• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis penerapan perencanaan pajak dalam usaha mengefisiensikan beban pajak pada badan usaha koperasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis penerapan perencanaan pajak dalam usaha mengefisiensikan beban pajak pada badan usaha koperasi"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM USAHA MENGEFISIENSIKAN BEBAN PAJAK PADA BADAN USAHA

KOPERASI

(Studi Kasus pada Koperasi Pegawai B2TKS KOSUPALUK) Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh

Elen Setiyaning Berliyanti NIM: 107082003393

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM USAHA MENGEFISIENSIKAN BEBAN PAJAK PADA BADAN USAHA

KOPERASI

(Studi Kasus pada Koperasi Pegawai B2TKS KOSUPALUK) Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh

Elen Setiyaning Berliyanti NIM: 107082003393

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Afif Sulfa SE, M.Si, Ak. NIP.19570617 198503 1 002

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini Rabu, 27 April 2011 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa:

1. Nama : Elen Setiyaning Berliyanti

2. NIM : 107082003393

3. Jurusan : Akuntansi Pajak

4. Judul Skripsi : Analisis Penerapan Perencanaan Pajak dalam Usaha Mengefisiensikan Beban Pajak pada Badan Usaha Koperasi (Studi Kasus pada Koperasi Pegawai B2TKS KOSUPALUK)

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 27 April 2011

1. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS ( ) NIP.19570617 198503 1 002 Ketua

2. Afif Sulfa SE, M.Si, Ak. ( ) Sekretaris

(4)

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini Rabu, 1 Juni 2011 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa: 1. Nama : Elen Setiyaning Berliyanti

2. NIM : 107082003393

3. Jurusan : Akuntansi

4. Judul Skripsi : Analisis Penerapan Perencanaan Pajak dalam Usaha Mengefisiensikan Beban Pajak pada Badan Usaha Koperasi (Studi Kasus pada Koperasi Pegawai B2TKS KOSUPALUK)

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 1 Juni 2011

1. Prof. Dr. Ahmad Rodoni ( ) NIP.19690203 200112 1 003 Ketua

2. Rahmawati, SE., MM ( ) NIP.19770814 200604 2 003 Sekretaris

3. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS ( ) NIP. 19570617 198503 1 002 Pembimbing I

4. Afif Sulfa SE, Ak, M.Si ( )

Pembimbing II

5. Yessi Fitri SE., Ak, M.Si ( )

(5)

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Elen Setiyaning Berliyanti No. Induk Mahasiswa : 107082003393

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Jurusan : Akuntansi

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:

1. tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan

2. tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain

3. tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa ijin pemilik karya

4. mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini

Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggung-jawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Tangerang, 9 Mei 2011

Yang Menyatakan,

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Elen Setiyaning Berliyanti

2. Tempat & Tanggal Lahir : Jakarta, 27 November 1988

3. Alamat : Perumahan Dasana Indah Blok UC 5/8 Jl. Merpati VI Rt 004/025 Bonang Kelapa Dua Tangerang 15821

4. Telepon : 08569827928 / 021-5469457

II. PENDIDIKAN

1. TK Islam Cut Nyak Dhin Bonang Tahun 1993-1995 2. SD Islamic Village Tangerang Tahun 1995-2001 3. SLTP Negeri 9 Tangerang Tahun 2001-2004 4. SMA Negeri 7 Tangerang Tahun 2004-2007 5. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007-2011

III.LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Totot Subiyanto

2. Ibu : Ipah Holipah

3. Alamat : Perumahan Dasana Indah Blok UC 5/8 Jl. Merpati VI Rt 004/025 Bonang Kelapa Dua Tangerang 15821

(7)

ABSTRACT

This is a case study research at Koperasi Pegawai B2TKS KOSUPALUK located in Puspiptek Tangerang. The title of the research is “The Analysis of Tax Planning Application as an Effort to Process the Tax Burden Efficiently in Cooperative Enterpries.”

The purpose of the research is to know how the tax planning application done by the cooperative enterprises can make the tax burden processed efficiently. This research used descriptive analysis method within the case study research design. The type of the research is the quantitative descriptive. The data was obtained by analyzing the financial report year 2008 and 2009 of the cooperative enterprises, and by interviewing the competent parties in the income tax calculation field. The data analysis was done by doing fiscal reconciliation and by transferring undeductible expenses become deductible expenses, then also by comparing the tax burden before and after processing tax planning.

From the analysis, it is proven that processing tax planning will make the tax burden of the income tax efficient within about Rp 5.791.500 or 11,78% for year 2008 and Rp. 3.548.790 or 4,5% for year 2009. It can be concluded that a proper tax planning will save the income tax of the corporate tax payers. Based on the above conclusion, the writer suggests that it is better for the corporate enterprises to apply a tax planning properly to efficient the tax burden payable.

(8)

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus yang dilakukan pada Koperasi Pegawai B2TKS KOSUPALUK yang berada di kawasan Puspiptek Tangerang. Judul penelitian ini adalah “Analisis Penerapan Perencanaan Pajak dalam Usaha Mengefisiensikan Beban Pajak pada Badan Usaha Koperasi.”

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bahwa penerapan perencanaan pajak yang dilakukan koperasi terbukti dapat mengefisiensikan beban pajak. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis dengan rancangan penelitian studi kasus. Jenis penelitiannya adalah deskriptif kuantitatif. Data diperoleh dengan cara menganalisis laporan keuangan koperasi tahun 2008 dan 2009 dan wawancara kepada pihak-pihak yang berkompeten dari bagian yang terkait dengan perhitungan PPh badan. Analisis data diperoleh dengan melakukan rekonsiliasi fiskal dan mengalihkan biaya yang tidak dapat dikurangkan menjadi biaya yang dapat dikurangkan, kemudian membandingkan beban pajak sebelum dan sesudah melakukan perencanaan pajak.

Dari analisis yang dilakukan terbukti bahwa dengan adanya perencanaan pajak akan terjadi efisiensi atas beban PPh koperasi sebesar Rp 5.791.500 atau 11,78% untuk tahun 2008 dan Rp. 3.548.790 atau 4,5% untuk tahun 2009. Dari hasil analisis diatas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya perencanaan pajak yang tepat, maka dapat menghemat pajak penghasilan yang terutang pada wajib pajak badan. Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis menyarankan sebaiknya koperasi menerapkan perencanaan pajak yang tepat sehingga dapat mengefisiensikan beban pajak terutang.

(9)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Analisis Penerapan Perencanaan Pajak dalam Usaha Mengefisiensikan Beban Pajak pada Badan Usaha Koperasi (Studi Kasus pada Koperasi Pegawai B2TKS KOSUPALUK)”.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada: 1. Ayah dan Ibu (Totot Subiyanto dan Ipah Holipah), yang telah memberikan

semangat dan dukungan baik material maupun non material serta doa yang tiada henti-hentinya kepada penulis.

2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan dosen Pembimbing Skripsi I yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.

3. Ibu Rahmawati, SE., MM, selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Afif Sulfa, SE., Ak., M.Si, selaku dosen Pembimbing Skripsi II yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.

5. Ibu Yessi Fitri SE., Ak., M.Si selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Seluruh staf pengajar dan karyawan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuan kepada penulis.

(10)

8. Bapak Milirman, selaku Ketua Koperasi Pegawai B2TKS KOSUPALUKyang telah membantu dan memberikan izin untuk melakukan penelitian di koperasi. 9. Bapak Agus Okasa Rahardja, SE, MM, selaku Bendahara Koperasi Pegawai

B2TKS KOSUPALUK yang telah membantu dan memberikan data-data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini.

10.Ibu Dra. Gita Puspita, MM, selaku Sekretaris Koperasi Pegawai B2TKS KOSUPALUK yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.

11.Bapak RM. Heru PS. Puspokusumo, selaku Manajer Adm. dan Umum serta KA Unit Waserda yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.

12.Ibu Aat Adminiyenti, yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. 13.Segenap Pengurus dan Pengelola Koperasi Pegawai B2TKS KOSUPALUK. 14.Segenap Staf dan Karyawan B2TKS.

15.Sahabatku Bella Novitasari yang telah menyemangati dan memberikan banyak inspirasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

16.Sahabat-sahabatku di kampus tercinta yang selalu menemani dalam susah dan senang, Suryani Taher, Silvy Ramalia, Dinar Khomsah, Dina Kartika, Alumni Akuntansi C 2007, dan Alumni Akuntansi Pajak C 2007 mudah-mudahan kita bisa kumpul bareng lagi dan tidak terputus silaturahminya.

17.Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... iii

LEMBAR PENGESAHAN UJI SKRIPSI... iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAAN KARYA ILMIAH ... v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP... vi

ABSTRACT ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 8

A. Dasar-Dasar Perpajakan... 8

1. Pengertian Pajak ... 8

2. Fungsi Pajak ... 9

3. Jenis Pajak ... 10

4. Perlawanan Terhadap Pajak ... 11

5. Sistem Pemungutan Pajak ... 12

B. Pajak Penghasilan ... 13

1. Pengertian Pajak Penghasilan ... 13

2. Subjek Pajak Penghasilan ... 14

(12)

4. Objek Pajak Penghasilan ... 16

5. Pajak Penghasilan Final ... 19

6. Bukan Objek Pajak ... 19

C. Penyesuaian Fiskal ... 22

1. Deductible Expense ... 23

2. Non Deductible Expense ... 25

3. Beda Tetap ... 28

4. Beda Waktu ... 28

D. Perencanaan Pajak ... 29

1. Pengertian Perencanaan Pajak (Tax Planning) ... 29

2. Tujuan dan Manfaat Tax Planning ... 30

3. Strategi dalam Tax Planning ... 31

4. Aspek-Aspek dalam Tax Planning ... 34

5. Tahapan Tax Planning ... 35

E. Efisiensi ... 36

1. Efisiensi Secara Umum ... 36

2. Efisiensi Beban Pajak ... 37

F. Koperasi ... 37

1. Pengertian Koperasi ... 37

2. Fungsi dan Peran Koperasi ... 38

3. Prinsip Koperasi ... 39

4. Bentuk dan Jenis Koperasi ... 39

5. Sumber Modal Koperasi ... 42

6. Perangkat Organisasi Koperasi ... 44

G. Penelitian Terdahulu... 45

H. Skema Kerangka Pemikiran... 48

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 49

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 49

(13)

E. Definisi Operasional Variabel ... 51

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 53

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 53

1. Sejarah Singkat ... 53

2. Visi, Misi dan Komitmen Utama ... 54

3. Struktur Organisasi ... 55

4. Kebijakan Akuntansi Koperasi ... 57

B. Hasil Analisis Data ... 58

1. Perhitungan Pajak Penghasilan Sebelum Perencanaan Pajak ... 58

2. Perhitungan Pajak Penghasilan Setelah Perencanaan Pajak ... 63

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ... 69

A. Kesimpulan ... 69

B. Implikasi ... 69

C. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 71

(14)

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

1.1 Perbedaan Koperasi dengan Badan Usaha Lainnya ... 4

2.1 Perbandingan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian Selanjutnya ... 46

4.1 Masa Manfaat Aktiva Tetap ... 57

4.2 Rekonsiliasi Fiskal Tahun 2008... 60

4.3 Rekonsiliasi Fiskal Tahun 2009... 62

4.4 Koreksi Fiskal yang Dapat Dihindari... 64

4.5 Perbandingan Besarnya PPh Terutang... 66

(15)

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Halaman 2.1 Strategi-Strategi dalam Meminimalkan Jumlah

Pajak yang Harus Dibayar ... 34 2.2 Penerapan Perencanaan Pajak dalam Mengefisiensikan

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan Halaman

1. Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 ... 74

2. Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 ... 84

3. Laporan Rugi Laba KOSUPALUK Tahun 2008 ... 87

4. Laporan Rugi Laba KOSUPALUK Tahun 2009 ... 88

5. Rincian Biaya Koperasi Tahun 2008 ... 89

(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pajak merupakan alat bagi pemerintah dalam mencapai tujuan untuk mendapatkan penerimaan baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung dari masyarakat guna membiayai pengeluaran rutin serta pembangunan nasional dan ekonomi masyarakat. Sistem pemungutan pajak yang berlaku di Indonesia adalah self assessment system, yang menuntut Wajib Pajak untuk mematuhi kewajiban perpajakan (tax compliance) dengan secara proaktif mengelola administrasi perpajakannya. Self assessment system memberikan wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak terutang mulai dari menghitung, melapor dan menyetor jumlah pajak terutang, sedangkan sistem pembayaran (payment) yang berlaku dapat dilakukan sendiri oleh Wajib Pajak maupun melalui pemotongan pihak ketiga (withholding system).

(18)

pajak dengan tidak melanggar peraturan perundang-undangan perpajakan dikenal dengan perencanaan pajak (tax planning). Perencanaan pajak dapat diartikan sebagai usaha yang dilakukan oleh Wajib Pajak untuk meminimalkan besarnnya jumlah pajak terutang sesuai dengan undang-undang perpajakan yang berlaku. Perencanaan pajak merupakan langkah awal dalam manajemen pajak. Manajemen pajak itu sendiri merupakan sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar, tetapi jumlah pajak yang dibayarkan dapat ditekan seminimal mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan. Langkah selanjutnya adalah pelaksanaan kewajiban perpajakan (tax implementation) dan pengendalian pajak (tax control). Pada tahap perencanaan pajak ini dilakukan pengumpulan dan

penelitian terhadap peraturan perpajakan. Tujuannya agar dapat diseleksi jenis tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan. Pada umumnya penekanan perencanaan pajak (tax planning) adalah untuk meminimumkan kewajiban pajak. Pada dasarnya, perencanaan pajak harus memenuhi syarat-syarat, diantaranya tidak melanggar ketentuan perpajakan, secara bisnis dapat diterima dan bukti-bukti pendukungnya memadai.

(19)

sebagai badan usaha yang berbadan hukum, koperasi juga memerlukan perencanaan pajak yang baik agar semua kegiatan yang dilakukan oleh koperasi dapat berjalan dengan lancar dan dapat mencapai tujuan yang dicita-citakan oleh koperasi.

(20)
[image:20.595.134.516.80.628.2]

Tabel.1.1

Perbedaan Koperasi dengan Badan Usaha Lainnya

Sumber: Materi Perkuliahan Ekonomi Koperasi.

Perbedaan yang ada antara koperasi dengan badan usaha lainnya sesungguhnya menunjukkan terdapat perbedaan yang sangat prinsip antara koperasi dengan badan usaha lainnya. Dengan karakter perbedaan tersebut,

INDIKATOR KOPERASI BUKAN KOPERASI

Kepemilikan Kepemilikan oleh anggota dengan tidak membedakan kepada jumlah modal yang disetor.

Kepemilikan perorangan yang ditentukan oleh setoran modal atau penyertaan modal dalam bentuk saham.

Permodalan Modal diperoleh dari anggota dalam bentuk simpanan pokok dan simpanan wajib.

Modal disetor oleh pemilik atau orang atau

kelompok yang

menyertakan saham. Pengambilan

Keputusan

Keputusan tertinggi diambil dalam rapat anggota dengan tidak membedakan antara satu anggota dengan anggota lainnya.

Keputusan tertinggi diambil berdasarkan kepemilikan modal atau saham. Orang atau kelompok yang memiliki modal atau saham terbesar, maka ia yang memiliki suara lebih besar dari orang atau kelompok lainnya.

Pengawasan Pengawasan dalam koperasi dilakukan oleh anggota melalui rapat anggota dan pelaksanaan dilakukan oleh badan pengawasan.

Pengawasan dilakukan oleh pemilik saham melalui komisaris yang merupakan representasi dari pemilik modal atau saham.

Tujuan Ditujukan untuk tujuan sosial sekaligus tujuan ekonomi.

Lebih kepada keuntungan.

Balas Jasa Didasarkan oleh

partisipasi anggota dalam bentuk sisa hasil usaha (SHU).

Didasarkan oleh

(21)

dijadikan bagi usaha perorangan yang umumnya berskala mikro dan kecil akan lebih efektif guna mewujudkan demokrasi ekonomi.

Gloritho (2008) melakukan penelitian mengenai pengaruh penerapan pajak untuk meminimalkan beban pajak pada PT. XYZ dan hasilnya dengan melakukan perencanaan pajak, terjadi efisiensi pajak perusahaan sebesar 22,50%. Gusvita dan Cut Dien Dwianna Ade (2010) melakukan penelitian mengenai perencanaan pajak atas skema penagihan jasa outsourcing dan hasilnya adalah perencanaan pajak yang dapat dilakukan atas skema penagihan jasa PT. Z adalah surat Keterangan Bebas PPh 23, perencanaan dalam menghadapi pemeriksaan, dan perencanaan pajak secara keseluruhan.

(22)

Berdasarkan uraian-uraian tersebut penelitian ini diberi judul “Analisis Penerapan Perencanaan Pajak dalam Usaha Mengefisiensikan Beban Pajak pada Badan Usaha Koperasi (Studi Kasus pada Koperasi Pegawai B2TKS KOSUPALUK).”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah apakah penerapan perencanaan pajak yang dilakukan pada koperasi terbukti dapat mengefisiensikan beban pajak?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari perumusan masalah yang ada, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa penerapan perencanaan pajak yang dilakukan pada koperasi sehingga dapat mengefisiensikan beban pajak.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Bagi Koperasi

(23)

2. Manfaat Bagi Penulis

Menambah dan mengembangkan wawasan peneliti, khususnya dalam hal perencanaan pajak, dengan cara membandingkan teori yang diperoleh dengan kenyataan atau kondisi yang sebenarnya terjadi di lapangan.

3. Manfaat Bagi Pembaca

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Dasar-Dasar Perpajakan 1. Pengertian Pajak

Beberapa pengertian pajak menurut beberapa ahli yang dikutip oleh Erly Suandy (2008:9-10) antara lain:

a. NJ. Feldmann

“Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada pengusaha (menurut norma-norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum.”

b. MJH. Smeets

“Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum dan yang dapat dipaksakannya, tanpa adanya kontraprestasi yang dapat ditunjukkan dalam hal yang individual, dimaksudkan untuk membiayai pengeluaran pemerintah.”

c. Soeparman Soemahamidjaja

“Pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum.”

d. Rochmat Sumitro

“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.”

(25)

a. yang berhak memungut pajak hanyalah negara dengan iuran berupa uang atau barang;

b. pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaannya;

c. tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung dapat ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah; dan

d. digunakan untuk membiayai keperluan rumah tangga negara, yakni pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas. 2. Fungsi Pajak

Menurut Waluyo (2008:6) pajak memiliki dua fungsi, yaitu fungsi penerimaan dan mengatur.

a. Fungsi Penerimaan (Budgeter)

Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Sebagai contoh: dimasukkannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri. b. Fungsi Mengatur (Reguler)

(26)

3. Jenis Pajak

Menurut Waluyo (2008:12) pajak dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok, yaitu menurut golongan, sifat, pemungut dan pengelolanya. a. Pajak menurut golongan terdiri dari pajak langsung dan tidak

langsung.

1) Pajak Langsung

Pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau dibebankan kepada orang lain atau pihak lain. Contoh: Pajak Penghasilan.

2) Pajak Tidak Langsung

Pajak yang dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai.

b. Pajak menurut sifat terdiri dari pajak subjektif dan objektif. 1) Pajak Subjektif

Pajak yang pengenaannya memperhatikan pada keadaan pribadi Wajib Pajak atau pengenaan pajak yang memperhatikan keadaan subjeknya. Contohnya: Pajak Penghasilan.

2) Pajak Objektif

(27)

Contohnya: Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

c. Pajak menurut pemungut dan pengelola terdiri dari pajak pusat dan daerah.

1) Pajak Pusat

Pajak yang dipungut oleh Pemerintah Pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara pada umumnya. Contohnya: Pajak Penghasilan, Pajak Bumi dan Bangunan.

2) Pajak Daerah

Pajak yang dipungut oleh Pemerintah daerah baik Daerah Tingkat I maupun Daerah Tingkat II dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah masing-masing. Contoh: Pajak Reklame, Pajak Hiburan.

4. Perlawanan Terhadap Pajak

Menurut Waluyo (2008:13) perlawanan terhadap pajak dapat dibagi menjadi perlawanan pasif dan perlawanan aktif.

a. Perlawanan Pasif

Perlawanan pasif berupa hambatan yang mempersulit pemungutan pajak dan mempunyai hubungan erat dengan struktur ekonomi.

b. Perlawanan Aktif

(28)

5. Sistem Pemungutan Pajak

Menurut Waluyo (2008:17) sistem pemungutan pajak dapat dibagi menjadi Official Assessment System, Self Assessment System, dan Withholding System.

a. Official Assessment System

Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang. Ciri-ciri Official Assessment System adalah: 1) wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang berada pada

fiskus;

2) Wajib Pajak bersifat pasif; dan

3) utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.

b. Self Assessment System

Sistem ini merupakan pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar.

c. Withholding System

(29)

B. Pajak Penghasilan

1. Pengertian Pajak Penghasilan

Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 23 (revisi 2009) Penghasilan didefinisikan dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan sebagai peningkatan manfaat ekonomi selama periode akuntansi dalam bentuk arus masuk atau peningkatan aset atau penurunan liabilitas yang mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal.

Suandy (2008:45) menyatakan pendapatnya tentang pajak penghasilan, yaitu:

“Pajak Penghasilan (PPh) termasuk dalam kategori sebagai pajak

subjektif, artinya pajak yang dikenakan karena ada subjeknya yakni telah memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dalam peraturan perpajakan. Sehingga terdapat ketegasan bahwa apabila tidak ada

subjek pajaknya, maka jelas tidak dapat dikenakan PPh.”

Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 pengertian pajak penghasilan yaitu:

(30)

2. Subjek Pajak Penghasilan

Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang pajak penghasilan, yang menjadi subjek pajak penghasilan adalah:

a. orang pribadi;

b. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak;

c. badan; dan

d. bentuk usaha tetap (BUT).

Subjek pajak penghasilan terdiri dari subjek pajak dalam negeri dan subjek pajak dalam negeri.

a. Subjek pajak dalam negeri adalah:

1) subjek pajak pribadi yaitu orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia.

2) subjek pajak badan yaitu badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria:

(31)

(b) pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;

(c) penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah; dan

(d) pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara; dan

3) warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak.

b. Subjek pajak luar negeri adalah:

1) orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui BUT di Indonesia;

(32)

3. Bukan Subjek Pajak Penghasilan

Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang pajak penghasilan, yang tidak termasuk subjek pajak adalah sebagai berikut: a. kantor perwakilan negara asing;

b. pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat-pejabat lain dari negara asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersamasama mereka dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut serta negara bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik;

c. organisasi-organisasi internasional dengan syarat: 1) Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut; dan

2) tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia selain memberikan pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggota;

d. Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional, dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha, kegiatan, atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia. 4. Objek Pajak Penghasilan

(33)

Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk :

a. penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun atau imbalan dalam bentuk lainnya kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang Pajak Penghasilan;

b. hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan; c. laba usaha;

d. keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk: 1) keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan,

persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal;

2) keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu atau anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya;

3) keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, pengambilalihan usaha, atau reorganisasi dengan nama dan dalam bentuk apapun;

(34)

pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan antara pihak pihak yang bersangkutan;

5) keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan, atau permodalan dalam perusahaan pertambangan;

e. penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak;

f. bunga termasuk premium, diskonto dan imbalan karena jaminan pengembalian utang;

g. dividen dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;

h. royalti atau imbalan atas penggunaan hak;

i. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta; j. penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;

k. keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;

(35)

n. premi asuransi;

o. iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari WP yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;

p. tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak;

q. penghasilan dari usaha berbasis syariah;

r. imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan; dan s. surplus Bank Indonesia.

5. Pajak Penghasilan Final

Penghasilan yang dikenakan pajak bersifat final menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 pasal 4 ayat (2) adalah:

a. penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya; b. penghasilan berupa hadiah undian;

c. penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya;

d. penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan;

e. penghasilan tertentu lainnya. 6. Bukan Objek Pajak

(36)

a. Bantuan sumbangan dan harta hibah:

1) bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima sumbangan yang berhak, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah; dan

2) harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan;

b. warisan;

c. harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan;

(37)

e. pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa;

f. dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara, atau badan usaha milik daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:

1) dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan

2) bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor;

g. iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai;

h. penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun sebagaimana dimaksud pada huruf g, dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan;

(38)

j. dihapus;

k. penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia;

l. beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;

m. sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan pengembangan; dan

n. bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

C. Penyesuaian Fiskal

(39)

1. Deductible Expense

Deductible Expense merupakan pengeluaran yang dapat dibebankan

sebagai biaya yaitu pengeluaran yang mempunyai hubungan langsung dengan usaha atau kegiatan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan objek pajak yang pembebannya dapat dilakukan selama tahun pengeluaran atau selama masa manfaat dari pengeluaran tersebut. Biaya-biaya dapat dijadikan pengurang penghasilan dalam koreksi fiskal diatur dalam Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 pasal 6 ayat (1), yaitu:

a. biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha, antara lain:

1) biaya pembelian bahan;

2) biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang;

3) bunga, sewa, dan royalti; 4) biaya perjalanan;

5) biaya pengolahan limbah; 6) premi asuransi;

7) biaya promosi dan penjualan yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;

8) biaya administrasi; dan

(40)

b. penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dan Pasal 11A;

c. iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan;

d. kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan;

e. kerugian selisih kurs mata uang asing;

f. biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia;

g. biaya beasiswa, magang, dan pelatihan;

h. piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat:

1) telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial; 2) Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat

ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak; dan

(41)

atau khusus; atau adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumlah utang tertentu;

4) syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku untuk penghapusan piutang tak tertagih debitur kecil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf k;

yang pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;

i. sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;

j. sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan di Indonesia yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;

k. biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;

l. sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah; dan

m. sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah.

2. Non Deductible Expense

Non Deductible Expense merupakan pengeluaran yang tidak dapat

(42)

sesuai dengan adat kebiasaan pedagang yang baik. Biaya-biaya yang tidak dapat dijadikan pengurang penghasilan dalam koreksi fiskal diatur dalam Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 pasal 9 ayat (1), yaitu:

a. pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen, termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi; b. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi

pemegang saham, sekutu, atau anggota;

c. pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali:

1) cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang; 2) cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial

yang dibentuk oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial; 3) cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan; 4) cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;

5) cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan; dan 6) cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan

limbah industri untuk usaha pengolahan limbah industri;

yang ketentuan dan syarat-syaratnya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;

(43)

pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi Wajib Pajak yang bersangkutan; e. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang

diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;

f. jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan;

g. harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b, kecuali sumbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf i sampai dengan huruf m serta zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah; h. Pajak Penghasilan;

(44)

j. gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham;

k. sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di bidang perpajakan.

3. Beda Tetap

Yang dimaksud dengan beda tetap (permanen) dalam penyesuaian fiskal menurut Paryan (2009:12) adalah perbedaan pengakuan menurut komersial dan fiskal, seperti:

a. menurut akuntansi komersial merupakan penghasilan, sedangkan menurut ketentuan PPh bukan penghasilan;

b. menurut akuntansi komersial merupakan penghasilan, sedangkan menurut ketentuan PPh telah dikenakan PPh yang bersifat final; dan c. menurut akuntansi komersial merupakan beban (biaya), sedangkan

menurut ketentuan PPh tidak dapat dibebankan sebagai pengurang penghasilan bruto.

4. Beda Waktu

(45)

atau pendapatan akan sama antara akuntansi dan pajak, hanya berbeda alokasi waktunya saja. Sedangkan Aktiva pajak tangguhan yang timbul dari kompensasi rugi akan terpulihkan bila perusahaan menggunakan kompensasi rugi tersebut pada tahun di mana perusahaan memperoleh laba fiskal. Bila kompensasi rugi tersebut tidak terpakai dan menjadi hangus, maka Aktiva pajak tangguhan yang timbul harus disesuaikan. Beda waktu tersebut seperti:

a. metode penyusutan;

b. metode penilaian persediaan; c. penyisihan piutang tak tertagih; d. rugi-laba selisih kurs.

D. Perencanaan Pajak

1. Pengertian Perencanaan Pajak (Tax Planning)

(46)

Zain (2005:67) memberikan rumusan tentang perencanaan pajak, yaitu:

“Perencanaan pajak adalah merupakan tindakan perstrukturan yang terkait dengan konsekuensi potensi pajaknya, yang tekanannya kepada pengendalian setiap transaksi yang ada konsekuensi pajaknya. Tujuannya adalah bagaimana pengendalian tersebut dapat mengefisiensikan jumlah pajak yang akan ditransfer ke pemerintah, melalui apa yang disebut dengan penghindaran pajak (Tax Avoidance) dan bukan penyelundupan pajak (Tax Evasion) yang

merupakan tindak pidana fiskal yang tidak akan ditoleransi.”

Tjahjono dan Husein yang dikutip dari Umaimah (2005:45) juga memberikan pendapat mengenai perencanaan pajak, yaitu:

“Perencanaan pajak (tax planning) adalah proses mengorganisasi usaha Wajib Pajak atau kelompok Wajib Pajak sedemikian rupa sehingga utang pajaknya, baik pajak penghasilan maupun pajak-pajak lainnya berada dalam posisi yang paling minimal, sepanjang hal ini dimungkinkan oleh ketentuan perundang-undangan perpajakan.”

Dari dua definisi yang telah dijelaskan di atas dapat disimpulkan bahwa perencanaan pajak adalah tindakan yang dilakukan oleh Wajib Pajak untuk mengefisiensikan jumlah pajaknya, baik pajak penghasilan maupun pajak-pajak lainnya dengan cara penghindaran pajak-pajak (Tax Avoidance) yang tidak melanggar ketentuan perundang-undangan perpajakan.

2. Tujuan dan Manfaat Tax Planning

Menurut Yenni Mangonting (1999:45) tujuan dan manfaat tax planning adalah sebagai berikut:

(47)

2) menghilangkan/menghapus pajak dalam tahun berjalan; 3) menunda pengakuan penghasilan;

4) mengubah penghasilan rutin berbentuk capital gain;

5) memperluas bisnis atau melakukan ekspansi usaha dengan membentuk badan usaha baru;

6) menghindari pengenaan pajak ganda; dan

7) menghindari bentuk penghasilan yang bersifat rutin atau teratur atau membentuk, memperbanyak atau mempercepat pengurangan pajak.

b. Manfaat tax planning adalah:

1) penghematan kas keluar, karena pajak merupakan unsur biaya yang dapat dikurangi; dan

2) mengatur aliran kas, karena dengan perencanaan pajak yang matang dapat diestimasi kebutuhan kas untuk pajak dan menentukan saat pembayaran sehingga perusahaan dapat menyusun anggaran kas secara lebih akurat.

3. Strategi dalam Tax Planning

Strategi-strategi yang dapat dilakukan dalam tax planning menurut Aviantara (2008) antara lain:

a. Tax saving

(48)

pajak lebih dari Rp. 100 juta dapat melakukan perubahan pemberian natura kepada karyawan menjadi tunjan gan dalam bentuk uan g .

b. Tax avoidance

Tax avoidance merupakan upaya efisiensi beban pajak dengan menghindari pengenaan pajak melalui transaksi yang bukan merupakan objek pajak. Misalnya, perusahaan yang masih mengalami kerugian, perlu mengubah tunjangan karyawan dalam bentuk uang menjadi pemberian natura karena natura bukan merupakan objek pajak PPh Pasal 21.

c. Menunda pembayaran kewajiban pajak

Menunda pembayaran kewajiban pajak tanpa melanggar peraturan yang berlaku dapat dilakukan melalui penundaan pembayaran PPN. Penundaan ini dilakukan dengan menunda penerbitan faktur pajak keluaran hingga batas waktu yang diperkenankan, khususnya untuk penjualan kredit. Dalam hal ini, penjual dapat menerbitkan faktur pajak pada akhir bulan berikutnya setelah bulan penyerahan barang.

d. Menghindari pelanggaran atas peraturan perpajakan

(49)

e. Mengoptimalkan kredit pajak yang diperkenankan

Dengan mengoptimalkan jumlah kredit pajak yang diperkenankan maka akan mengurangi beban pajak yang terutang, sehingga laba yang dihasilkan akan lebih besar.

[image:49.595.141.523.70.432.2]
(50)
[image:50.595.113.525.81.550.2]

Gambar. 2.1

Strategi-Strategi dalam Meminimalkan Jumlah Pajak yang Harus Dibayar

Sumber: Yeni Mangonting, Tax Planning: Sebuah Pengantar Sebagai Alternatif Meminimalkan Pajak, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Universitas Kristen Petra, Vol. 1, No. 1, Hal 43-53, 1999

4. Aspek-aspek dalam Tax Planning

Menurut Aviantara (2008) aspek-aspek dalam tax planning terdiri dari aspek formal dan administratif serta aspek material.

Pengelakkan Pajak dalam Strategi Penghematan Pajak

Yang Tidak Merugikan Penerimaan Negara Merugikan Penerimaan Negara Melalui Transaksi Melalui Proses Produksi Cara yang Diperkenan kan oleh Undang-Undang Cara yang Tidak Diperke-nankan oleh Undang-Undang

Kapitalisasi Transformasi

Pengelakan (Avoidance)

Penyelun-dupan

(51)

a. Aspek Formal dan Administratif

Aspek formal dan administratif yang harus dipenuhi suatu badan usaha untuk dapat melakukan perencanaan pajak antara lain:

1) Kewajiban mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (NPPKP).

2) Menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan. 3) Memotong dan/atau memungut pajak.

4) Membayar pajak.

5) Menyampaikan Surat Pemberitahuan. b. Aspek Material

Aspek material ini berhubungan dengan perhitungan pajak. Basis penghitungan pajak adalah objek pajak. Dalam rangka optimalisasi alokasi sumber dana, manajemen akan merencanakan pembayaran pajak yang tidak lebih dan tidak kurang. Untuk itu, objek pajak harus dilaporkan secara benar dan lengkap.

5. Tahapan Tax Planning

Tahapan dalam Tax Planning menurut Aviantara (2008) antara lain adalah sebagai berikut:

a. menganalisis informasi yang ada (analyzing the existing data base); b. membuat satu atau lebih model kemungkinan jumlah pajak

(designing one or more possible tax plans);

(52)

d. mencari kelemahan dan memperbaiki kembali rencana pajak (debugging the tax plans);

e. memutakhirkan rencana pajak (updating the tax plan).

E. Efisiensi

1. Efisiensi Secara Umum

Menurut Cendiman (2009) efisiensi merupakan perbandingan terbaik antara suatu kegiatan dengan hasilnya. Menurut definisi ini, efisiensi terdiri atas 2 unsur yaitu kegiatan dan hasil dari kegiatan tersebut.

a. Unsur Kegiatan

Suatu kegiatan dianggap mewujudkan efisiensi jika suatu hasil tertentu tercapai dengan kegiatan terkecil. Unsur kegiatan terdiri dari 5 subunsur, yaitu pikiran, tenaga, bahan, waktu, dan ruang.

b. Unsur Hasil

Suatu hasil dianggap mewujudkan efisiensi jika dengan suatu kegiatan tertentu mencapai hasil yang terbesar. Unsur hasil terdiri dari 2 subunsur, yaitu jumlah (kuantitas) dan mutu (kualitas).

(53)

2. Efisiensi Beban Pajak

Secara finansial, pajak dapat mengurangi laba yang diperoleh oleh seseorang atau suatu badan usaha. Pajak yang harus ditanggung oleh Wajib Pajak merupakan beban yang dapat mempengaruhi besarnya laba bersih yang diperoleh. Jika beban adalah suatu penurunan atau berkurangnya nilai modal akibat penggunaan aset, maka hal tersebut seharusnya dapat ditekan seminimal mungkin. Penurunan nilai modal karena penggunaan aset yang disebabkan oleh penggunaan yang tidak perlu merupakan suatu pemborosan yang harus dihindari karena dapat mempengaruhi laba yang akan diperoleh.

Efisiensi bertujuan untuk menghindari pemborosan-pemborosan sumber daya yang dapat mempengaruhi laba usaha. Penghindaran pemborosan tersebut merupakan upaya optimalisasi alokasi sumber daya dengan melakukan aktivitas dengan benar disamping melakukan aktivitas yang seharusnya dilakukan. Salah satu cara efisiensi beban pajak yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan perencanaan pajak.

F. Koperasi

1. Pengertian Koperasi

Sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian, yaitu:

(54)

Pernyataan Standard Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 27 (Revisi 1998), disebutkan bahwa:

“Karateristik utama koperasi yang membedakan dengan badan usaha lain, yaitu anggota koperasi memiliki identitas ganda. Identitas ganda maksudnya anggota koperasi merupakan pemilik sekaligus pengguna jasa koperasi. Umumnya koperasi dikendalikan secara bersama oleh seluruh anggotanya, di mana setiap anggota memiliki hak suara yang sama dalam setiap keputusan yang diambil koperasi. Pembagian keuntungan koperasi atau SHU biasanya dihitung berdasarkan andil anggota tersebut dalam koperasi, misalnya dengan melakukan pembagian dividen berdasarkan besar pembelian atau penjualan yang dilakukan oleh anggota.”

Berdasarkan dua pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi yang memiliki identitas ganda, yaitu sebagai pemilik sekaligus pengguna jasa koperasi yang melaksanakan kegiatannya berdasar atas asas kekeluargaan. Sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan, koperasi memiliki tujuan untuk kepentingan anggotanya antara lain meningkatkan kesejahteraan, menyediakan kebutuhan, membantu modal, dan mengembangkan usaha.

2. Fungsi dan Peran Koperasi

Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 Pasal 4 dijelaskan bahwa fungsi dan peran koperasi sebagai berikut:

(55)

c. memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai soko-gurunya;

d. berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional, yang merupakan usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi; dan

e. mengembangkan kreativitas dan membangun jiwa berorganisasi bagi para pelajar bangsa.

3. Prinsip Koperasi

Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 Pasal 5 disebutkan prinsip koperasi, yaitu:

a. keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka; b. pengelolaan dilakukan secara demokratis;

c. pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota (andil anggota tersebut dalam koperasi);

d. pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal; e. kemandirian;

f. pendidikan perkoprasian; dan g. kerjasama antar koperasi. 4. Bentuk dan Jenis Koperasi

(56)

inilah muncul jenis-jenis koperasi yang terdiri dari koperasi berdasarkan jenis usahanya dan keanggotaanya.

a. Koperasi Berdasarkan Jenis Usahanya

Secara umum, berdasar jenis usaha, koperasi terdiri atas Koperasi Simpan Pinjam (KSP), Koperasi Serba Usaha (KSU), Koperasi Konsumsi, dan Koperasi Produksi.

1) Koperasi Simpan Pinjam (KSP)

KSP adalah koperasi yang memiliki usaha tunggal yaitu menampung simpanan anggota dan melayani peminjaman. Anggota yang menabung (menyimpan) akan mendapatkan imbalan jasa dan bagi peminjam dikenakan jasa. Besarnya jasa bagi penabung dan peminjam ditentukan melalui rapat anggota. Dari

sinilah, kegiatan usaha koperasi dapat dikatakan “dari, oleh, dan untuk anggota.”

2) Koperasi Serba Usaha (KSU)

KSU adalah koperasi yang bidang usahanya bermacam-macam. Misalnya, unit usaha simpan pinjam, unit pertokoan untuk melayani kebutuhan sehari-hari anggota juga masyarakat, unit produksi, unit wartel.

3) Koperasi Konsumsi

(57)

dimaksud misalnya kebutuhan bahan makanan, pakaian, perabot rumah tangga.

4) Koperasi Produksi

Koperasi produksi adalah koperasi yang bidang usahanya membuat barang (memproduksi) dan menjual secara bersama-sama. Anggota koperasi ini pada umumnya sudah memiliki usaha dan melalui koperasi para anggota mendapatkan bantuan modal dan pemasaran. b. Koperasi Berdasarkan Keanggotaannya

Koperasi berdasarkan keanggotaannya ini terdiri dari Koperasi Unit Desa, Koperasi Pegawai Republik Indonesia, dan koperasi sekolah.

1) Koperasi Unit Desa (KUD)

Koperasi Unit Desa adalah koperasi yang beranggotakan masyarakat pedesaan. Koperasi ini melakukan kegiatan usaha ekonomi pedesaan, terutama pertanian. Untuk itu, kegiatan yang dilakukan KUD antara lain menyediakan pupuk, obat pemberantas hama tanaman, benih, alat pertanian, dan memberi penyuluhan teknis pertanian.

2) Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI)

(58)

(anggota). KPRI dapat didirikan di lingkup departemen atau instansi.

3) Koperasi Sekolah

Koperasi Sekolah memiliki anggota dari warga sekolah, yaitu guru, karyawan, dan siswa. Koperasi sekolah memiliki kegiatan usaha menyediakan kebutuhan warga sekolah, seperti buku pelajaran, alat tulis, makanan, dan lain-lain. Keberadaan koperasi sekolah bukan semata-mata sebagai kegiatan ekonomi, melainkan sebagai media pendidikan bagi siswa antara lain berorganisasi, kepemimpinan, tanggung jawab, dan kejujuran.

5. Sumber Modal Koperasi

Seperti halnya bentuk badan usaha yang lain, untuk menjalankan kegiatan usahanya koperasi memerlukan modal. Menurut Ichsan (2008) modal koperasi terdiri atas modal sendiri dan modal pinjaman.

a. Modal sendiri meliputi sumber modal sebagai berikut: 1) Simpanan Pokok

(59)

2) Simpanan Wajib

Simpanan wajib adalah jumlah simpanan tertentu yang harus dibayarkan oleh anggota kepada koperasi dalam waktu dan kesempatan tertentu, misalnya tiap bulan dengan jumlah simpanan yang sama untuk setiap bulannya. Simpanan wajib tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota koperasi.

3) Simpanan khusus/lain-lain

Simpanan khusus/lain-lain ini dapat berupa simpanan sukarela (simpanan yang dapat diambil kapan saja), Simpanan Qurban, dan Deposito Berjangka.

4) Dana Cadangan

Dana cadangan adalah sejumlah uang yang diperoleh dari penyisihan Sisa Hasil usaha, yang dimaksudkan untuk pemupukan modal sendiri, pembagian kepada anggota yang keluar dari keanggotaan koperasi, dan untuk menutup kerugian koperasi bila diperlukan.

5) Hibah

Hibah adalah sejumlah uang atau barang modal yang dapat dinilai dengan uang yang diterima dari pihak lain yang bersifat hibah/pemberian dan tidak mengikat.

(60)

2) Koperasi lainnya dan/atau anggotanya yang didasari dengan perjanjian kerjasama antarkoperasi

3) Bank dan Lembaga keuangan bukan banklembaga keuangan lainnya yang dilakukan berdasarkan ketentuan peraturan perudang-undangan yang berlaku

4) Penerbitan obligasi dan surat utang lainnya yang dilakukan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku

5) Sumber lain yang sah 6. Perangkat Organisasi Koperasi

Perangkat organisasi koperasi menurut Ichsan (2008) terdiri dari rapat anggota, pengurus, dan pengawas.

a. Rapat Anggota

Rapat anggota adalah wadah aspirasi anggota dan pemegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi. Sebagai pemegang kekuasaan tertinggi, maka segala kebijakan yang berlaku dalam koperasi harus melewati persetujuan rapat anggota terlebih dahulu, termasuk pemilihan, pengangkatan dan pemberhentian personalia pengurus dan pengawas.

b. Pengurus

(61)

oleh anggota koperasi dalam rapat anggota. Dalam menjalankan tugasnya, pengurus bertanggung jawab terhadap rapat anggota. Atas persetujuan rapat anggota pengurus dapat mengangkat manajer untuk mengelola koperasi. Namun pengurus tetap bertanggung jawab pada rapat anggota.

c. Pengawas

Pengawas adalah suatu badan yang dibentuk untuk melaksanakan pengawasan terhadap kinerja pengurus. Anggota pengawas dipilih oleh anggota koperasi di rapat anggota. Dalam pelaksanaannya, pengawas berhak mendapatkan setiap laporan pengurus, tetapi merahasiakannya kepada pihak ketiga. Pengawas bertanggung jawab kepada rapat anggota.

G. Penelitian Terdahulu

(62)
(63)
(64)

H. Skema Kerangka Pemikiran

[image:64.595.129.523.114.442.2]

Berdasarkan judul skripsi di atas maka kerangka pemikiran yang dapat dibuat adalah sebagai berikut

Gambar. 2.2

Penerapan Perencanaan Pajak dalam Mengefisiensikan Beban Pajak Koperasi Efisiensi Beban Pajak Penghasilan Tax Saving

Penerapan Perencanaan

Pajak

Ketaatan Perpajakan

(65)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mengambil objek Koperasi Pegawai B2TKS Kosupaluk yang berada di kawasan Puspiptek Serpong Tangerang. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui penerapan perencanaan pajak dalam usaha mengefisiensikan beban pajak pada badan usaha koperasi khususnya pada Koperasi B2TKS Kosupaluk

B. Metode Penentuan Sampel

Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Convenience Sampling atau pemilihan sampel yang berdasarkan kemudahan. Menurut Abdul Hamid (2007:30) convenience sampling adalah istilah umum yang mencakup variasi luasnya prosedur pemilihan responden. Convenience Sampling berarti unit sampel yang ditarik mudah dihubungi,

tidak menyusahkan, mudah untuk mengukur, dan bersifat kooperatif.

C. Metode Pengumpulan Data

(66)

pula data yang berhubungan dengan sejarah, struktur organisasi, dan aktivitas utama Koperasi Pegawai B2TKS KOSUPALUK.

Untuk mendapatkan hasil yang lebih meyakinkan, selain menggunakan data sekunder peneliti juga menggunakan data primer. Menurut Uma Sekaran (2006:77) data primer adalah data yang dikumpulkan untuk penelitian dari tempat aktual terjadinya peristiwa. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dengan wawancara. Teknik wawancara dilakukan dengan melakukan tanya jawab langsung kepada pihak-pihak yang berkompeten dari bagian yang terkait dengan perhitungan PPh badan.

D. Metode Analisis Data

(67)

pengamatan empiris dan ekspresi matematis dari hubungan-hubungan kuantitatif.

Penelitian kuantitatif dengan mengunakan format deskriptif bertujuan untuk menjelaskan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat, yang menjadi obyek penelitian ini, berdasarkan apa yang terjadi. Kemudian mengangkat ke permukaan karakter atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun variabel tersebut. Pada umumnya penelitian ini menggunakan statistik induktif untuk menganalisis data penelitiannya.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan alat analisis, yaitu dengan melakukan rekonsiliasi fiskal yang terdiri dari koreksi fiskal positif dan koreksi fiskal negatif pada biaya-biaya terhadap penghasilan kena pajak dan laporan laba rugi perusahaan. Untuk menghitung besarnya persentase efisiensi pajak setelah dilakukan perencanaan pajak dengan menggunakan rumus:

T = P 0 – P1 x 100 %

P0

Keterangan:

T = Besarnya % efisiensi pajak.

P 0 = Besarnya pajak penghasilan sebelum perencanaan pajak.

P1 = Besarnya pajak penghasilan setelah perencanaan pajak.

E. Definisi Operasional Variabel

(68)

1. Beban pajak koperasi adalah jumlah pajak yang harus ditanggung oleh pihak koperasi atas kegiatan usaha yang dilakukan oleh koperasi tersebut yang dapat mengurangi laba usaha. Beban pajak ini diukur dengan cara: a. mengidentifikasi biaya-biaya yang diperbolehkan dalam pajak;

b. penggunaan tarif pajak sesuai dengan undang-undang perpajakan yang berlaku.

2. Perencanaan pajak (tax planning) adalah proses mengorganisasi usaha Wajib Pajak atau kelompok Wajib Pajak sedemikian rupa sehingga utang pajaknya berada dalam posisi yang paling minimal, sepanjang hal ini dimungkinkan oleh ketentuan perundang-undangan perpajakan maupun secara komersial.

Perencanaan pajak ini dapat dilakukan dengan cara:

a. memaksimalkan penghasilan yang bukan objek pajak atau telah dikenakan PPh final;

(69)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Singkat

Koperasi pegawai B2TKS (KOSUPALUK) didirikan di Tangerang pada tanggal 16 Juni 1997 dengan akta pendirian yang disahkan oleh Departemen koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil Republik Indonesia kantor wilayah Jawa Barat dengan nomor 261/BH/KWK.10/VI-1997. Nama sesuai akta pendirian adalah Koperasi Pegawai RI UPT-Laboratorium Uji Konstruksi (KOSUPALUK), Kemudian seiring dengan perkembangan yanng ada pada tahun 2008 diubah menjadi Koperasi Pegawai B2TKS (KOSUPALUK).

KOSUPALUK merupakan Koperasi Pegawai Negeri dilingkungan Balai Besar Teknologi Kekuatan Struktur (B2TKS). Pada mulanya keanggotaan koperasi terbatas pada pegawai negeri yang masih aktif pada B2TKS, namun seiring dengan perkembangan usaha koperasi, keanggotaan koperasi diperluas dengan diperbolehkannya pensiunan pegawai negeri sipil untuk tetap menjadi anggota.

(70)

bukan anggota antara lain fotokopi, jasa umum, jasa teknologi dan prounjas. Fotokopi secara khusus diselenggarakan untuk melayani kebutuhan B2TKS dan anggota koperasi sendiri, sedangkan jasa umum, jasa teknologi dan prounjas ditujukan untuk melayani kebutuhan perusahaan-perusahaan yang membutuhkan jasa pengujian-pengujian dan analisa konstruksi. Sebagian besar customer dari KOSUPALUK merupakan perusahaan-perusahaan besar yang ada di Indonesia.

Dalam operasionalnya, koperasi bekerja sama dengan B2TKS. Kerjasama ini merupakan kerjasama yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Dikarenakan sebagian besar anggota koperasi merupakan pegawai pada B2TKS, hal tersebut menjadi kunci utama suksesnya usaha koperasi. Oleh karenanya, peranan pengurus dalam menjalin kerjasama yang baik dengan manajemen B2TKS sangat diperlukan guna kelangsungan usaha koperasi.

2. Visi, Misi, dan Komitmen Utama a. Visi

Visi dari Koperasi Pegawai B2TKS KOSUPALUK adalah meningkatkan kesejahtaraan dan taraf hidup anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, serta menjadi gerakan ekonomi rakyat dan ikut membangun tatanan perekonomian nasional.

b. Misi

(71)

1) menyelenggarakan Kegiatan usaha terkait dengan kegiatan usaha anggota;

2) ekspansi layanan dengan membuka peluang usaha dengan non anggota;

3) ekspansi tempat usaha dengan membuka cabang/perwakilan ditempat lain; dan

4) kerjasama dengan koperasi dan usaha lain dalam dan luar negeri. c. Komitmen Utama

Komitmen Utama dari Koperasi Pegawai B2TKS KOSUPALUK adalah:

1) sukarela dan terbuka; 2) demokratis;

3) adil proposional; 4) pendidikan;

5) kerja sama dan gotong royong; 6) musyawarah; dan

7) profesional. 3. Struktur Organisasi

(72)
[image:72.595.120.525.81.619.2]

Gambar. 4.1

Struktur Organisasi KOSUPALUK Sumber: Laporan Keuangan KOSUPALUK

RAPAT ANGGOTA

PENASEHAT

DEWAN PENGAWAS

Manajer Administrasi DEWAN

PENGURUS

Unit Waserda dan

Fotokopi Unit

Simpan Pinjam

Unit Jasa Teknologi Unit Jasa

Umum Prounjas

(73)

4. Kebijakan Akuntansi Koperasi

[image:73.595.144.511.586.682.2]

Laporan keuangan Koperasi disusun dengan mengacu pada Standar Akuntansi Keuangan Nomor 27 (Revisi 1998) tentang Akuntansi Perkoperasian. Mata uang yang digunakan dalam laporan keuangan adalah mata uang Rupiah (Rp). Laporan keuangan disusun dengan menggunakan prinsip dan karakter akuntansi yang berlaku umum di Indonesia dan berdasarkan nilai historis. Laporan arus kas disusun dengan menggunakan metode langsung dengan

Gambar

Tabel.1.1
gambar berikut ini.
Gambar. 2.1
Gambar. 2.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

- Referensi Personil Tenaga Ahli dari Pengguna jasa (Ahli Teknik Sipil / Team Leader, Ahli Geologi, Ahli Kelautan). 6 Bukti status

Seluruh asli dokumen penawaran Saudara yang telah diunggah melalui LPSE Kota Medan. Asli Dokumen Kualifikasi sesuai data isian kualifikasi dan fotokopinya sebanyak

Dalam hubungan itu, temuan lapangan yang dilaporkan Gerakan Anti Pemiskinan Rakyat Indonesia (GAPRI) menunjukkan bahwa justru fakta akan proses pemiskinan dan

Sekali lagi saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah bekerja sama dengan baik dan memberikan

HUBUNGAN HUKUM HUMANITER DENGAN HAK ASASI MANUSIA “MENURUT ALIRAN INTEGRATIONIS DAN ALIRAN SEPARATIS”1. OLEH:

Setelah melakukan PPL, praktikan dapat mengambil beberapa pelajaran, antara lain: a.) praktikan mendapat pengetahuan mengenai proses tata kerja, interaksi, dan proses

[r]

Penelitian deduktif adalah upaya mempelajari suatu fenomena dari gejala- gejala umum ke khusus, sebagai contoh kebijakan AS di Asia Timur menyangkut pada porsi keamanan dan