ANALISIS BEBAN PENCEMARAN SUNGAI CIHIDEUNG
SEBAGAI BAHAN BAKU PENGOLAHAN AIR
DI KAMPUS IPB DARMAGA
ETTY SARIWATI
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini, saya menyatakan bahwa tesis “Analisis Beban Pencemaran Sungai Cihideung Sebagai Bahan Baku Pengolahan Air di Kampus IPB Darmaga” adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Februari 2010
Etty Sariwati
ABSTRACT
ETTY SARIWATI. Analysis of soiled loading Cihideung as the source of water processing in IPB Darmaga Campus. Under supervised by ETTY RIANI and ERIZAL.
Bogor Agriculture University (IPB) nowdays has served almost 21.000 people included students, lecturer, and educational staff. Due to fresh water need, IPB has managed by self processing with the source is from Cihideung River. The activity around Cihideung River make the water could be contaminate by agricultural waste, fishery, domestical liquid waste and industry. The research has been done to analysis the Cihideung River waste load, to know the quality of fresh water by analyzing the physical, chemical and biological parameter. The characteristic measurement result compared with the grade standard based on PP No. 82 year 2001. The quality status of Cihideung River environment is declared by STORET methods. The highest STORET score is in station 4 that is -55 with the water status is highly soiled. Organic material is the highest soiled that is showed by COD value in the water that is 21.272 ton/month. The second contribution is BOD that is 7.989 ton/month.
RINGKASAN
ETTY SARIWATI. Analisis Beban Pencemaran Sungai Cihideung Sebagai Bahan Baku Pengolahan Air di Kampus IPB Darmaga. Dibimbing oleh ETTY RIANI dan ERIZAL.
Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) berada di Kecamatan Darmaga Kabupaten Bogor saat ini melayani hampir 21.000 orang, yaitu mahasiswa, dosen dan tenaga kependidikan. Untuk keperluan air bersih didapatkan dengan melakukan pengolahan sendiri dengan memakai bahan baku dari Sungai Cihideung. Aktivitas di sekitar sungai Cihideung membuat air sungai mudah tercemar oleh bermacam limbah pertanian, perikanan, industri dan limbah cair domestik.
Penelitian ini dilakukan untuk menghitung beban pencemaran air Sungai Cihideung sebagai bahan baku pengolahan air di Kampus IPB Darmaga, mengetahui kualitas air sungai sebelum dan sesudah pengolahan air dengan menganalisis parameter fisika, kimia dan biologi. Hasil pengukuran karakteristik kualitas air yang diperoleh dibandingkan dengan standar baku mutu berdasarkan PP Nomor 82 Tahun 2001. Status kualitas lingkungan Sungai Cihideung ditetapkan dengan menggunakan metode STORET yang terdapat pada Lampiran II Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 115 Tahun 2003. Analisis data utama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penentuan beban pencemaran dan penentuan status mutu air sungai. Data sampel air diambil dengan 3 kali ulangan pada 5 titik stasiun yang membuang limbah paling banyak yang ada di sepanjang Sungai Cihideung. Analisis data sosial tentang kebutuhan air di Kampus IPB Darmaga adalah berupa wawancara dan kuisioner kepada pengguna air di Kampus IPB Darmaga yang bersifat diskriptif.
Data parameter fisik menghasilkan analisis suhu berkisar 26oC – 29oC, hasil analisis warna 0-89 PtCo, hasil analisis kekeruhan 0-16 NTU, dan hasil analisis TSS 8-24 mg/l. Data parameter kimia air hasil pengukuran pH berkisar 5,7 – 6,7, nilai BOD berkisar 14-35 mg/l, nilai COD berkisar 49-78 mg/l, nilai nitrat berkisar 0,035 – 16,85 mg/l, nilai nitrit berkisar 0,001 – 0,094 mg/l, nilai amonia berkisar 0,166 – 0,667 mg/l, nilai logam berat timbal berkisar 0,03 – 0,038 mg/l, nilai besi berkisar 0,042 – 1,23 mg/l. Hasil pengukuran fecal coliform 0 – 15000 Jml/100 ml.
Bahan organik yang dicerminkan dari nilai COD merupakan bahan pencemar tertinggi konsentrasinya yang masuk ke perairan yang mencapai 21.272 ton/bulan. Kontribusi terbesar kedua adalah BOD sebesar 7.989 ton/bulan. Skor indeks STORET tertinggi terdapat pada Stasiun 4 yaitu sebesar -55 dengan status mutu air tercemar berat, skor indeks STORET terendah terdapat pada stasiun 1 yaitu sebesar -30 dengan status mutu air tercemar sedang.
Hasil data sosial yang berupa jawaban kuisioner menunjukkan air di Kampus IPB Darmaga hanya digunakan sebagai sarana untuk keperluan kebersihan, untuk laboratorium dipakai sebagai pencucian alat-alat laboratorium, sebagai pendingin alat (destilasi aquadest), dan penyiraman tanaman. Rata-rata pemakaian air pada satu laboratorium adalah 500 lt/hari. Air yang tersedia saat ini masih belum mencukupi disebabkan karena adanya peningkatan pemakaian yaitu dengan bertambahnya fakultas dan departemen baru yanng ada di Kampus IPB Darmaga, juga adanya kebocoran pipa sehingga air tidak sampai ke pengguna air.
Pendekatan sistem dapat diimplementasikan dalam pengelolaan air bersih untuk jangka panjang. Pengelolaan air bersih dengan memandang permasalahan dari seluruh aspek yang terkait. Aspek tersebut adalah aspek lingkungan fisik, teknologi, kelembagaan, keuangan, tingkat pelayanan, dan efisiensi pengelolaan.
© Hak cipta milik IPB, tahun 2010 Hak cipta dilindungi Undang-undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
ANALISIS BEBAN PENCEMARAN SUNGAI CIHIDEUNG
SEBAGAI BAHAN BAKU PENGOLAHAN AIR
DI KAMPUS IPB DARMAGA
ETTY SARIWATI
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Tesis : Analisis Beban Pencemaran Sungai Cihideung Sebagai Bahan Baku Pengolahan Air di Kampus IPB Darmaga
Nama Mahasiswa : Etty Sariwati Nomor Pokok (NRP) : P052070271
Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Disetujui, Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Etty Riani, MS. Dr. Ir. Erizal, M.Agr. K e t u a Anggota
Diketahui,
Ketua Program Studi
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof. Dr. Ir. Surjono H. Sutjahjo, MS Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS
PRAKATA
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini yang berjudul Analisis Beban Pencemaran Sungai Cihideung Sebagai Bahan Baku Pengolahan Air di Kampus IPB Darmaga. Usulan ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL) Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Penyusunan tesis ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Surjono H. Sutjahjo, MS sebagai Ketua Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan, yang telah banyak memberikan arahan dan bantuan selama penulis menempuh pendidikan di Sekolah Pascasarjana IPB.
2. Dr. Ir. Etty Riani, MS sebagai ketua komisi pembimbing dan Dr. Ir. Erizal, M.Agr sebagai anggota komisi pembimbing, atas curahan waktu, perhatian, motivasi dan pikiran dalam penyusunan tesis ini. Semoga semuanya menjadi ibadah yang tiada putusnya dan mendapatkan pahala dari Allah SWT.
3. Dr. Ir. Isdradjad Setyobudiandi, M.Sc, selaku penguji luar komisi dan Dr. Ir. Lailan Syaufina, MSc, selaku penguji Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, atas segala waktu, pikiran dan pengetahuan yang diberikan.
4. Dr. Ir. Edy Hartulistiyoso, M.Sc, selaku Direktur Fasilitas dan Properti IPB dan Ir. Heri Purwanto, selaku Kasie Fasilitas Akademik IPB yang telah memberikan izin belajar penulis untuk melanjutkan pendidikan.
telah memberikan doa dan semangat sehingga penulis bisa melanjutkan pendidikan.
6. Susanto Y teman diskusi yang menyenangkan, dan seluruh staf pegawai di Sub Direktorat Pengelolaan Fasilitas IPB yang telah memberikan dukungan semangat, terutama untuk semua pengertian yang diberikan sehingga penulis bisa menempuh pendidikan dengan baik.
7. Teman kuliah PSL angkatan 2007 terutama Rita Hayati dan Syamsul Alam karena telah banyak memberikan ide dan bantuan selama kuliah.
8. Kepada semua pihak yang telah membantu namun tak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT semata, kekurangan yang ada merupakan gambaran keterbatasan manusia. Penulis berharap semoga hasil tesis ini dapat berguna bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Februari 2010
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir pada hari Sabtu, 27 Juli 1968 dari pasangan M. Husin Raden (alm) dan Sutiawati di Banda Aceh. Penulis merupakan anak keenam dari tujuh bersaudara. Penulis masuk Sekolah Dasar Negeri (SDN) No. 1 Banda Aceh pada tahun 1975 dan tamat tahun 1981.
Kemudian melanjutkan studi pada tahun 1981 pada jenjang Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) No. 1 Banda Aceh dan tamat pada tahun 1984.
Setelah menamatkan SMP, penulis melanjutkan studi pada Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) No. 1 Banda Aceh dan tamat pada tahun 1987. Kemudian melanjutkan studi pada bulan Agustus tahun 1987 pada Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) pada Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik dan menamatkan studi pada bulan Juni tahun 1994 dengan gelar Sarjana Teknik (ST).
i
3.2.1. Penentuan Stasiun Pengamatan ... 17
3.2.2. Peralatan dan Bahan Penelitian ... 18
ii
4.3.1.2 Warna dan Kekeruhan ... 33
4.3.1.3 Padatan Tersuspensi Total ... 37
4.3.2 Parameter Kimia ... 39
4.3.2.1 pH ... 39
4.3.2.2 BOD ... 41
4.3.2.3 COD ... 42
4.3.2.4 Nitrat (NO3-N) ... 44
4.3.2.5 Nitrit (NO2-N) ... 45
4.3.2.6 Amonia (NH3-N) ... 46
4.3.3. Logam Berat ... 48
4.3.3.1 Timbal (Pb) ... 48
4.3.3.2 Besi (Fe) ... 50
4.3.4. Parameter Mikrobiologi Fecal coliform (E.coli) ... 51
4.4. Status Mutu Air Sungai Cihideung ... 53
4.5. Debit Aliran Air Sungai Cihideung ... 54
4.6. Beban Pencemaran ... 55
4.7. Kualitas Air Bersih ... 56
4.8. Penggunaan Air di Kampus IPB Darmaga ... 58
V. SIMPULAN DAN SARAN ... 64
5.1. Simpulan ... 64
5.2. Saran ... 65
DAFTAR PUSTAKA ... 66
iii
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Berbagai jenis unit operasi/unit proses dalam pengolahan air bersih .... 16
2. Parameter fisika, kimia dan biologi air dan metode pengukuran ... 19
3. Penentuan sistem nilai untuk menentukan status mutu air ... 21
4. Penentuan status mutu perairan ... 21
5. Hasil analisis rata-rata kualitas air Sungai Cihideung Bogor... 30
6. Data curah hujan tahun 2009 dan rata-rata 10 tahun terakhir untuk Wilayah Cihideung ... 33
7. Rekapitulasi skor indeks STORET dan status mutu air ... 54
8. Data debit air Sungai Cihideung ... 54
9. Beban pencemaran air Sungai Cihideung ... 55
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Bagan alir kerangka pemikiran ... 6
2. Siklus Nitrogen dalam ekosistem perairan ... 13
3. Lokasi pengambilan sampel ... 18
4. Skema proses pengolahan air baku ... 25
5. Skema sistem transmisi air bersih dari WTP Cihideung ... 28
6. Hasil analisis simpangan baku suhu air (oC) Sungai Cihideung Bogor .. 31
7. Hasil pengukuran suhu air (oC) Sungai Cihideung Bogor ... 32
8 Hasil analisis simpangan baku warna air (PtCo) Sungai Cihideung Bogor 34 9. Hasil analisis warna (PtCo) air Sungai Cihideung Bogor ... 35
10. Hasil analisis simpangan baku kekeruhan (NTU) air Sungai Cihideung Bogor ... 35
11. Hasil analisis kekeruhan (NTU) air Sungai Cihideung Bogor ... 36
12. Hasil analisis simpangan baku TSS (mg/l) air Sungai Cihideung Bogor 37 13. Hasil analisis TSS (mg/l) air Sungai Cihideung Bogor ... 38
14. Hasil analisis simpangan baku pH air Sungai Cihideung Bogor ... 39
15. Hasil pengukuran pH air Sungai Cihideung Bogor ... 40
16. Hasil analisis simpangan baku BOD (mg/l) air Sungai Cihideung Bogor 41 17. Hasil analisis BOD (mg/l) air Sungai Cihideung Bogor ... 42
18. Hasil analisis simpangan baku COD (mg/l) air Sungai Cihideung Bogor 42 19. Hasil analisis COD (mg/l) air Sungai Cihideung Bogor ... 43
20. Hasil analisis simpangan baku nitrat (mg/l) air Sungai Cihideung Bogor 44 21. Hasil analisis nitrat pada Sungai Cihideung Bogor ... 45
22. Hasil analisis simpangan baku nitrit (mg/l) air Sungai Cihideung Bogor 45 23. Hasil analisis nitrit pada Sungai Cihideung Bogor ... 46
24. Hasil analisis simpangan baku amonia (mg/l) air Sungai Cihideung Bogor ... 47
25. Hasil analisis ammonia air Sungai Cihideung Bogor ... 48
26. Hasil analisis simpangan baku timbal (mg/l) air Sungai Cihideung Bogor 49 27. Hasil analisis timbal air Sungai Cihideung Bogor ... 49
28. Hasil analisis simpangan baku besi (mg/l) air Sungai Cihideung Bogor 50 29. Hasil analisis besi air Sungai Cihideung Bogor ... 51
30. Hasil analisis simpangan baku fecal coliform air Sungai Cihideung Bogor 52 31. Hasil analisis fecal coliform air Sungai Cihideung Bogor ... 52
32. Fungsi pemakaian air di Kampus IPB Darmaga ... 59
33. Kecukupan kebutuhan air di Kampus IPB Darmaga ... 60
34. Sistem pengolahan air di WTP Cihideung dengan memakai membran .. 60
v
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Data Penelitian di Sungai Cihideung ... 71 2. Hasil pemantauan/pengukuran parameter fisika-kimia untuk setiap
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan kebutuhan pokok bagi makhluk hidup, karena selain
dibutuhkan oleh seluruh makhluk hidup, juga dibutuhkan untuk kebutuhan rumah
tangga, pertanian, industri dan lain-lain. Namun saat ini muncul permasalahan
mengenai air sebagai akibat berkurangnya/menurunnya persediaan air tanah di
berbagai wilayah dan menurunnya mutu air, sehingga tidak memenuhi syarat
sesuai peruntukannya.
Salah satu penyebab dari menurunnya kualitas air adalah akibat dari
meningkatnya kegiatan manusia yang tidak bijak dan pada akhirnya menimbulkan
pencemaran air pada sumber-sumber air. Kondisi tersebut dapat terjadi karena air
menerima beban pencemaran yang melampaui daya dukungnya. Oleh karena itu
maka pencemaran air merupakan salah satu masalah yang sangat penting untuk
diperhatikan, karena air sangat dibutuhkan dalam kehidupan. Keberadaan air yang
tercemar akan sangat mengganggu sistem kehidupan, karena makhluk hidup
membutuhkan air yang memiliki kualitas yang baik dan kuantitas yang cukup
serta ketersediaannya harus cukup kontinyu.
Adapun yang dimaksud dengan pencemaran air di sini adalah masuknya
atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke
dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat
tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai peruntukannya (PP No.
82, Tahun 2001). Pengendalian pencemaran air adalah upaya pencegahan dan
penanggulangan pencemaran air, serta pemulihan kualitas air untuk menjamin
kualitas air agar sesuai dengan baku mutu air (Perda Provinsi Jawa Barat No. 3
Tahun 2004).
Penyebab terjadinya pencemaran air adalah masuknya limbah ke
lingkungan perairan, baik air permukaan maupun air tanah. Limbah yang masuk
ke lingkungan tersebut terdiri atas limbah padat dan limbah cair. Limbah cair
yang biasa disebut sebagai air limbah, pada dasarnya merupakan sisa dari suatu
hasil usaha dan atau kegiatan manusia yang berwujud cair. Air permukaan
2
melewati sungai-sungai dan anak-anak sungai. Salah satu sungai yang ada di
Kabupaten Bogor melintasi Kampus IPB Darmaga dan diduga airnya telah
tercemar karena adanya berbagai kegiatan adalah Sungai Cihideung.
Sungai Cihideung merupakan sungai yang melewati kawasan Kampus
IPB Darmaga Bogor. Sungai ini dapat dikatakan sebagai sumber air strategis di
kawasan kampus yang airnya dimanfaatkan untuk berbagai keperluan di Kampus
IPB Darmaga sehari-hari. Namun demikian, sebelum masuk ke kawasan Kampus
IPB Darmaga sudah terlebih dahulu dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya
perikanan, persawahan dan lain-lain (Jamaludin, 1999). Besarnya aktivitas di
sekitar sungai Cihideung membuat air sungai mudah tercemar oleh limbah
domestik seperti dari tinja, limbah cair domestik, dan buangan kamar mandi.
Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) berada di Kecamatan Darmaga
Kabupaten Bogor, saat ini melayani hampir 14.000 orang mahasiswa Strata 1,
dan hampir 4.000 orang mahasiswa pasca sarjana. Jumlah dosen dan tenaga
kependidikan yang berada di Kampus IPB Darmaga mencapai 3.000 orang.
Semakin bertambahnya departemen dan program studi baru yang akan dibuka di
Institut Pertanian Bogor, akan berakibat pada semakin meningkatnya kebutuhan
air mengingat jumlah mahasiswa dan pembangunan gedung-gedung baru akan
semakin meningkat dan untuk keperluan air bersihnya dilakukan pengambilan air
dari Sungai Cihideung dan Sungai Ciapus.
Untuk keperluan tersebut Kampus IPB Darmaga mempunyai 2 instalasi
pengolahan air bersih (water treatment plant - WTP) yakni dari Sungai Ciapus,
yang dibangun tahun 1972, dengan kapasitas 7,5 lt/detik selain itu juga terdapat
WTP dari Sungai Cihideung yang dibangun tahun 1986, dan terdiri dari 2 unit
WTP dengan kapasitas 20 lt/detik. Pada tahun anggaran 1994/1995, instalasi ini
ditambah 2 unit lagi dengan kapasitas 12 lt/detik dan 16 lt/detik, saat ini
kapasitas produksi masing-masing WTP menjadi 10 lt/detik karena efisiensi alat.
Berdasarkan data tersebut, terlihat bahwa IPB telah berupaya memenuhi
kebutuhan akan air untuk seluruh keperluan civitas akademikanya. Ada indikasi
bahwa dalam hal memenuhi kebutuhan air tersebut, yang sudah terpenuhi saat ini
relatif baru pada tuntutan kuantitasnya di jam kerja, sedangkan kualitasnya
terutama kualitas yang diperlukan oleh laboratorium yang memerlukan air
3
Mengingat air Sungai Cihideung tercemar oleh limbah domestik, maka
dalam rangka meningkatkan kualitas diperlukan pengolahan air sungai tersebut
sehingga menjadi bersih. Untuk keperluan tersebut maka hal yang pertama sekali
harus dilakukan adalah menganalisis parameter-parameter kualitas air Sungai
Cihideung dan mengetahui beban pencemaran di perairan tersebut. Untuk itu
maka diperlukan penelitian ”Analisis Beban Pencemaran Sungai Cihideung
Sebagai Bahan Baku Pengolahan Air di Kampus IPB Darmaga”.
1.2 Perumusan Masalah
Kampus IPB memiliki visi menjadi perguruan tinggi kelas dunia (World
Class University) dengan kompetensi utama pertanian tropika. Kriteria yang
sering digunakan oleh perguruan tinggi yang dinyatakan sebagai perguruan tinggi
kelas dunia, adalah keunggulan di bidang pendidikan, riset, pengembangan
pengetahuan dan kegiatan bagi kemasyarakatan. Pada saat melakukan riset dan
pengembangan pengetahuan di laboratorium sangat diperlukan air sebagai
penunjang kegiatan laboratorium. Namun air yang selama ini ada, dirasa masih
belum mencukupi, baik ditinjau dari aspek kuantitas maupun kualitasnya. Selain
tidak mencukupi, air yang dipakai seringkali kualitasnya masih kurang karena
secara kasat mata seringkali terlihat kurang jernih, berwarna coklat dan
mempunyai endapan putih. Oleh karena itu maka muncul pertanyaan penelitian :
1. Bagaimana kualitas air sebelum dan setelah dilakukan pengolahan ?
2. Berapa beban pencemaran setiap parameter kualitas air di Sungai Cihideung?
3. Bagaimana proses pengolahan air di Kampus IPB Darmaga ?
4. Kualitas dan kuantitas air seperti apa yang diinginkan oleh stakeholder di
Kampus IPB Darmaga ?
5. Pengelolaan seperti apa yang sebaiknya dilakukan pada kondisi kualitas air
dan beban pencemaran tersebut diatas untuk meningkatkan kualitas dan
4
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mendapat informasi beban pencemaran Sungai Cihideung sebagai bahan baku
pengolahan air di Kampus IPB Darmaga.
2. Mendapat informasi kualitas air Sungai Cihideung sebelum dan setelah
dilakukan pengolahan.
3. Mendapatkan hasil analisis kebutuhan stakeholder di Kampus IPB Darmaga.
4. Memberikan rekomendasi pengelolaan berdasarkan kualitas air dan beban
pencemaran eksisting.
1.4 Kerangka Pemikiran
Kampus IPB Darmaga sebagai salah satu perguruan tinggi nasional melayani lebih kurang 18 ribu mahasiswa, dan mempunyai pegawai berupa staf
dosen dan tenaga kependidikan sebanyak 3000 orang. Saat ini melakukan
pengolahan air sendiri di water treatment plant (WTP) Cihideung dengan
mengambil bahan baku air dari Sungai Cihideung dan dari Sungai Ciapus untuk
WTP Ciapus. Penelitian ini lebih diutamakan pada WTP Cihideung dengan
sumber bahan baku pengolahan air menggunakan air Sungai Cihideung, karena
pemakaian air untuk keperluan aktivitas di Kampus IPB Darmaga didominasi dari
WTP Cihideung. Sedangkan WTP Ciapus hanya untuk kebutuhan perumahan
dosen dan asrama TPB putra dan putri.
Bahan baku air yang akan diolah diambil dari Sungai Cihideung yang ada
di sekitar Kampus IPB Darmaga, di sepanjang Sungai Cihideung banyak kegiatan
manusia seperti pertanian, perikanan, industri dan rumah tangga. Kegiatan di
sekitar Sungai Cihideung dapat menjadi sumber bahan pencemar bagi Sungai
Cihideung. Proses produksi yang dilaksanakan pada sektor-sektor tersebut akan
menghasilkan limbah sebagai buangan sisa yang seharusnya dapat didaur ulang
kembali atau diolah agar tidak berbahaya terhadap lingkungan sebelum dibuang,
tetapi kecenderungan yang ada menunjukkan bahwa untuk menghemat biaya dan
waktu, proses tersebut tidak dilakukan. Pembuangan limbah sisa proses produksi
tersebut merupakan sumber bahan pencemar seperti TSS, NO3, NH3, Fe, Pb, dan
5
perairan yang pada jangka panjang akan berpengaruh terhadap kehidupan biota
perairan.
Penelitian yang telah dilakukan di Sungai Cihideung tahun 1999 oleh
Hadiati dan tahun 2006 oleh Hutapea menunjukkan adanya perubahan kualitas
perairan Sungai Cihideung. Penelitian terakhir yang dilakukan Hutapea (2006)
menunjukan nilai yang lebih baik dan ada juga yang menunjukkan nilai yang lebih
buruk. Perbedaan besar terjadi pada parameter fisika yaitu pada nilai TSS yakni
pada tahun 1999 nilainya jauh lebih besar dibandingkan pada tahun 2006. Pada
parameter kimia perbedaan yang cukup berbeda terjadi pada nilai BOD, dalam hal
ini secara keseluruhan nilai BOD pada tahun 1999 lebih tinggi dibandingkan pada
tahun 2006. Mengingat air sungai bersifat dinamis kiranya kualitas air Sungai
Cihideung perlu dianalisis kembali sehingga dari hasil tersebut akan dapat
diketahui apakah ada perubahan yang signifikan dari tahun 2006 atau tidak.
Air yang telah diolah di WTP selanjutnya dialirkan kepada pengguna
(stakeholder) di Kampus IPB Darmaga. Para pengguna antara lain adalah fakultas
dan kantor pusat administrasi yang berada di lingkungan Kampus IPB Darmaga.
Penelitian pada pengguna, lebih diutamakan kepada laboratorium-laboratorium
yang memakai air untuk menunjang kegiatan penelitian sehingga diharapkan IPB
dapat menjadi universitas bertaraf dunia dengan kompetensi utama di bidang
pertanian tropika. Selanjutnya diagram kerangka pemikiran dapat dilihat pada
Gambar 1.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Memberikan informasi kepada pihak Institut Pertanian Bogor tentang beban
pencemaran bahan baku pengolahan air di Kampus Darmaga.
2. Sebagai dasar untuk mengambil kebijakan tentang cara pengolahan air di
WTP Kampus IPB Darmaga.
6
Gambar 1 Bagan alir kerangka pemikiran
Pabrik
Kebutuhan Stakeholder di Kampus IPB Darmaga
Analisis Kebutuhan Stakeholder Aktivitas Masyarakat di sekitar
Sungai Cihideung
Permukiman Pertanian Perikanan
Limbah
Pencemaran Air Sungai Cihideung
Sumber Bahan Baku Pengolahan Air di Kampus IPB Darmaga
(WTP Cihideung)
Analisis Laboratorium Kualitas Air Sungai Cihideung
Data Fisika Data Kimia Data Biologi
Perbandingan kualitas air sungai Cihideung terhadap ketentuan baku mutu PP No.82 Tahun 2001
Rekomendasi untuk IPB Darmaga
7
1.6 Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah :
1. Kualitas air Sungai Cihideung sebagai bahan baku pengolahan air di Kampus
IPB Darmaga sudah melewati standar bahan baku mutu yang ditetapkan
pemerintah.
2. Kebutuhan pengguna di Kampus IPB Darmaga belum terpenuhi dari segi
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pencemaran Perairan
Menurut Odum (1971), pencemaran adalah perubahan sifat fisik, kimia
dan biologi yang tidak dikehendaki pada udara, tanah dan air. Sedangkan menurut
Saeni (1989), pencemaran adalah peristiwa adanya penambahan
bermacam-macam bahan sebagai hasil dari aktivitas manusia, kedalam lingkungan yang
biasanya dapat memberikan pengaruh yang berbahaya terhadap lingkungannya.
Pencemaran juga terjadi apabila ada gangguan terhadap daur suatu zat, sehingga
terjadi pembuangan (Soemarwoto, 1992).
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas
Air dan Pengendalian Pencemaran Air, menyatakan pencemaran air adalah masuk
atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam
air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air menurun sampai ke tingkat
tertentu yang menyebabkan tidak lagi berfungsi sesuai peruntukannya. Wardoyo
(1975), menyatakan bahwa pencemaran air adalah peristiwa penambahan bahan
oleh manusia ke dalam perairan, sehingga merusak atau membahayakan
kehidupan organisme di dalamnya, berbahaya bagi kesehatan manusia,
mengganggu aktivitas perairan termasuk penangkapan ikan, merusak daya guna
air dan mengurangi keindahan.
Harsanto (1995), mengatakan bahwa air dikatakan tercemar jika
mengalami hal-hal berikut :
1. Air mengandung zat, energi dan atau komponen lain yang dapat merubah
fungsi air sesuai peruntukannya atau disebut parameter pencemaran.
2. Kandungan parameter pencemaran di dalam air telah melampaui batas
toleransi tertentu atau disebut baku mutu hingga menimbulkan gangguan
terhadap pemanfaatannya, dengan kata lain tidak sesuai dengan
9
2.2 Sumber Pencemaran Perairan
Masalah kualitas air sungai terutama disebabkan oleh kandungan sedimen
dalam air sungai akibat terjadinya erosi pada bagian daerah aliran sungai terutama
di bagian hulu (Manan, 1977). Persediaan air yang berasal dari aliran permukaan
dan infiltrasi dimanfaatkan untuk keperluan metabolisme manusia, perkotaan,
industri dan pertanian, dari keempat pemanfaatan air tersebut dihasilkan limbah
yang dapat menyebabkan turunnya kualitas perairan.
Di Indonesia banyak sungai yang telah mencapai taraf pencemaran yang
merugikan, khususnya sungai-sungai yang alirannya melalui daerah perkotaan
(daerah padat penduduk) dan wilayah perindustrian (Saeni, 1989). Kegiatan
pertanian baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi
kualitas perairan, terutama dengan adanya penggunaan pupuk dan pestisida
(Sutamihardja, 1992). Di dalam suatu daerah aliran sungai, penurunan kualitas air
terutama disebabkan oleh limbah domestik, limbah industri, kegiatan
pertambangan dan limbah pertanian. Penggunaan lahan untuk bidang pertanian
yang melampaui batas di daerah hulu sungai akan mempengaruhi kualitas daerah
perairan hilir dan muara sungai (Mahbub, 1986 dalam Nedi, 1997).
Sumber pencemaran perairan ada dua jenis, yaitu point sources dan non
point sources. Point sources adalah pencemaran yang dapat diketahui secara pasti
sumbernya, misalnya limbah industri. Sedangkan non point sources adalah
pencemaran yang tidak diketahui secara pasti sumbernya, yaitu pencemar yang
masuk ke perairan bersama air hujan dan limpasan permukaan.
Untuk mengetahui apakah suatu perairan telah tercemar atau tidak
diperlukan pengujian untuk menentukan sifat-sifat air, sehingga dapat diketahui
apakah terjadi penyimpangan dari batasan-batasan pencemaran air. Sifat-sifat air
yang umumnya diuji yang dapat digunakan untuk menentukan tingkat
pencemaran air adalah :
1. Sifat-sifat fisika air, seperti suhu, daya hantar listrik, kekeruhan, konsentrasi
padatan terlarut dan tersuspensi.
2. Sifat-sifat kimia air, seperti nilai pH, oksigen terlarut, BOD, COD, minyak
10
3. Sifat-sifat biologi air, seperti adanya bakteri Escherichia coli yang merupakan
salah satu indikator yang menunjukkan pencemaran air.
2.2.1 Sifat-sifat Fisika Perairan
Sifat-sifat fisika perairan yang diukur dalam hal ini, meliputi suhu, daya
hantar listrik (DHL), kekeruhan, padatan terlarut dan padatan tersuspensi.
Menurut Wardoyo (1975), sifat fisika air, baik langsung maupun tidak langsung
akan mempengaruhi sifat kimia dan biologi perairan serta nilai guna perairan
tersebut.
Suhu Perairan
Suhu perairan merupakan parameter fisika yang mempengaruhi sebaran
organisme akuatik dan reaksi kimia. Suhu suatu perairan dipengaruhi oleh
komposisi substrat, kekeruhan, air hujan, luas permukaan perairan yang langsung
mendapat sinar matahari serta suhu perairan yang menerima air limpasan.
Saeni (1989) menyatakan, bahwa suhu air sungai memperlihatkan
perbedaan yang nyata antara lapisan permukaan dan dasar perairan. Dalam hal ini,
suhu di permukaan akan lebih tinggi dibandingkan dengan suhu air di lapisan
dasar. Peningkatan suhu perairan sungai menyebabkan konsentrasi oksigen
terlarut menurun, sehingga mempengaruhi kehidupan organisme perairan.
Kekeruhan
Kekeruhan menurut Klein (1972) terutama disebabkan oleh bahan-bahan
tersuspensi yang bervariasi dari ukuran koloid sampai dispersi kasar. Kekeruhan
di suatu sungai tidak sama sepanjang tahun, air akan sangat keruh pada musim
penghujan karena larian air maksimum dan adanya erosi dari daratan. Kekeruhan
ini terutama disebabkan oleh adanya erosi dari daratan.
Pada daerah pemukiman kekeruhan dapat ditimbulkan oleh buangan
11
mengalami pengolahan. Selain disebabkan oleh bahan-bahan tersebut, kekeruhan
juga disebabkan oleh liat dan lempung, buangan industri dan mikroorganisme
(Saeni, 1989). Pengaruh utama dari kekeruhan adalah terjadinya penurunan
penetrasi cahaya matahari secara tajam. Penurunan ini akan mengakibatkan
aktivitas fotosintesis dari fitoplankton menurun.
Warna
Air yang mengandung bahan-bahan perwarna alamiah yang berasal dari
rawa dan hutan, dianggap tidak mempunyai sifat-sifat yang membahayakan atau
toksik. Meskipun demikian, adanya bahan-bahan tersebut menyebabkan warna
kuning kecoklatan pada air (Sutrisno dan Suciastuti, 1991). Menurut Alaerts dan
Santika (1984), maksimum warna air minum yang dianjurkan adalah 5 mg PtCo/l.
Padatan Tersuspensi
Menurut Fardiaz (1992), padatan tersuspensi adalah padatan yang
menyebabkan kekeruhan air, tidak terlarut dan tidak mengendap langsung. Air
buangan industri mengandung jumlah padatan tersuspensi yang sangat bervariasi
tergantung pada jenis industrinya. Besarnya kandungan padatan tersuspensi akan
mengurangi penetrasi sinar matahari ke dalam air, sehingga dapat mempengaruhi
regenerasi oksigen secara fotosintesis.
Padatan terlarut adalah padatan yang memiliki ukuran yang lebih kecil dari
padatan tersuspensi. Padatan terlarut terdiri dari senyawa organik dan anorganik
yang larut dalam air. Air buangan industri umumnya banyak mengandung zat
pencemar terlarut yang sering mencemari perairan dan sangat berbahaya bagi
12
2.2.2 Sifat Kimia Perairan
pH
Nilai pH suatu perairan mencerminkan keseimbangan antara asam dan
basa dalam air dan merupakan pengukuran konsentrasi ion hidrogen dalam air.
Menurut Saeni (1989), nilai pH perairan air tawar berkisar antara 5 sampai 9.
Batas toleransi organisme air terhadap pH bervariasi tergantung pada suhu air,
oksigen terlarut, adanya berbagai anion dan kation serta jenis organisme.
Rahayu, 1991 menyatakan, suatu perairan yang produktif dan ideal bagi
usaha perikanan adalah perairan yang pH-nya berkisar antara 6,5 – 8,5. Hal-hal
yang dapat mempengaruhi nilai pH antara lain buangan industri dan rumah
tangga.
Biochemical Oxygen Demmand (BOD)
Nilai BOD merupakan suatu parameter yang menunjukkan jumlah oksigen
terlarut yang dibutuhkan oleh mikroorganisme perairan untuk menguraikan atau
mengoksidasi bahan buangan organik di dalam air. Menurut Saeni (1989), reaksi
biologis pada pengukuran BOD dilakukan pada suhu inkubasi 20oC selama 5 hari.
Hal ini disebabkan, karena pada periode waktu 5 hari kesempurnaan oksidasi
mencapai 60 – 70 persen. Sedangkan suhu 20oC yang digunakan merupakan nilai
rata-rata untuk daerah perairan arus lambat di daerah iklim sedang dan mudah
ditiru dalam inkubator. Pengukuran BOD sangat penting dalam pengolahan
limbah dan pengolahan kualitas air, karena parameter ini dapat digunakan untuk
memperkirakan jumlah oksigen yang akan dibutuhkan untuk menstabilkan
buangan organik yang ada secara biologis dalam suatu perairan. Peningkatan nilai
BOD merupakan petunjuk menurunnya jumlah oksigen terlarut karena
pertumbuhan yang berlebihan dari mikroorganisme suatu perairan.
Menurut Fardiaz (1992), suatu perairan dikatakan telah tercemar apabila
konsentrasi oksigen terlarutnya telah menurun sampai di bawah batas yang
dibutuhkan untuk kehidupan biota. Penyebab utama berkurangnya konsentrasi
13
mengkonsumsi oksigen. Zat pencemar tersebut terutama terdiri dari bahan-bahan
organik dan anorganik yang berasal dari berbagai sumber, seperti kotoran (hewan
dan manusia), sampah organik, bahan-bahan buangan dari industri dan rumah
tangga.
Chemical Oxygen Demmand (COD)
Uji COD merupakan suatu uji yang dilakukan untuk menentukan jumlah
oksigen yang dibutuhkan oleh bahan oksidan (misalnya K2Cr2O7) untuk
mengoksidasi bahan-bahan organik yang terdapat di dalam air (Fardiaz, 1992). Uji
COD biasanya menghasilkan nilai kebutuhan oksigen terlarut yang lebih tinggi
dari uji BOD, karena bahan-bahan yang stabil terhadap reaksi biologi dan
mikroorganisme juga dapat teroksidasi dalam uji COD.
Menurut Fardiaz (1992), uji COD dapat dilakukan lebih cepat dari uji
BOD. Sembilan puluh enam persen hasil uji COD yang dilakukan selama 90
menit kira-kira setara dengan uji BOD yang dilakukan selama 5 hari. Nilai COD
digunakan sebagai petunjuk tingkat pencemaran limbah industri.
Nitrogen
Nitrogen sebagai sumber nitrat terbanyak terdapat di udara, yaitu sebesar
78% volume udara. Ada tiga tempat nitrogen di alam. Yang pertama adalah udara,
kedua, senyawa anorganik (nitrat, nitrit, amoniak) dan ketiga adalah senyawa
organik (protein, asam urea) (Kristanto, 2002).
Nitrogen dalam suatu perairan dapat berbentuk senyawa amonia, nitrit dan
nitrat. Senyawa-senyawa tersebut berasal dari limbah industri, pemukiman dan
pertanian (Alaerts dan Santika, 1984).
Menurut Fardiaz (1992), secara alami senyawa amonia merupakan hasil
pertama dari penguraian protein dan jumlahnya relatif rendah di perairan. Jika
konsentrasi amonia di suatu perairan terdapat dalam jumlah yang terlalu tinggi
(>1,1 mg/l pada suhu 25oC dan pH 7,5) maka diduga telah terjadi pencemaran.
Untuk lebih jelasnya siklus nitrogen di dalam ekosistem perairan dapat dilihat
14
Gambar 2 Siklus Nitrogen dalam ekosistem perairan (Manahan, 1983)
Logam Berat
Menurut Saeni (1997), logam berat adalah logam yang mempunyai
densitas lebih besar dari 5 g/cm3, terletak di sudut kanan bawah daftar berkala,
mempunyai affinitas yang tinggi terhadap unsur S dan biasanya bernomor atom
22 sampai 92 dari periode 4 sampai 7. Sifat logam berat ini sangat unik, yaitu
tidak dapat dihancurkan secara alami dan cenderung terakumulasi dalam rantai
makanan melalui proses biomagnifikasi.
Beberapa logam berat merupakan logam yang paling berbahaya dan
merupakan unsur polutan, seperti timbal (Pb), kadmium (Cd) dan merkuri (Hg).
Logam ini dapat menyerang ikatan-ikatan belerang pada enzim, sehingga enzim
yang bersangkutan menjadi immobile. Gugus-gugus protein asam karboksilat
(-CO2H) dan amino (-NH2) juga diserang oleh logam berat. Ion-ion Cd, Cu dan
15
melalui dinding sel. Logam-logam berat juga dapat mengendap dan mengkatalisis
penguraian senyawa-senyawa biofosfat (Saeni, 1997).
2.3 Sumber Air Baku
Air baku utama untuk masyarakat umumnya berasal dari air tanah dan air
permukaan. Air tanah dapat digunakan dengan pengolahan minimal akibat dari
efek penyaringan pori-pori tanah. Air tanah tidak mudah tercemar sebagaimana
air permukaan, akan tetapi begitu tercemar air tanah sulit untuk ditangani, dan
memerlukan waktu yang sangat lama (Nathanson dalam Ismayana, 2005).
Air tanah juga memerlukan pengolahan, meskipun air tanah biasanya
bebas dari bakteri dan padatan tersuspensi/koloida akibat filtrasi alami selama
mengalami perpindahan di dalam struktur tanah, akan tetapi karena air tanah
kontak langsung dengan tanah/batu-batuan, air tanah pada umumnya
mengandung mineral seperti kalsium dan besi. Secara umum, air tanah perlu
diperlakukan disinfeksi dengan klorin atau dengan metode lainnya guna
menjamin bahwa air tersebut bebas dari mikroorganisme patogen. Apabila
mineral terlarut terdapat dalam jumlah yang berlebihan, perlu perlakuan dengan
kombinasi proses kimiawi, aerasi, filtrasi dan perlakuan lainnya untuk
mengurangi kandungan mineral tersebut (Davis dalam Ismayana, 2005).
Air permukaan biasanya memerlukan pengolahan secara lebih ekstensif
dibanding dengan pengolahan air tanah. Hal ini disebabkan oleh relatif
rendahnya kualitas air permukaan akibat pencemaran oleh aktivitas manusia
seperti industri, pertanian, pemukiman, pertambangan, perdagangan dan rekreasi.
Walaupun air permukaan jauh dari aktivitas manusia tetapi air permukaan secara
alami mengandung padatan tanah tersuspensi, bakteri dan bahan organik hasil
pembusukan tanaman dan hewan. Oleh karena itu, air yang diambil secara
langsung dari sungai atau danau pada umumnya belum cukup baik untuk
keperluan konsumsi manusia secara langsung. Secara umum, air baku dengan
jumlah coliform sampai dengan 5.000/100 ml dan kekeruhan sampai dengan 10
unit dapat dianggap sebagai air baku yang baik. Air baku dengan jumlah
16
air baku dengan kualitas rendah dan memerlukan pengolahan ekstensif guna
memenuhi baku mutu air minum (Nathanson dalam Ismayana, 2005).
2.4 Proses Pengolahan Air Bersih
Tujuan pengolahan air adalah untuk menghilangkan bahan pengotor yang
ada, dan secara efisien memproduksi air yang jernih, tidak berwarna, tidak
berasa, tidak berbau, aman dan menyegarkan, serta dapat memberikan manfaat
ekonomis dan sosial (Suprihatin dalam Ismayana, 2005).
Pengotor air dapat digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu bahan
tersuspensi/koloid, bahan terlarut, dan mikroorganisme. Berdasarkan fungsi
utama, satuan operasi dalam pengolahan air dapat digolongkan menjadi operasi
untuk menghilangkan bahan partikel (penyaringan, sedimentasi, koagulasi/
flokulasi, filtrasi), disinfeksi (klorinasi, ozonisasi, radiasi dengan UV, filtrasi
membran), dan/atau untuk menghilangkan bahan terlarut (aerasi, ozonisasi,
pelunakan, adsorpsi, reverse osmose). Unit operasi atau unit proses yang dapat
digunakan untuk menghilangkan masing-masing bahan pengotor tersebut dapat
dilihat pada Tabel 1. Pemilihan unit operasi/unit proses yang akan diaplikasikan
ditentukan oleh karakteristik air baku, tujuan pengolahan, tempat dan biaya yang
tersedia (Suprihatin dalam Ismayana, 2005).
Tabel 1 Berbagai jenis unit operasi/unit proses dalam pengolahan air bersih (Ismayana, 2005)
Fungsi Unit Operasi/Unit Proses
Penghilangan partikel/koloid Penyaringan Sedimentasi
Koagulasi/Flokulasi Filtrasi/membran filtrasi
17
III. METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di sepanjang aliran Sungai Cihideung dari hulu
Gunung Salak Dua dimulai dari Desa Situ Daun hingga di sekitar Kampus IPB
Darmaga. Pengambilan contoh air untuk pengukuran kualitas perairan di lakukan
pada 5 stasiun, tiap stasiun diambil 3 kali ulangan, selama waktu penelitian dari
bulan Juli sampai akhir bulan Agustus 2009. Tiga kali ulangan artinya tempat
yang sama hanya waktu yang berbeda. Pengamatan dan analisa dilakukan secara
in situ dan ex situ. Analisa ex situ untuk contoh air dilakukan di Laboratorium
Teknologi dan Manajemen Lingkungan Fakultas Teknologi Pertanian IPB.
3.2 Metode Pengambilan Data dan Pengukuran
3.2.1 Penentuan Stasiun Pengamatan
Penentuan stasiun pengamatan pada lokasi penelitian didasarkan pada
pendekatan konseptual dengan melakukan survey terhadap kegiatan yang
diperkirakan sebagai sumber pencemaran di lingkungan perairan tempat
pembuangan limbah dari peternakan, pertanian, industri dan rumah tangga. Lokasi
pengambilan sampel adalah :
- Stasiun 1 : Hulu Sungai Cihideung yaitu Desa Situ Daun RT 2 RW 5
(aktivitas yang ada, pertanian)
- Stasiun 2 : Desa Cihideung Udik RT 1 RW 2 (aktivitas yang ada perikanan
dan peternakan, ponpes Darul Mustopa)
- Stasiun 3 : Desa Cihideung Ilir RT 04/RW 03 (belakang pabrik Kecap
Zebra)
- Stasiun 4 : di bawah jembatan Jl Raya Darmaga Cibanteng Proyek (limbah
bengkel besi dan bengkel motor)
- Stasiun 5 : Sebelum masuk penjernihan air (perumahan penduduk)
18
Gambar 3 Lokasi pengambilan sampel
3.2.2 Peralatan dan Bahan Penelitian
Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat dan bahan
yang digunakan untuk mengukur parameter pH, BOD, COD dan TSS. Adapun
alat yang digunakan meliputi : botol sample, cawan Goch atau penyaring yang
dilengkapi penghisap atau penekan, kertas saring berpori 0,45 µm, alat pendingin
(box ice), oven pemanas, desikator, neraca analitik kapasitas 200 gram ketelitian
0,1 mg, penjepit, pH meter, labu ukur 1 liter, thermometer, DO meter, Botol BOD
300 ml, pengaduk otomatis, lemari pengeram BOD, aerator, gelas ukur 100 ml
dan 1000 ml, gelas piala 100 ml dan 2000 ml, tabung COD, buret, pipet 10 ml,
labu Erlenmeyer 100 ml, tabung reaksi, tabung durham, kapas pembakar Bunsen,
alat tulis menulis, label dan alat pengambil contoh air. Bahan digunakan adalah
sampel air sungai.
Teknik sampling untuk pengambilan contoh air yang dianalisis
dilaksanakan secara komposit pada musim kemarau. Pengambilan contoh
dilakukan pada tiga lapisan, yaitu pada tepi kiri, tengah dan tepi kanan sungai.
Analisis air dilakukan di Laboratorium Teknologi dan Manajemen
19
berdasarkan jenis-jenis kegiatan yang terdapat sepanjang aliran Sungai Cihideung.
Metode analisis yang digunakan disesuaikan dengan parameter yang diteliti
sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2 Parameter fisika, kimia dan biologi air dan metode pengukuran
No. Parameter Satuan Alat Analisis Keterangan
A Fisika
1. Suhu oC Termometer In Situ
2. Kekeruhan (NTU) Turbidimeter In Situ
3. Warna PtCo Spektrofotometer Laboratorium
4. Padatan tersuspensi mg/l Gravimetri Laboratotium
B Kimia
5. pH - pH meter In Situ
6 BOD mg/l Inkubasi Laboratorium
7. COD mg/l Bikromat, Refluks Laboratorium
8. Nitrat mg/l Spektrofotometer Laboratorium
9. Nitrit mg/l Spektrofotometer Laboratorium
10. Ammoniak mg/l Spektrofotometer Laboratorium
11. Timbal mg/l AAS Laboratorium
12. Besi mg/l AAS Laboratorium
C Biologi
13 Fecal Coliform (E.coli) Jml/100 ml MPN Laboratorium
3.3 Data Kebutuhan Pengguna (Stakeholder)
Untuk mengetahui aspirasi dan kebutuhan stakeholder tentang
faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan pemakaian kebutuhan air di
Kampus IPB Darmaga berupa wawancara dan kuesioner. Responden yang diambil
adalah teknisi dan laboran yang ada di lingkungan Kampus IPB Darmaga untuk 9
fakultas. Data diolah dengan analisis deskriptif.
3.4 Pengumpulan Data Sekunder
Data pendukung dikumpulkan dari berbagai instansi terkait yang ada di
Kabupaten Bogor seperti Dinas PU, Kantor Klimatologi Kabupaten Bogor. Data
20
3.5 Metode Analisis Data
Untuk mengevaluasi apakah kualitas air Sungai Cihideung layak
dimasukkan ke dalam klasifikasi Kelas I, maka tiap parameter kualitas air hasil
analisis dibandingkan dengan mutu air Kelas I (air yang peruntukannya dapat
digunakan untuk air baku air minum) berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor
82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran
Air. Parameter-parameter kualitas air yang telah melewati batas maksimum yang
diperbolehkan, dipelajari sejauh mana penyimpangannya dari baku mutu yang
telah ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3.5.1 Kualitas Air Sungai dan Status Pencemar
Hasil pengukuran karakteristik kualitas air (fisika, kimia dan biologi) yang
diperoleh dibandingkan dengan standar baku mutu berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air. Status kualitas lingkungan Sungai Cihideung
ditetapkan dengan menggunakan metode STORET. Status kualitas lingkungan
perairan ditetapkan untuk setiap titik stasiun pengamatan. Pada prinsipnya metode
ini membandingkan antara data kualitas dengan baku mutu yang disesuaikan
dengan peruntukkannya guna menentukan status mutu air (Kepmen LH No. 115
Tahun 2003).
Tahapan analisis data untuk menentukan indeks STORET adalah sebagai
berikut :
1. Data hasil pengukuran untuk tiap parameter dibuat tabulasi nilai kadar
maksimum, minimum maupun rata-rata yang kemudian dibandingkan dengan
data hasil pengukuran dan nilai baku mutu yang sesuai dengan peruntukannya.
2. Jika hasil pengukuran memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran ≤ baku
mutu) maka diberi skor 0.
3. Jika hasil pengukuran tidak memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran >
baku mutu) maka diberi skor sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.
4. Jumlah negatif dari seluruh parameter dihitung dan ditentukan status mutunya
dari jumlah skor yang diperoleh dengan menggunakan Sistem EPA
21
Tabel 3 Penentuan sistem nilai untuk menentukan status mutu air
Jumlah
Sumber : Kepmen LH No. 115 Tahun 2003
Tabel 4 Penentuan status mutu perairan
No Kelas Skor Kategori
1 Kelas A (baik sekali) 0 memenuhi baku mutu
2 Kelas B (baik) -1 s/d -10 tercemar ringan
3 Kelas C (sedang) -11 s/d -30 tercemar sedang
4 Kelas D (buruk) ≥ -31 tercemar berat
Sumber : Kepmen LH No. 115 Tahun 2003
3.5.2 Analisis Beban Pencemaran
Analisis beban pencemaran dilakukan dengan perhitungan secara langsung
dari kualitas air Sungai Cihideung yang dipakai sebagai bahan baku pengolahan di
WTP Cihideung yang menuju ke muara sungai (Kepmen LH No. 51 Tahun 1995
tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri). Cara penghitungan
beban pencemaran ini didasarkan atas pengukuran langsung debit sungai dan
konsentrasi parameter yang diukur, berdasarkan persamaan berikut:
BP = C x Dx f
Keterangan :
BP = Beban pencemaran yang masuk dari sungai (ton/bulan) C = Kosentrasi limbah (mg/l)
D = Debit air sungai (m3/detik)
22
Debit air sungai, dengan persamaan berikut : (Effendi, 2003)
D = V x A = V x (d x w)
Keterangan :
D = Debit air (m3/detik)
V = Kecepatan arus (m/detik)
A = Luas penampang (m2)
d = Kedalaman sungai(m)
w = Lebar sungai (m)
Kecepatan arus
Pengukuran kecepatan arus pada masing-masing stasiun dilakukan secara
melintang di pinggir kiri, tengah dan kanan sungai dengan menggunakan botol air
mineral bekas ukuran 600 ml yang diikatkan pada tali sepanjang 10 meter. Setelah
itu botol tersebut dihanyutkan mengikuti aliran sungai dan dicatat waktu yang
diperlukan botol tersebut untuk mencapai jarak 10 meter.
Kedalaman sungai
Pengukuran kedalaman sungai pada tiap stasiun dilakukan dengan
menggunakan bambu berskala yang dicelupkan sampai ke dasar perairan sungai.
Lebar sungai
Pengukuran lebar sungai dengan cara membentangkan rol meter secara
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kampus IPB Darmaga merupakan salah satu dari lima kampus milik
Institut Pertanian Bogor (IPB). Luas keseluruhan Kampus IPB Darmaga adalah
270 Ha, di dalamnya telah berdiri antara lain gedung rektorat, gedung-gedung
fakultas (Pertanian, Kedokteran Hewan, Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Peternakan, Kehutanan, Teknologi Pertanian, MIPA, Ekonomi dan Manajemen,
Ekologi Manusia) dan gedung-gedung pusat penelitian-pengembangan dan pusat
kegiatan belajar-mengajar untuk Strata-1, 2 dan 3. Di kampus ini tersedia pula
sejumlah fasilitas sosial dan fasilitas umum, seperti klinik kesehatan, rumah sakit
hewan, wisma tamu, pusat kegiatan mahasiswa, asrama mahasiswa, gedung olah
raga, plaza akademik, bank, ATM, dan kantor pos mobile.
Untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari Kampus IPB Darmaga
melakukan pengolahan sendiri air sungai menjadi air bersih untuk keperluan
kebersihan dan juga dipakai untuk memasak. Pengolahan air dilakukan di water
treatment plant (WTP) Cihideung. Air sungai yang diolah berasal dari Sungai
Cihideung yang melintasi kampus yang juga merupakan salah satu sungai yang
mengalir sepanjang Kabupaten Bogor. Hulu sungai ini terletak di kaki Gunung
Salak dan bermuara di Sungai Cisadane. Sungai Cihideung saat ini dimanfaatkan
oleh masyarakat sekitar untuk berbagai keperluan seperti sumber air minum,
sumber air baku bagi tempat pengolahan air di Kampus IPB Darmaga, MCK,
irigasi, perikanan, media pembuangan limbah rumah tangga, industri rumah
tangga, perladangan dan persawahan.
Air merupakan sumberdaya yang sangat penting bagi kehidupan manusia,
baik untuk dikonsumsi maupun digunakan untuk kepentingan lain. Namun, air
bersih semakin sedikit persediaannya karena banyak sumber daya air yang
tercemar. Pencemaran air terjadi karena manusia yang melakukan aktivitas
24
saluran air. Kemudian air tercemar mengalir ke parit, sungai dan akhirnya
mencapai laut sebagai tempat pembuangan akhir.
Pengolahan air sungai yang telah tercemar berbagai limbah menjadi air
bersih sangat diperlukan dalam menentukan kualitas air. Menurut Sittig (1974)
dalam Indriani (2002), proses penanganan limbah cair terdiri dari empat tahap
yaitu tahap pendahuluan (pre treatment), tahap penanganan primer (primary
treatment), tahap penanganan sekunder (secondary treatment), dan tahap
penanganan tersier (tertiary treatment). Tahap pendahuluan (pre treatment)
bertujuan untuk menghilangkan padatan terapung, padatan anorganik, dan
minyak. Tahap penanganan primer (primary treatment) bertujuan untuk
menghilangkan padatan tersuspensi yang mencakup proses separasi, equalisasi,
netralisasi, sedimentasi, koagulasi dan flokulasi, serta penambahan nutrien.
Tahap penanganan sekunder (secondary treatment) bertujuan untuk
menghilangkan padatan organik dengan menggunakan lumpur aktif, kolam
aerasi (aerated lagoons), dan oksidasi kimia. Tahap penanganan tersier (tertiary
treatment) bertujuan untuk memperbaiki kualitas efluen hingga memenuhi syarat
ambang batas yang mencakup proses presipitasi kimia, adsorpsi karbon,
pertukaran ion, dan osmosis balik.
4.2 Proses Pengolahan Air di WTP Cihideung
Di dalam air baku terkandung bahan pencemar, kandungan mineral,
bahan-bahan penyebab kekeruhan dan mikroba. Hal ini akan membahayakan
kesehatan manusia, oleh karena itu, perlu dilakukan pengolahan secara lengkap
untuk mengurangi atau menghilangkan bahan-bahan pencemar yaitu dengan
melakukan koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi dan desinfeksi. Kegiatan
pengolahan air baku di Kampus IPB Darmaga dapat dilihat pada skema proses
25
Gambar 4 Skema proses pengolahan air baku di WTP Cihideung
Proses pengolahan air baku di WTP IPB Cihideung meliputi :
1. Penyaringan awal (intake)
Bak intake merupakan suatu unit bangunan persegi yang berfungsi untuk
menampung air dari sumber air Sungai Cihideung. Bak intake yang terdapat di
WTP IPB Cihideung terdiri dari dua buah bak dengan ukuran 3 x 3 x 3 m3.
Setelah penampungan dilakukan penyaringan pada air baku. Tujuan penyaringan
adalah untuk :
a. Menahan benda-benda kasar seperti potongan kayu, sampah, plastik dan
benda-benda lainnya.
b. Menghilangkan kotoran yang terapung seperti alga.
c. Mengurangi kadar kandungan lumpur dan pasir yang berukuran halus.
d. Mencegah penyumbatan pada pipa dan perusakan pompa.
Bak intake dilengkapi dengan saringan kasar ukuran 10 x 10 cm, saringan
halus dengan ukuran 5 x 5 cm, saringan sangat halus 1 x 1 cm. Saringan kasar
berfungsi untuk menyaring benda-benda kasar, sedangkan saringan halus
berfungsi untuk menyaring benda-benda yang lolos setelah melewati saringan
26
2. Koagulasi, flokulasi dan sedimentasi
Proses koagulasi dilakukan dengan menyuntikkan bahan koagulan ke
dalam aliran air baku. Pengadukan cepat dimungkinkan karena adanya sistem
pengaduk statis yang ditempatkan persis setelah titik injeksi koagulan.
Pengadukan lambat terjadi di sepanjang pipa menuju unit koagulasi/flokulasi dan
di sebagian tangki unit tersebut. Selanjutnya flok yang terbentuk dipisahkan
dalam bagian sedimentasi yang dilengkapi dengan lamella. Air yang bebas dari
flok mengalir melalui mekanisme overflow menuju ke bagian penampungan air
sebelum dipompa ke unit filtrasi. Lumpur yang terbentuk diaduk dengan
menggunakan efek hidrodinamis dari aliran air masuk. Kelebihan lumpur
dibuang secara periodik melalui kran pembuangan lumpur.
Koagulan yang dipakai sekarang ini untuk WTP Cihideung adalah poly
aluminium chloride (PAC) sebanyak 14 kg per hari yang dilarutkan terlebih
dahulu dengan 200 l air. Sedangkan alum (tawas) sebanyak 25-35 kg per 3 hari
dipakai untuk WTP Ciapus koagulan ini juga dilarutkan terlebih dahulu dengan
200 l air dalam tangki koagulan.
3. Filtrasi
Penghilangan partikel yang tidak dapat dipisahkan melalui proses
koagulasi, flokulasi dan sedimentasi, yaitu partikel yang berukuran sangat kecil
dilakukan dengan filtrasi. Unit filtrasi dirancang sesuai dengan sistem filtrasi
bertekanan, dimana air dari tahapan proses koagulasi, flokulasi dan sedimentasi
dipompa secara kontinyu melewati lapisan filter.
Masing-masing modul instalasi WTP Cihideung dilengkapi dengan 3 unit
filtrasi dengan diameter 1,5 m, tinggi filter 1,3 m dan luas permukaan 1,77
m2/unit atau 5,3 m2/modul. Sebagai bahan filter adalah pasir kuarsa, pasir dan
kerikil. Masing-masing unit filter memiliki kapasitas operasi rata-rata 10 m3/jam
atau setara dengan laju filtrasi sebesar 1,6 l/det. Pembersihan filter dilakukan
dengan pencucian balik (back washing) sekali sehari selama 2 jam. Pencucian
dilakukan dengan laju sebesar 4,7 l/det, sehingga untuk keperluan sekali
27
Kualitas hasil filtrasi sangat dipengaruhi oleh kualitas proses sebelumnya,
terutama proses sedimentasi. Semakin rendah kualitas hasil sedimentasi, semakin
cepat terbentuknya resistensi dalam filter. Keterlambatan untuk meningkatkan
tekanan pada unit filtrasi, menyebabkan meningkatnya kehilangan air melalui
overflow pada unit sedimentasi.
4. Desinfeksi
Desinfeksi bertujuan untuk mendestruksi mikroorganisme patogen
(mikroorganisme penyebab penyakit). Desinfektan yang digunakan adalah
kaporit. Kebutuhan kaporit saat ini adalah 1 kg/hari per modul. Desinfeksi
dilakukan dengan menginjeksikan larutan kaporit (4 kg/200 l) ke dalam aliran air
hasil olahan.
5. Penampungan air di reservoir
Reservoir merupakan tempat penyimpanan air bersih sebelum
didistribusikan ke konsumen. Adapun suatu reservoir mempunyai fungsi sebagai
tempat penyimpanan untuk melayani kebutuhan fluktuasi per jam karena
pemakaian air tidak sama antara 1 jam pertama dengan jam lainnya dan
pemerataan air dan tekanannya akibat variasi pemakaian daerah distribusi.
Bangunan reservoir di WTP IPB Cihideung masing-masing berkapasitas
450 m3 (reservoir plant) serta 300 m3 dan 500 m3 (ground reservoir). Bangunan
reservoir ini berbentuk persegi panjang. Air bersih yang telah ditampung dalam
reservoir akan didistribusikan ke menara-menara air, yaitu menara air Fapet
dengan kapasitas 450 m3 dan menara air Fahutan dengan kapasitas 850 m3.
Selanjutnya air bersih tersebut akan dialirkan ke para pengguna air seperti yang
28
Gambar 5 Skema sistem transmisi air bersih dari WTP Cihideung
4.3 Kualitas Air Sungai Cihideung
Hasil analisis kualitas air di perairan Sungai Cihideung menunjukkan
bahwa kualitas air Sungai Cihideung telah tercemar secara kimia dan biologi.
Namun demikian parameter-parameter fisika yang diteliti disini memperlihatkan
nilai yang berada dibawah baku mutu yang ditetapkan dalam PP No. 82 Tahun
2001 untuk semua kelas. Tercemarnya perairan Sungai Cihideung tersebut
diduga ada kaitannya dengan berbagai macam aktivitas kegiatan manusia yang
dilakukan di sepanjang Sungai Cihideung seperti adanya kegiatan pertanian,
perikanan, industri, perbengkelan, dan rumah tangga.
Berdasarkan hasil analisis terhadap rata-rata kualitas air (Tabel 5) terlihat
bahwa parameter kualitas air yang telah melampaui baku mutu untuk semua
kelas adalah BOD dan COD. Nilai BOD berkisar antara 20 – 28 mg/l dengan
nilai rata-ratanya 24 mg/l, dengan nilai tertinggi berada pada stasiun 5. Paling
29
permukiman penduduk, limbah perikanan dan buangan yang terbawa arus dari
stasiun sebelumnya. Hal ini diperkuat dari hasil pengamatan penulis yang
memperlihatkan terdapatnya kegiatan perikanan dan relatif padatnya
permukiman di stasiun 5. Nilai COD yang diperoleh pada penelitian ini berkisar
antara 59 - 69,3 mg/l dengan nilai rata-ratanya 64,4 mg/l. Nilai COD tertinggi
terdapat pada stasiun 2, hal ini diduga karena di lokasi ini terdapat banyak
kegiatan yang menyumbang limbah ke Sungai Cihideung, antara lain terdapat
pondok pesantren, kegiatan perikanan, dan kegiatan peternakan ayam yang
membuang limbahnya langsung ke Sungai Cihideung. Tercemarnya kondisi
perairan di stasiun 2 ini juga terlihat secara kasat mata dari perairannya yang
agak keruh.
Konsentrasi parameter lain yang telah melebihi baku mutu untuk semua
kelas adalah unsur besi yang nilainya berkisar 0,295 – 0,625 mg/l dengan nilai
konsentrasi rata-rata adalah 0,518 mg/l. Konsentrasi tertinggi terjadi pada stasiun
3. Hal ini diduga karena di lokasi tersebut terdapat pabrik kecap yang banyak
menghasilkan limbah dan limbah tersebut baik secara langsung maupun tidak
langsung membuangnya ke Sungai Cihideung. Tingginya unsur besi yang terjadi
di stasiun 5 diduga berasal dari sisa buangan bengkel besi yang terbawa dari
stasiun 4.
Hasil analisis untuk parameter biologi yakni fecal coliform, menunjukkan
bahwa di seluruh stasiun telah menunjukkan nilai yang sudah melampaui baku
mutu untuk kelas I dan II, dengan nilai berkisar 66,66 – 1800 jml/100 ml dengan
rata-rata 673,26 jml/100 ml. Nilai fecal coliform tertinggi berada pada stasiun 2,
hal ini disebabkan di lokasi tersebut terdapat banyak permukiman penduduk dan
terdapat pondok pesantren. Nilai fecal coliform terkecil terjadi pada stasiun 1
yang secara kasat mata memperlihatkan bahwa kondisi sungai di stasiun ini
masih jernih. Hal ini terjadi karena kondisi stasiun 1 yang relatif jauh dari rumah
penduduk.
Berdasarkan nilai-nilai yang telah disebutkan diatas, secara umum
memperlihatkan bahwa hasil analisis kualitas air di Sungai Cihideung masih
30
air bersih hasil pengolahan air dari WTP Cihideung memperlihatkan nilai yang
masih berada dibawah Kepmenkes No. 907 Tahun 2002 tentang Syarat-syarat
dan Pengawasan Kualitas Air (Tabel 10). Untuk nilai fecal coliform yang masih
berada di atas kepmenkes, diduga karena pemakaian desinfektan dari penjernihan
air yang kurang mencukupi.
Konsentrasi polutan tertinggi umumnya terjadi di stasiun 2 yaitu di Desa
Cihideung Udik. Hal ini terjadi karena sampel diambil tepat di belakang pondok
pesantren. Selain hal tersebut di lokasi ini juga terdapat peternakan ayam dan
perikanan, serta terdapat banyak perumahan penduduk (permukiman) yang
membuang limbahnya ke Sungai Cihideung. Untuk lebih jelasnya konsentrasi
polutan di semua stasiun penelitian secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Hasil analisis rata-rata kualitas air Sungai Cihideung Bogor
No. Parameter Satuan Baku Mutu Lokasi Pengambilan Sampel
Kelas
13 Fecal Coliform
(E.coli)
Jml/100 ml
100 1000 2000 2000 66,66 1800 300 733 466,66 673,26
4.3.1 Parameter Fisika
4.3.1.1 Suhu Air
Hasil pengukuran suhu yang dilakukan pada lima stasiun pengamatan
dengan tiga kali ulangan nilai suhu air rata-ratanya dapat dilihat pada Gambar 6.
Pada Gambar 6 terlihat bahwa rata-rata suhu stasiun 1, 2, 3, 4 dan 5
memperlihatkan simpangan baku yang bervariasi pada setiap stasiun. Simpangan
31
stasiun tersebut terjadi karena di stasiun 3 terdapat pabrik kecap yang membuang
limbahnya ke Sungai Cihideung, di stasiun 4 terdapat bengkel dan pengolahan
besi serta di stasiun 5 terdapat permukiman. Kegiatan tersebut membuang
limbahnya ke Sungai Cihideung. Dari hasil wawancara dengan karyawan di
pabrik kecap, di bengkel, dan pengolahan besi serta penduduk yang ada di
permukiman, memperlihatkan bahwa seluruh kegiatan tersebut tidak membuang
limbahnya pada waktu yang rutin, padahal limbah tersebut harus diuraikan. Pada
saat terjadi penguraian terdapat panas yang dikeluarkan ke lingkungan, dari hasil
penguraian tersebut akan dihasilkan panas. Namun demikian dengan adanya
pengeluaran limbah yang tidak rutin, menyebabkan adanya variasi suhu.
Gambar 6 Hasil analisis simpangan baku suhu air Sungai Cihideung
Hasil pengamatan terhadap suhu pada ulangan 1, 2 dan 3 pada setiap
stasiun memperlihatkan nilai yang bervariasi. Panas terendah terjadi pada stasiun
1 (Ulangan 1) yaitu di Desa Situ Daun yang merupakan hulu Sungai Cihideung
sebesar 26oC, sedangkan suhu tertinggi ada pada stasiun 3, stasiun 4, dan stasiun
5 (Ulangan 3) sebesar 29oC. Suhu tertinggi pada ulangan 3 karena pengambilan
sampel dilakukan pada saat menjelang siang hari. Sedangkan pada ulangan 1
diambil pada waktu sore hari. Selain itu topografinya juga akan mempengaruhi
suhu sungai, suhu di daerah hulu yang topografinya lebih tinggi umumnya lebih
rendah dibandingkan dengan suhu air di daerah bagian hilir (Nybakken, 1992).
Gambar 7 menunjukkan hasil pengukuran suhu air (oC) Sungai Cihideung Bogor.
32
Gambar 7 Hasil pengukuran suhu air (oC) Sungai Cihideung Bogor
Tingginya suhu di lokasi penelitian ada kaitannya dengan cahaya
matahari. Dalam hal ini cahaya matahari merupakan sumber panas yang utama di
perairan, karena cahaya matahari yang diserap oleh badan air akan menghasilkan
panas di perairan. Di perairan yang dalam, penetrasi cahaya matahari tidak
sampai ke dasar, karena itu suhu air di dasar perairan yang dalam lebih rendah
dibandingkan dengan suhu air di dasar perairan dangkal. Suhu air merupakan
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi aktifitas serta memacu atau
menghambat perkembangbiakan organisme perairan. Pada umumnya
peningkatan suhu air sampai skala tertentu akan mempercepat
perkembangbiakan organisme perairan (Odum, 1993), sehingga dilihat dari
suhunya perairan Sungai Cihideung sangat mendukung kehidupan yang ada
didalamnya.
Kisaran suhu ini sesuai dengan keadaan yang terdapat di perairan Sungai
Cihideung yaitu pada bulan Juni hingga Agustus merupakan musim kemarau
dengan minimnya curah hujan dan intensitas penyinaran matahari masih tinggi
yang diperlihatkan dari Tabel 6 tentang data curah hujan tahun 2009 dan curah
hujan rata-rata 10 tahun terakhir. Suhu air yang tinggi dapat menambah daya
racun senyawa-senyawa beracun seperti NO3, NH3 dan NH3N terhadap hewan
akuatik. Sumber utamanya berasal dari sampah dan limbah yang mengandung
33
Tabel 6 Data curah hujan tahun 2009 dan rata-rata tahun 1999-2008 untuk wilayah Cihideung
Bulan Curah hujan (mm)
Tahun 2009
Curah hujan (mm) rata-rata Tahun 1999-2008
Januari 278,0 331,2
Februari 302,0 333,3
Oktober 365,0 252,4
November 528,0 366,4
Desember 428,0 269,5
Sumber : BMG Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor, 2010
4.3.1.2 Warna dan Kekeruhan
Hasil pengukuran warna yang dilakukan pada lima stasiun pengamatan
dengan tiga kali ulangan, nilai rata-ratanya dapat dilihat pada Gambar 8. Pada
gambar tersebut terlihat bahwa simpangan baku yang terbesar terdapat pada
stasiun 2 dan 5. Hal ini terjadi karena pada stasiun 2 dan stasiun 5 terdapat
kegiatan perikanan, peternakan dan permukiman yang membuang limbahnya ke
Sungai Cihideung, sehingga akan menyumbang limbah organik yang berasal dari
sisa pakan ikan dan ternak serta dari limbah rumah tangga yang cukup tinggi.
Pembuangan limbah dari kegiatan-kegiatan tersebut tidak dilakukan dalam