• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bahan krimino makalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Bahan krimino makalah"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Kemajuan-kemajuan yang dicapai di era reformasi cukup memberikan harapan yang lebih baik,namun di sisi lain masih ada masalah yang memprihatinkan khususnya menyangkut perilakusebagian generasi muda kita yang terperangkap pada penyalahgunaan NARKOBA/NAZA(Narkotika, Alkohol dan Zat adiktif lainnya) baik mengkonsumsi maupun mengedarkannya. Halitu mengisyaratkan kepada kita untuk peduli dan memperhatikan secara lebih khusus untuk menanggulanginya, karena bahaya yang

ditimbulkan dapat mengancam keberadaan generasimuda yang kita harapkan kelak akan menjadi pewaris dan penerus perjuangan bangsa di masa-masa mendatang.Kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Surabaya, Denpasar termasuk Yogyakarta duludikenal hanya merupakan daerah transit peredaran narkoba, namun seiring perkembanganglobalisasi dunia, kota-kota besar di Indonesia sudah merupakan pasar peredaran narkoba.Sasaran pasar peredaran narkoba sekarang ini tidak terbatas pada orang-orang yang brokenhome, frustasi maupun orang-orang yang berkehidupan malam, namun telah merambah kepada para mahasiswa, pelajar bahkan tidak sedikit kalangan eksekutif maupun bisnisman

telahterjangkit barang-barang haram tersebut.Meskipun diakui bersama bahwa narkoba di satu sisi merupakan obat atau bahan yang bermanfaat dibidang pengobatan, pelayanan kesehatan dan

pengembangan ilmu pengetahuan,namun di sisi lain dapat pula menimbulkan addication (ketagihan dan ketergantungan) tanpaadanya pembatasan, pengendalian dan pengawasan yang ketat dan seksama dari pihak yang berwenang.Dalam upaya pananggulangannya, masyarakat mempunyai kesempatan yang luas-luasnya untuk berperan serta dalam membantu upaya pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. Untuk itulah dalam tulisan ini akan dikemukakan masalah penyalahgunaan narkoba dalam tinjauan yuridis, terutama didasarkan pada UU No. 22 Tahun

1997 tentang Narkotika dan UU No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. Diharapkan

dengandisosialisasikannya masalah ini kepada masyarakat luas, dapat digunakan sebagai salah satuupaya preventif (pencegahan) serta untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang bahayanya narkoba .4. Tempat dan sasaran peredaranTempat peredaran narkoba pada mulanya di tempat-tempat hiburan, seperti pub, diskotik,karaoke. Namun karena tempat tersebut dinilai tidak aman maka tempat transaksinya berpindah- pindah supaya terhindar dari petugas kepolisian. Demikian pula sasaran peredaran narkoba

padamulanya juga terbatas pada kalangan tempat hiburan malam, tetapi kemudian merambah kepadamahasiswa, pelajar, eksekutif, bisnisman dan masyarakat luas

. Upaya PenanggulangannyaUpaya penanggulangan penyalahgunaan Narkoba dapat dilakukan melalui beberapa cara, sebagai berikut ini :a. Preventif (pencegahan), yaitu untuk membentuk masyarakat yang mempunyai ketahanan dankekebalan terhadap narkoba. Pencegahan adalah lebih baik dari pada pemberantasan.Pencegahan penyalahgunaan Narkoba dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti pembinaan

(2)

pesantren-pesantren, yayasan Pondok BinaKasih dll.d. Rehabilitatif (rehabilitasi), dilakukan agar setelah pengobatan selesai para korban tidak

kambuh kembali “ketagihan” Narkoba. Rehabilitasi berupaya menyantuni dan memperlakukan secara wajar para korban narkoba agar dapat kembali ke masyarakat dalam keadaan

sehat jasmani dan rohani. Kita tidak boleh mengasingkan para korban Narkoba yang sudah sadar dan bertobat, supaya mereka tidak terjerumus kembali sebagai pecandu narkoba

http://www.academia.edu/4091703/PENYALAHGUNAAN_NARKOBA_DAN_UPAYA_PENA NGGULANGANNYA

1. Latar Belakang Masalah

Pengaturan narkotika berdasarkan undang-undang nomor 35 tahun 2009 (UU No.35 tahun 2009), bertujuan untuk menjamin ketersedian guna kepentingan kesehatan dan ilmu pengetahuan, mencegah penyalahgunaan narkotika, serta pemberantasan peredaran gelap narkotika.

Penyalahgunaan narkotika di Indonesia sudah sampai ketingkat yang sangat mengkhawatirkan, fakta dilapangan menunjukan bahwa 50% penghuni LAPAS (lembaga pemasyarakatan)

disebabkan oleh kasus narkoba atau narkotika. Berita kriminal di media masa, baik media cetak maupun elektronik dipenuhi oleh berita penyalahgunaan narkotika. Korbannya meluas kesemua lapisan masyarakat dari pelajar, mahasiswa, artis, ibu rumah tangga, pedagang , supir angkot, anak jalanan, pejabat dan lain sebagainya. Narkoba dengan mudahnya dapat diracik sendiri yang sulit didiktesi. Pabrik narkoba secara ilegalpun sudah didapati di Indonesia.

(3)

Tindak pidana narkoba atau narkotika berdasarkan undang-undang nomor 35 tahun 2009 (UU No.35 tahun 2009), memberikan sangsi pidana cukup berat, di samping dapat dikenakan

hukuman badan dan juga dikenakan pidana denda, tapi dalam kenyataanya para pelakunya justru semakin meningkat. Hal ini disebabkan oleh faktor penjatuhan sangsi pidana tidak memberikan dampak atau deterrent effect terhadap para pelakunya.

Gejala atau fenomena terhadap penyalahgunan narkotika dan upaya penanggulangannya saat ini sedang mencuat dnan menjadi perdebatan para ahli hukum. Penyalahgunaan narkoba atau narkotika sudah mendekati pada suatu tindakan yang sangat membahayakan, tidak hanya menggunakan obat-obatan saja, tetapi sudah meningkat kepada pemakaian jarum suntik yang pada akhirnya akan menularkan HIV.

Perkembangan kejahatan narkotika pada saat ini telah menakutkan kehidupan masyarakat. Dibeberapa negara, termasuk indonesia , telah berupaya untuk meningkatkan program pencegahan dari tingkat penyuluhan hukum sampai kepada program pengurangan pasokan narkoba atau narkotika.

Mengingat betapa besar bahaya penyalahgunaan Narkotika ini, maka perlu diingat beberapa dasar hukum yang diterapkan menghadapi pelaku tindak pidana narkotika berikut ini:

1. Undang-undang RI No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP

2. Undang-undang RI No. 7 tahun 1997 tentang Pengesahan United Nation Convention Against Illicit Traffic in Naarcotic Drug and Pshychotriphic Suybstances 19 88 ( Konvensi PBB tentang Pemberantasan Peredaran Gelap narkotika dan Psikotrapika, 1988)

3. Undang-undang RI No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika sebagai pengganti UU RI No. 22 tahun 1997.

3. Penegakan Hukum Pidana Dalam Tindak Pidana Narkotika

Berbicara mengenai penegakan hukum pidana, dapat dilihat dari cara penegakan hukum pidana yang dikenal dengan sistem penegakan hukum atau criminal law enforcement sebagai bagian dari criminal policy atau kebijakan penanggulangan kejahatan. Dalam penanggulangan kejahatan dibutuhkan dua sarana yakni menggunakan penal atau sanksi pidana, dan menggunakan sarana non penal yaitu penegakan hukum tanpa menggunakan sanksi pidana (penal).

Penegakan hukum dengan mempunyai sasaran agar orang taat kepada hukum. Ketaatan masyarakat terhadap hukum disebabkan tiga hal yakni:

a) takut berbuat dosa;

(4)

c) takut karena malu berbuat jahat. Penegakan hukum dengan sarana non penal mempunyai sasaran dan tujuan untuk kepentingan internalisasi.[4]

Keberadaan Undang-Undang Narkotika merupakan suatu upaya politik hukum pemerintah Indonesia terhadap penanggulangan tindak pidana narkotika dan psikotropika. Dengan demikian, diharapkan dengan dirumuskanya undang-undang tersebut dapat menanggulangi peredaran gelap dan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika, serta menjadi acuan dan pedoman kepada pengadilan dan para penyelenggara atau pelaksana putusan pengadilan yang menerapkan undang-undang, khususnya hakim dalam menjatuhkan sanksi pidana terhadap kejahatan yang terjadi. Dalam penelitian ini, penulis akan mencoba meneliti tentang kebijakan hukum pidana yang tertuang dalam Undang-Undang Psikotropika dan Undang-Undang Narkotika serta implementasinya dalam penangulangan tindak pidana narkotika dan psikotropika

penegakan hukum salah satunya dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat menghambat berjalannya proses penegakan hukum itu sendiri. Adapun faktor-faktor tersebut, adalah sebagai berikut:[5]

1. Faktor hukumnya sendiri, yang dalam hal ini dibatasi pada undangundang aja;

2. Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membuat atau membentuk maupun yang menerapkan hukum;

3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum;

4. Faktor masyarakat, yakni faktor lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau diterapkan;

5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.

Kelima faktor tersebut di atas saling berkaitan, hal ini disebabkan esensi dari penegakan hukum itu sendiri serta sebagai tolak ukur dari efektivitas penegakan hukum

(5)

Para pengguna narkotika pada umumnya menurut A.W. Widjaja. “Asal mula kecanduan pertama kali tidak merasakan apa-apa, sedikit pening, timbul “keberanian” dan badan terasa ringan. Mula-mulanya hanya sekedar coba-coba, kemudian menjadi ketergantungan yang akhirnya menjadi bagian dari kehidupannya yang tidak akan mudah dilepaskannya”. 1 Ketergantungan mengkonsumsi obat terlarang (narkotika) bisa menyebabkan si pemakai :

1. Secara Fisik akan mengakibatkan antara lain berat badan turun drastis, mata cekung dan merah, muka pucat dan bibir kehitaman, buang air kurang lancar, sembelit atau sakit perut tanpa alasan yang jelas, dan tangan berbintik merah seperti bekas gigitan nyamuk dan ada bekas luka sayatan serta terdapatnya perubahan warna kulit di tempat bekas suntikan.

2. Secara Rohani akan berakibat sangat sensitif dan sangat bosan, jika ditegur atau dimarahi malah membangkang dan emosinya naik turun serta tidak ragu untuk memukul atau berbicara kasar kepada orang di sekitarnya. Akibat ketergantungan bisa membentuk kebiasaan yang sangat mengikat, berarti si pemakai berkeinginan untuk terus berusaha memenuhi secara rutin dan tetap. Dari sinilah awal kecanduan sehingga berakibat bahagia bagi seseorang.

Dengan demikian jelas bahwa penyalahgunaan narkotika sangat berbahaya, sebab narkotika merupakan bahan atau obat yang sangat berbahaya khususnya untuk kalangan remaja. Oleh karena itu penanggulangannya merupakan tanggungjawab setiap warga negara, terutama para penegak hukum yang harus lebih waspada terhadap bahaya narkotika.

A.W. Widjaja, Masalah Kenakalan Remaja dan Penyalahgunaan Narkotika, PT Armaco, Bandung 1985, hal 57.

Menurut RM. Surachman. Menyatakan:

Pada dasarnya narkotika biasa dibagi menjadi dua golongan yaitu:

1. Bahan-bahan yang berasal dari tanaman alami atau hasil pemrosesannya. Seperti: Opiat (Opium, Morfin, Heroin), Kokain dan Cannabis (ganja).

(6)

RM. Surachman “Kejahatan Narkotika dan Psikotropika, PT. Sinar Grafika Jakarta, 1994 Cet. 1 hal 15.

Penyalahgunaan diartikan tindakan atau perbuatan yang tidak sebagaimana mestinya atau menyimpang atau juga bertentangan dengan seharusnya. Masalah penyalahgunaan narkotika disini melibatkan hidup dan kehidupan manusia, baik pribadi maupun masyarakat. Alasan dan sebab yang menjadikan seseorang mengkonsumsi narkotika banyak ragamnya. Dari sudut pandang penulis, penyalahgunaan narkotika sangat dipengaruhi oleh:

- Faktor kepribadian - Faktor keluarga

- Faktor lingkungan sosial dan budaya - Faktor kepribadian

Dalam melaksanakan fungsi penegak hukum, perlu dikaitkan dengan instansi terkait yang mempunyai kewenangan yang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan kegiatan instansi atau departemen yang terkait dalam penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya. Penegakan hukum terhadap perkembangan tindak pidana narkotika dengan modus operandi dan mempergunakan teknologi canggih, harus diantisipasi dengan peningkatan kualitas penegak hukum dan kelengkapan perangkat hukum serta tatanan hukum yang dilandaskan kepada konsep penegak hukum yang tepat juga berdaya guna dan berhasil guna yang mengutamakan kepentingan untuk melindungi masyarakat nasional, bahkan Internasional.

3. B. Simandjuntak, “Pengantar Kriminologi dan Patologi Sosial, Cet. IV. Tarsito Bandung 1981, hal. 163

(7)

UPAYA PENCEGAHAN dan PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA

Setelah mengetahui apa itu narkoba,penyebab,dan akibat-akibatnya, sekarang

membahas upaya pencegahan nya.

upaya pencegahan dan penanggulangan

Penyalahgunaan narkoba dapat dicegah.Adalah lebih baik mencegah dari

pada mengobati atau menanggulangi.Pencegahaan merupakan upaya yang sangat

penting,bahkan terpenting.Untuk mencegah remaja dari penyalahgunaan narkoba hal yang paling penting adalah membentengi diri sendiri dengan imtaq(iman taqwa). selain itu ada hal-hal lain diantaranya :

1. Menjaga diri sendiri dan teman terdekat dari hal yang menjurus ke narkoba

2. Pendekatan pada siswa disekolah

3. Latihan peningkatan percaya diri

4. Melatih remja mengelola situasi sehari-hari melalui pendekatan pemecahan masalah dan

curhat

5.Memberi kegiatan yang cocok pada kehidupan remmaja

6.Mendorong partisipasi pada kegiatan yang positif

7.Memberi kesempatan agar remaja mengembangkan kegiatannya

8.Membentuk perkumpulan dalam gerakan anti narkoba (say no to drugs)

9.Saling memberi dukungan dan kasih sayang

10.Meningkatkan keterampilan dasar

11.Mencoba mengubah kebiasaan buruk, dan menjauh dari hal-hal yang negatif

12.dan yang paling penting adalah selalu waspada, karena banyak modus-modus pengedar

narkoba.

(8)

dan tidak dijauhi atau di acuhkan di masyarakat.

14.Melaporkan ke pihak yang berwajib jika mengetahui pengedar/bandar narkoba

15.Memberikan program, terapi dan rehabilitasi

16.Menyediakan sarana konseling untuk para pemakai n pengedar narrkoba.

17. Menciptakan rasa takut mengulang kembali.

Lebih baik mencegah dari pada menyembuhkan. Mencegah para remaja maupun orang dewasa dari penyalahgunaan narkoba sebetulnya tidak rumit sama sekali, asal kita tahu benar apa yang harus kita lakukan dan apa yang kita hadapi. Berikut adalah 7 langkah pencegahan untuk menghindarkan seseorang dari pemakaian dan penyalahgunaan zat-zat berbahaya tersebut.

1. Menanamkan pemahaman hidup sehat anak usia dini

Sebagai orang tua, kita harus dapat menerangkan dengan menarik untuk menanamkan perilaku hidup bagi anak-anak kita. Misalnya asupan makanan/minuman apa yang baik bagi tubuh mereka dan asupan makanan/minuman apa yang berbahaya bagi tubuh mereka. Ini akan

mempertajam kesadarannya akan tubuhnya sendiri yang harus ia rawat dengan baik bagian luar dan dalamnya. Pengetahuan mengenal fungsi dan kekuatan/kelemahan tubuhnya sendiri, harus diberitahu.

Perilaku hidup sehat akan paling manjur hasilnya bila diajarkan sedari anak kita masih kecil, sedini mungkin. Karena apa saja yang ia pelajari sewaktu kecil akan melekat selamanya di memori otaknya. Menanamkan kesadaran hidup sehat dengan berolah raga secara rutin (yang tentunya harus juga diterapkan oleh kedua orang tua mereka), menjadi kelanjutan dari langkah sebelumnya tadi.

Orang tua seyogianya menjadi role-model bagi anak-anak mereka, harus memberikan contoh yang baik bila ingin anaknya berperilaku baik. Sering kali kita sebagai orang tua lupa bahwa anak kita belajar dari tingkah laku dan perilaku kita yang mereka lihat dan perhatikan setiap harinya dari bayi sampai remaja. Anak-anak kita belajar, meniru, dari orang yang sehariannya berada paling dekat dengan mereka. Maka seharusnya kita tidak merokok atau minum minuman beralkohol bila kita tidak mau anak-anak kita meniru kita atau bahkan mencoba-coba dan menyalahgunakan narkoba.

2. Pemahaman akan adanya racun di sekeliling kita

Memberikan pemahaman sedini mungkin akan adanya racun di alam sekeliling kita, akan sangat bermanfaat dan dapat menyelamatkan anak-anak kita dari penggunaan zat-zat berbahaya.

(9)

Mendidik meraka untuk sadar (aware) bahwa zat-zat yang sangat berbahaya bagi tubuh kita (bagi kelangsungan hidup kita) ada di sekitar kita dan setiap zat yang membahayakan kesehatan kita harus dijahui (avoid) atau terkadang dimusnahkan. Jadi bila suatu saat ia akan berhadapan dengan narkoba (biasanya ditawarkan oleh lingkungan teman-teman terdekatnya), maka kita harapkan ia akan menolak untuk mengkonsumsi narkoba, zat yang asing yang dapat

membahayakan kesehatan dan hidupnya. Maka dari itu informasi mengenai racun di sekeliling kita, juga narkoba, harus diberikan kepada mereka sedetail dan sejelas mungkin.

3. Memberikan informasi yang akurat dan jelas

Memberikan informasi yang akurat dan jelas mengenai bahaya dari setiap jenis narkoba merupakan kewajiban bila kita ingin membentengi/menyelematkan anak-anak kita (atau pun orang lainnya) dari bahaya narkoba. Tanpa informasi yang akurat dan jelas, seorang anak belum tentu menyadari narkoba yang ditawari temannya itu berbahaya bagi kehidupannya. Tetapi bila ia mendapat informasi yang akurat dan jelas mengenai bahaya narkoba, pasti ia akan menolaknya. Seharusnya pemberian informasi yang akurat dan jelas harus juga diberikan oleh sekolah-sekolah sebagai salah satu sub-kurikulum yang wajib diikuti oleh setiap anak. Informasi mengenai jenis-jenis narkoba. Dampak bila menggunakannya, dampaknya bagi organ-organ tubuh kita serta dampak dari segi hukumnya bila tertangkap memiliki, menggunakan atau mengedarkan narkoba; Penyakit yang dapat diderita sebagai akibat pemakaian narkoba (infeksi klep kanan jantung, kerusakan hati atau cirrhosis, HIV/AIDS, dan lainnya)

Hampir dapat dipastikan bila seorang sudah mendapatkan informasi mengenai narkoba yang akurat dan jelas, daya tarik narkoba yang seindah apapun akan lansung amblas, sirna,

dibandingkan dengan dashatnya dampak kerusakan yang akan diakibatkan oleh zat-zat narkoba itu kepada penggunannya.

4. Bekerjasama dengan tempat pendidikan (sekolah atau universitas)

Bekerjasama dengan sekolah ataupun universitas di mana anak-anak kita menuntut ilmu, untuk merancang program pemantauan, pencegahan, dan juga program penanggulangan narkoba secara holistic yang spesifik dengan pusat-pusat pendidikan tersebut (yang sebetulnya hanya berbeda sedikit saja dari satu sekolah ke sekolah yang lainnya)

Kerjasama yang terkoordinir dengan baik yang melibatkan setiap sendi dalam kehidupan di sekolah ataupun kampus seperti: Dosen, guru-guru, guru BK (bimbingan konseling), Osis, Satpam/security, penjaga kantin, dan karyawan lainnya di lingkungan sekolah/kampus (yang sering mendapatkan para siswa/mahasiswanya memakai narkoba di WC/toilet), dan yang lainnya.

5. Tanggap lingkungan

Orang tua selalu tanggap lingkunga di rumah mereka sendri, di mana anak-anak mereka tumbuh. Orang tua harus selalu sadar akan perubahan-perubahan kecil dari perilaku sang anak.

(10)

tidak sama dengan perubahan perilaku seorang anak yang mulai ter ekspos pada narkoba, atau yang sudah kecanduan narkoba.

6. Bekerjasama dengan lingkungan rumah

Kita sebaiknya bekerjasama dengan lingkungan rumah kita seperti dengan ketua RT, RW, dsb. Terutama dengan tetangga yang mempunyai anak seusia atau yang lebih tua dari anak kita. Menjalin hubungan yang baik dengan para tetangga selalu mendatangkan kenyamanan dan keamanan bagi kita.

Kita bisa membuat sistem pemantauan keamanan bersama tetangga lainnya yang juga

melibatkan ketua RT untuk memantau keamanan umum dan memantau bila ada anak-anak di RT kita yang disinyalir menggunkan narkoba. Bila sistem yang dibangun bersama para tetangga itu kuat, dijamin gejala-gejala penyalahgunaan narkoba di pemukiman kita akan terdeteksi dan dapat tertanggulangi dengan cepat dan baik

7. Hubungan interpersonal yang baik

Hubungan interpersonal yang baik dengan pasangan dan juga dengan anak-anak kita, akan memungkinkan kita melihat gejala-gejala awal pemakaian narkoba pada anak-anak kita. Kedekatan hubungan batin dengan orang tua akan membuat anak merasa nyaman dan aman, menjadi benteng bagi keselamatan mereka dalam mengarungi kehidupan mereka nanti.

(11)

Pencegahan primer, ditujukan kepada individu, kelompok, komunitas atau masyarakat luas, yang belum nampak tanda-tanda adanya kasus penyalahgunaan narkotika, meliputi kegiatan alternatif untuk menghindarkan individu, kelompok atau komunitas dari penyalahgunaan narkotika, serta memperkuat kemampuannya untuk menolak narkotika. b.

Pencegahan sekunder, ditujukan kepada individu, kelompok, komunitas atau masyarakat luas yang rentan terhadap atau telah menunjukkan adanya gejala kasus penyalahgunaan narkotika, melalui pendidikan dan konseling kepada mereka yang sudah mencoba-coba menggunakan narkotika, agar mereka menghentikannya dan mengikuti perilaku yang lebih sehat. c.

Pencegahan tertier, merupakan pencegahan yang ditujukan kepada mereka yang sudah menjadi pengguna biasa (habitual) atau yang telah menderita ketergantungan, melalui pelayanan

perawatan dan pemulihan dan pelayanan untuk menjaga agar tidak kambuh. Berdasarkan Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009, peran serta masyarakat, antara lain :

13 1)

Masyarakat mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya untuk berperan serta membantu pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika (Pasal 104). 2)

Masyarakat mempunyai hak dan tanggung jawab dalam upaya pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika (Pasal 105). 3)

Hak masyarakat dalam upaya pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika diwujudkan dalam bentuk : a)

(12)

Memperoleh pelayanan dalam mencari, memperoleh, dan memberikan informasi tentang adanya dugaan telah terjadi tindak pidana narkotika dan prekursor narkotika kepada penegak hukum atau Badan Narkotika Nasional (BNN) yang menangani perkara tindak pidana narkotika dan

prekursor narkotika. c)

Menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggung jawab kepada penegak hukum atau BNN yang menangani perkara tindak pidana narkotika dan prekursor narkotika. d)

Memperoleh jawaban atas pertanyaan tentang laporannya yang diberikan kepada penegak hukum atau BNN.

14 e)

Memperoleh perlindungan hukum pada saat yang bersangkutan melaksanakan haknya atau diminta hadir dalam proses peradilan. (Pasal 106) 4)

Masyarakat dapat melaporkan kepada pejabat yang berwenang atau BNN jika mengetahui adanya penyalahgunaan atau peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika (Pasal 107).

Upaya hukum pencegahan dan penanggulangan permasalahan narkotika merupakan tindakan antisipatif yang meliputi pencegahan primer, pencegahan sekunder dan pencegahan tertier dengan beberapa pola pencegahan dan

penanggulangan yang dapat dilakukan oleh semua pihak dan lapisan masyarakat, antara lain baik dari pemerintah dalam hal ini Polri, dosen dan guru dalam

lingkungan kampus dan sekolah, orang tua, serta seluruh masyarakat

(13)

Pemberantasan secara langsung dilakukan oleh penegak hukum, dimana penyalahgunaan narkotika terjadi. Pemberantasan itu berupa :

 Mengadakan patroli-patroli menyeluruh di daerah pelabuhan, bandara udara dan zona-zona bebas lainnya. pengawasan efektif perlu dilakukan oleh penegak hukum, sebab tanpa adanya pengawasan terus-menerus (full time) maka tempat-tempat pemasukan seperti itu menjadi rawan. Oleh karena itu selalu diadakan operasi pada tempat rawan seperti serta mengadakan pembasmian penanaman tumbuhan narkotika dengan melakukan pelacakan secara langsung dan seksama terhadap ladang dan sawah atau tempat dimana diduga adanya penanaman narkotika.

 Mengadakan pengawasan, pengontrolan dan penggeledahan kepada seluruh warga negara yang akan berangkat keluar negeri. Hal ini dilakukan untuk menjaga kemungkinan terjadinya penyelundupan yang dilakukan oleh pengedar narkotika.

 Mengadakan operasi pada tempat yang diduga obat-obatan itu diproses (diproduksi) dan diperjualbelikan (dipasarkan) serta memeriksa bahan-bahan yang dipergunakan dalam pabrik-pabrik mengenai narkotika atau bahan-bahan psikotropika lainnya, agar persediaan obat-obatan tersebut tidak disalahgunakan dan tidak menyimpang cara penggunaannya serta membatasi atau mengurangi persediaan obat-obat narkotika tersebut untuk pemakaian medis yang sah.

 Mengadakan penggeledahan-penggeledahan terhadap mereka-mereka yang dicurigai memiliki narkotika atau bahan-bahan obat-obatan terlarang jenis lainnya. Mengadakan pengamanan bagi mereka yang sudah tertangkap, menjatuhkan hukuman yang seberat-beratnya supaya mereka menjadi sangat jera dan kemudian menjadikan gerak langkah pengedar-pengedar lainnya yang belum tertangkap menjadi terbatas.

Dengan cara yang disebutkan diatas, maka sedikit menutup kemungkinan menyebarnya penyalahgunaan narkotika.

2) Pemberantasan secara tidak langsung

Pemberantasan secara tidak langsung adalah dimana tindakan pemberantasan yang dilakukan bukan pada tempat dimana operasi penyalahgunaan narkotika itu dilaksanakan. Pemberantasan berupa :

(14)

 Memperluas lingkup pengawasan atas wilayah udara dan daerah-daerah terpencil agar supaya dapat melindungi masyarakat terhadap kegiatan jahat yang dilakukan oleh pengedar narkotika.

 Instansi penegak hukum juga harus dapat mempertimbangkan kemungkinan mengadakan sambungan "hotline" yang bebas dari bayaran yang dihubungkan dengan kantor yang setiap saat dapat melancarkan operasi sehingga setiap orang dapat melaporkan kejadian yang berkaitan dengan narkotika tanpa merasa takut mendapat balasan.

 Mempertegas hukum yang berlaku bagi mereka yang sudah jelas-jelas terbukti telah menyalahgunakan narkotika untuk kepentingan memperkaya diri sendiri.

 Mengadakan perluasan-perluasan kerja sama dan saling mernbantu dengan bentuk-bentuk serta badan penegak hukum yang lain. Antara lain dengan mengadakan hubungan dengan negara-negara lain untuk meningkatkan tindakan koordinasi didalam kerja sama internasional serta pentingnya memperkuat dan meningkatkan sarana hukum yang efektif.

Ada sebagian masyarakat yang bersifat tidak bijaksana terhadap para pecandu narkotika. Mcrcka biasanya menjadi sasaran utama untuk diberi predikat buruk dan dikucilkan oleh masyarakat, hat itu disebabkan karena pada umumnya mereka sering melakukan perbuatan yang mengancam ketentraman masyarakat. Kekerasan yang ditimbulkan pecandu narkotika sebenarnya menjadi tanggung jawab seluruh anggota masyarakat. Dipandang dari satu sudut, masyarakat juga terlibat langsung didalamnya dan juga memikul beban kerugian. Oleh karena itu suatu hal yang layak apabila di dalam menanggulangi kejahatan narkotika pada remaja, masyarakat juga bertanggung jawab secara moral. Keterlibatan masyarakat di dalam memerangi kejahatan Narkotika adalah :

a. Mengadakan seminar.

1. Mengadakan seminar dalam hal ini bisa bekerja sama dengan universitas- universitas dan lembaga-lembaga hukum.

2. Seminar itu bertujuan untuk membahas tentang masalah bahaya narkotika yang tentunya sangat berguna bagi mereka yang tidak tahu sama sekali tentang narkotika.

b. Mengadakan Lembaga Konsultasi.

1. Memberi nasehat secara langsung kepada anak yang bersangkutan.

2. Membicarakannya dengan orang tua atau wali dari anak yang bersangkutan dan kemudian dicarikan jalan keluar untuk menyadarkan anak tersebut.

(15)

yang nyata, sehingga bukti itu dapat menjadi dasar yang kuat bagi pihak yang berwenang didalam kasus penyalahgunaan narkotika.

Masyarakat memiliki peranan yang besar dalam menanggulangi masalah penyalahgunaan narkotika, peran tersebut berupa kontrol sosial. Kedewasaan masyarakat didalam menanggulangi masalah ini dan keberanian tiap-tiap anggota masyarakat melaporkan adanya penyalahgunaan narkotika kepada pihak yang berwenang, merupakan partisipasi konstruktif didalam menanggulangi penyalahgunaan narkotika.

a. Mendirikan panti rehabilitasi

1. Melalui Pendidikan, badan yang berwenang perlu mendirikan suatu unit yang bersifat multi disiplin, dimana para pendidik yang telah menerima training tentang narkotika dapat berperan didalamnya. Badan tersebut merekomendasikan atau menginstruksikan kepada semua tingkat pendidikan tentang perkembangan materi pengajaran yang berkaitan dengan pencegahan penyalahgunaan obat-obat psikotropika atau penyalahgunaan narkotika dan memberikan tekanan pada keuntungan-keuntungan dalam menjalani suatu hidup yang sehat dan bebas dari narkotika. Menyiapkan bahan pendidikan dan training bagi kaum penganggur yang kurang dengan pendidikan khususnya kaum remaja, agar mereka mengembangkan ketrampilan khusus dengan bidang wiraswasta. Menyiapkan program dan informasi untuk mendorong pelaksanaan olahraga yang bebas dari narkotika, melakukan kegiatan budaya dan fasilitas juga kegiatan waktu senggang.

2. Mengadakan pemulihan dan penyuluhan.Instansi yang bersangkutan bekerja sama dengan organisasi non pemerintah dengan mempertimbangkan untuk memberikan bimbingan dalam pengembangan dan melaksanakan program perawatan penyalahgunaan narkotika. Memberikan penyuluhan untuk mencegah dan mengurangi ketergantungan narkotika serta untuk memasyarakatkan kembali penderita narkotika dalam kehidupan sosial dan lingkungan pekerjaan.

3. Mengadakan pendidikan moral agama dengan melalui ceramah-ceramah keagamaan yang berguna untuk menambah iman dan moral. Mengadakan pengajian-pengajian untuk mengisi waktu-waktu yang senggang dengan melibatkan tokoh-tokoh agama yang sudah dipercaya oleh masyarakat.

Untuk mengetahui masalah pengobatan narkotika akan penulis bahas dibawah ini dalam hal rehabilitasi.13

H. Rehabilitasi

(16)

berarti untuk membantu mantan pecandu secara fisik, psikologi, sosial, sehingga mereka dapat

hidup di tengah masyarakat umum dalam

suasana yang menguntungkan. Mantan pecandu harus dipersiapkan untuk melakukan perbaikan sikap dan martabatnya sebagai manusia normal. Karena luasnya ruang lingkup program pemanfaatan, maka sudah jelas diperlukan dana yang tidak sedikit untuk mempersiapkan program rehabilitasi dan harus benar-benar memperhatikan sumber daya atau perangkat– perangkatnya dalam program tersebut. Yang dapat menunjang adanya program rehabilitasi itu antara lain, terapi psikoterapi, terapi sosial, terapi tingkah laku atau kerja agar para mantan pecandu dapat menjadi manusia yang produktif dalam pembangunan. Dalam proses terapi yang ingin dicapai adalah mengatasi kondisi keracunan fisik, komplikasi medik dan mencegah kegagalan kepribadian dalam menciptakan suatu kondisi agar pecandu dapat hidup secara wajar. Yang dibutuhkan adalah kesabaran ketekunan,keuletan serta kerelaan dari dirinya sendiri untuk mengikuti tahap pemanfaatan dalam program rehabilitasi ini. Tahap-tahap pemanfaatan tersebut adalah :

a. Pemanfaatan fisik

Pemanfaatan fisik adalah meliputi segala upaya yang bertujuan meningkatan perasaan sehat jasmani dan mentalnya, sebab kondisi mental individu disini sangat berperan dalam kasus ketergantungan obat narkotika ini.

b. Pemanfaatan keagamaan

Pemanfaatan keagamaan adalah meliputi segala upaya yang bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan kepada,Tuhan Yang Maha Esa, melalui pendidikan keimanan dengan menghayati ajaran agama. Rasa kesadaran keagamaan harus perlu ditanamkan dengan sungguh-sungguh, karena akan banyak menunjang terwujudnya kehidupan yang damai dan tentram ditengah-tengah kehidupan masyarakat. Pemanfaatan keagamaan disini untuk memperbaiki dan meluruskan watak atau tabiat jelek manusia ke arah tujuan yang benar.

c. Pemanfaatan sosial

Pemanfaatan sosial adalah meliputi segala upaya untuk memupuk, memelihara, membimbing dan meningkatkan rasa kesadaran dan tanggung jawab sosial bagi pribadinya, keluarga dan masyarakat pada umumnya dengan memperbaiki kembali kehidupan masa lalunya ketika masih kecanduan narkotika.

(17)

perlu diberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk dapat menerima kehidupan mantan pecandu narkotika dengan secara wajar tanpa menunjukkan sikap kebencian. Pecandu narkotika, bukanlah penjahat, melainkan orang sakit yang perlu disembuhkan.

Pecandu yang nyata-nyata sudah menjadi korban narkotika akibat tekanan batin, keputus asaan karena kurangnya perhatian dari orang tua, perlu ditolong supaya mereka sadar dan insyaf dengan semua yang mereka perbuat. Rehabilitasi kepada korban narkotika harus memiliki cara yang efektif dan efisien supaya mereka tidak merasa tertekan dan juga tidak merasa terlalu bebas. Para mantan pecandu harus benar-benar dibantu supaya menjadi manusia yang penuh percaya diri dan cakap dalam segala hal. Masyarakat harus memberi kesempatan kepada korban narkotika yang sudah direhabilitasi itu dengan memberi mereka ketrampilan yang produktif untuk hidup ditengah-tengah masyarakat itu sendiri dan untuk masa depannya. Ketrampilan yang harus dimiliki adalah jenis dan coraknya yang relevan dan konsisten dengan kondisi geografis. Keterampilan berorientasi kepada kebutuhan masyarakat dan menunjuk pada kekayaan alam sekitar dan lingkungan hidup terpadu. Ketrampilan produktif misalnya di bidang pertanian dan peternakan, karena secara global ketrampilan tersebut relevan dengan rasio lahan yang cukup memadai di negara kita. Kreativitas yang positif dan produktif, memberi peluang yang baik dengan terwujudnya situasi yang memungkinkan mantan pecandu narkotika menjadi tenaga kerja yang potensial serta berpartisipasi aktif didalam meningkatkan mutu kerja pada masyarakat. Departemen atau instansi lainnya terkait dalam program rehabilitasi ini, bersama-sama dengan instansi lain dan badan - badan sukarela seperti organisasi orang tua perlu memprakarsai atau memperluas program-program yang melibatkan keluarga. Apabila pemantapan ini berjalan dengan baik, maka korban pecandu narkotika akan menjadi manusia yang bertanggung jawab dalam arti tumbuh kesadaran bahwa ia wajib menghindar atau menjauhi dari segala hal yang negatif dan berupaya mendidik dirinya sendiri agar selalu berbuat baik serta melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi masyarakat, pandai menempatkan diri dalam pergaulannya di lingkungan masyarakat luas, juga dapat menyesuaikan diri di dalam keluarganya.

(18)

memberikan kesempatan kerja dan latihan kerja bagi orang-orang yang rawan terhadap bahaya penyalahgunaan narkotika yang disebabkan oleh faktor-faktor seperti usia, lingkungan sosial, tidak punya ketrampilan atau karena faktor lain. Departemen bersangkutan perlu memikirkan melalui konsultasi dengan organisasi pekerja untuk membuat latihan khusus termasuk (on the job training) bagi orang-orang demikian dan apabila mungkin perlu memberi bantuan dana atau bantuan lainnya.

Departemen atau instansi yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat harus memberi instruksi kepada lembaga-lembaga pemerintah maupun swasta, klinik, rumah sakit, dan pusat-pusat perawatan lainnya agar data yang diberikan pada pusat-pusat perawatan atau lembaga yang bersangkutan oleh seorang dokter atau penderita sendiri, jangan dibocorkan ke orang atau instansi yang tidak berhak dan tidak boleh digunakan dalam cara apapun yang dapat menimbulkan rasa praduga (prejudice) terhadap kesempatan si penderita dalam meneruskan suatu kedudukan di masyarakat atau dalam mencari kerja. Yang penting, si pemakai narkotika yang telah direhabilitasi dapat belajar memberi arti hidup pada hidupnya, dia belajar menentukan hubungan yang sehat dengan sesamanya serta belajar menghadapi kesukaran dalam kehidupannya sehari-hari tanpa berpaling kepada narkotika atau obat-obatan terlarang lainnya.

http://spocjournal.com/hukum/390-peran-penegak-hukum-dalam-upaya-pencegahan-dan-pemberantasan-penyalahgunaan-narkotika-bagian-3.html

Penanggulangan dan pencegahan terhadap penyalahgunaan NARKOTIKA merupakan tanggung jawab bangsa Indonesia secara keseluruhan, bukan hanya berada pada pundak kepolisian ataupun pemerintah saja. Namun, seluruh komponen masyarakat diharapkan ikut perperan dalam upaya penanggulangan tersebut. Setidaknya, itulah yang telah diamanatkan dalam pelbagai perundang-undangan negara, termasuk UU No. 35 tahun 2009 tentang narkotika

pandangan Agama narkoba adalah barang yang merusak akal pikiran, ingatan, hati, jiwa, mental dan kesehatan fisik seperti halnya khomar. Oleh karena itu maka Narkoba juga termasuk dalam kategori yang diharamkan Allah SWT.

DAFTAR PUSTAKA

Mardani.2007.Penyalahgunaan Narkoba. Jakarta:Rajawali Pers.

Sunarso, siswantoro.2004.Penegakan Hukum Psikotropika. Jakarta:Rajawali Pers.

Makarao, taufik, et.al.2003 Tindak Pidana Narkotika. Jakarta: Ghalia Indonesia.

(19)

Hambatan-hambatan dalam penanggulangan dan pemberantasan tindak pidana narkotika di wilayah hukum Kepolisian Resor Kota Denpasar dapat ditinjau dari faktor hukum, faktor penegak hukum, faktor sarana dan fasilitas dalam penegakan hukum, faktor masyarakat dan faktor kebudayaan. Secara umum, Undang-undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika lebih komprehensif dalam mengatur tindakan-tindakan yang dapat dilakukan untuk mengungkap jaringan narkotika. Hambatan justru berasal dari faktor kurangnya kualitas (tidak menguasai teknik dan penggunaan alat dalam mengungkap kasus, kesulitan dalam berkomunikasi jika menghadapi pelaku yang

berkewarganegaraan asing) dan kuantitas sumber daya aparat penegak hukum (polisi), seringnya terjadi pergantian anggota di reserse narkotika, keterbatasan sarana dan prasarana dalam menjaring pelaku yakni dalam penyediaan perangkat teknologi dan dana operasional, faktor masyarakat yakni paradigma masyarakat yang justru menjadikan

peredaran narkotika sebagai bisnis yang menguntungkan serta transformasi budaya barat yang tidak sesuai dengan budaya bangsa melalui pariwisata dimana kebiasaan menggunakan narkotika di negara mereka tidak dilarang.

saran

Diperlukan pelatihan bagi kepolisian dalam menggunakan teknologi untuk mengungkap modus kejahatan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan pendidikan bahasa asing yang dapat menunjang pengungkapan kasus yang dilakukan oleh jaringan internasional. Kapolri hendaknya menyediakan anggaran dalam melaksanakan penanggulangan dan pemberantasan terhadap tindak pidana narkotika. Masyarakat hendaknya melakukan hal-hal yang positif guna menghindari penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika

(20)

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Subject: Re: mirror can show the real you... Message: hey...m back already in sing..and u knw wht my sch sucks la..masa m here already went to sch for 2days and my fucked up sch

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan secara umum bahwa penerapan model artikulasi memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa

diterapkan pada hall dan area penerima yang merupakan bagian terdepan dari tapak sehingga pengunjung secara langsung dapat mengetahui bahwa bangunan yang akan dimasukinya

UPTD Puskesmas mempunyai tugas pokok membantu Kepala Dinas dalam menyelenggarakan tugas dibidang pelayanan kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, usaha

Pusat Litbang Jalan Pusat Litbang Jalan Pusat Litbang Jalan Pusat Litbang Jalan Pusat Litbang Jalan Direktorat Bina Program Jalan Ditjen Bina Marga Direktorat Pelaksana

direkomendasikan : Jika produk ini mengandung komponen dengan batas pemaparan, atmosfir tempat kerja pribadi atau pemantauan biologis mungkin akan diperlukan untuk

Beberapa kelemahan lainnya yang juga dimiliki oleh penelitian ini, antara lain: (1) Jumlah sampel kurang banyak sehingga variabel yang dapat diteliti menjadi sangat