KTSP dan mengimplementasikannya dalam pembelajaran yang efektif dan menyenangkan, mencari alternative pembelajaran yang tepat serta menemukan berbagai variasi metode, dan variasi media untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

(42)

dijadikan sebagai wahana pengembangan diri guru untuk meningkatkan kapasitas dan kemampuan serta menambah pengetahuan dan keterampilan dalam bidang yang diajarkan. Melalui revitalisasi wadah musyawarah guru, diharapkan semua kesulitan dan permasalahan dapat dipecahkan, dan dapat meningkatkan kualitas pendidikan disekolah melalui peningkatan kualitas pembelajaran yang efektif dan menyenangkan (efective instruction).

Berdasarkan urain di atas, menurut pendapat penulis Organisasi profesi guru di Indonesia yang sudah diatur dalam undang-undang merupakan sebuah organisasi yang sangat baik apabila pelaksanaannya sesuai dengan tujuan dari organisasi tersebut, akan tetapi organisasi guru misalnya PGRI dalam peningkatan mutu profesional keguruan belum menonjol, oleh karena itu atas anjuran pejabat-pejabat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan membentuk organisasi lagi yang disebut sebagai MGMP, pada dasarnya dengan melihat pengertian, tujuan dan peran MGMP yang telah di jelaskan atas begitu baik. Namun demikian, berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan kinerja MGMP yang berarti. Pelaksanaan dilapangan sulit karena adanya faktor-faktor yang menghambat kerja dari MGMP sehingga tidak sesuai dengan yang diharapkan.

B. Kompetensi Profesional Guru

1. Pengertian Kompetensi Profesional

(43)

adalah Merupakan kemampuan penguasaan meteri pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standart kompetensi yang ditetapkan dalam standar nasional. Termasuk kompetensi profesional adalah penguasaan materi pelajaran yang terdiri dari penguasaan bahan yang diajarkan, penguasaan dan penghayatan atas landasan dan wawasan kependidikan dan keguruan, penguasaan proses-proses kependidikan, keguruan, dan pembelajaran siswa (Anonim, 2010: 81).

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir c dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam (SNP) Standar Nasional Pendidikan (Mulyasa, 2008: 135).

SNP Peraturan Pemerintah nomor 19 Tahun 2005 mencangkup 8 (delapan) lingkup, yaitu: standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan :

(44)

2) Standar Proses mencangkup (1) proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. (2) Selain ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dalam proses pembelajaran pendidik memberikan keteladanan. (3) Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. (Pasal 20) Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar.

(45)

dengan jenjang pendidikan. (c) Kompetensi lulusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

(46)

5) Standar Sarana dan Prasarana (1) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. (2) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.

(47)

7) Standar Pembiayaan (1) Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal. (2) Biaya investasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumberdaya manusia, dan modal kerja tetap. (3) Biaya personal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan. (4) Biaya operasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji, b. bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan c. biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain sebagainya. (5) Standar biaya operasi satuan pendidikan ditetapkan dengan Peraturan Menteri berdasarkan usulan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

(48)

oleh satuan pendidikan tinggi. (3) Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur oleh masing-masing perguruan tinggi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Ruang Lingkup Kompetensi Profesional

Ruang lingkup kompetensi profesional guru secara umum dapat diidentifikasi dan disarikan sebagai berikut :

a. Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik filosofi, psikologis, sosiologis, dan sebagainya;

b. Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai taraf perkembangan peserta didik;

c. Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi tangung jawabnya;

d. Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi; e. Mampu mengembangkan dan mengunakan berbagai alat, media dan

sumber belajar yang relevan;

f. Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pembelajaran; g. Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik;

h. Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik;

(49)

Menggunakan media dan sumber pembelajaran, (g) Menguasai landasan-landasan kependidikan, (h) Memahami dan melaksanakan pengembangan peserta didik, (i) Memahami dan menyelenggarakan administrasi sekolah, (j) Memahami penelitian dalam pembelajaran, (k) Menampilkan keteladanan dan kemimpinan dalam pembelajaran, (l) Mengembangkan teori dan konsep dasar kependidikan, (m) Memahami dan melaksanakan konsep pembelajaran individual.

Berdasarkan uraian di atas, tampak bahwa kompetensi profesional merupakan kompetensi yang harus dikuasi oleh guru dalam kaitannya dengan pelaksanaan tugas utamanya mengajar (Mulyasa, 2008: 138). Kompetensi guru berdasarkan profesionalisme, yaitu guru yang profesional adalah guru yang kompeten (berkemampuan). Karena itu, kompetensi profesionalisme guru dapat diartikan sebagai kemampuan dan kewenangan guru dalam menjalankan profesi kegurunnya dengan kemampuan tinggi. Dengan kata lain, kompetensi adalah pemilikan penguasaan, keterampilan, dan kemampuan yang dituntut oleh jabatan seseorang.

(50)

saling mendasari satu sama lain. Kompetensi yang satu mendasari kompetensi lainnya.

Seorang guru yang dikatakan sebagai guru profesional adalah guru yang memiliki kompetensi dalam melaksanakan program pembelajaran. Pendapat ini diperkuat oleh Syaefudin, bahwa guru profesional adalah guru yang memiliki seperangkat kompetensi (pengetahuan, keterampilan, dan perilaku) yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya (Syaefudin, 2009: 49).

Kompetensi merupakan bagian atau syarat untuk menjadi guru profesional. Kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan meteri pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standart kompetensi yang ditetapkan dalam standar nasional. Mengorganisasikan materi kurikulum bidang studi.

Demikian tentang pengertian kompetensi profesional guru, sedangkan guru profesional tidak hanya mengetahui, tetapi betul-betul melaksanakan apa-apa yang menjadi tugas dan peranannya, merupakan pendapat dari Uzer Usman, sedangkan menurut Hamzah Uno guru profesional adalah guru yang kompeten (berkemampuan). Jadi perbedaan antara kompetensi profesional guru dengan guru profesional adalah kompetensi profesional itu jadi bagian atau syarat menjadi guru profesional.

3. Pengembangan Kompetensi Profesional Melalui MGMP

(51)

menyimpulkan bahwa kompetensi guru se-Jawa Tengah masih rendah. Padahal untuk mencapai mutu pendidikan yang berkualitas, dalam Undang-undang Guru dan Dosen tahun 2005 menyatakan dengan tegas bahwa setiap guru memiliki beberapa kompetensi meliputi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Permasalahan masih rendahnya kompetensi guru di Jawa Tengah antara lain di latar belakangi : kualifikasi pendidikan formal guru belum sesuai dengan ketentuan Undang-undang, kekurangan guru pada semua jenis dan jenjang pendidikan masih cukup banyak, distribusi guru belum merata, masih banyak guru yang mengajar tidak sesuai dengan bidang studinya, kesejahteraan pendidikan belum optimal, dan penghargaan terhadap pendidikan sangat minim serta peran PKG (Pemantapan Kerja Guru), MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran), KKS (Kelompok Kerja Kepala Sekolah), dan KKPS (Kelompok Kerja Pengawas Sekolah) belum optimal.

(52)

pembelajaran selalu berkembang dan berubah menurut dimensi ruang dan waktu, guru dituntut untuk selalu meningkatkan kompetensinya.

Profesi keguruan mempunyai tugas utama melayani masyarakat dalam dunia pendidikan. Sejalan dengan itu, jelas kiranya bahwa profesionalisasi dalam bidang keguruan mengandung arti peningkatan segala daya dan usaha dalam rangka pencapaian secara optimal layanan yang akan diberikan kepada masyarakat. Untuk meningkatkan mutu pendidikan saat ini, maka profesionalisasi guru (pendidik) merupakan suatu keharusan, terlebih lagi apabila kita melihat kondisi objektif saat ini berkaitan dengan berbagai hal yang ditemui dalam melaksanakan pendidikan, yaitu: (1) perkembangan Iptek, (2) persaingan global bagi lulusan pendidikan, (3) otonomi daerah, dan (4) implementasi KTSP.

(53)

Berpartisipasi dan aktif dalam organisasi Profesi, (14) Menggalang kerjasama dengan teman sejawat.

Berdasarkan urain diatas, dapat disimpulkan bahwa pengembangan profesionalisme oleh guru sangatlah penting hal ini dikarenakan adanya beberapa faktor yang mengharuskan profesionalisme guru harus di kembangkan, yaitu: (1) perkembangan Iptek, (2) persaingan global bagi lulusan pendidikan, (3) otonomi daerah, dan (4) implementasi KTSP. Banyak cara yang dapat ditempuh guru dalam pengembangan profesionalismenya, salah satunya melalui pemberdayaan MGMP. profesional guru dapat memberikan kontribusi yang cukup banyak terhadap proses pengelolaan pendidikan sehingga mampu melahirkan keluaran pendidikan yang bermutu. Keluaran yang bermutu dapat dilihat pada hasil langsung pendidikan yang berupa nilai yang dicapai siswa dan dapat juga dilihat melalui dampak pengiring, yakni di masyarakat.

C. Guru Sejarah 1. Pengertian Guru

(54)

Guru adalah orang dewasa yang secara sadar bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar, dan membimbing peserta didik. Orang yang disebut guru adalah orang yang memiliki kemampuan merancang program pembelajaran serta mampu menata dan mengelola kelas agar peserta didik dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan (Uno, 2008: 15).

2. Guru Sejarah

Sejarah mempunyai Tujuan yang luhur, yaitu ilmu sejarah untuk diajarkan pada semua jenjang sekolah adalah : “menanamkan semangat kebangsaan, cinta tanah air, bangsa dan negara, serta sadar untuk menjawab untuk apa ia dilahirkan. Pelajaran sejarah merupakan salah satu unsur utama dalam pendidikan politik bangsa. Lebih jauh lagi pengajaran sejarah merupakan sumber inspirasi terhadap hubungan antarbangsa dan negara. Anak dapat memahami bahwa ia merupakan bagian dari masyarakat negara dan dunia”( Kasmadi, 1996: 13).

Sejarah mempunyai fungsi dalam pembangunan bangsa, kesadaran sejarah, identitas dan kepribadian nasional menjadi landasan kuat bagi pembangunan bangsa maka jelaslah bahwa pengkajian sejarah mempunyai fungsi fundamental dalam pembangunan bangsa serta pembentukan manusia Indonesia bermartabat (Kartodirdjo, 1990: 60).

(55)

Artinya, bahwa sejarah memiliki kemampuan untuk digunakan mencapai tujuan pendidikan tertentu yang dikehendaki manusia, karena pada hakikatnya sejarah umat manusia berisi pengalaman yang penuh dengan pelajaran tentang hidup (Su’ud, 1990: 94)

Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa guru sejarah yaitu orang yang berprofesi mengajar, dalam bidang studi atau ilmu yang merupakan salah satu unsur utama dalam pendidikan politik bangsa. Lebih jauh lagi pengajaran sejarah merupakan sumber inspirasi terhadap hubungan antarbangsa dan negara, serta dapat membentuk manusia Indonesia yang bermartabat, karena Sejarah mempunyai fungsi dalam pembangunan bangsa, identitas dan kepribadian nasional.

Pendidikan dianggap suatu sarana untuk mewujudkan cita-cita nasional kita, maka pelajaran sejarah pada hakikatnya merupakan sumber kekuatan bagi berfungsinya sarana tersebut dengan efektif. Dengan kata lain, semakin kita menyadari nilai sejarah, semakin kita punya kekuatan untuk menumbuhkan sifat, watak, kemampuan yang diinginkan.

(56)

memperbaiki cara-cara mengajar sejarah, karena diperhatikan dalam praktek-praktek pengajaran sejarah di sekolah, sering didapat kesan bahwa pelajaran sejarah itu tidak menarik, bahkan sangat membosankan. Guru sejarah hanya membeberkan fakta-fakta kering, berupa urutan tahun dan peristiwa belaka.

Pelajaran sejarah dirasakan peserta didik hanyalah mengulangi hal-hal yang sama dari tingkat SD sampai SMA. Model serta teknik pengajarannya juga dari itu ke itu saja. Apa yang terjadi kelas, biasanya adalah : guru memulai pelajaran dengan bercerita, atau lebih tepat membacakan apa-apa yang telah tertulis di dalam buku ajar, dan akhirnya langsung menutup pelajarannya begitu bel akhir pelajarn berbunyi. Tidak mengherankan, di pihak guru-guru (termasuk guru sejarah sendiri) sering timbul kesan bahwa mengajar sejarah itu mudah.

(57)

yang secara khusus yaitu peistiwa : Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar), Serangan Umum 1 Maret 1949, Lahirnya Pancasila, Peristiwa G 30/S PKI, Lahirnya Orde Baru, Integrasi Timur-Timur. Sifat sejarah yang kontroversial ini jelas memberikan pengaruh yang besar dalam pembelajaran sejarah di kelas, meski pembelajaran kontroversial di kelas adalah sebuah keniscayaan yang pasti terjadi. Untuk itu guru membutuhkan suatu wadah, salah satunya yaitu MGMP dalam membahas berbagai permasalahan yang terkait dengan implementasi KTSP.

3. Kompetensi Profesional Guru Sejarah

Seorang guru sejarah harus memiliki kompetensi yang telah diatur dalm Permendiknas nomor 16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Menurut pasal tersebut dalam kompetensi profesional seorang guru sejarah SMA/MA, SMK/MAK yaitu:

a. Menguasai hakikat struktur keilmuan, ruang lingkup, dan objek sejarah. b. Membedakan pendekatan-pendekatan sejarah.

c. Menguasai materi sejarah secara luas dan mendalam. d. Menunjukkan manfaat mata pelajaran sejarah

(58)

seyogyanya adalah orang-orang yang memiliki pengetahuan luas tentang kebudayaan. Dalam hubungan ini, guru sejarah adalah “messenger of man’s cultural inheritance” (penyampai dari warisan budaya manusia). Untuk itu dengan sendirinya guru sejarah dituntut untuk punya pengetahuan yang meluas dan mendalam tentang berbagai aspek kebudayaan, baik kebudayaan rohani maupun kebudayaan material. (3) Guru sejarah seyogyanya juga adalah pengabdi perubahan. Ini berarti bahwa guru sejarah harus selalu menyadari salah satu watak utama sejarah, yaitu perubahan. Berpikir historis adalah berpikir bahwa segala sesuatu akan bergerak atau berubah, cepat atau lambat, Dengan demikian seorang guru sejarah hendaknya menjadi seorang yang cukup peka terhadap pertanda-pertanda jaman dan bahkan hendaknya mampu mndeteksi arah perkembangan tersebut, untuk itu pula seorang guru sejarah hendaknya tanggap terhadap permasalahan masyarakat. (4) Guru sejarah seyogyanya juga adalah pengabdi kebenaran.

Memang sejarah terkenal karena unsur subjektifitas yang inherent

(59)

kompetensi khusus guru sejarah bisa diperinci kedalam aspek-aspek (1) pengetahuan, (2) ketrampilan, dan (3) sikap.

(1) Aspek Pengetahuan

Tentu saja penguasaan aspek pengetahuan yang meluas dan mendalam tentang materi sejarah yang akan diajarkan. Namun, diperlukan pengetahuan tambahan yang sifatnya memperluas cakrawala serta wawasan guru sejarah, sehingga ia mampu lebih menghidupkan peristiwa masa lampau. Ini meliputi antara lain pengetahuan yang mendalam tentang peristiwa-peristiwa kontemporer di masyarakat sekitarnya maupun di dunia internasional. Kepentingan pengetahuan semacam ini ialah untuk memungkinkan guru sejarah menghubungkan peristiwa yang telah lewat dengan peristiwa masa kini.

(2) Aspek Ketrampilan

(60)

uraian yang memudahkan penanaman nilai-nilai sejarah pada diri peserta didik, keterampilan bercerita sejarah, dan keterampilan mengembangkan dan menggunakan teknik evaluasi baik untuk tes sumatif maupun tes formatif.

(3) Aspek Sikap

Sudah jelas bahwa sikap guru sejarah akan sangat berpengaruh atas pencapaian tujuan pengajaran sejarah yang pada dasarnya bertekanan di bidang efektif, yaitu pengembangan sikap murid yang positif terhadap lingkungan masyarakat dan bangsanya yang bersumber pada nilai-nilai sejarah yang dipelajarinya. Apabila seorang guru sejarah sama sekali tidak menunjukan sikap menghargai peristiwa masa lampau, atau secara tegasnya tidak tertarik pada peristiwa sejarah, sulit diharapkan guru bisa mengajar dengan baik, dalam artian mampu merealisir tujuan pengajaran sejarah itu. Di sini prinsip keteladanan sangat diharapkan dari guru sejarah. Bukan saja di dalam kelas, tapi di luar kelas juga dia harus menunjukan diri sebagai seorang yang menghargai sejarah.

(61)

D. Kerangka Berfikir

Dalam upaya pengembangan kompetensi guru khusunya kompetensi profesional sesuai dengan permendiknas nomor 16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Guru dapat memanfaatkan organisasi profesi yang ada, organisasi guru yang telah berdiri atas anjuran pejabat-pejabat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan selain PGRI yaitu MGMP. Melaui wadah ini guru dapat meningkatkan profesionalisme guru dalam melaksanakan pembelajaran yang bermutu sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Wadah komunikasi profesi ini sangat diperlukan dalam memberikan kontribusi pada peningkatakan keprofesionalan para anggotanya tidak hanya peningkatan kemampuan guru dalam hal menyusun perangkat pembelajaran tetapi juga peningkatan kemampuan, wawasan, pengetahuan serta pemahaman guru terhadap materi yang diajarkan dan pengembangannya (Saondi, 2010: 80).

(62)

MGMP yang berarti. Di beberapa daerah menunjukkan peningkatan MGMP yang cukup menggembirakan, namun sebagian besar lainnya masih memprihatinkan. Berdasarkan masalah ini, maka diperlukan penelitian yang mendalam mengenai kinerja MGMP.

Berdasarkan landasan teori di atas, secara ringkas gambaran penelitian disajikan pada gambar di bawah ini :

Kerangka berpikir Peran MGMP Sejarah Terhadap kompetensi profesional guru Sejarah

Gambar 2.2 MGMP

Kendala-kendala Program-program

Guru Profesional

(63)

48 A. Sasaran Penelitian

Objek penelitian ini dilakukan pada guru-guru Sejarah SMA yang tergabung dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Sejarah SMA di Kabupaten Rembang. MGMP di jadikan lokasi penelitian karena Wadah tersebut begitu penting sebab merupakan salah satu alternatif dalam pengembangan kompetensi guru, Syaefudin dalam bukunya “Pengembangan profesi guru”. Khususnya kompetensi profesional sesuai dengan Peraturan Menteri nomor 16 tahun 2007 dan Kompetensi Guru Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PPRI) nomor 74 tahun 2008 guru dituntut untuk mempunyai kompetensi. Ada 4 kompetensi yang harus dimiliki oleh guru yaitu, kompetensi kepribadian, komptensi sosial, kompetensi pedagogik, dan kompetensi profesional. Keempat kompetensi tersebut tidak berdiri sendiri, tetapi saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain. George J. Mouly mengatakan bahwa keempat bidang tersebut mempunyai hubungan hierarkis. Artinya, saling mendasari satu sama lain. Kompetensi yang satu mendasari kompetensi lainnya.

(64)

dengan adanya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang di kembangkan oleh setiap sekolah dan satuan pendidikan di berbagai wilayah dan daerah.

Mengimplementasikan KTSP menuntut kemandirian guru dan kepala sekolah untuk merevitalisasikan wadah musyawarah guru. Hal ini penting karena jumlah guru di sekolah pada umumnya sudah cukup memadai, tetapi suasana belajar belum cukup kondusif akibat rendahnya penguasaan guru terhadap metodologi, misalnya metode mengajar guru yang kurang bervariasi. Melalui wadah musyawarah guru, di harapkan persoalan dapat diatasi termasuk bagaimana mengembangkan KTSP dan mengimplementasikannya dalam pembelajaran yang efektif dan menyenangkan, mencari alternatif pembelajaran yang tepat serta menemukan berbagai variasi metode, dan variasi media untuk meningkatkan kualitas pembelajaran (Mulyasa 2008: 79).

Penelitian ini fokus pada MGMP Sejarah SMA bukan MGMP Sejarah (IPS) SMP, karena mata pelajaran Sejarah SMA lebih spesifik tidak dimasukan kedalam mata pelajaran terpadu (IPS) seperti di SMP yaitu perpaduan dari mapel Geografi, mapel Ekonomi, dan mapel Sejarah. Sasaran penelitian ini sangat relevan karena sesuai dengan profesi yang akan peneliti lakukan kelak yaitu sebagai guru Sejarah.

(65)

Alasan penelitian di Kota Rembang yaitu adanya penilaian dari dinas pendidikan dan kebudayaan Jawa Tengah (Supriyono, 2009: 25) menyimpulkan bahwa kompetensi guru se-Jawa Tengah masih rendah, Permasalahan masih rendahnya kompetensi guru di Jawa Tengah antara lain di latar belakangi oleh banyak faktor salah satunya yaitu: Peran MGMP yang belum optimal. Sehingga peneliti ingin mengetahui Peran MGMP Sejarah SMA Rembang, karena Rembang merupakan bagian Kabupaten Provinsi Jawa Tengah. Apakah MGMP di wilayah Kabupaten Rembang sudah bermanfaat bagi guru, khususnya guru sejarah dalam mengembangkan kompetensinya khususnya kompetensi profesional, mengingat fungsi dan tujuan dari MGMP. Apakah guru-guru sejarah sudah memanfaatkan wadah tersebut, dengan melihat perkembangan kurikulum yang menuntut agar guru menjadi guru yang profesional. Sehingga penelitian ini mengamati tentang peran MGMP dalam Pengembangan Kompetensi Profesional Guru Sejarah Pada SMA di Kabupaten Rembang tahun 2010/2011 dapat dilakukan.

B. Bentuk dan Strategi Penelitian

(66)

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif adalah yang bersifat deskriptif mengarah pada pendeskripsian secara rinci dan mendalam baik kondisi maupun proses, dan juga hubungan atau saling keterkaitannya mengenai hal-hal pokok yang ditemukan pada sasaran penelitiannya (Sutopo, 2006: 179).

Sifat Penelitian ini menggunakan studi kasus terpancang (embedded research), yakni sudah terarah pada batasan atau fokus tertentu yang dijadikan sasaran dalam penelitian (Sutopo, 2006: 139). Meneliti tentang peran MGMP dalam pengembangan kompetensi profesional guru sejarah, bagaimana upaya yang dilakukan MGMP dalam pengembangan kompetensi profesioanl guru sejarah, kendala-kendala yang terjadi di lapangan dalam pengembangan kompetensi profesional guru sejarah di Kabupaten Rembang dan tanggapan guru Sejarah terhadap fungsi MGMP tersebut.

Jenis Penelitian studi kasus yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus tunggal, artinya penelitian hanya dilakukan pada satu sasaran (satu lokasi, atau satu subyek) (Sutopo, 2006: 140). karena meneliti satu wadah yaitu MGMP Sejarah SMA Kabupaten Rembang.

C. Sumber Data

1. Narasumber atau Informan (informant)

(67)

yang secara langsung berdampak pada kemantapan kualitas penelitiannya (Sutopo, 2006: 58). Informan dalam penelitian ini adalah ketua, pengurus, anggota MGMP SMA, Dinas Pengawas IPS Kabupaten Rembang dan Ketua MGMP IPS SMP.

Dari data yang didapatkan dari Ketua, Pengurus MGMP Sejarah, anggota MGMP (Guru Sejarah), Dinas Pengawas IPS Kabupaten Rembang dan Ketua MGMP IPS SMP dibandingkan untuk mengetahui tingkat kepercayaan (validitas) data yang diperoleh.

2. Aktivitas MGMP

Aktivitas MGMP merupakan sumber data yang digunakan untuk mendapatkan informasi tentang kinerja MGMP dalam pengembangan kompetensi guru Sejarah pada SMA di Kabupaten Rembang. Aktivitas MGMP digunakan untuk mengetahui bagaimana kegiatan yang di lakukan oleh MGMP selama ini dan arah dari kegiatan tersebut. Aktivitas MGMP yang diamati adalah program yang telah direncanakan pengurus MGMP dan yang akan dilaksanakan.

D. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi

(68)

penelitian ini adalah observasi secara langsung dan termasuk dalam observasi berperan pasif yaitu kehadirannya sebagai orang asing diketahui oleh pribadi yang diamati, tetapi hanya sebagai pengamat (Sutopo, 2006: 76). Peneliti mengamati secara langsung aktivitas Program MGMP, hal-hal yang menjadi objek pengamatan meliputi keadaan guru, Interaksi-Sosial, Struktur Wadah, Keanggotaan, Jenis Kegiatan dan Pendanaan MGMP sejarah Kabupaten Rembang. Dalam observasi ini untuk mengetahui kendala MGMP dalam peningkatan kompetensi profesional. 2. Wawancara

(69)

peningkatan kompetensi profesional guru serta tanggapan guru terhadap wadah MGMP.

3. Studi Dokumen

Mencari hal-hal atau variabel yang berkaitan dengan kredibilitas penelitian, Dokumen-dokumen yang dihimpun dipilih sesuai dengan tujuan dan fokus masalah. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara (Sugiyono, 2008: 240). Studi dokumenter (documentary study) merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar, maupun elektrik. Dokumen-dokumen yang dihimpun dipilih sesuai dengan tujuan dan fokus masalah (Sukmadinata, 2010: 221-222).

Dalam penelitian ini peneliti menemukan data berupa dokumen sebagai pelengkap penelitian, dokumen yang menjadi sumber data berupa program kerja MGMP periode 2009-2012 dan Surat Keputusan Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMA Kabupaten Rembang yang terdapat pula pengembangan kompetensi guru Sejarah pada SMA di Kabupaten Rembang. Penelitian dalam hal ini akan mengabadikan suatu yang khas dari khusus dengan menggunakan foto.

4. Angket atau Kuesioner (Questionnaires)

(70)

dilakukan adalah berupa pertanyaan yang ditujukan kepada anggota MGMP. Pertanyaan ini berpedoman dari Permendiknas nomor 16 tahun 2007 diambil spesifiknya tentang Kompetensi Profesional. Angket diberikan kepada 15 orang yang belum di wawancarai, pemberian angket ini dimaksud untuk melengkapi data dari wawancara dan 15 orang tersebut tidak ada waktu untuk diwawancarai. Angket ini bertujuan untuk mengetahui kompetensi profesional guru sejarah melalui MGMP.

E. Memilih Informan

Pada penelitian ini, akan memilih informan dengan menggunakan

purposive sampling. Artinya, sumber data dipilih melalui seleksi berdasarkan pertimbangan dan tujuan tertentu. H.B Sutopo (2006) menjelaskan bahwa dalam purposive sampling, peneliti memilih informannya berdasarkan posisi dengan akses tertentu yang dianggap memiliki informasi berdasarkan permasalahan secara mendalam. Ketua, Pengurus dan Guru Sejarah yang menjadi anggota MGMP Kabupaten Rembang, akan di jadikan sasaran penelitian terlebih dahulu dipilih berdasarkan karakteristiknya sesuai dengan kebutuhan dan kemantapan peneliti dalam perolehan data. Informan selanjutnya yaitu dari Dinas Pendidikan IPS Kabupaten Rembang dan Ketua MGMP IPS SMP.

(71)

kompetensi guru sejarah, kendala-kendala yang terjadi di lapangan dalam pengembangan kompetensi guru Sejarah di Kabupaten Rembang.

Informan dari anggota MGMP (guru Sejarah) dipilih untuk mengetahui tanggapan-tanggapan terhadap fungsi MGMP dalam pengembangan kompetensi guru. Informan anggota ini dibagi menjadi dua yaitu informan lulusan Sejarah dengan anggota yang bukan dari lulusan Sejarah. Informan dari Dinas Pengawas IPS kabupaten dipilih untuk mengetahui bagaiman kinerja MGMP Sejarah pada periode 2009-2012 ini. Sedangkan Informan Ketua MGMP IPS SMP dipilih untuk mengetahui kerja sama yang dilakukan MGMP SMA dengan MSI (Masyarakat Sejarawan Indonesia) komisariat Rembang.

Pada penelitian digunakan pula cuplikan waktu (time sampling) untuk melihat aktivitas MGMP dalam mengembangkan kompetensi guru sejarah. Hal ini karena tidak semua aktivitas MGMP sering dilakukan, sehingga dipilih waktu-waktu tertentu berdasarkan pelaksanaan program kerja untuk melakukan pengamatan tentang aktivitas MGMP dalam pengembangan kompetensi guru sejarah. Waktu kegiatan yang digunakan penelitian yaitu pada Kamis 17 Februari 2011 pada rapat pembuatan soal ujian sekolah, Sabtu 19 Februari 2011 pada rapat koordinasi soal ujian sekolah, dan Kamis 28 April 2011 pada rapat pengumpulan soal ujian sekolah.

F. Keabsahan Data

(72)

trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.

Trianggulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah trianggulasi dengan sumber, yaitu untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama ( Sugiyono, 2009: 241). Dalam keabsahan data ini peneliti menguji dengan cara :

1. Membandingkan antara wawancara dengan angket.

Peneliti dalam hal ini membandingkan upaya MGMP dalam pengembangan kompetensi profesional guru. Dari hasil wawancara peneliti mendapatkan bahwa program kerja yang terlaksana bertujuan dalam pengembangan kompetensi profesional, salah satu program tersebut yaitu studi lapangan situs sejarah yang bermanfaat bagi guru sejarah yang bukan lulusan sejarah. MGMP di sini juga mempunyai peran terhadap proses sertifikasi guru, yaitu MGMP dalam pengembangan kompetensi guru serta mendukung guru dalam proses sertifikasi. Serta, dapat memberikan surat keterangan bagi anggota untuk (PAK) Penetapan Angka Kredit, selain itu MGMP juga dapat dimasukan unsur C pada aspek pengalaman berorganisasi dibidang pendidikan dan sosial.

(73)

strategi serta seni mendidik dan mengajar, menjadi pribadi sosial dan demokratis merujuk pada tugas pokok dan fungsi guru harus beranjak dari, oleh dan untuk peserta didiknya.

2. Membandingkan antara observasi dengan wawancara.

Peneliti dalam hal ini membandingkan kendala MGMP dalam pengembangan kompetensi profesional guru. Dari hasil observasi peneliti melihat kurangnya manajemen dari anggota MGMP sendiri, baik pengurus dan anggota MGMP yang belum berfungsi secara optimal seperti partisipasi anggota terhadap pelaksanaan program menyebabkan terjadinya kendala, misalnya kehadiran pada saat rapat. Dari hasil wawancara peneliti menemukan perbedaan antara MGMP dengan dinas perbedaanya yaitu dari segi perlakuan, misalnya bantuan dalam bentuk dana.

G. Teknik Analisis

Dalam Penelitian ini menggunakan analisis interaktif terdiri atas tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan/verifikasi (Miles dan Huberman, 2009: 20).

Gambar

Gambar 2.2 MGMP Kendala-kendala Program-program Guru ProfesionalKompetensi  Profesional Guru Sejarah
FOTO PENELITIAN

Referensi

Dokumen terkait

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut permohonan Penggugat mengenai nafkah anak bernama ANAK, umur 1 tahun 2 bulan yang didalamnya termasuk nafkah

Reaktivitas : Tidak ada data tes khusus yang berhubungan dengan reaktivitas tersedia untuk produk ini atau bahan bakunya.... Stabilitas

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh bahwa : (1) Profil proses berpikir siswa RE (reflektif) dalam memecahkan masalah matematika adalah : (a) dalam memahami masalah,

Melihat hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, secara keseluruhan telah terjadi peningkatan kinerja keuangan dari tahun anggaran 2010 ke 2011 pada

”Tilintarkastajan ammattitaito on katoava luonnonvara, jollei sitä jatkuvasti harjoita ja opiskele uutta” (Hyvönen 2009b, 27). Näin ollen voidaan päätellä yksittäisen

Tevina Mart merupakan salah satu usaha yang bergerak di bidang retail yang ada di Kecamatan Ukui, tepatnya di Desa Ukui 1. Tevina Mart beralamat di Simpang

Kondisi ekonomi di Desa Karangandong-Kecamatan Driyorejo dan Desa Watestanjung-Kecamatan Wringinanom yang mengalami perubahan yaitu pada kekayaan yang dimiliki seperti

Videotron sebagai media yang digunakan Humas Pemerintah Kabupaten Sidoarjo telah memberikan informasi yang benar dan wajar terkait pecapaian pembangunan Kabupaten