• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan health locus of control de ngan gaya hidup penderita diabetes melitus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan health locus of control de ngan gaya hidup penderita diabetes melitus"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Psikologi

11111111 llllll - lllllllllllllllilb.

111

Universitas Islam Negeri SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

)iti·rin.

Oleh

·

· -... -· GMセMLNLNN@

... _

.. " .. ,-....

セNLセ@

• " n·i ·

RACHMA ASIH

:1. ;

Zcdェ[Zc_Z[セセH_NUᄋZZZZZᄋZZᄋᄋZZZZZセ@

, . .,. lnduk :

Q ...

ZZNセGN「ZZZNセjNセセᄋᄋᄋᄋᄋ@

NIM : 1050700023!!!-'J'!'""si : ... .

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

. . I

pe[[[Lオ[[[セ[Z[[セMセLML[[[[[ャ@

Diajukan kepada Fakultas

pウゥZッセZZセセョエオォ@

ュ・ュ・ョセ

コ@ ZZ[ZセセセZZセセMM

·•

memperoleh gelar Sarjana Psikologi

Oleh:

RACHMAASIH

NIM:

105070002347

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I

Nenenq

tZZセslpウゥ@

NIP. 150300679

セeカ。ョァ・ャゥョ・@

I Suaidy, M.Si.Psi

NIP.

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulllah Jakarta Pada Tanggal 7 Desember 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi.

Jakarta, Desember 2009

Sidang Munaqasyah

Dekan/

Ketua Merangkap Anggota

Wᄋセ@

Jahja Umar, Ph.D NIP. 130885522

Penguji I

5-Bamban u adi Ph.D NIP. 150326891

Pembimbing I

Neneng

セエゥLG@

M.Si.P•i

NIP. 150300679

Anggota

Pembantu Dekan Sekretaris Merangkap Anggota

dイ。NォセmNsゥ@

NIP. 19561223 198303 2001

Penguji II

n・ョッッァセゥLG@

M.Si.P•i

NIP. 150 300 679

(4)

Qg・ウ・セエjカエエjカョ@

5ettJvtu ttJvfnftJvk

エ・G「ゥセ@

pN・イセエjカイセOjカ@

ウ・エ・エエjカセ@

kittJv

H・セゥエエjカョセ@

tJvnni; tJv, ktJvrentJv

Qg・U・セエjカエエjカョ@

(5)

Diabetes Melitus. (E) xii + 82 halaman

(F) Semakin majunya kehidupan sosial ekonomi masyarakat Indonesia, maka gaya hidup pun mulai berubah. Termasuk soal makanan, orang-orang lebih memilih makanan fast food (cepat saji) yang tinggi akan kandungan kalori dan lemak namun gizinya rendah. Salah satu penyakit yang timbul akibat perubahan gaya hidup (pola makan) adalah diabetes, yaitu penyakit kronis yang ditandai oleh adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah dalam tubuh yang disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh untuk memproduksi atau menggunakan insulin dengan tepat.

Salah satu faktor yang mempengaruhi gaya hidup adalah kontrol personal yaitu bagaimana pasien diabetes menggambarkan derajat keyakinan yang dimilikinya dalam mempersepsi kualitas kesehatan dirinya sebagai hasil dari tindakannya sendiri, sehingga dapat dikontrol (internal), atau sebagai sesuatu yang tidak berhubungan dengan perilakunya sendiri, sehingga berada di luar kontrol dirinya (external).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara health locus of control dengan gaya hidup penderita diabetes melitus.

Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskripsi korelasi. Dalam menentukan sample yang dibutuhkan, penulis menggunakan teknik purposive sampling yaitu dilakukan berdasarkan beberapa

pertimbangan dan memiliki karakteristik tertentu. Penelitian ini mengambil sampel 70 responden penderita diabetes tipe 2 yang bertempat di Yayasan Diabetes Rastura yang masih menjalani berobat jalan.

Hasil penelitian menunjukkan sebanyak

27.14%

responden memiliki health locus of control dalam kategori internal, sedangkan

72.86%

respond en memiliki health locus of control dalam kategori eksternal. Sebanyak

42.86%

responden memiliki gaya hidup sehat, dan

57.14%

memiliki gaya hidup yang tidak sehat. Ada pun nilai koefisien korelasi antara health locus of control

dengan gaya hidup penderita diabetes adalah sebesar 0.322, dengan demikian hubungan health locus of control dengan gaya hid up penderita diabetes memiliki hubungan yang signifikan.

(6)

workshop ataupun seminar mengenai pentingnya gaya hidup sehat bagi penderita diabetes, karena penyakit ini telah menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di seluruh dunia.

(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah Az:z.a wa Jalla. Dzat yang dengan cinta dan kasih telah banyak menganugerahkan manusia kecerdasan dan

berlimpah kenikmatan. Shalawat beriring salam penuh rindu semoga selalu tercurah limpahkan kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW, juga bagi keluarga, para sahabat dan penempuh sunnahnya hingga akhir zaman.

Segala syukur terucap atas terselesaikannya penelitian ini yang mencoba meneropong health locus of control yang dimiliki penderita diabetes dalam menjalani gaya hidup yang dilakukannya, dalam menyelesaikan skripsi ini penulis berterima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan oleh semua pihak. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih yang amat dalam kepada:

1. Jahja Umar,Ph.D Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah dan jajaran pimpinan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah.

2. Neneng Tati Sumiati, M.Si.,Psi sebagai pembimbing I yang telah banyak memberikan saran dan kritik yang sangat membangun sehingga skripsi ini dapat selesai.

(8)

4. Bambang Suryadi,Ph.D sebagai penguji I yang telah banyak memberi masukan serta saran yang sangat membangun sehingga skripsi ini dapat menjadi lebih baik lagi.

5. Ayahanda dan lbunda tersayang yang telah membesarkan dan membiayai dalam mengejar cita - cita, serta kedua kakak tersayang penulis mbak Uma dan mbak Atty yang senantiasa memberi dukungan emosional dan motivasi.

6. Yul Anwar yang selalu setia menemani penulis disaat jatuh dan

membutuhkan teman, berkorban waktu untuk mendengarkan keluhan kesah, menemani penulis mencari referensi dan memberikan saran -saran yang membangkitkan semangat serta memberikan motivasi yang membangun sehingga skripsi ini selesai. Love you much.

7. Kawan-kawan angkatan 2005 terutama kelas C yang telah menjadi penyemangat dalam berprestasi.

8. Kawan - kawan seperjuangan. Ari, Hany, Yulia, Irma yang selalu

menemani,membantu dan memberi semangat kepada penulis untuk cepat dalam menyelesaikan skripsi, Achi, Putri, dan Pipit yang senantiasa

bersama mencari bahan skripsi. Dunia terasa indah dan berwarna bersama kalian.

(9)

Semoga allah SWT membalas dengan ribuan kali kebaikan dan keberkahan. Akhirnya dengan mengucap Alhamdulillah penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis pribadi. Walaupun penulis sadar betul bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan.

Ciputat, 15 November 2009

(10)

DAFTARISI

Abstak ... i

Kata pengantar ... 111

Daftar isi ... vi

Daftar gambar ... , .. x

Daftar tabel ... xi

BABIPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. ldentifikasi masalah ... 9

1.3. Perumusan Masalah dan Pembatasan Masalah 1.3.1 Perumusan Masalah ... 1 O 1.3.2. Pembatasan Masalah ... 10

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1. Tujuan Penelitian ... 11

1.4.2. Manfaat Penelitian ... 11

1.5. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Gaya Hidup 2.1.1. Definisi Gaya Hidup ... 14

2.1.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gaya Hidup ... 16

(11)

2.2.1. Definisi Locus of Control ... 20

2.2.2. Faktor-Faktor Locus of Control ... 23

2.2.3. Health Locus of Control ... 23

2.2.4. lmplikasi dari Health Locus of Control ... 25

2.3. Diabetes Melitus 2.3.1. Definisi Diabetes Melitus ... 26

2.3.2. Jenis-jenis Diabetes Melitus ... 27

2.3.3. Penyebab dan Orang yang Memiliki Resiko Diabetes ... 28

2.3.4. Gejala Diabetes ... 30

2.3.5. Penanganan Diabetes ... 31

2.4. Kerangka Berfikir ... 33

2.5. Hipotesis ... 37

BAB Ill METODELOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian 3.1.1.Pendekatan dan Metode penelitian ... 38

3.2. Variabel Penelitian 3.2.1. Definisi Variabel Penelitian ... 39

3.2.2. Definisi Konseptual Penelitian ... 39

3.2.3. Definisi Operasional Penelitian ... 40

(12)

3.3.2. Teknik Pengambilan Sampel. ... 42

3.4. Pengumpulan Data 3.4.1. Metade dan lnstrumen Penelitian ... 43

3.4.2. lnstrumen Penelitian ... 45

3.4.3. Tekhnik Uji Alat Ukur. ... 48

3.5. Hasil Uji Caba Alat Ukur Penelitian 3.5.1. Hasil Uji Caba Alat Ukur Gaya Hidup ... 50

3.5.2. Hasil Uji Caba Alat Ukur Health Locus of Control ... 52

3.6. Uji Persyaratan ... 54

3.7. Teknik Analisis Data ... 54

3.8. Prasedur Penelitian ... 55

BAB IV PRESENT ASI DAN ANALISA DAT A 4.1. Gambaran Umum Respanden Penelitian 4.1.1. Berdasarkan Jenis Kelamin Respanden ... 57

4.1.2. Berdasarkan Usia Respanden ... 58

4.1.3. Beradasarkan Pekerjaan Respanden ... 58

4.1.4. Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 59

4.2. Uji Persyaratan 4.2.1. Uji Narmalitas ... 60

4.3. Hasil Penelitian 4.3.1. Kategari Skar Skala Health Locus of Control ... 63

(13)

4.3.3. Skar Pada Masing-Masing Dimensi. ... 64

4.3.4. Uji Hipotesis ... 65

4.3.5. Uji Regresi. ... 68

4.3.6. Hubungan Antara Health Locus of Control dengan Gaya Hidup ... 69

4.4. Hasil Penelitian Utama ... 70

4.5. Hasil Penelitian Tambahan ... 71

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN 5.1. Kesimpulan ... 73

5.2. Diskusi. ... 73

5.3. Saran ... 79

(14)

DAFT AR GAMBAR

[image:14.518.87.431.155.492.2]
(15)

DAFT AR T ABEL

Tabel 3.1. Skar Skala Model Likert ... 44

Tabel 3.2. Blue Print Skala Gaya Hidup dalam Penelitian ... 45

Tabel 3.3. Blue Print Skala Health Locus of Control dalam Penelitian ... 4 7 Table 3.4. Norma Reliabilitas ... 49

Tabel 3.5. Blue Print Skala Gaya Hidup Try Out.. ... 51

Tabel 3.6. Blue Print Skala Health Locus of Control Try Out.. ... 53

Tabel 4.1. Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Responden ... 57

Tabel 4.2. Gambaran Umum Responden Berdasarkan Usia Responden ... 58

Tabel 4.3. Gambaran Umum Responden Berdasarkan Pekerjaan Responden ... 59

Tabel 4.4. Gambaran Umum Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Respond en ... 59

Tabel 4.5. Test of Normality ... 61

Tabel 4.6. Kategorisasi Health Locus of Control ... 63

Tabel 4.7. Kategorisasi Gaya Hidup ... 64

[image:15.518.37.431.165.642.2]
(16)

Tabel 4.9. Nilai Koefisiensi Korelasi Health Locus of Control dengan Gaya Hidup ... 66 Tabel 4.10. Hubungan Antara Health Locus of Control dengan Gaya

[image:16.518.78.431.190.493.2]
(17)

1.1 LAT AR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN

Semakin majunya kehidupan sosial ekonomi masyarakat Indonesia, gaya hidup pun mulai berubah. Sekarang ini ada kecenderungan di masyarakat terutama di kota-kota besar untuk meninggalkan cara hidup tradisional yang alami dan mulai beralih ke cara kehidupan modern yang serba instant. Makanan yang dikonsumsi pun mengalami perubahan. Orang-orang lebih menyukai makanan "enak-enak" alias makanan olahan yang tinggi

kandungan kalori dan lemak namun gizinya rendah, seperti snack, kentang goreng, potato chips dan berbagai makanan dari restoran fast food yang mengandung kadar lemak yang tinggi. Fast food merupakan makanan cepat saji, praktis dan mudah dikonsumsi semua anggota keluarga baik anak-anak maupun dewasa, hal ini terlihat dari menjamurnya restoran fast food (siap saji) yang tersebar dimana-mana.

Di kota-kota besar junk food dijual di berbagai pusat perbelanjaan dan pusat jajanan. Bahkan restoran jenis makanan yang memiliki kadar kolesterol tinggi ini sudah merambah kota-kota kecil di hampir seluruh pelosok tanah air. Di

(18)

seperti Bekasi, Depok, Tangerang, dan Cibubur, masyarakat dimanjakan dengan mudahnya mendapatkan makanan serba instan bahkan gerai-gerai penjualan makanan cepat saji menawarkan jasa pesan antar.

Pola makan makanan yang serba instan saat ini memang sangat digemari oleh sebagian masyarakat perkotaan. Sebagai contoh, gorengan, jenis makanan murah meriah dan mudah didapat karena banyak dijual di pinggir jalan ini rasanya memang enak. Jajanan seperti pisang goreng, tahu isi, ubi goreng, pisang coklat (piscok), serta banyak yang lain dengan rasanya yang gurih, renyah, dan berharga murah, membuat orang menyukai makanan gorengan.

Namun banyak orang yang tidak tahu bahwa makanan fast food dan gorengan bila dikonsumsi secara berlebihan akan mempunyai efek yang kurang baik terhadap kesehatan, ini di karenakan kandungan gizinya yang tidak seimbang. Akibatnya, banyak orang mengalami defisiensi zat gizi dan mempunyai resiko lebih besar terhadap penyakit tertentu.

(19)

Diabetes mellitus atau diabetes merupakan penyakit kronis yang ditandai oleh kadar gula yang lebih tinggi dari batas normal. Keadaan ini disebabkan karena tubuh terlalu sedikit atau sama sekali tidak bisa memproduksi insulin dan insulin tidak dapat bekerja secara maksimal. Padahal, insulin mempunyai peran utama mengatur kadar glukosa di dalam darah. Karena kadar glukosa meningkat, kelebihan glukosa tersebut akan dikeluarkan oleh urine, sehingga terjadilah glukosuria atau adanya glukosa di dalam urine. Pada orang normal, glukosaria tidak terjadi. Bila keadaan tersebut tidak cepat diberi penanganan, lama-kelamaan mulai timbul gejala yang disebabkan karena kekurangan insulin (Tjokroprawiro, 2006).

Menu rut data WHO, Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar dalam jumlah penderita Diabetes Mellitus di dunia. Pada tahun 2000 yang lalu saja,

terdapat sekitar 5,6 juta penduduk Indonesia yang mengidap diabetes.

Namun, pada tahun 2006 diperkirakan jumlah penderita diabetes di Indonesia meningkat tajam menjadi 14 juta orang, dimana baru 50 persen yang sadar mengidapnya dan di antara mereka baru sekitar 30 persen yang datang berobat teratur (www.medicastore.com).

(20)

11,3 kali lebih rentan terkena ginjal, 29,9 kali lebih rentan terkena gangrene, 4,6 kali lebih rentan terkena jantung dan 5,4 kali lebih rentan terkena stroke. Dari paparan diatas, jelaslah resiko kesehatan dari diabetes mellitus

sangatlah serius dan bersifat jangka panjang.

Hingga sekarang, penyakit diabetes merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Pasien yang mengidapnya hanya dapat berharap terhindar dari resiko kesehatan yang lebih buruk.

Diabetes mellitus dapat menyerang segala lapisan umur dan ekonomi, karena penyakit ini dipengaruhi oleh faktor keturunan. Selain faktor keturunan, perubahan gaya hidup dan pola makanan yang buruk serta kurangnya olahraga juga berperan besar (Sarafino, 1998).

(21)

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Dr. lin Suryani, selain menjaga pola makan, penderita diabetes juga harus menjalani diet, banyak

berolahraga minimal berjalan kaki, banyak minum air putih dan buah-buahan seperti jambu biji merah, jeruk, kelapa muda, pear hijau, bengkoang, alpukat, pisang kepok dan apel manalagi. Namun ada beberapa buah-buahan yang dilarang untuk di konsumsi oleh penderita diabetes, seperti durian, anggur, kelengkeng dan rambutan. Pada penderita diabetes juga harus menghindari pikiran yang berat, karena dapat meningkatkan glukosa dalam darah. Dan yang paling penting adalah individu harus mengecek gula darah minimal satu bulan sekali.

Pada dasarnya kesehatan yang dimiliki individu berkaitan erat dengan gaya hidup mereka. Gaya hidup yang dimaksud dalam penelitian ini adalah gaya hidup sehat. Yaitu gaya hidup yang mencerminkan perilaku hidup bersih dan sehat, seperti berolahraga teratur, makan dengan gizi seimbang sesuai kepereluan, tidak merokok, hidup teratur dengan mengelola stress, tidak memiliki kelebihan berat badan, istirahat cukup dan lain sebagainya. Seperti yang dipaparkan dalam teori Adler (dalam Hall & Lindzey, 1993), gaya hidup adalah semua perilaku manusia bersumber dari gaya hidup yang dimilikinya, dimana ia mempersepsi, mempelajari, dan menyimpan atau

(22)

lndividu yang mencerminkan perilaku hidup sehat, seperti istirahat cukup, berolahraga teratur, tidak merokok dan perilaku-perilaku sehat lainnya, maka ia cenderung memiliki gaya hidup yang sehat. Sedangkan individu yang kurang mencerminkan perilaku hidup sehat, seperti merokok, kurang istirahat, jarang berolahraga, dan perilaku-perilaku tidak sehat lainnya, maka ia

cenderung memiliki gaya hidup yang kurang atau bahkan tidak sehat, dan semua itu akan mempengaruhi status kesehatan mereka. Menurut Becker (dalamwww.dahlanforum.wordpress.com) perilaku sehat (healthy behavior)

adalah perilaku-perilaku atau kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan memelihara dan meningkatkan kesehatan. Perilaku hidup sehat (health

behavior) merupakan bagian dari gaya hidup, sehingga perubahan yang

terjadi pada perilaku hidup sehat akan berpengaruh pada gaya hidup sehat, juga sebaliknya. Perilaku hidup sehat ini juga mengarahkan individu pada perilaku yang secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi status kesehatan kita.

Gaya hidup sehat adalah segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan kehidupan yang sehat dan menghindarkan

kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan. Maka gaya hidup yang sehat dapat dianggap sebagai pola perilaku yang akan memberikan dampak pada kesehatan kita dan selanjutnya berpengaruh juga pada kesehatan

(23)

Walaupun perilaku hidup sehat itu awalnya berkembang karena adanya pengaruh yang kuat dari faktor keluarga, akan tetapi pada akhirnya perilaku hidup sehat tersebut dapat dipengaruhi pula oleh faktor lingkungan di sekitar individu, sehingga kemungkinan terjadinya perubahan perilaku hidup sehat.

Sarafino (1998) mengatakan, strategi pertama yang paling sering dilakukan untuk mengantisipasi masalah kesehatan adalah dengan mencari berbagai macam metode yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan mereka. Strategi yang kedua adalah berusaha untuk tetap menjauhi gaya hidup tidak sehat. Gaya hidup tidak sehat yaitu kebiasaan yang berhubungan dengan perilaku hidup yang salah, sehingga dapat mempengaruhi dan berakibat buruk bagi kesehatan.

Senada dengan pendapat tersebut, Taylor (2003) menilai salah satu faktor yang mempengaruhi gaya hidup sehat adalah kontrol personal, yaitu persepsi bahwa kesehatan seseorang berada dibawah pengaruh dirinya sendiri.

Dalam kehidupan sehari-hari, faktor personal selalu mempengaruhi seseorang dalam mempersepsikan situasi-situasi atau kejadian-kejadian yang terjadi dalam kehidupannya. Tentu saja hal tersebut akan

(24)

ada yang merasa tidak berdaya, namun ada juga yang justru tertantang. Perbedaan reaksi ini tergantung dari orientasi kehidupan yang dimiliki oleh individu yang oleh Rotter disebut sebagai locus of control. Rotter membagi

locus of control menjadi dua macam, yaitu internal locus of control dan

external locus of control (dalam Robinson, Shaver & Wrightsman, 1991 ).

Hal ini akan menimbulkan suatu keyakinan kendali pada diri pasien terhadap kesehatannya. Keyakinan kendali diri terhadap kesehatan ini merupakan derajat keyakinan seseorang apakah kesehatannya ditentukan oleh faktor internal atau oleh faktor eksternal, dalam artian para pasien merasa bahwa dirinyalah yang bertanggung jawab terhadap kesehatannya atau dia merasa bahwa lingkungannya yang memberi andil terbesar akan kesehatannya. Keyakinan kendali diri terhadap kesehatan ini berbeda-beda pada setiap orang, sebab ditentukan oleh penilaian dan pengalaman-pengalaman selama rentang kehidupannya, sehingga menimbulkan perilaku yang berbeda-beda pula.

(25)

merasa bahwa kondisi kesehatannya ditentukan oleh dirinya sendiri

(internal), tetapi pada sebagian orang lainnya menampilkan perilaku yang lain, dimana mereka merasa pesimis akan kondisi kesehatannya, sehingga dalam menjalani prosedur pengobatan pun harus didorong oleh orang lain

(external) karena mereka beranggapan bahwa kondisi kesehatannya

sekarang tergantung pada dokter, perawat dan keluarganya ataupun dia beranggapan bahwa dia sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi karena semua itu telah ditentukan oleh Tuhan.

Penilaian penderita terhadap penyakitnya serta pengalaman-pengalaman hidupnya akan menentukan keyakinan kendali diri terhadap kesehatannya. Hal ini menentukan bagaimana seseorang menyikapi penyakit yang

dideritanya, sehingga akan mendasari perilaku yang ditampilkannya (lskandarsyah, Aulia. 2006).

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk meneliti secara langsung

"Apakah ada hubungan yang signifikan antara health locus of control

dengan gaya hidup penderita diabetes mellitus?".

1.2 IDENTIFIKASI MASALAH

(26)

Health locus of control adalah derajat keyakinan yang dimiliki individu dalam mempersepi kualitas kesehatan dirinya, dimana mereka percaya bahwa kesehatan yang dimilikinya merupakan hasil dari tindakannya sendiri,

sehingga dapat dikontrol, atau sebagai sesuatu yang bukan merupakan hasil dari tindakannya sendiri, sehingga berada di luar kontrol dirinya.

Gaya hidup disini yaitu gaya hidup yang berhubungan dengan pola- pola perilaku yang berhubungan dengan kesehatan (health-related behavior)

baik gaya hidup sehat ataupun gaya hidup tidak sehat.

1.4 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 1.4.1

Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara health locus of control dengan gaya hidup penderita diabetes mellitus di Yayasan Diabetes Rastura.

1.4.2

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis, yaitu:

1. Dari sisi teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman tentang penyakit diabetes mellitus dan pentingnya health locus of control.

(27)

psikologi, dan wawasan mengenai hubungan antara health locus of

control dengan gaya hidup pada penderita diabetes melitus.

2. Secara praktis diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi pada masyarakat tentang gaya hidup dan pengaruhnya terhadap

kesehatan, khususnya bagi para pasien penderita diabetes mellitus agar lebih dapat memahami tentang pentingnya health locus of control. Selain itu bagi Yayasan Diabetes penelitian ini dapat menjadi tambahan referensi bagi yayasan saat memberi terapi pada pasiennya.

1.5 SISTEMATIKA PENULISAN

Dalam penyusunan penelitian ini, penulis membuat sistematika penulisan yang terdiri dari 5 bab dan dilengkapi dengan daftar pustaka. Adapun urutan sistematika penulisan sebagai berikut :

BABI

BABll

PENDAHULUAN

Dalam bab ini, penulis melakukan pembahasan mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan dan batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, sistematika penulisan. LANDASAN TEORI

Mengenai pengertian gaya hidup, faktor-faktor yang

mempengaruhi gaya hidup, pengertian locus of control, faktor yang mempengaruhi locus of control, health locus of contra,

(28)

jenis-BAB Ill

BAB IV

BABV

jenis diabetes, penyebab diabetes, gejala diabetes, kerangka berpikir dan hipotesis.

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini, penulis akan membahas pendekatan dan metode penelitian, variabel penelitian, pengambilan sample, teknik pengambilan sample, pengumpulan data yaitu, metode dan instrument penelitian, tipe instrument dan cara skoring, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan prosedur penelitian. ANALISIS DATA DAN INTERPRETASI

Pada bab ini, penulis menguraikan tentang gambaran umum responden, hasil penelitian, serta deskripsi hasil analisis data. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

Pada bab ini, penulis akan menyebutkan temuan-temuan baru dari hasil penelitian dan rekomendasi yang diajukan untuk penelitian selanjutnya dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan.

(29)

2.1 GAYA HIDUP

BAB2

LANDASAN TEORI

2.1.1 Pengertian Gaya Hidup

Terdapat berbagai pengertian tentang gaya hidup, tergantung dari mana kita melihatnya. Namun dalam penelitian ini, gaya hidup yang dimaksud adalah gaya hidup yang bersangkutan dengan pola- pola perilaku yang

berhubungan dengan kesehatan, baik gaya hidup sehat ataupun gaya hidup tidak sehat.

Menurut Lalonde (dalam Sheridan.

L.

C & Radmacher. A. S, 1992) gaya hidup adalah suatu keputusan yang berhubungan dengan perilaku kesehatan yang dikontrol oleh individu.

Sedangkan menurut Taylor (2003) perilaku kesehatan adalah perilaku yang dikerjakan oleh individu untuk meningkatkan atau memelihara kesehatan mereka.

(30)

2. Merokok

3. Tidak I jarang sarapan pagi setiap hari

4. Minum minuman beralkohol lebih dari 2 gelas setiap hari 5. Tidak I jarang berolahraga

6. Sering memakan cemilan

7. Memiliki kelebihan berat badan lebih dari 10% dari berat seharusnya.

Dari penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa gaya hidup sehat adalah segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan kehidupan yang sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan, seperti istirahat cukup, olahraga teratur, tidak merokok, sarapan pagi, tidak memakan cemilan,tidak memiliki kelebihan berat badan, dan tidak meminum alkohol lebih dari 2 gelas. Namun di

Indonesia budaya meminum alkohol tidak terlalu besar, oleh karena itu selain meminum alkohol, meminum kopi, soft drink terlalu banyak pun tidak baik untuk kesehatan. Sedangkan gaya hidup tidak sehat adalah kebiasaan yang berhubungan dengan perilaku hidup yang salah, sehingga dapat

mempengaruhi dan berakibat buruk bagi kesehatan.

2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gaya Hidup

(31)

hidup sehat tidak dapat dicapai tanpa usaha dan kernauan yang keras dari individu tersebut.

Adapun faktor-faktor yang rnernpengaruhi seseorang untuk berperilaku hidup sehat antara lain (Taylor, 2003):

1. Faktor-faktor Dernografis

Perilaku hidup sehat dipengaruhi oleh faktor-faktor dernografis. Orang-orang yang berasal dari kelas sosial yang lebih tinggi baik dari segi usia, tingkat kernakrnuran, dan tingkat pendidikan yang tinggi rnerniliki

kebiasaan perilaku hidup sehat yang lebih baik dibandingkan orang-orang yang berasal dari kelas sosial yang lebih rendah.

2. Usia

Perilaku-perilaku hid up sehat juga dipengaruhi oleh usia. Biasanya perilaku hidup sehat yang terjadi pada anak-anak akan rnengalarni

perubahan atau penurunan pada tahap rernaja atau dewasa rnuda. Tetapi pada tahap perkernbangan selanjutnya akan diperbaiki atau diperbaharui lagi karena pada usia lanjut seorang rnulai rnernperhatikan kondisi fisik dikarenakan kondisi fisik yang rnulai rnenurun.

3. Nilai-nilai atau Kebudayaan

(32)

disukai sehingga wanita tersebut akan memilih berada ditengah unsur kebudayaan tersebut. Jika pada kebudayaan tertentu kegemukan tidak menjadi masalah dan kebudayaan tertentu melihat kegemukan menjadi masalah maka wanita tersebut akan berolahraga bukan untuk

mengantisipasi masalah kegemukan dan juga bukan untuk membiarkan dirinya mengalami kegemukan.

4. Kontrol Personal

Persepsi bahwa kesehatan dari seseorang berada di bawah pengaruh personal kontrol juga menjadi bahan pertimbangan dari perilaku-perilaku hidup sehat. Health locus of control scale yang digunakan oleh Wallston, Wallston, DeVellis (dalam Taylor, 2003) mengukur tingkat pencapaian individu dalam memegang kendali terhadap kesehatan mereka. lndividu-individu yang memilih untuk memandang kesehatan mereka berada di bawah kontrol personal akan lebih cenderung untuk melakukan perilaku hidup sehat dibandingkan mereka yang tidak.

5. Pengaruh Sosial

(33)

kelompok pada tahap perkembangan dewasa berpengaruh terhadap individu untuk berhenti merokok.

6. Personal Goals

Perilaku hidup sehat sangat erat kaitannya dengan personal goals.

Misalnya ketika kondisi tubuh yang bugar merupakan tujuan yang penting bagi individu tersebut, maka seseorang akan melakukan latihan olahraga yang teratur begitu juga sebaliknya.

7. Perceived Symptoms (menerima gejala-gejala tertentu)

Beberapa perilaku hidup sehat dikontrol berdasarkan gejala-gejala yang dirasakan individu. Misalnya, seseorang akan mengurangi perilaku merokok jika individu menerima gejala-gejala yang diterimanya seperti batuk atau rasa kering dan sakit di tenggorokan. Karena pada saat itu individu akan merasa bahwa kondisi fisiknya sedang berada pada tahap yang rentan dan mudah terserang penyakit. Oleh karena itu, individu tersebut akan mengurangi kebiasaan merokoknya.

8. Access To The Health Care Delivery System

Akses untuk mendapatkan pelayanan kesehatan juga dapat

mempengaruhi perilaku kesehatan, seperti tes kesehatan secara rutin, pemeriksaan organ reproduksi wanita, melakukan pemeriksaan

mammograms secara teratur dll, merupakan contoh dari perilaku-perilaku

(34)

secara tidak langsung dipengaruhi oleh pelayanan kesehatan karena dewasa ini banyak orang yang mendapatkan nasihat dari ahli gizinya mengenai gaya hidup

9. Faktor-faktor Kognitif

Akhirnya, praktek dari perilaku hidup sehat adalah mengikat pada faktor-faktor kognitif, seperti kepercayaan I anggapan dimana perilaku hidup sehat adalah menguntungkan atau perasaan dimana mungkin saja seseorang dapat terkena satu penyakit jika tidak memperaktekkan perilaku hidup sehat.

22

LOCUSOFCONTROL

2.2.1 Pengertian Locus of Control

Locus of control adalah derajat keyakinan yang dimiliki individu dalam mempersepsi kejadian hidupnya sebagai hasil tindakannya sendiri sehingga dapat dikontrol (internal control), atau sebagai sesuatu yang tidak

berhubungan dengan perilakunya sendiri, sehingga berada di luar control dirinya (external control) (Robinson,dkk 1991 ).

Konsep dari locus of control, merupakan bagian dari lingkup teori belajar sosial Rotter (Rotter, Chance,

&

Phares, dalam Robinson, Shaver

&

(35)

Lebih lanjut dijelaskan oleh Rotter (dalam Robinson dan Shaver, 1980) adalah sebagai berikut :

"When a reinforcement is perceived by the subject as following some action of his own but not being entirely contingent upon his action, then, in our culture, it is typically perceived as the results of luck, chance, fate, as under the control of powerful others, or as unpredictable because of the great

complexity of the forces surrounding him. When the event is interpreted in this way by an individual, we have labeled this a belief in this own behavior or his own relatively permanent characteristic, we have termed this a belief in internal control."

Berdasarkan penjelasan Rotter di atas, dapat disimpulkan bahwa individu yang mempunyai keyakinan untuk melakukan kontrol atas nasibnya sendiri, atau beranggapan bahwa kejadian-kejadian dalam hidupnya disebabkan oleh usaha dan kemampuannya disebut sebagai orang yang mempunyai orientasi kontrol internal (internal locus of control). lndividu tersebut percaya bahwa ia mampu mengendalikan lingkungan, mengubah lingkungan, dan dapat melakukan kontrol atas nasibnya sendiri. Sebaliknya, individu yang memiliki keyakinan bahwa hidupnya dikendalikan oleh faktor-faktor yang berada diluar diri seperti faktor kebetulan, keberuntungan, takdir, karena kekuasaan orang lain, sehingga mereka merasa tidak mampu untuk mengendalikan

lingkungan, mengubah lingkungan dan tidak dapat mengontrol nasibnya sendiri disebut dengan orientasi kontrol eksternal (external locus of control).

(36)

Rotter (dalam Robinson dan Shaver, 1980) kemudian mengembangkan skala

internal-external (1-E) untuk mengukur perbedaan individu dalam mempersepsikan kejadian yang terjadi dalam dirinya apakah dibawah kontrolnya sendiri (internal) atau hal-hal diluar dirinya (external).

2.2.2 Faktor-Faktor Locus of Control

McDonald (dalam Robinson & Shaver, 1980) mengemukakan bahwa terdapat dua hal yang dapat mempengaruhi locus of control, yaitu :

1. Episodic Arnecedents, adalah kejadian-kejadian yang memiliki arti penting yang muncul dalam suatu waktu tertentu, misalnya kematian orang yang dicintai dan gempa bumi. Peristiwa-peristiwa tersebut dapat menyebabkan orientasi kontrol seseorang berubah, misalnya dari internal menjadi

eksternal, dan perubahan itu bersifat periodik.

2. Accumulative Antecendests, adalah faktor-faktor yang bersifat terus menerus ada yang dapat mempengaruhi orientasi kontrol seseorang. Faktor-faktor tersebut seperti diskriminasi sosial, ketidakmampuan yang berkepanjangan seperti cacat fisik dan pola asuh orang tua.

2.2.3 Health Locus of Control

(37)

sehingga dapat dikontrol, atau sebagai sesuatu yang bukan merupakan hasil dari tindakannya sendiri, sehingga berada di luar kontrol dirinya (Hutton, 2002,dalam etd.wfu.edu).

Pada awalnya skala health locus of control dikembangkan sebagai pengukuran unidimensional yaitu terdiri dari internal locus of control dan

external locus of control, kemudian Levenson pada tahun 1981 (dalam

Robinson dkk, 1991 ), mempertanyakan konsep Locus of control sebagai konstruk unidimensional yang menggabungkan faktor nasib, kebetulan, dan kekuatan orang lain kedalam satu dimensi, yaitu dimensi external.

Menurutnya konstruk locus of control dapat lebih dimengerti bila memisahkan dimensi eksternal kedalam dua faktor, yaitu kebetulan (chance) dan

pengaruh orang lain (powerful others). Kemudian dikembangkan alat ukur yang terdiri dari tiga komponen konstruk control yang terpisah yaitu Internal

(1), Powerful Others (PO), dan Chance (C). pengembangan ini kemudian dikembangkan lagi oleh Wallston, Wallston, dan DeVellis (dalam Robinson, dkk., 1991) yang mengkombinasikan Healht locus of control yang

unidimensional dan skala IPC Levenson dan membentuk skala

Multidimensional Health Locus of Control (MHLC) yang terdiri dari Internal

Health Locus of Control (IHLC), Powerful Others Health Locus of Control

(38)

1. Internal health locus of control (IHLC) merupakan Control belief seseorang yang meyakini bahwa penyebab terjadinya suatu kejadian disebabkan

oleh usahanya sendiri.

2. Powerful others health locus of control (PHLC) merupakan Control belief

seseorang yang meyakini bahwa penyebab dari terjadinya suatu kejadian adalah karena bantuan orang lain.

3. Chance health locus of control (CHLC) merupakan Control belief

seseorang yang meyakini bahwa penyebab dari terjadinya suatu kejadian karena faktor keberuntungan, kesempatan, kesialan, dan faktor-faktor lain yang berasal dari luar individu.

2.2.4. lmplikasi dari Health Locus of Control

Health locus of control menunjukkan derajat keyakinan yang dimiliki individu dalam mempersepi kualitas kesehatan dirinya, dimana mereka percaya bahwa kesehatan yang dimilikinya merupakan hasil dari tindakannya sendiri, sehingga dapat dikontrol, atau sebagai sesuatu yang bukan merupakan hasil dari tindakannya sendiri, sehingga berada di luar kontrol dirinya (Hutton, 2002,dalam etd.wfu.edu).

Bila seseorang memiliki skor yang tinggi pada dimensi internal health locus of

control, maka orang tersebut cenderung percaya bahwa dirinya memiliki

(39)

kesehatannya berdasarkan pada apa yang dia lakukan dalam merawat dan menjaga kesehatan tersebut. T eta pi bila seseorang memiliki skor yang tinggi pada external health locus of control, maka orang tersebut percaya bahwa kesehatannya tergantung pada dokter-dokter dan pekerja kesehatan lainnya

(poerwful others) atau kesehatannya tergantung pada kombinasi dari

kesempurnaan, keberuntungan, serta kebetulan (chance) yang mungkinkan individu untuk terlibat dalam perilaku merusak kesehatan (P. Bennett et al, 1998).

Sehingga dapat diasumsikan bahwa seseorang yang memiliki skor yang tinggi pada IHLC akan cenderung berperilaku hidup sehat. Karena orang tersebut akan memperlihatkan perilaku sehat yang lebih konsisten dan memiliki standar kesehatan yang lebih tinggi dibandingkan orang yang memiliki skor tinggi pada PHLC atau CHLC, mereka juga percaya bahwa mereka dapat mempengaruhi kesehatannya daripada orang yang memiliki skor tinggi pada PHLC atau CHLC.

2.3 DIABETES MELITUS

2.3.1 Pengertian Diabetes Melitus

Brenda May (dalam Pitts, M & Phillips, K, 1991) berpendapat,

(40)

Taylor (1995) memberikan definisi sebagai berikut:

"Diabetes mellitus is a chronic disorder in which the body is not able to manufacture or properly utilize insulin."

Menurut tim Vitahealth (2006), diabetes merupakan gangguan metabolisme

(metabolic syndrome) dari distribusi gula oleh tubuh. Penderita diabetes tidak bisa memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup, atau tubuh tidak mampu menggunakan insulin secara efektif, sehingga terjadilah kelebihan gula dalam darah.

Dari definisi diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penyakit diabetes adalah suatu penyakit kronis yang ditandai oleh adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah dalam tubuh yang disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh untuk memproduksi atau menggunakan insulin dengan tepat.

2.3.2 Jenis-jenis Diabetes

Adapun jenis-jenis diabetes adalah sebagai berikut : (Tim Vitahealth, 2006) 1. Diabetes tipe I, tergantung pada insulin.

(41)

l

--mengalami diabetes sejak anak-anak atau remaja. Pada umumnya mayoritas penderita diabetes tipe I terjadi pada usia 30 tahun ke bawah. 2. Diabetes tipe II, tidak tergantung pada insulin.

Diabetes tipe 11 adalah jenis diabetes yang paling banyak ditemukan yaitu sekitar 90% dari seluruh kasus diabetes. Jenis penyakit ini makin sering muncul setelah usia 40 tahun. Diabetes tipe II terjadi karena insulin hasil produksi pankreas tidak cukup atau sel lemak dan otot tubuh menjadi kebal terhadap insulin, sehingga terjadilah gangguan pengiriman gula ke sel tubuh. Pada umumnya penderita diabetes tipe ini memiliki kelebihan berat badan (obesitas) dan memiliki gaya hidup yang membuat penderita kurang bergerak. Selain kegemukan dan kurang gerak, faktor penyebab lainnya adalah pola makan yang salah, prosespenuaan, dan stres yang mengakibatkan terjadinya resistensi insulin. Juga mungkin terjadi karena salah gizi (malnuturasi) selama kehamilan, selama masa anak-anak, dan pada usia dewasa.

2.3.3 Penyebab dan Orang Yang Memiliki Resiko Diabetes Melitus

(42)

diabetes, diantaranya faktor keturunan, faktor perubahan gaya hidup yang merupakan penyebab utama di era globalisasi ini, selain itu kelebihan berat badan, kurang olahraga dan stress (Tim Vitahealth, 2006).

Adapun orang-orang yang memiliki resiko menderita diabetes adalah (Tjokoprawiro. 2006) :

• Kedua orangtuanya mengidap penyakit Diabetes Mellitus,

• Salah satu orangtuanya atau saudara kandungnya mengidap penyakit Diabetes Mellitus,

• Salah satu anggota keluarganya (nenek, paman, bibi, keponakan, sepupu) mengidap penyakit Diabetes Mellitus,

• Pernah melahirkan bayi dengan berat lahir lebih dari 4 kg,

• Pada waktu pemeriksaan kesehatan pernah ditemukan kadar glukosa darah melebihi antara 140-190 mg/di,

• Menderita penyakit liver (hati) yang kronik atau agak berat,

• Terlalu lama minum obat-obatan, mendapat suntikan atau minuman tablet golongan kortikosteroid (sering digunakan penderita asma, penyakit kulit, penyakit reumatik, dan lain-lain), misalnya: Prednison, Oradexon,

Kenacort, Rheumacyl, Kortison, Hidrokortison,

• Terkena infeksi virus tertentu: misalnya virus morbili, virus yang

(43)

• Penglihatan kabur • Luka yang lama sembuh

• Kaki terasa kebas, geli, atau merasa terbakar • lnfeksi jamur pada saluran reproduksi wanita • lmpotensi pada pria

2.3.5 Penanganan Diabetes

Mempertahankan kadar glukosa darah dalam keadaan normal atau mendekati normal merupakan tujuan utama dalam penanganan diabetes. Oleh sebab itu. menangani penyakit diabetes membutuhkan beberapa kegiatan perawatan diri (self care) yang terutama memfokuskan pada empat komponen. Empat komponen tersebut adalah :

1. Monitor kadar gula darah

Pasien mengukur kadar gula darah mereka melalui tes urin atau tes darah itu sendiri (Gonder-Frederick, Cox, Pohl, & Carter, Kilo & Williamson dalam Sarafino, 1998). Sayangnya, banyak pasien yang mengukur kadar gula darah mereka sendiri secara tidak objektif sehingga penilaian mereka sering tidak akurat dan dapat membahayakan diri mereka sendiri.

(44)

kadar gula darah mereka (Diamnod, Massey

&

Covey; Gonder-Frederick, Cox, Bobbitt & Pennebaker dalam Sarafino, 1998).

2. Minum obat anti diabetes (OAD)

Banyak pasien diabetes menggunakan obat-obatan untuk mengkontrol kadar gula darah mereka. Obat yang berbeda mempunyai cara kerja yang berbeda pula. Contohnya, beberapa obat bekerja untuk meningkatkan produksi insulin dimana obat lain mengurangi produksi glukosa pada hati (Kilo & Williamson dalam Sarafino, 1998).

3. Diet

Penderita diabetes direkomendasikan untuk melakukan diet karena empat alasan utama, antara lain : (1) mengurangi pemasukan makanan yang mengandung gula dan karbonhidrat yang dapat meningkatkan kadar gula darah. (2) mengurangi konsumsi kolestrol. (3) mencapai dan

mempertahankan berat badan yang sehat. (4) mempertahankan

(45)

4. Olahraga

Berolahraga rutin juga penting untuk mengendalikan kadar gula darah. Sebuah penelitian yang dilakukan Zinman (dalam Sarafino, 1998) menunjukkan bahwa berolahraga setelah makan dapat menghambat produksi glukosa oleh hati dan meningkatkan pemakaian glukosa oleh otot. Berolahraga secara rutin 3 sampai 4 kali seminggu selama 30 menit dapat membantu pasien dalam mengurangi berat badan. Contoh dari olahraga ringan adalah berjalan kaki biasa selama 30 menit, olahraga sedang adalah berjalan cepat selama 20 menit dan olahraga berat misalnya jogging.

2.4

KERANGKA BERFIKIR

Sekarang ini ada kecenderungan di masyarakat terutama di kota-kota besar untuk meninggalkan cara hidup tradisional yang alami dan mulai beralih ke cara kehidupan modern yang serba instant, dimana salah satunya adalah makanan yang dikonsumsi. Orang-orang lebih menyukai makanan "enak-enak" alias makanan olahan yang tinggi kandungan kalori dan lemak namun gizinya rendah, seperti snack, kentang goreng, potato chips dan berbagai makanan dari restoran fast food yang mengandung kadar lemak yang tinggi. Hal itu dikarenakan fast food merupakan makanan cepat saji, yang praktis dan mudah dikonsumsi oleh semua anggota keluarga baik anak-anak

(46)

digemari oleh sebagian masyarakat perkotaan adalah gorengan, jenis makanan murah meriah dan mudah didapat karena banyak dijual di pinggir jalan ini rasanya memang enak.

Jajanan seperti pisang goreng, tahu isi, ubi goreng, pisang coklat (piscok), serta banyak yang lain dengan rasanya yang gurih, renyah, dan berharga mu rah, membuat orang menyukai makanan gorengan.

Namun banyak orang yang tidak tahu bahwa makanan fast food dan gorengan bila dikonsumsi secara berlebihan akan mempunyai efek yang kurang baik terhadap kesehatan, ini di karenakan kandungan gizinya yang tidak seimbang.

Salah satu jenis penyakit yang sekarang paling sering ditemui akibat dari semakin banyak orang mengadopsi cara hidup modern seperti perubahan pola makan ke makanan-makanan cepat saji adalah penyakit diabetes melitus.

Diabetes Melitus merupakan suatu penyakit kronis yang ditandai oleh adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah dalam tubuh yang disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh untuk memproduksi atau menggunakan insulin

(47)

penderita diabetes mellitus tipe II, yang salah salah satu faktor penyebabnya adalah perubahan gaya hidup.

Gaya hidup disini yaitu gaya hidup yang berhubungan dengan pola- pola perilaku yang berhubungan dengan kesehatan (health-related behavior)

baik gaya hidup sehat ataupun gaya hidup tidak sehat

Salah satu faktor yang mempengaruhi gaya hidup adalah kontrol personal yaitu persepsi bahwa kesehatan seseorang berada dibawah pengaruh dirinya sendiri. Dalam hal ini peneliti ingin melihat Health locus of control pada

penderita diabetes mellitus tipe II yaitu bagaimana pasien diabetes menggambarkan derajat keyakinan yang dimilikinya dalam mempersepsi kualitas kesehatan dirinya sebagai hasil dari tindakannya sendiri, sehingga dapat dikontrol (internal), atau sebagai sesuatu yang tidak berhubungan dengan perilakunya sendiri, sehingga berada di luar kontrol dirinya (external).

(48)

kesehatan lainnya (powetful others) atau kesehatannya tergantung pada kombinasi dari kesempurnaan, keberuntungan, takdir, serta kebetulan

(chance).

Sehingga dapat dikatakan, pasien yang memiliki Internal health locus of

control akan cenderung memiliki gaya hidup yang sehat. Karena pasien akan

memperlihatkan perilaku sehat yang lebih konsisten dan memiliki standar kesehatan yang lebih tinggi dibandingkan pasien yang memiliki Powetful health locus of control atau Chance health locus of control. Mereka percaya bahwa kesehatannya tergantung pada keluarga, dokter-dokter dan pekerja kesehatan lainnya (powetful others) atau kesehatannya tergantung pada kombinasi dari kesempurnaan, keberuntungan, takdir, serta kebetulan

(49)
[image:49.518.40.432.132.513.2]

Gambar2.1

BAGAN KERANGKA BERFIKIR

Gaya hidup: I. Sehat 2. Tidak sehat

1

Faktor gaya hidup: 1. Faktor demografis 2. Usia

3. Kebudayaan 4. Pengaruh sosial 5. Personal goals 6. Perceived

symptoms 7. Akses

mendapatkan pelayanan 8. Faktor kognitif

2.5. HIPOTESIS

Diabetes

l

Locus of control : 1. Internal 2. Ekstemal

Ha : Ada hubungan yang signifikan antara health locus of control dengan gaya hidup penderita diabetes melitus.

Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan antara health locus of control

(50)

BAB3

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian yang meliputi jenis penelitian, pengambilan sampel, teknik

pengumpulan data, hasil uji coba alat ukur penelitian, teknik analisis data dan prosedur penelitian.

3.1 JENIS PENELITIAN

3.1.1 Pendekatan dan Metode Penelitian Pendekatan penelitian

Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah korelasi. Penelitian korelasi adalah penelitian yang melihat hubungan antara variabel. Penelitian yang dirancang untuk mengetahui tingkat hubungan antara variabel-variabel yang berbeda dalam suatu populasi (Kountour, 2005). Pengukuran dalam korelasi ini digunakan untuk menentukan besarnya arah hubungan antara satu variabel dengan variabel lain.

(51)

fokus pada pengujian hubungan dua variable maka metode yang digunakan adalah metode deskripsi korelasional.

3.2 VARIABEL PENELITIAN 3.2.1. Definisi Variabel Penelitian

• Variabel bebas adalah variabel yang digunakan untuk meramal atau dilihat pengaruhnya terhadap variabel terikat. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah Health locus of control.

• Variabel terikat adalah variabel yang diramalkan atau dipengaruhi oleh variabel bebas. Pada penelitian ini yang menjadi variabel terikat

adalah gaya hidup.

3.2.2. Definisi Konseptual Penelitian

Definisi konseptual dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

(52)

b. Gaya hidup disini yaitu gaya hidup yang berhubungan dengan pola-pola perilaku yang berhubungan dengan kesehatan (health-related behavior) baik gaya hidup sehat ataupun gaya hidup tidak sehat.

3.2.3. Definisi Operasional Penlitian

Definisi operasional adalah suatu definisi yang memberikan penjelasan atas suatu variabel dalam bentuk yang akan diukur (Kountour, 2005). Definisi operasional ini memberikan informasi-informasi yang diperlukan untuk mengukur variabel-variabel yang akan diteliti.

Adapun definisi operasional masing-masing variabel pada penelitian ini adalah:

1. Gaya hidup disini yaitu jumlah skor gaya hidup yang berhubungan dengan pola- pola perilaku yang berhubungan dengan kesehatan kita

(health-related behavior) pada penderita diabetes mellitus. Adapun penilaian gaya

(53)

2. Health locus of control adalah jumlah skor yang menunjukkan derajat keyakinan yang dimiliki individu dalam mempersepi kualitas kesehatan dirinya, dimana mereka percaya bahwa kesehatan yang dimilikinya merupakan hasil dari tindakannya sendiri, sehingga dapat dikontrol, atau sebagai sesuatu yang bukan merupakan hasil dari tindakannya sendiri, sehingga berada di luar kontrol dirinya. Adapun penilaian health locus of control pada penelitian ini berdasarkan skor penilaian health locus of control yang dimiliki penderita diabetes yang didasarkan pada teori Rotter (dalam Robinson, dkk., 1991 ), yaitu internal health locus of control (IHLC),

external health locus of control yang dibagi menjadi dua yaitu powerful others health locus of control (PHLC), dan chance health locus of control

(CHLC).

3.3 PENGAMBILAN SAMPEL

3.3.1. Populasi dan Sampel Populasi

(54)

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh pasien yang terdaftar dan masih menjalani rawat jalan di Yayasan Diabetes Rastura yang berjumlah 505 orang.

Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang dimbil melalui cara-cara tertentu dan memiliki karakteristik tertentu sesuai subjek penelitian. Dalam hal ini, penulis mengambil sampel yaitu sebanyak 70 orang pasien diabetes yang menjalani rawat jalan di Yayasan Diabetes Rastura Jakarta.

3.3.2. Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sample dilakukan dengan metode purposive sampling. Arikunto (2002) menyatakan bahwa purposive sampling adalah suatu bentuk

pengambilan sampel yang dilakukan berdasarkan beberapa pertimbangan. Dikatakan juga sebagai teknik pengambilan sampel bertujuan, yang memiliki syarat berdasarkan karakteristik tertentu. Adapun karakteristik yang

ditentukan adalah:

1. lndividu yang menderita diabetes melitus tipe 2, yang disebabkan oleh bertambahnya umur, kegemukan, kurang gerak dan pola makan yang tidak sehat.

(55)

3. Sedang berobat jalan.

Sampel bertujuan dilakukan dengan cara mengambil subjek yang didasarkan atas adanya tujuan tertentu, dimana pengambilan sampel harus didasarkan atas beberapa ciri, sifat atau karakteristik tertentu, yang merupakan beberapa ciri pokok populasi. Subjek yang diambil sebagai sampel benar-benar subjek yang paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat dalam populasi (Arikunto, 2006).

3.4 PENGUMPULAN DATA

3.4.1. Metode dan instrumen penelitian Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam peneltian ini menggunakan skala model likert yang berisi pernyataan tertulis dengan tujuan untuk mengarahkan jawaban responden kepada pembahasan masalah dan mempermudah analisis hasil penelitian. Dalam penelitian ini tekhnik pengumpulan data yang dipakai adalah questioner berupa skala model likert, skala menurut Saefudin Azwar (2007) memiliki kerakateristik sebagai berikut :

(56)

b. Jawaban subjek merupakan sebagian dari banyak indikasi mengenai atribut yang diukur, sedangkan kesimpulan akhir sebagai diagnosis baru dapat dicapai bila semua item telah direspon.

c. Respon subjek tidak diklasifikasikan benar dan salah, semua jawaban dapat diterima sesuai jawaban jujur dan sungguh-sungguh, hanya saja jawaban yang berbeda akan diinterpretasikan.

Selanjutnya responden diminta untuk memilih salah satu jawaban yang dianggap paling sesuai dengan keyakinan diri individu, dengan memberi tanda silang (x). Untuk pemberian skor dari skala ini jawaban antara

pernyataan bersifat favorable dengan yang bersifat unfavorable, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada label berikut (Azwar, 2007) :

Tabel 3.1

Skar Skala Model Likert

Skala Favorable Unfavorable

Sangat setuju

4

1

Setuju

3

2

Tidak setuju 2

3

[image:56.518.24.446.178.567.2]
(57)

3.4.2. lnstrumen Penelitian

A. Skala gaya hidup

Penyusunan item - item gaya hidup mengacu pada teori Belloc and Breslow (dalam Taylor, 2003), yaitu pola-pola perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, seperti istirahat, tidak merokok, sarapan pagi setiap hari, olahraga teratur, tidak memakan makanan ringan, tidak meminum alkohol/soft drink lebih dari 2 gelas setiap hari, dan tidak memiliki kelebihan berat badan lebih dari 10% dari yang seharusnya.

[image:57.518.16.436.515.665.2]

Skala ini terdiri dari 49 item yaitu 30 favorable dan 19 unfavorable. Untuk memperoleh data yang dapat mengungkapkan masalah dalam penelitian ini, menggunakan tehnik angket dalam bentuk skala model Liker! modifikasi yang dikembangkan sendiri untuk masing - masing variabel. Berikut ini adalah blue print skala gaya hidup.

Tabel 3.2

Blue print skala gaya hidup yang digunakan dalam penelitian

Asoek lndikator Sub lndikator F UF JML

Gaya a. lstirahat a. Bekerja 1, 15, 3, 11, 8

hid up b. Tidur 18, 20, 12

sehat c. Refresing 31

b.Tidak a. Pasif 2, 24, 7, 13, 7

merokok b. aktif 25 29,32

c.Sarapan a. Jadwal makan 21, 27, 41, 42 8 pagi setiap b. Menu 28, 34,

hari makanan 38,45

(58)

teratur b.Sedang 26, 37, c. Ringan 39, 44,

49

e.Tidak a.Biskuit 4 1

memakan b.Gorengan makanan c.Keripik ringan d. Snack

e. Kue kerinq

f.Tidak a. Air putih 9, 19, 6, 8, 14 6 meminum b. Soft drink 30

alkohol, kopi, c. Susu soft drink d. Kopi lebih dari 2 e. Teh manis gelas setiap f. Jus

hari

g.Tidak a.Mengkonsumsi 16, 17, 10, 40, 10

memiliki sayuran 25, 33, 46,47

kelebihan b.Mengkonsumsi 43,48 berat badan buah-buahan

lebih dari 10% c.Memperhatikan dari yang gizi dalam

seharusnya makanan

d. Mengatur pola makan

JML 30 19 49

B. Skala Health Locus of Control

Penyusunan item - item health locus of control mengacu pada teori Rotter (dalam Robinson, dkk., 1991), yaitu internal health locus of control (IHLC),

external health locus of control yang dibagi menjadi dua yaitu powerful others health locus of control (PHLC), dan chance health locus of control (CHLC).

(59)

Untuk memperoleh data yang dapat mengungkapkan masalah dalam penelitian ini, menggunakan tehnik angket dalam bentuk skala model Liker! yang diambil dari modifikasi gabungan antara form Adan form B skala baku Wallston, Wallston, & De Vellis yang diujicobakan. Berikut ini adalah blue print skala health locus of control:

Tabel 3.3

Blue print health locus of control yang digunakan dalam penelitian

Aspek lndikator F UF JML

Internal a. Control belief 1, 6, 8, 6

Health penderita diabetes 12, 13, Locus of yang meyakini 17 Control bahwa penyebab

terjadinya suatu kesehatan disebabkan oleh usahanva sendiri.

External a. Powerful Others 3, 5, 7, 6

Locus of Health Locus of 10, 14, Control Control : Control 18

belief penderita diabetes yang meyakini bahwa penyebab dari terjadinya suatu kesehatan adalah karena bantuan oranq lain.

b. Chance Health 2, 4, 9, 6

Locus of Control : 11, 15, Control belief 16 penderita diabetes

yang meyakini

(60)

karena faktor keberuntungan, kesempatan,

kesialan, dan faktor-faktor lain yang berasal dari luar individu.

JML 18 18

3.4.3. Teknik Uji Alat Ukur

Sebelum penelitian dilaksanakan, penulis melakukan uji coba (try out) alat tes. Adapun uji coba (try out) ini dilakukan dengan teknik purposive sampling.

Arikunto (2002) menyatakan bahwa purposive sampling adalah suatu bentuk pengambilan sampel yang dilakukan berdasarkan beberapa pertimbangan. Dikatakan juga sebagai teknik pengambilan sampel bertujuan, yang memiliki syarat berdasarkan karakteristik tertentu. Try out dilaksanakan di Yayasan Diabetes Rastura dengan sampel sebanyak 50 orang pasien penderita diabetes.

Uji coba alat ukur dilakukan dengan maksud untuk :

1.Sejauh mana pemahaman sampel terhadap pernyataan atau item-item yang diberikan.

(61)

1. Pengujian Validitas

Untuk mengetahui apakah skala psikologi mampu menghasilkan data yang akurat sesuai dengan tujuan ukurnya, diperlukan pengujian validitas. Suatu instrurnen dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur (Kountour, 2005). Suatu alat ukur dapat dikatakan mempunyai validitas tinggi apabila alat ukur tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud

dilakukannya pengukuran tersebut.Untuk menghitung korelasi antar variabel digunakan rumus koefisien korelasi pearson product moment dan perhitungannya dibantu dengan program SPSS 15.0.

2. Pengujian Reliabilitas

[image:61.518.43.415.625.655.2]

Dalam uji alat tes dilakukan uji reliabilitas. Reliabitas sebenarnya mengacu kepada konsistensi atau keterpercayaan hasil ukur, yang mengandung makna kecermatan pengukuran (Saifuddin Azwar, 2007). Pengukuran reliabilitas bertujuan untuk melihat seberapa jauh alat ukur yang digunakan dalam penelitian memberikan hasil pengukuran yang konsisten bila dilakukan pengukuran kembali terhadap hal yang sama.

Tabel 3.4 Norma Reliabilitas

Koefisien Criteria

(62)

0.70 sampai 0.90 Reliable

0.40 sampai 0.70 Cukup reliable

0.20 sampai 0.40 Kuranq reliable

<0.20 Tidak reliable

3.5. HASIL UJI COBA ALAT UKUR PENELITIAN

Sebelum penelitian ini dilaksanakan, peneliti melakukan uji alat ukur dengan 108 item dari dua skala, yaitu 72 item pada skala gaya hidup dan 36 item pada skala health locus of control. Uji alat ukur diberikan pada 50 subjek.

3.5.1. Hasil Uji Coba Alat Ukur Gaya Hidup

Untuk menganalisis validitas butir item gaya hidup dengan menggunakan penghitungan SPSS 15.0 dengan memasukkan skor tiap butir item. Butir item dinyatakan valid jika memiliki validitas > 0,3 (Azwar, 2007).

Hasil penghitungan uji coba dengan menggunakan teknik Pearson's product moment dihasilkan 49 item valid dari 72 item skala gaya hidup yang

diujicobakan. Item yang dinyatakan valid ini karena memiliki nilai r hitung > 0.300. Reliabilitas pada skala gaya hidup dihitung dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach. Setelah dihitung, maka diperoleh nilai koefisien reliabilitas alpha sebesar 0.938. Hal ini menunjukkan bahwa alat ukur skala gaya hidup yang ada memiliki reliabilitas yang sangat baik sehingga

(63)

Tabel 3.5

Blue print skala gaya hidup hasil try out

Aspek lndikator Sub lndikator F UF JML

Ga ya a. lstirahat a. Bekerja 1*, 30, 3*, 2*, 10

hid up b. Tidur 31*, 39, 71*

sehat c. Refresing 54*,

55*, 67*,

b.Tidak a. Pasif 2*, 40, 7* 13*

,

,

8

merokok b. aktif 56*, 29*,

57* 32*,

c. Sarapan a. Jadwal makan 4, 20, 35, 43, 13

pagi setiap b. Menu 21*, 58, 62*,

hari makanan 27*, 63*

28*, 45*, 50*, 51*,

d.Olahraga a. Berat 22*, 6*, 36*, 10

teratur b.Sedang 23*, 46

c. Ringan 26*,

44*, 49*, 59*, 65*,

e.Tidak a.Biskuit 18,68 5*, 10, 7

memakan b.Gorengan 14, 37,

makanan c.Keripik 42,

ring an d. Snack

e. Kue kerina

f.Tidak a. Airputih 9*

' 8*, 11, 11

meminum b. Soft drink 19*, 15, 47,

alkohol, kopi, c. Susu 66* 64, 69,

soft drink d. Kopi 70*,

lebih dari 2 e. Teh manis 72*

gelas setiap f. Jus

hari

g.Menjaga a.Mengkonsumsi 16*, 34, 38, 13

agar tidak sayuran 17*, 41*,

(64)

kelebihan buah-buahan 25*, 53*,

berat badan c.Memperhatikan 33*, 61*

lebih dari 10% gizi dalam 48*,

dari yang makanan 60*

seharusnya d. Mengatur pola

makan

JML 37 35 72

.. item yang valid

3.5.2. Hasil Uji Coba Alat Health Locus of Control

Untuk menganalisis validitas butir item health locus of control dengan

menggunakan penghitungan SPSS 15.0 dengan memasukkan skor tiap butir item. Butir item dinyatakan valid jika memiliki validitas > 0,3 (Azwar, 2007).

Hasil penghitungan uji coba dengan menggunakan teknik Pearson's product

moment dihasilkan 18 item valid dari 36 item yang diambil dari modifikasi

gabungan antara form Adan form B skala baku Wallston, Wallston, & De

Vellis yang diujicobakan. Item yang dinyatakan valid ini karena memiliki nilai r hitung > 0.300.

Reliabilitas pada skala health locus of control dihitung dengan menggunakan

rumus Alpha Cronbach. Setelah dihitung, maka diperoleh nilai koefisien

reliabilitas alpha sebesar 0.793. Hal ini menunjukkan bahwa alat ukur

modifikasi skala health locus of control memiliki reliabilitas yang baik

(65)

Tabel 3.6

Blue print health locus of control hasil try out

Aspek lndikator

F

UF

JML

Internal a.Control belief 1,6,8,12, 12

Health penderita diabetes 13, 17, Locus of yang meyakini bahwa 20*, 21*, Control penyebab terjadinya 25*, 28*, suatu kesehatan 33*, 36* disebabkan oleh

usahanva sendiri.

External a.Powerful Others 3*, 5*, 7*, 12

Locus of Health Locus of 10*, 14*, Control Control : Control 18*,19,

belief penderita 23*, 24, diabetes yang 30, 31, 34* meyakini bahwa

penyebab dari terjadinya suatu kesehatan adalah karena bantuan oranq lain.

b.Chance Health 2*, 4, 9*, 12

Locus of Control : 11*, 15*, Control belief 16*, 22, penderita diabetes 26, 27*, yang meyakini bahwa 29*, 32*,

penyebab dari 35

terjadinya suatu kesehatan adalah karena faktor keberuntungan, kesempatan,

kesialan, dan faktor-faktor lain yang berasal dari luar individu.

JML 36 36

[image:65.518.24.432.122.618.2]
(66)

3.6 UJI PERSYARATAN

Uji persyaratan adalah syarat untuk melakukan analisis lebih lanjut dalam mengolah data. Uji persyaratan yang digunakan adalah uji normalitas dan uji linearitas dengan menggunakan SPSS 15.0. Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel yang akan digunakan dalam penelitian berdistribus normal atau tidak. Untuk mengetahui kapasitas sebaran data yang diperoleh harus dilakukan uji normalitas terhadap data yang bersangkutan. Dengan demikian, analisis statistik yang pertama kali harus dilakukan dalam rangka analisis data adalah analisis statistik berupa uji normalitas. Data yang terdistribusi normal maka perhitungan datanya

menggunakan metode statistik parametrik. Sebaliknya data yang tidak terdistribusi secara normal perhitungan datanya menggunakan metode statistik non parametrik. Uji linearitas adalah uji yang dilakukan untuk

mengetahui apakah variabel yang akan diukur dapat dianalisis dengan model regresi.

3.7

TEKNIK ANALISIS DATA

Pengolahan data dalam penelitian merupakan suatu langkah penting dan mutlak dilaksanakan agar data yang diperoleh memiliki arti, sehingga

(67)

health locus of control dengan variabel dependent (variabel terikat atau variabel y) yaitu gaya hidup.

3.8 PROSEDUR PENELITIAN

Berkaitan dengan jalannya penelitian ini, penulis merencanakan langkah-langkah prosedur penelitian yang diharapkan dapat menunjang kelancaran serta keberhasilan penelitian, yaitu sebagai berikut :

1. Tahap pemilihan dan pengadaptasian tes:

• Penelusuran pentingnya penelitian ini dilakukan

• Pencarian alat ukur yang dianggap sesuai dengan latar belakang dan tujuan penelitian

2. Tahapan pelaksanaan penelitian

• Penentuan populasi dan sampel penelitian

• Dilakukan uji pemahaman mengenai karakteristik sampel

• Pengadministrasian alat tes pada responden yang sesuai dengan karakteristik sampel yang telah ditetapkan. Kemudian angket

disebarkan pada responden subjek penelitian dan mengunjungi tempat yaitu Yayasan Diabetes Rastura dan untuk mencari subjek guna

mengisi angket.

(68)

diperoleh, sampai menganalisis data dengan statistik untuk menguji validitas dan reabilitas. Analisis data menggunakan SPSS versi 15.

(69)

BAB4

PRESENT ASI DAN ANALISIS DAT A

4.1. GAMBARAN UMUM RESPONDEN PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Yayasan Diabetes Rastura kecamatan Tebet Jakarta Selatan. Responden penelitian ini sebanyak 70 orang penderita diabetes tipe 2 yang berusia diatas 40 tahun.

4.1.1 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Responden

[image:69.518.23.436.197.560.2]

Penelitian ini dilakukan di Yayasan Diabetes Rastura kecamatan Tebet Jakarta Selatan, dengan melibatkan 70 responden, yang terdiri dari 40 orang responden laki laki (57, 14%) dan 30 orang responden perempuan (42,86%).

Tabel 4.1

Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Responden

Jenis kelamin N %

responden

Laki-laki 40 57,14%

Perempuan 30 42,86%

70 100%

(70)
[image:70.518.26.437.179.485.2]

4.1.2. Gambaran Umum Responden Berdasarkan Usia Responden Pada penelitian ini usia responden terbagi menjadi empat kelompok usia, yaitu usia 40-45 tahun,sebanyak 31 responden (44,28%), 46-50 tahun sebanyak 16 responden (22,86%), 51-55 tahun sebanyak 8 responden (11,43%), dan 56-60 tahun sebanyak 15 responden (21,43%).

Tabel 4.2

Gambaran Umum Responden Berdasarkan Usia Responden

Usia responden N %

40-45 tahun 31 44,28%

46-50 tahun 16 22,86%

51-55 tahun 8 11,43%

56-60 tahun 15 21,43%

70 100%

Berdasarkan table diatas, menunjukkan bahwa kurang dari setengah penderita diabetes adalah usia 40-45 tahun yaitu sebanyak 31 orang (44,28%).

(71)
[image:71.518.20.441.126.503.2]

Tabel 4.3

Gambaran Umum Responden Berdasarkan Pekerjaan Responden

Pekeriaanresponden N %

PNS 30 42,86%

Peaawai swasta 17 24,28%

Lainnya seperti ibu rumah 23 32,86%

tangga dan oensiunan

70 100%

Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa kurang dari setengah penderita diabetes bekerja sebagai PNS yaitu sebanyak 30 orang (42,86%).

4.1.4 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Responden

[image:71.518.54.407.576.662.2]

Selanjutnya gambaran responden berdasarkan pendidikan terakhir adalah sebagai berikut: 5 orang responden (7,14%) hanya berpendidikan SMA 6 orang responden lainnya (8,57%) berpendidikan Diploma, 51 orang respond en (72,86%) sud ah perpendidikan S 1, dan 8 orang responden lainnya (11,43%) berpendidikan S2.

Tabel 4.4

Gambaran Umum Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Responden

Pendidikan N %

terakhir

SMA 5 7,14%

Di

Gambar

Gambar 4.2. Q-Q Plots Skala Gaya Hidup ...................................... 62
Tabel 4.11. Hubungan Health Locus of Control dengan Data Kontrol. 71
Gambar2.1 BAGAN KERANGKA BERFIKIR
Tabel 3.1 Skar Skala Model Likert
+7

Referensi

Dokumen terkait

HUBUNGAN NILAI ANKLE BRACHIAL INDEX (ABI) DENGAN KUALITAS HIDUP PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI PERSADIA.. CABANG

HUBUNGAN NILAI ANKLE BRACHIAL INDEX (ABI) DENGAN KUALITAS HIDUP PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI PERSADIAi. CABANG

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara kadar glukosa darah penderita diabetes melitus tipe 2 dengan kualitas hidup pada peserta prolanis

Ilmiah ini tepat waktu yang berjudul “ Hubungan Dukungan Keluarga terhadap Kualitas Hidup Penderita Diabetes Melitus di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulakan bahwa tidak terdapat hubungan antara kualitas hidup dengan karakteristik responden pasien diabetes melitus di

Profil Klinis dan Antropometrik Serta Gaya Hidup Penderita Terdiagnosis Gout Arthritis Dan/Atau Diabetes Mellitus Di Kota Tomohon, Skripsi, Maureen Lesillya, Ferry

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh perawat untuk memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit diabetes melitus, pentingnya dukungan keluarga dan gaya hidup yang

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh perawat untuk memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit diabetes melitus, pentingnya dukungan keluarga dan gaya hidup yang