• Tidak ada hasil yang ditemukan

APLIKASI VALUE ENGINEERING PADA PROYEK KONSTRUKSI (Studi kasus : Proyek Pembangunan Jembatan Tebat Gheban Kota Pagar Alam)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "APLIKASI VALUE ENGINEERING PADA PROYEK KONSTRUKSI (Studi kasus : Proyek Pembangunan Jembatan Tebat Gheban Kota Pagar Alam)"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

APLIKASI VALUE ENGINEERING PADA PROYEK

KONSTRUKSI

(Studi kasus : Proyek Pembangunan Jembatan Tebat Gheban Kota Pagar Alam)

Disusun guna melengkapi persyaratan untuk mencapai Derajat kesarjanaan Strata-1

Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh :

HARMOKO

20120110025

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(2)

TUGAS AKHIR

APLIKASI VALUE ENGINEERING PADA PROYEK

KONSTRUKSI

(Studi Kasus : Proyek Pembangunan Jembatan Tebat Gheban Kota Pagar Alam)

Disusun guna melengkapi persyaratan untuk mencapai Derajat kesarjanaan Strata-1

Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh :

HARMOKO

20120110025

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(3)
(4)

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

Yang bertanda tangan dibawah ini adalah :

Nama : Harmoko

NIM : 20120110025

Fakultas : Teknik

Jurusan : Sipil

Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Judul Skripsi : Aplikasi Value Engineering Pada Proyek Konstruksi (Studi Kasus : Proyek Pembangunan Jembatan Tebat Gheban Kota Pagar Alam)

Tugas Akhir ini adalah hasil karya sendiri dan seluruh sumber yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Apabila dikemudian hari karya saya ini terbukti merupakan hasil plagiat / menjiplak karya orang lain maka saya bersedia dicabut gelar kesarjanaannya.

Yogyakarta, 30 Desember 2016

(5)

MOTTO

Teruslah mencari celah menuju

kesuksesan

Kesuksesan bukan hanya sekedar materi,

(6)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Tugas Akhir ini dipersembahkan untuk :

 Yang pertama kepada ALLAH SWT atas segala rahmat yang telah engkau berikan, sehingga hamba bisa menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan lancar. Sesungguhnya hanya engkaulah sebaik-baiknya penolongku. Kepada jujungan kita Nabi besar Muhammad SAW Sholawat serta salam selalu tercurah untuknya.

 Kedua terimakasih untuk orang tua saya, Mama, Papa terima kasih atas doa dan dukungannya moril serta materil selama ini.

 Keluarga, sahabat dan teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu terimakasih semuanya.

 Kepada teman-teman Teknik Sipil, yang telah mendukung dan membantu dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini, sekali lagi terima kasih.

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN KEASLIAN TUGAS AKHIR ... iii

MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

ABSTRAK ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Batasan Masalah... 3

C. Rumusan Masalah ... 3

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

A. Jembatan ... 5

B. Value Engineering (Rekayasa Nilai) ... 11

C. Pondasi ... 5

D. Pondasi Bored Pile ... 26

(8)

F. Penelitian Terdahulu Mengenai Rekayasa Nilai (Value Engineering)...32

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

A. Objek Penelitian ... 34

B. Data Penelitian ... 34

C. Teknik Pengumpulan Data ... 34

D. Analisa... 35

G. Pembahasan ... 36

BAB IV HASIL PENELITIA DAN PEMBAHASAN ... 42

A. Hasil Penelitian ... 42

B. Pembahasan ... 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 74

A. Kesimpulan ... 74

B. Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 76

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Komponen-komponen total biaya...16

Tabel 2.2 Identifikasi Fungsi dengan menggunakan kata kerja an kata benda...18

Tabel 2.3 Contoh tabel breakdown cost model...21

Tabel 2.4 Contoh tabel analisis fungsi...23

Tabel 4.1 Perhitungan daya dukung tiang bored pile diameter 0,6 m titik BH-1..43

Tabel 4.2 Perhitungan daya dukung tiang bored pile diameter 0,6 m titik BH-2..43

Tabel 4.3 Perhitungan daya dukung tiang pancang bulat diameter 0,5 m...46

Tabel 4.4 Perhitungan daya dukung tiang pancang persegi ukuran 0,5 x 0,5 m....47

Tabel 4.5 Martukulasi perbandingan metode pelaksanaan pondasi...48

Tabel 4.6 Waktu pelaksanaan pekerjaan pondasi...49

Tabel 4.7 Analisa harga satuan pembersihan lokasi...50

Tabel 4.8 Pengadaan pondasi tiang pancang diameter 0,5 m...50

Tabel 4.9 Analisa harga satuan pemancangan tiang pancang...51

Tabel 4.10 Analisa harga satuan untuk las tiang pancang...51

Tabel 4.11 Analisa harga satuan pemecahan kepala tiang pancang...52

Tabel 4.12 Rekapitulasi harga pekerjaan pondasi tiang pancang beton pracetak prategang diameter 0,5 m...53

Tabel 4.13 Pengadaan pondasi tiang pancang ukuran 0,5 x 0,5 m...53

Tabel 4.14 Rekapitulasi harga pekerjaan pondasi tiang pancang beton pracetak prategang ukuran 0,5 x 0,5 m...54

Tabel 4.15 Uraian analisa harga satuan pondasi bored pile diameter 0,6 m...55

(10)

Tabel 4.17 Rekapitulasi harga pekerjaan bored pile diameter 0,6 m...58

Tabel 4.18 Rekapitulasi biaya proyek...60

Tabel 4.19 Hasil breakdown cost model...61

Tabel 4.20 Hasil breakdown cost model pada pekerjaan struktur...62

Tabel 4.21 Analisa fungsi dan indeks nilai pada pekerjaan pondasi...64

Tabel 4.22 Rekapitulasi kapasitas daya dukung tiang pada kedalaman 12 meter.66 Tabel 4.23 Perbandingan pelaksanaan dan hrga pondasi...66

Tabel 4.24 Perbandingan pelaksanaan dan harga pondasi (lanjutan)...67

Tabel 4.25 Waktu Pelaksana Pondasi...67

Tabel 4.26 Rekapituasi harga pekerjaan pondasi...68

Tabel 4.27 Analisis keuntungan dan kerugian dari segi pelaksanaan...69

Tabel 4.28 Hasil analisi teknis pondasi...69

Tabel 4.29 Hasil analisi biaya pada Alternati I...70

Tabel 4.30 Analisis biaya pada Alternatif II...71

Tabel 4.31 Martikulasi pemilihan tipe pondasi...73

Tabel 4.32 Rekapitulasi waktu pelaksanaan...73

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pohon yang tumbang sebagi jembatan...6

Gambar 2.2 Akar pohon yang bergantung sebagai jembatan gantung...6

Gambar 2.3 Slab-slab batu sebagi jembatan...7

Gambar 2.4 Jembatan kantilever dengan kombinasi balok sederhana dibagian tengahnya...7

Gambar 2.5 Bagian-bagian pokok jembatan...9

Gambar 2.6 Landasan Sendi dan Landasan Gerak...10

Gambar 2.7 Abutment dan pilar pada bangunan bawah...10

Gambar 2.8 Grafik pondasi...11

Gambar 2.9 Hukum distribusi pareto ...22

Gambar 2.10 Langkah-langkah pada proses Rekyasa Nilai...25

Gambar 3.1 Bagan alir penelitian...40

Gamabr 3.2 Bagan alir penelitian (lanjutan)...41

Gambar 3.3 Grafik Pareto...61

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Gambar Kerja

Lampiran 2. Rencana Anggaran Biaya

Lampiran 3. Analisa Harga Satuan

Lampiran 4. Jadwal Pelaksanaan

Lampiran 5. Harga Bahan, Alat dan Upah

Lampiran 6. Hasil Pengujian Tanah

(13)
(14)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengaplikasikan value engineering dan melakukan analisis teknis pada Proyek Pembangunan Jembatan Rangka Baja dengan Sistem Pelengkung. Jembatan Tebat Gheban dibangun dengan panjang 90 meter, dan lebar 9,80 meter. Analisis dilakukan pada tahap I pelaksanaan pekerjaan konstruksi bangunan bawah jembatan khususnya pondasi abutment jembatan.

Dalam value engineering terdapat beberapa tahap untuk melaksanakan value engineering yaitu tahap informasi, tahap spekulasi, tahap analisa, tahap pengembangan, dan tahap penyajian.

Hasil dari analisis diperoleh dua alternatif untuk menggantikan desain awal yaitu alternatif I seluruh pondasi abutment menggunakan tiang pancang beton pracetak prategang persegi ukuran 0,5x0,5 m dengan kedalaman tiang 12 meter, dan alternatif II seluruh pondasi abutment menggunakan pondasi bored pile diameter 0,6 m dengan kedalaman tiang 12 meter. Dari hasil perhitungan teknis pada pekerjaan pondasi abutment diperoleh nilai dukung ijin tiang pada alternatif I sebesar 18785,00 kN dan nilai dukung ijin tiang pada laternatif II sebesar 18431,32 kN. Biaya desain awal atau pondasi tiang pancang beton pracetak prategang diameter 0,5 m yaitu Rp. 12.759.977.233 kemudian setelah diterapkan value engineering maka diperoleh biaya alternatif I sebesar Rp. 12.751.336.461 penghematan yang diperoleh pada alternatif I sebesar Rp. 8.640.772 atau 0,1 %, dan alternatif II diperoleh biaya sebesar Rp. 12.363.063.085 penghematan yang diperoleh sebesar Rp. 396.914.148 atau 3,1 %.

(15)

ABSTRACT

The objective of the research is to apply value engineering and do technical

analysis on a conventional concrete bridge construction project by curve system.

Gheban Bridge was built with a length of 90 meters and width of 9.80 meters. The

analysis was conducted on phase I of the under construction bridge, namely bridge

abutments foundations.

In value engineering; there are several stages to implement value

engineering, they are: the information stage, the stage of speculation, the analysis

stage, the development stage, and the stage of presentation.

The results Of analysis the two alternatives obtained to replace the first

design, they are: alternatives I, whole abutment foundation using precast

prestressed concrete pile in size of 0,5x0,5 meters with a depth 12 meters and

alternative II, the entire abutment foundation using bored pile foundation in a

diameter of 0.6 meters with a depth 12 meters. And the results of technical

calculation on abutment foundation construction obtained the carrying value of

permit pile at alternative I was 18785,00 kN and the carrying value of permit pile

at alternative II was 18431,32 kN. The cost of initial design or prestressed and

precast concrete pile foundation at diameter of 0.5 m was Rp. 12,759,977,233. Then

after value engineering was applied, it was obtained that alternative cost was Rp.

12.751.336.461. The saving obtained at alternative I was Rp. 8.640.772 or 0,1 %,

and at alternative II the cost obtained was Rp. 12.363.063.085. The saving obtained

was Rp. 396.914.148 or 3,1 %.

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam mendukung Kota Pagar Alam sebagai kota pariwisata diperlukan salah satunya sarana dan prasarana transportasi umum yang aman, nyaman, awet, dan ekonomis dari segi waktu dan biaya untuk menarik wisatawan dan kelancaran lalu lintas. Sesuai UU 38 Tahun 2004 tentang jalan : dinyatakan bahwa jalan (termasuk jembatan) sebagai bagian dari sistem transportasi nasional yang mempunyai peranan penting terutama dalam mendukung bidang ekonomi, sosial dan budaya serta lingkungan yang dikembangkan melalui pendekatan pengembangan wilayah agar tercapai keseimbangan dan pemerataan bangunan antar daerah. Pentingnya sektor tersebut, maka yang harus diperhatikan pemerintah adalah ketersediannya sarana dan prasarana transportasi yang memadai. Oleh karena itu, penyediaan jalan dan jembatan harus mendapat perhatian utama dalam pembangunan. Mengingat kondisi wilayah kota Pagar Alam yang merupakan daerah berbukit dan banyak aliran sungai, maka jembatan sangat mendukung karena merupakan prasarana transportasi yang menghubungkan antara dua tempat yang dibatasi oleh aliran sungai.

Sebagai kota pariwisata selain aspek teknis dan aspek lalu lintas, aspek estetika juga merupakan faktor penting yang menjadi pertimbangan dalam perencanaannya, kesesuaian estetika dan strukturalnya akan memberikan nilai lebih kepada jembatan yang akan dibangun. Namun dalam perencanaannya, jembatan selalu dikaitkan dengan biaya yang tinggi. Hal itu lah yang sering menjadi kendala pada tahap pelaksaannya. Namun seiring berkembangnya teknologi dalam dunia konstruksi, biaya tinggi pada pembangunan konstruksi jembatan dapat diefisienkan dengan teknik/tool atau ilmu dalam dunia rekayasa.

(17)

proyek, penghematan biaya tidak terlepas dalam pertimbangan utama. Sementara itu, teknologi yang berkembang menyebabkan perencanaan dapat membengkakan biaya konstruksi dengan hal-hal yang mungkin tidak diperlukan dalam proses produksi proyek konstruksi. Hal ini menyebabkan apabila terhadap suatu perencanaan dilakukan evaluasi secara sistematis tanpa mengurangi fungsi dan kinerja teknisnya, maka dapat diharapkan hasil akhir yang lebih optimal. Untuk itu, dibuatlah oleh para ahli suatu konsep yang dinamakan Value Engineering/VE (Rekayasa Nilai), yang pada dasarnya merupakan suatu program efisiensi dengan pendekatan sistematis (Widiasanti & Lenggongeni, 2013).

Value engineering atau rekayasa nilai adalah usaha yang terorganisasi secara sistematis dan mengaplikasikan suatu teknik yang telah diakui, yaitu teknik mengidentifikasi fungsi produk atau jasa yang bertujuan memenuhi fungsi produk atau jasa yang diperlukan dengan harga terendah (paling ekonomis). Tujuan Rekayasa Nilai adalah membedakan dan memisahkan antara yang diperlukan dan tidak diperlukan dimana dapat dikembangkan alternatif yang memenuhi keperluan (dan meninggalkan yang tidak perlu) dengan biaya terendah tetapi kinerjanya tetap sama atau bahkan lebih baik (Soeharto, 2001). Dasar pemikiran yang mendasari perlunya rekayasa nilai adalah bahwa pada setiap kegiatan konstruksi selalu terdapat biaya-biaya yang tidak diperlukan. Hal ini dapat dilakukan dengan meninjau kembali desain proyek sehingga memungkinkan untuk melakukan penghematan biaya dengan cara mengidentifikasi dan mereduksi biaya-biaya yang tidak perlu tanpa mengurangi tingkat mutu, kendala, serta fungsi dari proyek itu sendiri.

(18)

segi waktu dan metode pelaksanaannya. Dari referensi sebelumnya bahwa value engineering memberikan efek positif berupa efisiensi biaya, waktu dan metode

terbaik tanpa mengurangi fungsi utama.

B. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Pengaplikasian Value Engineering dilakukan hanya pada item pekerjaan pondasi abutment Proyek Pembangunan Jembatan Tebat Gheban Kota Pagar Alam.

2. Biaya-biaya dan harga satuan diambil dari data Rencana Anggaran Biaya Proyek Pembangunan Jembatan Tebat Gheban Kota Pagar Alam.

3. Analisis Value Engineering dilakukan pada tahap I pelaksanaan Proyek Pembangunan Jembatan Tebat Gheban Kota Pagar Alam.

4. Studi dilakukan pada pekerjaan struktur bawah Proyek Pembangunan Jembatan Tebat Gheban Kota Pagar Alam.

5. Data-data atau perhitungan teknis diambil dari data output perencanaan yang telah dihitung sebelumnya oleh perencana Proyek Pembangunan Jembatan Tebat Gheban Kota Pagar Alam.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah yang perlu ditinjau dalam penelitian ini adalah :

1. Pekerjaan apa saja dari bangunan bawah jembatan yang dapat dilakukan studi Value Engineering.

(19)

3. Berapa penghematan biaya yang diperoleh dari penerapan value engineering pada struktur bawah jembatan Pembangunan Jembatan Tebat Gheban Kota Pagar Alam.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan spesifik dari penelitian adalah :

1. Mendapatkan alternatif-alternatif terbaik yang dapat mengganti desain awal pada pondasi abutment.

2. Mendapatkan perbedaan dari segi pelaksanaan, dan

3. Mendapatkan perbedaan biaya konstruksi yang telah direncanakan sebelumnya.

E. Manfaat penelitian

Manfaat-manfaat penelitian yang diperoleh, yaitu :

1. Untuk Pemilik Proyek :

Memberikan rekomendasi terbaik mengenai item alternatif apa saja yang dapat mengefisienkan biaya dan waktu dalam pelaksanaan proyek

2. Untuk Perencana :

Memberikan informasi mengenai item alternatif terbaik yang dapat dijadikan bahan evaluasi perencanaan.

3. Untuk Pelaksana Proyek :

Memberikan solusi penghematan biaya dan efisiensi waktu pelaksanaan proyek.

4. Untuk Penulis :

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Jembatan

1. Definisi jembatan

Pengertian jembatan secara umum adalah suatu struktur konstruksi yang berfungsi untuk menghubungkan dua bagian jalan yang terputus akibat beberapa kondisi seperti lembah yang dalam, alur sungai, danau, saluran irigasi, kali, jalan kereta api, jalan raya yang melintang tidak sebidang dan lain-lain. Sedangkan menurut ahli jembatan adalah :

a. Suatu struktur yang memungkinkan route transportasi melintasi sungai, danau, kali, jalan raya, jalan kereta api, dan lain-lain. (Dasar-dasar Perencanaan Jembatan Beton Bertulang, Agus Iqbal Manu, 1995).

b. Suatu konstruksi yang gunanya untuk meneruskan jalan melalui suatu rintangan yang berada lebih rendah. Rintangan ini biasanya jalan lain (jalan air atau jalan lalu lintas biasa). Jika jembatan itu berada di atas jalan lalu lintas biasa maka biasanya dinamakan viaduct. (Jembatan, H.J. Struyk & K.H.C.W. Van Der Veen, 1995)

c. Merupakan komponen infrastruktur yang sangat penting karena berfungsi sebagai penghubung dua tempat yang terpisah akibat beberapa kondisi. (Jembatan, Supriyadi dan Muntohar, 2007).

2. Sejarah dan perkembangan jembatan

(21)

Contoh alami dari jembatan-jembatan pada jaman dahulu adalah seperti pohon yang tumbang melintas diatas sungai.

Gambar 2.1 Pohon yang tumbang sebagai jembatan Sumber : (Supriyadi & Muntohar, 2007)

Jembatan gantung digambarkan oleh akar-akar pohon yang bergantungan dan digunakan oleh hewan dan manusia untuk melewati dari satu pohon ke pohon lainnya diatas sungai.

Gambar 2.2 Akar pohon yang bergantung sebagai jembatan gantung Sumber : (Supriyadi & Muntohar, 2007)

(22)

Gambar 2.3 Slab-slab batu sebagai jembatan Sumber : (Supriyadi & Muntohar, 2007)

Suatu hal yang telah dicapai manusia purba saat itu adalah pemakaian prinsip-prinsip jembatan kantilever pada kedua pangkal jembatan. Mereka menggunakan prinsip tersebut untuk membangun bentang-bentang panjang agar jembatan balok sederhana dapat dibangun yang dapat dilihat pada gambar 2.4.

Gambar 2.4 Jembatan kantilever dengan kombinasi balok sederhana dibagian tengahnya

Sumber : (Supriyadi & Muntohar, 2007)

(23)

pembangunan jembatan modern dimulai dengan pembangunan jembatan kereta api dan jalan raya dengan bentang jembatan yang panjang (Manu, 1995).

Di Indonesia sendiri, sampai saat ini belum ada suatu dokumentasi data-data mengenai perkembangan jembatan yang ada baik dari segi material, jenis, maupun tahun pembuatan jembatannya. Namun umumnya kita bisa menemukan jembatan gelagar baja yang dibangun sejak sebelum kemerdekaan R.I., yaitu pada zaman kolonial Belanda yang sampai kini diantaranya masih tetap digunakan. Dari buletin

“De Ingenieur” terbitan 1917/No. 4 dapat diketahui mengenai beberapa jembatan

rangka baja yang pernah dibangun di Indonesia diantaranya jembatan K.A. melintasi kali Serayu di bangun pada tahun 1915. Juga jembatan rangka baja lainnya, Ci Sondari, Way kommering, Ciwedej yang dibangun oleh Prof. Dr. Ir. J.H.A. Haarman dan Prof. Ir. P.P. Bijlaard (Manu, 1995).

3. Kegunaan, Bahan, Tipe, dan Bagian-bagian dari Jembatan a. Fungsi jembatan

Berdasarkan fungsinya, jembatan dapat dibedakan sebagai berikut (Manu,

1995) :

1) Jembatan jalan raya. 2) Jembatan jalan kereta api. 3) Jembatan jalan air.

4) Jembatan militer.

5) Jembatan pejalan kaki atau penyeberangan orang (viaduct).

b. Bahan konstruksi jembatan

Berdarkan bahan konstruksinya, jembatan dapat dibedakan menjadi beberapa macam :

1) Jembatan kayu (log bridge) 2) Jembatan beton (concrete bridge) 3) Jembatan baja (steel bridge)

(24)

c. Tipe-tipe struktur jembatan

Berdasarkan tipe struktur secara umum, jembatan dapat dibedakan menjadi beberapa macam (Manu, 1995) :

1) Jembatan gelagar (girder bridge)

2) Jembatan pelengkung/busur (arch bridge) 3) Jembatan rangka (truss bridge)

4) Jembatan Portal (rigid frame bridge) 5) Jembatan gantung (suspension bridge) 6) Jembatan kabel (cable stayed bridge) 7) Jembatan kantilever (cantilever bridge)

4. Bagian-bagian Jembatan

Menurut Struyk dan Van Der Veen (1995), suatu bangunan jembatan terdiri dari enam bagian pokok, yaitu:

Gambar 2.5 Bagian-bagian pokok jembatan Keterangan gambar 2.5 :

2.5.1 Bangunan Atas

(25)

2.5.2 Landasan

Bagian ujung bawah dari suatu bangunan atas yang berfungsi menyalurkan gaya-gaya reaksi dari bangunan atas ke bangunan bawah.

Berdasarkan fungsinya dibedakan landasan sendi (fixed beearing) dan landasan gerak (movable bearing).

Gambar 2.6 Landasan Sendi dan Landasan Gerak Sumber : Manu, 1995

2.5.3 Bangunan Bawah

Bangunan bawah pada umumnya terletak disebelah bawah bangunan atas. Fungsinya menerima atau memikul beban-beban tersebut selanjutnya oleh pondasi disalurkan ke tanah. Bangunan bawah diantaranya abutment dan pilar jembatan.

Gambar 2.7 Abutment dan Pilar pada bangunan bawah Sumber : Manu, 1995

(26)

 Pilar atau pier berfungsi sebagai pendukung bangunan atas. Bila pilar ada pada suatu bangunan jembatan letaknya diantara kedua abutment dan jumlahnya tergantung keperluan, sering kali pilar tidak diperlukan. 2.5.4 Pondasi

Berfungsi menerima beban-beban dari bangunan bawah dan menyalurkannya ke tanah. Secara umum pondasi dapat dibedakan :

Gambar 2.8 Grafik pondasi Sumber : Manu, 1995 2.5.5 Oprit

Oprit merupakan timbunan tanah di belakang abutment. Timbunan tanah ini harus dibuat sepadat mungkin, untuk menghindari terjadinya penurunan (settlement). Apabila ada penurunan, terjadi kerusakan pada expansi joint yaitu bidang pertemuan antara bangunan atas dengan abutment.

2.5.6 Bangunan Pengaman Jembatan

Bangunan pengaman jembatan merupakan bangunan yang berfungsi sebagai pengaman terhadap pengaruh sungai yang bersangkutan baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

B. Value Engineering (Rekayasa Nilai)

1. Definisi value engineering (rekayasa nilai).

Rekayasa nilai adalah suatu alat / tool atau teknik dalam dunia konstruksi yang bertujuan untuk memperoleh penghematan biaya tanpa mengurangi kualitas dan fungsi dari produk yang dihasilkan. Selain itu rekayasa nilai adalah :

Pondasi

Pondasi dalam atau pondasi tak langsung (deep

foundation)

Pondasi sumuran (caisson foundation)

Pondasi tiang (pile foundation)

Pondasi dangkal atau pondasi langsung (shallow

(27)

a. Usaha terorganisasi secara sistematis dan mengaplikasikan suatu teknik yang telah diakui, yaitu teknik, mengidentifikasi fungsi produk atau jasa yang bertujuan memenuhi fungsi yang diperlukan dengan harga yang terendah (paling ekonomis). (Iman Soeharto, Manajemen Proyek dari Konseptual sampai Operasional, 2001).

b. Suatu usaha kreatif dalam mencapai suatu tujuan dengan mengoptimalkan biaya dan kinerja dari suatu fasilitas atau sistem (Abrar Husen, Manajemen Proyek, 2011).

c. Suatu pendekatan yang kreatif dan terorganisir dengan tujuan untuk mengoptimalkan biaya dan atau kinerja sebuah sistem atau fasilitas (Alphonse J. Dell Isola. Value Engineering in Construction Industry,1975).

Dan menurut Zimmerman dan Hart value engineering bukanlah:

a. Koreksi Desain (Design Review), Value Engineering tidak bermaksud mengoreksi kekurangan-kekurangan dalam desain, juga tidak bermaksud mengoreksi perhitungan-perhitungan yang dibuat oleh perencana.

b. Proses membuat murah (A Cheapening Process), Value Engineering tidak mengurangi/memotong biaya dengan mengorbankan keadaan dan performa yang diperlukan.

c. Sebuah keperluan yang dilakukan pada seluruh desain (A Requirement done on all design), Value Engineering bukanlah merupakan bagian dari jadwal peninjauan kembali dari perencana, tetapi merupakan analisis biaya dan fungsi.

d. Kontrol Kualitas (Quality Control), Value Engineering lebih dari sekedar peninjauan kembali status gagal dan aman sebuah hasil desain.

2. Sejarah dan filosofi value engineering (rekayasa nilai)

(28)

melakukan konsep VE sewaktu melayani keperluan peralatan perang dalam jumlah yang besar, dan ditujukan pertama-tama untuk mencari biaya yang ekonomis bagi suatu produk. Miles menganalisis fungsi setiap material dan ternyata ada material-material yang mempunyai fungsi yang sama tetapi harganya berbeda. Fungsi setiap material adalah nilai (value) material tersebut.

Dengan pemikirannya tentang analisis fungsi tersebut, pada tahun 1947 Mr. Miles mengembangkan suatu prosedur untuk menganalisis fungsi suatu produk yang disebut sebagai Value Analysis. Pada tahun 1954, metode Value Analysis diterapkan di Navy Bureau of Ship (NBS) Amerika. Sementara General Electric menerapkan metode Value Analysis pada produk yang sudah ada, NBS menerapkan metode analisis fungsi ini pada tahap mendisain suatu produk (Engineering Stage), yaitu dari pengkajian terhadap bagian produk eksisting ke peningkatan rancangan konsep. Metode ini kemudian dikenal dengan Value Engineering.

Ketika kontrakor dituntut untuk melakukan penghematan biaya tanpa mengurangi kualitas dan fungsi produk konstruksinya, para praktisi membentuk asosiasi pembelajaran di Washington, DC dengan nama ‘Society of American Value Engineering (SAVE)’ pada tahun 1959. Dan pada tahun 1960an Value Engineering mulai diaplikasikan pada industri kontruksi.

3. Perkembangan value engineering (rekaysa nilai) di Indonesia

Value engineering (VE) mulai diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1986

oleh bapak Dr. Ir. Suriana Chandra melalui seminar-seminar di berbagai kota. Pada tahun itu juga, metode ini digunakan pada Proyek Pembangunan Jalan Layang Cawang. Selanjutnya, pada tahun 1987, Badan Perencana Pembangunan Nasional (Bappenas), Departemen Keuangan, dan Direktorat Jenderal Cipta Karya mengajukan pemakaian VE di Indonesia untuk seluruh pembangunan rumah dinas dan gedung negara di atas satu miliyar rupiah.

(29)

yang dikeluarkan oleh pemerintah terkait dengan konstruksi pada periode tersebut adalah sebagai berikut (Lestari, 2011):

a. Undang-Undang Perumahan Dan Pemukiman Nomor 24 tahun 1992; b. Undang-Undang Jasa Konstruksi Nomor 18 tahun 1999;

c. Undang-Undang Tentang Bangunan Gedung Nomor 28 tahun 2002; d. Peraturan Pemerintah Nomor 28,29,30 tahun 2000;

e. Keputusan Menteri (Kepmen) Permukiman dan Prasarana Wilayah

(Kimpraswil) Nomor 332/KPTS/M/2002 tentang pedoman Teknis Pembanguna Gedung Negara.

Maka tampaknya anjuran Bappenas tahun 1987 untuk menerapkan value engineering pada pembangunan rumah dinas dan gedung negara, tidak dilanjutkan

dengan penyusunan regulasi yang lebih tinggi tingkatan hukumnya, karena tidak ada satu klausul pada regulasi periode tersebut yang menyinggung mengenai penerapan VE. Beberapa praktisi memperkirakan bahwa perkembangan VE pada periode ini telah terhenti.

4. Tujuan value engineering (rekayasa nilai)

Menurut Iman Soeharto (2001), tujuan value engineering adalah membedakan dan memisahkan antara yang diperlukan dan tidak diperlukan dimana dapat dikembangkan alternatif yang memenuhi keperluan (dan meninggalkan yang tidak perlu) dengan biaya terendah tetapi kinerjanya tetap sama atau bahkan lebih baik. Diharapkan dari penerapan teknik nilai tersebut diperoleh penghematan diantaranya:

a. Penghematan biaya, b. Penghematan waktu, c. Penghematan bahan

Dengan memperhatikan aspek kualitas dari produk jadi.

(30)

dengan masalah teknis yang teramati pada tahap pelaksanaan termasuk persiapannya tanpa mengurangi mutu, keandalan, serta fungsi proyek itu sendiri.

5. Waktu penerapan rekayasa nilai (value engineering)

Meskipun program rekayasa nilai dapat diterapkan sepanjang berlangsungnya proyek, lebih efektif bila program rekayasa nilai sudah diaplikasikan pada saat tertentu dalam tahap perencana untuk menghasilkan penghematan yang sebesar-besarnya. Semakin lama saat penerapan program rekayasa nilai potensi penghematan akan semakin kecil, pada suatu saat potensi penghematan dan biaya perubahan akan mencapai titik impas yang berarti tidak ada penghematan yang dapat dicapai.

Menurut Husen (2011), pelaksanaan rekayasa nilai dilakukan dengan waktu tahapan sebagai berikut:

a. Pada tahapan selama atau segera setelah detail engineering desaign belum diserahkan kepada kontraktor, dimana tanggung jawab studi adalah pemilik proyek. Konsultan rekayasa nilai yang ditunjuk oleh pemilik proyek melakukan penyempurnaan desain serta mencari alternatif lain, baik jenis dan spesifikasi material maupun dimensi dari instalasi yang akan dibangun tanpa mengurangi fungsi instalasai yang diinginkan.

(31)

6. Pengertian Nilai, Fungsi, dan Biaya

Sebelum membahas rekayasa nilai lebih jauh, alangkah baiknya terlebih dahulu mengetahui pengertian Nilai, Fungsi, dan Biaya.

a. Nilai (Value)

Nilai (value) mempunyai arti yang sulit dibedakan dengan biaya (cost) atau harga (price). Nilai mengandung arti subyektif, apalagi bila dihubungkan dengan moral, etika, sosial, ekonomi dan lain-lain. Pengertian nilai dibedakan dengan biaya karena hal-hal sebagai berikut (Soeharto, 2001) :

1) Ukuran nilai ditentukan oleh fungsi atau kegunaanya sedangkan harga atau biaya ditentukan oleh substansi barangnya atau harga komponen-komponen yang membentuk barang tersebut.

2) Ukuran nilai lebih condong ke arah subyektif sedangkan biaya tergantung kepada angka (monetary value) pengeluaran yang telah dilakukan untuk mewujudkan barang tersebut.

b. Biaya (Cost)

Biaya adalah jumlah segala usaha dan pengeluaran yang dilakukan dalam mengembangkan, memproduksi, dan mengaplikasikan produk. Penghasil produk selalu memikirkan akibat dari adanya biaya terhadap kualitas, reliabilitas, dan maintainability karena ini akan berpengaruh terhadap biaya bagi pemakai. Biaya

[image:31.595.175.453.595.734.2]

pengembangan merupakan komponen yang cukup besar dari total biaya, sedangkan perhatian terhadap biaya produksi amat diperlukan karena sering mengandung sejumlah biaya yang tidak perlu (unnecesary cost) (Soeharto, 2001).

Tabel 2.1 Komponen-komponen total biaya.

Komponen (%)

Material... 30,0 Tenaga kerja... 25,0 Testing dan inspeksi... 4,0 Engineering dan kepenyeliaan... 6,0 Overhead... 30,0 Laba... 5,0

(32)

Selanjutnya komponen-komponen pada tabel 2.1. dianalisa untuk dibandingkan dengan standart yamg dimiliki oleh perusahaan yang bersangkutan.

Biaya terbesar (yang sering mengandung biaya tidak perlu) antara lain :

1) Material

Jenis material tergantung dari macam usaha, dapat berupa baja, besi, logam lain. Termasuk dalam klasifikasi ini adalah instrumen atau bagian-bagian lain yang siap pakai.

2) Tenaga kerja

Jumlah biaya untuk tenaga kerja biasanya cukup besar, yaitu terdiri dari satuan unit dikali jam-orang terpakai.

3) Overhead

Overhead dapat terdiri dari bermacam-macam elemen, seperti pembebanan bagi operasi perusahaan (pemasaran, kompensasi pimpinan, sewa kantor, dan lain-lain). Termasuk juga dalam klasifikasi ini adalah pajak, asuransi administrasi, dan lain-lain.

c. Fungsi (Function)

Pemahaman akan arti fungsi amat penting dalam mempelajari rekayasa nilai, karena fungsi akan menjadi objek utama dalam hubungannya dengan biaya. Untuk mengidentifikasinya L.D. Milles menerangkan sebagai berikut (Soeharto, 2001) :

1) Suatu sistem memiliki bermacam-macam fungsi yang dapat dibagi 2, diantaranya :

a) Fungsi dasar yaitu alasan pokok sistem itu terwujud. Contohnya konstruksi pondasi, fungsi pokoknya menyalurkan beban bangunan kepada tanah basah, hal tersebut yang mendorong pembuatan konstruksi pondasi. Sifa-sifat fungsi dasar adalah sekali ditentukan tidak dapat diubah lagi. Bila fungsi dasarnya telah hilang, maka hilang pula nilai jual yang melekat pada fungsi tersebut.

(33)

menunguntungkan. Misalnya, struktur pondasi basemen dapat digunakan sebagai ruang parkir atau penggunaan lainnya, tetapi dapat mengakibatkan terjadinya perubahan muka air tanah. Jika fungsi sekunder dihilangkan tidak akan menggangu kemampuan dari fungsi utama.

2) Untuk mengidentifikasi fungsi dengan cara yang mudah adalah dengan menggunakan kata kerja dan kata benda, seperti pada tabel 2.2.

Tabel 2.2 Identifikasi fungsi dengan menggunakan kata kerja dan kata benda

Barang atau Jasa Fungsi

Kata Kerja Kata Benda

1. Truck Mengangkut Barang

2. Pompa Mendorong Air

3. Cangkul Menggali Tanah

Sumber : Soeharto, 2001

7. Adanya biaya-biaya yang tidak perlu (Unnecessary Cost)

Pada pelaksanaan proyek konstruksi sering terjadi overbudget, hal ini karena adanya biaya-biaya yang tidak perlu (unnecessary cost). Alasan-alasan mengenai biaya-biaya yang tidak perlu adalah sebagai berikut (Dell’ Ishola) :

a. Kurangnya Informasi

Data yang tidak cukup mengenai fungsi owner/ pengguna inginkan/ butuhkan dan informasi material baru, produk yang dapat mempertemukan kebutuhan ini.

b. Kekurangan Ide

Kegagalan untuk mengembangkan solusi alternatif, di beberapa kasus, akan mendatangkan unncesssary cost.

c. Keadaan Sementara

(34)

d. Kepercayaan yang salah

Unncessary cost juga sering disebabkan oleh keputusan yang didasarkan pada apa yang pembuat keputusan percaya sebagai keputusan yang benar, dari pada mempertimbangkan pada kondisi nyata.

e. Kebiasaan dan Perilaku

Manusia menciptakan kebiasaan. Sebuah kebiasaan adalah bentuk dari respon, melakukan hal yang sama, cara sama, pada kondisi sama. Kebiasaan adalah reaksi dan respon yang orang pelajari secara otomatis, tanpa berpikir dan memutuskan. Kebiasaan adalah bagian penting dari kehidupan, tetapi

ada satu hal yang harus dipertanyakan, “Apakah saya melakukan cara ini karena cara ini adalah cara yang terbaik, karena saya merasa nyaman dengan

metode ini, atau karena saya selalu melakukan cara ini”.

f. Perubahan kebutuhan owner

Sering kebutuhan baru owner memaksa perubahan selama desain atau konstruksi yang meningkatkan biaya dan merubah jadwal.

g. Kurang komunikasi dan koordinasi

VE membuka saluran komunikasi bahwa alat diskusi persoalan dan mengijinkan mengepresikan pendapat.

h. Standart dan spesifikasi kuno

Beberapa standart dan spesifikasi yang digunakan dalam konstruksi berumur kurang dari sepuluh tahun. Sebagai teknologi yang baru, pembaharuan berkelanjutan terhadap data diperlukan, tetapi ini sering kali tidak sempurna.

Setiap alasan untuk nilai yang jelek ini menyediakan sebuah kesempatan untuk memperbaiki keputusan yang dibuat dan sebuah area dimana upaya value engineering adalah tindakan yang tepat.

8. Bagian-bagian dasar rekayasa nilai (value engineering)

(35)

a. Analisa Fungsi (Function Analysis)

Analisa fungsi merupakan basis utama di dalam Value Engineering. Karena analisa inilah yang membedakan VE dengan teknik-teknik penghematan biaya lainnya. Analisa fungsi ini diidentifikasi dengan menggunakan deskripsi yang terdiri dari dua kata, yaitu kata kerja dan kata benda.

b. Berpikir kreatif (Creatif Thinking)

Dalam melakukan analisa dibutuhkan suatu pengembangan suatu konsep/ gagasan/ pikiran baru yang belum ada pada pemikiran sebelumnya.

c. Model Pembiayaan (Cost Model)

Model pembiayaan in digunakan sebagai metode untuk mengatur biaya kedalam fungsi melalui perbandingan Basic Cost dan Actual Cost.

d. Biaya Siklus Hidup (Life Cycle Cost)

Analisa ini dilakukan untuk menentukan alternatif dengan biaya terendah. e. Teknik Dalam Analisa Fungsi (Function Analysis Technique/ FAST)

Adalah suatu teknik kunci digunakan untuk mendefinisikan dan menguraikan struktur fungsional.

f. Biaya dan Nilai (Cost and Worth)

Pada rekyasa nilai perlu diperhatikan tentang perbedaan antara arti nilai dan biaya. Hal ini bertujuan untuk mempermudahkan analisa yang dilakukan. g. Kebiasaan dan Sikap (Habits and Attitude)

Kebiasaan dan sikap seseorang sering kali berpengaruh dalam pengambilan keputusan terutama saat menghadapi permasalahan.

h. Rencana Kerja Rekayasa Nilai (Value Engineering Job Plan)

Pendekatan yang sistematis dan terorganisir adalah kunci utama rekayasa nilai yang berhasil.

i. Manajemen Hubungan antar pelaku dalam Rekayasa Nilai

Memelihara hubungan yang baik antar tim Rekayasa Nilai dengan seluruh unsur yang terllibat.

(36)

9. Rencana Kerja Rekayasa Nilai (Value Engineering Job Plan)

Salah satu ciri spesifik dari rekayasa nilai adalah diterapkanya metodologi yang berupa langkah secara sistematis dari awal analisa hingga mendapatkan hasil akhir yang dapat dipertanggung jawabkan. Sistematika itu terdiri dari tahap-tahap yang saling berhubungan satu sama lain yang menjelaskan proses analisa secara jelas dan terpadu. Tahap-tahap tersebut dikenal sebagai Rencana Kerja Rekayasa Nilai (Value Engineering Job Plan).

Menurut Soeharto (2001) langkah-langkah sistematis VE antara lain :

a. Tahap informasi

Sebagai tahap awal dari rencana kerja rekayasa nilai, maka hal pertama yang harus dilalui adalah mengumpulkan informasi berupa data-data proyek secara umum maupun data-data item pekerjaan kemudian mentabulasi data-data yang berhubungan dengan item yang akan distudi dan menentukan item pekerjaan dengan mendefinisikan fungsi, sehingga diperoleh item pekerjaan yang memungkinkan untuk dilakukan rekayasa nilai. Dalam tahap informasi ini ada tiga jenis analisa yang dilakukan, yaitu:

1) Breakdown cost model

Pada model ini sistem dipecah dari elemen tertinggi sampai elemen terendah, dengan mencantumkan biaya untuk tiap elemen untuk melukiskan distribusi pengeluaran.

Tabel 2.3 Contoh tabel breakdown cost model

No Item Pekerjaan Biaya Presentase Biaya Presentase

( Rp. ) Biaya ( % ) Komulatif

(Rp.) Komulatif ( % )

1 Pekejaan D 2.000.000 30% 2.000.000 30%

2 Pekejaan C 1.500.000 22% 3.500.000 52%

3 Pekejaan E 1.250.000 19% 4.750.000 71%

4 Pekejaan A 1.000.000 15% 5.750.000 86%

5 Pekejaan B 950.000 14% 6.700.000 100%

Total 6.700.000 100% 6.700.000 100%

(37)

2) Hukum distribusi Pareto

Hukum Pareto berbunyi 20 % dari total item pekerjaan mewakili/terletak pada 80% dari total suatu anggaran proyek, dengan kata lain akan dilakukan proses seleksi pada 20 % item pekerjaan yang memiliki potensi biaya terbesar dalam suatu proyek tersebut. Sisa item pekerjaan hanya memiliki biaya biaya rendah, sehingga tidak dilakukan studi pada item pekerjaan tersebut.

Gambar 2.9 Hukum distribusi Pareto

3) Analisis fungsi

Setelah item pekerjaan yang berpotensi untuk dilakukan rekayasa nilai telah diperoleh maka tahap selanjutnya dilakukan analisis fungsi. Analisis fungsi merupakan bagian penting dalam rekayasa nilai karena pada bagian inilah yang membedakan rekayasa nilai dengan teknik-teknik penghematan biaya lainnya. Analisis fungsi dilakukan dengan mengidentifikasi fungsi yang terdiri dari kata kerja dan kata benda. Dan langkah selanjutnya dilakukan perbandingan antara nilai tukar dengan nilai primer atau yang sering dikenal dengan sebutan indeks nilai. Menurut (Sabrang, 1998) indeks nilai adalah perbandingan antara nilai tukar (Nt) atau harga barang atau jasa semula dengan nilai primer (Np) atau harga barang atau jasa untuk komponen-komponen yang mendukung fungsi primer barang atau jasa tersebut. Dengan ketentuan sebagai berikut :

a) Nt/Np < 1, maka value engineering tidak layak dilakukan, upaya akan mengalami kerugian.

0% 20% 40% 60% 80% 100%

1 2 3 4 5

%

komul

ati

f

Item Pekerjaan

(38)

b) Nt/Np = 1, maka value engineering tidak layak dipertimbangkan untuk dilakukan, karena upaya akan break even.

c) Nt/Np > 1, maka value engineering layak dipertimbangkan untuk dilakukan.

Tabel 2.4 Contoh tabel analisis fungsi

No

Uraian

Fungsi

Fungsi Indeks Nilai Primer (Rp.)

Indeks Nilai Tukar (Rp.) Kata Kerja Kata Benda

1 Truk Mengangkut Barang Primer 600.000

2.000.000

2 Pompa Mendorong Air Primer 300.000 3 Cangkul Menggali Tanah Sekunder 200.000

Jumlah ( Rp. ) 1.100.000 2.000.000 Indeks Nilai Tukar / Indeks Nilai Primer 1,82

Sumber : Soeharto (2001)

b. Tahap spekulasi

Dalam tahap inilah mulai diperlukan kreatifitas. Dalam value engineering, berfikir kreatif adalah hal yang sangat penting dalam mengembangkan ide-ide untuk mendapatkan alternatif-alternatif desain yang dapat memenuhi fungsi yang sama pada item kerja terpilih. Alternatif yang diusulkan mungkin didapat dari pengurangaan komponen, penyederhanaan, ataupun memodifikasi dengan tetap mempertahankan fungsi utama dari objek (Soeharto, 2001). Dalam hal ini sangat diharapkan tumbuhnya ide (gagasan) yang semaksimum mungkin, sedangkan tiada satu ide pun yang akan mendapatkan kritik (Barrie dan Paulson, 1995).

Untuk menumbuhkan beberapa alternatif ide yang mungkin dapat meningkatkan nilai, dilakukan dengan beberapa cara, antara lain brainstorming, gordon technique, nominal group technique, dan sebagainya.

c. Tahap analisa

Tujuan dari tahap analisa adalah menganalisa dan mengkritik alternatif-alternatif yang telah ditentukan pada tahap spekulasi.

(39)

1) Mengadakan evaluasi, mengajukan kritik dan menguji alternatif yang dihasilkan dalam setiap tahap kreatif.

2) Memperkirakan nilai rupiah untuk setiap alternatif.

3) Menentukan salah satu alternatif yang memberikan kemampuan penghematan biaya terbesar namun dengan mutu, penampilan dan keandalan terjamin.

O’Brien dalam Barrie dan Paulson, 1995, memberi batasan-batasan dalam melakukan tahap ini. batasan-batasan tersebut antara lain :

1) Menghilangkan gagasan-gagasan yang tidak dapat memenuhi kondisi lingkungan dan operasi.

2) Menyingkirkan untuk sementara waktu semua gagasan yang berpotensi namun berada di luar kemampuan atau teknologi saat ini.

3) Mengadakan analisa biaya mengenai gagasan selebihnya.

4) Membuat daftar dari gagasan dengan segi penghematan yang bermanfaat, termasuk potensi keunggulan maupun kelemahanya.

5) Memilih gagasan dengan keunggulan yang melebihi kelemahannya dan mengusulkan segala sesuatu yang memberi penghematan terbesar.

6) Mempertimbangkan kendala penting seperti estetika, keawetan, dan kemudahan pengerjaannya sehingga dapat membuat suatu daftar yang lengkap.

d. Tahap pengembangan

Pada tahap ini alternatif-alternatif yang terpillih pada tahap sebelumnya dibuat program pengembangannya sampai menjadi usulan yang lengkap.

Tujuan dari tahap pengembang adalah (Barrie dan Paulson, 1995) :

1) Menilai kelayakan teknis dari setiap alternatif-alternatif yang berhasil.

2) Mendapatkan informasi yang mantap berkenan dengan alternatif yang berhasil. 3) Mengembangkan rekomendasi tertulis.

e. Tahap penyajian dan program tindak lanjut

(40)

hasil value engineering dipaparkan dengan jelas. Jadi, laporan akhir akan berisikan sebagai berikut (Soeharto, 2001) :

1) Identifikasi objek atau proyek.

2) Penjelasan fungsi masing-masing komponen dan keseluruhan komponen, sebelum dan sesudah dilakukan rekaysa nilai.

3) Perubahan desain (pengurangan, peningkatan) yang diusulkan. 4) Perubahan biaya, dan

[image:40.595.124.510.206.505.2]

5) Total penghematan biaya yang akan diperoleh.

Gambar 2.10 langkah-langkah pada proses Rekayasa Nilai Sumber : Soeharto, 2001

C. Pondasi

Sebelum merencanakan pondasi terlebih dahulu harus mengetahui jenis tanah di lokasi tersebut dengan cara pengujian tanah terlebih dahulu, pengujian tanah dapat dilakukan dengan alat Cone Penetration Test (CPT) atau dengan Standart Penetration Test (SPT). Data pengujian tanah diperlukan untuk membuat

(41)

Tanah selalu mempunyai peranan penting dalam suatu pekerjaan konstruksi. Tanah adalah dasar pendukung suatu bangunan atau bahan konstruksi dari bangunan itu sendiri. Istilah pasir, lempung, lanau, atau lumpur digunakan untuk menggambarkan ukuran partikel pada batas ukuran butiran yang telah ditentukan. Untuk tanah jenis lempung adalah jenis tanah yang bersifat kohesif atau plastis, sedangkan pasir digambarkan sebagai tanah yang tidak kohesif (Hardiyatmo, 2001).

D. Pondasi Bored Pile

Menurut Hardiyatmo (2010), pondasi bored pile adalah pondasi yang pemasangannya dilakukan dengan mengebor tanah terlebih dahulu. Pemasangan pondasi bored pile ke dalam tanah dilakukan dengan mengebor tanah terlebih dahulu, yang kemudian diisi tulangan yang telah dirangkai dan selanjutnya dicor beton. Apabila jenis tanah lempung atau mengandung air, maka dibutuhkan pipa besi atau yang biasa disebut temporary casing untuk menahan dinding lubang dari gerusan, dan pipa ini akan dikeluarkan pada waktu pengecoranbeton.

1. Keuntungan pondasi bored pile

Ada beberapa keuntungan dalam pemakaian pondasi bored pile jika dibandingkan dengan tiang pancang, yaitu :

1. Pemasangan tidak menimbulkan gangguan suara dan getaran yang membahayakan bangunan sekitarnya,

2. Mengurangi kebutuhan beton dan tulangan dowel pada pelat penutup tiang (pile cap). Kolom dapat secara langsung diletakkan di puncak bored pile, 3. Kedalaman tiang dapat divariasikan,

4. Tanah dapat diperiksa dan dicocokan dengan data laboratorium,

5. Bored pile dapat dipasang menembus bebatuan, sedang tiang pancang akan kesulitan bila pemancangan menembus lapisan batuan,

6. Diameter tiang mungkin dibuat besar, bila perlu ujung bawah tiang dibuat lebih besar guna mempertinggi kapasitas dukungnya,

(42)

2. Kerugian pondasi bored pile

Kerugian menggunakan pondasi bored pile yaitu :

1. Pengecoran bored pile dipengaruhi kondisi cuaca,

2. Pengecoran beton agak sulit bila dipengaruhi air tanah karena mutu beton tidak dapat dikontrol dengan baik,

3. Mutu beton hasil pengecoran bila tidak terjamin keseragamannya di sepanjang badan bored pile mengurangi kapasitas dukung bored pile, terutama bila bored pile cukup dalam,

4. Pengeboran dapat mengakibatkan gangguan kepadatan, bila tanah berupa pasir atau tanah yang berkerikil,

5. Air yang mengalir ke dalam lubang bor dapat mengakibatkan gangguan tanah, sehingga mengurangi kapasitas dukung tiang,

6. Akan terjadi tanah runtuh jika tindakan pencegahan tidak dilakukan, maka dipasang temporary casing untuk mencegah terjadinya kelongsora.

3. Metode pelaksanaan pondasi bored pile

Pada dasarnya pelaksanaan bored pile pada tanah yang mudah longsor adalah :

1. Membersihkan lokasi pekerjaan dan mempersiapkan alat, 2. Menentukan alur / rute pengeboran,

3. Menentukan titik koordinat pondasi dengan muenggunakan alat theodolit. 4. Pembuatan drainase dan kolam air, tujuannya adalah untuk membuang air

atau lumpur dari hasil pengeboran,

5. Proses pengeboran, tanah digali sampai kedalaman yang diinginkan, 6. Instalasi tulangan dan Pipa Tremie. Tulangan yang telah dirakit sebelumnya

dimasukan kedalam lubang menggunakan alat crane, selanjutnya pipa tremie dimasukan. Tujuan menggunakan pipa tremie adalah untuk mengindari kelongsoran pada saat pengecoran.

(43)

8. Penutupan Kembali. Setelah proses pengecoran selesai lubang ditutup kembali menggunakan tanah agar dapat dilalui oleh truk dan alat berat lainnya.

4. Kapasitas daya dukung pondasi tiang bored pile dari data SPT

Standart Penetration Test (SPT) adalah percobaan pengambilan sempel tanah tak tergangggu dilapangan. Untuk menentukan daya dukung pondasi dari data SPT dapat menggunakan metode Meyerhoff (1976). Dengan formula dalam bentuk:

a. Untuk jenis tanah non kohesif :

Qp = 40 x N_SPT x D x L x Ap < 400 x N_SPT x Ap ... (2.1)

Qs = 2 x N_SPT x p x L... (2.2)

b. Untuk jenis tanah kohesif :

Qp = 9 x cu x Ap ... (2.3) Qs = α x cu x p x Li ... (2.4)

c. Kapasitas dukung ijin tiang (kN)

Qijin = Qp + Qs SF

Dimana :

Qijin = kapasitas dukung yang dijinkan (kN)

Qp = Kapasitas dukung ujung tiang (end bearing).

Qs = Kapasitas geser selimut tiang (skin friction).

D = Diameter tiang (m).

L = Panjang tiang (m).

Li = Panjang lapisan tanah (m).

(44)

Ap = Luas tiang (m²).

P = Keliling tiang (m).

Cu = Cohesi undrained = N_SPT x 2/3 x 10 (kN/m).

α = Kohesi adhesi.

SF = Safety faktor (2.3).

d. Menentukan jumlah tiang

... (2.5)

Dimana :

Pu = Beban yang bekerja pada abutment (kN).

n = Jumlah tiang (buah).

e. Efisiensi kelompok tiang

... (2.6)

f. Kontrol kelompok tiang

= n x Eg x Qijin > Pu ... (2.7)

E. Pondasi Tiang Pancang

Dengan pondasi tiang pancang pembuatan bangunan gedung, jembatan dan dapat diatasi walaupun daya dukung tanah tidak memenuhi persyaratan dan sangat kecil. Pondasi tiang pancang dapat dikelompokan menjadi 3 kelompok yaitu, Wilopo (2009) :

n = Pu Qijin

Eg = Pu

(45)

a. Large displacement pile, terdiri dari tiang dengan penampang yang solid atau hollow dengan ujung tertutup. Contoh: Kayu dolken, Beton precast, Beton prestressed, Pipa baja (ujung tertutup), dan sebagainya.

b. Small displacement pile, adalah juga dipancang atau dijacking, namun pipa nya relatif lebih kecil. Contoh: tiang baha roll atau baja penampang H atau I.

c. Replacement pile, dibentuk dengan pertama kali memindahkan tanah dengan boring machine. Beton dimasukan kedalaman lubang dengan casing atau tanpa casing. Casing tersebut dapat ditarik selama pengecoran (bored pile).

1. Pemilihan tiang pancang yang tepat sangat ditentukan oleh faktor-faktor berikut ini, Wilopo (2009) :

a. Lokasi dan jenis bangunan/ struktur

Beberapa bentuk tiang displacement adalah pilihan pertama untuk bangunan laut. Tiang beton precast atau prestressed solid dapat digunakan dalam air yang relatif dangkal, tetapi dalam air yang dalam tiang solid menjadi terlalu berat. Sehingga pipa baja lebih favorable. Untuk bangunan didarat, tiang bor (bored pile) dapat dibuat sampai diameter besar dan dalam. Cocok untuk bangunan-bangunan high rise.

b. Kondisi tanah setempat

Kondisi tanah kohesif yang firm hingga stiff. Pondasi bored pile lebih cocok. Untuk tanah yang lepas, pengeboran harus dibantu dengan casing.

c. Keawetan

Tiang pancang kayu, akan mengalami pelapukan diatas muka air tanah. Tiang beton prestress yang dipadatkan sempurna dan memakai semen tahan sulfat tidak mengalami korosi dalam air laut. Untuk pipa baja harus diproteksi dengan cat anti kororsi.

(46)

1. Drop hammer,

2. Single acting hammer. 3. Diesel hammer. 4. Vibratory hammer,

5. Pemancangan dengan penekanan hidarulika.

2. Metode pelaksanaan

Proses pelaksanaan pemancangan tiang adalah :

1. Persiapan Lokasi Pemancangan, 2. Persiapan Alat Pemancang, 3. Penyimpanan Tiang Pancang, 4. Pemancangan.

3. Kapasitas daya dukung pondasi tiang pancang

Standart Penetration Test (SPT) adalah percobaan pengambilan sempel tanah tak tergangggu dilapangan. Penentuan kuat dukung tiang didasarkan pada panjanng tiang yang akan digunakan, dengan menggunakan metode Meyerhoff (1956). Dengan jenis tanah kohesif, Meyerhoff (1956) menganjurkan kapasitas dukung tiang pancang sebagai berikut :

a. Menetukan kapasitas dukung tiang pancang dari data SPT

Qu = 40 x Nb x Ap < 380 x Nb x Ap ... (2.8)

Qall = Qu / SF ... (2.9)

Dimana :

Qallowable = Kapasitas dukung diijinkan (kN).

Qu = Kapasitas dukung ultimit tiang pancang (kN).

Nb = Nilai rata-rata N_SPT pada dasar tiang (=(N1+N2)/2).

N1 = Nilai rata-rata N_SPT pada kedalaman 8D diatas tiang.

(47)

Ap = Luas penampang tiang (m).

SF = Safety Factor.

b. Menentukan jumlah tiang

... (2.10)

Dimana :

Pu = Beban yang bekerja pada abutment (kN).

n = Jumlah tiang (buah).

c. Efisiensi kelompok tiang

... (2.11)

d. Kontrol kelompok tiang

= n x Eg x Qijin > Pu ... (2.12)

F. Penelitian terdahulu mengenai rekayasa nilai (value engineering)

Penelitian serupa mengenai value engineering telah dilakukan sebelumnya oleh beberapa peneliti, antara lain :

1. Vincentus Untoro Kurniawan, dalam Tugas Akhirnya mencapai gelar Sarjana S-1 Teknik Sipil Universitas Indonesia tahun 2009, dengan judul

Penerapan Value Engineering Dalam Penyelenggaraan Infrastruktur Bidang Ke-PU-an Di Lingkungan Departemen Pekerjaan Umum Dalam

Usaha Meningkatkan Efektivitas Penggunaan Anggaran”. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor dominan yang mempengaruhi kesiapan pihak pengguna jasa dalam pelaksanaan value engineering, melakukan kajian analisis mengenai pengaruh penerapan

n = Pu Qall

Eg = Pu

(48)

metode value engineering dapat meningkatkan pencapaian efisiensi penggunaan anggaran, dan melakukan evaluasi atas upaya pencapaian efisiensi biaya.

2. Totok Dwi Hermawan, dalam Tugas Akhirnya mencapai gelar Sarjana S-1 Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Yogyakarta tahun 2010, dengan judul “Aplikasi Value Engineering Paada Proyek Pembangunan Gedung BPKP Yogyakarta”. Tujuan dari penelitian ini mendapatkan alternatif-alternatif pilihan untuk mengganti desain awal, menemukan perbedaan biaya dari pergantian alternatif-alternatif tersebut.

3. Sri Puji Lestari, dalam Tugas Akhirnya untuk mencapai gelar Sarjana S-1

Teknik Sipil Universitas Indonesia tahun 2011, dengan judul “Penerapan Value Engineering Untuk Efisiensi Biaya Pada Proyek Bangunan Gedung Berkonsep Green Building”. Penelitian dalam Tugas Akhir ini bertujuan untuk mengetahui komponen-komponen yang berpotensi diefisienkan atau dihemat pada proyek bangunan berkonsep green building.

4. Johnneri Ferdian, dalam Tugas Akhirnya mencapai gelar Sarjana S-2 Teknik Sipil Universitas Syiah Kuala Banda Aceh tahun 2015, dengan judul “Penerapan Value Engineering Pekerjaan Bangunan Bawah Jembatan Pada Pekerjaan Pondasi Tiang Pancang”. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui item pekerjaan yang mempengaruhi rekaysa nilai pada bangunan bawah jembatan, menemukan alternatif pilihan untuk mengganti desain awal, dan mengetahui perbedaan biaya dari alternatif-alternatif terpilih.

5. Priscilia Girsang, dalam Tugas Akhirnya untuk mencapai gelar sarjana S-1

Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara tahun 2009 dengan judul “Analisa Daya Dukung Pondasi Bored Pile Tunggal Pada Proyek Pembangunan

(49)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Untuk mendapatkan hasil penelitian yang akurat, maka pada bab ini akan dijelaskan mengenai metodologi penelitian yang digunakan secara rinci tentang bahan atau materi penelitian, alat atau instrumen penelitian dan langkah-langkah penelitian mulai dari persiapan sampai dengan penyajiannya.

A. Objek Penelitian

Objek penelitian pada penelitian ini adalah pada tahap I pelaksanaan Proyek Pembangunan Jembatan Tebat Gheban kota Pagar Alam Provinsi Sumatera Selatan. Khususnya pada bagian pekerjaan pondasi abutment jembatan.

B. Data Penelitian

Data dalam penelitian ini berasal dari gambar kerja dan harga satuan yang telah dihitung oleh perencana proyek sebelumnya. Jenis data yang dikumpulkan tersebut yaitu data sekunder.

Data sekunder merupakan data yang didapat/ dikumpulkan peneliti dari semua sumber yang sudah ada dalam hal ini yang diperoleh yaitu gambar kerja, Rencana Anggaran Biaya, harga satuan, harga bahan atau material, data peralatan, dan data kondisi setempat. Data-data tersebut dapat dilihat pada lampiran.

C. Teknik Pengumpulan Data

(50)

mengajukan surat permohonan permintaan data langsung pada instansi-instansi atau perusahaan-perusahaan yang dianggap berkepentingan. Instansi/perusahaan tersebut meliputi instansi/ Dinas Pekerjaan Umum Kota Pagar Alam dan perusahaan konsultan.

D. Analisa

Adapun tahapan dalam analisa adalah sebagai berikut :

1. Perhitungan teknis pondasi

Dalam menghitung kapasitas dukung ijin tiang tunggal atau kelompok tiang dan menentukan jumlah tiang untuk menggantikan pondasi existing. Dalam menentukan kapasitas tiang dari data hasil pengujian tanah (SPT) dapat menggunakan metode Mayerhoff (1965) untuk jenis pondasi tiang pancang dan metode Mayerhoff (1976) untuk jenis pondasi bored pile pada jenis tanah kohesif. Data pengujian tanah (SPT) tersebut dapat dilihat pada lampiran.

2. Metode pelaksanaan

Untuk metode pelaksanaan mengacu pada metode pelaksanaan proyek Pembangunan Jembatan Tebat Gheban Kota Pagar Alam.

3. Waktu pelaksanaan,

Waktu pelaksanaan pada penelitian ini mengacu pada Schedule proyek Pembangunan Jembatan Tebat Gheban Kota Pagar Alam.

4. Biaya pelaksanaan.

(51)

E. Pembahasan

Dari data-data yang telah terkumpul dilakukan pengaplikasian VE untuk menghasilkan adanya suatu penghematan biaya atau saving cost. Pada penelitian ini rencana kerja rekayasa nilai (value engineering job plan) menggunakan metode dari Iman Soeharto. Berikut tahapan-tahapan dalam pengaplikasian VE, yaitu :

1. Tahap informasi

Pada tahap ini merupakan tahap awal dalam studi VE. Adapun aktifitas VE yang dilakukan pada tahap ini :

a. Pengulangan desain informasi

Adalah pelaksanaan mengumpulkan informasi dan fakta yang menyangkut segala aspek kepentingan objek studi. Informasi ini diantaranya :

1) Gambar-gambar perencanaan, 2) Rencana Anggaran Biaya (RAB), 3) Perkiraan biaya,

4) Pendekatan desain,

5) Data-data kondisi setempat, 6) Jadwal kegiatan, dan lain-lain.

b. Penentuan sasaran studi

Untuk mengetahui sasaran studi dan berapa besar perkiraan target penghematan biaya dapat dilakukan dengan membuat struktur biaya dari keseluruhan elemen objek studi atau yang disering disebut breakdown cost model dan selanjutnya dilakukan analisis hukum distribusi Pareto. Hal ini lah yang menjadi perbedaan antara value engineering dengan metode penghematan biaya lainnya.

c. Analisis fungsi

(52)

1) Nt/Np < 1, maka value engineering tidak layak dilakukan, upaya akan mengalami kerugian.

2) Nt/Np = 1, maka value engineering tidak layak dipertimbangkan untuk dilakukan, karena upaya akan break even.

3) Nt/Np > 1, maka value engineering layak dipertimbangkan untuk dilakukan.

2. Tahap spekulasi

Tahap ini merupakan tahap pengembangan sebanyak mungkin alternatif yang bisa atau mampu memenuhi fungsi-fungsi pokok. Pada tahap ini juga menggunakan metode brainstorming, brainstorming dimaksudkan untuk mengutarakan ide (gagasan) tanpa memikirkan praktis tidaknya atau sulit tidaknya untuk diimplementasikan.

Alternatif-alternatif tersebut dapat ditinjau dari berbagai aspek, diantaranya:

a. Bahan atau material

Pemunculan penggunaa altenatif bahan dikarenakan semakin banyaknya jenis bahan bangunan yang diproduksi dengan kriteria berbeda dan mempunyai fungsi yang sama. Seiring dengan kemajuan teknologi jenis bahan yang mempunyai fungsi yang sama dapat dibuat atau dicetak dengan mutu dan kualitas yang hampir sama juga. Hanya karena memiliki merek atau lisensi yang berbeda, maka harga bahan juga menjadi berbeda.

Dengan demikian, maka pemilihan alternatif bahan dapat dilakukan dalam analisis value engineering. Pencarian bahan dengan mutu, kualitas dan fungsi yang sama dengan rencana awal tapi dengan harga yang lebih rendah dapat dilakukan.

b. Cara atau metode pelaksanaan pekerjaan

(53)

Dengan demikian dapat dilihat, bahwa suatu pekerjaan konstruksi bangunan yang dikerjakan dengan tenaga manusia dan alat-alat sederhana akan membutuhkan waktu yang lebih. Maka dengan analisis value engineering dapat berpedoman pada metode pelaksanaan, karena semakin pendek waktu yang dibutuhkan dalam menyelesaikan pekerjaan dan dengan peralatan yang optimal, maka semakin kecil pula biaya yang dikeluarkan.

c. Waktu pelaksanaan pekerjaan

Setiap pekerjaan dalam suatu proyek pastinya sudah mempunyai jadwal pelaksaan dalam perencanaan (time schedule). Terkadang dengan bobot pekerjaan yang tetap, waktu pelaksanaan pekerjaan dapat dikurangi, asalkan pekerjaan tersebut tidak terdapat dalam jalur kritis. Dengan demikian, alternatif pengurangan waktu pelaksanaan dapat dijadikan pedoman karena akan berpegaruh pada perhitungan anggaran biaya.

3. Tahap analisa

Pada tahap ini ide yang dimunculkan pada tahap sebelumnya dianalisis dan dikritik. Mulai dilakukan penilaian atau keputusan (judgment). Dalam Analisis value engineering ini dilakukan beberapa tahap, yaitu:

a. Analisis perhitungan teknis, b. Metode pelaksanaan, c. Waktu pelaksanaan, d. Biaya.

4. Tahap pengembangan

(54)

5. Tahap penyajian dan program tindak lanjut

Tahap ini adalah tahap akhir dari Rencana Kerja Rekayasa Nilai, yang terdiri dari persiapan dan penyajian kesimpulan hasil value engineering. Jadi isi dari tahap ini adalah :

a. Perubahan desain (pengurangan, peningkatan) yang diusulkan. b. Perubahan waktu yang diusulkan.

c. Perubahan biaya, dan

(55)
[image:55.595.124.501.63.732.2]

Gambar 3.1 Bagan alir penelitian Mulai

Studi Pustaka

Rencana Kerja Value Engineering

Tahap Informasi

Pengumpulan data

Data Sekunder :

- Gambar kerja

- RAB

- AHS

- Kriteria desain

Identifikasi item pekerjaan

-Breakdown cost

-Anallisis fungsi

- Indeks nilai Analisis Teknis

Tiang pancang diameter 0,5 m

Tiang bored pile diameter 0,6 m Tiang pancang

ukuran 0,5x0,5 m

A

Tahap Spekulasi (brainstorming)

(56)
[image:56.595.202.422.75.562.2]

Gambar 3.2 Bagan alir penelitian (lanjutan) A

Tahap Analisa

- Analisis kapasitas daya dukung

- Metode pelaksanaan

- Analisis waktu

- Analisis biaya

Tahap Pengembangan

- Hasil analisis kapasitas dukung tiang

- Metode pelaksanaan

- Waktu pelaksanaan

- Biaya

- Keuntungan dan kerugian

Tahap Penyajian

- Efisiensi biaya

- Kemudahan pelaksana

- Keawetan atau kekokohan

- Waktu pelaksana

(57)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Perencanaan pondasi tiang

a. Perencanaan tiang bored pile diameter 0,6 m 1) Kapasitas dukung tiang bored pile diameter 0,6 m

Direncanakan tiang dengan:

Diameter = 0,6 m

Luas penampang (Ap) = 0,2827 m²

Keliling tiang (p) = 1,8850 m

N_SPT = 3

Cu = N_SPT x 2/3 x 10 (kN/m²)

= 3 x 2/3 x 10 = 20 kN/m² = 2,0 t/m²

SF = 2

Qp = 9 x cu x Ap

= 9 x 2,04 x 0,2827

= 5,188 kN

Qs = α x cu x p xLi Qijin = (Qp + Qs) / SF

= 1 x 2,0 x 1,8850 x 1 = (5,188 + 3,840) / 2

(58)
[image:58.595.73.552.123.434.2]

Tabel 4.1 Perhitungan daya dukung tiang bored pile diameter 0,6 m pada titik BH-1

Depth Li cu Qs (kN) Qp Qult Qijin

(m) Jenis tanah (m) N_SPT (kN/m) α Local Cumm (kN) (kN) (kN)

0 - 0 0 0,00 0 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

1 Lempung 1 3 2,04 1,00 3,843 3,843 5,188 9,031 4,515

2 Lempung 1 5 3,40 1,00 6,405 10,248 8,647 18,894 9,447

3 Lempung 1 6 4,08 1,00 7,686 17,934 10,376 28,310 14,155

4 Lempung 1 7 4,76 1,00 8,967 26,900 12,105 39,006 19,503

5 Lempung 1 20 13,59 1,00 25,620 52,520 34,586 87,106 43,553

6 Lempung 1 39 26,50 1,00 49,958 102,478 67,443 169,921 84,961

7 Lempung 1 40 27,18 1,00 51,239 153,717 69,173 222,890 111,445

8 Lempung 1 43 29,22 1,00 55,082 208,799 74,361 283,160 141,580

9 Lempung Kepasiran 1 44 29,90 1,00 56,363 265,162 76,090 341,252 170,626

10 Lempung Kepasiran 1 45 30,58 1,00 57,644 322,806 77,819 400,625 200,313

11 Lempung Kepasiran 1 47 31,94 1,00 60,206 383,012 81,278 464,290 232,145

12 Lempung Kepasiran 1 59 40,10 0,55 41,568 424,579 102,030 526,609 263,305

13 Lempung Kepasiran 1 60 40,77 0,55 42,272 466,852 103,759 570,611 285,305

14 Lempung Kepasiran 1 60 40,77 0,55 42,272 509,124 103,759 612,883 306,441

15 Lempung Kepasiran 1 60 40,77 0,55 42,272 551,396 103,759 655,155 327,577

Tabel 4.2 Perhitungan daya dukung tiang bored pile diameter 0,6 m titik BH-2

Depth Li cu Qs (kN) Qp Qult Qijin

(m) Jenis tanah (m) N_SPT (kN/m) α Local Cumm (kN) (kN) (kN)

0 - 0 0 0,00 0 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

1 Lempung 1 2 1,36 1,00 2,562 2,562 3,459 6,021 3,010

2 Lempung 1 4 2,72 1,00 5,124 7,686 6,917 14,603 7,302

3 Lempung 1 8 5,44 1,00 10,248 17,934 13,835 31,768 15,884

4 Lempung 1 10 6,80 1,00 12,810 30,743 17,293 48,037 24,018

5 Lempung 1 20 13,59 1,00 25,620 56,363 34,586 90,949 45,475

6 Lempung 1 33 22,43 1,00 42,272 98,635 57,067 155,703 77,851

7 Lempung 1 38 25,82 1,00 48,677 147,312 65,714 213,026 106,513

8 Lempung Kepasiran 1 39 26,50 1,00 49,958 197,270 67,443 264,714 132,357

[image:58.595.71.555.483.749.2]
(59)

10 Lempung Kepasiran 1 47 31,94 1,00 60,206 308,715 81,278 389,993 194,997

11 Lempung Kepasiran 1 50 33,98 1,00 64,049 372,764 86,466 459,230 229,615

12 Lempung Kepasiran 1 52 35,34 1,00 66,611 439,375 89,924 529,299 264,650

13 Lempung Kepasiran 1 60 40,77 0,55 42,272 481,647 103,759 585,406 292,703

14 Lempung Kepasiran 1 62 42,13 0,55 43,681 525,328 107,218 632,546 316,273

15 Lempung Kepasiran 1 69 46,89 0,55 48,613 573,941 119,323 693,264 346,632

Dari hasil perhitungan daya dukung tiang pada kedalaman 12 meter di titik BH- 1 dan BH-2 maka untuk menentukan jumlah tiang dipilih dari nilai Qijin terkecil. Nilai Qijin terkecil didapat pada titik BH-1 dengan 263,305 kN.

Diketahui beban pada jembatan (Pu) sebesar 18238,2 kN. Nilai Pu didapat dari hasil output data perencana abutment proyek jembatan tebat gheban yang dapat dilihat pada lampiran. Dan untuk menentukan jumlah kelompok tiang dan kontrol kelompok tiang terhadap beban dapat menggunakan persamaan dibawah ini.

2) Menentukan jumlah tiang

n = u n =

,

, = 69,27 tiang

Jumlah tiang rencana = 70 tiang

3) Efisiensi kelompok tiang

Eg = u

n X n

=

,

, � , = 1

4) Kontrol kelompok tiang

= jumlah tiang rencana x Eg x Qijin > Pu ....Diijinkan

= 70 x 1 x 263,305 > 18238,2 ... Diijinkan

= 18431,32 > 18238,2 ...Diijinkan

5) Penulangan untuk 1 meter tiang bored pile diameter 0,6 m a) Menghitung luas tulangan yang diperlukan tiang bored pile

(60)

Luas penampang (Ag) = 282745,3 mm²

Pmin = 0,01

Pmaks = 0,07

Nilai Pmin dan Pmaks mangacu pada SNI-2847-2002 pasal 12,19.

Nilai P yang dipakai adalah nilai P terkecil. b) Rencana tulangan pokok

Diameter tulangan = 19 mm Jumlah tulangan = 11

As = ρ x Ag

= 0,01 x 282745,3 = 2827,433 mm²

As pakai = 3118,816 mm ² (11-D19) Kontrol tulangan As pakai > Ag

= 3118,816 mm² > 2827,4334 mm² (Diijinkan) c) Tulangan begel (sengkang)

Diameter tulangan = 10 mm

Jarak = 150 mm

Panjang tulangan = 12566 mm (12,566 meter) d) Berat tulangan

 Berat tulangan pokok 11-D19

= jumlah tulangan x luas tulangan x panjang x 7850

= 11 x 0,25 x π x 0,019² x 1 x 7850 x 1,05

= 25,707 Kg

Gambar

Tabel 2.1 Komponen-komponen total biaya.
Gambar 2.10 langkah-langkah pada proses Rekayasa Nilai
Gambar 3.1 Bagan alir penelitian
Gambar 3.2 Bagan alir penelitian (lanjutan)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian mengenai pertanggungjawaban perbuatan melawan hukum akibat kegagalan konstruksi bangunan yang merugikan pihak lain disekitar proyek pembangunan adalah;

Palembang sedang mengalami pembangunan di segala bidang, seiring dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk maka mengakibatkan meningkatnya kebutuhan terhadap sarana dan

Definisi fungsi proyek yang dilakukan dengan cara melihat proyek itu secara elemental yang dibutuhkan dan yang akan terbentuk dalam proyek konstruksi, yang dapat dilihat pada

Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengevaluasi jenis waste material yang dihasilkan dalam proyek konstruksi, untuk mengidentifikasi proses yang menghasilkan limbah (sumber

o Apabila kecendrungan kinerja waktu dan biaya proyek seperti pada minggu ke – 20 ( akhir waktu rencana ), maka dapat diperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek