• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.4 Usaha Pengelolaan dan Pemanfaatan Sampah 3R ( Reduce, Reuse, Recycle ) .1 Usaha Pengomposan Sampah

5.4.2 Usaha daur ulang sampah kota

Usaha pemanfaatan sampah merupakan komponen penting dalam pengelolaan sampah untuk dapat mengurangi dampak lingkungan, khususnya sampah anorganik yang dapat didaur ulang dan memiliki manfaat ekonomi. Manfaat ekonomi yang diperoleh pemulung dari berbagai jenis bahan dauran sampah serta harga jualnya dapat dilihat pada Tabel 18. Dan beberapa aspek yang dapat dilihat dari kegiatan pengelolaan sampah oleh pemulung diuraikan sebagai berikut.

Tabel 18 Nilai ekonomi bahan dauran sampah anorganik Tahun 2009

No. Jenis barang bekas Volume (ton) Harga jual (Rp/kg) Manfaat ekonomi (Rp) 1. - Kertas 103,2 700 72.240.000 - Plastik Plastik Asoy/Kresek Plastik Ember 19,2 18 400 1500 7.680.000 27.000.000 - Karet 1 500 500.000 - Kaca 24 300 7.200.000 - Logam 1,5 9000 13.500.000 - Kaleng 0,9 1200 1.080.000 - Aqua Botol Gelas 2,4 3 2500 4000 12.000.000 6.000.000 - Kardus 18 1300 23.400.000 2. Jumlah 191,2 170.600.000

4. Nilai ekonomi bahan

dauran sampah/ton = Rp 170600000 = Rp 892.259,41 191,2 ton

5. Besar manfaat ekonomi yang diperoleh / hari = Rp 892.259,41 X 0,035 kg/hari = Rp 31.229,08

Sumber data primer yang diolah

Nilai manfaat ekonomi yang diperoleh dapat diketahui dari perkiraan volume bahan dauran sampah yang didapat oleh pemulung dikalikan dengan nilai jualnya. Besarnya manfaat ekonomi yang diperoleh dari bahan dauran sampah kota bagi para pemulung sebesar Rp 170.600.000. Diperkirakan dengan rataan mengumpulkan dan menjual bahan dauran sebanyak 35 kg/ harinya, maka besar manfaat ekonomi yang diperoleh/hari adalah Rp 31.229,08. Pemanfaatan sampah anorganik perlu di

tingkatkan dan perlu mendapatkan perhatian khusus pemerintah agar masyarakat memanfaatkan dan mengolah kembali sampah anorganik.

a) Arus pemasaran bahan dauran

Untuk mendapatkan uang pemulung harus berusaha mengumpulkan sebanyak-banyaknya bahan dauran. Bahan dauran sampah yang dikumpulkan oleh pemulung beraneka ragam yaitu aqua botol, aqua gelas, kaleng, kardus, karung, plastik (kemasan dan asoy), kertas, besi, tembaga, alumunium. Setelah keranjang atau gerobak pemulung penuh dengan bahan dauran sampah, oleh pemulung akan ditumpuk dekat gubuknya masing-masing. Bahan dauran sampah yang telah terkumpul banyak akan dijual ke lapak/penampung, masing-masing pemulung biasanya sudah memiliki pelanggan tetap untuk menjual bahan daurannya pada lapak. Kemudian bahan dauran yang telah diterima lapak akan dijual ke agen/ lapak besar sampai selanjutnya bahan dauran sampah tersebut sampai pada pabrik pengolah bahan baku / pabrik daur ulang (Gambar 8).

Pabrik pengolah bahan dauran skala industri kecil atau skala rumah tangga biasanya transaksi pembayaran dilakukan secara tunai. Keuntungan yang diperoleh pada masing-masing peran berbeda, lapak kecil memiliki keuntungan lebih kecil dari agen/ lapak besar karena agen/ lapak besar memiliki akses yang lebih besar terhadap modal dan informasi pasar

Gambar 8. Arus pemasaran dauran

Pabrik Pengolahan Bahan Baku dan Bahan Jadi

Pemasok Bahan Dauran

Agen / Lapak Besar

Lapak Kecil

Sebagian dari pemulung memiliki keterikatan dengan lapak, adanya keterikatan dengan lapak akan memudahkan pemulung dalam memasokkan hasil pulungannya, selain itu pemulung yang bekerja dengan lapak diberikan alat kerja seperti gerobak, alat timbangan dan fasilitas kerja seperti pemondokan dan modal kerja untuk pemulung. Karena seluruh kebutuhannya telah dipenuhi oleh pemilik lapak, pemulung berkewajiban untuk mencari barang-barang bekas dan pemulung yang memiliki keterikatan dengan lapak tidak boleh menjual hasil pulungannya ke lapak manapun. Berapa pun harga yang ditetapkan oleh pemilik lapak, pemulung harus menerimanya. Pemilik lapak dalam hal ini akan membeli barang-barang bekas dengan harga serendah mungkin dan berupaya mendapatkan harga setinggi mungkin ketika menjualnya. Terdapatnya pemulung yang tidak terikat dengan lapak dikarenakan mereka merasa dirugikan oleh pihak lapak, keluarnya pemulung dari lapak dianggap lebih adil karena pemulung dapat menjual barang-barang bekasnya ke lapak mana saja dengan lebih bebas sesuai dengan keinginan mereka. Selain itu, pemulung tidak lagi dikejar-kejar oleh target atau diperintah oleh pemilik lapak untuk mencari barang-barang bekas. Demikian halnya dengan waktu kerjanya mereka merasa lebih leluasa dengan jadwal waktu mencari dan menjual barang-barang bekas.

Berdasarkan hasil yang diperoleh terdapat 72% pemulung memiliki keterikatan dengan lapak, sedangkan sisanya 28% tidak terikat dengan lapak. Adapun jumlah pemulung yang memiliki keterikatan dengan lapak dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19 Keterikatan pemulung dengan lapak

No Keterikatan Jumlah Responden (Orang) Persentase (%)

1 Ya 36 72

2 Tidak 14 28

Total 50 100

(a) (b)

Gambar 9. (a) Pemulung yang tidak memiliki keterikatan dengan lapak; (b) pemulung yang difasilitasi gerobak oleh lapak;

c) Jenis Sampah

Berdasarkan hasil yang telah diolah, diperoleh jenis plastik kemasan sebesar 16%, jenis botol aqua sebesar 34%, sedangkan 50% nya jenis yang lain seperti kardus, kertas, logam, besi, karung, kaleng. Berdasarkan hasil wawancara dengan pemulung, jenis plastik yang banyak ditemukan adalah plastik kresek (asoy), saat ini nilai jual kantong kresek (asoy) sangat rendah sehingga tidak banyak pemulung yang bersedia untuk mengais plastik kresek. Pemulung lebih banyak mengais aqua gelas/botol, karung, kardus dan sampah anorganik dari bahan aluminium. Hal ini dikarenakan nilai jualnya lebih tinggi. Kecepatan tangan pemulung dalam mengais sangat menentukan banyak tidaknya hasil pulungan yang didapat.

(a) (b)

Para pemulung mendapatkan hasil pulungannya dari berbagai sumber seperti pemukiman, TPS, pabrik, pasar, sekolah, jalan protokol. Biasanya sebagian besar pemulung memilih untuk beroperasi lebih dari satu tempat hal ini dikarenakan agar hasil pulungan yang didapat oleh pemulung bervariasi dan pemulung berharap agar mendapat hasil pulungan lebih banyak. Tetapi ada juga pemulung yang hanya memilih satu tempat untuk mendapat hasil pulungan tanpa harus mengeluarkan banyak tenaga, misalnya pemulung yang memilih untuk beroperasi hanya di daerah-daerah pabrik saja atau memilih di pemukiman saja. Dari data yang telah diolah didapat 14% berasal dari pemukiman, 10% dari pabrik, sampah yang berasal dari pemukiman dan pabrik 14%, 26% sampah berasal dari pemukiman dan jalan protokol, dan dari sumber lainnya masing-masing sebesar 2-8%. Dari gambar grafik dibawah ini dapat dilihat bahwa pemulung mendapatkan hasil pulungan lebih banyak di pemukiman dan jalan.

Gambar 11. Grafik sumber sampah yang didapatkan oleh pemulung

Keterangan : 1 : Pemukiman 2 : Jalan Protokol 3 : Pabrik

4 : Pemukiman & Pabrik 5 : Pemukiman & TPS 6 : Pemukiman & Jalan Protokol 7 : Pemukiman & Pasar 8 : Pemukiman & Kantor 9 : Pemukiman & Sekolah 10 :Jalan Protokol &

Pabrik

11 : Jalan Protokol & Pasar 12 : Pabrik & Sekolah 13 : > 2 tempat Sumber Sampah 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 Perse ntase 30 20 10 0 2% 4% 6% 2% 4% 2% 4% 8% 14% 10% 4% 14% 26%

e) Karakteristik Pemulung

Sebagian besar pemulung beroperasi di sekitar pemukiman, pasar, pabrik, jalan protokol, perkantoran dan TPS. Peran pemulung dalam penanganan sampah kota sangat penting, karena kegiatan pemulungan dapat mengatasi penumpukan sampah di sumber dan TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Responden pemulung yang diwawancarai sebanyak 50 orang. Dalam penelitian ini aspek yang dikaji yaitu jenis kelamin, umur, pendidikan, daerah asal, lama bekerja, pendapatan, keterikatan dengan lapak, jenis sampah yang ditemukan, sumber sampah yang didapat, (Lampiran 3). Berikut uraian dari karakteristik responden pemulung :