• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertumbuhan Dan Produktivitas Selada Air (Nasturtium Officinale) Pada Berbagai Tinggi Genangan Di Desa Kaligiri, Kabupaten Brebes - Jawa Tengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pertumbuhan Dan Produktivitas Selada Air (Nasturtium Officinale) Pada Berbagai Tinggi Genangan Di Desa Kaligiri, Kabupaten Brebes - Jawa Tengah"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS

SELADA AIR (Nasturtium officinale) PADA BERBAGAI TINGGI GENANGAN DI DESA KALIGIRI, KABUPATEN BREBES - JAWA TENGAH

SKRIPSI

Oleh :

SUGENG PRIYADI F14101124

2007

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

(2)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS

SELADA AIR (Nasturtium officinale) PADA BERBAGAI TINGGI GENANGAN DI DESA KALIGIRI, KABUPATEN BREBES - JAWA TENGAH

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Teknik Pertanian

Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

SUGENG PRIYADI F14101124

Dilahirkan pada 20 Januari 1983 di Brebes

Tanggal ujian: 22 Maret 2007

Menyetujui,

Bogor, Maret 2007

Dr. Ir. Nora H. Pandjaitan, DEA Dosen Pembimbing

Mengetahui

(3)

Sugeng Priyadi F14101124. Pertumbuhan dan Produktivitas Selada Air (Nasturtium officinale) Pada Berbagai Tinggi Genangan Di Desa Kaligiri, Kabupaten Brebes - Jawa Tengah. Dibawah bimbingan Nora H. Pandjaitan.

RINGKASAN

Selada air (Nasturtium officinale) merupakan tanaman yang banyak dibudidayakan di Desa Kaligiri, Kabupaten Brebes – Jawa Tengah. Sayuran ini biasa dibudidayakan oleh para petani di sawah yang selalu tergenang karena selada air merupakan tanaman air (hidrofit) yang membutuhkan air irigasi yang menggenang. Tinggi genangan yang biasa digunakan oleh para petani di sana kurang lebih 5 cm..

Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh tinggi genangan air irigasi terhadap pertumbuhan dan produktivitas selada air (Nasturtium officinale) sehingga dapat diketahui tinggi genangan yang optimal bagi pertumbuhan tanaman dan menganalisis kelayakan usahatani selada air. Percobaaan terdiri dari 4 perlakuan yang masing- masing diulang sebanyak 3 kali ulangan sehingga terdapat 12 satuan percobaan. Perlakuan yang diberikan pada penelitian ini adalah tinggi genangan 5 cm, 3 cm, 1 cm dan tanpa genangan. Adapun perlakuan kontrol pada penelitian ini adalah tinggi genangan 5 cm karena tinggi genangan tersebut adalah yang biasa digunakan oleh petani.

Penggunaan air dalam masing- masing perlakuan dapat diketahui dengan pengukuran debit yang masuk pada tiap perlakuan di petak pertanaman. Debit yang masuk meningkat seiring dengan pertumbuhan selada air. Dari hasil perhitungan penggunaan air untuk perlakuan kontrol, tinggi genangan 3 cm, 1 cm dan 0 cm adalah 545.479 m³/ha, 340.35 m³/ha, 265.039 m³/ha dan 22.507 m³/ha.

Dalam penelitian ini tidak ada pengaruh tinggi genangan terhadap pertumbuhan selada air. Tanaman tumbuh dengan baik kecuali pada perlakuan tanpa genangan. Pada kondisi tanpa genangan selada air mengalami pertumbuhan yang lambat dan kurang berkualitas. Hal ini terlihat dari daun dan batang yang pendek dan ada yang tidak berwarna hijau. Selada air yang layak dipanen adalah yang ditanam dengan perlakuan kontrol, tinggi genangan 3 cm dan 1 cm dengan rata-rata produktivitas masing- masing perlakuan tersebut adalah 26,33 kg/12m², 22,33 kg/12m² dan 23,67 kg/12m². Tanaman dengan perlakuan kontrol mempunyai produktivitas paling tinggi diduga karena mempunyai batang tanaman yang lebih besar dan berat masa yang lebih besar. Adapun perlakuan dengan tinggi genangan 1 cm lebih tinggi produktivitasnya dibandingkan perlakuan tinggi genangan 3 cm karena pertumbuhan perlakuan tinggi genangan 1 cm lebih baik dengan laju pertambahan tinggi tanaman sebesar 8,21 cm/minggu dan lebih banyak anakannya. Penurunan hasil produksi selada air pada masing- masing perlakuan kalau dibandingkan dengan perlakuan kontrol adalah 15,18 % untuk perlakuan tinggi genangan 3 cm dan 10,12 % untuk perlakuan tinggi genangan 1 cm.

(4)
(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Brebes pada tanggal 20 Januari 1983, anak dari

pasangan Bapak Dashari dan Ibu Kamisah yang merupakan ke-4 dari empat

bersaudara. Pendidikan formal penulis adalah di SDN Kaligiri I Sirampog, Brebes

lulus tahun 1995, SLTP Muhammadiyah 01 Sirampog, Brebes lulus tahun 1998

dan SMU Islam Ta’allumul Huda Bumiayu, Brebes lulus tahun 2001. Pada tahun

tersebut, penulis melanjutkan pendidikan di IPB melalui jalur Ujian Masuk

Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) pada Departemen Teknik Pertanian.

Al-Hamdulillah, pada tahun 2003 penulis mendapat hidayah untuk beragama dengan

benar sesuai dengan pemahaman As-Salafus Sholih dan pada tahun 2004 penulis

diberi kemudahan untuk belajar agama di Ma’had ‘Ali Al-Irsyad Surabaya dan

Ma’had Al-Furqon Al-Islamy Gresik (selama 1 tahun cuti akdemik).

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di Forum Kajian Islam

Mahasiswa (FKIM) Majelis Ta’lim Al-Furqon sejak 2003 sampai 2007. Penulis

juga merupakan perintis dan pengajar nahwu-shorof di Bimbingan Belajar Bahasa

Arab (B3 A) Bogor.

Penulis melakukan praktek lapangan di Kelompok Tani Kerep Maju Desa

Kaligiri, Kabupaten Brebes dengan judul “Budidaya dan Pemasaran Selada Air (Nasturtium officinale) di Kelompok Tani Kerep Maju Desa Kaligiri, Kabupaten Brebes Jawa Tengah”. Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian penulis melakukan penelitian dalam rangka

(6)

i

KATA PENGANTAR

Segala puji hanyalah milik Allah subhanahu wa ta’alla semata, shalawat dan

salam semoga tetap tercurahkan kepada orang yang tidak ada lagi setelahnya Nabi

Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam.

Skripsi ini menyampaikan hasil penelitian mengenai “Pertumbuhan dan

Produk tivitas Selada Air (Nasturium officinale) pada Berbagai Tinggi Genangan

di Desa Kaligiri, Kabupaten Brebes – Jawa Tengah”. Penyusunan skripsi ini

merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian

di Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian

Bogor.

Laporan Penelitian ini tersusun atas kerja sama dan bimbingan berbagai

pihak. Untuk itu diucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir.Nora H. Pandjaitan, DEA selaku dosen pembimbing akademik yang

telah memberikan arahan dan bimbingan selama penyusunan skripsi ini.

2. Prof. Dr. Ir. Asep Sapei, MS dan Dr. Ir. Gatot Pramuhadi, M.Si selaku dosen

penguji atas kritik dan masukannya.

3. Bapak, Ibu dan keluarga di rumah atas doa dan dukungannya.

4. Dosen dan staf Departemen Teknik Pertanian atas ilmu dan pelayanan yang

telah diberikan

5. Teman-teman Ihyaus Sunnah, Al-Furqon dan At-Tauhid, salafiyyun IPB, dan

teman-teman TEP baik angkatan 2001, 2002 maupun 2003.

Semoga Allah menjadikan segala bantuannya sebagai amal shaleh dan dapat

bermanfaat pada hari dimana tidak bermanfaat lagi harta dan anak kecuali orang

datang membawa hati yang bersih

Bogor, Maret 2007

(7)

ii

2.2. Hubungan Air dengan Pertumbuhan dan Produksi tanaman... 5

2.3. Evapotranspirasi ... 6

2.4. Hasil Tanaman dan Ketersediaan Air ... 7

2.5. Analisis Usahatani... 8

III. RANCANGAN PENELITIAN ... 10

3.1. Waktu dan Tempat ... 10

3.2. Alat dan Bahan ... 10

3.3. Metode Penelitian ... 10

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN ... 13

4.1. Budidaya Selada Air ...13

4.2. Pertumbuhan Selada Air ... 15

4.3. Produktivitas Selada Air ... 23

4.4. Analisis Usahatani Selada Air ... 26

V. KESIMPILAN DAN SARAN ... 28

5.1. Kesimpulan... 28

5.2. Saran ...28

DAFTAR PUSTAKA ... 30

(8)

iii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Komposisi Gizi Selada Air ... 3

Tabel 2. Nilai Kc Tanaman di Lahan Basah dan Kondisi Khusus ... 18

Tabel 3. Tinggi Rata-Rata Selada Air setiap Perlakuan dai 3 MST

sampai 6 MST ... 19

Tabel 4. Penggunaan Air selama satu Musim Tanam untuk

Budidaya Selada Air pada Setiap Perlakuan (m³/ha) ... 22

Tabel 5. Hasil Perhitungan Penurunan Hasil Secara Aktual... 25

Tabel 6. Rata-rata Nilai Air Irigasi (Value of Water) per hektar

(9)

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Perbedaan Selada Air dengan Selada ... 4

Gambar 2. Bagan Alir Penelitian ... 11

Gambar 3. Pengolahan Tanah untuk Budidaya Selada Air ... 13

Gambar 4. Penanaman Selada Air dengan Stek Batang ... 14

Gambar 5. Pemanenan Selada Air dan Pengemasan dalam Karung ... 14

Gambar 6. Kondisi Tanaman Selada Air pada 1 MST ... 15

Gambar 7. Kondisi Tanaman Selada Air pada 2 MST ... 16

Gambar 8. Tanaman saling Merapat dan Kanopinya Mulai Menutupi Seluruh Permukaan Petak Pertanaman ... 17

Gambar 9. Kondisi Fisik Selada Air pada 6 MST ... 17

Gambar 10. Perbandingan Tinggi Rata-Rata Selada Air pada Tiap Perlakuan dari 3 MST sampai 6 MST... 20

Gambar 11. Total Penggunaan Air yang digunakan dalam Satu Musim Tanam (m³/ha) ... 22

(10)

v

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian di Desa Kaligiri, Kecamatan Sirampog, Kabupaten Brebes Jawa Tengah ...33

Lampiran 2. Data-data klimatologi di Stasiun Meteorologi Tegal

selama berlangsungnya Penelitian...34

Lampiran 3. Hasil Perhitungan Evapotranspirasi Aktual Selada Air (dengan W = 0,75, Ra = 13,10 mm/hari (Juli)

dan 14,00 mm/hari(Agustus) ) ...36

Lampiran 4. Denah Petak Penelitian...38

Lampiran 5. Hasil Analisis Usahatani Selada Air untuk Perlakuan

(11)

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS

SELADA AIR (Nasturtium officinale) PADA BERBAGAI TINGGI GENANGAN DI DESA KALIGIRI, KABUPATEN BREBES - JAWA TENGAH

SKRIPSI

Oleh :

SUGENG PRIYADI F14101124

2007

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

(12)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS

SELADA AIR (Nasturtium officinale) PADA BERBAGAI TINGGI GENANGAN DI DESA KALIGIRI, KABUPATEN BREBES - JAWA TENGAH

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Teknik Pertanian

Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

SUGENG PRIYADI F14101124

Dilahirkan pada 20 Januari 1983 di Brebes

Tanggal ujian: 22 Maret 2007

Menyetujui,

Bogor, Maret 2007

Dr. Ir. Nora H. Pandjaitan, DEA Dosen Pembimbing

Mengetahui

(13)

Sugeng Priyadi F14101124. Pertumbuhan dan Produktivitas Selada Air (Nasturtium officinale) Pada Berbagai Tinggi Genangan Di Desa Kaligiri, Kabupaten Brebes - Jawa Tengah. Dibawah bimbingan Nora H. Pandjaitan.

RINGKASAN

Selada air (Nasturtium officinale) merupakan tanaman yang banyak dibudidayakan di Desa Kaligiri, Kabupaten Brebes – Jawa Tengah. Sayuran ini biasa dibudidayakan oleh para petani di sawah yang selalu tergenang karena selada air merupakan tanaman air (hidrofit) yang membutuhkan air irigasi yang menggenang. Tinggi genangan yang biasa digunakan oleh para petani di sana kurang lebih 5 cm..

Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh tinggi genangan air irigasi terhadap pertumbuhan dan produktivitas selada air (Nasturtium officinale) sehingga dapat diketahui tinggi genangan yang optimal bagi pertumbuhan tanaman dan menganalisis kelayakan usahatani selada air. Percobaaan terdiri dari 4 perlakuan yang masing- masing diulang sebanyak 3 kali ulangan sehingga terdapat 12 satuan percobaan. Perlakuan yang diberikan pada penelitian ini adalah tinggi genangan 5 cm, 3 cm, 1 cm dan tanpa genangan. Adapun perlakuan kontrol pada penelitian ini adalah tinggi genangan 5 cm karena tinggi genangan tersebut adalah yang biasa digunakan oleh petani.

Penggunaan air dalam masing- masing perlakuan dapat diketahui dengan pengukuran debit yang masuk pada tiap perlakuan di petak pertanaman. Debit yang masuk meningkat seiring dengan pertumbuhan selada air. Dari hasil perhitungan penggunaan air untuk perlakuan kontrol, tinggi genangan 3 cm, 1 cm dan 0 cm adalah 545.479 m³/ha, 340.35 m³/ha, 265.039 m³/ha dan 22.507 m³/ha.

Dalam penelitian ini tidak ada pengaruh tinggi genangan terhadap pertumbuhan selada air. Tanaman tumbuh dengan baik kecuali pada perlakuan tanpa genangan. Pada kondisi tanpa genangan selada air mengalami pertumbuhan yang lambat dan kurang berkualitas. Hal ini terlihat dari daun dan batang yang pendek dan ada yang tidak berwarna hijau. Selada air yang layak dipanen adalah yang ditanam dengan perlakuan kontrol, tinggi genangan 3 cm dan 1 cm dengan rata-rata produktivitas masing- masing perlakuan tersebut adalah 26,33 kg/12m², 22,33 kg/12m² dan 23,67 kg/12m². Tanaman dengan perlakuan kontrol mempunyai produktivitas paling tinggi diduga karena mempunyai batang tanaman yang lebih besar dan berat masa yang lebih besar. Adapun perlakuan dengan tinggi genangan 1 cm lebih tinggi produktivitasnya dibandingkan perlakuan tinggi genangan 3 cm karena pertumbuhan perlakuan tinggi genangan 1 cm lebih baik dengan laju pertambahan tinggi tanaman sebesar 8,21 cm/minggu dan lebih banyak anakannya. Penurunan hasil produksi selada air pada masing- masing perlakuan kalau dibandingkan dengan perlakuan kontrol adalah 15,18 % untuk perlakuan tinggi genangan 3 cm dan 10,12 % untuk perlakuan tinggi genangan 1 cm.

(14)
(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Brebes pada tanggal 20 Januari 1983, anak dari

pasangan Bapak Dashari dan Ibu Kamisah yang merupakan ke-4 dari empat

bersaudara. Pendidikan formal penulis adalah di SDN Kaligiri I Sirampog, Brebes

lulus tahun 1995, SLTP Muhammadiyah 01 Sirampog, Brebes lulus tahun 1998

dan SMU Islam Ta’allumul Huda Bumiayu, Brebes lulus tahun 2001. Pada tahun

tersebut, penulis melanjutkan pendidikan di IPB melalui jalur Ujian Masuk

Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) pada Departemen Teknik Pertanian.

Al-Hamdulillah, pada tahun 2003 penulis mendapat hidayah untuk beragama dengan

benar sesuai dengan pemahaman As-Salafus Sholih dan pada tahun 2004 penulis

diberi kemudahan untuk belajar agama di Ma’had ‘Ali Al-Irsyad Surabaya dan

Ma’had Al-Furqon Al-Islamy Gresik (selama 1 tahun cuti akdemik).

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di Forum Kajian Islam

Mahasiswa (FKIM) Majelis Ta’lim Al-Furqon sejak 2003 sampai 2007. Penulis

juga merupakan perintis dan pengajar nahwu-shorof di Bimbingan Belajar Bahasa

Arab (B3 A) Bogor.

Penulis melakukan praktek lapangan di Kelompok Tani Kerep Maju Desa

Kaligiri, Kabupaten Brebes dengan judul “Budidaya dan Pemasaran Selada Air (Nasturtium officinale) di Kelompok Tani Kerep Maju Desa Kaligiri, Kabupaten Brebes Jawa Tengah”. Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian penulis melakukan penelitian dalam rangka

(16)

i

KATA PENGANTAR

Segala puji hanyalah milik Allah subhanahu wa ta’alla semata, shalawat dan

salam semoga tetap tercurahkan kepada orang yang tidak ada lagi setelahnya Nabi

Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam.

Skripsi ini menyampaikan hasil penelitian mengenai “Pertumbuhan dan

Produk tivitas Selada Air (Nasturium officinale) pada Berbagai Tinggi Genangan

di Desa Kaligiri, Kabupaten Brebes – Jawa Tengah”. Penyusunan skripsi ini

merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian

di Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian

Bogor.

Laporan Penelitian ini tersusun atas kerja sama dan bimbingan berbagai

pihak. Untuk itu diucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir.Nora H. Pandjaitan, DEA selaku dosen pembimbing akademik yang

telah memberikan arahan dan bimbingan selama penyusunan skripsi ini.

2. Prof. Dr. Ir. Asep Sapei, MS dan Dr. Ir. Gatot Pramuhadi, M.Si selaku dosen

penguji atas kritik dan masukannya.

3. Bapak, Ibu dan keluarga di rumah atas doa dan dukungannya.

4. Dosen dan staf Departemen Teknik Pertanian atas ilmu dan pelayanan yang

telah diberikan

5. Teman-teman Ihyaus Sunnah, Al-Furqon dan At-Tauhid, salafiyyun IPB, dan

teman-teman TEP baik angkatan 2001, 2002 maupun 2003.

Semoga Allah menjadikan segala bantuannya sebagai amal shaleh dan dapat

bermanfaat pada hari dimana tidak bermanfaat lagi harta dan anak kecuali orang

datang membawa hati yang bersih

Bogor, Maret 2007

(17)

ii

2.2. Hubungan Air dengan Pertumbuhan dan Produksi tanaman... 5

2.3. Evapotranspirasi ... 6

2.4. Hasil Tanaman dan Ketersediaan Air ... 7

2.5. Analisis Usahatani... 8

III. RANCANGAN PENELITIAN ... 10

3.1. Waktu dan Tempat ... 10

3.2. Alat dan Bahan ... 10

3.3. Metode Penelitian ... 10

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN ... 13

4.1. Budidaya Selada Air ...13

4.2. Pertumbuhan Selada Air ... 15

4.3. Produktivitas Selada Air ... 23

4.4. Analisis Usahatani Selada Air ... 26

V. KESIMPILAN DAN SARAN ... 28

5.1. Kesimpulan... 28

5.2. Saran ...28

DAFTAR PUSTAKA ... 30

(18)

iii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Komposisi Gizi Selada Air ... 3

Tabel 2. Nilai Kc Tanaman di Lahan Basah dan Kondisi Khusus ... 18

Tabel 3. Tinggi Rata-Rata Selada Air setiap Perlakuan dai 3 MST

sampai 6 MST ... 19

Tabel 4. Penggunaan Air selama satu Musim Tanam untuk

Budidaya Selada Air pada Setiap Perlakuan (m³/ha) ... 22

Tabel 5. Hasil Perhitungan Penurunan Hasil Secara Aktual... 25

Tabel 6. Rata-rata Nilai Air Irigasi (Value of Water) per hektar

(19)

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Perbedaan Selada Air dengan Selada ... 4

Gambar 2. Bagan Alir Penelitian ... 11

Gambar 3. Pengolahan Tanah untuk Budidaya Selada Air ... 13

Gambar 4. Penanaman Selada Air dengan Stek Batang ... 14

Gambar 5. Pemanenan Selada Air dan Pengemasan dalam Karung ... 14

Gambar 6. Kondisi Tanaman Selada Air pada 1 MST ... 15

Gambar 7. Kondisi Tanaman Selada Air pada 2 MST ... 16

Gambar 8. Tanaman saling Merapat dan Kanopinya Mulai Menutupi Seluruh Permukaan Petak Pertanaman ... 17

Gambar 9. Kondisi Fisik Selada Air pada 6 MST ... 17

Gambar 10. Perbandingan Tinggi Rata-Rata Selada Air pada Tiap Perlakuan dari 3 MST sampai 6 MST... 20

Gambar 11. Total Penggunaan Air yang digunakan dalam Satu Musim Tanam (m³/ha) ... 22

(20)

v

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian di Desa Kaligiri, Kecamatan Sirampog, Kabupaten Brebes Jawa Tengah ...33

Lampiran 2. Data-data klimatologi di Stasiun Meteorologi Tegal

selama berlangsungnya Penelitian...34

Lampiran 3. Hasil Perhitungan Evapotranspirasi Aktual Selada Air (dengan W = 0,75, Ra = 13,10 mm/hari (Juli)

dan 14,00 mm/hari(Agustus) ) ...36

Lampiran 4. Denah Petak Penelitian...38

Lampiran 5. Hasil Analisis Usahatani Selada Air untuk Perlakuan

(21)

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pemberian air yang cukup sangat penting dalam proses pertumbuhan

tanaman. Air merupakan bahan baku bagi proses fotosintesis sehingga tanpa

adanya air, proses fotosintesis tidak akan dapat berlangsung. Air juga merupakan

bagian terbesar penyusun tubuh tanaman (80 -90 %) sehingga tanpa adanya air

dalam tubuh tanaman maka tanaman akan layu (Moenandir, 1994). Air

merupakan komponen yang paling dibutuhkan oleh tanaman, di samping unsur

hara dan radiasi surya, untuk pertumbuhan, perkembangan dan produksi.

Tersedianya air bagi tanaman ditentukan oleh besarnya curah hujan dan jumlah

irigasi yang diberikan. Kapasitas tanah dalam menyimpan air ditentukan oleh sifat

fisik, seperti tekstur, struktur dan kapasitas infiltrasi atau porositas tanah

(Soepardi, 1983).

Salah satu masalah dalam merencanakan pengembangan irigasi adalah

ketersedian sumberdaya air yang terbatas. Walaupun air tampak berlimpah di

Indonesia, dengan curah hujan rata-rata 2640 mm setahun, namun ternyata air

sudah merupakan komoditas ekonomi yang terbatas. Ketersediaan air bergantung

pada musim dan distribusi geografi. Di musim hujan, air hujan turun dengan

intensitas yang berlebih sedangkan di musim kemarau sering terjadi kekeringan.

Kuantitas air sering tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan tanaman. Di

musim hujan sekalipun dapat terjadi kekurangan air karena hujan tidak turun di

tempat yang memerlukannya dan pada waktu yang tidak diperlukan. Justru karena

itulah, diperlukan irigasi untuk mengatur ketersediaan air bagi tanaman di tempat

dan pada waktu yang diperlukan (Notodihardjo, 1992 dalam Pasandaran 1992).

Mengingat ketersedian air irigasi juga karena efisiensi yang relatif masih

rendah, maka pemanfaatan air irigasi untuk memenuhi berbagai kebutuhan

budidaya tanaman perlu ditingkatkan efisiensinya. Efisiensi irigasi adalah suatu

usaha pemakaian air untuk irigasi yang benar-benar sesuai bagi keperluan

budidaya tanaman dengan jumlah air yang dialirkan sampai ke tanaman dapat

mencukupi, sehingga pertumbuhan tanaman dapat terjamin dengan baik

(22)

2 Dalam pertanian dikenal dry farming (pertanian lahan kering) dan wet

farming (pertanian lahan basah). Dry farming adalah kegiatan budidaya tanaman

yang diusahakan di lahan pertanaman kering sedangkan wet farming adalah

kegiatan budidaya tanaman di lahan pertana man basah yang banyak

membutuhkan air irigasi (Kartasapoetra et.al, 1994).

Selada air merupakan sayuran hijau yang biasa ditanam di daerah

pegunungan. Sayuran ini biasa dimanfaatkan sebagai sayuran, tetapi bisa juga

digunakan sebagai minuman pendingin perut seperti di Singapura. Pemasaran

umumnya masih terbatas di daerah sekitar daerah sentra produksi, meskipun

sudah ada yang mulai mengembangkan pemasarannya ke daerah yang lebih luas,

seperti pasar swalayan bahkan di ekspor ke Singapura. Oleh karena itu, sayuran

ini cukup baik untuk dikembangkan dilihat dari prospek pemasarannya.

Tanaman selada air biasa dibudidayakan di sawah dengan tinggi

genangan kira-kira 5 cm, sedangkan ketersedian air terbatas sehingga semakin

sulit dan mahal. Berdasarkan kondisi tersebut dilakukan penelitian mengenai

pengaruh tinggi genangan air irigasi pada budidaya tanaman selada air terhadap

laju pertumbuhan dan produktivitas selada air. Dari hasil penelitian diharapkan

bisa didapatkan alternatif tinggi genangan yang optimal untuk pertumbuhan selada

air.

1.2. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mempelajari pengaruh tinggi genangan air irigasi terhadap pertumbuhan dan

produk tivitas selada air (Nasturtium officinale).

2. Menentukan tinggi genangan optimal untuk pertumbuhan selada air.

3. Menganalisis kelayakan usahatani selada air.

1.3. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Tingginya genangan air akan mempengaruhi pertumbuhan dan produksi

selada air.

2. Pemberian air irigasi yang semakin besar tidak selalu efektif bagi

(23)

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanaman Selada Air

Selada air termasuk divisi Spermatofita, subdivisi Angiospermae, klas

Dicotil. Ordo Archichlamydeae, famili Cruciferae, genus Nasturtium, dan spesies

Nasturtium officinale.

Daerah asal selada air adalah wilayah timur Mediterania dan wilayah

berbatasan dengan Asia, dan Ethiopia. Baik forma liar maupun yang telah

didomestikasi dapat digunakan untuk sayuran. (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999).

Selada air adalah tanaman air, berbatang lunak, bercabang dan tumbuh

menjalar. Tanaman ini batangnya tegak dengan panjang 10-60 cm dengan

perakaran dari batang yang berdekatan dengan tanah dan batang bagian bawah

harus sering terendam air. Daunnya berwarna hijau, berkilau dan berupa daun

majemuk dengan 3-9 anak daun, serta bunga nya berwarna putih dengan diameter

4-6 mm dan jarang dijumpai di daerah tropis. Buah tanaman selada air berbentuk

polong dengan panjang mencapai 13-18 mm dan berisi biji. (Tindall, 1983).

Selada air merupakan sayuran hijau yang bisa digunakan sebagai sumber

mineral dan vitamin yang cukup baik. Dalam 100 gram berat kering selada air

terdapat kandungan zat gizi sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi Gizi Selada Air.

(24)

4 Selada air kurang populer di masyarakat dibandingkan dengan selada,

sehingga masih banyak orang yang tidak mengetahuinya. Kebanyakan orang

mengetahui kalau disebutkan nama selada maka yang terbayang adalah lectuce

yang dibudidayakan di areal kering (bukan sawah). Adapun selada air adalah

sayuran yang dibudidayakan di sawah. Selada dan selada air adalah dua sayuran

yang berbeda baik dari bentuk maupun fisiologi tanamannya.

(a) selada air (b) selada

Gambar 1. Perbedaan Selada Air dengan Selada.

Tanaman selada air paling cocok ditanam pada ketinggian lebih dari 500 m

dpl di daerah tropika sekitar khatulistiwa (Williams et al., 1993). Kondisi tanah

yang sesuai untuk budidaya tana man selada air adalah tanah dengan pH berkisar

antara 6.5 - 7.5 (Tindall, 1983)

Penanaman selada air biasa dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan biji

dan dengan stek. Penanaman dengan biji caranya adalah dengan melakukan

pembenihan terlebih dahulu sampai tinggi bibit 6 - 8 cm, baru setelah itu

dipindahkan ke lahan. Penanaman stek, menggunakan tanaman selada air

sepanjang 15 – 20 cm dengan jarak tanam pada teras adalah 15 cm x 15 cm.

(Tindall, 1983)

Tanaman selada air dapat dibudidayakan dalam petak-petak berisi air

bersih dan tanah berbatu, sehingga memungkinkan air merembes. Biasanya di kiri

kanan petak dibuat saluran untuk mengurangi tekanan air, menjaga air tetap segar

dengan ketinggian maksimal 5 cm, dan memudahkan pembuangan semua bahan

yang tidak diinginkan. Petak-petak tersebut pelu dijaga jangan sampai ada lumut

dan tanaman air lainnya yang tumbuh, karena dapat mengganggu pertumbuhan

(25)

5 Proses pemeliharaan bertujuan untuk menjaga jangan sampai ada lumut

dan tanaman air lainnya yang akan menjadi gulma, yang dilakukan dengan

penyiangan. Petani biasanya memberikan pupuk urea setiap kali setelah panen.

Hama yang menyerang tanaman ini berupa kutu kumbang, aphids dan ulat daun.

Beberapa hama dihindari dengan pengge nangan, sedangkan cara yang lain adalah

dengan penyemprotan insektisida untuk menanggulangi serangaan hama pemakan

daun. Pemberian insektisida sebenarnya tidak ramah lingkungan karena

menyebabkan polusi air dan residu pada hasil panen. (Prosea, 1994). Sementara

Willams et al. (1993), mengatakan bahwa tanaman ini membutuhkan tanah yang

subur.

Pemanenan selada air dapat dilakukan paling cepat 4 -6 minggu setelah

penanaman dengan stek batang, dan dapat terus menerus dilakukan pada setiap

bulannya. Pemanenan dilakukan dengan pemotongan pucuk batang selada air

sepanjang antara 10 – 30 cm. (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999). Hasil panen

biasanya adalah 20 ton/ha untuk setiap kali pemotongan. (Prosea, 1994)

2.2. Hubungan Air dengan Pertumbuhan dan Produksi tanaman.

Kandungan air dalam tanaman bervariasi antara 80 - 90 % dari berat

segar pada tanaman muda yang tumbuh aktif, sampai hanya 5 % pada biji kering.

Pertumbuhan tanaman berkaitan erat dengan ketersedian air, akan tetapi hubungan

antara kualitas pertumbuhan tanaman dengan jumlah air yang diperlukan untuk

pertumbuhan merupakan suatu hal yang kompleks, karena banyak faktor yang

terlibat. Beberapa faktor penting di antaranya adalah: ketersedian air dalam tanah

(lengas tanah), iklim, spesies tanaman dan periode tumbuh tanaman.

Pada mus im kemarau atau bila selama 2 minggu tidak ada hujan akan

terjadi cekaman air pada banyak tanaman. Masa kekeringan ini dapat

menyebabkan penurunan hasil panen apabila dialami tanaman pada tingkat

pertumbuhan. (Sanchez,1992).

Hubungan antara ketersedian air dengan kualitas pertumbuhan dan

produksi tanaman adalah apabila ketersedian air dapat dicukupi maka

(26)

6 ketersedian air kurang maka akan ada penurunan laju pertumbuhan dan produksi

tanaman.

2.3. Evapotranspirasi

Evapotranspirasi (ET) adalah jumlah total air yang hilang dari lahan

melalui proses evaporasi tanah dan transpirasi tanaman secara bersama-sama.

Evaporasi dari tanah dapat mencapai 20 – 30 % dari total evapotranspirasi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi ET antara lain: (1) cuaca yaitu kelembaban

udara, suhu, radiasi dan kecepatan angin; (2) jenis tanaman; (3) periode tumbuh

tanaman; (4) populasi tanaman; (5) kondisi permukaan dan pengolahan tanah; dan

(6) ketersedian air dalam tanah (lengas tanah). (Gardner et al., 1991).

Jika penanaman pada musim hujan dibandingkan dengan penanaman

pada musim kemarau, baik evapotranspirasi harian maupun jumlah dalam satu

musim, maka ternyata pada musim kemarau transpirasi dan evapotranspirasi lebih

tinggi daripada pada musim penghujan (Tomar dan O’Toole dalam Pasandaran

dan Taylor, 1984).

Menurut Doorenbos dan Pruitt (1977), besarnya evapotranspirasi

tanaman dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan (1).

ETc = Kc x ETo ...(1)

dimana:

ETc = evapotranspirasi tanaman (mm/hari)

Kc = koefisien tanaman

ETo = evapotranspirasi acuan (mm/hari)

Pengaruh karakteristik tanaman terhadap kebutuhan air irigasi dinyatakan

sebagai koefisien tanaman, yang menghubungkan antara evapotranspirasi acuan

dengan evapotranspirasi tanaman (Doorenbos dan Pruitt, 1977). Nilai koefisien

tanaman (Kc) tergantung pada jenis tanaman dan periode pertumbuhan tanaman.

Evapotranspirasi acuan (ETo) merupakan nilai evapotranspirasi pegangan

yang meliputi efek faktor- faktor meteorologis. Besarnya evapotranspirasi acuan

dapat dihitung dengan menggunakan metode Radiasi, Penman, Blaney-Criddle

dan panci evapotranspirasi (Tomar dan O’Toole dalam Pasandaran dan Taylor,

(27)

7 Menurut Doorenbos dan Pruitt (1977) pendugaan evapotranspirasi acuan

dengan metode radiasi digunakan bila suhu udara dan penyinaran matahari

diketahui, yang dinyatakan dengan Persamaan (2).

ETo = c x ( W x Rs )...(2)

dimana:

ETo = evapotranspirasi acuan (mm/hari).

c = faktor koreksi yang tergantung pada kelembaban rata-rata

dan kecepatan angin.

Rs = radiasi matahari (mm/hari)

W = konstanta yang tergantung pada suhu dan ketinggian

tempat.

Doorenbos dan Pruitt (1977) menambahkan nilai Rs dinyatakan dengan

Persamaan (3).

Rs = (0.25 + 0.5 n/N ) x Ra ...(3)

dimana:

n = jam penyinaran aktual (jam/hari).

N = maksimum jam penyinaran yang memungkinkan (jam/hari).

Ra = radiasi eksternal dalam ekivalen evapotranspirasi (mm/hari)

2.4. Hasil Tanaman dan Ketersediaan Air

Jika ketersediaan air dalam tanah cukup untuk memenuhi kebutuhan air

tanaman, maka tingkat hasil tanaman akan ditentukan oleh ketersedian hara dan

adanya serangan hama penyakit. Bila ketersediaan hara optimum dan tanaman

bebas dari serangan hama penyakit, maka tanaman akan memberikan hasil

maksimum (Ym) pada kondisi tumbuhnya. Dalam hal ini maka hasil maksimum

(Ym) tanaman akan ditentukan oleh potensi genetiknya dan kemampuannya untuk

beradaptasi dengan kondisi iklim setempat.

Doorenboss dan Kassam (1979) mengembangkan suatu rumus empiris

untuk menyatakan pengaruh defisit air, yang diturunkan dari penurunan hasil

relatif (Ya/Ym) dan defisit evapotranspirasi relatif (ETa/ETm) dengan faktor

respons hasil (yield respons factor, ky) sebagai berikut:

(28)

8

Analisis usahatani atau analisis bisnis tanaman komersial adalah suatu

pemeriksaan keuangan untuk mengetahui sejauh mana kelayakan usaha tani

tersebut. Dari hasil analisis usahatani dapat diambil kebijakan apakah usahatani

tersebut layak dilanjutkan atau tidak. (Rahardi et.al.,1999). Sebenarnya banyak

analisis yang digunakan dalam analisis ekonomi secara umum, tetapi dalam

analisis usahatani selada air ini hanya dilakukan 3 analisis sebagai berikut:

1. Rasio antara Penerimaan (return) dengan Biaya Total (cost) atau Rasio R/C.

Soekartawi (2002) menyebutkan bahwa Return Cost Ratio (R/C)

adalah perbandingan (nisbah) antara penerimaan dan biaya. Secara

matematik, hal ini dapat dituliskan sebagai berikut:

R/C = Penerimaan / Biaya Total ...(5)

Secara teoritis dengan rasio R/C = 1 artinya usaha tani berada pada

titik impas (break event point) sehingga tidak memperoleh keuntungan

maupun mengalami kerugian. Adapun bila nilai R/C > 1 maka usahatani

tersebut menguntungkan dan layak untuk diusahakan. (Soekartawi, 2002).

2. Analisis Titik Impas (Break Event Point) atau BEP.

Suatu usaha dikatakan mencapai titik impas, apabila dalam analisis

perhitungan laba dan rugi, usaha tersebut tidak memperoleh keuntungan

ataupun menderita kerugian. Atau dapat dikatakan usaha tersebut pada

tingkat produksi tertentu, jumlah penerimaannya sama dengan seluruh biaya

yang telah dikeluarkan. Di antara kegunaan analisis titik impas adalah dalam

pengambilan keputusan mengenai penentuan volume produksi dan harga per

unit produksi minimal. (Pramudya dan Dewi, 1992 ).

Menurut Rahardi et. al. (1999) secara sederhana nilai BEP untuk suatu

usahatani dapat dirumus kan sebagai berikut:

(29)

9 BEP untuk harga jual = Total Biaya / Volume produksi ...(7)

Apabila nilai BEP untuk vo lume produksi lebih kecil dari produksi yang

dicapai maka usahatani tersebut layak untuk diusahakan dan mendapatkan

keuntungan. Begitu juga apabila nilai BEP untuk harga jual lebih kecil dari

harga di pasar maka usahatani tersebut menguntungkan dan layak

(30)

10

III. RANCANGAN PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Penelitian dilaksanakan di Desa Kaligiri, Kecamatan Sirampog,

Kabupaten Brebes ( Lampiran 1 ). Areal yang digunakan untuk penelitian adalah

lahan sawah milik petani dengan luas 144 m² yang berada pada ketinggian 950 m

dpl. Penelitian di lapangan dilakukan dari bulan Juli sampai September 2006.

3.2. Alat dan Bahan

1. Alat Penelitian

Alat yang digunakan meliputi: cangkul dan sabit untuk pengolahan lahan;

penggaris untuk pengukuran tinggi tanaman; stopwatch dan gelas ukur untuk

pengukuran debit air; dan sprayer untuk penyemprotan pupuk daun dan

pestisida; karung, pisau dan timbangan untuk pemanenan.

2. Bahan Penelitian

Bahan penelitian yang digunakan berupa stek batang bibit selada air

sepanjang 20 cm yang ditanam sebanyak 5 batang per lubang dengan jarak

tanam 20 cm x 20 cm. Dalam satu kilogram selada air biasanya terdapat kurang

lebih 300 stek batang maka dibutuhkan bibit sebanyak 3 kg/12m² atau 2.500

kg/ha.

3.3. Metode Penelitian

Penelitian terdiri atas 4 perlakuan dengan tinggi genangan yang

berbeda-beda dengan 3 ulangan untuk masing- masing perlakuan. Penelitian ini

menggunakan perlakuan dan ulangan diacak secara acak tanpa pengelompokan

dan faktor yang mempengaruhi perlakuan hanya ada satu yaitu tinggi genangan

air irigasi. Denah petak percobaan ini dapat dilihat pada Lampiran 5. Tinggi

genangan yang digunakan pada penelitian ini adalah:

1. Tinggi genangan air irigasi 5 cm sebagaimana yang dilakukan oleh

kebanyakan para petani di Desa Kaligiri sekaligus sebagai kontrol (P1).

2. Tinggi genangan irigasi 3 cm (P2).

(31)

11

4. Tinggi genangan 0 cm (tanpa genangan) caranya dengan menjaga

kelembaban tanah dengan pemberian air 2 kali sehari setengah jam pada pagi

hari dan setengah jam pada sore hari (P4).

Bagan alir penelitian selengkapnya disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Bagan Alir Penelitian

Tiap perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali sehingga akan

terdapat 12 satuan percobaan sebagaimana dapat dilihat pada Lampiran 4. Pengolahan Lahan dan Penyiapan Bibit :

§ Pembuatan petak-petak penelitian

§ Pembuatan pematang

§ Pembajakan dan pelumpuran lahan

§ Pengadaan stek sepanjang 20 cm untuk 12 petak penelitian

Penanaman Stek Batang :

§ Jarak tanam 20 cm x 20 cm

§ 5 stek batang per lubang

Penggenangan petak setinggi 5 cm, 3 cm, 1 cm dan 0 cm (tanpa genangan)

Pengukuran tinggi tanaman.

§ Pengukuran volume penggunaan air

§ Perawatan tanaman dari gulma dan hama

§ Pemeliharaan dengan pemupukan

Pemanenan dan pengemasan Penimbangan hasil panen

Selesai

tanaman yang mempunyai tingggi > 35 cm dan kondisi batang dan daunnya hijau

§ Layak untuk dipanen

Analisis pertumbuhan dan produktivitas selada air Analisis usahatani selada air

Tinggi genangan optimal R/C rasio dan BEP

(32)

12 Masing- masing satuan percobaan berupa petakan sawah seluas 12 m² (3 m x 4 m)

sehingga luas total percobaan adalah 144 m².

Kegiatan yang dilakukan pada penelitian ini adalah:

1. Pengukuran tinggi tanaman setiap minggunya mulai dari 3 MST, 4 MST, 5

MST dan 6 MST.

2. Penimbangan hasil panen selada air setiap petak penelitian.

3. Pengukuran volume air yang digunakan dalam satu musim tanam.

4. Perhitungan biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses budidaya.

Adapun perhitungan dalam penelitian ini adalah:

1. Pendugaan Nilai Evapotranspirasi Selada Air.

Evapotranspirasi selada air dihitung dengan cara menghitung

evapotranspirasi acuan (ETo) dengan Metode Radiasi sebagaimana Persamaan

(2) dan (3). Setelah diketahui nilai ETo kemudian nilainya dikalikan dengan

nilai koefesien tanaman (Kc) sehingga didapatkan nilai evapotranspirasi aktual

(ETa) selada air dengan menggunakan Persamaan (1).

2. Penentuan Efektivitas Pemberian Air

Untuk menentukan efektivitas pemberian air dilihat dari hasil

produksi dan dengan menggunakan Persamaan (4). Adapun secara aktual

penurunan hasil menggunakan nisbah pengurangan hasil.

3. Perhitungan Total Volume Penggunaan Air Irigasi.

Ditentukan dengan menghitung penggunaan air irigasi pada setiap

perlakuan selama satu musim tanam mulai dari pengolahan lahan sampai

pemanenan.

4. Penentuan Kelayakan Usaha

Analisis usahatani dilakukan dengan menghitung total biaya produksi

yang dikeluarkan dan pendapatan yang diperoleh pada tiap perlakuan. Dengan

melakukan analisis usahatani, dapat diketahui kelayakan usaha dari

perlakuan-perlakuan tersebut. Untuk mengetahui kelayakan usaha dilakukan analisis

rasio R/C dengan menggunakan Persamaan (5) dan analisis titik impas dengan

(33)

13

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian dilakukan pada lahan sawah dengan ketinggian 950 m dpl di

Desa Kaligiri, Kecamatan Sirampog, Kabupaten Brebes (Lampiran 1), mulai

bulan Juli 2006 sampai September 2006. Kegiatan yang dilakukan selain kegiatan

budidaya selada air, dilakukan juga kegiatan pengamatan dan pengukuran

terhadap peubah-peubah yang akan dilakukan penelitian seperti tinggi tanaman,

debit dan volume air yang diberikan, produktivitas dan perhitungan biaya.

4.1. Budidaya Selada Air. 4.1.1. Pengolahan Lahan.

Pengolahan lahan untuk budidaya selada air sama dengan pengolahan

lahan untuk tanaman padi karena sama-sama dibudidayakan pada lahan

persawahan. Pengolahan lahan tersebut meliputi pembuatan pematang,

pembajakan dan pelumpuran (Gambar 3). Pematang dibuat dengan lebar antara 20

– 40 cm untuk menahan air agar menggenang di petak pertanaman.

(a) pembuatan pematang (b) pelumpuran

(c) lahan yang telah selesai diolah dan siap untuk ditanami.

(34)

14

4.1.2. Penanaman.

Penanaman selada air dilakukan dengan menggunakan stek batang

sepanjang 20 cm dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm. Dalam satu lubang tanam

ditanam sebanyak 5 stek batang. Proses penanaman selada air dapat dilihat pada

Gambar 4.

Gambar 4. Penanaman Selada Air dengan Stek Batang.

4.1.3. Pemeliharaan.

Pemeliharaan pada budidaya selada air meliputi pengendalian hama dan

gulma dan pemberian pupuk. Hama yang ada berupa ulat daun dan aphids

dikendalikan dengan penyemprotan pestisida sedangkan gulma yang ada berupa

rumput polong-polongan, rumput gewor, lumut dan semanggi. Pengendalian

gulma dilakukan dengan penyiangan. Pupuk yang diberikan berupa pupuk daun

yang disemprotkan menggunakan sprayer.

4.1.4. Pemanenan.

Pada umur 40 hari tanaman selada air sudah siap untuk dipanen karena

sudah mempunyai tinggi rata-rata lebih dari 35 cm dan kondisi fisik tanaman

berupa batang dan daunnya berwarna hijau dan segar.

(a) pemanenan pada perlakuan P2 (b) pengemasan

(35)

15 Pemanenan dilakukan dengan cara dipotong pucuk batang tanaman sepanjang 20

– 25 cm. Kemudian dikemas menggunakan karung dan direndam agar tetap segar

untuk selanjutnya siap untuk dipasarkan. (Gambar 5).

4.2. Pertumbuhan Selada Air 4.2.1. Kondisi Tanaman.

Selada air yang ditanam dalam penelitian ini adalah stek batang tanpa

akar sepanjang 20 cm, satu lubang tanam sebanyak lima batang dan ditanam

dengan jarak tanam 20 x 20 cm. Perlakuan yang ada adalah dengan pemberian

irigasi dengan tinggi genangan 5 cm sebagai kontrol, 3 cm, 1 cm dan tanpa

genangan (0 cm). Secara umum kondisi tanaman di lahan percobaan mengalami

pertumbuhan dan produksi yang cukup baik kecuali untuk perlakuan tanpa

genangan.

(a). Tanpa genangan (b). Genangan 1 cm

(c). Genangan 3 cm (d). Genangan 5 cm

Gambar 6. Kondisi Tanaman Selada Air pada 1 minggu setelah tanam (MST).

Pada 1 Minggu Setelah Tanam (MST), stek batang selada air yang

ditanam mulai tumbuh akarnya yaitu mulai hari ke-5 setelah tanam. Belum ada

perbedaan pertumbuhan antar petak maupun antar perlakuan sebagaimana terlihat

(36)

16 Kemudian pada 2 MST, tanaman selada air pada tiap petak sudah mulai

menunjukkan pertumbuhan dengan mulai munculnya anakan. Pada 2 MST

tersebut, tanaman selada air yang paling banyak menghasilkan jumlah anakan

adalah pada perlakuan tinggi genangan 1 cm. Pada perlakuan kontrol justru

mempunyai anakan yang paling sedikit karena genangan yang terlalu dalam dan

terdapat beberapa tanaman yang busuk. Pada petak perlakuan tinggi genangan 0

cm permukaan lahan banyak ditumbuhi lumut dan gulma. Pada petak perlakuan

genangan 3 cm tanaman tumbuh dengan cukup baik. Secara umum keadaan

tanaman pada minggu ke dua dapat dilihat pada Gambar 7.

(a). Genangan 0 cm (b). Genangan 1 cm

(c). Genangan 3 cm (d). Genangan 5 cm

Gambar 7. Kondisi Tanaman Selada Air pada 2 MST.

Pada 3 MST mulai dilakukan pengukuran tinggi tanaman setiap minggu

sampai 6 MST. Pada 4 MST tanaman selada air telah saling merapat dengan

kanopi tanaman telah menutupi petak pertanaman sebagaimana terlihat pada

Gambar 8. Perlakuan tinggi genangan 3 cm merupakan perlakuan yang kanopi

tanamannya menutupi petak pertanaman karena mempunyai pertumbuhan yang

paling baik. Kemudian perlakuan tinggi genangan 1 cm dan kontrol juga pada 4

(37)

17 perlakuan tinggi genangan 0 cm kanopi tanamannya belum menutupi permukaan

petak pertanaman bahkan sampai 6 MST pun kanopi tanamannya belum menutupi

permukaan petak pertanamannya (Gambar 8).

(a). Genangan 3 cm (b). Genangan 5 cm

Gambar 8. Tanaman saling Merapat dan Kanopinya Mulai Menutupi Seluruh Permukaan Petak Pertanaman.

Akhirnya pada 6 MST tinggi rata-rata tanaman telah mencapai lebih dari

35 cm sehingga telah layak dipanen kecuali tanaman pada perlakuan tanpa

genangan. Tanaman selada air pada perlakuan tinggi genangan 1 cm, 3 cm dan 5

cm mempunyai kondisi fisik yang baik dengan daun dan batang berwarna hijau

dan segar sedangkan pada perlakuan tanpa genangan kondisi fisik tanaman

berwarna kekuning-kuningan, daun agak kemerahan dan batang pendek,

sebagaimana pada Gambar 9.

(a). Genangan 0 cm (b). Genangan 3 cm

Gambar 9. Kondisi Fisik Selada Air pada 6 MST.

4.2.2. Evapotranspirasi.

Untuk menghitung evapotranspirasi selada air, diperlukan data iklim

yang diambil di stasiun meteorologi terdekat dari tempat penelitian yaitu Stasiun

Meteorologi Tegal. Data iklim yang diperoleh disajikan pada Lampiran 2.

(38)

18 matahari aktual tertinggi sebesar 100 % dan terendah 75 % artinya kondisi

penyinaran cukup cerah. Adapun radiasi ektraterestrial (Ra) memiliki nilai yang

berbeda-beda tergantung posisi lintang dan bulan tanam. Nilai radiasi

ekstraterestrial pada Bulan Juli 2006 dan bulan Agustus 2006 di Desa Kaligiri

adalah 13,10 mm/hari dan 14,00 mm/hari.

Besarnya nilai evapotranspirasi acuan (ETo) diduga dengan

menggunakan Metode Radiasi. Dengan menggunakan Persamaan (2) dan (3)

diperoleh nilai ETo tertinggi adalah 7.85 mm/hari sedangkan nilai ETo terendah

adalah 4.25 mm/hari . Nilai evapotranspirasi aktual (ETa) kemudian dihitung

dengan menggunakan Persamaan (1) dengan data koefesien tanaman (Kc) selada

air sebesar 1,05 (fase awal) dan 1,10 (fase pertengahan dan akhir). Nilai Kc selada

air diambil dari Tabel 2. Nilai Kc selada air diambil dari Kc sayuran pendek.

Pemilihan nilai Kc sayuran pendek ini didasarkan karena selada air merupakan

sayuran pendek yang hidup di lahan basah dan berasal dari daerah sub-tropis

(Eropa). Adapun penentuan fase pertumbuhan selada air adalah 7 hari pertama

adalah fase awal karena tanaman belum tumbuh akar dan belum mempunyai

anakan, dan pada hari selanjutnya selada air menunjukkan fase vegetatif ditandai

dengan tumbuhnya akar dan munculnya anakan. Sedangkan fase generatif tidak

dijumpai karena di daerah tropis tanaman tidak berbunga dan berbuah.

Tabel 2. Nilai Kc Tanaman di Lahan Basah dan Kondisi Khusus.

Fase Pertumbuhan Tanaman Lahan Basah (Iklim sub-tropis)

Sayuran Pendek, air tidak beku 1,00 1,10 1,10 30

Semak Rawa, Air Tergenang

Diam 0,60 1,20 1,00 100 – 300

Semak Rawa, Tanah Basah 0,90 1,20 0,70 100-300

Kondisi Khusus Air Terbuka, kedalaman < 2

m, Iklim Tropis 1,05 1,05 0,5

Air Terbuka, kedalaman > 5

m, Iklim Sub-Tropis 0,50 1,25 0,5

*Nilai Kc yang digunakan untuk menentukan nilai evapotranspirasi aktual (ETa) selada air.

(39)

19 Hasil perhitungan ETa sebagaimana terlihat pada Lampiran 3 yaitu nilai

ETa selada air terbesar 8.64 mm/hari dan terendah sebesar 4.46 mm/hari.

Selada air adalah tanaman yang memerlukan kondisi khusus untuk dapat

tumbuh dengan baik di antaranya yaitu penggenangan lahan dan air yang

bersirkulasi (mengalir) di samping ketersedian air yang cukup untuk menjaga

lengas tanah, karena selada air merupakan tanaman air (hidrofit). Pada perlakuan

tinggi genangan 0 cm (tanpa genangan) meskipun keberadaan air mencukup i

lengas tanah (kondisi kapasitas lapang) namun karena tidak ada genangan yang

mengalir maka selada air tidak bisa tumbuh dengan baik.

4.2.3. Pengaruh Tinggi Genangan Terhadap Pertumbuhan Selada Air.

Pengukuran tinggi tanaman selada air dilakukan mulai 3 MST, 4 MST, 5

MST dan 6 MST. Pengukuran pada petak pertanaman dilakukan dengan mengu-

kur anakan selada air secara acak dengan jumlah sampel 10 anakan di setiap petak

percobaan. Cara pengukuran dilakukan dari pangkal tunas sampai ujung daun

tertinggi. Hasil rata-rata tinggi selada air tiap perlakuan pada mulai 3 MST sampai

6 MST tersaji pada Tabel 3.

Tabel 3. Tinggi Rata-Rata Selada Air setiap Perlakuan pada 3 MST sampai 6 MST.

Pada Tabel 3 dapat dilihat pertambahan tinggi selada air dari mulai 3

MST sampai 6 MST untuk tiap-tiap perlakuan tinggi genangan. Pada tinggi

genangan 5 cm yang merupakan tinggi genangan kontrol menunjukkan

pertambahan tinggi tanaman yaitu dari 9,22 cm pada 3 MST sampai 39,41 cm

pada 6 MST dengan rata-rata pertambahan tinggi 7,55 cm/minggu. Adapun pada

perlakuan tinggi genangan 0 cm terlihat pertambahan tinggi tanaman yang lambat

yaitu dari tinggi selada air 9,34 cm cm pada 3 MST sampai 16,04 cm pada 6 MST

(40)

20 perlakuan 3 cm dan 1 cm menunjukkan pertambahan tinggi tanaman yang lebih

baik dari perlakuan kontrol. Tinggi tanaman berubah dari 10,43 cm pada 3 MST

sampai menjadi 42,49 cm pada 6 MST untuk perlakuan tinggi genangan 3 cm dan

pertambahan tinggi tanaman dari 11,64 cm pada 3 MST sampai menjadi 44,46

cm pada 6 MST untuk perlakuan dengan tinggi genangan 1 cm. Rata-rata laju

pertambahan tinggi tanaman untuk perlakuan dengan tinggi genangan 3 cm adalah

8,02 cm/minggu sedangkan untuk perlakuan dengan tinggi genangan 1 cm adalah

8,21 cm/minggu.

Gambar 10. Perbandingan Tinggi Rata-Rata Selada Air pada Tiap Perlakuan dari 3 MST sampai 6 MST.

Perbandingan tinggi rata-rata tanaman selada air antara setiap perlakuan

mulai dari 3 MST sampai 6 MST dapat dilihat pada Gambar 10. Dari Gambar

tersebut terlihat bahwa kurva pertumbuhan selada air naik mulai dari perlakuan

tanpa genangan sampai pada perlakuan tinggi genangan 1 cm, tetapi kemudian

pada tinggi genangan 3 cm kurva mulai menurun hingga tinggi genangan 5 cm.

Adapun puncak kurva yang menunjukkan pertumbuhan yang optimal terletak di

antara tinggi genangan 1 cm dan 3 cm. Kecenderungan ini terlihat mulai dari 3

MST dan semakin terlihat pada minggu- minggu setelahnya. Oleh karena itu,

(41)

21 tinggi genangan 1 cm dan 3 cm. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh

tinggi genangan terhadap pertumbuhan selada air dimana pertumbuhan optimal

tetap berada di antara perlakua n tinggi genangan 1 cm dan 3 cm. Perlakuan tanpa

genangan dan dengan tinggi genangan 5 cm menunjukkan pertumbuhan yang

lebih rendah dari perlakuan tinggi genangan 1 cm dan 3 cm.

4.2.4. Penggunaan Air.

Pada percobaan ini diberikan debit yang berbeda-beda sesuai dengan

perlakuan tinggi genangan dan umur tanaman. Untuk kegiatan pengolahan lahan

diberikan debit air yang sama pada setiap perlakuan. Kemudian pada saat

budidaya, debit yang diberikan disesuaikan dengan tinggi ganangannya

masing-masing, semakin tinggi genangan maka semakin besar debit air yang diberikan.

Semakin bertambah umur tanaman maka debit air yang diberikan juga

ditingkatkan karena kebutuhan tanaman terhadap air meningkat disebabkan

pertumbuhan tanaman (pertambahan tinggi dan jumlah daun) dan munculnya

anakan. Pemberian air ditingkat lagi debitnya terutama setelah kanopi tanaman

sudah menutupi permukaan petak pertanaman karena kondisi ini menunjukkan

tanaman selada air sudah semakin tinggi dan menunjukkan adanya banyak

anakan.

Pengukuran debit masuk pada tiap-tiap perlakuan tinggi genangan

dilakukan dengan menggunakan gelas ukur 0,5 liter dan stopwatch. Pengukuran

debit selama tiga kali sehari yaitu pukul 06.00 pagi, pukul 12.00 siang dan pukul

17.30 sore. Besarnya debit ini akan berubah sesuai dengan pertumbuhan tanaman

dan kebutuhan air irigasi pada pertanaman agar tetap menggenang dan mengalir.

Dengan memperhatikan pertumbuhan selada air dan kebutuhan air irigasi pada

petak pertanaman agar tetap menggenang dan mengalir pada setiap minggunya

dihasilkan debit air yang masuk pada tiap perlakuan sebagaimana dapat dilihat

(42)

22 Tabel 4. Penggunaan Air selama satu Musim Tanam untuk Budidaya Selada Air

pada Setiap Perlakuan (m³/ha).

Volume Air Pada setiap Perlakuan Kegiatan

* Pemberian air hanya 2 kali sehari, masing-masing selama ½ jam.

Setelah dilakukan perhitungan volume, maka akan diketahui kebutuhan

air selama satu musim tanam, dari mulai pengolahan lahan sampai pemanenan.

Volume total penggunanaan air pada tiap perlakuan selama satu musim tanam

mulai dari pengolahan lahan sampai pemanenan terlihat pada Gambar 11.

545.479

Gambar 11. Total Penggunaan Air yang digunakan dalam Satu Musim Tanam (m³/ha).

Perlakuan dengan tinggi genangan 5 cm mempunya i volume penggunaan

air terbesar yaitu sebanyak 545.479 m³/ha, disusul oleh pelakuan tinggi genangan

(43)

23 m³/ha. Pada perlakuan tanpa genangan hanya diperlukan air sebanyak 22.507

m³/ha. Penggunaan air pada perlakuan tanpa genangan memang sangat kecil

namun selada air tidak bisa dipanen. Pada perlakuan dengan genangan 3 cm dan 1

cm penggunaan air lebih kecil dibandingkan perlakuan dengan tinggi genangan 5

cm dan selada air masih tetap dapat dipanen bahkan pertumbuhan kedua

perlakuan tersebut lebih baik dari perlakuan tinggi genangan 5 cm.

4.3. Produktivitas Selada Air

4.3.1. Pengaruh Tinggi Gerangan Terhadap Produktivitas Selada Air.

Selada air telah layak dipanen apabila tanaman telah mempunyai tanaman

tinggi tanaman rata-rata 35 cm. Pemanenan dilakukan dengan cara pemotongan

tanaman bagian atas sepanjang 20 – 25 cm. Pada umur 40 hari (6 MST) tanaman

selada air perlakuan kontrol tinggi rata-rata tanaman telah mencapai 39,41 cm

sehingga penelitian dihentikan. Perlakuan lain yang juga telah layak untuk

dipanen adalah perlakuan tinggi genangan 1 cm dan 3 cm karena mempunyai

tinggi rata-rata tanaman di atas 35 cm. Hasil panen dapat dilihat pada Gambar 12,

hasil panen tertinggi terdapat pada petak dengan dengan perlakuan kontrol sebesar

30 kg/12m² sedangkan hasil panen terendah pada petak dengan perlakuan tinggi

genangan 3 cm sebesart 21 kg/12m². Adapun hasil panen rata-rata untuk

perlakua n kontrol, tinggi genangan 3 cm dan 1 cm adalah 26.33 kg/12m², 22,33

kg/12m² dan 23,67 kg/12m².

(44)

24 Perlakuan kontrol menunjukkan produktivitas hasil yang paling baik

dengan rata-rata hasil panen sebesar 26,33 kg/12m² meskipun laju pertumbuhan

dan tinggi rata-rata tanaman lebih rendah dari perlakuan tinggi genangan 3 cm dan

1 cm. Hal ini diduga karena selada air dengan perlakuan tinggi genangan 5 cm

mempunyai kandungan air yang tinggi sehingga bobotnya lebih berat.

Dengan memperhatikan pertumbuhan selada air tiap minggunya,

penggunaan air dan produktivitas selada air masing- masing perlakuan maka dapat

dibuat kombinasi tinggi genanga n pada budidaya selada air agar memperoleh

pertumbuhan dan produktivitasnya optimal sekaligus mendapatkan penghematan

air. Kombinasi tersebut adalah:

1. Pada 1 MST diberikan irigasi dengan tinggi genangan 1 cm karena pada

perlakuan ini mempunyai pertumbuhan akar yang paling baik dibandingkan

perlakuan lainnya (Gambar 6).

2. Pada 2 MST diberikan irigasi dengan tinggi genangan 1 cm karena pada

perlakuan ini mempunyai jumlah anakan yang paling banyak dibandingkan

perlakuan lainnya (Gambar 7).

3. Pada 3 MST diberikan irigasi dengan tinggi genangan 1 cm karena pada

perlakuan ini diperoleh pertumbuhan yang paling baik (Tabel 3).

4. Pada 4 MST diberikan irigasi dengan tinggi genangan 3 cm karena perlakuan

ini mempunyai pertumbuhan yang paling baik dibandingkan perlakuan

kontrol. Perlakuan tinggi genangan 3 cm pada 4 MST merupakan perlakuan

yang kanopi tanamannya paling cepat menutupi permukaan lahan (Gambar

8).

5. Pada 5 MST dan 6 MST diberikan irigasi dengan tinggi genangan 5 cm

karena perlakuan ini mempunyai produktivitas tertinggi. Pemberian air

irigasi dengan tinggi genangan 5 cm pada 5 MST dan 6 MST bertujuan

meningkatkan berat tanaman dengan membesarnya ukuran dan batang

(45)

25

4.3.2. Respons Tanaman Selada Air terhadap Air.

Walaupun selang dari kondisi air dalam tanah yang optimum bagi

pertumbuhan tanaman belum sepenuhnya diketahui, akan tetapi diketahui bahwa

pertumbuhan tanaman pada umumnya akan mengalamai hambatan apabila kondisi

air dalam keadaan kekurangan maupun kelebihan. Hambatan oleh kondisi air ini

biasa disebut sebagai cekaman air. Cekaman air ada yang disebabkan oleh karena

kelebihan air atau kekurangan air. Apabila tanaman mengalami cekaman

kekurangan air, diperlukan tambahan air melalui irigasi, sedangkan bila tanman

mengalami cekaman kelebihan air , diperlukan tindakan drainase.

Secara aktual penurunan hasil selada air dihitung berdasarkan nisbah

pengurangan hasil pada Persamaan (4). Diketahui produktivitas selada air

maksimum per hektar adalah pada perlakuan kontrol yaitu 26.33 kg/12m², 22,33

kg/12m² dan 23,67 kg/12m². (Ym) sedangkan produkivitas aktual (Ya) adalah

hasil rata-rata tiap perlakuan. Hasil perhitunga nnya dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil Perhitungan Penuruna n Hasil Secara Aktual.

Perlakuan

Pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa perlakuan dengan tinggi genangan 3

cm mengalami penurunan hasil aktual sebesar 15,18 % sedangkan perlakuan

tinggi genangan 1 cm mengalami penurunan hasil aktual sebesar 10,12 %. Jadi

apabila mengganti budidaya selada air dengan tinggi genangan 5 cm menjadi

tinggi genangan 3 cm dan 1 cm maka kemungkinan mengalami penurunan hasil

produksi aktual antara 10 – 15 %.

Apabila satuan hasil panen tersebut diubah menjadi ton/ha maka

perlakuan tinggi genangan 5 cm, 3 cm dan 1 cm mempunyai produkstivitas

masing- masing sebesar 21,94 ton/ha, 18,61 ton/ha dan 19,72 ton/ha. Diketahui

bahwa produktivitas normal selada air adalah 20 ton/ha sehingga perlakuan tinggi

genangan 5 cm mempunyai produktivitas yang lebih tinggi dari produkstivitas

(46)

26 tinggi genangan 5 cm lebih baik dari produktivitas normal selada air dengan

peningkatan produksi sebesar 1,94 ton. Adapun perlakuan tinggi genangan 3 cm

dan 1 cm mempunyai produktivitas yang lebih rendah dari produk tivitas normal

selada air, penurunan produksi untuk masing- masing perlakuan tinggi genangan

tersebut adalah 1,39 ton dan 0,26 ton.

4.4. Analisis Usahatani Selada Air

Biaya untuk budidaya selada air meliputi: biaya untuk tenaga kerja yaitu

pengolahan tanah, penanaman, perawatan dan pemanenan; biaya benih; biaya

pupuk dan pestisida; biaya angkut, biaya sewa lahan dan biaya air irigasi.

Sedangkan pendapatan diperoleh dari hasil penjualan selada air.

Tabel 6. Rata-rata Nilai Air Irigasi (Value of Water) per hektar dalam Usahatani Padi tahun 2005/2006.

* Tarif air irigasi yang dipilih untuk menghitung biaya air irigasi pada budidaya selada air.

Biaya air diperhitungkan dengan penentuan tarif air irigasi dalam rupiah

per meter kubik. Tarif air irigasi yang dipilih adalah tarif air irigasi untuk tanaman

padi karena budidaya selada air dibudidayakan di lahan persawahan dengan

pemberian air irigasi yang menggenang dan mengalir mirip dengan budidaya

tanaman padi. Tarif air irigasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 6. Adapun

besarnya tarif yang digunakan dalam perhitungan karena letak sawah berada

ditengah-tengah saluran irigasi dengan nilai rata-rata air irigasi yaitu Rp 32/m³.

Dengan tarif tersebut dapat diketahui besarnya biaya penggunaan air pada

perlakuan kontrol sebesar Rp. 17.455.328,- atau 79,56 % dari total biaya. Pada

perlakuan dengan tinggi genangan 3 cm diperlukan sebesar Rp. 10.884.320,- atau

58,49 %, sedangkan pada perlakuan dengan tinggi genangan 1 cm diperlukan

biaya sebesar Rp. 8.481.248,- atau 43,01 % dari total biaya sebagaimana dapat

(47)

27 Adapun analisis usahatani yang akan dilakukan adalah analisis R/C rasio

dan analisis titik impas (BEP).

4.4.1. Rasio antara Penerimaan dengan Biaya Total (R/C rasio).

Dengan menggunakan Persamaan (5) diperoleh nilai rasio R/C untuk

perlakuan kontrol sebesar 0,91 sedangkan nilai rasio R/C untuk perlakuan tinggi

genangan 3 cm dan 1 cm adalah sebesar 1,07 dan 1,32. Nilai R/C dapat dilihat

pada Lampiran 5.

Secara teoritis perlakuan dengan tinggi genangan 3 cm dan 1 cm

menguntungkan dan layak digunakan dalam budidaya selada air karena nilai R/C

> 1 sebaliknya perlakuan kontrol justru mengalami kerugian dan tidak layak.

Perlakuan tinggi genangan 1 cm mempunyai nilai rasio R/C yang paling besar

artinya perlakuan tinggi genangan 1 cm paling menguntungkan untuk usaha

budidaya selada air jika dibandingkan dengan perlakuan tinggi genangan 3 cm.

Produktivitas selada air pada perlakuan kontrol mempunyai nilai yang paling

tinggi, tetapi biaya air irigasi pada perlakuan kontrol juga paling tinggi yaitu

mencapai Rp. 17.455.328,- atau 79,56 % dari biaya total, sedangkan untuk

perlakuan tinggi genangan 1 cm biaya air hanya sebesar Rp. 8.481.248,- atau

43,01 % dari total biaya.

4.4.2. Analisis Titik Impas (BEP).

Produk tivitas minimal agar usaha budidaya selada air mencapai titik

impas dengan harga selada air Rp. 1000,- /kg (menggunakan Persamaan (6))

adalah sebanyak 23.982 kg/ha untuk perlakuan kontrol, 17.333 kg/ha untuk

perlakuan tinggi genangan 3 cm dan 14.556 kg/ha untuk perlakuan tinggi

genangan 1 cm. Adapun harga minimal agar usaha budidaya selada air mencapai

titik impas (menggunakan Persamaan (7)) adalah Rp. 1.093,-/kg untuk perlakuan

kontrol, sedangkan untuk perlakuan tinggi genangan 3 cm dan 1 cm

masing-masing adalah Rp. 931,-/kg dan Rp. 758,-/kg.

Dari hasil ke dua analisis usahatani tersebut dapat diketahui bahwa

perlakuan tinggi genangan 1 cm mempunyai kelayakan usaha yang paling baik

(nilai R/C paling besar) dan titik impas yang paling rendah. Hal ini disebabkan

karena perlakuan tinggi genangan 1 cm menggunakan air yang lebih sedikit

(48)

28

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Pertumbuhan dan produktivitas selada air tidak dipengaruhi oleh tinggi

genangan.

2. Tinggi genangan optimal untuk pertumbuhan selada air adalah antara 1 cm

sampai 3 cm.

3. Perlakuan tinggi genangan 1 cm dan 3 cm layak untuk dibudidayakan sedang

perlakuan tinggi genangan 5 cm tidak layak karena rasio penerimaan dengan

total biaya lebih kecil dari 1.

4. Tanaman selada air yang diberi genangan 1 cm menunjukkan laju

pertumbuhan yang tertinggi.

5. Tanaman selada air yang diberi genangan 5 cm menunjukkan produktivitas

yang tertinggi.

6. Total volume air yang digunakan pada tinggi genangan 5 cm, 3 cm dan 1 cm

masing- masing sebanyak 545.479 m³/ha, 340.135 m³/ha dan 265.036 m³/ha.

7. Secara aktual pengurangan hasil produksi untuk perlakuan tinggi genangan 3

cm adalah sebesar 15,18 % sedangkan untuk perlakuan tinggi genangan 1 cm

sebesar 10,12 % dibandingkan dengan produksi pada perlakuan kontrol

(tinggi genangan 5 cm).

5.2. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian dengan tinggi genangan 2 cm, 4 cm dan 6 cm

untuk melihat laju pertumbuhan dan produktivitas selada air.

2. Disarankan agar petani menggunakan tinggi genangan 1 cm sebagai alternatif

budidaya selada air untuk penghematan air, karena tanaman tumbuh dengan

baik dan produktivitasnya relatif baik serta biaya produksi dapat dikurangi.

3. Apabila jumlah air melimpah maka dilakukan penggenangan maksimal

setinggi 3 cm dan apabila terjadi kelangkaan air maka dilakukan

penggenangan minimal setinggi 1 cm, hal ini karena pertumbuhan optimal

(49)

29 4. Sebaiknya untuk mendapatkan pertumbuhan dan hasil panen yang optimal

serta penghematan penggunaan air maka petani dapat menggunakan

kombinasi dalam pemberian irigasi pada budidaya selada air yaitu pada 1

MST sampai 3 MST diberikan irigasi dengan tinggi genangan 1 cm,

kemudian pada 4 MST diberikan irigasi dengan tinggi genangan 3 cm dan

pada akhir budidaya (5 MST sampai 6 MST) diberikan irigasi dengan tinggi

genangan 5 cm.

5. Selain pengelolaan irigasi di petak pertanaman dengan pemanfaatan air yang

lebih efektif dan efisien juga perlu peningkatan efisiensi penyaluran di

jaringan irigasi dengan melakukan perbaikan dan perawatan

jaringan-jaringan irigasi.

6. Penelitian dilakukan pada musim kemarau dengan curah hujan yang hampir

tidak ada selama proses budidaya, maka sebagai perbandingan perlu

(50)

30

DAFTAR PUSTAKA

Alfa, D. F. 2003. Kemampuan Genjer, Kangkung, dan Selada Air untuk

Menurunkan Kosentrasi Logam Timbal (Pb) di Dalam Air. Skripsi. Jurusan Kimia-FMIPA. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Doorenbos, J. dan A. H. Kassam. 1979. Yield Response to Water. FAO Irrigation and Drainage Paper. Vol. 33. Rome.

Doorenbos, J. dan W. O. Pruitt. 1977. Guidelines for Predicting Crop water Requirements. FAO Irrigation and Draina ge Paper. Vol. 24. Rome.

Gardner, F. P., R. B. Pearce dan R. L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Penerjemah: Susilo. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.

Kartasapoetra, A.G., Mul M. S. dan E. Pollein. 1994. Teknologi Pengairan Pertanian Irigasi. Bumi Aksara. Jakarta.

Moenandir, J. 1994. Agronomi. Lembaga Penelitian dan Penerbitan Fakultas Pertanian Unibraw. Malang.

Nilmawaty. 2005. Kajian Efisiensi Irigasi pada Jaringan Irigasi Airtanah dangkal untuk Tanaman Bawang Merah. Skripsi. Departemen Teknik Pertanian-FATETA. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Pasandaran, E. 1991. Tinjauan tentang Sistem Irigasi di Indonesia. Lembaga Penelitian Pendidikan dan Penerapan Ekonomi dan Sosial (LP3ES). Jakarta

Pasandaran, E. 1992. Irigasi Di Indonesia: Strategi dan Pengembangan. Lembaga Penelitian Pendidikan dan Penerapan Ekonomi dan Sosial (LP3ES). Jakarta

Pasandaran, E dan D. C. Taylor. 1984. Irigasi Perencanan dan Pengelolaan. PT. Gramedia Jakarta

Pramudya, B. dan N. Dewi. 1992 . Ekonomi Teknik. JICA-IPB. Bogor.

PROSEA. 1994. Plant Resources of South-East Asia Vol. 8 (Vegetables). Prosea Foundation. Bogor.

Rahardi, F., R. Palungkun dan A. Budiarti. 1999. Agribisnis Tanaman Sayur. Penebar Swadaya. Jakarta.

(51)

31 Sanchez, P. A. 1992. Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika. Penerjemah: J. T.

Jayadinata. Penerbit ITB: Bandung.

Sismiyati, D. 2003. Efektivitas Pemberian Air dengan Sistem Irigasi Tetes pada Tanaman Melon (Cucumis melo). Skripsi. Jurusan Teknik Pertanian-FATETA. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Siwi, A. A. 2006. Penentuan Tarif Air Irigasi sebagai Upaya Peningkatan Efisiensi Penggunaan Air pada Usahatani Padi sawah di Daerah Irigasi Van Der Wijee, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Skripsi. Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya-FAPERTA. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Soekartawi. 2002. Analisis Usahatani. Penerbit Universitas Indonesia-UI Press. Jakarta

Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Tindall, H. D. 1983. Vegetables In The Tropics. Macmillan Education, Ltd : Hampspire

Williams, C. N., J. O. Uzo dan W. T. H. Peregrine 1993. Produksi Sayuran di Daerah Tropika. Penerjemah: S. Ronoprawito. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.

www.fao.org/docrep/X0490E/x0490e0b.htm . Nilai Kc Tanaman di Lahan Basah dan Kondisi Khusus. (8 Maret 2007).

(52)

32

(53)

33 Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian di Desa Kaligiri, Kecamatan Sirampog,

Kabupaten Brebes.

Skala = 1 : 700.000

Sumber : www.id.wikipedia.org/Kabupaten_Brebes (8 Maret 2007)

Lokasi Penelitian

(54)

34 Lampiran 2. Data Iklim di Stasiun Meteorologi Tegal (21 Juli sampai 29 Agustus

Gambar

Tabel 1. Komposisi Gizi Selada Air.
Gambar 1. Perbedaan Selada Air  dengan Selada.
Gambar 2. Bagan Alir Penelitian
Gambar 3. Pengolahan Tanah untuk Budidaya Selada Air.
+7

Referensi

Dokumen terkait