PERUSAHAAN
(Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)
THE INFLUENCE OF MANAGERIAL OWNERSHIP, INSTITUTIONAL OWNERSHIP, DEBT POLICY, PROFITABILITY, AND FIRM SIZE TO
CORPORATE DIVIDEND POLICY
(Study on Manufacture Company Listed in Bursa Efek Indonesia)
Oleh
ARIF IKA GUSHERTONO 20120410273
FAKULTAS EKONOMI
PERUSAHAAN
(Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)
THE INFLUENCE OF MANAGERIAL OWNERSHIP, INSTITUTIONAL OWNERSHIP, DEBT POLICY, PROFITABILITY, AND FIRM SIZE TO
CORPORATE DIVIDEND POLICY
(Study on Manufacture Company Listed in Bursa Efek Indonesia)
Oleh
ARIF IKA GUSHERTONO 20120410273
FAKULTAS EKONOMI
Nama : Arif Ika Gushertono
Nomor mahasiswa : 20120410273
Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KEBIJAKAN HUTANG, PROFITABILITAS, DAN UKURAN
PERUSAHAAN TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN
PERUSAHAAN (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila
ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya
tersebut dibatalkan.
Yogyakarta, Mei 2016
“Gantungkan cita-cita mu setinggi langit! Bermimpilah setinggi langit. Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh diantara bintang-bintang.”
(Soekarno)
“Seseorang yang optimis akan melihat adanya kesempatan dalam setiap
malapetaka, sedangkan orang yang pesimis akan melihat malapetaka dalam setiap kesempatan”
(Muhammad SAW)
“Sebuah hasil adalah bagian dari proses yang panjang. Jangan hanya pentingkan hasilnya, tapi lihatlah proses yang rumit untuk mendapatkan
sebuah hasil yang sederhana.”
“
Semua bisa berlalu karena restu orangtua, skripsi
ini kupersembahkan untuk kedua orang tuaku yang
limpahan rahmat, hidayah, rezeki, kesehatan, kasih sayang yang tiada hentinya
serta karunia dan izin-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Terimakasih juga kepada junjungan-Nya, Nabi Muhammad SAW sebagai
suri tauladan bagi kita semua.
Untuk kedua orangtuaku yang aku cintai dan sayangi Bapak Ristono dan
Ibu Khaerni. Terimakasih atas semua yang sudah diberikan dari mulai kasih
sayang yang tiada hentinya, do’a yang tidak henti hentinya, dukungan, semangat,
perhatian, nasihat yang selalu mengiringi setiap langkah yang aku lakukan.
Teruntuk Ibu yang selalu mendoakan settiap langkah yang aku ambil, tempat
curhatan yang paling tepat selain tuhanku. Terimakasih sudah memotivasi ketika
aku sedang dalam keadaan yang sulit dilewati. Gurauan yang seakan akan
menghibur aku dikala sedang lelah dengan semua tentang kuliah. Teruntuk Bapak
yang setiap hari menanyakan kabar yag selalu khawatir dengan keadaan anaknya.
Terimakasih atas semua saran dan motivasi yang telah diberikan dan segala
fasilitas yang diberikan serta dukungan yang engkau berikan. Saya harap kalian
diberikan umur panjang agar kelak saya dapat membahagiakan kalian walaupun
itu sedikit.
Untuk adikku Kariimatul husniyah yang selalu meledek kalau saya minta
pulang kalau sudah jenuh dengan kuliah. Dari ejekan itu saya termotivasi untuk
Bapak Edi Supriyono, S.E., M.Si atas segala bimbingan yang diberikan,
atas semua masukan yang diberikan. Semua ilmu yang engkau berikan pasti akan
berguna bagi saya dikemudian hari esok.
Sahabat, teman sepermainan semuanya yang tidak dapat saya sebutkan
satu per satu semoga kalian semua sukses dikemudian hari. Semoga kita dapat
berkumpul bersama seperti dahulu tanpa mengenal suatu maslah yang berarti.
Tawa canda kalian tidak akan pernah aku lupakan. Semua yang memberi saran,
nasihat, dan hiburan saya ucapkan terimakasih banyak untuk kalian semua.
Kenangan yang pernah kita lakukan akan saya ingat semuanya.
Teman teman selama merantau di Jogja, Dedi Saputra, Zhefrin Van
Fernandhi, Anggoro Novianto, Muhajir Baddrudin, Fakhril Fawwaz, Daniel
Kurniawan, Anang Fu’udi awalludi, Riza Primadi, Aditya Kurniawan, Vias
Pramadhan, Adi Nugroho, dan masih banyak yang lainnya. Terimakasih atas
semua kenangan yang engkau berikan. Tanpa kalian semua saya percaya bahwa
dunia ini gak akan ramai.
Untuk partner skripsi Dedi Saputra terimakasih sudah banyak dukungan
yang diberikan dan sudah mau menemani selama proses bimbingan, seminar
proposal, olah data, dan sidang. Saya tidak akan pernah lupa keusilanmu yang
datang dikala saya sedang mengerjakan skripsi. Semoga kita berjumpa dilain hari
dan rahmat dalam penulisan skripsi dengan judul “Pengaruh Kepemilikan
Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Hutang, Profitabilitas, dan
Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen Perusahaan (Studi Pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta. Penulis mengambil topik ini dengan harapan dapat memberikan
masukan bagi organisasi dalam penggunaan taktik mempengaruhi dalam
pengambilan keputusan organisasional dan memberikan ide pengembangan bagi
peneliti selanjutnya.
Penyelesaian sripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan dukungan
berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan
teri,akasih yang sebanyak banyaknya kepada:
1. Bapak Dr. Nano Prawoto, S.E., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Ibu Retno Widowati PA., M.Si Ph.D selaku Kepala Program Studi
Manajemen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
3. Bapak Edi Supriyono S.E., M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang
dengan penuh kesabaran telah memberikan masukan dan bimbingan
memberikan motivasi dan do’a kepada penulis hingga dapat
menyelesaikan studi.
6. Seluruh pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan, kemudahan
dan semangat dalam proses penyelesaian tugas akhir ini.
7. Seluruh staff karyawan dan karyawati Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta
Sebagai kata akhir, tidak ada manusia yang sempurna selain Allah,
penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu,
kritik, saran dan pengembangan penelitian selanjutnya sangat diperlukan untuk
kedalaman karya tulis dengan topik ini.
Yogyakarta, Januari 2016
HALAMAN PERNYATAAN ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN...v
INTISARI ... ix
ABSTRAK ...x
KATA PENGANTAR ... xi
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ...xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ...1
B. Batasan Masalah...4
C. Rumusan Masalah ...4
D. Tujuan Penelitian ...5
E. Manfaat Penelitian ...6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori ...8
B. Hasil Penelitian Terdahulu ...23
C. Kerangka Pemikiran Penelitian dan Penurunan Hipotesis ...24
C. Teknik Pengambilan Sampel ...31
D. Teknik Pengumpulan Data ...32
E. Definisi Operasional Variabel ...32
F. Teknik Analisis Data ...35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Obyek / SubyekPenelitian ...45
B. Analisis Deskriptif...47
C. Uji Asumsi Klasik ...49
D. Regresi Linier Berganda...55
E. Uji Hipotesis ...58
F. Pembahasan (Interprestasi) ...64
BAB V SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN A. Simpulan...72
B. Saran ...73
C. Keterbatasan Penelitian ...74
DAFTAR PUSTAKA
3.1 Ketentuan Nilai DW-Test... 40
4.1 Pemilihan Sampel Tahun 2010-2014... 46
4.2. Statistik Deskriptif ... 47
4.3. Hasil Uji Normalitas Setelah di Case-Wase ... 50
4.4. Hasil Uji Normalitas Setelah di Case-Wase ... 51
4.5. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 52
4.6. Hasil Uji Multikolinearitas ... 53
4.7. Nilai Durbin Watson DW ... 54
4.8. Hasil Uji Autokorelasi Dengan DW ... 55
4.9. Hasil Regresi Linear Berganda ... 56
4.10. Hasil Uji Nilai F ... 58
4.11. Hasil Uji Nilai T ... 60
4.12. Hasil Pengujian Hipotesis ... 63
Lampiran 3 Tabulasi Perhitungan Variabel Kepemilikan Manajerial (MOWN)
Lampiran 4 Tabulasi Perhitungan Variabel Kepemilikan Institusional (INST
Lampiran 5 Tabulasi Perhitungan Variabel Kebijakan Utang (DER)
Lampiran 6 Tabulasi Data Profitabilitas (ROA)
Lampiran 7 Tabulasi Data Ukuran Perusahaan (SIZE)
Lampiran 8 Lampiran Deskriptif Statistik
Lampiran 9 Lampiran Uji Normalitas Sebelum Casewise
Lampiran 10 Lampiran Uji Normalitas Setelah Casewise
Lampiran 11 Lampiran Uji F
Lampiran 12 Lampiran Statistik Deskriptif
Lampiran 13 Lampiran Heterokedastisitas
Lampiran 14 Lampiran Multikolinearitas
Lampiran 15 Lampiran Autokorelasi
PERUSAHAAN
(Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia)
Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Hutang, Profitabilitas, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan dividen perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Periode yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5 (lima) tahun, yaitu mulai 2010 sampai dengan tahun 2014. Sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan metode purposive sampling. Berdasarkan kriteria yang ada, didapatkan 97 perusahaan yang menjadi sampel penelitian. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda.
Berdasarkan hasil analisis data, secara simultan Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Hutang, Profitabilitas, dan Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Kebijakan Dividen. Hal ini dibuktikan dengan nilai F hitung sebesar 3,918 pada nilai signifikansi sebesar 0,003. Sedangkan secara parsialdapat diketahuibahwa variabel Kepemilikan Institusional, Profitabilitas, dan Ukuran Perusahaan tidak berpengaruh terhadap Kebijakan Dividen perusahaan. Sedangkan variabel Kepemilikan Manajerial dan Kebijakan Hutang berpengaruh negatif signifikan terhadap Kebijakan Dividen perusahaan.
ABSTRACT
This study aims to examine empirically the effect of Managerial Ownership, Institutional Ownership, Debt Policy, Profitability and Size of the Company's dividend policy Against Manufacturing company listed on the Indonesia Stock Exchange. The period used in this study is five (5) years, ie from 2010 to 2014. The sample in this study were obtained by purposive sampling method. Based on the criteria, obtained 97 companies selected as sample. Data analysis technique used is multiple linear regression.
Based on the analysis of data, simultaneously Managerial Ownership, Institutional Ownership, Debt Policy, Profitability and Size effect on the Company's Dividend Policy. This is evidenced by the calculated F value of 3.918 at a significance value of 0.003. While the parsialdapat diketahuibahwa variable Institutional Ownership, Profitability and Size does not affect the Company's dividend policy of the company. While variable Managerial Ownership and Debt Policies significant negative effect on dividend policy of the company.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perkembangan ekonomi yang semakin meningkat serta adanya persaingan
antar perusahaan yang ketat mendorong manajer untuk dapat bertindak efisien dan
efektif dalam mengelola perusahaan. Untuk dapat terus menjalankan usaha, setiap
perusahaan membutuhkan dana. Dana tersebut dapat diperoleh dari para investor.
Investor mempunyai tujuan utama dalam menanamkan dananya kedalam
perusahaan yaitu untuk mencari pendapatan atau tingkat kembalian investasi
(return) baik berupa pendapatan dividen (dividend yield) maupun pendapatan dari
selisih harga jual saham terhadap harga belinya (capital gain), namun menurut
bird in hand theory, investor memiliki preferensi yang lebih besar terhadap
dividen. Hal ini dikarenakan dividen dilihat sebagai sesuatu yang lebih pasti
daripada capital gain (Gordon dan Litner, 1956) dalam (Ayu, 2014).
Kebijakan dividen merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh
perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan
ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa datang
(Sartono, 2008). Kebijakan dividen perusahaan tergambar pada dividen payout
ratio(DPR) perusahaan tersebut, yaitu persentase laba yang dibagikan dalam
bentuk dividen tunai, artinya besaran DPR akan mempengaruhi keputusan
investasi para pemegang saham dan di sisi lain berpengaruh pada kondisi
Masalah kebijakan dividen berkaitan dengan masalah keagenan (Putri dan
Nasir 2006). Pemegang saham menunjuk manager untuk mengelola perusahaan
agar dapat meningkatkan nilai perusahaan dan kesejahteraan pemegang saham.
Dengan kewenangan yang dimiliki, manager bertindak bukan untuk kepentingan
pemegang saham tetapi untuk kepentingan pribadinya sendiri. Hal itu tidak
disukai oleh pemegang saham karena pengeluaran yang dilakukan oleh manager
akan menambah biaya perusahaan yang menyebabkan penurunankeuntungan dan
dividen yang akan diterima pemegang saham. Perbedaan kepentingan itulah maka
timbul konflik yang disebut sebagai agency conflict.
Dalam mengawasi dan memonitor perilaku manager, pemegang saham
harus bersedia mengeluarkan biaya pengawasan yang disebut agency cost. Untuk
mengurangi agency cost dapat dilakukan dengan meningkatkan kepemilikan
managerial. Dengan memberikan kesempatan manager untuk terlibat dalam
kepemilikan saham dengan tujuan untuk menyetarakan kepentingan dengan
pemegang saham.
Dengan keterlibatan kepemilikan saham, manager akan bertindak secara
hati-hati karena mereka ikut menanggung konsekuensi atas keputusan yang
diambilnya. Selain itu dengan adanya keterlibatan kepemilikan saham,manager
akan termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya dalam mengelola
perusahaan.Agency cost juga dapat dikurangi dengan kepemilikan institusional
dengan cara mengaktifkan pengawasan melalui investor - investor institusional.
Dengan kepemilikan institusional akan mendorong peningkatan pengawasan
Kebijakan utang akan mempengaruhi dividen dikarenakan apabila
mengalami keterbatasan laba ditahan, perusahaan cenderung memanfaatkan utang.
Namun bila penggunaan utang terlalu besar dapat berdampak pada financial
distress dan kebangkrutan. Penggunaan utang yang tinggi akan menyebabkan
penurunan dividen karena sebagian besar keuntungan dialokasikan sebagai
cadangan pelunasan utang. Sebaliknya pada tingkat penggunaan utang yang
rendah, perusahaan mengalokasikan dividen tinggisehingga sebagian besar
keuntungan digunakan untuk kesejahteraan pemegang saham.
Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan profit.
Pada tingkat profitabilitas yang tinggi, perusahaan mengalokasikan dividen yang
rendah. Hal ini dikarenakan perusahaan mengalokasikan sebagian besar
keuntungan sebagai sumber dana internal. Pada ROA tinggi dibayarkan dividen
rendah karena keuntungan digunakan untuk meningkatkan laba ditahan.
Ukuran perusahaan (firm size) digunakan sebagai variabel independen
terakhir yang mempengaruhi dividen. Perusahaan yang memiliki ukuran besar
akan lebih mudah memasuki pasar modal sehingga, dengan kesempatan ini
perusahaan membayar dividen besar kepada pemegang saham.
Hasil penelitian-penelitian terdahulu tentang analisis factor kebijakan
dividen masih mendapatkan temuan yang tidak konsisten antar satu peneliti
dengan peneliti lainnya antara lain penelitian dari Sisca Ayu (2008), Handayani
dan Hadi Nugroho (2009), Karami (2013), Lopolusi(2013), danArilaha (2009),
sehingga perlu dilakukan pengujian lebih lanjut untuk mengetahui konsistensi
Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang kegiatannya mengolah
bahan mentah menjadi bahan jadi yang layak untuk dipasarkan. Objek penelitian
perusahaan manufaktur adalah untuk membuktikan apakah hasil penelitian akan
tetap konsisten dengan hasil-hasil penelitian terdahulu. Namun populasi dari
perusahaan manufaktur ini akan dipilih dengan menggunakan kriteria tertentu,
sehingga akan terpilih sampel yang akan digunakan. Dari berbagai alasan dan
penjelasan di atas, peneliti berniat untuk mengajukan penelitian yang berjudul
“Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan
Hutang, Profitabilitas, dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen (Studi
Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia).
B.Batasan Masalah Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan di
atas, maka masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini dibatasi pada pengaruh
Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Hutang,
Profitabilitas, dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen pada
perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2010-2014.
C.Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka
1. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kebijakan dividen
perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)?
2. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kebijakan dividen
perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)?
3. Apakah kebijakan hutang berpengaruh terhadap kebijakan dividen
perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)?
4. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan dividen perusahaan
Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)?
5. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan dividen
perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)?
D.TujuanPenelitian
Tujuan dari penelitian yang sesuai dengan rumusan masalah yang menjadi
focus penelitian ini adalah :
1. Untuk menganalisis pengaruh kepemilikan manajerial terhadap kebijakan
dividen perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI).
2. Untuk menganalisis pengaruh kepemilikan institusional terhadap
kebijakan dividen perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI).
3. Untuk menganalisis pengaruh kebijakan hutang terhadap kebijakan
dividen perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
4. Untuk menganalisis pengaruh profitabilitas terhadap kebijakan dividen
perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
5. Untuk menganalisis pengaruh ukuran perusahaan berpengaruh terhadap
kebijakan dividen perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI).
E.Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Bagi Penulis
Penelitian ini merupakan pengalaman dalam mempraktekkan ilmu yang
telah didapat dibangku perkuliahan serta menggabungkan pemahaman teori-teori
yang ada dengan keadaan sesungguhnya sehingga kemudian dapat dijadikan bekal
apabila terjun ke masyarakat.
2. Bagi Investor
Bagi investor atau kreditur, dapat digunakan sebagai acuan pengambilan
keputusan dalam memberikan atau menjalankan dananya kepada perusahaan dan
diharapkan dapat memberikan pertimbangan dalam menilai kinerja perusahaan,
sehingga dapat membantu pengambilan keputusan dalam menanamkan modalnya
3. Bagi Perusahaan
Bagi pihak perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
pertimbangan dalam merumuskan kebijakan dividen yang akan diambil pada
perusahaan Manufaktur .
4. Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dan informasi
dalam pengembangan penelitian yang lebih baik lagi terutama yang berhubungan
dengan manajemen keuangan, khususnya mengenai keputusan dividen dan dapat
dijadikan tambahan pengetahuan, bahan referensi, pertimbangan, rujukan maupun
perbandingan dalam melakukan penelitian selanjutnya yang terkait dengan topik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Kebijakan Deviden
Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh
perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan
ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi dimasa datang.
Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen, maka akan
mengurangi laba yang ditahan dan selanjutnya akan mengurangi total sumber
dana intern atau internal financing (Sartono, 2008). Sedangkan menurut Sutrisno
(2003) kebijakan dividen merupakan kebijakan yang berhubungan dengan
pembayaran dividen oleh pihak perusahaan, berupa penentuan besarnya dividen
yang akan dibagikan dan besarnya saldo laba yang ditahan untuk kepentingan
perusahaan.
Kebijakan dividen memiliki teori-teori mengenai preferensi investor
terhadap kebijakan dividen, yaitu:
1. Bird in the hand theory
Menurut Gordon dan Litner (1956) dalam Nuringsih (2005)
investor lebih menyukai dividen tunai yang lebih pasti
dibandingkan capital gains yang diharapkan dari laba ditahan
membayar dividen yang sebesar–besarnya dengan anggapan bahwa dividen dapat mempengaruhi harga saham.
2. Tax preference theory
Merupakan suatu teori yang menyatakan bahwa jika capital gain
dikenakan pajak dengan tarif lebih rendah daripada pajak atas
dividen, maka saham yang memiliki pertumbuhan tinggi menjadi
lebih menarik. Oleh karena itu, Investor lebih menyukai
perusahaan menahan sebagian labanya.
Besar kecilnya perusahaan membayar dividen kepada para pemegang
saham tergantung kebijakan yang ditempuh perusahaan tersebut. Menurut Awat
(1999) dalam Nuringsih (2005) terdapat empat bentuk kebijakan dividen, yaitu:
1. Kebijakan yang stabil (stable dividend per share policy), yakni jumlah
pembayaran dividen yang sama besar dari tahun ke tahun. Salah satu
alasan mengapa sebuah perusahaan mengambil kebijakan ini adalah
untuk menjaga kesan para investor terhadap perusahaan tersebut.
Apabila sebuah perusahaan menerapkan kebijakan yang stabil berarti
pendapatan bersih perusahaan tersebut juga stabil dari tahun ke tahun.
2. Kebijakan dividend payout ratio yang tetap (constant dividend payout
ratio policy), yakni sebuah kebijakan dimana jumlah dividen akan
berubah sesuai dengan jumlah laba bersih, tetapi rasio antara dividen
dan laba ditahan tetapsama.
3. Kebijakan kompromi (compromise policy), yakni suatu kebijakan
dan kebijakan dividen output ratio yang konstan ditambah dengan
persentasi tertentu pada tahun-tahun yang mampu menghasilkan laba
bersih yang tinggi.
4. Kebijakan dividen residual (residual dividend policy) adalah sebuah
kebijakan yang dikeluarkan perusahaan apabila sedang menghadapi
sebuah kesempatan investasi yang tidak stabil sehingga manajemen
menghendaki agar dividen hanya dibayarkan ketika laba bersih tinggi.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan membayar dividen
kepada pemegang saham menurut Martono dan Agus (2008) adalah :
1. Kebutuhan dana bagi perusahaan
Semakin besar kebutuhan dana perusahaan berarti semakin kecil
kemampuan untuk membayar dividen. Penghasilan perusahaan akan
digunakan terlebih dahulu untuk memenuhi kebutuhan dananya (semua
proyek investasi yang menguntungkan) setelah itu sisanya untuk
pembayaran dividen.
2. Likuiditas perusahaan
Dividen merupakan arus kas keluar, maka semakin besar jumlah kas
yang tersedia dan likuiditas perusahaan, semakin besar pula
kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Apabila manajemen
ingin memelihara likuiditas dalam mengantisipasi adanya
ketidakpastian dan agar mempunyai fleksibilitas keuangan,
kemungkinan perusahaan tidak akan membayar dividen dalam jumlah
3. Kemampuan untuk meminjam
Apabila perusahaan mempunyai kemampuan yang tinggi untuk
mendapatkan pinjaman, hal ini merupakan fleksibilitas keuangan yang
tinggi sehingga kemampuan membayar dividen juga tinggi. Jika
perusahaan memerlukan pendanaan melalui hutang, manajemen tidak
perlu mengkhawatirkan pengaruh dividen kas terhadap likuiditas
perusahaan.
4. Pembatasan-pembatasan dalam perjanjian hutang
Ketentuan perlindungan dalam suatu perjanjian hutang sering
mencantumkan pembatasan terhadap pembayaran dividen. Pembatasan
ini digunakan oleh para kreditur untuk menjaga kemampuan perusahaan
tersebut membayar hutangnya. Biasanya pembatasan ini dinyatakan
dalam persentase maksimum dari laba komulatif.
5. Pengendalian perusahaan
Apabila suatu perusahaan membayar dividen yang sangat besar, maka
perusahaan mungkin menaikkan modal di waktu yang akan datang
melalui penjualan sahamnya untuk membiayai kesempatan investasi
yang menguntungkan. Dengan bertambahnya jumlah saham yang
beredar, ada kemungkinan kelompok pemegang saham tertentu tidak
lagi dapat mengendalikan perusahaan karena jumlah saham yang
mereka kuasai menjadi berkurang dari seluruh saham yang beredar.
membayar dividennya, sehingga pengendalian perusahaan menjadi
berpindah tangan.
Menurut Kieso et al. (2007) dividen yang dibagikan oleh perusahaan dapat
mempunyai beberapa bentuk sebagai berikut :
1. Dividen Tunai
Dividen yang paling umum dibagikan adalah dalam bentuk kas. Faktor
penting yang harus diperhatikan dalam dividen tunai adalah apakah
jumlah uang kas yang ada mencukupi untuk pembagian dividen dan
tingkat pertumbuhan perusahaan. Hal ini karena jika perusahaan sedang
mengalami pertumbuhan maka akan membayar dividen kecil.
2. Dividen Properti
Hutang dividen dalam bentuk aset perusahaan selain kas disebut
dividen properti. Dividen properti dapat berupa barang dagang, real
estat, investasi, atau dalam bentuk lainnya yang dirancang oleh dewan
direksi.
3. Dividen Likuidasi
Dividen yang tidak didasarkan pada laba ditahan disebut dividen
likuidasi, yang menyiratkan bahwa dividen ini merupakan
pengembalian dari investasi pemegang saham dan bukan laba.
4. Dividen Aset
Dividen dapat juga dibagikan dalam bentuk aset selain kas. Aset yang
dibagikan bisa berbentuk surat-surat berharga, sediaan barang atau asset
2. Teori Keagenan
Jensen dan Meckling (1976) mengemukakan teori keagenan (agency
theory) yang menjelaskan hubungan yang timbul karena adanya kontrak antara
pemegang saham (prinsipal) yang mendelegasikan tanggung jawab pengelolaan
perusahaan kepada manajemen (agen). Asumsi yang digunakan dalam agency
theory adalah bahwa masing-masing individu (prinsipal dan agen) termotivasi
untuk memperoleh kepuasan dirinya sendiri, sehingga dapat menyebabkan konflik
antara prinsipal dan agen. Agen termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan
kebutuhan ekonomi, sedangkan pihak prinsipal termotivasi mengadakan kontrak
untuk menyejahterakan dirinya dengan profitabilitas yang maksimal atau
peningkatan nilai investasi dalam perusahaan. Perbedaan kepentingan antara
manajer dan pemegang saham sangat mungkin terjadi karena agen tidak perlu
menanggung risiko sebagai akibat adanya kesalahan dalam pengambilan
keputusan bisnis. Begitupula jika manajer tidak dapat meningkatkan nilai
perusahaan, maka risiko sepenuhnya ditanggung olehpemilik perusahaan. Dengan
demikian, pihak manajemen cenderung membuat keputusan yang tidak optimal.
Konflik kepentingan semakin meningkat karena prinsipal tidak dapat mengawasi
aktivitas agen sehari-hari untuk memastikan bahwa agen bekerja sesuai dengan
keinginan prinsipal. Oleh karena itu, prinsipal tidak memiliki informasi yang
cukup tentang kinerja agen, sedangkan agen mempunyai lebih banyak informasi
mengenai lingkungan kerja dan perusahaan secara keseluruhan karena manajer
yang melakukan aktivitas transaksi perusahaan. Hal inilah yang mengakibatkan
menyajikan informasi yang tidak sebenarnya kepada prinsipal, terutama informasi
berkaitan dengan pengukuran kinerja agen. Sartono (2008) mengungkapkan
bahwa masalah keagenan muncul ketikaperusahaan menghasilkan arus kas bebas
yang tinggi, dimana manajer mengambil keputusan untuk menginvestasikan
kembali keuntungannya agar perusahaan mengalami pertumbuhan yang tinggi,
sedangkan pemegang saham menginginkan keuntungan dibagi dalam bentuk
dividen. Konflik antara manajer dan pemegang saham dapat dikurangi dengan
suatu mekanisme pengawasan yang dapatmensejajarkan kepentingan-kepentingan
terkait, namun munculnya mekanisme tersebut akan menimbulkan biaya yang
disebut agency cost (Jensen dan Meckling,1976).
3. Pecking order theory
Pecking order theory menggambarkan sebuah tingkatan dalam
pencarian dana perusahaan yang menunjukkan bahwa perusahaan lebih memilih
menggunakan internal equity dalam membiayai investasi dan
mengimplementasikannya sebagai peluang pertumbuhan. Theory pecking order
menyatakan bahwa perusahaan lebih suka pendanaan internal dibandingkan
pendanaan eksternal, utang yang aman dibandingkan utang yang berisiko serta
yang terakhir adalah saham biasa (Myers & majluf, 1984 dalam Sugiarto 2009).
Teori pecking order yang dibangun berdasarkan beberapa asumsi menekankan
pada pentingnya financial slack yang cukup di perusahaan guna mendanai
depresiasi atau amortisasi. Utang diperoleh dari pinjaman kreditur, sedang
eksternal equity di peroleh karena perusahaan menerbitkan saham baru.
Pecking order theory dikembangkan oleh Stewart Myres dan rekan
penulisnya. Toeri ini menjelaskan bahwa perusahaan lebih menyukai pendanaan
internal (retained earnings dan depresiasi) dibandingkan pendanaan eksternal
seperti utang atau penerbitan saham. Namun, jika perusahaan harus memperoleh
pendanaan eksternal, perusahaan akan memilih sekuritas yang paling aman lebih
dulu.
Manajamen perusahaan diasumsikan sudah memutuskan berapa banyak
laba perusahaan yang diinvestasikan kembali dan memilih bauran utang-modalnya
untuk mendanai investasi ini, keputusan untuk membayar dividen yang lebih
besar berarti secara simultan memutuskan untuk menahan sedikit laba dan akan
menghasilkan ketergantungan yang lebih besar pada pendanaan eksternal.
Sebaliknya dengan investasi dan keputusan pendanaan perusahaan pembayaran
dividen yang kecil akan berarti penahana laba yang tinggi dengan lebih sedikit
kebutuhan dana modal yang dihasilkan dari luar. Keputusan dividen perusahaan
memiliki dampak yang langsung pada pendanaan perusahaan. Jika pembayaran
dividen meningkat dan pendanaan untuk mendanai investasi secara internal
berkurang, maka akan berakibat modal tambahan akan dibutuhkan sehingga
perusahaan harus menerbitkan saham biasa atau mengubah komposisi utangnya.
The pecking order theory menekankan permasalahan informasi
asimetri. Perusahaan yang memiliki finacial slack yang cukup tidak perlu
sehingga masalah informasi tidak akan muncul. Perusahaan akan dapat menerima
seluruh proyek bagus tanpa harus merugikan pemegang saham lama. Teori ini
merupakan penjelas perilaku perusahaan yang menahan sebagian laba dan
membuat cadangan kas dalam jumlah yang cukup besar.
4. Signalling Theory
signalling theory pada dasarnya membahas adanya ketidaksamaan
informasi antara pihak internal dan eksternal badan usaha. Pihak internal badan
usaha tentu mempunyai informasi yang lebih banyak mengenai kondisi
sebenarnya yang ada dalam badan usaha dibandingkan pihak eksternal. Kondisi
inilah yang dinamakan asymetric information. Informasi yang tidak sama antara
pihak eksternal dan internal tersebut dapat dikurangi melalui sinyal atau tanda
yang diberikan oleh pihak internal. Signalling theory dividen mengasumsikan
bahwa pembayaran dividen dibutuhkan untuk menginformasikan kondisi positif
yang ada dalam badan usaha (Megginson, 1997, p.20).
Teori signaling menyatakan bahwa perusahaan yang berkualitas baik
dengan sengaja akan memberikan sinyal pada pasar, dengan demikian pasar
diharapkan dapat membedakan perusahaan yang berkualitas baik dan buruk
(Hartono,2005).
Agar sinyal tersebut baik maka harus dapat ditangkap pasar dan
dipresepsikan baik serta tidak mudah ditiru oleh perusahaan yang memliki
Dengan demikian, semakin panjang jangka waktu audit laporan
keuangan menyebabkan pergerakan harga saham tidak stabil, sehingga investor
mengartikannya sebagai audit delay karena perusahaan tidak segera
mempublikasikan laporan keuangan, yang kemudian berdampak pada penurunan
harga saham perusahaannya
Teori Signal menurut para ahli:
Menurut Jama’an (2008) Signaling Theory mengemukakan tentang
bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna
laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah
dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat
berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut
lebih baik daripada perusahaan lain. Teori sinyal menjelaskan bahwa pemberian
sinyal dilakukan oleh manajer untuk mengurangi asimetri informasi. Manajer
memberikan informasi melalui laporan keuangan bahwa mereka menerapkan
kebijakan akuntansi konservatisme yang menghasilkan laba yang lebih berkualitas
karena prinsip ini mencegah perusahaan melakukan tindakan membesar-besarkan
laba dan membantu pengguna laporan keuangan dengan menyajikan laba dan
aktiva yang tidak overstate.
Menurut Maria Immaculatta (2006) kualitas keputusan investor
dipengaruhi oleh kualitas informasi yang diungkapkan perusahaan dalam laporan
keuangan. Kualitas informasi tersebut bertujuan untuk mengurangi asimetri
informasi yang timbul ketika manajer lebih mengetahui informasi internal dan
Informasi yang berupa pemberian peringkat obligasi perusahaan yang
dipublikasikan diharapkan dapat menjadi sinyal kondisi keuangan perusahaan
tertentu dan menggambarkan kemungkinan yang terjadi terkait dengan utang yang
dimiliki.
Signal adalah proses yang memakan biaya berupa deadweight costing,
bertujuan untuk menyakinkan investor tentang nilai peruahaan. Signal yang baik
adalah yang tidak dapat ditiru oleh perusahaan lain yang memeiliki nilai lebih
redah, karena faktor biaya.
5. Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan Manajerial (managerial ownership) adalah tingkat
kepemilikan saham pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan
keputusan, misalnya direktur dan komisaris (Wahidahwati, 2002). Kepemilikan
manajerial ini diukur dengan proporsi saham yang dimiliki manajer perusahaan
pada akhir tahun dan dinyatakan dalam presentase. Semakin besar proporsi
kepemilikan manajemen dalam perusahaan maka manajemen akan berusaha lebih
giat untuk kepentingan pemegang saham yang notabene adalah mereka sendiri
(Mahadwartha dan Hartono, 2002). Argumentasi di atas menjustifikasi perlunya
managerial ownership. Program managerial ownership termasuk ke dalam
program kebijakan remunerasi untuk mengurangi masalah keagenan antara
manajemen dan pemegang saham. Smith dan Watts (1992) menjelaskan
bagaimana paket kompensasi fixed (gaji) dan contingent (bonus) terbukti dapat
pemegang saham. Kepemilikan manajerial dalam kaitannya dengan kebijakan
utang dan dividen mempunyai peranan penting yaitu mengendalikan kebijakan
keuangan perusahaan agar sesuai dengan keinginan pemegang saham atau sering
disebut bonding mechanism. Bonding mechanism berusaha menyamakan
kepentingan dari pemegang saham dengan kepentingan dari manajemen melalui
program-program yang mengikat kekayaan pribadi manajemen ke dalam
kekayaan perusahaan. Kebijakan utang dan dividen akan mengurangi konflik
antara pemegang sahamdan agen (Jensen dan Meckling, 1976; Rozeff, 1982; dan
Easterbrook, 1984).
6. Kepemilikan Institusional
Tarjo (2008) menerangkan kepemilikan institusional adalah
kepemilikan saham suatu perusahaan oleh institusi atau lembaga seperti
perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi, dan kepemilikan institusi
lainnya. Kepemilikan institusional dapat mendorong peningkatan pengawasan
yang lebih optimal sehingga keberadaanya memiliki arti penting bagi pemonitoran
manajemen. Dengan adanya monitoring tersebut maka pemegang saham akan
semakin terjamin kemakmurannya, pengaruh kepemilikan institusional yang
berperan sebagai agen pengawas ditekan oleh investasi mereka yang cukup besar
dalam pasar modal (Permanasari, 2010).
Beberapa kelebihan dari struktur kepemilikan institusional disebutkan
oleh Permanasari (2010) sebagai berikut :
1. Profesionalisme dalam analisis informasi yang berdampak pada
2. Motivasi yang kuat untuk melakukan pengawasan lebih ketat atas aktivitas
perusahaan.
7. Kebijakan Hutang
Kebijakan utang adalah kebijakan yang diambil perusahaan untuk
melakukan pembiayaan melalui utang. Kebijakan utang sering diukur dengan debt
ratio. Debt ratio adalah total utang (baik utang jangka pendek maupun jangka
panjang) dibagi dengan total aktiva (baik aktiva lancar maupun aktiva tetap)
(Kieso et al. 2006). Rasio ini menunjukkan besarnya utang yang digunakan untuk
perusahaan dalam rangka menjalankan aktivitas operasionalnya. Semakin besar
rasio menunjukkan semakin besar tingkat ketergantungan perusahaan terhadap
pihak eksternal (kreditor) dan semakin besar biaya utang (biaya bunga) yang
harus dibayar perusahaan. Hal ini akan berdampak pada profitabilitas perusahaan
karena sebagian pendapatan digunakan untuk membayar utang. Menurut Jensen
dan Meckling (1976), penggunaan debt akan mengurangi konflik antara
shareholders dan agen. Crutchley dan Hansen (1989) melihat dari perspektif
keagenan, dimana pengukuran debt ini memasukkan unsur kekayaan yang
dimiliki non-agen atau shareholders yang bukan agen, sehingga kebijakan utang
dapat dilihat dari sisi pemegang saham (Tjandra, 2005). Semakin banyak
pemegang saham dengan proporsi kepemilikan yang semakin kecil (tidak ada
suara mayoritas) maka kemampuan monitoring pemegang saham tidak efektif.
Oleh karena itu, diperlukan adanya pihak ketiga yang membantu pemegang saham
mengurangi agency cost of equity. Ditinjau dari free cash flow hypotesis, bila
perusahaan mempunyai cukup banyak cash flow dalam perusahaan maka dengan
pengawasan yang tidak efektif dari pemegang saham akan meciptakan perquisites
atau tindakan manajemen untuk menggunakan cash flow tersebut demi
kepentingan sendiri. Adanya pihak ketiga (debtholders) diharapkan membantu
mengurangi tindakan perquisites ini. Kebijakan utang lebih efektif dalam
mengurangi agency cost of equity karena adanya legal liability dari manajemen
untuk memenuhi kewajibannya kepada kreditor yang terkait dengan biaya
kebangkrutan. Dividen di satu sisi tidak mempunyai legal liability kepada
pemegang saham kalau perusahaan tidak mampu membayarkan dividen.
8. Profitabilitas
Pihak manajemen akan membayarkan dividen untuk memberi sinyal
mengenai keberhasilan perusahaan dengan membukukan profit (Suharli, 2007).
Sinyal tersebut menyimpulkan bahwa kemampuan perusahaan untuk membayar
dividen merupakan fungsi dari keuntungan. Dengan demikian profitabilitas
mutlak diperlukan untuk perusahaan apabila hendak membayarkan dividen.
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dari
9. Ukuran Perusahaan
Perusahaan besar dapat mengakses pasar modal. Karena kemudahan
tersebut maka berarti bahwa perusahaan memiliki fleksibilitas dan kemampuan
untuk mendapatkan dana. Menurut Haruman (2008), Ukuran perusahaan (SIZE)
berhubungan dengan fleksibilitas dan kemampuan untuk mendapatkan dana dan
memperoleh laba dengan melihat pertumbuhan penjualan perusahaan. Hasil
penelitian yang dilakukannya yaitu ukuran perusahaan yang diukur natural
logaritma of sales berpengaruh terhadap dividen dengan arah positif. Perusahaan
yang memiliki ukuran besar akan lebih mudah memasuki pasar modal sehingga
dengan kesempatan ini perusahaan membayar dividen besar kepada pemegang
saham. Hasil studi Nuringsih (2005) membuktikan pengaruh positif ukuran
perusahaan terhadap kebijakan dividen, tetapi tidak signifikan. Perusahaan yang
memiliki aset besar cenderung membayar divden besar untuk menjaga reputasi di
kalangan investor aktual maupun potensial. Tindakan ini dilakukan untuk
memudahkan perusahaan memasuki pasar modal apabila berencana melakukan
emisi saham baru. Selain menggunakan natural logaritma of sales, proksi ukuran
perusahaan dapat menggunakan natural log total asset (Nuringsih, 2005.
Penelitian yang dilakukan penulis menggunakan natural log total asset sebagai
proksi ukuran perusahaan, karena menurut penulis ukuran perusahaan
berhubungan dengan fleksibilitas dan kemampuan untuk mendapatkan dana dan
B.Hasil Penelitian Terdahulu
Permasalahan mengenai kebijakan deviden telah banyak banyak diteliti.
Penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan deviden sudah
dilakukan oleh peneliti-peneliti. Penelitian-penelitian tersebut antara lain:
1. Dewi (2008) dalam Puspitasari (2014) melakukan penelitan mengenai
kebijakan dividen yang dipengaruhi oleh kebijakan utang dan
profitabilitas. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa debt to equity
ratio dan return on asset berpengaruh negatif terhadap dividend payout
ratio.
2. Binastuti dan Wibowo (2011), Deitiana (2009) dan Marlina dan Danica
(2009) dalam Puspitasari (2014). Hasil dari penelitian Binastuti dan
Wibowo (2011) dan Deitiana (2009) menunjukkan hasil yang sama, yaitu
debt to equity ratio tidak berpengaruh terhadap dividend payout ratio,
sedangkan penelitian Marlina dan Danica (2009) menunjukkan hasil yang
berbeda, yaitu return on asset berpengaruh positif terhadap dividend
payout ratio.
3. Jannati (2011) dalam Puspitasari (2014), dalam penelitiannya menguji
pengaruh return on asset, debt to equity ratio dan growth terhadap
kebijakan dividen. Penelitian tersebut menggunakan path analysis dengan
sampel perusahaan manufaktur Consumer Goods Industry yang go public
di BEI. Hasil dari penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
positif return on asset terhadap dividen payout ratio dan terdapat pengaruh
4. Handayani dan Hadinugroho (2009) dengan sampel 43 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2001-2005. Hasil penelitiannya
adalah Kebijakan hutang, ROA, dan ukuran perusahaan mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen.
5. Chasanah (2008) dalam Puspitasari (2014) melakukan penelitian pada 40 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2004-2006 yang
menyatakan bahwa debt to total asset, cash ratio, dan ukuran perusahaan
(size) tidak berpengaruh terhadap dividend payout ratio. Sedangkan ROA
dan kepemilikan institusional berpengaruh terhadap dividend payout ratio.
6. Arilaha (2009) dalam Puspitasari (2014) melakukan penelitian pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2004-2007. Hasil
penelitiannya adalah Profitabilitas perusahaan berpengaruh terhadap
kebijakan dividen. Sedangkan likuiditas dan leverage tidak berpengaruh
terhadap kebijakan dividen.
C.Kerangka Pemikiran Penelitian dan Penurunan Hipotesis
Berdasarkan landasan teoritis dan hasil penelitian yang relevan, maka
kerangka pikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijakan Deviden
Teori keagenan yang dijelaskan oleh Jensen dan Meckling (1976)
dalam Nanda (2013) menyatakan bahwa perusahaan yang memisahkan fungsi
pengelolaan dengan fungsi kepemilikan akan rentan terhadap konflik keagenan.
kerena mereka menerima keuntungan secara penuh dan sedikit menanggung biaya
dari kegiatan tersebut. Oleh karena itu, diperlukan mekanisme pengawasan yang
dapat menyelaraskan kepentingan antara manajer dan pemegang saham, sehingga
dapat mengurangi konflik keagenan.
Manager mendapat kesempatan untuk terlibat dalam kepemilikan
saham dengan tujuan mensetarakan dengan pemegang saham. Melalui kebijakan
ini manager diharapkan menghasilkan kinerja yang baik serta mengarahkan
dividen pada tingkat yang rendah. Dengan penetapan dividen rendah perusahaan
memiliki laba ditahan yang tinggi sehingga memiliki sumber dana internal relatif
tinggi untuk membiayai investasi dimasa mendatang (Nuringsih, 2005). Apabila
sebagian pemegang saham menyukai dividen tinggi maka menimbulkan
perbedaan kepentingan sehingga diperlukan peningkatan dividen. Sebaliknya,
dalam kontek kepemilikan saham oleh managerial tinggi akan terjadi kesamaan
preferensi antara pemegang saham dan manager maka tidak diperlukan
peningkatan deviden.
Menurut Nuringsih (2005) menyatakan bahwa kepemilikan managerial
memiliki pengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. Pada tingkat kepemilikan
managerial yang tinggi, manager mengalokasikan laba pada laba ditahan daripada
membayar dividen dengan alasan sumber dana internal lebih efosien
dibandingkan sumber dana eksternal. Pada tingkat kepemilikan managerial yang
rendah, manager melakukan pembagian dividen yang besar untuk memberikan
sinyal yang bagus tentang kinerja peusahaan masa yang akan datang sehingga
Untuk mengurangi agency cost maka perusahaan perlu meningkatkan
kepemilikan managerial dalam perusahaan agar manager bertindak secara
hati-hati karena semakin mereka ikut menanggung konsekuensi atas tindakannya
(Ismiyanti dan Hanafi 2003). Semakin banyak saham yang dimiliki oleh manager
maka semakin menurunkan biaya keagenan sehingga terjadi pengurangan dividen
dan menggunakan dana untuk memperluas usaha (Putri dan Nasir 2006).
Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:
H1: Kepemilikan saham oleh managerial berpengaruh negatif signifikan terhadap
kebijakan dividen
2. Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Kebijakan Dividen
Sesuai dengan agency theory yang mendeskripsikan suatu hubungan
atau kontrak antara principal (pemegang saham) dan agent (manajer), maka dapat
kita lihat kekuatan pada kepemilikan institusional. Ketika suatu perusahaan
dikuasai oleh institusional investor dalam jumlah atau tingkatan yang besar maka
akan menimbulkan adanya kekuasaan yang besar pada institusional investor
tersebut.
Kepemilikan institusional adalah proporsi saham yang dimiliki oleh
pihak institusi pada akhir tahun yang diukur dalam prosentase (Listyana 2003).
Tingkat saham institusional yang tinggi akan menghasilkan upaya-upaya
pengawasan yang lebih intensif sehingga dapat membatasi perilaku opportunistic
manager, yaitu manager melaporkan laba secara opportunistic untuk
Penelitian Crutchley et al.(1999) dalam Listyani (2003) didukung oleh
Putri dan Nasir (2006) yang menyebutkan bahwa kepemilikan institusional
berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen karena semakin tinggi
kepemilikan institusional maka semakin kuat kontrol eksternal terhadap
perusahaan sehingga mengurangi biaya keagenan dan perusahaan akan cenderung
memberikan dividen yang r endah. Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis yang
diajukan adalah sebagai berikut:
H2: Kepemilikan saham oleh institusional berpengaruh negatif signifikan terhadap
kebijakan dividen.
3. Pengaruh Kebijakan Hutang Terhadap Kebijakan Dividen
Pecking order theory dikembangkan oleh Stewart Myres dan rekan
penulisnya. Toeri ini menjelaskan bahwa perusahaan lebih menyukai pendanaan
internal (retained earnings dan depresiasi) dibandingkan pendanaan eksternal
seperti utang atau penerbitan saham. Namun, jika perusahaan harus memperoleh
pendanaan eksternal, perusahaan akan memilih sekuritas yan paling aman lebih
dulu.
Apabila perusahaan mengalami keterbatasan laba ditahan, perusahaan
cenderung memanfaatkan hutang namun ila penggunaan hutang terlalu besar
dapat berdampak pada financial distress dan kebangkrutan (Nuringsih 2005).
Berdasarkan dampak iniapabila perusahaan ingin menghindari hutang yang tinggi,
maka laba perusahaan dialokasikan ke laba ditahan yang digunakan untuk operasi
perusahaan dan investasi dimasa yang akan datang sehingga akan mengurangi
Menurut Ismiyanti dan Hanafi (2003) menyebutkan bahwa kebijakan
hutang memiliki pengaruh negatif terhadap kebijakan dividen karena penggunaan
hutang yang terlalu tinggi akan menyebabkan penurunan dividen yang mana
sebagian besar keuntungan akan dialokasikan sebagai cadangan pelunasan hutang.
Sebaliknya, pada tingkat hutang yang rendah perusahaan membagikan dividen
yang tinggi sehingga sebagian besar laba digunakan untuk kesejahteraan
pemegang saham.
Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh Ismiyanti dan Hanafi
(2003), peningkatan penggunaan hutang akan menurunkan tingkat konflik antar
manager dan pemilik sehingga pemilik tidak terlalu menuntut pembayaran dividen
yang tinggi. Selain itu kebijakan hutang memiliki pengaruh negatif terhadap
kebijakan dividen, karena tingkat penggunaan hutang yang relatif besar maka
perusahaan akan membayar dividen yang tidak terlalu tinggi. Tindakan ini
dilakukan untuk memperhatikan kepentingan kreditur dan pemegang saham
(Nuringsih 2005). Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis yang diajukan adalah
sebaai berikut:
H3: Kebijakan hutang berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan dividen.
4. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Kebijakan Dividen
Berdasarkan signalling theory pada dasarnya membahas adanya
ketidaksamaan informasi antara pihak internal dan eksternal badan usaha. Pihak
internal badan usaha tentu mempunyai informasi yang lebih banyak mengenai
kondisi sebenarnya yang ada dalam badan usaha dibandingkan pihak eksternal.
antara pihak eksternal dan internal tersebut dapat dikurangi melalui sinyal atau
tanda yang diberikan oleh pihak internal. Signalling theory dividen
mengasumsikan bahwa pembayaran dividen dibutuhkan untuk menginformasikan
kondisi positif yang ada dalam badan usaha (Megginson, 1997, p.20).
Menurut Marlina dan Danica (2009) menyebutkan bahwa profitabilitas
berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Penelitian Marlina dan Danica
(2009) yang menyebutkan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh positif terhadap
kebijakan dividen karena laba/keuntungan perusahaan semakin besar maka
semakin besar tingkat dividen yang dibagikan.
Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis yang diajukan adalah sebagai
berikut:
H4: Profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan dividen.
5. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen
Penelitian Vogt (1994) dalam Handayani dan Hadinugroho (2009)
meyebutkan bahwa perusahaan besar cenderung membagikan dividen yang lebih
besar daripada perusahaan kecil, karena perusahaan yang memiliki aset besar
lebih mudah memasuki pasar modal. Sedangkan perusahaan yang memiliki aset
sedikit akan cenderung membagikan dividen yang rendah karena laba
dialokasikan pada laba ditahan untuk menambah aset perusahaan.
Begitu juga penelitian yang dilakukan Hatta (2002) dan Nuringsih
membayar dividen yang besar kepada pemegang saham untuk menjaga reputasi
dikalangan investor. Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis yang diajukan adalah
sebagai berikut:
H5: Ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan dividen.
D.Model Penelitian
Berdasarkan pengaruh antara variabel independen dengan dependen
yang telah dijelaskan sebelumnya, maka kerangka pemikiran teoritis yang
didapatkan adalah sebagai berikut: (lihat gambar 2.1)
(-)
(-)
(-)
(+)
(+)
Gambar 2.1
Model Kerangka Pemikiran Kepemilikan Istitusioanal
Kebijakan Hutang
Profitabilitas
Kebijakan Deviden Kepemilikan Managerial
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Obyek/Subyek Penelitian
Penelitian ini menggunakan seluruh perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2010-2014.
B.Jenis Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder adalah data
yang dikumpulkan dari data yang diterbitkan dalam jurnal statistik dan lainnya,
serta informasi yang tersedia dari sumber publikasi atau nonpublikasi baik di
dalam atau luar organisasi (Sekaran, 2011). Adapun sumber data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Data publikasi laporan keuangan tahunan peusahaan (financial
report). Data ini diperoleh dari situs Bursa Efek Indonesia
(www.idx.co.id)
2. Data publikasi laporan keuangan perusahaan sampel. Data ini
diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD)
C.Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu purposive sampling
kriteria yang ditentukan. Adapun kriteria yang digunakan untuk memilih sampel
yaitu sebagai berikut:
1. Perusahaan yang membagikan dividen pada periode 2010-2014.
2. Memiliki kelengkapan informasi yang dibutuhkan terkait dengan
indikator-indikator perhitungan yang dijadikan variabel pada
penelitian ini meliputi Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan
Institusional, Kebijakan Hutang, Proftabilitas, Ukuran Perusahaan
dan Kebijkan Dividen.
D.Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode dokumentasi. Metode dokumentasi adalah pengumpulan data dengan
dokumen yang dapat berupa laporan keuangan yang telah dikumpulkan dan
dipublikasikan. Pengumpulan dari laporan keuangan sampel yang terdapat pada
Indonesian Capital Market Directory (ICMD), jurnal-jurnal baik dalam maupun
luar negeri serta referensi pendukung lainnya.
E.Definisi Operasional Variabel
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel Dependen
Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi
akibat karena adanya variabel independen/bebas (Sugiyono, 2009). Variabel
perusahaan dapat diukur dengan membandingkan antara dividen dengan laba
bersih setelah pajak (Devidend Payout Ratio). Dalam hal tersebut manajemen
mambuat keputusan berapa dari EAT (Earning after Tax) yan akan dibagikan
sebagai dividen (Destriana, 2010). Variabel Kebijakan Dividen dalam penelitian
ini diproksikan dengan Deviden Payout Ratio.
DPR= � ℎ
� ℎ
2. Variabel Independen
Menurut Ferdinand (2006, h.26), “variabel independen adalah variabel
yang mempengaruhi variabel dependen, baik yang pengaruhnya positif maupun
yang pengaruhnya negatif”. Variabel ini sering juga disebut sebagai variabel
bebas. Variabel independen dalam penelitian ini adalah:
a. Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan Manajerial (managerial ownership) adalah besarnya
kepemilikan saham pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan
keputusan seperti direktur dan komisaris (Wahidahwati, 2002). Variabel
Kepemilikan Manajerial dalam penelitian ini diproksikan dengan MOWN.
MOWN= ℎ ℎ
ℎ ℎ � �
b. Kepemilikan Institusional
Tingkat Kepemilikan Institusional (INST) merupakan kepemilikan
Kepemilikan institusional umumnya bertindak sebagai pihak yang memonitor
perusahaan (Faizal, 2004). Variabel Kepemilikan Institusional dalam penelitian
ini diproksikan sebagai INST.
INST= ℎ ℎ
ℎ ℎ � �
c. Kebijakan Hutang
Kebijakan Hutang adalah segala jenis hutang yang dibuat atau
diciptakan oleh perusahaan baik hutang lancar maupun hutang jangka panjang
(Nasser dan Firlano, 2006). Variabel Kebijakan Hutang dalam penelitian ini
diproksikan dengan Debt to Equity Ratio (DER). Perhitungan DER dapat
dilakukan sebagai berikut (Indahningrum & Handayani, 2009):
Debt to Equity Ratio= �
d. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan memanfaatkan aset
yang ada untuk menghasilkan pendapatan (Yeniatie dan Nicken, 2010). Variabel
Profitabilitas dalam penelitian ini diproksikan dengan Return on Asset (ROA).
ROA= ℎ �
e. Ukuran Perusahaan
Dalam penelitan ini, ukuran perusahaan dinilai dengan log of total
assets. Log Of Total Assets ini digunakan untuk mengurangi perbedaan
perusahaan yang terlalu kecil, maka nilai total asset dibentuk menjadi
logaritma, konversi yang terbentuk logaritma ini bertujuan untuk membuat
data total aset terdistribusi normal (Djabid dalam Surya dan Ningsih,
2012). Variabel ini dirumuskan sebagai berikut:
SIZE= Ln total Asset
F. Teknik Analisis Data 1. Analisis Data
Pengujian hipotesis dilakukan untuk meneliti pengaruh kepemilikan
manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan dividen, profitabilitas, dan ukuran
perusahaan terhadap kebijakan utang. Pada penelitian ini teknik analisis data
dilakukan dengan mengunakan teknik analisis berganda untuk mengolah dan
membahas data yang telah diperoleh serta untuk menguji hipotesis yang diajukan.
Pengujian dilakukan dengan menggunakan bantuan program komputer IBM SPSS
(Statistical Package for Social Sciences) versi 21 untuk mempermudah
perhitungan statistik.
2. Statistik Deskriptif
Dalam buku Ghozali (2011), statistic deskriptif memberikan gambaran
atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi,
varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan
distribusi).
3. Uji Regresi Linear Berganda
DPR =α + β1(MOWN) + β2(INST) + β3(DER)+ β4 (ROA) +β5( SIZE)
Keterangan :
α : Konstanta
β1, β2, β3, β4, β5 : Koefisien regresi dari masing-masing variable independen
e : Error Estimate
DER : Kebijakan hutang
MOWN : Kepemilikan Manajerial
INST : Kepemilikan Institusional
DPR : Kebijakan Dividen
ROA : Profitabilitas
SIZE : Ukuran perusahaan
Besarnya konstanta tercermin dalam “α” dan besarnya koefisien regresi
dari masing-masing variable independen ditunjukkan dengan β1, β2, β3, β4, dan β5.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi
linier berganda. Model analisis regresi linier berganda digunakan untuk
menjelaskan hubungan dan seberapa besar pengaruh variabel-variabel bebas
terhadap variable dependen.
4. Uji Asumsi Klasik
Langkah-langkah uji asumsi klasik pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2011) tujuan dari uji normalitas adalah sebagai
“Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing
variabel berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas diperlukan karena
untuk melakukan pengujian-pengujian variabel lainnya dengan
mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika
asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid dan statistik
parametrik tidak dapat digunakan.”
Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan
Kolmogorov-Smirnov Test untuk masing-masing variabel.
Hipotesis yang digunakan adalah:
H0 : data residual berdistribusi normal
Ha : data residual tidak berdistribusi normal
Pengujian normalitas dilakukan dengan melihat nilai 2-tailed
significant. Jika data memiliki tingkat signifikansi lebih besar dari 0,05
atau 5% maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima, sehingga data
dikatakan berdistribusi normal (Ghozali, 2011).
Ada tiga pilihan yang dapat dilakukan jika diketahui bahwa data
tidak normal; yaitu :
1. Jika jumlah sampel besar, maka dapat menghilangkan nilai outliner
dari data
2. Melakukan transformasi data.
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda
disebut heteroskedastisitas.
Model regresi yang baik adalah homokedastisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas (Ghozali, 2009). Adanya heteroskedastisitas dalam
regresi dapat diketahui dengan menggunakan beberapa cara, salah satunya
uji Glesjer. Jika variabel independen signifikan secara statistik
mempengaruhi variabel dependen, maka indikasi terjadi heterokedastisitas
(Ghozali, 2009). Jika signifikansi di atas tingkat kepercayaan 5 %, maka
tidak mengandung adanya heteroskedastisitas.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi atau
melakukan koreksi berkaitan dengan kehadiran situasi heteroskedastisitas,
di antaranya: melakukan transformasi atas variabel-variabel dalam model
regresi yang sedang ditaksir.
1. Melakukan transformasi dalam bentuk membagi model regresi asal
dengan salah satu variabel bebas yang digunakan dalam model ini
c. Uji Multikolinieritas
Menurut Ghozali (2011) tujuan dari uji multikolinearitas adalah:
“Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Karena
model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel
independen “.
Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas di dalam model
regresi dapat dilihat dari a) nilai tolerance dan lawannya b) Variance
Inflation Factor (VIF). Tolerance mengukur variabilitas oleh variabel
independen yang dipilih yang tidak dijelaskan oleh variabel lainnya. Jadi
nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi (karena
VIF = 1/Tolerance). Batas VIF adalah 10 dan nilai tolerance adalah 0,1.
Indikasi adanya multikolinieritas yaitu apabila VIF lebih dari 10.
Sebaliknya apabila nilai VIF kurang dari 10 maka tidak terjadi
multikolinieritas.
Ada beberapa cara untuk mengatasi multikolinieritas adalah
sebagai berikut:
1. Menghilangkan salah satu atau beberapa variabel independen yang
mempunyai korelasi tinggi dan model regresi.
2. Menambah data (jika disebabkan terjadi kesalahan sampel).