• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rencana Bisnis Pengembangan Keripik Kulit Melinjo (Gnetum Gnemon) Dengan Pendekatan Wirakoperasi Di Kabupaten Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Rencana Bisnis Pengembangan Keripik Kulit Melinjo (Gnetum Gnemon) Dengan Pendekatan Wirakoperasi Di Kabupaten Bogor"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

RENCANA BISNIS PENGEMBANGAN KERIPIK KULIT

MELINJO (

Gnetum gnemon

) DENGAN PENDEKATAN

WIRAKOPERASI di KABUPATEN BOGOR

ADRIANUS HIA

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN HAK CIPTA SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Rencana Bisnis Pengembangan Keripik Kulit Melinjo (Gnetum gnemon) Dengan Pendekatan Wirakoperasi di Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2016

(4)
(5)

ABSTRAK

ADRIANUS HIA. Rencana Bisnis Pengembangan Keripik Kulit Melinjo (Gnetum gnemon) Dengan Pendekatan Wirakoperasi Di Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh LUKMAN M BAGA.

Penyusunan rencana bisnis diperlukan untuk mempermudah dan memperjelas gambaran untuk memasuki atau memulai suatu bisnis. Rencana bisnis keripik kulit melinjo dibuat untuk meningkatkan produksi keripik kulit melinjo di Kabupaten Bogor dan membantu petani dalam meningkatkan kesejahterahan. Jenis data yang dikumpulkan yaitu data primer dan sekunder, data diambil dengan melalui observasi, wawancara, dan studi kepustakaan. Analisis data yang dilakukan yaitu kualitatif dan kuantitatif. Pada aspek pemasaran, bisnis ini direncanakan untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri. Pada aspek produksi, bisnis ini mengolah fresh product menjadi final product dengan mengolah sebanyak 10 000 - 12 000 kg kulit melinjo setiap tahunnya. Badan usaha yang dipilih adalah bentuk koperasi, anggota koperasi merupakan para petani melinjo yang berada di Kabupaten Bogor dan Jawa Barat. Hasil dari aspek finansial menunjukkan bahwa NPV sebesar Rp44 185 000, IRR sebesar 55%, dan PP selama 2 tahun 5 bulan. Dampak dan manfaat ekonomi pendirian usaha keripik kulit melinjo yaitu meningkatkan ekonomi rumah tangga petani dan mengembangkan wilayah, khususnya Kabupaten Bogor.

Kata kunci : melinjo, rencana bisnis, wirakoperasi

ABSTRACT

ADRIANUS HIA. Business Plan Melinjo Peek Chip (Gnetum gnemon) with Cooperative Entrepreneur Approach in Bogor Area. Supervised by LUKMAN M BAGA.

Formulation of a business plan is required prior to starting a business. This business plan of melinjo peek chip is created to increase melinjo production in Bogor area and increase farmer’s income. The type of data used are primary and secondary data. They are collected through observation, interview and literature. Data analysis in this research are qualitative descriptive and quantitative descriptive data. From a marketing aspect, this business will planned to meet the domestic’s markets. From a production aspect, this business transform fresh products to final product by processing 10 000 – 12 000 kgs melinjo peek chip every year. In establishing this business, the business model used is cooperativeas enterprise, where the cooperative members are melinjo farmers in Bogor. This study has demonstrated financial results as follow: NPV obtained at Rp44 185 000, IRR obtained at 55 %, and payback period obtained in 2 years and 5 months. Economic impacts and benefits of melinjo peek chip business establishment are to increase the melinjo farmers income.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

RENCANA BISNIS PENGEMBANGAN KERIPIK KULIT

MELINJO (

Gnetum gnemon

) DENGAN PENDEKATAN

WIRAKOPERASI di KABUPATEN BOGOR

ADRIANUS HIA

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2015 ini ialah rencana bisnis, dengan judul Rencana Bisnis Pengembangan Keripik Kulit Melinjo (Gnetum gnemon) dengan Pendekatan Wirakoperasi di Kabupaten Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Lukman M. Baga, MAEc selaku pembimbing skripsi dan Ikrar Bei selaku peer partner dalam penulisan skripsi ini. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada para petani Kelompok Tani Karya Mekar yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, adik dan seluruh keluarga serta teman-teman atas segala dukungan, doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2016

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 4

Tujuan Penelitian 5

Manfaat Penelitian 5

Ruang Lingkup Penelitian 5

TINJAUAN PUSTAKA 6

Keripik 6

Perencanaan Bisnis 7

Penelitian Terdahulu 7

KERANGKA PEMIKIRAN 9

Kerangka Pemikiran Teoritis 9

Kerangka Pemikiran Operasional 12

METODE 12

Lokasi Penelitian 12

Jenis dan Sumber Data 12

Metode Pengumpulan Data 13

Metode Analisis Data 14

RENCANA BISNIS 17

Asumsi Dasar 17

Rencana Produk 17

Rencana Operasional 19

SIMPULAN DAN SARAN 34

Simpulan 34

Saran 34

DAFTAR PUSTAKA 35

(14)

DAFTAR TABEL

1. Klasifikasi ilmiah melinjo 1

2. Produktivitas tanaman melinjo setiap provinsi di Indonesia 2

3. Luas lahan pembudidayaan melinjo di Jawa Barat 3

4. Jumlah rumah tangga usaha holtikultura, pohon, dan rata-rata pohon yang diusahakan/dikelola per rumah tangga menurut jenis tanaman

holtikultura 4

5. Susunan analisis keuangan cashflow 16

6. Rencana kebutuhan bahan baku per bulan 22

7. Rencana tenaga kerja usaha keripik kulit melinjo 22

8. Rencana gaji tenaga kerja usaha keripik kulit melinjo 29

9. Hubungan timbal balik petani, wirakoperasi dan koperasi 29

10. Perbedaan usaha sebelum dan sesudah dilakukan pendekatan

wirakoperasi 30

11. Biaya rencana investasi 31

12. Komponen biaya tetap 32

13. Komponen biaya variabel 32

14. Perhitungan modal awal 33

15. Rencana penjualan bisnis keripik kulit melinjo 33

DAFTAR GAMBAR

1. Alur kerangka pemikiran operasional 13

2. Mesin spinner peniris minyak 20

3. Timbangan digital 20

4. Plastic Hand Sealer 21

5. Melinjo 21

6. Rencana layout usaha keripik kulit melinjo 23

7. Diagram alir proses pembuatan keripik kulit melinjo 24

8. Rencana Label produk keripik kulit melinjo 26

9. Struktur organisasi usaha keripik kulit melinjo 27

DAFTAR LAMPIRAN

1. Penyebaran budidaya melinjo di Kabupaten Bogor per kecamatan 2012 -

2013 36

2. Rincian biaya investasi komponen biaya mesin dan peralatan produksi 37

3. Rincian biaya investasi komponen biaya alat dan furnitur perkantoran 37

4. Asumsi Komponen biaya investasi 38

5. Rincian biaya tetap komponen biaya upah tenaga kerja tetap 38

6. Rincian biaya tetap komponen biaya utility 38

7. Rincian biaya tetap administrasi 38

8. Asumsi komponen biaya tetap 39

(15)

10. Asumsi komponen biaya variabel 39

11. Komponen biaya penyusutan usaha keripik kulit melinjo 38

12. Laporan laba rugi usaha keripik kulit melinjo per tahun (Rp000) 41

(16)
(17)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki kekayaan alam yang sangat melimpah baik dalam hal flora maupun fauna. Secara garis besar tumbuhan dapat dibagi dalam beberapa jenis yaitu tumbuhan akuatik, tanaman hias, tumbuhan industri, tumbuhan obat, tanaman peneduh, tumbuhan peneduh, penyamak kulit, tumbuhan pewarna, pohon buah, pohon kayu, tumbuhan beracun, rotan, tumbuhan serat, dan tanaman yang dapat dimakan. Tanaman yang dapat dimakan digolongkan atas tiga jenis, yaitu buah-buahan, kacang-kacangan dan sayuran. Tanaman sayuran terbagi atas dua jenis yaitu tanaman sayuran musiman dan tanaman sayuran tahunan. Tanaman sayuran musiman adalah tanaman sumber vitamin, garam mineral dan lain-lain yang dikonsumsi dari bagian tanaman yang berupa daun, bunga, buah dan umbinya, yang kurang dari satu tahun sedangkan tanaman sayuran tahunan adalah tanaman sumber vitamin, garam mineral dan lain-lain yang dikonsumsi dari bagian tanaman yang berupa daun, bunga, buah dan umbinya, yang lebih dari satu tahun.

Adapun salah satu tanaman sayuran yang memiliki potensi nilai jual tinggi adalah melinjo. Melinjo termasuk ke dalam tanaman sayuran tahunan. Adapun klasifikasi ilmiah melinjo ditunjukkan pada Tabel 1

Tabel 1 Klasifikasi ilmiah melinjo Melinjo

Kerajaan : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Gnetopsida

Ordo : Gnetales

Famili : Gnetaceae

Genus : Gnetum

Spesies : Gnemon

Nama Binomial : Gnetum gnemon

Sumber : www.klasifikasitanaman.com (2015)

Hampir semua bagian dari tanaman berbiji terbuka ini dapat dimanfaatkan. Kayunya dapat dipakai sebagai bahan papan dan alat rumah tangga sederhana. Daun, bunga dan bijinya dapat digunakan sebagai bahan sayuran. Biji melinjo juga dapat dijadikan sebagai bahan baku makanan seperti emping. Kulitnya dapat dijadikan abon maupun keripik yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Secara klinis ekstrak akar, daun, biji dan batang melinjo bersifat antioksidan dan kandungan stilbenoid melinjo dapat digunakan untuk mengontrol gula darah. Antioksidan merupakan zat yang dapat mencegah dan memperlambat proses oksidasi, dan berfungsi dalam memperbaiki sel tubuh yang mengalami kerusakan dikarenakan radikal bebes.

(18)

2

produksi 38 314 ton. Data nasional produksi tanaman sayur melinjo ditunjukkan pada pada Tabel 2.

Tabel 2 Produktivitas tanaman melinjo setiap provinsi di Indonesia Provinsi

Sumber: Badan Pusat Statistik (2014)

(19)

3

Barat adalah Majelengka dengan total wilayah pembudidayaan seluas 359 957 Ha. Luas panen tanaman melinjo di Jawa Barat ditunjukkan pada melalui Tabel 3.

Tabel 3 Luas lahan pembudidayaan melinjo di Jawa Barat

Kabupaten/Kota Tahun

Sumber : BPS Jawa Barat (2013)

(20)

4

Tabel 4 Jumlah rumah tangga usaha holtikultura, pohon, dan rata-rata pohon yang diusahakan/dikelola per rumah tangga menurut jenis tanaman holtikultura Jenis Tanaman

Sumber :Dinas Pertanian Kabupaten Bogor (2013)

Kelompok Tani Karya Mekar merupakan kelembagaan petani yang berada di Desa Karacak Kecamatan Leuwiliang. Kelompok Tani Karya Mekar merupakan kelembagaan formal yang berdiri sejak tahun 1948. Kelompok Tani Karya Mekar memiliki kelompok tani wanita yang terdiri atas para petani wanita yang bertugas untuk mengolah hasil panen. Salah satu produk olahan mereka adalah keripik melinjo dan keripik kulit melinjo. Keripik kulit melinjo ini sendiri tercipta karena melihat adanya limbah yang cukup banyak dari hasil pengolahan emping yaitu kulit melinjo itu sendiri. Dari 4 kg melinjo yang dipanen akan menghasilkan 1 kg kulit melinjo. Keripik ini dipasarakan di warung-warung dan di pameran-pameran yang biasa diadakan oleh pemerintah kabupaten Bogor. Keripik ini dikemas dengan sangat sederhana yaitu menggunakan plastik yang di

stepler. Dengan cara packaging tersebut keripik tersebut tidak dapat masuk ke pasar supermarket. Alhasil harga yang dapat di pasarkan pun hanya Rp5 000/250 gr dan hanya akan terjual habis saat pameran-pameran UKM Kabupaten Bogor.

Rencana bisnis keripik kulit melinjo adalah bisnis dengan bahan baku kulit melinjo yang merupakan sisa hasil pengolahan emping oleh Kelompok Tani Karya Mekar. Kulit melinjo diolah dengan cara kulitnya dicuci, dikeringkan lalu digoreng dengan adonan tepung yang diberi resep bumbu tertentu. Keripik lalu dikemas dengan memberi atribut pada kemasan yang sesuai dengan standar mutu pangan nasional, yaitu yang tertera pada UU no 18 pasal 97 butir 3 tahun 2012 tentang Pangan, setelah itu produk dipasarkan ke warung, toko dan supermarket.

Perumusan Masalah

Kurangnya inovasi pemahaman petani akan kebutuhan dalam negeri, dan harga komoditas tanaman sayur menjadi penyebab rendahnya tingkat penerimaan yang diterima oleh petani. Salah satu agribisnis tanaman sayur adalah melinjo. Selama ini bagian yang dianggap memiliki nilai ekonomis yang tinggi dari tanaman melinjo adalah bijinya karena dapat dijadikan emping sehingga kulit lunak melinjo hanya dijual dengan harga yang sangat murah dan terkadang berakhir sebagai limbah.

(21)

5

dimiliki petani mengenai kebutuhan pasar mengakibatkan kurangnya pasokan melinjo.

Keadaan tersebut menunjukkan adanya peluang dan potensi bagi pengembang tanaman melinjo di Indonesia. Kurang maksimalnya pemanfaatan melinjo memerlukan alternatif pengolahan yang lebih baik agar dapat meningkatkan nilai jual serta peluang bisnis limbah melinjo bagi masyarakat dengan mengolah kulit melinjo tersebut menjadi keripik kulit melinjo.

Dari penjelasan tersebut, perumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut,

1. Apakah potensi tanaman melinjo dapat dikembangkan dengan pendekatan wirakoperasi?

2. Bagaimana cara rencana bisnis yang harus dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan mengembangkan produk sisa hasil pengolahan bahan baku utama?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, tujuan dari penelitian ini yaitu,

1. Menganalisis usaha keripik kulit melinjo yang dikembangkan bersama petani dengan pendekatan wirakoperasi.

2. Membuat perencanaan bisnis dengan melihat potensi dan kendala yang ada melalui tahapan-tahapan perencanaan.

Manfaat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan harapan sebagai berikut:

1. Bagi petani, sebagi bahan pertimbangan untuk dapat mengembangkan skala usaha budidaya melinjo sebagai bahan baku usaha keripik kulit melinjo. 2. Bagi penulis, untuk mengaplikasikan ilmu yang telah didapat selama

perkuliahan serta sarana pembuatan rencana bisnis dengan pendekatan wirakoperasi.

3. Bagi akademisi, sebagai informasi dan bahan pembanding untuk penelitian selanjutnya.

Ruang Lingkup Penelitian

(22)

6

TINJAUAN PUSTAKA

Melinjo

Melinjo (Gnetum gnemon L) adalah spesies tanaman berbiji terbuka (Gymnospermae) berbentuk pohon yang berasal dari Asia tropik dan Pasifik Barat. Pohon melinjo tumbuh liar di hutan-hutan hujan, pada ketinggian sampai 1200 m dpl; umum dijumpai di pinggiran sungai di Nugini. Lahan yang mengalami musim kering disenangi untuk pembudidayaan melinjo, karena panennya dapat sekaligus. Tidak ada persyaratan khusus mengenai kualitas tanah dan kedalamannya, tetapi diperlukan retensi kelembapan yang memadai, demikian juga air rembesan atau irigasi, untuk menjembatani musim kemarau. Pohon melinjo dianjurkan untuk program penghijauan wilayah. Melinjo dikenal pula dengan nama belinjo, mlinjo (Bhasa Melayu dan bahasa Tagalog). Melinjo banyak ditanam di pekarangan dan terutama dimanfaatkan buah dan daunnya. Berbeda dengan anggota Gnetum lainnya yang biasanya merupakan liana, melinjo berbentuk pohon. Melinjo merupakan tumbuhan tahunan berbentuk pohon berumah dua (dioecious, ada individu jantan dan betina). Batangnya kokoh dan bisa dimanfaatkan sebagai bahan bangunan. Kayunya dapat dipakai sebagai bahan papan. Daunnya tunggal berbentuk oval dengan ujung tumpul. Melinjo tidak menghasilkan bunga dan buah sejati karena bukan termasuk tumbuhan berbunga, yang dianggap sebagai buah sebenarnya adalah biji yang terbungkus oleh selapis aril yang berdaging. Melinjo jarang dibudidayakan secara intensif. Daun mudanya (disebut so dalam bahasa Jawa) digunakan sebagai bahan sayuran (misalnya pada sayur asem). Bunga (jantan maupun betina) dan bijinya yang masih kecil-kecil (pentil) maupun yang sudah masak dijadikan juga sebagai sayuran. Biji melinjo juga menjadi bahan baku emping. Sebagai sumber pangan, biji melinjo mengandung kadar urea tinggi sehingga konsumsi berlebihan sebaiknya dihindari. Menurut penelitian Tri Agus Siswaoyo PhD (2013), Peneliti di Pusat Penelitian Biologi Molekuler, Universitas Jember, Jawa Timur, menguji aktivitas antioksidan ekstrak akar, daun, biji, dan batang melinjo untuk menangkal radikal bebas. Hasil penelitian yang didapat ialah ternyata semua bagian tanaman itu bersifat antioksidan. Hasil penelitian Siswoyo (2013), doktor Biokimia alumnus Osaka Prefecture University, Jepang juga mendapat hasil bahwa ekstrak melinjo mengandung 9-11% protein yang berpotensi sebagai antioksidan yang dapat mengusir radikal bebas penyebab utama timbulnya kanker, oleh sebab itu melinjo berpeluang sebagai sumber neutraseutikal- substansi yang bermanfaat bagi kesehatan, termasuk mencegah dan mengobati penyakit. Namun di sisi lain mengkonsumsi melinjo secara berlebih dapat memicu asam urat karena mengandung purin yang cukup tinggi.

Keripik

(23)

7

Perencanaan Bisnis

Perencanaan bisnis merupakan tahapan awal yang pertama harus dilakukan sebelum menciptakan sebuah bisnis. Menurut Rangkuti (2000) tujuan perencanaan bisnis adalah agar kegiatan bisnis yang akan dilaksanakan maupun yang sedang berjalan tetap berada di jalur yang benar sesuai dengan yang direncanakan. Perencanaan bisnis juga merupakan pedoman untuk mempertajam rencana-rencana yang diharapkan, karena di dalam perencana-rencanaan bisnis kita dapat mengetahui posisi perusahaan kita saat ini, arah tujuan perusahaan, dan cara mencapai sasaran yang ingin kita capai. Salah satu fungsi dari perencanaan bisnis adalah menjadi alat untuk mencari sumber modal bisnis dari perbankan atau lembaga keuangan lainnya.

Menurut Rangkuti empat hal penting yang harus ada di dalam perencanaan bisnis :

1. Penjelasan mengenai bisnis yang sedang digeluti dan rencana yang bersifat strategis.

2. Rencana pemasaran.

3. Rencana Manajemen mengenai keuangan. 4. Rencana manajemen secara operasional.

Sedangkan faktor yang menjadi penentu persaingan adalah 1. Faktor sensitivitas harga

2. Faktor produk mystique, yaitu persepsi yang berbeda terhadap produk-produk yang ditawarkan oleh pesaing.

Penelitian Terdahulu

(24)

8

tercapai dari penelitian ini adalah pengolahan pasca panen meningkatkan nilai jual komoditi. Harga yang rendah di tingkat petani membuka peluang bagi bisnis pengolahan pasca panen rimpang kunyit untuk meningkatkan nilai tambah. Penelitian yang telah dilakukan oleh Handayani (2014) mengenai Perencanaan Bisnis Pengeringan Buah Kapulaga Dengan Pendekatan Cooperative entrepreneur di Bogor menggunakan metode RRA dan dengan pendekatan

cooperative entrepreneur menemukan bahwa dengan menggunakan pendekatan

cooperative entrepreneur terjadi peningkatan harga kapulaga segar dari harga Rp5 000/kg hingga Rp9 000/kg. Kapulaga merupakan salah satu tanaman rempah yang dapat dijadikan sebagai bahan obat herbal. Metode Rapid Rural Apprasial merupakan pengumpulan data dengan wawancara secara mendalam, kelompok focus, dan studi observasi. Penelitian yang dilakukan oleh Khairini mengemukakan hsl pendukung suatu bisnis berhasil. Salah satu faktor agar suatu bisnis baru berhasil adalah tergantung pada teknologi yang digunakan. Penelitian yang dilakukan oleh Khairina (2014) mengenai Rencana Bisnis Produk Temulawak Bubuk Berorientasi Ekspor Melalui Pendekatan Cooperative entrepreneur di Bogor, merupakan pengolahan temulawak segar menjadi temulawak bubuk dengan teknologi modern dan dikemas menggunakan kemasan vakum dengan tujuan agar proses pengolahan temulawak dilakukan secara efektif dan efisien. Pengemasan dengan teknologi ini merupakan salah satu cara untuk meningkatkan nilai jual temulawak dengan menekan biaya produksi melalui teknologi tepat guna.

Penelitian yang telah dilakukan oleh Marpaung (2014) mengenai Perencanaan Bisnis Ekspor Jahe Bubuk Melalui Pendekatan Cooperative entrepreneur di Bogor mengemukakan bahwa kondisi yang menyebabkan belum tercukupinya permintaan komoditas jahe secara kontinu disebabkan oleh keterbatasan informasi pasar dan skala produksi petani. Pendekatan cooperative entrepreneur menjadi salah satu alternatif dalam meningkatkan posisi tawar sehingga harga jual petani meningkat. Peneliti juga menambahkan pengolahan pasca panen dan terobosan pasar diperlukan untuk meningkatkan harga jual. Teknologi pun menjadi modal utama dalam hal faktor produksi sehingga berdampak pada pengeluaran biaya produksi. Sistem bagi hasil yang diterapkan oleh petani koperasi dan desa menyebabkan pendapatan yang diterima petani lebih besar daripada menjual ke tengkulak sehingga hal ini akan memotivasi petani untuk meningkatkan hasil produksinya.

(25)

9

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis Cooperative Entrepeneur (Wirakoperasi)

Baga (2011) menyampaikan bahwa wirakoperasi merupakan bentuk khusus dari konsep wirausaha untuk mengembangkan usaha petani dengan cara memanfaatkan peluang yang ada bersama petani. Wirausaha akan menerapkan konsep bisnis untuk mencapai kesuksesan usaha bersama para petani mitra. Konsep wirakoperasi tersebut dapat diterapkan dengan melibatkan sejumlah petani yang berperan sebagai pemasok input usaha yang akan didirikan oleh seorang wirakoperasi. Usaha tersebut tidak hanya berorientasi pada keuntungan semata namun juga harus berorientasi pada peningkatan kesejahteraan petani, sehingga diperlukan adanya hubungan kerjasama yang baik antara petani dan pelaku usaha. Peningkatan kesejahteraan dapat berupa meningkatnya keuntungan yang diperoleh maupun skala usaha para petani yang bergabung dengan badan usaha yang didirikan oleh pelaku usaha. Wirausaha dapat memberikan keuntungan bagi pengembangan usaha budidaya yang dijalankan petani.

Wirakoperasi akan melakukan inovasi guna meningkatkan nilai tambah produk yang akan dihasilkan oleh usaha yang dimiliki tanpa mengesampingkan kesejahteraan para petani yang menjadi pemasok utama input produksinya. Kepercayaan yang telah terjalin antara petani dengan pelaku usaha dapat memberikan manfaat bagi keduanya. Bagi pelaku usaha, kepastian pasokan bahan baku yang berkelanjutan akan diperoleh dari petani sebagai pemasok utama. Bagi petani, akan mendapatkan keuntungan dari usaha yang dijalankan dengan ketentuan pembagian hasil yang telah disepakati bersama. Usaha yang didirikan terdiri dari gabungan para petani dan pelaku usaha itu sendiri. Selain bagian dari kepemilikan usaha, secara langsung petani berperan sebagi peminjam dana atas dana investasi yang dibutuhkan oleh usaha yang akan didirikan.

Seorang pelaku usaha dapat memberikan pelatihan kepada petani guna meningkatkan kinerja, sehingga dapat menghasilkan bahan baku dengan jumlah optimal dan kualitas yang tinggi. Adanya hubungan kerjasama yang saling menguntungkan diantara para pelaku usaha dapat terjalin dengan baik

Aspek Pasar dan pemasaran

(26)

10

Aspek Teknis dan Teknologi

Aspek teknis merupakan aspek yang harus dipersiapkan setelah hasil analisis aspek pasar menunjukkan bisnis memiliki pasar potensial. Berdasarkan analisis teknislah sebenarnya muncul aspek finansial, karena aspek finansial merupakan pembiaayaan semua aspek teknis. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam aspek teknis ialah

a. lokasi bisnis. Variabel-variabel yang harus diperhatikan dalam pemilihan lokasi bisnis ialah

- Ketersediaan bahan baku. - Letak pasar yang dituju. - Tenaga listrik dan air. - Supply tenaga kerja. - Fasilitas transportas.i

- Hukum dan peraturan yang berlaku di Indonesia. - Iklim dan keadaan tanah.

- Sikap masyarakat setempat. - Rencana masa depan perusahaan.

Empat variabel terakhir merupakan variabel tambahan yang mendukung keberhasilan suatu bisnis.

b. Skala usaha produksi

Variabel yang terkait dalam skala produksi antara lain - Batasan permintaan.

- Tersedianya kapasitas mesin-mesin yang dibatasi oleh kapasitas teknis dan kapasitas ekonomi.

- Jumlah dan kemampuan tenaga kerja pengelola proses produksi. - Kemampuan finansial dan manajemen perusahaan.

- Kemungkinan adanya perubahan teknologi di kemudian hari. c. Proses produksi dan layout

Layout merupakan keseluruhan proses penentuan bentuk dan penempatan fasilitas-fasilitas yang dimiliki suatu perusahaan. Kriteria yang dapat digunakan untuk evaluasi layout khusunya pabrik antara lain:

- Adanya konsistensi dengan teknologi produksi.

- Adanya arus produk dalam proses yang lancar dari proses satu ke proses yang lainnya.

- Penggunaan ruangan yang optimal.

- Terdapat kemungkinan untuk dengan mudah melakukan penyesuaian maupun untuk ekspansi.

- Meminimisasi biaya produksi dan memberikan jaminan yang cukup untuk keselamatan tenaga kerja.

d. Teknologi

Teknologi yang akan digunakan harus mencakup beberapa hal seperti berikut - Ketepatan jenis teknologi yang dipilih dengan bahan mentah yang

digunakan.

(27)

11

- Kemampuan pengetahuan penduduk (tenaga kerja) setempat dan kemungkinan pengembangannya, juga kemungkinan penggunaan tenaga kerja asing.

- Pertimbangan kemungkinan adanya teknologi lanjutan sebagai salinan teknologi yang akan dipilih sebagai akibat keusangan.

Aspek Manajemen dan Hukum

Aspek manajemen mempelajari tentang manajemen dalam masa pembangunan bisnis dan manajemen dalam masa operasi. Dalam masa pembangunan bisnis, hal yang dipelajari adalah siapa pelaksana bisnis tersebut, bagaimana jadwal penyelesaian bisnis tersebut, dan siapa yang melakukan studi masing-masing aspek kelayakan bisnis. Sedangkan manajemen dalam operasi, hal yang dipelajari adalah bagaimana bentuk organisasi/badan usaha yang dipilih, bagaimana struktur organisasi, bagaimana deskripsi masing-masing jabatan, berapa banyak jumlah tenaga kerja yang digunakan, dan menentukan siapa-siapa anggota direksi dan tenaga-tenaga inti. Aspek hukum mempelajari tentang bentuk badan usaha yang akan digunakan dan mempelajari jaminan-jaminan yang bisa disediakan bila akan menggunakan sumber dana yang berupa pinjaman, berbagai akta, sertifikat dan izin.

Aspek Sosial, Ekonomi dan Budaya

Dalam aspek sosial, ekonomi dan budaya yang akan dinilai adalah seberapa besar bisnis mempunyai dampak sosial, ekonomi dan budaya terhadap masyarakat keseluruhan. Pada aspek sosial yang dipelajari adalah penambahan kesempatan kerja atau pengurangan penganguran. Selain itu, aspek ini mempelajari pemerataan kesempatan kerja dan bagaimana pengaruh bisnis seperti semakin ramainya daerah tersebut, lalu lintas yang semakin lancar, adanya penerangan listrik, telepon, dan sarana lainnya. Aspek sosial memperhatikan manfaat dan pengorbanan sosial yang mungkin dialami oleh masyarakat disekitar lokasi bisnis. Aspek Lingkungan

Aspek ini mempelajari bagaimana pengaruh bisnis tersebut terhadap lingkungan, apakah dengan adanya bisnis menciptakan lingkungan semakin baik atau semakin rusak.

Aspek Finansial

(28)

12

Kerangka Pemikiran Operasional

Melinjo merupakan jenis sayuran yang mengandung zat antioksidan yang baik bagi kesehatan tubuh. Pada kondisi aktual, petani yang membudidayakan komoditas melinjo masih berupa petani kecil dengan pola tanam tumpang sari sehingga jumlah produksi yang dihasilkan tidak maksimal. Harga komoditi yang rendah di pasaran menjadi hambatan utama dalam budidaya melinjo. Selain itu, produk olahan petani biasanya dikemas dengan sangat sederhana sehingga sangat sulit memasuki pasar modern.

Untuk mengembangkan keripik kulit melinjo diperlukan suatu perencanaan yang dimulai dari tahap pendekatan wirakoperasi, persiaapan, mengidentifikasi setiap aspek yang akan mempengaruhi usaha. Setiap aspek yang telah terkumpul kemudian dianalisis untuk menghasilkan rencana bisnis yang akan dilakukan. Rencana bisnis yang dilakukan dapat berupa pendirian usaha dengan melibatkan para petani kecil ataupun kelompok tani untuk melakukan usaha kolektif bersama dan menjalin kerjasama. Alur pemikiran kerangka operasional penelitian secara ringkas ditunjukkan pada pada Gambar 1.

METODE

Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelompok Tani Karya Mekar Desa Karacak Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor. Penelitian ini melibatkan ketua kelompok tani dan para petani Kelompok Tani Karya Mekar. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan tempat tersebut memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni hingga September untuk pengambilan data.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari keterangan kegiatan usaha yang dilakukan oleh petani mengenai keadaan usaha, perkembangan usaha, dan kegiatan budidaya yang dilakukan serta data lain yang berkaitan dengan penelitian. Data kuantitatif diperoleh dari hasil produksi, harga produk dan data lain yang berkaitan dengan penelitian.

(29)

13

Gambar 1 Alur kerangka pemikiran operasional

Kulit melinjo mengandung zat antioksidan yang baik bagi tubuh. Kulit melinjo dapat diolah menjadi makanan berupa keripik.

1. Ketidakpastian bahan baku

2. Pengolahan keripik kulit melinjo yang tidak maksimal

3. Pengemasan keripik kulit melinjo yang tidak berstandar UU

4. Skala usaha petani yang masih kecil Wirakoperasi

(30)

14

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data primer pada penelitian ini dilakukan dengan cara observasi, wawancara mendalam, dan diskusi kepada para petani yang berada di Kelompok Tani Karya Mekar. Wawancara dilakukan untuk mengetahui informasi produkstivitas, harga komoditas di tingkat petani, serta budidaya yang dilakukan. Jumlah petani yang dilibatkan dalam pengambilan informasi adalah dua orang yaitu ketua Kelompok Tani Wanita Karya Mekar dan satu orang petani melinjo.

Metode Analisis Data

Analisis Finansial

1. Net Present Value (NPV)

Bisnis dikatakan layak jika seluruh biaya yang dikeluarkan lebih kecil dari manfaat yang diterimanya. Selisih antara total present value manfaat dengan total

present value biaya disebut dengan manfaat bersih atau arus kas bersih. Dalam kriteria NPV, bisnis dikatakan layak jika NPV lebih besar dari nol (NPV > 0) yang artinya bisnis menghasilkan keuntungan. Satuan dari NPV adalah uang (Rp). Berikut rumus dari perhitungan

Sumber: Nurmalina et al. 2009

Keterangan :

= Manfaat pada tahun t = Manfaat pada tahun t

= Tahun kegiatan bisnis (t = 0,1,2,3,…,n), tahun awal bias tahun 0 atau tahun 1 tergantung karakteristik bisnisnya

I = Tingkat DR (%)

= discount faktor (DF) pada tahun ke-t 2. Internal Rate of Return (IRR)

IRR adalah tingkat discount rate (DR) yang menghasilkan sama dengan nol. Besaran yang dihasilkan dari perhitungan ini adalah dalam satuan persentase (%). Sebuah bisnis dikatakan layak apabila IRR nya lebih besar dari opportunity cost of capital nya (DR). Berikut rumus dari perhitungan IRR.

Sumber: Nurmalina et al. 2009

Keterangan :

= Discount rate yang menghasilkan NPV positif = Discount rate yang menghasilkan NPV negative

�� = � +

��= + ���

(31)

15

�� = NPV positif

�� = NPV negative

3. Net Benefit – Cost Ratio

Kriteria ini menggambarkan pengaruh dari adanya tambahan biaya terhadapa manfaat yang diterima bisnis. Secara matematis Net B/C dapat dirumuskan sebagai:

Sumber: Nurmalina et al. 2009

Keterangan :

Metode ini mengukur seberapa cepat investasi dapat kembali. Bisnis yang

payback period nya singkat atau cepat pengembaliannya termasuk bisnis yang kemungkinan besar akan dipilih. Masalah utama dari metoda ini adalah sulitnya menentukan periode payback maksimum yang diisyaratkan, untuk dipergunakan sebagai angka pembanding. Secara normatif, tidak ada pedoman yang dapat digunakan untuk menentukan payback maksimum ini. Dalam prakteknya, dipergunakan payback yang umumnya terjadi dari perusahaan sejenis.

Sumber: Nurmalina et al. 2009

Keterangan :

I = Besarnya biaya investasi yang diperlukan

Ab = Manfaat bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya

5. Break Event Point

Dalam studi kelayakan bisnis, analisi titik impas (BEP), digunakan untuk a. Untuk mengetahui berapa jumlah produk minimal yang harus diproduksi agar

bisnis tidak rugi

b. Berapa harga terendah yang harus ditetapkan agar bisnis tidak rugi. Formula yang digunakan untuk menghitung BEP adalah,

(32)

16

Sumber: Nurmalina et al. 2009

6. Cash Flow (Arus kas)

Cashflow disusun untuk menunjukkan perubahan kas selama satu periode tertentu serta memberikan alasan mengenai perubahan kas tersebut dengan menunjukkan dari mana sumber-sumber kas dan penggunaan-penggunaanya. Penyusunan cash flow dapat melihat tabel dibawah ini.

Tabel 5 Susunan analisis keuangan cashflow

No Uraian Komponen 1 2 … N

I Inflow

1. Nilai produksi 2. Pinjaman 3. Nilai sewa

4. Grants 5. Salvage value

II Outflow

1. Biaya investasi 2. Biaya operasional

2.1 Biaya variable 2.2 Biaya tetap

3. Pembayaran bunga pinjaman 4. Pajak

5. Biaya lainnya Total Outflow

III Net Benefit

IV DF, dengan I = DR (%)

V PV Net Benefit (NPV) = (III)(IV) Sumber: Nurmalina et al. 2009

�� � = �� � ��� � − � � �� ��� �

���� = � �

(33)

17

RENCANA BISNIS

Asumsi Dasar

Perencanaan bisnis pengolahan keripik kulit melinjo dapat dirumuskan dalam beberapa asumsi dasar

1. Produk keripik kulit melinjo dipasarkan di toko, warung, swalayan yang berada di daerah Jabodetabek.

2. Dana untuk pembelian barang-barang investasi brsumber dari pinjaman ke Bank BRI dengan bunga 12%. Besarnya pinjaman adalah 50 juta dengan masa cicilan selama 3 tahun.

3. Usaha ini dijalankan dengan pendekatan wirakoperai yang berasal dari luar koperasi.

4. Harga bahan baku kulit melinjo sebesar Rp5 000/kg 5. Harga produk yang ditetapkan sebesar Rp8 000/bks.

6. Besarnya produk yang dihasilkan usaha ini pada tahun pertama adalah 39 000 unit.

7. Besarnya produk yang dihasilkan usaha ini pada tahun kedua adalah 47 520 unit

8. Bahan baku berasal dari Kelompok Tani Karya Mekar. 9. Sumber air dari usaha ini berasal dari PAM.

10.Sumber listrik dari usaha ini berasal dari PLN.

11.Tenaga kerja berasal dari masyarakat sekitar lokasi pengolahan keripik kuit melinjo yaitu di daerah Kota Bogor.

12.Dalam melakukan aktivitas distribusi usaha ini menggunakan sepeda motor. 13.Besarnya penyusutan bahan baku adalah 1%. Besaran ini didapat dari

- Sortasi awal bahan baku berkurang sebesar 3%.

- Saat pencucian bobot bahan baku bertambah sebesar 5% yang disebabkan karena baku mengandung air.

- Pengadonan menyebabkan bobot bahan baku bertambah 7%. - Pengorengan menyebabkan penurunan kandungan air sebesar 7%.

- Sortasi dan pengeringan menyebabkan penurunan kandungan minyak sebesar 3%.

14. Pengolahan 10 kg kulit melinjo membutuhkan waktu 1 jam 30 menit. Proses sortasi dan pencucian membutuhkan waktu sekitar 20 menit, penggorengan membutuhkan waktu sekitar 20 menit, pengeringan selama 20 menit dan pengemasan membutuhkan waktu sekitar 30 menit

15.Waktu produksi dalam 1 hari adalah 6 jam, yang dimulai dari pukul 08.00 hingga pukul 14.00. Mulai pukul 14.00 produk yang berupa keripik kulit melinjo didistribusikan ke toko, warung, supermarket.

Rencana Produk

Bisnis pengolahan kulit melinjo ini akan menghasilkan final product yang berupa keripik kulit melinjo. Kulit melinjo merupakan sisa hasil pengolahan emping yang dapat diolah menjadi makanan. Produk diolah menggunakan mesin spinner

(34)

18

plastic hand sealer untuk menutup kemasan dan produk yang telah jadi lalu diberi label yang sesuai dengan ketentuan Undang-undang tentang pangan.

Market Selection

Analisis Pasar 1. Segmenting

Segmentasi dari produk ini adalah toko-toko atau warung yang menjual makanan sedangkan pengelompokkan pasar berdasarkan aspek geografisnya yaitu daerah Jawa.

2. Targeting

Target pasar dari kelompok pasar yang dipilih berdasarkan aspek geografis adalah toko-toko dan warung-warung yang menjual makanan. Secara geografis target pasar produk ini adalah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi.

3. Positioning

Keripik kulit melinjo merupakan final product yang dapat dikonsumsi sebagai cemilan sehat yang dapat dimakan kapan saja.

Marketing Mix Development

1. Product (produk)

Produk yang akan dihasilkan oleh usaha ini merupakan final product

dalam bentuk keripik. Produk tersebut akan dikemas dengan menggunakan plastik kemas dengan berat bersih 250 gr per kemasan. Produk keripik kulit melinjo akan mencantumkan atribut yang sesuai denganUU no 18 Tahun 2012 pasal 97.

2. Price (harga)

Harga jual dari produk yang dihasilkan adalah sebesar Rp8 000 per bungkus. Harga ditetapkan berdasarkan harga pokok penjualan dengan mark up 30-50%.

3. Place (tempat)

Lokasi produksi dan sekaligus tempat penjualan langsung produk berlokasi di Jalan Bangka, Bogor Timur. Lokasi ini dipilih karena merupakan lokasi yang strategis karena berada di daerah Jalan Raya Bogor Jakarta, dekat dengan terminal Baranang Siang, Pasar Bogor dan Stasiun Kereta Api Bogor. Sehingga dengan lokasi yang strategis dapat mempermudah dan menghemat biaya transportasi produk. Penjualan produk yang dihasilkan ditujukkan untuk pasar dalam negeri di daerah Jabodetabek dan sekitarnya.

4. Promotion (promosi)

(35)

19

Rencana Operasional Rencana Jumlah Produksi

Usaha ini menghasilkan final product berupa keripik kulit melinjo. Kegiatan usaha pengolahan keripik kulit melinjo ini terdiri dari proses sortasi dan pencucian, pengadonan, penggorengan, pengeringan dan pengemasan. Produk yang dihasilkan ditujukkan untuk konsumen akhir ataupun retailer. Rencana jumlah produksi perbulannya pada tahun 1 adalah 3 300 bks sedangkan pada tahun ke dua sebanyak 3 960 bks.

Teknologi

Teknologi yang digunakan dalam usaha ini antara lain mesin pengeringan kering, mesin pengemasan dan timbangan digital. Alat yang digunakan dalam teknologi pengeringan adalah mesin spinner peniris minyak. Alat ini akan digunakan untuk mengeringkan kulit melinjo yang masih basah setelah proses penggorengan. Hal ini dilakukan karena produk akan bertahan dalam jangka waktu yang lama jika di bungkus dalam keadaan kering. Teknologi pengemasan menggunakan plastic hand sealer. Mesin ini digunakan agar produk tersegel dengan sempurna sehingga udara tidak dapat masuk. Dengan menggunakan teknologi tersebut akan dapat meningkatkan efisiensi produksi baik dari segi jumlah dan waktu dan juga dapat menjaga produk agar tidak mudah rusak. Berikut mesin dan alat yang digunakan dalam proses produksi :

1. Mesin Peniris Minyak (Spinner) Maksindo

Kulit melinjo yang telah digoreng akan mengandung minyak. Kandungan minyak yang tinggi akan mengakibatkan produk mudah busuk/rusak sehingga kadar minyaknya harus dikurangi. Selain itu makanan akan menjadi lebih higienis jika kadar minyaknya rendah karena dapat mengurangi kandungan lemak/kolesterol. Penggunaan saringan tidak terlalu efektif dikarenakan tidak menjangkau semua bagian keripik terutama keripik bagian atas, oleh sebab itu pengeringan dilakukan dengan mesin spinner. Cara kerja mesin adalah dengan menggoyang dan memutar makanan yang dimasukkan ke dalamnya. Adapaun gambar peniris minyak (spinner) ditunjukkan pada Gambar 2.

Spesifikasi Mesin Peniris minyak (Spinner) Maksindo

- Tipe : SPIN-25 Agrowindo - Kapasitas : 25 kg/prose

- Listrik: ½ - 1 HP atau sekitar 400-750 watt, 220 V/1 P - Dimensi : 80 x 60 x 75 cm

- Silinder : Stainless Steel

- Keranjang : vorporasi stainless steel - Tabung : Stainless steel

(36)

20

Gambar 2 Mesin spinner peniris minyak 2. Timbangan Digital

Keripik kulit melinjo yang telah dikeringkan kemudian ditimbang menggunakan timbangan digital sebelum dikemas. Timbangan digital dipilih agar perhitungannya lebih akurat. Berat bersih setiap kemasan adalah 250 gr, oleh karena itu harus menggunakan timbangan dengan skala kecil. Timbangan digital yang digunakan adalah timbangan merek Camry dengan kapasitas 5 kg. Adapun gambar timbangan digital ditunjukkan pada Gambar 3.

Gambar 3 Timbangan digital 3. Plastichand sealer

Produk kulit melinjo kemudian dikemas dengan menggunakan mesin plastic hand sealer. Prinsip kerja alat tersebut adalah dengan cara memanaskan bagian tepi atas plastik sehingga tertutup rapat. Teknologi pengemasan hand sealer

dipilih karena dapat menutup dengan rapat plastik kemasan sehingga mampu meningkatkan umur simpan produk. Adapaun gambar plastic hand sealer

(37)

21

Gambar 5 Melinjo

Gambar 4 Plastic Hand Sealer

Spesifikasi mesin Plastikhand sealer

- Tipe PCS200C - Side cutter model - Seal length : 200 mm - Seal Width : 2 mm - Machine Weight : 2.7 kg Bahan Baku

(38)

22

Tabel 6 Rencana kebutuhan bahan baku per bulan Satuan

Perencanaan Tata Letak dan Lokasi

Tata letak proses produksi direncakanan akan berada di jalan Bangka, Bogor Timur. Lokasi ini dipilih karena strategis dan berada di dekat pusat transportasi seperti 50 meter dari Terminal Baranang Siang, 50 meter dari pintu masuk Tol Jagorawi, 50 meter dari Pasar Bogor dan 200 meter dari Stasiun Bogor. Selain itu lokasi ini juga sangat strategis karena berada ditengah-tengah pusat kota Bogor. Bangunan yang akan digunakan mempunyai luas sekitar 500 meter persegi yang terdiri dari 5 bagian besar area yaitu area persiapan, area produksi, area kantor, area display produk dan tempat parkir. Adapun denah yang telah dibuat ditunjukkan pada pada Gambar 6.

Proses Produksi

Proses produksi merupakan bagian terpenting dari pengolah kulit melinjo. Proses ini memberikan nilai tambah terhadap kulit melinjo. Adapun proses produksi pengolahan keripik kulit melinjo ditunjukkan pada pada Gambar 7.

Tenaga Teknis Produksi

Karyawan dalam usaha ini terdiri atas 2 orang yaitu manajer usaha dan staf administrasi dan keuangan sedangkan tenaga kerja produksi terdiri atas 10 orang yang bekerja melakukan proses pengolahan berupa pencucian, pengadonan, penggorengan, pengemasan dan pendistribusian. Tenaga kerja produksi direncanakan merupakan petani ataupun masyarakat sekitar. Rincian tenaga kerja pada usaha ini adalah sebagai berikut:

Tabel 7 Rencana tenaga kerja usaha keripik kulit melinjo

Uraian Jumlah (orang)

Manajer Usaha 1

Stafadministrasi dan keuangan 1

Tenaga kerja produksi 10

(39)

23

Gambar 6 Rencana layout usaha keripik kulit melinjo

Sortasi dan pencucian dengan air

PAM G e r b a n g

Pengadonan dan penggorengan

S

or

tasi da

n pe

nge

ringa

n

P

enge

masa

n

(40)

24

Persiapan air bersih Persiapan peralatan

Busuk, mentah

Air PAM

Gosong, benda

asing Kulit melinjo

Pencucian Sortasi

Pengadonan bumbu bahan masakan

Penggorengan

Sortasi dan pengeringan

Penimbangan dan pengemasan

Keripik kulit melinjo

(41)

25

Keterangan :

1. Penyortiran awal

Melinjo dari hasil panen langsung disortir agar melinjo yang rusak tidak dijadikan bahan baku emping. Hasil dari penyortiran adalah buah melinjo yang telah matang dan kulitnya berwarna merah.

2. Pemisahan dan pencucian

Melinjo yang telah disortasi di belah secara vertical. Hal ini bertujuan untuk mengambil buah melinjo dan kulit luar melinjo terbelah dua secara sempurna. Setelah melinjo dibelah, buah dan kulitnya dicuci secara terpisah. Pencucian dilakukan untuk mencegah kontaminasi serta pembusukan yang dapat mempengaruhi mutu buah dan kulit. Sumber air untuk pencucian menggunakan air PAM agar resiko kontaminasi bakteri ataupun pathogen lebih kecil. Cara pencucian dilakukan dengan cara peremasan secara lembut dengan tangan. Kulit melinjo yang telah dicuci ditiriskan menggunakan saringan. Saringan harus bersih, tidak berkarat, dan ditempatkan pada tempat yang tidak terkana matahari langsung. Pengeringan cukup dengan cara diangin-anginkan sampai airnya tidak tiris lagi.

3. Pengadonan

Kulit melinjo yang telah ditiriskan selanjutnya akan dimasukkan ke dalam adonan bumbu. Bumbu yang digunakan antara lain tepung, bawang putih, cuka, cabai merah, daun jeruk nipis, ketumbar, sereh, garam. Hasil pengadonan ini adalah kulit melinjo yang telah dibalur bumbu dan siap untuk digoreng dalam minyak panas. Dalam proses pengadonan, kulit melinjo harus dipisah satu per satu agar kulit melinjo tidak saling melekat pada saat penggorengan.

4. Penggorengan

Kulit melinjo yang telah diberi adonan selanjutnya digoreng di dalam wajan berisi minyak panas. Lama proses penggorengan sekitar 20 menit. Setelah semua kulit telah matang sempurna, selanjutnya diangkat dengan saringan dan ditiriskan hingga minyaknya berkurang.

5. Pengeringan

Kulit melinjo yang ditiriskan kemudian dikeringkan dengan mesin pengering

spinner. Mesin ini berfungsi agar minyak yang masih menempel di kulit melinjo dapat dihilangkan. Minyak membuat proses pembusukan makanan lebih cepat oleh karena itu, lebih sedikit kandungan minyak suatu makanan semakin lama pembusukannya.

6. Penyortiran Akhir

Keripik kulit melinjo yang dihasilkan kemudian disortir kembali untuk memisahkan benda asing yang mungkin ikut masuk dalam proses penggorengan ataupun kulit melinjo yang terlalu lama digoreng sehingga menyebabkan warnanya menjadi hitam. Proses ini bertujuan untuk memastikan kualitas keripik kulit melinjo baik untuk dipasarkan. Setelah disortasi kemudian ditimbang untuk dikemas.

7. Pengemasan dan pelabelan

(42)

26

dengan menggunakan plastic hand sealer. Produk yang telah dikemas kemudian diberi label yang berisi nama produk, daftar bahan yang digunakan, berat bersih, nama dan alamat pihak yang memproduksi, tanggal dan kode produksi, tanggal kadaluarsa, nomor izin edar, dan logo halal. Rencana label seperti pada Gambar 9.

8. Penyimpanan dan pendistribusian

Produk yang telah dikemas akan langsung diditribusikan ke warung-warung atau toko-toko makanan dengan menggunakan motor, sebagian produk lagi akan disimpan untuk dijual secara langsung. Motor digunakan sebagai alat transportasi agar lebih cepat ketempat tujuan dan kerusakan produk saat pendistribusian dapat diminimalisir. Sedangkan beberapa produk lagi akan disimpan sebagai display produk ataupun produk akhir yang dapat langsung dibeli pelanggan di tempat produksi. Adapaun rencana label yang akan dibuat ditunjukkan pada Gambar 8.

Gambar 8 Rencana Label produk keripik kulit melinjo Rencana Organisasi dan Sumber Daya Manusia Aspek Legal dan Ruang Lingkup Pengembangan Usaha

Aspek legal dari badan usaha ini adalah koperasi. Koperasi dipilih sebagai bentuk usaha karena proses pendirian koperasi mudah dan tidak memakan biaya yang terlalu besar. Koperasi mempunyai tujuan utama untuk mensejahterahkan anggotanya sehingga akan menciptakan kondisi lingkungan yang kondusif serta ikatan yang kuat antar anggota koperasi. Dengan alasan demikian bentuk usaha koperasi sangat cocok digunakan oleh wirakoperasi dalam mengembangakan bisnisnya.

Struktur Organisasi

(43)

27

Gambar 9 Struktur organisasi usaha keripik kulit melinjo Deskripsi dan Spesifikasi Kerja

1) Rapat Umum Anggota

Deskripsi : Pemegang kekuasaan tertinggi koperasi 2) Pengurus (Ketua, Sekretaris, Bendahara)

a) Spesifikasi kerja ketua koperasi:

(1) Mengendalikan seluruh kegiatan koperasi.

(2) Memimpin, mengkoordinir dan mengontrol jalannya aktivitas koperasi.

(3) Memimpin Rapat Umum Anggota tahunan dan menyampaikan pertanggungjawaban kepada anggota.

(4) Mengambil keputusan atas hal-hal yang dianggap penting bagi kelancaran kegiatan koperasi.

b) Spesifikasi kerja sekretaris koperasi:

(1) Melakukan kegiatan korespondensi (surat-menyurat) dan ketatausahaan koperasi.

(2) Melakukan pencatatan tentang kemajuan yang terjadi pada koperasi. (3) Membuat pendataan koperasi.

c) Spesifikasi kerja bendahara koperasi:

(1) Merencanakan anggaran belanja dan pendapatan koperasi. (2) Memelihara semua harta kekayaan koperasi.

(3) Melakukan pembukuan transaksi koperasi. 3) Pengawas koperasi

Deskripsi kerja: melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan dan pengelolaan koperasi.

Staf Keuangan dan Administrasi

Pengawas Pengurus

RUA (Rapat Umum Anggota)

Tenaga Kerja Produksi

(44)

28

a) Spesifikasi kerja :

(1) Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijaksanaan pengurus menyangkut pengelolaan koperasi, baik yang menyangkut aspek organisasi maupun aspek usaha.

(2) Meneliti catatan yang ada pada koperasi.

(3) Membuat laporan tertulis tentang hasil pengawasan. 4) Manajer usaha

Deskripsi kerja: melakukan pengawasan terhadap kegiatan bidang usaha a) Spesifikasi kerja:

(1) Merancang perencanaan produksi, keuangan, penetapan, organisasi usaha serta melaksanakan pengawasan terhadap seluruh aktivitas usaha.

(2) Membuat hubungan transaksi antara pelaku-pelaku ekonomi di pasar (3) Menciptakan inovasi dengan tujuan meningkatkan pendapatan

koperasi

5) Staf administrasi dan keuangann

Deskripsi kerja: bertanggungjawab atas kegiatan administrasi dan keuangan perusahaan usaha

a) Spesifikasi kerja staf :

(1) Mengelola fungsi akuntasi dalam memproses data dan informasi keuangan perusahaan koperasi.

(2) Mengkoordinasikan dan mengontrol perencanaan, pelaporan dan pembayaran kewajiban pajak perusahaan koperasi.

(3) Merencanakan, mengkoordinasikan dan mengontrol arus kas perusahaan koperasi terutama pengelolaan piutang dan hutang.

(4) Merencanakan dan mengkoordinasikan penyusun anggaran perusahaan koperasi.

(5) Menyusun penetapan gaji dan upah bagi seluruh karyawan perusahaan

6) Tenaga kerja produksi

Deskripsi kerja: melakukan proses pra pengolahan dan pasca pengolahan keripik kulit melinjo

a) Spesifikasi kerja:

(1) Melakukan sortasi awal bahan baku kulit melinjo. (2) Melakukan pencucian bahan baku kulit melinjo.

(3) Mempersiapakan bumbu masakan adonan keripik kulit melinjo. (4) Melakukan penggorengan kulit melinjo.

(5) Melakukan pengeringan dengan mengguanakan mesin spinner.

(6) Melakukan pengemasan keripik kulit melinjo. (7) Mendistribusikan keripik kulit melinjo. Upah dan Gaji

(45)

29

Tabel 8 Rencana gaji tenaga kerja usaha keripik kulit melinjo

Uraian Rp

Manajer Usaha 2 100 000

Staf keuangan danadministrasi 1 060 000

Tenaga kerja produksi 7 000 000

Rencana kerjasama Kooperatif

Usaha yang akan didirikan akan menjalin kerjasama dengan petani melinjo di Kabupaten Bogor. Petani akan berperan sebagai pemasok kulit melinjo yang berasal dari hasil sisa pengolahan keripik emping. Petani akan memasok kulit melinjo yang kemudian akan diolah menjadi keripik kulit melinjo. Produk yang dihasilkan berupa final product yang dikemas dengan plastik. Kerjasama ini bertujuan untuk menjamin ketersediaan bahan baku usaha keripik kulit melinjo. Selain itu tujuan kerjasama ini adalah untuk meningkatkan kesejahteraan para petani, meningkatkan pendapatan koperasi, dan juga dapat membantu pembangunan desa. Konsep kerjasama yang dilakukan berupa penentuan ketetapan bagi hasil dari laba kotor. Penentuan ketetapan bagi hasil diputuskan berdasarkan hasil diskusi dengan para petani dan koperasi mengacu pada kinerja koperasi. Hubungan timbal balik antara petani, wirakoperasi dan koperasi ditunjukkan pada Tabel 9.

Tabel 9 Hubungan timbal balik petani, wirakoperasi dan koperasi

Petani CE Koperasi

Sebagai mitra kerja Sebagai pemasok bahan baku segar

(46)

30

Kerjasama yang dibangun merupakan kerjasama kooperatif yang diikat oleh sistem keanggotaan koperasi. Sebagai badan usaha, koperasi memiliki hak dan kewajiban, demikian juga anggotanya memiliki hak dan kewajiban. Pengaturan hak dan kewajiban ini menjadi pengikat antara kedua belah pihak, masing-masing pihak harus menjalankan hak dan kewajibannya sebaik mungkin demi memajukan usaha bersama. Adapun hak dan kewajiban anggota koperasi adalah sebagai berikut:

Kewajiban Anggota Koperasi

1. Mematuhi anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. 2. Berpartisipasi dalam kegiatan usaha koperasi.

3. Membayar simpanan pokok dan simpanan wajib.

4. Memelihara dan mengembangkan kebersamaan atas asas kekeluargaan.

5. Mematuhi dan melaksanakan keputusan rapat anggota maupun rapat pengurus. Hak anggota koperasi

1. Hak untuk menghadiri, menyatakan pendapat, dan memberikan suara dalam RA.

2. Memilih dan atau dipilih menjadi pengurus.

3. Meminta diadakan RA menurut ketentuan-ketentuan dalam AD.

4. Mengemukakan pendapat atau saran kepada pengurus di luar RA, baik diminta maupun tidak diminta.

5. Memanfaatkan koperasi dan mendapat pelayanan yang sama di antara sesama anggota.

Mendapatkan keterangan mengenai perkembangan koperasi menurut ketentuan dalam AD. Dari hasil kerjasama kooperatif tersebut dapat menghasilkan suatu perubahan yang cukup signifikan yang diterima oleh desa dan para petani melinjo. Adapun manfaat atau hasil sesudah dan sebelum dilakukannya pendekatan wirakoperasi pada komoditas kulit melinjo ditunjukkan pada pada Tabel 10.

Tabel 10 Perbedaan usaha sebelum dan sesudah dilakukan pendekatan wirakoperasi

No Uraian Sebelum Sesudah

1 Harga per bungkus Rp5 000 Rp7 000

2 Pelatihan Belum intensif Intensif

3 Pengawasan Tidak ada Ada

(47)

31

Rencana Keuangan

Asumsi dasar pada rencana investasi adalah semua komponen biaya dibeli secara tunai dan bangunan yang digunakan merupakan bangunan yang disewa dengan biaya sewa sebesar Rp2 000 000 per bulan. Dana investasi awal yang dikeluarkan adalah sebesar Rp59 250 000. Barang investasi awal berupa mesin-mesin produksi seperti mesin-mesin pengering mesin-mesin pengemas, alat dan furniture, kendaraan, biaya promosi, biaya sertifikasi dan biaya pendirian usaha. Kriteria investasi akan dibuat dalam proyeksi lima tahun. Rincian biaya investasi awal ditunjukkan pada Tabel 11.

Tabel 11 Biaya rencana investasi Komponen Biaya Satuan Jumlah

Biaya (Rp000)

Biaya promosi (pengadaan

petani) Set 500 500

Biaya Sertifikasi 500 500

Biaya Pendirian usaha 500 500

Total Biaya Investasi 52 450

Biaya investasi yang dikeluarkan di awal tahun akan mengalami penyusutan setiap tahunnya. Penyusutan tersebut dipengaruhi oleh umur pakai dari setiap barang investasi. Mesin pengering memiliki umur ekonomis 5 tahun sedangkan mesin pengemas memiliki umur ekonomis selama 5 tahun. Setelah umur ekonomis suatu barang telah habis maka akan dilakukan pembeliaan kembali barang investasi.

Metode yang digunakan untuk menghitung penyusutan adalah metode garis lurus. Metode garis lurus dihitung dengan cara harga beli aset dikurangi dengan nilai sisa hasil pengurangan kedua nilai tersebut lalu dibagi dengan umur teknis, nilai sisa ditentukan dengan proporsi 5 persen dari nilai awal pembelian barang. Nilai akhir dari setiap barang akan berbeda karena nilai penyusutan ditentukan oleh tiga faktor yaitu nilai awal, nilai sisa dan umur teknis. Nilai sisa merupakan salah satu komponen perhitungan laba rugi. Total nilai penyusutan dari barang -barang modal usaha keripik kulit melinjo adalah Rp5 462 500 per tahun. Rincian perhitungan nilai penyusutan ditunjukkan pada Lampiran 11.

(48)

32

sebesar Rp10 160 000 per bulan atau Rp121 920 000 per tahun. Biaya ini untuk menggaji manajer usaha, staf keuangan dan administrasi dan tenaga kerja produksi sebanyak 10 orang. Biaya utilitas yang dikeluarkan untuk membayar biaya listrik, air dan telepon. Komponen biaya administrasi perkantoran adalah biaya pembeliaan kertas, tinta printer, dan alat tulis kantor. Biaya tetap usaha keripik kulit melinjo ditunjukkan pada Tabel 12.

Tabel 12 Komponen biaya tetap

No Komponen Biaya Jumlah Biaya (Rp)

Per Bulan Per Tahun

1 Tenaga Kerja 10 160 000 121 920 000

2 Utilitas 850 000 10 200 000

3 Biaya Pemasaran 100 000 1 200 000

4 Biaya pemeliharaan 100 000 1 200 000

5 Admnistrasi perkantoran 180 000 2 160 000

6 Uang keamanan dan kebersihan 20 000 240 000

7 Biaya Sewa 2 000 000 24 000 000

8 Pajak kendaraan 300 000

8 Biaya Penyusutan 422 354 5 068 250

Total Biaya Tetap 13 832 354 166 288 250

Komponen biaya variabel pada usaha keripik kulit melinjo ini adalah biaya pembelian bahan baku, biaya pengemasan, biaya gas dan biaya transportasi. Biaya transportasi adalah biaya yang dikeluarkan setiap kali produk dipasarkan. Biaya Rp40 000 merupakan biaya pembelian bensin motor yang digunakan untuk mengantarkan produk. Total biaya variabel usaha ini per bulan adalah Rp9 420 000 atau Rp113 040 000 per tahun. Rincian biaya variable ditunjukkan pada pada Tabel 13.

Tabel 13 Komponen biaya variabel No Biaya variabel Satuan

Jumlah Biaya (Rp000)

(49)

33

pertama. Modal awal yang diperlukan untuk menjalankan bisnis ini adalah sebesar Rp211 035 500.

Tabel 14 Perhitungan modal awal

Uraian Jumlah

Biaya Investasi 52 450 000

Biaya Tetap 166 682 500

Biaya Variabel 113 040 000

Total Modal Awal 332 172 500

Penjualan

Asumsi dasar penjualan adalah proyeksi penjualan dilakukan selama lima tahun. Jumlah target produk yang dijual selama 1 tahun awal usaha adalah 39 600 unit dan penjualan pada tahun kedua dan seterusnya diasumsikan sebesar 47 520 unit dengan total pendapatan per bulan adalah Rp26 400 000 hingga Rp31 680 000. Asumsi dasar kenaikan jumlah produksi pada tahun kedua dan seterusnya adalah karena koperasi sudah mengetahui cara pengumpulan bahan baku kulit melinjo sehingga lebih mudah untuk mencari bahan baku melinjo dari koperasi lain di sekitar Kabupaten Bogor maupun di Jawa Barat. Selain itu keripik kulit melinjo sudah dikenal masyarakat luas dengan promosi ataupun penjualan yang dilakukan oleh bisnis ini. Rincian penjualan ditunjukkan pada pada Tabel 15.

Tabel 15 Rencana penjualan bisnis keripik kulit melinjo Tahun Harga Jual

per bks

Jumlah Pendapatan (Rp000)

Per Bulan Per Tahun Per Bulan Per Tahun

Pertama 8 000 3 300 39 600 26 400 316 800

Kedua 8 000 3 960 47 520 31 680 380 160

Proyeksi Kriteria Investasi

Hasil yang diperoleh dari kriteria investasi pada usaha keripik kulit melinjo yaitu

a. Modal yang dikeluarkan untuk usaha ini akan kembali dalam jangka waktu 2 tahun 5 bulan.

b. Pada proyeksi cashflow diperoleh NPV sebesar Rp44 185 000. c. Nilai Gross B/C sebesar 1.06

d. Nilai NetB/C sebesar 33.85 e. IRR sebesar 55%.

(50)

34

Proyeksi Kriteria Laba Rugi

Proyeksi laporan keuntungan laba rugi usaha ini dilaporkan dalam bentuk laporan arus kas dan laporan laba rugi. Hasil laporan laba rugi koperasi adalah sebagai berikut

a. Keuntungan sebelum bagi hasil di tahun pertama adalah Rp23 873 000 b. Pada tahun kedua keuntungan menjadi Rp87 233 000.

c. Keuntungan kemudian dibagi kepada petani, wirakoperasi, koperasi dan desa sesuai dengan proporsi pembagian hasil usaha yang telah disepakati. Pada tahun pertama baik petani mendapatkan Rp11 937 000, wirakoperasi sebesar Rp3 581 000, koperasi sebesar Rp8 356 000.

d. Keuntungan tahun ke dua hingga seterusnya diasumsikan tetap yakni dengan pembagian hasil usaha, petani mendapatkan Rp43 617 000, wirakoperasi sebesar Rp13 085 500, koperasi sebesar Rp30 532 000

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Dengan menggunakan pendekatan wirakoperasi terbukti bahwa kulit melinjo sebagai sisa hasil pengolahan emping memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Kulit melinjo yang dapat dijadikan keripik kulit melinjo dapat dijual dipasaran sebagai makanan ringan. Provinsi Jawa Barat menjadi provinsi ke dua terbanyak dalam memproduksi melinjo dengan produksi sebesar 38 314 ton pada tahun 2014 sedangkan di Kabupaten Bogor melinjo yang dihasilkan pada tahun 2013 adalah sebesar 1 020 ton. Hal ini menunjukkan bahwa Kabupaten Bogor dapat menjadi sentra produksi makanan ringan ini.

Bisnis pengolahan keripik kulit melinjo ditinjau dari apsek finansial merupakan bisnis yang prospektif. Manfaat dari bisnis ini dapat dirasakan semua pihak yang terkait baik itu petani, koperasi, desa bahkan wirakoperasi itu sendiri. Hal ini terbukti dari tingkat pengembalian yang cepat yaitu selama 2 tahun 5 bulan dengan keuntungan rata-rata pertahun sebesar Rp22 000 000.

Saran

(51)

35

DAFTAR PUSTAKA

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2015. Konsep tanaman [internet]. [diakses Februari 2015]. http://www.bps.go.id/menutab.php?Tabel=1&id_subyek=55

Covello, Joseph A, Hazelgren, Brian J. 2004. Rencana Bisnis Lengkap.

Interaksara. Batam

[Deptan] Depertemen Pertanian. 2009. Melinjo [internet]. [diacu 2015 Februari 2015].http://biogen.litbang.pertanian.go.id/plasmanutfah/tempate.php?I=c ommodity_menu.php&m=commodity_home.php&commodity_id=03020 &group_id=03&institution_shortname=BALITTRI&num_accession=30. Handayani, WT. 2014. Perencanaan bisnis pengeringan buah kapulaga dengan

pendekatan Cooperative entrepreneur di Bogor.[Skripsi].Bogor Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Khairina, A. 2014. Rencana bisnis produk temulawak bubuk berorientasi ekspor melalui pendekatanCooperative entrepreneur di Bogor.[Skripsi].Bogor Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Marpaung, RK. 2014. Perencanaan bisnis ekspor jahe bubuk melalui pendekatan

Cooperative entrepreneur di Bogor. [Skripsi].Bogor Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Nugraha, DY. 2014. Rencana pengembangan agribisnis daun kumis kucing dengan pendekatan Cooperative Entepreneur di Bogor.[Skripsi].Bogor Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A. 2010. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor (ID) :Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi Manajemen Institut Pertanian Bogor.

Rangkuti, F. 2000. Business Plan: Teknik Membuat Perencanaan Bisnis &Analisis Kasus. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Undang-undang Republik Indonesia Nomor18 Tahun 2012 tentang Pangan. Jakarta (ID): Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012.

Widhyarini, P. 2014. Rencana bisnis pengembangan rimpang kunyit dengan pendekatan Cooperative Entepreneur di Bogor.[Skripsi].Bogor Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

www.trubus-online.co.id .2010 . [diakses 11 Mei 2015]. Tersedia pada http://www.trubus-online.co.id/fakta-melinjo-berkhasiat-obat.

--- .2014.Kabupaten Bogor dalam Angka Tahun 2013. Bogor (ID) : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor

--- .2013.Kabupaten Bogor dalam Angka Tahun 2012. Bogor (ID) : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor

--- .2012.Kabupaten Bogor dalam Angka Tahun 2011. Bogor (ID) : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor

(52)

36

LAMPIRAN

(53)

37

Lampiran 2 Rincian biaya investasi komponen biaya mesin dan peralatan produksi

Komponen Biaya Satuan Jumlah Biaya (Rp)

Harga satuan Jumlah biaya

Alat Produksi

a. Mesin pengering Unit 1 6 000 000 7 000 000

b. Mesin pengemas hand sealer Unit 1 1 000 000 1 500 000 c. timbangan duduk digital Unit 1 150 000 150 000

d. Tabung gas Unit 2 250 000 500 000

e. Selang dan regulator Unit 1 100 000 100 000

f. Tampah Unit 5 15 000 100 000

g. Baskom Unit 5 35 000 175 000

h. Sarung tangan kain Unit 5 30 000 150 000

i. Kipas blower Unit 1 300 000 500 000

j. Freezer Unit 1 3 000 000 3 000 000

Total Biaya Investasi Perlatan Produksi 10 800 000

Lampiran 3 Rincian biaya investasi komponen biaya alat dan furnitur perkantoran Komponen Biaya Satuan Jumlah Biaya (Rp)

Harga satuan Jumlah biaya Alat dan furniture

Perkantoran

a. Meja kerja unit 1 500 000 500 000

b. Kursi kantor unit 2 600 000 1 200 000

c. Sofa dan meja kantor unit 1 3 000 000 3 000 000

d. Laptop unit 1 5 000 000 5 000 000

e. Printer (Print, Scan,

Copy) unit 1 2 000 000 2 000 000

f. Lemari besi arsip unit 1 3 000 000 3 000 000

g. Lampu unit 10 35 000 350 000

i. Telepon unit 1 100 000 100 000

(54)

38

Lampiran 4 Asumsi Komponen biaya investasi

Mesin peniris minyak kapasits 25 kg, tipe spin Kapasitas timbangan digital 5 Kg

Pembelian tabung gas LPG ukuran 12 Kg Kapasitas tampah 5 Kg

Kapasitas baskom 10 Kg

Pembelian sofa kantor satu set dengan meja Pembelian laptop merk Lenovo

Pembelian printer merk Hp

Pembelian jenis besi arsip dengan pintu kaca geser

Pembelian lampu neon panjang 40 watt beserta rumah lampu Pembelian AC ukuran 1 PK merk Changhong

Lampiran 5 Rincian biaya tetap komponen biaya upah tenaga kerja tetap

Komponen Biaya Satuan Jumlah

Jumlah Biaya a. Manajer usaha dan supervisor

produksi Orang 1 2 100 25 200

b. Staf keuangan dan administrasi Orang 1 1 060 12 720

c. pekerja upahan Orang 10 7 000 84 000

Total Biaya Tetap Tenaga Kerja 10 160 121 920

Lampiran 6 Rincian biaya tetap komponen biaya utility

Komponen Biaya Satuan Jumlah Jumlah Biaya (Rp) Per Bulan Per Tahun

a. Biaya listrik Rupiah 1 500 000 6 000 000

b. Biaya air bersih Rupiah 1 150 000 1 800 000

c. Biaya telepon Rupiah 1 200 000 2 400 000

Total Biaya Utility 850 000 10 200 000

Lampiran 7 Rincian biaya tetap administrasi

Komponen Biaya Satuan Jumlah Jumlah Biaya (Rp) Per Bulan Per Tahun

Administrasi perkantoran

a. Kertas Rim 30 000 360 000

b. Tinta printer (infus) Unit 100 000 1 200 000

c. Alat tulis Set 50 000 600 000

Gambar

Tabel 2  Produktivitas tanaman melinjo setiap provinsi di Indonesia
Tabel 3  Luas lahan pembudidayaan melinjo di Jawa Barat
Tabel 4  Jumlah rumah tangga usaha holtikultura, pohon, dan rata-rata pohon yang diusahakan/dikelola per rumah tangga menurut jenis tanaman holtikultura
Gambar 1  Alur kerangka pemikiran operasional
+7

Referensi

Dokumen terkait

Mitra kerja dan membangun kepercayaan Pemasok bahan baku CE Penyedia jasa, pengedukasi, dan memberikan pelatihan, pendidikan, pengawasan serta pengontrolan) Tenaga ahli