• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Pemilihan Trafo Distribusi Berdasarkan Biaya Rugi-Rugi Daya Dengan Metode Nilai Tahunan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisa Pemilihan Trafo Distribusi Berdasarkan Biaya Rugi-Rugi Daya Dengan Metode Nilai Tahunan"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR

ANALISA PEMILIHAN TRAFO DISTRIBUSI BERDASARKAN BIAYA RUGI- RUGI DAYA DENGAN METODE NILAI TAHUNAN

Oleh :

RIZKY FERDINAN 080402050

Tugas Akhir ini diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Sidang pada Tanggal 5 Bulan Februari Tahun 2014 di depan penguji : 1. Ketua Penguji : Ir. Panusur SML Tobing …………..

2. Anggota Penguji : Syiska Yana, S.T., M.T. …………..

Disetujui Oleh: Pembimbing Tugas Akhir

(Ir. Eddy Warman, M.T.) NIP : 19541220 198003 1 001

Diketahui Oleh:

Ketua Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik USU

(3)

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR

ANALISA PEMILIHAN TRAFO DISTRIBUSI BERDASARKAN BIAYA RUGI-RUGI DAYA DENGAN METODE NILAI TAHUNAN

Oleh :

RIZKY FERDINAN 080402050

Tugas Akhir ini diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Sidang pada Tanggal 5 Bulan Februari Tahun 2014 di depan penguji : 1. Ketua Penguji : Ir. Panusur SML Tobing

2. Anggota Penguji : Syiska Yana, S.T., M.T.

Disetujui Oleh: Pembimbing Tugas Akhir

(Ir. Eddy Warman, M.T.) NIP : 19541220 198003 1 001

Diketahui Oleh:

Ketua Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik USU

(4)

ABSTRAK

Setiap instalasi PLN dan industri tentunya membutuhkan trafo sebagai alat

untuk mengubah tegangan tinggi menjadi tegangan rendah atau sebaliknya.

Panjangnya jaringan listrik PLN tentu memerlukan banyak trafo dan peralatan

lainnya dalam mendistribusikan tenaga listrik untuk melayani konsumen. Oleh

karena itu kita harus mengelola dan mengetahui cara pemilihan transformator.

Pada tugas akhir ini akan dihitung biaya rugi daya pada dua transformator dengan

kapasitas yang sama. Walaupun dua buah transformator memiliki kapasitas daya

yang sama besar, besarnya rugi tanpa beban dan rugi berbeban pada dua trafo

dapat berbeda. Pada tugas akhir ini rugi-rugi daya yang akan dihitung bergantung

pada rugi trafo tanpa beban dan rugi trafo berbeban. Untuk total biaya rugi daya

berbeban pada trafo I lebih kecil sebesar Rp. 15.824.186,64 dibandingkan dengan

trafo II sebesar Rp. 16.067.802,24.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

segala berkat dan rahmat yang telah diberikan-Nya kepada penulis, sehingga

penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “Analisa Pemilihan Trafo Distribusi Berdasarkan Biaya Rugi-Rugi Daya Dengan Metode Nilai Tahunan”. Penulisan Tugas Akhir ini merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Teknik di Departemen Teknik

Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Tugas Akhir ini penulis persembahkan untuk kedua orang tua yang telah

membesarkan penulis dengan kasih sayang yang tak ternilai harganya, yaitu Sole

Torong, S.pd dan Belah Purnama br. Ginting, saudari kandung penulis, Adriyani

br. Perangin-angin, dan Deswita Natalia br Perangin-angin atas seluruh perhatian

dan dukungannya selama ini.

Selama masa kuliah sampai masa penyelesaian Tugas Akhir ini, penulis

mendapat dukungan, bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu,

dengan setulus hati penulis hendak menyampaikan ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Ir. Eddy Warman, MT selaku dosen pembimbing yang telah banyak

meluangkan waktu dan memberikan ide dalam menyelesaikan tugas akhir

ini.

2. Bapak Ir. Bangsa Sitepu dan Rahmad Fauzi ST, MT, selaku dosen wali

(6)

3. Bapak Ir. Surya Tarmizi Kasim, Msi selaku Ketua Departemen Teknik

Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

4. Seluruh Staf Pengajar yang telah memberi bekal ilmu kepada penulis dan

seluruh Pegawai Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas

Sumatera Utara atas bantuan administrasinya.

5. Keluarga Torong Perangin-angin mergana yang ada di Kabanjahe dan

keluarga yang ada di Batukarang dan Nangbelawan.

6. Sahabat-Sahabat Terdekat : Darminton, Basten, , Doly Crypton, Niko ,

Parulian Sibarani, Mayhendra, dan seluruh teman-teman ’08 yang tidak

mungkin disebutkan satu persatu.

7. Sahabat-Sahabat Terbaik Pemberi Saran dan Sangat Sering Membantu

Penulis : Eykel Boy Ginting, Christian Daniel Simanjuntak, Bayu Pradana

Purba, Armi Frans Tampubolon, Wenly Andalenta Sinulingga dan Elis

Hutasoit.

8. Sahabat-Sahabat Terbaik Erina br Ginting, Anita br S.Brahmana, Winda

Ramadhani, Boy Gorby Tambunan, Agus Pinem, Librandy Hutagaol, senina

ku Dyan Fernando Surbakti, Dytha Eryanth Purba, dan Janatan Ginting.

(7)

Akhir kata penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari

sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun

demi penyempurnaan isi dan analisa yang disajikan. Akhir kata, semoga tulisan

ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan semua pihak yang

membutuhkannya.

Medan, 22 Oktober 2013 Penulis,

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR……… ii

DAFTAR ISI……….. v

DAFTAR GAMBAR………. viii

DAFTAR TABEL……….. ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang………. 1

1.2 Tujuan Penulisan……….…...………. 2

1.3 Batasan Masalah ……….. 2

1.4 Metode Penulisan.……… 2

1.5 Sistematika Penulisan.……….. 3

BAB II TRANSFORMATOR DISTRIBUSI 2.1 Transformator………..……….. 4

2.2 Prinsip Kerja Transformator………... 5

2.2.1 Keadaan Transformator Tanpa Beban……… 6

2.2.2 Keadaan Transformator Berbeban..…………...…… 8

2.3 Transformator Distribusi……… 10

2.3.1 Transformator Untuk Instalasi Gardu Cantol………. 11

2.3.2 Transformator Untuk Instalasi Gardu Fortal…...….. 11

(9)

2.4 Rugi-Rugi Dan Efisiensi Pada Transformator…………... 16

2.4.1 Rugi-Rugi Transformator……….. 16

2.4.2 Efisiensi Transformator………. 18

2.5 Karakteristik Beban……….... 18

2.6 Besaran Yang Berhubungan Dengan Karakteristik Beban.. 19

2.6.1 Demand………... 19

2.6.2 Maximum Demand………..…... 20

2.6.3 Faktor Beban (Load Factor)……… 20

2.6.4 Faktor Kerugian (Loss Factor)……… 21

2.6.5 Faktor Daya (Power Factor)………... 22

2.6.6 Faktor Responsibility Puncak………. 22

2.7 Klasifikasi Beban……… 23

2.7.1 Beban Perumahan……… 23

2.7.2 Beban Pertokoan/ Perdagangan……….. 24

2.7.3 Pabrik/ Industri……….... 25

2.8 Perkembangan Beban………. 25

2.9 Biaya Rugi-Rugi Daya PadaTransformator Distribusi…. 27 2.9.1 Biaya Rugi Daya Tanpa Beban Trafo Distribusi……. 27

2.9.2 Biaya Rugi Daya Berbeban Trafo Distribusi………… 37

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pengambilan Data……… 30

3.2 Prosedur Penelitian………..……… 30

(10)

BAB IV PERHITUNGAN TOTAL BIAYA RUGI DAYA

4.1 Perhitungan Biaya Rugi Daya Total……… 33

4.2 Perhitungan Rugi Daya Tanpa Beban………... 38

4.3 Perhitungan Rugi Daya Berbeban……….. 39

4.3.1 Biaya Rugi Daya Berbeban trafo I………. 39

4.3.2 Biaya Rugi Daya Berbeban trafo II……… 41

4.4 Perhitungan Total Biaya Rugi Daya……… 42

4.5 Perbandingan Total Biaya Transformator………... 45

BAB V PENUTUP 5.1Kesimpulan……… 47

5.2 Saran……….. 47

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Transformator Dalam Keadaan Tanpa Beban……..……... 6

Gambar 2.2 Transformator Dalam KeadaanBerbeban………. 8

Gambar 2.3 Rangkaian Ekivalen Transformator Berbeban……….. 9

Gambar 2.4 Transformator Distribusi Untuk Instalasi Gardu Cantol…... 11

Gambar 2.5 Transformator Distribusi Untuk Instalasi Gardu Portal…… 12

Gambar 2.6 TransformatorDistribusi Untuk instalasi Gardu Beton…… 14

Gambar 2.7 Blok diagram rugi-rugi pada transformator……….. 16

Gambar 3.1 Flowchart tahapan penelitian………. 29

Gambar 4.1 Kurva beban harian……… 35

Gambar 4.2 Grafik Biaya Berbeban Trafo I…………...………... 40

Gambar 4.3 Grafik Biaya Berbeban Trafo II………...…. 42

Gambar 4.4 Grafik Total Biaya Rugi Daya Trafo I……….……… 43

Gambar 4.5 Grafik Total Biaya Rugi Daya Trafo II………....………… 44

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Nilai faktor responsibility puncak (K)....………. 22

Tabel 3.1 Spesifikasi transformator distribusi I………... 31

Tabel 3.2 Spesifikasi trasnsformator distribusi II……… 32

Tabel 4.1 Datatrafo distribusi terpasang...………. 34

Tabel 4.2 Kurva beban harian………... 34

Tabel 4.3 Perkiraan pertumbuhan beban maksimum transformator selama 10 tahun ke depan……… 36

Tabel 4.4 Nilai factor k……….….…….. 37

Tabel 4.5 Biaya rugi daya berbeban trafo I………. 40

Tabel 4.6 Biaya rugi daya berbeban trafo II…… ………... 41

Tabel 4.7 Total biaya rugi daya trafo I………. 42

Tabel 4.8 Total biaya rugi daya trafo II……… 44

(13)

ABSTRAK

Setiap instalasi PLN dan industri tentunya membutuhkan trafo sebagai alat

untuk mengubah tegangan tinggi menjadi tegangan rendah atau sebaliknya.

Panjangnya jaringan listrik PLN tentu memerlukan banyak trafo dan peralatan

lainnya dalam mendistribusikan tenaga listrik untuk melayani konsumen. Oleh

karena itu kita harus mengelola dan mengetahui cara pemilihan transformator.

Pada tugas akhir ini akan dihitung biaya rugi daya pada dua transformator dengan

kapasitas yang sama. Walaupun dua buah transformator memiliki kapasitas daya

yang sama besar, besarnya rugi tanpa beban dan rugi berbeban pada dua trafo

dapat berbeda. Pada tugas akhir ini rugi-rugi daya yang akan dihitung bergantung

pada rugi trafo tanpa beban dan rugi trafo berbeban. Untuk total biaya rugi daya

berbeban pada trafo I lebih kecil sebesar Rp. 15.824.186,64 dibandingkan dengan

trafo II sebesar Rp. 16.067.802,24.

(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PT PLN (Persero) adalah penyedia listrik Negara yang ada di Indonesia.

Dalam penyaluran daya listrik, tidak seluruhnya dapat disalurkan kepada

konsumen, karena akan hilang dalam bentuk susut energi. Sarana dan Prasarana

yang baik sangat dibutuhkan dalam perkembangan teknologi sekarang ini. Saat

ini, energi listrik sangat dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan pembangunan

di Indonesia. Penyaluran tenaga listrik yang stabil merupakan hal yang paling

penting dalam memenuhi kebutuhan listrik. Adanya arus listrik bolak-balik yang

mengalir pada inti besi sebuah trafo maka inti besi akan berubah menjadi magnet.

Apabila inti besi tersebut dikelilingi oleh suatu belitan, maka pada kedua ujung

belitan tersebut akan timbul beda tegangan sehingga menimbulkan gaya gerak

listrik.

Gaya gerak listrik yang mengalir terus menerus pada inti besi akan

menimbulkan panas oleh arus eddy (eddy current). Untuk memperoleh besarnya

rugi-rugi inti maka trafo akan diuji dengan member tegangan pada sirkit trafo

dalam keadaan terbuka. Sedangkan untuk memperoleh besarnya rugi tembaga,

tahanan pada rangkaian dialiri arus beban. Karena rugi ini terjadi pada belitan

trafo yang terbuat dari tembaga maka rugi ini sering disebut rugi tembaga. Dengan

adanya rugi-rugi tersebut, penulis akan membandingkan dua buah trafo yang

(15)

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan PenelitianTujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk

membandingkan dua buah trafo distribusi dalam perhitungan rugi biaya total

kedua trafo tersebut.

1.3 Batasan Masalah

Agar isi dan pembahasan tugas akhir ini menjadi terarah dan dapat

mencapai hasil yang diharapkan, maka penulis perlu membuat batasan masalah

yang akan dibahas . Adapun yang menjadi batasan masalah dalam tugas akhir

ini adalah :

1. Trafo yang akan dibandingkan adalah trafo daya yang memiliki

kapasitas sama.

2. Membahas besar biaya rugi-rugi daya total pada trafo.

3. Studi data pembebanan pada trafo daya.

4. Tidak membahas cara mengurangi rugi-rugi pada trafo.

1.4 Metode Penulisan

Untuk dapat menyelesaikan tugas akhir ini maka penulis menerapkan

beberapa metode penulisan diantaranya :

1. Studi literatur yaitu dengan membaca teori-teori yang berkaitan dengan

topik tugas akhir ini, dari buku-buku referensi baik yang dimiliki oleh

penulis atau di perpustakaan dan juga dari artikel-artikel, jurnal, internet

(16)

2. Studi bimbingan yaitu dengan melakukan diskusi tentang topik tugas akhir

ini dengan dosen pembimbing yang telah ditunjuk oleh pihak Departemen

Teknik Elektro USU.

3. Studi pengambilan data, yaitu dengan mengumpulkan informasi dengan

cara memperoleh data dari PT. PLN (PERSERO) dan mengolah data yang

telah di dapat dengan cara menghitung dan menganalisa hasil perhitungan.

1.5 Sistematika Penulisan

Tugas akhir ini disusun berdasarkan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I. PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang, tujuan dan manfaat penulisan,

metode penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II. TRANSFORMATOR DISTRIBUSI

Bab ini menjelaskan tentang trafo distribusi, prinsip kerja trafo,

rugi-rugi pada trafo dan karakteristik beban.

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini memuat tentang tempat pengambilan data, langkah-langkah

penulisan tugas akhir dan data trafo yang dibandingkan.

BAB IV. PERHITUNGAN TOTAL BIAYA RUGI DAYA

Bab ini memuat tentang analisa perhitungan biaya rugi daya tanpa

beban, biaya rugi daya berbeban, dan total biaya rugi daya.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

(17)

BAB II

TRANSFORMATOR DISTRIBUSI

2.1 Transformator

Transformator merupakan suatu alat listrik yang mengubah tegangan arus

bolak-balik dari satu tingkat ke tingkat yang lain melalui suatu gandengan magnet

dan berdasarkan prinsip-prinsip induksi-elektromagnet. Transformator terdiri atas

sebuah inti, yang terbuat dari besi berlapis dan dua buah kumparan, yaitu

kumparan primer dan kumparan sekunder. Penggunaan transformator yang

sederhana dan handal memungkinkan dipilihnya tegangan yang sesuai dan

ekonomis untuk tiap-tiap keperluan serta merupakan salah satu sebab penting

bahwa arus bolak-balik sangat banyak dipergunakan untuk pembangkitan dan

penyaluran tenaga listrik.

Di dalam suatu sistem distribusi tenaga listrik, transformator distribusi

dipergunakan untuk menurunkan tegangan penyulang utama (primary feeder)

menjadi tegangan rendah (sekunder) yang langsung digunakan oleh para pemakai

energi listrik (konsumen).

Transformator distribusi dihubungkan langsung dengan beban melalui

jaringan sekunder dan lokasi pemasangannya tersebar dibanyak tempat dengan

jarak beberapa ratus meter atau sampai beberapa kilometer, tergantung pada

kapasitas transformator dan besar beban yang dilayani.

Menurut standart NEMA (The National; Electrical Manufactures

Association), transformator dengan 3 kVA sampai dengan 1600 kVA

diklasifikasikan

(18)

- Untuk transformator distribusi 3 θ : rating dari 9 kVA sd 1600 kVA

- Untuk transformator –transformator yang ratingnya lebih besar dari 1600

kVA, diklarifikasikan sebagai transformator tenaga.

Sekarang di Indonesia telah banyak dijumpai transformator distribusi

dengan rating lebih besar dari 500 kVA.

2.2 Prinsip Kerja Transformator

Transformator terdiri atas dua buah kumparan (primer dan sekunder) yang

bersifat induktif. Kedua kumparan ini terpisah secara elektris namun berhubungan

secara megnetis melalui jalur yang memiliki reluktansi rendah. Apabila kumparan

primer dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik maka fluks bolak-balik

akan muncul di dalam inti yang dilaminasi, karena kumparan tersebut membentuk

jaringan tertutup maka mengalirlah arus primer. Akibat adanya fluks di kumparan

primer maka di kumparan primer terjadi induksi (self induction) dan terjadi pula induksi di kumparan sekunder karena pengaruh induksi dari kumparan primer atau

disebut sebagai induksi bersama (mutual induction) yang menyebabkan timbulnya fluks magnet di kumparan sekunder, maka mengalirlah arus sekunder jika

rangkaian sekunder dibebani, sehingga energi listrik dapat ditransfer keseluruhan

(secara magnetisasi).

= ( )………(2.1)

Dimana : e = gaya gerak listrik (Volt)

N = jumlah lilitan (turn)

(19)

1= 1

1= 1

( . )

1=

1=

(20)

= ( )

(21)
(22)
(23)

2.3 Transformator Distribusi

Transformator distribusi yang umum digunakan adalah transformator

step-down 20kV/400V. Tegangan fasa ke fasa sistem jaringan tegangan rendah adalah

380 V. Karena terjadi drop tegangan, maka pada tegangan rendahnya dibuat diatas

380V agar tegangan pada ujung penerima tidak lebih kecil dari 380V.

Dalam mengklasifikasikan dan membedakan trasformator distribusi, salah

satunya adalah dengan metode pendingin dan isolasi yang dipakai. Klasifikasi

yang terbesar adalah transformator distribusi tipe kering atau yang berisi cairan.

Pada transformator tipe kering, udara digunakan sebagai pendingin.

Disamping itu udara juga digunakan sebagai medium isolasi. Transformator tipe

ini umumnya dipakai untuk industri, daerah perdagangan dan tempat dimana

minyak sulit diperoleh. Transformator yang berisi cairan dapat diklasifikasikan

oleh oil filled dan inerteen filled type. Askarel adalah semacam inerteen yang

tahan api, jadi transformator yang menggunakan inerteen biasanya digunakan

pada daerah yang kemungkinan menimbulkan api yang cukup besar. Tipe

transformator distribusi yang berisi cairan umumnya digunakan pada instalasi

diatas tiang, serta pada penggunaan gardu distribusi out door

Pada saat sekarang gas sudah banyak digunakan sebagai medium

pendingin, tetapi pemakaiannya belum begitu luas. Dari letak pemasangan

instalasi (konstruksi), transformator distribusi dapat dibedakan atas :

1. Transformator untuk instalasi gardu cantol

2. Transformator untuk instalasi gardu fortal

(24)
(25)
(26)

24,9 kVA dan range 5 kVA sampai 167 kVA. Tegangan sekunder adalah 120/240

Volt atau 240/480 Volt. Sedangkan untuk tegangan primer range antara 2,4

sampai 11 kVA dan range 9 sampai 150 kVA, pada umumnya tegangan

sekundernya adalah 120/240 Volt, 240/480 Volt.

- Transformator yang dilengkapi dengan proteksi sendiri untuk pelayanan kedua

cadangan (CSPS)

Transformator tipe ini di desain untuk cadangan pelayanan kedua.

Transformator ini dilengkapi dengan switch yang diparalel dengan transformator

yang di suplay dari penyulang utama.

Hal ini dimaksudkan apabila terjadi beban lebih, maka beban dapat

dilayani oleh tiga transformator atau lebih untuk mereduksi beban yang tiba-tiba

berubah. Selain itu bertujuan agar pelayanan terhadap konsumen tidak terputus

bila terjadi kesalahan pada transformator.

CSPB (Completely Self Transformer for Banking) 1 Φ didesain untuk

menggunakan 1 Φ saja dan digunakan pada rating 10, 15, 25, dan 37 kVA.

2.3.3 Transformator Instalasi Gardu Beton

Transformator ini dipasang dibawah yang alasnya disemen dengan beton,

dibandingkan dengan transformator instalasi tiang, dilihat dari estetika

(keindahan), transformator jenis ini lebih baik, sebab pemasangannya di dalam

ruangan atau dibawah sehingga tidak mengganggu pemandangan, terutama untuk

daerah pusat perdagangan, pusat pertokoan, tempat hiburan dan rekreasi.

(27)
(28)

- Transformator jaringan (network transformer)

Transformator jaringan dibagi atas tiga tipe yang umunnya yaitu : liquid

filled, ventilasi dry type dan sealed dry type umumnya diatas 100 kVA dengan

tegangan sekunder 480 Volt atau lebih.

- Tipe liquid filled ini paling umum digunakan dan biasanya dipakai

untuk pelayanan pada system jaringan sekunder di daerah pinggiran

kota. Tipe ini biasanya menggunakan rumah transformator.

- Ventilasi dry type digunakan dengan kemungkinan jika menggunakan

minyak dapat menimbulkan api. Tipe ini biasanya digunakan untuk

melayani daerah industri atau daerah perdagangan.

- Sealed dry type digunakan pada daerah tepi laut/ pantai atau pada

daerah dimana akan cepat menimbulkan korosi atau explosive

atmosfir.

Transformator tiga fasa dengan kapasitas lebih dari 225 kVA sudah tidak

cocok lagi bila dipasang pada instalasi tiang. Hal ini disebabkan karena

transformator yang terlalu berat sebanding dengan kapasitas ratingnya.

Keadaan ini pada instalasi tiang selain konstruksi tiang yang bertambah

mahal juga pemasangannya sulit dilakukan.Transformator dengan instalasi gardu

beton banyak juga digunakan pada daerah pertokoan dan daerah pantai dimana

ada pengaruh kontaminasi gardu. Disamping itu banyak dipakai pada daerah

perumahan untuk menghindari kebakaran, gangguan suara dan keselarasan dengan

lingkungan sekitarnya.

Pada instalasi gardu beton, transformator dipasang dalam suatu ruangan

(29)
(30)

Rugi Tembaga(PCu)

Rugi yang disebabkan arus mengalir pada kawat tembaga dapat ditulis sebagai

berikut :

P

Cu

= I

2

R

(watt) ...(2.17)

Formula ini merupakan perhitungan untuk pendekatan. Karena arus beban

berubah-ubah, rugi tembaga juga tidak konstan bergantung pada beban. Dan perlu

diperhatikan pula resistansi disini merupakan resistansi AC.

Rugi Besi(Pi)

Rugi inti atau rugi besi pada transformator juga adalah rugi dalam watt. Rugi inti pada transformator terdiri atas dua bagian, yaitu rugihysteresisdaneddy current. Adapun penjelasan tentang kedua jenis rugi inti tersebut adalah sebagai berikut :

• Rugi Hysteresis, yaitu rugi-rugi yang disebabkan oleh fluks bolak-balik

pada inti besi yang dinyatakan sebagai :

Ph =

,

(

watt)………(2.18)

Dimana : Kh = Konstanta

Bmax = Fluks maksimum (weber)

• Rugi Eddy Current, yaitu rugi-rugi yang disebabkan oleh arus pusar pada

inti besi yang dinyatakan sebagai :

Pe =

(watt)………(2.

19)

(31)

Bmax = Fluks maksimum (weber)

Jadi rugi besi (inti) adalah

Pi = Ph + Pe

(watt)……….(2.20)

2.4.2 Efisiensi Transformator

Efisiensi transformator adalah perbadingan antara keluaran daya yang

berguna dan masukan daya total. Karena masukan ke transformator sama dengan

keluaran daya yang berguna ditambah kerugiannya, maka persamaan efisiensi

dapat ditulis dalam bentuk persamaan sebagai berikut :

η = (Pout

/ P

in

) x 100%

………(2.21)

Dimana :

P

out = Daya output transformator (watt)

P

in = Daya Input transformator (watt)

2.5 Karakteristik Beban

Suatu sistem distribusi tenaga listrik adalah bertujuan menyalurkan tenaga

atau daya listrik dari sumber daya besar kepada para pemakai (konsumen) yang

membutuhkannya.

Perencanaan suatu sistem distribusi tenaga listrik dipengaruhi oleh

karakteristik beban yang harus dilayani. Karakteristik beban akan efektif jika

diketahui penggunaan dari karakteristik beban itu sendiri. Bila keterangan atau

informasi yang diperlukan tidak lengkap maka dapat dilakukan pendekatan. Hal

ini harus diketahui bahwa hasil analisa hanyalah suatu pendekatan dan

(32)

lebih diandalkan bila dibandingkan dengan analisa yang menggunakan data

karakteristik beban yang lebih lengkap.

Pada umumnya suatu sistem distribusi direncanakan dengan

memperhatikan perkembangan beban dimasa-masa yang akan datang. Hal ini

berhubungan dengan penentuan kapasitas transformator distribusi yang dipasang

dan juga akan bermanfaat dalam pengaturan penggantian atau changeout

transformator distribusi tersebut.

2.6 Besaran-Besaran yang Berhubungan dengan Karakteristik Beban

Untuk Memudahkan pengertian berikutnya, maka besaran-besaran yang

berhubungan dengan karakteristik beban tersebut akan diuraikan dengan ringkas.

Adapun besaran-besaran yang berhubungan dengan karakteristik beban adalah :

1. Demand

2. Maximum demand

3. Faktor beban (load factor)

4. Faktor kerugian (loss factor)

5. Faktor daya

6. Faktor responsibility puncak

2.6.1 Demand

Demand adalah instalasi atau system beban rata-rata yang diambil oleh

suatu alat dalam selang waktu tertentu. Demand dapat dinyatakan dalam satuan

(33)

dijadikan dasar untuk menghitung beban rata-rata. Pemilihan periode ini dapat

terjadi mulai selang 15 menit, selang 30 menit, selang 60 menit ataupun lainnya.

Pada kondisi-kondisi tertentu kebutuhan pada selang 15 menit sama

dengan kebutuhan pada selang 20 menit. Pernyataan kebutuhan ini harus

diekspresikan dalam selang waktu dimana kebutuhan tersebut diukur.

2.6.2 Maximum Demand

Maximum demand adalah suatu instalasi atau system demand terbesar

yang terjadi dalam selang waktu tertentu. Seperti halnya dengan demand, maka

maximum demand dapat uga dinyatakan dengan satuan kW dan kVA.

Maximum demand harus dinyatakan dalam interval, selain itu juga dapat

dinyatakan dengan selang waktu bila maximum demand terjadi secara harian,

mingguan, bulanan, dan tahunan.

2.6.3 Faktor Beban (Load Factor)

Faktor beban adalah perbandingan antara beban rata-rata selama selang

waktu tertentu dengan beban puncak yang terjadi dalam selang waktu tersebut.

Beban rata-raata dan beban puncak harus dinyatakan dalam satuan yang sama,

sehingga faktor beban tidak memiliki satuan.

Pendefinisian dari faktor beban harus dalam batas spesifik, seperti demand

interval, selang waktu dimana maksimum demand dan beban rata-rata terjadi.

Suatu tipe beban tertentu memiliki kurva beba dengan selang waktu tertentu. Jika

selang waktu diperbesar, akan menghasilkan nilai faktor beban yang lebih kecil.

(34)

rata-rata menjadi lebih kecil untuk selang waktu yang lebih besar, bila tidak

terdapat perubahan dalam maksimum demand.

Kurva beban dengan bermacam-macam bentuk dan beban puncak. Ada

kemungkinan mempunyai faktor beban yang sama. Persyaratan yang diperlukan

agar mempunyai faktor beban yang sama adalah perbandingan antara beban

rata-rata dan beban puncak sama. Persamaan untuk factor beban dapat dilihat di bawah

ini

Fb= ……….(2.22)

Dimana : Fb = Faktor beban

Prata = Daya rata-rata (kW)

Ppuncak = Daya saat beban puncak (kW)

2.6.4 Faktor Kerugian (Loss Factor)

Faktor kerugian adalah perbandingan antara kerugian daya rata-rata

dengan kerugian daya beban puncak selama selang waktu tertentu. Faktor

kerugian uga menyatakan derajat kerugiaan beban dalam suatu peralatan, selama

beban puncak dipertahankan dalam selang waktu dimana nilai kerugian tersebut

diperhitungkan.

FLS= ………..(2.23)

Dimana : FLS = Faktor kerugian

Prugi rata-rata = Rugi daya rata-rata (kW)

(35)

2.6.5 Faktor Daya (Power Factor)

Pengertian factor daya dipakai untuk beban-beban yang terpusat,

sedangkan untuk beban yang terbesar, tidak dapat digunakan secara tepat. Jika

dipakai untuk beban yang terbesar atau kelompok beban yang setiap saat berubah,

maka nilai factor daya harus dinyatakan untuk setiap keadaan beban seperti beban

minimum atau beban puncak. Kesulitan ini menyebabkan kita terpaksa harus

mengambil nilai rata-rata factor daya dari suatu kelompok beban. Hal ini yang

selalu dilakukan terutama dalam melayani beban industry dan daerah

perdagangan, hal ini dapat ditentukan dengan faktor daya rata-rata sama dengan

daya aktif rata-rata dibagi dengan daya semu rata-rata. Dapat dinyatakan dengan

persamaan :

Faktor daya = ……….(2.24)

Dimana : kWH = Daya aktif

kVAH = Daya semu

2.6.6 Faktor Responsibility Puncak

Faktor responsibility puncak (K) sistem distribusi adalah perbandingan

dari beban transformator pada saat puncak feeder distribusi atau puncak substation

dengan beban puncak transformator sesungguhnya. Pada tabel 3.1 dibawah ini

terdapat nilai K yang direkomendasikan [1].

Jenis Transformator Nilai K Transformator daya 1.0 Transformator step up 0.9 Transformator step down 0.8

(36)

2.7 Klasifikasi Beban

Pada umumnya beban diklasifikasikan untuk maksud tertentu.

Penggolongannya yang digunakan dalam industri tidak dapat dipakai secara

umum karena di dalam setiap kondisi klasifikasi beban diperlukan.

Klasifikasi beban yang akan diuraikan disini adalah berdasarkan dari

pemakaian yang mana beban diklasifikasikan menjadi tiga macam yaitu :

- Perumahan

- Pertokoan/ perdagangan

- Industri/pabrik

Berikut ini akan dijelaskan beberapa hal yang pada umumnya menjadi

sifat atau karakteristik dari masing-masing jenis beban berdasarkan tipe dari

pemakaian.

2.7.1 Beban Perumahan

Beban perumahan adalah beban yang harus dilayani oleh transformator

distribusi yang terdiri dari seluruhnya atau sebagian besar merupakan tempat

tinggal atau rumah kediaman penduduk.

Beban perumahan umumnya terdiri dari peralatan-peralatan listrik seperti :

lampu penerangan, pesawat televise, radio penerima, setrika listrik, kompor atau

tungku listrik, lemari es, Air Conditioning (AC), dan lain sebagainya.

Besarnya beban perumahan ini dalam satu interval waktu tertentu sangat

bervariasi, berubah-ubah dari waktu ke waktu sesuai dengan kebiasaan atau

(37)

Sehingga bila diperhatikan kurva beban maka dapat dilihat variasi atau

perubahan besarnya beban yang kadang-kadang lebih kecil dari rating

transformator distribusi yang melayani atau sebaiknya bahkan lebih besar dari

rating trafo distribusi yang melayani.

Bila beban yang harus dilayani lebih besar dari rating transformator

distribusi ini berarti transformator distribusi beroperasi melayani beban lebih.

Maka hal ini sangat mempengaruhi kemampuan transformator distribusi pada

masa yang akan datang.

Pada umumnya kurva beban harian dari suatu beban perumahan

mempunyai dua beban puncak yang terjadi yaitu pagi hari dan pada waktu malam

hari. Begitu juga halnya dengan kurva beban tahunan, mempunyai variasi atau

perubahan-perubahan dan terjadinya beban puncak yang tertinggi pada waktu

musim panas ataupun pada waktu musim dingin/penghujan.

2.7.2 Beban Pertokoan/ Perdagangan

Beban pertokoan/ perdagangan adalah beban yang harus dilayani oleh

transformator distribusi, beban ini terdiri dari suatu kelompok pertokoan/

perdagangan yang terletak di pusat kota, maupun yang terletak di pinggiran kota.

Besarnya perubahan beban pertokoan selama interval waktu tertentu,

misalnya besar perubahan beban pertokoan relati kecil dibandingkan dengan

beban perumahan sehingga factor bebannya akan menjadi lebih besar.

Jenis-jenis peralatan (beban) yang harus dilayani oleh transformator

distribusi untuk beban pertokoan. Pada umumnya adalah : lampu penerangan,

(38)

Beban puncak pada daerah pertokoan/ perdagangan ini umumnya terjadi

pada pagi hingga siang hari, dan pada malam hari disamping juga untuk

penerangan. Untuk beban pertokoan/ perdagangan masalah kesinambungan

penyaluran daya menjadi prioritas yang harus dipertahankan mengingat faktor

keselamatan dan keamanan pada daerah tersebut.

2.7.3 Pabrik/ Industri

Beban industri adalah beban yang terdiri dari suatu kelompok daerah

perindustrian, yang harus dilayani oleh transformator distribusi. Beban industry

biasanya terletak terpisah dari daerah perumahan maupun pertokoan yang padat

penduduknya. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah drop tegangan yang sering

terjadi pada daerah industry sebab hal ini akan berpengaruh terhadap peralatan

listrik yang terdapat pada daerah perumahan/ pertokoan.

Beban yang harus dilayani oleh transformator distribusi di daerah

perindustrian pada umumnya adalah motor-motor listrik yang merupakan

peralatan utama di dalam suatu industry. Suatu industry biasanya beroperasi

selama 24 jam terus menerus selama satu hari dengan perubahan beban yang

relatif kecil. Hal ini berarti bahwa beban di daerah perindustrian yang harus

dilayani oleh transformator distribusi relatif tetap atau hamper sama besar setiap

harinya.

2.8 Perkembangan beban

Pada umumnya suatu sistem distribusi di desain untuk memenuhi

(39)

Hal ini sangat berguna untuk mengatasi terjadinya perubahan atau pertambahan

beban, maka suatu transformator distribusi didesain dengan perubahan atau

pertumbuhan beban, seiring kemajuan teknologi dalam hitungan hari, bulan,

maupun tahunan. Besarnya kemampuan suatu sistem biasanya direncanakan

sesuai dengan masalah yang timbul di dalam melakukan analisa.

Disini yang menjadi pokok perhatian adalah kemampuan transformator

distribusi di dalam melayani beban bila beban mengalami perkembangan pada

tahun-tahun berikutnya, sehingga kapasitas/ rating transformator distribusi yang

harus dipasang dapat melayani suatu tipe beban tertentu dalam waktu relative

cukup lama untuk memperkecil biaya operasional dan penggantian transformator

distribusi.

Apabila tingkat pertumbuhan beban diketahui maka akan diketahui

pertambahan beban selama suatu periode waktu tertentu (tahun) dapat diperoleh

berdasarkan persamaan [2] :

Pn = Po (1+r)n ……….(2.25)

Dimana : Pn = Pertumbuhan beban pada tahun ke-n

Po = Beban awal

r = Tingkat pertumbuhan beban setiap tahunnya

n = Tahun ke-n

Besarnya nilai r untuk suatu nilai Pn akan diperoleh dalam jangka

waktu tertentu hal ini sangat membantu untuk mengetahui perkembangan beban

(40)

2.9 Biaya Rugi-Rugi Daya pada Transformator Distribusi

Perhitungan biaya rugi-rugi daya pada transformator distribusi terdiri dari

dua yaitu perhitungan biaya rugi daya tanpa beban dan biaya rugi daya berbeban.

Hasil dari kedua biaya ini merupakan biaya total untuk transformator. Rugi biaya

total didefinisikan oleh IEEE C57.12.00-1987 sebagai jumlah dari rugi daya tanpa

beban dan rugi daya berbeban [3].

2.9.1 Biaya Rugi Daya Tanpa Beban Trafo Distribusi

Rugi-rugi yang terjadi pada inti besi trafo merupakan rugi-rugi daya tanpa

beban. Besarnya rugi rugi ini dapat diukur saat trafo tidak dibebani. Besarnya rugi

daya tanpa beban adalah tetap dan dapat dihitung dengan persamaan berikut.

Btb = ( 8760 x Btl ).Rbn ……….(2.26)

Dimana : Btb = Biaya rugi daya tanpa beban (Rp/tahun)

8760 = jumlah waktu dalam satu tahun (jam/tahun)

Btl = Biaya tenaga listrik (Rp/Kw per tahun)

Rbn = Rugi daya tanpa beban/ rugi beban nol (Kw)

2.9.2 Biaya Rugi Daya Berbeban Trafo Distribusi

Biaya rugi-rugi daya berbeban besarnya akan berubah berdasarkan

perubahan beban unit trafo yang ada. Jika beban naik, maka rugi-rugi daya

berbeban akan naik juga sehingga biayanya akan naik juga. [4] [5] Dalam

perhitungan biayanya harus dimasukkan faktor pertumbuhan beban, responsibility

(41)

Bb = ( Fr.8760.Btl ).Rb (Pmaks/Sn)2.k ………(2.27)

Dimana : Bb = Biaya rugi daya berbeban tahun ke-n (Rp/thn)

Rb = rugi daya berbeban trafo

Smaks = Daya maksimal trafo (KVA)

Fr = Faktor rugi-rugi

k = Faktor pertumbuhan beban

k

=

.

……….(2.28)

Dimana : i = tingkat bunga pertahun

r = tingkat pertumbuhan beban pertahun

n = jumlah tahun pengusahaan

Jadi biaya rugi-rugi daya total setiap tahun adalah :

Brt (n) = Btb (n) + Bb (n)

= ( Bdl + 8760.Btl ).Rtb + ( Bdl.Rf + Fr.8760.Btl).Rdb (Smaks/Sn)2...(2.29)

Faktor rugi-rugi trafo dapat dicari dengan persamaan

Fr = Fb (c) + (1-c) Fb2……….(2.30)

Dimana : Fb = 100%………...(2.31)

Pr = Daya rata-rata

Pmax = Daya yang tertinggi saat beban puncak

(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan cara pengambilan data pembebanan trafo

distribusi pada PT. PLN (PERSERO). Tahapan penelitian yang dilakukan pada

tugas akhir ini dapat dilihat pada gambar 3.1 di bawah ini.

(43)

3.1 Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan di PT. PLN (PERSERO) jln. Listrik No. 8

Medan pada tanggal 8 Oktober 2013 dengan mengakses situs data trafo

distribusi http://emt.pattindo.net/pln-sumut/measurement.

3.2 Prosedur Penelitian

1. Melakukan pengambilan data dan kelengkapannya dilakukan pada PLN,

dimana dua trafo dengan kapasitas yang sama akan dibandingkan. Data yang

diambil adalah :

- Besar rugi-rugi inti besi

- Besar rugi-rugi belitan

2. Mengambil data beban maksimum untuk kedua trafo

3. Menghitung rugi daya tanpa beban untuk trafo 1 dan 2.

4. Menghitung rugi daya berbeban trafo 1 dan 2 dengan cara :

- Mencari nilai factor rugi-rugi. Dimana Fr = Fb (c) + (1-c)Fb2.

- Menghitung besar beban maksimum trafo pertahun. Beban dihitung

sampai 10 tahun kedepan dengan persamaan

Pn = Po (1+g)

n

-

Menghitung factor pertumbuhan beban sampai 10 tahun kedepan dengan

persamaan

k

=

.

- Setelah dicari nilai factor rugi-rugi, beban maksimum trafo, dan factor

pertumbuhan beban maka dihitung biaya rugi trafo berbeban dengan

(44)

5. Menghitung biaya rugi daya total dengan menjumlahkan besar rugi daya tanpa

beban dan rugi daya berbeban untuk setiap trafo 1 dan trafo 2.

6. Membandingkan hasil yang diperoleh dari langkah kelima.

3.3 Spesifikasi Transformator Distribusi

Berdasarkan rating dan perhitungan IEEE C57.91-1995 untuk pembebanan

pada umur normal sebuah trafo distribusi menyatakan bahwa umur isolasi dibuat

selama 180000 jam setara dengan 22,55 tahun. Untuk bisa bertahan pada waktu

normal, trafo akan beroperasi pada suhu lingkungan rata-rata 30 oC sampai titik

tertinggi sebesar 110oC [6].

Data trafo pada tabel 3.1 dan tabel 3.2 dibawah ini merupakan dua

trasnformator distribusi yang memiliki kapasitas sama yaitu 400 kVA.

Spesifikasi tranformator distribusi I

Kapasitas trafo 400 kVA

Phasa trafo 3

Tegangan primer 20 kV

Tegangan sekunder 400 V

Impedansi 4%

Frekuensi 50 Hz

Hubungan belitan/ vektor Dyn5

Rugi Besi (no load losses) 925 Watt

Rugi Tembaga (load losses) 4400 Watt

Berat trafo 1600 Kg

(45)

Spesifikasi tranformator distribusi II

Tabel 3.2 : Spesifikasi transformator distribusi II

Kapasitas trafo 400 kVA

Phasa trafo 3

Tegangan primer 20 kV

Tegangan sekunder 400 volt

Impedansi 4 %

Frekuensi 50 Hz

Hubungan belitan/ vektor Dyn5

Rugi Besi (no load losses) 840 Watt

Rugi Tembaga (load losses) 4600 Watt

(46)

BAB IV

PERHITUNGAN TOTAL BIAYA RUGI DAYA

4.1 Perhitungan Biaya Rugi Daya Total

Untuk menghitung besarnya rugi daya total pada trasformator diperlukan

data pengujian tanpa beban (rugi besi) dan pengujian berbeban (rugi tembaga)

yang sudah terdapat pada masing-masing trafo distribusi. Nilai rugi-rugi daya

aktif dari data rugi besi dan rugi tembaga akan dihitung biaya yang dihasilkan

serta menghitung nilai investasi dari masing-masing transformator. Untuk

menghitung biaya rugi daya tanpa beban dan berbeban, akan diperlukan beberapa

faktor sebagai berikut :

- Rugi daya berbeban (rugi tembaga)

- Rugi daya tanpa beban (rugi besi)

- Biaya Listrik

- Tingkat bunga dalam satu tahun (diasumsikan)

- Faktor kerugian

- Tingkat pertumbuhan beban

- Data pembebanan trafo

- Tingkat pertumbuhan beban (diasumsikan)

Untuk mencari menghitung besar rugi daya berbeban, maka diperlukan

faktor kerugian, beban maksimum trafo, serta faktor K. Faktor-faktor diatas dapat

diperoleh dari data pembebanan trafo distribusi yang terpasang. Data trafo

(47)

Alamat M.Yamin

Kode UPJ/Nama UPJ 12001/ MEDAN KOTA

Gardu induk Glugur

Tabel 4.1 : Data trafo distribusi terpasang

Besarnya daya rata-rata dan daya puncak pada trafo distribusi dapat

diasumsikan pada tabel 4.2 kurva beban harian :

Waktu Daya kW Waktu Daya kW

1:00 90,31 13:00 181,5

(48)
(49)

Dari hasil yang diperoleh dari perhitungan diatas maka :

Faktor kerugian = Faktor beban (c) + (1-c) (Faktor beban)2

= 0,73 (0,15) + (1-0,15) (0,73)2

= 0,109 + 0,453

= 0,56

Untuk mencari kenaikan beban terpasang transformator distribusi setiap

tahunnya maka dapat dihitung dengan persamaan [2]. Tingkat pertumbuhan beban

diambil berdasarkan data stastistik PLN tahun 2010, 2011, dan 2012 sebesar 6,01

%, 5,84 %, dan 5,64 % [7] :

Nilai rata-rata r = , % , % , % = 5,83 %

Pmaks = Po (1+r)n

Dimana:

Pmaks = Pertumbuhan beban terpasang transformator pada tahun ke-n

Po = Beban awal

r = Tingkat pertumbuhan beban setiap tahunnya

n = Tahun ke-n

Untuk tahun kedua dapat dihitung sebagai berikut :

Pmaks = Po (1+r)n

= 232,4 (1 + 5,83/100)1 = 245,95 kVA

Pertumbuhan beban untuk 10 tahun ke depan dapat dilihat pada tabel 4.3 dibawah

ini :

Tahun ke- n Daya terpasang (Pmaks)

(50)

2 245,95

3 258,22

4 275,46

5 291,52

6 308,52

7 326,5

8 345,53

9 365,68

10 387

Tabel 4.3 : Perkiraan pertumbuhan beban terpasang transformator selama 10 tahun

kedepan

Untuk menghitung Faktor K yaitu faktor pertumbuhan beban per tahunnya

dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut [3] :

k = .

Dimana : i = tingkat bunga pertahun ( berdasarkan data Bank Indonesia 7,5 % )

r = tingkat pertumbuhan beban pertahun (5,83 % per tahun)

n = jumlah tahun pengusahaan

Untuk kenaikan faktor k pada tahun pertama dapat dihitung sebagai

berikut :

k = , / , / , / . /

, / , / , /

(51)

Untuk faktor pertumbuhan beban selama 10 tahun ke depan dapat dilihat

pada tabel 4.4 dibawah ini.

Tabel 4.4 : Nilai faktor k

4.2 Perhitungan Rugi Daya Tanpa Beban

Dari data kedua trafo yang terdapat pada tabel 3.2 dan 3.3 maka rugi daya

tanpa beban dapat dihitung sebagai berikut :

Untuk trafo I dengan rugi beban nol (Rbn) = 925 Watt = 0,925 kW

Btb = ( 8760 x Btl ).Rbn

= ( 8760 x Rp. 1030,00 ) 0,925

= Rp. 8.346.090,00

Untuk trafo II dengan rugi beban nol (Rbn) = 840 Watt = 0,840 kW

(52)

Dimana :

Btb = Biaya daya listrik tanpa beban ( Rp/kW )

Btl = Biaya tarif listrik golongan B3/ TM (Rp. 1030,00 berlaku 1 okt/31 des 2013)

Rbn = Rugi daya tanpa beban (rugi beban nol)

4.3 Perhitungan Rugi Daya Berbeban

Untuk mendapatkan biaya rugi daya berbeban maka ada beberapa factor

yang harus dihitung terlebih dahulu yaitu pertumbuhan pelanggan setiap tahun

(Pn) , faktor K yang terdapat pada tabel 4.3 dan 4.4, dan faktor rugi-rugi dari

transformator.

4.3.1 Biaya Rugi Daya Berbeban Trafo I

Untuk trafo I Rugi berbeban (rugi tembaga = 4400 Watt)

Perhitungan untuk tahun pertama :

Bb = ( Fr . 8760 . Btl ). Rb . (Pmaks/Sn)2.k

= (0,56 . 8760 . Rp. 1030,00). 4,4 ( 232,4 / 400 )2. 1,02

= (Rp. 5.052.768,00) .(1,48)

= Rp. 7.478.096,64

Perhitungan untuk tahun kedua :

Bb = ( Fr . 8760 . Btl ). Rb . (Pmaks/Sn)2.k

= (0,56 . 8760 . Rp. 1030,00). 4,4 (245,95/ 400 )2. 1,23

= (Rp. 5.052.768,00) . (2,00)

(53)
(54)

ke-4.3.2 Biaya Rugi Daya Berbeban Trafo II

Untuk trafo II Rugi berbeban (rugi tembaga = 4600 Watt)

Perhitungan untuk tahun pertama :

Bb = ( Fr . 8760 . Btl ). Rb . (Pmaks/Sn)2.k

= (0,56 . 8760 . Rp. 1030,00). 4,6 ( 232,4 / 400 )2. 1,02

= (Rp. 5.052.768) .(1,68)

= Rp. 8.488.650,24

Perhitungan untuk tahun kedua :

Bb = ( Fr . 8760 . Btl ). Rb . (Pmaks/Sn)2.k

Tahun ke- n Biaya rugi daya berbeban (Rp)

(55)

0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30 33 36

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Ju

ta

Tahun

biaya berbeban trafo II

Tahun ke-n Total biaya rugi daya

(56)
(57)

0

Tahun ke-n Total biaya rugi daya

(58)

4.5 Perbandingan Tot

i daya pada trafo I dan trafo II.

4.9 : Perbandingan total biaya rugi daya trafo I d

2 3 4 5 6 7 8 9 10 hun ke-n Total biaya rugi daya

(59)

Dari tabel 4.9 dan gambar 4.6 dapat dilihat bahwa total biaya rugi daya

pada trafo I lebih kecil dari trafo II. Hal ini menunjukkan total rugi daya pada

(60)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Pada perhitungan biaya rugi daya tanpa beban, pada trafo I sebesar Rp.

8.346.090,00 dan trafo II sebesar Rp. 7.579.152,00. Dari perhitungan tersebut

dapat dilihat biaya rugi daya tanpa beban pada trafo II lebih baik dibandingkan

dengan trafo I.

2. Pada perhitungan biaya rugi daya berbeban untuk tahun pertama, pada trafo I

sebesar Rp. 7.478.096,64 sedangkan pada trafo II sebesar Rp. 8.488.650,24.

Dari perhitungan tersebut dapat dilihat biaya rugi daya berbeban pada trafo I

lebih baik dibandingkan dengan trafo II.

3. Pada perhitungan total biaya rugi daya total, pada trafo I sebesar Rp.

15.824.186,64 sedangkan pada trafo II sebesar Rp. 16.067.802,24 dan

berangsur-angsur naik pada tahun berikutnya. Dari perhitungan tersebut dapat

dilihat rugi total biaya pada trafo I lebih kecil dari trafo II.

5.2 Saran

1. Penelitian dapat dilakukan untuk kapasitas trafo distribusi yang berbeda.

2. Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan menghitung nilai investasi dengan

(61)

DAFTAR PUSTAKA

[1] RUS bulletin 1724E-301. 2004. Guide for the Evaluation of Large Power

Transformer Losses.

[2] Gonen, Turan.Electric Power Distribution System Engineering. McGraw-Hill Book Co-Singapore. Singapore.

[3] IEEE Loss Evaluation Guide for Power Transformers and Reactors, “IEEE C57.120 1991”, New York : IEEE, 1991.

[4] Pabla, AS. 1994.Sistem Distribusi Tenaga Listrik. Jakarta. Erlangga. [5] REA bulletin. 1983. Guide for Economic Evaluation of Distribution

Transformer. Hal 16-63. Rural Electrification Admisnistration.

[6] Perez, Joe. 2010. Fundamental Principles of Transformer Thermal Loading And Protection. Texas.

[7] Statistik PLN. ISSN 0852-8179. 2010, 2011, 2012.

[8] Sitanggang, Mancon. 2009. Studi Perkiraan Umur Transformator Distribusi Dengan Metode Tingkat Tahunan. Jurusan Teknik Elektro. Fakultas Teknik Elektro.

[9] Zuhal. Dasar Teknik Tenaga Listrik dan Elektronika Daya. 1988. Gramedia Jakarta.

[10] William G Sullivan. 1997. Engineering Economy Tenth Edition. New Jersey. Prentice-Hall,Inc .

Gambar

Tabel 2.1 Nilai faktor responsibility puncak (K)
Gambar 3.1 : Flowchart tahapan penelitian
Tabel 3.1 : Spesifikasi transformator distribusi I
Tabel 3.2 : Spesifikasi transformator distribusi II
+6

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui atau mengukur pengaruh arus netral dan losses (rugi-rugi) yang timbul akibat dari ketidakseimbangan beban fasa R,S dan T pada

Perhitungan rugi tegangan dan daya ini dilakukan melalui studi kasus pada penyulang Meranti, Pule dan Sungkai di Gardu Induk Bungaran pada saat beban puncak siang dan

Besarnya rugi – rugi yang terjadi pada transformator yakni semakin besar beban yang terpasang pada transformator maka semakin besar pula rugi – rugi tembaga yang terjadi

Estimasi rugi- rugi pada saluran Dari data single line diagram , kapasitas beban terpasang, impedansi saluran, dan panjang saluran akan diestimasi rugi-rugi daya pada

Ketika rugi-rugi pada sistem transmisi dapat mencapai jutaan Dollar per tahunnya, maka alokasi yang adil pada masing-masing pembangkit dan beban mempunyai dampak yang penting pada

Perhitungan yang dilakukan dengan metode Nash Game yaitu perhitungan transaksi tanpa rugi-rugi transmisi sebagai kasus pertama Hasil dan analisa didasarkan pada

Arus yang mengalir di netral trafo ini menyebabkan terjadinya losses rugi-rugi, yaitu losses akibat adanya arus netral pada penghantar netral trafo dan losses akibat arus netral yang

Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis ketidakseimbangan bebantransformator distribusi untuk identifikasi beban lebihdan dapat juga mengetahui besarnya rugi-rugi pada jaringan