• Tidak ada hasil yang ditemukan

Modifikasi Pisau Sadap Karet dengan Mekanisme Kontrol Ketebalan Sadapan dan Pencegahan Pelukaan Kambium pada Tanaman Karet

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Modifikasi Pisau Sadap Karet dengan Mekanisme Kontrol Ketebalan Sadapan dan Pencegahan Pelukaan Kambium pada Tanaman Karet"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

MODIFIKASI PISAU SADAP KARET DENGAN MEKANISME

KONTROL KETEBALAN SADAPAN DAN PENCEGAHAN

PELUKAAN KAMBIUM PADA TANAMAN KARET

SUDARMONO

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Modifikasi Pisau Sadap Karet dengan Mekanisme Kontrol Ketebalan Sadapan dan Pencegahan Pelukaan Kambium pada Tanaman Karet adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

SUDARMONO. Modifikasi Pisau Sadap Karet dengan Mekanisme Kontrol Ketebalan Sadapan dan Pencegahan Pelukaan Kambium pada Tanaman Karet. Dibimbing oleh AGUS SUTEJO.

Teknik penyadapan menentukan produktivitas tanaman karet. Penyadapan yang baik dilakukan pada kedalaman 1 mm dari kambium dengan ketebalan sadapan 1.5-2 mm. Pada praktiknya, sulit untuk mencegah terjadinya luka pada kambium akibat penyadapan yang terlalu dalam sehingga bentuk kulit pulihan tidak teratur dan menyulitkan saat penyadapan ulang. Ketebalan sadapan mempengaruhi umur ekonomi pohon karet. Jika tebal sadapan melebihi 2 mm, bidang sadap akan cepat habis.

Pisau sadap karet yang dimodifikasi dapat mengontrol ketebalan sadapan dan dapat mencegah terjadinya pelukaan kambium akibat penyadapan. Pisau ini menyadap pada ketebalan rata-rata 1.96 mm dan kedalaman rata-rata 6.57 mm, tidak melebihi ketebalan rata-rata kulit karet yaitu 8.55 mm. Kemudian uji statistika dilakukan untuk mengetahui pengaruh ketebalan sadapan terhadap lateks yang dihasilkan. Hasilnya menunjukkan bahwa ketebalan sadapan (diatas 1.5-2 mm) tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap lateks yang dihasilkan. Maka penyadapan dengan menggunakan pisau sadap modifikasi dapat mengefisienkan bidang sadap karet hingga 66%.

Kata kunci: penyadapan, pisau sadap, ketebalan sadapan, kedalaman sadapan

ABSTRACT

SUDARMONO. Modification of Rubber Tapping Knife with Mechanism of Thickness Tapping Control and Prevention the Wounding of Cambium on Rubber Plant. Supervised by AGUS SUTEJO.

Tapping techniques determine the productivity of rubber plant. Good tapping is done at deepness of 1 mm from the cambium and thickness among 1.5-2 mm. In practice, it is difficult to prevent the wounding of cambium cause tapping too deep so the shape of recovered skin became irreguler and difficult to tap. The thickness of tapping affect the economic life of the rubber tree. If the thickness exceed 2 mm, tapping fields will quickly run out.

Modified rubber tapping knife could control the thickness of tapping and prevent the wounding of cambium due to tapping. This knife tapped on the average thickness of 1.96 mm and 6.57 mm of deepness, does not exceed of the rubber skin that is 8.55 mm. Then statistical test was conducted to determine the effect of the thickness of tapping and latex production. The result showed that the thickness of tapping (above 1.5-2 mm) was not significant to amount of latex production. So tapping by using the modified rubber tapping knife can save tapping field untill 66%.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik

pada

Departemen Teknik Mesin dan Biosistem

MODIFIKASI PISAU SADAP KARET DENGAN MEKANISME

KONTROL KETEBALAN SADAPAN DAN PENCEGAHAN

PELUKAAN KAMBIUM PADA TANAMAN KARET

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Modifikasi Pisau Sadap Karet dengan Mekanisme Kontrol Ketebalan Sadapan dan Pencegahan Pelukaan Kambium pada Tanaman Karet

Nama : Sudarmono NIM : F14100009

Disetujui oleh

Ir Agus Sutejo, M Si Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Desrial, M Eng Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tak lupa shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa risalah kenabian dan ilmu pengetahuan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 ini ialah alat tepat guna, dengan judul Modifikasi Pisau Sadap Karet dengan Mekanisme Kontrol Ketebalan Sadapan dan Pencegahan Pelukaan Kambium pada Tanaman Karet.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Ir Agus Sutejo, M Si selaku pembimbing, kepada Bapak Prof Dr Ir Sutrisno, M Agr dan Bapak Dr Ir Radite PA Setiawan, M Agr selaku dosen penguji. Penghargaan juga penulis sampaikan kepada Bapak Ujang, Bapak Samsul, dan Bapak Rudi yang telah membantu saat proses pembuatan alat di Bengkel Daud Teknik, Cibeureum, serta Bapak Jajat sebagai peyadap karet yang telah membantu selama pengambilan data. Tak lupa ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Jaman dan Ibu Rokiyem selaku orang tua penulis, ketiga saudara kandung penulis : Wijianto, Miswandi, dan Haryati, serta seluruh keluarga yang selalu memberikan doa dan dukungan dalam menyelesaikan karya ilmiah ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Erik Wahyudiono, M Ramdhan Shalihudin, Maulana SA, dan Iqbal NH yang telah memberikan banyak inspirasi kehidupan, teman-teman Antares, Keluarga Mahasiswa IPB Alumni MAN 1 Bandar Lampung, keluarga Wisma Al-Fath, penghuni Sekretariat KAMMI IPB, seluruh kader KAMMI IPB dan KAMMI Daerah Bogor yang telah memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan karya tulis ini, serta Beasiswa Mandiri Edukasi, Beasiswa PPA, dan Himpunan Alumni Fateta yang telah membantu penulis dalam membiayai perkuliahan.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

TINJAUAN PUSTAKA 2

Tanaman Karet 2

Modifikasi 2

Pisau Sadap 3

Penyadapan Karet 3

Pembuluh Lateks 4

METODE 4

Tempat dan Waktu 4

Alat dan Bahan 4

Tahapan Penelitian 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 9

SIMPULAN DAN SARAN 12

Simpulan 12

Saran 12

DAFTAR PUSTAKA 13

LAMPIRAN 14

(10)

DAFTAR GAMBAR

1 Tanaman karet 2

2 Pisau sadap 3

3 Penampang melintang batang karet 4

4 Diagram alir tahapan penelitian 5

5 Ilustrasi kontrol ketebalan sadapan (a) dan pencegahan pelukaan

kambium 7

6 Pisau sadap modifikasi 9

7 Proses penyadapan 9

8 Grafik total lama penyadapan 10

9 Grafik kedalaman sadapan 10

10 Grafik ketebalan sadapan 11

11 Grafik berat lateks 11

DAFTAR LAMPIRAN

1 Tabel data hasil pengujian pisau sadap karet 14 2 Tabel nilai Asymp. Sig. hasil analisis statistika menggunakan uji beda

nyata kruskal wallis pada software SPSS versi 17.0 17 3 Tabel P-value hasil analisis statistika menggunakan uji regresi linier

pada software Minitab versi 15.0 18

4 Perhitungan efisiensi penggunaan bidang sadap 19 5 Perhitungan kapasitas lapang pisau sadap karet 20

6 Desain pisau sadap karet 21

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Karet adalah salah satu komoditas perkebunan unggulan di Indonesia dan luas perkebunan karet Indonesia merupakan yang terbesar di dunia. Namun karena proses budi daya yang kurang optimal terutama pada proses penyadapan, produksi karet Indonesia hanya menempati urutan kedua terbesar di dunia (DJP 2013). Hasil utama tanaman karet adalah getah karet atau lateks yang menjadi bahan baku utama dalam pembuatan karet alam. Penggunaan karet alam ini akan terus meningkat karena karet sintetis tidak bisa sepenuhnya menggantikan penggunaan karet alam. Penyadapan harus dilakukan dengan teknik yang tepat agar diperolah lateks yang optimal. Menurut BPTP Jambi (2009) waktu penyadapan yang baik adalah pukul 05.00-07.30, dimana tekanan turgor tinggi sehingga lateks lebih cepat mengalir. Penyadapan sangat mempengaruhi umur ekonomi tanaman, produktivitas, dan kualitas lateks yang dihasilkan (Setiawan dan Andoko 2008). Pemotongan kulit pohon karet yang terlalu tipis akan sulit untuk mengalirkan lateks karena pembuluh lateks masih tertutup lateks yang membeku sehingga tidak semua pembuluh lateks terbuka. Sebaliknya, jika pemotongan kulit terlalu tebal akan mengurangi umur ekonomi tanaman karet karena bidang sadapnya akan cepat habis. Kedalaman sadapan juga menjadi hal penting untuk dikontrol. Jika penyadapan dilakukan terlalu dalam, pisau sadap dapat melukai kambium karet sehingga bentuk kulit pulihan tidak teratur dan menyulitkan saat penyadapan kulit pulihan tersebut.

Penyadapan dilakukan dengan menggunakan pisau sadap. Pisau sadap yang biasa digunakan oleh penyadap tidak dilengkapi sistem pengontrol ketebalan dan kedalaman sadapan sehingga kualitas sadapan sangat tergantung pada keahlian penyadap. Penyadapan karet dengan menggunakan pisau sadap standar memiliki risiko pemborosan bidang sadap dan pelukaan kambium karet yang sangat besar, terlebih lagi penyadapan dilakukan pada saat hari masih gelap. Oleh karena itu diperlukan modifikasi pisau sadap karet yang dapat mengontrol ketebalan sadapan dan mencegah terjadinya luka pada kambium tanaman karet. Wibowo (2011) telah mengembangan pisau sadap elektrik dengan menggunakan model pisau bolak-balik. Pisau ini dapat menyadap dalam waktu 14-22 detik perpohon dan dapat mengontrol konsumsi ketebalan sadapan 1.8-2.1 mm, namun kedalaman sadapan yang dihasilkan belum optimal karena kulit yang seharusnya terpotong masih tersisa 0.9-1.2 mm sehingga lateks yang dihasilkan berkurang 34-55%.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Memodifikasi pisau sadap karet agar dapat mengontrol ketebalan sadapan dan dapat mencegah terjadinya pelukaan kambium karet saat penyadapan. 2. Membandingkan ketebalan dan kedalaman sadapan, serta lama penyadapan menggunakan pisau standar dan pisau yang telah dimodifikasi.

(12)

2

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Karet

Tanaman karet merupakan tanaman tropis yang berasal dari Brazil. Di Indonesia, tanaman karet cocok ditanam di pulau Sumatera dan Kalimantan. Perkebunan karet Indonesia merupakan yang terluas di dunia. Pada tahun 2012, luasnya mencapai 3.4 juta hektar, atau 15% dari luas total perkebunan karet dunia yaitu 22.76 juta hektar. Dari total luas perkebunan Indonesia, 85% merupakan Perkebunan Rakyat (PR), dan sisanya merupakan perkebunan milik swasta dan pemerintah.

Hasil dari tanaman karet berupa lateks yang menjadi bahan utama untuk pembuatan karet alam yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam usaha industri seperti mesin-mesin penggerak (Tim Penulis PS 2008).

Modifikasi

Modifikasi merupakan bagian dari sebuah proses desain, dimana desain adalah sebuah proses yang bertujuan untuk menetapkan dan mendefinisikan solusi dan struktur yang terkait terhadap masalah yang belum dipecahkan sebelumnya, atau solusi baru terhadap masalah yang telah dipecahkan sebelumnya dengan menggunakan cara yang berbeda (Dieter 2000). Jadi modifikasi dapat diartikan sebagai suatu proses yang bertujuan untuk mendapatkan sebuah solusi baru dari masalah yang telah dipecahkan dengan menggunakan cara yang berbeda. Syarat sebuah modifikasi adalah memberikan solusi yang lebih baik dari solusi yang sudah

(13)

3 ditemukan sebelumnya dari aspek ekonomi, kinerja fungsional, kemudahan operasi, dan lain-lain.

Pisau Sadap

Pisau sadap adalah alat yang digunakan untuk memotong kulit pohon karet. Pisau sadap memiliki bentuk yang khas dimana ujung pisaunya menekuk ke dalam dengan sudut 55-600 (Setiawan dan Andoko 2008). Mata pisau merupakan bagian pisau yang tajam dan ketajaman mata pisau ini sangat mempengaruhi kecepatan dan kerapian sadapan.

Berdasarkan fungsinya, pisau sadap dibedakan menjadi dua yaitu pisau sadap atas dan pisau sadap bawah. Indonesia memiliki tiga bentuk pisau sadap yaitu pisau sadap fauna buatan Jerman, pisau sadap PTP X, dan pisau sadap biasa (Tim Penulis PS 2009). Penggunaan jenis pisau disesuaikan dengan kebutuhan penyadapan.

Penyadapan Karet

Pada dasarnya penyadapan adalah kegiatan pemutusan atau pelukaan pembuluh lateks di kulit pohon sehingga dari luka tersebut akan keluar lateks. Pembuluh lateks yang terluka atau terputus akan pulih kembali seiring dengan berjalannya waktu, sehingga pohon karet akan tetap mengeluarkan lateks jika dilakukan penyadapan yang kedua kalinya. Menurut Setiawan dan Andoko (2008) penyadapan pertama harus dilakukan dengan hati-hati agar kulit pulihan (renewable bark) dapat disadap kembali.

Penyadapan dilakukan dengan memotong kulit pohon karet dari kiri atas ke kanan bawah dengan sudut sebesar 35-450 terhadap bidang vertikal pohon karet. Penyadapan dilakukan pada ketebalan 1.5-2 mm agar bidang sadap tidak cepat habis (Damanik et al. 2010). Jika penyadapan dilakukan melebihi ketebalan tersebut, umur ekonomi tanaman karet akan berkurang (Tim Penulis PS 2009 ).

(14)

4

Pembuluh Lateks

Pembuluh lateks adalah bagian dari tanaman karet yang mengandung lateks. Pembuluh lateks terletak antara 0.5-1.5 mm dari lapisan kambium. Berkas pembuluh lateks membentuk sudut dari kiri bawah ke kanan atas sebesar 370 terhadap bidang vertikal pohon dengan membentuk pola spiral. Kedalaman penyadapan berpegaruh pada pembuluh lateks yang akan terpotong. Sebanyak 20-55% berkas pembuluh lateks berada di 1 mm dari kambium, 10-35% pada jarak 2 mm dari kambium, dan 10-30% pada jarak berikutnya dari kambium (Setiawan dan Andoko 2008). Secara umum, tebal rata-rata kulit karet adalah 7 mm.

METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Maret 2014 sampai Juli 2014. Proses pembuatan alat dilakukan di Bengkel Daud Teknik, Desa Cibeureum, Bogor. Pengujian alat dan pengambilan data dilakukan di Kebun Percobaan IPB, Cikabayan.

Alat dan Bahan

Bahan yang akan digunakan untuk pembuatan pisau sadap modifikasi adalah pisau sadap standar sebagai alat dasar yang akan dimodifikasi dan plat besi dengan ketebalan 1 mm. Bahan yang akan digunakan untuk pengujian kinerja pisau sadap modifikasi adalah tanaman karet siap sadap.

Perlatan yang digunakan dalam pembuatan pisau sadap ini adalah gerinda potong, palu, tang, meteran, amplas, batu asahan, dan lain-lain. Adapun peralatan yang akan digunakan untuk pengujian kinerja pisau sadap adalah jangka sorong

Gambar 3 Penampang melintang batang karet

(15)

5 untuk mengukur ketebalan dan kedalaman sadapan, timbangan digital untuk mengukur berat lateks, mangkuk sadap untuk wadah lateks saat penimbangan, serta stopwatch untuk mengukur lama penyadapan.

Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian dapat dilihat pada diagram alir sebagai berikut :

Gambar 4 Diagram alir tahapan penelitian Berhasil

Tidak Mulai

Analisis Rancangan Identifikasi Masalah

Penelitian Pendahuluan

Pembuatan Alat

Uji Fungsional

Pengujian Alat dan Analisis Data Berhasil

Selesai

(16)

6

Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dilakukan untuk mengetahui masalah yang ada pada proses penyadapan karet sehingga dapat dirumuskan sebuah masalah yang harus ditemukan solusinya. Identifikasi masalah dilakukan dengan melakukan survei secara langsung di lapangan, melalui wawancara dengan para penyadap karet, dan juga dilakukan melalui studi pustaka.

Masalah yang ditemukan di lapangan adalah sulitnya mengontrol konsumsi ketebalan sadapan yang sesuai dengan ketebalan sadapan yang direkomendasikan. Penyadap biasa melakukan penyadapan karet dengan ketebalan sadapan melebihi 2 mm. Penyadap juga menemukan kesulitan dalam mengontrol kedalaman sadapan dan kerap kali penyadapan yang dilakukan sampai melukai kambium karet.

Analisis Rancangan

Setelah ditemukan rumusan masalah, maka akan dicari beberapa alternatif solusi berupa rancangan, kemudian akan dilakukan analisis pada beberapa rancangan tersebut sehingga dapat dipilih satu rancangan yang terbaik. Langkah selanjutnya adalah membuat gambar teknik dari rancangan yang sudah dipilih dengan menggunakan software Solidwork 2012.

Dua fungsi utama yang harus dipenuhi oleh pisau yang dimodifikasi adalah dapat mengontrol ketebalan sadapan dan dapat mencegah terjadinya pelukaan kambium saat penyadapan. Bagian yang dimodifikasi adalah mata pisau sadap dengan cara menambah plat pembatas pada mata pisau sehingga ketebalan sadapan dapat dikontrol dan pelukaan kambium karet dapat dihindari saat dilakukan penyadapan. Mekanisme kontrol ketebalan dilakukan dengan meniru prinsip pisau pasah yaitu dengan cara memberi pembatas pada mata pisau sadap sejauh 2 mm. Mekanisme pencegahan pelukaan kambium dilakukan dengan memberikan tumpuan pada bagian belakang pisau agar mata pisau dapat memotong kulit karet pada posisi yang stabil. Fungsi lain dari tumpuan ini adalah untuk memudahkan dalam menambah atau mengurangi kedalaman sadapan seperti prinsip kerja tuas. Jika ingin menambah kedalaman sadapan maka mata pisau sadap ditekan ke dalam (mendekati pohon) dengan plat pengganjal sebagai tumpuannya. Jika penyadapan terlalu dalam dan sampai melukai kambium, bagian atas pisau ditekan ke dalam agar mata pisau terangkat menjauhi kambium sehingga pelukaan kambium pada saat penyadapan dapat dihindari.

Beberapa syarat desain pisau sadap yang diharapkan adalah sebagai berikut : 1. Mampu mengontrol ketebalan sadapan (pada penelitian ini dipilih

ketebalan 2 mm).

2. Mampu mencegah terjadinya pelukaan kambium. 3. Mudah dioperasikan.

4. Tidak mengganggu proses pengasahan pisau.

(17)

7

Gambar 5 Ilustrasi kontrol ketebalan sadapan (a) dan pencegahan pelukaan kambium (b)

Penelitian Pendahuluan

Penelitian pendahuluan dilakukan untuk menguji kinerja fungsional rancangan yang telah dipilih dengan menggunakan model dari rancangan tersebut. Jika fungsi yang diinginkan belum tercapai, maka akan dilakukan analisis rancangan ulang.

Pembuatan Alat

Pembuatan alat dilakukan untuk merealisasikan rancangan menjadi sebuah pisau sadap yang dapat mengontrol ketebalan sadapan dan mencegah terjadinya pelukaan kambium saat penyadapan. Proses pembuatan alat mengacu pada gambar teknik yang sudah dibuat pada proses sebelumnya.

Plat pembatas Celah antara mata pisau dan plat pembatas (jarak 2 mm)

Bagian penumpu mata pisau sadap

Bagian atas pisau sadap

Mata pisau sadap (b)

(18)

8

Uji Fungsional

Uji fungsional dilakukan untuk menguji kelayakan pisau sadap yang telah dibuat sebelum dilakukan pengujian di lapangan. Jika kinerja funsional pisau sadap sudah bekerja sesuai dengan yang diharapkan, maka pisau sadap sudah siap untuk diuji langsung di lapangan. Pengujian ini dilakukan pada beberapa pohon karet untuk melihat kesesuaian kinerja pisau sadap terhadap fungsi utama yang diinginkan. Perbaikan terus dilakukan sampai pisau sadap memenuhi fungsi utama yang diharapkan.

Pengujian Alat dan Analisis Data

Pengujian alat dilakukan untuk melihat kinerja pisau sadap saat dilakukan penyadapan di lapangan. Pengujian dilakukan pada pohon karet klon GT1 berumur 12 tahun dengan menggunkan pisau standar dan pisau modifikasi sehingga hasil keduanya dapat dibandingkan. Data yang diambil adalah total lama penyadapan, kedalaman sadapan, ketebalan sadapan, dan berat lateks yang dihasilkan.

Pengukuran total lama penyadapan dilakukan pada 30 sampel pohon karet yang berada pada 3 baris pohon. Total lama penyadapan yang diukur terdiri dari waktu yang diperlukan untuk pindah dari penyadapan satu pohon ke pohon berikutnya dan waktu yang diperlukan untuk memotong kulit karet. Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan stopwatch. Pengukuran kedalaman sadapan, ketebalan sadapan, dan berat lateks yang dihasilkan dilakukan pada 10 sampel pohon karet dan setiap pohon dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali.

Kedalaman sadapan adalah konsumsi kulit karet ke arah dalam (horizontal) pada permukaan atas bidang sadap dan ketebalan sadapan adalah konsumsi kulit ke arah bawah (vertikal) pada permukaan depan bidang sadap. Kedalaman dan ketebalan sadapan diukur dari kulit hasil sadapan dengan menggunakan jangka sorong. Jumlah lateks yang dihasilkan diukur dengan menggunakan timbangan digital.

(19)

9

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil rancangbangun pisau sadap modifikasi dapat dilihat pada gambar 7 dimana plat pembatas pada pisau sadap dibuat agar dapat dibongkar pasang. Tujuannya adalah untuk memudahkan proses pengasahan pisau sadap. Bagian yang diasah adalah mata pisau yang ada di bagian lekukan dalam sehingga plat pembatas harus dilepas saat pisau sedang diasah. Cara memasang plat pembatas adalah dengan mendorong bagian plat pembatas ke depan mata pisau dari kiri ke kanan, dan untuk melepas plat pembatas dilakukan dengan cara sebaliknya.

Mekanisme kontrol ketebalan sadapan telah sesuai dengan fungsi yang diharapkan. Pada saat penyadapan, mata pisau yang ditekan ke bawah akan tertahan oleh plat pembatas yang ada di atasnya sehingga pisau sadap hanya dapat memotong kulit karet setebal celah antara mata pisau dan plat pembatas, yaitu 2 mm. Oleh karena itu ketebalan kulit hasil sadapan yang dihasilkan akan seragam sesuai jarak tersebut.

Gambar 6 Pisau sadap modifikasi

(20)

10

Hasil pengukuran total lama penyadapan dapat dilihat pada gambar 8 dimana lama penyadapan tiap pohon dengan menggunakan kedua pisau tidak memiliki beda yang signifikan. Total lama penyadapan dengan menggunakan pisau standar dan pisau modifikasi berturut-turut adalah 291 detik dan 284 detik. Kapasitas lapang pisau modifikasi adalah 380 pohon perjam sedangkan kapasitas lapang pisau standar adalah 271 pohon perjam. Hasil uji beda nyata kruskal wallis menunjukkan bahwa nilai asymptotic significance (asymp. sig.) yang didapatkan adalah 0.426 > α sehingga dapat disimpulkan bahwa total lama penyadapan dengan menggunakan kedua pisau tidak memiliki beda nyata.

Tanaman karet yang diuji memiliki rata-rata ketebalan kulit 8.55 mm. Rata-rata kedalaman sadapan menggunakan pisau sadap modifikasi dan pisau sadap standar berturut-turut adalah 6.57 mm dan 6.86 mm. Pada gamabar 9 menunjukkan

Gambar 8 Grafik total lama penyadapan 0

Gambar 9 Grafik kedalaman sadapan 0

(21)

11

bahwa kedalaman sadapan menggunakan kedua pisau tidak melebihi ketebalan kulit karet sehingga penyadapan yang dilakukan tidak melukai kambium karet. Analisis statistika dengan metode uji kruskal wallis dilakukan untuk mengetahui beda nyata kedalaman sadapan dengan menggunakan kedua pisau. Nilai asymp. sig. yang dihasilkan adalah 0.201 > α sehingga dapat disimpulkan kedalaman sadapan dengan menggunakan kedua pisau sadap tidak memiliki beda nyata.

Rata-rata ketebalan sadapan menggunakan pisau modifikasi adalah 1.96 mm, sedangkan ketebalan sadapan menggunakan pisau sadap standar adalah 3.23 mm. Dari gambar 10 dapat dilihat bahwa ketebalan sadapan dengan menggunakan pisau modifikasi lebih seragam dan mendekati ketebalan 2 mm. Hasil analisis statistika menggunakan metode uji kruskal wallis didapatkan nilai asymp. sig. jauh lebih kecil dari nilai α sehingga dapat disimpulkan bahwa ketebalan sadapan menggunakan kedua pisau sadap memiliki beda nyata.

(22)

12

Gambar 11 adalah grafik berat lateks yang dihasilkan dimana pada rata-rata ketebalan sadapan 3.23 mm, rata-rata berat lateks yang dihasilkan sebanyak 84.33 gram sedangkan pada rata-rata ketebalan sadapan 1.96 mm, rata-rata berat lateks yang dihasilkan sebanyak 90.33 gram. Analisis statistika menggunakan uji regresi linier dilakukan untuk mengetahui pengaruh ketebalan sadapan yang berbeda-beda tersebut terhadap lateks yang dihasilkan. Pada uji regresi linear ini, faktor kedalaman sadapan tidak diperhitungkan karena tidak memiliki beda nyata dan selisih dari kedalaman sadapan keduanya tidak mencapai 1 mm sehingga dapat diasumsikan kedalaman sadapan menggunakan kedua pisau adalah sama. P-Value yang dihasilkan dari uji regresi linier adalah 0.871 > α sehingga dapat disimpulkan bahwa ketebalan sadapan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap lateks yang dihasilkan. Hal ini berarti bahwa penyadapan pada ketebalan 1.96 mm lebih hemat dalam mengonsumsi kulit karet sehingga dapat diperoleh efisiensi penggunaan bidang sadap. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa penyadapan menggunakan pisau sadap modifikasi dapat mengefisienkan penggunaan bidang sadap hingga 66%.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Pisau sadap karet modifikasi dapat mengontrol ketebalan sadapan dengan rata-rata ketebalan sadapan 1.96 mm. Pisau sadap ini juga dapat mencegah terjadinya pelukaan kambium karet dimana kedalaman sadapan yang dihasilkan tidak melebihi tebal kulit karet.

2. Pisau modifikasi memiliki kapasitas lapang 380 pohon perjam dan sedikit lebih besar dibandingkan dengan kapasitas lapang pisau sadap standar dengan selisih penyadapan sebanyak 9 pohon perjam. Rata-rata kedalaman sadapan dengan menggunakan pisau sadap modifikasi sebesar 6.57 mm dan tidak sampai melukai kambium. Pisau sadap modifikasi menyadap pada ketebalan yang lebih seragam (mendekati ketebalan 2 mm) dan dapat menghemat penggunaan bidang sadap hingga 66%.

3. Pada ketebalan diatas 1.5-2 mm, ketebalan sadapan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap lateks yang dihasilkan.

Saran

(23)

13

DAFTAR PUSTAKA

Balai Penelitian Sembawa. 2012. Sapta Bina Usahatani Karet Rakyat. Palembang (ID): Balai Penelitian Sembawa – Pusat Penelitian Karet.

[BPPP, BPTP Jambi] Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi. 2009. Teknologi penyadapan karet [Internet]. Bogor (ID): BPPT Jambi. hlm 1-2; [diunduh 2014 jun 25]. Tersedia pada : http://www. jambi.litbang.deptan.go.id%2Find%2Fimages%

2FPDF%2Fleafletkaret09.pdf.

Damanik S, Syakir M, Tasma M, Siswanto. 2000, Budi daya dan pasca panen karet [Internet]. Bogor (ID): PPPP. hlm 81-82; [diunduh 2014 jun 27]. Tersedia pada : http://www.perkebunan.litbang.deptan.go.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2012%2F08%2Fperkebunan_budidaya_karet.pdf. Dieter GE, 2000, Engineering Design : A Material and Processing Approach. New

York (US): Mc Graw Hill.

[DJP] Direktorat Jendral Perkebunan. 2013. Petunjuk teknis pengembangan tanaman karet tahun 2014 [Internet]. Bogor (ID): DJP. hlm 1; [diunduh 2014 jun 27]. Tersedia pada : http://ditjenbun.pertanian.go.id/downlot.php? file=Pedoman%20Teknis%20Pengembangan%20Tanaman%20Karet.pdf. Setiawan DH dan Andoko A. 2008. Petunjuk Lengkap Budidaya Karet. Jakarta

(ID): PT. Agromedia Pustaka.

Tim Penulis PS. 2008. Karet: Budidaya dan Pengolahan, Startegi Pemasaran. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Tim Penulis PS. 2009. Panduan Lengkap Karet. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Wibowo SA. 2011. Disain dan kinerja pisau sadap elektrik untuk tanaman karet

(24)

14

Lampiran 1 Tabel data hasil pengujian pisau sadap karet

Nomor pohon

Waktu pindah (detik) Waktu penyadapan (detik) Waktu total (detik)

PS PM PS PM PS PM

(25)

15 Lampiran 1 Tabel data hasil pengujian pisau sadap karet (lanjutan)

(26)

16

Lampiran 1 Tabel data hasil pengujian pisau sadap karet (lanjutan)

Nomor pohon

ketebalan sadapan (mm) Berat lateks (gram)

(27)

17 Lampiran 2 Tabel nilai Asymp. Sig. hasil analisis statistika menggunakan uji beda

nyata kruskal wallis pada software SPSS versi 17.0

a. Pengujian beda nyata antara jenis pisau terhadap lama penyadapan

b. Pengujian beda nyata antara jenis pisau terhadap kedalaman sadapan

c. Pengujian beda nyata antara jenis pisau terhadap ketebalan sadapan

Test Statisticsa,b

Waktu_Total_Penyadapan

Chi-Square .633

df 1

Asymptotic Significance .426

a. Kruskal Wallis Test ; b. Grouping Variable: Pisau

Test Statisticsa,b

Kedalaman_Sadapan

Chi-Square 1.636

df 1

Asymptotic Significance .201

a. Kruskal Wallis Test ; b. Grouping Variable : Pisau

Test Statisticsa,b

Ketebalan_Sadapan

Chi-Square 44.300

df 1

Asymptotic Significance .000

(28)

18

Lampiran 3 Tabel P-value hasil analisis statistika menggunakan uji regresi linier pada software Minitab versi 15.0

Source DF SS MS F P

Regression 1 43 43 0.03 0.871

Residual Error 58 93931 1619

(29)

19 Lampiran 4 Perhitungan efisiensi penggunaan bidang sadap

(30)

20

Lampiran 5 Perhitungan kapasitas lapang pisau sadap karet

1. Kapasitas lapang pisau standar

� = ℎ ℎ

= ℎ

= ℎ

2. Kapasitas lapang pisau modifikasi

� = ℎ ℎ

= ℎ

(31)
(32)

22

(33)
(34)

24

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Way Kanan pada tanggal 01 Januari 1992. Penulis adalah anak keempat dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Jaman dan Ibu Rokiyem. Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Negeri Karang Taruna pada tahun 2004 kemudian melanjutkan pendidikan menengah di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri 1 Kasui dan lulus pada tahun 2007. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan ke Madrasah Aliyah (MA) Negeri 1 Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2010.

Pada tahun 2010 penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI) di Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian.

Gambar

Gambar 1 Tanaman karet
Gambar 5 Ilustrasi kontrol ketebalan sadapan (a)  dan pencegahan pelukaan kambium (b)
Gambar 6 Pisau sadap modifikasi
Gambar 8 Grafik total lama penyadapan
+2

Referensi

Dokumen terkait

yang tergabung dalam grub edukasi pasar modal, buku, dan jurnal yang berkaitan dengan penelitian tersebut. 2) Informasi hasil jawaban responden yang diperoleh dari

Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini dimaksudkan untuk melakukan data mining guna menemukan informasi strategis terkait penjualan batik dari data

Dari hasil kuesioner bagian informasi yang terdapat di lampiran yang disebarkan kepada orang yang setidaknya pernah melakukan donor minimal 1 kali, diketahui bahwa dari 60

Sebelum pemilu dilaksanakan, ada yang namanya tahapan sosialaisi untuk masyarakat baik untuk sosialisai terkait teknis penyelenggaraan pemilu mapun

Keluaran : Tersedianya biaya untuk peningkatan kesiagaan pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran Target : 95 orang Belanja Pegawai 2.535.800.000,00

Pada pati beras alami yang ditambahkan dengan adsorben kitosan memiliki aroma khas, hal ini disebabkan karena kitosan berasal dari kulit udang yang diisolasi

Tujuan dari penelitian adalah untuk menerangkan perilaku dan menentukan besar pengaruh kombinasi tebal dan orientasi sudut lamina terhadap karakteristik sifat fisis

penelitian Ginting (2014) pada papan lamina dari BKS dengan perekat UF yang menyatakan jika semakin tinggi berat labur maka nilai pengembangan tebal papan lamina