• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberdayaan ekonomi umat melalui zakat produktif : studi kasus pada Badan Amil Zakat Daerah/ BAZDA Kota Tangerang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemberdayaan ekonomi umat melalui zakat produktif : studi kasus pada Badan Amil Zakat Daerah/ BAZDA Kota Tangerang"

Copied!
488
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBERDAYAAN EKONOMI UMAT MELALUI ZAKAT

PRODUKTIF

(Studi Kasus Pada Badan Amil Zakat Daerah/BAZDA Kota Tangerang )

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Ekonomi Islam (SEI)

Disusun Oleh:

M. Syahril Syamsuddin

Nim: 203046101725

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HDAYATULLAH

(2)

PEMBERDAYAAN EKONOMI UMAT MELALUI ZAKAT

PRODUKTIF

(Studi Kasus Pada Badan Amil Zakat Daerah / BAZDA Kota Tangerang )

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Ekonomi Islam (SEI)

Disusun oleh:

M. Syahril Syamsuddin

Nim: 203046101725

Dibawah bimbingan:

Pembimbing II

Dr. H. Fuad Thohari, MA

NIP. 197003232000031

Pembimbing I

Dr. H. A. Juaini Syukri. Lcs. MA

NIP. 19550761992031001

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HDAYATULLAH

(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1.

Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2.

Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3.

Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Jakarta, 1 Juni 2010 M

18 Djumadil Tsani 1431 H

(4)

OTLINE

BAB I.

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

B.

Pembatasan dan Perumusan Masalah

C.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

D.

Metode Penelitian dan teknik penulisan

E.

Studi Reviw Terdahulu.

F.

Sistematika penulisan

BAB II.

TINJAUAN PUSTAKA

A.

Pengertian dan Dasar Hukum Zakat produktif

1.

Pengertian Zakat Produktif

2.

Dasar Hukum Zakat Produktif

B.

Konsep Pemberdayaan Ekonomi Umat dalam Islam

C.

Pengertian dan Bentuk Pemberdayaan Ekonomi Umat

1.

Pengertian Pemberdayaan Umat

2.

Bentuk - Bentuk Pemberdayaan Ekonomi Umat

BAB III.

GAMBARAN UMUM BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL /

BAZNAS

A.

Gambaran umum BAZNAS

B.

Sejarah Berdiriya BAZNAS

C.

Struktur Organisasi BAZNAS

D.

Tujuan, Fungsi , Visi dan Misi BAZNAS

E.

Landasan Berdiriya BAZNAS

BAB IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.

Pengelolaan Zakat Peoduktif dalam Pemberdayaan Ekonomi

Umat

1.

Penghimpunan Zakat Produktif

2.

Pengelolaan Zakat Produktif

B.

Analisis Pengelolaan Zakat Produktif dalam Upaya

Pemberdayaan Ekonomi Umat

1.

Pendekatan Religi

2.

Pendekatan Sosial

BAB V.

PENUTUP

(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji sukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

segala Rahmat-Nya, hingga skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam selalu

tercurahkan kepada junjungan alam Baginda Besar Nabi Muhammad SAW.

Penulisan karya Ilmiah dalam bentuk sekripsi ini merupakan salah satu bagian syarat

untuk menyelesaikan studi strata satu (S1) guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)

di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kebahagiaan yang tak ternilai

bagi penulis secara pribadi adalah dapat mempersembahkan yang terbaik kepada kedua orangtua,

seluruh keluarga dan pihak-pihak yang telah ikut andil dalam penyelesaian karya ilmiah ini.

Sebagai bentuk penghargaan yang tidak terlukiskan, penulis sampaikan ucapan terima

kasih sebesar-besarnya kepada:

1.

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM.

2.

Dr. Euis Amalia, M. Ag, Ketua Program Studi Muamalat dan Ah. Azharuddin Lathif, M.

Ag, Sekretaris Program Studi Muamalat yang telah membantu penulis secara tidak

langsung dalam menyiapkan skripsi ini.

3.

Drs. Djawahir Hajazziey, SH, MA Ketua Program Non Reguler dan Drs. H. Ahmad

Yani, MA. Sekretaris Program Non Reguler.

4.

Dr. H. A. Juaini Syukri. Lcs. MA dosen pembimbing I dan Dr. H. Fuad Thohari, MA

dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktunya memberikan bimbingan dan

pengarahan serta bantuan literatur dalam proses penyelesaian tugas akhir ini.

5.

Para pimpinan dan seluruh karyawan perpustakaan di lingkungan Fakultas Syariah dan

Hukum serta perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(6)

v

6.

Pihak BAZDA Kota Tangerang yang telah banyak membantu dalam memperoleh data

dan informasi yang penulis butuhkan dalam penyusunan skripsi.

7.

Ayahanda dan Ibunda tercinta serta kaka dan adik-adiku terimakasih atas dukungan moril

dan materiil, kesabaran, keikhlasan, perhatian, serta cinta dan kasih sayang yang tidak

habis-habisnya bahkan Do’a-do’a munajatnya yang tak henti-hentinya siang dan malam

kepada Allah SWT

8.

Sahabat-sahabat di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, serta teman-teman

Mahasiswa Fakultas syariah dan Hukum Jurusan Perbankan Syariah 2003 Non Reguler

PS C.

Dan akhirnya penulis akhiri dengan rasa Syukur kepada Allah SWT, Raja dari segala

Raja, pencipta Jagad Raya dan penguasa Ilmu Pengetahuan, Dengan segala kelemahan dan

kekurangan, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca

pada umumnya. Semoga Allah SWT senantiasa meridloi setiap langkah kita. Amin.

Jakarta, 1 Juni 2010 M

18 Djumadil Tsani 1431 H

(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL

... viii

DAFTAR GAMBAR

... ix

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah ... 1

B.

Pembatasan dan perumusan Masalah ... 6

C.

Tujuan dan Manfaat Penelitian... 7

D.

Metode Penelitian dan Teknik Penulisan ... 9

E.

Studi Reviw Terdahulu. ... 10

F.

Sistematika penulisan ... 11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.

Pengertian dan Dasar Hukum Zakat produktif... 13

B.

Tujuan, Hikmah dan Hakikat Zakat ... 17

C.

Pendayagunaan Dana Zakat ... 21

D.

Pemberdayaan Ekonomi Umat ... 25

BAB

III

GAMBARAN UMUM BADAN AMIL ZAKAT

DAERAH / BAZDA KOTA TANGERANG

A.

Sejarah Berdirinya BAZDA kota tangerang... 34

B.

Visi dan Misi Kota Tangerang... 35

C.

Struktur Organisasi BAZDA Kota tangerang... 37

D.

Pola Pengumpulan dan pendistribusian ... 47

E.

Program pendayagunaan BAZDA Kota Tangerang ... 50

(8)

vii

BAB IV

HASIL PENELITIAN PEMBERDAYAAN EKONOMI

UMAT MELALUI ZAKAT PRODUKTIF PADA

BAZDA KOTA TANGERANG

G.

Pengelolaan Zakat Peoduktif dalam Pemberdayaan

Ekonomi Umat ... 54

A.

Analisis Pengelolaan Zakat Produktif dalam Upaya

Pemberdayaan Ekonomi Umat... 70

BAB V

PENUTUP

A.

Kesimpulan ... 76

B.

Saran... 77

DAFTAR PUSTAKA

... 79

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Islam adalah agama yang sempurna di turunkan oleh Allah AWT kemuka

bumi untuk menjadi

rahmatan lil’alamin

(rahmat bagi seluruh alam). Islam

adalah satu-satunya agama Allah SWT yang memberikan panduan yang lugas dan

dinamis terhadap aspek kehidupan manusia kapan saja dan dalam berbagai situasi,

di samping itu mampu menghadapi dan menjawab berbagai macam tantangan

pada setiap zaman.

1

Islam mengatur tatanan hidup dengan sempurna, tidak hanya mengatur

masalah ibadah seseorang kepada Tuhanya, tetapi juga mengatur masalah

muamalah yaitu hubungan sesama manusia, hubungan manusia dengan mahluk

lain dan dengan alam sekitarnya, seperti sosial budaya, pertanian, tehnologi, tidak

terkecuali di bidang ekonomi. Islam memandang penting persoalan ekonomi, hal

ini di karenakan ekonomi merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak

dapat di pisahkan, namun bukanlah merupakan tujuan akhir dari kehidupan ini

melainkan sebagai sarana untuk mencapai tujuan yang lebih baik. setiap manusia

mempunyai kebutuhan pokok, yaitu sandang, pangan dan papan.

1

Muhammad Syafi’I Antonio, ”Bank Syariah dari Teori ke Praktek”, (Jakarta: Gema insani Press, 2003), h.4

(10)

2

Semua kebutuhan tersebut tidak dapat di peroleh secara gratis tetapi harus

di usahakan dengan benar dan sah. Dan telah menjadi sifat alami manusia untuk

memenuhi kebutuhanya karena merupakan fitrah jika kemudian manusia bekerja

untuk memperoleh harta demi terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan tersebut,

begitupula dengan Plato yang menyatakan “Bahwa manusia pada hakikatnya

memiliki sifat serakah”.

2

Dan Islam sendiri membenrkan seseorang memiliki

kekayaan lebih banyak dari orang lain, sepanjang cara dan pemanfaatanya benar

yaitu dengan memperlihatkan kewajiban dan tanggung jawab kepada

kesejahteraan masyarakat.

Zakat sebagai rukun islam merupakan kewajiban setiap muslim yang

mampu untuk membayarnya dan di peruntukkan bagi mereka yang berhak

menerimanya. Dengan pengelolaan yang baik zakat merupakan sumber dana

potensial yang dapat di manfaatkan untuk memajukan kesejahteraan umum bagi

seluruh masyarakat.

3

Zakat merupakan pokok agama yang penting dan strategis dalam islam, ia

bukan saja berfungsi membentuk kesalehan pribaditetapi juga membentuk

kesalehan social karenanya zakat sering di sebut sebagai

Ibadah maliyah

ijtima’iyah

4

maksudnya adalah ibadah yang di laksanakan dengan sesame

2

Deliarnov, ”Perkembangan Pemikiran Ekonomi”, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 203),h.30

3

Penjelasan Undang-undang Republik Indonesia No.38 Thn 1999 tentang pengelolaan zakat.

4

(11)

3

manusia sehingga zakat harus di aktualisasikan dan di terapkan dalam kehidupan

ekonomi uamat sebagai rahmat bagi manusia. Pembentukan kepribadian yang

memiliki kesalehan pribadi dan sosial ini menjadi salah satu tujuan di

turunkannya risalah islam kepada manusia.

Ajaran islam secara normatif telah mengatur persoalan zakat dari aspek

makna, hikmah tujuan zakat itu sendiri juga dari aspek pengelolaan, pemungutan

dan penyalurannya. Demikian pula secara histories semenjak nabi dan

pemerintahan islam zakat merupakan persoalan yang urgen untuk di atur. Sejalan

dengan perkembangan pemikiran di kalangan umat islam dan perjuanganya untuk

membumikan islam kedalam kehidupan bermasyarakat masalah ini kemudian di

di bakukan dengan lahirnya UU No. 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat.

Ketika undang-undang No. 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat ini di

tetapkan dan di berlakukan. Masyarakat berharap banyak bahwa zakat itu akan

lebih di efektifkan dalam pengambilan maupun pendistribusianya. Konsekuensi

undang-undang itu adalah mempositifkan hal-hal yang tadinya hanya bersifat

normatif

5

hal ini sejalan dengan undang-undang tersebut.

Zakat yang diberikan kepada mustahiq akan berperan sebagai pendukung

peningkatan ekonomi mereka apabila dikonsumsikan pada kegiatan produktif.

Pendayagunaan zakat produktif sesungguhnya mempunyai konsep perencanaan

dan pelaksanaan yang cermat seperti mengkaji penyebab kemiskinan,

5

(12)

4

ketidakadaan modal kerja, dan kekurangan lapangan kerja, dengan adanya

masalah tersebut maka perlu adanya perencanaan yang dapat mengembangkan

zakat bersifat produktif tersebut.

Pengembangan zakat bersifat produktif dengan cara dijadikannya dana

zakat sebagai modal usaha, untuk pemberdayaan ekonomi penerimanya, dan

supaya fakir miskin dapat menjalankan atau membiayai kehidupannya secara

konsisten. Dengan dana zakat tersebut fakir miskin akan mendapatkan

penghasilan tetap, meningkatkan usaha, mengembangkan usaha serta mereka

dapat menyisihkan penghasilannya untuk menabung

Dana zakat untuk kegiatan produktif akan lebih optimal bila dilaksanakan

Lembaga atau Badan Amil Zakat karena LAZ/BAZ sebagai organisasi yang

terpercaya untuk pengalokasian, pendayagunaan, dan pendistribusian dana zakat,

mereka tidak memberikan zakat begitu saja melainkan mereka mendampingi,

memberikan pengarahan serta pelatihan agar dana zakat tersebut benar-benar

dijadikan modal kerja sehingga penerima zakat tersebut memperoleh pendapatan

yang layak dan mandiri.

(13)

5

muslim dengan demikian mayoritas penduduk Indonesia secara ideal dapat

terlibat dalam mekanisme pengelolaan zakat apabila hal itu bias terlaksana dalam

aktifitas sehari-hari umat islam, maka secara hipotik zakat termasuk didalamnya

adalah penguatan pemberdayaan ekonomi nasional

6

Badan Amil Zakat Daerah Tangerang menyalurkan dana zakat produktif

pada suatu program yang kemudian dikembangkan yaitu Program Pemberdayaan

Ekonomi, program ini adalah program pemberdayaan pembinaan umat atau

mustahiq produktif dengan memberikan bantuan modal usaha yang disalurkan

dengan fasilitas Qordhul Hasan untuk bantuan modal yang berupa uang dan

Mu

arabah dengan sistem gaduh untuk bantuan modal yang berupa hewan ternak.

Dengan bantuan modal usaha yang diberikan Badan Amil Zakat Daerah Kota

Tangerang, mustahiq dapat mengembangkan usaha mereka dan bisa

meningkatkan pendapatan mereka

Dengan berkembangnya usaha kecil menengah dengan modal berasal dari

zakat akan menyerap tenaga kerja. Hal ini berarti angka pengangguran bisa

dikurangi, berkurangnya angka pengangguran akan berdampak pada

meningkatnya daya beli masyarakat terhadap suatu produk barang ataupun jasa,

meningkatnya daya beli masyarakat akan diikuti oleh pertumbuhan produksi,

pertumbuhan sektor produksi inilah yang akan menjadi salah satu indikator

adanya pertumbuhan ekonomi.

6

(14)

6

Berdasarkan uraian tersebut diatas, penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian mengenai zakat produktif dengan judul: “PEMBERDAYAAN

EKONOMI UMAT MELALUI ZAKAT PRODUKTIF PADA BADAN

AMIL ZAKAT DAERAH (BAZDA) KOTA TANGERANG”

B.

Pembatasan dan Perumusan Masalah

Agar mempermudah dalam penelitian ini maka penulis perlu mengidentifikasi

permasalahan yang akan dibahas, masalah ini akan terkait diantaranya:

a.

Pemberdayaan Ekonomi Umat

b.

Konsep Zakat

c.

Konsep Kesejahteraan

d.

Zakat Produktif

e.

Distribusi pendapatan secara Islami

f.

Lembaga-lembaga penyalur dana Zakat

g.

Keuangan

1.

Pembatasan Masalah

(15)

7

Adapun pembatasan permasalaah dalam skripsi ini adalah zakat

produktif yang di kelola oleh Badan Amil Zakat Daerah kota Tangerang untuk

pemberdayaan ekonomi umat khususnya umat islam.

2.

Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka pokok permasalahan

yang dihadap adalah permasalahan ekonomi umat (baca: kemiskinan) masih

belum teratasi secara maksimal maka dengan adanya Badan Amil Zakat

Nasional apakah potensi zakat produktif dapat di gunakan sebagai alternatif

pengurangan kemiskinan di Indonesia saat ini, adapun selanjutnya dapat

penulis rumuskan permasalahan sebagai berikut:

a.

Bagaimana konsep pengelolaan zakat produktif dalam pemberdayaan

ekonomi umat oleh BAZDA Kota Tangerang?

b.

Bagaimana Tantangan BAZDA Kota Tangerang dalam pemberdayaan

ekonomi umat?

c.

Strategi apa yang tepat yang di ambil oleh BAZDA Kota Tangerang dalam

upaya pemberdayaan ekonomi umat melalui zakat produktif?

C.

Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1.

Tujuan Penelitian

(16)

8

praktik pemberdayaan ekonomi umat melalui zakat produktif oleh BAZNAS.

Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah:

a.

Mengetahui konsep pengelolaan zakat produktif dalam pemberdayaan

ekonomi umat oleh BAZDA Kota Tangerang.

b.

Untuk mengetahui Tantangan BAZDA Kota Tangerang dalam

pemberdayaan ekonomi umat.

c.

Mengetahui strategi apa yang di ambil oleh BAZDA Kota Tangerang

dalam upaya pemberdayaan ekonomi umat melalui zakat produktif?

2.

Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat serta

kontribusi baik bagi praktisi maupun akademisi diantaranya:

a.

Bagi penulis, penelitian ini dapat bernilai lebih untuk menambah dan

memperluas wawasan atau ilmu pengetahuan serta pengalaman di dalam

pemberdayaan ekonomi umat melalui zakat produktif dimana penulis

dapat menerapkan teori-teori yang diperoleh selama berada di bangku

perkuliahan.

b.

Bagi akademisi diharapkan hasil penelitian ini mampu memberikan

sumbangan pemikiran bagi ilmu syariah pada umumnya dan keuangan

Islam pada khususnya, serta menjadi rujukan penelitian berikutnya tentang

pemberdayaan ekonomi umat melalui zakat produktif.

(17)

9

d.

Adapun bagi Badan Amil Zakat Daerah Kota Tangerang (BAZDA), dapat

dijadikan sebagai catatan/koreksi untuk tetap mempertahankan dan

meningkatkan kinerja lembaga yang sudah bagus, sekaligus memperbaiki

kelemahan dan kekurangan yang ada.

D.

Metode Penelitian dan teknik penulisan

Penelitian ini mengunakan metode penelitian kualitatif yang menghasilkan

data diskriptif dan tertulis dengan informasi dari intansi terkait dalam objek

penelitian. Sumber utama penelitian ini adalah lapangan,

Sedangkan untuk memperoleh data yang berkenaan dengan judul penelitian

penulis menggunakan jenis metodepengumpulan data sebagai berikut

1.

Library Research

Penelitian kepustakaan

Metode yang penulis gunakan yaitu kajian dengan menelaah dan

menelusuri literature yang berkenaan dengan masalah yang di teliti baik

berupa buku-buku artikel-artikel, website dan tulisan lain yang mngandung

informasi dan data-data yang berkaitan dengan judul penelitian baik secara

langsung ataupun tidak langsung.

2.

Field Research

Penelitian lapangan

(18)

10

Sedangkan metode pembahasan dalam penulisan skripsi ini mengunakan

metode

Diskriptif Analisis

7

yaitu penulis menggambarkan permasalahan

dengan di dasari pada teori-teori zakat dan ekonomi Islam. Lalu di analisis

lebih lanjut untuk kemudian di ambil kesimpulan

Adapun teknik penulisan skripsi ini berdasarkan pada buku

Pedoman

Penulisan Skripsi

yang di terbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

E.

Studi Reviw Terdahulu.

Dari beberapa literature skripsi yang berada di perpustakaan Fakultas

Syariah dan Hukum maupun perpustakaan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta penulis banyak menemukan literatur yang membahas

tentang zakat produktif namun dari beberapa literatur itu yang mempunyai

kemiripan dari jenis skripsi yang penulis buat hanya ada tiga skripsi yang relefan

dengan pembahasan yang akan peneliti lakun selain tentunya ada hal-hal yang

membedakan di bawah ini adalah hasil setudi reviw terdahulu pada skripsi yang

telah ada, tahun 2007

8

oleh Fadilah, sifat penelitianya adalah

kualitatif

tentang

Efektifitas Penyaluran Zakat dalam meningkatkan pendapoatan mustahik dan di

7

S.Nasution, Metode Reseach (Jakarta: Bumi Aksara, 2002) h.24.

8

(19)

11

simpulkan bahwa penyaluran zakat yang di maksud adalah pola penyaluran zakat

dalambentuk pemberdayaan (produktif) yang di sertai target terjadinya

kemandirian ekonomi bagi mustahik dan mengupayakan adanya peningkatan

pendapatan bagi mustahik, sedangkan

Abdul Waiz pada tahun 2008

9

juga mengadakan penelitian secara

kuantitatif

tentang

Efektifitas Zakat Produktif Terhadap Tingkat Pendapatan Masyarakat

Petani (Studi di Lembaga Pertanian Sehat Dompet Duafah Republika)

F.

Sistematika Penulisan

Merujuk pada semua yang di tuliskan di atas dan metode yang di gunakan

serta dalam rangka memudahkan penulisan skripsi maka pembahasan dalam

skripsi ini di bagi menjadi lima bab yang di susun sebagai berikut:

BAB I :

PENDAHULUAN

Dalam bab ini menjelaskan latar belakang permasalahan,

perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, studi

terdahulu serta sistematika penulisan.

BAB II :

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan di bahas tentang: Pengertian zakat

produktif, dasar hukum zakat produktif, konsep pemberdayaan

9

(20)

12

ekonomi umat, pengertian pemberdayaat ekonomi umat, dan

bentuk-bentuk pemberdayaan ekonomi umat.

BAB III :

OBJEK PENELITIAN

Dalam bab ini menjelaskan tentang obyek penelitian, gambaran

umum BAZNAS, sejarah berdirinya BAZNAS struktur

oeganisasi, visi dan misi, Landasan berdiri dan Jenis-jenis atau

bidang pengelolaan unit usaha.

BAB IV :

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan menganalisis data primer dan data

sekunder mengenai pemberdayaan zakat produktif dalam

peningkatan ekonomi umat dalam bab ini akan di bahas

mengenai bagaimana BAZNAS mengelola dana zakat

produktifnya untuk memperdayakan ekonomi umat khususnya

umat islam dalam pengentasan kemiskinan dan bagaimana

strategi tersebut dapat berimbas secara makro sehingga dapat

menimbulkan ekonomi negara berkembang.

BAB V:

KESIMPULAN DAN SARAN

(21)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A.

Pengertian dan Dasar Hukum Zakat Produktif

a.

Pengertian Zakat

Zakat berasal dari bentuk kata

zaka

yang berarti suci, baik, berkah,

tumbuh dan berkembang.

1

Dalam kitab-kitab hukum Islam perkataan zakat

diartikan dengan suci, tumbuh dan berkembang serta berkah. Dan jika

pengertian ini dihubungkan dengan harta, maka menurut ajaran Islam, harta

ang dizakati itu akan tumbuh dan berkembang, bertambah karena suci dan

berkah (membawa kebaikan bagi hidup dan kehidupan yang ounya harta).

2

Sedangkan menurut istilah, zakat adalah nama bagi sejumlah harta

tertentu yang telah mencapai syarat tertentu yang diwajibkan oelh Allah

untuk dikeluarkan dan diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan

persyasratan tertentu pula.

3

Kaitan antara makna secara bahasa dan istilah ini

berkaitan sekali yaitu bahwa setiap harta yang sudah dikeluarkan zakatnya

akan menjadi suci, bersih, baik, tumbuh, dan berkembang.

1

Drs. K.H Didin Hafidhudhin. Msc, Panduan Praktis Tentang Zakat, Infak, Shadaqah (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), cet ke – 1, H.13

2

M. Daud Ali, “Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf,” (Jakarta : UI- press, 1998).h.41

3

Didin Hafidhudhin, “Panduan Praktis Tentang Zakat, Infak, Shadaqah”, (Jakarta: Gema Insani Pres, 1998) cet kepertama, h.13

(22)

14

Zakat adalah ibadah maaliyah yang mempunyai dimensi pemerataan

karunia Allah SWT sebagai fungsi social ekonomi, sebagai perwujudan

solidaritas social, pernyataan rasa kemanusiaan dan keadilan, pembuktian

persaudaraan Islam, pengikat persatuan umat, sebagai pengikat bathin antara

golongan kaya dan miskin dan zakat juga sebagai sarana membangun

kedekatan antara yang kuat dengan yang lemah.

Secara lahiriah, zakat mengurangi nilai nominal (harta) dengan

mengeluarkannya, tetapi dibalik pengurangan yang bersifat zahir ini,

hakikatnya akan bertambah dan berkembang yang hakiki di sisi Allah SWT.

Zakat merupakan ibadah yang memiliki dimensi ganda, transedental dan

horizontal. Oleh sebab itu zakat memiliki banyak arti dalam kehidupan umat

manusia, terutama umat Islam. Zakat juga dapat mensucikan diri (pribadi)

dari kotoran dosa, memurnikan jiwa (menumbuhkan aakhlak mulia, menjadi

murah hati, peka terhadap rasa kemanusiaan) dan mengikis sifat bakhil

(kikir) serta berkah, dengan begitu akhirnya tercipta suasana ketenangan

bathin yang terbebas dari tuntutan Allah SWT dan kewajiban

kemasyarakatan yang selalu melinkupi hati.

Mengutip dari Yusuf Qardhawi Ibnu Taimiyah berkata : Jiwa orang

yang berzakat itu menjadi bersih dan kekayaannya akan bersih pula: bersih

dan bertambah maknanya

4

. Berarti suci dan tumbuh tidak dipakai hanya

4

(23)

15

untuk kekayaan tetapi dari itu pun sesuai dengan firman Allah SWT dalam

surat At-Taubah ayat 103 sebagai berikut:

Artinya: Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu

kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah

untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)

ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi

Maha mengetahui.

b.

Dasar Hukum Zakat

Zakat sebagai rukun Islam yang ketiga di samping sebgai ibadah dan

bukti ketundukan kepada Allah SWT, juga memiliki fungsi social yang sangat

besar, di samping merupakan salah satu pialar ekonomi Islam. Jika zakat,

infaq, dan shadaqah ditata dengan baik, baik penerimaan dan pengambilannya

maupun pendistribusiannya, insya Allah akan mampu mengentaskan masalah

kemiskinan atau paling tidak mengurangi masalah kemiskinan.

Zakat dala Al-Qura’an disebut sebanyak 82 kali, ini menunjukkan

hukum dasar zakat yang sangat kuat, antara lain:

a.

Surat Al Baqarah ayat 110 sebagai berikut:

(24)

16

Artinya: “Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat, apapun yang

diusahakan oleh dirimu tentu kamu akan mendapat

pahalanya disisi Allah, sesungguhnya Allah maha

mengetahui kegiatan apapun yang kamu kerjakan”

(Qs. Al Baqaraha: 110)

b.

Surat At- Taubah ayat 11 sebagai berikut:

Artinya: “Jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan

menunaikan zakat, Maka (mereka itu) adalah

saudara-saudaramu seagama. dan Kami menjelaskan ayat-ayat itu

bagi kaum yang mengetahui.”

c.

Surat At-Taubah ayat 60 sebagai berikut:

(25)

17

Artinya: “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk

orang-orang fakir, orang-orang-orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat,

Para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan)

budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan

untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai

suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha

mengetahui lagi Maha Bijaksana”

.(Qs. At-Taubah : 60)

Adapin dasar hukum berdasarkan sunnah yaitu:

………

Artinya : Dari Ibnu Abbas r. a dia berkata : Aku diberitahu oleh Abu

Sufyan r.a Kalau ia menyebutkan hadits Nabi SAW, ia

mengatakan “Nabi menyambung silaturrahmi, dan ifaf

(menahan diri dari perbuatan buruk).”

(Bukhari II, 1993:

320).

Dari uraian nash diatas dapat dipahami mengenai kewajiban

mengeluarkan zakat. Pemahaman ini berdasarkan pada kejelasan shigot

berupa redaksi dalam bentuk fiil amar yang berarti kewajiban atau perintah,

oleh sebab itu hukum zakat adalah wajib bagi setiap muslim yang telah

memenuhi syarat-syarat tertentu untuk menunaikan zakat.

(26)

18

a.

Tujuan Zakat

Yang dimaksud dengan tujuan zakat dalam hubungan ini adalah

sasaran praktisinya tujuan tersebut adalah sebagai berikut:

5

a.

Menjembatani jurang pemisah antara yang kaya dengan yang miskin

b.

Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial pada diri seseorang.

c.

Mengangkat derajat dan membantunya keluar dari kesulitan jidup mustahiq.

d.

Sarana pemerataan pendapatan (Rizki) untuk mencukupi keadilan social.

b.

Hikmah Zakat

Banyak sekali hikmah yang terkandung dalam melaksnakan ibadah

zakat. Zakat merupakan ibadah yang memiliki dimensi ganda, vertikal dan

horizontal.

6

Artinya secara vertikal, zakat sebagai ibadah dan wujud

ketakwaan dan kesyukuran seorang hamba kepada Allah atas nikmat berupa

harta yang diberikan Allah kepadanya serta untuk membersihkan dan

mensucikan diri dan hartanya itu. Dalam konteks inilah zakat bertujuan untuk

menata hubungan seorang hamba dengan Tuhannya sebagai pemberi rezeki.

Sedangkan secara horizontal; zakat bertujuan mewujudkan rasa

keadilan sosial dan kasih sayang di antara pihak yang mampu dengan pihak

yang tidak mampu dan dapat memperkecil problema dan kesenjangan sosial

serta ekonomi umat. Dalam konteks ini zakat diharapkan dapat mewujudkan

5

M. Daud Ali, “Sistem Ekonomi IslamZakat dan Wakaf” (Jakarta: UI Press, 1988). H.40 6

(27)

19

pemerataan dan keadilan sosial di antara kehidupan ummat manusia, terutama

Islam.

Dalam hal ini, para ulama telah membahas mengenai apa hikmah dan

tujuan dari adanya zakat. Di antaranya, menurut Yusuf Qardhawi, secara

umum terdapat dua tujuan dari ajaran zakat, yaitu untuk kehidupan individu

dan untuk kehidupan sosial kemasyarakatan. Tujuan pertama meliputi

pensucian jiwa dari sifat kikir, mengembangkan sifat suka berinfak atau

memberi, mengobati hati dari cinta dunia, mengembangkan kekayaan batin

dan menumbuhkan rasa simpati dan cinta sesama manusia. Dengan ungkapan

lain, esensi dari semua tujuan ini adalah pendidikan yang bertujuan untuk

memperkaya jiwa manusia dengan nilai-nilai spiritual yang dapat

meningkatkan harkat dan martabat manusia.

7

Tujuan kedua memiliki dampak kehidupan kemasyarakatan secara

luas. Dari segi kehidupan masyarakat, zakat merupakan bagian dari sistem

jaminan sosial dalam islam. Kehidupan masyarakat sering terganggu oleh

problem kesenjangan, gelandangan, problem Kematian dalam keluarga dan

hilangnya perlindungan, bencana alam maupun kultural dan lain sebagainya.

8

7

Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat, (Jakarta: Lentera, 1991), h. 848-876 8

(28)

20

Hikmah yang terkandung di dalamnya, baik yang berkaitan dengan

Allah SWT maupun hubungan sosial kemasyarakatan di antara manusia,

antara lain:

9

a.

Mensyukuri karunia Illahi, menumbuh suburkan harta dan pahala serta

membersihkan diri dari sifat kikir, dengki dan iri

b.

Melindungi masyarakat dari bahaya kemiskinan dan akibat kemelaratan

c.

Mewujudkan tatanan masyarakat yang sejahtera dimana hubungan

seseorang dengan yang lainnya menjadi rukun, damai dan harmonis yang

akhirnya dapat menciptakan situasi yang tentram, aman lahir bathin.

c.

Hakikat Zakat

Adapun hakikat zakat, berdasarkan dalil-dalil yang mewajibkannya

adalah merupakan hak mustahiq dan bukan merupakan pemberian atau

kebaikan hati orang-orang kaya semata. Dengan kata lain, zakat

mencerminkan kewajiban bagi orang-orang kaya dan hak yang legal bagi

golongan miskin, baik diminta ataupun tidak.

10

Dengan demikian di dalam zakat tidak ada istilah hudang budi, balas

budi, malu ataupun hina. Hal ini karena hakikatnya zakat adalah pemberian

dari Allah SWT. Lagi pula menurut Islam seseorang yang kaya tidaklah

berlebih kedudukannya di sisi Allah dari orang miskin karena hartanya.

Karena yang membedakannya hanya derajat ketaqwaannya.

9

Ibid, h. 15 10

(29)

21

Hakikat zakat yang demikian menanamkan kesadaran bahwa segala

yang ada di bumi dan dilangit serta seisinya adalah milik Allah dan harta yang

dimiliki seseorang itu pada hakikatnya adalah amanah dari Allah SWT

semata. Hal ini didasarkan pada firman Allah SWT yang berbunyi:

)

ﺔﺑﻮﺘﻟا

:

(

Artinya: “Tidaklah mereka mengetahui, bahwasanya Allah

menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan menerima

zakat dan bahwasanya Allah Maha Penerima taubat lagi

Maha Penyayang”

(QS. At-Taubah ayat: 104)

Berdasarkan surat At-Taubah ayat 104, zakat adalah

menyerahterimakan harta benda kepada Allah SWT, sebelum diterima oleh

orang fakir dan orang yang berhak menerimanya. Zakat adalah proses

pengoperan hak milik kepaad Allah SWT. Dengan demikian hakikat zakat

sebenarnya adalah mengeluarkan harta benda kepada Allah SWT.

Artinya orang fakir miskin menerima pengalihan harta itu bukan dari

orang kaya,

kan tetapi dari Allah Ta’ala. Harta yang diberikan Allah kepada

(30)

22

berikan kepada orang miskin.

11

Jadi orang miskin bukan menerima harta dari

orang kaya melainkan dari Allah.

C.

Pendayagunaan Dana Zakat

1.

Pengertian Pola Pendayagunaan

Kata “

pola

” dalam kamus ilmiah popular artinya bentuk atau system.

12

Sedangkan kata

“pola”

dalam kamus ilmiah popular artinya model, contoh

atau pedoman (rancangan).

13

Pada pembahasan ini maka pola lebih tepat

diartikan sebgai bentuk, karena memiliki keterkaitan dengan kata yang

dirangkulnya yaitu pola pendayagunaan, yang berarti bentuk pendayagunaan.

Sedangkan pendayagunaan berasal dari kata “

guna”

yang berarti

manfaat, adapun pengertian pendayagunaan sendiri menurut kamus besar

bahasa Indonesia:

-

Pengusahaan agar mampu mendatangkan hasil dan manfaat

-

Pengusaha (tenga dan sebagainya) agar mampu menjalankan tugas dengan

baik.

14

11

Ibid, h. 46 12

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), cet ke 1, h. 692

13

Puis A. Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Artaloka, 1994),h 605

14

(31)

23

Maka dapat disimpulkan bahwa pendayagunaan adalah bagaimana

cara atau usaha dalam mendatangkan hasil dan manfaat yang lebih besar dan

lebih baik. Adapun pola pendayagunaan dana zakat merupakan bentuk proses

optimalisasi pendayagunaan dana zakat agar lebih efektif dan, bermanfaat dan

berdayaguna.

2.

Bentuk dan Sifat Pendayagunana/Penyaluran

Ada dua bentuk penyaluran dana antara lain:

a.

Bentuk sesaat, dalam hal ini beratri bahwa zakat hanya diberikan kepada

seseorang satu kali atau sesaat saja. Dalam hal ini juga berarti bahwa

penyakuran kepada mustahik tidak disertai target terjadinya kemandirian

ekonomi dalam diri mustahik. Hal ini dikarenakan mustahik yang

barsangkutan tidak mungkin lagi mandiri, seperti pada diri orang tua yzng

sudah jumpo, orang cacat. Sifat dan bantuan sesaat ini idealnya adalah

hibah.

b.

Bentuk pemerdayaan, merupakan penyaluran zakat yang disertai target

merubah keadaan penerima dari kondisi kategori mustahik menjadi

kategori muzakki. Target ini adalah target besar yang tidak dapat dengan

mudah dan dalam waktu yang singkat. Untuk itu, penyaluran zakat harus

disertai dengan pemahaman yang utuh terhadap permasalahan yang ada

pada penerima. Apabila permasalahannya adalah permasalahan

(32)

24

dapat mencari solusi yang tepat demi tercapainya target yang telah

dicanangkan.

15

Menurut Widodo sifat dana bantuan pemerdayaan terdiri dari

tiga yaitu:

a)

Hibah, zakat pada asalnya harus diberikan berupa hibah artinya

tidak ada ikatan antara pengelola dengan mustahik setelah

penyerahan zakat.

b)

Dana bergulir, Zakat dapat diberikan berupa dana bergulir oleg

pengelola kepada mustahik dengan catatan harus qardul hasan,

artinya tidak boleh ada kelebihan yang harus diberikan oleh

mustahik kepada pengelola ketika pengembaliaan pinjaman

tersebut. Jumlah pengembalian sama dengan jumlah yang

dipinjamkan.

c)

Pembiayaan, penyaluran zakat oleh pengelola kepada mustahik

tidak boleh dilakukan berupa pembiayaan, artinya tidak boleh ada

ikatan seperti shahibul maal dengan mudharib dalam penyaluran

zakat.

16

Menurut M. Daud Ali pemanfaatan dana zakat dapat

dikatagorikn sebagai berikut:

15

Lili Bariadi et. Al, Zakat dan Wirausaha (Jakarta: CED, 2005), h.25

16

(33)

25

a)

Pendayagunaan yang konsumtif dan tradisional sifatnya dalam

kategori ini penyaluran diberikan kepada orang yang berhak

menerimanya untuk dimanfaatkan langsung oleh yang berangkutan

seperti: zakat fitrah yang diberkan kepada fakir miskin untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari atau zakat harta yang diberikan

kepada korban bencana alam.

b)

pendayagunaan yang konsumtif kreatif, maksudnya penyaluran

dalam bentuk alat-alat sekolah atau beasiswa dan lain-lain.

c)

pendayagunaan produktif tradisional, maksudnya penyaluran

dalam bentuk barang-barang produktif, misalnya kambing, sapi,

mesin jahit, alat-alat pertukangan, dan sebagainya. Tujuan dari

kategori ini adalah untuk menciptakan suatu usaha atau

memberikan lapangan kerja bagi fakir miskin.

d)

pendayagunaan produktif kreatif, pendayagunaan ini diwujudkan

dalam bentuk modal yang dapat dipergunakan baik untuk

membangun sebuah proyek social maupun untuk membantu atau

menambah modal seorang pedagang atau pengusaha kecil.

17

D.

Pemberdayaan Ekonomi Umat

1.

Pengertian Pemberdayaan Masyarakat

17

(34)

26

Istilah pemberdayaan masyarakat mengacu pada kata

empowerment

yang berarti penguatan. Yaitu sebagai upaya untuk mengaktualisasikan

potensi yang sudah dimiliki sendiri oleh masyarakat. Jadi pendekatan

pemberdayaan masyarakat titik beratnya adalah penekanan pada pentingnya

masyarakat lokal yang mandiri sebagai suatu sistem yang mengorganisir diri

mereka. Maka pendekatan pemberdayaan masyarakat yang diharapkan adalah

yang dapat memposisikan individu sebagai subjek bukan sebagai objek.

18

Payne sebagaimana dikutip Adi (2003) menjelaskan bahwa

pemberdayaan adalah:

“To help client gain power of decision and action over their own lives

by reducing the effect of socisl or personal block to exercising

excisting power, by increasing capacity and self confidence to use

power and by transferring power from the environment to clients”.

(membantu klien memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan

menentukan tindakan yang akan ia lakukan terkait dengan diri mereka,

termasuk

mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam

melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan

kemampuan dan rasa percaya diri yang ia miliki, antara lain melalui

transfer daya dari lingkungannya)

19

Menurut Suharto (2005) pemberdayaan menunjuk pada kemampuan

orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki

18

Setiana L., Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat”, dalam nurjanah, ed., Implikasi Filsafat Konstruktivisme Untuk Pemberdayaan Masyarakat, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Press, 2007), Cet-1, h.79

19

(35)

27

kekuatan atau kemampuan dalam (a) memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga

mereka memiliki kebebasan (

freedom

), dalam arti bukan saja bebas

mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari

kebodohan bebas dari kesakitan (b) menjangkau sumber-sumber produktif

yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatanya dan

memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan (c)

berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang

mempengaruhi kehidupan mereka.

20

Adi (2005) juga mengutip pendapat Ife tentang pemberdayaan. Ife

menjelaskan bahwa:

“empowerment means providing people with the resources,

opportunities, knowledge, and skill to increasentheir capacity to

determine their own future and to participate in and affect the life of

their community.”

“Pemberdayaan sebagai sarana untuk memberikan orang dengan

sumber-sumber, kesempatan-kesempatan, pengetahuan dan

keterampilan untuk meningkatkan kapasitas mereka sehingga dapat

menentukan masa depan dan berpartisipasi dalam kehidupan

komunitas mereka”.

21

Selanjutnya Kartasasmita dalam buku Isu-isu Tematik Pembangunan

Sosial yang ditulis oleh Sulistiati (2004) mengatakan, bahwa memberdayakan

masyarakat berarti meningkatkan kemampuan masyarakat dengan cara

20

Edi Suharto, “Membangun Masyarakat Memberdayakan rakyat, (Bandung: PT Refika Aditama , 2005), h. 58.

21

(36)

28

mengembangkan dan mendinamisasi potensi-potensi masyarakat dalam

rangka meningkatkan harkat dan martabat seluruh lapisan masyarakat.

Dengan kata lain menjadikan masyarakat mampu dan mandiri dengan

menciptakan iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang.

Pemberdayaan bukan hanya meliputi penguatan anggota individu anggota

masyarakat tetapi juga pranata-pranatanya, menanamkan nilai-nilai budaya

modern seperti kerjakeras, hemat, keterbukaan, dan tanggung jawab adalah

bagian pokok dari upaya pemberdayaan.

22

Sedang menurut Parsons yang dikutip oleh Suharto (2005)

pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup kuat

untuk berpartisipasi dalam, berbagai pengontrolan atas dan mempengaruhi

terhadap kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi

kehidupanya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh

pengetahuan, keterampilan dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi

kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatianya.

23

Menurut Cristenson dan Robinson, yang dikutip oleh Soetomo, bahwa:

“pengertian pemberdayaan masyarakat adalah sebagai suatu proses

dimana masyarakat yang tinggal pada lokasi tertentu mengembangkan

prakarsa untuk melaksanakan suatu tindakan sosial (dengan atau tanpa

22

Sulistiati, “Isu-isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategi (Jakarta: Balai latihan dan pengembangan Sosial Depsos RI, 2004), h.229

23

(37)

29

intervensi) untuk mengubah situasi ekonomi, sosial, kultural, dan atau

lingkungan mereka.”

24

Dari definisi Cristenson dan Robinson, terlihat kesan yang hendak

menyatakan bahwaa dalam memberdayakan masyarakat intervensi bukanlah

suatu hal yang mutlak, justru yang lebih penting adalah partisipasi masyarakat

dalam proses yang berlangsung dimana pemberdayaan itu dilaksanakan.

Dari berbagai pengertian yang ada, maka peneliti menarik kesimpulan

bahwa pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya yang dilakukan untuk

membuat masyarakat berdaya dengan mengembangkan keterampilan yang

dimilikinya, yang dapat dikembangkan dalam pelatihan-pelatihan keahlian

hidup, agar masyarakat menjadi berdaya dan dapat mandiri.

2.

Intervensi Dalam Proses Pemberdayaan Masyarakat

Parson dalam Suharto (2005) menyatakan bahwa proses pemberdayaan

umumnya dilakukan secara kolektif. Namun demikian, tidak semua intervensi

pekerjaan social dapat dilakukan melalui kolektivitas. Dalam beberapa situasi

strategi pemberdayaan dapat saja dilakukan secara individual. Meskipun pada

giliranya strategi inipun tetap berkaitan dengan kolektivitas, dalam arti

mengkaitkan klien dengan sumber atau system diluar dirinya. Dalam konteks

pekerjaan sosial pemberdayaan dapat dilakukan melalui:

24

(38)

30

a.

Intervensi Mikro, yaitu pemberdayaan yang dilakukan terhadap klien

secara individu melalui bimbingan, konseling, stes management, ciri

intervention

. Tujuan utamanya adalah membimbing atau melatih klien

dalam menjalankan tugas-tugas kehidupanya. Model ini sering disebut

sebagai pendekatan yang berpusat pada tugas (

task centred approach

).

b.

Intervensi mezzo, yaitu pemberdayaan yang dilakukan terhadap

sekelompok klien. Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan

kelompok sebagai media intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamakan

kelompok biasanya digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan

kesadaran, pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap klien agar memiliki

kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapinya.

c.

Intervensi makro. Pendekatan ini disebut strategi system besar (

large-system strategi

), karena sasaran perubahan diarahkan pada system

lingkungan yang luas. Perumusan kebijakan, perencanaan sosial,

kampanye, aksi sosial, lobbying, pengorganisasian masyarakat,

manajemen konflik adalah beberapa strategi dalam pendekatan ini.

Strategi sistim besar memandang klien sebagai orang yang memiliki

kompetensi untuk memahami situasi-situasi mereka sendiri, dan untuk

memilih serta menemukan strategi yang tepat untuk bertindak.

25

Intervensi makro mencakup berbagai metode professional yang digunakan

25

(39)

31

untuk mengubah system sasaran yang lebih besar dari individu, kelompok

dan keluarga. Yaitu organisasi, komunitas baik setingkat lokal, regional

maupun nasional secara utuh.

26

3.

Tahapan-tahapan Pemberdayaan Masyarakat

Dalam pemberdayaan tidak langsung terbentuk atau terjadi secara

langsung maupun tiba-tiba, tetapi melalui beberapa proses tahapan yakni:

a.

Tahapan Persiapan

Tahapan ini meliputi penyiapan petugas (

comunity development

),

dimana tujuan utama ini adalah untuk menyamakan persepsi antar

anggota agen perubah (

agent of change

) mengenai pendekatan apa yang

akan dipilih dalam melakukan pengembangan masyarakat. Sedangkan

pada tahapan penyiapan lapangan, petugas melakukan setudi kelayakan

terhadap daerah yang akan di jadikan sasaran. Pada tahapan ini terjadi

kontrak awal dengan kelompok sasaran.

b.

Tahapan Assessment

Proses assessment yang dilakukan disini adalah dengan mengidentifikasi

masalah (kebutuhan yang dirasakan) dan juga sumber daya manusia

yang dimiliki klien. Dalam proses penilaian ini dapat pula digunakan

teknik SWOT, dengan melihat kekuatan, kelemahan, kesempatan dan

ancaman.

26

(40)

32

c.

Tahapan Perencanaan Alternatif Program atau Kegiatan.

Pada tahapan ini agen perubahan (

agent of change

) secara partisipatif

mencoba melibatkan warga untuk berfikir tentang masalah yang mereka

hadapi dan bagaimana cara mengatasinya.

d.

Tahapan Pemformulasikan Rencana Aksi

Pada tahapan ini agen membantu masing-masing kelompok untuk

merumuskan dan menentukan program dan kegiatan apa yang akan

mereka lakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada.

e.

Tahapan Pelaksanaan (

implementasi

) Program

Tahap pelaksanaan ini merupakan salah satu tahapan yang paling krusial

(penting) dalam proses pengembangan masyarakat, karena sesuatu yang

sudah di rencanakan dengan baik akan dapat melenceng dalam

pelaksanaan di lapangan bila tidak ada kerja sama antara warga.

f.

Tahapan Evaluasi

Tahapan ini sebagai proses pengawasan dari warga dan petugas terhadap

program yang sedang berjalan pada pengembangan masyarakat

sebaiknya dilakukan dengan melibatkan warga.

g.

Tahapan Terminasi

Tahap ini merupakan tahap pemutusan hubungan secara formal dengan

komunitas sasaran. Terminasi dilakukan seringkali bukan karena

masyarakat sudah dapat dianggap mandiri, tetapi tidak juga terjadi

(41)

33

waktu yang ditetapkan sebelumnya, atau karena sudah melebihi jangka

waktu yang ditetapkan sebelumnya atau karena anggaran sudah selesai

dan tidak ada penyandang dana yang dapat dan mau meneruskan.

4.

Proses Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan sebagai suatu proses merupakan sesuatu yang

berkesinambungan dimana komunitas atau kelompok masih ingin melakukan

perubahan serta perbaikan dan tidak hanya terpaku pada satu program saja.

27

Proses pemberdayaan masyarakat terdiri dari lima tahap:

a.

Menghadirkan kembali pengalaman yang dapat memberdaya guna dan

tidak memberdayakan.

b.

Mendiskusikan alasan mengapa terjadi pemberdayaan dan tidak

memberdayakan.

c.

Mengidentifikasi masalah.

d.

Mengidentifikasi basis daya yang bermakna.

e.

Mengembangkan rencana-rencana aksi dan pengimplementasian.

28

Namun dalam proses pemberdayaan bahwa peran serta masyarakat

merupakan tahapan yang penting dalam peningkatan pembangunan.

29

Mutu

27

Isbandi Rukminto Adi, “Pemikiran-pemikiran dalam Kesejahteraan sosial”, (Jakarta: Penerbit Fakultas ekonomi UI, 2002), seri II, h.173

28

Nanich Machendra dan Agus Ahmad Syafe’I, “Pengembangan Masyarakat Islam”, (Bandung: Rosdakarya, 2001), Cet ke-1,h.25.

29

(42)

34

peran serta masyarakat dapat dibedakan dengan memahami motivasi mereka.

Dalam hal ini peran serta dibagai menjadi lima yaitu:

a.

Berperan serta karena mendapat perintah.

b.

Berperan serta karena ingin mendapat imbalan.

c.

Berperan serta secara sukarela, tanpa mengharapkan imbalan.

d.

Berperan serta atas prakasa atau inisiatif sendiri.

e.

Berperan serta disertai dengan kreasi atau daya cipta.

Dari uraian diatas bahwa proses pemberdayaan yang terjadi pada

masyarakat, terjadi secara simultan sehingga upaya yang dilakukan

(43)

34

BAB III

GAMBARAN UMUM TENTANG BADAN AMIL ZAKAT DAERAH

(BAZDA) KOTA TANGERANG

A.

Sejarah Berdirinya

Zakat, infak dan shadaqah (ZIS) merupakan potensi umat Islam yang

gemilang dalam upaya pengetasan kemiskinan, pemerdayaan umat Islam.

Sehingga adanya pengelolaan ZIS secara professional, amanah, tanggung

jawab, dan transparan yang dilakukan oleh masyarakat, lembaga bersama

pemerintah.

Dengan demikian terbentuklah UU RI No. 38 tahun 1999 tentang

pengelolaan zakat dari tingkat pusat sampai daerah-daerah. Pada dasaernya

pembentukan lembaga atau badan yang mengelola ZIS pada tingkat daerah

sudah lama terbentuk, hal ini terbukti dengan adanya Bazis Kota Tanggerang

No. 452.12/SK.171 Bag. Sos/1998 tentang pembentukan pengurus Badan

Amil zakat, infak dan shadaqah kota madya DT II Tangerang periode 1998 –

2002.

1

Akan tetapi dengan berlakunya UU. No 38 tahun 1999 tentang

pengelolaan zakat, maka perlu diadakan penyesuaian dan karena adanya

perubahan nama kota madya menjadi kota Tangerang maka turunlah

keputusan walikota Tangerang No. 451.12/KP.112-Depag/2003 pada tanggal

1

(44)

35

22 oktober 2003 tentang pembentukan BAZDA kota Tanggerang yang dahulu

bernama Bazis kota madya DT II Tangerang yang mengacu pada UU. No. 222

tahun 1999 tentang pemerintah daerah.

2

Badan Kota Tangerang bertekad untuk bisa ikut ambil bagian dalam

menumbuhkan kesadaran relegius masyarakat dan mengatasi masalah

kesulitan ekonominya, dan Bazda Kota Tangerang pun berkeyakinan bahwa

dana zakat yang dikelola dengan baik dan terprogram akan mampu

membangun dan mengembangkan kegiatan –kegiatan keagamaan yang

terdampak luas bagi bagi masyarakat serta dapat menggugah kesadaran

relegius masyarakat bahwa berzakat bukan semata –mata untuk kepentingan

ibadah privat yang melangit namun lebih kepada nilai ibadah yang membumi

dan berdampak social luas. Ia akan mampu mengatasi kemiskinan kaum

dhuafa, menumbuh kembangkan kemandirian ekonominya dan mewujudkan

kesejahteraan masyarakat.

B.

Visi dan Misi Kota Tangerang

Pengelolaan zakat, infak dan shadaqah dilakukan oleh Badan Amil

Zakat daerah (BAZDA) yang dibentuk oleh pemerintah untuk meningkatkan

pelayanan muzzaki, maka dibentuk UPZ (unit pengelolaan zakat).

Bazda kota Tangerang akan melaksanakan tugas dan amanahnya secara jujur,

professional dan transparan dengan visi dan misi sebagai berikut:

2

(45)

36

1.

Visi BAZDA

Menjadi lembaga yang amanah, terpercaya, professional dan

transparan yang berusaha turut membangun dan megembangkan

masyarakat relegius yang sejahtera dan mandiri secara ekonomis.

2.

Misi BAZDA

a.

Bidang Relegius

Turut membentuk masyarakat relegius yang tidak semata –

mata mementingkan ibadah ritual tapi juga gemar melakukan ibadah

sosial.

b.

Bidang Ekonomi

Membantu mengatasi masalah ekonomi kaum dhuafa secara

proaktif mengambil peran startegis, menjadi motor pengerak

menumbuh kembangkan ekonomi umat miskin.

c.

Bidang Kelembagaan

Senantiasa memperbaiki diri sejalan denga perkembangan

masyarakat dan teknologi keuangan dan administrasi public untuk

membangun citra diri menjadi lembaga amanah terpercaya,

professional dan transparan, yang pada gilirannya mendapat

kepercayaan dihati masyarakat.

3

3

(46)

37

C.

Struktur Organisasi

Adanya stuktur organisasi mempunyai arti penting bagi pengelolaan

ZIS, sebab dengan adanya struktur tersbut diharapkan rencana dan kegiatan

yang berkenaan dengan pengelolaan zakat, infak dan shadaqah dapat

dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Untuk tidak terjadi tumpang tindih

dalam pelaksanaan tugas, maka Bazda kota Tangerang membuat job

description untuk masing – masing seksi.

Adapun susunan organisasi BAZDA kota Tangerang.

4

1.

Badan pelaksanaan

2.

Dewan pertimbangan

3.

Komisi pengawas

4.

Bendahara

5.

Seketaris

6.

Wakil ketua

7.

Sie. Pengumpulan

8.

Sie. Pendayagunaan

9.

Sie. Pendistribusian

10.

Sie. Pengembangan

Untuk lebih jelasnya mengenai struktur organisai dapat dilihat pada

bagan berikut

4

(47)

38

STURKTUR ORGANISASI

BAZDA KOTA TANGERANG

DEWAN

Gambar 3.1: Struktur Organisasi BAZDA Kota Tangerang

Sumber Arsip BAZDA Kota Tangerang

(48)

39

a.

Memberikan pertimbangan, fatwa, saran dan rekomendasi tentang

pengembangan hukum dan pemahaman mengenai pengelolaan zakat.

b.

Menetapkan garis-garis kebijakan umum badan Amil Zakat bersama

komisi pengawas dan badan pelaksanaan

c.

Mengeluarkan fatwa syariah baik diminta maupun tidak yang berkaitan

dengan hukum zakat yang wajib diikuti oleh pengurus Badan amil Zakat

d.

Memberikan pertimbangan, saran dan rekomendasi kepada badan

pelaksanaan dan komisi pengawas

e.

Menampung, mengolah dan menyampaikan pendapat tentang pengelolaan

zakat

SUSUNAN PENGURUS DEWAN PERTIMBANGAN

PERIODE 2003 – 2006

Seketaris (Drs. H. Munir Al

Rasyid)

Wkl. Ketua (KH. Romlie Fadhli)

Anggoota

H. Muhtar Djamil

Anggoota

Gambar 3.2: Susunan Pengurus Dewan Pertimbangan

Sumber Arsip BAZDA Kota Tangerang

(49)

40

SUSUNAN PENGURUS BADAN

PELAKSANA

Ketua

Drs. H. A. Saefulmillah, MM.MBA

Bendahara

Drs. Hadi Soelistijo

Seketaris: Drs. Asep Maman K

Wkl. Sek I: Drs M. Bahtera Y

Wkl. Sekr II: Drs H. Aidil M

Seketariat

1.

H. Hasmuni, Bsc

2.

H. Taufiqurohman, S.Ag

3. Abdul Latief, SE

Wkl. Ketua I

H. A. Kaemal Fauzie

Wkl. Ketua II

H. Haimidi Rusdi

Wkl. Ketua III

Drs. H. Arief Fahrudin

Kasie

(50)

41

2.

Badan pelaksanaan mempunyai tugas sebgai berikut:

a.

Badan pelaksanaan melaksanakan kebijakan badan amil zakat dalam

program pengumpulan

b.

Membuat rencana kerja yang meliputi rencana kerja pengumpulan,

pendistribusian, dan pendayagunaan

c.

Melaksanakan operasional pengelolaan zakat sesuai rencana kerja yang

telah disahkan sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan

d.

Menyusun laporan tahunan

e.

Menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada pemerintah dan

dewan perwakilan rakyat sesuai tingkatnya

f.

Bertindak dan bertanggungjawab untuk dan atas nama Badan Amil Zakat

ke dalam maupun keluar

3.

Komisi Pengawas

a.

Melaksanakan pengawasan internal atas operasional kegiatan yang

dilaksanakan badan pelaksana

b.

Mengawasi pelaksanaan rencana kerja yang telah disahkan

c.

Mengawasi pelaksanaan kebijakan – kebijakan yang telah ditetapkan

d.

Mengawasi operasional kegiatan yang dilaksanakan badan pelaksanaan

yang mencakup pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan

e.

Melakukan pemeriksaan operasional dan pemeriksaan syariah dan

(51)

42

4.

Seksi pengumpulan mempunyai tugas sebagai berikut

a.

Membuat daftar list nama dan alamat muazakki di seluruh wilayah kota

Tangerang

b.

Membuat surat himbauan atau permintaan pengumpulan ZIS dilampirkan

brosur dan lain-lain ditujukan kepada golongan kaya

c.

Merancang metode pengumpulan dari kelompok masyrakat umum melalui

jenjang pegawai, dinas, karyawan swasta, sekolah negeri, jalur pemerintah

kota

d.

Membuat organisasi pengumpulan ZIS yang efektif untuk keperluan

pelaksanaan poin c

e.

Membuat formulir atau kupon yang diperlukan untuk menunjang

kelancaran pelaksanaan dan pelaporan

f.

Mengatur mekanisme pendistribusian formulir atau kupon dan mekanisme

pengumpulan uang ZIS dengan menbentuk tim yang solid

g.

Melaksanakan tertib administrasi dengan ketatahusaaan yang memadai

pada poin e-f untuk membangun kepercayaan masyarakat

h.

Mengurusi sisitem pemungutan zakat yang dapat mengurangi pembayaran

setoran pajak dan mensosialisasikan penerapannya pada level pimpinan

baik pegawai dinas maupun swasta dan juga perusahaan swasta muslim

i.

Memonitor dan mengendalikan pelaksanaan pengumpulan ZIS di

lapangan

(52)

43

k.

Dana ZIS yang terkumpul langsung dimasukkan dalam rekening Bank

BAZDA kota, bukti setoran asli sebagai lampiran untuk pembukuan

bagian bendahara

l.

Mempublikasikan hasil pengumpulan melalui media majalah, Koran,

radio atau internet

5.

Seksi pendayagunaan mempunyai tugas sebagai berikut

a.

Bertanggung jawab penuh terhadap dana pendayagunaan untuk dikelola

bagi kepentingan mustahik

b.

Membuat program pendayagunaan dengan skala proritas

c.

Membentuk tim survey untuk mendapatkan data yang akurat tentang

kondisi mustahik dibidang ekonomi, lingkungan, budaya dan

intelektualitas

d.

Menganalisa data bersama tim survey dan konsultan pendamping untuk

membuat proposal terpadu yang komperhensif dan meliputi:

1.

Bimbingan usaha mandiri dalam bidang ekonomi yang tergolong:

a)

UKS (Usaha Kecil Sekali)

1)

Program pemula

2)

Perorangan lanjutan

b)

UKB (Usaha Kelompok Bersama)

1)

Kelompok keahlian

Gambar

GAMBARAN UMUM TENTANG BADAN AMIL ZAKAT DAERAH
Gambar 3.1: Struktur Organisasi BAZDA Kota Tangerang
Gambar 3.2: Susunan Pengurus Dewan Pertimbangan
Gambar 3.4: Prosedur pengumpulan zakat
+2

Referensi

Dokumen terkait

Untuk itu, pada aliran informasi ini akan dilihat dari bagiamana mekanisme menyewa lahan surutan dan bagimana kegiatan penyuluhan dan pembinaan dilakukan pada

Emi Hartatik yang berjudul “Analisis Praktik Pendistribusian Zakat Produktif Pada Badan Amil Zakat Daerah BAZDA Kabupaten Magelang” yang membahas tentang pendistribusian

“Pengelolaan Zakat”, menjelaskan bahwa dalam upaya membantu golongan fakir dan miskin, berdirinya Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) sebagai

Manfaat yang dapat diserap adalah kandungan nilai-nilai luhur dan ajaran didaktis yang terdapat dalam Serat Sana Sunu, maka penulis menggunakan pendekatan Pragmatik,

DKJ Harga tersebut telah disepakati bersama untuk perhitungan progress dalam pelaksanaan proyek ini..

Setelah melakukan perancangan untuk sistem penjualan Toko Velg YQ, ada beberapa hal yang dapat disimpulkan sehubungan dengan perancangan ini, yaitu: (1) sistem informasi ini dapat

Dengan demikian tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh pertumbuhan penjualan (GS) , struktur aktiva (FTA), profitabilitas (NPM), likuiditas

Dengan berbagai banyak keuntungan atau kelebihan dari pengaplikasian pupuk berbahan dasar Azolla sebagai bahan organik tanah , maka pupuk tersebut dapat menjadi