1
1.1 Latar Belakang Laporan Kuliah Kerja Lapangan
Pemilihan Umum (Pemilu) memiliki makna dan arti penting sebagai
sarana perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan pemerintahan negara yang demokratis berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Ciri dari negara demokrasi adalah adanya Pemilu. Pemilu yang bebas dan adil
merupakan salah satu indikator prosedural bagi ada tidaknya demokrasi
disuatu negara. Pemerintahan negara yang demokratis ialah
pemerintahan negara yang mampu menjamin dan terlaksananya
kebebasan politik (politic liberty) anggota masyarakat negara. Kebebasan
politik ini ditandai adanya rasa tenteram, karena setiap orang merasa
dijamin keamanan atau keselematannya. Pelaksanaan Pemilu itu sendiri
harus dilaksanakan sesuai dengan asas-asas Pemilu yaitu langsung,
umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Hal ini ditegaskan didalam Pasal 1
ayat (1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang penyelenggaraan
Pemilu, Pemilihan umum diartikan sebagai :
“Pemilihan Umum, selanjutnya disebut Pemilu, adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.”
Pemilu merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang
harus dilaksanakan sesuai dengan aturan yang ditetapkan dalam
haruslah ditindak dan diadili sesuai dengan hukum yang berlaku supaya
Pemilu dapat berjalan dengan demokratis, jujur dan adil.
Penyelenggaraan Pemilu sendiri diadakan setiap lima tahun sekali, seperti
tercantum di dalam Pasal 22E Ayat (1) UUD 1945 Pemilihan Umum
dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil
setiap lima tahun sekali. Pemilihan umum merupakan penafsiran normatif
dari Undang-undang Dasar Tahun 1945 agar pencapaian masyarakat
demokratik mungkin tercipta. Masyarakat demokratik ini merupakan
penafsiran dari pelaksanaan kedaulatan rakyat. Kedaulatan dalam hal ini
adalah kedaulatan rakyat yang hanya mungkin berjalan secara optimal
apabila masyarakatnya mempunyai kecenderungan kuat ke arah budaya
politik partisipan, maupun keharusan-keharusan lain seperti kesadaran
hukum dan keseyogiaannya dalam berperilaku untuk senantiasa dapat
menakar dengan tepat berbagai hal yang memerlukan keseimbangan.
Pemilu sebagai proses seleksi terhadap lahirnya pemimpin dalam
rangka perwujudan demokrasi diharapkan menjadi refresentasi dari
rakyat, karena Pemilu merupakan satu rangkaian kegiatan politik untuk
menampung kepentingan masyarakat, yang kemudian dirumuskan dalam
berbagai bentuk kebijaksanaan. Pemilu bisa diartikan sebagai sarana
demokrasi untuk membentuk sistem kekuasaan Negara yang
berkedaulatan rakyat dan permusyawaratan perwakilan yang digariskan
oleh Undang-Undang Dasar. Kekuasaan Negara yang lahir melalui Pemilu
dan dipergunakan sesuai dengan keinginan rakyat, oleh rakyat, menurut
sistem permusyawaratan perwakilan.
Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang menganut
paham demokrasi. Yaitu suatu paham dimana rakyat memiliki kedudukan
yang sangat penting, sebab kedaulatan berada di tangan rakyat. Menurut
Abraham Lincoln suatu negara demokratis adalah negara yang memiliki
bentuk pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.
Negara-negara didunia didalam praktek ketataNegara-negaraan pemerintahan demokratis
yang diselenggarakan belum sesuai dengan bentuk demokrasi yang ideal,
bahkan terdapat kecenderungan bahwa pelaksanaanya disesuaikan
dengan kondisi negara masing-masing sehingga munculah variasi dari
demokrasi sebagai tuntutan untuk memenuhi kebutuhan negara yang
menganutnya. Variasi tersebut diantaranya seperti demokrasi
konstitusional, demokrasi terpimpin, demokrasi parlementer, demokrasi
rakyat, demokrasi soviet, demokrasi nasional, demokrasi pancasila yang
sekarang dianut oleh Indonesia dan variasi demokrasi yang lain.
Paham demokrasi telah menjalar kesetiap penjuru dunia, meskipun
sebenarnya paham demokrasi sama sekali tidak bisa memberikan jaminan
pada negara bahwa rakyatnya akan bahagia, makmur, damai dan adil,
namun setidaknya terdapat beberapa keuntungan yang didapatkan oleh
suatu negara jika menerapkan demokrasi seperti yang dikemukakan oleh
Robert Dahl yaitu 10 keuntungan demokrasi dibandingkan sistem politik
1. Demokrasi mampu mencegah tumbuhnya bentuk pemerintahan yang diselenggarakan oleh kaum otokrat yang kejam dan licik. 2. Demokrasi menjamin warganegaranya dengan sejumlah hak
azasi yang tidak dapat diberikan oleh sistem-sistem yang non-demokratis.
3. Demokrasi menjamin kebebasan pribadi yang lebih luas bagi warga negaranya daripada alternatif sistem politik lain yang memungkinkan.
4. Demokrasi membantu rakyat untuk melindungi kepentingan dasar mereka.
5. Demokrasi membantu perkembangan manusia lebih baik daripada alternatif sistem politik lain.
6. Hanya pemerintahan yang demokratis yang dapat memberikan kesempatan yang besar dan luas bagi masyarakat untuk menggunakan kebebasan dalam menentukan nasibnya sendiri.
7. Hanya pemerintahan yang demokratis yang mampu
memberikan kesempatan sebesar-besarnya untuk menjalankan tanggung jawab moral.
8. Hanya pemerintahan yang menganut demokrasi yang dapat membantu perkembangan tingkat persamaan politik yang cukup tinggi.
9. Negara-negara demokrasi perwakilan modern tidak berperang satu dengan lainnya.
10. Negara dengan pemerintahan demokratis cenderung lebih makmur daripada yang non-demokratis.
(Agustino, 2005 : 24)
Keuntungan-keuntungan inilah yang tampaknya menarik bagi
negara-negara di dunia untuk menganut paham demokrasi termasuk
Indonesia, namun perlu diperhatikan bahwa setiap paham memiliki
kelemahan dan keuntungan termasuk demokrasi, sehingga sebagai
konsekuensi yang melekat di dalam Negara Indonesia yang menganut
paham demokrasi ini maka tentu saja Indonesia harus menata sistem
pemerintahannya agar demokrasi yang dicita-citakan dapat terwujud,
meskipun dalam proses demokratisasi ini terkadang mengalami
masalah-masalah yang dapat menghambat alur demokrasi itu sendiri, hingga
akhirnya tahun 1998 terjadilah reformasi yang diharapkan mampu menjadi
karena selama beberapa dekade negara Indonesia di bawah rezim Orde
baru yang mengaku menganut demokrasi ternyata dalam prakteknya jauh
dari kenyataan demokrasi itu sendiri, meskipun dalam pelaksanaan
pemilihan umum (sebagai ciri dari kehidupan demokrasi) jumlah pemilih
selalu diatas 60% namun menurut John Pamberton antropolog Amerika
ahli Indonesia (dalam Asy’ari, 2005 : 92) mengemukakan bahwa
sebenarnya pemilu yang diselenggarakan oleh Orde baru selama ini
hanya dijadikan sebagai wacana, dimana besarnya jumlah pemilih yang
ada lebih bersifat sebagai pola mobilisasi dari pada sebuah bentuk
partisipasi politik yang sebenarnya dimiliki oleh rakyat suatu negara yang
demokratis.
Pemilu dan demokrasi berkaitan erat dalam substansi maupun
fungsi. Pemilu merupakan aktualisasi nyata demokrasi masa kini (modern)
karena menjadi sarana utama bagi rakyat untuk menyatakan
kedaulatannya atas negara dan pemerintahan. Pernyataan kedaulatan
rakyat diwujudkan dalam proses pelibatan masyarakat untuk menentukan
seorang pemimpin yang dipercaya rakyat untuk menjalankan kekuasaan
politik guna mencapai tujuan-tujuan hidup rakyat, dan kepada sejumlah
orang yang dipercaya mewakili rakyat mengawasi penyelenggara dan
penyelenggaraan kekuasaan politik itu agar tidak disalahgunakan secara
semena-mena. Fungsi utama Pemilu bagi rakyat adalah untuk
memilih-milih dan melakukan pengawasan terhadap pemimpin dan wakil-wakil
mereka. Hal Ini menjadi inti praktek demokrasi modern yang secara umum
pemungutan suara untuk menentukan pemimpin dan wakil-wakil,
demokrasi perwakilan tetap mengakui rakyat sebagai pihak yang
berdaulat, sebab dalam fenomena modern, demokrasi dimengerti sebagai
sistem politik dimana para pembuat keputusan kolektif tertingi dalam
sistem itu dipilih melalui pemilihan umum yang adil, jujur dan berkala,
serta di dalam sistem itu para calon secara bersaing memperoleh suara
dari hampir semua penduduk dewasa yang berhak memberikan suara.
Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah (Pemilukada)
langsung merupakan salah satu langkah maju dalam mewujudkan
demokratisasi di tingkat lokal. Ketentuan mengenai hal ini tercantum
dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, yang kemudian dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6
Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan dan
Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, memandatkan
pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta
Walikota dan Wakil Walikota, dipilih oleh rakyat daerah secara langsung.
Kebangkitan demokrasi politik di Indonesia yang diawali oleh Pemilukada
langsung ini merupakan upaya membangun pondasi demokrasi di
Indonesia yaitu dengan penguatan demokrasi di aras lokal.
Suatu tatanan demokratis dapat ditegakkan jika dilandasi civil
liberties yang kuat dan dijalankan dengan konsekwen dengan apa yang
disebut political rights sesuai yang dikemukakan Raymond D Gastil (dalam
Agustino, 2005:1) maka sudah saatnya Indonesia mulai menyusun
proses demokratisasi ini. Salah satu perubahan yang dilakukan adalah
dengan mengeluarkan UU No 32 tahun 2004 yang kemudian terbit
Undang-Undang No. 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas
Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 mengenai pemerintahan daerah
yang ditujukan untuk mengatur bentuk pemerintahan daerah yang sesuai
dengan semangat otonomi daerah dengan salah satu amanat tentang
pelaksanaan pemilihan Kepala Daerah secara langsung.
Konsekuensi dari adanya Pemilukada maka rakyat memiliki peran
yang nyata dalam rangka ikut menentukan nasib daerahnya dengan
perluasan partisipasi politik yang bersifat progresif melalui pemilihan
umum, mengingat sebelum aturan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004
dikeluarkan yang berhak memilih Kepala Daerah adalah para anggota
Dewan Perwakilan Rakyat yang terdapat di daerah tersebut. Demokrasi
telah membawa Indonesia pada demokrasi yang menyeluruh, dengan
artian bahwa untuk menentukan suatu pemerintahan pusat maupun
daerah harus melalui tahap yang demokratis. Pemilihan Kepala Daerah
secara langsung akan mampu membawa iklim demokrasi kearah yang
lebih baik jika mampu dikelola dengan benar, dan diharapkan setelah
pemilihan Kepala Daerah secara langsung dapat dilaksanakan maka akan
mampu memberikan efek bagi perkembangan demokrasi menjadi lebih
berkualitas, sebab kondisi awal yang mendukung peningkatan demokrasi
mulai terbentuk seperti yang dikemukakan oleh Robert Dahl dalam
demokrasi dibutuhkan kondisi awal yang memadai untuk mendukung
perkembangannya, yaitu:
1. Adanya pemilihan umum yang bebas, adil, dan berkala. 2. Kebebasan untuk mengemukakan pendapat.
3. Adanya kemudahan akses untuk memeproleh sumber – sumber
informasi dan alternatifnya. 4. Adanya otonomi asosiasional.
5. Dibangunnya pemerintahan perwakilan. 6. Terdapatnya hak warga negara yang inklusif. (dalam Agustino, 2005 : 14)
Efek dari Pemilihan Kepala Daerah secara langsung yang dapat
dikelola dengan benar dan dapat dilaksanakan di seluruh wilayah
Indonesia maka akan mampu menunjukkan identitas Indonesia sebagai
negara yang menganut demokrasi secara nyata. Hal yang serupa pun
dikemukakan oleh Tip O’Neil (dalam Agustino, 2005:132) bahwa
demokrasi di tingkat nasional akan tumbuh berkembang dengan baik,
mapan dan dewasa jika di tingkat lokal nilai-nilai demokrasi ini telah
mengakar dengan terlebih dahulu dan berjalan dengan baik, sehingga
secara otomatis tatanan, instrumen, dan konfigurasi kearifan dan
kesantunan politik lokal terlebih dahulu harus terbentuk, inilah yang di
sebut O’Neil sebagai all politics is local. Mencermati hal ini, tampak bahwa
kebangkitan demokrasi politik Indonesia diawali dengan otonomi daerah,
dan salah satu caranya dengan penyelenggaraan pemilihan Kepala
Daerah langsung sebagai salah satu bentuk penyelenggaraan pemilihan
umum yang bebas, adil, berkala, serta diharapkan mampu memberikan
kesempatan kepada rakyat untuk meningkatkan kualitas perannya dalam
kehidupan bernegara serta melatih masyarakat untuk menyalurkan
keragaman pandangan dengan bertanggungjawab dan mendapatkan
informasi yang dapat digunakannya untuk memberikan pertimbangan dan
menentukan keputusan politik secara arif dan bermoral.
Pelaksanaan Pemilukada secara langsung, dalam implementasinya
rakyat dituntut untuk mampu berpikir kritis, arif, cerdas terhadap tawaran
yang diberikan oleh para calon Kepala Daerah, serta menentukan
siapakah yang pantas dan layak menjadi pemimpinnya. Melihat kondisi ini
maka perekrutan bagi para calon Kepala daerah dirasakan sebagai
sebuah proses yang penting karena turut pula menentukan apakah calon
yang direkrut ini memiliki posisi tawar yang tinggi dan mendapat dukungan
luas dari masyarakat, oleh karena itu partai politik harus berhati-hati dalam
mengajukan tokoh yang akan dijadikan sebagai calon Kepala Daerah,
mengingat partai politik yang mengajukan tidak hanya satu maka
dibutuhkan aturan main yang jelas, adil dan tidak memihak oleh lembaga
atau komisi yang netral yang bertanggungjawab dalam penyelenggaraan
pemilihan Kepala Daerah langsung sama halnya dengan pemilihan
Presiden secara langsung. Mencermati kenyataan yang demikian maka
peran Komisi Pemilihan Umum (KPU) cukup vital dalam mengawal
jalannya demokrasi yang ingin diwujudkan oleh Indonesia.
KPU sebagai lembaga independen berperan sebagai
penyelenggara Pemilu yang mempunyai sifat nasional, tetap dan mandiri
dituntut netral didalam suatu proses demokrasi yaitu didalam kancah
politik untuk menentukan suatu aktor yang pantas menduduki suatu
demokrasi yang diharapkan dimana Pemilu yang bersifat demokratis jujur
dan adil merupakan suatu harapan yang besar yang patut diperjuangkan.
Hal yang perlu dicamkan oleh bersama bahwasanya setiap orang perlu
juga memahami arti penting demokrasi itu sendiri sebagai sistem yang
harus dijalankan dengan sejujur-jujurnya serta menerima secara lapang
dada segala hasil putusan yang ditetapkan oleh KPU.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk
meneliti lebih jauh mengenai peranan KPU didalam menyelenggarakan
Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Pemilukada)
di Kabupaten Sukabumi secara langsung sebagai langkah untuk
mengawal jalannya demokrasi yang ingin diwujudkan Indonesia, dengan
judul penelitian Peranan Komisi Pemilihan Umum Provinsi Jawa Barat
dalam Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Sukabumi pada Tahun 2010.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di
atas, maka identifikasi masalahnya adalah:
1. Bagaimana norma-norma yang digunakan KPU Provinsi Jawa Barat
sebagai dasar aturan didalam menyelenggarakan Pemilukada di
Kabupaten Sukabumi pada tahun 2010 ?
2. Bagaimana konsep yang digunakan oleh KPU Provinsi Jawa Barat
sebagai lembaga penyelenggara Pemilu didalam Pemilukada di
3. Bagaimana perilaku KPU Provinsi Jawa Barat sebagai lembaga
penyelenggara Pemilu yang penting kedudukannya dalam Pemilukada
di kabupaten Sukabumi pada tahun 2010 ?
1.3 Maksud dan Tujuan Laporan Kuliah Kerja Lapangan
Laporan Kuliah Kerja Lapangan ini dimaksudkan untuk memperoleh
data dan informasi mengenai peranan Komisi Pemilihan Umum dalam
Pemilukada di Kabupaten Sukabumi pada tahun 2010.
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penyusunan Laporan Kuliah
Kerja Lapangan ini antara lain:
1. Untuk mengetahui bagaimana norma-norma yang digunakan KPU
Provinsi Jawa Barat sebagai dasar aturan didalam
menyelenggarakan Pemilukada di Kabupaten Sukabumi pada
tahun 2010.
2. Untuk mengetahui bagaimana konsep yang digunakan oleh KPU
Provinsi Jawa Barat sebagai lembaga penyelenggara Pemilu
didalam Pemilukada di Kabupaten Sukabumi pada tahun 2010.
3. Untuk mengetahui bagaimana perilaku KPU Provinsi Jawa Barat
sebagai lembaga penyelenggara Pemilu yang penting
kedudukannya dalam Pemilukada di kabupaten Sukabumi pada
1.4 Kegunaan Laporan Kuliah Kerja Lapangan
Hasil laporan Kuliah Kerja Lapangan memiliki kegunaan yang
bersifat teoritis dan praktis. Adapun kegunaan dari laporan KKL ini
sebagai berikut:
1. Kegunaan bagi penulis, dari hasil laporan KKL ini diharapkan
bermanfaat bagi penulis untuk menambah pengalaman dan ilmu
pengetahuan di bidang pemerintahan terutama mengenai peranan
Komisi Pemilihan Umum dalam Pemilukada di Kabupaten
Sukabumi pada tahun 2010.
2. Kegunaan teoritis, dari hasil laporan KKL ini diharapkan dapat
memberikan sumbangan pemikiran bagi ilmu sosial serta dapat
dijadikan bahan acuan untuk masa yang akan datang bagi yang
melaksanakan laporan KKL mengenai peranan KPU Provinsi Jawa
Barat dalam penyelenggaraan Pemilukada di Jawa Barat.
3. Kegunaan praktis, dari hasil laporan KKL ini diharapkan dapat
memberikan manfaat dan masukan bagi pemerintah, khususnya
bagi lembaga independen KPU dalam melaksanakan tugasnya
sebagai penyelenggara Pemilu.
1.5 Kerangka Pemikiran
Peranan KPU dalam pesta demokrasi di Indonesia sangat penting
keberadaannya didalam menyelenggarakan Pemilu supaya berjalan
sesuai dengan yang diharapkan. KPU sebagai lembaga independen
perannya sangat diharapkan dapat mewujudkan suatu proses Pemilu
yang demokratis, jujur, dan adil. Peranan menurut Soerjono Soekanto
adalah :
“Peranan (role) merupakan aspek dinamis kedudukan (status).
Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya. Maka ia menjalankan sesuatu peranan, peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa yang diberikan oleh masyarakat
kepadanya” (Soekanto, 2004:243).
Menurut definisi diatas dapat diartikan bahwa setiap individu atau
suatu organisasi dikatakan menjalankan suatu peranan serta peranannya
itu berpengaruh dan menentukan terhadap suatu nilai atau kualitas
tertentu jika suatu individu atau organisasi itu telah melaksanakan hak dan
kewajibannya sesuai dengan kedudukannya. KPU, dalam hal ini ialah
suatu organisasi yang apabila melaksanakan hak dan kewajibannya
dengan benar dan sesuai dengan kedudukannya, maka telah
menjalankan suatu peranan yang benar pula serta peranannya itu
menentukan suatu proses demokrasi di Indonesia dapat berjalan dengan
baik dan semestinya.
Peranan bagi siapapun sangat menentukan apa yang harus
diperbuat bagi orang lain. Peranan juga dapat mengatur perilaku
seseorang, peranan menyebabkan seseorang pada batasan-batasan
tertentu serta dapat meramalkan perbuatan-perbuatan orang lain. Orang
yang bersangkutan akan dapat menyesuaikan perilaku sendiri dengan
perilaku orang-orang selompoknya. Hubungan-hubungan sosial yang ada
dalam masyarakat, merupakan hubungan antar individu-individu dalam
Norma-norma dan peraturan yang berlaku mengatur peranan.
Peranan yang melekat pada diri seseorang dapat dibedakan melalui
keberadaan seseorang tersebut dalam masyarakat baik secara struktural
maupun kultural, yaitu posisi dari seseorang dalam masyarakat (sosial
position). Peranan lebih banyak menunjukan pada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses kehidupan.
Diterangkan kembali oleh Soekanto dalam bukunya Sosiologi Suatu
Pengantar mengatakan bahwa peranan dapat mencakup 3 (tiga) hal, yaitu:
1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat, peranan dalam arti merupakan rangkaian-rangkaian peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan 2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dilakukan oleh
individu dalam masyarakat sebagai organisasi
3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat
(Soekanto, 2004:244).
Mencermati teori diatas maka dapat diartikan bahwa, pertama
peranan mengenai norma-norma yang dihubungkan dengan posisi
masyarakat dalam bentuk peraturan-peraturan yang dapat membimbing
dalam kehidupan bermasyarakat. Peranan dalam hal ini adalah rangkaian
peraturan tentang ketentuan penyelengara Pemilukada oleh KPU Provinsi
Jawa Barat. Salah satu peraturan tersebut tercantum dalam Peraturan
KPU No. 31 Tahun 2008 tentang Kode Etik Penyelenggara Pemilihan
Umum Komisi Pemilihan Umum. Kedua, peranan sebagai suatu konsep
yang dapat dilakukan dalam masyarakat sebagai organisasi, dalam hal ini
konsep atas dasar asas-asas pemilu yaitu seperti mandiri, jujur, adil,
kepastian hukum, tertib penyelenggara Pemilu, kepentingan umum,
keterbukaan, proporsionalitas, profesionalitas, akuntabilitas, efisiensi dan
efektivitas. Ketiga, peranan diartikan sebagai perilaku yang penting
kedudukannya bagi struktur sosial, dalam hal ini KPU kedudukannya
sangat penting sekali dalam mengawal Pemilu pada kancah demokrasi di
Indonesia yaitu KPU sebagai lembaga independen yang bersifat nasional,
tetap dan mandiri. Peranan inilah yang diharapkan dapat membawa
Indonesia kearah Pemilu yang demokratis jujur dan adil.
Pelaksanaan Pemilukada di Indonesia, didalam prosesnya
seringkali terdapat kecurangan-kecurangan seperti manipulasi data
maupun kecurangan seperti isu money politic (politik uang), bahkan kerap
kekerasan terjadi dengan menyoalkan hasil suara yang telah ditetapkan.
Sikap lapang dada diharapkan dimiliki oleh setiap kandidat dengan ikhlas
menerima kekalahannya supaya demokrasi dapat berjalan dengan lancar.
Peran serta masyarakat didalam pengawasan jalannya demokrasi yang
jujur dan adil diharapkan dapat meminimalisir keadaan tersebut. Sikap ini
selain membantu pihak KPU didalam menjalankan tugasnya sebagai
penyelenggara Pemilu didalam melakukan pengawasan terhadap jalannya
proses pelaksanaan Pemilu itu sendiri juga diharapkan ada suatu
kepedulian masyarakat akan lancarnya proses demokrasi di Indonesia.
KPU merupakan suatu lembaga independen penyelenggara
pemilihan umum di Indonesia yang bersifat nasional, tetap dan mandiri,
Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pemilu dinyatakan bahwa Komisi
Pemilihan Umum, selanjutnya disebut KPU, adalah lembaga
Penyelenggara Pemilu yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri.
KPU mempunyai arti penting dalam jalannya Pemilu di Indonesia
sebagai lembaga yang sangat berperan didalam mengatur pelaksanaan
Pemilu sehingga diharapkan perannya dapat membawa Pemilu kepada
demokrasi yang jujur dan adil. Pengawasan Pemilu oleh KPU diharapkan
terselenggaranya mekanisme pemerintahan secara tertib, teratur dan
damai serta lahirnya masyarakat yang dapat menghormati pendapat
orang lain sehingga dapat melahirkan suatu masyarakat yang mempunyai
tingkat kritisme yang tinggi, dalam arti bersifat selektif atau biasa memilih
yang dianggap terbaik menurut keyakinannya.
KPU memiliki visi sebagai penyelenggara Pemilu yang mempunyai
integritas, profesional, mandiri, transparan dan akuntabel, demi
terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945 dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini
sebuah tuntutan yang harus di laksanakan dan dicapai supaya dapat
membawa demokrasi kearah yang semestinya yaitu demokrasi yang jujur
dan adil. Peranannya dituntut untuk dapat mewujudkan visi maupun
misinya yang tentunya dengan berlandaskan asas-asas penyelengara
pemilu sesuai dengan Undang-Undang No. 22 Tahun 2007 Pasal 2 yaitu
mandiri, jujur, adil, kepastian hukum, tertib penyelenggara Pemilu,
kepentingan umum, keterbukaan, proporsionalitas, profesionalitas,
menjadi pedoman bagi KPU didalam menjalankan tugasnya
melaksanakan Pemilu serta mengarahkan demokrasi. Terdapat pula
kewajiban-kewajiban KPU Kabupaten/Kota pada suatu peraturan yang
harus dilaksanakan didadalam mengawal Pemilu supaya demokrasi dapat
berjalan dengan semestinya yaitu didalam mengantar Pemilu kepada
suatu Pemilu yang demokratis jujur dan adil.
Adapun kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi tercantum dalam
Pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2005 tentang pemilihan,
pengesahan, pengangkatan, dan pemberhentian Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah :
KPUD sebagai penyelenggara pemilihan berkewajiban : a. Memperlakukan pasangan calon secara adil dan setara;
b. Menetapkan standarisasi serta kebutuhan barang dan jasa yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemilihan berdasarkan peraturan perundang-undangan;
c. Menyampaikan laporan kepada dprd untuk setiap tahap
pelaksanaan pemilihan dan menyampaikan informasi
kegiatannya kepada masyarakat;
d. Memelihara arsip dan dokumen pemilihan serta mengelola barang inventaris milik kpud berdasarkan peraturan perundang-undangan;
e. Mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran kepada dprd; dan
f. Melaksanakan semua tahapan pemilihan tepat waktu.
Demokrasi merupakan suatu kedaulatan ditangan rakyat yang
merupakan pondasi suatu negara khususnya Negara Indonesia. Istilah
demokrasi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata Demos
(Rakyat) dan Kratos/Kratein (Berkuasa/kekuasaaan). Secara harfiah kata
demokrasi dapat diartikan rakyat berkuasa atau kedaulatan ditangan
rakyat. Terdapat berbagai macam demokrasi, seperti demokrasi
pancasila, dan sebagainya. Negara indonesia sendiri menganut
demokrasi pancasila, yaitu demokrasi yang berdasarkan atas pancasila.
Indonesia adalah negara hukum sehingga tidak dapat disangkal bahwa
beberapa nilai pokok dari demokrasi konstitusional cukup jelas tersirat
didalam Undang-Undang Dasar yang menjelaskan secara eksplisit dua
prinsip yang menjiwai naskah itu juga yang dicantumkan dalam
penjelasan tentang sistem pemerintahan Negara bahwasanya Indonesia
adalah Negara yang yang berdasarkan atas hukum (rechtsstaat), dan
sistem konstitusiional bahwasanya pemerintahan berdasarkan atas sistem
konstitusi (Hukum Dasar).
Pemilu merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang
diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil
yang diselenggarakan oleh lembaga independen KPU. Pemilu memiliki
hubungan yang erat dengan prinsip demokrasi karena sebenarnya Pemilu
merupakan salah satu cara pelaksanaan demokrasi. Pemilu adalah
sarana demokrasi yang daripadanya dapat menentukan siapa yang
berhak menduduki kursi jabatan. Pemilihan umum bertujuan untuk
mengimplementasikan kedaulatan rakyat dan kepentingan rakyat dalam
lembaga politik negara. Rakyat melalui Pemilu mempunyai kesempatan
untuk memilih wakil-wakilnya yang akan duduk dalam lembaga
perwakilan. Perwujudan suatu kedaulatan rakyat melalui Pemilu secara
langsung sebagai sarana bagi rakyat untuk memilih wakil-wakilnya yang
akan menjalankan tugasnya dan kewajibannya serta menyalurkan aspirasi
Pemilukada sendiri yaitu sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat
yang diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan
adil di suatu daerah juga merupakan suatu kancah perebutan kursi
jabatan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang dimana memiliki
syarat-syarat untuk dapat mencalonkan diri yang tercantum dalam Pasal
58 Undang-Undang No. 12 Tahun 2008 seperti bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, setia kepada Pancasila sebagai Dasar Negara,
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan kepada
Negara Kesatuan Republik Indonesia serta Pemerintah, dan lain-lain
merupakan suatu syarat yang wajib dipenuhi sehingga Kepala Daerah
maupun wakilnya memiliki suatu bekal untuk dapat mengemban amanat
rakyat. Adapun peserta Pemilukada adalah pasangan calon yang
diusulkan oleh partai politik maupun gabungan partai politik serta
pasangan calon perseorangan yang didukung oleh sejumlah orang. Hal ini
ditegaskan dalam Pasal 59 Ayat (1) Undang-Undang No. 12 Tahun 2008
yaitu :
Peserta pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah adalah : a. Pasangan calon yang diusulkan oleh partai politik atau
gabungan partai politik.
b. Pasangan calon perseorangan yang didukung oleh sejumlah orang.
Mencermati ketentuan tersebut, maka terdapat dua jenis
pencalonan peserta Pemilukada. Pertama, pasangan calon yang
diusulkan atau yang diusung oleh partai maupun oleh banyak partai.
Kedua, pasangan calon yang didukung oleh sejumlah orang, yaitu yang
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka penulis menyusun
definisi operasional sebagai berikut :
1. Peranan adalah aspek dinamis dari suatu kedudukan atau suatu
status seseorang didalam menjalankan perannya seperti hak dan
kewajibannya.
2. Peranan KPU Provinsi Jawa Barat adalah aspek dinamis dari suatu
kedudukan atau suatu status KPU dalam menjalankan perannya
didalam melaksanakan tugas serta kewajibannya pada
penyelenggaraan Pemilu. Adapun indikator dalam peranan KPU
Provinsi Jawa Barat dalam Pemilukada di Kabupaten Sukabumi
antaralain :
a. Norma-norma KPU Provinsi Jawa Barat dalam penyelenggaraan
Pemilukada yaitu berupa peraturan-peraturan yang tertulis dan
berlaku seperti peraturan KPU No. 31 Tahun 2008 tentang Kode
Etik Penyelenggara Pemilihan Umum Komisi Pemilihan Umum.
b. Konsep KPU Provinsi Jawa Barat dalam penyelenggaraan
Pemilukada yaitu berpedoman pada asas-asas Pemilu yaitu
Langsung, Umum, Bebas, Rahasia, Jujur, dan Adil.
c. Perilaku KPU Provinsi Jawa Barat sebagai lembaga
penyelenggara Pemilu yang penting kedudukannya dalam
Pemilukada yaitu dengan berpedoman pada norma dasar pribadi
seperti Jujur, Terbuka, Berani, Tangguh, Berintegritas,
Profesional, Kompeten, Tangkas, Jeli, Independen, dan
3. KPU Provinsi Jawa Barat adalah lembaga independen
penyelenggara Pemilu yang bersifat nasional, tetap dan mandiri.
4. Pemilukada adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang
diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan
adil di suatu daerah dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
5. Undang-Undang Pemilukada adalah norma-norma yang dijadikan
bahan acuan dalam melaksanakan Pemilu sekaligus bahan konsep
KPU Provinsi Jawa Barat didalam melaksanakan tugasnya.
6. Demokrasi Lokal adalah suatu kedaulatan ditangan rakyat atau
kekuasaan ditangan rakyat di area suatu wilayah atau tiap-tiap
daerah.
Berdasarkan uraian di atas, penulis membuat model kerangka
[image:21.595.112.509.504.742.2]pemikiran sebagai berikut :
Gambar 1.1
Model Kerangka Pemikiran
Hasil Norma-Norma sebagai
peraturan yang digunakan oleh KPU
Provinsi Jawa Barat dalam Pemilukada di
Kab. Sukabumi
PERANAN KPU PROVINSI JAWA BARAT DALAM PEMILUKADA
DI KABUPATEN SUKABUMI
Tercapainya suatu Pemilu yang Demokratis, Jujur dan Adil
Konsep KPU Provinsi Jawa Barat didalam
menyelenggarakan Pemilukada di Kab.
Sukabumi
Perilaku KPU Provinsi Jawa Barat sebagai penyelenggara Pemilu
yang penting kedudukannya dalam
1.6 Metode Laporan Kuliah Kerja Lapangan 1.6.1 Metode Laporan Kuliah Kerja Lapangan
Setiap penelitian harus direncanakan, untuk itu diperlukan suatu
metode penelitian. Metode penelitian merupakan rencana dan rancangan
cara pengumpulan data dan menganalisa agar dapat dilaksanakan secara
ekonomis serta serasi dengan tujuan penelitian, sehingga pencapaian dari
suatu penelitian dapat terpaparkan dengan baik.
Metode dalam Laporan KKL ini menggunakan metode penelitian
deskriptif, yaitu memaparkan situasi atau peristiwa yang berhubungan
antara gejala satu dengan yang lainnya, sejalan dengan pengertian
deskriptif menurut Soehartono bahwa:
”Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu
masyarakat atau suatu kelompok orang tertentu atau gambaran
tentang suatu gejala atau hubungan antara dua gejala atau lebih”
(Soehartono, 2002:35).
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan
untuk memberikan gambaran mengenai Peranan Komisi Pemilihan Umum
dalam Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati di Kabupaten Sukabumi
pada Tahun 2010.
1.6.2 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam
penelitian ini adalah:
a) Observasi non partisipan, yaitu teknik pengumpulan data dengan
cara penulis berada di luar subjek yang diteliti dan tidak ikut dalam
kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan, sehingga peulis dapat
lebih mudah mengamati tentang data dan informasi yang
diharapkan.
b) Wawancara, dilakukan oleh penulis dengan mengajukan pertanyaan
secara langsung kepada narasumber yaitu kepada anggota KPU
Provinsi Jawa Barat dimana pertanyaan yang diajukan bersifat
terbuka tergantung pada obyek lapangan.
2) Data sekunder, yang diperoleh melalui:
a) Penelitian Kepustakaan, yaitu mengumpulkan data yang relevan
dengan masalah penelitian melalui: buku-buku, majalah, surat
kabar, pemanfaatan teknologi informasi atau internet dan
literatur-literatur yang berkaitan dengan masalah peranan KPU serta
Pemilukada.
b) Dokumentasi, yaitu mengumpulkan data melalui dokumen-dokumen
yang dimiliki oleh Kantor KPU Provinsi Jawa Barat.
1.6.3 Teknik Penentuan Informan
Teknik penentuan informan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah purposive (pengambilan informan berdasarkan tujuan). Teknik
penentuan informan ini adalah siapa yang akan diambil sebagai anggota
dengan maksud dan tujuan penelitian. Menurut Sugiyono, teknik
pengambilan sampel purposif adalah:
“Teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan
tertentu. Pertimbangan tertentu dapat diartikan bahwa informan yang kita pilih dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin sebagai penguasa sehingga akan
memudahkan peneliti menjelajahi objek/situasi sosial yang diteliti”
(Sugiyono, 2005:54).
Penentuan informan dalam laporan KKL ini berdasarkan objek yang
diteliti dan berdasarkan keterkaitan informan tersebut dengan penelitian.
Informan dalam penelitian ini terdiri dari informan yang berkaitan dengan
Peranan Komisi Pemilihan Umum dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah
dan Wakil Kepala Daerah di Kabupaten Sukabumi pada Tahun 2010.
Adapun informan dalam laporan KKL ini yaitu :
1. Ketua KPU Provinsi Jawa Barat sebagai orang yang bertanggung
jawab atas proses didalam melaksanakan Pemilu di Provinsi Jawa
Barat.
2. Kepala Bagian Hukum, Teknis, Hubungan dan Partisipasi
Masyarakat KPU Provinsi Jawa Barat sebagai pelaksana Pemilu.
3. Partisipan politik sebagai aktor yang berpartisipasi dalam
Pemilukada di Kabupaten Sukabumi.
1.6.4 Teknik Analisa Data
Teknik analisis data dalam laporan KKL ini adalah analisis
deskriptif, yaitu suatu kegiatan yang mengacu pada penelaahan atau
pengujian yang sistematik mengenai suatu hal dalam rangka menentukan
Terdapat unsur utama dalam proses analisis data pada penelitian
kualitatif dimana terbagi menjadi :
1. Reduksi Data
Reduksi data adalah bagian dari proses analisis untuk mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal yang tidak penting, dan mengatur data sehingga dapat dibuat kesimpulan.
2. Sajian Data
Sajian data adalah susunan informasi yang memungkinkan dapat ditariknya suatu kesimpulan. Sajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya, namun yang sering digunakan untuk penyajian data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif, karena akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi dan merencanakan sesuatu selanjutnya.
3. Penarikan Kesimpulan
Pada penelitian kualitatif tidak akan ditarik kecuali setelah diproses pengumpulan data berakhir. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih belum pasti sehingga setelah diteliti menjadi jelas berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori. Kesimpulan yang dibuat perlu diverifikasi dengan cara melihat dan mempertayakannya kembali. Sambil meninjau secara sepintas pada catatan lapangan untuk memperoleh pemahaman yang lebih tepat.
(Sugiyono, 2005:92-99).
Berdasarkan hal di atas maka dapat diartikan bahwa teknik analisis
data merupakan proses dari Reduksi data yaitu dengan merangkum,
memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting,
dicari tema dan polanya. Langkah selanjutnya adalah penyajian data.
Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,
hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Terakhir yaitu
kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang merupakan temuan baru yang
sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau
setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau
interaktif, hipotesis atau teori. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif
mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal
tetapi mungkin juga tidak karena seperti yang telah dikemukakan bahwa
masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat
sementara dan akan berkembang setelah penulis berada di lapangan.
Mencermati hal tersebut, sehingga teknik analisis data yang dipakai
penulis adalah analisis deskriptif karena paling sesuai dengan penelitian
yang sedang dilakukan yaitu suatu kegiatan yang mengacu pada
penelaahan atau pengujian yang sistematik mengenai suatu hal dalam
rangka menentukan bagian-bagian hubungan diantara bagian dalam
keseluruhan. Pengartiannya yaitu analisis data yang memiliki unsur utama
reduksi data, sajian data hingga penarikan kesimpulan.
1.7 Lokasi dan Waktu Kuliah Kerja Lapangan
Lokasi yang diambil sebagai tempat Kuliah Kerja Lapangan adalah
di Kantor KPU Provinsi Jawa Barat yang beralamatkan di Jl. Garut No. 11
Tlp. 022-7278809 Fax. 022-7206157 Bandung. Penjadwalan Kuliah Kerja
Lapangan dimulai dari pengajuan surat Kuliah Kerja Lapangan sampai
Tabel 1.1
Jadwal Kuliah Kerja Lapangan
No Kegiatan Tahun 2010
Jul Agus Sept Okt Nov
1
Mengajukan surat ke kantor
KPU Provinsi Jabar
2
Pelaksanaan Kuliah Kerja
Lapangan
3 Pengumpulan
data
4 Analisis Data
5 Penulisan
laporan
6 Pengumpulan
28 2.1 Peranan
Peranan menurut Poerwadarminta adalah “tindakan yang dilakukan
seseorang atau sekelompok orang dalam suatu peristiwa”
(Poerwadarminta, 1995:751). Berdasarkan pendapat di atas peranan
adalah tindakan yang dilakukan orang atau sekelompok orang dalam
suatu peristiwa, peranan merupakan perangkat tingkah laku yang
diharapkan, dimiliki oleh orang atau seseorang yang berkedudukan di
masyarakat. Kedudukan dan peranan adalah untuk kepentingan
pengetahuan, keduanya tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Menurut pendapat Soejono Soekanto peranan dapat mencakup 3
(tiga) hal, yaitu :
1. peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat, peranan dalam arti merupakan rangkaian-rangkaian peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan
2. peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi
3. peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat
(Soekanto, 2004:244).
Sejalan dengan pendapat di atas, Gross Mason dan Mc Eachern
mendefinisikan peranan sebagai “perangkat harapan-harapan yang
dikenakan pada individu atau kelompok yang menempati kedudukan
Berdasarkan kedua pendapat di atas peranan diatur oleh
norma-norma yang berlaku, peranan yang melekat pada diri seseorang harus
dibedakan dengan posisi dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi
seseorang dalam masyarakat merupakan unsur statis yang menunjukan
pada fungsi, penyesuain diri dan sebagai proses, suatu konsep tentang
apa yang dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi
serta merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing
seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.
2.2 Komisi Pemilihan Umum
Komisi Pemilihan Umum adalah nama yang diberikan oleh
Undang-Undang tentang Pemilu untuk lembaga penyelenggara pemilu. UUD 1945
Amandemen pasal 22E, menerangkan bahwa nama lembaga
penyelenggara pemilu tidak diharuskan bernama Komisi Pemilihan Umum,
melainkan perkataan umum untuk menyebutkan lembaga penyelenggara
Pemilu, sehingga sebenarnya UU dapat saja memberikan nama lain untuk
menyebut lembaga penyelenggara Pemilu. Keterangan mengenai KPU
pun dijelaskan dalam Undang-undang RI No. 22 Tentang Penyelenggara
Pemilihan Umum Pasal 1 Ayat 7 yang menyebutkan bahwa KPU adalah :
“Komisi Pemilihan Umum Provinsi dan Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten/Kota, selanjutnya disebut KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota adalah, penyelenggara Pemilu di provinsi dan
kabupaten/kota. Komisi pemilihan umum”.
KPU merupakan suatu lembaga independen penyelenggara
pemilihan umum di Indonesia yang bersifat nasional, tetap dan mandiri,
Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pemilu dinyatakan bahwa Komisi
Pemilihan Umum, selanjutnya disebut KPU, adalah lembaga
Penyelenggara Pemilu yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri.
KPU mempunyai arti penting dalam jalannya Pemilu di Indonesia
sebagai lembaga yang sangat berperan didalam mengatur pelaksanaan
Pemilu sehingga diharapkan perannya dapat membawa Pemilu kepada
demokrasi yang jujur dan adil. Implementasi dalam rangka melaksanakan
amanat Undang-Undang No 32 Tahun 2004 diantaranya tentang
penyelenggaraan pemilihan Kepala Daerah langsung di daerah-daerah,
maka setiap daerah memiliki KPU Daerah yang disebut dengan KPU
Provinsi, KPU Kabupaten atau Kota. Akibat dari amanat UU No 32 Tahun
2004 ini menimbulkan adanya peranaan yang dimiliki oleh KPU Daerah.
Peranan sendiri tidak dapat dilepaskan dari status yang melekat dalam diri
individu ataupun organisasi. Maka peranan KPU Kabupaten Sukabumi
tidak dapat dilepaskan dari statusnya sebagai komisi yang
menyelenggarakan pemilihan Kepala Daerah langsung.
2.2.1 Kewajiban KPU Provinsi
Menurut Pasal 6 Peraturan Pemerintah No 6 Tahun 2005 KPU
Provinsi sebagai penyelenggara pemilihan memiliki kewajiban sebagai
berikut :
a. Memperlakukan pasangan calon secara adil dan setara.
b. Menetapkan standarisasi serta kebutuhan barang dan jasa
yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemilihan
c. Menyampaikan laporan kepada DPRD untuk setiap tahap
pelaksanaan pemilihan dan menyampaikan informasi
kegiatannya pada masyarakat.
d. Memelihara arsip dan dokumen pemilih serta mengelola barang inventaris milik KPUD berdasarkan peraturan perundang -undangan.
e. Mempertanggungjawabkan penggunaaan anggaran.
f. Melaksanakan semua tahapan pemilihan secara tepat waktu
2.2.2Tugas dan Wewenang KPU Provinsi
Berdasarkan Undang-undang No. 22 Tahun 2007, KPU Provinsi
Jawa Barat mempunyai tugas dan wewenang dalam penyelenggaraan
Pemilu Bupati dan Wakil Bupati Sukabumi yang meliputi :
1. Merencanakan program, anggaran, dan jadwal Pemilu Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi;
2. Menyusun dan menetapkan tata kerja KPU Provinsi, KPU
Kabupaten/Kota, PPK, PPS, dan KPPS dalam Pemilu Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi dengan memperhatikan
pedoman dari KPU;
3. Menyusun dan menetapkan pedoman yang bersifat teknis untuk
tiap-tiap tahapan penyelenggaraan Pemilu Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah Provinsi berdasarkan peraturan
perundang-undangan;
4. Mengoordinasikan, menyelenggarakan, dan mengendalikan semua
tahapan penyelenggaraan Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah Provinsi berdasarkan peraturan perundangundangan
5. Memutakhirkan data pemilih berdasarkan data kependudukan dan
menetapkannya sebagai daftar pemilih;
6. Menerima daftar pemilih dari KPU Kabupaten/Kota dalam
penyelenggaraan Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
Provinsi;
7. Menetapkan pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala
daerah provinsi yang telah memenuhi persyaratan;
8. Menetapkan dan mengumumkan hasil rekapitulasi penghitungan
suara Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi
berdasarkan hasil rekapitulasi penghitungan suara di KPU
Kabupaten/Kota dalam wilayah provinsi yang bersangkutan dengan
membuat berita acara penghitungan suara dan sertifikat hasil
penghitungan suara;
9. Membuat berita acara penghitungan suara serta membuat sertifikat
hasil penghitungan suara dan wajib menyerahkannya kepada saksi
peserta Pemilu, Panwaslu Provinsi, dan KPU;
10. Menetapkan dan mengumumkan hasil Pemilu Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah Provinsi berdasarkan hasil rekapitulasi
penghitungan suara Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah Provinsi dari seluruh KPU Kabupaten/Kota dalam wilayah
provinsi yang bersangkutan dengan membuat berita acara
11. Menerbitkan keputusan KPU Provinsi untuk mengesahkan hasil
Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi dan
mengumumkannya;
12. Mengumumkan pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala
daerah provinsi terpilih dan membuat berita acaranya;
13. Melaporkan hasil Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
Provinsi kepada KPU;
14. Memeriksa pengaduan dan/atau laporan adanya pelanggaran kode
etik yang dilakukan oleh KPU Kabupaten/Kota;
15. Menindaklanjuti dengan segera temuan dan laporan yang
disampaikan oleh Panwaslu Provinsi;
16. Menonaktifkan sementara dan/atau mengenakan sanksi
administratif kepada anggota KPU Kabupaten/Kota, sekretaris KPU
Provinsi, dan pegawai sekretariat KPU Provinsi yang terbukti
melakukan tindakan yang mengakibatkan terganggunya tahapan
penyelenggaraan Pemilu yang sedang berlangsung berdasarkan
rekomendasi Panwaslu Provinsi dan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
17. Melaksanakan sosialisasi penyelenggaraan Pemilu Kepala Daerah
dan Wakil Kepala Daerah Provinsi dan/atau yang berkaitan dengan
tugas dan wewenang KPU Provinsi kepada masyarakat;
18. Melaksanakan pedoman yang ditetapkan oleh KPU;
19. Memberikan pedoman terhadap penetapan organisasi dan tata
Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan tahapan yang diatur dalam
peraturan perundang-undangan;
20. Melakukan evaluasi dan membuat laporan penyelenggaraan
Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi;
21. Menyampaikan laporan mengenai hasil Pemilu Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah Provinsi kepada Dewan Perwakilan Rakyat,
Presiden, gubernur, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Provinsi; dan
22. Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang
Diberikan oleh KPU dan/atau undang-undang.
2.2.3 Tugas dan Wewenang KPU Kabupaten atau Kota
Adapun berdasarkan Undang-undang No. 22 Tahun 2007, KPU
Kabupaten Sukabumi mempunyai tugas dan wewenang dalam
penyelenggaraan Pemilu Bupati dan Wakil Bupati Sukabumi yang
meliputi:
1. Merencanakan program, anggaran, dan jadwal Pemilu Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten/Kota;
2. Menyusun dan menetapkan tata kerja KPU Kabupaten/Kota, PPK,
PPS, dan KPPS dalam Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah Kabupaten/Kota dengan memperhatikan pedoman dari
KPU dan/atau KPU Provinsi;
3. Menyusun dan menetapkan pedoman yang bersifat teknis untuk
Wakil Kepala Daerah Kabupaten/Kota berdasarkan peraturan
perundang-undangan;
4. Membentuk PPK, PPS, dan KPPS dalam Pemilu Kepala Daerah
dan Wakil Kepala Daerah Provinsi serta Pemilu Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah Kabupaten/Kota dalam wilayah kerjanya;
5. Mengoordinasikan, menyelenggarakan, dan mengendalikan semua
tahapan penyelenggaraan Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah Kabupaten/Kota berdasarkan peraturan
perundang-undangan dengan memperhatikan pedoman dari KPU dan/atau
KPU Provinsi;
6. Memutakhirkan data pemilih berdasarkan data kependudukan dan
menetapkan data pemilih sebagai daftar pemilih;
7. Menerima daftar pemilih dari PPK dalam penyelenggaraan Pemilu
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten/Kota;
8. Menerima daftar pemilih dari PPK dalam penyelenggaraan Pemilu
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi dan
menyampaikannya kepada KPU Provinsi;
9. Menetapkan pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala
daerah kabupaten/kota yang telah memenuhi persyaratan;
10. Menetapkan dan mengumumkan hasil rekapitulasi penghitungan
suara Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
Kabupaten/Kota berdasarkan rekapitulasi hasil penghitungan suara
dengan membuat berita acara penghitungan suara dan sertifikat
hasil penghitungan suara;
11. Membuat berita acara penghitungan suara serta membuat sertifikat
penghitungan suara dan wajib menyerahkannya kepada saksi
peserta Pemilu, Panwaslu Kabupaten/Kota, dan KPU Provinsi;
12. Menerbitkan keputusan KPU Kabupaten/Kota untuk mengesahkan
hasil Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
Kabupaten/Kota dan mengumumkannya;
13. Mengumumkan pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala
daerah kabupaten/kota terpilih, dan membuat berita acaranya;
14. Melaporkan hasil Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
Kabupaten/Kota kepada KPU melalui KPU Provinsi;
15. Memeriksa pengaduan dan/atau laporan adanya pelanggaran kode
etik yang dilakukan oleh PPK, PPS, dan KPPS;
16. Menindaklanjuti dengan segera temuan dan laporan yang
disampaikan oleh Panwaslu Kabupaten/Kota;
17. Menonaktifkan sementara dan/atau mengenakan sanksi
administratif kepada anggota PPK, PPS, sekretaris KPU
Kabupaten/Kota, dan pegawai sekretariat KPU Kabupaten/Kota
yang terbukti melakukan tindakan yang mengakibatkan
terganggunya tahapan penyelenggaraan Pemilu yang sedang
berlangsung berdasarkan rekomendasi Panwaslu Kabupaten/Kota
18. Melaksanakan sosialisasi penyelenggaraan Pemilu Kepala Daerah
dan Wakil Kepala Daerah dan/atau yang berkaitan dengan tugas
KPU Kabupaten/Kota kepada masyarakat;
19. Melaksanakan tugas dan wewenang yang berkaitan dengan Pemilu
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Provinsi berdasarkan
peraturan perundang-undangan dan pedoman KPU dan/atau KPU
Provinsi;
20. Melakukan evaluasi dan membuat laporan penyelenggaraan
Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten/Kota;
21. Menyampaikan hasil Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah Kabupaten/Kota kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Provinsi, Menteri Dalam Negeri, bupati/walikota, dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota; dan
22. Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diberikan oleh KPU,
KPU Provinsi dan/atau undang-undang.
KPU sebagai penyelenggara Pemilihan Kepala Dearah langsung di
Kabupaten Sukabumi maka KPU Daerahnya bernama KPU Kabupaten
Sukabumi. KPU Kabupaten Sukabumi didalam menjalankan tugasnya
dapat mengeluarkan peraturan untuk menyelenggarakan pemilihan
Kepala Daerah langsung, yang tentu saja tidak boleh bertentangan
2.3 Konsep Pemilihan Umum
Pemilihan Umum adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat
dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Hal
ini ditegaskan didalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun
2007 tentang penyelenggaraan Pemilu, Pemilihan umum diartikan
sebagai:
“Pemilihan Umum, selanjutnya disebut Pemilu, adalah sarana
pelaksanaan kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.”
Pemilu diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum yang bersifat
nasional, tetap dan mandiri dimana Pemilih adalah warga negara
Indonesia yang berumur 17 tahun atau sudah pernah kawin serta
memenuhi syarat sebagai pemilih yaitu tidak terganggu jiwanya, tidak
dicabut hak pilihnya berdasar keputusan pengadilan yang memiliki
kekuatan hukum serta terdaftar sebagai pemilih. Pemilu yang
diselenggarakan setiap 5 tahun sekali memiliki beberapa asas dalam
pelaksanaanya, sesuai Pasal 1 UU Ayat 1 Nomor 22 Tahun 2007 yaitu
asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil.
Asas langsung maksudnya adalah rakyat sebagai pemilih
mempunyai hak untuk memberikan suaranya secara langsung sesuai
dengan kehendak hati nuraninya, tanpa perantara. Asas umum
maksudnya yaitu pada dasarnya semua warga negara yang memenuhi
Pemilihan yang bersifat umum mengandung makna menjamin
kesempatan yang berlaku menyeluruh bagi semua warga negara, tanpa
diskriminasi berdasarkan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin,
kedaerahan, pekerjaan, dan status sosial. Asas bebas maksudnya bahwa
setiap warga negara yang berhak memilih bebas menentukan pilihannya
tanpa tekanan dan paksaan dari siapa pun. Asas rahasia maksudnya
adalah dalam memberikan suaranya, pemilih dijamin bahwa pilihannya
tidak akan diketahui oleh pihak mana pun dan dengan jalan apa pun. Asas
jujur maksudnya adalah dalam penyelenggaraan Pemilu, setiap
penyelenggara pemilu, aparat pemerintah, peserta Pemilu, pengawas
Pemilu, pemantau pemilu, pemilih serta semua pihak yang terkait harus
bersikap jujur. Asas adil maksudnya bahwa setiap pemilih dan peserta
pemilu mendapatkan perlakuan yang sama serta bebas dari kecurangan
dari pihak mana pun.
Pemilu bertujuan untuk mengimplementasikan kedaulatan rakyat
dan kepentingan rakyat dalam lembaga politik Negara. Pemilu juga
sebagai mekanisme untuk menyeleksi para pemimpin dan alternatif
kebijakan umum, sebagai mekanisme memindahkan konflik kepentingan
dari masyarakat kepada badan perwakilan rakyat, serta sebagai sarana
2.3.1 Asas Penyelenggara Pemilu
Adapun didalam Menurut Pasal 2 Undang-undang Republik
Indoneia Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum.
Penyelenggara Pemilu berpedoman kepada asas :
a. Mandiri; b. Jujur; c. Adil;
d. Kepastian Hukum;
e. Tertib Penyelenggara Pemilu; f. Kepentingan Umum;
g. Keterbukaan; h. Proporsionalitas; i. Profesionalitas; j. Akuntabilitas; k. Efesiensi; dan l. Efektivitas;
Keberadaan Pemilu menawarkan kesempatan kepada rakyat untuk
memilih wakil-wakilnya yang akan duduk dalam kursi jabatan. Secara
demokratis pejabat yang duduk di kursi jabatannya dipilih langsung oleh
rakyat melalui Pemilu menurut hukum yang adil, sehingga Pemilu
merupakan suatu komponen yang teramat penting keberadaannya karena
berfungsi sebagai penyaring stake holder yang ingin mencicipi
kekuasaan.
2.3.2 Fungsi Pemilu
Menurut Aurel Croissant, dalam perspektif politik sekurangnya ada
tiga fungsi Pemilu, yaitu :
1. Fungsi keterwakilan. Fungsi keterwakilan merupakan urgensi di Negara demokrasi baru dalam beberapa Pemilu.
3. Fungsi Mayoritas. Fungsi Mayoritas merupakan kewajiban bagi
Negara yang hendak mempertahankan stabilitas dan
kepemerintahan (governability).
(dalam Prihatmoko, 2008:18)
Implementasi Pemilu didalam aplikasinya terdapat suatu proses
kampanye yang dapat dilakukan melalui pertemuan terbatas, tatap muka,
penyebaran melalui media cetak dan elektronik, penyiaran melalui radio
atau televisi, penyebaran bahan kampanye kepada umum, pemasangan
alat peraga di tempat umum, rapat umum, dan kegiatan lain yang tidak
melanggar peraturan perundang-undangan. Kampanye Pemilu didalam
pelaksanaannya dilarang mempersoalkan dasar negara dan Pembukaan
UUD 1945, menghina seseorang, agama, suku, ras, golongan, calon dan
peserta pemilu yang lain, menghasut dan mengadu domba, mengganggu
ketertiban umum, melakukan kekerasan, melakukan pengrusakan atau
menghilangkan alat peraga kampanye peserta Pemilu, serta di larang
menggunakan fasilitas pemerintah, tempat ibadah dan tempat pendidikan.
Dilarang melibatkan: Ketua / wakil Ketua / Ketua Muda / Hakim Mahkamah
Agung /Hakim Mahkamah Konstitusi dan hakim-hakim pada semua badan
peradilan, Ketua/Wakil Ketua dan anggota BPK, Gubernur, Deputi
Gubernur Senior, dan Deputi Gubernur Bank Indonesia, Pejabat BUMN/
BUMD, pejabat struktural dan fungsional dalam jabatan negeri, Kepala
Desa.
Terdapat pula pengawas pemilu, pengawas ini memiliki tugas dan
wewenang mengawasi semua tahapan penyelenggaraan Pemilu,
menerima laporan pelanggaran peraturan perundang-undangan,
meneruskan temuan serta laporan yang tidak dapat diselesaikan kepada
instansi yang berwenang.
2.3.3 Tujuan Pemilu
Hasil pemilu yang baik akan menjadikan sebuah citra yang baik
bagi penyelenggara pemilu oleh karena itu harus diketahui dulu apa yang
menjadi tujuan diselenggarakannya pemilu, agar pemilu yang
dilangsungkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat.
1. Sebagai mekanisme untuk menyeleksi para pemimpin dan
alternativ kebijakan umum.
2. Mekanisme memindahkan konflik kepentingan dari masyarakat
kepada badan perwakilan rakyat.
3. Sarana memobilisasi dan/atau menggalang dukungan rakyat.
Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa Pemilihan Umum
merupakan wadah aspirasi rakyat dimana rakyat dapat mengemukakan
keinginannya dalam memilih pimpinan melalui Sosialisasi politik yang
dilakukan dengan menyelenggarakan Pemilihan Umum atau yang biasa
disebut dengan Pemilu.
2.3.4 Sistem Pemilu
Salah satu yang paling penting dalam pelaksanaan Pemilu adalah
dengan adanya sistem Pemilu yang representatif didalam Negara
demokrasi. Penyebab utama hingga terjadinya pelanggaran-pelanggaran
serasa belum mantap dan pengawasan atas jalannya Pemilu kurang
berjalan dengan efektif adalah karena sistem Pemilu yang tidak
representatif. Menurut Miriam Budiardjo, dalam ilmu politik dikenal
bermacam-macam sistim Pemilu, akan tetapi umumnya berkisar pada dua
prinsip pokok, yaitu :
a. Singgle-member constituency (satu daerah pemilihan memilih satu wakil; biasanya disebut Sistim Distrik),
b. Multi-member constituency (satu daerah pemilihan memilih
beberapa wakil; biasanya dinamakan Proportional
Representation atau Sistim Perwakilan Berimbang). (Budiardjo, 2005:177)
Sistem Pemilu menurut Joko J. Prihatmoko, berkaitan erat diantara
dua faktor internal dan eksternal terhadap kinerja legislatif. Faktor
eksternal yaitu partisipasi aktif dan kontrol masyarakat, kelompok
kepentingan, LSM, pers bebas dan mandiri, solidaritas masyarakat
madani, dan atmosfer makro epolitikan. Factor internalnya antaralain
kualitas anggota dan kapasitas sistem serta mekanisme kembagaan
legislatif sendiri. Menurut Joko J. Prihatmoko, ada enam prinsip yang
menjadi petunjuk dalam memilih sistem Pemilu, yaitu :
1. Sistem Pemilu sangat berpengaruh terhadap watak atau persaingan kontestan.
2. Sistem Pemilu dapat dengan mudah dimanipulasi, khususnya oleh partai-partai besar, untuk memperlancar perilaku politik tertentu.
3. Sistem Pemilu dapat mempengaruhi jumlah dan ukuran relatif partai politik di parlemen.
4. Sistem Pemilu juga menentukan keterpaduan internal dan disiplin masing-masing partai. Sebagian sistem mendorong faksionalisme dan sebagianlainnya memaksa partai-partai untuk
bersatu suara dan menekan perkembangan (disobedience).
6. Sistem Pemilu dapat mendorong atau menghambat pembentukan aliansi diantara partai-partai, dan bisa pula member rangsangan kepada beberapa kelompok agar lebih bersikap akomodatif atau member dorongan kepada partai-partai untuk menghindari konflik berdasarkan ikatan etnik, kesukuan atau kekerabatan.
(Prihatmoko, 2008:34)
Sistem Pemilu menurut Lijphart, dalam ilmu politik dimaknai
sebagai suatu kumpulan metode atau cara warga masyarakat memilih
para wakil mereka (dalam Gaffar, 2000:255). Manakala sebuah lembaga
perwakilan dipilih maka sistem pemilihan mentransfer jumlah suara
kedalam jumlah kursi, sementara itu pemilihan presiden, gubernur, dan
bupati yang merupakan representasi tunggal dalam sistem pemilihan,
dasar jumlah suara yang diperoleh menentukan siapa yang menang dan
siapa yang kalah, dengan melihat kenyataan seperti itu, maka betapa
pentingnya sistem pemilihan dalam sebuah demokrasi.
2.4 Partai Politik
Menurut Miriam Budiardjo, secara umum partai politik dapat
dikatakan sebagai suatu kelompok yang terorganisir yang
angota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama, yang
mempunyai tujuan untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut
kedudukan politik dengan cara konstitusonil untuk melaksanakan
kebijaksanaan-kebijaksanaan mereka (Budiardjo, 2005:160).
Menurut Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik, menyebutkan Bahwa:
“Partai Politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk
dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945”.
Partai politik merupakan sarana sosialisasi politik dan sebagai
sarana komunikasi politik, sehingga keduanya mempunyai peran penting
dalam penyelenggaraan pemilu yang diselenggarakan oleh kpu dalam
menjalankan tugas dan fungsinya sebaga penyelenggara pemilu.
Menurut Carl J. Friendrich mendefinisikan bahwa Partai Politik
adalah:
“Sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan
tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintah bagi pimpinan partainya dan berdasarkan penguasaan ini memberikan kepada anggota partainya kemanfaatan yang
bersifat idil maupun materil” (dalam Budiardjo, 2005:161).
Sedangkan menurut R.H Soltao mengemukakan bahwa Partai
Politik adalah:
“Partai politik adalah sekelompok warga Negara yang sedikit banyak terorganisir, yang bertindak sebagai suatu kesatuan politik dan dengan memanfaatkan kekuasaannya untuk memilih,
bertujuan menguasai pemerintahan dan melaksanakan
kebijaksanaan umum mereka” (dalam Budiardjo, 2005:161).
Berdasarkan keterangan diatas, partai politik merupakan suatu
kekuasaan untuk menguasai pemerintahan baik untuk kepentingan
anggota partainya dan melaksanakan kebijaksanaan umum lainnya yang
2.4.1 Fungsi Partai Politik
Adapun Fungsi Partai Politik menurut Miriam Budiarjo,
mengemukakan bahwa partai politik memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Partai sebagai sarana komunikasi politik. 2. Partai sebagai sarana sosialisasi politik. 3. Partai politik sebagai sarana rekrutmen politik. 4. Partai politik sebagai sarana pengatur konflik. (Budiarjo, 2005:163).
Sedangkan berdasarkan Pasal 11 Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik Partai Politik
berfungsi sebagai sarana :
a. Pendidikan politik bagi anggota dan masyarakat luas agar menjadi warga negara Indonesia yang sadar akan hak dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara;
b. Penciptaan iklim yang kondusif bagi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia untuk kesejahteraan masyarakat;
c. Penyerap, penghimpun, dan penyalur aspirasi politik masyarakat dalam merumuskan dan menetapkan kebijakan negara;
d. Partisipasi politik warga negara Indonesia; dan
e. Rekrutmen politik dalam proses pengisian jabatan politik melalui mekanisme demokrasi dengan memperhatikan kesetaraan dan keadilan gender.
Berdasarkan pengertian diatas, bahwa partai politik merupakan
suatu kelompok tertentu dimana kelompok tersebut memiliki tujuan yang
sama yaitu mencapai kekuasaan di pemerintahan yang memiliki arti
penting didalam fu