• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Fungsi Pengawasan DPRD Deli Serdang Tahun 2009-2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Implementasi Fungsi Pengawasan DPRD Deli Serdang Tahun 2009-2014"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

Implementasi Fungsi Pengawasan DPRD Kabupaten Deli Serdang

Tahun 2009 – 2014

D

I

S

U

S

U

N

OLEH

Nama : Rita Silalahi

Nim : 090906041

Dosen Pembimbing : Drs. Tonny P. Situmorang, MSi

Dosen Pembaca : Dra. Evi N. Ginting, MSi

Departemen Ilmu Politik

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara

(2)

Implementasi Fungsi Pengawasan DPRD Deli Serdang Tahun 2009-2014

Nama

: Rita R. T. Silalahi

Nim

: 090906041

Fakultas

: Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Departemen

: Ilmu Politik

Dosen Pembimbing : Drs. Tonny P. Situmorang, M.Si

Dosen Pembaca

: Dra. Evi Novida Ginting, M.S.P

Abstraksi

Pengawasan adalah segala yang berkaitan dengan proses pemantauan, penjagaan serta

pengarahan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh, agar objek yang diawasi berjalan

menurut semestinya. Pengawasan adalah fungsi atau tugas dari lembaga yang telah memiliki

kewenangan untuk mencocokan sampai di manakah program atau rencana yang telah

ditetapkan dilaksanakan. Dengan pengawasan akan diketahui adanya kekurangan,

hambatan-hambatan, kelemahan, kesalahan, dan kegagalan untuk kemudian dicari jalan mengatasinya.

Pengawasan adalah segenap kegiatan untuk meyakinkan dan menjamin bahwa tugas /

pekerjaan telah dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, kebijaksanaan yang

telah digariskan dan perintah (aturan) yang diberikan. Tulisan ini adalah hasil dari penelitian

yang berjudul “

Implementasi Fungsi Pengawasan DPRD Deli Serdang Tahun

2009-2014”.

Adapun cara yang digunakan dalam memecahkan masalah yang terkait dengan judul

diatas adalah dengan analisis deskriptif, yaitu dengan arah tujuan memberikan gambaran

mengenai situasi maupun kondisi yang terjadi. Data – data yang terkumpul bersumber dari

data kepustakaan, wawancara, dan sumber lainnya. Pada penelitian ini penulis memperoleh

hasil bahwa mekanisme fungsi pengawasan DPRD masih belum memiliki tata aturan yang

jelas, sehingga implementasi fungsi DPRD masih belum dijalankan secara optimal. Indikasi

ini dapat dilihat dari masih banyaknya pengaduan masyarakat akan buruknya pelayanan

publik, pemberitaan dari media massa tentang pembangunan daerah yang kurang berkualitas,

dan masih banyaknya terjadi aksi – aksi demonstrasi oleh masyarakat petani dan buruh yang

menuntut akan hak dan penghidupan yang layak.

(3)

KATA PENGANTAR

Pertama sekali Puji dan Syukur Penulis panjatkan pada Yesus Tuhan, karena

berkat kasihNya yang telah memberikan kekuatan dan kesehatan kepada Penulis maka

mampu untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

Skripsi ini adalah penelitian yang berjudul : Implementasi Fungsi DPRD Deli

Serdang Tahun 2009-2014, yang merupakan salah satu syarat untuk dapat

menyelesaikan studi di Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik, Universitas Sumatera Utara. Melalui penelitian ini diharapkan dapat

memberikan gambaran empirik tentang implementasi fungsi pengawasan DPRD Deli

Serdang Tahun 2009-2014.

Dalam pembuatan tugas akhir ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih

kepada Bapak Drs.Bulizuar Buyung selaku dosen pengajar mata kuliah Sistem

Administrasi Negara Indonesia..

Dalam persiapan Skripsi ini Penulis berutang budi pada banyak pihak dan

pribadi. Terima kasih Penulis sampaikan kepada Dekan Fisip USU, Prof. Dr. Bapak

Badaruddin, M.Si ,Ketua Departemen Ilmu Politik Ibu Dra. T. Irmayani, M.Si .

Secara khusus Penulis berterima kasih atas bimbingan dari Bapak Drs. Tonny P.

Situmorang, M.Si , selaku Dosen Pembimbing utama Penulis dalam menyelesaikan

Skripsi ini. Berkat beliau, penulis mendapat banyak ide penulisan dan ide-ide untuk

mengangkat banyak masalah untuk dijadikan materi untuk dikembangkan selanjutnya.

Terima kasih Penulis sampaikan juga kepada kedua orangtua serta saudara yang

Penulis sayangi atas segala doa serta dukungan mereka selama ini. Juga dengan tulus

dan iklas terima kasih kepada semua teman – teman dan sahabat Penulis yang telah

memberikan bantuan selama menyelesaikan skripsi ini. Dan akhir kata, seluruh ini

Skripsi menjadi tanggung jawab Penulis sepenuhnya.

Medan, Maret 2014

(4)

DAFTAR ISI

Bab I Pendahuluan

1.1 LatarBelakangMasalah ... 1

1.2 PerumusanMasalah ... 8

1.3 TujuanPenelitian ... 8

1.4 ManfaatPenelitian ... 8

1.5 KerangkaTeori ... 9

1.5.1 Parlemen ... 9

1.5.2 Fungsi Pengawasan DPRD ... ...14

1.6 MetodologiPenelitian ... 20

1.6.1 JenisPenelitian ... 20

1.6.2 LokasiPenelitian ………21

1.6.2 TeknikPengumpulan Data ... ...21

1.6.4 TeknikAnalisa Data ... ...22

1.7 SistematikaPenulisan ... 22

Bab II Deskripsi Lokasi Penelitian

2.1. Gambaran Umum Kabupaten Deli Serdang ...24

2.2. Gambaran Umum DPRD Kabupaten Deli Serdang ...25

1.. Kedudukan DPRD Deli Serdang ...33

(5)

3. Hak – Hak dan Kewajiban DPRD Kabupaten Deli Serdang ...34

4. Fungsi DPRD Kabupaten Deli Serdang ...35

3.3. Struktur DPRD Kabupaten Deli Serdang ... 35

3.3.1. KomposisiKomisi DPRD Kabupaten Deli Serdang ...35

3.3.2. Komposisi Fraksi DPRD Kabupaten Deli Serdang ...37

BAB III PEMBAHASAN ...40

3.1.

Pengertian Pengawasan DPRD ...40

3.2.

Mekanisme Pengawasan DPRD Deli Serdang ...44

3.3.

Pelaksanaan Pengawasan DPRD Deli Serdang ...52

BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

4.1.Kesimpulan ...68

4.2. Rekomendasi ...69

(6)

Implementasi Fungsi Pengawasan DPRD Deli Serdang Tahun 2009-2014

Nama

: Rita R. T. Silalahi

Nim

: 090906041

Fakultas

: Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Departemen

: Ilmu Politik

Dosen Pembimbing : Drs. Tonny P. Situmorang, M.Si

Dosen Pembaca

: Dra. Evi Novida Ginting, M.S.P

Abstraksi

Pengawasan adalah segala yang berkaitan dengan proses pemantauan, penjagaan serta

pengarahan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh, agar objek yang diawasi berjalan

menurut semestinya. Pengawasan adalah fungsi atau tugas dari lembaga yang telah memiliki

kewenangan untuk mencocokan sampai di manakah program atau rencana yang telah

ditetapkan dilaksanakan. Dengan pengawasan akan diketahui adanya kekurangan,

hambatan-hambatan, kelemahan, kesalahan, dan kegagalan untuk kemudian dicari jalan mengatasinya.

Pengawasan adalah segenap kegiatan untuk meyakinkan dan menjamin bahwa tugas /

pekerjaan telah dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, kebijaksanaan yang

telah digariskan dan perintah (aturan) yang diberikan. Tulisan ini adalah hasil dari penelitian

yang berjudul “

Implementasi Fungsi Pengawasan DPRD Deli Serdang Tahun

2009-2014”.

Adapun cara yang digunakan dalam memecahkan masalah yang terkait dengan judul

diatas adalah dengan analisis deskriptif, yaitu dengan arah tujuan memberikan gambaran

mengenai situasi maupun kondisi yang terjadi. Data – data yang terkumpul bersumber dari

data kepustakaan, wawancara, dan sumber lainnya. Pada penelitian ini penulis memperoleh

hasil bahwa mekanisme fungsi pengawasan DPRD masih belum memiliki tata aturan yang

jelas, sehingga implementasi fungsi DPRD masih belum dijalankan secara optimal. Indikasi

ini dapat dilihat dari masih banyaknya pengaduan masyarakat akan buruknya pelayanan

publik, pemberitaan dari media massa tentang pembangunan daerah yang kurang berkualitas,

dan masih banyaknya terjadi aksi – aksi demonstrasi oleh masyarakat petani dan buruh yang

menuntut akan hak dan penghidupan yang layak.

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam sebuah negara demokrasi, keberadaan Dewan Perwakilan Rakyat ( DPR) dan Dewan Perwakilan rakyat Daerah (DPRD) mencerminkan adanya kedaulatan rakyat. Kedaulatan rakyat merupakan bentuk konkret dari idealisme bahwa di dalam negara rakyatlah yang berdaulat sepenuhnya. Rakyat memberi legalitas dan kekuasaan kepada negara yang direpresentasikan kepada pemerintah untuk melindungi diri terhadap penyalahgunaan kekuasaan yang dimiliki negara.

Di negara demokrasi terdapat pemisahan kekuasaan antara legislatif, eksekutif, dan judikatif. Menurut Montesqueu dalam sistem suatu pemerintahan negara, kekuasaan itu harus terpisah, baik mengenai fungsi (tugas) maupun mengenai alat perlengkapan (organ ) yang melaksanakan :

1. Kekuasaan legislatif, dilaksanakan oleh suatu perwakilan rakyat (parlemen),

2. Kekuasaan eksekutif, dilaksanakan oleh pemerintah ( presiden atau raja dengan bantuan menteri-menteri atau kabinet ),

3. Kekuasaan yudikatif, dilaksanakan oleh badan peradilan (mahkamah agung dan pengadilan dibawahnya). 1

Menurut A. Dahl (yang diperkenalkan kembali oleh Arend Lijphart 2

1. Freedom to form and join organization ( ada kebebasan untuk membentuk dan menjadi

anggota perkumpulan),

) bahwa suatu negara menjalankan demokrasi bila memenuhi unsur-unsur :

2. Freedom of expression ( ada kebebasan menyatakan pendapat),

3. The right to vote ( ada hak untuk memberikan suara dalam pemungutan suara),

4. Free and fair election eligibility to public office ( ada kesempatan untuk dipilih atau

menduduki berbagai jabatan pemerintahan negara),

5. The right of political leader to compete for support and vote ( ada hak bagi pemimpin

politik berkampanye untuk memperoleh dukungan atau suara),

1

C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil, Hukum Tata Negara Republik Indonesia, (jakarta : penerbit Rineka Cipta, 1997), halam 76.

2

(8)

6. Alternative sources of information ( terdapat beberapa sumber informasi),

7. Free and fair elections (adanya pemilihan yang jujur dan bebas),

8. Institutions or making government politics dependon votes and other expressions of

preference ( lembaga-lembaga yang membuat kebijaksanaan yang bergantung kepada

pemilih).

Adanya lembaga perwakilan rakyat dalam sebuah negara demokrasi bukanlah untuk mengurangi kewenangan dari eksekutif tetapi dipandang sebagai upaya untuk lebih terjaminnya kepentingan rakyat dalam seluruh kebijakan pemerintah termasuk pemerintah daerah.3

Dalam perkembangannya fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) di Indonesia telah mengalami pasang surut seiring dengan dinamika politik yang terjadi. Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974, DPRD merupakan bagian dari pemerintah daerah seperti yang diatur dalam pasal 13. Undang-undang tersebut dengan sendirinya memberikan arti DPRD menjadi bawahan kepala daerah. Setelah bergulirnya reformasi di bidang politik, maka Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 , sudah dianggap tidak sesuai lagi dengan situasi dan kondisi saat ini, dimana dengan tuntutan global pada masa sekarang ini, yang mendorong untuk terciptanya transparansi, akuntabilitas, dan peran masayarakat, sebagai wujud penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia khususnya yang menyangkut tentang hak-hak sipil dan hak-hak politik warga negara,sehingga terjadi perubahan kewenangan dan fungsi DPRD secara drastis.

DPRD berkedudukan sebagai lembaga perwakilan rakyat di daerah, melaksanakan

fungsi legislatif, sebagai penjelmaan kedaulatan rakyat di daerah. DPRD berkedudukan

sejajar sebagai mitra Pemerintah Daerah serta bukan bagian dari Pemerintah Daerah (

Undang-Undang No.4 Tahun 1999). Dalam kedudukannya sebagai Badan Legislatif Daerah,

DPRD juga bukan merupakan bagian dari pemerintahan Daerah Otonomi (Undang-Undang

No.22 Tahun 1999).

4

Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, pasal 1 ayat (2) disebutkan : “ pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi

seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud

3

Hans kensel, Teori Umum Hukum dan Negara, Jakarta : BEE Media Indonesia, hal 314.

4

(9)

dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, sedangkan Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai

unsur penyelenggaraan pemerintahan daerah”.5

Fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) kabupaten/kota terdapat pada Pasal 41 UU No. 32 tahun 2004, berbunyi :

Dprd kab/kota mempunyai fungsi:

a. Legislasi b. Anggaran c. Pengawasan

Penguatan peran DPRD baik dalam legislasi, anggaran, maupun pengawasan atas jalannya pemerintahan daerah, sangat diperlukan agar setiap kebijakan yang telah dibuat dapat berjalan sesuai prosedur dan ketentuan yang telah diatur dimana tujuannya untuk memperbaiki kesejahteraan rakyat.

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) merupakan lembaga atau badan perwakilan rakyat di daerah yang mencerminkan struktur dan sistem pemerintahan demokratis di daerah, sebagaimana terkandung dalam pasal 18 ayat (3) UUD 1945 yang menyebutkan : “pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten dan kota memiliki DPRD yang anggota-anggotanya dipilih melalui pemilu”.6

Menurut UU No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, DPRD dalam melaksanakan tugasnya, mempunyai hak ( pasal 19, 20, 21), wewenang (pasal 18) dan kewajiban (pasal 22) di dalam mengemban tugas sebagai wakil rakyat. Pemberian hak- hak yang luas kepada DPRD merupakan suatu petunjuk bahwa upaya demokratisasi pemerintahan daerah diharapkan makin menunjukkan bentuk yang lebih nyata.

Keberadaan lembaga DPRD tidak terlepas dari hakikat otonomi daerah dalam mewujudkan desentralisasi atau proses pendemokrasian pemerintahan dengan keterlibatan langsung masyarakat melalui pendekatan lembaga perwakilan rakyat (DPRD), guna mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Lahirnya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan Daerah merupakan awal koreksi terhadap pola relasi antara eksekutif dan legislatif yang sangat didominasi oleh eksekutif pada era Orde Baru. Karena itu, UU No.22 Tahun 1999 tersebut memberi otoritas yang

5

Pasal 1 poin (4), UU tentang pemerintahan daerah no.32 tahun 2004, lembaran negara no. 125 tahun 2004.

6

(10)

relatif sangat besar kepada DPRD, yang kemudian direvisi dengan UU No. 32 Tahun 2004 yang merupakan bagian dari reformasi politik telah merubah peran DPRD yang sebelumnya dianggap hanya sebagai “tukang stempel” pemerintah, menjadi lembaga yang berwenang untuk membuat undang-undang.

Keberadaan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) memiliki peranan yang sangat strategis dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, karena DPRD memiliki fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan terhadap implementasi peraturan daerah dan peraturan Bupati/Walikota. Fungsi pengawasan DPRD merupakan kegiatan pokok yang dilaksanakan oleh DPRD dalam rangka meningkatkan kehematan, efesiensi dan efektivitas dengan sekaligus memberikan alternatif perbaikan maupun penyempurnaan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Fungsi pengawasan oleh DPRD terhadap penyelenggaraan pemerintahan sangat

penting guna menjaga adanya keserasian penyelenggaraan tugas pemerintah dan

pembangunan yang efisien dan berrhasil guna serta dapat menghindari dan mengatasi segala

bentuk penyelewengan yang dapat merugikan atau membahayakan hak dan kepentingan

negara, daerah dan masyarakat. Fungsi pengawasan oleh DPRD adalah salah satu bentuk

pengawasan yang sangat penting diperlukan pelaksanaannya dalam pengelolaan

pembangunan, sebagai refleksi partisipasi masyarakat dan hakekat kedaulatan rakyat yang

dilaksanakan lewat para wakilnya dalam lembaga perwakilan, sebagai hakekat demokrasi.

DPRD sebagai lembaga yang mengawasi peraturan daerah dan keputusan kepala daerah dimaksudkan bahwa DPRD melakukan pengawasan terhadap peraturan daerah serta kinerja kepala daerah. Setelah peraturan daerah itu dibuat bersama-sama antara DPRD dan kepala daerah, maka DPRD masih perlu mengawasi atas berlakunya peraturan daerah tersebut karena pengawasan merupakan salah satu fungsi DPRD sebagai lembaga penyelenggara pemerintahan daerah, yang bertujuan agar peraturan daerah dapat berjalan dengan baik.

(11)

kerjasama internasional di daerah. Bentuk pengawasan ini tercermin dalam hak-hak DPRD, yaitu hak mengajukan pertanyaan, hak meminta keterangan, dan hak mengadakan penyelidikan.7

Dalam fungsi pengawasan, seorang DPRD dapat memainkan peran sebagai “public services watch” bagi pelaksanaan anggaran dan kebijakan pemerintah daerah. Pengawasan yang dilakukan oleh DPRD adalah sepanjang pelaksanaan peraturan daerah sebagai produk bersama antara DPRD dengan kepala daerah. DPRD sebagai bagian dari unsur penyelenggaraan pemerintahan daerah yang menjalankan fungsi pengawasan tentunya harus mampu mempersiapkan semua kompetensi agar dapat menjalankan fungsi pengawasan dengan sebaik-baiknya.

Menurut pendapat Pamudji,

8

yang mengatakan bahwa kedudukan fungsi dan hak-hak

yang melekat pada DPRD secara formal telah menempatkan DPRD sebagai instansi penting

dalam mekanisme penyelenggaraan pemerintah daerah, DPRD berkewajiban menampung

aspirasi rakyat dan memajukan kesejahteraan rakyat. Sebagai lembaga legislatif, DPRD

berfungsi sebagai badan pembuat kebijakan atau peraturan perundang-undangan. DPRD juga

mempunyai wewenang dalam membuat anggaran belanja Negara. Fungsi Pengawasan yang

dilakukan DPRD adalah dengan melakukan penilaian terhadap pelaksanaan Peraturan –

Peraturan Daerah yang dijalankan oleh Eksekutif. Fungsi pengawasan dioperasionalkan

secara berbeda dengan lembaga pengawas fungsional. DPRD sebagai lembaga politik juga

melakukan pengawasan yang bersifat politis. Bentuk pengawasan ini tercermin dalam

hak-hak DPRD, yaitu hak-hak mengajukan pertanyaan, hak-hak meminta keterangan dan hak-hak mengadakan

penyelidikan. Dengan status demikian, DPRD tidak lagi memposisikan dirinya sebagai alat

kelengkapan kekuasaan pemerintah daerah, tetapi sebaliknya sebagai mitra pemerintah untuk

transparansi dan mengakomodasi kepentingan rakyat.

Akhir-akhir ini, wakil rakyat yang dihasilkan melalui pemilu selama ini belum mampu meletakkan sikap, pendirian, dan tingkah laku para anggota DPRD pada posisi yang seimbang diantara kepentingan anggota masyarakat yang diwakili dengan kepentingan pemegang kekuasaan yang otoritas apalagi harus berpihak kepada masyarakat yang diwakilinya yang memberikan kepercayaan kepada mereka (wakil rakyat). Pelaksanaan fungsi pengawasan yang dimiliki oleh

7

Paiman Napitupulu, menuju perubahan perwakilan, bandung, penerbit pt. Alumni.2007. hal 27.

8

(12)

lembaga DPRD tersebut belumlah dijalankan secara maksimal. Hal ini yang mengakibatkan banyak terjadinya penyimpangan-penyimpangan kekuasaan dan kebijakan-kebijakan yang dijalankan tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sebegitu pentingnya fungsi pengawasan sebagai alat kontrol terhadap kekuasaan pejabat daerah, akan tetapi masih banyak anggota DPRD yang belum memahaminya dan mengaplikasikannya sebagai tugas dan tanggung jawabnya sebagai wakil rakyat. Dalam realitas politik masa kini, kekuasaan yang telah dilahirkan rakyat, dan dari rakyat ternyata dalam permainan politik kekuasaan telah mengakibatkan rakyat menderita dan ditinggalkan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat implementasi fungsi DPRD kabupaten Deli Serdang dalam fungsi pengawasan.

DPRD sebagai wakil rakyat seharusnya mampu mewakili masyarakat yang

memilihnya, harus mampu memperhatikan kepentingan dan aspirasi dari masyarakatnya.

Kepentingan dan aspirasi rakyat ini beranekaragam, baik karena jumlah rakyat yang besar,

maupun karena rakyat terdiri dari berbagai lapisan yang masing-masing mempunyai

kepentingan sendiri. Aspirasi atau kepentingan masyarakat dapat berwujud material seperti

sandang, pangan, perumahan, kesehatan, dan sebagainya, tetapi bisa juga berwujud spiritual

seperti pendidikan, kebebasan, keadilan, keagamaan, dan sebagainya.

1.2

Perumusan Masalah

Dari uraian yang telah dikemukakan dalam latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1.

Bagaimana implementasi fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)

Kabupaten Deli Serdang dalam fungsi pengawasan periode 2009-2014 ?

1.3

Tujuan Penelitian

Penelitian adalah sarana fundamental untuk memenuhi pemecahan masalah secara ilmiah, untuk itu penelitian ini bertujuan sebagai berikut :

1.

Untuk mengetahui bagaimana implementasi fungsi DPRD Kabupaten Deli

Serdang periode 2009-2014.

2.

Untuk mengetahui kendala-kendala apa saja yang dihadapi oleh DPRD Kabupaten

(13)

1.4

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1.

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi ilmu

pengetahuan pada bidang ilmu politik khususnya mengenai fungsi DPRD.

2.

Bagi penulis, untuk mengembangkan kemampuan berfikir dan mengasah

kemampuan dalam membuat karya ilmiah.

1.5

Kerangka Teori

1.5.1 Parlemen

Badan politik yang kita kenal sebagai Dewan Perwakilan Rakyat, dalam bahasa Eropa adalah

Parliament, di Amerika dikenal sebagai legislature. Perbedaan istilah ini mengandung makna yang cukup dalam dan strategis. Dalam bahasa eropa parlemen mengandung makna ‘pembicaraan masalah-masalah kenegaraan’, sedangkan di Amerika legislator mengandung makna badan pembuat undang-undang ( badan legislatif atau law making body).

Pada mulanya di Eropa parlemen terdiri dari para raja, bangsawan, tuan-tuan tanah serta petinggi agama.9 Pada abad keempat belas, pertemuan dengan raja dikembangkan menjadi media penghubung yang diperlukan raja. Para petinggi kerajaan diharapkan kehadirannya dalam pertemuan ini untuk dimintai informasi atau nasehat oleh raja berkenaan dengan persoalan-persoalan politik administrasi kerajaan yang dirasa mempengaruhi masa depan kerajaan, sejak itu pertemuan konsultasi lambat laun berkembang menjadi yang kita kenal dengan parlemen. Pada abad ke tujuh belas,

hubungan antara raja dengan parlemen berubah. Pengaruh para bangsawan, pengusaha, dan gereja dalam kehidupan ekonomi tercermin pada keanggotaan parlemen. Sumber daya yang mereka kuasai menyebabkan parlemen didominasi oleh ketiga kekuatan tersebut.

1.5.2.1. Pengertian Parlemen

Parlemen dalam istilah teknis biasanya disebut “legislature” yang artinya badan pembuat undang-undang (legislator). Ditinjau dari fungsinya maka parlemen tidaklah berbeda dengan institusi

9

(14)

perpolitikan. Nelsom W. Polsby yang mencoba membandingkan parlemen (legislature) dengan badan politik lain, eksekutif dan birokrasi. Parlemen berbeda secara khusus dari badan lain karena parlemen merupakan oganisasi yang beranggotakan lebih dari satu (multimember), menggunakan metode negosiasi dan pemilihan sebelum mengambil keputusan, dan bertanggungjawab pada rakyat.10

Gagasan parlemen sebagai badan atau lembaga yang menjalankan fungsi legislatif bervariasi penerapannya di berbagai negara. Dalam beberapa konstitusi, parlemen disebut dengan bermacam-macam nama. Untuk pengertian yang kurang lebih sama dengan pengertian parlemen, biasanya digunakan perkataan-perkataan yang berasal dari tradisi dan bahasa lokal dari negara yang bersangkutan. Tetapi banyak juga yang mengunakan perkataan Inggris, tentunya karena pengaruh dari bahasa Inggris. Di Indonesia lembaga ini disebut Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia atau disingkat DPR RI. Apapun nama dan sebutan yang diberikan, keberadaan lembaga perwakilan rakyat merupakan hal yang sangat esensial sebagai lembaga yang mewakili kepentingan masyarakat banyak. Lewat lembaga perwakilan rakyat inilah aspirasi masyarakat ditampung dan dituangkan dalam berbagai kebijakan umum.11

Menurut Miriam Budiardjo bahwa lembaga legislatif adalah lembaga yang “legislate” atau membuat undang-undang. Anggota-anggotanya dianggap mewakili rakyat.12 Sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 1 ayat (2), yang menyebutkan bahwa: ”kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD”, maka legislatif dianggap sebagai representasi dari rakyat yang merumuskan keinginan rakyat melalui penentuan kebijakan-kebijakan umum. Sedangkan menurut David E. After bahwa badan legislatif terdiri dari wakil-wakil rakyat dan semua penetapan undang-undang harus disetujui oleh legislatif.13

1.5.2.2. fungsi Parlemen

Fungsi badan perwakilan rakyat yang mencirikan demokrasi modern ini memperkenalkan nama badan legislatif atau badan pembuat undang-undang. Melalui fungsi ini parlemen menunjukkan bahwa dirinya sebagai wakil rakyat dengan memasukkan aspirasi dan kepentingan masyarakat yang diwakilinya ke dalam pasal-pasal Undang-Undang.14

10

Bambang Cipto, op.cit,. Hal 6

Namun fungsi pokok parlemen tidak harus diartikan sebagai pembuat undang-undang (law making body) semata-mata namun juga perlu dilihat sebagai media komunikasi antara rakyat dengan pemerintah.

11

C.S.T Kansil, Sistem Pemerintahan Indonesia, Jakarta : Bumi Aksara, 1990, hal.218. 12

Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta : PT Gramedia, 1989, hal.173 13

David E. Apter, Pengantar Analisa Politik, Jakarta : CV Rajawali, 1985, hal. 230-234 14

(15)

Menurut B.N Marbun, ada empat fungsi utama yang dimiliki oleh parlemen, pertama fungsi legislasi atau pembuat undang-undang, kedua fungsi kontrol atau pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang dan ketiga fungsi budget atau persetujuan terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) serta keempat penampung dan penyalur aspirasi masyarakat.15

Fungsi pokok dari wakil rakyat (DPRD) adalah membuat undang-undang yang berarti menjadi landasan hukum bagi pemerintah dalam membuat kebijakan publik. Menurut Miriam Budiardjo bahwa “lembaga legislatif adalah lembaga yang “legislate” atau membuat undang-undang. Anggota-anggotanya dianggap mewakili rakyat. Sedangkan menurut David E. After bahwa badan legislatif terdiri dari wakil-wakil rakyat dan semua penetapan undang-undang harus disetujui oleh legislatif.

Pada hakekatnya fungsi utama dari legislatif adalah membuat undang-undang (legislasi), hal ini juga sejalan dengan fungsi-fungsi yang lain seperti fungsi pengawasan (controlling) juga merupakan bagian fungsi legislasi, karena dalam menjalankan fungsi pengawasan tentunya terlebih dahulu melahirkan peraturan perundangan-undangan yang dijadikan sebagai acuan dalam melakukan pengawasan terhadap pemerintah dalam menjalankan tugasnya. Begitu juga fungsi angggaran

(budgeting) yang merupakan sebagian dari fungsi legislasi karena untuk menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) juga ditetapkan dengan undang-undang APBN setiap tahun anggaran.

Di Indonesia, menurut Undang-Undang No. 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan DPR, DPRD, DPD adalah sebagai berikut :

a.

Fungsi Legislasi

Keberadaan DPRD tidak dapat dilepaskan dari konsep “Trias Politica” yang

ditawarkan oleh Montesquei (Thaib, 2001; 44), dengan memisahkan kekuasaan ke

dalam tiga bidang kekuasaan, yakni eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Lebih lanjut,

konsep

Trias Politica

menghendaki terciptanya suasana

“Check and balances”,

karena masing-masing organ kekuasaan dapat saling mengawasi, saling menguji,

sehingga tidak mungkin organ-organ kekuasaan itu melampaui batas kekuasaan yang

telah ditentukan, atau dengan kata lain terdapat perimbangan kekuasaan antar

lembaga-lembaga tersebut.

15

(16)

Dalam konteks DPRD sebagai lembaga legislatif, fungsi pembuatan peraturan

daerah merupakan fungsi utama karena melalui fungsi ini, DPRD dapat menunjukkan

warna dan karakter serta kualitasnya baik secara material maupu fungsional. Di

samping itu, kadar peraturan daerah yang dihasilkan oleh DPRD dapat menjadi

ukuran kemampuan DPRD dalam melaksanakan fungsinya, mengingat pembuatan

suatu peraturan daerah yang baik harus dipenuhi beberapa persyaratan tertentu.

b.

Fungsi Anggaran

Fungsi penganggaran merupakan penyusunan dan penetapan anggaran pendapatan dan belanja daerah bersama-sama pemerintah daerah. Dalam menjalankan fungsi ini, DPRD harus terlibat secara aktif, proaktif, dan bukan reaktif & sebagai legitimator usulan APBD ajuan pemerintah daerah. Fungsi penganggaran ini perlu memperoleh perhatian penuh, mengingat makna pentingnya sebagai berikut:

· APBD sebagai fungsi kebijakan fiskal (fungsi alokasi, fungsi distribusi, &

fungsi stabilisasi);

· APBD sebagai fungsi investasi daerah;

· APBD sebagai fungsi manajemen pemerintahan daerah (fungsi perencanaan, fungsi

otorisasi, fungsi pengawasan).

Dalam konteks fungsi anggaran ini, hal yang paling mendasar adalah ketentuan konstitusional yang menggariskan bahwa kedudukan yang kuat diberikan kepada DPRD hendaknya disertai pula tanggung jawab yang besar terhadap rakyat yang diwakilinya. Hak anggaran memberi kewenangan kepada DPRD untuk ikut menetapkan atau merumuskan kebijakan daerah dalam menyusun Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD).

c.

Fungsi Pengawasan

Bertitik tolak dari tujuan terbentuknya lembaga DPRD sebagai lembaga legislatif daerah, maka pengawasan terhadap eksekutif merupakan fungsi lain DPRD. Pengawasan dilakukan melalui penggunaan hak-hak yang dimiliki oleh DPRD.

Pengawasan oleh DPRD terhadap penyelenggaraan pemmerintahan sangat

(17)

pembangunan yang efisien dan berrhasil guna serta dapat menghindari dan mengatasi

segala bentuk penyelewengan yang dapat merugikan atau membahayakan hak dan

kepentingan negara, daerah dan masyarakat.

2. Fungsi pengawasan DPRD

Pengertian pengawasan menurut Keputusan Presiden No. 74 tahun 2001 (Tentang Tata Cara Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah) dalam pasal (16) menyebutkan bahwa:

“pengawasan pemerintah daerah adalah proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar

pemerintah daerah berjalan sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan

yang berlaku”. Fungsi pengawasan diperlukan untuk mengetahui apakah perencanaan yang telah disusun dapat berjalan secara efisien, efektif, dan ekonomis.

Pengawasan merupakan bagian penting dari pertanggungjawaban melalui penilaian secara objektif dan independen terhadap pejabat atau pemerintah daerah. Pengawasan harus dapat membantu, memberikan motivasi kepada pejabat yang berwenang mengambil kebijakan dalam meningkatkan kehematan, efisiensi, dan efektifitas dengan menunjukkan jalan/cara memperbaiki, menertibkan, dan menyempurnakan serta meningkatkan kerja.16 Pengawasan dimaksudkan sebagai kegiatan untuk mengukur kegiatan pemerintah yang dilakukan secara objektif serta independen, sehingga pengawasan itu dapat meningkatkan produktifitas kegiatan yang efisien dan efektif.

Pelaksanaan pengawasan DPRD di Indonesia memiliki landasan formal, seperti :

1. Pengawasan DPRD Menurut UU Nomor 22 Tahun 2003 Tentang Susduk MPR, DPR, DPD, dan DPRD

Pengawasan DPRD merupakan bagian dari fungsi DPRD, selain fungsi legislasi dan fungsi anggaran yang dimiliki oleh DPRD. Fungsi pengawasan DPRD diatur dalam UU Nomor 22 Tahun 2003 pada pasal 77. Dalam penjelasan pasal 77 huruf c UU Nomor 22 Tahun 2003 disebutkan : “yang dimaksud dengan fungsi pengawasan adalah fungsi DPRD

16

(18)

kabupaten/kota untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan Undang-Undang,

peraturan daerah, dan keputusan bupati/ walikota serta kebijakan yang ditetapkan oleh

pemerintah daerah”.

Pengawasan yang dilakukan oleh DPRD kabupaten/kota tersebut untuk mengevaluasi fungsi DPRD sebagai legislasi dan fungsi anggaran sehingga produk DPRD dalam fungsi legislasi dan anggaran dapat diawasi pelaksanaanya oleh DPRD melalui fungsi pengawasan.

2. Pengawasan DPRD menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 pasal 41 bahwa DPRD Kabupaten/Kota mempunyai fungsi :

a. Fungsi Legislasi b. Fungsi anggaran c. Fungsi Pengawasan

Agar DPRD dapat menjalankan fungsinya secara optimal, maka DPRD diberikan kewenangan, yakni:

1. Melaksanakan pengawasan terhadap:

a. Pelaksanaan Peraturan Daerah dan Peraturan Perundang-undangan yang lain b. Pelaksanaan keputusan Gubernur, Bupati, dan Walikota.

c. Pelaksanaan Anggaran Pengdapatan belanja Daerah/Kebijakan Pemerintah Daerah.

2. Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada Pemerintah terhadap rencana perjanjian internasional yang menyangkut kepentingan daerah.

3. Menampung dan menindaklanjuti aspirasi daerah dan masyarakat.

Disamping fungsi Dewan Perwakilan rakyat daerah (DPRD) tersebut juga diatur mengenai tugas dan wewenang DPRD sebagaimana yang tertulis dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah Pada psal 42 ayat (1), yakni :

1. Membentuk perda yang dibahas dengan kepala daerah untuk mendapat persetujuaan bersama, 2. Membahas dan menyetujui rancangan peraturan daerah tentang APBD bersama dengan

(19)

3. Melaksanakan pengawasan terhadap pekasanaan perda dan peraturan perundang--undangan lainnya, peraturan kepala daerah, APBD, kebijakan pemerintah daerah dalam melaksanakan program pembangunan daerah dan kerjasama internasional di daerah,

4. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian kepala daerah/wakil kepala daerah kepada peresiden melalui menteri dalam negeri melalui gubernur bagi DPRD kabupaten/kota, 5. Memilih wakil kepala daerah dalam hal terjadi kekosangan jabatan wakil kepala daerah, 6. Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemrintahan daerah terhadap rencana

perjanjuan internasional di daerah,

7. Memberikan persetujuan terhadap rencana kerjasama internasional yang dilakukan oleh pemerintah daerah,

8. Meminta laporan keterangan pertanggungjawaban kepala daerah dalam penyelenggaraaan pemerintahan daerah,

9. Membentuk panitia poengawas pemilihan kepala daerah,

10. Melakukan pengawasan dan meminta laporan KPUD dalam penyelenggaraan pemilihan kelapa daerah,

11. Memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama antar daerah dan dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan daerah.

Dalam pasal 43 diatur tentang hak dan kewajiban DPRD, yakni :

(1). DPRD mmpunyai hak :

a. interpelasi

b. angket

c. menyatakan pendapt

Dalam penjelasan disebutkan, yang dimaksudkan dengan “hak interpelasi” dalam ketentuan ini adalah hak DPRD untuk meminta keterangan kepada kepala daerah menenai kebijakan pemerintah daerah yang penting dan strategis yang berdampak luas pada kehidupan masyarakat daerah dan negara. 17

17

(20)

Dalam penjelasan disebut, yang dimaksud dengan “hak angket” dalam ketentuan ini adalah pelaksanaan fungsi pengawasan DPRD untuk melakukan penyelidikan terhadap suatu kebijakan tertentu kepada daerah yang penting dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan masyarakat daerah dan negara yang diduga bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.18

Yang dimaksud dengan “ hak menyatakan pendapat” dalam ketentuan ini adaah hak DPRD untuk menyatakan pendapat terhadap kebijakan kepala daerah atau mengenai kejadian luar biasa yang terjadi di daerah disertai dengan rekomendasi penyelesaiannya atau sebagai tindak lanjut pelaksanaan hak interpelasi dan hak angket.19

(2). Pelaksanaan hak angket sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan setelah diajukan hak interpelasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan mendapatkan persetujuan dari Rapat Paripurna DPRD yang dihadiri sekurang-kurangnya ¾ (tiga perempat) dari jumlah anggota DPRD dan putusan diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 ( dua pertiga) dari jumlah anggota DPRD yang hadir,

(3) Dalam menggunakan hak angket sebagaimana dmaksud pada ayat (2) dibentuk panitia angket yang terdiri atas semua unsur fraksi DPRD yang bekerja paling lama dalam waktu 60 (enam puluh) hari telah menyampaikan hasil kerjanya kepada DPRD,

(4) dalam melaksanakan tugasnya panitia angket sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat

memanggil, mendengar, dan memeriksa seseorang yang dianggap mengetahui atau patut mengetahui masalah yang sedang diselidiki serta untuk meminta menunjukkan surat atau dokumen yang berkaitan dengan hal yang sedang diselidiki,

(5) setiap orang yang dipanggil, didengar, dan diperiksa sebagaimana dimaksud ayat (5) wajib memenuhi panggilan panitia angket kecuali ada alasan yang sah menurut peraturan perundang-undangan,

(6) dalam hal telah dipanggil dengan patut secara berturut-turut tidak memenuhi panggilan

sebagaimana dimaksud pada ayat (5) , panitia angket dapat memanggil secara paksa dengan bantuan kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan,

(7) seluruh hasil kerja panitia angket bersifat rahasia,

18

Ibid., penjelasan pasal 43 ayat (1) huruf b.

19

(21)

(8) tata cara penggunaan hak interpelasi, hak angket, dan hak menyatakan pendapat diatur dalam peraturan tata tertib DPRD yang berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

Dalam rangka melaksanakan pengawasan DPRD, maka sebgaimana diatur dalam pasal 44, disebutkan :

(1). Anggota dprd mempunyai hak :

a. mengajukan rancangan perda,

b. mengajukan pertanyaan,

c. menyampaikan usul dan pendapat,

d. memilih dan dipilih,

e. membela diri,

f. imunitas,

g. protokoler,

h. keuangan dan administrasi.

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) juga mempunyai kewajiban, seperti yang terdapat pada UU No. 32 Tahun 2004 pada pasal 45, menyebutkan :

Anggota DPRD mempunyai kewajiban:

a. Mengamalkan pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan mentaati segala peraturan perundang-undangan,

b. Melaksanakan kehidupan berdemokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, c. Mempertahankan dan memelihara keutuhan nasional serta keutuhan negara kesatuan

Republik Indonesia,

d. Memperjuangkan peningkatan kesejahteraan rakyat di daerah,

e. Menyerap, menampung, menghimpun dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat,

f. Mendahulukan kepentingan negara diatas kepentingan pribadi, kelompok dan golongan, g. Memberikan pertanggugjawaban atas tugas dan kinerjanya selaku anggota DPRD sebagai

(22)

h. Mentaati peraturan Tata Tertib, Kode Etik, dan sumpah janji anggota DPRD, i. Menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan lembaga yang terkait.

Fungsi pengawasan DPRD terhadap pemerintahan Daerah dapat dilaksanakan melalui kedudukan dan fungsi, tugas dan wewenang serta hak dan kewajiban DPRD. Sebab jika kedudukan, fungsi, tugas, wewenang serta hak DPRD dapat dijalankan maka peranan DPRD sebenarnya sudah maksimal dalam menjalankan peranannya sebagai lembaga perwakilan rakyat daerah. 20

Metodologi Penelitian

1.6.1 Jenis Penelitian

Berdasarkan pada uraian serta tujuan penelitian maupun kerangka teori diatas maka jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kualitatif dengan format deskriptif. Pendekatan kualitatif diartikan sebagai pendekatan yang menghasilkan data, tulisan, dan tingkah laku yang didapat dari apa yang diamati.21 Penelitian deskriptif digunakan untuk menggambarkan atau melukiskan apa yang sedang diteliti dan berusaha untuk memberikan gambaran yang jelas dan mendukung tentang apa yang diteliti ataupun fenomena tertentu yang menjadi pokok permasalahan.

1.6.2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan pada lembaga DPRD di Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara.

16.3 Teknik Pengumpulan Data

Ada beberapa teknik pengumpulan data yang dapat digunakan, antara lain, penelitian perpustakaan (library research), yang sering disebut metode dokumentasi, dan penelitian lapangan, seperti wawancara dan observasi.22

20

Pasal 45, UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.

Dalam mengumpulkan data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini, digunakan beberapa teknik pengumpulan data primer dan sekunder.

21

Hadari Nawawi, 1994, metode penelitian bidang sosial, Yogyakarta: UGM Press. Hal-203. 22

(23)

A.

Data Primer

Untuk mendapatkan data primer, dalam penelitian ini dilakukan dengan metode

wawancara. Wawancara merupakan proses tanya jawab secara langsung yang

ditujukan kepada informan di lokasi penelitian dengan menggunakan panduan atau

pedoman wawancara. Wawancara dilakukan terhadap pihak yang berkompeten dalam

hal fungsi DPRD seperti dari DPRD adalah anggota DPRD, maupun alat kelengkapan

DPRD yang ada serta unsur sekretariat DPRD.

B.

Data Sekunder

Data sekunder adalah semua data yang diperoleh melalui studi kepustakaan yaitu

pengumpulan data dari buku-buku referensi maupun jurnal yang sesuai dengan objek

penelitian serta berkaitan dengan permasalahannya. Data sekunder digunakan untuk

data pendukung, terutama guna melengkapi kerangka teoritis.

1.6.4 Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisa data kualitatif, artinya dengan bertitik tolak pada sumber data dan aturan konstitusi yang berlaku. Kemudian dengan logika berpikir deduktif, maka bahan data yang diperoleh diolah dan dianalisis secara deskriptif, dengan mengungkapkan permasalahan,untuk dapat disimpulkan sebagai hasil penelitian. Juga dengan penelitian ini diharapkan dapat memberi wacana baru untuk mengoptimalkan fungsi Pengawasan DPRD di Deli Serdang terhadap pelaksanaan peraturan daerah.

1.6.5. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dari penelitian ini adalah :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari: Latar Belakang Masalah, Rumusan masalah, Tujuan dan manfaat Penelitian, Kerangka Teori, Metodologi Penelitian dan sistematika Penulisan.

(24)

Pada bab ini akan diuraikan tentang gambaran umum susunan Organisasi dan tata kerja DPRD Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara.

BAB III : Pembahasan.

Pada bab ini akan membahas mengenai hasil penelitian.

BAB IV : Penutup

(25)

BAB II

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

A.

Gambaran Umum Kabupaten Deli Serdang

1.

Sejarah Awal Deli Serdang

23

Sebelum Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945 Kabupaten Deli Serdang yang dikenal sekarang ini dua pemerintahan yang berbentuk kerajaan ( Kesultanan ) yaitu Kesultanan Deli yang berpusat di Kota Medan dan Kesultanan Serdang berpusat di Perbaungan.

Kabupaten Deli dan Serdang ditetapkan menjadi Daerah Otonom sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 tahun 1984 tentang Undang-Undang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 7 Darurat Tahun 1965. Hari jadi Kabupaten Deli Serdang ditetapkan tanggal 1 Juli 1946. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1984, ibukota Kabupaten Deli Serdang dipindahkan dari Kota Medan ke Lubuk Pakam dengan lokasi perkantoran di Tanjung Garbus yang diresmikan oleh Gubernur Sumatera Utara tanggal 23 Desember 1986.

Sesuai dengan dikeluarkan UU Nomor 36 Tahun 2003 tanggal 18 Desember 2003, Kabupaten Deli Serdang telah dimekarkan menjadi dua wilayah yakni Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Serdang Bedagai, secara administratif Pemerintah Kabupaten Deli Serdang kini terdiri atas 22 Kecamatan yang di dalamnya terdapat 14 Kelurahan dan 380 Desa.

B.

Gambaran Umum DPRD Kabupaten Deli Serdang

23

(26)

1.

Visi dan Misi DPRD Kabupaten Deli Serdang

VISI DPRD Kabupaten Deli Serdang

• DPRD Kabupaten Deli Sedang Yang Berfungsi efektif, Aspiratif dan bermartabat.

MISI DPRD

1. Memperjuangkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundangan

a.

Melalui fungsi legislasi:

PERDA inisiatif dan usulan Eksekutif berdasarkan aspirasi dan

bermanfaat bagi masyarakat.

b.

Melalui fungsi penganggaran :

Proses pengaanggaran yang aspiratif

c.

Melalui fungsi pengawasan sesuai perundangan

2.

Meningkatkan kapabilitas dan profesionalitas secara berkesinambungan

a.

Penguatan kapasitas dalam fungsi legsilasi:

Melalui BINTEK dan kunjungan kerja

b.

Pengutana kapasitas dalam fungsi penganggaran :

Melalui BINTEK dan kunjungan kerja

c.

Penguatan fungsi kapasitas dan fungsi pengawasan :

Melalui BINTEK dan kunjungan kerja

d.

Didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai :

Melalui belanja modal.

3.

Menjaga etika, moral dan perilaku yang baik serta mengedepankan kepentingan

masyarakat.

a.

Memiliki kode etik DPRD

b.

Memiliki TATIB DPRD

c.

Penggunaan anggaran dan pertanggungjawaban yang akuntabel dan

transparan

(27)

Berdasarkan UU No. 22 Tahun 2003, tentang Susduk MPR, DPR,DPD, dan DPRD pasal 98 ayat (4), UU No. 25 Tahun 2004 tentang Pedoman penyusunan Peraturan Tata Tertib DPRD pasal 43 serta Peraturan Tata Tertib DPRD Kabupaten Deli Serdang Nomor 03/P/Tahun 2010, pasal 36 disebutkan Susunan Alat Kelengkapan DPRD terdiri dari :

a.

Pimpinan

b.

Badan Musyawarah

c.

Komisi

d.

Badan anggaran

e.

Badan Legislasi

f.

Badan kehormatan, dan

g.

Alat kelengkapan lain yang diperlukan dan dibentuk oleh rapat paripurna.

a.

Badan Musyawarah

Badan musyawarah merupakan alat kelengkapan DPRD yang bersifat tetap dan dibentuk pada permulaan DPRD dalam melaksanakan kegiatannya. Keanggotaan Panitian Musyawarah bersifat periodik ( satu tahun kerja) yang keanggotaannya diusulkan oleh masing-masing Fraksi. Panitia Musyawarah terdiri dari wakil-wakil Fraksi berdasarkan pertimbangan jumlah anggotanya dan seorang wakil dari setiap komisi. Ketua dan wakil ketua Badan Musyawarah merangkap anggota. Sekretaris DPRD karena jabatannya adalah sekretaris bukan anggota Panitia Musyawarah. Susunan keanggotaan Panitia Musyawarah ditetapkan dalam rapat paripurna DPRD. Panitia Musyawarah mempuyai tugas :

1.

Memberikan pertimbangan atau saran tentang penetapan program kerja DPRD

baik atas permintaan Pimpinan DPRD maupun tidak.

2.

Menetapkan jadwal kegiatan pembahasan rancangan Peraturan Daerah.

3.

Menentukan waktu dan susunan acara rapat Paripurna.

4.

Memutuskan pilihan mengenai isi masalah apabila timbul perbedaan pendapat.

5.

Memberikan saran atau pendapat untuk memperlancar segala pembicaraan atas

dasar musyawarah untuk mufakat.

6.

Bermusyawarah dengan kepala daerah mengenai hal yang berkenaan dengan

penetapan acara serta pelaksanaanya apabila hal ini dianggap perlu oleh DPRD

atau apabila diminta oleh Kepala Daerah.

(28)

Komisi merupakan alat kelengkapan DPRD yang bersifat tetap dan dibentuk oleh DPRD pada permulaan DPRD melakukan kegiatannya. Sebagai alat kelengkapan DPRD, Dewan Komisi mempunyai tugas dan kewajiban sebagai berikut :

1.

Melakukan pembahasan terhadap RAPBD sesuai tugas komisi masing-masing.

2.

Melakukan pembahasan terhadap rancangan Peraturan Daerah yang menjadi

bidang masing-masing.

3.

Sesuai dengan tugas komisi masing masing melaksanakan pengawasan terhadap :

-

Pelaksanaan Peraturan Daerah dan Peraturan Perundang-Undangan.

-

Pelaksanaan Peraturan dan Keputusan Kepala Daerah.

Kebijaksanaan pemerintah daerah yang disesuaikan dengan peraturan Daerah.

-

Pelaksanaan kerjasama internasional.

4.

Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada Pimpinan Dewan terhadap

rencana perjanjian internasional yang menyangkut kepentingan daerah sesuai

bidang atau tugas komisi masing-masing.

5.

Menerima, menampung, membahas aspirasi masyarakat dan menyampaikan

pendapat/saran kepada Pimpinan DPRD untuk memperoleh penyelesaian yang tata

acaranya lebih lanjut diatur dalam Keputusan Pimpinan DPRD.

6.

Mengajukan kepada Pimpinan DPRD usul dan saran yang termasuk dalam

lingkup bidang dan tugas masing-masing Komisi.

7.

Menyusun pertanyaan tertulis dalam rangka pembahasan sesuatu masalah yang

menjadi bidang komisi masing-masing.

8.

Menyampaikan laporan kepada Pimpinan DPRD tentang hasil pekerjaan Komisi.

c.

Badan Anggaran

Badan anggaran merupakan alat kelengkapan DPRD yang bersifat tetap dan dibentuk pada permulaan kegiatan DPRD. Keanggotaan Badan anggaran bersifat periodik (satu tahun kerja) yang keanggotaannya diusulkan oleh masing-masing Fraksi. Panitia anggaran terdiri dari wakil-wakil Fraksi berdasarkan perimbangan jmlah anggotanya dan seorang wakil dari setiap komisi. Ketua dan Wakil Ketua DPRD karena jabatannya adalah ketua dan wakil ketua Badan Anggaran merangkap anggota. Sekretaris DPRD karena jabatannya adalah sekretaris bukan anggota Panitia Anggaran. Susunan keanggotaan Panitia Anggaran ditetapkan dengan keputusan DPRD dan diumumkan dalam rapat Paripurna DPRD.

(29)

1.

Membahas Nota keuangan dan Rancangan APBD.

2.

Memberikan saran dan pendapat kepada Bupati dalam mempersiapkan rancangan

APBD paling lambat 5 ( lima) bulan sebelum ditetapkannya APBD.

3.

Melakukan penyempurnaan rancangan peraturan daerah tentang perubahan

APBD dan rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan

APBD.

4.

Memberikan saran kepada pimpinan DPRD dalam penyusunan anggaran belanja

DPRD, dan

5.

Anggota badan anggaran melaporkan hasil kerjanya kepada fraksi masing-masing

sebagai bahan masukan salam pengambilan keputusan di setiap fraksi.

d.

Badan legislasi

Badan legislasi merupakan alat kelengkapan DPRD yang bersifat tetap, dibentuk

dalam rapat paripurna DPRD pada permulaan masa keanggotaan DPRD dan

permulaan tahun sidang. Badan legislasi mempunyai tugas :

1.

Menyusun rancangan program legislasi daerah yang memuat daftar urutan dan

prioritas rancangan peraturan daerah beserta alasannya untuk setiap tahun

anggaran di lingkungan DPRD.

2.

Menyiapkan rancangan peraturan daerah usul DPRD berdasarkan program

proiritas yang telah ditetapkan.

3.

Memberikan pertimbangan terhadap rancangan peraturan daerah yang diajukan

oleh anggota, komisi dan/atau gabungan komisi.

4.

Memberi masukan kepada pimpinan DPRD atas rancangan peraturan daerah yang

ditugaskan Badan Musyawarah.

e.

Badan Kehormatan

Badan kehormatan merupakan alat kelengkapan DPRD yang bersifat teta,

dibentuk untuk melaksanakan menegakkan kode etik DPRD dan ditetapkan dengan

keputusan DPRD. Badan kehormatan mempuyai tugas, yaitu :

1.

Memantau dan mengevaluasi disiplin dan/atau kepatuhan terhadap moral, kode

etik, dan/atau peraturan tata tertib DPRD dalam rangka menjaga martabat,

kehormatan, citra dan kredibilitas DPRD.

2.

Melakukan penyelidikan, verifikasi dan klarifikasi atas pengaduan pimpinan

(30)

3.

Melaporkan keputusan badan Kehormatan atas hasil penyelidikan, verifikasi dan

klarifikasi kepada rapat paripurna DPRD.

f.

Panitia Khusus

Panitia khusus merupakan alat kelengkapan DPRD yang bersifat sementara dan

dibentuk oleh pimpinan DPRD setelah melihat pertimbangan Panitia Musyawarah.

Susunan Pimpinan dan keanggotaan panitia Khusus terdiri dari sekurang-kurangnya

13 dan sebanyak-banyaknya 19 orang anggota DPRD termasuk ketua, wakil ketua,

dan sekretaris. Keanggotaan Panitia Khusus diusulkan oleh Fraksi berdasarkan

perimbangan jumlah anggota Fraksi.

Ketua dan wakil ketua dan sekretaris Panitia Khusus dipilih secara demokratis

dari dan oleh Anggota Panitia Khusus selanjutnya ditetapkan melalui keputusan

Pimpinan DPRD. Panitia Khusus bubar dengan sendirinya setelah jangka waktu

penugasannya berakhir atau karena penugasannya dinyatakan selesai.

Panitia Khusus mempunyai tugas dan kewajiban :

1.

Membahas dan menyelesaikan berbagai masalah yang bersifat khusus dan meminta

persetujuan Anggota Dewan.

2.

Bila dianggap perlu Panitia Khusus dapat melaksanakan studi banding keluar daerah.

3.

Melaporkan hasil pekerjaan secara tertulis dalam jangka waktu yang ditetapkan kepada

pimpinan DPRD.

Berdasarkan peraturan Tata Tertib DPRD Nomor 03/P/Tahun 2010 pasal 32, bahwa fraksi DPRD Kabupaten Deli Serdang terdiri dari :

a.

Fraksi Demokrat

b.

Fraksi PDI - Perjuangan

c.

Fraksi Partai Keadilan Sejahtera

d.

Fraksi PAN

e.

Fraksi Deli Serdang Membangun

(31)

DPRD kabupaten Deli Serdang berdasarkan pasal 49 Tata Tertib DPRD terdiri dari 4 (empat) Komisi, yaitu :

1.

Komisi A , Bidang Hukum dan Pemerintahan, mempunyai tugas meliputi :

a.

Bagian Hukum

b.

Bagian Pemerintahan Umum

c.

Ketertiban dan keamanan

d.

Kependudukan

e.

Pers/komunikasi

f.

HAM

g.

Kepegawaian

h.

Kesbangpol Linmas

i.

Organisasi kemasyarakatan

j.

Transmigrasi dan imigrasi

k.

Pertanahan

l.

Pemberdayaan masyarakat

2.

Komisi B, Bidang Tenaga Kerja dan Perekonomian, mempunyai tugas meliputi :

a.

Perindustrian

b.

Pasar

c.

Perdagangan

d.

Pertanian, perkebunan,peternakan,kelautan

e.

Pangan

f.

Lingkungan hidup

g.

Ketenagakerjaan

3.

Komisi C, Bidang Keuangan, Investasi, dan perizinan, mempunyai tugas meliputi :

a.

Keuangan daerah

b.

Pendapatan dan aset daerah

c.

Perpajakan

d.

Perbankan

e.

Dunia usaha

f.

Perizinan

g.

Asuransi dan

(32)

4.

Komisi D, Bidang Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat

a.

Perencanaan pembangunan

b.

Pekerjaan umum

c.

Tata ruang dan pengawasan wilayah

d.

Perhubungan

e.

Pertambangan dan energi

f.

Agama, Pendidikan, sosial, budaya, pemuda dan olahraga

g.

Kesehatan

h.

Kesejahteraan sosial

Sebagai implementasi dari Undang-Undang Dasar 1945, khususnya yang mengatur susunan kedudukan MPR, DPR dan DPRD, maka telah ditetapkan beberapa Undang-Undang yang mengatur Susunan dan Kedudukan MPR, DPR dan DPRD yaitu Undang-Undang Nomor 4 tahun 1999 mengatur Susunan, Kedudukan, Keanggotaan dan Pimpinan MPR, DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota hasil Pemilihan Umum 1999 yang berlaku sampai dengan pengucapan janji Anggota MPR, DPRD, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota hasil Pemilihan Umum berikutnya. Sebagai implementasi Undang-Undang Dasar 1945 pasal 5 ayat(2) yang berbunyi :”Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan Undang-Undang sebagaimana mestinya”, telah ditetapkan peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 2001 tentang pedoman penyusunan Tata tertib DPRD.

Berdasarkan Pedoman Tata tertib DPRD Kabupaten Deli Serdang Nomor 03/P/Tahun 2010 telah diatur Kedudukan, Tugas, dan Wewenang serta Hak dan Kewajiban DPRD Deli Serdang.

1.

Kedudukan, Tugas, dan Wewenang DPRD Kabupaten Deli Serdang

1.1.

Kedudukan DPRD

a.

DPRD sebagai Lembaga Perwakilan Rakyat di Daerah merupakan wahana untuk

melaksanakan demokrasi berdasarkan pancasila

b.

DPRD sebagai badan Legislatif Daerah berkedudukan sejajar dan menjadi mitra

Pemerintah Daerah.

1.2.

Tugas dan Wewenang DPRD

a.

Memberikan persetujuan terhadap anggaran pendapatan dan Belanja Daerah dan

peraturan Daerah lainnya yang disampaikan oleh Kepala Daerah.

(33)

-

Pelaksanaan Peraturan daerah dan Peraturan Perundang-Undangan lain.

-

Pelaksanaan peraturan-peraturan dan keputusan Kepala Daerah .

-

Pelaksanaan Anggaran Daerah yang disesuaikan dengan Propeda dan Renstra

Daerah.

1.3.

Hak – Hak dan Kewajiban DPRD Kabupaten Deli Serdang

Untuk melaksanakan tugas dan wewenang sebagaimana tersebut diatas DPRD mempunyai hak :

1.

Meminta pertanggungjawaban Kepala Daerah.

2.

Meminta keterangan kepada Pemerintah Daerah.

3.

Mengadakan penyelidikan.

4.

Mengadakan perubahan atas rancangan peraturan Daerah.

5.

Mengajukan pernyataan pendapat.

6.

Mengajukan rancangan Peraturan Daerah.

7.

Menentukan Anggaran DPRD.

8.

Menetapkan Peraturan tata tertib DPRD.

9.

Meminta keterangan kepada pejabat negara, pejabat pemerintah atau masyrakat

untuk memberikan keterangan tentang suatu hal yang perlu ditangani demi

kepentingan negara, bangsa, pemerintah dan pembangunan.

Selain itu DPRD mempunyai hak-hak yang lain yaitu :

1.

Mengajukan pertanyaan

2.

Protokoler

3.

Keuangan/administrasi

Sedangkan kewajiban DPRD yaitu :

1.

Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila

2.

Melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945 dan

menaati peraturan perundang-undangan.

3.

Mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

4.

Memperjuangkan peningkatan kesejahteraan rakyat.

5.

Menaati prinsip demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.

(34)

7.

Menampung aspirasi konstituen melalui kunjungan kerja secara berkala dan

menindaklanjuti aspirasi pengaduan masyarakat.

8.

Memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada konstituen di

daerah pemilihannya.

1.4.

Fungsi DPRD Kabupaten Deli Serdang

Ada tiga fungsi utama DPRD yaitu pertama, fungsi legislasi yaitu kewenangan DPRD untuk membuat Peraturan Daerah (PERDA). Kedua, fungsi anggaran yaitu kewenangan untuk membuat rancangan APBD. Ketiga, fungsi pengawasan yaitu berkaitan dengan pengawasan terhadap pelaksanaan penyelenggaraan peraturan daerah dan APBD.

2.

Struktur DPRD Kabupaten Deli Serdang

A.

Komposisi Komisi DPRD Kabupaten Deli Serdang

1.

Komisi A : Bidang Hukum , Pemerintahan, dan Pertanahan

Ketua : Hj. Mega Magdalena, SH.,M.Kn

Wakil Ketua : Parlon Sianturi, STh

Sekretaris : Alisman Saragih, SH

Anggota – anggota : 1.Chairul Anwar, SE

2.Eddy S. Permana

3.Siswo Adi Suwito

4.Herman Nafil, ST

5.Imran Obos,SE

6.Drs. Suprantiardi Pangat

7.Jhon Srikhana Sebayang, S.Sos

8.H.Rakhmad Syah, SH

(35)

Ketua : Ir. M Darbani Dalimunthe

Wakil Ketua : Hj.Susilawaty

Sekretaris : Ir. Rusmani Manurung

Anggota-anggota : 1. Sofyan Sauri, S.Pd

2.

Muhammad Ramli

3.

Setiawan Sembiring

4.

Ricky Prananda Nasution,SE

5.

Partahi Siregar,SH

6.

Muhammad Iqbal,SE

7.

Noto Susilo,SE

8.

Henry Rosmawaty sitanggang,SH

4.

Komisi C : Keuangan , Investasi dan Perizinan

Ketua : Mbaru Ginting,SE

Wakil Ketua : Eriyani B,SH

Sekretaris : Suriyani,S.Pd

Anggota-anggota : 1. H.Moch.Syahrul

3.

Robinson,ST

4.

Ali Natar Siregar

5.

Apoan Simanungkalit,SE

6.

H.Syaiful Tanjung,S.Sos

7.

H.Sabar Ginting,SE

8.

Renjo Siregar

9.

Drs.H.Syarifuddin Rosha

10.

A. Budi

2. Komisi D : Bidang Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat

Ketua : Mikail TP.Purba,SH

Wakil Ketua : H.Abdul Latif Khan, S.Ag

(36)

Anggota-anggota : 1. Mester Sembiring

2. Sutriono

3. Maya Sihinta Sianturi,S.KM

4. Timur Sitepu, Amd

5. Supardi, S.Pd

6. Reki Nelson J. Barus, SH

7. Berngap Silitonga,SE.,MM

8. Drs. H.Hasaiddin Daulay

B.

Komposisi Fraksi DPRD Kabupaten Deli Serdang

1.

Fraksi PDI-Perjuangan

Ketua : Apoan Simanungkalit, SE

Wakil Ketua : Partahi Siregar,SE

Sekretaris : Timur Saragih,SH

W.Sekretaris : Alisman Saragih,SH

Bendahara : Mbaru Ginting, SE

Anggota : - Ruben Tarigan,SE

2. Fraksi Demokrat

Ketua : Jaresman Saragih, SH

Sekretaris : Hj. Mega Magdalena,SH

Anggota :

-

Hj.Fatmawati

(37)

-

Chairul Anwar ,SE

-

Ali Natar Siregar

-

Mester Sembiring

-

H.Moch Syahrul

-

Sutriono

-

M.Ramli

-

Edi S.Permana

-

Robinson

-

Setiawan Sembiring

3. Fraksi PAN

Penasehat : H. Sabar Ginting,SE

Ketua : Imran Obos,SE

Wakil Ketua : Ir.Darbani Dalimunte

Sekretaris : Supardi,S.Pd

W.Sekretaris : Noto Susilo,SE

4. Fraksi Partai Damai Sejahtera

Ketua :Renjo Siregar

Sekretaris : Parlon Sianturi

Anggota : - Reki Nelson Barus, SH

-

Henry Rosmawati Sitanggang, SH

5.

Fraksi PKS

Ketua : H.Syaiful Tanjung, S.Sos

Wakil Ketua : Herwan Nafil,ST

(38)

Anggota : - H. Abdul Latif Khan,S.Ag

-

H. Dwi Andi Syahputra Lubis

6.

Fraksi Golkar

Ketua : Siswo Adi Suswito

Wakil Ketua : Mikhail TP.Purba,SH

Sekretaris : Ricky Prananda Nst,SE

Anggota : - Wagirin Arman, S.Sos

-

Maya Shinta, S.S.KM

-

Suriyani

7. Fraksi HAGRIB

Ketua : Drs. Suprantiardi Pangab

W.Ketua : Jhon Sebayang, S.Sos

Sekretaris : Berngab Sembiring

Anggota :

-

Benhur Silitonga,SE.,M.M

-

Ir.Rusmani manurung

-

Drs. Syarifuddin Rosa

-

Eriyani B. S.H

8. Fraksi Deli Serdang Membangun

Ketua : Drs. H. Hasaiddin Daulay

Sekretaris : Rahmatsyah,SH

Bendahara : Susilawati

(39)

BAB III

PEMBAHASAN

1.

Pengertian Pengawasan DPRD

Pengawasan merupakan hal terpenting dalam fungsi Lembaga Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dalam upaya untuk menjamin bahwa kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana sehingga tujuan dapat tercapai. Pengawasan pada hakikatnya suatu upaya secara sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang sistem umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan, menentukan dan mengukur penyipangan-penyimpangan serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan. Semua itu bertujuan untuk menjamin bahwa semua sumber daya dipergunakan dengan cara efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan-tujuan. Pengawasan DPRD bertujuan untuk mengembangkan kehidupan demokrasi, menjamin keterwakilan rakyat dan daerah dalam melaksanakan tugas dan kewenangannya serta menciptakan mekanisme “checks and balances”

antara DPRD dan eksekutif demi mewujudkan keadilan dan kesejateraan rakyat.

Pengawasan DPRD juga dapat dirancang melalui pembentukan peraturan daerah, dimana DPRD dapat ikut serta bersama dengan Kepala Daerah dalam menetapkan peraturan daerah agar sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat di daerah tersebut serta dapat menguntungkan bagi masyarakat bukan sebaliknya menyulitkan hidup masyarakat di daerah tersebut. Fungsi DPRD sebagai legislasi merupakan fungsi pelaksanaan DPRD sebagai pembuat kebijakan publik. Setiap kebijakan yang dibuat haruslah bermanfaat bagi masyarakat dan tidak saling tumpang tindih antara satu kebijakan dengan kebijakan yang lainnya.

DPRD memiliki kewenangan dalam menetapkan kebijakan serta membuat rancangan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBN) dimana hal ini menunjukkan bahwa DPRD adalah wakil rakyat, karena DPRD dalam membuat peraturan daerah harus menampung aspirasi dan kepentingan masyarakat yang diwakilinya. Kewenangan DPRD dalam menyetujui Rancangan anggaran pendapatan Belanja Daerah (APBD) yang telah diajukan oleh Kepala Daerah merupakan mekanisme pengawasan, dimana DPRD dapat mengontrol penggunaan anggaran agar digunakan untuk kepentingan masyarakat serta untuk anggaran pembangunan daerah. Oleh karenanya, DPRD haruslah memihak kepada kepentingan masyarakat dan bukan untuk kepentingan individu atau pun golongan semata.

(40)

mendukung perekonomian rakyat. Untuk itu, diperlukan penetapan sistem anggaran kinerja. Penerapan anggaran kinerja perlu dilaksanakan pada tiga fungsi dasar penganggaran, yaitu

1.

Fungsi alokasi – penyediaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan masyarakat

2.

Fungsi distribusi – pemerataan pendapatan antar warga Negara

3.

Fungsi stabilitas – penyediaan kesempatan kerja dan kestabilan harga dan

pertumbuhan ekonomi.

Di samping fungsi DPRD sebagai legislasi dan anggaran DPRD masih mempunyai fungsi pengawasan. Dalam kualifikasinya sebagai wakil rakyat, pengawasan yang dilakukan oleh badan perwakilan pertama-tama berkenaan dengan keputusan yang telah dikeluarkannya dalam bentuk undang-undang.24

Fungsi pengawasan yang dilakukan oleh DPRD kepada eksekutif substansinya adalah mengarah pada pengawasan politik atau kebijakan. Salah satu bentuk pengawasannya adalah DPRD bertindak sebagai lembaga pengendali pengontrol yang dapat menyetujui atau menolak ataupun menyetujui dengan perubahan-perubahan tertentu terhadap rancangan peraturan daerah yang akan ditetapkan menjadi Perda. Hal ini dapat dipahami bahwa sebenarnya lembaga DPRD itu adalah lembaga politik. DPRD sebagai lembaga politik tercermin dalam fungsinya untuk mengawasi jalannya pemerintahan. Tujuan utama pengawasan DPRD, antara lain :

Menurut Undang – Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD, pasal 343 bahwa pengawasan merupakan salah satu dari tiga fungsi DPRD. Fungsi ini diwujudkan dalam bentuk pengawasan terhadap pelaksanaan Undang-Undang, Peraturan Daerah, Keputusan Kepala Daerah dan Kebijakan yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah. Selanjutnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, pasal 42 ayat (1) poin c menyatakan bahwa DPRD mempunyai tugas dan wewenang melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Perda dan peraturan perundang-undangan lainnya, peraturan kepala daerah, APBD, Kebijakan pemerintah daerah dalam melaksanakan program pembangunan daerah dan kerjasama internasional di daerah.

a.

menjamin agar pemerintah daerah berjalan sesuai dengan rencana.

b.

Menjamin kemungkinan tindakan koreksi yang cepat dan tepat terhadap

penyimpangan dan penyelewengan yang ditemukan.

c.

Menumbuhkan motivasi, perbaikan, pengurangan, peniadaan penyimpangan.

24

(41)

d.

Meyakinkan bahwa kinerja pemerintah daerah sedang atau telah mencapai tujuan

dan sasaran yang telah ditetapkan.

Adapun lingkup fungsi pengawasan DPRD, antara lain :

a.

Pengawasan terhadap pelaksanaan Perda

b.

Pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Perundang – Undangan lainnya.

c.

Pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan Kepala Daerah.

d.

Pengawasan terhadap pelaksanaan APBD.

e.

Pengawasan terhadap kebijakan pemerintah daerah dalam melaksanakan program

pembangunan daerah dan kerjasama internasional di daerah.

Menurut Anggota DPRD Deli Serdang, Bapak Supardi dari Fraksi Partai Demokrat, menuturkan bahwa ;

“DPRD memiliki kebebasan dalam menentukan cara melaksanakan fungsi pengawasan tersebut selama tidak bertentangan dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku. Ada beberapa cara yang selama ini sering digunakan oleh DPRD dalam menjalankan fungsi pengawasan, antara lain :

a.

Mengevaluasi pelaksanaan pengelolaan keuangan melalui pembahasan usulan

anggaran untuk APBD yang disusun oleh Pemerintah Daerah.

b.

Mengevaluasi realisasi anggaran tahun sebelumnya dan laporan keuangan

triwulan, satu semester, atau pada laporan Keterangan Pertanggungjawaban

(LKPJ) Kepala Daerah dan laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD).

c.

Membuat peringatan, pernyataan, usulan perbaikan atas pembuatan rancangan

APBD oleh pemerintah daerah lewat sambutan pandangan umum atau

pandangan akhir dari setiap fraksi – fraksi partai.

d.

Menyampaikan peringatan langsung kepada SKPD ketika mengadakan

kunjungan kerja yang terkait atas temuan – temuan penyimpangan pelaksanaan

proyek-proyek pembangunan ataupun buruknya pelayanan publik”

25

.

Fungsi pengawasan yang dilakukan oleh DPRD Kabupaten Deli Serdang terhadap Kepala Daerah dilaksanakan secara bertahap yang diatur berdasarkan program kerja tahunan. Dimana pengawasan yang dilakukan terhadap implementasi Peraturan Daerah dan pelaksanaan terhadap

25

Wawancara dilakukan dengan Bapak Supardi, SE , pada tanggal 22 Januari 2014 di Kantor DPRD Deli

(42)

APBD yang telah ditetapkan bersama dengan kepala daerah. Pengawasan juga dilaksanakan berdasarkan adanya indikasi suatu Peratur

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan berkat dan rahmat-Nya sehingga Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (LP3A) dengan judul

[r]

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Tim Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana/ S1 pada Jurusan/

(1) Lokasi yang ditunjuk sebagai hutan kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dapat berada pada tanah negara atau tanah hak.. (2) Terhadap tanah hak yang ditunjuk

Hasil :penelitian menunjukkanmayoritas pengetahuan cukup sebanya 21 orang (51,8%).Sedangkan berdasarkan umur mayoritas berpengetahuan cukup sebanyak 16 orang (57,1%) pada umur 20-35

JURUSAN : PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAFTAR PESERTA KULIAH DAN NILAI AKHIR.. SEMESTER GANJIL TAHUN

dalam menghadapi tanda bahaya kehamilan di pondok bersalin puri husada manggung ngemplak boyolali.Diperoleh pada tanggal 1 juli 2014 dari

[r]