160 Data Pribadi :
Nama : Julianet Farrah Boekorsjom
Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 12 Juli 1991
Agama : Protestan
Jenis Kelamin : Perempuan
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Pemda III Melati A7, Jayapura-Papua
No. Tlp : 081223338901
Data Pendidikan :
Pendidikan Formal
Tahun Pendidikan Tempat
161
A & B Terpadu)
2012 Workshop Nasional Akuntansi Bandung 2013 Workshop Hardware Bandung 2013 Workshop Statistik Bandung
Data Keorganisasian
Tahun Pendidikan Tempat
PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DAN IMPLIKASINYA TERHADAP
KUALITAS INFORMASI KEUANGAN PADA BPKAD PROVINSI PAPUA
The Influence of Administration Regional Financial to Good Governance Implementation and The Implications to Financial Information Quality
in The BPKAD Province of Papua
SKRIPSI
Oleh:
JULIANET FARRAH BOEKORSJOM
21109091
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Sidang
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
iii
Kata Pengantar
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
atas rahmat dan karunia yang telah dilimpahkan-Nya sehingga ini dapat di selesaikan dengan judul “PENGARUH PENATAUSAHAAN KEUANGAN
DAERAH TERHADAP PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DAN
IMPLIKASINYA TERHADAP KUALITAS INFORMASI KEUANGAN
PADA BPKAD PROVINSI PAPUA”.
Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu
syarat ujian siding guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program
Pendidikan Empat Tahun Program studi Akuntansi UNIVERSITAS KOMPUTER
INDONESIA Bandung.
Dalam penyusunan skripsi ini tidak akan berjalan lancar tanpa adanya
bantuan dari berbagai pihak. Dengan terselesaikannya skripsi ini penulis merasa
patut menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala
dorongan, bimbingan, dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis.
Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan
ucapan terima kasih kepada :
1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto selaku Rektor UNIVERSITAS
KOMPUTER INDONESIA Bandung.
2. Prof. Dr. Hj. Ernie Tisnawati Sule. SE.,M.Si., selaku Dekan Fakultas
Program Studi Akuntansi UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
iv
3. Dr. Surtikanti.,SE.,MSi.,Ak., selaku Ketua Program Studi Akuntansi
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA Bandung.
4. Dr. Ony Widilestariningtyas.SE.,M.Si., selaku Dosen Pembimbing
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA Bandung.
5. Wati Aris Astuti.,SE.,M.Si., selaku Dosen Wali AK3 Program Studi
Akuntansi Fakultas Ekonomi UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
Bandung.
6. Seluruh Staff dan Karyawan di UNIVERSITAS KOMPUTER
INDONESIA Bandung.
7. Ibuku tercinta yang selalu mendukung dan senantiasa memberikan do’a
kepada penulis.
8. Ayahku tersayang yang telah membantu penulisan skripsi ini.
9. Alberto, Farrel, Emma dan seluruh keluargaku yang selalu memberikan
semangat bagi penulis.
10.Simon Patrick Gomies dan Keluarga yang selalu membantu penulis dan
memberikan motivasi bagi penulis untuk menyelesaikan penyusunan
skripsi ini.
11.Teman – temanku : Anneke, Maria, Dimas, Isvihana, Gita, Ivie, Rio,
X'talQ, semua anak-anak U_Pay, AK3, ModoMarbel, Polkadotz,
Disscolabs dan semua para sahabatku. Terima kasih untuk dukungannya
selama ini.
12.Semua pihak yang tidak biasa penulis sebutkan, yang telah banyak
v
Semoga segala bentuk bantuan yang telah diberikan dengan tulus dan ikhlas
kepada penulis, akan dibalas dengan pahala dan rejeki yang berlimpah oleh Tuhan
Yang Maha Esa. Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini jauh dari
sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun guna menyempurnakan skripsi ini.
Akhir kata penulis berharap semoga penyusunan skripsi ini dapat bermanfaat
dan memberikan sumbangan pemikiran bagi kita semua.
Bandung, Agustus 2013
Penulis
vi DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN………...
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN………...
MOTTO...
ABSTRAK……… i
ABSTRACT……….. ii
KATA PENGANTAR……….. iii
DAFTAR ISI………. vi
DAFTAR GAMBAR……… xi
DAFTAR TABEL……… xii
DAFTAR LAMPIRAN……… xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian………... 1
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah Penelitian……… 9
1.2.1 Identifikasi Masalah Penelitian……… 9
1.2.2 Rumusan Masalah Penelitian………... 9
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian……….. 10
1.3.1 Maksud Penelitian……… 10
1.3.2 Tujuan Penelitian……….. 10
1.4 Kegunaan Penelitian ……….. 10
1.4.1 Kegunaan Akademik……… 10
1.4.2 Kegunaan Praktis……….. 11
1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian……….. 12
1.5.1 Tempat Penelitian………. 12
vii
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN
HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka……… 14
2.1.1 Pengertian Penatauasahaan Keuangan Daerah………... 14
2.1.1.1 Perencanaan dan Penganggaran………. 15
2.1.1.2 Peraturan Perundang-undangan………. 15
2.1.1.3 Pencapaian Tujuan………. 16
2.1.1.4 Asas Umum Pengelolaan Keuangan Daerah………. 16
2.1.2 Pengertian Good Governance………. 20
2.1.2.1 Prinsip Good Governance……….. 21
2.1.2.2 Tujuan Penerapan Good Governance………. 23
2.1.3 Pengertian Laporan Keuangan……… 25
2.1.3.1 Penyusunan dan Pemeriksaan Laporan Keuangan………. 26
2.1.3.2 Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan………. 26
2.1.3.3 Pengertian Kualitas Informasi Keuangan………... 29
2.1.3.4 Karakteristik Kualitas Informasi Keuangan………... 29
2.1.4 Hasil Penelitian Sebelumnya……….. 31
2.2 Kerangka Pemikiran………... 33
2.2.1 Pengaruh Penatausahaan Keuangan Daerah terhadap Penerapan Good Governance……….. 34
2.2.2 Penerapan Good Governance terhadap Kualitas Informasi Keuangan……… 34
2.3 Hipotesis………. 36
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian………. 37
3.2 Metode Penelitian………... 37
viii
3.3 Operasionalisasi Variabel……….. 43
3.4 Sumber Data……….. 48
3.4.1 Data Primer………. 48
3.4.2 Data Sekunder………. 49
3.5 Alat Ukur Penelitian………... 49
3.5.1 Uji Validitas……… 49
3.5.2 Uji Reliabilitas………..……….. 51
3.6 Populasi dan Penarikan Sample……….. 53
3.6.1 Populasi………... 54
3.6.2 Sample……… 54
3.7 Metode Pengumpulan Data……… 55
3.8 Metode Pengujian Data……….. 56
3.8.1 Rancangan Analisis Data Deskriptif……….. 56
3.8.2 Rancangan Analisis Data Verifikatif……….. 58
3.8.3 Uji Hipotesis……….. 69
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian………... 71
4.1.1 Gambaran Umum Instansi……….. 71
4.1.1.1 Sejarah Instansi………... 71
4.1.1.2 Struktur Organisasi Instansi..………. 73
4.1.1.3 Uraian Tugas Instansi….……… 78
4.1.1.4 Aktivitas Instansi……… 84
4.1.1.5 Karakteristik Responden……… 84
4.1.2 Pengujian Alat Analisis………..……… 87
4.1.2.1 Hasil Pengujian Validitas……….. 88
4.1.2.2 Hasil Pengujian Reabilitas………. 90
ix
Daerah (X)……….. 91 4.1.3.2 Analisis Deskriptif Variabel Penerapan Good
Governance (Y)……….. 96
4.1.3.3 Analisis Deskriptif Variabel Kualitas Informasi
Keuangan (Z)……….. 103 4.1.4 Analisis Verifikatif………. 109 4.1.4.1 Model Pengukuran……...……….. 110 4.1.4.1.1 Menilai Outer Model atau Measurement Model. 111 4.1.4.1.2 Pengujian Model Struktural (Inner Model)……. 113 4.1.4.1.3 Pengujian Structural Equation Model (SEM)….. 114
4.1.4.2.3.1 Variabel Laten Penatausahaan Keuangan
Daerah………. 115
4.1.4.2.3.2 Variabel Laten Penerapan Good
Governance………. 118
4.1.4.2.3.3 Variabel Laten Kualitas Informasi
Keuangan……… 123
4.1.4.2.3.4Validasi Konstruk Model Pengukuran Variabel Penatausahaan Keuangan Daerah Terhadap Penerapan Good Governance…. 127 4.1.4.2.3.5 Validasi Konstruk Model Pengukuran
Variabel Penerapan Good Governance dan Implikasinya Terhadap Kualitas Informasi Keuangan... 128
x
4.2 Pembahasan……… 130
4.2.1 Pengaruh Penatausahaan Keuangan Daerah terhadap Penerapan Good Governance………... 130
4.2.2 Penerapan Good Governance dan Implikasinya terhadap Kualitas Informasi Keuangan………... 132
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan………. 135
5.2 Saran………... 136
DAFTAR PUSTAKA……… 138
LAMPIRAN………... 141
138
Lebih. Diakses dari www.cenderawasihpos.com
Abdul Halim dan M. Iqbal.2012. Pengelolaan Keuangan Daerah. Yogyakarta:Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.
A.F. Sari Rosa Moiwend (2006, 10 Juni). Memoria Passiaonis di Papua Tahun 2006. Diakses dari www.papuaweb.org.
Ahmad Nabhani (2009, 22 Juli). Depkeu Terbuka untuk Dikritik Pemda. Diakses dari http://news.okezone.com
Amie El Husin (2012, 20 September). MoU Pemerintah Provinsi Papua dengan BPKP. Diakses dari http://www.bpkp.go.id
Andi Supangat. 2007. Statistika.Kencana Perdana Media Group: Jakarta
Augusty, Ferdinand. 2006. Metode Penelitian Manajemen: Pedoman Peneltian Untuk Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi Ilmu Manajemen. Semarang: Undip.
Azlim, Darwanis, & Usman Abu Bakar.2012. Pengaruh Penerapan Good Governance dan Standar Akuntansi Pemerintahan terhadap Kualitas Informasi Keuangan SKPD Di Kota Banda Aceh. Jurnal Akuntansi, Vol.1, No.1, 2012.
Dedi Kusmayadi.2009. Pengaruh Pengawasan Intern dan Penatausahaan Keuangan Daerah terhadap Good Government Governance. Jurnal Ichsan Gorontalo, Vol.4, No.2, 2009.
Dr.Djokosantoso Moeljono. 2006. Good Governance Culture. Elex Media Komputindo: Jakarta.
Ghonzali, Imam. 2008. Model Persamaan Struktural Konsep dan Aplikasi dengan Program Amos 16.0. Semarang: Undip.
Imam Kusnadi (2010, 6 Desember). Presiden: Tantangan di Tanah Papua Sangat Kompleks. Diakses dari http://itjen-depdagri.go.id.
Iman Pirman Hidayat.2008. Peranan Penatausahaan Keuangan Daerah dalam Meningkatkan Efektivitas Pelaksanaan APBD. Jurnal Akuntansi FE Unsil, Vol.3, No.2, 2008.
M Budi Santosa (2007, 17 Desember). BPKP: Tanggung Jawab Pengelolaan Keuangan Daerah Ada Pada Kepala Daerah dan DPRD. Diakses dari http://news.okezone.com
Meutia Rahmi (2009, 11 Agustus). Kualitas Akuntansi Pemda Memburuk. Diakses dari http://news.okezone.com
Muindro Renyowijoyo.2008. Akuntansi Sektor Publik:Organisasi Non Laba. Mitra Wacana Media: Jakarta.
Munawir. 2010. Analisis Laporan Keuangan, Edisi Keempat, Cetakan Ketigabelas, Yogyakarta.
N. Lucky Ireeuw (2011, 24 September). Lagi, Laporan Keuangan Lima Kabupaten Jeblok. Diakses dari www.cenderawasihpos.com
Nurlan Darise.2009. Pengelolaan Keuangan Daerah. Jakarta:Indeks
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuanngan Daerah
Rheza Andhika Pamungkas (2010, 2 Juni). Tata Kelola Keuangan RI Lebih Buruk dari Yunani. Diakses dari http://news.okezone.com
Saiful Rahman Yuniarto.2012.Modul Akuntansi Pemerintahan: Akuntansi Keuangan Negara. Universitas Brawijaya, Sugiyono. 2002,2004. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta: Bandung.
Sugiyono. 2006. Statistika Untuk Penelitian.Alfabeta: Bandung
Sugiyono.2005,2007. 2010. Metode Penelitian.Alfabeta: Bandung
Surono Subekti. 2006. Metode Kilat Belajar Akuntansi. Jakarta: Grasindo. Syarifin Pipin dan Dedah Jubaedah. 2006. Pemerintahan Daerah Indonesia.
Pustaka Setia: Bandung.
Tantriani Sukmaningrum dan Puji Harto.2011. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Informasi Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah.
Umi Narimawati, Sri Dewi A., & Lina I. 2010. Penulisan Karya Ilmiah.Jakarta:Penerbit Genesis
Umi Narimawati. 2008. Analisis Multifariat Untuk Penelitian Ekonomi.Yogyakarta :Penerbit Graha Ilmu.
Umi Narimawati.2010. Metode penelitian :Dasar Penyusunan Penelitian Ekonomi. Jakarta: Penerbit Genesis.
Wisnoe Moerti (2011, 8 Juni). Kualitas Pengelolaan APBD Perlu Diperbaiki. Diakses dari http://news.okezone.com
Zaenal Mustafa dan Tony Wijaya. 2012. Panduan Teknik Statistik SEM & PLS dengan SPSS AMOS. Cahaya Atma Pustaka: Yogyakarta.
14
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Pengertian Penatausahaan Keuangan Daerah
Menurut Dedi Kusmayadi (2009) dalam jurnalnya mendefinisikan
Penatausahaan Keuangan Daerah sebagai berikut :
1. Pengertian dalam arti sempit adalah melakukan pencatatan secara tertib, sistematis dan kronologis atas penerimaan dan pengeluaran daerah untuk satu tahun anggaran.
2. Pengertian dalam arti luas adalah pencatatan atas segenap tindakan pengurusan administrasi dan pengurusan kebendaharawanan yang mengakibatkan bertambahnya dan berkurangnya kekayaan daerah, baik berupa barang maupun uang yang termasuk juga pelaksanaan tugas-tugas transitoris (UKP) dalam rangka pelaksanaan APBD untuk satu tahun anggaran.
Menurut Saiful Rahman (2012) dalam modul Akuntansi Pemerintahan
menyatakan bahwa :
“Penatausahaan keuangan daerah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses Pengelolaan Keuangan Daerah, baik menurut Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 maupun berdasarkan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah”.
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah mengatakan bahwa :
“Pengguna anggaran/kuasa anggaran, bendahara penerimaan/pengeluaran dan orang atau badan yang menerima atau menguasai uang/ barang/ kekayaan daerah, wajib menyelenggarakan penatausahaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.”
Menurut Halim (2007) dalam buku Pengelolaan Keuangan Daerah
“keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan pelaksanaan,
penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah”.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa penatausahaan
keuangan daerah adalah kegiatan mengatur bertambah dan berkurangnya
kekayaan daerah dan pengalokasiannya.
2.1.1.1 Perencanaan dan Penganggaran
Menurut Abdul Halim dan M. Iqbal dalam buku Pengelolaan Keuangan
Daerah (2012:115) mendefinisikan perencanaan dan penganggaran adalah :
“Proses yang paling krusial dalam penyelenggaraan pemerintahan, karena
berkaitan dengan tujuan dari pemerintahan itu sendiri untuk
mensejahterakan rakyatnya”.
Perencanaan dan penganggaran merupakan proses yang paling krusial
dalam penyelenggaraan pemerintahan, karena berkaitan dengan tujuan
pemerintahan itu sendiri untuk mensejahterakan rakyatnya. Perencanaan dan
penganggaran merupakan proses yang terintergrasi, oleh karenanya output dari
perencanaan adalah penganggaran.
2.1.1.2 Peraturan Perundang-undangan
Sebagaimana diatur pada Pasal 194 Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan yang menyatakan penyusunan, pelaksanaan,
penatausahaan, pelaporan, pengawasan, pertanggungjawaban Keuangan Daerah
(Provinsi, Kabupaten/Kota) diharuskan membuat Peraturan Daerah tentang
Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah sebagai landasan hukum didalam
melakukan Pengelolaan Keuangan Daerah.
Kesan umum dari UU No.32 tahun 2004, berupaya mengabungkan
perencanaan daerah yang diatur UU No.25 tahun 2004 dan penganggaran daerah
yang diatur UU No.17 tahun 2003 dan UU No.33 tahun 2004. Walaupun UU
No.32 tahun 2004 ini mengatur secara umum berkaitan dengan perencanaan dan
penganggaran daerah, tetapi hal ini justru menimbulkan multiinterprestasi atau
keracunan pada penafsiran.
2.1.1.3 Pencapaian Tujuan
Pencapaian tujuan dari prosedur penatausahaan keuangan daerah adalah
laporan keuangan. Laporan keuangan disusun dan disajikan sesuai dengan
Peraturan Pemerintah tentang Standar Akuntansi Pemerintah adalah
prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan
keuangan pemerintah.
2.1.1.4 Asas Umum Pengelolaan Keuangan Daerah
Menurut Nurlan Darise (2009:37) dalam buku Pengelolaan Keuangan
Daerah menjelaskan, secara spesifik asas umum pengelolaan keuangan daerah
dapat di klasifikasikan dalam penyusunan APBD, dasar hukum, jangka waktu dan
Asas umum pengelolaan keuangan daerah dikaitkan dengan penyusunan
APBD yaitu :
a. Pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan dalam suatu sistem yang
terintergrasi yang diwujudkan dalam APBD yang setiap tahun ditetapkan
dengan peraturan daerah.
b. Hak dan kewajiban daerah diwujudkan dalam bentuk Rencana Kerja
Pemerintah Daerah dan dijabarkan dalam bentuk pendapatan, belanja dan
pembiayaan daerah yang dikelola dalam Sistem Pengelolaan Keuangan
Daerah.
c. Semua penerimaan yang menjadi hak dan pengeluaran yang menjadi
kewajiban daerah dalam tahun anggaran yang bersangkutan harus
dimasukan dalam APBD.
d. Penyelenggaraan tugas Pemerintah Daerah dalam rangka pelaksanaan
Desentrealisasi didanai dari APBD.
e. APBD disusun disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan
pemerintah dan kemampuan pendapatan daerah.
f. APBD mempunyai fungsi yang dijelaskan sebagai berikut :
1. Fungsi otorisasi mengandung arti bahwa anggaran daerah menjadi
dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang
bersangkutan.
2. Fungsi perencanaan mengandung arti bahwa anggaran daerah
menjadi pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan
3. Fungsi pengawasan mengandung arti bahwa anggaran daerah
menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan
pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
4. Fungsi alokasi mengandung arti bahwa anggaran daerah harus
diarahkan untuk menciptakan lapangan kerja/ mengurangi
pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan
efesiensi dan efektifitas perekonomian.
5. Fungsi distribusi mengandung arti bahwa kebijakan anggaran
daerah harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatuhan.
6. Fungsi stabilisasi mengandung arti bahwa anggaran pemerintah
daerah menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan
keseimbangan fundamental perekonomian daerah.
Dalam kaitan dengan landasan hukum dan jangka waktu, maka asas umum
pengelolaan keuangan daerah sebagai berikut :
a. APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam masa 1 (satu)
tahun anggaran terhitung mulai 1 Januari sampai 31 Desember.
b. APBD, perubahan APBD dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD
setiap tahun ditetapkan dengan Peraturan Daerah dan merupakan dokumen
daerah.
c. Peraturan Daerah tentang APBD merupakan dasar bagi pemerintah daerah
untuk melakukan penerimaan dan pengeluaran daerah.
d. Satuan uang dalam penyusunan, penetapan dan pertanggungjawaban
Dalam kaitannya dengan pendapatan asas umum pengelolaan keuangan
daerah sebagai berikut :
a. Jumlah pendapatan yang dianggarkan dalam APBD merupakan perkiraan
yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap kelompok
pendapatan.
b. Pendapatan daerah yang dianggarkan dalam APBD harus berdasarkan
pada ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Seluruh pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah
dianggarkan secara bruto dalam APBD.
Perkiraan yang terukur secara rasional setidak-tidaknya merupakan
perkiraan yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan yang bersangkutan
sedangkan yang dimaksud dengan penganggaran bruto adalah bahwa jumlah
pendapatan daerah yang dianggarkan tidak boleh dikurangi dengan belanja yang
digunakan dalam rangka menghasilkan pendapatan tersebut dan/atau dikurangi
dengan bagian pemerintah pusat/daerah lain dalam rangka bagi hasil.
Sedangkan asas umum pengelolaan keuangan daerah dibidang belanja dan
fungsi kas daerah adalah sebagai berikut :
a. Dalam penyelenggaraan APBD, penganggran pengeluaran harus didukung
dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah yang
cukup.
b. Penganggaran untuk setiap pengeluaran APBD harus didukung dengan
c. Jumlah belanja yang dianggarkan dalam APBD merupakan batas tertinggi
untuk setiap jenis belanja.
d. Pada prinsipnya semua penerimaan dan pengeluaran daerah dilaksanakan
melalui Kas Daerah terkecuali untuk Badan Pelayanan Umum.
2.1.2 Pengertian Good Governance
Menurut World Bank dalam buku Akuntansi Sektor Publik Organisasi Non
Laba (2008:18), Governance adalah :
“the way state power is used in managing economic and social resource for development of society”.
Sedangankan menurut United Nation Development Program (UNDP)
dalam buku yang sama menjelaskan pengertian Governance adalah :
“the exercise of political, economic, and administrative authority manage nation’s affair at all levels”.
Dalam hal ini, World Bank lebih menekankan pada cara pemerintah
mengelola sumber daya sosial dan ekonomi untuk kepentingan pembangunan
masyarakat, sedangkan UNDP lebih menekankan pada aspek politik, ekonomi,
dan administratif dalam pengelolaan Negara.
Pengertian Good Governance sering diartikan sebagai kepemerintahan
yang baik. Bila dilihat berdasarkan pengertian berdasarkan World Bank dan
UNDP dapat didefinisikan Good Governance sebagai suatu penyelenggaraan
manajemen pembangunan yang solid dan bertanggungjawab yang sejalan dengan
investasi, dan pecegahan korupsi baik secara politik maupun administratif,
menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal and political framework
bagi tumbuhnya aktivitas usaha.
2.1.2.1 Prinsip Good Governance
Menurut Mardiasmo (2005) dalam buku Pengelolaan Keuangan Daerah
(2012:19) mengemukakan ada sembilan prinsip dasar good governance yang
digunakan dalam akuntansi sektor publik yang dikeluarkan oleh UNDP, yaitu:
1. Public Participation (Partisipasi Publik)
Setiap warga negara mempunyai suara dalam pembuatan keputusan, baik
secara langsung maupun melalui intermediasi institusi terlegitimasi yang
mewakili kepentingannya.
2. Rule of Law (Aturan Hukum)
Rerangka hukum harus adil dan dilaksanakan tanpa pandang bulu,
terutama hukum untuk hak asasi manusia.
3. Transparancy (Transparansi)
Transparansi dibangun atas dasar kebebasan arus informasi. Proses,
lembaga, dan informasi secara langsung dapat diterima oleh pihak-pihak
yang membutuhkan.
4. Responsiveness (Daya Tanggap)
Lembaga-lembaga dan proses-proses harus mencoba untuk melayani
5. Consensus Orientation (Berorientasi Konsensus)
Good governance menjadi perantara kepentingan yang berbeda untuk
memperoleh pilihan terbaik bagi kepentingan yang lebih luas dalam hal
kebijakan-kebijakan maupun prosedur-prosedur.
6. Equity (Berkeadilan)
Semua warga negara mempunyai kesempatan untuk meningkatkan atau
menjaga kesejahteraan mereka.
7. Effetiveness and Efficiency (Efektivitas dan Efisiensi)
Proses dan lembaga menghasilkan public goods dan services sesuai
dangan apa yang digariskan dengan menggunankan sumber-sumber yang
tersedia sebaik mungkin.
8. Strategic Vision (Visi Strategis)
Para pemimpin organisasi publik harus mempunyai perspektif good
governance dan pengembangan manusia yang jauh ke depan.
9. Accountability (Akuntabilitas)
Para pengambil keputusan dalam organisasi sektor publik, swasta, dan
masyarakat madani memiliki pertanggungjawaban (akuntabilitas) kepada
publik (masyarakat umum), sebagaimana halnya kepada para pemilik
(stakeholder).
Sedangkan menurut Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara menjelaskan ada 5 (lima) prinsip Good Governance yang
1. Asas akuntabilitas berorientasi pada hasil adalah asas yang menentukan
bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan pengelolaan keuangan
Negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat sebagai
pemegang kedaulatan tertinggi Negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang” yang berlaku;
2. Asas proporsionalitas adalah asas yang mengutamakan keseimbangan
antara hak dan kewajiban pengelolaan keuangan Negara;
3. Asas profesionalitas adalah asas yang mengutamakan keahlian
berdasarkan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
4. Asas keterbukaan dan pengelolaan keuangan Negara adalah asas yang
membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang
benar, jujur dan tidak diskriminatif tentang pengelolaan keuangan Negara
dengan memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan
rahasia Negara;
5. Asas pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksaaan yang bebas dan
mandiri adalah asas yang memberikan kebebasan bagi badan pemeriksa
keuangan untuk melakukan pemeriksaan keuangan Negara dan tidak boleh
dipengaruhi siapapun.
2.1.2.2 Tujuan Penerapan Good Governance
Menurut Syarifin Pipin dan Dedah Jubardah berdasarkan FCGI (Forum for
Corporate Governance in Indonesia) dalam buku Pemerintahan Daerah Indonesia
“untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan.”
Forum ini menegaskan bahwa penerapan dari good governance bertujuan
untuk memastikan bahwa sasaran perusahaan yang ditetapkan telah tercapai dan
aset perusahaan terjaga dengan baik.
Good governance lebih menekankan kepada proses, sistem, prosedur,
peraturan yang formal ataupun informal yang menata suatu organisasi dimana
aturan main yang ada harus diterapkan dan ditaati. Selain itu good governance
lebih diarahkan kepada peningkatkan efesiensi dan efektifitas dalam hal
pemakaian sumber daya organisasi yang sejalan dengan tujuan organisasi.
Sedangkan menurut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara Nomor: PER/15/M.PAN/7/2008 tentang Pedoman Umum Reformasi
Birokrasi Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara, tujuan dari good
governance adalah:
1. Birokrasi yang bersih, adalah birokrasi yang sistem dan aparaturnya
bekerja atas dasar aturan dan koridor nilai-nilai yang dapat mencegah
timbulnya berbagai tindakan penyimpangan dan perbuatan tercela
seperti korupsi, kolusi dan nepoisme.
2. Birokrasi yang efisien, efektif, dan produktif, adalah birokrasi yang
mampu menjalankan tugas dengan tepat, cermat, berdayaguna, dan
tepat guna (hemat waktu, tenaga dan biaya).
3. Birokrasi yang transparan, adalah birokrasi yang membuka diri
dan tidak diskriminatif dengan tetap memperhatikan perlindungan atas
hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia Negara.
4. Birokrasi yang melayani masyarakat, adalah birokrasi yang tidak minta
dilayani masyarakat, tetapi birokrasi yang memberikan pelayanan
prima kepada publik.
5. Birokrasi yang akuntabel, adalah birokrasi yang bertanggungjawab atas
setiap proses dan kinerja atau hasil akhir dari program maupun
kegiatan, sehubungan dengan pengelolaan dan pengendalian sumber
daya dan pelaksanaan kebijakan untuk mencapai tujuan.
2.1.3 Pengertian Laporan Keuangan
Laporan Keuangan dimaksudkan untuk memberikan informasi yang
relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi selama satu periode
pelaporan atau selama 1 tahun anggaran. Adapun menurut para ahli, pengertian
laporan keuangan antara lain:
Menurut Surono Subekti (2006:9) menyatakan bahwa:
“Laporan keuangan merupakan salah satu informasi keuangan perusahaan
yang terpenting”.
Menurut Munawir (2010:31) mengatakan bahwa:
“Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh
Dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan bertujuan sebagai alat
pemberi informasi bagi pemakainya.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah tersebut dibuat setiap semester dan tahunan.
2.1.3.1 Penyusunan dan Pemeriksaan Laporan Keuangan
Menurut Nurlan Darise (2009:277) dalam buku Pengelolaan Keuangan
Daerah dijelaskan bahwa laporan keuangan yang telah direviu oleh Inspektorat
disampakan kepada BPK diselesaikan selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah
menerima laporan keuangan dari pemerintah daerah.
Kepala Daerah menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan keuangan
yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) paling lambat 6
(enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir. Apabila sampai batas waktu BPK
belum menyampaikan laporan hasil pemeriksaan, maka rancangan peraturan
daerah tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD tetap diajukan kepada
DPRD.
2.1.3.2 Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan
Tujuan penyusunan laporan keuangan dapat dijelaskan sebagai berikut:
“Tujuan Laporan Keuangan adalah menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu
perusaaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi.”
Menurut Mardiasmo (2009:159) mengatakan bahwa :
“Laporan keuangan sektor pubik merupakan komponen penting untuk
menciptakan akuntabilitas sektor publik”.
Uraian di atas menyimpulkan bahwa adanya tuntutan yang semakin besar
terhadap pelaksanaan akuntabilitas publik menimbulkan implikasi bagi
menajemen sektor publik untuk memberikan informasi kepada publik, salah
satunya adalah informasi akuntansi yang berupa laporan keuangan.
Sedangkan berdasarkan Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 13 Tahun
2005 yang telah direvisi oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun
2007 bahwa laporan keuangan SKPD berupa laporan realisasi anggaran, neraca
dan catatan atas laporan keuangan.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintah bahwa laporan keuangan menyajikan secara lengkap
informasi yang dibutuhkan oleh pengguna. Informasi yang dibutuhkan oleh
pengguna laporan keuangan dapat ditempatkan pada lembar muka (on the face )
laporan keuangan atau Catatan atas Laporan Keuangan.
Catatan atas Laporan Keuangan juga mencakup informasi tentang kebijakan
diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan didalam Standar Akuntansi
Pemerintah (SAP) serta ungkapan-ungkapan yang diperlukan untuk menghasilkan
penyajian laporan keuangan secara wajar.
Tujuan penyusunan laporan keuangan daerah menurut Permendagri Nomor
13 Tahun 2006 : 16 memiliki beberapa tujuan yaitu :
1. Akuntabilitas
Sebagai bahan pertanggungjawaban atas pengelolaan sumber daya alam seta
pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada para SKPD selaku pengguna
anggaran.
2. Manajemen
Membantu Kepala Daerah dan para pengguna anggaran untuk mengevaluasi
pelaksanaan kegiatan dalam periode pelaporan, dan pengendalian atas seluruh
asset, kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah untuk kepentingan masyarakat.
3. Transparansi
Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat
berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui
secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam
pengelolaan sumber daya alam yang dipercayakan kepadanya dan ketaatan kepada
peraturan perundang-undangan.
4. Keseimbangan antar generasi
Membantu para pengguna dalam mengetahui kecukupan penerimaan pemerintah
dan apakah generasi yang akan datang diasumsikan akan ikut menanggung beban
pengeluaran tersebut.
2.1.3.3 Pengertian Kualitas Informasi Keuangan
Menurut Muindro Renyowijoyo (2008:175) dalam buku Akuntansi Sektor
Publik menjelaskan bahwa Informasi Keuangan adalah
“ukuran-ukuran normatif yang diwujudkan dalam informasi akuntansi
sehingga dapat memenuhi tujuannya.”
Menurut Azlim, Darwanis dan Usman (2012) dalam jurnalnya menyatakan
bahwa :
“Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 menyebutkan, untuk menghasilkan laporan keuangan yang bermanfaat bagi para pemakainya, maka informasi yang terdapat dalam laporan tersebutharus berkualitas dan berguna dalam pengambilan keputusan”.
2.1.3.4 Karakteristik Kualitas Informasi Keuangan
Menurut Muindro Renyowijoyo (2008:176) dalam buku Akuntansi Sektor
Publik mengungkapkan :
Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 menjelaskan karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya. Keempat karakteristik berikut ini merupakan prasyarat normatif yang diperlukan agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki.
Adapun empat karateristik kualitas informasi keuangan yang menjadi
persyaratan normatife yang dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki dalam
1. Relevan
Laporan keuangan yang relevan apabila informasi yang termuat di
dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dalam mengevaluasi
masa lalu dan memprediksi masa depan, seperti :
a. Memiliki manfaat umpan batik (feedback value)
b. Memiliki manfaat prediktif (predictive value)
c. Tepat waktu
d. Lengkap, disajikan mencakup semua informasi akuntansi yang dapat
mempengaruhi pengambilan keputusan.
2. Andal
Informasi yang disajikan bebas dari pengertian yang menyesatkan dari
kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat
diverifikasi.
3. Dapat dipahami
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami oleh
pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan
dengan batas pemahaman para pengguna.
4. Dapat dibandingkan
Informasi yang termuat dalam laporan keuangan dapat dibandingkan
dengan laporan periode sebelumnya, atau dengan laporan keuangan entitas
2.1.4 Hasil Penelitian Sebelumnya
Judul Jurnal Kesimpulan Perbedaan Persamaan
Dedi Daerah baik secara simultan dan parsial berpengaruh terhadap Good Government Governance. Pengawasan intern akan semakin baik jika seluruh aspek yang menjadi objek diawasinya memenuhi standarisasi yang dibutuhkan, begitupula penatausahaan keuangan daerah akan baik jika instrument yang dibutuhkan memadai. Kedua hal ini sejalan dengan prinsip
good governance yang berlaku. SKPD di Kota Banda Aceh. Penerapan good governance
laporan keuangan. APBD memiliki peranan yang tingggi untuk mencapai efektivitas pelaksanaan APBD diperlukan suatu pengelolaan yang memadai meliputi perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan dimana ketiga hal tersebut saling berkaitan satu sama lain. Jayapura pada masa Otonomi Khusus kurang efektif, yang ditandai dengan pengelolaan pendapatan daaearah disusun dengan kurang perencanaan dan tanpa data potensi
pendapatan yang direncanakan cenderung under-estimated
yang berdampak lebih jauh pada alokasi penggunaan anggaran yang kurang sesuai dan terjadinya idle-fund.
Perbedaan atas kinerja untuk mencapai
9552 TERHADAP KUALITAS
Laporan keuangan daerah merupakan bukti pertanggungjawaban
pemerintah daerah kepada pemerintah pusat maupun masyarakat luas. Sebab
laporan keuangan daerah berisikan seluruh kegiatan penerimaan maupun
pengeluaran yang dilakukan oleh pemerintah tersebut. Dari laporan keuangan
tersebut dapat dilihat penatausahaan keuangan daerah tentang kesesuai dana yang
ada dan pengelolaan keuangan daerah yang direalisasikan pada kegiatan-kegiatan
yang tepat dan sesuai dengan perencanaan.
Dari laporan keuangan pula bisa dilihat bahwa pemerintah sudah
menjalankan penatausahaan keuangan daerah yang baik, berkurangnya praktik
KKN, dan kinerja pemerintahan sendiri agar terciptanya Good Governance yang
akan terasa langsung oleh masyarakat setempat yaitu kesejahteraan rakyat.
Hasil laporan keuangan yang andal, jujur, dapat dipahami, dan dapat
dibandingkan adalah syarat bahwa kualitas informasi keuangan yang disajikan
baik. Kualitas informasi yang baik adalah suatu penilaian yang diberikan oleh
2.2.1 Pengaruh Penatausahaan Keuangan Daerah terhadap Penerapan
Good Governance
Menurut Dedi Kusmayadi (2009) penatausahaan keuangan daerah
berpengaruh terhadap good governance. Semakin efisien dan efektifnya
penatausahaan keuangan daerah yang merupakan bagian dari siklus pengelolaan
keuangan daerah yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan,
pelaporan, pertanggungjawaban, dan pemeriksaan keuangan daerah akan
memberikan dampak yang baik terhadap pencapaian good governance yakni
terciptanya sistem kelembagaan dan ketatalaksanaan pemerintahan yang bersih,
efisien, efektif, transparan, profesional dan akuntabel.
Menurut Nurlan Darise dalam buku Pengelolaan Keuangan Daerah
(2009:18) keberhasilan pengelolaan keuangan daerah mempunyai dampak
langsung terhadap keberhasilan otonomi daerah dan sumbangan yang besar dalam
upaya mewujudkan Good Governance.
2.2.2 Penerapan Good Governance dan Implikasinya terhadap Kualitas
Informasi Keuangan
Menurut Azlim, Darwanis, dan Usman (2012) penerapan good governance
signifikan terhadap kualitas infromasi keuangan. Pelaksanaan good governance
harus dijalankan sesuai dengan prinsip-prinsip good governance yang berlaku saat
ini, sehingga sumber daya daerah yang berada dalam pengelolaan pemerintah
benar-benar mencapai tujuan sebesar-besarnya untuk kemakmuran dan kemajuan
yang ada dalam pengelolaan keuangan daerah sebagai acuan dalam menghasilkan
laporan keuangan yang berkualitas.
Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, maka penulis dapat memetakan
sebagai berikut:
Gambar 2.1
Skema Kerangka Pemikiran
Penatausahaan Keuangan Daerah
(X)
Penerapan Good
Governance
(Y)
Kualitas Informasi Keuangan
(Z)
Dedi Kusmayadi (2009) ISSN:1907-5324
Azlim, Darwanis, dan Usman (2010)
2.3 Hipotesis
Menurut Sugiyono dalam buku yang berjudul “Metode Penelitian Bisnis”
Hipotesis adalah :
“Hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara terhadap yang
diberikan, baru didasarkan pada teori yang relevan bukan didasarkan
pada faktor-faktor empiris yang diperoleh dari pengumpulan data.”
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas disimpulkan bahwa hipotesis
penelitian dapat diartikan sebagai jawaban sementara yang harus diuji dan
dibuktikan kebenarannya, maka untuk memperoleh jawaban yang benar dari
hipotesis penulis yang telah disebut pada kerangka penelitian, maka hipotesis
penelitian ini adalah sebagai berikut :
H1 = Pengaruh Penatausahaan Keuangan Daerah terhadap Penerapan Good
Governance pada BPKAD Provinsi Papua.
H2 = Penerapan Good Governance dan Implikasinya terhadap Kualitas Informasi
37 3.1 Objek Penelitian
Menurut Husein Umar (2005:303) dalam buku Penulisan Karya Ilmiah
(2010) mendefinisikan objek penelitian sebagai berikut:
“Objek Penelitian menjelaskan tentang apa dan atau siapa yang menjadi
objek penelitian. Juga dimana dan kapan penelitian dilakukan. Bisa juga
ditambahkan hal-hal lain jika dianggap perlu”.
Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa objek penelitian
digunakan untuk mendapatkan data yang sesuai dengan tujuan tertentu. Objek
penelitian ini adalah penatausahaan keuangan daerah, penerapan good governance
dan kualitas informasi keuangan.
3.2 Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan cara yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data penelitiannya. Metode penelitian ini menggunakan metode
deskriptif analisis dan verifikatif dengan pendekatan kuantitatif. Dengan
menggunakan metode penelitian akan diketahui pengaruh yang signifikan dari
variabel yang diteliti sehingga menghasilkan kesimpulan yang akan memperjelas
Menurut Umi Narimawati (2008:127) metode penelitian adalah:
“cara penelitian yang digunakan untuk mendapat data untuk mencapai
tujuan tertentu”.
Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat empat
kunci yang perlu diperhatikan yaitu cara ilmiah, data, tujuan dan kegunaan. Cara
ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada kegiatan ciri-ciri keilmuan,
yaitu rasional, empiris, dan sistematis.
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dan
verifikatif dengan pendekatan kuantitatif. Metode deskriptif menurut Sugiyono
(2010:29)adalah :
“εetode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan
atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk
membuat kesimpulan yang lebih luas”.
Sedangkan menurut Mashuri (2009:45) metode verifikatif adalah sebagai
berikut:
“εemeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk menguji suatu cara
dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di tempat lain dengan
mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan”.
Pengertian kuantitatif menurut Sugiyono (2009:13), adalah:
“εetode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan
perhitungan statistik. Penelitian ini digunakan untuk menguji pengaruh variabel
Penatausahaan Keuangan Daerah terhadap Penerapan Good Governance dan
implikasinya terhadap Kualitas Informasi Keuangan. Deskriptif berarti menguji
teori dengan pengujian suatu hipotesis apakah diterima atau ditolak. Dengan
menggunakan metode penelitian akan diketahui hubungan yang signifikan antara
variabel yang diteliti sehingga menghasilkan kesimpulan yang akan memperjelas
gambaran mengenai objek yang diteliti.
Sedangkan verifikatif dilakukan untuk menguji hipotesis dengan
menggunakan alat uji statistik. Pertimbangan menggunakan model ini, karena
kemampuannya untuk mengukur konstruk melalui indikator-indikatornya serta
menganalisis variabel indikator, variabel laten, dan kekeliruan pengukurannya.
3.2.1 Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang digunakan sebagai
pedoman dalam melakukan proses penelitian. Desain penelitian akan berguna
bagi semua pihak yang terlibat dalam proses penelitian, karena langkah dalam
melakukan penelitian mengacu kepada desain penelitian yang telah dibuat.
Menurut Sugiyono (2008:13) menjelaskan proses penelitian dapat
disimpulkan seperti teori sebagai berikut:
1. Sumber masalah 2. Rumusan masalah
3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan 4. Pengajuan hipotesis
5. Metode penelitian
Berdasarkan proses penelitian yang telah dijelaskan diatas, maka desain pada
penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Sumber masalah
Dalam penelitian ini yang menjadi sumber masalah adalah:
a) Lambat penyelesaian peraturan daerah yang mengatur pengalokasian
dana, yang dapat memperjelas pengalokasian dana pada kegiatan yang
tepat.
b) Banyaknya praktik KKN akibat kegagalan penerapan prinsip-prinsip
good governance.
c) BPK kembali tidak menyatakan pendapat (disclaimer) terhadap LKPD
lima kabupaten di Papua akibat ketidaksesuaian dengan karakteristik
kualitatif laporan keuangan daerah.
2. Rumusan masalah
Rumusan masalah merupakan pertanyaan yang akan di cari jawabannya
melalui pengumpulan data. Berikut rumusan masalah:
1) Seberapa besar pengaruh penatausahaan keuangan daerah terhadap
penerapan Good Governance pada BPKAD Provinsi Papua.
2) Seberapa besar pengaruh penerapan good governance dan implikasinya
terhadap kualitas informasi keuangan pada BPKAD Provinsi Papua.
3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan
Untuk menjawab rumusan masalah yang sifatnya sementara (berhipotesis),
maka peneliti mengkaji teori-teori yang relevan dengan masalah dan berfikir.
digunakan sebagai bahan untuk memberikan jawaban sementara terhadap
masalah penelitian (hipotesis). Telaah teoritis mempunyai tujuan untuk
menyusun kerangka teoritis yang menjadi dasar untuk menjawab masalah
atau pertanyaan penelitian yang merupakan tahap penelitian dengan menguji
terpenuhinya kriteria pengetahuan yang rasional.
4. Pengajuan hipotesis
Jawaban terhadap rumusan masalah yang baru didasarkan pada teori dan
didukung oleh penelitian yang relevan, tetapi belum ada pembuktian secara
empiris (faktual). Hipotesis yang dibuat dalam penelitian ini adalah terdapat
pengaruh penatausahaan keuangan daerah terhadap penerapan good
governance dan implikasinya terhadap kualitas informasi keuangan pada
BPKAD Provinsi Papua.
5. Metode Penelitian
Dalam melakukan penelitian penulis menggunakan metode descriptive
analysis dan verifikatif.
6. Menyusun Instrumen Ienelitian
Setelah metode penelitian yang sesuai dipilih, maka peneliti dapat menyusun
instrumen penelitian. Instrumen ini digunakan sebagai alat pengumpul data.
Instrumen pada penelitian ini berbentuk kuesioner, untuk pedoman
wawancara atau observasi. Sebelum instrumen digunakan untuk
pengumpulan data, maka instrumen penelitian harus terlebih dulu diuji
validitas dan reliabilitasnya. Dimana validitas digunakan untuk mengukur
sejauh mana pengukuran tersebut dapat dipercaya. Setalah data terkumpul
maka selanjutnya dianalisis untuk menjawab rumusan masalah dan menguji
hipotesis yang diajukan dengan teknik statistik tertentu.
7. Kesimpulan
Kesimpulan adalah langkah terakhir berupa jawaban atas rumusan masalah.
Dengan menekankan pada pemecahan masalah berupa informasi mengenai
solusi masalah yang bermanfaat sebagai dasar untuk pembuatan keputusan.
Unit Analisis pada penelitian ini adalah BPKAD Provinsi Papua. Time
horizon yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi one shot atau cross
sectional, menurut Uma Sekaran (2006:177), yaitu sebagai berikut :
“Sebuah studi yang dilakukan dengan data yang hanya sekali dikumpulkan,
mungkin selama periode harian, mingguan atau bulanan dalam rangka
menjawab pertanyaan penelitian”.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat digambarkan desain dari
Dari tabel di atas dapat penulis uraikan sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penatausahaan keuangan
daerah terhadap penerapan good governance dan implikasinya terhadap
kualitas informasi keuangan pada BPKAD Provinsi Papua digunakan
metode deskriptif dan verifikatif yaitu dengan cara mengumpulkan
informasi dengan membuat instrumen kedua variabel dan menganalisis
secara kuantitatif serta melakukan uji hipotesis yang telah ditetapkan
dengan menggunakan uji statistika.
b. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penatausahaan keuangan
daerah terhadap penerapan good governance dan implikasinya terhadap
kualitas informasi keuangan pada BPKAD Provinsi Papua baik secara
simultan maupun parsial digunakan metode deskriptif dan verifikatif yaitu
dengan cara mengumpulkan informasi dengan membuat instrumen kedua
variabel dan menganalisis secara kuantitatif serta melakukan uji hipotesis
yang telah ditetapkan dengan menggunakan uji statistika.
3.3 Operasionalisasi Variabel
Dalam melakukan penelitian terlebih dahulu harus menentukan operasional
variabel agar dapat mempermudah dalam melaksanakan penelitian, adapun
pengertian operasional variabel menurut Nur Indriantoro (2002:69) adalah sebagai
berikut :
“Operasionalisasi variabel adalah penentuan construct sehingga menjadi
pengukuran dengan cara yang sama atau mengembangkan cara pengukuran constructyang lebih baik”.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tiga variabel, yaitu :
1. Variabel Independen (X), yaitu variable bebas yang keberadaannya tidak
dipengaruhi oleh variable-variabel lain. Variabel independen (X) dalam
penelitian ini adalah Penatausahaan Keuangan Daerah. Pengumpulan
informasi mengenai variable ini berdasarkan kuesioner, yang berupa daftar
pertanyaan dan penyataan yang diajukan kepada responden, yang akhirnya
di ranking berdasar skala ordinal.
2. Variabel Independen (Y), yaitu variable bebas yang keberadaannya tidak
dipengaruhi oleh variable-variabel lain. Variabel independen (Y) dalam
penelitian ini adalah penerapan good governance. Pengumpulan informasi
mengenai variable ini berdasarkan kuesioner, yang berupa daftar pertanyaan
dan penyataan yang diajukan kepada responden, yang akhirnya di ranking
berdasar skala ordinal.
3. Variabel Dependen (Z), yaitu variable tidak bebas yang keberadaannya
dipengaruhi oleh variable-variabel lain. Variabel dependen yang digunakan
adalah kualitas informasi keuangan. Pengumpulan informasi mengenai
variable ini berdasarkan kuesioner, yang berupa daftar pertanyaan dan
pertanyaan yang diajukan kepada responden, yang akhirnya di ranking
Sesuai dengan judul penelitian Pengaruh Penatausahaan Keuangan Daerah
terhadap Penerapan Good Governance dan Implikasinya terhadap Kualitas
Informasi Keuangan maka dapat disajikan dalam operasionalisasi variabel pada
Tabel 3.2
Operasionalisasi Variabel
No Variabel Konsep Variabel Indikator Skala Data
Keuangan (Z)
ukuran normatif yang diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya.
(Muindro Renyowijoyo, 2008:175)
3. Dapat
dibandingkan 4. Dapat dipahami
(Abdul Hafiz Tanjung : 2012)
28-29
30-31
Dalam penelitian ini digunakan uji coba angket atau kuesioner yang
diharapkan sebagai alat ukur penelitian yang digunakan untuk mencapai
kebenaran atau mendekati kebenaran, sehingga dari kuesioner ini diharapkan data
utama yang berhubungan dengan masalah penelitian dapat terpecahkan.
Dalam penelitian ini menggunakan skala ordinal, Menurut Nur Indriantoro
(2002:98), skala ordinal adalah sebagai berikut :
“Skala ordinal adalah skala pengukuran yang tidak hanya menyatakan
kategori, tetapi juga menyatakan peringkat construct diukur”.
Berdasarkan pengertian diatas, maka skala yang digunakan adalah skala
Variabel-variabel tersebut diukur oleh instrument pengukur dalam bentuk
kuesioner berskala ordinal yang memenuhi pernyataan-pernyataan skala likert.
Semua Variabel diukur oleh instrument pengukuran dalam bentuk kuesioner
yang memenuhi pernyataan-pernyataan tipe skala likert. Skala likert menurut
Sugiyono (2006:86) adalah sebagai berikut:
“Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial”.
3.4 Sumber Data
3.4.1 Data Primer
Sumber data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah data
primer.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer
pengertian data primer menurut Boediono (2001:7) menyatakan bahwa :
“Data Primer adalah data yang langsung dikumpulkan oleh orang yang
berkepentingan atau yang memakai data tersebut.”
Definisi data primer menurut Andi Supangat (2007:2) menyatakan bahwa :
”Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek pajak
yang diteliti, baik dari objek individual (responden) maupun dari suatu
instansi yang mengolah data untuk keperluan dirinya sendiri.”
Data primer yang diperlukan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan kuesioner dengan memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan
Menurut Sugiyono (2009:137), mendefinisikan data sekunder adalah
sebagai berikut:
“Sumber sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data
kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.”
Data sekunder dalam penelitian ini yaitu struktur organisasi, sejarah
perusahaan, serta dokumen dari BPKAD Provinsi Papua.
3.5 Alat Ukur Penelitian
3.5.2 Uji Validitas
Menurut Sugiyono (2010:2) valid adalah:
“εenunjukkan derajad ketepatan antara data yang sesungguhnya terjadi
pada obyek dengan data yang dapat dikumpulkan oleh peneliti.”
Berdasarkan definisi diatas, maka validitas dapat diartikan sebagai suatu
karakteristik dari ukuran terkait dengan tingkat pengukuran sebuah alat test
(kuesioner) dalam mengukur secara benar apa yang diinginkan peneliti untuk
diukur. Suatu alat ukur disebut valid bila dia melakukan apa yang seharusnya
dilakukan dan mengukur apa yang seharusnya diukur.
Tabel 3.4
Standar Penilaian Untuk Validitas
Category Validity
Good 0,50
Acceptable 0,30
Marginal 0,20
Poor 0,10
Seperti yang telah dijelaskan pada metodologi penelitian bahwa untuk
menguji valid tidaknya suatu alat ukur digunakan pendekatan secara statistika,
yaitu melalui nilai koefisien korelasi skor butir pernyataan dengan skor total =0,30
maka pernyataan tersebut dinyatakan valid dan apabila < 0,30 berarti data tersebut
dapat dikatakan tidak valid. Berdasarkan hasil pengolahan menggunakan rumus
korelasi .
Seperti dilakukan pengujian lebih lanjut, semua item pernyataan dalam
kuesioner harus diuji keabsahannya untuk menentukan valid tidaknya suatu item.
Uji validitas dilakukan untuk mengukur pernyataan yang ada dalam kuesioner.
Validitas suatu data tercapai jika pernyataan tersebut mampu mengungkapkan apa
yang akan diungkapkan. Uji validitas dilakukan dengan mengkorelasikan
masing-masing pernyataan dengan jumlah skor untuk masing-masing-masing-masing variabel. Teknik
korelasi yang digunakan adalah teknik korelasi.
Uji validasi ditujukan untuk menguji sejauhmana alat ukur dalam hal ini
kuesioner mengukur apa yang ingin diukur. Pengujian validasi dilakukan dengan
mengkorelasikan masing-masing item skor dengan total skor. Teknik analisis
yang digunakan adalah koefisien korelasi product-moment pearson, sebagai
berikut :
Butir yang mempunyai korelasi positif dengan skor total serta korelasi
yang tinggi menunjukkan bahwa butir tersebut mempunyai validitas yang tinggi
software SPSS 15.0 for windows dengan metode korelasi pearson product
moment. Berikut rangkuman hasil pengujian validitas pada masing-masing
variabel penelitian.
3.5.3 Uji Reliabilitas
Pengertian reliabilitas menurut Sugiyono (2010:3) reliabiltas adalah sebagai
berikut:
“Reliabilitas adalah derajad konsistensi atau keajegan data dalam interval
waktu tertentu.”
Berdasarkan definisi diatas, maka reliabilitas dapat diartikan sebagai suatu
karakteristik terkait dengan keakuratan, ketelitian, dan kekonsistenan. Suatu alat
disebut reliabel apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap
kelompok subjek sama sekali diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang
diukur dalam diri subjek memang belum berubah. Dalam hal ini relatif sama
berarti tetap adanya toleransi perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa
kali pengukuran.Pengujian ini bertujuan untuk menunjukkan sejauh mana suatu
hasil pengukuran relatif konsisten.
Pengujian ini dilakukan terhadap butir pertanyaan yang termasuk dalam
kategori valid. Pengujian reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan internal consistency, yaitu dilakukan dengan cara mencobakan instrumen
sekali saja, kemudian dianalisis dengan menggunakan suatu teknik perhitungan
Tabel 3.5
Standar Penilaian Untuk Reliabiltas
Category Reliability
Good 0,80
Acceptable 0,70
Marginal 0,60
Poor 0,50
Sumber: Barker et al, 2002:70
Selain valid instrumen penelitian juga harus andal, keandalan instrumen
menjadi indikasi bahwa responden konsisten dalam memberikan tanggapan atas
pernyataan yang diajukan. Seperti yang dikemukakan Barker et al (2002:70)
sekumpulan butir pernyataan yang mengukur variabel dapat diterima jika memilki
koefisien reliabilitas lebih besar atau sama dengan 0,70.
Analisis reliabilitas merupakan salah satu ciri utama instrumen pengukuran
yang baik. Reliabilitas sering disebut juga sebagai keterpercayaan, keandalan,
keajegan, konsisten dan sebagainya, namun ide pokok dalam konsep reliabilitas
adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Tinggi rendahnya
reliabilitas secara empiris ditujukan oleh suatu angka yang disebut koefesien
reliabiltas, walaupun secara teoritis besarnya koefisien berkisar antara 0,00-1,00
dan juga dapat bertanda positif (+) maupuan negatif (-). Dalam hal reliabilitas,
koefesien yang besarnya kurang dari nol (0,00) tidak ada artinya karena
interpretasi reliabilitas selalu mengacu pada koefisien yang positif. Pada
penelitian ini digunakan metode pengukuran reliabilitas Alpha Cronbach, dengan
kriteria besarnya koefisien reliabilitas minimal harus dipenuhi oleh suatu alat ukur
adalah 0,70 yang berarti bahwa secara keseluruhan alat ukur telah memiliki
alpha dengan rumus :
Sedangkan rumus untuk varian total dari varian item adalah :
Keterangan Jki = Jumlah kuadran seluruh skor item
JKs = Jumlah kuadran subyek
Dari hasil pengolahan data diketahui bahwa nilai reliabilitasnya:
3.6 Populasi dan Penarikan Sample
Untuk menunjang hasil penelitian, maka peneliti melakukan
3.6.1 Populasi
Menurut Umi Narimawati (2008:161) populasi adalah :
“Objek atau subjek yang memiliki karakteristik tertentu sesuai informasi
yang diterapkan oleh peneliti, sebagai unit analisis penelitian”
Karena penelitian ini dilakukan pada Badan Pengelolaan Keuangan dan
Asset Daerah Provinsi Papua, maka yang menjai populasi dalam penelitian ini
adalah pegawai BPKAD Provinsi Papua sebanyak 50 pegawai pada 6 bidang.
Tabel 3.6
Daftar Bidang pada BPKAD Provinsi Papua yang dijadikan populasi penelitian
No Nama Bidang Jumlah
Responden
1 Bidang Anggaran 9
2 Bidang Pembinaan Keuangan Daerah Bawahan 8 3 Bidang Pembendaharaan dan Kuasa Umum Daerah 8 4 Bidang Pengelolaan Asset Daerah 8
5 Bidang Akuntansi 9
6 Bidang Kas Daerah 8
3.6.2 Sampel
Menurut Sugiyanto (2011:116) pengertian dari sampel yaitu sebagai
berikut:
“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut”.
Dalam menentukan sampel, dibutuhkan teknik yang tepat agar sampel
tersebut dapat mewakili populasi. Sehingga tidak terjadi kesalahan data yang
dengan sensus, dimana populasi sama dengan sampel.
3.7 Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penulisan ini, penulis
menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Studi Lapangan (Field research)
Yaitu dilakukan dengan peninjauan dan pengamatan langsung ke lapanagan
untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan masalah yang dibahas,
penelitian ini dilakukan dengan cara:
a. Pengamatan Langsung (Observasi), yaitu melakukan pengamatan
secara langsung dilokasi untuk memperoleh data yang diperlukan.
observasi dilakukan dengan mengamati kegiatan Pemerintah
Kota/Daerah yang berhubungan dengan variable penelitian. Hal dari
observasi dapat dijadikan data pendukung dalam menganalisi dan
mengambil kesimpulan. Dalam penelitian ini observasi dilakukan
pada BPKAD Provinsi Papua.
b. Wawancara (interview), yaitu teknik pengumpulan data dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada pihak-pihak yang
berkaitan dengan masalah yang dibahas. Penulisan mengadakan
hubungan langsung dengan pihak yang dianggap dapat memberikan
informasi yang sesuai dengan kebutuhan. Dalam teknik wawancara
ini, penulis mengadakan tanya jawab kepada sumber yang dapat
dengan pengaruh penatausahaan keuangan daerah terhadap penerapan
good governance dan implikasinya terhadap kualitas informasi
keuangan pada BPKAD Provinsi Papua.
c. Kuesioner, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara member seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk kemudian dijawab untuk memperoleh pengumpulan
data efesiensi waktu serta sebagai petunjuk pengaruh penatausahaan
keuangan daerah terhadap penerapan good governance dan
implikasinya terhadap kualitas informasi keuangan pada BPKAD
Provinsi Papua.
2. Studi Kepustakaan (Library research)
Penelitian ini dilakukan untuk menghimpun teori-teori, pendapat yang
dikemukakan oleh para ahli, yang diperoleh dari buku-buku kepustakaan. Serta
dari literatur lainnya yang dijadikan sebagai landasan teoritis dalam rangka
melakukan pembahasan. Landasan teori ini dijadikan sebagai pembanding dengan
kenyataan di lembaga/perusahaan/instansi. Adapun buku-buku yang dijadikan
referensi dalam penelitian ini adalah akuntansi sektor publik, pengelolaan
keuangan daerah, good governance, jurnal-jurnal ekonomi, buku tentang ilmu
pemerintahan.
3.8 Metode Pengujian Data
3.8.1 Rancangan Analisis Data Deskriptif
Dalam pelaksanaan, penelitian ini menggunakan jenis atau alat bentuk
dilakukan oleh Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah berdasarkan
fakta-fakta yang ada untuk selanjutnya diolah menjadi data. Data tersebut kemudian
dianalisis untuk memperoleh suatu kesimpulan. Penelitian deskriptif digunakan
untuk menggambarkan bagaimana masing masing variable penelitian. Metode
kualitatif yaitu metode pengolahan data yang menjelaskan pengaruh dan
hubungan yang dinyatakan dengan kalimat. Analisis kualitatif digunakan untuk
melihat faktor penyebab. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian
kualitatif adalah sebagai berikut:
1. Setiap indikator yang dinilai oleh responden, diklasifikasikan dalam lima
alternatif jawaban dengan menggunakan skala ordinal yang menggambarkan
peringkat jawaban.
2. Dihitung total skor setiap variabel / subvariabel = jumlah skor dari seluruh
indikator variabel untuk semua responden.
3. Dihitung skor setiap variabel/subvariabel = rata-rata dari total skor.
4. Untuk mendeskripsikan jawaban responden, juga digunakan statistik deskriptif
seperti distribusi frekuensi dan tampilan dalam bentuk tabel ataupun grafik.
5. Untuk menjawab deskripsi tentang masing-masing variabel penelitian ini,
digunakan rentang kriteria penilaian sebagai berikut :
Kriteria Penilaian
(Sumber: Umi Narimawati, 2010:45)
Gambar : 3.1 Skor Aktual