• Tidak ada hasil yang ditemukan

Preferensi Pemilihan Inang oleh Parasit Argulus sp. serta Pengaruhnya terhadap Kondisi Fisiologis Ikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Preferensi Pemilihan Inang oleh Parasit Argulus sp. serta Pengaruhnya terhadap Kondisi Fisiologis Ikan"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

PREFERENSI PEMILIHAN INANG OLEH PARASIT

Argulus

sp.

SERTA PENGARUHNYA TERHADAP

KONDISI FISIOLOGIS IKAN

ANITTA NURLAELA

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Preferensi Pemilihan Inang oleh Parasit Argulus sp. serta Pengaruhnya terhadap Kondisi Fisiologis

Ikan” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

ANITTA NURLAELA. Preferensi Pemilihan Inang oleh Parasit Argulus sp. serta Pengaruhnya terhadap Kondisi Fisiologis Ikan. Dibimbing oleh SUKENDA dan YANI HADIROSEYANI.

Argulus sp. adalah parasit ikan yang bersifat non inang spesifik yaitu dapat menyerang berbagai spesies ikan. Namun demikian, belum diketahui apakah terdapat preferensi parasit ini terhadap spesies ikan yang disenanginya. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan preferensi Argulus sp. dalam menginfeksi lima spesies ikan dan pengaruhnya terhadap kondisi ikan yang diserang parasit tersebut. Sejumlah 150 ekor Argulus sp. yang ditularkan pada 5 ekor ikan yang masing-masing terdiri dari ikan mas, gurame, nila, patin dan lele menunjukkan prevalensi 100% dengan intensitas parasit berturut-turut 55, 46, 20, 16, dan 13. Ikan mas dan ikan nila yang terserang Argulus sp. pada intensitas parasit 10 menunjukkan penurunan bobot dalam 14 hari. Demikian juga dengan kadar Hemoglobin dan Hematokrit pada kedua ikan tersebut mengalami penurunan, sedangkan jumlah sel darah putih meningkat.

Kata kunci: Parasit, Inang, prevalensi dan intensitas

ABSTRACT

ANITTA NURLAELA. Preference of Host Selection by Argulus sp. and Its Effect on Host Fish Phisiology. Supervised by SUKENDA and YANI HADIROSEYANI.

Argulus sp. is one of non-specific fish parasite, which can infect various species of fishes. Although, it still unknown whether there is any preference of fish species it liked. This experiment purposed to determine the preference of Argulus sp. in infecting five different species of fishes and its effect to the infected fish phisiology. Five different species of fishes including the family of Common carp, Giant gourami, Tilapia, Pangasius catfish and Walking catfish were infected by 150 Argulus sp. The result shows 100% of prevelence with the intensity of each parasite 55, 46, 20, 16, and 13. Common carp and Tilapia which infected by the intensity number of 10 Argulus sp. showed the reducing of body weight in 14 days. The number of Hematocrite and Hemoglobine of both fishes also decreased, but the number of white blood cell was increased.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Budidaya Perairan

ANITTA NURLAELA

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2013

PREFERENSI PEMILIHAN INANG OLEH PARASIT

Argulus

sp.

SERTA PENGARUHNYA TERHADAP

(6)
(7)

Judul Skripsi : Preferensi Pemilihan Inang oleh Parasit Argulus sp. serta Pengaruhnya terhadap Kondisi Fisiologis Ikan

Nama : Anitta Nurlaela NIM : C14079002

Disetujui oleh

Dr Ir Sukenda, MSc Pembimbing I

Ir Yani Hadiroseyani, MM Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Sukenda, MSc Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Preferensi Pemilihan Inang oleh Parasit Argulus sp. serta Pengaruhnya terhadap Kondisi Fisiologis Ikan”. Dalam kesempatan kali ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Sukenda, M.Sc. Dan Ibu Ir. Yani Hadiroseyani, MM selaku dosen pembimbing skripsi atas bimbingan serta arahan selama penelitian dan penyusunan skripsi.

2. Bapak Dr. Ir. Odang Carman, M.Sc. selaku dosen pembimbing akademik sekaligus dosen penguji tamu yang telah banyak memberikan saran dan masukan selama sidang serta semangat dan motivasi selama masa studi berlangsung.

3. Ayahanda, ibunda dan adik-adikku yang tercinta yang telah memberikan kasih sayang, dukungan, motivasi, harapan, doa, moril dan materi yang sangat berharga.

4. Sahabat-sahabatku yang telah memberikan dukungan, dorongan dan semangat.

5. Kakanda Rahman yang telah memberikan dorongan dan motivasi selama penelitian.

6. Seluruh staf Ditmawa dan Ibu Megawati Simanjuntak, SP, M.Si yang telah memberi dukungan, motivasi dan bantuan materi yang sangat berharga. 7. Seluruh dosen dan segenap pegawai Departemen Budidaya Perairan

Khususnya Bapak Ranta atas bimbingan dan bantuanya selama penelitian. 8. Keluarga LKI (Ibu Rini, mbak Manda, mbak Adni, mbak Dewi, mbak

Rita, Kak Farik, Dendi, Lita, Titi, Jeni, Arip, Firko, Wiwi, Ikhsan, Prasetyo, Doni, Soya, Iin) dan mbak Hida.

9. Seluruh teman-teman BDP, teman-teman kos ASAD, teman-teman kos GRIA, atas bantuan, kerjasama, semangat dan dukungannya.

10. Keluarga besar PT. Suri Tani Pemuka Carita, Propinsi Banten yang telah memberikan dorongan, semangat dan dukungannya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan, namun berharap penelitian yang dituangkan dalam sebuah skripsi ini dapat memberikan banyak manfaat.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

METODE 2

Waktu dan Tempat 2

Prosedur Penelitian 2

Analisis Data 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Hasil 7

Pembahasan 10

KESIMPULAN DAN SARAN 12

Kesimpulan 12

Saran 13

DAFTAR PUSTAKA 13

LAMPIRAN 15

(10)

DAFTAR TABEL

1 Parameter Prevalensi (%) dan Intensitas Argulus sp. per spesies ikan uji 7

2 Distribusi Argulus sp. pada Organ Target 7

3 Pertumbuhan Ikan Kontrol dan Ikan Uji Selama Masa Pemeliharan 8

DAFTAR GAMBAR

1 Jumlah sel darah merah ikan mas dan ikan nila kontrol dengan yang

terinfeksi Argulus sp. 8

2 Kadar hemoglobin ikan mas dan ikan nila kontrol dengan yang

terinfeksi Argulus sp. 9

3 Kadar hematokrit ikan mas dan ikan nila kontrol dengan yang terinfeksi

Argulus sp. 9

4 Jumlah sel darah putih ikan mas yang tidak terfeksi dan yang terinfeksi

Argulus sp. 10

5 Luka pada sirip akibat infestasi Argulus sp. 10

DAFTAR LAMPIRAN

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman hayati nomor dua setelah Brazil, dan memiliki 1300 jenis ikan air tawar dengan kepadatan 0,72 jenis/1000 km2 (The World Bank 1998). Usaha budidaya ikan air tawar semakin banyak diminati masyarakat budidaya dan dilakukan oleh petani baik secara tradisional maupun intensif. Pada budidaya baik tradisional maupun intensif penyakit masih menjadi kendala bagi keberhasilan usaha budidaya tersebut. Penyakit dapat dipicu oleh kondisi stress pada ikan, kualitas air yang buruk dan pathogen yang virulen. Penyakit disebabkan adanya interaksi yang tidak serasi antara pathogen (penyakit), inang (ikan) dan lingkungan sehingga menyebabkan stres pada ikan dan mengakibatkan lemahnya pertahanan tubuh sehingga penyakit mudah menginfeksi (Noga 2000). Benih ikan merupakan stadia yang sangat rentan terhadap serangan penyakit karena sistem pertahanan tubuhnya belum terbentuk sempurna (Primandaka 1992).

Seiring dengan meningkatnya usaha budidaya ikan konsumsi, semakin besar kendala yang dihadapi para pembudidaya. Salah satu kendala dalam budidaya ikan adalah berjangkitnya wabah penyakit terutama yang disebabkan oleh parasit dan dapat mengakibatkan kerugian ekonomis. Beberapa jenis parasit yang sering menyerang ikan budidaya adalah Lernaea sp., Dactylogyrus sp., Gyrodactylus sp., Epistylis sp., Trichodina sp., Ichtyophthirius multifiliis, Argulus sp., Chilodonella sp., dan Costia sp. sebagai ektoparasit (Muhammad 2003). Ektoparasit adalah parasit yang menyerang tubuh ikan bagian luar (Bhagawati et al. 1991).

(12)

2

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan preferensi atau kecenderungan Argulus sp. dalam menginfeksi ikan mas, gurame, nila, patin dan lele dan pengaruh serangan Argulus sp. terhadap kondisi fisiologi ikan. Parameter kaji meliputi prevalensi dan intensitas pararasit, gambaran darah dan histopatologi ikan uji.

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga Maret 2013, bertempat di Laboratorium Kesehatan Ikan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Prosedur Penelitian

Alat dan bahan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah akuarium 60x30x30 cm lengkap dengan sistem aerasi, toples volume 2 liter, water heater, baskom dan seser ikan, timbangan, mikroskop stereo (Olympus SZ-6045TRPT) sentrifuse, alat bedah, tabung eppendorf, gelas objek, cover glass, haemacytometer, pipet Sahli, tabung Hb meter, syringe, tabung mikrohematokrit, sentrifuge, dan crytoseal. Sedangkan bahan yang digunakan anti koagulan (Na sitrat 3.8 %), alkohol,

Hayem’s, Turk, methanol, giemsa, akuades, dan HCl 0.1 N. Untuk histopatologi digunakan mikroskop cahaya (binokuler), dan fotomikograf, mikrometer, cawan petri, gelas ukur, beaker glass, erlenmeyer, staining jaringan, pipet berskala, pipet tetes, botol reagen, corong gelas, gelas objek, cover glass, timbangan Mettler, penangas air, hot plate, oven, mikrotome. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah alkohol, xylol, parafin, entellan, gelatin, dan giemsa.

Ikan yang digunakan adalah ikan bersisik yang terdiri dari ikan mas, ikan nila, dan ikan gurame, sementara ikan yang tidak bersisik digunakan ikan lele dan ikan patin. Ukuran ikan terdiri dari ikan dewasa (37-70 gram) sebanyak 10 ekor untuk setiap spesies ikan.

Isolasi dan koleksi parasit Argulus sp

Parasit Argulus sp didapatkan dari petani pengumpul ikan di Sukabumi. Parasit diambil dari ikan yang terinfeksi, dengan cara mengambil satu persatu dari tubuh ikan yang terinfeksi. Parasit yang digunakan sebanyak ± 500 ekor kemudian disimpan dalam plastik dan diberi inang dan dibawa ke Laboratorium Kesehatan Ikan di Bogor untuk dipelihara dalam akuarium berukuran 60x30x30 cm.

Metode infeksi

(13)

3 masing-masing satu ekor ikan mas, gurame, nila, patin dan lele selama dua jam untuk memberi kesempatan kepada parasit menempel pada ikan. Parameter yang diamati adalah prevalensi, intensitas rata-rata dan distribusi penempelan parasit. Pada metode penginfeksi tahap kedua, sebanyak 10 ekor Argulus sp. diinfeksikan pada ikan mas dan ikan nila masing-masing tiga ekor. Penginfeksi dilakukan dalam stoples dan dibiarkan selama dua jam untuk memberi kesempatan kepada parasit menempel pada ikan. Setelah terinfeksi oleh parasit Argulus sp., ikan dipelihara dalam akuarium dengan jumlah tiga ekor ikan per akuarium. Parameter yang diamati pada percobaan ini adalah tingkah laku ikan, pertumbuhan harian, perubahan gambaran darah serta perubahan jaringan. Proses pemeliharaan dilakukan selama empat belas hari dimana semua parameter kualitas air dijaga dalam rentang optimum untuk pemeliharaan ikan. Selama pemeliharaan ikan diberi pakan komersil yang diberikan tiga kali sehari secara ad satiation.

Prevalensi parasit Argulus sp

Prevalensi menggambarkan seberapa besar penyebaran parasit pada suatu populasi inang. Prevalensi dihitung dengan rumus (Dogiel et al. 1970):

Prevalensi = Jumlah ikan yang terserang parasit Argulus sp. X 100% Jumlah ikan yang diperiksa

Intensitas parasit Argulus sp

Intensitas parasit menggambarkan seberapa banyak parasit dapat menginfeksi inangnya. Intensitas dihitung dengan rumus (Dogiel et al. 1970):

Intensitas = Jumlah parasit Argulus sp. yang menginfeksi (ditemukan) rata-rata Jumlah ikan yang terserang parasit Argulus sp.

Distribusi parasit pada organ target

Distribusi parasit pada organ target dilihat dari kecenderungan parasit dalam memilih lokasi penempelan pada beberapa bagian organ inang. Organ target yang diamati antara lain mulut, kepala, punggung, perut bawah, sirip dorsal, sirip caudal, sirip ventral, sirip pektoral, sirip anal, operkulum, dagu dan dada.

Tingkah laku ikan

Pengaruh penempelan parasit terhadap tingkah laku ikan dianalisis dengan melakukan uji respon refleks dan uji respon terhadap pakan. Uji respon refleks meliputi uji refleks bertahan, refleks lari, refleks ekor, dan refleks mata. Respon refleks dan respon pakan diamati hingga hari ke empat belas pascainfeksi, dan data dianalisis secara deskriptif.

Pertumbuhan harian ikan

(14)

4

W = Wt – Wo Dimana :

W = Pertumbuhan mutlak (gram)

Wt = Bobot biomassa pada akhir penelitian (gram) Wo = Bobot biomassa pada awal penelitian (gram)

Pengamatan Gambaran Darah

Gambaran darah ikan diukur pada awal, tengah, dan akhir penelitian dari masing-masing spesies ikan, meliputi Jumlah sel darah merah, Hemoglobin, Hematokrit, dan Jumlah sel darah putih.

Jumlah Sel Darah Merah (SDM)

Penghitungan jumlah sel darah merah dilakukan dengan cara mengencerkan dahulu darah dengan larutan Hayem dengan perbandingan 1:20 (Svobodova dan Vykusova 1991). Penghitungan sel dilakukan dibawah mikroskop dengan menggunakan hemasitometer dengan jumlah lapang pandang 10 kotak kecil dan dihitung dengan rumus (Nabib dan Pasaribu 1989):

SDM = (A/N) x (I/V) x Fp A = jumlah sel darah merah

N = jumlah sel darah merah yang terhitung V = volume haemositometer

Fp = faktor pengenceran

Hemoglobin (Hb)

Pengukuran kadar hemoglobin darah dilakukan dengan metode sahli (Wedemeyer dan Yasutake 1977 dalam Alifuddin 1999). Metode ini mengkonversikan Hb darah dalam bentuk asan hematin oleh asam klorida. Darah dihisap skala 20 mm3 dengan pipet Sahli. Ujung pipet yang digunakan dibersihkan dari sisa-sisa darah dengan menggunakan tissu, darah kemudian dipindahkan ke dalam tabung sahlinometer yang telah berisi HCl 0,1 N sampai batas tera 10. Kedua bahan diaduk dan dibiarkan 3-5 menit agar hemoglobin bereaksi dengan HCl dan membentuk asam hematin (berwarna kuning kecoklatan). Kemudian ditambahkan akuades sehingga warna sampel sama dengan warna standar. Pembacaan skala dilakukan dengan melihat permukaan cairan dan dicocokkan dengan skala tabung Sahlinometer yang dilihat pada lajur g%, yang berarti banyaknya hemoglobin dalam gram per 100 ml darah.

Hematokrit (Hc)

(15)

5

Jumlah Sel Darah Putih (SDP)

Penghitungan jumlah sel darah putih dilakukan dengan cara mengencerkan dahulu darah larutan Turk’s dengan perbandingan 1:20. Perhitungan jumlah sel darah putih dilakukan di bawah mikroskop dengan menggunakan hemositometer pada lapang 5 kotak besar dan jumlahnya dihitung dengan rumus (Nabib dan Pasaribu 1989):

SDP = (A/N) x (I/V) x Fp A = jumlah sel darah putih

N = jumlah sel darah putih yang terhitung V = volume haemositometer

Fp = faktor pengenceran

Histopatologi

Perubahan yang terjadi pada jaringan akibat penempelan parasit Argulus sp. pada tubuh ikan dilakukan dengan mengamati perubahan histopatologi pada hari ke empat belas pascainfeksi dari masing-masing organ target. Prosedur histopatologi adalah sebagai berikut (Angka et al. 1990):

Pengambilan Jaringan

Sempel ikan dimatikan terlebih dahulu dengan cara menusuk bagian oblongata dengan menggunakan alat bedah. Organ target yaitu sirip, otot dan sisik diambil dengan alat bedah yang sesuai. Sirip ikan diambil dengan cara digunting menggunakan gunting bedah. Selanjutnya, sirip dimasukkan ke dalam larutan fiksatif. Otot ikan diambil dari bagian dorsal ikan. Otot disayat dengan menggunakan pisau skalpel yang tajam agar jaringan otot tidak rusak. Ikan disayat membentuk persegi panjang dengan ketebalan 5 mm agar bahan fiksatif dapat meresap. Jaringan otot yang sudah dipotong dimasukkan kedalam larutan fiksatif. Selanjutnya pengambilan sisik dilakukan dengan cara mengambil pada bagian sisik yang terinfeksi kemudian dimasukkan kedalam larutan fiksatif (Angka et al. 1990).

Pembuatan Preparat Histopatologi

Pembuatan preparat histologi dilakukan dengan tiga tahap yaitu fiksasi jaringan dan parafinisasi, pemotongan jaringan serta pewarnaan jaringan (Angka et al. 1990).

Fiksasi jaringan dan parafinisasi (blocking)

(16)

6

3 kali ulangan masing-masing selama 30 menit. Hal ini bertujuan agar alkohol keluar dari jaringan dan dapat digantikan dengan xylol. Proses selanjutnya adalah impregnasi yaitu, jaringan yang akan diamati direndam dalam paraffin dengan titik cair 58-600C dalam oven yang dipanaskan pada suhu 65-700C, perbandingan xylol dengan paraffin yaitu 1:1 selama 45 menit. Tahap ini bertujuan untuk menggantikan xylol dengan paraffin. Kemudian proses selanjutnya adalah embedding, yaitu jaringan yang akan diamati direndam dengan paraffin sebanyak 3 kali ulangan masing-masing selama 45 menit. Kemudian proses blocking yaitu jaringan dicetak sehingga mudah untuk dipotong (Angka et al. 1990).

Pemotongan jaringan

Jaringan yang telah dicetak dipotong dengan menggunakan alat potong mikrotom, ketebalan sayatan mencapai 6 mikrometer. Agar jaringan lunak setelah dipotong, jaringan dimasukkan ke dalam air hangat sehingga dapat ditata pada gelas objek. Jaringan yang telah basah tadi dikering anginkan sebelum dilakukan tahap pewarnaan (Angka et al. 1990).

Pewarnaan jaringan

Setelah dilakukan proses pemotongan jaringan, selanjutnya proses pewarnaan jaringan. Proses pewarnaan dimulai dengan tahap rehidrasi yaitu mengeluarkan paraffin dari jaringan dengan cara jaringan direndam dengan xylol sebanyak 2 kali masing-masing 3 hingga 5 menit, kemudian rehidrasi alkohol mulai dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi yang rendah yaitu alkohol konsentrasi 100% sebanyak 2 kali masing-masing selama 3 menit, dilanjutkan dengan alkohol 95%, 90%, 80%, 70% dan 50% masing-masing selama 3 menit kemudian dibilas dengan akuades sebanyak 2 kali. Tahap selanjutnya setelah rehidrasi adalah pewarnaan dengan hematoksilin dan eosin. Tahap dimulai dengan preparat direndam hematoksilin selama 7 hingga 15 menit, kemudian dicuci dengan air mengalir selama 7 menit, dilanjutkan dengan perendaman dengan eosin selama 3 menit. Preparat dapat langsung dipakai atau dicuci terlebih dahulu dengan akuades. Tahap selanjutnya adalah dehidrasi, dimulai dengan preparat direndam alkohol dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi, dimulai dengan konsentrasi 50% sebanyak 1 kali selama 2 menit, kemudian dilanjutkan dengan alkohol 70%, 85%, 90% dan 100% masing selama 2 menit. Setelah itu dapat dilanjutkan dengan proses mounting dan entellan, yaitu preparat ditutup dengan gelas penutup yang telah ditetesi entellan, semacam minyak emersi. Kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 400C selama 24 jam, kemudian preparat siap untuk diamati (Angka et al. 1990).

Pemeriksaan Preparat Histopatologi

Preparat histopatologi diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran mulai dari 40x sampai 1000x sesuai dengan kejelasan objek. Kemudian didokumentasikan menggunakan kamera, hasil yang diperoleh dibandingkan dengan literatur yang ada (Angka et al. 1990).

Analisis Data

(17)

7

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Preferensi dan Distribusi Argulus sp.

Parameter Prevalensidan Intensitas

Berdasarkan penelitian didapatkan nilai prevalensi 100% dan intensitas rata-rata 13 sampai 55, dengan penginfeksian parasit Argulus sp. sebanyak 150 ekor pada lima ekor ikan konsumsi yang berbeda. Dapat dilihat pada Tabel 1. intensitas tertinggi pada ikan mas dilanjut ikan gurame, ikan nila, ikan patin dan terendah pada ikan lele.

Table 1. Parameter Prevalensi (%) dan Intensitas Argulus sp. per spesies ikan uji

Nama menunjukkan distribusi Argulus sp. pada organ target inang yang paling tinggi atau yang paling dominan yaitu pada organ sirip yang terdiri dari sirip anal, caudal, dan dorsal.

Tabel 2. Distribusi Argulus sp. pada Organ Target

Nama Spesies

Kepala Operkulum Dada/ dagu

Pektoral Perut Ventral Anal Caudal Dorsal

Mas - 3 - 4 5 15 5 10 13

Perubahan Tingkah Laku Ikan

Tingkah laku ikan

(18)

8

Respon Fisiologis Ikan

Pertumbuhan inang

Ikan yang terinfeksi Argulus sp. sebanyak 10 ekor mengalami penurunan bobot biomasa yang relatif tinggi selama pemeliharaan empat belas hari. Hal ini berbeda dengan ikan kontrol yang justru mengalami kenaikan bobot biomassa yang relatif tinggi (Tabel 3).

Tabel 3.Pertumbuhan Ikan Kontrol dan Ikan Uji Selama Masa Pemeliharaan

Sempel

Kontol Perlakuan

Ikan Mas Ikan Nila Ikan Mas Ikan Nila B0 B14 B0 B14 B0 B14 B0 B14

56 58 70 75 42 - 37 35 49 54 63 67 45 - 42 45 47 50 52 56 39 37,8 47 38 Jumlah Total 152 162 185 198 126 37,8 126 118

Rata-rata 50.7 54 61.7 66 42 37,8 42 39,3 Pertumbuhan

Mutlak (g) 3,3 4,3 -4,2 -2,7

Keterangan :

B0 = Bobot awal ikan mas dan ikan nila (g)

B14 = Bobot akhir ikan mas dan ikan nila (g)

Sel Darah Merah

Pada Gambar 1. Dapat dilihat bahwa jumlah rata-rata sel darah merah ikan mas mengalami penaikan pada awal pemeliharaan dan penurunan pada akhir pemeliharaan, sedangkan pada ikan nila mengalami penurunan jumlah sel darah merah pada awal dan akhir pemeliharaan, namun pada tengah pemeliharaan mengalami penaikan yang relatif sangat tinggi.

Gambar 1. Jumlah sel darah merah ikan mas dan ikan nila kontrol dengan yang terinfeksi Argulus sp.

Hemoglobin (Hb)

(19)

9

Gambar 2. Kadar hemoglobin ikan mas dan ikan nila kontrol dengan yang terinfeksi Argulus sp.

Hematokrit (Hc)

Pada Gambar 3. dibawah ini, dilihat bahwa ikan yang terinfeksi menunjukkan adanya perubahan dibandingkan dengan yang kontrol.

Gambar 3. Kadar hematokrit ikan mas dan ikan nila kontrol dengan yang terinfeksi Argulus sp.

Sel Darah Putih

(20)

10

Gambar 4. Jumlah sel darah putih ikan mas yang tidak terinfeksi dan yang terinfeksi Argulus sp.

Histopatologi

Perubahan histologi pada ikan yang terinfeksi Argulus sp. dapat dilihat pada Gambar 5. Penginfeksian Argulus sp. selama pemeliharan dapat memberikan pengaruh terhadap perubahan jaringan ikan. Berikut ini adalah gambar luka pada sirip ikan yang terinfeksi Argulus sp. dengan ditandai panah.

Gambar 5. Luka pada sirip akibat infestasi Argulus sp.

Pembahasan

Argulus sp. merupakan salah satu jenis ektoparasit yang sering menyerang dalam kegiatan budidaya baik air tawar maupun air laut. Argulus sp. menyerang pada bagian sirip, kulit, insang dan seluruh bagian luar tubuh inang. Kabata (1985) menjelaskan bahwa ikan yang terserang parasit Argulus sp. akan menunjukkan gejala klinis seperti lesu, berdiam disudut kolam, nafsu makan hilang, kulit kusam, sirip koyak kadang terkelupas, sisik lepas, dan luka berdarah yang berkembang menjadi hiperplasia dan nekrosis. Infeksi Argulus sp. juga dapat mendukung infeksi sekunder yang disebabkan oleh bakteri. Menurut Prasetya dkk (2004) serangan parasit lebih sering mematikan pada beberapa ikan muda yang biasanya berukuran kecil karena belum berkembangnya sistem pertahanan tubuh.

(21)

11 batrachus) di Kabupaten Kerambitan, ditemukan di Propinsi Nusa Tenggara Barat yang menyerang ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus) di Kabupaten Dumpu, di Propinsi Kalimantan Timur menyerang ikan patin (Pangasius hypophthalmus); ikan Mas (Cyprinus carpio L) di Kabupaten Kutai Kerta Negara. Walaupun Argulus sp. bukanlah parasit yang bersifat inang spesifik, tetapi memiliki kecenderungan dalam memilih inangnya. Parasit Argulus sp. memilih ikan bersisik. Hal ini dikarenakan ikan bersisik seperti ikan Mas memiliki sisik yang lunak dan memiliki gerak yang lambat sehingga parasit Argulus sp. sangat mudah menempel pada tubuh ikan, begitupun pada ikan Gurame memiliki gerak yang sama namun pada ikan ini memiliki sisik yang keras sehingga parasit Argulus sp. mudah menempel pada tubuh ikan, sedangkan pada ikan Nila memiliki tingkah laku yang agresif dan memiliki sisik yang keras sehingga parasit Argulus sp. sulit menempel pada tubuh ikan.

Argulus sp. juga dapat menyerang ikan Patin dan ikan Lele. Hal ini dikarenakan ikan Patin tidak memiliki mukus yang banyak sehingga parasit Argulus sp. sangat mudah menempel pada tubuh ikan, sedangkan pada ikan Lele memiliki tingkah laku yang sangat agresif (mudah menyerang parasit) dan memiliki mukus yang banyak sehingga parasit Argulus sp. yang menempel hanya pada bagian organ-organ tertentu saja seperti pada bagian kepala, dagu, punggung, dan dada.

Penyerangan Argulus sp. terhadap ikan selama pemeliharaan empat belas hari menyebar pada beberapa organ target seperti pada bagian sirip, kulit dan seluruh bagian tubuh inang. Jumlah infestasi Argulus sp. terbanyak terdapat pada bagian sirip yaitu sirip dorsal, caudal dan pektoral. Infestasi Argulus sp. tidak permanen tetapi dapat lepas dari tubuh inang atau Argulus sp. mengalami kematian. Hal ini sesuai dengan pendapat Olsen (1974) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan spesifik antara inang dengan parasit yang ditentukan oleh keberhasilan parasit dalam menginfeksi, menempati, dan berkembang biak pada habitat tertentu pada bagian tubuh inang.

Perubahan tingkah laku ikan yang teramati selama pemeliharaan meliputi respons gerakan tubuh yang tidak normal seperti menggesek-gesekkan tubuh pada kaca akuarium, berenang pasif, sering berada di dasar perairan, ikan mempunyai reaksi yang lambat atau sama sekali tidak bereaksi ketika disentuh tangan, sisik mudah rontok dan tidak teratur, sirip sering mengalami kerusakan dan terlihat pendarahan pada bagian tertentu, terdapat luka baik permukaan tubuh maupun sirip ikan, nafsu makan menurun serta beberapa ikan yang berada di permukaan air. Perubahan tingkah laku ikan yang teramati sesuai dengan pendapat Hoole, D. et al. (2001) bahwa ikan yang terinfeksi Argulus sp. sering menunjukkan kelainan perilaku diantaranya tubuh lemah, iritasi dan kehilangan nafsu makan.

(22)

12

Ektoparasit Argulus sp. menyerang ikan dengan menghisap darah, sehingga ikan mudah stress. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, ikan memberikan respons fisiologis berupa penurunan atau peningkatan beberapa parameter darah yang diikuti dengan recovery. Hesser (1960) dalam Lagler et al. (1977) menyatakan bahwa parameter yang dapat memperlihatkan perubahan patologi pada darah adalah hematokrit, hemoglobin, jumlah sel darah merah dan putih. Penurunan parameter darah pada ikan dapat menyebabkan anemia pada ikan. Anemia berdampak pada terhambatnya pertumbuhan ikan, karena rendahnya jumlah eritrosit mengakibatkan suplai makanan ke sel jaringan dan organ akan berkurang sehingga proses metabolisme ikan akan terhambat. Menurut Lowe-Jinde and Niimi dalam Al-Attar (2005) bahwa anemia terjadi karena kemungkinan meningkatnya kerusakan eritrosit atau berkurangnya pelepasan eritrosit didalam sirkulasi darah.

Perubahan histopatologi yang teramati pada ikan yang terinfeksi Argulus sp. mengalami perubahan jaringan. Hal ini sesuai dengan pendapat Yildiz and Kumantas (2002), yang menyatakan bahwa luka yang ditimbulkan akibat infeksi Argulus sp., akan timbul ulcer, dalam jangka waktu yang lama akan terjadi pendarahan dan kerusakan jaringan pada bagian kulit, sisik, sirip dan otot yang terserang Argulus sp. dan kemudian terjadi inflamasi. Argulus sp. Mengeluarkan simultaneously releasing toxic anticoagulant substances yang berfungsi untuk mencegah pambekuan darah ikan yang telah dihisapnya (Yildiz and Kumantas 2002).

Penyakit yang disebabkan oleh ektoparasit merupakan penyerang utama (primary infection) atau penyerang sekunder (secondary infection) akibat luka, akan dilanjutkan dengan infeksi sekunder oleh bakteri atau cendawan yang tumbuh pada ikan luka dan terus meluas sehingga dapat mengakibatkan kematian. Argulus sp. juga dapat berperan sebagai tuan rumah sementara (vector) bagi bakteri atau virus yang sering menyebabkan penyakit pada ikan. Kismiyati (2009) menyatakan bahwa luka bekas dari infestasi Argulus sp. akan banyak ditumbuhi oleh bakteri gram negatif karena salah satu sifat dari bakteri gram negatif tersebut adalah dapat mencerna hemoglobin dan gelatin yang terdapat pada luka akibat infestasi ektoparasit Argulus sp. sehingga banyak bakteri yang muncul pada lokasi di sekitar luka yang terdapat pada tubuh ikan tersebut. Bakteri gram negatif yang muncul pada luka akibat infestasi ektoparasit Argulus sp. tersebut adalah kebanyakan dari genus Aeromonas, Pseudomonas dan Flexibacter. Selain bakteri gram negatif juga terdapat jamur seperti Saprolegnia sp. dan Achylya sp. yang dapat menyebabkan kematian massal pada ikan (Handajani 2005).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

(23)

13

Saran

Diperlukannya penelitian lanjut mengenai pengetahuan-pengetahuan tentang parasit dan cara pengendalian, baik pencegahan maupun pengobatan, mengingat dilapangan pengendalian Argulus sp. belum memberikan hasil yang yang memuaskan. Penelitian tersebut dapat berupa pemilihan inang pada jenis ikan lokal di awal stadia parasit.

DAFTAR PUSTAKA

Al- Attar. 2005. Changes in Haematological Parameters of the Fish, Oreochromis niloticus Treated with Sublethal Concentration of Cadmium. Pakistan Journal of Biological Sciences: 421-424.

Alifuddin M. 1999. Peran Imunostimulan (Lipopolisakarida, Saccharomyces cerevisiae & Levamisol) pada Gambaran Respon Imunitas Ikan Jambal Siam (Pangasius hypophthalamus Fowler). Tesis. Sekolah Pasca Sarjana. Fakultas Perikanan IPB. Bogor.

Anderson DP, Siwicki AK. 1993. Basic hematology and Serology for fish health programs. Disease in Asian Aquaculture 11:185-202

Angka SL, Mokoginta I dan Hamid H. 1990. Anatomi dan Histologi banding beberapa ikan air tawar yang dibudidayakan di indonesia. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Institut Pertanian Bogor.

Bhagawati D, Petrus HT dan Siti R. 1991. Mengenal ektoparasit penyebab penyakit pada kolam rakyat di Desa Beji Purwokerto.Skripsi. Fakultas Biologi UNSOED, Purwokerto.

Dogiel VAG, Petrushevski GK &Polyanski I. 1970. Parasitology of Fishes. T.F.H. Publisher, Hongkong. 384 p.

Effendi, H., 2000. Telaah Kualitas Air. Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Handajani A dan Samsundari S. 2005. Parasit dan Penyakit Ikan. Muhammadiyah University Press. Malang. 201 hal.

Hoole D, Bucke D, Burgess P and Wellby I. 2001. Diseases Of Carp and other Cyprinid Fishes. Iowa State University Press, USA.

Irianto A. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 256 hal.

Kabata Z. 1985. Parasites and diseases of fish cultured in the tropics. Parasit Biological Station Nanaimo. British Columbia. Canada.

Kismiyati, Subekti S, Yusuf RWN dan Kusdarwati R. 2009. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Gram Negatif pada Luka Ikan Mas Koki (Carassius auratus) Akibat Infeksi Ektoparasit Argulus sp.. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 1, No:2.

(24)

14

Muhammad N. 2003. Parasitic infestation in different fresh water fishes of mini dams of potohar region, Pakistan. Pakistan J. of Biol. Sci. 6(13):1092-1095.

Mutaqin Z. 2006. Pola Sebaran Hama dan Penyakit Ikan Yang Disebabkan Oleh Parasit dan Bakteri Pada Beberapa Propinsi di Indonesia. Skripsi.Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.

Nabib R, Pasaribu FH. 1989. Patologi dan Penyakit ikan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan tinggi. Pusat Antar Universitas Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor. 158 hal

Noga JE. 2000. Fish Diseases Diagnosis and Treatment. St. Louis: Mosby Year Book.

Olsen O W. 1974. Animal Parasites.Their Life Cycles and Ecology. Univ. Park Press, Baltimore, London. Tokyo.

Partasasmita S. 1978. Metode Diagnosa dan Epidemilogi Penyakit Ikan oleh Crustacea dan Protozoa Parasiter di dalam Lokakarya Pemberantasan Hama dan Penyakit Ikan. Bogor: Direktorat Jenderal Perikanan, Lembaga Penelitian Perikanan Darat. 20 halaman.

Prasetya D, Rokhmani dan Subadrah. 2004. “Kekayaan Jenis Ektoparasit yang Menyerang Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.) Tahap Pendederan

I dan II Dengan Pemeliharaan Secara Tradisional”. Prosiding Seminar Nasional IV, Penyakit Ikan dan Udang. Balai Penelitian Perikanan Air Tawar, Pusat Penelitian Dan Pengembangan Perikanan, Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian. Purwokerto.

Primandaka JT. 1992. Pengaruh Penyuntikan Isolat Virulen Aeromonas hydrophila Secara Intramuskular Terhadap Gambaran Darah Lele Dumbo (Clarias sp.) Ukuran Fingerling. Skripsi. Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor. hlm 70.

Sumiati T dan Aryati Y. 2010. Penyakit Parasitik Pada Ikan Hias Air Tawar. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar.

The World Bank, 1998.Integrating Freshwater Biodiversity Conservation with Development: Some Emerging Lessons.Natural Habitats and Ecosystems Management Series.Paper No. 61, viii + 24 pp.

(25)

LAMPIRAN

Lampiran 1 ResponsTingkah Laku Ikan Pasca Infeksi

Tanggal Nama

spesies

Respons Ikan

Pagi Siang Sore

25/01/13 Ikan Mas Menggosok-gosokan badan pada

dinding akuarium, berenang fasif, selera makan menurun, dan ikan sering berada di dasar perairan.

Menggosok-gosokan badan pada dinding akuarium, berenang fasif, selera makan menurun, dan ikan sering berada di dasar perairan.

Menggosok-gosokan badan pada dinding akuarium, berenang fasif, selera makan menurun, dan ikan sering berada di dasar perairan.

Ikan Nila Menggosok-gosokan badan pada

dinding akuarium, berenang fasif, selera makan menurun, dan ikan sering berada di dasar perairan.

Menggosok-gosokan badan pada dinding akuarium, berenang fasif, selera makan menurun, dan ikan sering berada di dasar perairan.

Menggosok-gosokan badan pada dinding akuarium, berenang fasif, selera makan menurun, dan ikan sering berada di dasar perairan.

26/01/13 Ikan Mas Menggosok-gosokan badan pada

dinding akuarium, bercak

merah/luka dibagian sirip, berenang fasif, selera makan menurun, terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

Menggosok-gosokan badan pada dinding akuarium, bercak

merah/luka dibagian sirip, berenang fasif, selera makan menurun, terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

Menggosok-gosokan badan pada dinding akuarium, bercak

merah/luka dibagian sirip, berenang fasif, selera makan menurun, terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

IkanNila Menggosok-gosokan badan pada dinding akuarium, bercak

merah/luka dibagian sirip, berenang fasif, selera makan menurun, terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

Menggosok-gosokan badan pada dinding akuarium, bercak

merah/luka dibagian sirip, berenang fasif, selera makan menurun, terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

Menggosok-gosokan badan pada dinding akuarium, bercak

merah/luka dibagian sirip, berenang fasif, selera makan menurun, terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

(26)

Lanjutan Respons Tingkah Laku Ikan Pasca Infeksi

Tanggal Nama

spesies

Respons Ikan

Pagi Siang Sore

27/01/13 IkanMas Menggosok-gosokan badan

pada dinding akuarium, bercak merah/luka dibagian sirip, berenang fasif, selera makan menurun, terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

Menggosok-gosokan badan pada dinding akuarium, bercak

merah/luka dibagian sirip, berenang fasif, selera makan menurun, terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

Menggosok-gosokan badan pada dinding akuarium, bercak

merah/luka dibagian sirip, berenang fasif, selera makan menurun, terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

IkanNila Menggosok-gosokan badan

pada dinding akuarium, bercak merah/luka dibagian sirip, berenang fasif, selera makan menurun, terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

Menggosok-gosokan badan pada dinding akuarium, bercak

merah/luka dibagian sirip, berenang fasif, selera makan menurun, terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

Menggosok-gosokan badan pada dinding akuarium, bercak

merah/luka dibagian sirip, berenang fasif, selera makan menurun, terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

28/01/13 IkanMas Menggosok-gosokan badan

pada dinding akuarium, bercak merah/luka dibagian sirip, berenang fasif, selera makan menurun, terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

Menggosok-gosokan badan pada dinding akuarium, bercak

merah/luka dibagian sirip, berenang fasif, selera makan menurun, terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

Menggosok-gosokan badan pada dinding akuarium, bercak

merah/luka dibagian sirip, berenang fasif, selera makan menurun, terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

(27)

Lanjutan Respons Tingkah Laku Ikan Pasca Infeksi

Tanggal Nama

spesies

Respons Ikan

Pagi Siang Sore

IkanNila Menggosok-gosokan badan pada

dinding akuarium, bercak merah/luka dibagian sirip, berenang fasif, selera makan menurun, terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

Menggosok-gosokan badan pada dinding akuarium, bercak merah/luka dibagian sirip, berenang fasif, selera makan menurun, terjadinya

pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

Menggosok-gosokan badan pada dinding akuarium, bercak merah/luka dibagian sirip, berenang fasif, selera makan menurun, terjadinya

pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

29/01/13 IkanMas bercak merah/luka dibagian sirip,

berenang fasif, selera makan menurun, terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

bercak merah/luka dibagian sirip, berenang fasif, selera makan

menurun, terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

bercak merah/luka dibagian sirip, berenang fasif, selera makan menurun, terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

IkanNila bercak merah/luka dibagian sirip, berenang fasif, selera makan menurun, terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

bercak merah/luka dibagian sirip, berenang fasif, selera makan

menurun, terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

bercak merah/luka dibagian sirip, berenang fasif, selera makan menurun, terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

30/01/13 IkanMas bercak merah/luka dibagian sirip, berenang fasif, selera makan menurun, terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

bercak merah/luka dibagian sirip, berenang fasif, selera makan

menurun, terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

bercak merah/luka dibagian sirip, berenang fasif, selera makan menurun, terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

(28)

Lanjutan ResponsTingkah Laku Ikan Pasca Infeksi

Tanggal Nama

spesies

Respons Ikan

Pagi Siang Sore

IkanNila bercak merah/luka dibagian sirip,

berenang fasif, selera makan menurun, terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

bercak merah/luka dibagian sirip, berenang fasif, selera makan menurun, terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

bercak merah/luka dibagian sirip, berenang fasif, selera makan

menurun, terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

31/01/13 IkanMas bercak merah/luka dibagian sirip,

berenang fasif, selera makan mulai meningkat, terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

bercak merah/luka dibagian sirip, berenang fasif, selera makan mulai meningkat, terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

bercak merah/luka dibagian sirip, berenang fasif, selera makan mulai meningkat, terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

IkanNila bercak merah/luka dibagian sirip,

berenang fasif, selera makan mulai meningkat, terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

bercak merah/luka dibagian sirip, berenang fasif, selera makan mulai meningkat, terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

bercak merah/luka dibagian sirip, berenang fasif, selera makan mulai meningkat, terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

(29)

Lanjutan Respons Tingkah Laku Ikan Pasca Infeksi

Tanggal Nama

spesies

Respons Ikan

Pagi Siang Sore

01/02/13 Ikan Mas Gerakan tubuh normal, nafsu

makan meningkat

Gerakan tubuh normal, nafsu makan meningkat

Gerakan tubuh normal, nafsu makan meningkat

Ikan Nila bercak merah/luka dibagian sirip,

berenang fasif, selera makan mulai meningkat, terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

bercak merah/luka dibagian sirip, berenang fasif, selera makan mulai meningkat, terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

bercak merah/luka dibagian sirip, berenang fasif, selera makan mulai meningkat,

terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

02/02/13 Ikan Mas Gerakan tubuh normal, nafsu

makan meningkat

Gerakan tubuh normal, nafsu makan meningkat

Gerakan tubuh normal, nafsu makan meningkat

Ikan Nila bercak merah/luka dibagian sirip,

berenang fasif, selera makan mulai meningkat, terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

bercak merah/luka dibagian sirip, berenang fasif, selera makan mulai meningkat, terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

bercak merah/luka dibagian sirip, berenang fasif, selera makan mulai meningkat,

terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan. 03/02/13 Ikan Mas Gerakan tubuh normal, nafsu

makan meningkat

Gerakan tubuh normal, nafsu makan meningkat

Gerakan tubuh normal, nafsu makan meningkat

(30)

Lajutan Respons Tingkah Laku Ikan Pasca Infeksi

Tanggal Nama

spesies

Respons Ikan

Pagi Siang Sore

IkanNila bercak merah/luka dibagian sirip,

berenang fasif, selera makan mulai meningkat, terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

bercak merah/luka dibagian sirip, berenang fasif, selera makan mulai meningkat, terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

bercak merah/luka dibagian sirip, berenang fasif, selera makan mulai meningkat,

terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

04/02/13 IkanMas Gerakan tubuh normal, nafsu

makan meningkat

Gerakan tubuh normal, nafsu makan meningkat

Gerakan tubuh normal, nafsu makan meningkat

IkanNila Gerakan tubuh normal, nafsu

makan meningkat

Gerakan tubuh normal, nafsu makan meningkat

Gerakan tubuh normal, nafsu makan meningkat

05/02/13 IkanMas Gerakan tubuh normal, nafsu

makan meningkat

Gerakan tubuh normal, nafsu makan meningkat

Gerakan tubuh normal, nafsu makan meningkat

IkanNila Gerakan tubuh normal, nafsu

makan meningkat

Gerakan tubuh normal, nafsu makan meningkat

Gerakan tubuh normal, nafsu makan meningkat

06/02/13 IkanMas Gerakan tubuh normal, nafsu

makan meningkat

Gerakan tubuh normal, nafsu makan meningkat

Gerakan tubuh normal, nafsu makan meningkat

IkanNila Gerakan tubuh normal, nafsu

makan meningkat

Gerakan tubuh normal, nafsu makan meningkat

Gerakan tubuh normal, nafsu makan meningkat

07/02/13 IkanMas Gerakan tubuh normal, nafsu

makan meningka

Gerakan tubuh normal, nafsu makan meningkat

Gerakan tubuh normal, nafsu makan meningkat

IkanNila Gerakan tubuh normal, nafsu

makan meningkat

Gerakan tubuh normal, nafsu makan meningkat

Gerakan tubuh normal, nafsu makan meningkat

(31)

21

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Subang pada tanggal 06 Oktober 1988 dari pasangan Bapak Andang Herdiana dan Ibu Nani Suhyani. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Pendidikan formal penulis adalah SMA Negeri 1 Ciasem Subang (2003-2006). Pada tahun 2007 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur UMPTN/SPMB dan memilih Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

(32)

LAMPIRAN

Lampiran 1 ResponsTingkah Laku Ikan Pasca Infeksi

Tanggal Nama

spesies

Respons Ikan

Pagi Siang Sore

25/01/13 Ikan Mas Menggosok-gosokan badan pada

dinding akuarium, berenang fasif, selera makan menurun, dan ikan sering berada di dasar perairan.

Menggosok-gosokan badan pada dinding akuarium, berenang fasif, selera makan menurun, dan ikan sering berada di dasar perairan.

Menggosok-gosokan badan pada dinding akuarium, berenang fasif, selera makan menurun, dan ikan sering berada di dasar perairan.

Ikan Nila Menggosok-gosokan badan pada

dinding akuarium, berenang fasif, selera makan menurun, dan ikan sering berada di dasar perairan.

Menggosok-gosokan badan pada dinding akuarium, berenang fasif, selera makan menurun, dan ikan sering berada di dasar perairan.

Menggosok-gosokan badan pada dinding akuarium, berenang fasif, selera makan menurun, dan ikan sering berada di dasar perairan.

26/01/13 Ikan Mas Menggosok-gosokan badan pada

dinding akuarium, bercak

merah/luka dibagian sirip, berenang fasif, selera makan menurun, terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

Menggosok-gosokan badan pada dinding akuarium, bercak

merah/luka dibagian sirip, berenang fasif, selera makan menurun, terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

Menggosok-gosokan badan pada dinding akuarium, bercak

merah/luka dibagian sirip, berenang fasif, selera makan menurun, terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

IkanNila Menggosok-gosokan badan pada dinding akuarium, bercak

merah/luka dibagian sirip, berenang fasif, selera makan menurun, terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

Menggosok-gosokan badan pada dinding akuarium, bercak

merah/luka dibagian sirip, berenang fasif, selera makan menurun, terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

Menggosok-gosokan badan pada dinding akuarium, bercak

merah/luka dibagian sirip, berenang fasif, selera makan menurun, terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

(33)

Lanjutan Respons Tingkah Laku Ikan Pasca Infeksi

Tanggal Nama

spesies

Respons Ikan

Pagi Siang Sore

27/01/13 IkanMas Menggosok-gosokan badan

pada dinding akuarium, bercak merah/luka dibagian sirip, berenang fasif, selera makan menurun, terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

Menggosok-gosokan badan pada dinding akuarium, bercak

merah/luka dibagian sirip, berenang fasif, selera makan menurun, terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

Menggosok-gosokan badan pada dinding akuarium, bercak

merah/luka dibagian sirip, berenang fasif, selera makan menurun, terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

IkanNila Menggosok-gosokan badan

pada dinding akuarium, bercak merah/luka dibagian sirip, berenang fasif, selera makan menurun, terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

Menggosok-gosokan badan pada dinding akuarium, bercak

merah/luka dibagian sirip, berenang fasif, selera makan menurun, terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

Menggosok-gosokan badan pada dinding akuarium, bercak

merah/luka dibagian sirip, berenang fasif, selera makan menurun, terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

28/01/13 IkanMas Menggosok-gosokan badan

pada dinding akuarium, bercak merah/luka dibagian sirip, berenang fasif, selera makan menurun, terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

Menggosok-gosokan badan pada dinding akuarium, bercak

merah/luka dibagian sirip, berenang fasif, selera makan menurun, terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

Menggosok-gosokan badan pada dinding akuarium, bercak

merah/luka dibagian sirip, berenang fasif, selera makan menurun, terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

(34)

Lanjutan Respons Tingkah Laku Ikan Pasca Infeksi

Tanggal Nama

spesies

Respons Ikan

Pagi Siang Sore

IkanNila Menggosok-gosokan badan pada

dinding akuarium, bercak merah/luka dibagian sirip, berenang fasif, selera makan menurun, terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

Menggosok-gosokan badan pada dinding akuarium, bercak merah/luka dibagian sirip, berenang fasif, selera makan menurun, terjadinya

pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

Menggosok-gosokan badan pada dinding akuarium, bercak merah/luka dibagian sirip, berenang fasif, selera makan menurun, terjadinya

pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

29/01/13 IkanMas bercak merah/luka dibagian sirip,

berenang fasif, selera makan menurun, terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

bercak merah/luka dibagian sirip, berenang fasif, selera makan

menurun, terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

bercak merah/luka dibagian sirip, berenang fasif, selera makan menurun, terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

IkanNila bercak merah/luka dibagian sirip, berenang fasif, selera makan menurun, terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

bercak merah/luka dibagian sirip, berenang fasif, selera makan

menurun, terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

bercak merah/luka dibagian sirip, berenang fasif, selera makan menurun, terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

30/01/13 IkanMas bercak merah/luka dibagian sirip, berenang fasif, selera makan menurun, terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

bercak merah/luka dibagian sirip, berenang fasif, selera makan

menurun, terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

bercak merah/luka dibagian sirip, berenang fasif, selera makan menurun, terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

(35)

Lanjutan ResponsTingkah Laku Ikan Pasca Infeksi

Tanggal Nama

spesies

Respons Ikan

Pagi Siang Sore

IkanNila bercak merah/luka dibagian sirip,

berenang fasif, selera makan menurun, terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

bercak merah/luka dibagian sirip, berenang fasif, selera makan menurun, terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

bercak merah/luka dibagian sirip, berenang fasif, selera makan

menurun, terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

31/01/13 IkanMas bercak merah/luka dibagian sirip,

berenang fasif, selera makan mulai meningkat, terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

bercak merah/luka dibagian sirip, berenang fasif, selera makan mulai meningkat, terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

bercak merah/luka dibagian sirip, berenang fasif, selera makan mulai meningkat, terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

IkanNila bercak merah/luka dibagian sirip,

berenang fasif, selera makan mulai meningkat, terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

bercak merah/luka dibagian sirip, berenang fasif, selera makan mulai meningkat, terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

bercak merah/luka dibagian sirip, berenang fasif, selera makan mulai meningkat, terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

(36)

Lanjutan Respons Tingkah Laku Ikan Pasca Infeksi

Tanggal Nama

spesies

Respons Ikan

Pagi Siang Sore

01/02/13 Ikan Mas Gerakan tubuh normal, nafsu

makan meningkat

Gerakan tubuh normal, nafsu makan meningkat

Gerakan tubuh normal, nafsu makan meningkat

Ikan Nila bercak merah/luka dibagian sirip,

berenang fasif, selera makan mulai meningkat, terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

bercak merah/luka dibagian sirip, berenang fasif, selera makan mulai meningkat, terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

bercak merah/luka dibagian sirip, berenang fasif, selera makan mulai meningkat,

terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

02/02/13 Ikan Mas Gerakan tubuh normal, nafsu

makan meningkat

Gerakan tubuh normal, nafsu makan meningkat

Gerakan tubuh normal, nafsu makan meningkat

Ikan Nila bercak merah/luka dibagian sirip,

berenang fasif, selera makan mulai meningkat, terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

bercak merah/luka dibagian sirip, berenang fasif, selera makan mulai meningkat, terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

bercak merah/luka dibagian sirip, berenang fasif, selera makan mulai meningkat,

terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan. 03/02/13 Ikan Mas Gerakan tubuh normal, nafsu

makan meningkat

Gerakan tubuh normal, nafsu makan meningkat

Gerakan tubuh normal, nafsu makan meningkat

(37)

Lajutan Respons Tingkah Laku Ikan Pasca Infeksi

Tanggal Nama

spesies

Respons Ikan

Pagi Siang Sore

IkanNila bercak merah/luka dibagian sirip,

berenang fasif, selera makan mulai meningkat, terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

bercak merah/luka dibagian sirip, berenang fasif, selera makan mulai meningkat, terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

bercak merah/luka dibagian sirip, berenang fasif, selera makan mulai meningkat,

terjadinya pendarahan pada sirip ekor, sisik rontok dan ikan sering berada di dasar perairan.

04/02/13 IkanMas Gerakan tubuh normal, nafsu

makan meningkat

Gerakan tubuh normal, nafsu makan meningkat

Gerakan tubuh normal, nafsu makan meningkat

IkanNila Gerakan tubuh normal, nafsu

makan meningkat

Gerakan tubuh normal, nafsu makan meningkat

Gerakan tubuh normal, nafsu makan meningkat

05/02/13 IkanMas Gerakan tubuh normal, nafsu

makan meningkat

Gerakan tubuh normal, nafsu makan meningkat

Gerakan tubuh normal, nafsu makan meningkat

IkanNila Gerakan tubuh normal, nafsu

makan meningkat

Gerakan tubuh normal, nafsu makan meningkat

Gerakan tubuh normal, nafsu makan meningkat

06/02/13 IkanMas Gerakan tubuh normal, nafsu

makan meningkat

Gerakan tubuh normal, nafsu makan meningkat

Gerakan tubuh normal, nafsu makan meningkat

IkanNila Gerakan tubuh normal, nafsu

makan meningkat

Gerakan tubuh normal, nafsu makan meningkat

Gerakan tubuh normal, nafsu makan meningkat

07/02/13 IkanMas Gerakan tubuh normal, nafsu

makan meningka

Gerakan tubuh normal, nafsu makan meningkat

Gerakan tubuh normal, nafsu makan meningkat

IkanNila Gerakan tubuh normal, nafsu

makan meningkat

Gerakan tubuh normal, nafsu makan meningkat

Gerakan tubuh normal, nafsu makan meningkat

Gambar

Tabel 3.Pertumbuhan Ikan Kontrol dan Ikan Uji Selama Masa Pemeliharaan
Gambar 2. Kadar hemoglobin ikan mas dan ikan nila kontrol
Gambar 5. Luka pada sirip akibat infestasi  Argulus sp.

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan dukungan dari Pemerintah Kota Madiun melalui dinas Kesehatan Kota Madiun berupa dana tunai sangat dibutuhkan untuk bantuan biaya transportasi kegiatan kader

Tulisan ini hendak memberikan legal problem solving terhadap permasalahan penumpukan perkara pidana di Indonesia yang hingga saat ini belum mampu terpecahkan,

Pada umumnya dapat dikatakan bahwa politik adalah bermacam kegiatan dalam suatu sistem politik (atau negara) yang menyangkut proses menentukan tujuan tersebut.. Pengambilan

Monitoring Pembayaran untuk pelaksana pekerjaan Jalan dan jembatan Paket PW- JLJB/06/2017 yang dapat kami laporkan pada laporan bulan ke-2 (Mei 2017) berdasarkan progress pekerjaan

penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik; (6) sumber air minum berasal dari sumur/ mata air tidak terlindung/ sungai/ air hujan; (7) bahan bakar untuk memasak

Berbeda dengan Skripsi ini “Interaksi Sosial Keagamaan antara umat Islam dan umat Tri Dharma” menjelaskan bahwasanya interaksi sosial keagamaan adalah interaksi

Sumber daya manusia merupakan salah satu sumber keunggulan bersaing disamping sumber daya fisik, kemampuan teknologi dan sistem. Perusahaan harus benar – benar

Produk akhir yang dihasilkan dari penelitian pengembangan ini adalah bahan ajar IPA terpadu berbasis literasi sains bertema Perpindahan Kalor dalam Kehidupan