PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP BELANJA DAERAH
( Studi pada Kabupaten/Kota D. I. Yogyakarta Tahun 2010-2015)
THE EFFECT OF ECONOMIC GROWTH, REGIONAL INCOME, GENERAL ALLOCATION FUND, A SPECIAL ALLOCATION TO LOCAL GOVERNMENT EXPENDITURES
(Study at Goverment/City of D.I. Yogyakarta Years 2010-2015)
Oleh : ESTI BUDIARTI
20110420300
FAKULTAS EKONOMI & BISNIS
i
PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP BELANJA
DAERAH
( Studi pada Pemerintahan/Kota D. I. Yogyakarta Tahun 2010-2015)
EFFECT OF ECONOMIC GROWTH, REGIONAL INCOME, GENERAL ALLOCATION FUND, A SPECIAL ALLOCATION TO CAPITAL EXPENDITURES
(Study in The District/City D.I. Yogyakarta Years 2010-2015)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh
Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh : ESTI BUDIARTI
20110420300
FAKULTAS EKONOMI & BISNIS
ii SKRIPSI
PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS
TERHADAP BELANJA MODAL
(Studi pada Pemerintah Kabupaten/Kota D.I. Yogyakarta Tahun 2010- 2015)
THE EFFECT OF ECONOMIC GROWTH, REGIONAL INCOME, GENERAL ALLOCATION FUND, A SPECIAL ALLOCATION TO LOCAL
GOVERMENT EXPENDITURES
(Study in Goverment/City D.I. Yogyakarta Years 2010-2015)
Diajukan Oleh ESTI BUDIARTI
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya,
Nama : Esti Budiarti
Nomor Mahasiswa : 20110420300
Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: ”PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA
ALOKASI UMUM DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP BELANJA DAERAH (Studi pada Pemerintah Kabupaten/Kota D.I. Yogyakarta Tahun 2010-2015)” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini
dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui
terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain
maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.
Yogyakarta,
iv MOTTO
“Forgive, forget, for good”
“Jadilah seperti padi, semakin berisi semakin merunduk”
“Jadikanlah tempat pekerjaanmu sebagai rumah ternyamanmu”
“Jika ada pasir disepatumu, buanglah. Begitu juga apa yang menghalangimu, tinggalkanlah”
v
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk :
Kedua orang tua saya Bapak Budiman dan Ibu Sultiyah yang telah memberikan
doa, semangat, dorongan, dukungan dan kasih sayang sehingga menjadikan
motivasi untuk memberikan yang terbaik, memberikan kebanggaan, dan berusaha
untuk tidak pernah mengecewakan.
Keluarga besar saya, terimakasih telah mendoakan dan memberi dukungan.
Sahabat-sahabat terbaik saya yang telah banyak membantu dalam penulisan
skripsi ini.
Almamater saya Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Penulis ucapkan banyak terimakasih atas doa dan dukungannya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini, dan skripsi ini diharapkan dapat memberikan
vi THANK YOU TO :
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan kasih sayang-Nya kepadaku hingga saya bisa melewati semuanya dengan mudah,
terimakasih Yaa Allah.
Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa islam dari jaman kegelapan
hingga terang benderang seperti sekarang ini.
Kedua Orang tua, yang telah memberikan semangat, dukungan, do’a serta
restu hingga saat ini.
Kerabat dekat yang telah mendukung dan membantu selama ini.
Rekan-rekan seperjuangan akuntansi Universitas Muhammadiyah
Yogykarata angkatan 2011 yang telah berjuang bersama-sama hingga kita
semua dapat menyelesaikan studi dikampus kita tercinta.
Dosen Pembimbing Bapak Bambang Jatmiko, yang telah membantu untuk mensukseskan dan membimbing sampai studi perkuliahan saya
terselesaikan.
Seluruh Dosen Mata Kuliah Akuntasi UMY yang telah memberikan ilmu,
jasa dan bimbingannya.
vii INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pertumbuhan ekonomi,
pendapatan asli daerah, dana alokasi umum, dana alokasi khusus terhadap belanja
daerahdi kabupaten/kota D.I. Yogyakarta periode 2010-2015.
Dalam penelitian ini metode pengambilan sampel yang digunakan adalah
teknik sampling jenuh dimana seluruh populasi akan dijadikan sampel penelitian.
Sampel yang diperoleh dan digunakan dalam penelitian ini sejumlah 30 data
Laporan Realisasi APBD kabupaten/kota D.I. Yogyakarta dengan periode
2010-2015. Metode yang digunakan adalah metode analisis regresi linier berganda.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Pertumbuhan Ekonomi,
Pendapatan asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus berpengaruh
secara parsial dan signifikan terhadap Belanja Daerah.
viii ABSTRACT
This study aims to examine the effect of Economic Growth, Own-Source Revenue, General Allocation Fund, Specific Allocation Fund in D.I. Yogyakarta’s district / city on 2010-2015 period.
In this study, the sampling method was saturation sampling technique in which the entire population will be used as a sample. Samples were obtained and used in this study were Realization Report Budget of 30 D.I. Yogyakarta’s district / city on 2010-2015 period. The method used in this study was linear regression model.
The results of this study concluded that the Economic Growth, Own-Source Revenue, General Allocation Fund, Specific Allocation Fund is partially affected Regional Expenditure.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkah Rahmat
dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat
beserta salam semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya, hingga kepada umatnya hingga akhir
zaman, aamiin.
Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana pada Pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Judul yang penulis ajukan adalah “ Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus” (studi kasus Pemerintah/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010-2015).
Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan,
bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan
ini penulis dengan senang hati menyampaikan terimakasih kepada yang terhormat
:
1. Bapak Dr. Nano Prabowo, S.E., M.Si , selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisni Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Bapak Dr. Bambang Jatmiko,M.Si.,Ak. selaku Dosen pembimbing yang
selalu bijaksana memberikan bimbingan, nasehat serta waktunya selama
penulisan penelitian dan penulisan skripsi.
3. Ayah dan Ibu atas jasa-jasanya, kesabaran, dukungan, do’a dan yang tidak pernah lelah mendidik dan memberikan cinta yang tulus dan ikhlas kepada
penulis.
4. Teman-teman tersayang atas kebersamaan. bantuan dan semangatnya yang
berarti bagi penulis.
5. Semua pihak yang telah banyak membantu penulis menyelesaikan skripsi
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
HALAMAN MOTTO... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
HALAMAN THANKS TO ... vii
INTISARI ... viii
C. Tujuan Penelitian ... 10
D. Manfaat Penelitian ... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA PENELITIAN ... 12
A. Landasan Teori ... 12
1. Teori Keagenan ... 12
2. Pertumbuhan Ekonomi ... 13
3. Pendapatan Asli Daerah ... 16
xi
5. Dana Alokasi Khusus ... 20
6. Belanja Modal ... 21
B. Pengembangan Hipotesis ... 24
1. Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomidengan Belanja Modal ... 24
2. Hubungan antara Pendapatan Asli Daerah dengan Belanja Modal ... 26
3. Hubungan antara Dana Alokasi Umum dengan Belanja Modal ... 27
4. Hubungan antara Dan Alokasi Khusus Dengan Belanja Modal ... 28
BAB III METODE PENELITIAN ... 29
A. Jenis Data ... 29
B. Jenis penelitian ... 30
C. Populasi dan Sample ... 30
D. Metode Pengambilan Data ... 30
E. Variabel Penelitian ... 31
1. Metode Analisis Data ... 35
2. Analisis Data Diskriptif ... 35
F. Teknik Analisis data ... 35
1. Analisis Data ... 35
2. UjiAsumsi Klasik ... 35
a. Uji Normalitas ... 35
b. Uji Multikolinieritas ... 36
c. Uji Heteroskedastisitas ... 36
xii
G. Uji Hipotesis ... 38
a. Uji Koefisien Determinasi ... 38
b. Uji Statistik F ... 38
c. Uji Statistik T ... 38
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ... 40
A. Kondisi Geografis DIY ... 40
B. Diskriptif Objek Penelitian ... 40
C. Uji Statistik Diskriptif ... 42
1. Asumsi Klasik ... 44
a. Uji Normalitas ... 44
b. Uji Multikolinieritas ... 45
c. Uji Heteroskedastisitas ... 45
d. Uji Autokorelasi... 46
e. Uji Hipotesis ... 48
f. Uji Nilai F ... 48
g. Koefisien Determinasi ... 49
h. Uji nilai T ... 49
D. Hasil Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 50
E. Pembahasan (Interpretasi) ... 52
1. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Belanja Modal ... 52
2. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja Modal ... 54
3. Pengaruh Dana Alokasi Umum Terhadap Belanja Modal .. 56
xiii
A. Kesimpulan ... 59
B. Keterbatasan ... 60
C. Dampak Riset ... 61
D. Saran ... 61
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Luas Wilayah, Jumlah Kecamatan dan Desa/ Kelurahan di
DIY ... 41
Tabel 4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 43
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas ... 44
Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinieritas ... 45
Tabel 4.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 46
Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi ... 47
Tabel 4.7 Hasil Uji Nilai F ... 48
Tabel 4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 49
Tabel 4.9 Hasil Uji Nilai T ... 50
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Rencana Anggaran Pendapatan Dareah DIY ... 8
Gambar 4.1 Rencana Pengeluaran/Belanja Daerah DIY ... 42
x INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pertumbuhan ekonomi,
pendapatan asli daerah, dana alokasi umum, dana alokasi khusus terhadap belanja
daerahdi kabupaten/kota D.I. Yogyakarta periode 2010-2015.
Dalam penelitian ini metode pengambilan sampel yang digunakan adalah
teknik sampling jenuh dimana seluruh populasi akan dijadikan sampel penelitian.
Sampel yang diperoleh dan digunakan dalam penelitian ini sejumlah 30 data
Laporan Realisasi APBD kabupaten/kota D.I. Yogyakarta dengan periode
2010-2015. Metode yang digunakan adalah metode analisis regresi linier berganda.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Pertumbuhan Ekonomi,
Pendapatan asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus berpengaruh
secara parsial dan signifikan terhadap Belanja Daerah.
xi ABSTRACT
This study aims to examine the effect of Economic Growth, Own-Source Revenue, General Allocation Fund, Specific Allocation Fund in D.I. Yogyakarta’s district / city on 2010-2015 period.
In this study, the sampling method was saturation sampling technique in which the entire population will be used as a sample. Samples were obtained and used in this study were Realization Report Budget of 30 D.I. Yogyakarta’s district / city on 2010-2015 period. The method used in this study was linear regression model.
The results of this study concluded that the Economic Growth, Own-Source Revenue, General Allocation Fund, Specific Allocation Fund is partially affected Regional Expenditure.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Fenomena umum dari pembangunan daerah adalah desentralisasi, menurut
ketentuan umum UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, desentralisasi
yaitu penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Perwujudan dari asas desentralisasi adalah
berlakunya otonomi daerah. Prinsip otonomi daerah menggunakan prinsip otonomi
seluas-luasnya dalam arti daerah diberi kewenangan mengurus dan mengatur semua
urusan pemerintahan diluar yang menjadi urusan pemerintah pusat. Daerah
memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberi pelayanan,
peningkatan peran serta, Prakarsa, dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan
pada peningkatan kesejahteraan masyarakat Maryati dan Endarwati, (2010).
Mendasarkan pada (Q.S Al-Isra’ 26-27) :
اًريِذْبَ ت ْرِذَبُ ت َََو ِليِبَسلا َنْباَو َنِكْسِمْلاَو ُهَقَح ََْٰرُقْلا اَذ ِتآَو
Artinya : Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan
haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu
2
اًروُفَك ِهِبَرِل ُناَطْيَشلا َناَكَو
ۖ
ِنِطاَيَشلا َناَوْخِإ اوُناَك َنيِرِذَبُمْلا َنِإ
Artinya : Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara
syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya. ( Q.S Al-Isra’ 27 )
Isi kandungan dari ayat Q.S Al-Isra’ 26-27 menjelaskan dan mengingatkan kepada kita, bahwa jika kita diberikan amanah, hendaknya di jalankan atau
dipergunakan semestinya dan tidak digunakan untuk kepentingan lain.
Pembelanjaan daerah seharusnya dipergunakan untuk belanja daerahnya sesuai
dengan kepentingan daerah tersebut. Karena islam mengajarkan kita kesederhanaan
dan tidak menghambur-hamburkan uang. Sehingga kita harus membelanjakan harta
sesuai dengan kebutuhan belanja daerahnya.
Diterapkannya otonomi daerah baik di provinsi, kabupaten/kota
memberikan keleluasaan kepada pemerintah daerah setempat untuk menggali
potensi-potensi sumber keuangan di daerahnya sekaligus dapat mengalokasikan
sumber daya ke belanja daerah sesuai kebutuhan dan aspirasi masyarakat di
daerahnya. Semakin banyak sumber-sumber keuangan yang berhasil digali disuatu
daerah, maka hal ini akan meningkatkan pendapatan daerah yang semestinya diikuti
dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut. Pertumbuhan
ekonomi yang tinggi mendorong pemerintah daerah untuk melakukan
pembangunan daerah yang direalisasikan dalam bentuk pengadaan fasilitas,
infrastruktur dan sarana prasarana yang ditujukan untuk kepentingan publik.
3
baik untuk kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan maupun untuk fasilitas
publik memengaruhi besarnya belanja modal. Sehingga pemerintah daerah
seharusnya melakukan pergeseran komposisi belanja yang nantinya dapat
meningkatkan kepercayaan publik.
Dengan adanya otonomi daerah pula, maka dengan tegas terjadi pemisahan
fungsi antara fungsi Pemerintahan Daerah (Eksekutif) dengan fungsi Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (Legislatif). Berdasarkan pembedaan fungsi tersebut,
menunjukkan bahwa antara legislatif dan eksekutif terjadi hubungan keagenan,
eksekutif melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan atas anggaran
daerah, yang merupakan manifestasi dari pelayanan kepada publik, sedangkan
legislatif berperan aktif dalam melaksanakan legislasi, penganggaran, dan
pengawasan (Halim, 2006) dalam (Arwati dan Hardiati, 2013).
Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004 bahwa sumber-sumber pendapatan
daerah salah satunya berasal dari pendapatan asli daerah yang selanjutnya disebut
PAD yang terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, bagian laba BUMD dan
lain-lain PAD yang sah. Peningkatan PAD diharapkan mampu mendorong peningkatan
alokasi belanja modal daerah. Sumber-sumber pendanaan lainnya adalah dana
perimbangan, yang tediri atas Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi
Khusus (DAK). Suhardjanto, dkk. (2009) menyatakan bahwa dana perimbangan
dan pendapatan asli daerah berpengaruh positif pada belanja daerah. Pemberian
DAU kepada kepada daerah bertujuan untuk mengatasi ketimpangan fiscal antar
4
Tujuan dari transfer dana perimbangan kepada pemerintah daerah adalah
untuk mengurangi kesenjangan fiskal antara pemerintah dan menjamin tercapainya
standar pelayanan publik. Adanya transfer dana ini bagi pemerintah daerah
merupakan sumber pendanaan dalam melaksanakan kewenangannya, sedangkan
kekurangan pendanaan diharapkan dapat digali melalui sumber pendanaan sendiri
yaitu PAD. Namun kenyataannya, transfer dari pemerintah pusat merupakan
sumber dana utama pemerintah daerah untuk membiayai operasi Utamanya
sehari-hari atau belanja daerah, yang oleh pemerintah daerah dilaporkan diperhitungkan
dalam APBD. Harapan pemerintah pusat dana transfer tersebut dapat digunakan
secara efektif dan efisien oleh pemerintah daerah untuk meningkatkan pelayanan
kepada masyarakat. Kebijakan penggunaan dana tersebut sudah seharusnya pula
dilakukan secara transparan dan akuntabel.
Belanja daerah yang merupakan semua pengeluaran pemerintah daerah
dalam satu tahun anggaran ini berisikan biaya yang harus dikeluarkan oleh
pemerintah daerah dalam melaksanakan program kerja pemerintah. Komposisi
belanja daerah ini juga harus diperhatikan sebaik mungkin dalam menunjang
kebutuhan fasilitas publik agar dapat meningkatkan kepercayaan publik atas kinerja
pemerintah daerah. Apabila kepercayaan publik ini meningkat maka dapat
meningkatkan kontribusi masyarakat dalam membayar pajak daerah yang
merupakan salah satu sumber pendapatan asli daerah. Sehingga untuk
meningkatkan pelayanan publik ini alokasi belanja daerah pun harus mengalami
perubahan, bila sebelumnya banyak digunakan untuk belanja aparatur maka jika
5
memprioritaskan alokasi belanja modal. Perubahan alokasi ini juga bertujuan agar
adanya peningkatan fasilitas yang dapat menggairahkan peningkatan aktifitas
ekonomi masyarakatyang tentunya akan semakin menumbuhkan investasi
didaerah. Untuk meningkatkan fasilitas layanan publik ini, maka pemerintah harus
mengalokasikan anggaran yang lebih besar dalam bentuk belanja modal pada
APBD. Hal ini sejalan dengan pendapat Mardiasmo (2002) yang menyatakan
bahwa era otonomi daerah, pemerintah daerah harus semakin mendekatkan diri
pada pelayanan dasar public dengan memaksimalkan sumber pendapatan
daerahnya untuk meningkatkan fasilitas pelayanan public. Oleh karena itu alokasi
belanja modal memiliki peranan yang penting dalam meningkatkan pelayanan
dasar kepada masyarakat.
Peningkatan alokasi belanja modal dalam bentuk asset tetap seperti
infrastruktur, peralatan dan infrastruktur sangat penting untuk meningkatkan
produktivitas perekonomian karena semakin tinggi belanja modal semakin tinggi
pula produktivitas. Dalam Darwanto dan Yustikasari (2006) menyatakan bahwa
penerimaan hendaknya lebih banyak untuk program-program pelayanan politik.
Pendapat ini menyirat pentingnya mengalokasikan belanja untuk berbagai
kepentingan publik.
Setiap wilayah memiliki kekhasannya sendiri yang dapat dikembangkan
menjadi sebuah pendapatan yang digunakan untuk membiayai belanja daerahnya
masing-masing, Yogyakarta sebagai kota pariwisata yang setiap tahunnya selalu
dikunjungi oleh turis domestic ataupun mancanegara, seharusnya mampu
6
Teori fiscal federalism menyatakan pertumbuhan ekonomi akan tercapai melalui desentralisasi fiscal. Dengan desentralisasi fiscal, setiap daerah diberikan
kewenangan oleh pemerintah pusat dalam menggali sumber-sumber kuangan yang
dimiliki untuk membiayai kebutuhan di daerahnya, tidak hanya keperluan rumah
tangga pemerintahan daerah sehari-hari namun juga membiayai kebutuhan akan
belanja modal. Pentury (2011) menyatakan bahwa dalam desentralisasi fiscal
pemerintah daerah harus mampu memberikan fasilitas pelayanan public dengan
baik untuk seluruh masyarakat local. Pemberian pelayanan public kepada
masyarakat sangat penting artinya, mengingat masyarakat telah memberikan
sumber daya kepada daerah berupa pembayaran pajak- pajak yang mampu
meningkatkan penerimaan public.
Pertumbuhan ekonomi semestinya mampu mendorong pembangunan
daerah yang nantinya dapat meningkatkan alokasi belanja modal daerah. Hal ini
senada dengan Taiwon &Abayoni (2011) yang menyatakn bahwa Antara
pertumbuhan ekonomi dengan belanja modal memiliki hubungan positif.
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menjadi wilayah yang memiliki
keistimewaan khusus dalam penyelenggaraan urusan pemerintah dalam rangka
NKRI. Keistimewaan yang dimaksud tertuang dalam UU Nomor 13 Tahun 2012
yang mengatur tentang kedudukan hokum DIY berdasarkan sejarah dan hak asal
usul untuk mengatur dan mengurus kewenangan istimewa. Kewenangan dalam
urusan keistimewaan meliputi tata cara pengisian jabatan, kedudukan, tugas dan
wewenang Gubernur dan Wakil Gubernur, kelembagaan pemerintah daerah,
7
pemerintahan dan pembangunan di DIY adalah Hamemayu Hayuning Bawana,
sebagai cita-cita luhur untuk menyempurnakan tata nilai kehidupan
masyarakatenggaraan pemerintahan dan pembangunan di DIY adalah Hamemayu
Hayuning Bawana, sebagai cita-cita luhur untuk menyempurnakan tata nilai
kehidupan masyarakat Yogyakarta berdasarkan nilai budaya daerah yang perlu
dilestarikan dan dikembangkan.
Secara administrative, wilayah DIY terbagi menjadi empat kabupaten dan
satu kota, yakni Kabupaten Kulon progo, Bantul, Gunung kidul, Sleman dan Kota
Yogyakarta. Pusat pemerintahan DIY berada di Kota Yogyakarta. Berbeda dengan
provinsi lain yang banyak mengalami pemekaran wilayah sejak pemberlakuan
otonomi daerah pada tahun 2001, jumlah kabupaten/kota di DIY tidak mengalami
perubahan. Demikian pula dengan jumlah kecamatan dan desa/kelurahan, dalam
beberapa tahun terakhir juga tidak mengalami perubahan. Jumlah kecamatan pada
yahun 2015 sebanyak 78 kecamatan yang terbagi menjadi 438 desa/kelurahan.
Realisasi pendapatan daerah Daerah Istimewa Yogyakarta selama tahun
2010 hingga 2014 berdasarkan data Pendapatan Asli Daerah menunjukan bahwa
sumber penerimaan asli daerah yang berasal dari sector pajak daerah masih
merupakan sumber yang paling besar. Adanya tren kenaikan pendapatan asli daerah
dari tahun ke tahun menunjukan adanya kesadaran atas otonomi daerah yang
8
Realisasi Dan Alokasi Umum di Kabupaten di Provinsi D.I.Y mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Belanja daerah meningkat juga setiap tahunnya, dapat
kita anggap bahwa belanja daerah benar dipengaruhi oleh DAU dan PAD.
Peneliti juga melakukan penelitian empiris tentang Pertumbuhan Ekonomi,
Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Belanja
Daerah. Penerimaan daerah untuk membiayain kegiatan pemerintahan dan
pembangunan yang dikelola oleh pemerintah DIY berasal dari beberapa sumber
yakni, PAD, Dana Perimbangan (DAU,DAK) daan penerimaan lain yang sah.
Sampai saat ini, komponen PAD yang bersumber dari pajak daerah dan komponen
DAU menjadi sumber penerimaan terpenting bagi pendapatan daerah DIY.
Penerimaan daerah untuk pembiayaan kegiatan pemerintah dan
pembangunan yang dikelola pemerintah DIY berasal dari beberapa sumber, yakni
Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan (dana bagi hasil dan bukan
pajak, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus),satu penerimaan lain yang
sah.sampai saat ini, komponen PAD yang bersumber dari pajak daerah dan
komponen DAU menjadi sumber penerimaan terpenting bagi pendapatan daerah
DIY.
Berdasarkan Rencana Anggaran Pendapata dan Belanja Daerah (RAPBD)
DIY 2015. Selama enam tahun terakhir, nilai nominal pendapatan daerah yang
direncaakan semakin meningkat secara signifikan terutama pasca disahkannya
Undang-undan No 13 Tahun 2012 tentang keistimewaan DIY yang mulai
9
yang baik PAD, dana perimbangan maupun pendapatan lain yang sah mengalami
peningkatan.
Secara persentasi , nilai PAD dalam RAPBD dari tahun 2010-2012
mengalami penurunan hinggan 41,34 persen. Kemudian di tahun 2013 dan 2015
mengalami peningkatan hingga 42,44 persen. Sedangkan untuk dana perimbangan
dari tahun 2010-2015 mengalami penurunan dari 49,58 sampai dengan 30,57
persen. Hal ini berbalik dengan pendapatan asli daerah yang dari tahun 2010-2015
mengalami peningkatan yang cukup baik hingga 26,99 persen. Lihat gambar 1.1
Gambar 1.1
Rencana Anggaran Pendapatan Daerah DIY
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti bermaksud melakukan penelitian
dengan judul “ Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana
Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus terhadap Belanja Daerah”. Penelitian ini
meneliti kembali dari penelitian Wertianti dan Dwiranda (2013) dengan judul 0
2010 2011 2012 2013 2014 2015
RAPD (dalam persen)
10
penelitian “ Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi pada Belanja Modal dengan Pendapatan Asli Daerah sebagai Variabel Moderasi”. Perbedaan penelitian ini
dengan penelitian sebelumnya adalah menjadikan variabel Pendapatan Asli Daerah,
Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus menjadi variabel dependen. Sampel
penelitian ini tahun 2010- 2015. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten/Kota Daerah
Istimewa Yogyakarta.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas maka peneliti dapat
merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap belanja daerah
?
2. Apakah pendapatan asli daerah berpengaruh terhadap belanja daerah
?
3. Apakah dana alokasi umum berpengaruh terhadap belanja daerah ?
4. Apakah dana alokasi khusus berpengaruh terhadap belanja daerah ?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan uraian rumusan masalah diatas maka penelitian ini bertujuan
11
1. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris pertumbuhan
ekonomi berpengaruh terhadap belanja daerah.
2. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris pendapatan asli
daerah berpengaruh terhadap belanja daerah.
3. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris dana alokasi umum
berpengaruh terhadap belanja daerah.
4. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris dana alokasi
khusus berpengaruh terhadap belanja daerah.
1.4 MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi
atau masukan bagi perkembangan ilmu akuntansi, terutama akuntansi
dalam sektor publik.
2. Manfaat secara Praktis
a. Bagi pemerintahan daerah D.I.Yogyakarta sebagai pertimbangan
dalam melakukan belanja daerah.
b. Bagi investor sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan
investasi di daerah D.I.Yogyakarta.
c. Bagi perusahaan sebagai bahan pertimbangan untuk membangun
perusahan di D.I.Yogyakarta.
d. Bagi peneliti sebagai bahan referensi dalam penelitian kembali
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA PENELITIAN
2.1 LANDASAN TEORI
2.1.1 Stewardship Theory
Grand theory dalam Penelitian ini adalah menggunakan Stewardship Theory, Teori Stewardship menjelaskan mengenai situasi manajemen tidaklah termotivasi oleh tujuan-tujuan individual melainkan lebih ditujukan pada sasaran
hasil utama mereka untuk kepentingan organisasi (Ddonaldson, 1989 dan Davis,
1991). Teori ini menggambarkan tentang adanya hubungan yang kuat Antara
kepuasan dan kesuksesan organisasi. Sedangkan menurut Etty Murwaningsih
(2009) teori Stewardship berdasarkan asumsi filosofis mengenai sifat manusia
bahwamanusia dapat dipercaya, bertanggungjawab, dan manusia merupakan
individu yang berintegrasi.
Pemerintah selaku stewardship dengan fungsi pengelola sumber daya dan rakyat selaku principal pemilik sumber daya. Terjadi kesepakatan yang terjalin Antara pemerintah (stewardship) dan rakyat (principal) berdasarkan kepercayaan, kolektif sesuai tujuan organisasi. Organisasi sektor publik memiliki tujuan
memberikan pelayanan kepada public dan dapat di pertanggungjawabkan kepada
masyarakat (public). Sehingga dapat diterapkan dalam model khusus organisasi
sector public dengan teori stewardship. Menurut Putro (2013) teori stewardship
mengasumsikan hubungan yang kuat Antara kesuksesan organisasi dengan
14
pemerintahan untuk mencapai tujuan pemerintah yaitu meningkatkan kesejahteraan
rakyat. Apabila tujuan ini mampu tercapai oleh pemerintah maka rakyat selaku
pemilik akan merasa puas dengan kinerja pemerintah.
1.1.2 Stakeholder Theory
Selain teori stewardship, teori lain yang mendasarkan penelitian ini adalah
teori Stakeholder, istilah stakeholder pertama kali diperkenalkan oleh
Standford Research Institute (RSI) pada tahun 1963 (Freeman, 1984). Freeman (1984) mendefinisikan bahwa stakeholder merupakan kelompok
maupun individu yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh proses
pencapaian tujuan organisasi. Stakeholder teori merupakan sekelompok orang, komunitas atau masyarakat baik secara keseluruhan maupun parsial
yang memiliki hubungan serta kepentingan terhadap organisasi. Sedangkan
Byson (2011) mendefinisikan stakeholder ialah suatu individu, kelompok
atau organisasi apapun yang dapat melakukan klaim terhadap sumber daya
atau hasil dari organisasi atau dipengaruhi oleh hasil itu. Keberhasilan
dalam organisasi publik maupun swasta ialah sejauh mana organisasi
tersebut dapat menjamin kepuasan stakeholder utama (masyarakat sebagai
stakeholder utama). Pemerintah selaku pemegang kekuasaan dalam roda
pemerintahan harus menekankan aspek kepentingan rakyat selaku
stakeholder (Putro, 2013). Pemerintah harus mampu mengelola kekayaan
daerah, pendapatan daerah serta yang berupa aset untuk kesejahteraan
15
kekayaan alam yang dikuasai pemerintah harus digunakan dan
dimanfaatkan untuk kesejahteraan rakyat.
2.1.3 Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan dasar untuk pembangunan
berkelanjutan. Pemerintah dapat memperbaiki kesejahteraan masyarakat dengan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dengan memprioritaskan: perbaikan
infrastruktur; peningkatan pendidikan; pelayanan kesehatan; membangun fasilitas
yang dapat mendorong investasi baik asing maupun lokal; menyediakan perumahan
dengan biaya rendah; melakukan restorasi lingkungan serta penguatan di sektor
pertania (Saad, 2009) dalam Rizani, dkk, (2011).
Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai perkembangan kegiatan dalam
perekonomian yang mendorong barang dan jasa yang diproduksikan ke masyarakat
bertambah (Sukirno, 2010). Pertumbuhan ekonomi suatu daerah dicerminkan dari
angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB adalah jumlah nilai
tambah barang dan jasa yang diproduksi dari seluruh kegiatan pekonomian di
seluruh daerah dalam tahun tertentu atau perode tertentu dan biasanya satu tahun.
Tingkat pertumbuhan ekonomi suatu daerah diproksikan dengan PDRB atas dasar
harga konstan. PDRB atas dasar harga konstan menggunakan harga pada tahun
tertentu sebagai tahun dasar untuk mengeliminasi faktor-faktor kenaikan harga.
Menurut (Nanga 2001) dalam (Indarti dan Sugiato 2012). pertumbuhan
ekonomi didefinisikan sebagi peningkatan dalam kemampuan dari suatu
16
ekonomi berkaitan dengan kenaikan output perkapita, disini ada dua sisi yang perlu
diperhatikan yaitu sisi output totalnya (GDP) dan sisi jumlah penduduknya. Output
per kapita adalah output total dibagi dengan jumlah penduduk. Pertumbuhan
ekonomi merupakan suatu proses, bukan suatu gambaran ekonomi pada suatu saat
(Boediono, 2009).
Faktor-faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi
1. Faktor sumber daya manusia, sama halnya dengan proses pembangunan,
pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi oleh SDM. sumber daya manusia
merupakan factor terpenting dalam proses pembangunan, cepat lambatnya
proses pembangunan tergantung kepada sejauh mana sumber daya
manusianya selaku subjek pembangunan memiliki kompetensi yang
memadai untuk melaksanakan proses pembangunan.
2. Faktor sumber daya alam, sebagian besar negara berkembang bertumpu
pada sumber daya alam dalam melaksanakan proses pembangunannya.
Namun demikian, sumber daya alam saja tidak menjamin keberhasilan
proses pembangunan ekonomi, apabila tidak didukung oleh kemampuan
sumber daya manusianya dalam mengelola sumber daya alam yang tersedia.
Sumber daya alam yang dimaksud diantaranya kesuburan tanah, kekayaan
mineral, tambang, kekayaan hasil hutan dan kekayaan laut.
3. Faktor ilmu pengetahuan dan teknologi, perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang semakin berkembang pesat mendorong adanya
percepatan proses pembangunan, pergantian pola kerja yang semula
17
berdampak kepada aspek efisiensi, kualitas dan kuantitas serangkaian
aktivitas pembangunan ekonomi yang dilakukan dan pada akhirnya
berakibat pada percepatan laju pertumbuhan perekonomian.
4. Faktor budaya, faktor budaya memberikan dampak tersendiri terhadap
pembangunan ekonomi yang dilakukan, faktor ini dapat berfungsi sebagai
pembangkit atau pendorong proses pembangunan tetapi dapat juga menjadi
penghambat pembangunan. Budaya yang dapat mendorong pembangunan
diantaranya sikap kerja keras dan kerja cerdas, jujur, ulet dan sebagainya.
Adapun budaya yang dapat menghambat proses pembangunan diantaranya
sikap anarkis, egois, boros, KKN dan sebagainya.
5. Sumber daya modal, sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk
mengelola SDA dan meningkatkan kualitas IPTEK. Sumber daya modal
berupa barang- barang modal sangat penting bagi perkembangan dan
kelancaran pembangunan ekonomi karena barang-barang modal juga dapat
meningkatkan produktivitas.
2.1.4 Pendapatan Asli Daerah
UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah, PAD adalah pendapatan daerah yang dipungut
berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. PAD
merupakan pendapatan rutin yang diperoleh dengan memanfaatkan potensi-potensi
18
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan semua penerimaan daerah yang
berasal dari sumber ekonomi asli daerah. PAD mencerminkan kemandirian suatu
daerah dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Pendapatan asli daerah setiap
daerah berbeda beda. Daerah yang memiliki kemajuan dibidang industri dan
memiliki kekayaan alam yang melimpah cenderung memiliki PAD yang lebih besar
dibanding daerah lainnya, begitu juga sebaliknya. Disatu sisi ada daerah yang
sangat kaya karena memiliki PAD yang tinggi dan disisi lain ada daerah yang
tertinggal karena memiliki PAD yang rendah dalam (Rizani, dkk 2011).
Berdasarkan UU nomor 22 tahun 1999 pasal 79 disebutkan bahwa pendapatan asli
Daerah terdiri dari :
1. Pajak Daerah
Pajak Daerah adalah Iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau Badan
kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat dipaksakan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk
membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah (
Bambang, 2003).
Jenis Pajak Daerah dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Pajak Daerah Provinsi yang terdiri dari:
1) Pajak Kendaraan Bermotor
2) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
19
4) Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan
b. Pajak Daerah Kabupaten/Kota yang terdiri dari:
1) Pajak Hotel dan Restoran
2) Pajak Hiburan
3) Pajak Reklame
4) Pajak Penerangan Jalan
5) Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian Golongan C
2. Retribusi Daerah
Retribusi Daerah adalah Pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau
pemberian izin tertentu yang kusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah
daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan (Kesit Bambang, 2003),
mendapat balas jasa langsung. Retribusi dibagi atas tiga golongan:
a. Retribusi jasa umum
b. Retribusi jasa usaha
c. Retribusi perizinan tertentu
Laba Badan Usaha Milik Daerah
Perusahaan Daerah adalah perusahaan yang modalnya sebagian atau
seluruhnya merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan kecuali jika ditentukan
lain dengan atau berdasarkan UU. Sebagian laba perusahaan daerah merupakan
20
pemerintah daerah, terdiri dari perusahaan yang bergerak dibidang jasa keuangan
dan perbankan (bank pembangunan daerah dan bank pasar) dan dibidang lain,
seperti jasa air bersih (PDAM), jasa disektor industri, pertanian, perkebunan dan
lain-lain.
3. Penerimaan Lain-lain
Pengertian penerimaan lain-lain Daerah Kabupaten/Kota adalah
penerimaan yang diperoleh Daerah Kabupaten/Kota diluar pajak, retribusi, bagian
laba BUMD. Beberapa contoh penerimaan yang termasuk kategori penerimaan
lain-lain misalnya penerimaan dan hasil penjualan aset milik Pemerintah Daerah
dan jasa giro rekening Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
2.1.5 Dana Alokasi Umum (DAU)
Dana Alokasi Umum adalah dana yang berasal dari APBN yang
Dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk
membiayai kebutuhan pembelanjaan. Adapun cara menghitung DAU menurut
ketentuan adalah sebagai berikut :
a. Dana Alokasi umum (DAU) ditetapkan sekurang-kurangnya 25%
dari penerimaan dalam negeri yang ditetapkan dalam APBN.
b. Dana Alokasi umum (DAU) untuk daerah propinsi dan untuk
daerah kabupaten/kota ditetapkan masing-masing 10% dan 90%
dari dana alokasi umum sebagaimana ditetapkan diatas.
c. Dana Alokasi umum (DAU) untuk suatu daerah kabupaten/kota
21
umum untuk daerah/kabupaten yang ditetapkan APBN dengan
porsi daerah kabupaten/kota yang bersangkutan.
d. Porsi daerah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud diatas
merupakan proporsi bobot daerah kabupaten/kota di seluruh
Indonesia. (Prakosa, 2004).
Dana alokasi umum merupakan bantuan dari pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah melalui transfer untuk membantu keuangan daerah (PP No. 104
Th. 2000, pasal 15). Transfer dari Pempus penting untuk Pemda dalam
menjaga/menjamin tercapainya standar pelayanan publik minimum di seluruh
negeri. Transfer rmerupakan konsekuensi dari tidak meratanya kemampuan
keuangan dan ekonomi daerah. Selain itu, tujuan transfer adalah mengurangi
kesenjangan keuangan horisontal antar-daerah, mengurangi kesenjangan vertikal
Pusat-Daerah, mengatasi persoalan efek pelayanan publik antar-daerah, dan untuk
menciptakan stabilisasi aktivitas perekonomian didaerah. DiIndonesia, bentuk
transfer yang paling penting adalah DAU dan DAK, selain bagi hasil
(revenuesharing).
2.1.6 Dana Alokasi Khusus ( DAK)
Dana Alokasi Khusus adalah dana yang bersumber dari
pendapatan-pendapatan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan
kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus
22
jumlah penerimaan DAK yang diberikan oleh pemerintah pusat (Maryati dan
Endarwati 2010).
Dana alokasi khusus ini dialokasikan untuk daerah yang memiliki
kemampuan fiskal rendah dibanding kemampuan fiskal daerah secara nasional.
Penentuan pemerimaan dana alokasi khusus ini diatur sesuai dengan kriteria
penerimaan DAK yang terdapat dalam undang-undang. Sesuai dengan
pengertiannya dana alokasi khusus ini dialokasikan untuk mendanai kebutuhan
program pemerintah daerah yang sejalan dengan kepentingan program nasional,
terutama dalam pemenuhan sarana dan prasarana layanan dasar masyarakat.
Dana alokasi khusus sebagai bagian dari pendapatan daerah merupakan
suatu bentuk transfer pusat guna mendanai kewenangan yang telah
disentralisasikan, yang juga sekaligus mengemban tugas untuk mendukung
prioroitas nasional (Lubis, 2010). Secara lebih rinci (Yani, 2008) menyatakan,
bahwa dana alokasi khusus dapat dipergunakan oleh pemerintah daerah untuk
mendanai kebutuhan fisik sarana dan prasarana yang menjadi ciri khas nasional
seperti dibidang pendidikan, kesehatan, infrastruktur, kelautan dan perikanan,
pertanian, prasarana pemerintah daerah, serta lingkungan hidup.
2.1.7 Belanja Daerah
Belanja daerah adalah semua pengeluaran kas daerah dalam periode tahun
bersangkutan yang mengurangi kekayaan pemerintah daerah. Dalam struktur
anggaran daerah dengan pendekatan kinerja, pengeluaran daerah dirinci menurut
23
adalah suatu kesatuan penggunaan seperti sekretariat daerah, dinas daerah, dan
lembaga teknis daerah lainnya. Fungsi belanja misalnya pendidikan, kesehatan dan
fungsi-fungsi lainnya. Kelompok belanja misalnya belanja administrasi umum,
belanja operasi dan biaya pemeliharaan serta belanja investasi. Jenis belanja
misalnya belanja pegawai, belanja barang, belanja perjalanan dinas, dan belanja
lain-lain.
Belanja daerah dibagi menjadi belanja rutin, belanja investasi, pengeluaran
transfer dan pengeluaran tidak tersangka.
Belanja Rutin
Belanja rutin adalah pengeluaran yang manfaatnya hanya untuk satu tahun
anggaran dan tidak menambah aset kekayaan bagi daerah, belanja rutin terdiri dari
:
Belanja administrasi umum :
A. Belanja Pegawai
B. Belanja Barang
C. Belanja Perjalanan Dinas
D. Belanja Pemeliharaan
E. Belanja operasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana umum
24
Belanja investasi adalah pengeluaran yang manfaatnya cenderung melebihi
satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan daerah, dan
selanjutnya akan menambah anggaran rutin untuk biaya operasional dan
pemeliharaannya. Belanja investasi terdiri dari :
a. Belanja Publik : belanja yang manfaatnya dapat dinikmati secara langsung oleh
masyarakat. Belanja publik merupakan belanja modal yang berupa investasi
fisik yang mempunyai nilai ekonomis lebih dan satu tahun dan mengakibatkan
terjadinya penambahan aset daerah.
b. Belanja Aparatur : belanja yang manfaatnya tidak secara langsung dinikmati
oleh masyarakat, tetapi dirasakan langsung oleh aparatur. Belanja aparatur
diperkirakan akan memberikan manfaat pada periode berjalan dan periode yang
akan datang.
Pengeluaran Transfer
Pengeluaran transfer adalah pengalihan utang pemerintah daerah dengan
kriteria :
a. Tidak menerima secara langsung imbalan barang dan jasa seperti layak
terjadi dalam pembelian dan penjualan.
b. Tidak mengharapkan dibayar kembali dimasa yang akan datang, seperti
yang diharapkan pada suatu pinjaman.
c. Tidak mengharapkan adanya hasil pendapatan, seperti layaknya yang
25
Pengeluaran transfer terdiri atas angsuran pinjaman, dana bantuan dan dana
cadangan.
Pengeluaran Tidak Tersangka
Pengeluaran tidak tersangka adalah pengeluaran yang disediakan untuk
pembiayaan:
a. Kejadian-kejadian luar biasa seperti bencana alam, kejadian yang dapat
membahayakan daerah.
b. Tagihan tahun lain yang belum diselesaikan dan/atau yang tidak tersedia
anggarannya pada tahun lalu yang bersangkutan.
c. Pengembalian penerimaan yang bukan hak nya atau penerimaan yang
dibebaskan dan atau di batalkan penerimaannya.
2.2 PENURUNAN HIPOTESIS
2.2.1 Pertumbuhan ekonomi dan Belanja daerah
Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai perkembangan kegiatan dalam
perekonomian yang mendorong barang dan jasa yang diproduksikan ke masyarakat
bertambah (Sukirno, 2010). Otonomi daerah mendorong pemerintah daerah untuk
mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan
pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Tetapi, perbedaan
26
lokalnya dan ketersediaan sarana prasarana serta sumber daya menyebabkan
pertumbuhan ekonomi Antara satu daerah dengan daerah lainnya tidak sama.
Ketika suatu pemerintah daerah memiliki pertumbuhan ekonomi yang baik maka
belanja yang ada di daerah juga akan ikut meningkat.
Penelitian pertumbuhan ekonomi dan belanja daerah telah beberapa kali
diteliti oleh banyak peneliti, dan hasil yang mereka dapatkan kurang lebih memiliki
pengaruh positif dan signifikan. Hal ini dibuktikan dari penelitian Wertianti dan
Dwirandra (2013) yang mendapatkan hasil pertumbuhan ekonomi berpengaruh
positif terhadap belanja daerah di Bali. Kemudian terdapat juga hasil penelitian dari
Mayasari, dkk (2014) yang mendapatkan hasil pertumbuhan ekonomi berpengaruh
positif dan signifikan. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dibentuklah hipotesisi
sebagai berikut :
H1 : Pertumbuhan Ekonomi Berpengaruh Positif Terhadap Belanja Daerah.
2.2.2 Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Daerah
Desentralisasi fiscal memberikan kewenangan kepada daerah untuk mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan dengan membuat kebijakan
daerah untuk memberikan pelayanan, peningkatan peran serta, prakasa dan
pemberdaya masyarakat setempat yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan
masyarakat (UU No 32/2004). Kemampuan daerah untuk menyediakan
sumber-sumber pendapatan yang berasal dari daerah sangat tergantung pada kemampuan
27
ekonomi yang mampu menciptakan penerimaan daerah untuk membiayai
pembangunan daerah tersebut.
PAD merupakan pendapatan rutin yang diperoleh dengan memanfaatkan
potensi-potensi sumber keuangan daerah untuk membiayai tugas dan tanggung
jawabnya. PAD yang dimiliki daerah berbeda-beda, daerah yang memiliki
kemajuan industri dan kekayaan alam yang melimpah cenderung memiliki PAD
yang besar dibanding daerah lainnya, PAD yang besar ini akan memiliki belanja
daerah yang besar juga.
Penelitian mengenai Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Daerah telah
diuji oleh beberapa penelitian diberbagai daerah di Indonesia dan memiliki banyak
hasil. Hal ini dibuktikan oleh peneliti Edwin (2014) yang mendapatkan hasil,
pendapatan asli daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap belanja daerah
di kota Bandung. Hal serupa juga telah diteliti oleh Mayasari, dkk (2014) yang
mendapatkan hasil adanya pengaruh positif dan signifikan pendapatan asli daerah
terhadap belanja modal. Maka dari itu peneliti menurunkan hipotesis sebagai
berikut :
H2 : Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif terhadap belanja modal.
2.2.3 Dana Alokasi Umum dan Belanja daerah
Pelaksanaan desentralisasi, dimana pemerintah pusat menyerahkan
kewenangannya kepada pemerintah daerah, menimbulkan konsekuensi pemberian
sumber keuangan negara kepada pemerintah daerah dengan memperhatikan
28
mengurangi kesenjangan fiskal Antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dan
Antara pemerintah daerah itu sendiri. Pendanaan ini untuk menyelenggarakan
kewenangan pemerintah yang menjadi tanggungjawab pemerintah pusat yang ada
di daerah (UU No. 33/2004).
Dana Alokasi Umum adalah dana yang berasal dari APBN yang
Dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk
membiayai kebutuhan pembelanjaan. Untuk melakukan pemerataan kemampuan
keuangan di setiap daerah pemerintah mengalokasikan dananya untuk melakukan
belanja daerah. Semakin banyak dana yang dialokasikan maka belanja daerah akan
semakin meningkat.
Penelitian mengenai Dana Alokasi Umum terhadap Belanja Daerah telah
diteliti oleh beberapa peneliti di berbagai daerah. Mayasari (2014) mendapatkan
hasil, Dana alokasi umum berpengaruh positif dan signifikan terhadap belanja
daerah di kabupaten Buleleng. Dan juga Wisnu (2010) mendapatkan hasil, dana
alokasi umum berpengaruh positif dan signifikan terhadap belanja daerah di
Yogyakarta. Maka, peneliti menurunkan hipotesis sebagai berikut :
H3 : Dana Alokasi Umum berpengaruh terhadap Belanja Daerah.
29
Dana Alokasi Khusus adalah dana yang bersumber dari
pendapatan-pendapatan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan
kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus
yang merupakan urusan daerah sesuai dengan prioritas nasional. Dana alokasi
khusus ini dapat dipergunakan oleh pemerintah daerah untuk mendanai kebutuhan
fisik sarana dan prasarana daerah untuk meningkatkan otonomi daerah. Semakin
tinggi dana yang dialokasikan maka semakin tinggi pula belanja daerah.
Penelitian mengenai Dana Alokasi Khusus terhadap Belanja Daerah telah
banyak diteliti diberbagai daerah. Wisnu (2010) memiliki hasil, dana alokasi khusus
berpengaruh positif dan signifikan terhadap belanja daerah. Dan juga Marzel (2013)
memiliki hasil, dana alokasi khusus berpengaruh positif dan signifikan terhadap
belanja daerah. Maka penurunan hipotesisnya adalah :
H4 : Dana Alokasi Khusus Berpengaruh terhadap Belanja Daerah.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis dan Sumber Data
Data penelitian ini menggunakan jenis data sekunder yang dikumpulkan
dari dokumen pemerintah daerah di Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi DIY
berupa data kuantitatif, yaitu Data Laporan Realisasi Anggaran APBD pemerintah
DI Yogyakarta mengenai jumlah realisasi anggaran Pendapatan Asli Daerah
(PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), Belanja
Daerah
3.2 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini meneliti tentang Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi,
Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus terhadap
Belanja Daerah. Data yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah data yang
bersumber dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA) kabupaten/kota di
Kabupaten/Kota DI Yogyakarta pada periode tahun 2010-2015. Penelitian ini
merupakan penelitian empiris dengan menggunakan data sekunder sebagai sumber
data.
3.3 Populasi
Populasi penelitian ini adalah kabupaten dan kota di Daerah Istimewa
dengan 2015. Periode tersebut diambil agar penelitian ini bisa menggunakan data
terbaru sehingga diharapkan hasilnya masih relevan dengan kondisi saat ini.
Berdasarkan data pemerintah kabupaten/kota di DIY periode 2010-2015
diketahui total data adalah sebanyak 30 data. Data populasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Laporan Realisasi Anggaran APBD seluruh Pemerintahan DIY
. Berdasarkan kriteria yang dipakai sebagai sampel adalah Kabupaten/Kota DI
Yogyakarta yang memiliki pendapatan daerah aktif, dapat membiayai daerahnya
sendiri yang mempublikasikan Laporan Realisasi APBD secara konsisten dari
tahun 2010-2015.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini dilakukan untuk menguji Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi,
Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus terhadap
Belanja Daerah, sehingga menggunakan metode dokumentasi. Menurut
(Indriantoro 2013), metode pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi,
yaitu salah satu metode pengambilan data yang memuat informasi mengenai suatu
subjek, objek atau kejadian masa lalu yang dikumpulkan, dicatat dan disusun dalam
arsip.
Data dikumpulkan dari pemerintah daerah di Badan Pusat Statistik (BPS)
provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan melalui situs resmi Dirjen Perimbangan
Keuangan Pemerintah Daerah dengan alamat (www.djpk.depkeu.go.id).
Sedangkan sifat data dari penelitian ini adalah kuantitaif, yaitu data yang berupa
jumlah Belanja Daerah, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana
Alokasi Khusus.
3.5 Variabel Penelitian
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah belanja daerah. Variabel
independen dalam penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi, pendapatan asli
daerah, dana alokasi umum, dana alokasi khusus.
1. Variabel Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai perkembangan kegiatan
dalam perekonomian yang mendorong barang dan jasa yang diproduksikan ke
masyarakat (Sukirno, 2010) :
PE = (PDRBt – PDRBt-1) x 100%
(PDRBt-1)
Keterangan :
PDRBt = Produk Domestik Regional Bruto tahun t
PDRBt-1 = Produk Domestik Regional Bruto satu tahun sebelum tahun t.
2. Variabel Pendapatan Asli Daerah merupakan semua penerimaan daerah
yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah :
PAD = HPD + RD + PLPD + PLS
Keterangan :
HPD = Hasil Pajak Daerah
PLPD = Pendapatan dari Laba Perusahaan Daerah
PLS = pendapatan lain-lain yang Sah
3. Variabel Dana Alokasi Umum adalah dana yang berasal dari APBN yang
dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan antara daerah untuk
membiayai kebutuhan pembelanjaan :
DAU = Celah Fiskal + Alokasi Dasar
Keterangan :
CF = Kebutuhan Fiskal- Kapasitas Fiskal
AD = Gaji PNS di Daerah
CF = KbF + KpF
KbF = TPR ( IP + IW + IPM + IKK) + IPDRB per kapita
KpF = PAD + DBH ( PBB + BPHTB + PPh + SDA)
Keterangan :
KbF = Kebutuhan Fiskal
TPR = Total pengeluaran Rata-rata
IP = Indeks Jumlah Penduduk
IW = Indeks Luas Wilayah
IPM = Indeks Pembangunan Manusia
IPDRB= Indeks PDRB per Kapita
KpF = Kapasitas Fiskal
PAD = Pendapatan Asli Daerah
PBB = Pajak Bumi dan Bangunan
BPHTB= Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
PPh = Pajak Penghasilan
SDA = Sumber Daya Alam
PP nomor 55 tahu 2005 tentang Dana Perimbangan menjelaskan secara rinci
mengenai formula DAU. Alokasi dasar dihitung berdasarkan jumlah gaji Pegawai
Negri Sipil Daerah. Kebutuhan fiscal diukur menggunakan variable jumlah
penduduk, luas wilayah, indeks kemahalan konstruksi, PDRB per kapita, dan indek
Pembangunan manusia. Sedangkan kapasitas fiscal diukur berdasarkan PAD dan
Dana Bagi Hasil.
4. Variabel Dana Alokasi Khusus adalah dana yang bersumber dari
pendapatan-pendapatan anggaran pendapatan belanja negara (APBN) yang
dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai
kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah sesuai dengan prioritas nasional :
Bobot DAK = bobot Daerah + Bobot Teknis
Bobot Daerah = IFW + IKK
IFW = Indeks Fiskal Wilayah
IKK = Indeks Kemahalan Konstruksi
Bobot Teknis = IT x IKK
Keterangan :
IT = Indeks Teknis
IKK = Indeks Kemahalan Konstruksi
5. Variabel Belanja Daerah adalah semua pengeluaran kas daerah dalam
periode tahun bersangkutan yang mengurangi kekayaan pemerintahan daerah :
Belanja Daerah = Belanja Tanah + Belanja Peralatan dan Mesin + Belanja gedung dan bangunan + Belanja jalan, irigasi, jaringan + Belanja aset lain-lain.
H.5 Metode Analisis Data
H.5.1 Metode Analisis
a. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif menggambarkan atau mendeskripsikan suatu data yang
dilihat melalui nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum,
dan menganalisis data beserta perhitungannya agar keadaan atau karakteristik data
yang bersangkutan dapat diperjelas (Kono, 2013).
b. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan untuk menguji apakah data memenuhi asumsi
klasik, untuk menghindari adanya estimasi yang bias karena tidak semua data dapat
diterapkan dalam regresi (Kono, 2013). Pengujian asumsi klasik dilakukan dengan
uji normalitas, uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi, varibel
penganggu atau residual berdistribusi normal atau tidak (Ghozali, 2009). Uji
normalitas dilengkapi dengan uji statistik. Uji statistik yang digunakan adalah uji
statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S) dengan membuat hipotesis:
H0 : Data residual berdistribusi normal
HA : Data residual tidak berdistribusi normal
Jika angka probabilitas kurang dari 0,05, maka variabel ini tidak terdistribusi secara
normal. Sebaliknya, jika angka probabilitas lebih dari 0,05 berarti HA alternatif
ditolak yang berarti variabel tidak terdistribusi secara normal.
2. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah terdapat hubungan
antara variabel independen pada persamaan regresi (Ghozali, 2011 dalam Kono,
yaitu dilihat dari nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF), tolerance
mengukur variabilitas variabel bebas yang dipilih dan tidak dapat dijelaskan oleh
variabel bebas lainnya (Ghozali, 2009). Nilai tolerance yang rendah sama dengan
nilai VIF yang tinggi, dikarenakan VIF = 1/tolerance serta menunjukkan adanya
kolinieritas yang tinggi. Cut off nilai tolerance 0,10 atau sama dengan nilai VIF
dibawah 10.
3. Uji Heteroskedastisitas
Pengujian ini untuk menguji apakah pada model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual antara satu pengamatan dengan lainnya
(Indriani, 2010). Untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas yaitu dengan cara
melakukan Uji Glejser. Ada atau tidak terjadinya heteroskedastisitas adalah dengan
melihat nilai sig > alpha 0,05.
4. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah ada korelasi antara model
regresi dan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya, jika ada maka
disimpulkan adanya problem autokorelasi (Kono, 2013). Untuk menguji
autokorelasi antara lain dapat dilakukan dengan uji Durbin Watson (Ghozali, 2005).
Model regresi tidak mengalami autokorelasi jika :
Alat pengujian yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis model regresi
berganda dengan formulasi sebagai berikut :
BD = a + β1PE + β2PAD + β3DAU + β4DAK + e
dimana:
BD = Belanja Daerah
a = Konstanta
PE = Pertumbuhan Ekonomi
PAD = Pendapatan Asli Daerah
DAU = Dana Alokasi Umum
DAU = Dana Alokasi Khusus
e = error
a. Koefisien Determinasi (Adj. R2)
Uji koefisien determinasi digunakan untuk menjelaskan tingginya derajat
hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen. Nilai koefisien
determinasi yang mendekati 1 menunjukkan bahwa semakin besar pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen (Ghozali, 2011). Penelitian ini
menggunakan adjusted R2 antara 0 sampai 1. Jika nilai nilai adjusted R2 maka
semakin baik model tersebut dalam menjelaskan varaiabel dependen, dan
sebaliknya.
Uji Statistik F berguna untuk mengetahui apakah semua variabel
independen sudah, masuk dalam model regresi dan memiliki pengaruh secara
bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen (Ghozali, 2011 dalam Kono,
2013). Signifikansi probabilitas adalah < 0,05, maka variabel independen secara
bersama mempengaruhi variabel dependen.
c. Uji Statistik T
Uji statistik t digunakan agar diketahuinya seberapa jauh pengaruh satu
variabel independen secara individual dalam menjelaskan variabel dependen
(Ghozali, 2011 dalam Kono, 2013). Kriteria penerimaan hipotesis yaitu, (1) Jika
59
59
BAB V
KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN PENELITIAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian tersebut, simpulan yang dihasilkan dalam
penelitian sebagai berikut:
1. Pertumbuhan Ekonomi pada pemerintah kabupaten/kota Jawa Tengah dan
provinsi DIY dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2015 tidak berpengaruh
positif terhadap belanja daerah pada pemerintah kabupaten/kota Jawa
Tengah dan provinsi DIY dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2015.
2. Pendapatan Asli Daerah pada pemerintah kabupaten/kota Jawa Tengah dan
provinsi DIY dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2015 berpengaruh
positif terhadapa belanja daerah pada pemerintah kabupaten/kota Jawa
Tengah dan provinsi DIY dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2015.
3. Dana Alokasi Umum pada pemerintah kabupaten/kota Jawa Tengah dan
provinsi DIY dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2015 tidak berpengaruh
positif terhadap belanja modal pada pemerintah kabupaten/kota Jawa
Tengah dan provinsi DIY dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2015.
4. Dana Alokasi Umum pada pemerintah kabupaten/kota Jawa Tengah dan
provinsi DIY dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2015 berpengaruh
signifikan terhadap belanja modal pada pemerintah kabupaten/kota Jawa
60
60
B. Keterbatasan
Keterbatasan penelitian ini yang dapat dijadikan implikasi penelitian
selanjutnya, sebagai berikut:
1. Sampel yang digunakan hanya terbatas didaerah kabupaten/kota di
Provinsi Daerah Istimewa Yogykarta sehingga hasil temuan dan
rekomendasi dari peneliti kurang dapat diberlakukan untuk mengukur tren
kinerja pemerintah daerah seluruh wilayah kabupaten/kota di Indonesia
karena penelitian hanya melingkupi wilayah Yogyakarta.
2. Rentang waktu penelitian hanya 6 tahun anggaran, sehingga hasil
penelitian belum komperhensif dikarenakan adanya beberapa perubahan
nomenklatur pengkodean jenis belanja pada Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah
3. Nilai R Square karena regresi sederhana untuk persamaan kedua dalam penelitian ini hanya sebesar 0,05. Hal ini menjelaskan 0,5% variasi
pendapatan perkapita dapat dijelaskan secara signifikan oleh belanja modal
(BM), sedangkan sisanya 95,5% pendapatan perkapita dijelaskan oleh
61
61
C. Dampak Riset
1. Secara teoritis
hasil penelitian ini dapat menjadi referensi atau masukan bagi perkembangan
ilmu akuntansi, terutama akuntansi dalam sektor publik.
a. Untuk lingkungan
penyediaan rincian Belanja Daerah hendaknya dirinci sesuai dengan standar
pernyajian yang berlaku di daerahnya supaya lebih tertata dan transparansi.
b. Untuk ekonomi
c. Untuk sosial
Implikasi terhadap sosial yaitu sebagai pertimbangan bagi investor dan
masyarakat sekitar dalam berinvestasi dan pengembangan belanja
didaerahnya
1. Secara Praktis
a) Bagi pemerintahan daerah D.I.Yogyakarta
sebagai pertimbangan dalam melakukan belanja daerah.
b) Bagi investor
62
62
c) Bagi perusahaan
sebagai bahan pertimbangan untuk membangun perusahan di D.I.Yogyakarta.
d) Bagi peneliti
sebagai bahan referensi dalam penelitian kembali belanja daerah.
D. Saran
Dengan memperhatikan beberapa keterbatasan penelitian yang telah
dijelaskan, maka dapat diberi saran untuk penelitian selanjutnya, yaitu:
1. Diharapkan pada penelitian selanjutnya untuk menambah sampel
penelitian dengan mengambil sampel pada tiap-tiap provinsi bagian
Indonesia seperti provinsi Indonesia bagian Barat, Tengah, dan Timur yang
akan tersedianya data atau seluruh wilayah kabupaten/kota di Indonesia.
2. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat mengambil sampel dengan rentang
waktu yang lebih panjang.
3. Berdasarkan hal tersebut, penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan
untuk menggunakan variabel lain yang lebih sesuai untuk menjelaskan dan