• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak ekonomi sosial dan Lingkungan pemanfaatan limbah ternak sapi perah di Kampung Areng Desa Cibodas Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dampak ekonomi sosial dan Lingkungan pemanfaatan limbah ternak sapi perah di Kampung Areng Desa Cibodas Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK EKONOMI SOSIAL DAN LINGKUNGAN

PEMANFAATAN LIMBAH TERNAK DI KAMPUNG ARENG

DESA CIBODAS KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN

BANDUNG BARAT

ERLIN RISKA WINDU WULAN

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Dampak Ekonomi Sosial dan Lingkungan Pemanfaatan Limbah Ternak Sapi Perah di Kampung Areng Desa Cibodas Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)
(5)

ABSTRAK

ERLIN RISKA WINDU WULAN. Dampak Ekonomi Sosial dan Lingkungan Pemanfaatan Limbah Ternak Sapi Perah di Kampung Areng, Desa Cibodas, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Dibimbing oleh YUSMAN SYAUKAT.

Indonesia memiliki populasi sapi perah yang cukup besar sehingga berpotensi menimbulkan polusi dari limbah ternak yang dihasilkan. Pemanfaatan limbah ternak menjadi biogas sebagai energi alternatif adalah solusi untuk permasalahan tersebut. Penelitian ini menganalisis persepsi responden mengenai pemanfaatan limbah ternak menjadi biogas, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan peternak dalam memanfaatkan limbah ternak menjadi biogas serta menganalisi dampak ekonomi, sosial dan lingkungan dari pemanfaatan limbah ternak. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki penilaian bahwa pemanfaatan limbah kotoran ternak menjadi biogas memiliki manfaat langsung maupun tidak langsung bagi peternak dan masyarakat di sekitar lokasi usahaternak. Faktor-faktor yang signifikan mempengaruhi peternak dalam pemanfaatan biogas yaitu lama berusahaternak, jumlah ternak, tingkat pendidikan, dan keikutsertaan kelompok ternak. Hasil analisis perbandingan pendapatan diperoleh usahaternak tipe I lebih tinggi dibandingkan usahaternak tipe II dengan selisih pendapatan atas biaya total sebesar Rp 200.970 per bulan. Rata-rata selisih pengeluaran energi usahaternak tipe I dan tipe II sebesar Rp 22.050 per bulan. Dampak sosial dan lingkungan dari pemanfaatan biogas antara lain: meningkatkan budaya gotong royong masyarakat dan meningkatkan kinerja kelompok peternak, perubahan kondisi lingkungan sekitar kandang yang lebih bersih, dan berkurangnya pencemaran udara akibat tumpukan kotoran sapi.

(6)
(7)

ABSTRACT

ERLIN RISKA WINDU WULAN. The Impact of Economic, Social and Environment of The Utilization Dairy Cattle Waste in Areng Sub Village, Cibodas Village, Lembang District, West bandung Regency. Supervised by YUSMAN SYAUKAT.

Indonesia has great beef cattle population potentially cause pollution from livestock waste. Utilization of livestock waste into biogas as an alternative energy is a solution. This study analyzed the perception of the respondents about the use of livestock waste into biogas, analyzed the factors that influence the decision of breeders in use livestock waste into biogas, to analyze the changes of energy consumption before and after the use of biogas and energy consumption cost difference between the farmers types I and II, and analyzed the impact of social and environment from the use livestock waste into biogas. The research results show that the majority of respondents have that utilization of livestock waste into biogas have direct and indirect benefit for breeders and community around location. Significant factors that influence th breeders decision to use biogas is long of cattle business, the number of livestock, the level of education , and the participation of the group of cattle. The results showed that the rate of dairy cattle business income type I is higher than type II with the the total value income of Rp 200.970 /month . The difference in the cost of energy consumption between the two types of cattle business Rp 22.050. The social and environment impact from the utilization of livestock waste into biogas are improve cultural cooperation communities, improve the performance of the group of cattle, changes in environmental conditions around the cage cleaner, and reduced air pollution due to a heap of livestock waste.

(8)
(9)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

DAMPAK EKONOMI SOSIAL DAN LINGKUNGAN

PEMANFAATAN LIMBAH TERNAK DI KAMPUNG ARENG

DESA CIBODAS KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN

BANDUNG BARAT

ERLIN RISKA WINDU WULAN

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(10)
(11)
(12)
(13)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala berkah, rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Dampak Ekonomi Sosial dan Lingkungan Pemanfaatan Limbah Ternak di Kampung Areng Desa Cibodas Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung

Barat”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak atas bimbingan dan doanya. Penulis ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini terutama kepada :

1. Kedua orangtua tercinta Bapak Endang Suwandi (alm) dan Ibu Trisilawati, kakak dan adik (Erwin, Ervin, Ergin, dan Errina), yang telah memberikan doa, dukungan, didikan dan kasih sayang yang tak pernah berhenti kepada penulis. 2. Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec. selaku dosen pembimbing, terimakasih atas

arahan, dukungan, waktu, kesabaran, ilmu dan pengalaman yang sangat berharga yang diberikan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

3. Adi Hadianto, SP, M.Si selaku dosen penguji utama dan Hastuti, SP, MP, M.Si selaku dosen penguji perwakilan departemen yang telah memberikan kritik dan saran untuk perbaikan skripsi ini.

4. Prof.Dr.Ir Bonar M. Sinaga, MA selaku dosen pembimbing akademik.

5. Dosen dan Staf Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan FEM IPB .

6. Bapak Entis Sutisna, Ibu Alis dan peternak sapi perah Kampung Areng yang telah membantu penulis dalam memperoleh data dan informasi.

7. IbuMartha Swissanto dan suami yang telah memberikan dukungan moril maupun materil kepada penulis hingga skripsi ini dapat diselesaikan

8. Sahabat-sahabat tersayang Santi, Rinda, Denanda, Finda, Iin A, Dina, Vidia, Kiki, Marliana dan Rayyan serta teman-teman ESL 48 yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah memberikan kenangan indah selama ini. 9. Sahabat satu bimbingan Gitta, Relita, Tommi, Anis, Campina, Nurul, dan

Aida yang selalu saling menyemangati.

10. Sahabat-sahabat kostan Dena NR, Ika F, Anissa P, dan Anisa K atas kebersamaan, bantuan, semangat, dan motivasinya.

11. Keluarga Besar Organisasi Mahasiswa Daerah Subang “FOKKUS IPB” yang telah menjadi keluarga kedua selama penulis kuliah di IPB.

12. Keluarga Besar Himpunan Profesi REESA IPB atas segala pangalaman berharga yang di berikan.

.

(14)
(15)

DAFTAR ISI

1.5 Ruang Lingkup Penelitian 5

II. TINJAUAN PUSTAKA 7

2.1 Eksternalitas Limbah Peternakan 7

2.2 Dampak Ekonomi Pemanfaatan Limbah Ternak Sapi 7 2.2.1 Dampak terhadap Pendapatan Peternak 7 2.2.2 Dampak terhadap Pengeluaran Energi 8 2.3 Dampak Sosial, dan Lingkungan Pemanfaatan

Limbah Ternak Sapi 8

2.4 Pemanfaatan Limbah Peternakan Untuk Pupuk Organik 9 2.5 Pemanfaatan Limbah Peternakan Untuk Biogas 9

2.6 Penelitian Terdahulu 10

III. KERANGKA PEMIKIRAN 13

IV. METODE PENELITIAN 15

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 15

4.2 Metode Pemilihan Responden 15

4.3 Jenis dan Sumber Data 15

4.4 Metode Analisis Data 16

4.4.1 Analisis Persepsi Responden 17

4.4.2 Identifikasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Peternak Memanfaatkan Limbah ternak Menjadi Biogas 17

4.4.3 Analisis Pendapatan 20

4.4.4 Analisis Konsumsi Energi 21

4.4.5 Analisis Dampak Sosial dan Lingkungan dari Pemanfaatan

Limbah Ternak Sapi Perah 22

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 23

5.1 Kondisi Umum Desa Cibodas 23

5.1.1 Letak Geografi dan Tofografi 23

5.1.2 Keadaan Lahan dan Jenis Penggunaannya 23 5.1.3 Potensi Sumberdaya Manusia dan Mata Pencaharian 24

5.2 Karakteristik Umum Responden 24

5.2.1 Jenis Kelamin dan Usia 25

5.2.2 Tingkat Pendidikan 26

5.2.3 Status Kepemilikan Ternak 26

(16)

5.2.5 Lama Usahaternak 26

5.2.6 Jumlah Ternak 26

5.3 Kondisi Usahaternak Sapi Perah di Kampung Areng 27

5.4 Perkembangan Biogas di kampung Areng 27

5.5 Proses Produksi Biogas 28

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 31

6.1 Persepsi Responden terhadap Pemanfaatan Limbah Ternak 31 6.1.1 Persepsi Responden Mengenai Biogas 33 6.1.2 Persepsi Responden terhadap Manfaat Biogas 33 6.2 Identifikasi Faktor-Faktor yang mempengaruhi Keputusan Peternak

untuk Memanfaatkan Limbah Ternak Menjadi biogas 34

6.2.1 Variabel yang Signifikan 35

6.2.2 Variabel yang tidak Signifikan 36

6.3 Dampak Ekonomi Pemanfaatan Limbah Ternak Sapi Perah 37 6.3.1 Analisis Dampak terhadap Pendapatan Peternak 37 6.3.1.1 Penerimaan Usahaternak Tipe I dan Tipe II 37 6.3.1.2 Biaya Usahaternak Tipe I dan Tipe II 41 6.3.1.3 Analisis Pendapatan Usahaternak Tipe Idan

Tipe II 44

6.3.2 Analisis Pengeluaran Energi Responden 45 6.4 Dampak Sosial dan Lingkungan dari Pemanfaatan Limbah Ternak

di Kampung Areng 46

6.4.1 Dampak Sosial Pemanfaatan Limbah Ternakdi Kampung

Areng 46

6.4.2 Dampak Lingkungan Pemanfaatan Limbah Ternak

di kampung Areng 47

VII. SIMPULAN DAN SARAN 49

7.1 Simpulan 49

7.2 Saran 50

DAFTAR PUSTAKA 51

LAMPIRAN 69

(17)

DAFTAR TABEL

1.1 Populasi berbagai ternak di Indonesia tahun 2014 2 1.2 Populasi peternakan sapi menurut kabupaten di Jawa Barat tahun

2013 3

2.1 Komposisi gas (%) dalam biogas yang berasal dari kotoran sapi 9 2.2 Nilai kesetaraan biogas dibandingkan dengan bahan bakar lain 10

4.1 Matriks analisis data 16

5.1 Luas lahan Desa Cibodas menurut penggunaannya 23 5.2 Potensi penduduk berdasarkan mata pencaharian di Desa Cibodas 24 5.3 Karakteristik responden peternak di Kampung Areng 25 6.1 Persepsi responden terhadap pemanfaatan limbah ternak menjadi

biogas 32

6.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan peternak dalam

memanfaatkan limbah ternak menjadi biogas dengan regresi logistik 34

6.3 Rata-rata penerimaan peternak tipe I 39

6.4 Rata-rata penerimaan peternak tipe II 40

6.5 Persentase selisih penerimaan usahaternak 40

6.6 Rata-rata biaya peternak tipe I 43

6.7 Rata-rata biaya peternak tipe II 44

6.8 Analisis ekonomi pendapatan usahaternak 45 6.9 Perubahan jumlah konsumsi energi responden 46 6.10 Dampak sosial terhadap perubahan perilaku peternaktipe I dan

tipe II 47

6.11 Dampak lingkungan terhadap perubahan perilaku peternak tipe I

dan tipe II 48

DAFTAR GAMBAR

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Dokumentasi 53

2. Kuesioner penelitian 56

3. Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusanpeternak dalam memanfaatkan limbah ternak menjadi biogas dengan model

regresi logistik 63

4. Tenaga kerja usahaternak tipe I 65

5. Tenagakerja usahaternak tipe II 65

6. Biaya penyusutan alat usahaternak tipe I 66

7. Biaya penyusutan usahaternak tipe II 66

(19)

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Energi merupakan salah satu sumberdaya yang memiliki peranan sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Energi mempunyai peranan penting dalam pencapaian tujuan sosial, ekonomi dan lingkungan untuk pembangunan berkelanjutan serta merupakan pendukung bagi kegiatan ekonomi nasional. Penggunaan energi di Indonesia meningkat pesat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia dari tahun 2000 hingga 2010 sebesar 1,49 persen pertahun (BPS 2014). Hingga tahun 2015, energi yang digunakan oleh manusia sebagian besar berasal dari energi yang tidak dapat diperbaharui, yaitu energi yang berasal dari fosil mulai dari minyak bumi, gas alam serta batubara. Produksi sumberdaya yang tidak sebanding dengan permintaan, mengakibatkan semakin menipisnya cadangan bahan bakar minyak yang tersedia dialam, sedangkan untuk menghasilkannya kembali diperlukan waktu berjuta-juta tahun lamanya.

Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM) tahun 2012, permintaan energi nasional didominasi oleh sektor industri (50,4%), diikuti sektor transportasi (22,0%), rumahtangga (11,0%), komersial (5,1%), lainnya (3,3%) dan non energi (8,2%). Sektor rumahtangga sebagai pengguna energi terbesar ketiga dimana permintaan energinya digunakan untuk kebutuhan akan tenaga listrik (untuk penerangan, pengkondisian ruangan, dan peralatan elektronik lainya) dan energi panas untuk memasak. Kebutuhan energi panas dipenuhi dengan pembakaran BBM (minyak tanah), LPG, gas bumi (untuk beberapa wilayah kota besar) dan kayu bakar (untuk beberapa wilayah pinggiran kota dan pedesaan). Berdasarkan data Kementerian ESDM diperkirakan permintaan energi sektor rumah tangga akan tumbuh rata-rata 4,3% per tahun.

Berdasarkan kondisi tersebut pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN)yang membahas mengenai diversifikasi energi yaitu penganekaragaman, penyediaan, dan pemanfaatan berbagai sumber energi dalam rangka optimasi penyediaan energi. Saat ini penyediaan energi masih didominasi oleh energi berbahan baku fosil yang merupakan sumber energi yang tidak terbarukan, disisi lain penggunaan Energi Baru dan Terbarukan (EBT) masih relatif terbatas padahal potensi sumberdaya EBT Indonesia cukup melimpah yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung ketahanan energi nasional. Potensi sumberdaya EBT yang dapat dimanfaatkan di antaranya tenaga air, panas bumi, mini dan mikrohidro, biomassa, tenaga surya, tenaga angin, biofuel, arus laut, nuklir, Coal Bed Methane (CBM), dan batubara.

(20)

Energi tidak dapat dilepaskan dari isu lingkungan yang sedang mengemuka di tataran global saat ini seperti isu pemanasan global dan perubahan iklim. Hal ini dikarenakan sektor energi sangat terkait dengan lingkungan dimana sektor energi dapat memberikan dampak terhadap lingkungan, mulai dari produksi energi sampai dengan pemanfaatan energi semuanya memberikan kontribusi terhadap perubahan lingkungan. Pengembangan energi alternatif terbarukan dan ramah lingkungan merupakan hal yang sangat relevan dengan isu energi dan isu lingkungan saat ini. Salah satu energi alternatif yang ramah lingkungan dan dapat diperbaharui adalah biogas.

Energi biogas berasal dari berbagai macam limbah organic, seperti sampah biomassa, kotoran manusia, dan kotoran hewan yang dapat dimanfaatkan menjadi energi melalui proses anaerobic digestion. Proses ini merupakan peluang besar untuk memanfaatkan energi alternatif sehingga akan mengurangi dampak penggunaan energi fosil yang tidak dapat diperbaharui. Indonesia memiliki potensi mengembangkan biogas karena di samping potensi sumber daya ternak yang besar, sebagian besar masyarakat Indonesia masih mengandalkan sektor pertanian dan peternakan sebagai penggerak perekonomian.

Indonesia memiliki potensi peternakan yang sangat besar dan tersebar di beberapa daerah di Indonesia. Ternak yang diusahakan beraneka ragam, antara lain sapiperah, sapi potong, kerbau, kuda, kambing, domba, babi, ayam buras, ayam ras pedaging, ayam ras petelur, itik, dan sebagainya. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Peternakan populasi ternak Indonesia tahun 2014.

Tabel 1.1 Populasi berbagai ternak (ribu ekor) di Indonesia tahun 2014

No Jenis Tahun

10. Ayam Ras Pedaging 1.344.191 1.481.872

11. Itik 12.015 52.775

Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan (2015) Catatan : *Angka Sementara

(21)

Jawa Barat sebagai provinsi terbesar kedua populasi sapi perah, memiliki potensi untuk mengembangkan usahaternak sapi perah. Kondisi iklim Jawa Barat cocok untuk kegiatan usahaternak sapi perah di dukung juga oleh budaya masyarakat sunda yang gemar untuk bertani dan beternak. Berdasarkan data Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat populasi sapi perah terbesar di Jawa Barat adalah Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat kemudian Kabupaten Garut (Tabel 1.2).

Tabel 1.2 Populasi peternakan sapi menurut kabupaten di Jawa Barat tahun 2013.

No Kabupaten Sapi Potong Sapi Perah

1. Bogor 32.967 7.131

Sumber : Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (2014)

Berdasarkan data dari Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat tahun 2013, wilayah di Kabupaten Bandung Barat yang memiliki populasi sapi perah terbesar adalah Kecamatan Lembang dengan jumlah populasi 15.420 ekor. Tingginya populasi sapi baik sapi potong maupun sapi perah memberikan keuntungan dari tingginya permintaan produk peternakan dan menjadi sumber pendapatan bagi peternak sapi. Seiring dengan bertambahnya populasi ternak dapat menimbulkan pula eksternalitas negatif yaitu limbah kotoran ternak yang dihasilkan dari usahaternak sapi pun semakin meningkat. Limbah kotoran ternak tersebut menyebabkan pencemaran tanah, air, dan udara bagi lingkungan sekitar usahaternak. Beberapa wilayah di Kecamatan Lembang telah memanfaatkan limbah ternak sapi perah menjadi biogas, salah satunya yaitu di wilayah Kampung Areng Desa Cibodas. Pemanfaatan biogas di Kampung Areng digunakan untuk kebutuhan memasak sebagai pengganti gas elpiji, adapun ampas biogas yang dihasilkan dimanfaatkan sebagai pupuk organik.

(22)

Perbedaan pengelolaan dan pemanfaatan limbah ternak akan menimbulkan dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan sekitar yang berbeda di antara kedua usahaternak tersebut.

1.2 Perumusan Masalah

Limbah ternak dari usahaternak sapi perah dalam skala besar dapat menimbulkan pencemaran lingkungan yang berdampak pada masyarakat sekitar. Satu ekor sapi dewasa menghasilkan feses rata-rata 25 kg per hari dan jika diakumulasikan dengan jumlah populasi sapi yang ada maka limbah yang dihasilkan akan sangat banyak.Limbah yang langsung dibuang ke lingkungan tanpa diolah akan mengkontaminasi udara, air, dan tanah sehingga menyebabkan polusi. Pencemaran pada tanah, limbah ternak dapat melemahkan daya dukung tanah sehingga menyebabkan polusi tanah. Pencemaran pada air, limbah ternak yang dibuang ke sungai dapat menimbulkan pencemaran air dan sumber penyakit, sedangkan pencemaran udara timbul dari gas methan dan gas-gas lain yang terkandung seperti ammonium, hydrogen sulfida, CO2yang menyebabkan efek

rumah kaca (Green House).

Pengolahan dan pemanfaatan limbah yang baik merupakan alternatif yang dapat mengurangi dampak negatif dan memberikan manfaat lain seperti dapat diolah menjadi biogas dan pupuk. Biogas digunakan sebagai energi alternatif ramah lingkungan yang dapat digunakan untuk memasak sehingga berpengaruh terhadap penggunaan energi peternak terutama konsumsi gas elpiji, sedangkan pupuk digunakan peternak untuk pertanian sehingga mengurangi biaya produksi.

Jumlah peternak sapi perah di Desa Cibodas sekitar 514 orang dengan populasi sapi perah mencapai 2.700 ekor tersebar di 8 kampung, maka setiap hari tersedia sekitar 67,5 ton kotoran sapi (rata-rata 25 kg kotoran/sapi/hari). Berdasarkan potensi yang dimiliki, pada tahun 2013 Desa Cibodas ditargetkan Pemerintah Provinsi Jawa Barat menjadi Desa Mandiri Energi dan Pangan. Berdasarkan target tersebut, warga Desa Cibodas diharapkan dapat memanfaatkan kotoran sapi menjadi sumber energi alternatif (biogas) pengganti BBM dan pupuk organik untuk meningkatkan produksi pertanian. Mayoritas peternak di Desa Cibodas yang telah memanfaatkan limbah ternaknya menjadi biogas dan pupuk organik yaitu berada di Kampung Areng.

Keputusan menggunakan biogas tidak terlepas dari beberapa hal yang dijadikan pertimbangan oleh peternak, sehingga diperlukan analisis untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang signifikan terhadap keputusan peternak untuk menggunakan biogas sehingga berpengaruh terhadap pengembangan biogas di Kampung Areng. Oleh karena itu, penelitian dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan dari pemanfaatan limbah kotoran ternak ini dapat dijadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan peternak dalam memanfaatkan limbah kotoran ternak. Pemanfaatan dan pengolahan limbah kotoran ternak selain dapat memberikan manfaat ekonomi, juga dapat memperbaiki kualitas lingkungan dan sosial sekitar usahaternak.

Berdasarkan permasalahan yang ada, aspek yang akan dikaji dalam penelitian ini yaitu:

(23)

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan peternak dalam pemanfaatan limbah kotoran ternak menjadi biogas di Kampung Areng? 3. Bagaimana dampak pemanfaatan limbah kotoran ternak terhadap tingkat

pendapatan peternak dan pengeluaran energi responden di Kampung Areng? 4. Bagaimana kondisi sosial dan lingkungan masyarakat di sekitar lokasi

usahaternak biogas dan usahaternak non biogas di Kampung Areng? 1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi persepsi peternak mengenai pemanfaatan limbah kotoran ternak di Kampung Areng.

2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan peternak dalam pemanfaatan limbah kotoran ternak menjadi biogas di Kampung Areng. 3. Membandingkan dampak pemanfaatan limbah kotoran ternak terhadap

pendapatan usahaternak tipe I dan usahaternak tipe II serta membandingkan dampak pemanfaatan tersebut terhadap pengeluaran energi peternak di Kampung Areng.

4. Membandingkan kondisi sosial dan lingkungan masyarakat di sekitar lokasi usahaternak tipe I dan usahaternak tipe II di Kampung Areng.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini diantaranya:

1. Bagi peternak, dapat memberikan gambaran mengenai potensi pemanfaatan limbah kotoran sapi perah terhadap kondisi ekonomi sosial dan lingkungan kegiatan usahaternak.

2. Bagi pemerintah, dapat dijadikan masukan untuk penyusunan kebijakan dalam upaya pengembangan potensi wilayah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pemanfaatan limbah kotoran sapi perah.

3. Bagi pembaca dan peneliti, semoga hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan pengetahuan dan informasi untuk penelitian selanjutnya yang relevan.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Wilayah penelitian hanya meliputi kawasan Kampung Areng Desa Cibodas Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat.

1. Objek penelitian adalah peternak yang tergabung pada kelompok ternak Mekar Saluyu dan Bakti Saluyu yang menjadi anggota KPSBU (Koperasi Peternak Susu Bandung Utara). Peternak tipe I merupakan peternak yang sudah memanfaatkan limbah ternak menjadi biogas dengan kepemilikan instalasi biogas yang berasal dari subsidi pemerintah dan peternak tipe II adalah peternak yang belum memanfaatkan limbah ternak menjadi biogas. 2. Dampak ekonomi dalam penelitian ini dilihat dari tingkat pendapatan pada

(24)

3. Dampak sosial dalam penelitian ini adalah hanya melihat perubahan perilaku masyarakat terhadap rutinitas dari kegiatan sebelum dan setelah adanya program pemanfaatan biogas bagi peternak, serta perubahan perilaku masyarakat terhadap penggunaan bahan bakar energi lainnya seperti: gas elpijidan kayu bakar.

(25)

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Eksternalitas Limbah Peternakan

Eksternalitas adalah pengaruh/dampak/efek samping yang diterima oleh beberapa pihak sebagai akibat dari kegiatan ekonomi, baik produksi, konsumsi, atau pertukaran yang dilakukan oleh pihak lain. Eksternalitas dapat bersifat menguntungkan (positive externalities) atau merugikan (negative externalities). Masalah eksternalitas umumnya disebabkan oleh beberapa hal yaitu hak kepemilikan, keberadaan barang publik, keberadaan sumberdaya bersama, ketidaksempurnaan pasar, dan kegagalan pemerintah.

Usahaternak memiliki manfaat sebagai penyedia protein hewani sehingga mendorong meningkatnya populasi ternak dan produktivitas ternak.Peningkatan usahaternak selain memberikan dampak positif juga memberikan dampak negatif dari limbah yang dihasilkan. Limbah ternak tersebut meliputi limbah padat dan limbah cair seperti feses, urine, sisa makanan,bulu, isi rumen, dan lain-lain. Semakin besar skala usaha peternakan, maka limbah yang dihasilkan akan semakin banyak. Dampak yang ditimbulkan dari banyaknya limbah peternakan akan mengakibatkan rusaknya lingkungan serta terganggunya kesehatan manusia. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk memanfaatkan limbah peternakan untuk menanggulangi dampak yang ditimbulkan.

2.2 Dampak Ekonomi Pemanfaatan Limbah Ternak Sapi

2.2.1 Dampak terhadap Pendapatan Peternak

Pendapatan usahaternak sapi perah didapat dari selisih penerimaan usahaternak dengan pengeluaran biaya dalam usahaternak sapi perah. Soekartawi (2002) menyatakan bahwa biaya usahatani diklasifikasikan menjadi biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap karena besarnya tidak dapat dihitung dengan rumus maka sekaligus ditetapkan nilainya saja. Biaya variabel dapat didefenisikan sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Secara matematis pendapatan usahaternak sebagai berikut :

Dimana :

Π = Pendapatan usahaternak sapi perah (Rp) TR = Penerimaan total usahaternak sapi perah (Rp) TC = Biaya total usahaternak sapi perah (Rp) TFC = Totat Fix Cost/ Total Biaya Tetap (Rp)

TVC = Total Variable Cost/Total Biaya Variable (Rp)

(26)

2.2.1 Dampak terhadap Pengeluaran Energi

Biogas merupakan sumber energi terbarukan yang unggul dan mampu menyumbangkan andil untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar rumah tangga (Elizabeth dan Rusdiana 2010). Kegiatan konsumsi dan produksi sehari-hari di masyarakat menyebabkan tingginya penggunaan bahan bakar minyak yang non-renewable yang berasal dari fosil sehingga ketersediaanya di alam menjadi semakin sedikit. Sementara itu limbah peternakan dan pertanian selama ini belum dimanfaatkan secara optimal. Pemanfaatan energi alternatif dapat meminimalisasi pencemaran lingkungan, mengantisipasi habisnya ketersediaan kayu bakar dan mengurangi penggunaan BBM dan elpiji.

2.3 Dampak Sosial dan Lingkungan Pemanfaatan Limbah Ternak Sapi

Pengembangan biogas yang berbahan baku kotoran ternak merupakan salah satu alternatif penyediaan energi di tingkat lokal, namun memiliki kontribusi terhadap pengurangan persoalan lingkungan yang bersifat lokal maupun global. Pada tingkat lokal, pengembangan biogas dapat mengurangi terjadinya pencemaran udara dan pencemaran air sungai. Menurut Sudiarto (2008), pada tingkat global, pengembangan biogas memberikan kontribusi dalam mengurangiefek rumah kaca yang dilakukan melalui tiga cara sebagai berikut: a. Biogas menjadi energi yang mensubstitusi atau menggantikan bahan bakar

fosil dimana penggunaan bahan bakar fosil dapat menyumbang gas-gas rumah kaca dalam jumlah yang besar.

b. Metana yang dihasilkan secara alami oleh kotoran ternak yang menumpuk merupakan gas penyumbang terbesar pada efek rumah kaca, bahkan lebih besar dibandingkan karbondioksida. Penggunaan biogas dapat mengkonversi metana menjadi karbondioksida yang lebih rendah efeknya terhadap pemanasan global. Karbondioksida yang dihasilkan pun tidak sebesar karbondioksida yang dihasilkan dari bahan bakar fosil, dengan demikian, penggunaan biogas dapat mengurangi jumlah metana di udara. c. Dengan lestarinya hutan, maka karbondioksida yang ada di udara akan

diserap oleh hutan sehingga menghasilkan oksigen.

Pemanfaatan limbah peternakan, khususnya kotoran ternak menjadi biogasmendukung konsep zero waste sehingga sistem pertanian yang berkelanjutan dan ramahlingkungan dapat dicapai. Menurut Sudiarto (2008), pengelolaan limbah peternakan yang ramah lingkungan adalah pengelolaan yang tidakberakibat terhadap menurunnya daya dukunglingkungan. Pengelolaan limbah ternak harusdiperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Cara pengelolaannya berkesinambungan.

2. Hasil yang diperoleh dari pengelolaan limbah dapat menjamin proses berikutnya.

3. Teknologi yang digunakan dapat meningkatkan nilai sumber daya limbah yang dikelola.

4. Dampak negatif akibat pengelolaan limbah dapat dihindari

(27)

dari hulu (produsen) hingga kelembagaan hilir (konsumen) dan berjalannya kelembagaan kelompok ternak.

2.4 Pemanfaatan Limbah Peternakan untuk Pupuk Organik

Pemanfaatan limbah untuk pembuatan pupuk organik memberikan manfaat yang sangat menguntungkan bagi pihak peternak maupun lingkungan. Pemanfaatan limbah tersebut selain mengurangi dampak pencemaran lingkungan juga dapat bermanfaat dalam menyuburkan tanah pertanian atau pekebunan bahkan menjadi peluang usaha tersendiri dari peternak dengan penjualan pupuk organik ke masyarakat dan petani lainnya.

Pupuk organik dari limbah kotoran ternak mengandung unsur hara baik mikro maupun makro seperti N, P, K, Ca, Mg, Fe, Cu, Zn, Mn, B dan S. Kompos adalah pupuk organik yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari limbah/sisa tanaman, kotoran hewan atau manusia seperti pupuk kandang, pupuk hijau dan humus yang telah mengalami dekomposisi.Manfaat penggunaan pupuk organik terhadap tanah (Kaharudin dan Sukmawati 2010) :

a. Menambah kesuburan tanah

b. Memperbaiki struktur tanah menjadi lebih remah dan gembur

c. Memperbaiki sifat kimiawi tanah sehingga unsur hara yang tersedia dalam tanah lebih mudah diserap oleh tanaman

d. Memperbaiki tata air dan udara di dalam tanah sehingga suhu tanah akan lebih stabil

e. Mempertinggi daya ikat tanah terhadap zat hara sehingga tidak mudah larut oleh air hujan atau air pengairan

f. Memperbaiki kehidupan jasad renik yang hidup di dalam tanah. 2.5 Pemanfaatan Limbah Peternakan untuk Biogas

Limbah ternak selain dapat dimanfaatkan untuk pupuk organik, limbah dari kotoran ternak juga dapat digunakan untuk menghasilkan bahan bakar biogas. Biogas adalah gas yang dihasilkan oleh aktifitas anaerobik atau fermentasi dari bahan-bahan organik termasuk diantaranya kotoran manusia dan hewan, limbah rumah tangga(Baba2008).

Tabel 2.1 Komposisi gas (%) dalam biogas yang berasal dari kotoran sapi

Jenis Gas Volume (%)

(28)

mengurangi jumlah pupuk organik yang bersumber dari kotoran ternak. Hal ini karena pada pembuatan biogas, kotoran ternak yang sudah diproses dikembalikan ke kondisi semula karena yang diambil hanya gas metana yang digunakan sebagai bahan bakar sedangkan ampas biogasnya dapat dijadikan pupuk organik. Nilai kesetaraan biogas dengan bahan bakar lain dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut : Tabel 2.2 Nilai kesetaraan biogas dibandingkan dengan bahan bakar lain

No Jenis Energi Kesetaraan dengan 1m3 Biogas

1. Elpiji 0,46 Kg

Keuntungan yang diperoleh dari pemanfaatan kotoran ternak menjadi biogas (Setiawan 1998) :

1. Biogas yang dihasilkan diharapkan dapat mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap penggunaan bahan bakar minyak yang jumlahnya terbatas dan harganya cukup mahal.

2. Jika diterapkan oleh masyarakat disekitar hutan yang banyak menggunakan kayu sebagai bahan bakar, diharapkan dapat mengurangi penebangan kayu sehingga kelestarian hutan lebih terjaga.

3. Teknologi ini dapat mengurangi pencemaran lingkungan karena kotoran yang semula hanya mencemari lingkungan digunakan untuk sesuatu yang bermanfaat, dengan demikian kebersihan lebih terjaga.

4. Ampas biogas (sludge) selain menghasilkan energi, juga dapat digunakan sebagai pupuk yang baik.

2.6 Penelitian Terdahulu

(29)

Penelitian terdahulu lainnya yang mejadi referensi dalam penelitian ini adalah mengenai “Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pengambilan Keputusan Penggunaan Biogas di Desa Haurngombong, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang” oleh Maulanasari (2010). Hasil dari penelitian tersebut adalah besar keluarga, pengetahuan istri mengenai biogas dan jumlah akses informasi berpengaruh signifikan terhadap pengambilan keputusan penggunaan biogas. Penelitian Hermawati (2012) mengenai “Analisis Dampak Ekonomi, Sosial dan Lingkungan dari Pemanfaatan Limbah Ternak Sapi Perah: Studi Kasus di Desa Haurngombong, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat”. Hasil penelitian bahwa, faktor-faktor yang signifikan mempengaruhi peternak dalam pemanfaatan biogas yaitu jenis kelamin, lama berusahaternak, dan tingkat pengetahuan peternak mengenai biogas. Hal tersebut terjadi dikarenakan mayoritas peternak yang memanfaatkan biogas di Desa Haurngombong merupakan peternak pria yang telah lama berusahaternak serta memiliki pengetahuan mengenai biogas

Penelitian lainnya adalah penelitian berjudul“Analisis Pendapatan dan Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Limbah Ternak Sapi Perah di Kampung Areng, Desa Cibodas, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat” oleh Pajarwati (2014). Peneliti membagi peternak menjadi dua tipe yaitu tipe I yaitu peternak yang memanfaatkan limbah menjadi biogas dan tipe II yaitu peternak yang tidak memanfaatkan limbah menjadi biogas. Hasil analisis tingkat pendapatan menunjukkan bahwa pendapatanusahaternak sapi perah tipe I lebih besar dibandingkan usahaternak sapiperah tipe II. Rata-rata selisih pendapatan atas biaya total diantara keduajenis usahaternak tersebut sebesar Rp 146.273 per bulan untuk setiap satuanternak. Rata-rata nilai R/C rasio yang dihasilkan dari usahaternak sapiperah tipe I dan usahaternak sapi perah tipe II masing-masing sebesar 1,25 dan 1,14 yang nilainya lebih besar dari satu, sehingga usahaternakmenguntungkan.

(30)
(31)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Kegiatan produksi dan konsumsi dari kegiatan usahaternak sapi menghasilkan limbah ternak yang dapat menimbulkan eksternalitas. Limbah yang dihasilkan dari usahaternak sapi perah berupa limbah padat dan limbah cair. Pemanfaatan dan pengelolaan limbah ternak dilakukan sebagai upaya mengatasi eksternalitas tersebut. Pengelolaan limbah usahaternak sapi perah di Kampung Areng menggolongkan usahaternak sapi perah menjadi 2 jenis, yaitu usahaternak sapiperah tipe I dan usahaternak sapi perah tipe II. Usahaternak sapi perah tipe I adalah kegiatan usaha peternakan yang telah memanfaatkan limbah ternakmenjadi biogas, sedangkan usahaternak sapi perah tipe II sebaliknya, yaitu usahaternak yang tidak memanfaatkan limbah kotoran ternak menjadi biogas. Peternak tipe I dan tipe II tersebut yang akan menjadi responden dalam penelitian ini. Pemilihan responden tersebut bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai dampak yang dirasakan baik secara langsung maupun tidak langsung. Perbedaan pengelolaan tersebut berdampak pada pendapatan, pengeluaran rumah tangga peternak, kondisi sosial, dan lingkungan di sekitar lokasi usahaternak sebelum dan setelah adanya upaya pengelolaan limbah tersebut.

(32)

Gambar 3.1 Skema Kerangka Pemikiran Operasional

Ekonomi Sosial Lingkungan Ekonomi Sosial Lingkungan

(33)

IV.

METODE PENELITIAN

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di Kampung Areng, Desa Cibodas, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa kawasan tersebut memiliki potensi usahaternak sapi perah dengan pemanfaatan limbah kotoran ternak sapi sebagai pupuk, biogas, dan penghasil listrik. Pengambilan data primer dilaksanakan pada bulan Februari 2015, dalam kurun waktu tersebut peneliti melakukan pengumpulan data dan observasi secara langsung untuk menjawab tujuan penelitian.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperolah melalui observasi lapang dan wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner kepada responden yang merupakan peternak sapi perah tipe I dan peternak sapi perah tipe II. Data tersebut mencakup karakteristik responden dan data meliputi biaya dan manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan responden dalam usahaternak dan pemanfaatan limbah kotoran ternak menjadi biogas. Data sekunder diperoleh melalui studi literatur dan data dari Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bandung Barat, Kecamatan Lembang dan Desa Cibodas.

4.3 Metode Pengambilan Contoh Responden

Pengambilan contoh pada responden menggunakan teknik cluster random sampling. Metode ini digunakan terhadap sampling unit (individu) dimana sampling unitnya berada dalam satu kelompok (cluster) yang dalam penelitian ini terbagi menjadi usahaternak tipe I dan usahaternak tipe II. Responden yang dipilih dalam penelitian ini adalah peternak yang tergabung pada kelompok ternak Mekar Saluyu dan Bakti Saluyu yang menjadi anggota KPSBU (Koperasi Peternak Susu Bandung Utara). Peternak tipe I merupakan peternak yang sudah memanfaatkan limbah ternak menjadi biogas dengan kepemilikan instalasi biogas yang berasal dari subsidi pemerintah dan peternak tipe II adalah peternak yang belum memanfaatkan limbah ternak menjadi biogas. Jumlah minimum responden ditentukan berdasarkan syarat minimum untuk pengolahan data sehingga data menyebar normal secara statistik dan hasil yang diperoleh memiliki tingkat validitas yang tinggi. Jumlah responden yang diwawancarai sebanyak 83 responden dengan jumlah responden pada usahaternak sapi perah tipe I sebanyak 49 responden, dan responden pada usahaternak tipe II sebanyak 34 resonden.

(34)

4.4 Metode Analisis Data

Data dan informasi yang diperoleh diolah dengan bantuan komputer. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Penelitan ini menggunakan analisis secara kualitatif dan kuantitatif. Data primer diperolah melalui observasi lapang dan wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner kepada responden yang merupakan peternak sapi perah biogas dan peternak non biogas. Data sekunder diperoleh melalui studi literatur, data dari Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bandung Barat, Kecamatan Lembang dan Desa Cibodas. Metode kuantitatif digunakan untuk menganalisis pendapatan usahaternak dari segi penerimaan dan biaya serta pengeluaran energi responden dengan program microsoft excel 2007. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan dalam mengelola limbah ternak sapi perah menjadi biogas diolah dengan metode analisis regresi linear logistik menggunakan program SPSS 22. Metode kualitatif dengan analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis persepsi dan dampak sosial lingkungan dari pemanfaatan limbah ternak sapi perah.

Analisis dampak sosial dan lingkungan pada penelitian ini tidak hanya dianalisis berdasarkan data hasil kuesioner dan data sekunder yang terkait, tetapi peneliti melakukan observasi langsung secara objektif di lokasi penelitian. Matriks metode analisis data dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Matriks metode analisis data

No. Tujuan Sumber Data Metode Analisis

(35)

4.4.1 Analisis Persepsi Responden

Analisis persepsi terhadap responden dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif dengan wawancara secara langsung kepada peternak menggunakan kuesioner. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui persepsi peternak dalam pemanfaatan limbah ternak yang menghasilkan produk sampingan bernilai ekonomi, serta persepsi peternak terhadap penggunaan biogas sebagai pengganti bahan bakar minyak.

4.4.2 Identifikasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Peternak Memanfaatkan Limbah ternak Menjadi Biogas

4.4.2.1 Model Regresi Logistik

Uji regresi logistik merupakan uji binomial dengan dua kategori variabel terikat atau variabel dependen. Penggunaan model logit dalam penelitian ini dikarenakan variabel terikat atau variabel dependen memiliki dua pilihan (binnary logisticregression) yaitu bernilai 0 jika peternak memanfaatkan biogas, dan bernilai 1 jika peternak tidak memanfaatkan biogas, sehingga tepat untuk menggunakan analisis regresi logit untuk menjawab tujuan penelitain mengenai faktor-faktor yang memengaruhi peternak untuk memanfaatkan biogas. Model regresi logistik diturunkan berdasarkan fungsi peluang variabel kumulatif yang dispesifikasikan sebagai berikut (Juanda 2009) :

Pi = F (Zi)=F( + i)= = (1)

Dari persamaan di atas dapat dikembangkanmodellogit sebagai berikut:

Pi = P(Xi) = (2)

Dimana:

Pi = Peluang individu dalam mengambil suatu keputusan (probabilitas) Xi = Variabel bebas

= Intersep

= Koefisien regresi

e =Bilangan dasar logaritma natural (e=2,718) Zi = + Xi (variabel acak yang menyebar normal)

Berdasarkan persamaan 2 di atas, maka terdapat dua probabilitas atau peluang. P(i) adalah peluang peternak memanfaatkan limbah ternak menjadi biogas, sedangkan 1-Pi adalah peluang peternak tidak memanfaatkan limbah ternak menjadi biogas, dirumuskan sebagai berikut:

(36)

dummyjenis kelamin (X8). Berdasarkan faktor-faktor yang diduga mempengaruhi keputusan peternak, maka model logit dapat dirumuskan sebagai berikut :

Li = ln ( ) = Zi = + 1X1+ 2X2+ 3X3+ 4X4+ 5X5+ 6X6+ 7X7 (4) Dimana :

Li = Persamaan Logaritma

Pi = Peluang individu dalam mengambil keputusan memanfaatkan limbah ternak menjadi biogas

(1-Pi) = Peluang individu dalam mengambil keputusan memanfaatkan limbah ternak tidak menjadi biogas

X4 = Jumlah tanggungan keluarga X5 = Konsumsi gas elpiji

X6 = Keikutsertaan kelompok ternak

X7 = Dummy jenis kelamin (laki-laki = 1, perempuan = 0)

Hipotesis dari faktor-faktor yang diduga mempengaruhi keputusan peternak dalam memanfaatkan limbah ternak menjadi biogas adalah sebagai berikut:

1. Lama Usahaternak

Lama usahaternak diharapkan bernilai positif, semakin lama peternak menjalankan usahaternaknya maka semakin baik pula peternak dalam mengelola limbah ternaknya.

2. Jumlah Ternak

Jumlah ternak yang dimiliki peternak diharapkan bernilai positif, semakin banyak ternak yang dimiliki peternak maka semakin banyak pula limbah yang dihasilkan dan potensi pengembangan biogas semakin tinggi. 3. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan diharapkan bernilai positif, semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin mudah untuk memahami adanya manfaat dari pengolahan limbah menjadi biogas baik manfaat ekonomi maupun manfaat bagi lingkungan.

4. Jumlah Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan keluarga diharapkan positif, semakin banyak anggota keluarga akan menyebabkan semakin tinggi kebutuhan energi maka pemanfaatan limbah ternak sebagai energi alternatif semakin tinggi.

5. Konsumsi Gas Elpiji

Konsumsi gas elpiji diharapkan berpengaruh positif, sebelum penggunaan biogas peternak harus mengeluarkan uang lebih untuk pembelian gas elpiji. Adanya pemanfaatan limbah ternak menjadi biogas dapat mengurangi pengeluaran peternak.

(37)

Keikutsertaan kelompok ternak diharapkan bernilai positif, masuknya peternak menjadi anggota kelompok ternak akan mempermudah peternak dalam menerima informasi tentang pemanfaatan limbah menjadi biogas. Keikutsertaan kelompok ternak ini merupakan variabeldengan “X7 = 1” jika

peternak merupakan anggota kelompok peternak sedangkan “X7 = 0“, jika peternak bukan anggota kelompok peternak.

7. Dummy Jenis Kelamin

Jenis kelamin peternak diharapkan berpengaruh positif, proses pengolahan limbah ternak menjadi biogas merupakan pekerjaan yang cukup berat sehingga harus dilakukan oleh peternak laki-laki. Nilai dummy pria= “1”

dan wanita =”0”

4.4.2.2Pengujian Model Regresi Logistik

a. Uji Likelihood Ratio

Setelah dugaan model linear logistik diperoleh, selanjutnya menguji apakah model logit tersebut secara keseluruhan dapat menjelaskan keputusan kualitatif (Hosmer dan Lemeshow 1989). Hipotesis statistik yang diuji dalam hal ini adalah:

H0: β1= β2= β3=…= βk = 0 (model tidak dapat menjelaskan) H1: minimal ada βi ≠ 0, i = 1,2,3,…k (model dapat menjelaskan)

Statistik uji yang digunakan adalah statistik uji-G yaitu uji rasio kemungkinan (likelihood ratio test) yang digunakan untuk menguji peranan variabel bebas dalam model secara bersamaan. Statistik uji G dibawah ini menyebar menurut sebaran khi-kuadrat dengan derajat bebas (k-1).Statistik uji-G

mengikuti sebaran χ2

dengan derajat bebas p. Kaidah keputusan yang diambil yaitu menolak H0 jika G > χ2p( ) (Hosmer dan Lemeshow 1989). Rumus umum untuk uji-G adalah :

G = -2 ln

[

(5)

Dimana :

L0 = Likelihood tanpa variable bebas L1= Likelihood dengan variable bebas b. Uji Wald

Pengujian faktor mana ( ≠ 0) yang berpengaruh nyata terhadap pilihannya perlu dilakukan uji statistik lebih lanjut. Pengujian signifikansi dari parameter koefisien secara parsial dengan statistik uji Wald yang serupa dengan statistik uji-t atau uji-Z dalam regresi linear biasa (Juanda 2009). Penggunaan uji terhadap komponen pengujian merupakan langkah untuk mendapatkan hasil penelitian yang memiliki tingkat validitas yang tinggi. Hipotesis statistik yang diuji adalah:

H0 : βi= 0 untuk 1,2,3,…k (peubah Xi tidak berpengaruh nyata)

(38)

Statistik uji yang digunakan adalah:

W = (6)

Dimana :

= Koefisien regresi

se = Standard error of (galat kesalahan dari ) c. Uji Odds Ratio

Odds Ratio merupakan rasio peluang terjadi pilihan ya (1) terhadap peluang terjadi pilihan tidak (0) dari variabel respons. Secara sistematis dapat dituliskan sebagai berikut:

Odds Ratio = (7)

Di mana :

Pi = Peluang kejadian yang terjadi 1- Pi = Peluang kejadian yang tidak terjadi 4.4.3 Analisis Pendapatan

Analisis pendapatan usahaternak digunakan untuk menggambarkan faktor keuntungan usaha saat ini. Pendapatan dapat didefinisikan sebagai selisih antara penerimaan total dengan biaya total, atau dapat dirumuskan sebagai berikut:

Dimana :

π = Pendapatan usahaternak sapi perah (Rp)

TR = Penerimaan total usahaternak sapi perah (Rp) TC = Biaya total usahaternak sapi perah (Rp)

Penerimaan usahaternak adalah perkalian antara produksi yang diporoleh (Y) dengan harga jual (Py). Total penerimaan usahaternak sapi perah per bulan dibedakan menjadi dua bagian yaitu tunai dan non tunai. Penerimaan usahaternak dapat dirumuskan sebagai berikut :

TR = Dimana:

TR = Total Penerimaan Y = Produksi yang diperoleh Py = Harga Jual

Aplikasi dari rumus diatas juka digunakan dalam penelitian ini maka persamaan menjadi :

TR = TRtunai + TRnon tunai

(39)

Dimana:

TRtunai = Penerimaan yang diperoleh peternak secara tunai TRnontunai = Penerimaan yang tidak diperhitungkan

Y1Py1 = Perkalian antara jumlah susu yang dijual (liter) dengan harga jual yang berlaku (Rp/liter)

Y2Py2 = Perkalian antara jumlah pupuk yang dijual (kg) dengan harga jual yang berlaku (Rp/kg)

Y3Py3 = Perkalian antara jumlah kotoran yang dijual (kg) dengan harga jual yang berlaku (Rp/kg)

Y4Py4 = Perkalian antara jumlah susu yang dikonsumsi keluarga (liter) dengan harga jual yang berlaku (Rp/liter)

Y5Py5 = Perkalian antara jumlah pupuk yang digunakan untuk lahan pertanian sendiri dengan harga jual yang berlaku (Rp/kg)

Y6Py6 = Manfaat dari penggunaan biogas yang dikonversi dari jumlah penghematan pengeluaran energi peternak setelah melakukan pemanfaatan biogas untuk keperluan memasak.

Total penerimaan usahaternak dalam penelitian ini dikonversikan dalam jangka waktu satu bulan (penerimaan usahaternak perbulan). Identifikasi dan perhitungan dari total penerimaan dan total biaya digunakan untuk melihat pendapatan yang diperoleh peternak dalam kurun waktu satu bulan.

Biaya yang digunakan dalam usaha ternak sapi perah juga dibedakan atas biaya tunai dan non tunai. Biaya tunai meliputi biaya pakan (ampas singkong dan konsentrat), listrik kandang, air, dan iuran wajib anggota. Biaya non tunai meliputi biaya penyusutan (kandang dan peralatan) dan biaya tenaga kerja keluarga. Biaya penyusutan merupakan nilai beli suatu benda investasi atau peralatan dikurangi nilai sisa kemudian dibagi dengan lamanya benda investasi atau peralatan dipakai (umur ekonomis). Biaya penyusutan dalam penelitian ini dihitung dengan metode garis lurus, yaitu diasumsikan nilai sisa nol. Rumus biaya penyusutan adalah :

Biaya Penyusutan =

Analisis pendapatan usahaternak muncul akibat adanya pemanfaatan limbah kotoran ternak sapi yang berbeda diantara peternak sapi di Kampung Areng. Analisis pendapatan tersebut dapat dilihat manfaat ekonomi pemanfaatan limbah ternak sapi menjadi biogas dengan melihat margin atau perbedaan tingkat pendapatan yang diterima oleh masing-masing usahaternak sehingga dapat diperoleh share (%) manfaat limbah ternak sapi terhadap total pendapatan usahaternak sapi tersebut.

4.4.4 Analisis Konsumsi Energi

(40)

dari adanya pemanfaatan limbah ternak sapiperah menjadi biogas dilakukan melalui studi komparatif pada usahaternak sapiperah tipe I dengan membandingkan konsumsi energi sebelum dan setelahpenggunaan biogas.

ΔC = C0 - C1 dimana :

ΔC = Penghematan biaya konsumsi energi

C0= Total biaya energi responden sebelum penggunaan biogas C1= Total biaya energi responden setelah penggunaan biogas

4.4.5 Analisis Dampak Sosial dan Lingkungan dari Pemanfaatan Limbah

Ternak Sapi perah

Dampak sosial dalam penelitian ini dianalisis berdasarkan data hasil kuesioner dan wawancara responden mengenai perubahan kondisi sosial dan lingkungan di sekitar usahaternak pada saat sebelum dan setelah dilakukanya pemanfaatan limbah ternak sapi perah di Kampung Areng. Parameter yang digunakan untuk menganalisis dampak sosial pemanfaatan limbah dibedakan atas perubahan perilaku peternak dan non peternak yang dianalisis secara deskriptif.

(41)

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5.1 Kondisi Umum Desa Cibodas

Kondisi umum Desa Cibodas dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu letak geografi dan topografi, keadaan lahan dan jenis penggunaannya, serta potensi sumberdaya manusia dan mata pencaharian.

5.1.1 Letak geografi dan topografi

Wilayah penelitian merupakan bagian dari Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Desa Cibodas berjarak 8 Km dari pusat Kecamatan Lembang. Luas Desa Cibodas mencapai 1.273,44 ha.Batas wilayah Desa Cibodas secara geografis adalah sebagai berikut :

Sebelah utara : Desa Wangunharja, Kecamatan Lembang Sebelah selatan : Desa Cimenyan, Kecamatan Cimenyan Sebelah timur : Desa Suntenjaya, Kecamatan Lembang Sebelah barat : Desa Lengansari, Kecamatan Lembang

Secara topografi, Desa Cibodas merupakan dataran tinggi dengan ketinggian 1.260 meter di atas permukaan laut (mdpl). Curah hujan rata-rata 177,55 mm per tahun dengan suhu rata-rata harian 190C sampai 220C.

5.1.2 Keadaan Lahan dan Jenis Penggunaannya

Desa Cibodas terletak diwilayah yang berbukit-bukit serta dikelilingi oleh hutan lindung. Kondisi tanah yang subur berwarna hitam dan tekstur tanah bersifat debuan. Luas lahan menurut penggunaannya dapat dilihat pada Tabel 5.1. Tabel 5.1 Luas lahan Desa Cibodas menurut penggunaannya

Jenis Penggunaan Luas Lahan (ha)

Pemukiman 113,5

Pertanian 637,74

Hutan lindung 351

Pemakaman 0,9

Pekarangan 130

Taman 1

Perkantoran 0,5

Prasarana umum lainnya 36,5

Total luas desa 1.273,44

Sumber : Laporan Profil Desa Cibodas (2013)

(42)

5.1.3 Potensi Sumberdaya Manusia dan Mata Pencaharian

Jumlah total penduduk di Desa Cibodas tahun 2013 sebanyak 10.425 orang dengan jumlah penduduk laki-laki yang lebih banyak yaitu 5.256 orang dibandingkan perempuan yang berjumlah 5.169 orang. Jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 3.374 KK. Mata pencaharian penduduk di Desa Cibodas beraneka ragam, namun pada umumnya bekerja sebagai petani dan buruh tani. Potensi penduduk berdasarkan mata pencaharian tahun 2013 dapat dilihat dalam Tabel 5.2. Tabel 5.2 Potensi penduduk berdasarkan mata pencaharian di Desa Cibodas

Jenis Pekerjaan Laki-laki (orang) Perempuan (orang)

Petani 553 44

Buruh tani 789 299

Buruh migran 2 9

Pegawai Negeri Sipil 37 23

Pengrajin industri rumah tangga 3 6

Pedagang keliling 39 14

Peternak 497 17

Montir 23 -

Dokter Swasta 1 -

Pembantu rumah tangga 7 18

TNI 3 -

POLRI 1 -

Pensiunan PNS/TNI/POLRI 29 4

Pengusaha kecil dan menengah 51 33

Pengusaha besar 13 2

Arsitek 1 -

Seniman 6 -

Sumber : Laporan Profil Desa Cibodas (2013)

Berdasarkan tabel di atas dapat terlihat bahwa luas lahan pertanian berbanding lurus dengan potensi sumber daya manusianya. Luas lahan pertanian yang besar menjadikan mayoritas masyarakat di Desa Cibodas bermatapencaharian sebagai petani dan buruh tani.

5.2 Karakteristik Umum Responden

(43)

Tabel 5.3 Karakteristik responden peternak di Kampung Areng

Sumber : Data Primer (diolah), 2015

5.2.1 Jenis Kelamin dan Usia

(44)

dengan jarak yang cukup jauh dan memikul rumput dengan beban yang cukup berat sekitar 20 kg.

5.2.2 Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan responden di Kampung Areng Desa Cibodas masih tergolong rendah.Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 12 responden (14,46%) tidak tamat SD. Mayoritas responden memiliki pendidikan terakhir pada tingkat Sekolah Dasar (SD) sebanyak 55 responden (66,27%). Peternak yang menyelesaikan pendidikan hingga tingkat SMP sebanyak 13 responden (15,66%). Pendidikan tertinggi reponden hanya sampai tingkat SMA sebanyak 3 responden (3,61%). Semakin tinggi tingkat pendidikan, diharapkan akan berpengaruh pada tingkat penyerapan informasi dan penggunaan teknologi untuk meningkatkan produktivitas peternakan.

5.2.3 Status Kepemilikan Ternak

Peternak di Kampung Areng Desa Cibodas umumnya memiliki ternak dengan status kepemilikan sendiri sebanyak 63 responden (75,90%) dan sebanyak 20 responden (24,10%) dengan kepemilikan gabungan atau sistem paro. Kepemilikan ternak dengan sistem gabungan atau maro memiliki sistem pembagian, baik dalam hal biaya maupun penerimaan antara pemilik ternak dan pemelihara ternak yang disepakati oleh kedua belah pihak.

5.2.4 Jumlah Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan keluarga merupakan salah satu karakteristik responden yang ditentukan dari banyaknya jumlah anggota keluarga yang terdiri dari istri, anak, dan anggota keluarga lain yang tinggal bersama di dalam satu rumah. Berdasarkan data hasil kuesioner penelitian, responden memiliki jumlah tanggungan keluarga berkisar antara 1-5 orang sebanyak 48 responden (57,83%) dan sisanya sebanyak 35 responden (42,17%) memiliki tanggungan kurang dari 3 orang. Hal ini menunjukan kondisi rumahtangga responden dengan beban pembiayaan kehidupan sehari-hari rendah hingga sedang sebanding dengan pendapatan yang diperoleh.

5.2.5 Lama Usahaternak Responden

Peternak di Kampung Areng Desa Cibodas mayoritas telah beternak selama 11 hingga 20 tahun sebanyak 39 peternak (46,99%). Responden yang beternak kurang dari 5 tahun sebanyak 10 peternak (12,05%), lama beternak 5 sampai 10 tahun sebanyak 31 peternak (37,35%), dan sisanya 3 peternak (3,61%) telah beternak lebih dari 20 tahun. Pada umumnya adalah peternak muda yang baru memulai usahaternak. Usahaternak yang ada di Kampung Areng merupakan usahaternak yang telah dijalankan secara turun temurun, sehingga pengalaman usahaternak responden diperoleh sejak membantu orangtua maupun keluarga yang memiliki usahaternak.

5.2.6 Jumlah KepemilikanTernak

(45)

ekor, dan hanya 4 responden (4,82%) memiliki ternak >7 ekor. Kepemilikan jumlah ternak responden yang kurang dari 10 ekor menunjukkan bahwa jenis usaha yang dijalankan oleh responden merupakan jenis usahaternak rakyat.

5.3 Kondisi Usahaternak Sapi Perah di Kampung Areng Desa Cibodas

Mata pencaharian penduduk di Desa Cibodas beraneka ragam, namun pada umumnya bekerja sebagai petani dan buruh tani. Selain di sektor pertanian, penduduk di Desa Cibodas juga mayoritas bekerja di sektor peternakan. Jumlah peternak di Desa Cibodas sebanyak 514 peternak. Usahaternak sapi perah di Kampung Areng merupakan usahaternak sapi perah rakyat dengan kepemilikan sapi 1-4 ekor per peternak. Peternak-peternak di Kampung Areng terbagi ke dalam dua kelompok ternak yaitu Mekar Saluyu dan Bakti Saluyu serta satu perusahaan Agropurna. Kelompok ternak Mekar Saluyu merupakan pemekaran dari kelompok ternak Bakti Saluyu. Kelompok Ternak Bakti Saluyu berdiri pada tahun 1999, kemudian pada tahun 2004 dilakukan pemekaran karena jumlah anggota terlalu banyak. Saat ini jumlah anggota di kelompok Mekar Saluyu berjumlah 71 orang dengan kepemilikan sapi rata-rata sebanyak 1-3 ekor per peternak. Jumlah anggota di kelompok Bakti Saluyu sebanyak 33 orang sedangkan di perusahaan Agropurna mandiri sebanyak 11 orang.

Keberhasilan perkembangan usahaternak sapi perah di Kampung Areng Desa Cibodas didukung dari tercukupinya pakan hijauan/rumput ternak yang tersedia cukup melimpah. Peternak menanam sendiri rumput di lahan miliknya sendiri atau di lahan milik perhutani yang bekerja sama dengan KPSBU (Koperasi Peternak Susu Bandung Utara) dengan sistem bagi hasil, karena mayoritas peternak di kampung Areng merupakan anggota KPSBU.

5.4 Perkembangan Biogas di Kampung Areng

(46)

Pada akhir tahun 2011, Pemerintah Provinsi Jawa Barat memberikan bantuan instalasi biogas berukuran 4 m3 dengan jenis reaktor fix dome sebanyak 200 reaktor biogas ke Desa Cibodas dan sebanyak 80 reaktor diberikan kepada peternak di Kampung Areng. Bantuan yang diberikan pemerintah pun termasuk seperangkat alat penunjang instalasi biogas seperti pipa paralon, kran instalasi pemasangan, dan kompor biogas. Bahan bangunan yang diperlukan untuk membuat digester seperti pasir, semen, batu kali, batu koral, bata merah, besi konstruksi, dan cat. Pembangunan biogas di Kampung Areng dilakukan secara gotong royong antar peternak yang diawasi oleh tukang pasang biogas. Peternak yang mendapatkan bantuan instalasi biogas dari pemerintah terbatas hanya kepada peternak yang tergabung dalam kelompok ternak Mekar Saluyu dan Bakti Saluyu. Selain harus tergabung kedalam kelompok ternak, peternak pun harus memiliki lahan yang cukup luas untuk membangun instalasi biogas. Lahan yang diperlukan untuk membangun instalasi biogas sekitar 16 m2. Lokasi yang akan dibangun sebaiknya dekat dengan kandang sehingga kotoran ternak dapat langsung disalurkan ke dalam digester.

Pemanfaatan biogas di Kampung Areng pada umumnya hanya digunakan untuk gas kompor, sedangkan ampasnya digunakan untuk pupuk organik dan media cacing tanah. Pupuk organik yang sudah dikeringkan dapat digunakan sendiri oleh peternak untuk memupuk kebun rumput dan lahan pertaniannya atau dijual kepada pengumpul atau petani lain dengan harga Rp 8.000 per karung. Ampas biogas juga dapat dijadikan pupuk dengan media cacing tanah. Harga jual pupuk dengan media ini dijual dengan harga yang lebih tinggi yaitu Rp 15.000 per karung, karena teksturnya yang lebih halus dibandingkan pupuk organik biasa.

Berdasarkan hasil wawancara dan survei langsung kepada responden, hampir semua responden hanya memanfaatkan biogas untuk gas kompor, sedangkan pemanfaatan biogas untuk penerangan masih sangat sedikit dan belum meluas. Kendala dari belum termanfaatkannya biogas sebagai penerangan adalah karena reaktor biogas sebagian besar berukuran 4 m3 belum mencukupi untuk menghasilkan penerangan. Responden yang diwawancarai hanya 1 orang yang menggunakan biogas sebagai penerangan itu pun karena ukuran reaktor yang lebih besar, namun lampu tersebut hanya sebagai penerangan cadangan apabila mati lampu dan belum bisa menggantikan listrik dari PLN.

5.5 Proses Produksi Biogas

Komponen utama instalasi biogas adalah digester (reaktor) tempat menampung dan tempat memfermentasi bahan organik menjadi gas metan. Jenis digester yang paling banyak digunakan adalah model continuous fedding dimana pengisian bahan organiknya dilakukan setiap hari dalam jumlah tertentu. Pada pengisian awal digester diisi penuh, lalu ditunggu sampai biogas berproduksi. Setelah berproduksi, pengisian bahan organik dilakukan secara kontinu setiap hari dengan jumlah tertentu.

(47)

Proses produksi biogas di Kampung Areng :

1. Tahapan pertama, masukan kotoran ternak kedalam bak pengisian (inlet) lalu ditambahkan air dengan perbandingan 1 : 1. Kotoran ternak yang di gunakan untuk mengisi biogas sebanyak 2 ember ukuran 25 kg dan di campur dengan 2 ember air ukuran yang sama lalu aduk hingga menjadi bentuk lumpur kotoran sapi untuk memudahkan proses pemasukannya ke dalam digester. 2. Tahapan kedua, alirkan lumpur ke dalam tabung digester melalui lubang

pemasukan. Pada pengisian biogas pertama, kran gas yang ada di atas digester dibuka agar pemasukan lebih mudah dan udara yang ada di dalam digester terdesak keluar. Udara yang pertama kali terbentuk harus dibuang karena didominasi CO2 yang jika dibakar maka akan meledak. Pada pengisian pertama ini masukkan bahan baku ke dalam digester sampai penuh, lalu kran pengatur gas yang ada di puncak kubah ditutup dan biarkan digester memulai proses fermentasi.

3. Tahapan ketiga, pada hari ke-14 gas sudah mulai terbentuk dan sudah bisa digunakan untuk menyalakan kompor.Setelah proses tersebut pengisian kotoran ternak ke digester secara rutin setiap hari dengan jumlah sekitar 2 ember kotoran ternak atau tergantung kapasitas reaktor biogas. Gas yang dihasilkan di salurkan melalui pipa paralon yang langsung terhubung pada kompor biogas.

4. Tahapan selanjutnya, sisa pengolahan bahan biogas berupa sludge secara otomatis akan keluar dari lubang pengeluaran (outlet) setiap kali dilakukan pengisian bahan biogas. Sisa hasil pengolahan bahan biogas tersebut dapat digunakan sebagai pupuk kandang/pupuk organik, baik pupuk organik padat maupun pupuk organik cair.

Ampas biogas (sludge) selain dijadikan pupuk organik padat dan cair, juga dapat dijadikan pupuk dengan media cacing tanah yang memiliki nilai ekonomi cukup tinggi. Komponen penting untuk mengoperasikan biogas adalah kompor. Berikutini adalah cara mengoperasian kompor biogas (Pajarwati 2014) :

a. Membuka sedikit kran gas yang ada pada kompor (memutar ke sebelah kiri). b. Menyalakan korek api dan sulut tepat diatas tungku kompor.

c. Apabila menginginkan api yang lebih besar, kran gas dapat dibuka lebih besarlagi, demikian pula sebaliknya. Api dapat diatur sesuai dengan kebutuhan dankeinginan kita.

Perimbangan gas dan udara harus diatur dalam jumlah yang tepat sehinggabiogas akan terbakar dengan baik yang ditandai dengan nyala api berwarna biru.Jika api berubah warna menjadi kuning, mengindikasikan bahwa ruangpembakaran tersumbat dan perlu pembersihan. Jarak rumah ke tempat instalasi biogas sekurang-kurangnya 10 meter dan terpisah dari tempat memasak dan sumber air, sehingga limbah ikutannya tidak mencapai sumber air bersih dan tidak mencemari kehidupan keluarga dan tempat pengolahan pangan ketika memasukkan limbah tanaman dan kotoran ternak serta bahan organik ke unit biogas. Penempatan unit biogas jangan terlalu jauh dari rumah, supaya tidak mengeluarkan biaya yang lebih banyak untuk membeli pipa yang lebih panjang.

(48)

a) Harus mengaduk dan memasukkan kotoran ke dalam digester jika api gas sudah kurang (produksi gas metana oleh bakteri berkurang karena pasokan kotoran ternak sebagai pembentuk gas metan berkurang).

b) Api yang dihasilkan dari biogas terkadang tidak mencukupi kebutuhan gas untuk memasak dan lain-lain, sehingga ada beberapa peternak yang masih menggunakan gas elpiji selain biogas.

c) Biaya pembuatan instalasi biogas (digester, dan perlengkapan lainnya) yang cukup mahal.

(49)

VI.

HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1Persepsi Responden terhadap Pemanfaatan Limbah Ternak Sapi Perah

Populasi ternak sapi perah di Kampung Areng yang cukup tinggi menyebabkan semakin banyaknya limbah ternak yang dihasilkan. Pemanfaatan limbah ternak yang dilakukan oleh peternak awalnya hanya diolah menjadi pupuk untuk pertanian sebelum adanya sosialisasi dari pemerintah Provinsi Jawa Barat mengenai biogas. Pada umumnya peternak belum memahami dengan baik apa itu biogas terutama mengenai proses kotoran sapi perah dapat menghasilkan gas untuk bahan bakar. Pada tahun 2011, pemerintah memberikan bantuan reaktor biogas kepada peternak di Kampung Areng sehingga peternak dapat langsung praktik mengolah limbah ternaknya menjadi biogas. Hermawati (2012) menyatakan bahwa Persepsi peternak mengenai pemanfaatan limbah ternak merupakan langkah awal untuk mengidentifikasi ada tidaknya dampak ekonomi, social, dan lingkungan yang ditimbulkan dari usahaternak biogas dan non biogas.

Persepsi responden mengenai pemanfaatan limbah ternak menjadi biodas dilihat dari pengetahuan responden mengenai definisi biogas dan manfaat biogas. Sebanyak 83 responden (100%) mengetahui definisi biogas dengan baik. Seluruh responden menyatakan bahwa pemanfaatan limbah ternak penting untuk dilakukan karena sebelum adanya teknologi biogas, limbah ternak hanya dibuang atau ditimbun dan tidak dimanfaatkan sehingga menimbulkan pecemaran baik tanah, air maupun udara. Peternak di Kampung Areng sebanyak 72 responden (86,75%) hanya mengetahui bahwa biogas dihasilkan dari limbah ternak saja, sedangkan 11 responden (13,25%) mengetahui bahwa biogas dapat dihasilkan dari sampah organik sisa sayur dan buah.

(50)

Tabel 6.1 Persepsi responden terhadap pemanfaatan limbah ternak menjadi biogas

No Pertanyaan Peternak Biogas

Peternak

non-2 Selain dari kotoran sapi biogas dapat dihasilkan dari

Gambar

Tabel 1.1 Populasi berbagai ternak (ribu ekor) di Indonesia tahun 2014
Tabel 1.2 Populasi peternakan sapi menurut kabupaten di Jawa Barat tahun 2013.
Tabel 2.1 Komposisi gas (%) dalam biogas yang berasal dari kotoran sapi
Tabel 2.2 Nilai kesetaraan biogas dibandingkan dengan bahan bakar lain
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

Model Siklus Belajar 5e Berbasis Konflik Kognitif Pada Materi Suhu Dan Kalor Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA.. Universitas

Suatu website agar dapat digunakan dengan nyaman selain informasi yang akurat juga harus dapat menyajikan suatu tampilan yang menarik, karena user biasanya lebih memilih suatu

Progress in practice: Using concepts from motivational and self- regulated learning research to improve chemistry instruction.. San

Dalam pembahasan masalah ini yang akan dibahas adalah mengenai cara pembuatan dari mulai menentukan struktur navigasi, membuat peta navigasi, membuat disain antarmuka,

Borland delphi 5.0 sebagai bahasa visual yang mempunyai kemampuan yang lebih dibandingkan dengan bahasa visual yang lain, dapat memberikan bahkan memudahkan kita dalam membuat

[r]