SUMBERDAYA HAYATI
(Studi Kasus Kecamatan Ciracas & Jatinegara)
DI JAKARTA TIMUR
ELFRIDA SONEVY
DEPARTEMEN
KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
SUMBERDAYA HAYATI
(Studi Kasus Kecamatan Ciracas & Jatinegara)
DI JAKARTA TIMUR
ELFRIDA SONEVY
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan Pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN
KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
ELFRIDA SONEVY. Prospek Pengelolaan Sampah Terpadu Berbasis Masyarakat Sebagai Upaya Konservasi Sumberdaya Hayati (Studi kasus kecamatan Ciracas dan Jatinegara) di Jakarta Timur. Dibimbing oleh AGUS PRIYONO dan HANDIAN PURWAWANGSA
Pesatnya peningkatan angka pertumbuhan penduduk Indonesia membawa keuntungan dengan tumbuh dan berkembangnya kota menjadi pusat kegiatan ekonomi, industri, sosial dan budaya juga membawa konsekuensi terhadap meningkatnya biaya sosial. Salah satu dampak yang terjadi karena peningkatan jumlah penduduk serta pola konsumsi masyarakat adalah meningkatnya jumlah sampah yang merupakan hasil sampingan aktivitas manusia. Sampah tidak selamanya menimbulkan dampak yang merugikan bagi manusia,bahkan sampah dapat dijadikan sebagai komoditi yang bernilai ekonomi. Kegiatan daur ulang sampah baik melalui proses reuse, recycle dan composting oleh masyarakat merupakan langkah yang menguntungkan karena dapat menekan penumpukan sampah di lingkungan, dan secara ekonomis juga menguntungkan bagi masyarakat itu sendiri. Selain itu produksi kompos dari limbah organik yang berasal dari sumberdaya alam bermanfaat dalam mengembalikan hara ke alam secara terurai dapat dimanfaatkan dalam kegiatan budidaya hutan khususnya dalam pembibitan tanaman-tanaman kehutanan khususnya dan tanaman pertanian pada umumnya.
Analisis tingkat partisipasi dalam mengelola sampah digunakan Uji Korelasi Spearman. Analisis kelayakan finansial pabrik kompos Mutu Elok dapat dilihat dari kriteria nilai NPV (Net Present Value), Net B/C (Net Benefit/Cost), dan IRR (Internal Rate of Return). Nilai manfaat ekonomi sampah kota oleh pemulung didapat dari perkiraan volume bahan dauran sampah yang didapat oleh pemulung dikalikan dengan nilai jualnya. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara dengan menggunakan kuisioner dan observasi lapang. Sedangkan data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan yakni mengumpulkan data yang telah menjadi arsip bagi pihak pengelola, melalui penelusuran informasi dari lembaga/instansi terkait.
Tingkat partisipasi masyarakat di Kecamatan Ciracas dalam pengelolaan sampah tergolong kategori tinggi dengan persentase (71,67%), hal ini menunjukkan prospek yang positif, karena pada masa mendatang tingkat pendidikan cenderung meningkat Kegiatan daur ulang dan pengomposan memberikan keuntungan ekonomi dan mempunyai peluang yang baik untuk dikembangkan. Keuntungan ekonomi dari aktifitas daur ulang rata-rata Rp 892.259,41 per ton sampah anorganik. Usaha bahan dauran sampah akan memberikan pendapatan rata-rata sebesar Rp 31.229,08/hari. Usaha pengomposan memiliki nilai B/C 5, sedangkan nilai IRR yang diperoleh usaha kompos elok sebesar 44,47%, usaha kompos yang dilakukan menurut nilai sekarang menguntungkan untuk dilaksanakan karena memberikan tambahan manfaat atau keuntungan sebesar Rp 24.480.229,42. Sebagian besar timbunan sampah di Jakarta Timur berasal dari pemukiman 5300 m³/hari (78,91 %) dan pasar dengan volume 580 m³/hari (8,64%). Jumlah timbunan sampah yang terlayani yaitu sebesar 83,43%, sisanya 16,57% sampah tidak terangkut. Penanganan sampah dalam bentuk daur ulang (4-3R) di Jakarta Timur yaitu sebesar 354 m³/hari akan mengurangi sedikitnya 5,27% per hari dari timbunan sampah sebesar 6716 m³/hari. Sedangkan penanganan dalam bentuk pengomposan sebesar 46 m³/hari akan mengurangi sedikitnya 0,68% per hari dari timbunan sampah sebesar 6716 m³/hari. Adanya partisipasi warga dan pemulung dalam memanfaatkan kembali sampah akan mengurangi biaya operasional sampah dan dapat mengurangi beban petugas kebersihan dalam mengangkut sampah dari TPS ke TPA. Dan pemanfaatan sampah sebagai kompos yang dilakukan oleh masyarakat mempunyai kemampuan memperbaiki dan meningkatkan kondisi kesuburan tanah (konservasi tanah).
ELFRIDA SONEVY. Prospect of Community Based Integrated Waste Management For Biological Resources Conservation Efforts (Case Study Ciracas and Jatinegara districts) in East Jakarta. Supervised by AGUS PRIYONO and HANDIAN PURWAWANGSA
The rapid increase in population growth rate of Indonesia brings benefits to growth and development of the city became the center of economic activity, industrial, social and cultural consequences of the increasing social costs. One of the impacts that occur because of increasing population and consumption patterns of society is the increasing amount of waste that is a byproduct of human activity. Trash does not always lead to adverse impacts to humans, even garbage can be used as a valuable economic commodity. Recycling activities both through the reuse, recycling and composting by the community is beneficial because it can suppress the accumulation of garbage in the environment, and also economically beneficial to society itself. Besides the production of compost from organic waste derived from natural resources to be useful in restoring the natural nutrients are broken down can be used in aquaculture, especially in forest nursery plants, especially forestry and agricultural crops in general.
Analysis of the participation rate in its waste management used Spearman Correlation Test. Financial feasibility analysis of Elegant Quality compost plant can be seen from the criteria of NPV (Net Present Value), Net B/C (Net Benefit/Cost), and IRR (Internal Rate of Return). Value of economic benefits by the city garbage scavengers obtained from the estimated volume of waste dauran materials obtained by scavengers multiplied by the value of selling. Primary data were collected through interviews using questionnaires and field observations. While secondary data obtained from literature studies that collect data that has become the archives for the manager, through the tracing information from the related institutions ..
Community participation in district level Ciracas in waste management were categorized as high with the percentage (71.67%), this suggests a positive outlook, because the future of education levels tend to increase recycling and composting activities provide economic benefits and have a good opportunity to developed. The economic advantages of recycling activities on average Rp 892,259.41 per ton of inorganic waste. Business dauran waste materials will provide the average income of Rp 31229.08 / day. Composting business has a value of B/C 5, while the value of business acquired IRR of 44.47% lovely compost, compost operations conducted by the present value of benefits to be implemented because it provides an additional benefit or profit of Rp 24,480,229.42. The majority of landfill waste in East Jakarta came from residential 5300 m³/day (78.91%) and the market with a volume of 580 m³/day (8.64%). Amount of landfill waste is served that is equal to 83.43%, the remaining 16.57% of waste is not transported. Handling waste in the form of recycling (4-3R) in East Jakarta at 354 m³/day will be reduced at least 5.27% per day from the garbage of 6716 m³/day. While handling in the form of composting for 46 m³/day will reduce at least 0.68% per day from the garbage of 6716 m³/day. Citizen participation and scavengers in waste reuse of waste will reduce operational costs and can reduce the burden of cleaning service in transporting waste from TPS to TPA. And use of waste as compost made by the community have ability to improve enhance soil fertility conditions (soil conservation).
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Prospek Pengelolaan Sampah Terpadu Berbasis Masyarakat Sebagai Upaya Konservasi Sumberdaya
Hayati (Studi Kasus Kecamatan Ciracas dan Jatinegara) di Jakarta Timur” adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan
belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau
lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Maret 2010
Elfrida Sonevy
Nama : Elfrida Sonevy
NIM : E34052044
Menyetujui,
Pembimbing I, Pembimbing II,
Ir. Agus Priyono, MS. Handian Purwawangsa, S.Hut. M.Si.
NIP. 19610812 198601 1 001 NIP. 19790101 20051 1 003
Mengetahui:
Ketua Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor,
Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, MS.
NIP. 19580915 198403 1 003
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 16 September 1986. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, pasangan Bapak Elson Simbolon dan Ibu Sondang
Lumban Raja. Penulis memulai pendidikan di Taman Kanak-kanak Maranatha Jakarta tahun
1992 dan lulus pada tahun 1993. Tahun 1993 melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar Johar
Baru Jakarta Pusat, tetapi pada tahun 1996 penulis pindah ke Tangerang dan melanjutkan
pendidikan di SDN Parapat dan lulus tahun 1999. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan
Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 9 Tangerang pada tahun 1999 dan lulus tahun 2002.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 6 Tangerang dan
lulus pada tahun 2005. Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor
melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis memilih program studi Konservasi
Sumberdaya Hutan & Ekowisata, Fakultas Kehutanan.
Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di Himpunan Mahasiswa Konservasi
Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA), khususnya Kelompok Pemerhati Flora dan
Persatuan Mahasiswa Kristen (PMK) IPB. Tahun 2006 penulis menjadi anggota Komisi
Kesenian UKM-PMK IPB, tahun 2007 ikut serta dalam kepanitian festival seni PMK-IPB dan
koordinator Humas Natal SYLVA Kehutanan IPB, tahun 2008 panitia Natal Civitas Akademika
(CIVA) IPB. Pada periode 2007-2008 penulis menjabat sebagai sekretaris Persekutuan Fakultas
Kehutanan IPB. Di HIMAKOVA tahun 2008 penulis pernah mengikuti kegiatan eksplorasi
Flora, Fauna dan Ekowisata di Cagar Alam Gunung Simpang, Bandung dan kegiatan Studi
Konservasi Lingkungan (SURILI) di Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya, Kalimantan
Barat. Tahun 2007 penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Cagar
Alam Leuweung Sancang-Kamojang. Tahun 2008 melaksanakan Praktek Umum Konservasi
Ex-situ (PUKES) di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta Timur-Taman Sringanis Bogor.
Tahun 2009 penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional
Kerinci Seblat, Jambi. Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Kehutanan IPB,
penulis melakukan penelitian berjudul Prospek Pengelolaan Sampah Terpadu Berbasis
Masyarakat (Studi Kasus Kecamatan Ciracas & Jatinegara) di Jakarta Timur dibawah bimbingan
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih karunia dan
penyertaan-Nya yang senantiasa hadir dalam hidup penulis, terutama selama proses penulisan
skripsi ini. Penulis menyadari bahwa selama penulisan skripsi tidak lepas dari
kerjasama, doa, nasehat dan dukungan dari banyak pihak baik moril maupun materil.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ir. Agus Priyono, MS selaku dosen pembimbing pertama dan Handian
Purwawangsa, S.Hut. M.Si. selaku dosen pembimbing kedua yang senantiasa
memberikan ilmu, arahan, motivasi, serta waktu yang telah diberikan kepada
penulis dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi.
2. Dr. Ir. Leti Sundawati, M.Sc, Dr. Ir. I Wayan Darmawan, M.Sc dan
Dr. Ir. Basuki Wasis, MS. selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan
dan saran bagi penulis untuk penyempurnaan skripsi ini.
3. Orangtua ku tercinta, Bapak E. Simbolon dan Ibu S. Lumban Raja atas doa, kasih
sayang, dukungan, nasehat dan arahan yang tiada hentinya diberikan kepada
penulis. Karya tulis ini adalah persembahan bukti wujud terimakasih kepada papa
dan mama. Adek-adek ku tersayang (Magdalena Simbolon dan Theresya
Simbolon) yang selalu memberikan semangat selama penyelesaian skripsi.
Abang Pandapotan Situmorang atas segala kasih sayang dan semangat yang
diberikan kepada penulis.
4. Seluruh dosen dan staf pengajar Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan
ilmu pengetahuan, pengajaran dan bimbingan sehingga penulis dapat
menyelesaikan pendidikan di IPB.
5. Seluruh Staf Tata Usaha Departemen KSHE atas bantuannya kepada penulis
selama kuliah dan penyelesaian skripsi.
6. Bapak Drs. H. Gamin Nurdjaja, MM selaku sekretaris camat di Kecamatan
8. Kelompok winarsih, ibu Win, bapak Sukasno, bapak Surachmat dan Kelompok
pahala, bapak Maman, Bapak Ruskendi, Bapak Alimin, atas waktu yang
disediakan dan bantuan yang diberikan ketika meneliti di lokasi penelitian.
9. Seluruh warga RT 03/RW 04 Kelurahan Susukan dan warga RT 05/RW 08
Kelurahan Ciracas yang memberikan bantuan dalam pengambilan data serta
sambutan yang baik kepada penulis dalam penelitian.
10. Keluarga besar HIMAKOVA dan KSHE khususnya KSHE 42, atas kebersamaan
dan pengalaman berharga sehingga penulis termotivasi dalam penyelesaian
skripsi ini dan teman-teman ku terkasih di Komisi Kesenian (KOMKES-PMK)
dan Persekutuan Fakultas Kehutanan atas doa dan dukungannya. Semoga
menjadi orang-orang sukses.
11. Sahabat-sahabat ku di Wisma Ananda (Hefrina, Meicink, Maria, Agnes, Diana,
Jesica, Yoan) dan di Wisma Aljoker (Doris, Itink, Pesta, Serasi), terimakasih
atas semangat dan kebersamaan yang telah diberikan kepada penulis selama
menuntut ilmu di IPB. Febri Hutagaol dan Margaret Ernanda Saragih atas doa
dan semangat yang diberikan kepada penulis.
12. Keluarga Opung Angel Simbolon di Ciomas atas doa dan dukungan yang
diberikan kepada penulis.
13. Semua pihak yang telah mendukung dan berdoa bagi penulis yang tidak dapat
disebutkan satu per satu. Terimakasih sebesar-besarnya, semoga kebaikan yang
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat serta
kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul
“Prospek Pengelolaan Sampah Terpadu Berbasis Masyarakat Sebagai Upaya Konservasi
Sumberdaya Hayati (studi kasus Kecamatan Ciracas & Jatinegara) di Jakarta Timur. Penyusunan
skripsi ini berdasarkan hasil penelitian lapangan selama satu bulan yaitu Agustus - September
2009. Skripsi ini sebagai salah satu persyaratan kelulusan di Program Studi Konservasi
Sumberdaya Hutan & Ekowisata untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan Institut Pertanian
Bogor.
Penelitian ini penting dilakukan mengingat kesadaran masyarakat akan kebersihan
lingkungan masih kurang khususnya pemanfaatan kembali sampah organik dan anorganik yang
ditimbulkan masyarakat belum sepenuhnya dilakukan. Penelitian ini bertujuan agar masyarakat
dapat mengetahui prospek pengelolaan sampah di rumahnya masing-masing dengan cara
pemilahan, pengomposan, dan daur ulang sampah anorganik. Penelitian ini juga memberi
peluang bagi pengembangan industri rumah tangga dengan memanfaatkan sampah untuk
dijadikan usaha rumah tangga.
Penulis menyadari bahwa isi dari skripsi ini masih belum sempurna, maka penulis
mengharapkan saran dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang membacanya khususnya bagi masyarakat Kecamatan Ciracas dan Jatinegara, Jakarta
Timur.
Bogor, Februari 2010
DAFTAR ISI
2.1.2 Sumber-sumber sampah... ... 5
3.4.4 Analisis permasalahan dan pengaruh usaha pemanfaatan sampah... 32
BAB IV. KONDISI UMUM PENELITIAN ... ... 33
4.1 Letak Geografis dan Peta Lokasi Penelitian ... ... 33
4.2 Wilayah Administratif Jakarta Timur ... ... 35
4.2.1 Letak Geografis Kecamatan Jatinegara ... ... 35
4.2.2 Letak Geografis Kecamatan Ciracas ... ... 36
4.3 Gambaran Umum Penanggulangan kebersihan di Provinsi DKI Jakarta... 37
4.4 Karakteristik Demografi Responden ... ... 39 5.5.2 Korelasi atau hubungan yang saling terkait antar partisipasi masyarakat terhadap pengelolaan sampah... ... 70 5.5.3 Pemanfaatan Sampah Organik dan Anorganik Oleh Warga ... ... 73
5.5.4 Kelompok Masyarakat Peduli Lingkungan ... ... 76
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Daftar kebutuhan data, jenis, sumber dan teknik pengumpulan data ... 24
2. Daftar kelurahan terpilih berdasarkan kriterianya ... 25
3. Variabel-variabel yang digunakan untuk megetahui partisipasi masyarakat.. ... 28
4. Manfaat ekonomi sampah dari Anorganik oleh pemulung tahun 2009 ... 30
5. Biaya operasional daur ulang sampah organik menjadi kompos... 31
6. Pembagian wilayah Jakarta Timur berdasarkan administratif pemerintahan ... 35
7. Jumlah Penduduk Jakarta Timur... 35
8. Luas kelurahan di Kecamatan Jatinegara.. ... 36
9. Luas kelurahan di Kecamatan Ciracas ... 37
10. Karakteristik demografi responden ... 39
11. Potensi wilayah/ sumber sampah Jakarta Timur Tahun 2008 ... 42
12.Tingkat pelayanan pengangkutan sampah Jakarta Timur per hari ... 43
13. Timbunan sampah dan sampah tertanggulangi di masing-masing kecamatan .... 44
14. Jumlah lokasi penampungan sampah Jakarta Timur Tahun 2008 ... 47
15. Besaran tarif retribusi berdasarkan Perda Nomor 01 pasal 105 Tahun 2006 ... 47
16. Perkembangan Target dan Realisasi Retribusi Kebersihan ... 48
17. Total penjualan kompos Elok ... 55
18. Nilai ekonomi bahan dauran sampah anorganik ... 57
19. Keterikatan pemulung dengan lapak ... 59
20. Pemulung menurut lama bekerja ... 63
21. Tingkat partisipasi masyarakat dalam mengelola sampah berdasarkan hasil sebaran kuisioner ... 65
22. Tingkat partisipasi masyarakat berdasarkan variabel dan hasil sebaran kuisioner ... 65
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Elemen-elemen dalam pengolahan limbah... 8
2. Peta lokasi penelitian ... 34
3. Teknis pengelolaan sampah di wilayah DKI Jakarta ... 39
4. Pelayanan pengangkutan sampah di TPS .. ... 45
5. Grafik Perkembangan target dan realisasi retribusi kebersihan.... ... 48
6. Pabrik kompos Mutu Elok ... 50
7. Struktur organisasi pengelola pabrik kompos Mutu Elok ... 51
8. Arus pemasaran dauran sampah .. ... 58
9. Aktifitas pemulung ... 60
10. Contoh jenis sampah yang dicari pemulung ... 60
11. Grafik persentase sumber sampah ... 61
12. Grafik persentase pemulung menurut daerah asal ... 63
13. Grafik keterkaitan lama bekerja dengan pendapatan pemulung ... 64
14. Jenis tempat sampah yang digunakan masyarakat ... 68
15. Pemanfaatan sampah oleh petugas kebersihan ... 70
16. Mesin Penggilingan kompos... 73
17. Kegiatan biopori yang dilakukan warga RW 04 ... 78
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Daftar karakteristik dan partisipasi masyarakat dalam menangani sampah ... 87
2. Masyarakat kecamatan Ciracas berdasarkan pekerjaan ... 92
3. Daftar sosial ekonomi pemulung di Jakarta Timur ... 93
4. Korelasi karakteristik responden dengan tingkat partisipasi.... ... . 94
5. Korelasi karakteristik dengan masing-masing variabel.. ... 95
6. Sarana pengangkutan sampah dan LPS (Lokasi Penampungan Sampah)... 96
7. Proses pengolahan kompos oleh Pabrik Kompos Mutu Elok.... ... 97
8. Data timbunan sampah dan sampah tertanggulangi per Kelurahan per hari Jakarta Timur tahun 2008 ... 98
9. Data produksi sampah dan hasil angkut per hari di Jakarta Timur tahun 2008 oleh beberapa instansi… ... 100
10. Cashflow finansial Kompos Mutu Elok.. ... 101
11. Pemanfaatan sampah organik dan anorganik oleh warga RW 04 Kelurahan Susukan dan warga RW 08 Kelurahan Ciracas, Jakarta Timur.. ... 103
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pesatnya peningkatan angka pertumbuhan penduduk di Indonesia membawa
keuntungan dengan tumbuh dan berkembangnya kota menjadi pusat kegiatan
ekonomi, industri, sosial dan budaya juga membawa konsekuensi terhadap
meningkatnya biaya sosial. Salah satu dampak yang terjadi karena peningkatan
jumlah penduduk serta pola konsumsi masyarakat adalah meningkatnya jumlah
sampah yang merupakan hasil sampingan aktivitas manusia. Sampah tidak selamanya
menimbulkan dampak yang merugikan bagi manusia,bahkan sampah dapat dijadikan
sebagai komoditi yang bernilai ekonomi.
Sebuah kota dikatakan baik jika permasalahan limbah perkotaan dapat diatasi
dengan baik dan pengelolaan terhadap limbah padat juga berwawasan lingkungan.
Untuk itu perlu adanya partisipasi masyarakat dalam menangani permasalahan
sampah yang semakin menumpuk di wilayah perkotaan yaitu dengan usaha
pemanfaatan kembali sampah. Kegiatan daur ulang sampah oleh masyarakat
merupakan langkah yang menguntungkan karena dapat menekan penumpukan
sampah di lingkungan, disamping itu juga, secara ekonomis akan menguntungkan
bagi masyarakat itu sendiri. (Sadoko 1993) perubahan pola pembuangan sampah serta
meningkatkan pemanfaatan dan pengolahan sampah yang lebih baik melalui proses
reuse, recycle dan composting.
Manfaat sosial yang dapat diperoleh dari upaya pemanfaatan dan pengolahan
sampah yang lebih baik yaitu dapat membuka lapangan kerja sehingga dapat
mengurangi pengangguran dan dapat dijadikan sebagai obyek pembelajaran
lingkungan, baik bagi masyarakat maupun dunia pendidikan. Oleh karena itu jika
usaha pemanfaatan sampah dapat terlaksana dengan baik akan dapat mengatasi
masalah keterbatasan lahan dan sumber dana pengelolaan sampah, usaha ini dapat
pula memberi manfaat bagi para pelakunya. Disamping itu juga upaya pemanfaatan
eksploitasi hutan dalam pemenuhan kebutuhan kayu bagi berbagai kegiatan
pembangunan. Produksi kompos dari limbah organik yang berasal dari sumberdaya
alam selain bermanfaat dalam mengembalikan hara ke alam secara terurai dapat
dimanfaatkan dalam kegiatan budidaya hutan khususnya dalam pembibitan
tanaman-tanaman kehutanan khususnya dan tanaman pertanian pada umumnya.
1.2Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengkaji prospek pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat serta
mengkaji faktor-faktor yang berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat dalam
mengelola sampah.
2. Mengkaji manfaat ekonomi dan kelayakan usaha daur ulang dan pengomposan
sampah kota.
3. Mengkaji permasalahan serta pengaruh usaha daur ulang sampah dan
pengomposan terhadap sistem pengelolaan sampah kota.
1.3 Manfaat
Dengan dilakukannya penelitian diharapkan masyarakat dapat menangani
permasalahan tumpukan sampah secara terpadu serta memberi peluang bagi
pengembangan industri rumah tangga dengan memanfaatkan sampah untuk dijadikan
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sampah
Sampah merupakan salah satu konsekuensi dari kehidupan, setiap kegiatan
yang dilakukan oleh manusia menimbulkan hasil samping yang dianggap tidak
bermanfaat lagi dan dibuang. Sampah berpotensi menimbulkan masalah di
lingkungan bila tidak dikelola dengan baik dan benar. Sampah merupakan istilah
umum yang sering digunakan untuk menyatakan limbah padat. Sedangkan limbah itu
sendiri pada dasarnya suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari suatu hasil
aktivitas manusia maupun proses alam dan tidak atau belum mempunyai nilai
ekonomi, bahkan dapat mempunyai nilai ekonomi yang negatif. Sampah dikatakan
mempunyai nilai negatif karena penanganan untuk membuang dan membersihkannya
cukup besar disamping itu juga dapat mencemari lingkungan
(Murthado dan Said 1988). Penggolongan atau pembagian sampah dapat dilakukan
dengan berbagai cara, tergantung dari kondisi yang dianut oleh kebijakan negara
setempat.
2.1.1 Jenis-jenis sampah
Berdasarkan cara pengelolaan dan pemanfaatannya, jenis sampah secara umum
menurut Dinas Pekerjaan Umum (1996) dibagi menjadi 3 jenis yaitu:
1) Sampah basah (Garbage), yaitu sampah yang susunannya terdiri atas bahan
organik yang mempunyai sifat mudah membusuk jika dibiarkan dalam
keadaan basah. Yang termasuk jenis sampah ini adalah sisa makanan, sayuran,
buah-buahan, dedaunan, dsb.
2) Sampah kering (Rubbish), yaitu sampah yang terdiri atas bahan anorganik
yang sebagian besar atau seluruh bagiannya sulit membusuk. Sampah ini
dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu
a. Sampah kering logam, misalnya kaleng, pipa besi, mur, baud, seng, dan segala
jenis logam yang sudah usang.
1) Sampah kering mudah terbakar (Combustible rubbish) misalnya kertas,
karton, kayu, kain bekas, kulit, kain-kain usang, dsb
2) Sampah kering sulit terbakar (Non combustible rubbish) misalnya pecahan
gelas, botol dan kaca.
3.) Sampah lembut, yaitu sampah yang susunannya terdiri atas partikel-partikel kecil
dan memiliki sifat mudah berterbangan serta membahayakan atau mengganggu
pernafasan dan mata. Sampah tersebut terdiri atas
a. Debu, yaitu partikel-partikel kecil yang berasal dari proses mekanis, misalnya
serbuk dari penggergajian kayu, debu asbes dari pabrik pipa atau atas asbes,
debu dari pabrik tenun dan debu dari pabrik semen.
b. Abu, yakni partikel-partikel yang berasal dari proses pembakaran, misalnya
abu kayu atau abu sekam, abu dari hasil pembakaran (incinerator).
Sedangkan pembagian golongan sampah secara khusus diantaranya adalah :
a) Sampah berbahaya, terdiri atas :
1. Sampah pathogen : sampah dari rumah sakit dan poliklinik
2. Sampah beracun : pembungkus pestisida, insektisida, racun, dll.
3. Sampah ledakan : petasan, sampah perang, botol parfum, dll.
4. Sampah radioaktif : sampah nuklir
b) Sampah balokan : mobil rusak, kulkas rusak, pohon tumbang
c) Sampah jalan : yang berasal dari hasil sapuan jalan
d) Sampah binatang mati berasal dari bangkai binatang
e) Sampah bangunan yang terdiri dari potongan kayu, pecahan genting, pecahan
bata, bekas adukan.
f) Sampah industri yaitu ampas bahan baku dalam proses industri.
g) Sampah khusus, yaitu sampah dari benda-benda berharga seperti surat- surat
rahasia negara dan dokumen penting lainnya.
h) Sampah kandang dan pemotongan hewan yaitu sisa makanan ternak, kulit,
sisa-sisa daging, tulang,dll.
i) Sampah lumpur yaitu lumpur dari selokan, riol, septictank, bangunan
2.1.2 Sumber-sumber sampah
Sampah dapat berasal dari berbagai sumber diantara lain yaitu :
1. Rumah tangga, umumnya terdiri atas sampah organik dan anorganik yang
ditimbulkan dari aktivitas rumah tangga, seperti buangan dari dapur, debu,
buangan taman, alat-alat rumah tangga.
2. Sampah yang dihasilkan dari pertokoan, restoran, pasar perkantoran, hotel, dll.
Biasanya terdiri dari bahan-bahan pembungkus sisa-sisa makanan, kertas dari
perkantoran, dll.
3. Sampah institusi berasal dari sekolahan, rumah sakit dan pusat pemerintahan.
4. Sampah dari sisa konstruksi bangunan, yaitu sampah yang berasal dari sisa-sisa
pembangunan bangunan, perbaikan jalan, pembongkaran jalan dan jembatan.
5. Sampah dari fasilitas umum, berasal dari taman umum, pantai dan tempat
rekreasi.
6. Sampah dari hasil pengelolaan air buangan serta sisa-sisa pembakaran incinerator
7. Sampah dari industri berasal dari proses produksi industri, mulai dari pengolahan
bahan baku sampai dengan hasil produksi
8. Sampah pertanian berasal dari sisa-sisa pertanian yang tidak dapat dimanfaatkan
lagi.
2.2 Pengelolaan Sampah Terpadu
Menurut Murthado dan Said (1988) pengelolaan sampah adalah perlakuan
yang dilakukan terhadap sampah yang meliputi pengumpulan, pengangkutan,
penyimpanan, pengolahan dan pemusnahan, sedangkan menurut Soewedo (1983),
pengelolaan sampah adalah perlakuan terhadap sampah guna memperkecil dan
menghilangkan masalah-masalah yang berkaitan dengan lingkungan. Sistem
Pengelolaan Sampah Terpadu adalah suatu sistem pengelolaan sampah yang
beroperasi lebih banyak mengikutsertakan partisipasi masyarakat, lebih ramah
lingkungan, secara operasional lebih hemat energi dan biaya, serta secara produktif
dapat meningkatkan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Sistem yang dimaksud di
lainya, yang mengarah kepada pemecahan kelemahan-kelemahan yang ada dalam
penanganan sampah perkotaan selama ini. Sedangkan Pengelolaan sampah terpadu
berbasis masyarakat merupakan suatu pendekatan pengelolaan sampah yang
didasarkan pada kebutuhan dan permintaan masyarakat, direncanakan, dilaksanakan,
dikontrol dan dievaluasi bersama masyarakat. Berbasis masyarakat bukan berarti
dalam pengoperasiannya selalu harus dilakukan oleh masyarakat tetapi boleh juga
dilakukan oleh lembaga atau badan profesional yang mampu dan diberi mandat oleh
masyarakat. Dalam ilmu kesehatan lingkungan suatu pengelolaan sampah dianggap
baik jika tidak menjadi tempat bersarangnya bibit penyakit dan tidak menjadi
perantara penyebarluasan suatu penyakit. Syarat lain yang harus dipenuhi adalah
tidak mencemari udara, air, atau tanah, tidak menimbulkan bau dan tidak
menimbulkan kebakaran (Azwar 1990 dalam Virgota 2001).
Menurut Kastaman R dan Kramadibrata AM (2007) sistem pengelolaan
sampah terpadu diarahkan agar sampah-sampah dapat dikelola dengan baik dalam arti
mampu menjawab permasalahan sampah hingga saat ini yang belum dapat
diselesaikan dengan tuntas, juga diarahkan untuk pemberdayaan masyarakat lokal
agar mampu mandiri terutama menyangkut :
1. Penataan dan pemanfaatan sampah berbasis masyarakat secara terpadu,
2. Peningkatan partisipasi aktif masyarakat dalam pengelolaan sampah,
3. Penggalian potensi ekonomi dari sampah, sehingga diharapkan dapat
memperluas lapangan kerja.
Menurut Damanhuri (1994) dalam Muthmainnah (2008) pengelolaan limbah
yang sudah terbentuk, tidak hanya terbatas pada segi cara mengolah dan
menyingkirkannya agar tidak mencemari lingkungan,tetapi pengolahan dan pendaur
ulangan atau pemusnahan limbah merupakan inti dalam usaha mengurangi dampak
negatif dari limbah yang sudah terbentuk. Dalam sistem pengelolaan sampah secara
terpadu diperlukan adanya suatu output dan input dari suatu sistem. Output dari suatu
pembuangan sampah akhir yang bersih, rapi, tertib, indah dan kota yang bersih.
Sedangkan secara kuantitatif berupa pelayanan yang semakin memuaskan masyarakat
berdasarkan persentase pelayanan terhadap jumlah penduduk, luas kota, dan jumlah
sampah kota yang terangkut setiap harinya.
Input yang dibutuhkan untuk pengelolaan sampah yaitu manusia, peralatan,
biaya, metode pengelolaan yang saling berkaitan. Dalam transformasi sistem,
input-input perlu diatur dan ditata sehingga mempunyai nilai guna yang maksimal.
Untuk itu dalam sistem pengelolaan sampah diperlukan bagian-bagian yang bertugas
mengatur masing-masing input sehingga proses transformasi akan berlangsung
dengan sebaik mungkin menuju output dan tujuan yang diharapkan. Dari sisi input,
jelas memerlukan adanya peran serta masyarakat secara aktif dan berkesinambungan,
terutama dalam mewujudkan kebersihan lingkungan. Masyarakat dalam hal ini
banyak berperan dalam proses penempatan dan pengumpulan sampah, sehingga
memudahkan dalam pemindahan, pengangkutan, pengelolaan dan pemanfaatan
sampah serta pembuangan sampah akhir yang selama ini ditangani oleh pemerintah
daerah, khususnya Dinas Kebersihan. Untuk lebih jelasnya elemen-elemen
Gambar 1. Elemen-elemen dalam pengolahan limbah Sumber : Damanhuri, 1994
2.2.1 Pewadahan sampah
Pewadahan adalah tahap awal proses pengelolaan sampah yang merupakan
usaha menempatkan sampah dalam satu wadah agar tidak berserakan, mencemari
lingkungan, mengganggu kesehatan masyarakat, serta untuk tujuan menjaga
kebersihan dan estetika. Pewadahan dapat bersifat individual dan komunal
(dipakai untuk umum). Pewadahan yang bersifat individual biasanya diterapkan di
daerah komersial, perkantoran dan pemukiman yang teratur. Wadah yang digunakan
bermacam-macam, misalnya ban, plastik, drum (tong), wadah dari kayu, kardus, dan
wadah dari batu bata. Sedangkan pewadahan komunal diterapkan didaerah
pemukiman yang tidak teratur (dari segi bangunan dan jalan) pemukiman yang masih
jarang penduduknya dan dipasar. Wadah yang digunakan yaitu bak sampah dari batu
bata atau kontainer plastik yang besar. Berbeda dari cara konvensional, pengelolaan
sampah terpadu menampung tumpukan sampah dengan membedakan antara sampah
organik dan anorganik.
Daur Ulang Pengumpulan
Pengolahan Pemusnahan Penyimpanan/
pewadahan
Pengangkutan
2.2.2 Pengumpulan sampah
Pengumpulan sampah (pengambilan sampah dari wadahnya ditiap sumber)
dilakukan oleh petugas organisasi formal baik unit pelaksana dari Pemerintah Daerah
(Pemda), petugas dari lingkungan setempat maupun dari pihak swasta yang telah
ditunjuk Pemda. Sampah yang dikumpulkan kemudian dipersiapkan untuk proses
pemindahan ataupun pengangkutan langsung ke lokasi pengelolaan atau pembuangan
akhir. Pengumpulan bersifat individual dan komunal. Pengumpulan individual artinya
petugas pengumpulan mendatangi dan mengambil sampah dari bak sampah rumah
tangga, toko, atau kantor didaerah pelayanannya. Peralatan yang digunakan yaitu truk
ataupun gerobak. Sedangkan pengumpulan komunal berarti Tempat Pengumpulan
Sementara (TPS), sampah didapat dari rumah-rumah dan dibawa dengan
menggunakan gerobak. Dan pengumpulan sampah di jalan besar dilakukan oleh
petugas Dinas Kebersihan dengan penyapuan serta pengambilan sampah dari rumah
ke rumah.
Menurut Salfato (1972) Berdasarkan situasi dan kondisi serta fasilitas yang
tersedia, metode pengumpulan sampah dikategorikan menjadi enam macam yaitu :
1. Sistem pengumpulan oleh tenaga manusia
Pengumpulan ini dilakukan didaerah pemukiman yang luas. Petugas pengumpul
mendatangi tempat sampah individu untuk mengambil dan memindahkan ke
kendaraan yang selanjutnya diangkut ke tempat pembuangan.
2. Sistem pengumpulan dengan Container
Container diletakkan pada tempat yang strategis sehingga masing-masing
penghasil sampah dapat membuang sampahnya ke container tersebut, setelah
penuh container segera diangkut ke tempat pembuangan akhir dengan
menggunakan truk.
3. Sistem mekanik
Merupakan metode pengumpulan sampah tanpa tenaga manusia dan biasa
4. Sistem pengumpulan dengan cara membuang sampah kesaluran air kotor yang
sebelumnya sampah tersebut dipotong kecil dengan alat pemotong.
5. Sistem pengumpulan sampah tanpa tenaga manusia dan biasanya dipakai
dikomplek pertokoan dan dipasar. Metode ini mengandalkan tekanan udara
sebagai tenaga penggerak sampah.
6. Sistem pengumpulan dengan menggunakan cerobong. Sampah dibuang dari
masing-masing kamar dan secara gravitasi sampah akan jatuh dilantai dasar
yang dilengkapi dengan bak pengumpul.
Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan pada tahap
pengumpulan diantaranya adalah :
1. Peletakkan sampah sebelum diambil
Untuk memudahkan truk dalam proses pengumpulan dan pengangkutan
sampah.
2. Waktu dan frekuensi pengumpulan
Pada umumnya pengumpulan dilakukan pada pagi dan siang hari untuk daerah
pemukiman atau malam hari untuk daerah perdagangan dan pasar. Frekuensi
pengumpulan yang terbaik minimum dilakukan setiap hari sekali berdasarkan
pertimbangan sanitasi, tetapi untuk pertimbangan ekonomi dapat dilakukan dua
hari sekali.
3. Tersedianya peralatan yang ada, dengan ditunjang oleh tenaga yang cukup dan
terampil, perlengkapan kerja yang ada serta pembagian tugas maupun jadwal
kerja yang baik.
4. Lokasi penampungan sampah yang memenuhi persyaratan baik dari segi
kapasitas maupun kuantitas.
2.2.3 Pemindahan dan pengangkutan sampah
Pemindahan merupakan kegiatan memindahkan sampah yang masuk dari
transfer depo atau TPS ke kendaraan pengangkut untuk dibawa ke TPA.
Pengangkutan sampah berkaitan dengan kegiatan membawa sampah dari lokasi
pemindahan ke lokasi pembuangan akhir. Alat-alat yang digunakan untuk
pintu atau tutup, truk pembawa container,dan lain-lain. Truk bak kayu dan typper
bertugas mengangkut sampah dari lokasi penampungan sementara ke lokasi
penampungan akhir. Truk container bertugas mengangkut sampah di bak container
yang sudah penuh ke tempat pembuangan akhir. Pengangkutan sampah dari tempat
penampungan sementara ke tempat pembuangan akhir ini dilaksanakan oleh petugas
Dinas Kebersihan. Menurut Warsito (1990), syarat-syarat alat angkut sampah yaitu :
1. Terbuat dari logam ataupun melapisi bagian dalam dinding bak dan lantai dengan
logam.
2. Truk terbuka minimal harus tertutup untuk menghindari sampah berceceran dan
berterbangan.
3. Untuk petugas pengangkut harus disediakan pakaian dan perlengkapan kerja
seperti pakaian khusus kerja, topi, sarung tangan, masker, sepatu boat, cangkul,
sekup, garpu.
4. Sesudah membuang sampah ke TPA, truk selalu dalam keadaan bersih.
2.2.4 Pembuangan akhir atau pemusnahan
Tahap ini merupakan tahap akhir dari pengelolaan sampah dan merupakan
tahap terpenting karena tahap ini, persoalan sampah tidak akan dapat diatasi secara
tuntas. Menurut Resosoebroto (1978), lokasi pembuangan akhir harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut :
1. Terletak di daerah yang tanahnya liat dan mengandung pasir.
2. Jauh dari sumber air minum (minimum 200 meter).
3. Terletak di daerah yang bebas banjir
4. Di daerah yang rendah dan jauh dari pemukiman (minimum 2 km).
Metode pembuangan akhir yang banyak dikenal adalah :
1. Open dumping yaitu membuang sampah pada tempat pembuangan sampah
akhir secara terbuka di suatu lokasi tertentu
2. Control landfill yaitu pembuangan sampah pada tempat pembuangan sampah
akhir, seperti halnya open dumping namun disini terdapat proses pengendalian
3. Sanitary landfill yaitu pembuangan sampah pada tempat pembuangan akhir
dengan menimbun sampah ke dalam tanah hingga periode waktu tertentu.
Dengan demikian cara ini dapat menekan polusi atau bau, dan kebersihan
lingkungan lebih baik. Metode ini merupakan cara yang paling mudah
dibandingkan dengan metode lainnya.
Tempat pembuangan akhir membutuhkan ruang/tempat yang luas dan
disyaratkan jauh dari tempat pemukiman penduduk. Dengan adanya keterbatasan
lahan di berbagai kota besar tempat pembuangan akhir lambat laun menjadi masalah,
upaya mengurangi beban penumpukan sampah di TPA dengan berbagai metode
pengelolaan sampah yang lebih baik merupakan langkah yang perlu terus
dikembangkan.
2.3 Pemanfaatan Sampah
Menurut Murtadho (1988) Pemanfaatan sampah merupakan penggunaan dan
pemanfaatan kembali sampah yang dapat dijadikan suatu produk yang memiliki nilai
ekonomi, akan tetapi di dalam pemanfaatan sampah padat diperlukan teknologi yang
tepat dan sesuai dengan karakteristik sampah yang ada. Dengan ditemukannya
teknologi yang tepat, maka selain dapat membantu program penanganan sampah
padat, juga akan sangat membantu dalam mengembangkan lapangan pekerjaan yang
akhirnya akan mendatangkan penghasilan yang berarti bagi masyarakat. Pemanfaatan
sampah yang merupakan usaha untuk mengubah sampah dari barang yang bersifat
economic bad menjadi economic good sehingga dapat masuk kembali dalam kegiatan
produksi dan konsumsi sekaligus mengurangi limbah yang akan mencemari
lingkungan.
Usaha daur ulang dan pengomposan sampah pada dasarnya merupakan usaha
memanfaatkan kembali sampah melalui pendekatan ekonososiotekno dan
keterpaduan antara pembinaan manusia, sumberdaya dan lingkungan (Tribina) yaitu :
1. Pengelolaan sampah tidak hanya berorientasi pada kegiatan pengumpulan,
pengangkutan dan pemusnahan saja melainkan adanya usaha pemanfaatan
2. Pengelolaan sampah diselenggarakan secara terpadu antar semua unsur
terkait seperti penghasil sampah, pengolah (pemulung dan industri
pengomposan) serta pemda dengan orientasi pemecahan secara menyeluruh
dari aspek teknologi, ekonomi, sosial dan politis.
3. Mengubah citra sampah dari beban lingkungan menjadi sumberdaya
ekonomi.
Uraian teknologi pengolahan sampah dengan cara pengomposan dan daur
ulang dapat dilihat sebagai berikut :
1. Pengomposan
Pengomposan merupakan salah satu contoh proses pengolahan sampah secara
aerobik dan anaerobik yang merupakan proses saling menunjang untuk menghasilkan
kompos. Sampah yang dapat digunakan dengan baik sebagai bahan baku kompos
adalah sampah organik, karena mudah mengalami proses dekomposisi oleh mikroba
(Suriawiria, 1993). Proses dasar yang terjadi pada pengomposan disebut proses
aerobik atau proses penguraian bahan-bahan organik oleh mikroorganisme sejumlah
energi dalam bentuk panas sebagai hasil oksidasi air dan karbondioksida, tidak
menimbulkan gas yang kurang sedap, serta temperatur tinggi yang dihasilkan akan
menurunkan potensi mikroorganisme bakteri patogen. dengan menggunakan oksigen.
Kompos sebagai bahan organik yang telah terurai memiliki sifat-sifat berikut :
a) Reaksi kimia relatif netral
b) Mengandung asam humin
c) Mampu mengikat dan menyerap koloid tanah
d) Mampu menyerap air yang tinggi
e) Merupakan satuan matriks tanah yang porosif
f) Berstruktur serat humus yang kenyal
g) Berwarna gelap
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengomposan adalah sebagai berikut :
a) Kadar air
Dalam suatu campuran kompos kadar air harus lebih besar dari batas terendah
syarat berlangsungnya aktivitas bakteri (12-15)%. Kadar air optimum untuk
proses pengomposan yang efisien berkisar antara (50-60)%.
b) Temperatur
Sebagian besar mikroorganisme tumbuh baik pada temperatur antara 200C-350C.
Patogen yang tumbuh subur akan menghasilkan suhu tubuh 370C.
c) Ukuran Partikel
Materi kompos dengan ukuran partikel yang kecil lebih mudah dikomposkan
daripada materi dengan partikel besar yang mempunyai permukaan lebih luas.
Bentuk partikel material yang baik dikomposkan berkisar10-50 mm.
d) Perbandingan C dan N
Carbon dan Nitrogen merupakan dua elemen yang dibutuhkan bagi pertumbuhan
mikrobiologi. Perbandingan carbon terhadap nitrogen dapat menunjukkan
kecepatan dekomposisi bahan organik. Jika C/N ratio terlalu tinggi, proses
dekomposisi akan berjalan lambat. Jika C/N ratio terlalu rendah sebagian besar
nitrogen akan cepat hilang melalui penguapan sebagai molekul amonia. Kompos
akan berkualitas baik jika C/N turun menjadi 15-18%.
e) Waktu pengomposan
Proses pengomposan secara konvensional (tanpa menggunakan perlakuan
mikroba pengurai tambahan) biasanya berlangsung selama 4-6 bulan setelah
komposter terisi penuh dengan sampah dapur. Proses penguraian sampah
menjadi kompos juga dapat dilakukan dengan waktu yang lebih singkat yaitu
18-21 hari yaitu pada bahan organik yang banyak mengandung selulosa
(C/N ratio >30) atau bahkan 3-14 hari pada bahan yang mengandung N tinggi
2. Recycling (Daur Ulang)
Recycling merupakan metode pembuangan sampah melalui proses daur ulang sehingga sampah tersebut bisa digunakan kembali. Contohnya kertas bekas seperti
koran bekas, kertas komputer bekas yang dapat diolah kembali dan dijadikan pulp
untuk membuat kertas toilet dan karton pengemas dus. Selain kertas ada juga plastik
dan kaleng yang dapat dimanfaatkan kembali. Sampah plastik dapat diolah kembali
menjadi barang berguna seperti membuat pot bunga dari plastik botol minum aqua,
membuat tas, dompet dari plastik kemasan deterjen, kopi susu dan kemasan lainnya.
Konsep dasar gaya hidup hijau, yakni reuse, refill, dan recycle, juga berlaku di
dunia teknologi informasi. Hal ini dibuktikan oleh Muhammad Salahuddien
Manggalany atau yang akrab dipangil Didin atau Pataka. Didin mendaur ulang kaleng
menjadi antena wireless LAN. Awalnya memang iseng-iseng sebagai wadah
eksperimental, namun kini bisnis ini telah menjadi lahan baru yang cukup
menjanjikan. Selain itu kaleng dapat dimanfaatkan kembali menjadi tempat pensil
dan tempat kue. Selain plastik ,kertas dan kaleng, daun juga dapat dimanfaatkan
untuk kerajinan tangan Seperti halnya di Kota Malang, pemanfaatan limbah dedaunan
dijadikan bahan kerajinan tangan seperti tempat tusuk gigi, tempat tisu, maupun
hiasan-hiasan yang menarik dan yang menjanjikan perolehan profit dan menjamin
peluang lanjutan usaha kerajinan tangan dari daun.
Pengembangan ide kreatif sangat diperlukan dalam mengolah dan
memanfaatkan kembali sampah anorganik agar bahan-bahan anorganik tersebut
memiliki nilai jual yang tinggi. Manfaat dari mendaur ulang sampah terhadap
lingkungan secara umum adalah:
a. Dapat menekan lebih dari 3 kg gas-gas yang menghasilkan efek rumah kaca
(greenhouse effect gases) seperti CO2 yang berdampak pada efek pemanasan
global.
b. Menghemat penggunaan energi yang diperlukan untuk proses industri, karena
tidak menggunakan bahan baku secara mentah tapi cukup dengan bahan daur
ulang yang sudah ada. Dengan demikian biaya produksi dapat ditekan
c. Penghematan penggunaan bahan baku, khususnya yang masih di impor
sehingga dapat menghemat devisa. Sebagai contoh, sampah kertas dapat
digunakan dengan daur ulang ini antara 5-10 kali sebelum benar-benar tidak
dapat digunakan lagi
d. Sampah organik dapat dimanfaat sebagai penyubur tanah. Sampah dapat
didaur ulang menjadi pupuk organik (kompos) yang sangat dibutuhkan
sebagai unsur hara tanah yang penting.
Beberapa manfaat penting dari upaya meminimumkan sampah yaitu :
1. Melindungi (mengkonservasi) sumberdaya yang dimiliki, seperti ;
a. mineral ; yang digunakan untuk membuat banyak bahan yang berguna
(contoh : bauxite yang digunakan untuk membuat alumunium)
b. energi ; yang digunakan dalam pertambangan, pemanenan, fabrikasi dan
transportasi.
c. Kawasan hutan ; yang digunakan untuk membuat berbagai macam kertas dan
berbagai macam produk olahan kayu.
d. Minyak bumi ; yang digunakan baik sebagai bahan bakar maupun untuk
bahan baku plastik.
e. Lahan yakni sebagai tempat berbagai kegiatan manusia.
2. Menghemat uang. Mengurangi sampah dapat menghemat uang dalam berbagai
cara seperti :
a. Sedikit membuang sampah akan berkurang kemungkinan untuk
membelanjakan uang dan membuang sesuatu yang bisa menjadi sampah
b. Bisnis menjadi lebih efisien
c. Pendapatan keluarga lebih baik
3. Mengurangi dampak buruk terhadap lingkungan
a. Kualitas lingkungan di beberapa area seringkali dipengaruhi oleh adanya
aktivitas ekstraksi atau eksploitasi sumberdaya misalnya di daerah
b. Pengurangan atas penggunaan bahan bakar fosil untuk energi akan
mengurangi pembuangan gas yang memiliki efek rumah kaca atau sumber
polusi lainnya.
2.4 Konservasi Sumberdaya Hayati
Menurut Undang-Undang No 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumberdaya
Alam Hayati dan Ekosistemnya menyebutkan bahwa konservasi sumber daya alam
hayati adalah pengelolaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan
secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap
memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya selain itu
konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dilakukan melalui kegiatan
perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis
tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya, pemanfaatan secara lestari sumber daya
alam hayati dan ekosistemnya. Berkurangnya keanekaragaman hayati akan
mempunyai dampak negatif pada:
1. Ketahanan stabilitas ekosistem terhadap goncangan faktor luar.
2. Kemampuan untuk memproduksi tanaman baru.
3. Kepastian masa depan untuk kebutuhan generasi yang akan datang.
Menurut Rodgers (1997) nilai keanekaragaman hayati sebenarnya lebih banyak dinikmati oleh masyarakat lokal ketimbang masyarakat internasional, yaitu
1. Fungsi ekosistem adalah pada proses dan siklus hara di tanah dan plasma
nutfah sangat erat pada kepentingan lokal spesifik.
2. Nilai ekspor produk kenekaragaman hayati, seperti tourisme, obat-obatan dan
kayu, keuntungannya kembali kepada produsen/ eksportir nasional.
3. Produk pasar nasional (air minum, kayu bakar, getah, minyak atsiri dan hasil
non kayu lainnya).
4. Produk pasar lokal (kayu bakar, hijauan ternak).
5. Produk rumah tangga (pangan, bahan pengrajin).
2.5 Permasalahan dan Penanggulangan Kerusakan Lingkungan
Sumber masalah kerusakan lingkungan karena dilampauinya daya dukung
lingkungan ialah tekanan penduduk terhadap lahan yang berlebih, kerusakan
lingkungan hanyalah akibat atau gejala saja. Karena itu penanggulangan kerusakan
lingkungan itu sendiri merupakan penanggulangan yang simtomatis
(Otto soemarwoto 1983).
Penanggulangan dapat diklasifikasikan pada tingkat pengumpulan,
pengangkutan ke stasiun peralihan (transfer station) dan pembuangan akhir atau
pemusnahan (Dinas Kebersihan DKI Jakarta 1995). Masalah kebersihan lingkungan
pemukiman merupakan masalah yang kompleks dan erat kaitannya dengan tata
kehidupan dan kebiasaan masing-masing warga baik sebagai individu maupun
masyarakat dalam lingkungannya. Suatu lingkungan pemukiman yang bersih, tertib,
indah dan sehat tidak akan berhasil apabila masyarakat tidak berpartisipasi dalam
mencapai tujuannya, karena partisipasi itu sendiri merupakan kegiatan dan aktifitas
masyarakat untuk menanggulangi masalah lingkungan. Sehingga kesadaran
masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam program kebersihan perlu ditumbuhkan
dan digerakkan (Salim 1993 dalam Solehati 2005).
Dalam memahami permasalahan tersebut, perlu dilihat beberapa aspek yang
menaungi sistem pengelolaan persampahan meliputi (1) aspek teknis, (2) aspek
kelembagaan, dan (3) aspek manajemen dan keuangan. Dengan melakukan peninjuan
beberapa aspek diatas, Perlu dilakukan suatu rencana tindak (action plan) yang
meliputi:
(1) Melakukan pengenalan karekteristik sampah dan metoda pembuangannya,
(2) Merencanakan dan menerapkan pengelolaan persampahan secara terpadu
(pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan akhir),
(3) Memisahkan peran pengaturan dan pengawasan dari lembaga yang ada dengan
fungsi operator pemberi layanan, agar lebih tegas dalam melaksanakan reward &
(4) Menggalakkan program Reduce, Reuse dan Recycle (3 R) agar dapat tercapai
program zero waste pada masa mendatang,
(5) Mengembangkan teknologi pengelolaan sampah yang lebih bersahabat dengan
lingkungan dan memberikan nilai tambah ekonomi bagi bahan buangan.
2.6 Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah
Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah merupakan aspek yang
terpenting untuk diperhatikan dalam sistem pengelolaan sampah terpadu. Keterlibatan
masyarakat dalam pengelolaan sampah merupakan salah satu faktor teknis untuk
menanggulangi persoalan sampah perkotaan atau lingkungan pemukiman dari
tahun-ke tahun yang semakin kompleks. Partisipasi masyarakat adalah tahun-keterlibatan
masyarakat dalam menentukan arah, strategi dalam kebijaksanaan kegiatan, memikul
beban dan pelaksanaan kegiatan, memetik hasil dan manfaat kegiatan secara adil
(Tjokroamidjojo 1990) sedangkan menurut Koentjaraningrat (1991) dalam
Solehati (2005), partisipasi merupakan pemberian sumbangan dan turut serta dalam
menentukan arah atau tujuan pembangunan, dimana ditekankan bahwa partisipasi
adalah hak dan kewajiban bagi setiap masyarakat. Partisipasi menurut
Hoofsteede (1971) dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu
1. Partisipasi Inisiasi : Partisipasi yang mengundang inisiatif dari pimpinan desa
baik formal maupun informal dari anggota masyarakat mengenai suatu
program, proyek atau kegiatan, yang nantinya program tersebut menjadi
kebutuhan masyarakat.
2. Partisipasi Legitimasi : Partisipasi ini merupakan partisipasi tingkat
pembicaraan atau pembuatan keputusan tentang program, proyek, kegiatan
tersebut.
3. Partisipasi Eksekusi : Partisipasi pada tingkat pelaksanaan.
Secara umum partisipasi dibagi menjadi dua macam yaitu partisipasi dalam
bentuk fisik seperti tenaga, barang dan uang, serta partsipasi dalam bentuk non fisik
seperti sumbangan, pemikiran atau ide dan dukungan. Iriani (1994) menyatakan
bahwa ada hubungan yang positif antara variabel pendidikan, pekerjaan, pendapatan
peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah. Semakin baik atau tinggi suatu
variabel kelompok masyarakat maka peran serta masyarakat itu semakin tinggi.
Dinyatakan juga bahwa peran serta masyarakat di daerah dengan tingkat pendapatan
penduduk yang tinggi atau lebih besar daripada peran serta masyarakat di daerah
dengan tingkat pendapatan penduduk sedang. Peran serta dan partisipasi masyarakat
sangat diperlukan dalam menanggulangi keberadaan sampah yang semakin
menumpuk, adanya peran serta yang baik dari masyarakat akan sangat memudahkan
pelaksanaan operasional dilapangan. Peran serta masyarakat berarti masyarakat ikut
serta dan mengikuti serta menyertai pemerintah dalam memberikan bantuan guna
meningkatkan, memperlancar, mempercepat dan menjamin usaha keberhasilan
pembangunan (Santono & Iskandar 1991 dalam Solehati 2005).
Satu diantara bentuk implementasi konsep 3R yang mulai digalakan oleh
masyarakat dan sektor industri adalah mendaur ulang sampah dan berupaya
menghimpun kegiatan yang dapat memanfaatkan sampah untuk didaur ulang.
Pada dasarnya usaha daur ulang maupun pengomposan merupakan usaha
memanfaatkan kembali sampah melalui ekonososiotekno dan keterpaduan antara
pembinaan manusia, sumberdaya dan lingkungan. Pengelolaan terhadap sampah
secara terpadu diperlukan keterlibatan antar semua pelaku seperti pemulung,
masyarakat, industri pengomposan, LSM, Pemda dan berorientasi pada suatu
pemecahan yang menyeluruh mulai dari aspek teknologi, ekonomi, sosial dan politis.
Dengan adanya usaha pemanfaatan dan pengelolaan sampah terpadu berbasis
masyarakat diharapkan dapat mengubah citra sampah dari beban lingkungan dan
memberikan dampak negatif menjadi sumberdaya ekonomi yang memberikan
dampak positif bagi masyarakat serta dapat menunjang kebijakan pembangunan yang
berkelanjutan.
2.7 Peran Pemulung dan Lapak dalam Pengelolaan Sampah
Pemulung merupakan orang yang memungut barang-barang bekas atau
sampah tertentu untuk proses daur ulang. Peran pemulung dalam penanganan sampah
kota sangat penting. Hal ini dikarenakan kegiatan pemulung yang dapat mengatasi
Kebersihan Provinsi DKI (1990), kesepakatan cara pandang mengenai pemulung
adalah :
1. Pemulung merupakan bagian masyarakat atau WNI yang mempunyai hak
dan kewajiban yang sama sesuai dengan UUD 1945.
2. Pemulung adalah pelaku penting dalam proses daur ulang (recycling)
sampah sebagai salah satu bagian dalam penanganan sampah perkotaan
maupun pedesaan.
3. Pemulung adalah salah satu pemelihara lingkungan hidup yang menyerap
sebagian sampah untuk dapat diolah menjadi barang berguna bagi
masyarakat.
4. Pemulung adalah orang yang bekerja memunguti dan mengumpulkan
sampah serta memanfaatkan sampah-sampah tersebut untuk menambah
penghasilan mereka.
2.8 Kelembagaan Penanganan Sampah
Kelembagaan merupakan organisasi dan aturan main (rules of the game).
Kelembagaan sebagai suatu organisasi menggambarkan koordinasi yang didasarkan
atas mekanisme administratif sehingga mengarah pada pengertian lembaga yang
bersifat formal seperti departemen dalam pemerintahan, perusahaan, koperasi, bank
dan sebagainya. Berdasarkan definisi dan terminologi yang berlaku dimasyarakat
maka lembaga adalah kombinasi dari :
1. Kebijakan dan tujuan
2. Hukum dan aturan main
3. Organisasi
4. Rencana operasi dan prosedur
5. Mekanisme insentif
6. Mekanisme pertanggungjawaban
7. Norma, tradisi, praktek dan kebiasaan.
Kelembagaan yang baik merupakan kunci dari keberhasilan pengelolaan
negara, pembangunan, pasar, perdagangan, bisnis. Demikian pula halnya dengan
hanya terdiri dari organisasi yaitu hubungan keterkaitan berbagai pihak (stakeholder)
tetapi dapat juga berupa aturan dan kebijakan yang akan berpengaruh dalam
mengimplementasikan sistem pengelolaan sampah baik dari segi ekonomi, sosial,
budaya, lingkungan maupun teknologi. Kebijakan dan strategi penanganan sampah
mengacu pada Undang-Undang Lingkungan Hidup yang tertuang dalam
UU No.23 Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup yaitu upaya terpadu
dalam pemanfaatan, penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian, pemulihan
dan pengembangan lingkungan hidup untuk kemudian masing-masing daerah
menjabarkannya dalam bentuk peraturan daerah. Sedangkan definisi dari lingkungan
hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup
termasuk didalamnya manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan
perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya
(Hardjosoemantri 2000).
Menurut Djogo et al. (2003) mengatakan bahwa unsur-unsur dan aspek
kelembagaan antara lain meliputi :
1. Institusi yang merupakan landasan untuk membangun tingkah laku sosial
masyarakat
2. Norma tingkah laku yang mengakar dalam masyarakat dan diterima secara
luas untuk melayani tujuan bersama yang mengandung nilai tertentu dan
menghasilkan interaksi antar manusia yang terstruktur.
3. Peraturan dan penegakan aturan/hukum
4. Aturan dalam masyarakat yang memfasilitasi koordinasi dan kerjasama
dengan dukungan tingkah laku hak dan kewajiban anggota
5. Kode etik
6. Organisasi
III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Lokasi
Penelitian dilaksanakan di tiga tempat berbeda. Untuk mengetahui tingkat
partisipasi masyarakat peneliti mengambil sampel di RT 03/RW 04 Kelurahan
Susukan dan RT 05/RW 08 Kelurahan Ciracas. Penentuan lokasi penelitian ini
ditentukan dengan purposive sampling (sengaja) dengan beberapa pertimbangan
yaitu terdapatnya masyarakat yang memanfaatkan sampah untuk usaha daur ulang
serta terdapat kelompok masyarakat yang peduli kebersihan lingkungan dan
pernah bekerjasama dengan beberapa LSM seperti JICA dan Bina Swadaya.
Sedangkan untuk mengetahui kelayakan usaha kompos, peneliti
mengambil contoh studi kasus di pabrik kompos Mutu Elok RW 10 Perumahan
Cipinang Elok Jakarta Timur. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus
s.d bulan September 2009.
3.2 Alat dan Panduan
Alat yang digunakan adalah alat tulis menulis, kamera digital, perangkat
lunak berupa software Microsoft Excel 2007, software SPSS 15. Untuk
wawancara digunakan panduan kuisioner (Lampiran 12)
3.3 Metode Pengumpulan Data dan Pengambilan Sampel 3.3.1 Jenis dan sumber data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
dengan jenis studi kasus dan metode survey. Metode studi kasus bertujuan
mempelajari latar belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungan dari suatu
unit sosial, sedangkan metode survey merupakan metode yang digunakan untuk
memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada serta mencari keterangan
secara faktual institusi sosial, ekonomi, dan pendidikan. Data yang akan
dikumpulkan berupa: jumlah penduduk, produksi sampah perumahan,
sektor-sektor penghasil sampah terbesar, peraturan daerah tentang kebersihan,
perilaku dan partisipasi masyarakat, manfaat ekonomi dari usaha daur ulang dan
pengomposan. Untuk memudahkan pengumpulan data maka kebutuhan data, jenis
Tabel 1 Daftar kebutuhan data, jenis, sumber dan teknik pengumpulan data
Tujuan Penelitian Data yang dibutuhkan Sumber Data Teknik
Pengumpulan d. Cara membuang sampah Rumah e. Hal yang dilakukan jika tempat
tinggal kotor
f. Pendapat masyarakat terhadap pemisahan sampah organik dan anorganik
g. Pengetahuan warga tentang TPA
Data Primer dari
1. Karakteristik Pemulung (Dapat dilihat pada lampiran 3)
b. Volume sampah/jumlah timbunan sampah
c. Komposisi sampah
Data primer diperoleh melalui wawancara dan observasi lapang. Data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan yakni mengumpulkan data yang telah
menjadi arsip pengelola, melalui penelusuran informasi dari lembaga/instansi
terkait (Dinas Kebersihan Jakarta Timur, Kantor kecamatan, Kantor Kelurahan,
Perpustakaan) dalam bentuk laporan maupun buku.
3.3.2 Pengambilan sampel dan penentuan responden
Kecamatan Ciracas merupakan salah satu kecamatan yang pengelolaan
sampahnya berbasis masyarakat. Kecamatan Ciracas terletak di daerah
Kotamadya Jakarta Timur. Kecamatan ini memiliki 5 Kelurahan yaitu Cibubur,
Ciracas, Susukan, Kelapa Dua Wetan dan Rambutan. Namun dari lima kelurahan
tersebut hanya dua kelurahan yang terpilih yaitu kelurahan Susukan, kelurahan
Ciracas. Dalam penelitian ini pengambilan sampel wilayah dilakukan secara
purposive sampling yaitu pemilihan sampel berdasarkan beberapa kriteria
diantaranya yaitu terdapat sekelompok masyarakat peduli lingkungan serta pernah
bekerjasama dengan LSM seperti JICA dan Bina Swadaya, terdapat pengusaha
daur ulang dan masyarakat yang memiliki profesi bekerja sebagai pemulung dan
pengumpul. Adapun wilayah kelurahan berdasarkan kriteria yang disebutkan di
atas dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Kelurahan terpilih berdasarkan kriterianya
No. Pertimbangan/Kriteria Sampel Kelurahan Jumlah Responden 1. Masyarakat Peduli Lingkungan
dan Pengusaha Daur Ulang
a. Susukan b. Ciracas
a. 30 orang b. 30 orang 2. a. Pemulung
b. Pengumpul
a. Cibubur a. 50 orang b. 2 orang
Metode dalam penelitian memerlukan responden yang terdiri dari 3 kategori,
pertama: pemulung dan lapak, kedua: pihak pengusaha daur ulang
(pengusaha kompos) dan masyarakat Kelurahan Susukan dan Kelurahan Ciracas,
sedangkan kategori ketiga : Dinas Kebersihan. Penentuan responden untuk
mengetahui partisipasi masyarakat di dua kelurahan dipilih berdasarkan stratified
random sampling yaitu responden dibagi menjadi beberapa grup elemen yang
disebut strata dalam hal ini dilihat dari tingkat pendidikan diantaranya yaitu
tamatan SD sederajat, SMP-SMA sederajat dan perguruan tinggi. Satu kelurahan
yaitu untuk tamatan SLTP ke bawah sebesar 10 orang, tamatan SLTA 10 orang
dan tamatan perguruan tinggi 10 orang.
3.4 Analisis Data
Data kualitatif yang diperoleh di lapangan disajikan secara deskriptif dan
diberikan gambar hasil dokumentasi selama dilakukannya penelitian. Dari hasil
data kuantitatif yang didapat dilapangan akan dibuat grafik, perhitungan skor,
persentase, nilai rataan hasil. Analisis data kuantitatif dihitung sebagai berikut:
3.4.1 Penentuan Skoring Peringkat Partisipasi
Pengukuran untuk setiap indikator akan diberikan bobot (kuantifikasi yang
sesuai dengan besar skor). Ketentuan pembobotan berdasarkan kategori berikut :
a. Nilai skor 1 = kategori rendah b. Nilai skor 2 = kategori sedang c. Nilai skor 3 = kategori baik
Selanjutnya dilakukan penjumlahan dari setiap indikator dari ke empat sub
variabel tingkat partisipasi masyarakat. Penentuan kategori didasarkan pada
jumlah skor yang dicapai dibandingkan dengan skor standar. Penentuan skor
standar diperhitungkan dengan rumus :
1. Variabel Partisipasi
Dari setiap jawaban pertanyaan yang diberikan oleh responden diberi nilai
atau skor 1 sampai 3. Pada skor 1-3 tersebut dapat dilihat apakah partisipai
masyarakat terhadap lingkungan maupun masalah sampah pada khususnya
semakin tinggi atau sebaliknya. Semakin tinggi skor atau nilai yang diperoleh
maka semakin baik juga. Misalnya saja pertanyaan mengenai keikutsertaan
responden dalam kegiatan kerja bakti dilingkungannya. Resonden yang menjawab
tidak pernah diberi skor 1, responden yang menjawab kadang-kadang diberi skor